konsep risk & return dan aplikasinya di lks

34
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem ekonomi Islam memberikan kesempatan kepada umatnya untuk beribadah dan bermuamalah dalam rangka memenuhi kebutuhan rohani dan jasmaninya. Anjuran untuk menjadi orang kaya dalam islam melekat kepada perintah untuk menunaikan zakat sebagai bentuk terpenuhinya tingkat kesejahteraan dalam islam (Muzaki) 1 . Salah satu cara menuju tingkat sejahtera adalah dengan meningkatkan income dengan cara memanfaatkan harta secara produktif 2 . Salah satu cara manusia untuk memproduktifkan hartanya adalah dengan cara melakukan kegiatan investasi. Investasi merupakan salah salah satu ajaran dari konsep Islam yang memenuhi proses tadrij (ilmu pengetahuan yang memiliki gradasi) dan trichotomy (tiga jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan instrumental, pengetahuan intelektual dan pengetahuan spiritual 3 . Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa konsep investasi selain sebagai 1 Perintah berinfak, zakat dan sedekah; Allah Swt berfirman dalam (QS. Al-Baqarah [2]:267) yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”, (Al-quran in word 2010). 2 Ibnu Taimiyah dalam kitab Majmuuúl Fatawaa (21/144) menyebutkan bahwa “mencari kekayaan itu bisa jadi hukumnya adalah wajib, yaitu berlaku pada perkara-perkara yang harus dilakukan untuk menunaikan kewajiban- kewajiban.” Para ulama ushul mengatakan, “Maa Laa Yatimmul waajibu illa bihi, fa huwa waajib.. ” Ketika suatu kewajiban tidak dapat sempurna (terlaksana) kecuali dengan sesuatu yang lain, maka sesuatu yang lain itu menjadi wajib hukumnya. 3 Pendapat Scheller yang dituangkan oleh Rich dalam bukunya the knowledge cycle. 1

Upload: riko

Post on 20-Feb-2016

52 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Memahami risiko dan return dari konsep dasar dan peentuan harga pada bank syariah

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Risk & Return Dan Aplikasinya Di LKS

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem ekonomi Islam memberikan kesempatan kepada umatnya untuk beribadah

dan bermuamalah dalam rangka memenuhi kebutuhan rohani dan jasmaninya. Anjuran

untuk menjadi orang kaya dalam islam melekat kepada perintah untuk menunaikan zakat

sebagai bentuk terpenuhinya tingkat kesejahteraan dalam islam (Muzaki)1. Salah satu

cara menuju tingkat sejahtera adalah dengan meningkatkan income dengan cara

memanfaatkan harta secara produktif2. Salah satu cara manusia untuk memproduktifkan

hartanya adalah dengan cara melakukan kegiatan investasi.

Investasi merupakan salah salah satu ajaran dari konsep Islam yang memenuhi

proses tadrij (ilmu pengetahuan yang memiliki gradasi) dan trichotomy (tiga jenis

pengetahuan, yaitu pengetahuan instrumental, pengetahuan intelektual dan pengetahuan

spiritual3. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa konsep investasi selain sebagai

pengetahuan juga bernuansa spiritual karena menggunakan norma syariah, sekaligus

merupakan hakikat dari sebuah ilmu dan amal.

Dalam Al-Quran surat Lukman : 34 Allah secara tegas menyatakan bahwa tiada

seorang-pun yang dapat mengetahui apa yang akan diperbuat dan diusahakannya, serta

peristiwa yang akan terjadi pada esok hari. Sehingga dengan ajaran tersebut seluruh

manusia diperintahkan melakukan usaha/investasi4.

1 Perintah berinfak, zakat dan sedekah; Allah Swt berfirman dalam (QS. Al-Baqarah [2]:267) yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”, (Al-quran in word 2010).

2 Ibnu Taimiyah dalam kitab Majmuuúl Fatawaa (21/144) menyebutkan bahwa “mencari kekayaan itu bisa jadi hukumnya adalah wajib, yaitu berlaku pada perkara-perkara yang harus dilakukan untuk menunaikan kewajiban-kewajiban.” Para ulama ushul mengatakan, “Maa Laa Yatimmul waajibu illa bihi, fa huwa waajib.. ” Ketika suatu kewajiban tidak dapat sempurna (terlaksana) kecuali dengan sesuatu yang lain, maka sesuatu yang lain itu menjadi wajib hukumnya.

3 Pendapat Scheller yang dituangkan oleh Rich dalam bukunya the knowledge cycle.4 Dalam Q.S Luqman ayat 34 Allah berfirman yang artinya Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-

Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok[1187]. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al-quran in word 2010).

[1187] Maksudnya: manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya, Namun demikian mereka diwajibkan berusaha.Ayat tersebut menjadi dasar pemikiran konsep risiko dalam Islam, khususnya kegiatan usaha dan investasi. Selanjutnya dalam surat Al Hasyr ayat 18, Allah berfirman yang artinya “ Hai orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-quran in word 2010).

1

Page 2: Konsep Risk & Return Dan Aplikasinya Di LKS

Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad Saw bersabda Dari Amr bin Syuaib, dari

ayahnya, dari kakeknya, bahwa Rasulullah saw bersabda: Ingatlah, Barangsiapa

menjadi wali anak yatim yang memiliki harta, hendaklah dia menggunakannya berbisnis

(keuntungannya) untuk anak yatim, dan jangan membiarkan harta itu dimakan oleh

sedekah (zakat)5. (H.R Baihaqi)

Selain itu kegiatan investasi atau perputaran harta dalam Islam tidak boleh hanya

dalam satu golongan saja. Hal ini sesuai dengan apa yang tertuang dalam Q.S Al-Hasyr

ayat 7 yang artinya:” ....Supaya harta itu jangan beredar diantara orang-orang kaya

diantara kamu.”

Kegiatan investasi yang sesuai dengan syariah Islam adalah usaha untuk

menghasilkan kehidupan yang mulia (falah), memberikan manfaat (maslahah) dan

menghindari cara investasi yang dilarang, yaitu riba, gharar dan maysir. Namun

demikian, investasi yang produktif dapat dilakukan dengan saling bekerjasama dan

profesional dalam melaksanakan prinsip tujuan utama syariat6.

Investasi baik dalam konteks konvensional maupun syariah adalah kegatan usaha

yang mengandung risiko karena berhadapan dengan unsur ketidakpastian sehingga

perolehan kembaliannya atau return tidak pasti dan tidak tetap. Manusia merencanakan

Allah yang menentukan. Unit ekonomi ketika dihadapkan dengan ketidakpastian

berusaha melakukan spekulasi, memprediksi, atau memahami masa depan dengan

informasi yang tersedia dan alat pemproses informasi tersebut. Secara natural, dalam

kegiatan usaha, di dunia ini tidak ada seorangpun yang menginginkan usaha atau

investasinya mengalami kerugian. Bahkan dalam tingkat makro, sebuah negara juga

mengharapkan neraca perdagangannya yang positif7.

5 Meskipun hadits ini tergolong dlaif, sehingga muncul perbedaan pendapat mengenai kewajiban zakat atas harta anak yatim yang belum baligh, tetapi pendapat yang kuat menyatakan bahwa anak yatim yang kekayaannya telah mencapai satu nishab, - mungkin dia dapatkan dari warisan atau lainnya-   maka walinya wajib mengeluarkan zakat atas harta itu. http://www.stiualhikmah.ac.id/index.php/kecerdasan-finansial/188-investasi-dalam-pandangan-al-qur-an-sunnah. Accesed 20 Oktober 2015.

6 Anugerah Allah Swt yang tiada terhingga Allah Swt berfirman dalam (QS. An-Nahl [16]:14): “Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” (Al-quran in word 2010).

Dalam (QS. Al-Hijr [15]:19-20) Allah berfirman yang artinya “ Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya.” (Al-quran in word 2010).

Ayat ini menjelaskan diperbolehkannya manusia untuk memanfaatkan hasil bumi, baik pertanian, pertambangan, bahkan hewan dan tumbuhan untuk kebutuhan manusia. Manusia bisa memanfaatkannya untuk kemakmuran hidup atau jalan memperoleh kekayaan.

2

Page 3: Konsep Risk & Return Dan Aplikasinya Di LKS

Kaidah syariah tentang imbal hasil dan risiko adalah Al ghunmu bil ghurmi,

artinya risiko akan selalu menyertai setiap ekspektasi return atau imbal hasil. (risk goes

along return). Dalil al kharaj bi al dlaman merupakan dasar pada semua bentuk kontrak

keuangan dalam hukum islam. Rumusan atau dalil tersebut dalam arti yang sederhana

mensyaratkan bahwa manfaat (return) dan kewajiban (risiko) berjalan secara bersama-

sama8. Sehingga ketidakpastian secara intrinsik yang terkandung dalam setiap aktivitas

ekonomi dapat di ukur dan diperdiksi secara logis sesuai probabilitasnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat di ambil permalasahan sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah konsep risiko menurut pandangan konvensional dan keuangan

islam?

2. Bagaimanakah konsep return menurut pandangan konvensional dan keuangan

Islam?

3. Bagaimanakah kaidah fikih risiko dan return dan mitigasinya risiko menurut

Islam?

C. Kerangka Berfikir

7 http://www.yarsi.ac.id/web-directory/kolom-dosen/70-fakultas-ekonomi/196-risiko-dan-spekulasi-dalam-investasi-syariah.html

8 Najmudin. 2011. Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syar’iiyyah Modern. Yogyakarata: Andi Offset.

3

Al-QuranHadistFikih

Risiko ReturnUsaha

InvestasiBisnis

Pandangan Konvensional & Pandangan Islam

Analisis

Hasil

Page 4: Konsep Risk & Return Dan Aplikasinya Di LKS

PEMBAHASAN

A. Risiko dalam Pandangan Konvensional

Risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau

kehancuran. Lebih luas, risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil yang

tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan. Dalam industri keuangan pada

umumnya, terdapat suatu jargon “high risk bring about high return”, artinya jika ingin

memperoleh hasil yang lebih besar, akan dihadapkan pada risiko yang lebih besar pula.

Contohnya dalam investasi saham. Volatilitas atau pergerakan naik-turun harga saham

secara tajam akan membuka peluang untuk memperoleh hasil yang lebih besar, namun

sebaliknya, jika harga bergerak ke arah yang berlawanan, maka kerugian yang akan

ditanggung sangat besar.9

Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald Ebert, risiko adalah uncertainty about

future event, adapun Joel G.Siegel dan Jae K.Sim mendefinisikan risiko pada 3 hal:

1. Keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus dimana hasilnya dapat

diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambilan keputusan

2. Variasi dalam keuntungan penjualan atau variabel keuangan lainnya

3. Kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi

perusahaan atau posisi keuangan

David K. Eiteman, Arthur I Stonehill dan Michael H. Moffet mengatakan bahwa

risiko dasar adalah the mismatching of interest rate bases for associated assets and

liabilities. Sehingga secara umum risiko dapat ditangkap sebagai bentuk keadaan

ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya dengan keputusan yang

diambil berdasarkan suatu pertimbangan. Menurut salah satu definisi, risiko (risk) adalah

sama dengan ketidakpastian (uncertainty). Secara umum risiko dapat diartikan sebagai

suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan

yang merugikan. Van Deer Haidjen (1996) telah membagi ketidakpastian menjadi 3

kategori, yaitu:

9 Fery N. Indroes dan Sugiarto, Manageman Risiko Perbankan, 2006, hal. 7

4

Page 5: Konsep Risk & Return Dan Aplikasinya Di LKS

1. Risk, kemungkinannya memiliki preseden historis dan dapat dilakukan estimasi

probabilitas untuk hasil yang mungkin muncul.

2. Structural uncertainties, kemungkinan terjadinya suatu bersifat unik, tidak

memiliki preseden di masa lalu, tetapi tetap mungkin terjadi dalam logika

kausalitas.

3. Unknowables, yaitu kejadian yang secara ekstrim kemunculannya tidak

terbayangkan sebelumnya.

Dalam kategori ini risiko (risk) adalah sebutan bagi kemungkinan kejadian yang

ada preseden historisnya dan mengikuti suatu distribusi probabilitas. Karenanya, risiko

ini dapat diperkirakan setidaknya secara teoritis. Sementara itu Al Suwailem (1999)

menggunakan kata risiko untuk segala sesuatu yang tejadi secara tidak pasti di masa

depan. Ia membaginya dalam 2 kategori, yaitu:

1. Pasive risk, yaitu risiko yang terjadi di mana benar-benar tidak terdapat

perkiraan dan perhitungan yang dapat dipakai. Jadi, hal ini benar-benar suatu

teka-teki yang sama sekali tidak diketahui jawabannya. Perkiraan atas risiko ini

hanya mengandalkan keberuntungan (game of chance), karenanya seseorang

hanya dapat bersifat pasif.

2. Responsive risk, yaitu risiko yang munculnya memiliki penjelasan kausalitas

dan memiliki distribusi probabilitas. Risiko jenis ini, karenanya dapat

diperkirakan dengan menggunakan cara-cara tertentu. Memperkirakan risiko

responsive ini sering disebut pula game of skill, karena perkiraanya didasarkan

atas skill tertentu.

Risiko investasi dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan antara

actual return dan expected return, sehingga setiap investor dalam mengambil keputusan

investasi harus selalu berusaha meminimalisasi berbagai risiko yang timbul, baik jangka

pendek maupun jangka panjang. Setiap perubahan kondisi ekonomi baik mikro ataupun

makro akan mendorong investor untuk melakukan strategi yang harus diterapkan untuk

tetap memperoleh return. Risiko dalam sistem profit-share (bagi hasil) tidak terdapat

suatu fixed and certain return sebagaimana bunga, tetapi dilakukan loss and profit

sharing berdasarkan produktifitas nyata dari dana tersebut. Meskipun nisbah bagi hasil

disepakati pada saat awal, tetapi perolehan riil dari bagi hasil ini baru diketahui setelah

dana benar -benar menghasilkan. Sehingga yang bersifat pasti dari sistem ini adalah

nisbah bagi hasilnya, bukan nilai riil bagi hasilnya. Terdapat kemungkinan fluktuasi

5

Page 6: Konsep Risk & Return Dan Aplikasinya Di LKS

dalam bagi hasil yang nyata, tergantung pada produktifitas nyata dari pemanfaatan

dana10. Menurut Jones, ada dua tipe risiko, yaitu11:

1. Risiko sistematik (systematic Risk)

Adalah risiko yang berkaitan dengan kondisi yang terjadi di pasar secara

umum, yaitu risiko tingkat bunga, risiko politik, risiko inflasi, risiko nilai tukar, dan

risiko pasar. Disebut pula risiko tidak diversifikasi.

2. Risiko non-sistematik (non-systematic risk)

Adalah risiko yang berkaitan dengan kondisi perusahaan yang terjadi secara

individual, yakni risiko bisnis, risiko laverage, dan risiko likuiditas. Disebut pula

risiko diversifikasi, risiko residual, risiko unik, atau risiko khusus perusahaan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu

penyimpangan tingkat pengembalian yang nyata terhadap tingkat pengembalian

yang diharapkan.

B. Risiko dalam Bisnis dan Keuangan Islam

Sederhananya, risiko adalah kehilangan miliknya (modal/barangnya) atau

kemungkinan buruk yang mungkin terjadi. Dibedakan menjadi dua hal12:

1. Risiko yang wajib adalah risiko dalam investasi yang tidak bisa dihindarkan

sebagai konsekuensi bisnis secara alami. Dalam investasi risiko harus berbanding

lurus dengan keuntungan, jika ada risiko maka ada hak atas keuntungan dan

sebaliknya, jika tidak ada risiko maka tidak ada hak atas keuntungan. Dalam

bisnis risiko memiliki tiga kriteria:

a. Dapat diabaikan ( al-gharar al-yasir)

Untuk suatu torelabe risk kemungkinan dari kegagalan haruslah lebih

kecil daripada kemungkinan tingkat keberhasilannya.

b. Tidak dapat dihnarkan (inevitable/ la yumkinu at-taharruz ‘anhu)

Mengindikasi bahwa tingkat penambahan nilai dari suatu aktivitas

transaksi tidak dapat di wujudkan tanpa adanya kesiapan untuk

menanggung risiko.

c. Tidak diinginkan dengan sengaja (unintentional/ ghairu maqshud)

10 M. B. Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islami, , cet. I (Yogyakarta: EKONOSIA, Oktober 2003), hal. 250.

11 Jones, Charles P (2002), Investment: Analysis And Management, 7th ed, New York: Jon Willy and Sons, hal 132.

12 Dr. Oni sahroni, MA, Ir. Adiwarma A. Karim, SE, MBA, MAEP, 2015. Maqashid Bisnis Dan Keuangan Islam, Sintesis Fikih Dan Ekonomi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada) , hal. 212.

6

Page 7: Konsep Risk & Return Dan Aplikasinya Di LKS

Mengisyaratkan bahwa tujuan dari suatu transaksi ekonomi yang normal

adalah menciptakan nilai tambah, bukan untuk menaggung risiko.

Sehingga risiko bukan meruoakan sesuatu yang menjadi keinginan dari

suatu transaksi keuntungan investasi13.

2. Risiko yang tidak dibolehkan adalah spekulasi dan teruhan seperti maisir (judi).

Kedua jenis ini adalah gharar dan spekulasi yang di haramkan dalam islam

sebagaimana di tegaskan oleh ibnu taimiyah dalam majmu fatawa:

“Risiko tebagi menjadi dua, yang pertama adalah risiko bisnis yaitu seseorang

yang membeli barang dengan maksud menjualnya kembali dengan tingkat

keuntungan tertentu dan dia bertawakala kepada Allah atas hal tersebut. Ini

adalah risiko yang harus di ambil oeh para pebisnis...bisnis tidak mungkin

terjadi tanpa hal tersebut.. yang kedua adalah maisir yang berarti memakan

harta orang lain dengan cara baathil spekulai iniah yang dilarang Allah dan

rasulnya”.14

3. Maisir (zero, sum game) yang mengandung tindakan memakan harta sesma

secara bathil. Jenis inilah yang di haramkan oleh Allah dan rasulnya.

C. Teori Uncertainty/Ketidakpastian

Uncertainty adalah sebuah kondisi dimana terdapat kemungkinan munculnya

hasil yang lebih dari satu, tetapi probabilitas masing-masing hasil tersebut tidak

diketahui besarnya. Ada perbedaan antara uncertainty dengan risiko, karena risiko

mengacu pada situasi dimana kita dapat merinci semua hasil yang akan muncul beserta

masing-masing probabilitasnya, sementara dalam uncertainty probabilitas dari hasil

tersebut tidak diketahui besarnya15.

Namun dalam beberapa hal, istilah uncertainty dan risiko secara bergantian

digunakan untuk maksud yang sama. Istilah uncertainty sering diterjemahkan dari kata

Bahasa Arab taghrir ( تغرير – yang berarti : akibat, bencana, bahaya, risiko, dan ,(غرر

ketidakpastian. Dalam istilah Fiqih Mu`amalat, taghrir berarti melakukan sesuatu

secara membabi buta tanpa pengetahuan yang mencukupi, atau mengambil risiko

13 Muhammad gunawan Yasni, Risiko dan regulasi bank/kredit dalam persfektif syariah.14 Ibnu Tamiyah, majmu’ fatwa15 Frank Knight membedakan antara uncertainty dengan risiko, dilihat dari probabilitas hasil yang

tidak bisa diketahui besarnya (uncertainty) dan yang bisa diketahui besarnya (risiko). Lihat Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, Edisi Ketiga, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, h : 199-200

7

Page 8: Konsep Risk & Return Dan Aplikasinya Di LKS

sendiri dari suatu perbuatan yang mengandung risiko, tanpa mengetahui dengan persis

apa akibatnya, atau memasuki kancah risiko tanpa memikirkan konsekuensinya16.

Taghrir sama seperti tadlis, keduanya terjadi karena adanya incomplete

information. Namun berbeda dengan tadlis, dimana incomplete information ini hanya

dialami oleh satu pihak saja (unknown to one party, misalnya pembeli saja atau penjual

saja), sementara dalam taghrir, incomplete information ini dialami oleh kedua belah

pihak (baik pembeli maupun penjual). Karena itu kasus taghrir terjadi bila ada unsur

ketidakpastian yang melibatkan kedua belah pihak (uncertain to both parties)17.

Dalam ilmu ekonomi, taghrir lebih dikenal sebagai ketidakpastian (uncertainty)

atau risiko. Dalam situasi kepastian (certainty), hanya ada satu hasil atau kejadian yang

akan muncul dengan probabilitas sebesar 1, (probabilitas mengacu pada besarnya

kemungkinan suatu kejadian akan muncul). Di pihak lain, dalam situasi ketidakpastian

(uncertainty), ada lebih dari satu hasil atau kejadian yang mungkin akan muncul dengan

probabilitas yang berbeda-beda. Dengan demikian terjadi distribusi probabilitas, seperti

dalam gambar berikut ini18 :

Gambar Kepastian : Hasil Tunggal, A (Single Outcome)

Sumber: Adiwarman, 2010.

Sumbu vertikal menyatakan besaran probabilitas, sedangkan sumbu horizontal

menyatakan hasil kejadian. Gambar ini memperlihatkan situasi kepastian (certainty),

dimana hanya ada satu kejadian yang muncul (yaitu A), dengan probabilitas sebesar 1,

dengan demikian kita mengetahui bahwa kejadian A pasti akan muncul.16 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Penerjemah : Soeroyo & Nastangin, Dana Bhakti Wakaf,

Yogyakarta, 1995, Jilid 3, h : 16117 Adiwarman A. Karim, Ekonomi.., hal. 162.18 Ibid., hal 161.

8

HasilA

0,0

1,0

Probabilitas

Page 9: Konsep Risk & Return Dan Aplikasinya Di LKS

Gambar Ketidakpastian : Hasil Lebih Dari Satu, A, B dan C (multiple)

Sumber: Adiwarman, 2010.

Gambar ini memperlihatkan situasi ketidakpastian (uncertainty), dimana terdapat

tiga hasil yang mungkin akan muncul, yakni : A, B dan C. Tiga hasil tersebut memiliki

kemungkinan muncul yang berbeda-beda, kemungkinan A muncul adalah 0,25, B

muncul adalah 0,5, sedangkan C muncul adalah 0,25. Jumlah masing-masing

probabilitas tersebut adalah 119. Sebagaimana tadlis, taghrir terjadi dalam empat

bentuk20:

1. Taghrir dalam kuantitas. Contohnya adalah sistem ijon, dimana seorang petani

sepakat untuk menjual hasil panennya (misalnya beras dengan kualitas A)

kepada tengkulak dengan harga Rp. 750.000,00 padahal pada waktu

kesepakatan dilakukan, tanaman padi petani belum dapat dipanen. Dengan

demikian, kesepakatan jual beli dilakukan tanpa menyebutkan spesifikasi

mengenai berapa kuantitas yang dijual (berapa ton, berapa kuintal), padahal

harga sudah ditetapkan. Maka terjadi ketidakpastian dalam hal ini,

menyangkut kuantitas barang obyek transaksi.

2. Taghrir dalam kualitas. Contohnya adalah menjual anak sapi yang masih

dalam kandungan induknya. Penjual sepakat untuk menyerahkan anak sapi

tersebut segera setelah lahir, seharga Rp. 1.000.000,00. Dalam hal ini, baik

penjual maupun pembeli tidak dapat memastikan kondisi fisik anak sapi

tersebut bila sudah lahir. Apakah akan lahir normal, atau cacat, atau bahkan

19 Ibid.20 Ibid.

9

0,5

0,25

0,0A B C

Hasil

Probabilitas

Page 10: Konsep Risk & Return Dan Aplikasinya Di LKS

lahir dalam keadaan mati. Dengan demikian terjadi ketidakpastian

menyangkut kualitas barang obyek transaksi.

3. Taghrir dalam harga. Contohnya adalah seorang penjual menyatakan bahwa ia

akan menjual satu unit panci merk A seharga Rp. 10.000,00 bila dibayar tunai,

atau Rp. 50.000,00 bila dibayar dengan kredit selama 5 bulan, kemudian

pembeli setuju. Ketidakpastian muncul karena adanya dua harga dalam satu

akad, tidak jelas harga mana yang berlaku, Rp. 10.000,00 atau Rp. 50.000,00.

Misalkan ada pembeli yang membayar lunas pada bulan ke-3, berapa harga

yang berlaku? Bagaimana menentukan harga bila dibayar lunas sehari sebelum

akhir bulan ke-5?. Dalam kasus ini, walaupun kuantitas dan kualitas barang

sudah ditentukan, tetapi terjadi ketidakpastian dalam harga barang, karena

penjual dan pembeli tidak menyepakati satu harga tertentu dalam akad.

4. Taghrir menyangkut waktu penyerahan. Contoh : Samir kehilangan sepeda

motor Suzuki Shogun-125-nya, Ali kebetulan sudah lama ingin memiliki

motor seperti milik Samir, dan karenanya ingin membelinya. Akhirnya Samir

dan Ali membuat kesepakatan untuk menjual motor tersebut seharga Rp.

8.000.000,00, sedangkan harga pasaran motor tersebut adalah

Rp.13.000.000,00. Motor tersebut akan diserahkan kepada Ali segera setelah

ditemukan. Dalam contoh ini terjadi ketidakpastian menyangkut waktu

penyerahan barang, karena barang yang dijual tidak diketahui keberadaannya.

Mungkin motor tersebut akan ditemukan 1 bulan lagi, 1 tahun lagi, dan bahkan

mungkin tidak akan ditemukan sama sekali.

Secara umum, ketidakpastian dapat terjadi pada empat hal, yaitu : dalam

pertukaran, dalam hasil permainan, dalam bisnis atau investasi, dan dalam risiko murni21.

1. Ketidakpastian dalam Pertukaran

Berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang diperolehnya, akad/kontrak dapat

dibagi menjadi dua kelompok, yaitu22:

a. Natural Certainty Contracs

Natural Certainty Contracs adalah akad dalam bisnis yang memberikan

kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu

(timing)-nya. Cash flow-nya bisa diprediksi dengan relatif pasti, karena 21 Ir. Adiwarman A. Karim, S.E., M.B.A., M.A.E.P, Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan, ibid, h

: 79-8122 Ibid.

10

Page 11: Konsep Risk & Return Dan Aplikasinya Di LKS

sudah disepakati oleh kedua belah pihak yang bertransaksi di awal akad.

Kontrak-kontrak ini secara `sunnatullah` (by their nature) menawarkan

return yang tetap dan pasti, jadi sifatnya fixed and predetermined. Obyek

pertukarannya (baik barang maupun jasa) pun harus ditetapkan di awal

akad dengan pasti, baik dari segi kuantitasnya, kualitasnya, harganya dan

waktu penyerahannya. Yang termasuk dalam kategori ini adalah : kontrak

jual beli, upah mengupah, sewa menyewa dan lain-lain.

Dalam kontrak jenis ini, pihak-pihak yang bertransaksi saling bertukar

asetnya (baik real assets maupun financial assets). Jadi masing-masing

pihak tetap berdiri sendiri dan tidak saling bercampur membentuk usaha

baru, sehingga tidak terjadi penanggungan risiko bersama. Misalnya A

memberikan barang ke B, kemudian sebagai gantinya B menyerahkan

uang ke A, di sini barang ditukar dengan uang, sehingga terjadi kontrak

jual-beli. Kontrak-kontrak natural certainty ini dapat dijelaskan dengan

sebuah teori umum yang diberi nama teori pertukaran (the theory of

exchange).

b. Natural Uncertainty Contracs.

Di lain pihak, natural uncertainty contracs adalah akad dalam bisnis yang

tidak memberikan kepastian return (pendapatan), baik dari segi jumlah

maupun waktunya. Tingkat return-nya bisa positif, negatif, atau nol. Yang

termasuk dalam kontrak ini adalah kontrak-kontrak investasi, karena

kontrak-kontrak investasi secara sunnatullah (by their nature) tidak

menawarkan return yang tetap dan pasti, maka sifatnya tidak fixed and

predetermined. Dalam kontrak jenis ini, pihak-pihak yang bertransaksi

saling mencampurkan asetnya (baik real assets maupun financial assets)

menjadi satu kesatuan, dan kemudian menanggung risiko bersama-sama

untuk mendapatkan keuantungan. Di sini keuntungan dan kerugian

ditanggung bersama. Natural uncertainty contracs ini juga dapat dijelaskan

oleh teori umum yang disebut teori percampuran (the theory of venture).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakter kontrak pertukaran

adalah memberikan kepastian, baik dari segi jumlah maupun waktu. Maka

jika di dalamnya mengandung aksi spekulasi, suatu pertukaran akan

menghasilkan ketidakpastian, karena akan menghasilkan tiga

kemungkinan, yaitu : untung, rugi, dan tidak untung dan tidak rugi

11

Page 12: Konsep Risk & Return Dan Aplikasinya Di LKS

(impas). Ketidakpastian yang timbul dari aksi spekulasi dalam suatu

pertukaran inilah yang disebut dengan taghrir (gharar) dan dilarang dalam

Islam.

2. Ketidakpastian dalam permainan.

Permainan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga hal, yaitu : permainan peluang,

permainan ketangkasan dan permainan atas suatu peristiwa alamiah. Dalam ketiga

permainan tersebut, faktor ketidakpastian merupakan sesuatu yang tidak dapat

dihindari, dengan kata lain, pada dasarnya suatu permainan akan selalu

memberikan ketidakpastian : menang, kalah, atau bahkan seri (draw). Jika

mengandung zero sum game, yaitu salah satu pihak harus menanggung kerugian

material, sementara pihak yang lainnya memperoleh keuntungan, permainan

tersebut dikategorikan sebagai tindakan perjudian (maysir), yang dilarang dalam

Islam. Adapun jika tidak ada satu pihak yang dirugikan secara material (non-zero

sum game), permainan tersebut diperbolehkan dalam Islam, dan pemberian yang

diberikan kepada pemenang dikategorikan sebagai hadiah.

3. Ketidakpastian dalam bisnis atau investasi.

Bisnis atau investasi pada dasarnya merupakan sebuah aktivitas yang tidak bisa

terlepas dari suatu ketidakpastian (uncertainty contracs). Dalam kerja sama bisnis

atau investasi, para pelaku pasti akan menghadapi salah satu dari tiga

kemungkinan yang ada, yaitu : untung, rugi, dan tidak untung dan tidak rugi. Jika

keuntungaan atau kerugian dari aktivitas bisnis atau investasi ini sejak awal

ditetapkan hanya ditanggung oleh salah satu pihak, aktivitas ini dapat

dikategorikan sebagai aktivitas ribawi, karena memperlakukan suatu kontrak yang

berkarakter tidak pasti (uncertainty contracs) menjadi pasti (certainty contracs),

dan dilarang oleh Islam. Namun jika kedua belah pihak bersepakat sejak awal

untuk melakukan sharing terhadap risiko dan keuntungan, maka aktivitas bisnis

ini sah dan diperbolehkan oleh Islam.

4. Ketidakpastian dalam risiko murni.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia akan menghadapi berbagai risiko murni.

Risiko-risiko tersebut bersifat tidak pasti, bisa menimpa manusia, bisa juga tidak.

Dengan demikian, outcome dari ketidakpastian risiko ini adalah hanya loss atau

no loss, dan tidak ada profit. Orang yang bepergian ke suatu daerah misalnya,

hanya akan menghadapi dua kemungkinan risiko : selamat sampai tujuan atau

tidak. Jika selamat, dia tidak memperoleh keuntungan, tetapi hanya terhindar dari

12

Page 13: Konsep Risk & Return Dan Aplikasinya Di LKS

musibah (no loss). Sebaliknya, jika tidak bisa berhasil selamat sampai tujuan atau

tertimpa kecelakaan, berarti dia menderita kerugian (loss). Dalam menghadapi

risiko ini, manusia dapat menanggungnya secara individual dan dapat pula secara

bersama-sama. Dalam hal menanggung risiko secara bersama-sama, mereka dapat

melakukan kerjasama yang bersifat saling menolong (non-komersial), yaitu setiap

individu mendonasikan dananya (tabarru`)untuk digunakan membantu diantara

mereka yang tertimpa musibah.

D. Return dalam Pandangan Konvensioanal dan Islam

Return atau pengembalian adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,

individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukan. Menurut R. J.

Shook, return merupakan laba investasi, baik melalui bunga atau deviden23.

Pengembalian hasil (return) dapat didefinisikan sebagai tingkat keuntungan yang

diperoleh atau diharapkan dari suatu investasi selama satu periode waktu, yang akan

diperoleh di masa mendatang. Return merupakan kompensasi atas risiko yang harus

ditanggung oleh investor atas investasi yang dilakukannya24. Tingkat pengembalian

hasil yang diharapkan (expected rate of return) adalah perolehan nilai rata-rata dari

distribusi probabilitas untuk hasil-hasil yang mungkin dicapai25. Dalam konsep

investasi konvensional, return di bagi menjadi dua, yaitu Expected return (return

ekspektasi) dan Acrual return/Realize return (return yang terjadi). Variabel yang

berpengaruh terhadap return diantaranya probabilitas, standar deviasi, dan fortofolio

investasi.

Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield

dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan

aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Jika

berinvestasi pada sebuah obligasi atau mendepositokan uang di bank, maka besarnya

yield ditunjukkan dari bunga obligasi atau bunga deposito yang diterima. Jika kita

berinvestasi dalam saham, yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang kita

peroleh. Sedangkan, capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return

merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (saham atau obligasi),

yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor.

23 Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, Teori Portofolio dan Analisis Investasi “Teori dan Soal Jawab”, 2009, hal. 151-152.

24 Namora, “Perbandingan Market Performance dan Karakteristik Keuangan Perusahaan Sektor AnekaIndustri dengan Sektor Properti – Real Estat, Tesis, Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Pelita Harapan Jakarta (2006), hal 13.

25 J. Fred Weston, Eugene F. Brigham, Essentials of Finance, Erlangga, hal. 117.

13

Page 14: Konsep Risk & Return Dan Aplikasinya Di LKS

Pada dasarnya tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan

return. Return dapat berupa return realisasi ataupun return ekspektasi.

Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi yang dihitung

berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah

satu pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan return

ekspektasi (expected return) untuk mengukur risiko di masa yang akan datang.

Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh

investor di masa yang akan datang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya

sudah terjadi, return ekspektasi ini sifatnya belum terjadi.

Suad Husnan (2005) menyebutkan bahwa tingkat pengembalian yang diharapkan

(expected return) adalah laba yang akan diterima oleh pemodal atas investasinya

pada perusahaan emiten dalam waktu yang akan datang dan tingkat keuntungan ini

sangat dipengaruhi oleh prospek perusahaan di masa yang akan datang. Seorang

investor akan mengharapkan return tertentu di masa yang akan datang tetapi jika

investasi yang dilakukannya telah selesai maka investor akan mendapat return

realisasi (realized return) yang telah dilakukan.

Konsep pendapatan atau return di dalam Islam adalah Islam menganjurkan

kepada umatnya untuk mencari penghidupan sebanyak mungkin demi kesejahteraan

hidupnya didunia26. Dalam aplikasi keuangan syariah sumber pendapatan dalam

diperoleh dari kegiatan-kegiatan investasi bisnis atau usaha dengan akad Syirkah,

Buyu’ dan ijarah. Imbal hasil akad syirkah berbentuk bagi hasil, akad buyu’ berupa

margin dan akad ijarah berupa ujroh atau sewa.

Return diterangkan dalam hadits Nabi yang berbunyi: “Carilah

kebahagiaan (mencari harta sebanyak-banyaknya) di dunia seakan-akan engkau

akan hidup selamanya. Dan beribadahlah kamu setiap saat seakan-akan engkau

akan mati esok hari.” Jika Merujuk pada Quran surat At-Taubah : 34-3527 Kata

26 Sebagaimana tertuang di dalam al-Qur’an surah Al-Jumu’ah ayat 10 yang artinya apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Quran in word 2010)

Diterangkan juga dalam al-Quran Surah Al-Qashas ayat 77 yang artinya dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Quran in word 2010).

27 Yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, (35) pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi

14

Page 15: Konsep Risk & Return Dan Aplikasinya Di LKS

yang berarti menyimpan, menurut Abu Dzar diartikan bahwa umat

manusia hanya diperintahkan mencukupkan harta benda sebatas pada kebutuhan

pokoknya semata. Abu Dzar berpendapat bahwa haram hukumnya memiliki harta

benda melebihi kebutuhan manusia. Dan setiap kelebihan harus didistribusikan ke

jalan-jalan Allah melalui mekanisme zakat, infaq dan shadaqah28.

Dari perumpamaan tersebut, dapat pula dikatakan menurut paham Abu Dzar,

bekerja dalam Islam diwajibkan, namun mengambil return atas investasi melebihi

kebutuhan pokoknya diharamkan. Kelebihan harta atas kebutuhan pokok harus

didistribusikan dalam instrumen-instrumen keuangan. Namun bila ditinjau lebih

jauh, tidak terdapat unsur kuantitas dalam ayat tersebut. Artinya, hukuman Allah

diperuntukkan hanya bagi (harta untuk dirinya

sendiri) tanpa mempertimbangkan kemaslahatan umat. Dalam hal ini bisa dikatakan

sebagai perilaku penimbunan (ikhtikar).

Secara kontekstual, hukuman Allah di atas tidak termasuk didalamnya bagi

para penabung (iddtikar) untuk persiapan hari esok. Kehidupan di dunia bersifat

fluktuatif, kebutuhan manusia-pun sifatnya labil. Bisa berarti kebutuhan tersier hari

ini merupakan kebutuhan pokok di masa mendatang. Untuk itulah menabung sangat

perlu guna berjaga-jaga (precantionary motive) di hari esok. Menurut jumhur ulama

dinyatakan bahwa tidak ada batasan maksimal kepemilikan harta sejauh menjaga

kaidah-kaidah dalam berusaha dan menggunakan harta benda sesuai syariat.

Manusia tidak bersalah dan tidak akan dihisab karena mengumpulkan harta benda

yang tidak terkira dan tidak terhitung tersebut29.

E. Kaidah Fikih dan Mitigasi Risiko

Konsep ketidakpastian dalam ekonomi islam menjadi salah satu pilar penting

dalam proses manajemen risiko islami30. Kaidah syariah tentang imbal hasil dan

risiko adalah Al ghunmu bil ghurmi, artinya risiko akan selalu menyertai setiap

ekspektasi return atau imbal hasil.

mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." (Quran in word 2010).

28 Abdullah Lam bin Ibrahin, Fiqih Financial; Referensi Lengkap Kaum Hartawan dan Calon Hartawan Muslim untuk Mengelola Hartanya Agar Menjadi Berkah, (diterjemahkan oleh Abu Sarah, Taufiq Khudlori Setiawan), (Solo : Era Intermedia; 2005), Hlm. 31

29 Ibid., Hal. 33.30 Disebutkan dalam QS. Al Hasyr : 18 yang artinya ”Hai orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

15

Page 16: Konsep Risk & Return Dan Aplikasinya Di LKS

Para ulama telah bersepakat bahwa terdapat dua kaidah penting yang harus

diperhatikan dalam menjalankan bisnis dan setiap transaksi usaha, yaitu kaidah al-

kharaj bidh dhaman (pendapatan adalah imbalan atas tanggungan yang diambil) dan

al ghunmu bil ghurmi (keuntungan adalah imbalan atas kesiapan menanggung

kerugian). Kedua kaidah tersebut bersumber dari hadis nabi shalalahu ‘alaihi wa

sallam:

“dari aisyah radhiyallahu anha bahwasannya seseorang lelaki membeli seorang budak laki-laki. Kemudian budak tersebut tinggal bersamanya selama beberapa waktu. Suatu hari sang pembeli mendapakan adanya cacat pada budak tersebut. Kemudian pembeli mengadukan penjual kepada nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dan nabi –pun memutuskan agar budak tersebut dikembalikan. Maka penjual berkata “ya rasulullah! Sungguh ia telah memperkerjakan budakku? “. Maka rasulullah bersabda: “keuntungan adalah imbalan atas kerugian. “(HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Abu dawud, An-Nasai dan dihasankan oleh Al-Bani).

Orang yang berhak mendapatkan keuntungan ialah orang yang punya

kewajiban menanggung kerugian (jika hal itu terjadi). Keuntungan merupakan

kompensasi yang pantas atas kesediaan seseorang menanggung potensi kerugian.

Seorang pedagang berhak mengambil keuntungan atas kesedian seseorang

menanggung potensi kerugian. Seorang pedagang berhak mengambil keuntungan

atas barang yang dijualnya karena ia telah menanggung seluruh risiko terkait barang

dagangnya (kerusakan barang sebelum terjual, kehilangan barang dagang, tidak laku,

dan lain sebagainya). Seorang mudharib dan shahibul maal dalam transaksi

mudharabah masing-masing berhak atas pembagian keuntungan usaha karena setiap

pihak menanggung risiko kehilangan modal dan mudharib menanggung risiko, maka

keduanya pun berhak atas bagian keuntungan usaha. Dengan kedua kaidah tersebut,

islam menghilangkan ketidakadilan dan melindungi hak setiap pihak yang terlibat

dalam transaksi bisnis.

Konsekuensi logis lainnya dari kaidah “al-kharaju bidh dhamani” dan “al-

ghunmu bil ghurmi” adalah islam melarang setiap jenis transaksi yang didalamnya

terjadi ketidakseimbangan antar risiko dan keuntungan. Dengan kata lain islam

melarang setiap jenis transaksi yang menghasilkan keuntungan tanpa adanya

kesediaan menanggung kerugian. Itulah mengapa islam melarang adanya tambahan

(bunga)31 dalam transaksi utang seperti biasa terjadi dalam sistem keuangan

konvesional. Pemberi pinjaman tidak memiliki risiko apa pun atas dana yang

31 salah satu sebab mengapa bunga bank adalah riba karena pemilik modal tidak menanggung risiko atas modal yang diinvestasikan. Bunga bank tidak memenuhi prinsip “no risk no gain”.

16

Page 17: Konsep Risk & Return Dan Aplikasinya Di LKS

dipinjamkannya karena islam mewajibkan setiap pinjaman untuk melunasi utangnya.

Oleh karena itu setiap tamabahan atas pengembalian utang dianggap sebagai riba.

Jika tambahan atas untang diperbolehkan, maka akan terjadi ketidakadilan.

Menurut Rosly Islam mendukung pengambil keputusan untuk berani

mengambil risiko karena adanya prinsip al-ghorm bil ghonm dan tidak mendukung

risk avoiding behavior. Menurut Rosly keuntungan boleh diakui dalam Islam jika

menghasilkan nilai tambah (kasb)32, dilakukan dengan kerja usaha serta ada unsur

risiko (ghorm) yang mesti ditanggung. Meskipun demikian, Islam melarang

pengambil keputusan mengambil risiko yang berlebihan yang dinamakan gharar.

Dengan demikian, pembiayaan dengan prinsip bagi hasil lebih sesuai, karena

pemilik modal akan menanggung risiko kerugian jika keuntungan tidak sesuai

dengan perkiraan, tetapi tidak sampai ke peringkat gharar. Pembiayaan dengan

kontrak jual beli dipandang tidak memenuhi prinsip al-ghorm bil ghonm karena

return yang diterima bank bersifat tetap.33

Dalam produk keuangan syariah, dalam akad mudharabah, pemilik modal

berhak ata keuntungan dan berisiko kehilangan modalnya jika usahanya pailit.

Mudharib berhak atas keuntungan dan berisiko rugi waktu dan tenaganya bahkan

bisa berisiko mengganti modal yang pailit jika di akibatkan oleh mudharib.

Dalam akad Buyu’, Penjual berhak atas margin dan berisiko kehilangan

barang yang di jualnya di tangan pembeli pada saat tawar-menawar. Pembeli berhak

atas barang dan berisiko mengganti barang yang rusak.

Dalam akad ijarah, penyewa berhak aatas manfaat dan jasa dan berisiko

mengganti manfaat jika barangnya rusak di tangannya. Pihak yang menyewakan

berhak atas upah sewa dan berisiko barang yang di sewakan rusak/hilang.

Konsep Mitigasi risiko dalam Islam dapat di ambil dari kisah sebagai berikut:

1. Kisah abbas bin abdul muthalib

Diriwayatkan, jika ibnu abbas menyerahkan modal mudharabah maka ia memberikan isyarat kepada pengelola agar tidak melewati lautan, jurang, tidak untuk di belikan tunggangan yang memiliki hatiyang basah. Jika si pengelola melakukn hal-hal tersebut, maka ia bertanggung jawab. Kemudian ibnu abbas

32 Prinsip ini sesuai dengan kaidah “al jazā’u min jinsil al ‘amal”, bahwa balasan itu tergantung dari perbuatannya. Maka setiap laba yang dihasilkan melalui melalui sumber yang diharamkan atau proses transaksi bisnis yang ilegal tidak diakui oleh syari’ah. Hal ini bisa dilihat melaui model-model bisnis yang dikembangkan oleh Rasulullah  dalam meraih laba yang benilai materil serta keberkahan.

33 Rosly. (2005). Critical Issue on Islamic Banking and Financial Markets. Dinamas Publishing, Kuala Lumpur, Malaysia.

17

Page 18: Konsep Risk & Return Dan Aplikasinya Di LKS

menanyakan syarat-syarat tersebut kepada rosullulah saw. Kemudian rosulullah membolehkannya34.

2. Penjelasan Ibnu Taimiyah

Ibnu taimiyah berkata: akad musaqah dan muzara’ah di berlakukan dengan mengandalkan komitmen (amanah) pengelola. Sesuatu yang sulit terjadi/sulit dilakukan. Oleh karena itu, masyarakat membutuhkan akad ijarah, karena dengan akad ijarah, harta yang disewakan itu terjamin. Oleh karena masyarakat di banyak tempat dan kondisi meninggalkan transaksi muzara’ah dan memilih ijarah sebagai alternatif kareana sebab tersebut diatas. 35

Perspektif Islam dalam pengelolaan risiko suatu organsiasi dapat dikaji dari

kisah Yusuf dalam  mentakwilkan mimpi sang raja pada masa itu36. M. Quraish

Shihab menafsirkan bahwa Nabi Yusuf memahami tujuh ekor sapi sebagai tujuh

tahun masa pertanian. Boleh jadi karena sapi digunakan membajak, kegemukan sapi

adalah lambang kesuburan, sedang sapi kurus adalah masa sulit dibidang pertanian,

yakni masa paceklik. Bulir-bulir gandum lambang pangan yang tersedia. Setiap bulir

sama dengan setahun. Demikian juga sebaliknya37.

Dari kisah tersebut, bisa dikatakan bahwa pada tujuh tahun kedua akan

timbul kekeringan yang dahsyat. Ini merupakan suatu risiko yang menimpa negeri

Yusuf tersebut. Namun dengan adanya mimpi sang raja yang kemudian ditakwilkan

oleh Yusuf maka kemudian Yusuf telah melakukan pengukuran dan pengendalian

atas risiko yang akan terjadi pada tujuh tahun kedua tersebut. Hal ini dilakukan

Yusuf dengan cara menyarankan kepada rakyat seluruh negeri untuk menyimpan

sebagian hasil panennya pada panenan tujuh tahun pertama demi menghadapi

paceklik pada tujuh tahun berikutnya. Dengan demikian maka terhindarlah bahaya 34 Dr. Muhammad al Qurri bin ‘ied, at-tahwwuth fi al-‘amaliyatt al-maliah hal 9. Menukil dari bada’i

ash-shanai’ 13/150.35 Ibid, 30/23536 Al-Qur’an Surat Yusuf 43 yang artinya “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina

yang gemuk-gemuk di makan oleh tujuh ekor sapi sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering.’Hai orang-orang yang terkemuka: ’Terangkanlah kepadaku tentang ta’bir mimpiku itu jika kamu dapat mena’birkan mimpi.’(Quran in Word 2010).Dilanjutkan dengan kisah Yusuf mentakwilkan mimpi sang raja dijelaskan dalam al-Qur’an Surat Yusuf:46-47 yang artinya sebagai berikut: (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru): "Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya.Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur." (Quran in Word 2010).

37 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Cet. Ke-V, hal. 471-472.

18

Page 19: Konsep Risk & Return Dan Aplikasinya Di LKS

kelaparan yang mengancam negeri Yusuf tersebut. Sungguh suatu pengelolaan risiko

yang sempurna. Proses manajemen risiko diterapkan Yusuf melalui tahapan

pemahaman risiko, evaluasi dan pengukuran, dan pengelolaan risiko.

Dalam Hadits juga dikisahkan, salah seorang sahabat Rasulullah Saw. yang

meninggalkan untanya tanpa diikatkan pada sesuatu, seperti pohon, tonggak dan

lain-lain, lalu ditinggalkan. Beliau s.a.w. bertanya: "Mengapa tidak kamu ikatkan?"

Ia menjawab: "Saya sudah bertawakkal kepada Allah." Rasulullah Saw. tidak dapat

menyetujui cara berfikir orang itu, lalu bersabda, "Ikatlah dulu lalu

bertawakkallah."

PENUTUP

A. Kesimpulan

Risiko merupakan suatu kejadian dimana muncul ukuran ketidakpastian

(uncertainty) terhadap volatilitas atau pergerakan fluktuasi nilai equivalent rate

keuntungan yang di harapkan. Sebagai seorang investor atau pengambil keputusan

harus dapat memahami risiko melalui ukuran ketidakpastian yang dapat diamati dari

preseden historis atau data historis yang menunjukkan suatu kemungkinan bahwa

19

Page 20: Konsep Risk & Return Dan Aplikasinya Di LKS

tingkat pengembalian (return) aktual tidak akan menyimpang dari tingkat

pengembalian (return) yang diharapkan. Apabila risiko-risiko ini tetap terjadi, maka

adanya seni untuk mengelola risiko mutlak di perlukan agar tujuan menuju

kesejahteraan bisa tercapai. Tepenuhinya informasi dalam aktifitas ekonomi

memungkinkan pelaku ekonomi untuk bisa menentukan tingkat return optimal dan

tercapainya sebuah keputusan yang bermuara kepada maqashid syariah.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman A. Karim,. 2010. Bank Islam Analisis Fikih dan Keuangan, edisi 4. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.

__________________. 2007. Ekonomi Mikro Islami, Edisi Ketiga, RajaGrafindo Persada,

Jakarta.

20

Page 21: Konsep Risk & Return Dan Aplikasinya Di LKS

__________________.2006. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta:PT Raja

Grafindo Persada).

Afzalur Rahman, 1995. Doktrin Ekonomi Islam, Penerjemah : Soeroyo & Nastangin, Dana

Bhakti Wakaf, Yogyakarta.

Ali Sakti, “Konsep Investasi dalam Islam” Ekonomi Islam, 25 September 2007.

Fery N. Indroes dan Sugiarto, Manageman Risiko Perbankan, 2006.

http://www.yarsi.ac.id/web-directory/kolom-dosen/70-fakultas-ekonomi/196-risiko-dan-

spekulasi-dalam-investasi-syariah.html

Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, 2009, Teori Portofolio dan Analisis Investasi “Teori

dan Soal Jawab”.

J. Fred Weston, Eugene F. Brigham, Essentials of Finance, Erlangga.

Jayani Nurdin, “Risiko Investasi pada Saham Properti di Bursa Efek Jakarta”, Usahawan, No.

03 Th.XXVIII (Maret 1999), hal. 1 kolom I.

Jones, Charles P (2002), Investment: Analysis And Management, 7th ed, New York: Jon

Willy and Sons

M. B. Hendrie Anto, 2003, Pengantar Ekonomika Mikro Islami, , cet. I (Yogyakarta:

EKONOSIA, Oktober).

Muhammad Budi Setiawan, “Pengantar Manajemen Investasi, Manajemen Investasi Syariah”

artikel dalam www. Blog.cakwawan.com, diakses tanggal 22 september 2015.

Najmudin. 2011. Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syar’iiyyah Modern. Yogyakarata:

Andi Offset.

Namora, 2006. “Perbandingan Market Performance dan Karakteristik Keuangan Perusahaan

Sektor AnekaIndustri dengan Sektor Properti – Real Estat,. Tesis, Program Studi

Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Pelita Harapan Jakarta .

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Cet. Ke-V.

Dr. Muhammad al Qurri bin ‘ied, at-tahwwuth fi al-‘amaliyatt al-maliah.

Rosly. (2005). Critical Issue on Islamic Banking and Financial Markets. Dinamas

Publishing, Kuala Lumpur, Malaysia.

Abdullah Lam bin Ibrahin, Fiqih Financial; Referensi Lengkap Kaum Hartawan dan Calon

Hartawan Muslim untuk Mengelola Hartanya Agar Menjadi Berkah, (diterjemahkan

oleh Abu Sarah, Taufiq Khudlori Setiawan), (Solo : Era Intermedia; 2005

Dr. Oni sahroni, MA, Ir. Adiwarma A. Karim, SE, MBA, MAEP, 2015. Maqashid Bisnis

Dan Keuangan Islam, Sintesis Fikih Dan Ekonomi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada).

21

Page 22: Konsep Risk & Return Dan Aplikasinya Di LKS

22