konsep pendidikan tinggi islam yang kompetitif

14
Konsep Pendidikan Tinggi Islam yang Kompetitif Oleh H.Supardi Pengantar Hadirnya Pendidikan Tinggilslam yang kompetitif diera global merupakansebuah gagasan yang mengandung dilematika di dalam diri sendiri. Berat,sudah sejak daii dalam katanyasendiri. Isi tulisan in! meru pakan kristallsasi dari sebuah gagasan yang mendambakan hadirnya sebuah Pendidikan Tinggi Islam;yang dimulai de- ngan beberapa Catalan: Pertama, benarkah pembahasan ma- saiah ini bisa dilakukan seolah masalah Pendidikan TinggiIslamadalah sesuatu yang dapat dibahas begitu saja tanpa mempermasalahkan pendidikan dasar- nya. Padahal seperti apapun bagusnya sistem pendidikan tinggi, kelancaran pe- laksanaannya sedikit banyak akan ber- gantung pula pada kualitas input yang masuk kedalamnya. Kedua, dalam konteks Indonesiayang masih mengharuskan PendidikanTinggi Swasta (PTS)menginduk "Kumas" (pasal 13 PP 60/99 tentang Pendidikan Tinggi). Pertanyaannya adalah, masih adakah re- levansinya menggagas Konsep Pendidi kan Tinggi Islam (KPTl) yangsepenuhnya otonom? Ketiga, mengenai keinginan kita untuk membuat KPTl yang"kompetitif diera glo bal". Pertanyaannya, lemikonfigurasise- perti apa dan bisakah rancangan kom petitif KPTl itu dilakukan? Semua orang tahu bahwa globalisasi dan teknologi globalisasi (seperti TV, satelit, internet, tek nologikomunikasi seluler dan sebagai- nya), meskipun /?arffa/? Al-Quran juga me- merintahkan demikian, namun dalam implementasinya tidaklah sepenuhnya dirancang oleh.tuntutan Islamitusendiri.. Globalisasidengan segala jenis.perada- ban produknya, memang bukan produk umat Islam. Bomatom misalnya,pemah dipakai untuk kemudhorotan menghan- curkan bangsa Jepang. Televisi sampai kini masih lebih banyakdipakai untukme- numbuhkansikap konsumtifisme, idiologi kekerasan,model "perselingkuhan" ala telenovela dan sebagainya ketimbang me- ngajarkan akhlak mulia, siapa bisa me- ngerem?. Bahkan sebagian besar umat Islam menikmatinya tanpa menganggap sebagai masalah. TragediSampit (pem- bantaian suku Madura) hingga pene- bangan "pohon polltik" dan pemblokiran pelabuhan Gilimanuk menunjukkan bah wa sebenamyalah di balik gamerlap ke- majuan telekomunikasi yang ada, kita ini masih terbelakang. Keempat, taruhlah dengandatangnya era globalisasi ini muncul keberanian pada kita untukmeninggaikan sistem Dik- nas, dalam arti masa bodohlah dengan Kurnas. karena nanti yang akan menen- tukan kelayakan pasar output KPTl adalah pasarsendiri dan bukan regulasi negara JPIFIAiJurusan Tarbiyah Volume VIIITahun VIJanuan2003 73

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Pendidikan Tinggi Islam yang Kompetitif

Konsep Pendidikan Tinggi Islam yangKompetitif

Oleh H.Supardi

PengantarHadirnya Pendidikan Tinggilslam yangkompetitif diera global merupakan sebuahgagasan yang mengandung dilematika didalam diri sendiri. Berat,sudah sejak daiidalam katanyasendiri. Isi tulisan in! merupakan kristallsasi dari sebuah gagasanyang mendambakan hadirnya sebuahPendidikanTinggi Islam;yang dimulai de-ngan beberapa Catalan:

Pertama, benarkah pembahasan ma-saiah ini bisa dilakukan seolah masalah

Pendidikan TinggiIslamadalah sesuatuyang dapat dibahas begitu saja tanpamempermasalahkan pendidikan dasar-nya. Padahal seperti apapun bagusnyasistem pendidikan tinggi, kelancaran pe-laksanaannya sedikit banyak akan ber-gantung pula pada kualitas input yangmasuk kedalamnya.

Kedua, dalam konteks Indonesiayangmasih mengharuskan PendidikanTinggiSwasta (PTS)menginduk "Kumas" (pasal13 PP 60/99 tentang Pendidikan Tinggi).Pertanyaannya adalah, masih adakah re-levansinya menggagas Konsep PendidikanTinggi Islam (KPTl) yangsepenuhnyaotonom?

Ketiga, mengenai keinginan kita untukmembuat KPTl yang"kompetitifdiera global". Pertanyaannya, lemikonfigurasise-perti apa dan bisakah rancangan kompetitif KPTl itu dilakukan? Semua orang

tahu bahwa globalisasi dan teknologiglobalisasi (seperti TV, satelit, internet, teknologikomunikasi seluler dan sebagai-nya), meskipun /?arffa/? Al-Quran jugame-merintahkan demikian, namun dalamimplementasinya tidaklah sepenuhnyadirancang oleh.tuntutan Islamitusendiri..Globalisasidengan segala jenis.perada-ban produknya, memang bukan produkumat Islam. Bomatom misalnya,pemahdipakai untukkemudhorotan menghan-curkan bangsa Jepang. Televisi sampaikini masih lebih banyakdipakai untukme-numbuhkansikap konsumtifisme, idiologikekerasan,model "perselingkuhan" alatelenoveladan sebagainyaketimbang me-ngajarkan akhlak mulia, siapa bisa me-ngerem?. Bahkan sebagian besar umatIslam menikmatinya tanpa menganggapsebagai masalah. TragediSampit (pem-bantaian suku Madura) hingga pene-bangan "pohon polltik" dan pemblokiranpelabuhan Gilimanuk menunjukkan bahwa sebenamyalah dibalik gamerlap ke-majuan telekomunikasi yang ada, kitainimasih terbelakang.

Keempat, taruhlah dengandatangnyaera globalisasi ini muncul keberanianpada kita untukmeninggaikan sistem Dik-nas, dalam arti masa bodohlah denganKurnas. karena nanti yangakan menen-tukan kelayakan pasar output KPTl adalahpasarsendiri dan bukan regulasi negara

JPIFIAiJurusan Tarbiyah Volume VIIITahun VIJanuan2003 73

Page 2: Konsep Pendidikan Tinggi Islam yang Kompetitif

HSupardi. KonsepPsodikanTinggi IslamYangKompetttf

lagi. Tapi pertanyaannya, akankah ha! itubermanfaatbagi pengembanganKPT! bilapihakkonsumensendiri temyatatidak me-miliki keberanian menjadi pembeli KPTIkarena kita tidakmendapatkanarkreditasipemerintah?

Keempat ha! in! membawa implikasibahwa sebuah elaborasi ideal terhadapKPTI sebagaimana diamanatkanjudul tu-lisan ini nampaknya masih jauh dan perluuntuk digagas sekarang ini, untuk tidakmengatakan utopis. Kalaupun analisisatas tema ini akhimya penulis lakukan, inikarena penulismelihatadanya satu sinyal"peluang"yangmuncul dari regulasiDiktibelum lama ini yang memperbolehkanberoperasinya Perguruan Tinggi Asing(PTA) dl Indonesia. Bolehjadi, ini akansama persis kasusnya dengan "kesala-han"pemerintahOrdeBamyangentah denganreasoning apa fondasiekonomi rak-yatnyamasih kacau.

Kitatahu bahwa poiitik pintu terbukaterhadap beroperasinyaPTAsing di Indonesia, bukannyatidakmembawa biasingin disguese. Sebab pada kenyataannya,banyakdariPTA yangberoperasidengansistem yang sudah sama sekali berbedaparadigmanya dengan paradigma Diktiyang sebagaimana akan kitabahas nanti.Jika pada kenyataannya nantiprodukPTAiniiah yanglebih laku dipasaran keija, ma-ka pada saat itu pulalah kesempatan bagipara anggota Kopertis dan Kopertais m^ngucapkan "selamattinggal" kepada sistem.

Sebuah modai "PTS tamu" sudah ber-

hasil menjadi tumbal untuk membukama-ta publik sekaligus menggoyang supre-masi regulasi negara bahwadiera pasarterbuka. Aspekyangpenting bukanlah ijinpemerintah, tetapi kualitas nyata yang

mempunyai relevansitinggi dengan kebu-tuhan pasar, meskipun posisi PendidikanTinggi sendiri sebenarnya bukanlahsekedarsupp/Zertenaga keijaterdidik bagiindustri. Demikianlah seiumh analisis da-

lam tulisan inidibuat dengan memperha-tikan keempat faktortersebutdi atas.

Konsep PendidikanTinggi IslamApa sebenarnya Konsep Pendidikan

Tinggi Islam? Penulis lebihsuka berpe-gang pada klalm Islam sendiri ketika di-wahyukan kepada Rasul, yaitu sebagaipembedaantara yang bathiidan yang hak.Namundisisi lain kitamenghadapi ken-dala UU,maka pertanyaannya kemudianadalah KPTIinihams ditempuh dengancara yang bagaimana? Dengan menem-puh jalan konfrontasi melawan sistemataukah dengan jalan koiaborasi? Ataukita pilih jalan yang palin disukai Allah,yaitu "jalan tengah" seperti kata hadistkhairul umuri ausatuha, sebaik-baik se-gala sesuatu adalah yangtengah-tengah.

Tetapi inipunmasih mengandung te-ka-teki: jalan tengah menumt slapa, ber-dasar trendG/oba/(yang berarti mengikutiidiom-idiom global), ataukah jaian tengahmenumt kemauan PP 60/99yang menjadi"penjara" bagi PTS. Ini sungguh sangatdilematik, karena bangsa ini masih beradadi"simpangjalan" peralihan. Sementaradi satu pihak sudah meratifikasi AFTA/APEC, tapi di lain pihak masih bertum-pukan pada regulasinegara yang dibuatberdasarkanasumsilama. Berbagaiprodukasingyang"progres'if diperkenankanmasuk bebas, sementara kaki anak bangsa sendiri"dipasung"dengan bermacamaturan yang membelenggu.

Sisilain yang tidak kalahdiiematiknyaadalah dalam hal perancangan bidang

74 JPIFiAIJurusanTarbiyah Volume ViilTahun VIJanuan2003

Page 3: Konsep Pendidikan Tinggi Islam yang Kompetitif

stiidi. Benarkahberbagaibidang studise-bagaimana terdapat dalam "Kurnas" itusudah"layak jual" terutamadilihat dari sisikompetitor berupa tawaran berbagai bidangstudi yangdimiliki olehparapesaingkita, PTA?. Analisis terhadap keUnggulanpesaing yang mestinya menjadi akunta-bilitas perancangan PR rasanyatidak per-nah dipertanggungjawabkan olehsistemDiknas.

Atau, marilah kita lakukan pembuktianterbalik terhadap fakta tiadanya akun-tabilitas pubiik dari UU SistemDiknas ter-sebut. Data di bawah inimenunjukkanbagaimana performa PerguruanTlnggi kita dibanding negara tetangga. Tahun1997,peringkat U! ada pada urutan ke-32tapitahun 1999turundrastiske urutan 70.Begitu pula UGM, Unalrdan Undip. HanyaITS yang naik peringkatnya dari 19 menjadi 15. Sedangkan persoalan pengha-silan, gajldosen di indonesia adalah te-rehdah di asia Pasifik.

Peringkat PTN TerbalkIndonesia(Dibandingkandengan sejumlah PT

terbaikdiAsiaTenggara)

PERINGKAT

PT 23Mei1977

dari 50 PTdl Asia Pasifik

23li,1el1d99

dari 104 PTdl Asia Pasifik

Ul

UGM

UNAIR

UNOIP

S

37

38

42

70

67-

79

77

ITB 19 15

(deri 30 Perguruan TinggiTeknologi Asia PaslBk)

Dkitp dariP^uruanTmggjBermLitu;Parad^maBaruManajemenPendidikan TinggiMenghadapiTanbnganAbadke-21. DaulatTamautolon, Gramedia

2001.

Bagaimana dengan kualitas outputPTNkita?. Kalau"keterserapan" dalam

MANAJB^MADRASfiH

pekerjaan merupakan indikasi, makaper-formancenya juga masih sangat kurang.label berikutnya menunjukkan bahwatingkat pengangguranintelektual di indonesia terussajameningkat. Tahun 1980masih 1.77%. tetapi tahun 1996 sudahmeningkat menjadi 18.55% dari semualulusansaijana. Data ini adalah data sen-susyang membedakan antara pengangguran nyata dan "terselubung", yang me-nurutpenuiisjauh banyak lagi.

TingkatPengangguran IntelektualDi Indonesia 1980-1996

TajiunV

1980 1,77%1990 6,7%1994 12,2%1995 12,36%1996 18,55%

Jadi apa hasilsemacam ini yang maudibanggakanolehPP 60/11999 tersebut?.Mewajibkan swasta menglndukpada Kurnas sama saja dengan memperbanyakdaftar"ketidakunggulan" PerguruanTinggidiIndonesia. Mengapakita mesti menyim-pan "seluruh telor"disatu kotak yang sama; satu busuk, semua menjadi ikutmembusuk atau minimal terimbas bau bu-

suknya. Cara kolaborasi yangmenyedia-kan KPTl berrtiain di kandang "Kurlok"yang 25% kira-kira akan seperti itulah ha-silnya.

Adakah pilihanlainnya?• Islam mengajarkan tempuhan dengan

cara"hikmah"yaitu dengandafadan fe/rfa,supaya pemerintahmenyimpulkan sendirikesimpulannya dan santun.'karenaIslam(kataAllah) telah Kuridhoi sebagai input:

.JPIFIAIJurusan Tarbiyah Volume VIII Tahun VIJanuan2003 75

Page 4: Konsep Pendidikan Tinggi Islam yang Kompetitif

H.SUR\RD!, KO^eEPPE^ODKANTII^I Isuyui YAhCKDfmTnF

rahmatanlilalamin, rahmatbagi alam se-mesta, bukan bagi orang Islamsaja. Iniartinya, marilah kitasodorkan "data danfakta"saja kepada pemerintah seperti kitaikuti saja aturan 75% Kumas, tetapihanyaperformasaja.

Katakanlah misalnya, hanya 40% dari75%yangada dijalankan, terutama yangmenyangkut matakuliah-mata kullah yangmemang perlu. Sedangkan yang tidakperiu,cukup kuliah "komperhensif bebe-rapa kali,kemudian mahasiswa dimintamembaca sendiri, lalu sisa waktu sale-bihnya dipakai untuk membangun "pera-daban KPTI" yang kita inginkan sendiri.Pada kurun waktu tertentu evaiuasilah.

Apabila performancenya bagus, balkdilihat darisegi "kesiapan kerja"dan "ke-terserapannya" serta didukungolehperformance di hasil-hasil penelitian yangbaikseperti ITS yangberhasi! menjadi pe-menang disain robot di Jepang, barulahdata ini dibuka ke Diknas.

Berikutadalah mengenai strategi /s/a-misasi llmu yangsering kali menjadisum-ber perdebatan yang terus berlangsung.Apa sebenarnya inti Islamisasi ilmu itu.Sains, sejauh itu terbukti berhasil bekerjasistemnya adalah benardan Islamis, ka-rena hukum-hukum alam sunatullah Itu

hakekatnyasatu belaka. Atom adalah Islam, dalam art! "tunduk taat" sesuai de-nganwatakaslinya yang memang demi-kian Allahtelah mentakdirkan. Apa lagiyang mau diislamkan?

Teknologi seluler, dilihatdari univer-saliapenggunaannya adalahsepenuhnyaIslamis karena ia berguna bagi semuamanusiatanpa pandang suku bangsa sejauh penggunaannya haq. Tetapi selulerbukan ciptaan Islam. Lalu dimanakah pe-luang KPTI untuk mengislamkan teknologi

ini, tentu dalam tujuan penggunaannya.KPTImudahterancamperilaku apo

logia ketlka la mendapat dirlnya bukansebagai kekuatan penghasil produk pe-radaban. Ketika Islam dllahirkan, ber-sama Muhammad ia membawa peruba-han yang nyata bagi peradaban jahiliyah.Sistem "Tuhan ganda" (pollteisme) dlha-puskan. Ketimpangansoslal ekonomidiwilayahperdagangan Mekah yang korupdihancurkan. Segmentasi kemiskinan di-beia, derajat kaum perempuan dan parabudak ditinggikan Islam. SelainmembawaIsu tauhidpembebasan'iuga membawakaryanyatatauhidsoslal; Perbedaanraskulit dihapuskan. Kesadaran hidupMulfiCulture (embrio globalisasi) ditegakkanmelalui Piagam Madinah.

Masa-masa awal perjalanan Nabiadalah masa-masa yang menunjukkanadanya cara karyasosial-politlkyang suk-ses dari Muhammad dengan panji-panjiIslamnya. Ciriutamanya adalah pemba-haruan dan pembebasan, dari situlahidentltas sebagai entitas pembeda diren-da dengan baik.

Pertanyaannya sekarangadalah,klalmtauhid perubahan apa yang dapat di-lakukan oleh KPTI manakala KPTI dan du-

niapendldikan umumnya,sepertikata se-jarawansosialDr. Kuntowijoyo, bukanme-rupakan sentra penghasil produk peradaban. Sebagai sentra iamasih kalahdariduniabisnis dan politik? Hitunglah berapajenis perubahan sosial yang berhasildi-timbulkanoleh akademisi dibandingdunia bisnis?

Teknologi apapun; baik selaku bard-waremaupunsoftware, sepenuhnyanetral. •Seperti motto majalah Tempo, pena bolehsama, orangyangdibelakangnyalah yangmembedakan. Ini berarti, makna Isla-

76 JPIFIAIJurusan Tarbiyah Vb/i/me ViilTahun VIJanuari2002

Page 5: Konsep Pendidikan Tinggi Islam yang Kompetitif

misasi llmuitusebenamya sah-sah sajameskipun yang kita usahakan sekedarbermaindi IslamKarakter, yaknidenganmemberikan masukan berupa "orang dibeiakang pena" yang mempunyai tang-gungjawabkehidupanyangtinggi. Hukumsejarah telah membuktikan bahwa me-ngejarteknologi sebagai virtu, sangatlahmembutuhkanwaktu ratusantahun.

Fazlur Rahman, suhu aliran Modemis-me Islammengatakan bahwa: "Kita tidakharusmenjadigemarmembuatpeta danbagan tentang bagaimana kka mendp-takanilrnupengetahuanyangIslamisaja.Sebaliknya kitajustm hams menghematwaktu, tenaga dan uangdalampendptaan(obsesif itu), bukan sekedarproposisi-proposisimelainkanJuga pemlkiran-pe-miklran"

la mencontohkan kekonyoian Aristo-teles, filsuf Yunani ketika merumuskan/og/kadan sy/og/sme. Manusiamakanda-ging,hewan makan daging,maka manu-sia sama dengan hewan. Syloglsme inipercaya bahwa manusia berpikirdenganmenangkap terlebih dahulupremismayordan minor, kemudian menarik kesim-pulan. Padahal.demikian Fazlur Rahman,manusia tidak bertirigkah laku secara^siiogistik; pikiran manusia memiiikimodus operasinya sendiri.

Menurut Rahman, sesungguhnya, llmu pengetahuan itu amat mlsterlus.Biasanya, orang mengira ilmupengetahuan bisa diperoleh dengan sangat mu-dah, bahwa sesebrang tahu apa yangingin diketahuinyadan dengan demikianiamemperolehilmu pengetahuan. Samasekaii bukan demikianmasalahnya. Se-seorang tidak dapat memetakan ilmupengetahuan, Ilmu pengetahuan itu di-dptakan Allah dalampikiran manusia. Kita

MANMBmiMfiDRASfiH

bisa melatlhnya,misal dengan kurikulumdisekolah, tetapi tidakdapat memastikanhasilnya. Karenanya, alasan saya adalahbahwa(kita tidak menciptakan Ilmu, tetapi)kita menciptakan pemikir, yaitu merekayang memiiiki kapasitas uhtuk berpikirsecara konstruktif dan positlf-kreatif.

Dalam bahasa yang sederhana, meskipun takkalahprovokatif, (Torsten Husen: 1988) seorang pembaharu pendidikanyang radlkal diEropa mengatakan: "Apa-kah penambahan jam pembelajaranidentikatau bisa menjaminkeberhasilanpendidikan? Dalambanyak'praktlkjustrusebaliknya, yang terjadijustru: dehuma-nisasi. Sebab seharusnya, demikianHusen, yangharus dlnomorsatukan lalahsu-paya muriddapat memperoleh keteram-pilan yangserasi, keterampilan belajarun-tukbelajar, dan bukansupaya muridme-nguasal "Isi" kurikulum yang bersangku-tan.

Inilah katakunci yangkebanyakan kitamelupakannya, pendidikan tidak lainadalah untukmemberikan keterampilanbelajaruntukbelajar, persissepertimottokalangan LSM. Mereka berpendapatbahwa rriendldlk masyarakatseharusnyaadalah "menolong seseorang agar dapatmenolong dirinya sendiri". Bukan me-nyuaplnyaseperti gaya sinterklas. Kurikulum yang dibeiikan oleh sekolah dengan semangat penuh "menyuap"samasaja dengan memprogram anak didlkmenjadimakhluk piaraan.

•Stephanie Pace Marshal,KepalaAs-sodation forSupervisionand CurriculumDevelopment (ASCD), sebuah asoslasikepemlrhplnan Pendidikan Intemasional,mengatakan, bahwa sistem pendidikanyang maslh kita pakal sekarang inlsebenamya adalah sekolah model Newto-

JPIFIAIJuiusanTarbiyah Volume Vill Tahun VlJanuaii2003 77

Page 6: Konsep Pendidikan Tinggi Islam yang Kompetitif

KSufw^. KoNSEPPEhODiKANTiNGGi Islam YangKompetttif

nianyang terbelakang. Model ini percayabahwa dengan memahami bagian-ba-gian kita dapat memahami keseluru-hannya. Dengan perkataan lain, bahwaanalisis akan menghasilkan sintesis,akamya bahkan lebihjauh lag! yaknidariabad ke-17yang berasal dari pendidikanyang memandang salah cara keija otak.Sama seperti Fazlur Rahman, dia jugaberpandangan bahwa "otak kreatif ma-nusia tidaklah bekerja secara iinier de-mikian.

Penerapan dalil-dalil Newtonian secara utuh pada sistem-sistem sosialadaptifyang rumit berdampak mengurangikapasitas manusia untuk "menumbuh-kan" intelegensia, energi, dan semangatindividual dan kolektif, serta harapanselumhsistem. Lebih ianjutStephanie Pace Marshal (200)mengatakan:

"Kita telahmerancang sebuahsystemIinieryang berdasarpada model-modelperubahan yang dapat diperkirakan, ke-percayaan yang dapat dipelajarisecarameningkat,dan berdasarkan keyakinanbahwa proses belajaradalah sepotong-sepotong. Padahalkenyataannya, sys-tem-sistem manusia, sepertialam, tidakdapat diramalkan, perubahan adalah nonIinierdan pembelajaran adalah dinamisdan berpola. Manusiatidakmengikutilo-gikasebabakibat. Kkamenginginkanke-terkaitan dan arti, kitamengejarhubunganyang langgeng dan berarti,kita tumbuhdengan berbagidan bukannyamenyim-pan rahasia, dan kitabutuhkanuntukpercaya dan dipercayaiagarmerasa amanuntukberani. Otakadalah system hidupyang kompieks, menyesuaikan diri, danbukan komputer. Beiajaradaiah prosespembentukan artiyang diarahkan oleh

targetdanmerupakan prosesperantaraahinternal dan bukan sebuah proses aku-,mulasi informasi. Sistem manusia adalah

dinamisdan organis, bukannya Iinieryangdapat diramalkan. Kekuasaan bahasapendidikanyang berdasarkan mesin, de-ivasa ini tidak mampu membangkitkanpola-poiaorganicmasyarakat belajarglo-

.balyang kitabutuhkan sekarang".

Kalau kurikulum, dalam arti tradi-sional dan tidak bisa diandalkan; setidak-nya tidak bisa diandalkan sendirlan, laluapa yang dapat atau seharusnya dapatdilakukan oleh KPTl? Menurutpenulis,"kultur akademik"yangsehat, harus lebihduludigagas dengan sungguh-sungguh,dengan memperhatikantemuan-temuanbaru dalam cara otak belajar,dan dalamcara "jiwa" manusia menemukan hikmahdari fakta-fakta yang diperolehnya, dansemua ini jauh lebih penting melebihi"konstniksi kurikulum" itu sendiri.

Apabila kita bicara kultur akademik,maka yang pertama-tama penulis ba-yangkanadalahsebuah kultur yangmampu menciptakan berbagai kontrasyangbalk, didukung oleh cara penyampaianyang benar dan keteladanan yang seli-daknyamuncul sebagai persona karismapara pengajaryang tampil ke permukaankarena para pengajar merupakan manusia yangsudah tercerahkanakhlaknya.

Ini adalah konstruksi turunnyaA) QurandiMekah. Sepertifungsl wama putih yangmemperjelas keberadaan wama hitam,nilai-nilai Islamturun di Mekahditengahkonstruksi hitam Jahiliyah Arab yangken-tal. la menjadi kontras dan menjadi ke-kuaianpembeda. Kehadiran Islam mem-bawa revolusi, dari sejak revolusltauhidpengesaanTuhan{tauhidpembebasan)

78 JPIFIAIJurusan Tarbiyah Volume VIIITahun VIJanuan2003

Page 7: Konsep Pendidikan Tinggi Islam yang Kompetitif

hinggatauhidSosial-Budayayangsangatdemonstratif. Di situ pula Islam tumbuhmenempuhresiko dan Muhammad Saw.sebagaipembawa syaimya jugadilemparitinja, dimaki, dllntimidasi hingga terpaksaharushijrah ke Madinah. Hijrah defnikianjuga merupakan konsep yang dapat dansudah semestinya diadopsi oleh KPTI.Bahwa setelah manusia dlbebaskan dari

segala belenggu yang menahan pemu-Haan kemanusiaannya, la harus beranimelakukan hijrah, menempuh resiko-re-sikobaru.

Dalam benak penulis: secara isengmembandingkan; keras manakah hanta-man badai(benturan resistensi)darikaummusyrik Mekah dengan hantaman "resikobisnis" jikaKPTI kitapaksa menlnggalkansystem Diknas?

Islam" selain berarti aman,damai, sen-/osa, juga berarti: keberanian menempuhresiko. Klaim Islam sendiri adalah jalanyangteiiallagimendaki. Kodratnya sebagai pembeda harus dapat diderivasikanke dalam kulturKPTI. Selama yang dl-pikirkan KPTI hanyalah "mengamankandan mengamaikan kebenaran", sulltbagiKPTI jikahendak mengklaim diri sebagaiKPT yang Islamis.

Maudimana ciri Islamisnya?SeperlikataAl Quran,/angan/a/ikamu

merasa betiman sebelumAku uji. Mela-wan resiko"dikuciikan" Kumas saja tidakberani, bagaimana kita bisa merancangvisi kedepanyangmelampauizamannya?

Islam adalah teologi pembebasan.Olehkarenanya, KPTI pun harus mampumemuatdi dalam dirinya sebuah sema-ngat pembebasan mufti culturedan multldimensional, [(aryaPiagamMadinahadalah karya nyata Muhammad (atas duku-

MADRASAH

ngan ruh Islam) yang melahirkan perda-malan modern yang paham semangatMufti Culture, dan teknik-teknik yang di-pakai Muhammaduntukmencapaitahapitusepenuhnya Multi Dimensional Pembebasan SosiologiJahlliyah Arab, tetapisekaligus juga mengadopsinya danmemperkayanya secara kreatifdenganmuatan tauhid Islam. Bukti sejarah me-ngatakan itubuka Utopia, tapi syaratnyaadalah keberanian melawan ams itu tadi,tentu sejauh: VisiKitaSudah Benar.

Menjadipertanyaan besar bag! kita,apakah kultur akademikkebanyakan KPTIsekarang sudah mengandung kekuatanpembebasan bagi civitasnya? Ataukahmasih merupakan sekolah dengan kons-truksi kurikulum yang meminjam statement Guru Besar Sejarah Sosial UGMProf. Dr. SartonoKartodlharjo, maslhmen-dewa-dewakan ordo kelas dan kurikulum

yang ketat, yang meredusir anak didiksekadar menjadi mesin-mesin ingatanbelaka? Dengan kutipan ini yang kitapermasalahkan adalah masalah sistemevaluasi belajarmengajamya. Kalausistem yang dipakai masih semata-matamengandalkan pada ukuran IP, NEM yangserba formal, apa bedanya dengan KPTsekuler lainnya?

Kembali ke masalah bidang studi diatas. Isu utamanya adalah bagaimanaKPTI bisa memproyeksikanbanyakstudiyang prospektif? Diskusi ini juga meng-hadapi dilematik yang sama, hambatan:Kurnas. Karena merasa terpojok, tidaksedikit KPTI terpaksa mengambil jalanprgamatls yaitu dengan menempuh stra-tegikompilasi. Sekalianlah kita bikinbidangstudi Maglster Manajemen, MBA, dansebagainya.

Tetapi dengan demlkian, tanpa kita sa-

JPIFIAIJunjsan Tarblyah Volume VHITahun VIJanuari2003 79

Page 8: Konsep Pendidikan Tinggi Islam yang Kompetitif

H.SUPARDI, KO^SEPF^D^KANTlNGGI ISLAM Y/V^KOMPETTTIF

darl KPT! malah terjebak sekedar untukmelayani kepentingan-kepentingan bisnisyangmembutuhkantenaga-tenaga professional untuk melestarikan pengaruhnyadalam rnasyarakat DizamanRasuIullah,berbagai instrumenArab as//tetap dipa-kai. Seperti kebiasaan islah antar sukuyang bertikai. Perdamaian dilakukande-ngansaling menumpangkantapaktangandidinding Ka'bah; lalualas nama berhalamereka bersumpah untuk berdamai danmembangun aliansi.

Instrumen lokal in! tetap dipakai olehNabiuntukmengatasi setiap konflik. Ha-nyasaja arah sumpahnya diganti dengankesaksian Allah. Sisi negatifmasyarakatjahlliyah Arab adalah suku-suku yangfanatik, tetapi kelebihannya mereka jugaberallansi untuksebuah kepentinganber-sama yang lebih besar. Nabi tetap me-ngembangkan ghiroh aliansi\n\ denganwama pembaharuan cita-cita syiarIslam.Ini adalahcontohIslamisasiBudayaLokalyangcanggih.

Pertanyaannya sekarang, apa yangtelah dilakukan oleh para pengeiola Per-guruanTInggi Islam ketika, demialasansurvivaiasdiri, Ikut meramaikan programMM, MBA dan program "pasaf lainnya.Menurutpengalaman Sejarawan SoslalDr. Kuntowijoyo (dalam AE Priyono, ed.,2000),justru inilah contoh langkahyangmengandungparadoksyangserius. Se-bagai kecerdasan yang diorganisaslkan{organizedintelligence), program MM/MBAadalah kecerdasan yang sudah diso-siallsasikan (ada dl pasar, ciptaan pasardan kebutuhan pasar), maka efeknyajustrumelestarikan sistem soslaldan kepentingan pemlllk modalyang ada. Bi-dang-bidang: Hukum,EkonomI, Kedok-teran, dan Teknik, hampir semuanya

dirancang untuk melayani sistem yangada alias tidaknetral.

Selain bersifatsosialised intelligence,lebih parah lagi llmuituadalah llmu yangbersifat Americanised Intelligence.Padahal, demikian Kuntowijoyo, sehams-nya kita membangun Islamised Intelligence. Kemballpada contoh Nabi. Nabimemang tetap mengadopsi budaya local,tetapi la melakukannya demI tercapainyatargetyanglebih besar. Selainlamengejarazasguna lokalHas, Nabi jugamempunyaitarget bagi ekspansi Islam ke luarjazirahArabia.

Irii berarti boleh dan sah-sah saja, de-mi asas guna lokalltas dan survivalitasKPTI, kita mengadopsi berbagai bidangstudi yang merepresentasikan berbagaiidiom global, namun yang lebih pentingharuslah ada target ke depan yang lebihterinci. Katakanlah semacam "strateglantara" untuk membesarkan terlebih da-

hulubrandname KPTI sehlngga orbitterlebihdahulu untukpositioning. Sambilse-cara simultan, menyiapkan ketersedlaanSDMyang sesuai dengan KPTI jangkapanjang yang sudah kitasusun.

Pengadopsian jajan pasar (MM/MBA,dsb)haruslah merupakan langkah strategldan jangan menjaditujuanakhiryangmerefleksikan keputusanpengeiola KPTI.Lalu akhirnya mengambil langkah prag-matisme. Sikap pragmatisme di sini,blasanya diwujudkan dengan merasapuas asal sudah melakukan kompllasiantaia Islamdan sains-sains modem,padahaljustrukompllasi itulah yangmelestarikan dikatomi antara ilmudan agama.Merekabiasanya tergelitik hanya sampai

. tahap Ini.Menaruh "telor Islamnya" dimana?

Tempelkan. BIsa integralsyukur, tidak ya

80 JPIFIAIJurvsan Tarbiyah Volume VIIITahun VIJanuan2003

Page 9: Konsep Pendidikan Tinggi Islam yang Kompetitif

apa boleh buat, sehingga secara outo-kritik, bahwa PT Islam belum PT lainnya.Ya... tunggu saja hidayahAllah. Jika su-dah demikian ketakberdayaan kita, lalubagaimana pertanggungjawaban kitakepada sejarah dan didepan Khalik d! hariakhir kelak? Ini masih merupakan"gangguan splrituar buat kita semua.

KecenderunganSekolah GlobalAda 3 rujukan pentlng apabila kita

mengintip kecenderungan S/stem Per-sekolahan Global yang sudah menlng-galkan sistem persekolahan lama. Per-tama adalah buku:RevolusiCara Beiajaryang ditulis oleh Gordon Drydendan Dr.Jeannete Vos. Kedua, adalah buku kem-bar Quantum Learning&Quantum Teachingproduk sekolahaltematifSuperCamp.Bukuketiga, sangat bemada sama mes-kipunberasal dan dislplln yang berbedayaitu manajemen adalah buku terbitan theDRUCKERFoundation: Organisasi MasaDepan.

Dengan^tir, daiam TheLeamingRevolution, Gordon dan Dr. Jeannete me-ngatakan bahwa hanya ada satukeberhasilan sistem "sekolah tradlsional"

yang mendewakan ordo kelas dan kurl-kulumyang ketat, yaitu:membunuhse-mangat beiajarorangjustrupada saatan-tusiasme beiajar sangat dibutuhkan.Mangapa? Jawabnya sangat jenialdanIslamis sekali. Amat Islamis,yaitu:

"Emosi adalah gerbang ke arah beiajar. Situasi emosi orang dipengaruhioleh keterampilan berkomunikasi,kete-rampilanmembina hubungan, motivasi,dan rasa percaya diri, keterampilan pe-ngembangan pribadi. Jika aspek-aspekini diabalkan, gerbang iersebut akan

MANAJEMB^MADRASAH

tertutup.Keterampilan mendengar dan ber-

bicaraamatpentlng dalam semuaaspekkehidupan dan pekerjaan, tetapikurangbegitudiperhatikan dalambanyakinstitusipendidikan".

(Menurut Anda bagaimana jika adasebuah statuta baru atau down load6an

visi/misisebuah Perguruan Tinggi sam-pai tertunda eksekusinya, hanya karenakepentingan Yayasan PTS tadi tidak ter-akomodir. Masalah "Keterampilan Berkomunikasi", kenyataannya begitu pentlngperannya. Sementara kita masih butamenganggap perbedaan pendapat adalah rahmattanpa mellhat urgensinya).

Viduniayang menuntutsemua oranguntuk menjadi pengaturdinsendiri, pela-tihanketerampilanhiduppraktisjuga periudimasukkan dalam semuajenjangpendidikan, dariTKhingga studibisnis tingkatlanjut. Keterampilan yang dimaksudme-liputi: pemecahan problemsecara kreatif,berpikir kritis, keterampilan kepemim-pinan,perspektifglobal, keyakinanuntukmemainkan peranpenuh dalam menen-tukan masa depan masyarakat, dan ke-mampuan merencanakan hidup di te-ngah era perubahanyangluarbiasase-pertiini. Belajartentang Cara Beiajarmerupakanjembatan bagisemuajenispem-belajaran bermutu. Qleh karena Hulahkami menempatkan "periumbuhan pribadi"diunjtanpertamadengan alasan iersebutdiatas".

Apakah perkembangan sistem persekolahan baru produk BaratinIkafirdantidak Islamis? Sama sekali tidak. Dalam

beberapa kasus, temuan baru itubahkanterasa lebihIslamis dan mirip sekali dengancara Allah menyiapkan Muhammad.

JPIFIAIJurusan Tarbiyah Volume VIII Tahun VIJanuari2003 81

Page 10: Konsep Pendidikan Tinggi Islam yang Kompetitif

KSupardi. KonsepPb^dikanTinggi IslamYANGKoMPETfTF

Yakni perlunya Pembeningan Moralitas &AkhlakdalamBen'lmuPengetahuanmen-dahului penjelajahankurikulumnya sen-diri. Dalam buku penulis {Ghurur danApersepsiKultumya: SelangkahMenujuPeradaban UII yang lebihTawadhu danEfisien, dalam proses editing akhlryangmaslh dalam proses penyelesalan), penulis menyebutnya sebagal perlunya"Puasa Budaya"dan "Pembersihan So-slologis" dilakukan sebelum siswa me-ngikuti perkuliahan formaldi kelas. Inllahkecenderungan sekolah.globa!itu,tidaksaja sekedarberkutatdlpersyaratanpehg-gunaan IT {Information Technology) a\audengan sekolah intemasionalsekallpun,tetapi yang lebih penting adalah dalamcara pembelajarannya yang menjauhicara-cara penganiayaan jiwamanusia se-bagaimana dilakukan oleh sistem "per-sekoiahan lama"seperti sekarang ini.

Stephanie Pace Marshall (pendiri danDIrektur Eksekutif Illinois Mathematics and

Science Academy, menyumbang artikel:MenclpiakanMasyarakat llmuPengeta-huanyang Berkelanjutan untukabad ke21 dalam buku: Organisasi Masa Depanteititan The Drucker Foundation), dengankeras mengatakan bahwa krisis pendidi-kan sekarang Inl, sebenamya lebihmeru-pakan krisis dari terbongkarnya "borok"sistem sekolah lama yang terlalu mende-wakan ordokelas dan kuiikulum yangke-tat. lamenyebutkan, bahwasistemperse-kolahan kitasekarang Ini sebagai sekolahmodel Newtonianyang memandang du-nla ini llnier. Otak manusia dillhat sebagai"kaset kosong" yang bergerak menuruthukum mesin-mesinyangkonstan dan ter-atur.

Padahal dalam kenyataannya, deml-kianStephanie, sistem-sistem manusia,

seperti halnyaalam, tidaklahdapat dlra-malkan. Perubahan adalah non-llnierdan

proses belajar adalah dinamis dan ber-pola. Manusia tidak mengikuti logikase-bab akibat Manusia menginglnkan keter-kaitan dan arti, kitamengejar hubunganyang langgeng dan berarti. Kita tumbuhdengan berbagi dan bukanmenyimpanrahasia, dan kita butuhuntukpercayadandipercayal agar merasa aman untuk be-rani. Apabila kitaingin menciptakan masyarakat belajar yang terus menerusmemperbaharuidan mengintegrasikandiri menuju tingkat kompleksltas yangbertambah tinggi, kitahams mendasarkantransformasi organisasi dan kepemlm-pinankitapada limu pengetahuan zamankita, dan kitahams menciptakan manusiayang berarti dalam pekeijaannya.

Penulis Ingin kembali ke konsep "ma-nusia tercerahkan" sebagaimanadislnggung diatas. Fazlur-Rahman,tokohneo-modemisme, dalam semangat pen-cerahannya mengatakan tujuan pendi-dlkanadalah untukmengembangkan ke-mampuan dasar dimana selumh iimu pengetahuan yang diperoleh,'...rfapsf dl-organisasikan ke dalam personalltasyang totalkreatif (The Qur'anicSolution,2000:315). Tugas umat Islam adalahmeneliti hakikat alam fisik melalui cara

kerja pikirmanusia yang sesuai denganmoral, motlvasi-motivasi psikologi danmasyarakat manusia. Oleh karena itulah,tegas Rahman, alQuran memerintahakanmanusia untuk mempelajari keberadaandlrinya, hakikatalam dan sejarah manusiadi muka bum! secara mendalam, ceimat

dan dapat menyerap ajaran-ajaran moraldari mereka agar diperoleh ilmupengetahuan yang benar dan tidak menjeru-muskan mereka ke arah tindakan des-

82 JPIFIAIJurusan Tarbiyah Volume VIIITahun VIJanuan2Q03

Page 11: Konsep Pendidikan Tinggi Islam yang Kompetitif

tmktif pada sesama masyarakat lainnya.Di situlah pentingnya "Visi Intelektual

Bam",termasuk penciptaan sistem per-sekolahan yang lebihmendekatipema-nusiawian manusia. Jadi bukan dengnsekedar intektualisme untuk intelek-

tualisme itusendiri yang malah semakinmenimbuikan fragmentasi. Ini berarti,apabilakita sudah menggagas KPTI yangotonom, maka tidak bisa tidak, satu resikoaction hams berani diambil. Terns me-

nems "Menginduk Kumas", jelas bukanmempakan suatu penempuhan resikoseperti kata A1 Quran, padahal Islamadalah:jalan yang teijallag!mendaki.

Sistem sekoiah lama terbukti telah

menganiaya manusia.Dalam bahasa Stephanie kitatelah terjebak, sistem penga-jaran all size yang salah, seperti waktubelajardi kelasdanjumiah kreditsebagaiindikator pemahaman. Akibatnya, kitamenciptakan lingkungan yang antago-nistikbag! otak dan proses belajar yangmenghambat kegiatan beiajarsecara integral, mengaburkan identitas dan ke-mampuan yang kompieks.

la menegaskan, konsep beiajarabadke-21 yangdisesuaikan dengan masing-masing peiajar, hamslah mampu mem-bangun kapasitas individuai secara ternsmenerus dan menyamakannya denganbeiajar secara ilmiah, dengan menggu-nakan sifat-sifatrevolusioner dari penga-iaman manusia itusendiri, dengan hubu-ngan-hubungan dinamis, serta arti dantujuanyang dicipatakanbersama-sama.

Penemuan Metodologi Beiajar mu-takhirmenemukanadanya berbagaigayabeiajar yang tidak sama di antara parasiswa. Ada tipe;Visual, Kinestik dan Au-ditif. Sistem sekoiah kita; dengan me-ngabaikan sama sekaii faktor manusia

IvmUB^MADRASAH

ini. dikritik keras oieh sejarawan sosia!Prof.Dr. Sartono Kartodiharjo. DIkatakan,bahwa sistem sekoiah kita hanya me-nguntungkan keiompok medioker (me-nengah), sementara mereka yang ber-bakat dan s/ow tewnerdirugikan. Seiainitu, sekoiah juga meredusir anak menjadisekedar mesin-mesin ingatan. Kema-nusiaan manusia diukur sekedar dari

NEM, dan bukan integralitasperilaku ke-terdidikannya.

Daiam Islam sendiri, Allah me-nyiapkan Muhammad agar menjadi manusia yang"tercerahkan"dan mampumell-hat hubungan-hubungan yang dinamisdari konstruksijahiliyah masyarakatnyalebih 40 tahunlamanya,sebelum akhimyaAllah secara bertahap menurunkan wah-yu-wahyu-Nya. ini mempakan model "kui-turisasii!mu"yang belumterakomodirolehkonstmksi kurikuium kitayang teriaiuTa-kus"dengan makanan itu. Repotnya,kare-na konstmksinyayang sedemikian rupa,menyebabkan muatan Islam yang di-mainkan di celah-celah 25% Kurlok itu

menyebabkan citra"KebenaranSamawi"Al Quranmenjadiikutteredusirmaknanya.Jangankan terjadi pemberdayaan manusia oieh Kurlok, maiah "Kuriok islam"itu sendiri tenggeiam bersama siswayangkelelahan dan untuk masa yangpan-jang merasa kehiiangan relevansi keii-muannyadengan kenyataan hidup.

Kembali ke masaiah skenario "Isia-

mlsasi limu" diatas. Sesungguhnya, ben-tukmosaikKumasvs Kurlok-lslamis apa-pun yang mau kitatempuh, hams terlebihdahuiu membenahi sisi "Paradigma Be-lajamya"dulu. Seperti pernyataan kritis"Elnsteinnya pendidikan". Prof. Dr. TorstenHusen(1988), sebagaimna kitakutip diatas: apakah penambahan jumiah Jam

JPI FIAIJurusan Tarbiyah Volume VIII Tahun VlJanuari2003 83

Page 12: Konsep Pendidikan Tinggi Islam yang Kompetitif

H.SUFy\Ra, KONSEPFthODlKANTlNKSGl Islam Y/v^Komp^^

pembelajaran identik dengan jaminankeberiiasilanbelajarsiswa ?. Olehkarenaitu,yang terpenting dalam perancangankurikulum iaiah supaya siswadapat mem-peroleh keterampilan yang serasi, kete-

rampilan belajaruntukbelajar, dan bukansupaya siswa menguasai "isikurikulum".Beberapa prinsip "sekolah lama" dalamlabel berikut ini kiranya perlu dihindaridalam penyusunanKPT! Otonom kita.

84

Na SekdahLama SekotehBaru

1. Pendidikan adalah pasif danmeningkat sebaglan-sebagian,tidak dinamls dan berkembang.

Rencanakan sekolah sebagal sumber dayamasyarakat sepanjang hayat.

2. Pengetahuan adalah informasiyang diperoleh bukan pengertianyang konstruktif.

Memusatkan perhatian pada penelitlanyang kompleks, pencarian masalah danpemecahan masalah.

3. Intelegensia adalah kapasitasyang tetap dan tidak dapat di-pelajari.

MelayanI semua ragam kecerdasan dansemua gaya belajar, menggunakan melodemengajar, studi dan pembelajaran terbalkdi dunia.

4. Potensi dan kemampuan adalahtertentu dan tidak dapat diting-katkan.

Mengupayakan untuk meningkatkan apayang disebut David Parkins dalamQuasmarting IQ sebagai kecerdasan-kecerdasan yang dapat dipelajarl dari setiapIndividu.

5. Belajar tergantung pada ba-nyaknya jangka waktu yang di-luangkan untuk tugas tersebut,tidak oleh detnonstrasi kinerja

Berdasarkan undangan, di sin! para siswamelakukan riset danpencarian yang pen-ling, mengorganisir dirl sendiri di seputarprinsip-prinsip dasar, keyakinan, tujuanvann iliripfakan hersama-sama

6. Menghafal 'lebih balk' dari padamemori spesial.

Memusatkan perhatian pada penelitian,pengertian yang kompleks dan problemsolving.

7. Pengetahuan sebelumnya tidakpenfa'ng bagi pemahaman masadepan.

Antar generasi dalam konfigurasi penga-laman belajar.

8. Segmentasi isi lebih dihargaldari pada .integrasi konsep.

Integrasi ilmu lebih diutamakan, juga lebihmengutamakan pencapalan emotional inte-legence (kecerdasan emosional) yang tinggiketimbang sekadar IQ.

9. EvaluasI yang dapat dipercayaadalah evaluasi obyektif daneksternal, bukannya yang kuali-tatif dan menyesuaikan dirl.

Tumbuhnya 'oto aktifltas* untuk belajar,kemampuan bergaul, sating mendengar.kesadaran aliansi (kerja sama) meleblhlpersingan lebih diutamakan dari pada NEMtinggi tap! egoistic dan sulit bekerja sama.

10. Persaingan adalah motivasiyang jauh lebih kuat dari padakerja sama.

Suasana bermain, saling percaya, bertang-gungjawab, saling mencintai.

11. Terbelakang IT Menggunakan Teknologi Masa Depan,terhubung ke internet.

12. Sekolah didominasi guru. Memanfaatkan seluruh anggota masyarakat sebaoat sumber dava.

13. Diknas membuat kurikulum tan-

pa bertanya kepada publik luas.Menjadikan pelangganrmurid dan orang tuasebagai sumber penyusunan kurikulum.

14. Murid hanya menjadi murid. Guru dan murid sama-sama menjadi murid.

JPlFIAIJurusan Tarbiyah Volume VIII Tahun VIJanuan2003

Page 13: Konsep Pendidikan Tinggi Islam yang Kompetitif

MerancangKPTIyang Kompetitifdi EraGk>ba]

Apabila kita kembali pada zamanRasulullah sebagai "pemodelan" tugasdan peran, maka the firstlesson adalahMuhammad bukanlah tipe sufiqua yangingin masuk surga sendiriandengan me-ninggalkan "hiruk pikuk pasar", tetapibe-liau terjun langsungdidalamkancah,ikutberiepotdebu dan darah peperangan de-mipeperangan. Hampirsemua"fenome-na jahillyah (apakah itusistem "perkabi-lahan", perkawinan politik, peraliansiankabilah, dan sebagainya)"dibudidayakan"kembali oleh Muhammad dalam sentu-

han Islam yang kuatIn! berarti, tidak ada alasan bag!kita

untuk "mengharamkan" mengadopsi ber-bagai"fenomena kekinian" yang terdapatdibelahan bum! manapun,sepanjang dansejauh ia relevan dan mendukung pen-cepatan proses Islamisasi peradaban se-bagaimana menjadi tugas setiap KPTI.Kita tetap perlu, misalnya membuat programMBA dan MM,sepanjangkita mampumenyisipkan misilainsecarajenial didalam kurikulum program tadi.

Islam iahir sebagai kliam pembedaantara yang bathildengan yang haq, dengan semangat universalitasnya yangbersifat: rahmataniiialaminyanQ melam-pauinasionalisme sempit,maka kesinilahseharusnya orientasicompetitlvely\^T\dikembangkan. Dengandemikian halter-sebut dapat dimulai dengan:

Pertama, program MM sebagai sum-berSDM manajen'almenengah memangm/dibutuhkan oleh zaman. Jadi berda-

sarkan pada asas manfaat kekinlan, sa-ma sekali tidak ada salahnya PT Islammembuatprogram MM dan MBA, sejauhkualitas outputnya tidak lepas dari core

MANftjBmiMfiDRASfiH

kulturalnya tadi, yakni sebagai fungsi:pembeda.

Ketika Allah berfirman sampai ber-ulangkaii: Bacalah! Bacalah! Bacalah!Bacalah dengan nama Tuhanmuyangte-lab menjadikanmudarisegumpaldarah... Kata "bacalah" disini adalah menun-

jukan kepada perintah untukmelihat(dankalau perlumengadopsi)berbagaifenomena penciptaan manusia'dan derivasiperadaban antropocentris yang diclp-takannya.

Disinilah kita meiihat kebaikan tesis

Fazlur-Rahrnan (2000:21) yaitu ketikaiamengatakan bahwa bersikeras dalamimplementasiharfiyah dariaturan-aturanAlquran, dengan menutupmataterhadapperubahan sosial yang telah terjadiseca-ra rill didepan mata kita, sama saja artinyadengan mengabaikan tujuan-tujuan moralsosial Alquran itusendiri.

Kitatahu, bahwa Fir'aun.dihancurkandaridalamdengan cara Allah "menyusup-kan" bayi Musakekeraton Fir'aun. Ini adalah kata lain daripeiiunyakitamelakukan"celupan kritis" terhadap berbagai fenomena manusia dan dunianya, betapapunkafirnya sekafir Fir'aun. Pengakuan Muhammad bahwakamulebih tahu tentangduniamu, lebihdari cukup untuk kitajadi-kan pegangan dalam kita mengadopsiapa saja yang memang kitabutuhkan, tidak perduli dari kaum Yahudi sekalipun,

' sejauh tidakbertentangan dengan tauhiddan aqidah Islamiyah kita. Sebaiiknya, sekalipun"model"itusekilas nampak Isia-mis, tetapiapabiladalam prakteknyame-nimbulkan "dehumanisasi" lebih baik kita

tinggalkan.Kedua, darisegiproses. KPTI yangkita

kembangkan mestinyajuga tidak perlumalu-malu belajar dari model sekoiah

JPIFIAIJuivsan Tarixyah Volume VIII Tahun VIJanuari2003 85

Page 14: Konsep Pendidikan Tinggi Islam yang Kompetitif

KSuFy\RDi. KonsepPendiexkanTinggi IslamYangKompetttif

SuperCamp,atau sekolah-sekolah"pa-radigmabam"lalnnya sepanjang sekolahtadi sangat menghormati martabat ma-nusia,yaitu: hakbelajarsecara benardanmenyenangkan, sebagaimana sudah dl-uraikandiatas. Temtama yang berkaitandengan penerapan prinsip-prinsip belajarterbam sebagaimana diiukiskan olehbu-ku Quantum Lemingdan Quantum Teach-ingyangmencobamemadukan berbagaitemuan mutakhirdidalam cara kerja otakdanjiwamanusia.

Prinsip iainya yang penting diper-hatikan apabilakitaakan menyusunKPT!yangotonom berkaitandengan etos glo-balisasiadalah peiayanan pada martabatmanusia dan kepuasan konsumen. Se-karang in! adalah abad konsumen bukanlag] abadprodusen yang bisa semaunyasendirimembuat produktanpa bertanyakepada konsumen. Kesadaran ini harusmewarnai para perancang kurlkulumKPTI. Segi kepentingan publik adalahsegala-galanya, karena hanya dengancara menya/ita'publik inilah, KPTI dapatmembawakan perannya sebagai "Bay!Musa" yang menyusup ke "kandang"FIr'aun dan dari dalam ia melakukan pe-rombakan.

KPTI hams mengerti siapa publikyangmenjadi tujuannya, supaya KPTI dapatmenentukan "bahasa" yang palingcocokdengan publlk yangdisasamya. Iniberartitidak ada segmentasi publik manapunyang haram bagi KPTI untuk"dlsunting"menjadi"bidang studi" sejauh ini pentingsebagai entry point KPTI melakukanpenetrasi pembahan peradaban. Semuainimasih terlalu umum memang, tetapiapa boleh buat, keterbatasan ruanganmembawa blassingin disguiseyang me-ngajar kitasupaya lebih teriatih mende-

ngarpenuturan oranglain daripada sibukmenyodor-nyodorkan pikiran sendiri.***

Drs. SupardI, MM., Dosen FakuitasEkonomiUllYogyakarta dan mantan PRIIpada perguruan tinggiyangsarna.

KepustakaanA Atmadi (ed). Transformasi Pen-

didikan Memasuki Abad 21, Kanisius,2000

DePorter, Boby, Hemacki Mike,(terjJ.Membiasakan BelajarNyamandan Menyenangkan, Kaifa, Bandung 1999.

Dryden, Gordon,RevolusiBelajarSe-kolah'Masa Depan, terjemaha Kaifa,Nopember2000.

Fazlurrahman, Cita-cita Islam, Ter-jemahan, Pustaka Pelajar, 0ktober2000

Hesselbein, Frances, (Sad), Organi-sasiMasa Depan, terjemahan'Elex MediaKomputindo,2000.

Husen, Torsten, Masyarakat Belajar,terjemahanPusat AntarUniversitas (PAU-UT).Rajawali,1998.

Hidayatullah,Syarif, Intelektualismedalam perspektifNeo-Modemisme, TiaraWacana, 0ktober2000.

Kuntowijoyo, Dinamika Sejarah tJmatIslam Indonesia, Shalahudin Press, Fakuitas Sastra dan Kebudayaan, Yogyakarta,1985.

Priyono, AE,(ed.), ParadigmaIslam In-terprestasi untukAksi, Mizan, cetakan keIX, 2000.

86 JPIFIAIJurusan Tarbiyah Volume VIII Tahun VIJanuari2003