konsep pendidikan karakterrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan...

115
KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam Buku Bagian Pertama Pendidikan) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Umu Habibah Arsy NIM. 1113011000016 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

Upload: others

Post on 04-Nov-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam Buku Bagian Pertama Pendidikan) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Umu Habibah Arsy NIM. 1113011000016 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

Page 2: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat
Page 3: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat
Page 4: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat
Page 5: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat
Page 6: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

MOTO DAN PERSEMBAHAN Moto: 1. Never says I’m not ready ‘cause it’s only for somebody who lazy to study, ‘cause failures is great experiences. It will give you revolution to more diligent to learn, read, patient, and always pray! 2. “Haywa pegat ngudiya ronging budyayu, margane suka basuki, dimen luwar kang kinayan, kalising panggawe sisip, ingkang taberi”, artinya jangan berhenti, selalulah berusaha berbuat kebaikan, agar mendapat kegembiraan serta mencapai segala cita-cita, terhindar dari perbuatan yang bukan-bukan, caranya harus gemar perihatin. Karya ini ku persembahkan kepada: 1. Ayah dan Ibu tercinta, semoga Allah senantiasa menyayang seperti mereka menyayangi, menjaga, dan merawatku. 2. Kakak dan adikku tercinta; Nur Choiroh Bekti Wiyati & Rastri Rakhma Wardani, semoga Allah selalu melindungi. 3. Lolita Sekar Arum Nirwana, mutiara yang selalu bersinar menerangi keluarga kami. 4. Nini (almh.) dan Kaki, Simbah Kung (alm.) dan Simbah Putri, yang membuatku mengerti perjuangan hidup tidak mudah.

Page 7: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

i ABSTRAK Arsy. Umu Habibah. 2020. Konsep Pendidikan Karakter (Studi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam Buku Bagian Pertama Pendidikan). Skripsi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing: Dr. Muhammad Dahlan, M.Hum. Kata kunci: pendidikan, karakter, Ki Hadjar Dewantara Penelitian ini berfokus pada konsep pendidikan karakter Ki Hadjar Dewantara dan relevansinya dengan pendidikan di Indonesia. Tujuan penelitian ini secara teoritis, dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan konsep pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat mengembangkan wawasan pengetahuan dan pola pikir para pendidik. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kejelasan mengenai konsep pendidikan karakter menurut Ki Hadjar Dewantara, serta dapat memberikan sumbangsih dalam mencari solusi atas permasalahan yang tengah dihadapi bangsa Indonesia. Pentingnya pendidikan karakter untuk membentuk karakter generasi muda penerus bangsa yang tidak hanya memiliki kecerdasan ilmu, tetapi juga cerdas akhlak dan perilakunya. Penelitian ini mengungkapkan konsep pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan karakter bagi peserta didik. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan (library research) yaitu menggali pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan karakter dalam buku Bagian Pertama Pendidikan. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah mengumpulkan buku, jurnal, dan lainnya yang terkait dengan pokok pembahasan. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif yaitu metode penelitian yang berusaha mengungkap fakta suatu kejadian, objek, aktivitas, proses, dan manusia secara apa adanya pada waktu sekarang atau jangka waktu yang masih memungkinkan dalam ingatan responden. Hasil penelitian yang penulis lakukan menunjukkan bahwa konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara masih relevan hingga saat ini. Dilihat dari pemikiran beliau yang sesuai dengan konsep yang masih diimplementasikan yaitu pendidikan dan pengajaran yang merupakan upaya untuk memerdekakan aspek lahiriah dan batiniah manusia. Konsep yang diusung Ki Hadjar Dewantara adalah sistem among, dimana pendidik memiliki peran sangat penting yaitu sebagai teladan dan pembimbing, sehingga orang tua dan guru wajib untuk berperilaku baik dihadapan anak didiknya.

Page 8: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

ii Abstract Arsy. Umu Habibah. 2020. The Concept of Character Education (Ki Hadjar Dewantara’s Thought Study in the First Section of Education Book). Thesis. Faculty of Tarbiyah and Teacher Training (FITK). Department of Islamic Education (PAI). Syarif Hidayatullah State Islamic University (UIN) Jakarta. Supervisor: Dr. Muhammad Dahlan, M. Hum. Keywords: education, character, Ki Hadjar Dewantara This research focuses on the concept of Ki Hadjar Dewantara's character education and its relevance to education in Indonesia. The aim of this research is that theoretically, it can contribute in developing the concept of character education in Indonesia and be beneficial for all Indonesian people, in especially to be able to develop insights into the knowledge and mindsets of educators. Practically, this research is expected to be able to provide clarity about the concept of character education according to Ki Hadjar Dewantara, as well as be able to contribute in finding solutions to the problems facing the Indonesian nation. The importance of character education to shape the character of the next generation of young people who not only have the intelligence of science, but also the character and behavior. This research reveals the concept of education according to Ki Hadjar Dewantara in character education for students. This research is included in qualitative research with the type of library research that is exploring Ki Hadjar Dewantara's thoughts about character education in the book Part One of Education. Data collection techniques that the authors use are collecting books, journals, and others related to the subject matter. The data that has been collected is analyzed using descriptive methods, namely research methods that seek to uncover the facts of an event, object, activity, process, and human as it is at the present time or a time period that is still possible in respondents' memories. The results of the study by the author show that the concept of Ki Hadjar Dewantara's education is still relevant today. Judging from his thoughts in accordance with the concepts that are still being implemented, namely education and teaching which is an effort to liberate the outward and inner aspects of human beings. The concept adopted by Ki Hadjar Dewantara is the among system, where educators have a very important role as role models and mentors, so parents and teachers are required to behave well in front of their students.

Page 9: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

iii KATA PENGNATAR Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., Tuhan semesta alam yang telah memberikan segala rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulisan serta penyusunan skripsi ini dapat selesai. Shalawat serta salam tak lupa penulis sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad SAW., beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya yang telah mengenalkan Islam kepada seluruh umat manusia. Skripsi dengan judul “Konsep Pendidikan Karakter (Studi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam Buku Bagian Pertama Pendidikan)” disusun sebagai salah satu sarana dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak sedikit mengalami kesulitan, hambatan, dan gangguan baik yang berasal dari penulis sendiri maupun dari luar. Skripsi ini dapat selesai dengan bimbingan, bantuan, dan dorongan dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, M.A., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan sehingga penulis dapat lulus dan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Drs. Abdul Haris, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 10: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

iv 4. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Dr. Muhammad Dahlan, M.Hum, selaku Dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran, keikhlasan, dan tulus menuntun penulis menyusun skripsi ini hingga selesai. 6. Abdul Ghofur, M.A, selaku Dosen penasehat akademik yang telah memberi pengarahan dan bimbingan selama penulis menjalani studi di Jurusan Pendidikan Agama Islam hingga selesai. 7. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan beribu ilmu yang besar kepada penulis selama kuliah serta civitas akademika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di perguruan tinggi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Semua Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 9. Ayah Katiman dan Ibu Turmiati yang telah memberikan kasih sayang baik secara spiritual dan material kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikannya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 10. Semua keluarga dan saudara-saudaraku yang banyak memberikan semangat, untuk Mas Fahmi, Mba Laras, Mas Dodo, Mba Qom, Mas Heru, Mba Dwi, Mba Ida, Mas Ari, dan keluarga Lek Sudi. 11. Teman-teman Jurusan Pendidikan Agama Islam yang menjadi teman seperjuangan dalam menggali ilmu dan sama-sama merasakan asam manisnya dunia perkuliahan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas segala perhatian, dukungan, dan motivasi yang terus mengalir, semoga silaturrahmi tetap terjalin dan sukses selalu. 12. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT. membalas segala amalan dengan lebih baik.

Page 11: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

v Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan. Semoga segala amal kebaikan yang telah dilakukan senantiasa diterima oleh Allah SWT., dan selalu mendapat petunjuk serta limpahan Rahman Rahim-Nya, aamiin. Penulis menyadari penulisan skripsi ini belum sempurna dan masih banyak kekurangannya, maka dari itu penulis tetap berlapang dada dengan adanya kritik dan saran yang bersifat konstruktif. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat, dapat memberikan wawasan, dan menjadi tambahan referensi bagi para pembacanya. Jakarta, 9 Desember 2019 Penulis

Page 12: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

vi DAFTAR ISI SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH ABSTRAK ..................................................................................................... i Abstract ........................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................. vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................. 13 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 13 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 14 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Pendidikan Karakter ............................................... 16 1. Pengertian Pendidikan .......................................................... 17 2. Pengertian Karakter .............................................................. 24 B. Prinsip Pendidikan Karakter ..................................................... 35 C. Metode Pendidikan Karakter .................................................... 37 D. Tujuan Pendidikan Karakter ..................................................... 39 E. Nilai-nilai Pendidikan Karakter ................................................ 40 F. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................. 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 44 B. Metodologi Penelitian ............................................................... 44 1. Jenis Penelitian ................................................................... 46

Page 13: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

vii 2. Sumber Data Penelitian ...................................................... 47 C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data .......................... 47 1. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 48 2. Teknik Pengolahan Data ..................................................... 48 D. Analisis Data ............................................................................. 48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi Ki Hadjar Dewantara 1. Riwayat Hidup Ki Hadjar Dewantara ................................. 50 2. Riwayat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara ......................... 52 3. Riwayat Perjuangan Ki Hadjar Dewantara ......................... 53 a. Peran Politik Ki Hadjar Dewantara .............................. 53 b. Peran Sosial Ki Hadjar Dewantara ............................... 56 4. Karya-Karya Ki Hadjar Dewantara .................................... 59 B. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter KHD ............................... 63 2. Konsep Pendidikan Karakter KHD .................................... 65 a. Tujuan Pendidikan ....................................................... 66 b. Dasar Pendidikan .......................................................... 67 c. Pokok Ajaran ................................................................ 69 d. Metode Pendidikan ....................................................... 72 e. Materi Pendidikan ......................................................... 73 3. Relevansi Pemikiran Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara dengan Pendidikan di Indonesia ......................................... 75 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 79 B. Saran ......................................................................................... 80 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 81 LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 14: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tentu sudah tidak asing lagi bagi kita, karena kehidupan manusia tidak lepas dari pendidikan. Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam tatanan kehidupan manusia yang tak pernah ditinggalkan.1 Segala aspek perjalanan manusia di dunia ini merupakan bagian dari dinamika pendidikan. Pendidikan mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah, juga memilih di antara keduanya. Aktivitas pendidikan akan selalu berubah dan berkembang mengikuti perubahan zaman. Perubahan-perubahan pola pikir, kebutuhan, dan tuntutan hidup manusia otomatis menuntut pula perubahan dan perkembangan sistem dan aktivitas pendidikan. Pendidikan merupakan kebutuhan primer setiap manusia, karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kesempatan untuk hidup lebih baik. Pendidikan adalah sebuah proses untuk menyiapkan generasi muda sebagai motor penggerak kamajuan bangsa, oleh karena itu lembaga pendidikan harus dirancang menurut kebutuhan masyarakat. Pendidikan ialah usaha manusia untuk menjadi manusia. Seseorang dapat dikatakan telah menjadi manusia bila memiliki nilai kemanusiaan. Manusia dalam perjalanan untuk menjadi manusia yang sesungguhnya perlu dibantu dengan proses pendidikan, manusia mampu mematangkan diri menjadi manusia yang sesungguhnya sesuai dengan tujuan dan kehendak Tuhan menciptakan manusia.2 Memanusiakan manusia merupakan bagian dari pendidikan, seyogyanya pendidikan mampu mencetak manusia yang memiliki nilai kemanusiaan. Mampu 1 Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter Konstruksi, Teoritik, & Praktik, (Yogyakarta: ArRuzz Media, 2011), h. 287 2 Umiarso dan Zamroni, Pendidikan Pembebasan Dalam Perspektif Barat & Timur, (Yogyakarta: ArRuzz Media, 2011), h. 8

Page 15: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

2 berkomunikasi dengan manusia (hablu minanaas) dan mengkomunikasikan diri dengan Tuhannya (hablu minallah).3 Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pedidikan Nasional Bab I Pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.4 Jelas bahwa peserta didik dalam kegiatan belajar memerlukan bimbingan baik oleh orang tua di rumah maupun di dalam lembaga pendidikan oleh seorang guru. Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia, yaitu bertujuan membentuk insan Indonesia yang cerdas dan berkepribadian atau berkarakter sehingga melahirkan generasi bangsa dengan karakter yang berdasar nilai-nilai luhur bangsa.5 Dengan demikian, pendidikan tidak hanya membentuk insan yang cerdas, tetapi juga berkepribadian dan berkarakter sehingga dapat melahirkan generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernapas nilai-nilai luhur bangsa dan agama.6 Bangsa Indonesia merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945, sudah 74 tahun bangsa Indonesia menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara bebas dari penjajah, tetapi hingga saat ini kondisi bangsa Indonesia masih sangat mengkhawatirkan. Bukan musuh bersenjata yang menjadi lawan bangsa ini, tetapi pribadi bangsa dalam menghadapi arus globalisasi yang menerjang bangsa ini. Peran 3 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam: Integrasi Jasmani, Rohani, dan Kalbu Memanusiakan Manusia, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 33 4 Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2013), h. 2 5 Syaiful Sagala, Etika & Moralitas Pendidikan Peluang dan Tantangan, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 311 6 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter: Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), Cet. I, h. 11-12

Page 16: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

3 pemuda masa kini sangat berbeda jauh dengan peranan pemuda pada era sebelumnya. Pada masa kini hidup dalam dunia serba pragmatis sebagai dampak dari globalisasi yang memasuki budaya Indonesia melalui perkembangan teknologi dan informasi yang sangat memikat. Arus globalisasi memang sangat kuat terasa di setiap sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Era globalisasi sekarang, bangsa Indonesia dihadapkan pada fakta yang tidak dapat dihindari yaitu revolusi teknologi, transportasi, informasi, dan komunikasi. Indonesia dalam konteks pengetahuan dan teknologi masih berada jauh di bawah negara-negara maju. Indonesia masih menjadi bangsa konsumen yang senang menikmati produk globalisasi. Globalisasi di Indonesia telah mengubah berbagai aspek kehidupan dalam berbagai bidang, perubahan tersebut mendatangkan berbagai dampak baik positif maupun negatif. Globalisasi tidak selalu mendatangkan dampak positif, tetapi globalisasi di Indonesia juga mendatangkan dampak negatif seperti pola hidup masyarakat yang menjadi lebih konsumtif, hedonis, dan materialistik. Era Globalisasi yang penuh tantangan seperti saat ini,7 mengakibatkan pemuda masa kini belajar hanya untuk meraih hasil yang baik dengan mengandalkan segala cara tidak terkecuali mencontek yang sudah menjadi budaya bagi siswa yang hanya mementingkan nilai dari pada ilmu, hal tersebut menunjukkan akhlak generasi muda Indonesia yang bobrok. Perilaku dan sikap bangsa Indonesia di kalangan generasi muda, khususnya anak didik perlu terus diperkuat sehingga dapat melahirkan generasi muda yang handal dan memiliki karakter yang kuat. Pendidikan idealnya merupakan sarana humanisasi, karena pendidikan memberikan ruang untuk pengajaran etika dan moral, sehingga dapat mengikis aspek-aspek yang mendorong ke arah dehumanisasi.8 7 E. Mulyasa, Revolusi Mental Dalam Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), Cet. I, h. 4 8 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Berbasis Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2013), h. 1

Page 17: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

4 Salah satu persoalan esensial yang kini melanda dunia pendidikan Indonesia adalah persoalan yang berkaitan dengan dimensi moralitas. Moralitas sebagai salah satu tolok ukur dan koridor perilaku serta segenap manifestasi dimensi sosial dan kemanusiaan meniscayakan terhadap nilai-nilai kebaikan bersama. Faktanya Indonesia merupakan salah satu negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, dan dalam Islam terkandung semua tata cara hidup termasuk pedoman berperilaku dan bersikap. Diakui atau tidak bahwa karakter generasi muda akhir-akhir ini banyak mengalami kelunturan yang sangat dahsyat. Generasi muda sekarang, baik di desa maupun di kota banyak menghabiskan waktunya hanya untuk bermain playstation, gadget, game online, dan sejenisnya. Mereka hampa akan nilai-nilai budaya lokal serta asing terhadap istilah-istilah seperti budi pekerti, tata krama, gotong royong, dan nilai-nilai luhur lainnya yang ada di bumi Nusantara ini. Berbagai aktivitas kehidupan dan permainan seakan-akan membuatnya sibuk bahkan sudah tidak mengenal lagi arti pentingnya interaksi sosial dan kerjasama. Ditambah dengan kondisi sekolah yang banyak menyita waktu, sehingga semakin membatasi anak-anak untuk mempelajari berbagai kearifan lokal. Hal ini merupakan kegagalan pendidikan dalam menyikapi perubahan zaman yang tidak berpihak pada pembentukan karakter yang berbasiskan agama dan moralitas. Karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar. Karakter adalah mustika hidup yang membedakan manusia dengan binatang. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Oleh karena itu, penguatan pendidikan karakter dalam konteks sekarang menjadi sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di negara kita.9 Masa anak-anak merupakan masa penting untuk pertumbuhan dan penanaman nilai-nilai moral bangsa, karena masa itu merupakan masa emas untuk melukiskan nilai-nilai karakter bijak. Anak yang dibekali dengan akhlak dan pengalaman hidup dengan baik, ia akan tumbuh menjadi anak yang berbudi, 9 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 1

Page 18: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

5 bernilai, kreatif, dan mandiri. Sebaliknya, jika anak selalu disuguhi dengan kesibukan yang tidak jelas, permainan yang melalaikan, serta berbagai tontonan yang tidak bermutu, maka bisa dipastikan ia akan cenderung berperilaku tidak sesuai dengan karakter bangsa. Kemerosotan akhlak, moral, dan etika peserta didik salah satunya disebabkan oleh gagalnya pendidikan agama di sekolah. Dalam batas tertentu, pendidikan agama memiliki kelemahan-kelemahan tertentu, dari jumlah jam yang minim, materi yang terlalu banyak teoritis, sampai pendekatan yang cenderung bertumpu pada aspek kognisi.10 Krisis yang dihadapi bukan hanya menyangkut kinerja sekolah atau dunia pendidikan, tetapi juga dalam hal mentalitas, moral, dan karakter. Sehingga, keberhasilan dalam mendidik dan membentuk akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik sangat perlu diperhatikan. Al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam menjelaskan krieteria baik dan buruknya suatu perbuatan. Al-Qur’an sebagai dasar akhlak menjelaskan tentang kebaikan Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Ahzab/33: 21 ô‰s)©9 tβ% x. öΝä3s9 ’Îû ÉΑθ ß™u‘ «!$# îοuθ ó™é& ×π uΖ|¡ym yϑÏj9 tβ% x. (#θ ã_ö� tƒ ©!$# tΠ öθ u‹ø9 $#uρ t� ÅzFψ$# t� x.sŒ uρ ©!$# # Z�� ÏVx. ∩⊄⊇∪ “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”11 10 Azyumardi Azra, Akhlak Mulia, Budi Pekerti Luhur, dan Pendidikan, (Jakarta: Republika.co.id, Kamis, 19 Mei 2016), diunduh pada 19 Januari 2018. 11 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV Toha Putra Semarang, 1989), h. 670

Page 19: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

6 Perilaku dan sikap bangsa Indonesia di kalangan generasi muda perlu diperkuat sehingga dapat melahirkan generasi muda yang handal dan memiliki karakter yang kuat. Pendidikan dengan tujuannya yang ideal diharapkan menjadi media untuk melestarikan nilai-nilai moralitas tersebut. Namun, faktanya tidaklah selalu sebagaimana yang diidealkan. Di dalam dunia pendidikan, ternyata berkembang berbagai bentuk perilaku yang acap justru tidak sesuai, bahkan kontradiktif dengan nilai-nilai moralitas. Bentuknya bermacam-macam, mulai dari perilaku para pendidik yang tidak mencerminkan jiwa kependidikan, birokrasi yang menyimpang, bisnis di sekolah, kekerasan, hingga perilaku siswa yang semakin banyak menjauh dari koridor moralitas. Seperti kita ketahui, bangsa kita belakangan ini menunjukkan gejala kemerosotan moral yang amat parah. Mulai dari kasus narkoba, kasus korupsi, ketidak-adilan hukum, pergaulan bebas di kalangan remaja, pelajar dan mahasiswa, maraknya kekerasan, kerusuhan, tindakan anarkis, dan sebagainya. Semua itu mengindikasikan adanya pergeseran ke arah ketidakpastian jati diri dan karakter bangsa. Kekerasan demi kekerasan tampaknya menjadi wajah buram dunia pendidikan kita. Jika kita cermati dari pemberitaan berbagai media massa, akan sering kita temukan berita tentang kekerasan di dunia pendidikan. Salah satu kritik yang cukup fundamental terhadap dunia pendidikan Indonesia adalah realitas semakin jauhnya dunia pendidikan dari nilai-nilai dasar kemanusiaan. Perilaku peserta didik, dalam kenyataannya semakin penuh dengan nuansa dehumanis. Kasih sayang, kebersamaan, kejujuran, kerja keras, dan nilai-nilai dasar kemanusiaan lain yang fundamental semakin termarginalkan. Kondisi semacam ini, salah satunya disebabkan oleh orientasi pendidikan yang lebih ditekankan hanya pada aspek kognitif. Tolok ukur keberhasilan dalam dunia pendidikan hanya diwakili dengan angka-angka nominal dari mata ujian. Padahal,

Page 20: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

7 pendidikan dikatakan berhasil tidak hanya diwakili oleh deretan angka hasil ujian semata-mata.12 Wajah bangsa Indonesia saat ini masih coreng moreng dengan berbagai peristiwa. Banyaknya tindakan amoral yang dilakukan peserta didik seperti mencontek, tawuran, membolos, dan tindakan lain yang dapat mengindikasikan bahwa pendidikan formal gagal dalam membentuk karakter peserta didik.13 Pendidikan menjadi media yang terbukti paling efektif dalam mewujudkan berbagai tujuan, termasuk tujuan mencetak manusia-manusia yang berkarakter. Pendidikan karakter akhir-akhir ini semakin banyak diperbincangkan di tengah-tengah masyarakat Indonesia, terutama oleh kalangan akademisi. Sikap dan perilaku masyarakat dan bangsa Indonesia sekarang cenderung mengabaikan nilai-nilai luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Pendidikan karakter akan menumbuhkan nilai-nilai, pikiran, perkataan, dan perilaku atau perbuatan yang telah membentuk diri seseorang. Dengan demikian karakter dapat disebut jati diri seseorang yang telah terbentuk dalam proses kehidupan oleh sejumlah nilai-nilai etis miliknya, berupa pola pikir, sikap, adab seorang manusia. Sedangkan kualitas karakter sebuah bangsa akan menentukan martabat dan adab sebuah bangsa tersebut. Jika seorang atau sekelompok orang memiliki kualitas karakter yang kuat, maka dia atau mereka akan menjadi manusia yang bermartabat dan beradab. Sebaliknya, jika seorang atau kelompok orang memiliki kualitas karakter yang lemah, maka dia atau mereka kurang bermartabat dan beradab. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang sedang menjadi tren. Banyak orang dari berbagai lapisan, mulai dari mahasiswa, guru, dosen, sampai pakar pendidikan tidak bosan-bosan membahasnya. Istilah pendidikan karakter pun semakin hari semakin mendapat pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini. pendidikan karakter sebenarnya bukan suatu hal yang baru bagi masyarakat 12 Faridah Alawiyah, Kebijakan dan Pengembangan Pembangunan Karakter melalui Pendidikan di Indonesia, Aspirasi Vol. 3 No. 1 18 Juni 2018, h. 87 13 Anas Salahudin dan Irwanti Alkrienciehie, Pendidikan Karakter: Pendidikan Berbasis Agama & Budaya Bangsa, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), Cet. I, h. 30

Page 21: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

8 Indonesia. Bahkan awal kemerdekaan, masa Orde Lama, Orde Baru, dan kini era reformasi telah banyak langkah yang sudah dilakukan dengan nama dan bentuk yang berbeda-beda. Dalam UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pendidikan karakter telah ada, namun belum menjadi fokus utama pendidikan. Wajar saat ini pendidikan karakter belum menunjukkan hasil yang optimal. Semua perilaku negatif masyarakat Indonesia baik yang terjadi di kalangan pelajar atau mahasiswa dan kalangan lainnya, jelas ini menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah salah satunya lembaga pendidikan. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter tidak hanya diserahkan kepada guru saja, karena dalam pelaksanaan pendidikan harus dipikul oleh semua pihak. Dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi pembangunan karakter sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan norma-norma di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama. Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi suatu keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik menjadi cerdas, akan tetapi juga mempunyai budi pekerti dan sopan santun sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik bagi dirinya maupun orang lain. Intinya pendidikan karaker harus dilakukan pada semua tingkat pendidikan hingga perguruan tinggi karena harus mampu berperan sebagai mesin informasi yang membawa bangsa ini menjadi bangsa yang cerdas, santun, sejahtera, dan bermartabat serta mampu bersaing dengan bangsa manapun.14 Pendidikan karakter bukanlah berisi slogan dan ajaran semata melainkan harus aplikatif dalam tindakan nyata. Dalam pendidikan karakter, orang tua dan guru merupakan contoh paling konkret untuk mengajarkan nilai karakter bagi anak. Ketika pendidikan karakter dijalankan di sekolah maka guru harus benar-benar menjadi cermin bagaimana anak didik belajar berkarakter yang baik dan benar. Selanjutnya peran orang tua adalah menjalin kerja sama yang baik dengan guru sehingga tercapai kesamaan pola dalam pembentukan karakter anak. 14 Desti Kurniawati, Pendidikan Karakter untuk Meningkatkan Keberadaban dan Daya Saing Bangsa, www.kompasiana.com 25 Juni 2015.

Page 22: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

9 Lingkungan sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya sangat besar pada jiwa anak. Selain keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembetukan pribadi anak. Sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama kecerdasannya. Pendidikan karakter membutuhkan guru yang berkepribadian baik sehingga mampu memberi teladan bagi anak. Dalam perkataan dan tindakannya anak dapat mencontoh dan memberi penguatan kepada anak untuk berperilaku baik dan benar. Anak sangat membutuhkan guru yang memiliki relasi hangat dan bersahabat serta mampu memberi teladan perilaku dalam pengajaran dan cara hidup seorang guru. Intinya adalah melalui pengajaran dan perilaku hidup guru, anak dapat belajar berkarakter secara baik dan benar. Pendidikan karakter sesungguhnya telah lama menjadi roh dan semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan, kebijakan pendidikan memang diarahkan pada pembentukan karakter, sebagaimana digagas oleh para pendiri bangsa. Beberapa pendidik bangsa Indonesia modern yang kita kenal, seperti Ki Hadjar Dewantara, Soekarno, Hatta, Tan Malaka, Moh. Natsir, dan lainnya telah mencoba menerapkan semangat pendidikan karakter sebagai bentuk kepribadian dan identitas bangsa sesuai dengan konteks dan situasi yang mereka alami.15 Pendidikan karakter merupakan hal yang baik dan sangat penting untuk kita laksanakan. Berfokus pada karakter di dalam keluarga, sekolah, dan komunitas akan menghasilkan pengaruh yang baik bagi orang yang terlibat. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik dan buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari-hari 15 Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta: Grasindo, 2010), Cet. II, h. 44

Page 23: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

10 dengan sepenuh hati. Jika usaha ini tersebar luas, maka akan menimbulkan sesuatu yang berbeda bagi bangsa ini.16 Salah satu tokoh sentral dalam dunia pendidikan kita adalah Ki Hadjar Dewantara, pendiri perguruan Tamansiswa. Banyak di antara pemikirannya yang ternyata mempunyai daya tarik luar biasa. Daya tarik inilah yang membuat pemikiran Ki Hadjar Dewantara menjadi populer. Selain populer, pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan dikenal lengkap. Dari mulai pendidikan anak-anak, keluarga sampai dengan ruang lingkup sekolah. Ki Hadjar Dewantara adalah salah satu tokoh pendidikan yang terkenal dengan perjuangannya dalam pendidikan nasional. Pendidikan nasional yaitu suatu konsep pendidikan yang berdasar pada kebudayaan bangsa. Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan merupakan upaya menumbuhkan budi pekerti (karakter), pikiran (intelek), dan jasmani anak agar selaras dengan alam dan masyarakatnya. Ketiga upaya tersebut tidak dapat dipisahkan, karena itu merupakan jalan agar anak dapat tumbuh dengan sempurna. Menurut Ki Hadjar Dewantara, karakter merupakan bagian penting yang tidak boleh dipisahkan dalam pendidikan. Tujuan pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah penguasaan diri. Penguasaan diri merupakan langkah yang harus dituju untuk tercapainya pendidikan yang memanusiakan manusia. Ketika setiap peserta didik mampu menguasai dirinya, mereka akan mampu menentukan sikapnya, sehingga tumbuh sikap mandiri dan dewasa.17 Ki Hadjar Dewantara seorang tokoh pendidikan nasional yang terkenal mengajarkan budi pekerti, watak, dan kepribadian patut dicontoh oleh pendidik atau orang tua untuk dapat melanjutkan ajaran budi pekerti kepada anak, sehingga anak mempunyai karakter yang baik. Bapak pendidikan nasional kita Ki Hadjar Dewantara, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologisnya. Manusia memiliki daya jiwa yaiu cipta, rasa, dan karsa. Pengembangan manusia seutuhnya yaitu menuntut pengembangan 16 Thomas Lickona, Pendidikan Karakter, (Bantul: Kreasi Wacana, 2012), h. 37 17 Ki Hadjar Dewantara, Menuju Manusia Merdeka, (Yogyakarta: Leutika, 2009), Cet. I, h. 32

Page 24: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

11 semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada suatu daya saja akan menghasilkan ketidaktahuan. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakat, dan ternyata pendidikan sampai saat ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta dan kurang memerhatikan pengembangan rasa dan karsa. Sehingga menjadikan manusia yang kurang humanis atau manusiawi. Ki Hadjar Dewantara menjadi rujukan utama dalam upaya mewujudkan peradaban bangsa melalui pendidikan karakter, budaya, dan moral. Bapak pendidikan bangsa Indonesia ini telah merintis tentang tri pusat pendidikan yang menyebutnya bahwa wilayah pendidikan guna membangun kontruksi fisik, mental, dan spiritual yang handal dan tangguh dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ketika pendidikan di lingkungan keluarga mulai sedikit diabaikan dan dipercayakan pada lingkungan sekolah, serta lingkungan sosial yang semakin kehilangan kesadaran bahwa aksi mereka pada dasarnya memberikan pengaruh yang cukup besar pada pendidikan seorang individu. Maka sekolah dalam hal ini menjadikan guru sebagai frontliner dalam peningkatan mutu pendidikan karakter, budaya, dan moral. Sosok seorang guru dalam filosofi Jawa yang disebut digugu dan ditiru dipertaruhkan, karena guru adalah ujung tombak di kelas yang berhadapan langsung dengan peserta didik. Guru adalah model bagi anak, sehingga setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi model atau contoh baginya. Seorang guru harus selalu memikirkan perilakunya, karena segala hal yang dilakukannya akan dijadikan teladan murid-muridnya dan masyarakat. Dalam konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara ada dua hal yang harus dibedakan yaitu sistem pengajaran dan pendidikan.18 Pengajaran bersifat memerdekakan manusia dari aspek lahiriah (kemiskinan dan kebodohan), sedangkan pendidikan lebih memerdekakan manusia dari aspek hidup batin (hak berpikir dan mengambil keputusan, martabat, mentalitas demokratik). 18 Ibid., h. 3

Page 25: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

12 Sederhananya, karakter yang baik akan membawa implikasi tumbuhnya tatanan sosial yang baik, dan karakter yang buruk juga membawa tatanan sosial yang buruk. Karakter inilah yang seharusnya mendapat perhatian. Karakter menjadi salah satu harapan karena karakterlah yang menjadi penopang perilaku individu dan komunitas. Karakter tidak terbentuk secara tiba-tiba. Dibutuhkan proses panjang dan berkelanjutan agar karakter dapat menjadi bagian integral dalam diri. Pendidikan di Indonesia perlu dikembalikan pada filosofi pendidikan yang digagas Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan yang bersifat nasionalistik, naturalistik, dan spiritualistik, sehingga dapat menghasilkan manusia Indonesia yang berkarakter Pancasila.19 Saat ini pelan tapi pasti, nilai-nilai akhlak mulia mulai tergerus oleh sikap materialistik. Budaya spiritual berganti dengan budaya material yang menjadikan kemajuan dan sukses seseorang diukur pada penguasaan seseorang terhadap materi, dan bukan lagi pada ketinggian akhlak dan budi pekertinya. Sejalan dengan berkembangnya budaya material tersebut, tak heran para koruptor dan manipulator tumbuh subur bagai jamur di musim hujan, hingga berkembangnya sifat-sifat jelek, seperti serakah, tidak jujur, khianat, nepotis, kolusi, dan lain-lain. Dampak dari semua itu, budi kemanusiaan menjadi mati sehingga ketidakjujuran, kekerasan, rasa benci, individualis, melanggar amanah, menjual jabatan, mafia hukum, maraknya minuman keras, narkoba, dan lain-lain menjadi fakta keseharian bangsa kita. Beberapa kasus yang ada dalam dunia pendidikan saat ini menunjukkan bahwa pendidikan kita belum mampu membangun karakter bangsa. Selama masalah pendidikan dibiarkan menggelinding bebas tanpa landasan falsafah maka potret pendidikan kita akan carut-marut. Kajian tentang pandangan tokoh pendidikan kita yaitu Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara terhadap pendidikan karakter menjadi sesuatu yang penting untuk ditelaah. Oleh karena itu, penulis menganggap penting untuk membahas konsep pendidikan karakter dalam 19 H. A. R. Tilaar, Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), Cet. I, h. 70

Page 26: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

13 pandangan Bapak Pendidikan kita, dalam sebuah karya ilmiah yang diujikan dengan judul: Konsep Pendidikan Karakter (Studi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam Buku Bagian Pertama Pendidikan). B. Identifikasi Masalah Adapun masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah: 1. Pendidikan nasional yang memiliki fungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat belum diwujudkan secara optimal. 2. Komitmen dalam mengintegrasikan pendidikan dan pembentukan karakter belum diwujudkan secara optimal. 3. Degradasi moral generasi muda, yang ditandai dengan kenakalan remaja. 4. Situasi dan kondisi karakter bangsa yang sedang memprihatinkan. 5. Banyaknya perilaku kekerasan di kalangan generasi muda. 6. Munculnya benih paham radikalisme dan krisis nasionalisme. 7. Kontaminasi politik dalam pendidikan. 8. Kurangnya penerapan pendidikan karakter dalam mengatasi kenakalan remaja. 9. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mengurangi atau menihilkan nilai kemanusiaan atau dehumanisasi. C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Ki Hadjar Dewantara adalah salah satu tokoh pendidikan yang terkenal dengan sebutan Bapak Pendidikan Indonesia. Pemikirannya dituangkan dalam salah satu karyanya sebuah buku yang berjudul Bagian Pertama Pendidikan yang memuat tentang konsep pendidikan karakter yang perlu dikembangkan dan diterapkan dalam pembentukan karakter generasi muda. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis merasa perlu menentukan batasan permasalahan agar pembahasannya lebih fokus

Page 27: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

14 dan terarah. Pembatasan pembahasan yang akan diteliti dan dibahas dalam penelitian ini adalah tentang Konsep Pendidikan Karakter Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam Buku Bagian Pertama Pendidikan. 1. Bagaimana konsep pendidikan karakter Ki Hadjar Dewantara? 2. Bagaimana relevansi Pemikiran Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara dengan Pendidikan saat ini? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui konsep pendidikan karakter menurut pandangan Ki Hadjar Dewantara yang terdapat dalam buku Bagian Pertama Pendidikan. 2. Untuk mengetahui relevansi pemikiran pendidikan karakter Ki Hadjar Dewantara dengan pendidikan saat ini. Adapun manfaat atau kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai sumbangsih bagi proses perkembangan ilmu pendidikan terutama dalam pengembangan pendidikan karakter sehingga dapat memperluas cakrawala intelektual di bidang pendidikan, baik secara umum maupun khusus. b. Memberikan kontribusi pemahaman tentang pendidikan karakter menurut pandangan Ki Hadjar Dewantara terhadap pendidikan baik secara umum maupun khusus. 2. Manfaat Praktis a. Bagi penulis penelitian ini merupakan syarat dalam menyelesaikan program sarjana di jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Sebagai informasi untuk memperkaya khazanah keilmuan yang dapat dibaca dan dikaji oleh khalayak umum terutama mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Page 28: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

15 Jakarta serta dapat dijadikan acuan dasar bagi kajian dan penelitian lebih lanjut.

Page 29: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

16 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter terdiri dari dua suku kata yaitu pendidikan dan karakter. Sebelum penulis menjelaskan pengertian pendidikan karakter, terlebih dahulu akan dijelaskan istilah pendidikan dan istilah karakter, kemudian pengertian pendidikan karakter itu sendiri. Pendidikan mempunyai definisi yang luas, yang mencakup semua perbuatan atas semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan nilai-nilai serta melimpahkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan serta keterampilan kepada generasi selanjutnya sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidup mereka, baik jasmani maupun ruhani.1 Ahmad D. Marimba merumuskan pendidikan sebagai bimbingan atau didikan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan anak didik, baik jasmani maupun ruhani, menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Pendidikan hanya terbatas pada pengembangan pribadi anak didik oleh pendidik.2 Dalam pandangan Hasan Langgulung yang dikutip oleh Abudin Nata dalam buku Kapita Selekta Pendidikan Islam, menyatakan bahwa pendidikan itu dapat dilihat dari dua segi yakni dari sudut pandang masyarakat dan dari sudut pandang individu. Masyarakat memandang pendidikan sebagai pewaris kebudayaan atau nilai-nilai budaya baik yang bersifat intelektual, keterampilan, keahlian, dari generasi tua ke generasi muda agar generasi tersebut dapat memelihara kelangsungan hidupnya atau tetap memelihara kepribadiannya. Dari segi pandangan individu, pendidikan berarti upaya pengembangan potensi-potensi yang dimiliki individu yang masih terpendam agar dapat teraktualisasi secara 1 Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Arruzz Media, 2012), h. 27 2 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1989), h. 19

Page 30: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

17 konkret, sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh individu tersebut dan juga masyarakat.3 Pendidikan yang diutarakan oleh Hasan Langgulung dapat dilukiskan dalam ayat al-Qur’an surah Ali Imran ayat 187, sebagai berikut: øŒ Î)uρ x‹ s{r& ª!$# t,≈ sVŠÏΒ tÏ% ©!$# (#θ è?ρé& |=≈ tGÅ3ø9 $# … çµ̈Ζä⊥ ÍhŠu;çF s9 Ĩ$ ¨Ζ=Ï9 Ÿωuρ …çµ tΡθ ßϑçGõ3s?

çνρä‹ t7uΖsù u!#u‘uρ öΝÏδÍ‘θ ßγ àß (# ÷ρu�tIô© $#uρ ϵÎ/ $ YΨoÿsS WξŠÎ=s% ( }§ø♥Î7 sù $ tΒ šχρç�tIô±o„ ∩⊇∇∠∪ “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima.”4 Bahwa pendidikan mempunyai fungsi ganda, yaitu untuk memindahan nilai-nilai dalam upaya memelihara kelangsungan hidup suatu masyarakat dan peradaban, dan berfungsi untuk mengaktualisasikan fitrah manusia agar hidup secara optimal sehingga memperoleh kebahagiaan dan kehidupan yang sempurna. 1. Pengertian Pendidikan Istilah pendidikan berasal dari kata didik yang diberi awalan “pe” dan akhiran “kan” yang berarti “perbuatan” (hal, cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.5 Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan pendidikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan 3 Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam: Isu-Isu Kontemporer tentang Pendidikan Islan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), Ed. I, Cet. II, h. 59 4 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV Toha Putra Semarang, 1989), h. 109 5 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 1

Page 31: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

18 pelatihan.6 Sementara dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, didik adalah memelihara dan memberi latihan, ajaran, bimbingan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.7 Djalaludin dan Abdullah Idi dalam buku Filsafat Pendidikan menuliskan bahwa pendidikan menurut John Dewey adalah sebagai proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental yang menyangkut daya pikir (intelektual), maupun daya rasa (emosi) manusia. Menurut Prof. Dr. Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibani menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya sebagai bagian dari kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya.8 Pendidikan seolah-olah sudah menjadi kata sakti dalam pergulatan sejarah umat manusia dari dulu hingga sekarang. Kemajuan suatu bangsa, akan sangat ditentukan oleh kemajuan dalam memantapkan dasar, mengembangkan proses, dan menetapkan arah tujuan pendidikan. Setiap orang bebas memahami dan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang arti dari kata pendidikan. Secara etimologi education berarti pendidikan, yang merupakan kata benda turunan dari kata kerja bahasa Latin educare dan educere. Kata educare dalam bahasa Latin berarti melatih atau menjinakkan, dalam konteks manusia menjinakkan hewan yang buas menjadi hewan peliharaan yang mampu dijinakkan. Jadi pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah proses yang membantu menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, potensi kemampuan akademis, relasional, bakat, talenta, fisik dan daya seni yang ada dalam diri manusia. Sedangkan kata educere dalam bahasa Latin merupakan kata kerja yang artinya memimpin. Dalam konteks pendidikan bisa berarti sebuah 6 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), edisi kedua, h. 232 7 Tri Rama K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Agung, 2008), Cet. I, h, 127 8 Jalaludin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan (Manusia, Filsafat, dan Pendidikan), (Jakarta: Rajawali Pers, 2018), h. 14

Page 32: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

19 proses bimbingan di mana terdapat dua relasi yang sifatnya vertikal antara mereka yang memimpin dan mereka yang dipimpin.9 Secara teoritis pendidikan akan mampu melahirkan peserta didik yang memiliki kecerdasan pengetahuan, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual, serta memiliki keterampilan dan keahlian yang mampu menjadi bekal untuk bersaing dalam dunia global. Pendidikan dalam bahasa Arab disebut dalam al-Qur’an dengan kata tarbiyah sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur’an Surah al-Isra ayat 24: ôÙÏ�÷z$#uρ $ yϑßγ s9 yy$ uΖy_ ÉeΑ—%!$# zÏΒ Ïπyϑôm §�9 $# ≅ è%uρ Éb>§‘ $ yϑßγ ÷Ηxq ö‘ $# $ yϑx.

’ÎΤ$ u‹−/u‘ # Z�� Éó|¹ ∩⊄⊆∪ “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".10 Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.11 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Pasal 3, pendidikan nasional bertujuan “Untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi 9 Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta: Grasindo, 2010), Cet. II, h. 63 10 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV Toha Putra Semarang, 1989), h. 428 11 Team Media, Undang-undang Republik Indonesia N0. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional, (Surabaya: Media Centre Surabaya, 2005), h. 4

Page 33: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

20 manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.12 Dengan demikian, amanat Undang-undang Sisdiknas bertujuan tidak hanya membentuk insan yang cerdas tetapi juga berkepribadian atau berkarakter sehingga dapat melahirkan generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernapas pada nilai-nilai luhur bangsa.13 Ibrahim Amini dalam bukunya “Agar Tak Salah Mendidik” mengatakan bahwa, pendidikan adalah memilih tindakan dan perkataan yang sesuai, menciptakan syarat-syarat dan faktor-faktor yang diperlukan dan membantu seorang individu yang menjadi objek pendidikan supaya dapat dengan sempurna mengembangkan segenap potensi yang ada dalam dirinya dan secara perlahan-lahan bergerak maju menuju tujuan dan kesempurnaan yang diharapkan.14 Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang digunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan nonformal di samping secara formal seperti sekolah, madrasah, dan institusi-institusi lainnya.15 Secara teoritis pendidikan akan mampu melahirkan peserta didik yang memiliki kecerdasan pengetahuan, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual, serta memiliki keterampilan dan keahlian yang 12 Ibid., h. 8 13 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter: Pendidikan Berbasis Agama & Budaya Bangsa, Cet. 1, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), Cet. I, h. 11 14 Ibrahim Amani, Agar Tak Salah Mendidik, (Jakarta: al-Huda, 2006), Cet. I, h. 5 15 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 9

Page 34: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

21 mampu menjadi bekal untuk bersaing dalam dunia global. Dengan pendidikan manusia dituntut peka terhadap fenomena sosial budaya yang berkembang di masyarakat dan mampu memberikan jalan keluar dari setiap permasalahan yang berkembang di masyarakat, baik permasalahan kemanusiaan, perdamaian, maupun permasalahan sosial. Ditinjau dari segi bahasa pendidikan atau tarbiyah memiliki makna yang sangat luas dan beragam, bila dikaitkan dengan alam ciptaan Tuhan yang secara kodrati butuh perawatan. Pendidikan juga harus bisa mencakup semua elemen masyarakat, semua siswa harus memperoleh perlakuan yang sama, memperoleh pelajaran sehingga memperoleh peluang untuk mencapai kompetensi keilmuan sesuai batas-batas kurikuler, serta memiliki skill dan keterampilan yang sesuai dengan minat mereka, serta sesuai dengan kebutuhna pasar tenaga kerja. Ki Hadjar Dewantara mengemukakan pendidikan secara umum yaitu daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak. Dalam pengertian Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu, agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang dididik selaras dengan dunianya. Pengertian pendidikan menurut Ki Hadjar dapat dilukiskan dalam al-Qur’an Surah al-Maidah ayat 100: ≅è% āω “Èθ tGó¡o„ ß]ŠÎ7 sƒø: $# Ü=Íh‹ ©Ü9$#uρ öθ s9 uρ y7 t7yf ôãr& äοu�øYx. Ï]ŠÎ7 sƒø: $# 4 (#θ à)̈?$$ sù ©!$# ’ Í<'ρé' ¯≈ tƒ É=≈ t6 ø9F{ $# öΝä3ª=yès9 šχθßs Î=ø�è? ∩⊇⊃⊃∪ Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah

Page 35: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

22 kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan”.16 Pendidikan nasional menurut paham Taman Siswa ialah pendidikan yang beralaskan garis hidup dari bangsanya (culture national) yang ditujukan untuk keperluan perikehidupan yang dapat mengangkat derajat negara dan rakyatnya agar dapat bekerja sama dengan bangsa lain untuk kemuliaan segenap manusia di seluruh dunia.17 Dalam hal ini dijumpai formulasi pendidikan yang diajukan Ki Hadjar Dewantara, menurutnya: Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Pendidikan tidak hanya bersifat pelaku pembangunan tetapi sering merupakan perjuangan pula. Pendidikan berarti memelihara hidup tumbuh ke arah kemajuan, tidak boleh melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin. Pendidikan adalah usaha kebudayaan, berasas peradaban, yakni memajukan hidup agar mempertinggi derajat kemanusiaan. Rumusan pendidikan ini nampak memberikan kesan dinamis, modern, dan progresif. Pendidikan tidak hanya boleh memberikan bekal untuk membangun tetapi seberapa jauh didikan yang diberikan itu dapat berguna untuk menunjang kemajuan suatu bangsa.18 Semangat progresif yang terkandung dalam rumusan pendidikan Ki Hadjar Dewantara mengingatkan kita kepada pesan Khalifah Umar bin Khatab yang mengatakan bahwa anak-anak muda masa sekarang adalah generasi di masa yang akan datang. Dunia dan kehidupan yang mereka hadapi berbeda dengan dunia yang sekarang. Untuk itu apa yang diberikan 16 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV Toha Putra Semarang, 1989), h. 179 17 Ki Hadjar Dewantara, Karya Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2011), Cet. 4, h. 15 18 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. I, h. 7

Page 36: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

23 kepada anak didik harus memperkirakan kemungkinan relevansi dan kegunaannya di masa mendatang.19 Menurut beberapa ahli, kata pendidikan mempunyai definisi yang berbeda-beda tergantung pada sudut pandang, paradigma, metodologi, dan disiplin ilmu yang digunakan. Pengertian pendidikan, sebagaimana telah dikemukakan oleh beberapa ahli, di antaranya adalah sebagai berikut: a. Darmaningtyas mendefinisikan pendidikan sebagai usaha yang sistematis untuk mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik. Dalam hal ini lebih menitik beratkan perumusan pendidikan dengan memandang manfaat dari proses pendidikan itu, yaitu sebagai sarana untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.20 b. Koentjaraningrat mendefinisikan pendidikan sebagai usaha untuk mengalihkan adat istiadat dan seluruh kebudayaan dari generasi lama ke generasi baru, oleh karena itu pelaksanaan proses pendidikan harus berdasarkan nilai-nilai kebudayaan yang menjadi asas suatu negara. c. Ahmad D. Marimba mendefinisikan pendidikan adalah bimbingan atau pembinaan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utuh.21 d. Doni Koesoema A. mengartikan pendidikan sebagai proses internalisasi budaya ke dalam diri individu dan masyarakat menjadi beradab.22 e. Sudirman N. mendefinisikan pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi 19 Ibid., h. 9 20 Ngainun Na’im dan Ahmad Tsauqi, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 29 21 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma’arif, 1989), h. 19 22 Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Modern, (Jakarta: Grasindo, 2010), Cet. II, h. 80

Page 37: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

24 dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mantap.23 f. Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, dan jasmani anak agar selaras dengan alam dan masyarakatnya.24 2. Pengertian Karakter Istilah karakter digunakan secara khusus dalam konteks pendidikan pada akhir abad ke-18. Karakter secara terminologi mengacu pada pendekatan idealis spiritual yang juga dikenal dengan teori pendidikan normatif, di mana yang menjadi prioritas adalah nilai-nilai transenden yang dipercaya sebagai motivator dan dominisator sejarah baik bagi individu maupun bagi perubahan nasional. Secara etimologis istilah karakter berasal dari bahasa latin kharakter, kharassein, dan kharax, dalam bahasa Yunani character dari kata charassein, yang berarti membuat tajam dan membuat dalam, juga berarti to engrave atau mengukir. Dalam bahasa Inggris character dan dalam bahasa Indonesia lazim digunakan istilah “karakter”. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, kata karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, atau bermakna bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak.25 Membentuk karakter diibaratkan seperti mengukir di atas batu permata atau permukaan besi yang keras.26 Dalam buku lain juga disebutkan, karakter berasal dari kata character (bahasa Belanda dan Inggris), caractere (bahasa Perancis), 23 Sudirman N., Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1987), h. 4 24 Ki Hadjar Dewantara, Karya Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2011), Cet. 4, h. 14 25 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 1 26 Mochtar Buchori, Character Building dan Pendidikan Kita, Kompas.

Page 38: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

25 kharakter (bahasa Latin dan Yunani), yang berarti tanda, materi, watak atau kepribadian, tokoh dalam cerita, film, drama, dan sebagainya.27 Kata karakter yang digunakan dalam tujuan pendidikan bermakna pembentukan watak atau kepribadian peserta didik berdasarkan nilai-nilai yang dianut dalam suatu masyarakat atau bangsa. Karakter mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Maka pendidikan karakter adalah upaya untuk membimbing perilaku manusia menuju standar-standar baku.28 Secara harfiyah karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Secara garis besar karakter merupakan kumpulan nilai-nilai kebaikan yang ada dalam diri manusia dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.29 Direktur Jenderal Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama Republik Indonesia mendefinisikan karakter sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang melekat dan dapat diidentifikasi pada perilaku individu yang bersifat unik. Karakter sangat erat kaitannya dengan pribadi individu manusia, dengan melihat sifat dan tingkah laku manusia secara tidak langsung mampu membaca karakter yang ada pada diri manusia tersebut. Dengan demikian karakter sangat erat kaitannya dengan (personality) kepribadian seseorang, sehingga ia dapat disebut orang yang berkarakter jika perilakunya sesuai dengan etika dan kaidah moral yang berlaku. Sedangkan menurut istilah (terminologis) terdapat beberapa pengertian tentang karakter, sebagaimana telah dikemukakan oleh beberapa ahli, di antaranya adalah sebagai berikut: 27 Surawan Martinus, Kamus Kata Serapan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet. 2, h. 282 28 Abdul Majid Khon dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. I, h. 11 29 E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 3

Page 39: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

26 a. Helen G. Douglas mendefinisikan “Character isn’t inherited. One builds its daily by the way one think and acts, thought by thought, action by action” yang artinya adalah “Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan”.30 b. Hornby and Parnwell (1972) mendefinisikan karakter adalah kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi. Kualitas mental atau moral yang dimiliki oleh manusia yang dibawa sejak lahir merupakan pengertian karakter menurut Hornby. c. Musfiroh (2008) mendefinisikan karakter yang mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivation), dan keterampilan (skills). Yang dikaitkan dengan pengertian karakter dari sisi bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku yang merupakan rangkaian sikap dan perilaku manusia. d. Kartajaya (2010) mendefinisikan karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu (manusia). Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan mesin pendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berujar, serta merespons sesuatu. e. Simon Philips (2008) karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Menurutnya segala tata nilai yang terhimpun dalam diri manusia berjalan sehingga melandasi cara berpikir manusia tersebut.31 30 Muchlas Samani, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), h. 41 31 Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik dan Praktik, (Yogyakarta: ArRuzz Media, 2011), h. 160

Page 40: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

27 f. Koesoema (2007) memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan. Secara mendasar lingkungan memiliki peranan penting dalam membentuk karakter seseorang, sehingga ciri atau gaya yang ditimbulkan oleh seseorang dapat mempengaruhi perkembangan lingkungan masyarakat terlebih kepada hal yang positif. g. Winnie memahami bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian tentang karakter. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan personality. Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral. h. Al-Ghazali menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau melakukan perbuatan yang telah manyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.32 i. Coon mendefinisikan karakter sebagai suatu penilaian subjektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat.33 32 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 3 33 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 8

Page 41: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

28 j. Poerwadarminta menyebutkan bahwa karakter berarti tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain.34 k. Masnur Muslich mendefinisikan karakter adalah cara berpikir dan berperilaku seseorang yang menjadi ciri khas dari tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam keluarga, masyarakat, dan Negara.35 l. Mulyasa mendefinisikan karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur, bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain, dan nilai-nilai mulia karakter lainnya. Karakter dapat diartikan sebagai sifat yang dibawa manusia sejak lahir, sehingga dengan karakter manusia mampu merespon situasi yang dialami dengan moral dan akhlak yang diejawantahkan dengan nilai-nilai baik yang terdapat dalam karakter tersebut. Karakter lebih tinggi tingkatannya dari pada moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar atau salah saja, terlebih dari pada itu karakter mampu menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik dalam diri manusia (habit).36 m. Michael Novak sebagai seorang filsuf kontemporer mendefinisikan karakter sebagai perpaduan harmonis seluruh budi pekerti yang terdapat dalam ajaran-ajaran agama, kisah-kisah sastra, cerita-cerita orang bijak, dan orang-orang berilmu sejak zaman dahulu hingga sekarang.37 Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan 34 Syarbini Amirulloh, Buku Pinter Pendidikan Karakter, (Jakarta: Prima Pustaka, 2012), h. 13 35 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 70 36 E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 3 37 Michael Novak, Crime and Character, (Musim semi: musim panas, 1986), h. 1

Page 42: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

29 mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.38 Pendidikan karakter merupakan pendidikan budi pekerti plus, yaitu pendidikan yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga, karena anak mulai berinteraksi dengan orang lain pertama kali terjadi dalam lingkungan keluarga. Penerapan pendidikan karakter baik dilakukan sejak golden age karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Berbicara mengenai karakter tentu tidak terpisahkan dengan etika, budi pekerti, moral, dan akhlak, tetapi masing-masing memiliki sumber dan maknanya sendiri. Adanya persamaan dan perbedaan dalam konsep antara moral, budi pekerti, etika, akhlak, dan karakter. 1) Moral Moral berasal dari bahasa Latin yaitu mores, kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia moral diartikan dengan susila. Ajaran moral adalah ajaran tentang bagaimana manusia harus hidup dan berbuat agar menjadi manusia yang baik. Moral merupakan sistem nilai atau konsensus sosial tentang motivasi, perilaku, dan perbuatan tertentu dinilai baik atau buruk.39 Moral sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia yang baik dan yang wajar. Istilah moral senantiasa mengacu kepada baik buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Objek dari moral adalah perbuatan manusia dengan ukuran baik buruk yang bertujuan membentuk karakter manusia, dengan demikian ada persamaan antara moral dan etika, namun perbedaannya terletak pada sifatnya, kalau etika lebih banyak bersifat teori sedangkan moral lebih bersifat praktik. Menurut pandangan ahli filsafat, etika memandang tingkah laku perbuatan manusia secara universal (umum), sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran, etika menjelaskan ukuran itu. Abu A’la al-Madudi dalam 38 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter: Pendidikan Berbasis Agama & Budaya Bangsa, Cet. 1, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), Cet. I, h. 41 39 Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 24

Page 43: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

30 bukunya Ethical Viewpoint of Islam, memberikan garis rentang antara moral Islam dan moral sekuler. Moral Islam bersumber dari pikiran dan prasangka manusia yang beragam.40 Para pakar telah mengemukakan berbagai teori tentang pendidikan moral. Ada lima pendekatan yang digunakan dalam hal ini yaitu, pendekatan pengembangan rasional, pendekatan pertimbangan, pendekatan klarifikasi nilai, pendekatan pengembangan moral kognitif, dan pendekatan perilaku sosial.41 2) Budi Pekerti Secara etimologi budi pekerti dapat dimaknai sebagai penampilan diri yang berbudi. Secara leksikal, budi pekerti adalah tingkah laku, perangai, akhlak, dan watak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional, kata budi artinya alat batin yang merupakan paduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk. Budi berarti sadar atau yang menyadarkan atau alat kesadaran, dan pekerti berarti kelakuan. Jadi budi pekerti artinya perangai, akhlak, dan watak, baik budi pekerti dapat diartikan sebagai baik hati.42 Secara operasional, budi pekerti dapat dimaknai dengan perilaku yang tercermin dalam kata, perbuatan, pikiran, sikap dan perasaan, keinginan, dan hasil karya. Budi pekerti dalam hal ini diartikan sebagai sikap atau perilaku sehari-hari, baik individu, keluarga, maupun masyarakat bangsa yang mengandung nilai-nilai yang berlaku dan dianut dalam bentuk jadi diri, nilai persatuan dan kesatuan, integritas dan kesinambungan masa depan dalam suatu sistem nilai moral, dan yang menjadi pedoman perilaku manusia untuk bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Perkembangan anak-anak menuju ke arah peradaban, seperti mengajarkan anak bagaimana duduk yang baik, tidak berteriak-teriak agar tidak 40 Hamzah Ya’kub, Etika Islam: Pembinaan Akhlaqulkarimah, (Bandung: Diponegoro, 1983), Cet. II, h. 12 41 Sofyan Amri, Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran, (Jakarta: Prestasi Pustaka Raya, 2011), h. 6 42 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 3

Page 44: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

31 mengganggu orang lain, bersih badan dan pakaian, hormat terhadap ibu bapak dan orang lain, suka menolong dan lain sebagainya.43 3) Etika Secara etimologi kata etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata ethos yang berarti adat atau kebiasaan baik yang tetap. Etika adalah adat, kebiasaan, dan perilaku orang-orang dari lingkungan budaya tertentu atau ilmu tentang kajian formal tentang moralitaas. Orang yang pertama menggunakan kata-kata ini adalah seorang filsuf Yunani yang bernama Aristoteles (384-322 SM). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengatakan bahwa etika adalah tentang baik dan buruk mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan sebainya. Teori etika adalah gambaran rasional mengenai hakikat dan dasar perbuatan dan keputusan yang benar serta prinsip-prinsip yang menentukan klaim bahwa perbuatan dan keputusan tersebut secara moral diperintahkan dan dilarang. Etika juga merupakan objek perilaku manusia dengan ukuran baik dan buruk persepsi manusia dengan tujuan membentuk karakter manusia. Etika atau yang juga lazim disebut dengan kata etik yang berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini: a) O.P. Simorangkir mengatakan etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. b) Sidi Gazalba dalam sistematika filsafat menyebutkan bahwa etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. c) Burhanudin Salam menyebutkan bahwa etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya. Selanjutnya pengertian etika secara terminologis menurut beberapa ahli sebagai berikut: 43 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu), Cet. I, h. 67

Page 45: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

32 a) Webster Dictionary mengartikan etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia, prinsip yang disistematisasi tentang tindakan moral yang betul. b) Ensiklopedi Winkler Prins mengartikan bahwa etika merupakan bagian dari filsafat yang memperkembangkan teori tentang tindakan, hujah-hujahnya dan tujuan yang diarahkan kepada makna tindakan. c) New Americam Encyclopedia mengartikan bahwa etika merupakan ilmu tentang filsafat moral, tidak mengenai fakta, tetapi tentang nilai-nilai, tidak mengenai sifat tindakan manusia, tetapi tentang idenya, karena itu bukan ilmu yang positif tetapi ilmu yang formatif. d) A.S. Hornby Dictionary mengartikan sebagai ilmu tentang moral atau prinsip-prinsip kaidah moral tentang tindakan dan kelakuan. Etika (ethic) juga bermakna sekumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, tata cara (adat, sopan santun) nilai mengenai benar dan salah tentang hak dan kewajiban yang dicabut oleh suatu golongan atau masyarakat.44 Berdasarkan pada pengertian di atas, maka etika menurut filsafat dapat dirumuskan sebagai berikut: etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa etika merupakan ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan tingkah laku (akhlak).45 4) Akhlak Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu akhlaqa, yakhliqu, ikhlaqan. Sesuai dengan bentuk tsulatsi mazid wazan af’ala, yuf’ilu, if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thabi’ah (kelakuan, tabiat 44 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 16 45 Ibid.,

Page 46: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

33 atau watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-muru’ah (peradaban yang baik), dan al-dien (agama).46 Secara terminologi akhlak ialah suatu keinginan yang ada di dalam jiwa yang akan dilakukan dengan perbuatan tanpa intervensi akal atau pikiran. Dari segi persuasinya khalqun yang berarti kejadian yang erat hubungannya dengan khaliq (pencipta) dan makhluq (yang diciptakan). Pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan ada hubungan baik antara kholiq dan makhluq. Berangkat dari definisi akhlak tersebut, maka akhlak terbagi menjadi dua bagian. Pertama adalah akhlak yang baik yang dinamakan akhlaq al-mahmudah (akhlak terpuji) atau biasa dikenal dengan akhlaq al-karimah (akhlak yang mulia). Kedua disebut akhlak mamdudah.47 Menurut Quraish Shihab, kata akhlak walaupun terambil dari bahasa Arab (yang biasa berartikan tabiat, perangai kebiasaan, bahkan agama), namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam Al-Quran. Yang ditemukan yaitu kata khuluq yang tercantum dalam al-Quran surah al-Qalam ayat 4: y7 ¯ΡÎ)uρ 4’ n?yès9 @, è=äz 5ΟŠÏà tã ∩⊆∪ “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”48 Namun kata akhlak banyak ditemukan dalam hadits seperti dalam salah satu hadits nabi: “Innamaa Buitstsu Liutammimma makarimal akhlak” “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (HR. Malik). Adapun pengertian akhlak menurut terminologis, penulis merujuk kepada pendapat beberapa ahli, di antaranya: 46 Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam: Isu-Isu Kontemporer tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), Ed. I, Cet. I, h. 2 47 Humaidi Tatapangarsa, Akhlak Yang Mulia, (Surabaya: Bina Ilmu, 1980), h. 33 48 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV Toha Putra Semarang, 1989), h. 960

Page 47: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

34 a) Imam Abu Hamadi al-Ghazali sebagaimana dikutip oleh Abudin Nata mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam atau terpatri dalam jiwa yang gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (perenungan) terlebih dahulu.49 b) Ibnu Maskawih sebagaimana dikutip oleh Djatmika mengatakan bahwa akhlak adalah peringai atau keadaan gerak jiwa yang yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran.50 c) Ahmad Amin sebagaimana yang dikutip oleh Ya’kub mengatakan bahwa akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.51 d) Menurut Muhammad bin Abi asy-Syarif al-Jurjani dalam bukunya al-Ta’rifat, sebagaimana dikutip oleh Mahmud mengatakan bahwa akhlak adalah istilah bagi sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri, yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa perlu berpikir dan merenung.52 Sedangkan menurut Muhammad Ali al-Faruqi at-Tahanawi menyebutkan bahwa akhlak adalah keseluruhannya kebiasaan, sifat alami, agama, dan harga diri.53 Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan persamaan dan perbedaan antara moral, budi pekerti, etika, dan akhlak sebagai berikut: NILAI SUMBER UKURAN TUJUAN Moral Persepsi Manusia Baik dan Buruk Membentuk Karakter Budi Pekerti Persepsi Manusia Perilaku Baik 49 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h 4 50 Rachmat Djatmika, Sistem Etika Islan, Akhlak Mulia, (Surabaya: Pustaka Islam, 1985), h. 26 51 Hamzah Ya’kub, Etika Islam: Pembinaan Akhlaqulkarimah, (Bandung: Diponegoro, 1983), Cet. II, h. 12 52 Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 32 53 Ibid., 34

Page 48: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

35 Etika Persepsi Manusia Menurut Adat dan Kebiasaan Baik dan Buruk menurut adat dan kebiasaan Akhlak al-Qur’an dan as-Sunnah/Wahyu Baik dan Buruk menurut Allah B. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter Character Education Quality Standards merekomendasikan 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif, sebagai berikut: 1. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter. 2. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku. 3. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif untuk membangun karakter. 4. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian. 5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang baik. 6. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua siswa, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses. 7. Mengusahakan tumbunya motivasi diri dari para siswa. 8. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia kepada nilai dasar yang sama. 9. Adanya pembagian kepemimpiman moral dan dukungan luas dalam membangun karakter. 10. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.

Page 49: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

36 11. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa.54 Dalam pandangan Islam di mana Rasulullah dijadikan simbol atau figur keteladanan, terdapat beberapa prinsip yang dapat dijadikan pelajaran oleh tenaga pengajar dari tindakan Rasulullah dalam menanamkan rasa keimanan dan akhlak terhadap anak, yaitu: 1. Fokus, ucapannya ringkas, langsung pada inti pembicaraan tanpa ada kata yang memalingkan dari ucapannya, sehingga mudah dipahami. 2. Pembicaraannya tidak terlalu cepat sehingga dapat memberikan waktu yang cukup kepada anak untuk menguasainya. 3. Repetisi, senantiasa melakukan tiga kali pengulangan pada kalimat-kalimatnya supaya dapat diingat atau dihafal. 4. Analogi langsung, seperti contoh perumpamaan orang beriman dengan pohon kurma, sehingga dapat memberikan motivasi, hasrat ingin tahu, memuji atau mencela, dan mengasah otak untuk menggerakkan potensi pemikiran atau timbul kesadaran untuk merenung dan tafakkur. 5. Memperhatikan keragaman anak, sehingga dapat melahirkan pemahaman yang berbeda dan tidak terbatas satu pemahaman saj, dan dapat memotivasi siswa untuk terus belajar tanpa dihinggapi perasaan jemu. 6. Memperhatikan tiga tujuan moral, yaitu kognitif, emosional, dan kinetik. 7. Memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak (aspek psikologi/ilmu jiwa). 8. Menumbuhkan kreativitas anak, dengan cara mengajukan pertanyaan, kemudian menjawan jawaban dari anak yang diajak bicara. 54 Muchlas Samani, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), h. 43

Page 50: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

37 9. Berbaur dengan anak-anak, masyarakat, dan lain sebagainya, tidak ekslusif/terpisah seperti makan bersama mereka, berjuang bersama mereka. 10. Aplikatif, Rasulullah langsung memberikan pekerjaan kepada anak yang berbakat. Misalnya, setelah Abu Mahdzurah menjalani pelatihan adzan dengan sempurna yang kita sebut dengan ad-Daurah at-Tarbiyah.55 C. Metode Pendidikan Karakter Metode pendidikan karakter dalam penerapan di lembaga sekolah menurut Doni Koesoema ada lima, yaitu: 1. Mengajarkan. Pemahaman konseptual dibutuhkan sebagai bekal konsep-konsep nilai yang kemudian menjadi rujukan bagi perwujudan karakter tertentu. 2. Keteladanan. Manusia banyak belajar dari apa yang mereka lihat. Keteladanan menempati posisi yang sangat penting karena keteladanan harus ditiru bukan hanya sekedar teori. 3. Menentukan prioritas. Penentuan prioritas yang jelas harus ditentukan agar proses evaluasi atas berhasil tidaknya pendidikan karakter. 4. Praksis prioritas. Selain penentuan prioritas karakter, lembaga pendidikan harus mampu membuat verifikasi sejauh mana visi sekolah telah dapat direalisasikan dalam lingkup pendidikan di lembaga pendidikan. 5. Refleksi. Refleksi berarti dipantulkan ke dalam diri. Apa yang telah dialami masih tetap terpisah dengan kesadaran diri sejauh ia belum dikaitkan, dipantulkan dengan isi kesadaran seseorang.56 55 Abdul Majid, dan Dian Andayani. Pedidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. I, h. 110-111 56 Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta: PT Grasindo, 2010), Cet. II, h. 212

Page 51: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

38 Penggunaan metode pendidikan karakter tidak terlepas dari pendekatan-pendekatan yang akan dipakai, adapun mengenai pendekatan pendidikan karakter terbagi menjadi lima macam, yaitu: Pertama, pendekatan penanaman nilai adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Menurut pendekatan ini, metode yang digunakan dalam proses pembelajaran antara lain keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi, permainan peranan, dan lain-lain. Kedua, pendekatan perkembangan kognitif adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya. Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah moral dan dalam membuat keputusan-keputusan moral. Menurut pendekatan ini, proses pengajaran nilai didasarkan pada dilema moral, dengan menggunakan metode diskusi kelompok. Proses diskudi dimulai dengan penyajian cerita yang mengandung dilema. Dalam diskusi tersebut, siswa didorong untuk menentukan posisi apa yang sepatutnya dilakukan oleh orang yang terlibat, dan apa alasannya. Siswa diminta mendiskusikan tentang alasan-alasan itu dengan teman-temannya. Ketiga, pendekatan analisis nilai adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial. Pendekatan analisis nilai ini menggunakan metode-metode pengajaran yang sering digunakan yaitu pembelajaran secara individual atau kelompok tentang masalah-masalah sosial yang memuat nilai moral, penyelidikan kepustakaan, penyelidikan lapangan, dan diskusi kelas berdasarkan kepada pemikiran rasional. Keempat, pendekatan klarifikasi nilai adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan pembuatannya sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Dalam proses pengajarannya pendekatan ini menggunakan metode dialog, menulis, diskusi dalam kelompok besar atau kecil, dan lain-lain. Kelima, pendekatan pembelajaran berbuat adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada usaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk

Page 52: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

39 melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu kelompok. Pendekatan ini menggunakan metode-metode pengajaran yang sering digunakan yaitu pembelajaran secara individu atau kelompok tentang masalah-masalah sosial yang memuat nilai moral, penyelidikan kepustakaan, penyelidikan lapangan, diskusi kelas berdasarkan pemikiran rasional, metode dialog, menulis, dan diskusi dalam kelompok besar atau kecil.57 Jadi dapat disimpulkan bahwa metode yang bisa diaplikasikan guru dan praktisi pendidikan dalam pembentukan karakter anak yaitu dengan metode keteladanan dan mengajarkan. Agar pendidikan karakter dapat dilaksanakan dengan baik, maka lembaga pendidikan memiliki bebrapa kewajiban di antaranya: menentukan tuntutan standar yang akan ditawarkan pada peserta didik, semua pribadi yang terlibat dalam lembaga pendidikan harus memahami secara jernih apa nilai yang ingin ditekankan dalam lembaga pendidikan karakter, jika lembaga ingin menetapkan perilaku standar yang ingin menjadi ciri khas lembaga maka karakter standar itu harus dipahami oleh anak didik, orang tua, dan masyarakat. D. Tujuan Pendidikan Karakter Pada dasarnya pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.58 Melalui pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas, tidak hanya otaknya namun juga cerdas secara emosi. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan. Dengan 57 Muchlas Samani, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), h. 108-109 58 http://aryforniawan.blogspot.com/2012/06/fungsi-dan-tujuan-pendidikan-karakter.html

Page 53: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

40 kecerdasan emosi, seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan untuk berhasil secara akademis. Pendidikan karakter pada intinya bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, berorientasi pada ilmu pengetahuan, dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.59 Untuk mewujudkan tujuan pendidikan karakter, peran keluarga, sekolah, dan komunitas sangat menentukan pembangunan karakter anak-anak untuk kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Dengan menciptakan lingkungan yang kondusif, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan suci dapat berkembang secara optimal.60 Salah satu cara yang sangat baik dalam mebangun karakter adalah dengan menciptakan lingkungan yang kondusif. E. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Berikut 18 Nilai Karakter Bangsa: 1. Religius merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, memiliki rasa toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Religius adalah proses mengikat kembali atau tradisi, sistem yang mengatur kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan alam sekitarnya. 2. Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan perbuatan. 59 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 30 60 Zainul Miftah, Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Bimbingan dan Konseling, (Surabaya: Gena Pratama Pustaka, 2011), h. 37

Page 54: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

41 3. Toleransi merupakan sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 4. Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh terhadap berbagai ketentuan dan peraturan yang berlaku. 5. Kerja keras merupakan perilaku upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. 6. Kreatif merupakan merupakan cara berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7. Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. 8. Demokratis merupakan cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9. Rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya unuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari suatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 10. Semangat kebangsaan merupakan cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompok. 11. Cinta tanah air merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. 12. Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 13. Bersahabat atau komunikatif merupakan tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

Page 55: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

42 14. Cinta damai merupakan sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya) negara. 15. Gemar membaca merupakan kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bahan bacaan yang memberikan kebaikan bagi dirinya serta menambah wawasan dan pengetahuan baru. 16. Peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan yang terjadi pada lingkungan dan yang selalu terjadi. 17. Peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 18. Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya ia lakukan terhadap dirinya maupun orang lain dan sekitarnya.61 F. Hasil Penelitian yang Relevan 1. M. Nur Hidayat, Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pendidikan Islam, 2011, Skripsi, Jakarta: Program Strata satu Universitas Islam Negeri Jakarta, 22 Juni 2011. M. Nur Hidayat menulis, Implementasi Pendidikan Karakter yang menjadi kajian penelitian ini adalah konsepsi pengembangan nilai-nilai kepribadian Rasulullah dalam kegiatan pendidikan. Kemudian melakukan kegiatan eksplorasi dan pengembangan terhadap nilai-nilai utama pribadi Rasulullah yang menjadi pilar utama pembentukan karakter manusia menuju konsep fitrah yang ditetapkan Allah.62 2. Skripsi karya Misbahudin Fandy, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan tahun 2011 dengan 61 Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), h. 5-8 62 M. Nur Hidayat, Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pendidikan Islam, 2011, Skripsi, Jakarta: Program Strata satu Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011.

Page 56: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

43 judul “Pendidikan Karakter dalam Konsep Ta’dib Syed Muhammad Naquib Al-Attas”. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa implikasi konsep Syed Muhammad Naquib Al-Attas terhadap pendidikan karakter adalah: hakikat pendidikan karakter adalah upaya untuk mendisiplinkan tubuh, jiwa, dan ruh, tujuan pendidikan karakter adalah menghasilkan manusia yang baik, beradab, mengakui norma agama, dan sesuai dengan ajaran Islam, cakupan pendidikan karakter yaitu kebutuhan permanen dan spiritual serta material dan emosional, dan menumbuhkan karakter mulia pendidik dan peserta didik.63 3. Skripsi karya Siti Fatimah Nurul Aini, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan tahun 2012 dengan judul “Pendidikan Karakter dalam Pemikiran Azyumardi Azra”. Pendidikan karakter adalah proses suatu bangsa dalam mempersiapkan generasi muda untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien, dan implikasi pendidikan karakter dalam pendidikan agama Islam adalah kecerdasan emosi.64 63 Misbahudin Fandy, “Pendidikan Karakter dalam Konsep Ta’dib Syed Muhammad Naquib Al-Attas”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011. 64 Siti Fatimah Nurul Aini, “Pendidikan Karakter dalam Pemikiran Azyumardi Azra”. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012.

Page 57: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian adalah tempat atau lokasi di mana penelitian dilakukan. Sedangkan waktu penelitian berisi penjelasan kapan penelitian dilakukan dan lama penelitian dilakukan. Dalam penelitian kualitatif tempat penelitian biasa disebut latar atau seting penelitian. Latar berisi penjelasan secara rinci situasi sosial meliputi: lokasi, tempat, aktivitas atau tokoh saat diteliti.1 Tempat penelitian tidak terikat pada satu tempat karena objek yang dikaji berupa naskah teks sastra. Penelitian ini bukan penelitian yang dianalisisnya bersifat statis melainkan sebuah analisis yang dinamis yang dapat terus dikembangkan. Adapun naskah yang diteliti berupa buku Bagian Pertama Pendidikan karya Ki Hadjar Dewantara. Penelitian ini berjudul “Konsep Pendidikan Karakter (Studi pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam Buku Bagian Pertama Pendidikan)” ini dilakukan pada Desember 2017 sampai Desember 2019, digunakan untuk mengumpulkan data mengenai sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari buku teks yang ada di perpustakaan, terutama yang berkaitan dengan pemikiran pendidikan karakter Ki Hadjar Dewantara dalam buku Bagian Pertama Pendidikan. B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah library research. Bodgan dan Biklen menyimpulkan bahwa studi ini dikategorikan sebagai penelitian kualitatif. Dikatakan kualitatif, karena studi ini lebih menekankan pada pendeskripsian pemikiran Ki Hadjar Dewantara, terutama pemikiran pendidikannya, karena fokusnya pada deskriptif, maka penelitian ini juga bersifat alamiah dan induktif. 1 Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h. 50.

Page 58: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

45 Metode penelitian berisi jenis penelitian yang digunakan peneliti untuk memecahkan masalah penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu upaya menemukan kebenaran dalam wilayah-wilayah konsep mutu. Salah satu pendekatan penelitian yang secara primer menggunakan peradigma pengetahuan berdasarkan pandangan konstruktivis, dengan maksud mengembangkan suatu teori atau pola.2 Penulis menggunakan jenis penelitian literatur/kepustakaan untuk merekonstruksi pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan karakter dan menganalisisnya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan bukan angka-angka. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan.3 Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode content analysis atau analisi isi. Penelitian ini mendeskripsikan atau menggambarkan apa yang menjadi masalah, kemudian menganalisis dan menafsirkan data yang ada. Metode content analysis atau analisis isi yang digunakan untuk menelaah isi dari satu dokumen, dalam penelitian ini dokumen yang dimaksud adalah buku Bagian Pertama Pendidikan karya Ki Hadjar Dewantara. Pada dasarnya, analisis isi dalam bidang sastra tergolong upaya pemahaman karya dari aspek ekstrinsik. Aspek-aspek yang melingkupi di luar estetika struktur sastra tersebut, dibedah, dihayati, dan dibahas mendalam. Unsur ekstrinsik sastra yang menarik perhatian analisis isi cukup banyak, antara lain meliputi: pesan moral, nilai pendidikan, nilai religius, konsep pemikiran, dan sebagainya.4 Analisis isi adalah strategi untuk mengungkap pesan karya sastra. Tujuan analisis isi adalah membuat inferensi. Inferensi diperoleh dari identifikasi dan penafsiran. Inferensi juga berdasarkan konteks yang melingkupi karya sastra. 2 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Press, 2017), h. 28. 3 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 234. 4 Suwardi Endaswara, Metodologi Penelitian Sastra Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi, (Yogyakarta: CAPS, 2013), h. 160

Page 59: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

46 Untuk itu, analisis isi harus mempunyai target tertentu. Adapun target dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana konsep pendidikan karakter Ki Hadjar Dewantara. Dengan demikian peneliti harus membedah dan menganalisis konsep pendidikan karakter Ki Hadjar Dewantara dalam karya sastranya.5 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian literatur atau penelitian kepustakaan (Library Research). Menurut Noeng Muhajir penelitian literatur lebih menekankan olahan filosofis dan teoritis daripada uji empiris di lapangan sebagai suatu penelitian literatur, secara metodologis penelitian ini menggunakan pendekatan filosofis (philosophical approach). Oleh karenanya sumber data dalam penelitian ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan tokoh tersebut (Ki Hadjar Dewantara) sesuai dengan jenis penelitiannya, metode penelitian di sini meliputi sumber data, pengumpulan data, dan metode analisis data, yaitu menjadikan bahan pustaka sebagai sumber data utama.6 Penelitian ini bersifat kualitatif. Riset kualitatif memproses pencarian gambaran data dari konteks kejadian secara langsung sebagai upaya melukiskan peristiwa seperti kenyataannya, yang berarti membuat pelbagai kejadian seperti merekat dan melibatkan perspektif yang partisipatif di dalam pelbagai kejadian, serta menggunakan penginduksian dalam menjelaskan gambaran fenomena yang diamatinya.7 Dengan demikian, pendekatan kualitatif menekankan analisisnya pada data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan kualitatif penulis gunakan untuk menganalisis pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang konsep pendidikan karakter. Maka dengan sendirinya penganalisaan data ini lebih difokuskan pada 5 Ibid., h. 161 6 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000), h. 59 7 Septiawan Santana K., Menulis Ilmiah: Metode Peneliltian Kualitatif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), h. 29-30.

Page 60: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

47 penelitian kepustakaan (library research), yakni dengan membaca, menelaah dan mengkaji sumber tulisan yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas. 2. Sumber Data Penelitian Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh, karena penulisan skripsi ini dalam kategori penelitian literer, maka seluruh data penelitian dipusatkan pada kajian buku yang memiliki keterkaitan dengan pokok bahasan. Sumber data tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekuder. Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber asli yang ditulis oleh tokoh itu sendiri, sedangkan sumber sekunder merupakan karya pelengkap yang ditulis oleh orang lain dan sumber-sumber lain yang mendukung penelitian,8 adapun data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a) Data primer 1) Ki Hadjar Dewantara, Buku Bagian Pertama tentang Pendidikan. 2) Ki Hadjar Dewantara, Buku Bagian Kedua tentang Kebudayaan. 3) Ki Hadjar Dewantara, Buku Bagian Ketiga tentang Politik dan Kemasyarakatan. b) Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh atau bersumber dari tangan kedua,9 dan sumber lain yang ada kaitannya dengan pemikiran tokoh Ki Hadjar Dewantara. C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan menggunakan beberapa prosedur di antaranya yaitu: 8 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), h. 63 9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 120

Page 61: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

48 1. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri literatur, baik primer maupun sekunder yang membahas tentang pendidikan karakter, data-data dikumpulkan kemudian membuat ringkasan untuk menentukan batasan yang lebih khusus tentang objek kajian dari buku-buku, terutama yang berhubungan dengan tema pokok yang dibahas.10 Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Studi dokumenter, yaitu studi yang dilakukan dengan mempelajari sumber-sumber informasi milik objek yang ditulis secara langsung tanpa perantara. b) Studi kepustakaan, yaitu studi yang dilakukan dengan mempelajari literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti dengan mengumpulkan data-data melalui bacaan seperti text book, jurnal ataupun artikel yang memiliki relevansi dengan penelitian ini guna mendapatkan landasan teoritis. 2. Teknik Pengolahan Data Untuk mendapat data penelitian yang valid, maka data dari literatur baik primer maupun sekunder dikelola secara sistematis dalam bentuk dokumentasi yang dapat memberikan informasi penting tentang pendidikan karakter menurut Ki Hadjar Dewantara. Setelah data-data diperoleh, peneliti mengolah data-data tersebut dengan cara dibaca dan dianalisis kemudian disimpulkan. D. Analisis Data 10 Syamsir Salam & Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. Ke-1, h. 134-135

Page 62: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

49 Analisis data pada penelitian kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan berbagai data, mengorganisasikan data, memilah-milah data menjadi satu kesatuan data yang diperoleh, mensintesiskannya, mencari dan menentukan pola, menentukan apa yang diceritakan kepada orang lain.11 Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber yang diperoleh dari kegiatan observasi, wawancara, dokumentasi. Kemudian data yang telah terkumpul, dianalsis, ditafsirkan, dan disimpulkan kedalam bahasa yang mudah dipahami dan logis sesuai dengan penelitian yang dibahas. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang tepat mengenai objek penelitian dengan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis.12 Analisis data dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh kesimpulan yang komprehensif. 11 Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. XVIII, h. 13-14. 12 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 234

Page 63: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi Ki Hadjar Dewantara 1. Riwayat Hidup Ki Hadjar Dewantara Nama Ki Hadjar Dewantara sudah dikenal secara luas di dalam dan di luar negeri, khususnya di kalangan pendidik Indonesia. Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai tokoh yang berjuang dalam pendidikan nasional bangsa ini. Nama Suwardi Surjaningrat dikenang sebagai bapak pergerakan nasional, dan nama Ki Hadjar Dewantara dikenang sebagai bapak pendidikan nasional.1 Ki Hadjar Dewantara lahir di Yogyakarta pada Kamis Legi, tanggal 2 Mei 1889 sebagai putra dari Kanjeng Pangeran Harjo Surjaningrat dan cucu dari Sri Paku Alam III. Ki Hadjar Dewantara merupakan putra ke-lima dari sembilan bersaudara. Nama aslinya adalah Raden Mas Suwardi Surjaningrat. Dalam kehidupan sehari-hari, Ki Hadjar Dewantara sering bergaul dengan masyarakat dari kalangan menengah ke bawah. Pada tanggal 23 Februari 1928 tepat pada usia 40 tahun, ia berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara dari Raden Mas Suwardi Surjaningrat.2 Dibuangnya gelar kebangsawanan di depan namanya mengantarkan Ki Hadjar Dewantara lebih dekat dengan lingkungan sekitarnya yang mayoritas adalah orang biasa. Ki Hadjar Dewantara lahir dari keluarga keturunan keraton Yogyakarta, sehingga dididik dengan latar belakang keluarga yang masih religius dan dengan budaya Jawa yang kental karena masih merupakan keluarga keraton Yogyakarta sekaligus masih berada dalam garis keturunan Sunan Kalijaga, sehingga membuatnya menjadi keturunan bangsawan dan juga ulama.3 Namun ada satu hal 1 Darsiti Soeratman, Ki Hadjar Dewantara, (Jakarta: Depdikbud, 1989), Cet. II, h. 1 2 H.A.H. Harahap dan B.S. Dewantara, Ki Hadjar Dewantara dan Kawan-kawan Ditangkap, Dipenjarakan, dan Diasingkan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1980), h. 3 3 Achmad Desmon, Ensiklopedia Peradaban Dunia, (Jakarta: Restu Agung, 2007), h. 219

Page 64: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

51 yang tidak diketahui bahwa Ki Hadjar Dewantara kecil adalah seorang santri dari Kyai Haji Soleman Abrurrohman di Kalasan Prambanan.4 Ki Hadjar Dewantara menikah dengan R.A. Sutartinah, putri G.P.H. Sasraningrat, adik G.P.H. Surjaningrat (ayah Ki Hadjar Dewantara). Dengan demikian, Ki Hadjar Dewantara dan Nyi Hadjar Dewantara adalah saudara sepupu. Baik Ki Hadjar maupun Nyi Hadjar keduanya dianugerahi saudara yang banyak jumlahnya. Berikut kami tampilkan daftar keturunan Paku Alam seperti yang terdapat dalam buku karya Darsiti Soeratman: Kanjeng Gusti Hadipati Harjo Surjosasraningrat atau Sri Paku Alam III mempunyai putera tujuh orang. 1. K.P.H. Purwoseputro 2. B.R.M.H. Surjohudojo 3. K.P.H. Surjaningrat (Ayah Ki Hadjar Dewantara) 4. B.R.M.H. Surjokusumo 5. B.R. Ayu Nototaruno 6. G.P.H. Sasraningrat (Ayah Nyi Hadjar Dewantara) 7. G.B.R. Ayu Hadipati (Paku Alam VI) Kanjeng Pangeran Harjo Surjaningrat berputera sembilan orang: 1. R.M. Surjopranoto 2. R.M. Surjosiworo 3. R. Ayu Suwartijah Bintang 4. R. Ayu Suwardinah Surjopratiknjo 5. R.M. Suwardi (Ki Hadjar Dewantara) 6. R.M. Djoko Suwarto (K.R.T. Suejaningrat) 7. R.M. Suwarman Surjaningrat 8. R.M. Surtiman Surjodiputro 9. R.M. Harun Al Rasid Gusti Pangeran Harjo Sasraningrat berputera 13 orang: 1. R.M. Prawiraningrat 4 Haidar Musyafa, Ki Hadjar Sebuah Memoar, (Tangerang Selatan: Penerbit Imania, 2017), h. 49

Page 65: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

52 2. R.M. Nataningrat Sutjipto 3. R.M. Suprapto 4. R. Ayu Martodirjo 5. R.M. Surojo Sasraningrat 6. R.Aj. Sutartinah (Nyi Hadjar Dewantara) 7. R.Aj. Sukapsilah 8. R.M. Sujatmo 9. R.M. Sudarto Sasraningrat 10. R.Aj. Sulastri-Sujadi Darmoseputro 11. R.M. Sancojo Sasraningrat 12. R.Aj. Sukirim Hardjodiningrat 2. Riwayat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Masa muda Ki Hadjar Dewantara diisi dengan kegiatan untuk menambah pengetahuan dan wawasannya, karena Ki Hadjar Dewantara termasuk anak yang sangat haus akan pengetahuan. Ki Hadjar Dewantara menerima pendidikan yang beraneka macam baik dari keluarga maupun di sekolah, pendidikan keluarga yang diajarkan melalui pendidikan kesenian, adat sopan santun, dan pendidikan agama yang dijadikan fondasi kokoh pribadi Ki Hadjar Dewantara. Semangat Ki Hadjar Dewantara sudah tampak sejak beliau masih kanak-kanak.5 Pendidikan yang diperoleh Ki Hadjar Dewantara di lingkungan keluarga sudah mengarah dan terarah ke penghayatan nilai-nilai kultural sesuai dengan lingkungannya. Pendidikan keluarga yang tersalur melalui pendidikan kesenian, adat sopan santun, dan pendidikan agama turut mengukir jiwa kepribadiannya. Pengetahuan Ki Hadjar Dewantara berasal dari kerajinan menuntut ilmu di lingkungan sekolah dan juga pengalaman yang beraneka ragam dari lingkungan sekitar. Selain mendapat pendidikan formal di lingkungan Istana Paku Alam, Ki Hadjar Dewantara juga mendapat pendidikan formal di luar antara lain: a. ELS (Europeesche Legere School) 5 Sagimun, Ki Hadjar Dewantara, (Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1983), Cet. II, h. 3

Page 66: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

53 Sekolah dasar pada zaman kolonial Belanda di Indonesia. ELS menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. ELS atau Sekolah Rendah Eropa tersebut diperuntukkan bagi keturunan Eropa, keturunan timur asing atau pribumi dari tokoh terkemuka. b. Kweek School (Sekolah Guru) di Yogyakarta Kweek School merupakan salah satu jenjang pendidikan resmi untuk menjadi guru pada zaman Hindia Beanda dengan pengantar bahasa Belanda. c. STOVIA (School Tot Opvoeding Van Indische Arisen) STOVIA yaitu sekolah kedokteran yang berada di Jakarta. Pendidikan di STOVIA ini tidak dapat diselesaikan Ki Hadjar Dewantara karena sakit.6 Ki Hadjar Dewantara pertama kali masuk Europeesche Lagere School (ELS), setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, beliau belajar di School Tot Opvoeding Van Indische Arisen (STOVIA), tetapi tidak menamatkannya karena sakit. Ki Hadjar juga mengikuti pendidikan sekolah guru yang disebut Lagere Onderwijs, hingga berhasil mendapatkan ijasah.7 Sebagai pelajar STOVIA Ki Hadjar Dewantara bersama teman-teman lainnya yaitu Sutomo, Cipto Mangunkusumo, dan Gunawan yang juga lulusan dari STOVIA mendirikan organisasi yang bertujuan untuk memajukan pendidikan dan meninggikan martabat bangsa. Organisasi tersebut diberi nama Budi Utomo (BU) atas saran dari Dr. Wahidin Sudirohusodo. 3. Riwayat Perjuangan Ki Hadjar Dewantara a. Peran Politik Ki Hadjar Dewantara Ki Hadjar Dewantara juga aktif dalam wartawan dan penulis. Beliau kemudian bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar, antara lain: wartawan Sedyotomo, Midden Java, De Express, Utusan Hindia, 6 Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedia Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1976), h. 217 7 Irna H. N. Hadi Soewito, Soewardi Soerjaningrat dalam Pengasingan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), h. 16

Page 67: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

54 Kaum Muda, dan Cahaya Timur. Sebagai penulis yang handal, tulisannya mampu membangkitkan semangat anti kolonialisme rakyat Indonesia. Sebagai tokoh nasional yang disegani dan dihormati baik oleh kawan maupun lawan, Ki Hadjar Dewantara sangat kreatif, dinamis, jujur, sederhana, konsisten, konsekuen, dan berani. Wawasan beliau sangat luas dan tidak berhenti berjuang untuk bangsanya hingga akhir hayat. Perjuangan beliau dilandasi dengan rasa ikhlas yang mendalam, disertai rasa pengabdian dan pengorbanan yang tinggi dalam mengantarkan bangsa ini merdeka. Ki Hadjar Dewantara ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada tanggal 28 November 1959, dan pada tanggal 16 Desember 1959 pemerintah menetapkan tanggal lahir Ki Hadjar Dewantara tanggal 2 Mei sebagai “Hari Pendidikan Nasional” berdasarkan keputusan Presiden RI No. 316 tahun 1959.8 Tulisan-tulisan Suwardi Surjaningrat terus mengalir, puncaknya adalah ketika salah satu tulisannya menggemparkan pemerintah Belanda yaitu “Als Ik Eens Nederlander Was!” Andaikan aku seorang Belanda! Tulisan ini yang sebagai reaksi terhadap rencana Belanda untuk mengadakan perayaan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari penindasan Perancis, dengan memungut secara paksa rakyat Indonesia. Tulisan ini yang kemudian mengantar Suwardi Surjaningrat ke pintu penjara pemerintah Kolonial Belanda, kemudian bersama Cipto Mangunkusumo dan Douwes Deker diasingkan ke negeri Belanda.9 Komisi Bumi Putera (Committee tot Herdenking van Nederlandsch Honderdjarige Vrijheid) dibentuk pada awal bulan Juli 1913 bersama Cipto Mangunkusumo dengan maksud akan mengeluarkan isi hati rakyat, memprotes adanya perayaan kemerdekaan Belanda. Tersebarnya tulisan 8 Ki Hadjar Dewantara, Karya Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2011), Cet. 4, h. 13 9 Gunawan, Berjuang Tanpa Henti dan Tak Kenal Lelah: Peringatan 70 Tahun Taman Siswa, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1992), h. 303

Page 68: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

55 Soewardi Soerjaningrat, pemerintah Belanda marah, dan kemudian memanggil panitia De Express untuk diperiksa. Cipto Mangunkusumo menulis dalam harian De Express 26 Juli 1913 untuk menyerang Belanda, yang berjudul “Kracht of Vress” (Kekuatan dan Ketakutan). Soewardi Soerjaningrat kembali menulis dalam De Express tanggal 28 Juli 1913 yang berjudul “Een Voor Allen, Maar Ook Allen Voor Een” (Satu buat semua, tetapi juga semua buat satu).10 Akibat terlalu banyak protes dalam bentuk artikel dan tulisan di brosur, ketiga pemimpin Indische Partij (tiga serangkai) ditangkap dan ditahan. Ketiganya dikenakan hukuman buang. Soewardi ke Bangka, Cipto Mangunkusumo ke Banda Neira, dan Douwes Deker ke Timur Kupang, keputusan ini desertai ketetapan bahwa mereka bebas untuk berangkat keluar jajahan Belanda. Ketiganya mengganti hukuman interniran dengan hukuman externir, dan memilih negeri Belanda sebagai tempat pengasingan mereka. Perhatian Ki Hadjar saat berada di Belanda tertarik pada masalah-masalah pendidikan dan pengajaran di samping bidang sosial politik. Ia menambah pengetahuan dalam bidang pendidikan. Nyi Hadjar Dewantara (R.A. Sutartinah) memiliki arti penting tersendiri sebagai istri Ki Hadjar Dewantara. Nyi Hadjar merupakan pemberi semangat bagi Ki Hadjar dalam masa pengasingan di Belanda, termasuk pemberi saran dan masukan untuk mengusahakan pendidikan bagi bangsa Indonesia. Mereka berdua aktif dalam belajar, Nyi Hadjar memperdalam ilmu pengetahuan sampai mendapatkan ijasah Guru Frobel, sedangkan Ki Hadjar mendapat Akte Guru Eropa. Sekembalinya dari pengasingan Ki Hadjar Dewantara tetap aktif dalam berjuang. Ki Hadjar Dewantara oleh partainya diangkat sebagai sekretaris dan sebagai pengurus besar NIP (National Indische Partij) di Semarang. Ki Hadjar Dewantara juga menjadi redaktur “The Beweging”, 10 Moch. Tauhid, Perjuangan dan Ajaran Hidup Ki Hadjar Dewantara, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1963), h. 299

Page 69: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

56 majalah partai yang berbahasa Belanda, dan “Persatuan Hindia” yang berbahasa Indonesia. Ia juga memegang pimpinan De Express yang diterbitkan kembali, namun karena ketajaman dan pembicaraan dan tulisannya yang mengecam kekuasaan Belanda di Semarang, Ki Hadjar dua kali masuk penjara.11 Pengalaman Ki Hadjar Dewantara dan kawan-kawan di lapangan perjuangan politik dengan melalui berbagai rintangan, penjara, dan pembuangan dengan segala hasilnya, menimbulkan pikiran baru untuk meninjau cara-cara dan jalan untuk menuju kemerdekaan Indonesia.12 Ki Hadjar Dewantara yang terus berjuang tak kenal lelah dalam menghadapi berbagai masalah, menaruh perhatian terhadap pendidikan karakter bangsa. Reorintasi perjuangan Ki Hadjar Dewantara dari dunia politik ke dunia pendidikan mulai disadari sejak berada dalam pengasingan di negeri Belanda. Bagi Ki Hadjar Dewantara Indonesia harus mempersiapkan konsep pendidikan nasional bagi seluruh rakyat Indonesia supaya rakyat tahu akan nasibnya sendiri dan mudah bersatu untuk mendapatkan suatu kemerdekaan. b. Peran Sosial Ki Hadjar Dewantara Ki Hadjar Dewantara adalah pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa kemerdekaan nusa dan bangsa untuk mengejar keselamatan dan kesejahteraan rakyat tidak hanya dicapai melalui jalan politik, tetapi juga pendidikan. Karenanya, timbullah gagasan untuk mendirikan sekolah mandiri yang akan dibina sesuai dengan cita-citanya, untuk merealisasikan tujuannya Ki Hadjar Dewantara mendirikan perguruan Taman Siswa. Taman Siswa memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk bisa memperoleh pendidikan seperti halnya para priyayi 11 Ki Hadjar Dewantara, Karya Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2011), Cet. 4, h. 22-23 12 Ibid., h. 29

Page 70: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

57 maupun orang-orang Belanda. Cita-cita perguruan tersebut adalah “Saka” (saka adalah singkatan dari paguyuban Selasa Kliwonan di Yogyakarta) di bawah pimpinan Ki Ageng Sutatmo Suryokusumo. Paguyuban ini merupakan cikal bakal perguruan Taman Siswa yang didirikan Ki Hadjar Dewantara di Yogyakarta. Bidang pendidikan adalah jalan yang ditempuh Ki Hadjar Dewantara untuk berjuang melawan kolonial Belanda. Pihak kolonial Belanda juga melakukan berbagai usaha untuk melemahkan perjuangan gerakan politik yang dipelopori Taman Siswa. Tindakan kolonial tersebut yaitu Onderwijs Ordonantie 1932 (Ordinasi Sekolah Liar) yang dicanangkan oleh Gubernur Jenderal tanggal 17 September 1932, pada tanggal 15-16 Oktober 1932 Majelis Luhur Perguruan Taman Siswa mengadakan sidang istimewa di Tosari Jawa Timur untuk merundingkan Ordinasi tersebut.13 Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) menjelang kemerdekaan RI, Ki Hadjar Dewantara sebagai anggota “Empat Serangkai” bersama Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan Kyai Mansur. Empat Serangkai mendirikan Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) pada tahun 1943 yang bertujuan untuk memusatkan tenaga untuk menyiapkan kemerdekaan RI. Akhirnya pada 17 Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia dapat diproklamasikan oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta. Pada hari Minggu Pon tanggal 17 Agustus 1945, pemerintah RI terbentuk dengan Ir. Soekarno sebagai Presiden RI dan Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden, Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.14 Pada tahun 1946, Ki Hadjar Dewantara menjabat sebagai Ketua Panitia Penyelidikan Pendidikan dan Pengajaran RI, ketua pembantu pembentukan undang-undang pokok pengajaran, dan menjadi Mahaguru di Akademi Kepolisian. Tahun 1947, Ki Hadjar Dewantara menjadi Dosen Akademi Pertanian. Tanggal 23 Maret 1947, Ki Hadjar Dewantara 13 Darsiti Soeratman, Ki Hadjar Dewantara, (Jakarta: Depdikbud, 1989), Cet. II, h. 118 14 Ki Hadjar Dewantara, Karya Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2011), Cet. 4, h. 111

Page 71: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

58 diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung RI dan menjadi anggota Majelis Pertimbangan Pengajaran Agama Islam di Sekolah Rakyat.15 Pada tahun 1948, Ki Hadjar Dewantara dipilih sebagai ketua peringatan 40 tahun Peringatan Kebangkitan Nasional, beliau bersama partai-partai mencetuskan pernyataan untuk menghadapi Belanda. Pada peringatan 20 tahun Ikrar Pemuda (28 Oktober 1948), Ki Hadjar Dewantara ditunjuk sebagai ketua pelaksana peringatan Ikrar Pemuda. Setelah pengakuan kedaulatan di negeri Belanda pada Desember 1948, Ki Hadjar Dewantara menjabat sebagai anggota DPR RI. Pada tahun 1950, Ki Hadjar mengundurkan diri dari keanggotaan DPR RI dan kembali ke Yogyakarta untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada Taman Siswa sampai akhir hayatnya.16 Ki Hadjar Dewantara adalah seorang demokrat sejati, tidak senang pada kesewenang-wenangan dari seorang pemimpin yang mengandalkan pada kekuasaannya tanpa dilandasi oleh rasa cinta kasih. Ki Hadjar Dewantara selalu bersikap menghargai dan menghormati orang lain sesuai dengan harkat dan martabatnya. Dengan sikap yang arif beliau menerima segala kekurangan dan kelebihan orang lain, untuk saling mengisi, memberi, dan menerima demi sebuah keharmonisan dari lembaga yang dipimpinnya. Teori pendidikan taman siswa yang dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara sangat memperhatikan dimensi-dimensi kebudayaan serta nilai-nilai yang terkandung dan digali dari masyarakat dilingkungannya. Ki Hadjar Dewantara meninggal pada tanggal 26 April 1959 pada usia 70 tahun. Ia adalah perintis kemerdekaan, perintis pendidikan nasional, dan perintis kebudayaan nasional. Karena jasanya yang besar, ia diangkat oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai pahlawan bangsa. Menjelang wafatnya dalam keadaan sakit, ia masih menulis tentang 15 Ibid., h. 119 16 Darsiti Soeratman, Ki Hadjar Dewantara, (Jakarta: Depdikbud, 1989), Cet. II, h. 149

Page 72: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

59 “Demokrasi dan Kepemimpinan”. Sebelumnya pada tanggal 19 Desember 1956, ia dianugerahi gelar Doctor Honoris Causa dalam ilmu kebudayaan oleh Universitas Gajah Mada di Yogyakarta.17 4. Karya-karya Ki Hadjar Dewantara Konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara memang cukup komperhensif, khas, dinamis, dan banyak yang dijadikan sebagai dasar untuk membangun pendidikan nasional Indonesia. Pemikirannya mengenai pendidikan menjadikan beliau sebagai sosok yang patut disegani di kalangan cendekiawaan Indonesia pada masa itu. Tekad untuk mengubah pola pikir masyarakat pada masa penjajahan yang membuat Ki Hadjar Dewantara belajar dan terus belajar meskipun dalam pengasingan di Belanda. Konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara juga banyak dipelajari oleh ilmuan manca negara seperti Cina, India, Belanda, dan Amerika Serikat (AS). Dengan demikian sudah selayaknya kalau kita sendiri mengkaji, mendalami, dan sekaligus mengimplementasikan pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Karya-karya Ki Hadjar Dewantara telah banyak terpublikasikan dan telah memberikan sumbangsih terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia, di antaranya: a. Ki Hadjar Dewantara, Buku Bagian Pertama: tentang Pendidikan, buku ini khusus membicarakan gagasan dan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam bidang pendidikan di antaranya tentang pendidikan nasional, tri pusat pendidikan, pendidikan kanak-kanak, pendidikan sistem pondok, adab dan etika, pendidikan dan kesusilaan. b. Ki Hadjar Dewantara, Buku Bagian Kedua: tentang kebudayaan, dalam buku ini memuat tulisan-tulisan mengenai kebudayaan dan kesenian di antaranya asosiasi antara barat dan timur, pembangunan kebudayaan nasional, perkembangan kebudayaan di jaman merdeka, kebudayaan nasional, kebudayaan sifat pribadi bangsa, kesenian 17 H.A.H. Harahap dan B.S. Dewantara, Ki Hadjar Dewantara dan Kawan-kawan Ditangkap, Dipenjarakan, dan Diasingkan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1980), h. 4

Page 73: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

60 daerah dalam persatuan Indonesia, Islam dan kebudayaan, ajaran Pancasila dan lain-lain. c. Ki Hadjar Dewantara, Buku Bagian Ketiga: tentang politik dan kemasyarakatan, dalam buku ini memuat tulisan-tulisan mengenai politik wanita, pemuda, dan perjuangannya. d. Ki Hadjar Dewantara, Buku Bagian Keempat: tentang riwayat dan perjuangan hidup Ki Hadjar Dewantara, dalam buku ini melukiskan kisah kehidupan dan perjuangan hidup perintis dan pahlawan kemerdekaan Ki Hadjar Dewantara. e. Tahun 1912 mendirikan surat kabar harian “De Express” (Bandung), Harian Sedya Tama (Yogyakarta), Midden Java (Yogyakarta), Kaum Muda (Bandung), Utusan Hindia (Surabaya), dan Cahya Timur (Malang). f. Mendirikan IP (Indische Partij) tanggal 16 September 1912 bersama Douwes Deker dan Cipto Mangunkusumo. g. Pada tahun 1913 mendirikan Komite Bumi Putera bersama Cipto Mangunkusumo, untuk memprotes rencana perayaan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari penjajahan Perancis yang akan dilaksanakan pada tanggal 15 November 1913 secara besar-besaran di Indonesia.18 h. Tahun 1918 mendirikan Kantor Berita Indonesische Persburcau di Nederland. i. Mendirikan Monumen Nasional “Taman Siswa” pada tanggal 3 Juli 1922. j. Tahun 1944 diangkat menjadi anggota Naiomo Bun Kyiok Sanyo (Kantor Urusan Pengajaran dan Pendidikan). k. Pada tanggal 8 Maret 1955 ditetapkan pemerintah sebagai perintis kemerdekaan Nasional Indonesia. l. Pada tanggal 19 Desember 1956 mendapat gelar kehormatan Honoris Causa dalam ilmu kebudayaan dari Universitas Gajah Mada. 18 Ensiklopedian Nasional Indonesia, (Jakarta: Cipta Adi Pustaka, 1994), h. 330

Page 74: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

61 m. Pada tanggal 17 Agustus dianugerahi oleh Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang RI bintang maha putera tingkat I. n. Pada tanggal 20 Mei 1961 menerima tanda kehormatan Satya Lantjana Kemerdekaan.19 Karya Ki Hadjar Dewantara masih banyak yang diterbitkan setelah beliau wafat. Ada beberapa tulisan beliau yang begitu terkenal, di antaranya adalah berupa sistem pendidikan yang dicetuskan beliau yang berbunyi: Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Sistem among menuntut kesabaran pada penerapannya bagi pengajar, dalam teori ini Ki Hadjar berusaha memberikan gambaran ideal tentang peran manusia dalam segala waktu. Dalam konsep among, manusia ideal adalah orang yang dapat menempatkan diri (menyesuaikan diri) sedang berada pada peran yang bagaimana dia. Apakah di depan, di tengah, atau di belakang. Dan dalam setiap kondisi di depan, di tengah, maupun di belakang, orang ideal ini harus dapat memberikan peran yang berarti bagi orang lain di sekitarnya. Buku karya Ki Hadjar Dewantara dijadikan referensi oleh Finlandia, salah satu topik yang diangkat dalam buku tersebut adalah tentang kondisi belajar yang menyenangkan. Pemerintah Finlandia telah mengikuti pandangan Ki Hadjar Dewantara dengan mengubah sistem belajar dan situasi di sekolah menjadi lebih nyaman dan menggembirakan, berbeda dengan sekolah dan instansi pendidikan di Indonesia yang murid-muridnya lebih banyak merasa stress saat belajar.20 Buku dengan ketebalan 557 halaman, merupakan buku kumpulan 116 tulisan Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan yang pernah diterbitkan dalam surat kabar, majalah, ataupun penah dibacakan sebagai pidato selama kurun waktu tahun 1928 hingga 1954. Artikel-artilek ini ditulis dalam bahasa Melayu, Belanda, dan Jawa juga diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Gagasan Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan dikelompokkan menjadi tujuh bab dalam buku ini yaitu bab tentang pendidikan nasional, politik 19 Irna H.N. Hadi Soewito, Soewardi Soerjaningrat dalam Pengasingan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), h. 132 20 Belamirnus, Samho, Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Tantangan dan Relevansi, (Yogyakarta: Kanisius, 2013), h. 1

Page 75: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

62 pendidikan, pendidikan kanak-kanak, pendidikan kesenian, pendidikan keluarga, ilmu jiwa, ilmu adab dan bahasa. Gagasan Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan tidak bisa lepas dari konteks politik pendidikan yang berlaku pada masa tersebut yaitu politik pendidikan kolonial. Selain Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara juga menulis risalah yang merupakan suara perjuangannya yang berjudul “Andaikata aku seorang Belanda tidaklah aku akan merayakan perayaan kemerdekaan bangsaku di negeri yang rakyatnya tidak kita beri kemerdekaan”. Ini adalah karangan terkenal yang merupakan sindiran tajam yang ditujukan kepada Belanda karena ketiakpuasan dan ketidakadilan di dalam daerah jajahan.21 Karya Ki Hadjar Dewantara yang dapat kita baca sampai saat ini adalah buku tentang “Pendidikan”, buku ini dicetak oleh percetakan Taman Siswa Yogyakarta pada tahun 1962, serta buku “Sariswara” yang berisi permainan dengan lagu jawa.22 Ungkapan Tut Wuri Handayani dijadikan logo pendidikan di Indonesia, sehingga masyarakat umum tidak asing dengan istilah tersebut yang artinya adalah: tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa atau ide), dan ing ngarsa sung tuladha (di depan seorang pendidik atau guru harus dapat memberi teladan atau contoh tindakan baik). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan kita, terutama di sekolah-sekolah Taman Siswa. Cita-cita pendidikan Ki Hadjar Dewantara, yaitu: 1) Ke arah persamaan derajat, sama dan sederajat dalam hak dan kewajiban mensejahterakan rakyat dan berkesempatan mengenyam pendidikan menengah dan sekolah tinggi baik laki-laki maupun perempuan. 2) Pendidikan untuk si “kromo”, pendidikan merasa berkewajiban terhadap berjuta-juta kaum kromo (rakyat jelata), karena dalam hal ini kedudukan 21 Abdurrachman Surjomihardjo, Ki Hadjar Dewantara dan Taman Siswa Dalam Sejarah Indonesia Modern, (Jakarta: Sinar Harapan, 1986), h. 57 22 Ag. Soejono, Aliran Baru Dalam Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Harapan Masa, 1965), h. 83

Page 76: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

63 dan tingkat penghasilan orang tuanya dalam masyarakat kolonial tidak mungkin mendapat pendidikan dalam sekolah Hindia Belanda. 3) Manusia merdeka lahir dan batin, bahwa manusia itu dari hasil pendidikan akan menjadi manusia yang merdeka pikiran, batin, dan jasmaninya dalam usaha membela nasib sebagian penduduk lingkungannya yang dalam suasana lingkungan tertekan dan penderitaan. 4) Tugas dan kewajiban ksatria, pemimpin itu (baik pemimpin dalam golongan masyarakat, negara, pemerintah atau perwira, dan pemimpin golongan sosial lainnya) harus berani bijaksana, sedangkan yang dipimpin berani dan setia. Setia kepada keadilan dan kesejahteraan umum, bukan kesetiaan yang lupa kepada pemimpin, apalagi pemimpin yang tidak sesuai dengan ucapan dan perbuatan.23 B. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter KHD Pendidikan karakter berasal dari bahasa Inggris character, artinya watak. Ki Hadjar Dewantara telah jauh berpikir dalam masalah pendidikan karakter. Mengasah kecerdasan budi sungguh baik, karena dapat membangun budi pekerti yang baik dan kokoh, sehingga dapat mewujudkan keperibadian (persoonlijkhheid) dan karakter (jiwa yang berasas hukum kebatinan). Jika itu terjadi orang akan senantiasa dapat mengalahkan nafsu dan tabiat-tabiat yang asli (bengis, murka, pemarah, kikir, keras, dan lain-lain).24 Ki Hadjar Dewantara mengatakan, bahwa budi pekerti atau watak atau karakter yaitu bulatnya jiwa manusia sebagai jiwa yang berasas hokum kebatinan. Orang yang memiliki kecerdasan budi pekerti itu senantiasa memikirkan dan merasakan serta selalu memakai ukuran, timbangan, dan dasar-dasar yang pasti dan tetap. Itulah sebabnya orang dapat kita kenal wataknya dengan pasti, yaitu karena watak atau budi pekerti itu memang bersifat tetap dan pasti. Budi pekerti, 23 Abdurrachman Surjomihardjo, Ki Hadjar Dewantara dan Taman Siswa Dalam Sejarah Indonesia Modern, (Jakarta: Sinar Harapan, 1986), h. 57 24 Ki Hadjar Dewantara, Karya Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2011), Cet. 4, h. 24

Page 77: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

64 watak, atau karakter bermakna bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan, yang menimbulkan tenaga. Istilah karakter erat kaitannya dengan budaya karena keduanya sama-sama berkaitan dengan akal dan tindakan yang dilakukan oleh manusia dalam hidup bermasyarakat. Karakter adalah bagian dari kebudayaan yang mengajarkan tentang kesopanan, moral, tingkah laku, dan keluhuran yang harus dilakukan oleh seseorang. Tindakan yang baik harus dilandasi akal dari jiwa yang sudah masak yang diatur menurut sistem norma dari budaya yang melatarbelakanginya.25 Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan ialah usaha kebudayaan yang bermaksud memberi bimbingan dalam tumbuhnya jiwa raga anak agar pribadi dan lingkungannya memperoleh kemajuan lahir batin menuju ke arah adab kemanusiaan. Adab kemanusiaan adalah tingkatan tertinggi yang dapat dicapai manusia yang berkembang selam hidupnya, dalam upaya mencapai kepribadian seseorang atau karakter seseorang. Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa pendidikan ialah suatu tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, yang berarti bahwa hidup tumbuhnya anak-anak terletak di luar kehendak para pendidik. Anak itu sebagai makhluk, sebagai manusia, sebagai benda hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan-kekuatan agar dapat memperbaiki lakunya hidup. Pendidikan yang dimaksud Ki Hadjar Dewantara memperhatikan keseimbangan cipta, rasa, dan karsa, tidak hanya proses alih ilmu pengetahuan saja atau transfer of knowledge, tetapi sekaligus pendidikan sebagai proses transformasi nilai (transformation of value). Dengan kata lain pendidikan adalah proses pembentukan karakter manusia agar menjadi sebenar-benar manusia. Pendidikan karakter adalah pola untuk membentuk masyarakat yang beradab, membangun watak manusia yang berketuhanan, merdeka lahir batin, luhur akal budinya, cerdas dan memiliki keterampilan, sehat jasmani dan rohani, sehingga 25 Ki Hadjar Dewantara, Karya Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2011), Cet. 4, h. 72

Page 78: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

65 bisa mewujudkan manusia yang mandiri serta bertanggung jawab terhadap kesejahteraan bangsa, negara, dan masyarakat. Pendidikan karakter merupakan proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, cipta, rasa, dan karsa. Pendidikan karakter juga dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter juga dimaknai sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada anak yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil. Hakikat pendidikan karakter menurut Ki Hadjar Dewantara adalah usaha sadar penanaman atau internalisasi nilai-nilai moral dalam sikap dan perilaku, dan budi pekerti yang luhur (akhlaqul karimah) dalam keseharian baik berinteraksi dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dengan alam lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil. Nilai-nilai yang perlu dihayati dan diamalkan oleh guru saat mengajarkan mata pelajaran di sekolah adalah: religius, jujur, toleran, disiplin, kerja keras, kerja cerdas, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, senang membaca, peduli sosial, peduli lingkungan, dan tanggung jawab. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan karakter menunjukkan kepada kita bahwa jauh hari Ki Hadjar Dewantara memiliki komitmen yang tinggi untuk membentuk karakter bangsa melalui pendidikan. Namun pada perkembangannya, pendidikan justru kehilangan roh dan semangatnya sehingga terjebak pada pencapaian target yang sempit, sehingga perwujudan karakter bangsa yang baik menjadi terabaikan. 2. Konsep Dasar Pendidikan Karakter KHD

Page 79: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

66 a. Tujuan Pendidikan Pendidikan nasional yang dianjurkan Ki Hadjar Dewantara dengan berdirinya Taman Siswa ialah untuk menggerakkan jiwa anak sebagai bangsa juga bermaksud membimbing anak untuk menjadi manusia yang bisa hidup dengan kecakapan dan kepandaiannya, berbuat sesuatu yang berguna tidak saja untuk dirinya tetapi juga untuk kepentingan masyarakat.26 Sebagai usaha kebudayaan, yaitu usaha pelestarian dan pengembangan kebudayaan nasional Indonesia. Pendidikan nasional merupakan upaya pelestarian dan pengembangan iptek, imtaq, etika, estetika, dan karya-karya bangsa Indonesia sepanjang masa guna mencerdaskan kehidupan bangsa.27 Pendidikan bermaksud membimbing (bukan membentuk) garis kodrat pribadi (dasar) dan pengaruh lingkungan agar anak didik dapat mengalami kemajuan lahir (salam/sejahtera) dan kemajuan batin (bahagia). Pendidikan merupakan proses mempertajam pikiran (cipta) secara kognitif, mempertajam perasaan (rasa) secara afektif, mempertajam kemauan (karsa) secara psikomotorik, dan mempertajam kemampuan (karya).28 Pendidikan nasional yang dianjurkan Ki Hadjar Dewantara dengan berdirinya Taman Siswa dalam buku Perjuangan dan Ajaran Hidup Ki Hadjar Dewantara ialah untuk menggerakkan jiwa anak sebagai bangsa juga bermaksud membimbing anak untuk menjadi manusia yang bisa hidup dengan kecakapan dan kepandaiannya, berbuat sesuatu yang berguna tidak hanya untuk dirinya tetapi juga untuk kepentingan masyarakat.29 26 Moch. Tauhid, Perjuangan dan Ajaran Hidup Ki Hadjar Dewantara, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1963), h. 77 27 Soenarno, Konsepsi Ki Hadjar Dewantara Tentang Pendidikan, (Jakarta: MLPTS, 2008), h. 3 28 Ibid., h. 5 29 Moch. Tauchid, Perjuangan dan Ajaran Hidup Ki Hadjar Dewantara, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1963), h. 245

Page 80: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

67 Sebagai usaha kebudayaan, pendidikan merupakan usaha pelestarian dan pengembangan kebudayaan nasional Indonesia. Pendidikan nasional merupakan upaya pelestarian dan pengembangan Iptek, Imtaq, Etika, Estetika, dan karya-karya bangsa Indonesia sepanjang masa guna mencerdaskan kehidupan bangsa.30 Tujuan tertinggi Taman Siswa adalah terwujudnya masyarakat tertib dan damai. Tujuan pendidikan perguruan Taman Siswa adalah membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.31 Menurut Ki Hadjar Dewantara maksud dari pendidikan itu ialah sempurnanya hidup manusia sehingga dapat memenuhi segala keperluan hidup lahir dan batin dari kodrat alam.32 b. Dasar Pendidikan Falsafah pendidikan Ki Hadjar Dewantara bukan semata-mata sistem pendidikan perjuangan, tapi merupakan suatu pernyataan falsafah dan budaya bangsa Indonesia. Sistem pendidikan tersebut kaya akan konsep-konsep kependidikan yang asli. Ki Hadjar Dewantara mengembangkan sistem pendidikan melalui Perguruan Taman Siswa yang mengartikan pendidikan sebagai upaya satu bangsa untuk memelihara dan mengembangkan benih turunan bangsa. Ki Hadjar Dewantara mengartikan merdeka sebagai kesanggupan dan kemampuan untuk berdiri sendiri guna mewujudkan hidup diri sendiri, hidup tertib dan damai dengan kekuasaan atas diri sendiri. Merdeka tidak hanya berarti bebas tetapi harus diartikan sebagai kesanggupan dan 30 Soenarno, Ki Hadjar Dewantara tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa, 2008), h. 77 31 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan dari Zaman ke Zaman, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), h. 272 32 Ki Hadjar Dewantara, Karya Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2011), Cet. 4, h. 94

Page 81: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

68 kemampuan yaitu kekuatan dan kekuasaan untuk memerintah diri pribadi.33 Sistem pendidikan Ki Hajar Dewantara dikembangkan berdasarkan lima asas pokok yang disebut Pancadarma Taman Siswa, yang meliputi: 1) Asas kemerdekaan, yang berarti disiplin diri sendiri atas dasar nilai hidup yang tinggi, baik hidup sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. 2) Asas kodrat alam, yang berarti bahwa pada hakikatnya manusia itu sebagai makluk, adalah satu dengan kodrat alam. Manusia tidak dapat lepas dari kodrat alam dan akan berbahagia apabila dapat menyatukan diri dengan kodrat alam yang mengandung kemajuan itu. Oleh karena itu, setiap individu harus berkembang dengan sewajarnya. 3) Asas kebudayaan, yang berarti bahwa pendidikan harus membawa kebudayaan kebangsaan itu ke arah kemajuan yang sesuai dengan kecerdasan zaman, kemajuan dunia dan kepentingan hidup lahir dan batin rakyat pada setiap zaman dan keadaan. 4) Asas kebangsaan, yang berarti tidak boleh bertentangan dengan kemanusiaan, malah harus menjadi bentuk kemanusiaan yang nyata. Oleh karena itu asas kebangsaan ini tidak mengandung arti permusuhan dengan bangsa lain melainkan mengandung rasa satu dengan bangsa sendiri, satu dalam suka dan duka, rasa satu dalam kehendak menuju kepada kebahagiaan hidup lahir dan batin seluruh bangsa. 5) Asas kemanusiaan, yang menyatakan bahwa darma setiap manusia itu adalah perwujudan kemanusiaan yang harus terlihat pada kesucian batin dan adanya rasa cinta kasih 33 Ibid., h. 20

Page 82: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

69 terhadap sesama manusia dan terhadap makluk ciptaan Tuhan seluruhnya.34 c. Pokok Ajaran Pendidikan merupakan sarana untuk memperbarui diri, tanpa pendidikan manusia akan terperangkap hidup pada masa lalu. Jika saat ini pendidikan hanya dimengerti sebagai pengajaran sebagaimana yang telah terjadi selama ini, maka manusia juga tidak akan pernah berubah. Akibatnya kita yang selalu menjadi produk masa lalu yang tidak beruntung. Ki Hadjar Dewantara membedakan antara sistem pengajaran dan pendidikan. Menurut Ki Hadjar pengajaran bersifat memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah (kemiskinan dan kebodohan). Sedangkan pendidikan lebih memerdekakan manusia dari aspek hidup batin (otonomi berpikir dan mengambil keputusan, martabat, mentalitas demokratis). Manusia merdeka itu adalah manusia yang hidupnya secara lahir dan batin tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi ia mampu bersandar dan berdiri di atas kakinya sendiri. Artinya sistem pendidikan itu mampu menjadikan setiap individu hidup mandiri dan berani berpikir sendiri. Pendidikan dan pengajaran dalam arti yang luas adalah bagaimana memerdekakan manusia sebagai anggota dari sebuah persatuan (rakyat). Kemerdekaan yang dimaksud adalah kemerdekaan yang bersifat dewasa dan menjunjung tinggi nilai-nilai bersama. Oleh karena itu, setiap orang merdeka harus memperhatikan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia hidup.35 Demi mewujudkan tujuan pendidikan yang dicita-citakan, Ki Hadjar Dewantara dalam pelaksanaan pendidikan menggunakan “Sistem 34 Abdurrachman Surjomihardjo, Ki Hadjar Dewantara dan Taman Siswa dalam Sejarah Indonesia Modern, (Jakarta: Sinar Harapan, 1986), h. 88 35 Ki Hadjar Dewantara, Karya Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2011), Cet. 4, h. 13-16

Page 83: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

70 Among” sebagai perwujudan konsepsi beliau dalam menempatkan anak sebagai sentral dalam proses pendidikan. Dalam “Sistem Among” setiap guru (pamong) sebagai pemimpin dalam proses pendidikan diwajibkan bersikap Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tutwuri Handayani. Tiga semboyan ini yang dijadikan sebagai konsep dasar pendidikan karakter. 1) Ing Ngarsa Sung Tuladha Ing ngarsa berarti di depan atau di muka. Sun berasal dari kata Ingsun yang berarti saya. Tulodo berarti teladan. Jadi Ing ngarsa sung tuladha mengandung makna, seorang pamong atau pendidik harus mampu memberikan suri teladan bagi anak didiknya. Pendidik sebagai seorang pemimpin, maka harus memiliki sikap dan perilaku yang baik dalam segala langkah dan tindakannya agar dapat dijadikan sebagai “central figure” oleh siswa. 2) Ing Madya Mangun Karsa Ing madya berarti di tengah-tengah, mbangun berarti membangkitkan atau menengah, sedangkan karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Jadi ing madya mangun karsa mengandung makna bahwa seorang pemimpin di tengah kesibukannya harus mampu membangkitkan atau menggugah semangat kerja para anggotanya. Oleh karenanya, seorang pamong atau pendidik sebagai pemimpin hendaknya mampu menumbuh-kembangkan minat, hasrat, dan kemauan anak didik untuk dapat kreatif dan berkarya, guna mengabdikan diri kepada cita-cita yang luhur dan ideal. 3) Tutwuri Handayani Tutwuri berarti mengikuti dari belakang, sedangkan handayani berarti memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Jadi tutwuri handayani berarti seorang pendidik adalah pemimpin yang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Ki Hadjar Dewantara menjelaskan lebih jauh dan detail bahwa anak didik mencari jalannya sendiri selama mereka mampu dan bisa

Page 84: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

71 melakukan itu, karena ini merupakan bagian dari pendidikan pendewasaan diri yang baik dan membangun. Kemajuan anak didik dengan membiarkan hal seperti itu akan menjadi sebuah kemampuan sejati dan hakiki. Namun meskipun begitu, membiarkan mereka berjalan sendiri bukan berarti tidak diperhatikan dan dipedulikan, pendidik harus mengawasi jalan yang mereka tempuh. Pendidik hanya mengamati, memberi teguran, maupun arahan ketika mengambil jalan yang salah dan keliru. Tiga semboyan Ki Hadjar Dewantara tersebut terasa fenomenal mampu menjadi pilar penopang dalam suksesnya seorang guru menuntaskan pendidikan karakter di Indonesia. Menurut Ki Hadjar Dewantara, seorang pendidik harus mencerminkan sosok yang bisa disenangi dan menjadi contoh terbaik bagi anak didiknya. Seorang pendidik harus memiliki sikap dan tindakan yang membiasakan untuk dilakukan oleh anak didiknya dengan sedemikian rupa di kemudian hari kelak, baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Pendidik diharapkan menjadi sosok yang mampu mengubah karakter anak didiknya dari beringas dan nakal menjadi lemah lembut dan penuh kesantunan tinggi.36 Konsep dasar pendidikan karakter yang dikembangkan Ki Hadjar Dewantara merupakan warisan luhur yang patutu diimplementasikan dalam mewujudkan masyarakat yang berkarakter. Jika para pendidik sadar bahwa keteladanan adalah upaya nyata dalam membentuk anak didik yang berkarakter, tentu akan terus mengedepankan keteladanan dalam perkataan dan perbuatan. Sebab dengan keteladanan, karakter religius, jujur, toleran, disiplin, kerja keras, cintai damai, pedulu social, dan karakter lain tentu akan berkembang dengan baik. Perkembangan karakter peserta didik memerlukan dorongan dan arahan pendidik, sebagai pendidik tentu kita akan terus berupaya menjadi motivator yang baik, karena dengan dorongan dan arahan pendidik maka 36 Moh. Yamin, Menggugat Pendidikan Indonesia: Belajar dari Paulo Freire dan Ki Hadjar Dewantara, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2009), h. 193-195

Page 85: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

72 karakter kreatif, mandiri, menghargai prestasi, dan pemberani peserta didik akan terbentuk dengan baik. Pendidik juga perlu memberikan keluasan dan kebebasan kepada peserta didik untuk menentukan pilihannya sendiri, hal demikian dimungkinkan dapat mengembangkan karakter demokratis dan bertanggung jawab.37 d. Metode Pendidikan Pelaksanaan pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara dapat berlangsung dalam berbagai tempat, yang oleh Ki Hadjar Dewantara diberi nama Tri Sentra Pendidikan, yaitu alam keluarga, alam perguruan, dan alam pergerakan pemuda. Konsep Ki Hadjar Dewantara dalam mendidik peserta didik yakni menggunakan teori among metode yang dianggap paling sesuai. Sistem among yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asah, asih, dan asuh (peduli dan kasih sayang). Pendidikan sistem among bersendikan pada dua hal yaitu kodrat alam sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan dengan secepat-cepatnya, dan kemerdekaan sebagai syarat untuk mengidupkan dan menggerakan kekuatan lahir dan batin anak hingga dapat hidup mandiri.38 Sistem among sering dikaitkan dengan asas Ki Hadjar Dewantara yang berbunyi: Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Asas ini telah banyak dikenal masyarakat dari pada system among sendiri, karena banyak anggota masyarakat yang belum memahaminya. Sistem among berasal dari bahasa Jawa yaitu momong yang artinya mengasuh anak. Para pendidik baik guru maupun dosen disebut pamong yang bertugas untuk mendidik dan mengajar anak sepanjang waktu dengan kasih sayang. Dalam sikap momong, among, dan ngemong terkandung nilai yang sangat mendasar yaitu pendidikan tidak memaksa namun bukan berarti membiarkan anak berkembang bebas tanpa 37 Haryanto, Pendidikan Karakter Menurut Ki Hadjar Dewantara, Jurnal Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Edisi Khusus Dies Natalis UNY 38 Darsiti Soeratman, Ki Hadjar Dewantara, (Jakarta: Depdikbud, 1989), Cet. II, h. 7

Page 86: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

73 arah. Metode among memiliki pengertian menjaga, membina, dan mendidik dengan kasih sayang. e. Materi Pendidikan Materi pendidikan merupakan perencanaan yang dihubungkan dengan kegiatan pendidikan (belajar mengajar) untuk mencapai sejumlah tujuan. Oleh karena itu materi pendidikan karakter harus mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan sehingga materi pendidikan karakter tidak boleh berdiri sendiri dan terlepas dari kontrol tujuannya. Materi pendidikan karakter harus terorganisir secara rapi dan sistematis, sehingga dapat memudahkan tujuan yang dicita-citakan. Ki Hadjar Dewantara dalam pelaksanaan pendidikan karakter harus sesuai dengan tingkatan umur para peserta didik, karena seorang guru harus memahami kondisi psikis dari peserta didik dengan tujuan ketika materi pendidikan karakter disampaikan harus dipahami dan dicerna. Ki Hadjar Dewantara membagi empat tingkatan dalam pengajaran pendidikan karakter. 1) Taman Indria atau Taman Anak (5-8 tahun) Pada tingkatan ini materi pendidikan karakter berupa pengajaran pembiasaan yang bersifat global dan spontan atau occasional.39 Materi yang disampaikan bukan teori yang berhubungan dengan kebaikan dan keburukan melainkan bagaimana peserta didik dapat mengetahui kebaikan dan keburukan melalui tingkah laku peserta didik sendiri. Materi pengajaran karakter bagi anak yang masih di sekolah berupa latihan mengarah pada kebaikan yang memenuhi syarat bebas yaitu sesuai kodrat hidup anak. Materi ini dilaksanakan melalui peran pendidik dalam membimbing, membina, dan mengoreksi tingkah laku peserta didiknya. 39 Ki Hadjar Dewantara, Karya Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2011), Cet. 4, h. 487

Page 87: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

74 Contohnya berupa anjuran atau perintah antara lain: ayo, duduk yang baik, jangan ramai-ramai, dengarkan suaraku, bersihkan tempatku, jangan mengganggu temanmu, dan sebagainya. Dalam penyampaiannya harus diberikan secara tiba-tiba pada saat-saat yang diperlukan.40 2) Taman Muda (9-12 tahun) Merurut Ki Hadjar Dewantara anak-anak usia 9-12 tahun sudah dapat mengetahui tentang hal baik dan buruk. Sehingga pengajaran karakter dapat diajarkan melalui pemberian pengertian tentang segala tingkah laku kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.41 Dalam penyampaiannya menggunakan metode occasional yaitu melaui pembiasaan dan divariasi dengan metode hakikat yaitu setiap anjuran atau perintah perlu dijelaskan mengenai maksud dan tujuan pedidikan karakter, yang pokok tujuannya adalah mencapai rasa damai dalam hidup batinnya, baik yang mengenai hidup dirinya sendiri maupun hidup masyarakatnya. Yang perlu diperhatikan bahwa anak-anak dalam periode ini masih perlu melakukan pembiasaan. 3) Taman Dewasa (14-16 tahun) Priode ini dimulainya materi yang lebih barat karena pada periode ini anak-anak disamping meneruskan pencarian pengertian, mulai melatih diri terhadap segala laku yang sukar dan berat dengan niat yang disengaja. Pada periode ini anak masuk dalam periode tarekat yang dapat diwujudkan melaui kegiatan sosial, seperti pemberantasan buta huruf, pengumpulan uang, pakaian, makanan, buku bacaan dan sebagainya untuk disedekahkan 40 Ki Hadjar Dewantara, Karya Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2011), Cet. 4, h. 488 41 Ibid.,

Page 88: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

75 kepada orang-orang miskin atau korban bencana alam dan sebagainya. Ketika pendidikan ini dilakukan di lingkungan perguruan muda (sekolah menengah atas) maka dapat dilaksanakan melalui pendidikan kesenian dan olahraga. Inti dari pengajaran pendidikan periode ini adalah semua laku (tindakan) yang disengaja memerlukan kekuatan kehendak (usaha) dan kekuatan tenaga (aplikasi). 4) Taman Madya dan Taman Guru (17-20 tahun) Tempat pendidikan bagi anak-anak yang sudah dewasa, pada periode ini anak-anak memasuki periode ma’rifat yang artinya mereka dalam tingkatan pemahaman, yaitu bisa melakukan kebaikan, menginsyafi (menyadari) apa yang menjadi maksud dan tujuan.42 Pengajaran karakter pada periode ini adalah berupa ilmu atau pengetahuan yang agak mendalam dan halus. Bukan hanya berkenaan dengan kesusilaan saja melainkan juga tentang dasar-dasar kebangsaan, kemanusiaan, keagamaan, kebudayaan, adat istiadat, dan sebagainya. Ki Hadjar Dewantara menhendaki dalam penyampaian pendidikan karakter haruslah disesuaikan dengan umur peserta didik, disesuaikan dengan tingkatan psikologis metodis yang dikembangkan Ki Hadjar Dewantara. Materi pendidikan di atas merupakan materi pendidikan operasional, yaitu merupakan cara untuk menginternalisasikan nilai-nilai karakter. 3. Relevansi Pemikiran Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara dengan Pendidikan di Indonesia Pendidikan sebagai suatu proses pengembangan potensi kreativitas peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi, berbudi pekerti 42 Ki Hadjar Dewantara, Karya Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2011), Cet. 4, h. 488

Page 89: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

76 yang luhur, mandiri, dan bertanggung jawab atas dirinya, bangsa, dan negara serta agama. Proses itu sendiri berlangsung sepanjang sejarah kehidupan manusia. Dalam prinsip pendidikan, Ki Hadjar Dewanatara sangat mengutamakan kemerdekaan lahir dan batin, yang dimaksud dengan kemerdekaan lahir dan batin adalah kemampuan untuk mengatur kehidupan sedemikian rupa, sehingga dalam keadaan apa pun kita dapat menaati secara suka rela dan ikhlas, secara jujur dan rasa harga diri, kedamaian dan ketentraman jiwa, kegembiraan dan gairah hidup kita, rasa solidaritas dan rasa takut bertanggung jawab atas nasib sesama rakyat. Dilihat dari “Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang memiliki inti ingin memajukan bangsa tanpa membedakan ras, budaya, dan bangsa. Melihat buah pemikiran tersebut, betapa pemikirannya sampai saat ini masih relevan.43 Ajaran Ki Hadjar Dewantara yang saat ini dipakai sebagai lambang Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), yaitu “Ing Ngarso Sung Tulado, Ing Madya Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani” yang berarti: falsafah Ing Ngarso Sung Tulado bermakna seorang guru seharusnya memberi tiruan sikap yang baik kepada murid-muridnya. Kemudian Ing Madya Mangun Karso, menyiratkan bahwa seorang guru harus terus membuat inovasi dalam pembelajaran. Dan dengan Tut Wuri Handayani, maka seorang pendidik harus dapat membangkitkan motivasi untuk terus maju, berkarya, dan berprestasi. Semboyan tersebut hingga sekarang ini masih relevan, meskipun kalau kita perhatikan beberapa guru yang kurang paham tentang falsafah tersebut. Betapa mulianya ajaran tersebut. Bayangkan, seorang pendidik harus dapat menjadi teladan bagi anak didiknya dalam berbagai hal, sehingga guru bisa menjadi panutan bagi anak didiknya. Oleh sebab itu, pendidikan harus berhubungan dengan upaya nyata pengajaran dan pendidikan. Sistem pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara hendaklah didasarkan kepada hidup kemanusiaan, yaitu keluhuran budi dan bersendi kepada segala sifat peradaban bangsa. Adapun sistem pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara itu terdapat tiga, yaitu: 43 M. Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 95

Page 90: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

77 1. Sistem Among berarti asuhan dan pemeliharaan dengan suka cita dengan memberi kebebasan kepada anak asuhan itu untuk bergerak menurut kemauannya, berkembang menurut bakat kemampuannya, sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur’an Surah at-Tahrim ayat 6: $ pκš‰r' ¯≈ tƒ tÏ% ©!$# (#θãΖtΒ#u (# þθ è% ö/ ä3|¡ à�Ρr& ö/ ä3‹ Î=÷δ r&uρ # Y‘$ tΡ $ yδ ߊθ è%uρ â¨$ ¨Ζ9 $# äοu‘$yf Ïtø: $#uρ $ pκö� n=tæ îπs3Í× ¯≈ n=tΒ Ôâ ŸξÏî ׊# y‰Ï© āω tβθÝÁ ÷ètƒ ©! $# !$ tΒ öΝèδ t� tΒ r& tβθ è=yè ø�tƒ uρ $ tΒ

tβρâ÷s∆ ÷σム∩∉∪ “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”44 2. Teori Tri Pusat pendidikan yaitu tempat pergaulan yang merupakan pusat (sentra) pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan pendidikan di dalam perkumpulan pemuda. Ketiga pusat pendidikan tersebut merupakan hubungan keseluruhan dalam pendidikan. 3. Kebudayaan nasional yaitu kebudayaan Indonesia ialah segala puncak dari sari kebudayaan bernilai di seluruh kepulauan Indonesia. Konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara memiliki tujuan dan konsep yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami pendidikan secara keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi “insan kamil” dengan pola takwa artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal. Dari pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut dapat diklarifikasi bahwa pemikiran tersebut masih relevan hingga saat ini, yang sesuai dengan konsep yang 44 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV Toha Putra Semarang, 1989), h. 951

Page 91: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

78 masih diimplementasikan yaitu pendidikan dan pengajaran di Indonesia saat ini mengenai pendidikan karakter yang tetap ditumbuhkembangkan pada anak didik dan sudah menjadi kebiasaan serta kesadaran diri sendiri untuk menjadi baik.

Page 92: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

79 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pada bagian akhir pembahasan penelitian skripsi ini penulis akan mengambil sebuah konklusi yang didasarkan pada pembahasan yang telah penulis lakukan sesuai dengan tujuan dari penulisan skripsi ini. Selain itu penulis juga akan memberikan beberapa saran yang dapat digunakan sebagai kontribusi dalam bidang pendidikan. Setelah menelaah pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan karakter dapat penulis simpulkan bahwa: prinsip pendidikan Ki Hadjar Dewantara sangat mengutamakan kemerdekaan lahir dan batin. Sistem pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara hendaklah didasarkan kepada hidup kemanusiaan, yaitu keluhuran budi dan bersendi kepada segala sifat peradaban bangsa. Tujuan pendidikan yang dianjurkan Ki Hadjar membimbing anak untuk menjadi manusia yang bisa hidup dengan kecakapan dan kepandaiannya, berbuat sesuatu yang berguna tidak saja untuk dirinya tetapi juga untuk kepentingan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, maka ada beberapa konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yaitu: 1. Memajukan karakter setiap manusia yang berarti bersatunya gerak pikiran dan kehendak, yang kemudian menimbulkan tenaga. 2. Memajukan cara berpikir manusia dengan berpikir realitas, cerdas dan kecerdasannya itu membebaskan dirinya dari ketidaktahuan. 3. Memajukan fisik dengan memiliki pengetahuan tentang fungsi dari tubuhnya dan memahami dan mengendalikan fungsi itu untuk membebaskan diri dari segala dorongan dan tuntutan tubuh. Dari pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut dapat diklarifikasi bahwa pemikiran tersebut masih relevan hingga saat ini. Dilihat dari pemikiran-pemikiran beliau yang sesuai dengan konsep yang masih diimplementasikan yaitu pendidikan dan pengajaran di Indonesia saat ini mengenai pendidikan karakter

Page 93: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

80 yang tetap ditumbuhkembangkan pada anak didik dan sudah menjadi kebiasaan serta kesadaran diri sendiri untuk menjadi baik. B. Saran Adapun saran yang dapat penulis kemukakan dalam rangka menambah wawasan penulis dan memberikan manfaat bagi pembaca konsep pendidikan karakter Ki Hadjar Dewantara, antara lain: 1. Untuk para pembaca, bahwa konsep pendidikan karakter Ki Hadjar Dewantara sangat berpengaruh sekali dalam kehidupan pendidikan yang terdahulu sampai sekarang. 2. Untuk para pendidik, terutama kepada guru agama terdapat beberapa hal yang harus dikembangkan dalam membina peserta didik yaitu membina karakter peserta didik sebagaimana konsep pendidikan karakter Ki Hadjar Dewantara. 3. Untuk masyarakat umum, di era globalisasi yang semakin maju dan berkembang terjadi kemerosotan akhlak atau moral generasi muda bangsa yang meningkat, untuk itu harus lebih mempelajari lagi tentang konsep-konsep pemikiran yang ditulis Ki Hadjar Dewantara, di mana konsep-konsep yang beliau tulis sangat bermanfaat dalam pembentukan karakter sekaligus mengintrospeksi diri.

Page 94: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

81 DAFTAR PUSTAKA Alawiyah, Faridah. Kebijakan dan Pengembangan Pembangunan Karakter melalui Pendidikan di Indonesia. Aspirasi Volume ke 3 No. 1. 18 Juni 2018. Aini, Siti Fatimah Nurul. Pendidikan Karakter dalam Pemikiran Azyumardi Azra. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2012. Amani, Ibrahim. Agar Tak Salah Mendidik. Jakarta: al-Huda. 2006. Amirullah, Syarbini. Buku Pinter Pendidikan Karakter. Jakarta: Prima Pustaka. 2012. Amri, Sofyan. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka. 2011. Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2009. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 2011. Azra, Azyumardi. Akhlak Mulia, Budi Pekerti Luhur, dan Pendidikan. Jakarta: Republika.co.id. Kamis, 19 Mei 2016. Buchori, Mochtar. Character Building dan Pendidikan Kita. Kompas. Budiningsih, Asri. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta. 2005. Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Semarang: CV Toha Putra Semarang. 1989. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pendidikan dari Zaman ke Zaman. Jakarta: Balai Pustaka. 1985. Desmon, Achmad. Ensiklopedia Peradaban Dunia. Jakarta: Restu Agung. 2007. Dewantara, Ki Hadjar. Karya Bagian Pertama Pendidikan. Cetakan ke 4. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. 2011. Dewantara, Ki Hadjar. Menuju Manusia Merdeka. Cetakan ke 1. Yogyakarta: Leutika. 2009. Djatnika, Rachmat. Sistem Etika Islan (Akhlak Mulia). Surabaya: Pustaka Islam. 1985.

Page 95: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

82 Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pres. 2017. Endaswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Sastra Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: CAPS. 2013. Ensiklopedian Nasional Indonesia, Jakarta: Cipta Adi Pustaka. 1994. Fandy, Misbahudin. Pendidikan Karakter dalam Konsep Ta’dib Syed Muhammad Naquib Al-Attas. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2011. Gunawan. Berjuang Tanpa Henti dan Tak Kenal Lelah: Peringatan 70 Tahun Taman Siswa. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. 1992. Gunawan, Heri. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta. 2012. Harahap, H.A.H. dan B.S. Dewantara. Ki Hadjar Dewantara dan Kawan-kawan Ditangkap, Dipenjarakan, dan Diasingkan. Jakarta: PT Gunung Agung. 1980. Haryanto. Pendidikan Karakter Menurut Ki Hadjar Dewantara. Jurnal Cakrawala Pendidikan. Edisi Khusus Dies Natalis UNY. 2011. Hidayat, M. Nur. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pendidikan Islam. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Jakarta. 2011. http://aryforniawan.blogspot.com/2012/06/fungsi-dan-tujuan–pendidikan-karakter.html Jalaludin dan Abdullah Idi. Filsafat Pendidikan (Manusia, Filsafat, dan Pendidikan). Jakarta: Rajawali Pers. 2018. Khon, Abdul Majid. dan Dian Andayani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Cetakan ke 1. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011. Koesoema A., Doni. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Cetakan ke 2. Jakarta: Grasindo. 2010. Kurniawati, Desti. Pendidikan Karakter untuk Meningkatkan Keberadaban dan Daya Saing Bangsa. www.kompasiana.com. 25 Juni 2015. Lickona, Thomas. Pendidikan Karakter. Bantul: Kreasi Wacana. 2012. Listyarti, Retno. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2012.

Page 96: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

83 Mahmud, Abdul Halim. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani Press. 2004. Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005. Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: al-Ma’arif. 1989. Martinus, Surawan. Kamus Kata Serapan, Cetakan ke 2. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2008. Miftah, Zainul. Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Bimbingan dan Konseling. Surabaya: Gena Pratama Pustaka. 2011. Moeleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ke XVIII. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004. Muhajir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin. 2000. Mu’in, Fatchul. Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik dan Praktik. Yogyakarta: ArRuzz Media. 2011. Mulyasa, E. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. 2012. Mulyasa, E. Revolusi Mental dalam Pendidikan. Cetakan Pertama. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2015. Muslich, Masnur. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara. 2010. Musyafa, Haidar. Ki Hadjar Sebuah Memoar. Tangerang Selatan: Penerbit Imania. 2017. Na’im, Ngainun dan Tsauqi, Ahmad. Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2011. Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1997. Nata, Abuddin. Kapita Selekta Pendidikan Islam Isu-Isu Kontemporer tentangg Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers. 2013. Nata, Abuddin. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2000. Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. 2009. Novak, Michael. Crime and Character. Musim semi: musim panas. 1986.

Page 97: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

84 Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah. 2011. Poerbakawatja, Soegarda. Ensiklopedia Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. 1976. Rama K., Tri. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung. Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2008. Syaiful Sagala. Etika dan Moralitas Pendidikan Peluang dan Tantangan. Jakarta: Kencana. 2013. Sagimun. Ki Hadjar Dewantara. Cetakan ke 2. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. 1983. Salahudin, Anas dan Irwanto Alkrienciehie. Pendidikan Karakter: Pendidikan Berbasis Agama & Budaya Bangsa, Cetakan Pertama. Bandung: Pustaka Setia. 2013. Salam, Syamsir. dan Jaenal Aripin. Metodologi Penelitian Sosial. Cetakan Pertama. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006. Salim, Moh. Haitami. dan Syamsul Kurniawan. Studi Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Arruzz Media. 2012. Samani, Muchlas. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2014. Samho, Belamirnus. Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Tantangan dan Relevansi. Yogyakarta: Kanisius. 2013. Santana K., Septiawan. Menulis Ilmiah: Metode Peneliltian Kualitatif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2007. Soejono, Ag. Aliran Baru Dalam Pendidikan. Jakarta: Harapan Masa. 1965. Soenarno. Konsepsi Ki Hadjar Dewantara Tentang Pendidikan. Jakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. 2008. Soeratman, Darsiti. Ki Hadjar Dewantara. Cetakan Ke 2. Jakarta: Depdikbud. 1989. Soewito, Irna H.N. Hadi. Soewardi Soerjaningrat dalam Pengasingan. Jakarta: Balai Pustaka. 1991. Sudirman N. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1987.

Page 98: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

85 Sukardjo, M. dan Ukim Komarudin. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rajawali Pers. 2009. Surjomihardjo, Abdurrachman. Ki Hadjar Dewantara dan Taman Siswa Dalam Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: Sinar Harapan. 1986. Syah, Muhibin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2010. Tafsir, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islam Integrasi Jasmani, Rohani, dan Kalbu Memanusiakan Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006. Tatapangarsa, Humaidi. Akhlak Yang Mulia. Surabaya: Bina Ilmu. 1980. Tauhid, Moch. Perjuangan dan Ajaran Hidup Ki Hadjar Dewantara. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. 1963. Team Media. Undang-undang Republik Indonesia N0. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional. Surabaya: Media Centre Surabaya. 2005. Tilaar, H. A. R. Pendiidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia. Cetakan Pertama. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1999. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1994. Umiarso. dan Zamroni. Pendidikan Pembebasan Dalam Perspektif Barat & Timur. Yogyakarta: ArRuzz Media. 2011. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokus Media. 2013. Wibowo, Agus. Pendidikan Karakter Berbasis Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013. Ya’kub, Hamzah. Etika Islam Pembinaan Akhlaqulkarimah. Ceakan ke 2. Bandung: Diponegoro. 1983. Yamin, Moh. Menggugat Pendidikan Indonesia: Belajar dari Paulo Freire dan Ki Hadjar Dewantara. Yogyakarta: Ar Ruzz Media. 2009. Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana. 2011.

Page 99: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 100: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat
Page 101: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat
Page 102: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat
Page 103: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat
Page 104: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat
Page 105: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat
Page 106: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat
Page 107: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat
Page 108: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat
Page 109: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat
Page 110: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat
Page 111: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat
Page 112: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat
Page 113: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat
Page 114: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat
Page 115: KONSEP PENDIDIKAN KARAKTERrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51150...pendidikan karakter di Indonesia dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, terutama dapat

BIOGRAFI PENULIS Nama lengkap saya Umu Habibah Arsy. Saya memiliki hobi bersepeda, badminton, dan sesekali membaca buku juga mengerjakan soal akuntansi. Buku dengan kategori self improvement menjadi buku yang paling menarik bagi saya. Saya lahir di kota Kebumen pada tanggal 15 Mei 1995, anak kedua dari tiga bersaudara. Ayah saya bernama Katiman dan ibu saya bernama Turmiati. Ayah saya bekerja sebagai pegawai negeri sipil di UPTD Puskesmas Adimulyo, Kebumen. Saya mempunyai kakak perempuan yang bernama Nur Choiroh Bekti Wiyati, jarak umur kita hanya terpaut tiga tahun. Saat ini ia bekerja sebagai guru di kota Mojokerto. Saya juga mempunyai adik perempuan bernama Rastri Rakhma Wardani yang kini sedang menempuh kuliah jurusan agribisnis pertanian di kota Purworejo. Keluarga kami bertempat tinggal di Desa Sidomukti Rt.01/Rw.04 Kec. Adimulyo, Kab. Kebumen-Jawa Tengah. Saya pertama kali masuk sekolah di tahun 2001 di SDN 3 Sidomukti yang tidak jauh dari rumah, dan di tahun 2005 saya pindah sekolah ke MI Al-Jufri yang beralamat di Jalan Kyai Jufri No. 233 Sitibentar, Mirit, Kebumen. Setelah lulus pada tahun 2007 saya melanjutkan sekolah menengah pertama di SMP VIP Al-Huda Kebumen. Setelah lulus SMP di tahun 2010, saya melanjutkan sekolah menengah akhir di SMAN 1 Karanganyar-Kebumen. Dan akhirnya masuk di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui jalur SBMPTN. Impian untuk melanjutkan kuliah jurusan perpajakan yang kandas mengantarkanku pada jurusan Pendidikan Agama Islam. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”