konsep pendidikan budi pekerti menurut ki hadjar …

115
KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR DEWANTARA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Fathul Musthofa NIM 1113011000027 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT

KI HADJAR DEWANTARA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Fathul Musthofa

NIM 1113011000027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

LENIBAR PENGESAHAN PEMBIN'IBING SKRIPSI

Skripsi berjudul l(onsep Pcndiclikan Budi Pekerti N'{enurut Ki Iladjar

Dervantara clisusun oleli Fathul Nlusttrofa NIM 1113011000027, Jtttusan

pendidikan A-{a1ta Islam^ Fakultas Ilmu'I'arbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Syarii Hrdayatullah Jakarla. Telah melalui bimbingau dan diuyatakan sah

sebagai karya ilmiah yang berhak untr-rk diujikan pada sidang munaqasah sesuai

ketentuan yang ditetapkan oleh Fakultas.

Jakarta, 20 Agustus 2018

Yang Mengesahkan,

Pembimbing

Drs. H. Achmad Gholib.I\I.As

NIP. 1954101s 197902 1 001

Page 3: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

Skripsi berjudul ooKonsep Pendidikan Budi Pekerti Menurut Ki Hadjar

Dewantara" disusun oleh Fathul Musthofa, NIM 11130i1000027, diajukan

kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian iVlunaqasah pada

tanggal 12 September 2018 di hadapan dewan penguji, karena itu, penulis berhak

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Agama

Islam.

Jakarta, 12 September 201 8

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)

Dr. H. Abdul Majid Khon. M.Ag.NrP. 19580707 198703 | 00s

Sekretaris (Sekretaris Jurusan /Prodi)Hj. Marhamah Saleh. Lc. MANIP. 19720313 200801 2 010

Dosen Penguji IProf. Dr. H. AbuddinNata. MANIP. 19s40802 198s03 1 002

Dosen Penguji IIDr. Sururin. MANrP. 19710319 199803 2 001

4w:add

Keguruan

Tanggal

qr/ -?'o*/til

"vlr\ .r-r,:

Zt / n^rdt1

Page 4: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

STIR{T PERNYATAAN KAR.l-.t ILltl,ttl

l"ang trertanela ta.nganr di bawah ili:

Nauna : Fathul.Musthofa

NIM :t1130110000?7

Noruor HP . 085328t)28235

.Jirusarr

.A-laruat

NamaPembirnbing

NJP

NTENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Fahv+xr skripst yang boi'u&"rl K.on-sep Fendictjkan Budi Peherti Mentrrui.K{ tlnd}ar

Ilervantara adelatr bela hasil karl,a sendiri di bawah birnbingiur doseil.:

: Pendidrkan Agam a.lslanr

J1" Fer:nau'rjaya 06/0-l No,53 Kelru:ahan Popedan, Kecaru.atal'I'onjong, Kabupaten Brehes, Jawa Tengah. 51271

: Drs. H. Aclulad Gholib, M.Ag

. 19541015 197q02 I rJ01

Dernikian sn"rrat pernyataan iui saya truat dengan sesungguluil'a dan sa1,a siap fir€nerllTra

segala ko.nsekuensi apab.ila terbukti bahrva s.kripsi ini bukart lrastl kiu3,a sendir i.

Jakarta 20 Agusfus 2018

Yang Menyatakan

Irathui N{usthota

Page 5: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

i

ABSTRAK

Fathul Musthofa (NIM. 1113011000027): Konsep Pendidikan Budi Pekerti

Menurut Ki Hadjar Dewantara

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep dan metode pendidikan

budi pekerti menurut Ki Hadjar Dewantara dan relevansinya dengan pendidikan zaman

sekarang. Penelitian ini memberikan manfaat yaitu memperkaya khazanah keilmuan

dalam dunia pendidikan, khususnya bagi peneliti, praktisi pendidikan, dan menjadi

sumber referensi bagi instansi pendidikan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualititatif dengan jenis penelitian

biografi naratif dengan metode pemaparan deskriptif. Jenis penelitian skripsi

menggunakan metode library research yaitu penelitian yang mengacu pada sumber

kepustakaan seperti buku, artikel, jurnal, catatan, dan media elektronik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut Ki Hadjar Dewantara, pusat

pendidikan yang meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat harus saling bekerja sama

dan mengetahui tugas dan fungsinya masing-masing. serta harus ada sosok pendidik

yang berkualitas baik dari sisi keilmuan maupun sisi kepribadian. Selain itu, untuk

membentuk peserta didik yang berkualitas perlu adanya metode yang tepat dalam

mengajar, serta adanya pemberian materi pendidikan yang sesuai menurut

tingkatannya. Intinya pendidikan budi pekerti memiliki cakupan yaitu, kepada Allah,

sesama manusia, dan dengan lingkungan masyarakat. Akhirnya bertujuan untuk

kebahagiaan dunia dan akhirat. Gagasan ini masih relevan dengan berbagai konstitusi

yang berkaitan dengan pendidikan yang ada Indonesia seperti dengan Undang-undang

No 20 Tahun 2003, Undang-undang No. 14 tahun 2005, Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional (Permendiknas) No. 16 tahun 2007 dan Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan (Permendikbud) No 23 tahun 2015.

Kata kunci: Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan Budi Pekerti.

Page 6: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

ii

ABSTRACT

Fathul Musthofa (NIM. 1113011000027): Concept of Character Education

According to Ki Hadjar Dewantara

The purpose of this study is to find out the concepts and methods of character

education according to Ki Hadjar Dewantara's consideration, and its relevance to

education today. This study provides benefits that enrich knowledge in the world of

education, especially for researchers, education practitioners, and become a source of

reference for educational institutions.

This study uses a qualitative approach with the type of narrative biography

research with descriptive exposure methods. This type of thesis research uses library

research method which is a research that refers to library sources such as books,

articles, journals, notes, and electronic media.

The results of the study shows that according to Ki Hadjar Dewantara, an

education center that includes family school and community must work together and

know their respective duties and functions. and there must be qualified educators from

both the scientific and personality aspects. In addition, to form qualified students there

needs to be an appropriate method of teaching, as well as the provision of educational

materials according to their level. Essentially, character education has a scope that is

to God, fellow human beings, and to the environment. Finally aimed at the happiness

of the word and the hereafter. This idea is still relevant to various constitutions relating

to education in Indonesia such as Law Number 20 of 2003, Law Number. 14 of 2005,

Minister of National Education Regulation Number. 16 of 2007 and Meeting of the

Minister of Education and Culture Number 23 of 2015.

Keywords: Ki Hadjar Dewantara, Character Education.

Page 7: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, Tuhan semesta alam yang

telah memberikan petunjuk dan kekuatan serta nikmat dengan izin-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Konsep Pendidikan Budi

Pekerti Menurut Ki Hadjar Dewantara”. Tak lupa shalawat dan salam penulis

sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW sebagai pembawa risalah dan

Revolusioner dunia juga pada para sahabat dan pengikutnya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam meraih gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh

banyak dukungan dan saran dari berbagai pihak, sehingga dengan segala kerendahan

hati ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan tulus dan sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .

2. Dr. Abdul Majid Khon, MA. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang

selalu memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang beliau berikan

selama penulis menjadi mahasiswa di Jurusan PAI.

3. Marhamah Saleh, Lc, MA. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam yang

juga memberikan bimbingan dan dukungannya kepada penulis untuk

menyelesaikan studi.

4. Drs. H. Achmad Gholib, M.Ag. Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan penuh

kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

5. Dosen-dosen civitas academica Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing penulis dari awal masuk hingga

Page 8: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

iv

bisa menyelesaikan skripsi ini dan Staf-staf/Karyawan yang membantu proses

administrasi penulis .

6. Keluarga besar penulis, Ayahanda tercinta H. Syahid Irfanto dan Ibunda

tersayang Jamilah serta kedua kakak yang telah mencurahkan cinta luar biasa,

bantuan baik materil maupun moril, nasehat dan doa tak pernah henti sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Keluarga besar PAI 2013, terkhusus teman kelas PAI A yang selalu mendukung

semua kegiatan yang penulis lakukan dan telah bekerja sama dengan baik dalam

pembelajaran dan kegiatan lainnya.

8. Sahabat-sahabatku dari PMII dan grup Bulutangkis “Badminton Legend”

terkhusus M. Rizal Aziz, Ahmad Milki, Zianurrahman Arbi, Aldi Syarifullah

yang selalu memberikan semangat, motivasi dan bantuan kepada penulis.

9. Semua pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu-persatu terima kasih atas

bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.

Demikian ucapan terimakasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa

berdo’a semoga bantuan dan bimbingan dari semua pihak dapat diterima oleh Allah

SWT sebagai amal ibadah yang bisa menolong di hari kiamat kelak. Aamiin.

Akhir kata, Tak ada gading yang tak retak, dalam istilah peribahasa

Indonesia. No body is perfect because the man is not angel, dalam istilah bahasa

Inggris. Penulis pun menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan

skripsi ini selanjutya. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat

dijadikan rujukan penyusunan skripsi selanjutnya.

Jakarta, 16 Agustus 2018

Penulis

Page 9: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

v

DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................... 10

C. Pembatasan Masalah ....................................................... 10

D. Perumusan Masalah ....................................................... 11

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian …………………....…...… 11

F. Teknik Penulisan …………………....…...… 12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan Budi Pekerti

1. Pengertian Pendidikan ........................................... 13

2. Pengertian Budi Pekerti ........................................... 16

B. Ruang Lingkup Pendidikan Budi Pekerti ................... 19

C. Metode Pendidikan Budi Pekerti ............................... 26

D. Tujuan Pendidikan Budi Pekerti ............................... 34

Page 10: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

vi

E. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................. 39

B. Metode Penelitian .......................................... 39

1. Jenis Penelitian………..................................................... 39

2. Sumber Data Penelitian .......................................... 40

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data .................. 41

1. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 41

2. Teknik Pengolahan Data .......................................... 42

D. Analisis Data ...................................................... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Biografi Ki Hadjar Dewantara

1. Riwayat Hidup Ki Hadjar Dewantara ............................. 44

2. Latar Belakang Pendidikan Ki Hadjar Dewantara ..... 47

3. Riwayat Perjuangan Ki Hadjar Dewantara ................. 48

4. Karya-Karya Ki Hadjar Dewantara ............................. 52

B. Pembahasan

1. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Budi Pekerti ................. 53

2. Pusat Pendidikan Budi Pekerti

a. Keluarga ................................................................. 57

b. Sekolah ................................................................. 60

c. Masyarakat / Alam Pemuda ......................................... 62

3. Pendidik dan Peserta Didik ......................................... 64

4. Materi Pendidikan Budi Pekerti

a. Taman Indria ................................................................. 68

b. Taman Muda ................................................................. 71

Page 11: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

vii

c. Taman Remaja ..................................................... 72

d. Taman Dewasa ..................................................... 72

5. Ruang Lingkup Pendidikan Budi Pekerti ............................. 74

6. Metode Pendidikan Budi Pekerti ......................................... 76

C. Relevansi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Terhadap Zaman

Sekarang ................................................................................ 78

BAB V Penutup

A. Kesimpulan ............................................................................. 87

B. Saran ......................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 91

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakikatnya adalah membentuk manusia ke arah yang dicita-

citakan. Sehingga pendidikan memiliki nilai yang sangat strategis dan dirasa sangat

penting dalam pembentukan suatu bangsa. Sebab lewat pendidikanlah akan

diwariskan nilai-nilai luhur yang dimiliki oleh bangsa tersebut, Karena itu

pendidikan tidak hanya berfungsi untuk how to know,how to do, dan how to live

together, tetapi juga sangat penting juga adalah how to be.1 Artinya pendidikan

bertujuan agar kita bagaimana untuk tahu, untuk dapat melakukan untuk hidup

bersama, dan untuk menjadi sesuatu.

Pendidikan juga merupakan proses pemanusiaan kembali manusia

(humanisasi) yang berorientasi pada terbentuknya individu yang mampu

memahami realitas dirinya dan masyarakat sekitar, serta mengembangkan

kelengkapan dari semua potensi yang ada pada manusia baik moral, intelektual,

maupun jasmani. Menurut Athiyah Al-Abrasyi dalam buku Ilmu Pendidikan Islam,

mengatakan bahwa tujuan utama dari pendidikan adalah pembentukan akhlak dan

budi pekerti yang mampu menghasilkan manusia-manusia bermoral, berjiwa

bersih, pantang menyerah, berakhlak mulia, dan mampu membedakan antara yang

baik dan buruk, serta selalu mengingat Tuhan nya dalam segala aktivitas yang

dijalani sehari-hari.2

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan pada hakikatnya

adalah membentuk manusia berkualitas bukan hanya dari sisi intelektual saja,

melainkan dari segala aspek yang meliputi kualitas akal, jasmani, dan rohani yang

baik. Artinya disamping seseorang diharapkan memiliki tubuh yang sehat,

1 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia,

(Jakarta: Kencana, 2012), Cet.III, h. 8. 2 Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam- Fakta Teoritis-Filosofis & Aplikatif-Normatif, (Jakarta:

Amzah, 2013), Cet. 1, h. 103.

Page 13: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

2

kecerdasan intelektual yang tinggi, juga memiliki budi pekerti yang luhur dalam

hatinya yang tercermin dalam tingkah lakunya sehari-hari.

Namun dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini memperlihatkan

fenomena yang tidak menyenangkan, serta dihadapkan dengan tantangan yang

sangat hebat. Berbagai masalah yang marak terjadi dan disoroti oleh media akhir-

akhir ini antara lain mulai dari sering terjadinya tawuran antar pelajar, perbuatan

asusila yang dilakukan guru terhadap murid, serta kasus kriminal yang dilakukan

murid terhadap gurunya. Tindakan kriminal tersebut tidak hanya terjadi di kota-

kota besar saja, namun sudah merambah ke daerah-daerah pedesaan juga. Seperti

contoh kasus tawuran pelajar di Sukabumi akhir November 2017 lalu yang sampai

menewaskan salah satu pelajar. Seperti yang diliput detiknews, yaitu :

Kabupaten Sukabumi – Nyawa Rayhan Jamal (17) tak

terselamatkan saat menjalani penanganan medis. Siswa kelas III SMK Lodaya

Sukabumi itu luka parah terkena bacokan senjata tajam di bagian paha. Korban

sempat terlibat tawuran dengan pelajar sekolah lain.

Tawuran pecah di jalan raya Sukabumi-Bogor, Desa Cibolangkaler,

Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, jumat (17/11/2017)

kemarin. Kapolsek Cisaat Kompol Budi Setiana menjelaskan sewaktu kejadian

itu korban bersama teman-temannya tengah melintas di kawasan tersebut.

Rupanya dari arah seberang jalan muncul segerombolan pelajar SMK lain,

kedua kubu itu terlibat aksi saling ledek. Rombongan korban kalah jumlah, aksi

saling kejar pun terjadi.

“Informasi yang kita peroleh dari saksi-saksi dua rombongan pelajar

ini sempat ledek-ledekan, akhirnya terjadi bentrok dan korban terjatuh lalu

dikeroyok SMK yang menjadi lawannya.” Kata Budi di RSUD R Syamsudin

SH, Kota Sukabumi, Sabtu (18/11/2017)

Berbagai senjata tajam menghujani tubuh korban. Setelah itu para

pelaku melarikan diri dan membiarkan tubuh korban tergeletak di pinggir jalan.

Setelah itu teman-teman korban kembali ke lokasi kejadian dan membawa

korban ke RS Bertha Medika Cisaat. Lantaran luka parah, korban dirujuk ke

RSUD R Syamsudin Sukabumi namun nyawanya tidak tertolong. Rayhan

menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD R Syamsudin pada sabtu dini

hari.3

3 Syahdan Alamsyah, Tawuran Pelajar di Sukabumi, Rayhan Tewa Terkena Bacokan, 2017,

(https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3732687/tawuran-pelajar-di-sukabumi-rayhan-tewas-

terkena-bacokan).

Page 14: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

3

Selain kasus tawuran antar pelajar di atas, Dunia pendidikan dinodai oleh

tindakan kriminal pelajar terhadap gurunya, seperti kasus yang terjadi di kecamatan

Sekayu, Musi Banyuasin Sumatera Selatan pada akhir tahun lalu. Seperti diliput

oleh Sindonews, yaitu:

SEKAYU - AF (14) siswa Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu

Al Karim Noer nekat menikam gurunya sendiri Kurniasih Awaliyah (35) alias

Asih dengan menggunakan pisau sebanyak 13 kali. Dari informasi yang

dihimpun, peristiwa berdarah tersebut terjadi sekitar pukul 08.15 WIB di

Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Al Karim Noer yang berada di

Jalan Kolonel Wahid Udi, Kelurahan Soak Baru, Kecamatan Sekayu, Selasa 8

November, penyebabnya adalah lantaran AF tersinggung karena ditegur

gurunya saat dia melakukan kesalahan.4

Dari dua contoh kasus di atas, tentu tidak boleh dibiarkan begitu saja. Akan

menjadi generasi apa kelak anak-anak kita jika dibiarkan pada kondisi seperti itu.

Karena jika kita tidak segera mencari jalan keluarnya, maka yang ada hanya akan

menghasilkan generasi yang rusak, tidak bermoral dan tidak berbudi pekerti. Jika

generasi kini rusak, lalu bagaimana nasib bangsa ini kedepan.5 Karena kita tahu

bahwa kasus-kasus di atas hanya segelintir masalah yang terjadi di dunia

pendidikan Indonesia saat ini. Masih banyak kasus kriminal yang dilakukan oleh

para peserta didik. Hal ini menunjukan bahwa telah terjadi kemerosotan moral atau

budi pekerti dalam kehidupan masyarakat kita.

Dari fenomena dan kenyataan di atas juga, sangatlah miris mengingat mereka

adalah manusia-manusia yang berpendidikan justru menodai dunia pendidikan itu

sendiri. Hal ini menjadikan perhatian dalam dunia pendidikan untuk

mengedepankan aspek pendidikan moral atau budi pekerti kepada peserta didiknya

agar kasus-kasus semacam itu tidak terjadi lagi dikemudian hari. Karena kasus

semacam itu adalah akibat dari moral dan budi pekerti yang kurang tertanam dalam

4Amarullah Diansyah, Tersinggung, Siswa SMP Nekat Tikam Guru 13 Kali,2017,

(http://daerah.sindonews.com/read/1153906/190/tersinggung-siswa-smp-nekat-tikam-guru-13-

kali-1478666066). 5 Nurul Zuriah. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2008), Cet. 2, h. 160.

Page 15: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

4

hati seseorang sehingga kerap kali melakukan hal-hal yang buruk yang berujung

pada pelanggaran hukum.

Padahal dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional disebutkan : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.6

Selanjutnya dalam bab II pasal 3 dijelaskan bahwa: “Sistem Pendidikan

Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang

demokratis dan bertanggung jawab”.7

Sungguh ideal sekali tujuan pendidikan nasional yang dicita-citakan oleh

bangsa kita ini, namun fenomena yang terjadi seperti kasus yang disebutkan di atas

menandakan bahwa tujuan pendidikan yang seharusnya menghasilkan peserta didik

yang berbudi pekerti baik belum dapat diwujudkan secara baik.

Di dalam Islam tujuan pendidikan juga disebutkan yaitu mendidik budi pekerti.

Oleh karenanya pendidikan budi pekerti atau akhlak merupakan jiwa dari

pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan

sesungguhnya dari proses pendidikan.8

Perlu diingat bahwa peristiwa-peristiwa di atas bukan hanya tanggung jawab

salah satu pihak saja, misalnya sekolah. Karena seperti kita ketahui bahwa

kehidupan peserta didik lebih banyak dilakukan di luar sekolah, yaitu di dalam

keluarga dan lingkungan masyarakat. Namun hal ini bukan berarti sekolah dapat

6 Tim Penyusun, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Jakarta: Depdiknas, 2003), Cet. I, h. 5. 7 Ibid., h. 4. 8 Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004),

h. 171.

Page 16: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

5

lepas tangan begitu saja, karena peristiwa-peristiwa semacam itu merupakan

gambaran buramnya pendidikan kita. Sekolah dianggap belum mampu merubah

sifat-sifat tercela yang ada pada peserta didik dengan menggantinya dengan sifat-

sifat terpuji sesuai dengan amanat undang-undang yang tujuannya menciptakan

manusia berbudi pekerti luhur.

Dari persoalan di atas, Abdul Majid dan Dian Andayani dalam bukunya yang

berjudul Pendidikan Karakter Perspektif Islam menghimpun beberapa pendapat

praktisi pendidikan dengan menyebutkan bahwa rendahnya budi pekerti, moral dan

karakter seseorang disebabkan oleh tiga faktor, yaitu:9

Pertama, kebiasaan diri sendiri. Menurutnya kebiasaan buruk yang ada pada

diri seseorang menyebabkan seseorang tersebut memiliki moral, akhlak yang buruk.

Kebiasaan kebiasaan buruk tersebut terbagi dalam beberapa bentuk, seperti

kebiasaan memperlakukan diri sendiri, kebiasaan memperlakukan lingkungan,

kebiasaan yang merugikan ekonomi, dan kebiasaan dalam bersosial. Kebiasaan-

kebiasaan tersebut antara lain seperti meremehkan waktu, membuang sampah

sembarangan, konsumtif, dan kebiasaan jarang mendengarkan pendapat orang lain.

Kedua, sistem pendidikan yang salah. Menurutnya sistem pendidikan yang

kurang menekankan pada pendidikan karakter melainkan lebih menekankan pada

pengembangan intelektual akan mengakibatkan degradasi moral pada seseorang

Ketiga, kondisi lingkungan yang buruk. Menurutnya kondisi lingkungan yang

buruk dan kurang mendukung pembangunan karakter yang baik akan berdampak

pada seseorang yang tinggal di lingkungan tersebut. Lingkungan yang buruk akan

mempengaruhi pergaulan seseorang sehingga memunculkan pergaulan bebas.

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa pada intinya rendahnya moral

seseorang disebabkan oleh diri sendiri, lingkungan, dan sistem pendidikan yang

kurang tepat. Selanjutnya pada jurnal pendidikan yang membahas tentang

kemerosotan moral dikalangan remaja, Diah Ningrum menyebutkan ada empat

9 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2011), h.54.

Page 17: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

6

faktor yang menyebabkan kemerosotan moral, yaitu: Lingkungan baik sekolah

maupun tempat bermain, kemajuan teknologi, sifat keingintahuan remaja, dan

terakhir adalah faktor orang tua.10

Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemerosotan akhlak

seseorang disebabkan oleh faktor internal (dari dalam) dan faktor eksternal (dari

luar). Faktor internal yang dimaksud adalah faktor dari diri seseorang itu sendiri,

dan yang kedua faktor eksternal yang meliputi lingkungan sekolah, lingkungan

keluarga, dan lingkungan tempat bermain yang ketiganya juga dipengaruhi oleh

kemajuan teknologi yang semakin pesat.

Dari beberapa faktor tersebut maka akan menimbulkan sifat-sifat yang buruk

yang tentu akan merusak peradaban manusia yaitu sifat Al-Akhlaku al-

Madhmumah atau perbuatan buruk terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk

makhluk yang lainnya.

Pendidikan budi pekerti atau akhlak memberikan peranan penting bagi

kehidupan, baik yang bersifat individual maupun kolektif, sehingga Allah SWT

mewahyukan kepada Rasulullah untuk memberikan pendidikan akhlak kepada

keluarga, sahabat dan umatnya. Sebagaimana diketahui bahwa misi diutusnya Rasul

adalah untuk menyempurnakan akhlak atau budi pekerti umat manusia.

Sebagaimana hadits Nabi, yaitu :

ا بعثت لتمم م 11كارم الخلق إنم“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.”

Misi keRasulan yang telah dijelaskan pada hadits di atas adalah untuk

memperbaiki akhlak umatnya. Akhlak yang dimaksud dalam hadits di atas sepadan

dengan budi pekerti. Oleh karena misinya sebagai pengemban perbaikan budi

10 Diah Ningrum, Kemerosotan Moral di Kalangan Remaja: Sebuah Penelitian Mengenai

Parenting Styles dan Pengajaran Adab, Jurnal UNISIA, Vol. XXXVII, 2015, h. 24 11 Imam Abi Bakar Ahmad bin al-Hussaini al Baihaqi, Sunan al-Kubro, (Lahore: Maktaba

Rahmania, t.t.) h. 450.

Page 18: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

7

pekerti maka Rasulullah selalu menunjukan uswah hasanah, yaitu suri teladan yang

baik yang wajib diikuti oleh seluruh umatnya dalam segala aspek kehidupan.

Khusus dalam akhlak, Allah SWT. memuji beliau dengan diiringi sumpah :

وإنمك لعلى خلق عظيم “Dan Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang

luhur”(Q.S al-Qalam [68] : 4 ) Nabi Muhammad SAW. pun mengabarkan bahwa orang yang paling sempurna

keimanannya di antara umatnya adalah yang paling baik budi pekerti atau

akhlaknya. Dalam haditsnya beliau bersabda :

ا )رواه الترمذ ىكمل ا 12(المؤمني ايانا أحسن هم خلقا

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling bagus

akhlaknya” (H.R Tirmidzi)

Dengan demikian, sepatutnya seorang muslim berusaha dan bersemangat

untuk memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik yang merujuk pada Rasulullah

SAW. sehingga tercipta pribadi yang dapat membedakan suatu perbuatan yang baik

dan buruk, perbuatan yang etis dan tidak etis, benar dan salah, dan hal lain yang

menyangkut etika individu maupun sosial.

Selain Nabi Muhammad SAW yang telah menjelaskan bahwa tujuan utama

dalam pendidikan adalah kesempurnaan akhlak, tokoh pendidikan barat seperti

Socrates juga berpendapat bahwa tujuan paling mendasar dari pendidikan adalah

untuk membentuk seseorang yang good dan smart. Hal ini dipertegas juga oleh

tokoh pendidikan barat yang sangat mendunia seperti Klipatrick, Lickona, Brooks,

dan Goble. Mereka seakan menggemakan kembali gaung yang disuarakan oleh

Nabi Muhammad SAW dan Socrates. Bahwa moral, akhlak, karakter, budi pekerti

adalah tujuan yang tak terhindarkan dari dunia pendidikan.13

12 Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah at-Tirmidzi, Jami’u Tirmidzi, (Riyadh: International

Ideas Home Inc, t.t.), h. 206. 13 Abdul Majid, op. cit., h. 2.

Page 19: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

8

Selaras dengan pendapat di atas, Ki Hadjar Dewantara sebagai tokoh

pendidikan Indonesia yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional dapat

dijadikan acuannya dalam upaya membentuk budi pekerti yang baik terhadap

peserta didik, karena ia telah meletakkan dasar yang kuat dalam bidang pendidikan

bangsa Indonesia serta mempunyai konsep yang ideal di bidangnya khususnya

tentang pendidikan budi pekerti.

Ki Hadjar Dewantara suskes mendirikan lembaga pendidikan Tamansiswa

yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang dicita-citakannya. Konsep

pendidikannya adalah daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti

(kekuatan batin dan karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak. Sehingga

Tamansiswa sebagai lembaga pendidikan yang ia bangun tidak boleh dipisahkan

dari bagian-bagian itu.

Pandangan Ki Hadjar Dewantara di atas menunjukan bahwa ia memandang

pendidikan sebagai proses yang dinamis dan berkesinambungan, serta tersirat pula

wawasan kemajuan pada nya. Karena sebagai suatu proses pendidikan harus

mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman. Keseimbangan unsur cipta, rasa

dan karsa yang tidak dapat dipisahkan pun memperlihatkan bahwa Ki Hadjar

Dewantara tidak memandang pendidikan hanya sebagai proses penularan atau

transfer ilmu pengetahuan belaka.14

Ki Hadjar Dewantara juga dikenal sebagai tokoh Bumi Putera yang memiliki

dedikasi yang tinggi terhadap nasib bangsa Indonesia dengan membawa spirit

kerakyatan.15 Ajarannya yang terkenal ialah, ing ngarsa sung tulada (di depan

memberi contoh teladan yang baik), ing madya mangun karsa (di tengah

menciptakan peluang dan memberi semangat), dan tut wuri handayani (di belakang

memberi dorongan). Kontribusi pemikiran Ki Hadjar dewantara salah satunya

mengatakan bahwa lingkungan pendidikan dalam menginternalisasi nilai-nilai budi

pekerti kepada anak tidak hanya terbatas di lingkungan sekolah, melainkan lebih

14 Zuriah, op. cit., h. 122. 15 Haidar Musyafa, Sang Guru, Novel Biografi Ki Hadjar Dewantara, Kehidupan, Pemikiran,

dan Perjuangan Pendiri Tamansiswa (1889-1959), (Jakarta:Imania, 2015), h. 27.

Page 20: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

9

luas yang mencakup keluarga dan masyarakat juga. Hal ini kemudian kita kenal

dengan istilah Tri Pusat Pendidikan.

Menurut Ki Hadjar Dewantara juga dalam salah satu karya fenomenalnya yang

berjudul Bagian Pertama : Pendidikan, mengatakan bahwa pendidikan merupakan

daya dan upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin,

karakter), pikiran (intelektual) dan tubuh anak agar dapat memajukan

kesempurnaan hidup yaitu kehidupan anak yang sesuai dengan dunianya.16

Menyadari hal tersebut, maka Ki Hadjar Dewantara berusaha menjadikan sekolah

Tamansiswa sebagai wahana kebebasan bagi anak-anak. Tujuannya agar anak-anak

yang belajar di sekolah Taman Siswa mendapatkan kebebasan untuk

mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Selain mengembangkan daya pikir dan nalar, sekolah di Tamansiswa Ki Hadjar

Dewantara juga menekankan pendidikan budi pekerti dengan tujuan agar karakter

anak dapat terbentuk dengan baik.17 Menurutnya bahwa pengajaran budi pekerti

tidak lain adalah “Menyokong perkembangan hidup anak-anak lahir dan batin, dari

sifat kodrati nya menuju arah peradaban dalam sifatnya yang umum. Pengajaran ini

berlangsung sejak anak-anak hingga dewasa dengan memperhatikan tingkatan

perkembangan jiwanya”.18

Menurut pandangan Ki Hadjar Dewantara, pendidikan budi pekerti

menekankan pada pembentukan karakter, perilaku dan kepribadian melalui suatu

pembiasaan berbuat baik yang dilakukan sejak kecil hingga dewasa. Artinya

pendidikan budi pekerti yang dimaksudkan Ki Hadjar Dewantara bukanlah

mengajarkan teori-teori tentang baik dan buruk berserta dalilnya yang sangat rumit.

Melainkan pembiasaan berbuat baik yang dilakukan setiap hari hingga perbuatan

16 Ki Hadjar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, Cetakan IV, (Yogyakarta: MLPTS,2011),

h. 14. 17 Ibid., h. 290. 18 Ibid., h. 485.

Page 21: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

10

tersebut mendarah daging pada jiwa seorang anak. Sehingga mengajarkan teori-

teori dan dalil bernilai sebagai penguat dan alat saja bukan tujuan.19

Berdasarkan paparan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana

sebuah konsep pendidikan budi pekerti dari tokoh Pendidikan Indonesia terkemuka,

memiliki pengaruh besar, memiliki sebuah karya tulis yang berkenaan dengan

pendidikan, serta berdasarkan latar belakang kebangsaaan Nasional sebagai warga

Indonesia. Sehingga kedepannya tercipta sebuah konsep pendidikan budi pekerti

yang dapat membentuk budi pekerti yang baik secara individu maupun

berkelompok sekaligus mengingatkan akan pentingnya tokoh serta karya

fenomenalnya tersebut sebagai pedoman untuk membentuk budi pekerti yang baik

yang akhirnya dapat memecahkan masalah-masalah moral yang terjadi di negeri

ini. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Konsep

Pendidikan Budi Pekerti Menurut Ki Hadjar Dewantara”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis

mengidentifikasi masalah yang ditemukan sebagai berikut :

1. Tujuan pendidikan yang seharusnya menghasilkan peserta didik yang

berbudi pekerti luhur belum terwujud secara baik.

2. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi memiliki dampak negatif

pada rendahnya budi pekerti seseorang.

3. Guru dipandang sebagai satu-satunya orang yang bertanggung jawab atas

fenomena rendahnya budi pekerti siswa.

4. Belum banyak masyarakat yang mengetahui pemikiran Ki Hadjar

Dewantara tentang konsep pendidikan budi pekerti.

C. Pembatasan Masalah

Mengenai konsep pendidikan di Indonesia telah banyak dikemukakan oleh

tokoh pendidikan Indonesia itu sendiri, namun tentunya berbeda kontennya karena

19 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2005), h. 140.

Page 22: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

11

perbedaan latar belakang dari masing-masing tokoh. Selain itu bahasan mengenai

konsep pendidikan memiliki ragam yang berbeda.

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka penulis membatasi masalah

yang akan diteliti yaitu hanya pada “Konsep pendidikan budi pekerti menurut Ki

Hadjar Dewantara” yang berkaitan dengan hakikat pendidikan budi pekerti serta

kewajiban pendidik dan peserta didik dalam pembentukan budi pekerti.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan Identifikasi dan Pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas,

maka penulis merumuskan masalah yang dikaji sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep pendidikan budi pekerti menurut Ki Hadjar Dewantara?

2. Apa relevansi pemikiran Ki Hadjar Dewantara terhadap pendidikan zaman

sekarang?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan Permasalahan di atas, maka dirumuskan tujuan

Penelitian sebagai berikut :

a. Mengetahui konsep pendidikan budi pekerti menurut Ki Hadjar

Dewantara

b. Mengetahui bagaimana relevansinya dengan pendidikan pada zaman

sekarang.

2. Manfaat Penelitian

Dengan diselesaikannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan

manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Secara Teoritis

Dari penelitian ini diharapkan mendapatkan data dan fakta yang sesuai

dengan pokok-pokok konsep pendidikan budi pekerti perspektif Ki Hadjar

Dewantara sehingga dapat menjadi solusi alternatif untuk pendidikan budi

pekerti di Indonesia.

Page 23: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

12

2. Secara Praktis

a. Bagi penulis, sebagai latihan dalam penulisan ilmiah sekaligus

memberikan tambahan khazanah atau wawasan keilmuan seorang Ki

Hadjar Dewantara mengenai pemikirannya terhadap pendidikan budi

pekerti.

b. Bagi civitas akademik, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber

referensi perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga hasil

penelitian ini dapat menjadi pustaka bagi para peneliti selanjutnya

yang ingin mengkaji tentang konsep pemikiran tokoh pendidikan

Indonesia.

c. Bagi masyarakat, untuk menambah wawasan literatur dan sumber

referensi mengenai konsep pendidikan budi pekerti dari tokoh

Indonesia.

d. Bagi Pemerintah, dapat berguna dalam menyusun dan

mengembangkan kerangka pendidikan yang menitikberatkan kepada

pembangunan Indonesia yang beradab dan bermartabat sesuai dengan

cita-cita bangsa Indonesia sendiri.

F. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada Buku Pedoman Skripsi

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Tahun 2015, dengan pengecualian bahwa Al-

Qur’an dan terjemahnya tidak diberikan nama footnote, melainkan dikutip langsung

dari Al-Qur’an dan Terjemah terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia

Tahun 2005, dan diketik dengan satu spasi.

Page 24: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

13

BAB II

LANDASAN TEORITIS TENTANG BUDI PEKERTI

A. Pengertian Pendidikan Budi Pekerti

Untuk memahami pengertian dari pendidikan budi pekerti, terlebih dahulu

harus mengetahui masing-masing pengertian dari pendidikan dan pengertian dari

budi pekerti.

1. Pengertian Pendidikan

Dalam bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata “didik” dengan

memberikan awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung arti “perbuatan” (hal,

cara, dan sebagainya). Kata pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani

yaitu paedagogos yang berarti pergaulan dengan anak-anak.1 Dalam konteks

Islam, pendidikan secara bahasa (lughatan) ada tiga kata yang digunakan, ketiga

kata tersebut, yaitu (1) al-tarbiyah yang artinya bertambah, membimbing, dan

berkembang (2) al-ta’lim yang artinya mengajar dan (3) al-ta’dib yang artinya

memberi adab. namun dalam perkembangannya, kata tarbiyah dinilai lebih

banyak digunakan dalam istilah pendidikan.2

Walaupun dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara jelas mengenai pengertian

pendidikan, namun di dalam al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang mengarah

kepada pendidikan, seperti yang disebutkan dalam Q.S Al-Isra ayat 24 :

را. ل من الرحة وقل رب ارحهما كما ربيان صغي واخفض لما جناح الذ

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh

kesayangan dan ucapkanlah “Wahai Tuhanku, sayangilah mereka keduanya,

sebagaimana mereka mendidik aku waktu kecil”. (Q.S. al-Isra : 24)

Berdasarkan ayat tersebut dapat diambil pengertian bahwa al-Tarbiyah adalah

proses pengasuhan pada fase permulaan pertumbuhan manusia, karena anak sejak

dilahirkan di dunia dalam keadaan tidak tahu apa-apa, tetapi ia sudah dibekali

Allah SWT berupa potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan. Maka

1 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), Cet ke-12, h. 30.

2 Ibid., h. 33.

Page 25: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

14

pendidikan anak sangat penting mengingat untuk kelangsungan perkembangannya

menuju ke tahap selanjutnya.

Secara istilah pengertian pendidikan dalam Undang-Undang No. 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I dijelaskan bahwa pendidikan

adalah : “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.3

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan

ialah “Pengukuhan sikap dan tata perilaku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan, proses, cara,

dan perbuatan mendidik”.4

Pendidikan sering diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang

untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai budaya di masyarakat.

Juga diartikan sebagai bimbingan yang yang diberikan oleh seseorang atau

kelompok agar seseorang itu menjadi dewasa, artinya seseorang itu mampu

bertanggung jawab terhadap diri sendiri secara biologis, psikologis, pedagogis dan

sosiologis.5

Istilah pendidikan juga dikemukakan oleh banyak ahli pendidikan yang

mengartikan pendidikan. antara lain :6

a. Driyarkara mengatakan bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan

manusia muda sehingga mengangkat manusia itu sendiri ke taraf insani.

b. John Dewey, Pendidikan ialah suatu proses pembentukan kemampuan

dasar fundamental yang menyangkut kemampuan daya pikir (intelektual)

dan daya perasaan (emosional) ke arah alam dan sesama manusia.

3 Tim Penyusun, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Jakarta: Depdiknas, 2003), Cet. I, h. 5.

4 Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005),

cet. 3., h. 263.

5 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 1.

6 Ibid., h. 2.

Page 26: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

15

c. J.J. Rosseau, Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada

pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu

dewasa.

d. W.J.S Poerwadarmita, Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan

tingkah laku pada diri seseorang atau kelompok orang yang dilakukan

dengan cara pengajaran dan latihan agar seseorang atau kelompok tersebut

menjadi manusia yang dewasa.7

e. Ahmad D. Marimba, Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara

sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si

terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama dengan

menggunakan alat dan metode tertentu.8

f. Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk

memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran

(intellect) dan tubuh anak. unsur-unsur tersebut dalam Tamansiswa tidak

boleh dipisahkan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni

kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan

dunianya.9

g. Menurut rumusan hasil seminar pendidikan Islam se-Indonesia pada tahun

1960, disebutkan bahwa hakikat pendidikan Islam adalah bimbingan

terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani menurut agama Islam yaitu

berupa usaha mempengaruhi jiwa peserta didik yang dilakukan melalui

beberapa tingkatan dengan tujuan menanamkan ketakwaan dan akhlak

serta menegakkan kebenaran sehingga terbentuk manusia yang berpribadi

dan berbudi luhur.10

Berdasarkan beberapa rumusan yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan

di atas, serta beberapa pemahaman yang digali dari beberapa istilah dalam

pendidikan Islam, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan dapat dipahami

7 Tatang S, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), Cet. I, h. 13.

8 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif; 1980), Cet.

IV, h. 19.

9 Ki Hadjar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: MLPTS, 2011), Cet. IV, h.

15.

10 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. V., h. 15.

Page 27: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

16

sebagai suatu usaha sadar yang dilakukan pendidik terhadap peserta didik berupa

pengajaran dan bimbingan ilmu pengetahuan dan agama, dalam pertumbuhan

jasmani dan rohani untuk menghasilkan sikap dan tingkah laku yang baik guna

mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

2. Pengertian Budi Pekerti

Esensi dan makna budi pekerti sama dengan pendidikan moral dan

pendidikan akhlak. Kata budi pekerti dalam kosakata Arab adalah akhlak, dalam

kosakata Latin/Yunani adalah ethos dan dalam kosakata Inggris adalah ethic.

Mengenai pengertian budi pekerti ini dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu :

secara epistimologi budi pekerti berarti penampilan diri yang berbudi. Secara

leksikal, budi pekerti berarti tingkah laku, perangai, akhlak, dan watak. Dan

secara operasional, budi pekerti berarti perilaku yang tercermin dalam kata,

perbuatan, pikiran, sikap, perasaan, keinginan dan hasil karya.11

Dalam bahasa Sansekerta, budi pekerti berarti tingkah laku, atau perbuatan

yang sesuai dengan akal sehat. Yaitu perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai

moralitas masyarakat yang terbentuk sebagai adat istiadat.12 Sedangkan dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, budi pekerti terdiri dari dua kata, yaitu budi dan

pekerti yang tidak dapat dipisahkan, kedua kata tersebut adalah bagian integral

yang saling terkait. Budi berarti panduan akal dan perasaan untuk menimbang

baik buruk. Pekerti berarti perangai, tingkah laku, akhlak. dengan demikian budi

pekerti berarti kesadaran yang ditampilkan oleh seseorang dalam berperilaku.13

Menurut Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional yang dikutip oleh Heri

Gunawan dalam buku Pendidikan Karakter, budi pekerti diartikan sebagai sikap

atau perilaku sehari-hari seseorang, baik individu maupun kelompok yang

mengandung nilai-nilai yang berlaku dalam suatu sistem nilai moral, dan menjadi

pedoman perilaku manusia dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

11 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2011), h. 13.

12 Sutardjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter Konstruktivisme dan VCT Sebagai Inovasi

Pendekatan Pembelajaran Aktif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 55.

13 Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Depdiknas RI, 2008),

cet. 4., h. 215

Page 28: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

17

dengan bersumber pada falsafah pancasila dan diilhami oleh ajaran agama serta

budaya.14

Pengertian tentang budi pekerti terkadang disandingkan dengan beberapa

istilah lain, seperti akhlak, moral, karakter, etika, adab, dan lain sebagainya.

Secara umum antara budi pekerti dan istilah-istilah lain itu memiliki persamaan

yang mendasar, yaitu sama-sama berbicara tentang baik dan buruk terhadap

tingkah laku seseorang. Namun dari istilah-istilah tersebut memiliki perbedaan

dari sisi tolak ukur atau sumbernya. Budi pekerti merupakan pendidikan nilai

yang bersumber dari adat istiadat atau budaya masyarakat, akhlak bersumber dari

Al-Qur’an dan hadits, moral bersumber dari norma-norma sosial masyarakat,

etika bersumber dari akal pikiran karena merupakan pandangan tentang tingkah

laku manusia dalam perspektif filsafat. Dan karakter bersumber norma-norma

agama, hukum tata krama, budaya dan adat istiadat.15

Dari pengertian pendidikan dan budi pekerti diatas, Nurul Zuriah menjelaskan

bahwa pendidikan budi pekerti dapat diartikan sebagai program pengajaran di

sekolah yang yang menekankan pada ranah afektif (perasaan dan sikap) melalui

penghayatan nilai-nilai moral dan keyakinan dalam masyarakat berupa aspek

kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, kerjasama dan lainnya yang bertujuan

mengembangkan watak atau tabiat siswa tanpa meninggalkan ranah kognitif

(berfikir rasional) dan ranah skill/psikomotorik (keterampilan, terampil mengolah

data, mengemukakan pendapat, dan kerjasama)16

Sementara itu, pengertian pendidikan budi pekerti menurut Draft Kurikulum

Berbasis Kompetensi (2001) dapat ditinjau secara konsepsional dan operasional.

1. Pengertian pendidikan budi pekerti secara konsepsional mencakup hal-hal

sebagai berikut.

14 Heri Gunawan. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasinya, (Bandung: Alfabeta,

2012), Cet. II, h. 13

15 Majid, op. cit., h. 8-14.

16 Nurul Zuriah. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2008), Cet. II, h. 19-20.

Page 29: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

18

a. Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia

seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya

sekarang dan masa yang akan datang.

b. Upaya pembentukan, pengembangan, peningkatan pemeliharaan dan

perilaku peserta didik agar mereka mau dan mampu melaksanakan

tugas-tugas hidupnya secara selaras, serasi, seimbang (lahir batin,

material spiritual, dan individual sosial).

c. Upaya pendidikan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi

seutuhnya yang berbudi pekerti luhur melalui kegiatan bimbingan,

pembiasaan, pengajaran dan latihan serta keteladanan.17

2. Pengertian pendidikan budi pekerti secara operasional adalah upaya yang

diberikan pendidik kepada peserta didik berupa bimbingan, pengajaran,

dan latihan guna membekali peserta didik di masa depannya agar memiliki

hati nurani yang bersih, berperilaku baik, serta menjaga norma kesusilaan

dan norma-norma yang lainnya yang dicerminkan dari perkataan,

perbuatan, sikap, perasaan yang baik yang berlandaskan nilai agama dan

norma sehingga tercipta hubungan yang baik dengan Tuhan nya dan

sesama manusia.18

Pendidikan budi pekerti memiliki makna yang sama dengan pendidikan

moral, pendidikan karakter, pendidikan akhlak, dan pendidikan nilai. Pendidikan

budi pekerti memuat tentang nilai-nilai luhur yang berakar pada agama, adat

istiadat, dan budaya bangsa Indonesia yang digunakan untuk mengembangkan

kepribadian manusia supaya menjadi manusia yang lebih baik.19

Dari pemaparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan budi

pekerti ialah usaha sadar yang dilakukan pendidik terhadap peserta didik berupa

pengajaran, bimbingan dan sebagainya yang banyak menekankan pada ranah

afektif tanpa melupakan aspek kognitif dan psikomotorik yang bertujuan agar

peserta didik menjadi pribadi yang berbudi luhur, bertutur kata sopan, dan

17 Ibid.

18 Ibid.

19 Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat Upaya Menawarkan Solusi Terhadap Berbagai

Problem Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 4.

Page 30: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

19

berperangai baik dalam hubungannya dengan Allah dan sesama makhluk yang

lain sesuai dengan nilai-nilai agama, moral, dan budaya yang tidak bertentangan

dengan agama sehingga perbuatan-perbuatan baik yang ia lakukan mengantarkan

kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

B. Ruang Lingkup Pendidikan Budi Pekerti

Secara umum ruang lingkup pendidikan budi pekerti adalah penanaman dan

pengembangan nilai, sikap dan perilaku peserta didik yang sesuai dengan nilai-

nilai budi pekerti luhur. Sehingga materi-materi pendidikan budi pekerti harus

mengandung nilai-nilai budi pekerti luhur.20 Menurut Milan Rianto yang dikutip

Nurul Zuriah, ruang lingkup materi pendidikan budi pekerti secara garis besar

dapat dikelompokkan dalam tiga hal nilai akhlak yaitu sebagai berikut.

1. Akhlak terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Budi pekerti atau akhlak terhadap Allah SWT dapat diartikan sebagai

sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai

makhluk kepada Tuhan sebagai khalik. Sikap awal yang harus kita miliki

adalah adanya keimanan yakni meyakini bahwa segala sesuatu yang ada

dalam alam semesta adalah ciptaan Allah. Serta ketaqwaan yakni patuh dan

taat dengan segala ketentuan-ketentuan Allah baik berupa perintah maupun

berupa larangan.

Diantara cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah

diantaranya dengan tidak menyekutukannya, Takwa kepada-Nya,

Mencintai-Nya, Ridha dan Ikhlas terhadap segala keputusan-Nya dan

bertaubat, mensyukuri nikmat-Nya, selalu berdoa kepada-Nya, beribadah,

meniru-niru sifat-Nya, dan selalu berusaha mencari keridhoan-Nya.21

Sedikitnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berbudi

pekerti/berakhlak kepada Allah.

Pertama, karena Allah lah yang menciptakan manusia. Dia

menciptakan manusia dari tanah yang kemudian diproses menjadi benih

20 Ibid.

21 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013),

Cet. XII, h. 128.

Page 31: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

20

yang disimpan di dalam tempat yang kokoh (rahim), setelah ia menjadi

segumpal darah, segumpal daging, dijadikan tulang dan dibalut dengan

daging, dan selanjutnya diberi roh.

نسان من سللة من طين ث جعلناه نطفة ف ق رار مكين ,ولقد خلقنا ال “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu

sari pati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan sari pati itu air

mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim)” (Q.S al-

Mu’minun [23]: 12-13)

Kedua, Karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan

pancaindera, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran, dan hati

sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada

manusia. Berdasarkan firman Allah :

مع والبصار والل ئا وجعل لكم الس أخرجكم من بطون أمهاتكم ل ت علمون شي والفئدة لعلكم تشكرون

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan

tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran,

penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (Q.S an-Nahl [16]: 78)

Ketiga, Karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan

sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan

makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak

dan sebagainya.

ت غوا من فضله ولعلكم ر لكم البحر لتجري الفلك فيه بمره ولت ب الل الذي سخماوات وما ف الرض تشكرون ر لكم ما ف الس لك وسخ يعا منه إن ف ذ ج

رون ليت لقوم ي ت فك “Allah-lah yang menundukkan laut untukmu supaya kapal-kapal

dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya, dan supaya kamu dapat

mencari sebagian karunia-Nya, dan mudah-mudahan kamu bersyukur.

Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang

ada di bumi semuanya, (sebagian rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya,

Page 32: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

21

pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan

Allah) bagi kaum yang berfikir.” (Q.S al-Jatsiyah [45]: 12-13)

Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan

diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.

ولقد كرمنا بن آدم وحلناهم ف الب ر والبحر ورزق ناهم من الطيبات وفضلناهم كثير من خلقنا ت فضيل على

“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, Kami

angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari

yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang lebih

sempurna atas kebanyakan makhluk yang Kami ciptakan”. (Q.S al-Isra’

[17]: 70)

2. Akhlak terhadap Sesama Manusia

a. Terhadap Diri Sendiri

Setiap manusia harus memiliki jati diri agar mampu menghargai

dirinya sendiri, mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.

Sehingga pada akhirnya akan memiliki konsep diri yang positif. Upaya

ini dapat diwujudkan dengan beberapa cara seperti berfikir yang positif

terhadap diri sendiri, memperbaiki kekurangan yang ada pada diri

sendiri, serta memanfaatkan kelebihan yang ada pada diri sendiri dengan

cara menghasilkan sebuah karya. Segala tindakan yang dilakukan ini

semata-mata dalam rangka berbuat baik terhadap diri sendiri serta

memberikan manfaat untuk orang lain, bangsa, dan negara.

b. Terhadap Orangtua

Orang tua adalah orang yang telah melahirkan, memelihara,

merawat, dan mendidik kita, maka sudah sepantasnya kita menghormati

dan mencintai orangtua serta taat dan patuh kepadanya. Dalam agama

juga dikatakan bahwa “Surga itu terletak di bawah telapak kaki ibu” oleh

karenanya kita harus berbakti, menghormati, dan setia kepada ibu,

begitupun ayah harus demikian juga.

Beberapa sikap yang perlu dilakukan kepada orangtua diantaranya:

Page 33: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

22

1) Meminta izin, memberi salam, serta mencium tangannya ketika

berangkat dan pulang sekolah.

2) Meminta izin ketika hendak pergi

3) Tidak meminta uang jajan yang berlebihan dan tidak bersifat boros

4) Membantu pekerjaan yang ada di rumah, seperti membersihkan

rumah, memasak dll.

5) Memelihara barang-barang yang ada di rumah terlebih milik orangtua.

c. Terhadap Orang yang Lebih Tua

Sebagai orang yang lebih muda, kita harus bersikap menghormati,

dan menghargai kepada orang yang lebih tua. Di manapun kita bertemu

berikan salam dan datanglah ke tempat orang yang lebih tua dari kita. Di

lain hal kita haruslah meminta saran, pendapat dan bimbingan

kepadanya. Karena orang yang lebih tua dari kita, pengetahuannya,

pengalamannya, dan kemampuannya lebih dari kita. intinya lebih baik

kita merendah daripada bersikap sombong.

d. Terhadap Sesama

Melakukan tata krama dengan teman sebaya memang agak sulit

karena mereka adalah teman sederajat dan setiap hari berjumpa dengan

kita sehingga sering lupa memperlakukan mereka menurut tata cara dan

sopan santun yang baik. Namun kita harus tetap memperhatikan sikap-

sikap seperti tidak mengolok-olok sampai melewati batas, tidak

berprasangka buruk, tidak menyinggung perasaannya, serta tidak

memfitnah tanpa bukti. Agar hubungan pertemanan dengan sesama tetap

baik hendaknya kita bersikap tolong menolong dalam hal kebaikan,

selalu menjaga nama baik sesama, bergaul dengan semua teman tanpa

memandang asal-usul agama, suku bangsa, dan status sosial serta cara

yang tidak boleh dihilangkan yaitu memberikan sapaan dan senyum jika

kita bertemu dengan teman kita.

e. Terhadap orang yang Lebih Muda

Sebagai orang yang lebih tua, tidaklah kita berbuat seenaknya

terhadap orang yang lebih muda. Justru kita harus melindungi dan

Page 34: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

23

membimbingnya. Berilah petunjuk dan saran yang baik kepada orang

yang lebih muda. Serta tidak memperlihatkan perangai yang buruk

kepada orang yang lebih muda dari kita, karena dikhawatirkan mereka

akan mencontoh dan mengikutinya.

Prof. Dr. Rosihon Anwar dalam bukunya yang berjudul Akhlak Tasawuf,

membagi secara singkat mengenai akhlak terhadap sesama manusia. Pembagian

tersebut terdiri dari 3 golongan, yaitu:22

1. Akhlak terhadap Diri Sendiri

Menurutnya, akhlak terhadap diri sendiri sangat penting dimiliki, yaitu

berbagai akhlak terpuji seperti diantaranya : Sabar, Syukur, Menunaikan

amanah, Benar atau jujur, Menepati janji, dan Memelihara kesucian diri.

2. Akhlak terhadap Keluarga

Sikap Berakhlak kepada keluarga meliputi dua aspek penting, yaitu

berbakti kepada orang tua, dan bersikap baik dengan saudara. Berbakti

kepada orang tua merupakan faktor diterimanya doa seseorang, juga

merupakan amal saleh yang paling utama yang dilakukan oleh seorang

muslim. Banyak ayat-ayat Alqur’an ataupun hadits yang menjelaskan

keutamaan berbuat baik kepada kedua orang tua. Allah sering

menghubungkan beribadah kepada-Nya dengan berbuat baik kepada

orangtua menunjukkan betapa mulianya kedudukan orangtua dan birrul

walidain (berbuat baik kepada kedua orangtua) disisi Allah SWT. Seperti

dalam firman-Nya :

نسان بوالديه حلته أمه وهنا على وهن وفصاله ف عامين أن اشكر ل نا ال ووصي ك إل المصير ولوالدي

“Dan Kami Perintahkan Kepada Manusia (agar berbuat baik)

kepada kedua orangtuanya, ibunya telah mengandungnya dalam

keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam

usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada orangtuamu.

Hanya kepada Aku kembalimu.” (Q.S Luqman : 14)

22 Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 96.

Page 35: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

24

Agama Islam memerintahkan untuk berbuat baik kepada sanak

saudara atau kaum kerabat sesudah menunaikan kewajiban kepada Allah,

dan ibu bapak. Hidup rukun dan damai dengan saudara dapat tercapai

apabila hubungan tetap terjalin dengan saling pengertian, tolong

menolong serta saling menghargai dan saling berbuat baik.

3. Akhlak terhadap Masyarakat

Masyarakat yang dimaksud adalah tetangga dan orang lain. Tetangga

adalah orang yang terdekat dengan kita. Dekat bukan karena pertalian

darah atau pertalian persaudaraan. Bahkan, mungkin tidak seagama dengan

kita. Dekat disini adalah orang yang tinggal berdekatan dengan rumah kita.

Para ulama membagi tetangga menjadi tiga macam. Pertama, tetangga

muslim yang masih mempunyai hubungan kekeluargaan, tetangga

semacam ini mempunyai tiga hak, yaitu sebagai tetangga, hak Islam, dan

hak kekerabatan. Kedua, tetangga muslim saja, tetapi bukan kerabat.

Tetangga semacam ini mempunyai dua hak, yaitu sebagai tetangga dan

hak Islam. Ketiga, tetangga kafir walaupun kerabat. Tetangga semacam ini

mempunyai satu hak, yaitu hak tetangga saja.

Dasar-dasar perintah berbuat baik kepada tetangga adalah sebagai

berikut:

Allah SWT. Berfirman :

ئا وبلوالدين إحسان وبذي القرب والي تامى واعبدوا الل ول تشركوا به شي بيل والمساكين والار ذي القرب والار النب والصاحب بلنب وابن الس

ل يب من كان مت ال فخوراوما ملكت أيانكم إن الل “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-

Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-

bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga

yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan

hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang

yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (Q.S. An- Nisa : 36)

Selain tetangga, masyarakat di sini termasuk juga orang lain, orang

mukmin apabila melihat orang lain tertimpa kesusahan akan tergerak

hatinya untuk menolong mereka sesuai dengan kemampuannya. Apabila

Page 36: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

25

tidak ada bantuan berupa benda kita dapat membantu orang tersebut

dengan nasihat atau kata-kata yang dapat menghibur hatinya. Bahkan,

sewaktu-waktu bantuan jasa lebih diharapkan daripada bantuan-bantuan

lainnya.

3. Akhlak terhadap Lingkungan

Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang

disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda

tak bernyawa.

Manusia tidak mungkin bertahan hidup tanpa adanya dukungan

lingkungan alam yang sesuai, serasi seperti yang dibutuhkan. Untuk itulah

harus mematuhi aturan dan norma demi menjaga kelestarian dan keserasian

hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya. Terlebih hewan dan

tumbuhan adalah ciptaan Tuhan, oleh karena itu kita wajib melestarikan,

dengan cara tidak merusaknya karena keduanya memberikan manfaat

kepada kita.

Binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa semuanya

diciptakan oleh Allah SWT, dan menjadi milik-Nya, serta semuanya

memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan seorang

muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah umat Tuhan yang harus

diperlakukan secara wajar dan baik.

Berkenaan dengan ini dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 38

ditegaskan bahwa binatang melata dan burung-burung pun adalah umat

seperti manusia juga , sehingga semuanya seperti ditulis al Qurthubi dalam

tafsirnya “tidak diperlakukan secara aniaya”

Jangankan dalam masa damai, dalam saat peperangan pun terdapat

petunjuk Al-Qur’an yang melarang melakukan penganiayaan. Jangankan

terhadap manusia dan binatang, bahkan mencabut atau menebang

pepohonan pun terlarang, kecuali kalau terpaksa tetapi itu pun harus seizin

Allah, dalam arti harus sejalan dengan tujuan-tujuan penciptaan dan demi

kemaslahatan terbesar. Allah berfirman:

Page 37: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

26

وليخاي الفاسقين ما قطعتم من لينة أو ت ركتموها قائمة على أصولا فبإذن الل “Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang

kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka

(semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak

memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik” (Q.S. al-Hasyr : 5)

Uraian tersebut di atas memperlihatkan bahwa pembahasan budi pekerti

atau akhlak sangatlah komprehensif, menyeluruh, mencakup berbagai

makhluk ciptaan Allah SWT, tidak hanya berbicara tentang hubungan

dengan Tuhan dan antar sesama manusia saja, melainkan berbicara pula

tentang hubungan manusia dengan binatang, tumbuh-tumbuhan, dan

makhluk yang tidak bernyawa sekalipun.

C. Metode Pendidikan Budi Pekerti

Terciptanya budi pekerti luhur merupakan harapan besar dari setiap pendidik

maupun orang tua peserta didik. tetapi pembentukan dan pembinaan akhlak atau

budi pekerti merupakan tugas dan tanggung jawab yang sangat besar bagi setiap

pendidik. untuk membentuk dan membina budi pekerti yang baik itu diperlukan

adanya metode yang efektif agar tujuan pendidikan yaitu terbentuknya budi

pekerti luhur itu dapat tercapai.

Kata metode berasal dari bahasa Yunani yang secara bahasa kata ini berasal

dari dua kata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui, dan Hodos berarti jalan

atau cara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode diartikan sebagai cara

teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai

dengan yang dikehendaki atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan

pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Sedangkan

dalam bahasa Arab, metode dikenal dengan istilah thariqoh yang berarti langkah-

langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.23

Secara terminologi atau istilah, Muhammad Athiyah Al-Abrasyi

mendefinisikan metode sebagai jalan yang digunakaan pendidik dalam upaya

memberi pemahaman kepada peserta didik dalam segala macam pelajaran baik

23 Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam- Fakta Teoritis-Filosofis & Aplikatif-Normatif, (Jakarta:

Amzah, 2013), Cet. I, h. 138.

Page 38: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

27

ketika pendidik sudah di dalam kelas maupun sebelum memasuki kelas.

Abdurrahim Ghunaimah menyebut metode sebagai cara yang diikuti oleh guru

untuk menyampaikan sesuatu kepada anak didik. Sedangkan Edgar Bruce Wesley

mendefinisikan metode sebagai kegiatan terarah bagi guru yang menyebabkan

terjadinya proses belajar mengajar yang berkesan.24

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa metode dalam konteks

pembelajaran merupakan strategi atau cara yang digunakan pendidik dalam proses

pembelajaran yang bertujuan memperoleh pemahaman peserta didik.

Mengenai metode pembinaan akhlak atau budi pekerti menurut M. Athiyah

Al Abrasyi dalam bukunya “Dasar-Dasar Pokok pendidikan Islam” menyatakan

metode yang paling tepat untuk menanamkan akhlak atau budi pekerti ada 3

macam yaitu:25

1. Pendidikan secara langsung, yaitu dengan cara mempergunakan petunjuk,

tuntunan, nasihat, menyebutkan manfaat dan bahaya-bahayanya sesuatu

dimana pada murid dijelaskan hal-hal yang bermanfaat dan yang tidak,

menentukan kepada amal-amal baik, mendorong mereka berbudi pekerti

yang tinggi dan menghindari hal-hal tercela. Untuk pendidikan moral ini

sering dipergunakan sajak-sajak, syair-syair maupun kata mutiara yang

terdapat dalam buku-buku islam dalam bidang sastra. Cara-cara ini sudah

banyak ditirukan oleh orang-orang barat dalam mengajarkan pendidikan

budi pekerti kepada bangsanya. Diantara kata-kata yang berhikmah yang

berisi wasiat-wasiat yang baik adalah “ Sopan santun adalah warisan yang

terbaik dan budi pekerti yang baik adalah teman yang sejati”.

2. Pendidikan akhlak secara tidak langsung, yaitu dengan jalan sugesti seperti

mendiktekan sajak-sajak yang mengandung hikmat kepada anak-anak

memberikan nasihat-nasihat dan berita-berita berharga, mencegah mereka

membaca sajak-sajak yang kosong termasuk yang menggugah soal-soal

cinta dan pelakon-pelakonnya. Tidaklah mengherankan, karena ahli-ahli

pendidik dalam Islam yakin akan pengaruh kata-kata berhikmat, nasihat-

24 Ibid,. h. 139.

25 Mohd. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pendidikan Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bulan

Bintang, 1969), h. 111-113.

Page 39: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

28

nasihat dan kisah-kisah nyata itu dalam pendidikan akhlak anak-anak.

Karena kata-kata mutiara itu dapat dianggap sebagai sugesti dari luar.

Didalam ilmu jiwa (psikologi) kita buktikan bahwa sajak-sajak itu sangat

berpengaruh dalam pendidikan anak-anak, mereka membenarkan apa yang

didengarnya dan mempercayai sekali apa yang mereka baca dalam buku-

buku pelajarannya. Sajak-sajak, kata-kata berhikmat dan wasiat-wasiat

tentang budi pekerti itu sangat berpengaruh terhadap mereka. Juga seorang

guru dapat menyugestikan kepada anak-anak beberapa contoh pekerjaan,

adil dalam menimbang begitu pula sifat suka terus terang, berani dan ikhlas.

3. Mengambil manfaat dari kecenderungan dan pembawaan anak-anak-anak

dalam rangka pendidikan akhlak. Sebagai contoh mereka memiliki

kesenangan meniru ucapan-ucapan, perbuatan-perbuatan, gerak-gerik orang-

orang yang berhubungan erat dengan mereka. oleh karena itu maka filosof-

filosof islam mengharapkan dari setiap guru supaya mereka itu berhias

dengan akhlak yang baik, mulia dan menghindari setiap yang tercela.

Menurut Paul Suparno, dkk. yang dikutip oleh Nurul Zuriah dijelaskan

mengenai metode-metode yang digunakan untuk pendidikan budi pekerti secara

rinci sebagai berikut :

1. Metode Demokratis

Metode ini dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai diantaranya

keterbukaan, kejujuran, menghargai pendapat orang lain, sportivitas, rendah

hati, dan toleransi. Metode ini menekankan pencarian bebas dan

penghayatan nilai-nilai hidup dengan cara memberikan kebabsan anak untuk

memberikan tanggapan, pendapat, terhadap nilai-nilai yang ditemukan.

Guru tidak bersikap sebagai pemberi informasi tunggal melainkan guru

sebagai penjaga garis atau koridor dalam penemuan hidup tersebut.

2. Metode Pencarian Bersama

Metode ini menekankan pada pencarian bersama yang melibatkan

siswa dan guru. Dengan cara siswa diminta mencari dan menemukan tema

yang sedang berkembang dan menjadi perhatian bersama yang aktual yang

Page 40: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

29

sedang terjadi di lingkungan masyarakat kemudian mendiskusikannya

bersama dengan guru.

Dengan metode ini diharapkan peserta didik dapat mengambil nilai-

nilai yang ada dan menerapkannya dalam kehidupan mereka. Di lain sisi

anak menjadi pribadi yang berpikir kritis, analitis, sistematis, argumentatif

dan tidak gampang mengambil kesimpulan dari suatu permasalahan.

3. Metode Siswa Aktif

Metode siswa aktif ini menekankan pada proses yang melibatkan anak

sejak awal pembelajaran. Dengan cara guru memberikan pokok bahasan

kemudian peserta didik diminta mengembangkan proses selanjutnya berupa

pengamatan, pembahasan analisis, hingga penyimpulan atas kegiatan yang

dilakukan. Metode ini ingin mendorong anak untuk mempunyai kreativitas,

ketelitian, kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, kerja sama, kejujuran, dan

daya juang.

4. Metode Keteladanan

Ada pepatah yang mengatakan “guru kencing berdiri, murid kencing

berlari”. Apa yang dilakukan oleh guru atau orang tua akan ditiru oleh anak

didiknya. Sehingga diharapkan seorang pendidik dapat menunjukan budi

pekerti yang baik kepada anak didiknya baik dari segi perkataan maupun

perbuatan. Sehingga nantinya tercipta pendidik sebagai teladan yang baik

dan peserta didik yang berbudi pekerti luhur.26

Metode keteladan adalah memberikan teladan atau contoh yang baik

kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini secara

sederhana merupakan cara memberikan contoh teladan yang baik, tidak

hanya memberi di dalam kelas, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan begitu peserta didik tidak segan-segan meniru dan mencontohnya,

seperti sholat berjamaah, kerja sosial, dan partisipasi kegiatan masyarakat.27

Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh

dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk moral,

26 Zuriah, op. cit., h. 91-94.

27 Sri Minarti. op.cit., h. 142.

Page 41: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

30

spiritual, dan etos sosial anak. Hal ini karena pendidik adalah figur terbaik

dalam pandangan anak yang tindak-tanduk dan sopan-santunnya disadari

atau tidak akan ditiru seorang anak.

Masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam menentukan baik

buruknya anak. Karena jika seorang anak mendengar dari orangtuanya atau

pendidik nya kata-kata yang kotor, kasar dan tercela, maka tidak diragukan

lagi ia akan meniru dan mengulangi ucapan-ucapan negatif tersebut, hal ini

berlaku bukan hanya dari ucapan melainkan juga dari segala sikap dan

tindakan yang nantinya akan ditiru oleh seorang anak.28 Dengan demikian

jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan

menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama,

maka si anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia,

berani dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan

dengan agama.

Allah SWT. Juga telah mengajarkan bahwa Rasulullah diutus untuk

menyampaikan risalah samawi kepada umat manusia, dan Rosulullah

merupakan peletak metode samawi yang tiada taranya karena memiliki

sifat-sifat yang luhur, baik spiritual, moral maupun intelektual. Sehingga

umat manusia meneladaninya, belajar darinya, memenuhi panggilannya,

menggunakan metodenya dalam hal kemuliaan, keutamaan dan akhlak yang

terpuji. Allah menyebutkan dalam al-Qur’an yaitu :

والي و كثيرالقد كان لكم ف رسول الل أسوة حسنة لمن كان ي رجو الل م الخر وذكر الل “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah

dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Q.S al-

Ahzab [33] : 21)

Dari uraian di atas, salah satu cara yang dinilai ampuh dalam

pembinaan akhlak adalah keteladan, sehingga sebagai seorang pendidik

diwajibkan mengikuti teladan Rasulullah yang sudah jelas sebagai panutan

28 Abdullah Nasihin Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam, Pemeliharaan Kesehatan Jiwa

Anak , Terj. dari Tarbiyatul Aulad Fil Islam oleh Khalilullah Ahmas Masykur Hakim, (Jakarta:

Remaja Rosydakarya, 1990), h.181-182.

Page 42: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

31

dan menjadikan dirinya sebagai teladan bagi muridnya. Karena seorang

pelajar akan selalu mengikuti dan meniru apa yang dilakukan pendidiknya,

baik yang baik maupun yang tidak baik. Maka dari itu seorang pendidik

diharapkan tidak menampakkan sisi kurang baiknya di hadapan pelajarnya

karena takut ditiru dan dicontoh tentang sikapnya tersebut.

5. Metode Live In

Metode Live In dimaksudkan agar peserta didik mempunyai

pengalaman hidup bersama orang lain langsung dalam situasi yang sangat

berbeda dari kehidupan sehari-harinya. Metode ini dapat dilakukan secara

periodik tidak harus berhari-hari secara berturut-turut dilaksanakan.

Misalnya anak diajak berkunjung dan membantu di suatu panti asuhan anak-

anak cacat. Selanjutnya diajak terlibat untuk melaksanakan tugas-tugas

harian yang mungkin dijalankannya, tidak membutuhkan keahlian khusus,

dan tidak berbahaya untuk kedua belah pihak. Dengan cara ini anak diajak

untuk mensyukuri hidupnya jauh lebih baik dari orang yang dilayani.

Dimana peserta didik tadi lebih baik dari segi fisik maupun kemampuan

dibanding anak-anak di panti asuhan tersebut.

6. Metode Penjernihan Nilai

Latar belakang kehidupan manusia membawa perbedaan dalam

pemahaman dan penerapan nilai-nilai hidup. Untuk itulah perlu dibutuhkan

proses penjernihan nilai dengan cara dialog afektif dalam bentuk sharing

ataupun diskusi yang mendalam dan intensif, hal ini digunakan untuk

memberikan arahan kepada peserta didik tentang perbedaan nilai-nilai

kehidupan.29

7. Pendidikan dengan Pembiasaan

Metode pembiasaan adalah membiasakan anak untuk melakukan

sesuatu yang baik sejak ia kecil yang dilakukan secara berulang-ulang

hingga menjadi kebiasaan. Pada peserta didik misalnya peserta didik

dibiasakan melakukan hal kebaikan hari ini, dan keesokan harinya juga

peserta didik tersebut melakukan hal yang sama dan seterusnya. Metode ini

29 Zuriah, op. cit., h. 91-95.

Page 43: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

32

akan semakin nyata manfaatnya jika didasarkan pada pengalaman. Artinya

peserta didik dibiasakan untuk melakukan hal-hal yang bersifat terpuji

seperti membiasakan mengucap salam sebelum memasuki ruangan kelas..30

Membiasakan dengan mencium tangan kedua orangtua ketika hendak

berangkat dan pulang sekolah merupakan contoh nyata metode pembiasaan

ini. Dari kebiasaan ini akan membentuk akhlak yang baik sehingga seorang

anak mempunyai budi pekerti dan sopan santun terhadap kedua

orangtuanya.

Seperti kata pepatah yang mengatakan “Bisa karena Biasa, Biasa

karena Dipaksa”. Menjelaskan bahwa segala sesuatu akan tercipta dari

suatu proses pembiasaan, walaupun kerapkali pembiasaan itu berawal dari

suatu paksaan. Maka dari itu untuk menumbuhkan budi pekerti yang baik

pada pribadi seseorang perlunya suatu tindakan positif yang dilakukan

secara berulang-ulang agar tertanam budi pekerti yang baik pada diri

seseorang tersebut.

8. Pendidikan dengan Nasihat

Metode lain yang penting dalam pendidikan, pembentukan keimanan,

mempersiapkan moral, spiritual, dan sosial anak, adalah pendidikan dengan

pemberian nasihat. Sebab nasihat itu bisa membukakan mata-anak tentang

hakikat sesuatu dan mendorongnya menuju situasi luhur, menghiasinya

dengan akhlak mulia, serta membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam. 31

Allah menjelaskan tentang pemberian nasihat ini dalam firman-Nya :

إن أحسن هي بلت وجادلم السنة والموعظة بلكمة ربك سبيل إل ادع بلمهتدين أعلم وهو سبيله عن ضل بن أعلم هو ربك

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa

30 Sri Minarti, op.cit., h. 143.

31 Abdullah Nasihin Ulwan, op.cit., h. 66.

Page 44: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

33

yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-

orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S an-Nahl : 125)

Di dalam jiwa seseorang terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh

kata-kata yang didengar. Pembawaan itu biasanya tidak tetap, dan oleh

karena itu kata-kata harus diulang-ulangi. Namun nasihat saja tidaklah

cukup bila tidak dibarengi dengan teladan dan perantara yang

memungkinkan teladan itu diikuti dan diteladani. Bila tersedia teladan yang

baik, maka nasihat akan sangat berpengaruh di dalam jiwa, dan akan

menjadi suatu sangat besar dalam pendidikan rohani.32

Nasihat sangat erat kaitannya dengan keteladan. Teladan yang baik juga

kadang-kadang belum bisa menjadikan orang menjadi baik. Maka dari itu

nasihat diperlukan sebagai metode lain. Sebagai contoh ada seorang

pendidik yang berakhlak mulia, selalu menampakkan sifatnya yang baik,

mulai dari jujur, bersikap lemah lembut, sopan dan sebagainya yang

menjadikan dirinya pantas untuk ditiru oleh anak didiknya , namun

kenyataannya anak didiknya tidak bersikap demikian, dirinya malah sering

berbohong, bersikap kasar dan sebagainya. Maka dari itu disini nasihat

diperlukan sebagai cara lain yang dilakukan oleh pendidik. Yaitu dengan

terus menerus memberikan nasihat dengan lemah lembut namun membekas

agar peserta kembali bersikap baik dan berakhlak mulia.

9. Pendidikan dengan Pemberian Hukuman

Pendidikan yang lembut memang seringkali membuahkan hasil yang

baik, peserta didik menjadi pribadi yang lembut dan maksud penyampaian

pun diterima dengan baik. Namun pendidikan terlalu lembut terkadang

malah membuat pengaruh jelek bagi peserta didik mulai dari bersikap

semaunya sendiri, tidak sopan santun dan lain sebagainya. Maka dari itu

bila nasihat dan keteladanan tidak mampu mengatasi persoalan tersebut,

diperlukan suatu metode yang lebih tegas dalam pembentukan akhlak yaitu

pemberian hukuman.

32 Salman Harun, Sistem Pendidikan Islam Muhammad Quthb, (Bandung: Al Maarif, 1988),

Cet. II, h. 334.

Page 45: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

34

Hukuman sesungguhnya tidaklah mutlak diperlukan, ada orang-orang

baginya teladan dan nasihat saja sudah cukup, tidak perlu lagi adanya

hukuman dalam hidupnya. Namun manusia semuanya tidaklah sama, Di

antara mereka ada yang perlu dikerasi sekali-kali. namun hukuman bukan

pula tindakan yang pertama kali terbayang oleh seorang pendidik, dan tidak

pula cara yang didahulukan.33

Selain hukuman terdapat pula bentuk lain yang lebih lembut itu, yaitu

berupa ancaman hukuman pada suatu waktu. Allah SW Berfirman :

ن يا والخرة عذاب أليما ف الد ب هم الل وإن ي ت ولوا ي عذ “Dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka

dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat” (Q.S al-Taubah : 74)

Dari pemaparan di atas, hukuman memang diperlukan dalam proses

pembentukan akhlak namun bukan jalan pertama dan satu-satunya.

Melainkan cara terakhir jika berbagai cara yang telah dilakukan tidak

berhasil. Disamping itu mengingat tingkatan seseorang yang berbeda maka

pemberian hukuman juga dirasa tidak bisa disamakan antar satu sama lain.

Seorang anak-anak tidak bisa dihukum dengan hukuman orang dewasa,

seorang perempuan tidak bisa dihukum dengan hukuman untuk laki-laki dan

sebagainya.

Selain itu hukuman yang diberikan tidaklah langsung kepada hukuman

yang berat, melainkan hukuman itu juga harus dimulai dari hukuman yang

lembut dan ringan terlebih dahulu. Seperti memberikan ancaman hukuman

terhadap peserta didik. Sebagai catatan terakhir dalam pemberian hukuman,

sebaik-baik nya hukuman adalah hukuman yang bersifat mendidik yang

mengarah pada perubahan tingkah laku (akhlak) yang baik.

D. Tujuan Pendidikan Budi Pekerti

Suatu pendidikan tidak akan lepas dari adanya suatu tujuan pendidikan.

Tujuan merupakan hasil akhir atau segala sesuatu yang hendak dicapai. Ahli-ahli

33 Ibid., h. 341.

Page 46: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

35

pendidikan telah sependapat bahwa suatu ilmu yang tidak akan membawa kepada

fadhilah dan kesempurnaan tidak selayaknya diberi nama ilmu.

Pendidikan budi pekerti yang terintegritasi dalam sejumlah mata pelajaran

yang relevan dalam dunia persekolahan secara umum bertujuan untuk

memfasilitasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuan, mengkaji dan

menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai, mengembangkan keterampilan

sosial agar akhlak mulia dalam diri siswa dapat tumbuh dan berkembang serta

diwujudkan dalam perilaku sehari-hari, dalam berbagai konteks sosial budaya

yang berbhineka sepanjang hidupnya.34

Secara rinci Nurul Zuriah mengemukakan tujuan pendidikan budi pekerti

adalah sebagai berikut :

1. Siswa memahami nilai-nilai budi pekerti di lingkungan keluarga, lokal,

nasional, dan internasional melalui adat istiadat, hukum, undang-undang,

dan tatanan antarbangsa.

2. Siswa mampu mengembangkan watak dan tabiatnya secara konsisten

dalam mengambil keputusan budi pekerti ditengah-tengah rumitnya

kehidupan masyarakat saat ini.

3. Siswa mampu menghadapi masalah nyata dalam masyarakat secara

rasional bagi pengambilan keputusan yang terbaik setelah melakukan

pertimbangan sesuai dengan norma budi pekerti.

4. Siswa mampu menggunakan pengalaman budi pekerti yang baik bagi

pembentukan kesadaran dan pola perilaku yang berguna dan bertanggung

jawab atas tindakannya.35

Menurut Andewi yang dikutip Abdul Majid dan Dian Andayani, pendidikan

budi pekerti bertujuan sebagai bimbingan/latihan untuk membentuk tingkah laku

yang baik yang merupakan ungkapan/ ekspresi dari nilai-nilai mulia. pendidikan

budi pekerti itu ialah pendidikan yang membentuk perilaku berdasarkan nilai

nilai universal.36 Sedangkan Haidar Putra Daulay berpendapat bahwa tujuan

pendidikan budi pekerti adalah untuk mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku

siswa yang memancarkan akhlak mulia/berbudi luhur. Dengan kata lain dalam

pendidikan budi pekerti nilai-nilai yang ingin dibentuk adalah nilai-nilai akhlak

34 Zuriah, op. cit., h. 64.

35 Ibid., h. 67.

36 Majid, op. cit., h. 14.

Page 47: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

36

yang mulia, yaitu tertanamnya nilai-nilai akhlak yang mulia ke dalam diri peserta

didik yang kemudian terwujud dalam tingkah lakunya.37

Menurut Prof. Dr. Mohd Athiyah Al-Abrasyi, tujuan utama dari pendidikan

Islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan

orang-orang yang bermoral dan tujuan dari pendidikan moral dan akhlak dalam

Islam adalah untuk membentuk orang-orang yang bermoral baik, keras kemauan,

sopan dalam bicara dan perkataan, serta mulia dalam tingkah laku dan perangai,

bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur, dan suci.38

Menurut Cahyoto yang dikutip nurul zuriah mengatakan bahwa tujuan

pendidikan budi pekerti dapat dikembalikan kepada harapan masyarakat terhadap

sekolah yang menghendaki siswa memiliki kemampuan dan kecakapan berpikir,

menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat, dan memiliki kemampuan yang

terpuji sebagai anggota masyarakat.39

Dari pendapat di atas nampak jelas bahwa tujuan dari adanya pendidikan budi

pekerti atau akhlak adalah menciptakan seseorang yang insan kamil yang

memiliki budi pekerti luhur, perilaku yang baik sesuai norma agama dan

masyarakat sehingga orang tersebut dapat memunculkan sikap dan perilaku yang

baik terhadap Allah SWT sebagai penciptanya dan juga terhadap sesama

makhluk.

Para ahli mengatakan bahwa tujuan pendidikan islam termasuk pendidikan

budi pekerti atau akhlak adalah membimbing manusia agar menjadi seseorang

yang bertaqwa kepada Allah, yakni melaksanakan segala perintah-Nya dan

menjauhi larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan ketulusan.40 Tujuan ini

muncul dari hasil pemahaman terhadap ayat Al-Qur’an yaitu :

ن تم مسلمون ت قاته ول توتن إل وأ ي أي ها الذين آمنوا ات قوا الل حق

37 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia,

(Jakarta: Kencana, 2012), Cet. III, h. 198.

38 Mohd. Athiyah Al-Abrasyi, op.cit., h. 109

39 Zuriah, op. cit., h. 65.

40 Abuddin Nata. Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),

h. 166-168.

Page 48: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

37

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-

benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan

dalam keadaan beragama Islam” (Q.S Ali Imron : 102)

Tujuan ini tampaknya didasarkan pada salah satu sifat dasar yang terdapat

dalam diri manusia, yakni sifat dasar yang cenderung menjadi orang yang baik,

yakni kecenderungan untuk melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi

larangan-Nya, di samping kecenderungan untuk menjadi orang yang jahat.

Sejalan dengan pendapat di atas, Prof Abuddin Nata juga mengacu pada

hadits berikut ini :

دانه أو كل مولود ي ولد على الفطرة، حت ي عرب عنه لسانه، ف أو ي نصرانه أب واه ي هوسانه يج

“Tiap orang dilahirkan membawa fitrah, ayah dan ibunyalah yang

menjadikannya yahudi, nasrani dan majusi. (H.R. Bukhari dan Muslim)41 Dari kedua pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan budi

pekerti adalah membentuk seseorang yang berperilaku baik baik dari segi

perkataan maupun perbuatan terhadap sesama makhluk, dan membentuk

seseorang yang semakin bertaqwa kepada Allah SWT sebagai khalik, dengan

selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

E. Hasil Penelitian yang Relevan

Skripsi Moh. Afif Efendi (UIN Sunan Ampel Surabaya, 2017) yaitu: “Konsep

Pendidikan Budi Pekerti Perspektif Hamka.” Menyimpulkan bahwa budi pekerti

ialah suatu persediaan yang telah ada dalam batin. Kalau persediaan itu

menimbulkan perangai yang terpuji, itulah yang dinamakan budi pekerti yang

baik. Tetapi, kalau tumbuh perangai yang tercela maka dinamakan dengan budi

pekerti yang jahat. Dan pendidikan sekarang kurang menunjang pendidikan budi

pekerti melainkan mengedepankan aspek kognitif atau hafalan sehingga perlunya

metode penanaman budi pekerti seperti metode keutamaan, metode keteladanan,

dan metode Live In.

41 Muhammad bin Ismail al-Bukhari, al- Jami’u Shahih lil Bukhari, (Kairo: Al-Matba’ah as-

Salafiyyah, 1400 H), Juz I, h. 424.

Page 49: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

38

Skripsi Puji Nur Utami (IAIN Salatiga, 2017) yaitu: “Konsep Pendidikan

Karakter Menurut Ki Hajar Dewantara”, menyimpulkan bahwa dalam konteks

pengajaran budi pekerti atau karakter adalah orang yang senantiasa memikir-

mikirnya, merasa-rasakan dan selalu memakai ukuran, timbangan, dan dasar

yang pasti dan tetap dalam perkataan dan perbuatannya yang terpuji terhadap

sesama dan lingkungannya. Serta pendidikan merupakan daya dan upaya yang

disengaja secara terpadu dalam rangka memerdekakan aspek lahiriah dan batiniah

manusia yang melibatkan 3 pelaksana pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan

masyarakat yang ketiganya disebut “Tri Pusat Pendidikan”

Skripsi Andriana Kusumawati (STAIN Ponorogo, 2015) yaitu : “Konsep

Pendidikan Budi Pekerti Perspektif ki Hadjar Dewantara dan Relevansinya

dengan Pendidikan Akhlak dalam Islam”. Menyimpulkan bahwa pendidikan budi

pekerti adalah memberikan nasihat, materi, anjuran yang dapat mengarahkan anak

pada keinsyafan dan kesadaran akan perbuatan baik sesuai dengan tingkatan

perkembangannya agar terbentuk watak dan kepribadian yang baik sehingga

tercipta kebahagiaan lahir dan batin.

Skripsi Robiatul Adawiyah (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017) yaitu:

“Konsep Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih” menyimpulkan bahwa berbagai

ilmu yang diajarkan janganlah semata-mata karena ilmu itu sendiri, atau tujuan

akademik semata, tetapi lebih kepada tujuan yang hakiki yaitu akhlak yang mulia.

dengan demikian semakin tinggi ilmu seseorang maka diharapkan semakin tinggi

pula akhlaknya. Guru dianggap lebih berperan dalam mendidik kejiwaan peserta

didik sehingga posisi guru sangat penting sehingga guru berkualitas sangat

diperlukan.

Skripsi Fatma Samal (UIN Sunan Kalijaga, 2016) yaitu: “Studi Komparasi

Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Ki Hadjar Dewantara dan Hamka Serta

Implikasinya terhadap Pendidikan Islam”. Menyimpulkan bahwa konsep

pendidikan Akhlak adalah pendidikan Budi Pekerti yaitu kebaikan dari pikiran

dan perbuatan serta keduanya menekankan pendidikan akhlak (budi pekerti) yang

berorientasi pada keluarga dan masyarakat.

Page 50: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian yang berjudul Konsep Pendidikan Budi Pekerti Menurut Ki

Hadjar Dewantara dilakukan di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada 17 November 2017

sampai dengan 20 Agustus 2018.

B. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,

dikembangkan dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada

gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan

mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.1

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, artinya penelitian

ini tidak menggunakan prosedur analisis perhitungan angka (statistik)

dengan maksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll.2

Lincoln dan Guba menyatakan bahwa penelitian Kualitatif disebut

sebagai “Naturalistik Inquiry” yaitu penelitian yang cara pengamatan dan

pengumpulan datanya dilakukan dalam latar/ setting alamiah, artinya tanpa

memanipulasi subjek yang diteliti. Creswell mengelompokkan penelitian

1 Sugiono, metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2014), cet. XXI, h.2. 2 Rexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016), cet.

XXXVIII., h. 6-11.

Page 51: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

40

kaulitatif ke dalam lima pendekatan, yaitu : 1) biografi, 2) fenomenologi, 3)

grounded theory, 4) etnografi, dan 5) studi kasus. 3

Penelitian dalam skripsi ini merupakan jenis penelitian biografi, yaitu

studi tentang individu yang meliputi pemikiran tokoh, gagasan, dan konsep

yang dituliskan kembali dengan mengumpulkan dokumen, arsip, dalil, atau

hukum yang berhubungan dengan masalah penelitian. Denzin

menambahkan sebagaimana yang dikutip oleh Emzir mendefinisikan

pendekatan biografi sebagai “studies used and collection of life document

that describe turningpoint moment an individual’s life”. Pendekatan

biografi menggunakan bahan kajian dan koleksi dokumentasi dari/tentang

kehidupannya untuk mendeskripsikan (menggambarkan) suatu peristiwa

atau pemikiran dalam kehidupan tokoh tersebut.4

Dalam memperoleh data, fakta, dan informasi yang terkait untuk

melengkapi dan menjelaskan permasalahan dalam penulisan skripsi ini,

penulis menggunakan metode deskriptif dimana data yang dikumpulkan

berupa kata-kata bukan angka yang diperoleh melalui penelitian

kepustakaan atau library research. Penelitian library research yakni

mengumpulkan, menelaah dan mengkaji data atau karya tulis ilmiah yang

bertujuan dengan objek penelitian atau pengumpulan data yang bersifat

kepustakaan.5

2. Sumber Data Penelitian

Untuk mendapatkan data yang valid, maka diperlukan sumber data

penelitian yang valid pula. Dilihat dari sumber datanya, maka penelitian ini

menggunakan data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah

data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti. Dalam hal ini, karya-

karya Ki Hadjar Dewantara baik berupa buku maupun jurnal.

3 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, (Jakarta:

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015). h. 61-62. 4 Emzir, Analisis Data: Metodologi penelitian Kualitatif (Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 26. 5 Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h.60-

61.

Page 52: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

41

Sedangkan data sekunder merupakan data-data yang mendukung data

primer, yaitu buku-buku dan literatur yang relevan dengan penelitian ini.

Data sekunder yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah buku,

jurnal dan sumber literatur lainnya yang mengkaji tentang pemikiran Ki

Hadjar Dewantara mengenai pendidikan Budi Pekerti.

a. Sumber Primer yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah :

1) Bagian Pertama Pendidikan karya Ki Hadjar Dewantara.

2) Bagian Kedua Kebudayaan karya Ki Hadjar Dewantara.

3) Menuju Manusia Merdeka Karya Ki Hadjar Dewantara

b. Sumber Sekunder yang dipakai penulis dalam penelitian ini diantaranya

: Ki Hadjar Dewantara Biografi Singkat 1889-1959 karya Suparto

Rahardjo (2010), Ki Hadjar Dewantara karya Darsiti Soeratman

(1985), Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara karya Bartolomeus

Samho (2013), dan sumber yang ditulis oleh penulis lain yang berkaitan

dengan pembahasan.

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan, dalam hal ini akan selalu ada hubungan

antara teknik pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin

dipecahkan. Pengumpulan data tidak lain adalah suatu proses penyediaan

data untuk keperluan penelitian.

Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi yang

mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini,maka

peneliti menggunakan metode penelitian studi dokumentasi, yaitu

mengumpulkan data, fakta dan informasi berupa literatur-literatur dengan

bantuan bermacam-macam materi yang terdapat di ruangan perpustakaan.6

Metode dokumentasi ini merupakan sumber non manusia, sumber ini

adalah sumber yang sangat bermanfaat sebab telah tersedia sehingga akan

6 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2008), h. 329.

Page 53: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

42

relatif murah pengeluaran biaya untuk memperolehnya, dokumentasi ini

juga merupakan sumber yang stabil dan akurat sebagai cermin

situasi/kondisi yang sebenarnya serta dapat dianalisis secara berulang-ulang

dengan tidak mengalami perubahan.7

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan mempelajari literatur

yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dengan mengumpulkan data-

data melalui bahan bacaan (text book) yang bersumber pada buku-buku

primer, sekunder.

2. Teknik Pengolahan Data

Untuk mendapatkan data yang valid, maka dari literature-literatur baik

primer maupun sekunder dikelola secara sistematis dalam bentuk

dokumentasi yang setidaknya dapat memberikan informasi penting tentang

pendidikan budi pekerti menurut Ki Hadjar Dewantara. Setelah data-data

diperoleh, peneliti mengolah data-data tersebut kemudian didapat suatu

kesimpulan.

Secara sederhana pada langkah ini dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu: pertama, dengan cara induktif yang merupakan suatu pola berpikir

yang menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang

bersifat individual. Pola induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-

pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam

menyusun argumentasi dan diakhiri dengan penyimpulan yang bersifat

umum. Kedua, dengan cara deduktif yang merupakan pola berpikir yang

bertitik tolak pada pernyataan yang bersifat umum, dan menarik kesimpulan

yang bersifat khusus.8

Dari kedua macam teknik data di atas, penulis dalam penelitian ini

menggunakan teknik pola pikir deduktif, yaitu dengan cara berangkat dari

pernyataan umum mengenai konsep pendidikan budi pekerti menurut Ki

Hadjar Dewantara, kemudian menyusun dan mengumpulkan data yang

7 Tim Penyusun, op.cit., h. 67. 8 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2012)

Cet. 4, h. 38-40.

Page 54: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

43

bersifat khusus yang berkenaan dengan konsep pendidikan budi pekerti

menurut Ki Hadjar Dewantara

D. Analisis Data

Menurut Kerlinger, yang dikutip oleh Prof, Drs. H. Moh. Kasiram,

Analisis data dilakukan dengan tujuan untuk meringkas data dalam bentuk

yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan, sehingga hubungan antar

problem penelitian dapat dipelajari dan diuji.9

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian

dan selama proses penelitian tersebut dilaksanakan. Data diperoleh dan

dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Reliabilitas penelitian kualitatif

pada penelitian ini juga dipengaruhi oleh pendekatan analisis konsep. Analisis

konsep merupakan suatu analisis tentang istilah (kata-kata) yang mewakili

konsep atau gagasan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data (content

analysis) dalam bentuk deskriptif, yaitu berupa catatan informasi faktual yang

menggambarkan segala sesuatu apa adanya dan mencakup penggambaran

secara rinci dan akurat terhadap berbagai dimensi yang terkait dengan semua

aspek yang diteliti.10 Maka, di sini penulis menggambarkan permasalahan yang

dibahas dengan mengambil materi-materi yang relevan dengan permasalahan

yang dikaji, kemudian dianalisis dan dipadukan menjadi satu kesimpulan yang

utuh.

9 Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 128. 10 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu

Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, cet. III, 2009), h.159.

Page 55: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN TENTANG BUDI

PEKERTI MENURUT KI HADJAR DEWANTARA

A. Biografi Ki Hadjar Dewantara

1. Riwayat Hidup Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara terlahir dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat

pada tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Ia berasal dari lingkungan keluarga

keraton, tepatnya putra Pakualam Yogyakarta dan merupakan cucu dari Sri

Pakualam III. Raden Mas merupakan gelar bagi bangsawan Jawa yang otomatis

melekat pada seorang laki-laki keturunan ningrat mulai dari keturunan kedua

hingga ketujuh dari raja maupun pemimpin yang terdekat yang pernah memegang

pemerintahan. Gelar ini biasanya dipakai oleh semua kerajaan di Jawa pewaris

Mataram. Sedangkan ayahnya bernama K.P.H. Suryaningrat dan ibunya bernama

Raden Ayu Sandiyah yang merupakan buyut dari Nyi Ageng Serang yaitu seorang

keturunan dari Sunan Kalijaga.1

Ayah Ki Hadjar Dewantara merupakan orang yang taat menjalankan agama

Islam dan memiliki berpengetahuan yang luas serta memiliki jiwa yang humoris.

Ayahnya pernah memberi Paraban atau nama julukan kepada Ki Hadjar

Dewantara sewaktu kecil dengan sebutan “Jemblung” karena kondisi Ki Hadjar

Dewantara sewaktu bayi itu sangat kecil, berperut buncit dan ringkih. Namun

pemilik pondok pesantren di Prambanan yaitu Kyai Haji Soleman mengusulkan

kepada ayahnya untuk menambahkan nama “Trunogati” di belakang “Jemblung”,

sehingga lengkapnya menjadi “Jemblung Trunogati.” Jadi ketika kecil Ki Hadjar

Dewantara sering dipanggil dengan sebutan “Raden Mas Jemblung Trunogati.”2

1 Suparto Raharjo, Ki HadjarDewantara Biografi Singkat 1889-1959, (Yogyakarta:Garasi

House Of Book, 2014), cet. 2, h.9. 2 Haidar Musyafa, Sang Guru, Novel Biografi Ki HadjarDewantara, Kehidupan, Pemikiran,

dan Perjuangan Pendiri Tamansiswa (18889-1959), (Jakarta: Imania, 2015), h. 32-33.

Page 56: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

45

Ki Hadjar Dewantara hidup di dalam keluarga yang tekun dalam hal sastra

serta lingkungan yang religius. Ini terlihat dari adanya langgar dan masjid di dekat

rumahnya yang berguna dalam mempertebal keyakinan agamanya. Setiap hari

jum’at ayahnya menjalankan sholat di masjid bersama ulama-ulama lain. Dari

seorang ayah yang tingkat keagamaannya tinggi inilah, beliau menerima ajaran

agama islam. Ayahnya berpegang pada ajaran yang menyatakan bahwa “syariat

tanpa hakikat adalah kosong”, dan “Hakikat tanpa syariat adalah batal.” Selain

ajaran agama Islam, Ki Hadjar Dewantara juga mendapat pelajaran berupa ajaran

lama yang dipengaruhi oleh filsafat Hindu yang tersirat dalam cerita wayang.

Pengaruh Hindu ini terlihat dari wayang yang dibuat oleh Ki Hadjar Dewantara

berbentuk manusia serta cerita-cerita yang dibawakan diambil dari kisah

Ramayana dan kisah-kisah Hindu lainnya. Hal ini menjadikan Tokoh Pendidikan

bernama Dr Tagore menganggap bahwa Ki Hadjar Dewantara adalah orang Jawa

yang lebih pandai mewujudkan cerita Hindu dibandingkan dengan orang Hindu

itu sendiri.3 Selain pelajaran ajaran lama, pelajaran seni dan sastra, gending dan

seni suara juga diberikan secara mendalam oleh ayahnya. Oleh sebab itu, Ki

Hadjar Dewantara tumbuh menjadi pribadi yang berjiwa religius yang sangat

mahir dalam bidang sastra karena seperti yang dijelaskan di atas bahwa sejak kecil

Ki Hadjar Dewantara telah dididik dalam suasana religius dan dilatih untuk

mendalami soal-soal sastra tersebut. 4

Dari latar belakang keluarga yang diuraikan di atas, dapat dipahami bahwa Ki

Hadjar Dewantara merupakan seorang sastrawan sekaligus orang yang religius

yang taat dalam menjalankan perintah agamanya. Kemahirannya tersebut

terbentuk dari sosok ayahnya yang juga sastrawan dan religius serta lingkungan

yang mendukung dalam pembentukan jiwa religiusnya karena terdapat banyaknya

tempat beribadah dan ulama-ulama yang dapat dijadikan panutan dalam

memperdalam ilmu agama Islam.

3 Ki Hadjar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan

Tamansiswa, 2011), Cet. IV, h. 133. 4 Darsiti Soeratman. Ki HadjarDewantara, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

1985), h.9.

Page 57: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

46

Suwardi Suryaningrat menikah dengan Raden Ayu Sutartinah Sasraningrat

pada 1907. Ia adalah cucu dari Sri Paku Alam III dan merupakan sepupu Suwardi

sendiri. Kelak Sutartinah dikenal sebagai Nyi Hajar Dewantara. Ketika genap

berusia 40 tahun, menurut hitungan tahun Saka, ia berganti nama menjadi Ki

Hajar Dewantara. Nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat ditinggalkan pada 23

Februari 1928. Nama Ki Hajar Dewantara ditemukan dalam rangkaian-rangkaian

diskusi yang sering diikutinya. Suwardi diakui oleh teman-temannya sebagai

orang yang paling mahir dalam tema pendidikan, keguruan, dan pengajaran.

Pergantian nama ini berawal dari Raden Mas Sutatmo Suryakusumo yang

merupakan anggota Volksraad dari Budi Utomo yang secara spontan memanggil

Suwardi dengan sebutan Ki Ajar. Dari situlah nama Ki Hadjar ditemukan. Nama

“Ki” sendiri merupakan sebutan untuk orang tua atau guru yang menjadi panutan.

Hal ini mengakibatkan Suwardi tidak menggunakan gelar kebangsawanannya

yang dimaksudkan agar ia dapat dengan bebas dekat dengan rakyat, baik secara

fisik maupun batin.5

Tepat pada tanggal 26 April 1959 pukul 19:30 Ki Hadjar Dewantara wafat di

tempat kediamannya di Yogyakarta. Beliau wafat dalam usia 70 tahun.

Jenazahnya dimakamkan di pekuburan keluarga Tamansiswa yang disebut

“Taman Langgeng” artinya Taman Abadi yang sekarang bernama “Taman Wijaya

Brata”. Ki Hadjar dimakamkan dengan penghormatan secara militer dimana

Panglima Tetorium IB Letkol Soeharto bertindak sebagai inspektur upacara

pemakamannya. Beribu-ribu orang dari berbagai tempat dan daerah datang

menghadiri upacara pemakaman beliau.6

Sejak wafatnya Ki Hadjar Dewantara, Rakyat Indonesia dirasa sangat

kehilangan seorang pemimpin, tokoh kebudayaan, tokoh pendidikan, yang

sederhana, jujur dan berani. Rakyat Indonesia kehilangan seorang bapak yang

memiliki jiwa nasionalis yang tinggi serta orang yang berpengaruh dalam

pendidikan di Indonesia melalui gagasan-gagasan yang dikemukakannya. Untuk

5 Rahardjo, op. cit., h. 18. 6 Sagimun. M.D. Ki HadjarDewantara, (Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1983), Cet. II, h. 50.

Page 58: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

47

mengetahui pendidikan yang dilalui Ki Hadjar Dewantara serta konsep

pendidikan yang diajarkannya, akan diuraikan pada ulasan selanjutnya di bawah

ini.

2. Latar Belakang Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Suwardi mendapatkan pendidikan agama dari Pesantren Kalasan dibawah

asuhan K.H Abdurrahman. Sejak awal, pengasuh pesantren telah melihat adanya

keistimewaan pada sosok Suwardi. Beliaulah yang menjuluki Suwardi sebagai

“Jemblung Trunogati” atau anak mungil berperut buncit, tetapi mampu

menghimpun pengetahuan yang luas.7

Ki Hadjar Dewantara mendapat pendidikan sekolah dasarnya di Sekolah

Dasar Belanda III (Eruopeesche Lagere School). Sekolah ini letaknya di

kampung Bintaran Yogyakarta, tidak jauh dari tempat kediamannya. Di sekolah

itu banyak terdapat anak-anak Ambon dan Indo-Belanda. Seringkali sesudah

sampai di rumah, Suwardi menceritakan pengalamannya. pada waktu itu ia pulang

sekolah dan terpaksa harus berkelahi dengan kawan-kawannya karena mereka

menghinanya.8 ELS menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.

Awalnya, Sekolah Dasar ini hanya terbuka bagi warga Belanda di Hindia

Belanda. Namun sejak 1903, kesempatan belajar juga diberikan kepada orang-

orang pribumi yang mampu dan warga Tionghoa.

Sesudah tamat Sekolah Dasar tersebut, Suwardi meneruskan pendidikannya

di sekolah Kweek School, yaitu Sekolah Guru Belanda yang didirikan oleh

pemerintah Hindia Belanda yang dimaksudkan sebagai persiapan untuk

mendirikan sekolah-sekolah bumi putera, namun Suwardi hanya menjalani

pendidikannya selama satu tahun saja untuk kemudian pindah ke STOVIA yaitu

Sekolah Dokter Bumiputera di Jakarta dimana di sekolah tersebut Suwardi

mendapatkan beasiswa karena disebabkan oleh kecerdasan yang dimiliki Suwardi

serta penguasaan bahasa Belanda yang dinilai sangat baik.

7 Rahardjo, op cit., h.10. 8 Soeratman, op. cit., h.11.

Page 59: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

48

Suwardi masuk di STOVIA dengan bantuan sang kakak, yaitu Surjopranoto

untuk bersekolah selama lima tahun, Namun ia tidak sampai lulus dan terpaksa

keluar. Awalnya Suwardi menderita sakit selama empat bulan yang tentunya

mengganggu proses belajarnya sehingga pada akhirnya dia tidak naik kelas

sehingga beasiswanya dicabut. Namun sebenarnya ada alasan lain dibalik kasus

pencabutan beasiswa tersebut. Penyebabnya lebih bersifat politis. Pencabutan

beasiswa tersebut dilayangkan sesaat setelah Suwardi mendeklamasikan sebuah

sajak dalam sebuah pertemuan. Sajak itu menggambarkan keperwiraan Ali Basah

Sentot Prawirodirdjo, panglima perang andalan Pangeran Diponegoro. Suwardi

dituduh telah membangkitkan semangat memberontak terhadap pemerintahan

kolonial Hindia Belanda.9

Setelah keluar dari STOVIA, Suwardi mengalami masa pembuangan bersama

kedua temannya di Belanda yaitu Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo

disebabkan oleh tulisannya yang berisi kritikan tajam terhadap pemerintah

Belanda. Masa pembuangan di Belanda dilakukannya sesaat ia menikah dengan

Raden Ayu Sutartinah. Masa pembuangan ini dipergunakan oleh Suwardi untuk

mendalami masalah pendidikan dan pengajaran. Artinya pendidikan Suwardi

berlanjut di negeri Belanda ini. Di Belanda pula Suwardi menggagas

kemerdekaan Indonesia melalui pembangunan bidang pendidikan nasional.

Selama di pengasingan, ia memang memperdalam ilmu pendidikan hingga

mendapatkan sertifikat sebagai pendidik (Europeesche Akte), bahkan teori tentang

kontinuitas, konvergensi, konsentrisme telah dipraktikkan oleh Suwardi sejak ia

menuntut ilmu pendidikan di Belanda.10

3. Riwayat Perjuangan Ki Hadjar Dewantara

Sesudah meninggalkan Sekolah Dokter Bumiputera, Suwardi bekerja di

pabrik gula di Bojong Purbalingga. Kemudian pada 1911 pindah ke Yogyakarta

dimana ia bekerja sebagai pembantu apoteker di Rathkamp.11 Namun dunia

9 Rahardjo, op cit., h. 10-12. 10 Ibid., h. 16. 11 Sagimun, op. cit., h. 4.

Page 60: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

49

jurnalistik dirasa Suwardi lebih menarik dan lebih cocok dengan dirinya. Oleh

karena itu ia menjadi jurnalis dan membantu beberapa surat kabar, antara lain:

Sedyotomo (berbahasa Jawa) Midden Java (berbahasa Belanda), De Express

(berbahasa Belanda), Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timur, dan

Poesara. Ia juga menerbitkan koran Goentoer Bergerak dan Hindia Bergerak.

Selain aktif sebagai seorang wartawan muda, Suwardi juga berkiprah dalam

organisasi sosial-politik. Terlihat pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda

organisasi Budi Utomo yang bertugas dalam mensosialiasikan akan pentingnya

persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara sehingga kesadaran

masyarakat akan bangsa nya sendiri dapat terbentuk denga baik.

Karena keaktifan Suwardi dalam dunia jurnalistik di samping segala kegiatan

Suwardi mulai diawasi secara tajam oleh pemerintah Belanda, maka Douwes

Dekker meminta kepada Suwardi untuk pindah ke Bandung. Disana ia diminta

untuk memimpin surat kabar De Expres. Selama di Bandung Suwardi aktif dalam

partai Serikat Islam cabang Bandung. Bahkan pada waktu itu ia menjabat sebagai

ketua Serikat Islam cabang Bandung yang dibantu oleh Abdul Muis yang juga

merupakan bekas pelajar STOVIA dan A.Wignyadisastra yang merupakan

pemimpin redaksi surat kabar Kaoem Moeda di Bandung. 12

Pada tanggal 25 Desember tahun 1912, ia bersama kedua temannya yaitu

Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan Dr. Cipto Mangunkusumo yang

ketiganya dikenal dengan sebutan “Tiga Serangkai” mendirikan partai politik

pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia. Tujuannya tidak lain adalah

mewujudkan Indonesia merdeka. Partai politik yang Suwardi dan kedua temannya

bentuk bernama Indische Partij. Namun dalam usaha mendaftarkan Indische

Partij untuk memperoleh badan hukum pada pemerintah kolonial, Gubernur

Jenderal Alexander Willem Frederik Idenburg berusaha menghalangi kehadiran

partai ini dengan menolak pendaftarannya tersebut pada 11 Maret 1913.

12 Ibid., h. 5.

Page 61: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

50

Menyusul ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische Partij,

Suwardi ikut membentuk Komite Bumi Putera pada November 1913. Komite ini

sekaligus sebagai komite tandingan komite perayaan seratus tahun kemerdekaan

bangsa Belanda. Suwardi lewat Komite Bumi Putera ini mengkritik terhadap

pemerintahan Belanda yang bermaksud merayakan kemerdekaan dengan cara

menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut.

Suwardi mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander

(Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een

(Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisannya tersebut ia muat di

dalam surat kabar de Expres milik Douwes Dekker. Dalam tulisannya tersebut,

antara lain berbunyi :

“Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan

pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas

kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil,

melainkan juga tidak pantas menyuruh si inlander memberikan

sumbangan untuk dana perayaan itu. Pikiran untuk menyelenggarakan

perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula

kantungnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalo aku

seorang Belanda apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan

sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan

ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada

kepentingannya sedikit pun.”13

Akibat tulisan yang berjudul Als Ik Eens Nederlander Was tersebut,

pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jenderal Idenburg menjatuhkan

hukuman tanpa proses pengadilan kepada Suwardi, berupa hukuman internering

(hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal

yang boleh bagi seseorang untuk bertepat tinggal. Hukuman ini dia dapatkan

bersama dengan Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo yang menghendaki

dibuang ke negeri Belanda karena disana mereka bisa mempelajari banyak hal

dari pada di daerah terpencil.

Masa pembuangan di Belanda dipergunakan oleh Suwardi untuk mendalami

masalah pendidikan dan pengajaran. Namun keterbatasan biaya hidup ia alami

13 Rahardjo, op cit., h. 14

Page 62: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

51

disana karena pemerintah Belanda hanya memberikan bantuan biaya hidup untuk

satu orang saja sedangkan selama di Belanda Suwardi tinggal bersama istrinya.

Namun hambatan itu bisa ia lalui dengan cara menjadi jurnalis guru Taman

Kanak-Kanak (Frobel School) sehingga kebutuhan sehari-hari di Belanda bisa

sedikit tercukupi. Dalam masa pengasingan inilah Suwardi memperdalam ilmu

pendidikan hingga mendapatkan sertifikat sebagai pendidik yang disebut

Europeesche Akte.

Pada tahun 1919 Suwardi berhasil mengumpulkan uang untuk kembali ke

Indonesia bersama istri dan seorang putrinya, yaitu Ni Asti. Setibanya di

Indonesia ia bersama rekan-rekan seperjuangannya lalu mendirikan sebuah

perguruan yang bercorak nasional yaitu Nationaal Onderwijs Instituut

Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) yaitu pada 3 juli 1922. Perguruan

ini sangat menekankan pendidikan kebangsaan kepada peserta didiknya agar

mereka mencintai bangsa dan negara sehingga memiliki semangat juang guna

memperoleh kemerdekaan bangsa Indonesia. Sekolah ini juga menawarkan

pendidikan berorientasi kepada kebudayaan Timur dan mengedepankan nilai-nilai

kerohanian yang dibarengi kekuatan intelektual.

Enam tahun setelah berdirinya Tamansiswa, terbitlah majalah Wasita. Ini

merupakan majalah yang diterbitkan oleh Tamansiswa. Ki Hadjar berperan

sebagai pengarang dan salah satu dewan redaksinya. Melalui majalah ini,

gagasan-gagasan Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan dan pengajaran yang ia

coba terapkan di Tamansiswa dan coba disebarkan kepada khalayak umum,

khususnya masyarakat pribumi sebagai sarana pencerahan pikiran, tampak secara

jelas. Walaupun semenjak itu beliau mencurahkan perhatian dalam dunia

pendidikan di Tamansiswa, ia tetap rajin menulis. Hanya saja orientasi tulisannya

banyak beralih dari politik menjadi ke arah pendidikan dan kebudayaan yang

berwawasan kebangsaan. Tulisannya ini berjumlah ratusan buah.14

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, Ki Hadjar tetap melanjutkan

kegiatan di bidang politik dan pendidikan. Ketika pemerintah pendudukan Jepang

14 Ibid., h. 20.

Page 63: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

52

membentuk pusat tenaga rakyat (putera) pada 1943, Ki Hadjar Dewantara menjadi

salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan

K.H. Mas Mansur. Setelah zaman kemerdekaan, ia menjabat sebagai Menteri

Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan yang pertama. Hingga akhirnya pada

tahun 1957 Ki Hadjar Dewantara menerima gelar Doctor Honoris Causa dari

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Namun, pada 26 April 1959, Ki Hadjar

Dewantara meninggal dunia. 15

4. Karya-Karya Ki Hadjar Dewantara

a. Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan Bagian Kesatu

b. Ki Hadjar Dewantara, Kebudayaan Bagian Kedua

c. Ki Hadjar Dewantara, Politik dan Kemasyarakatan Bagian Ketiga

d. Ki Hadjar Dewantara, Riwayat dan Perjuangan Hidup Penulis Bagian

Keempat

e. Ki Hadjar Dewantara, Menuju Manusia Merdeka

f. Tahun 1912 mendirikan surat kabar harian “De Exspres” (Bandung),

Sedyotomo (Yogyakarta) Midden Java (Yogyakarta), Kaoem Moeda

(Bandung), Oetoes Hindia (Surabaya), Tjahaja Timur (Malang),

Poesara, koran Goentoer Bergerak dan Hindia Bergerak.

g. Monumen Nasional Tamansiswa yang didirikan pada tanggal 3 Juli 1922

h. Tahun 1913 mendirikan Boemi Putra bersama Cipto Mangunkusumo.

i. Mendirikan IP (Indische Partij) pada tanggal 16 September 1912 bersama

Douwes Dekker dan Sudjipto Mangunkusumo

j. Tahun 1918 mendirikan kantor berita Indonesische Persbureau di

Nederland.

k. Tahun 1944 diangkat menjadi anggota Naimo Bun Kyiom Yoku

SanyoKantor Urusan Pengajaran dan Pendidikan)

l. Pada tanggal 8 Maret 1955 ditetapkan pemerintah sebagai Perintis

Kemerdekaan Nasional Indonesia

15 Ibid., h. 21.

Page 64: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

53

m. Pada tanggal 19 Desember 1956 mendapat gelar kehormatan Honoris

Kausa dalam Ilmu Kebudayaan dari Universitas Gajah Mada

n. Pada tanggal 17 Agustus dianugerahi oleh Presiden atau Panglima

Tertinggi Angkatan Perang RI Bintang Mahaputra Tingkat 1

o. Pada tanggal 20 mei 1961 menerima tanda kehormatan Satya Lantjana

Kemerdekaan.

B. Pendidikan Budi Pekerti Menurut Ki Hadjar Dewantara

1. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Budi Pekerti

Menurut Ki Hadjar Dewantara di dalam bukunya yang berjudul

“Bagian Pertama: Pendidikan” mengatakan bahwa “pendidikan

merupakan daya dan upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti

(kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual) dan tubuh anak (jasmani)

dengan tujuan memajukan kesempurnaan hidup yaitu kehidupan anak

yang sesuai dengan dunianya.”16 Dari pengertian ini terlihat bahwa Ki

Hadjar Dewantara memandang pendidikan sebagai proses yang dinamis,

berkesinambungan serta berwawasan maju, karena sebagai proses

pembentukan anak, pendidikan harus mampu menyesuaikan dengan

tuntutan perkembangan zaman.

Sedangkan “Budi” menurut beliau berarti pikiran perasaan, kemauan

dan “Pekerti” berarti tenaga. Budi pekerti itu sifatnya jiwa manusia, mulai

angan-angan sampai menjelma sebagai tenaga. Jadi yang dimaksud budi

pekerti menurut beliau adalah bersatunya gerak pikiran, perasaan dan

kehendak atau kemauan yang akhirnya menimbulkan tenaga.17

Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa Ki Hadjar Dewantara

menegaskan pendidikan budi pekerti tidak lain artinya menyokong

perkembangan hidup anak-anak, lahir, batin dan sifat kodrati nya menuju

kearah peradaban dalam sifatnya yang umum. Selain itu dapat dipahami

pula sebagai usaha pembentukan, pengembangan, peningkatan,

16 Dewantara, op.cit., h. 14. 17 Ibid., h. 25.

Page 65: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

54

pemeliharaan, dan perbaikan setiap individu terhadap kemampuan-

kemampuan bawaan yang telah dimiliki setiap individu untuk dapat

mempertahankan hidup, yang tertuju pada pencapaian kemerdekaan lahir

dan batin, sehingga memperoleh keselamatan dalam hidup lahiriah dan

kebahagiaan dalam hidup batiniah.

Dalam hal ini, Ki Buntarsono yang dikutip oleh Nurul Zuriah di dalam

bukunya yang berjudul Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam

Perspektif Perubahan, memiliki pandangan yang sama dengan Ki Hadjar

Dewantara, dimana pendidikan diarahkan agar tidak hanya mengejar

intelektual saja. Akan tetapi moral dan didikannya harus diperkuat. Jika

yang diperkuat hanya intelektualnya saja maka dinamakan pengajaran,

tetapi jika yang dikejar intelektual dan moralnya mala hal itu bisa

dikatakan sebagai pendidikan.18 Hal ini terlihat jelas bahwa pendidikan

merupakan upaya mendidik seseorang untuk cerdas secara intelektualnya

juga baik secara perilaku dan moralnya.

Adapun mengenai tujuannya, Ki Hadjar Dewantara menyebutkan

bahwa pemberian pendidikan itu bermaksud agar anak didik sebagai

anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang

setinggi-tingginya.19 Selain itu pengajaran pendidikan budi pekerti

bertujuan untuk menjadikan anak didik menjadi orang yang beriman,

bertaqwa, terampil, menjadi manusia yang luhur serta pada akhirnya

menjadi orang yang berguna bagi masyarakat.20

Dari penjelasan di atas, penulis memahami bahwa tujuan pendidikan

budi pekerti yang disebutkan oleh Ki Hajdar Dewantara lebih

mengedepankan pada tujuan keluhuran budi pekerti atau tingkah laku

seseorang dibandingkan dengan kecerdasan inetelektualnya. Hal ini

sangatlah tepat mengingat banyak sekali seseorang yang cerdas tetapi

tidak dibekali dengan budi pekerti yang baik sehingga seseorang tersebut

18 Nurul Zuriah. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2008), Cet. 2, h. 123. 19 Dewantara, op. cit., h. 20. 20 Zuriah, op. cit., h. 132.

Page 66: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

55

kerap kali menggunakan kecerdasannya untuk merugikan orang lain.

Contohnya seperti para koruptor dan hacker. Tujuan ini tentunya sangatlah

mulia mengingat pendidikan budi pekerti ini diberikan untuk menggapai

keselamatan dan kebahagiaan seseorang serta menjadikannya seseorang

yang berguna di masyarakat.

Dari pendidikan budi pekerti yang gagas oleh Ki Hadjar Dewantara

nantinya memiliki dasar atau landasan yang melatarbelakangi semangat

dalam mewujudkan pendidikan budi pekerti itu sendiri. Landasan itu

disebut sebagai Panca Dharma, dimana isinya adalah sebagai berikut:21

a. Azas Kebangsaan, mengandung arti adanya rasa satu bangsa dalam

suka dan duka, serta kehendak untuk mencapai kebahagiaan lahir

dan batin seluruh bangsa. Azas kebangsaan ini dirasa memiliki

alasan yang sama dengan dasar sikap nasionalisme dan patrotisme.

Azas kebangsaan ini menurut beliau bukan berarti bahwa bangsa

Indonesia harus mengasingkan diri dan memusuhi bangsa lain.

Artinya dasar kebangsaan ini tidak boleh bertentangan dengan azas

kemanusiaan, dimana membenci bangsa lain bertentangan dengan

kemanusiaan.

Azas Kebangsaan yang dipelopori Ki Hadjar Dewantara, bahwa

Allah menciptakan manusia dari seorang laki-laki dan perempuan

dan kemudian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling

mengenal. Dalam hal ini pendidikan budi pekerti diajarkan dengan

memberi pengetahuan tentang sikap seseorang terhadap orang lain

yang berbeda agama dan berbeda suku, bagaimana bersikap sopan

santun dalam pergaulan antar bangsa dengan didasari takwa agar

tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

b. Azas Kebudayaan, mengandung arti untuk memelihara nilai dan

bentuk kebudayaan nasional. Dimana pendidikan budi pekerti dapat

diberikan melalui bimbingan dan anjuran-anjuran anak didik tetap

mengembangkan kebudayaan sendiri dan boleh menerima

21 Sagimun, op. cit., h. 35-38.

Page 67: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

56

kebudayaan bangsa lain, asal tidak bertentangan dengan nilai-nilai

agama. Selain itu sebagaimana banyak diketahui bahwa budaya

Indonesia adalah budaya Timur yang nilai nilai budi pekerti, sopan

santun, dan moralnya dirasa kuat, sehingga dasar kebudayaan inilah

yang menjadi alasan agar orang Indonesia lebih memperhatikan

akan pentingnya pendidikan budi pekerti.

c. Asas kemerdekaan, mengandung arti bahwa kemerdekaan sebagai

karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia yang memberikan

kepadanya hak untuk mengatur hidupnya sendiri dengan selalu

mengingat syarat tertib damainya hidup bermasyarakat.

Kemerdekaan harus menjadi dasar untuk mengembangkan pribadi

yang kuat dan sadar dalam suasana keseimbangan dan keselarasan

dengan kehidupan masyarakat. Dengan kemerdekaan seseorang

dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrahnya. Sehingga

seorang pendidik dapat menentukan sendiri dan menyesuaikan

dengan keadaan masing-masing anak didik sesuai dengan fitrahnya.

d. Azas Kemanusiaan, dalam hal ini pendidikan budi pekerti dapat

diberian dengan cara memberikan pengertian dan penjelasan

mengenai bagaimana cara hidup bermasyarakat yang baik itu, agar

kelak nantinya anak didik jika bertindak diorientasikan untuk

kepentingan dan kemaslahatan bersama sesuai dengan nilai-nilai

agama.

Selain itu kemanusiaan adalah darma tiap manusia yang timbul

dari keluhuran akal budinya. Keluhuran akan budi menimbulkan

rasa dan laku cinta kasih terhadap sesama manusia dan terhadap

makhluk Tuhan Yang Maha Esa seluruhnya yang bersifat

keyakinan akan adanya hukum kemajuan yang meliputi alam

semesta. Karena itu rasa dan laku cinta kasih harus tampak sebagai

tekad untuk berjuang melawan segala sesuatu yang merintangi

kemajuan yang selaras dengan kehendak alam.

Page 68: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

57

e. Azas Kodrat Alam, pendidikan budi pekerti dapat diberikan dengan

cara memberikan pengertian-pengertian tentang semua yang ada di

dunia ini merupakan ciptaan Tuhan, dan bagaimana memelihara,

mengolah dan memanfaatkan kekayaan alam yang ada di dunia ini

untuk kemakmuran umat sesuai dengan aturan-aturan yang telah

ditetapkan.

Sebagai perwujudan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa

mengandung arti bahwa pada hakikatnya manusia sebagai makhluk

Tuhan adalah satu dengan alam semesta ini. Karena itu manusia

akan mengalami kebahagiaan jika ia meyelaraskan diri dengan

kodrat alam yang mengandung segala hukum kemajuan. Dengan

demikian pentingnya pendidikan budi pekerti dengan harapan

seseorang manusia mengingat kodratnya sebagai hamba yang harus

berbudi pekerti luhur terhadap Penciptanya dan makhluk-makhluk

ciptaan-Nya.

2. Pusat Pendidikan Budi Pekerti

Dalam dunia pendidikan, Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai Bapak

Pendidikan Nasional. Beliau adalah tokoh pendidikan yang sangat

berperan dalam dunia pendidikan Indonesia, karena ide-ide cemerlangnya

masih dipakai dalam Pendidikan Nasional Indonesia. Salah satu ide

cemerlang yang dikemukakan oleh beliau adalah tentang konsep “Tri

Pusat Pendidikan.” Yaitu suatu istilah yang digunakan olehnya untuk

menggambarkan lembaga atau lingkungan yang ada di sekitar manusia

yang mempengaruhi perilaku peserta didik dan berperan dalam

pendidikan. Ki Hadjar menyebutnya dengan istilah “Trisentra”. Beliau

menyatakan:

“Didalam hidupnya anak-anak adalah tiga tempat pergaulan yang

menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya, yaitu: alam-

keluarga, alam-perguruan, dan alam-pergerakan pemuda.” 22

22 Dewantara, op. cit., h. 70.

Page 69: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

58

Berikut ini akan dijelaskan mengenai ketiga pusat pendidikan tersebut:

a. Keluarga

Pendidikan keluarga adalah fundamen atau dasar dari pendidikan

anak selanjutnya. Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam

keluarga itu menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik di

sekolah maupun dalam masyarakat.23

Keluarga juga merupakan tempat pertama dalam pembentukan

akhlak, moral dan budi pekerti anak. Karena di dalam keluarga

biasanya terjadi proses meniru dalam berperilaku, dimana orang tua

sebagai pemimpin keluarga, dari tutur kata dan perilakunya

seharusnya menjadi teladan yang dapat dicontoh oleh anak. Ki Hadjar

Dewantara dalam hal ini menyatakan sebagai berikut :

“Alam Keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan

yang terpenting, oleh karena sejak timbulnya adab kemanusiaan

hingga kini, hidup keluarga itu selalu mempengaruhi

bertumbuhnya budi pekerti dari tiap-tiap manusia. pendidikan

budi pekerti terdapatlah di dalam hidup keluarga dalam sifat yang

kuat dan murni, hingga tak akan dapat pusat-pusat pendidikan

lainnya, menyamainya.”24

Gagasan Ki Hadjar Dewantara mengenai pentingnya keluarga ini

berdasarkan pada ilmu psikologi dan pendidikan, adat istiadat dan

tentunya dari Islam.

Berdasarkan ilmu psikologi dan pendidikan yang beliau

kemukakan, bahwa alam keluarga adalah alam pendidikan yang

pertama, dimana terdapat tiga alasan, yaitu: Pertama, orangtua

merupakan seseorang yang memiliki kedudukan sebagai guru

(penuntun), pengajar dan pemimpin pekerjaan. Kedua, di dalam

keluarga tiap-tiap anak terjadi proses saling mendidik, apalagi dalam

keluarga yang agak besar. Namun pada kasus anak tunggal, peran

orangtua dan anggota keluarga lain yang bertugas dalam kegiatan

23 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2014), Cet. XXI, h. 79. 24 Dewantara, op. cit., h. 71.

Page 70: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

59

saling mendidik ini. Ketiga, di dalam keluarga inilah anak-anak

berkesempatan mendidik diri sendiri, karena di dalam keluarga itu

mereka tidak berbeda kedudukannya seperti orang hidup di

masyarakat.

Berdasarkan adat istiadat, Ki Hadjar Dewantara menganggap

bahwa pendidikan pada zaman sekarang seorang anak lebih senang

berhubungan dengan sekolahnya. Setiap hari berada di sekolah bahkan

pada hari minggu pun terkadang seorang anak tidak sempat bergaul

dengan keluarganya. Beliau menginginkan dalam setiap harinya ada

waktu bersama keluarga, kembalikan si anak ke dalam keluarganya,

jangan merampas anak dari keluarganya. Hal ini untuk memberikan

hak keluarga dalam memberi pengaruh kepadanya. Karena di dalam

keluarga inilah biasanya terjalin sikap gotong royong dalam kegiatan

membersihkan rumah, dan lain sebagainya. Selain itu faktor keluarga

menjadi penting karena biasanya seseorang mewarisi sikap dari orang

tuanya. Pembawaan inilah yang biasanya terjadi di masyarakat

walaupun tidak semuanya demikian.25

Dari konsep yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara di atas,

dapat dipahami bahwa keluarga adalah pusat pendidikan pertama dan

utama dalam pembentukan karakter, akhlak maupun budi pekerti

anak. Karena di dalam keluarga ini lah, seorang anak dapat belajar

membentuk akhlaknya dari ayah, ibu, kakek, nenek, paman, bibi,

maupun dengan kakak dan adik. Dari keluarga inilah, seorang anak

belajar mengenai konsep baik dan buruk, pantas dan tidak pantas,

benar dan salah, yang sudah bisa mereka terima sejak dini. Selain itu,

pendidikan keluarga juga dinilai sebagai salah satu faktor penyebab

baik buruknya akhlak seorang anak karena di lingkungan keluarga

jugalah akhlak seorang anak mulai terbentuk.

25 Dewantara, op. cit., h. 380-391.

Page 71: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

60

Selain kedua dasar itu, tentunya Ki Hadjar Dewantara memiliki

dasar agama yang kuat. Karena seperti yang sudah dijelaskan di

penjelasan sebelumnya bahwa Ki Hadjar Dewantara berasal dari

keluarga yang taat dalam beragama, serta mempunyai pegangan yang

kuat yang selalu merujuk pada agama. Walaupun hal ini tidak beliau

jelaskan secara implisit, namun secara eksplisit dari arah berfikirnya

memiliki kesesuaian dengan Al-Qur'an dan Hadits.

Hal ini dapat dilihat dalam hadits yang menjelaskan mengenai

pentingnya keluarga dalam pendidikan budi pekerti. Rasulullah SAW

bersabda:

دانه أو ي نصرانه كل مولود ي ولد على الفطرة، حتى ي عرب عنه لسانه، ف أو أب واه ي هوسانه يج

“Tiap orang dilahirkan membawa fitrah, ayah dan ibunyalah yang

menjadikannya yahudi, nasrani dan majusi. (H.R. Bukhari dan

Muslim)26 Dari penjelasan konsep Ki Hadjar Dewantara dan Hadits di atas,

dapat dipahami bahwa semakin baik kualitas dari keluarga keluarga

tersebut, maka kemungkinan semakin besar pula akan menumbuhkan

anak-anak yang berkualitas. Akan tetapi sebaliknya, jika kualitas dari

keluarga itu buruk, maka kemungkinan semakin besar pula

menumbuhkan anak-anak yang kurang berkualitas.

b. Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memegang peranan

penting dalam pembentukan perilaku peserta didik. Karena tidak

semua tugas mendidik dapat dilakukan oleh orang tua dalam keluarga,

maka sekolah merupakan lembaga yang bertanggung jawab atas

pendidikan peserta didik selama orang tua sudah menyerahkan kepada

sekolah tersebut. Disamping bertugas dalam mengembangkan

26 Muhammad bin Ismail al-Bukhari, al- Jami’u Shahih, (Kairo: Al-Matba’ah as-Salafiyyah,

1400 H), Juz I, h. 424.

Page 72: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

61

kecerdasan intelektual dan ilmu pengetahuan, sekolah pun mempunyai

fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi peserta

didik. karena di sekolah juga diberikan pelajaran akhlak, moral, sopan

santun, keagamaan, dan sebagainya.

Ki Hadjar Dewantara menganggap bahwa alam perguruan atau

sekolah adalah pusat pendidikan yang teristimewa berkewajiban

mengusahakan kecerdasan pikiran (perkembangan intelektual) beserta

pemberian ilmu pengetahuan. Selain itu, sekolah sebagai pusat dari

persatuan ketiga pusat itu, yakni menjadi perantaranya keluarga dan

anaknya dengan masyarakat.27

Ki Hadjar Dewantara memberikan lima gagasan terhadap sekolah

sebagai lembaga pendidikan agar dapat berjalan dengan baik sesuai

dengan fungsi sekolah secara penuh.

Pertama, dalam proses pendidikan haruslah selalu dalam rangka

memanusiakan manusia secara seutuhnya, artinya aktivitas pendidikan

selalu dirancang guna membangun dimensi lahiriah dan batiniah

manusia.

Kedua, senantiasa meningkatkan sarana dan prasarana sebagai

prasyarat dasar bagi pelaksanaan pendidikan yang memadai.

Ketiga, sekolah harus menyiapkan tenaga pendidikan yang

profesional dan berintegritas tinggi.

Keempat, menerapkan visi pendidikan yang hakikatnya sebagai

proses untuk membebaskan dimensi “lahiriah dan batiniah” peserta

didik artinya harus dapat mengembangkan potensi-potensi peserta

didik.

Kelima, pendidikan di sekolah tidaklah didominasi oleh

pengembangan intelektual saja, melainkan adanya sinergi antara

27 Ibid., h. 74.

Page 73: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

62

intelektualitas dengan spritualitas, emosionalitas, sosialitas,

kolegalitas dan kesadaran ekologis.28

Dari pandangan di atas, sekolah sebagai lembaga pendidikan dan

salah satu pusat pendidikan tidaklah ideal jika hanya mengembangkan

potensi intelektual dan ilmu pengetahuan saja, karena hal demikian

tidaklah merupakan bagian memanusiakan manusia secara utuh,

karena sekolah yang baik adalah sekolah yang menerapkan adanya

keseimbangan antara proses pengembangan intelektual dan moralitas.

Karena tujuan dari sekolah sendiri adalah menciptakan peserta didik

yang tidak hanya cerdas, pandai, melainkan juga peserta didik yang

bermoral.

c. Masyarakat / Alam Pemuda

Ki Hadjar Dewantara menyebutkan Alam Pemuda, karena pada

masa itu gerakan pemuda mempunyai peran dan pengaruh yang besar.

beliau mengatakan :

“Pergerakan pemuda itu penyokong besar untuk pendidikan,

baik yang menuju kecerdasan jiwa atau budi pekerti, maupun

yang menuju kelakuan sosial, maka perlulah pergerakan pemuda

itu diakui sebagai pusat pendidikan dan dimasukkan di dalam

rencana pendidikan.” 29

Masyarakat merupakan lingkungan selain keluarga dan sekolah

yang turut berperan penting dalam proses pendidikan peserta didik,

tidak terkecuali dalam pembentukan akhlak budi pekerti. karena

dalam keseharian setiap peserta didik tidak bisa terlepas dari ketiga

tempat tersebut, yaitu keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial atau

masyarakat.

Abdul Majid di dalam bukunya yang berjudul Pendidikan

Karakter Perspektif Islam, menguatkan dasar akan pentingnya

28 Bartolomeus Samho, Visi Pendidikan Ki HadjarDewantara, (Yogyakarta: Kanisius, 2013),

h. 104-105. 29 Dewantara, op. cit., h. 73.

Page 74: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

63

masyarakat dalam pembentukan akhlak dan pengembangan

pendidikan peserta didik yaitu berdasarkan 2 alasan :30

1) Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003,

pasal 6-11 disebutkan bahwa : “Penyelenggaraan pendidikan

merupakan hak dan tanggung jawab bersama antara warga negara,

orangtua, masyarakat, dan pemerintah.”

2) Firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 2 sebagai berikut

وت عاونوا على الب ث والعدوان وات ىقوا اللى قوى ول ت عاونوا على ال والت ى شديد العقاب إنى اللى

“Dan saling tolong menolonglah kamu sekalian dalam berbuat

kebaikan dan takwa. Dan janganlah kamu sekalian saling tolong

menolong dalam berbuat dosa dan kemungkaran. Dan takutlah

kamu sekalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat

siksa-Nya.”

Dari ketiga pusat pendidikan yang telah dijelaskan di atas, Ki

Hadjar Dewantara mengemukakan bahwa tiap-tiap pusat pendidikan

harus mengetahui kewajibannya sendiri-sendiri dan mengakui hak

terhadap pusat pendidikan yang lainnya, yaitu :

a) Keluarga : untuk mendidik budi pekerti dan perilaku sosial

b) Sekolah : sebagai Balai-wiyata, yaitu mencari dan memberikan

ilmu pengetahuan disamping pendidikan intelektual.

c) Masyarakat : mengajarkan akan kemampuan dalam penguasaan diri

yang amat diperlukan dalam pembentukan watak.31

Dari uraian di atas juga, penulis memahami bahwa demi

membentuk akhlak yang baik terhadap anak atau peserta didik, ketiga

unsur yang dinilai sebagai pusat pendidikan (Keluarga, Sekolah, dan

Masyarakat) harus terjalin hubungan yang baik, artinya ketiganya

harus tercipta suatu kerjasama yang baik. Karena jika antar unsur

30 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2011), cet. 1, h. 160. 31 Dewantara, op. cit., h. 74.

Page 75: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

64

lingkungan pendidikan tersebut tidak terjalin hubungan yang baik,

maka pembentukan akhlak pada peserta didik tidak akan berhasil

dengan baik. Singkatnya, semua unsur tersebut di atas sama-sama

sangat diperlukan kontribusinya dalam pembentukan akhlak atau budi

pekerti yang baik.

Ketiga unsur pusat pendidikan tersebut di atas memiliki titik

fokus yang berbeda-beda. Keluarga memiliki titik fokus pada

mendidik budi pekerti bukan mengajar karena mengajar merupakan

tugas seseorang yang memiliki kewenangan sebagai pengajar. Sekolah

memiliki titik fokus pada mengajarkan pengetahuan dan mengajarkan

budi pekerti sehingga peserta didik memiliki pengetahuan yang baik

serta intelektual yang tinggi guna dapat berfikir dan membedakan

mengenai perilaku yang baik dan buruk. Lingkungan masyarakat

memiliki titik fokus pada pengendalian diri dan pengontrol peserta

didik dalam berinteraksi sosial di luar rumah dan sekolah.

3. Pendidik dan Peserta Didik

Di dalam hidup bermasyarakat, tidak dapat dipungkiri bahwa antar

satu orang dengan yang lainnya akan timbul rasa ketergantungan ataupun

saling membutuhkan. Demikian juga di dalam sekolah sebagai lingkungan

pendidikan. antara pendidik dan peserta didik juga memiliki rasa

ketergantungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Peserta didik

sebagai orang yang bergantung dan pendidik sebagai tempat bergantung

dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya.

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang baik, hal yang perlu dimiliki

oleh pendidik adalah penguasaan mengenai ilmu pendidikan. Ki Hadjar

Dewantara mengatakan bahwa pendidik sama hal nya dengan tukang

pengukir kayu. Karena pendidik pada hakikatnya adalah mengukir

manusia. Untuk mendapatkan hasil ukiran yang baik maka pengukir kayu

harus mengetahui keadaan kayu mana yang keras dan mana yang halus,

dan ilmu tentang keindahan mengukir kayu. singkatnya ia harus

Page 76: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

65

mengetahui ilmu tentang kayu. Begitu juga dengan pendidik untuk

mendapatkan hasil didikan yang baik, maka seorang pendidik harus

mengetahui keadaan peserta didiknya terlebih dahulu, bagaimana keadaan

lahir dan batinnya serta ilmu keindahan dalam mengajar. Singkatnya

seorang pendidik harus menguasai ilmu pendidikan dan pengajaran karena

seorang peserta didik memiliki keadaan lahir dan batin yang berbeda-

beda.32 Gagasan mengenai membandingkan seorang pendidik dengan

pengukir kayu dirasa berlatar belakang dari lingkungan Jawa yang banyak

terdapat barang-barang ukiran kayu terutama di lingkungan keraton.

Dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa dalam proses

pembelajaran, pendidik tidak boleh menggunakan cara semaunya sendiri,

akan tetapi harus memahami peserta didik dari segala aspeknya, baik fisik

maupun batinnya. Maka dari itu seorang pendidik juga harus menguasai

ilmu psikologi untuk mengetahui jiwa atau batin peserta didik dan ilmu

fisiologi untuk mengetahui fisik peserta didiknya di samping ilmu

pendidikan yang lain. Pemahaman ini tidak lain agar tujuan pendidikan

dapat tercapai dengan baik.

Selanjutnya pendidik haruslah orang yang benar-benar memiliki jiwa

teladan dan pantas untuk diteladani, artinya dari segala perkataan dan

perbuatannya, seorang pendidik dapatlah ditiru oleh peserta didiknya.

Pendidik yang demikian itu, selain menjadikan model tiruan yang baik,

juga dapat menentramkan perasaan peserta didik serta membangkitkan

semangat belajarnya. Sehingga akan menjadikan peserta didik giat dan

rajin dalam menimba ilmu di sekolah.33

Selain menjadi teladan, seorang pendidik juga harus memiliki

integritas moral, artinya seorang pendidik harus memiliki kekuatan untuk

mempengaruhi peserta didik dalam proses perubahan tingkah laku yang

lebih baik, dan yang tidak kalah penting adalah seorang pendidik harus

32 Ibid., h. 27. 33 Samho, op cit., h. 106.

Page 77: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

66

mampu menciptakan dan memberikan peluang yang optimal kepada

peserta didik untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya.34

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang

pendidik haruslah menjadi teladan yang patut dicontoh oleh anak didiknya,

baik dari segi perkataan maupun perbuatannya, sehingga diharapkan

seorang pendidik untuk menjaga tingkah lakunya dari perbuatan yang

tidak baik. Serta cerdas dalam pembelajaran, artinya mampu menggali dan

mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri peserta didik secara

maksimal.

Dalam wasita Jilid I/No.2 Edisi November 1928, Ki Hadjar menulis

artikel yang berjudul “Azas Taman Siswo” beliau mengemukakan bahwa :

“Hanya dengan kesucian hati dan keterikatan lahir dan batin lah usaha

pendidikan dan pengajaran dapat berhasil.”35

Menurut Ki Hadjar Dewantara yang dikutip oleh Haidar Musyafa,

mengatakan bahwa: Sistem pendidikan yang cocok bagi anak-anak adalah

sistem pendidikan yang menekankan pada kebudayaan dan karakter

bangsa Indonesia yang tidak mengenal paksaan. sehingga Ki Hadjar

Dewantara cenderung berpandangan bahwa anak-anak akan mudah

berkembang jika dididik dengan nilai-nilai tradisional yang berangkat pada

kehausan rasa, penuh kasih sayang, cinta damai, penuh kejujuran, dan

berlaku sopan santun dalam melakukan tindakan dan perkataan.36

Dari pandangan di atas, dapat ditarik benang merah bahwa dalam

proses pendidikan, peserta didik seharusnya dijadikan subjek pendidikan.

Yaitu guru memandang seorang peserta didik adalah manusia yang

mempunyai potensi-potensi yang dengannya itulah potensi-potensi

tersebut dikembangkan. Baik dari segi kecerdasan maupun dari aspek

tingkah lakunya menjadi lebih baik, bukanlah objek pendidikan yang dapat

diperlakukan seenaknya dan diperintah-perintah semaunya.

34 Ibid, 35 Rahardjo, op cit., h. 61. 36 Musyafa, op cit., h. 287.

Page 78: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

67

Untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu menghasilkan insan yang

merdeka lahir batin, Ki Hadjar Dewantara merumuskan 3 semboyan dalam

pendidikan yang sangat populer karena sudah diterapkan di dalam sekolah

Tamansiswa. Ketiga semboyan itu adalah :37

Pertama, Ing Ngarsa Sung Tuladha, artinya di depan memberikan

keteladanan. Yaitu sebagai pendidik baik itu orangtua di rumah, guru di

sekolah, maupun pemimpin di masyarakat haruslah memberikan contoh

yang baik. Karena setiap peserta didik, anak, atau bawahan akan

memperhatikan tingkah laku orang tua, guru atau pimpinannya.

Kedua, Ing Madya Mangun Karsa, artinya di pertengahan memberi

semangat. Yaitu seorang guru adalah pendidik yang selalu di tengah-

tengah anak didiknya sehingga ketika peserta didik sedang menjalankan

hal-hal yang benar, maka pendidik harus terus memberikan dorongan dan

semangat kepada anak didiknya. Karena peserta didik perlu diberi

semangat agar dirinya tetap dalam jalur yang baik dan benar.

Ketiga, Tut Wuri Handayani, artinya di belakang memberi dukungan.

Yaitu ketika peserta didik mulai menemukan kepercayaan dirinya, maka

pendidik harus mendorong untuk peserta didik agar berada di depan.

Sehingga dengan cara demikian peserta didik diberikan kesempatan untuk

berkiprah dan terus maju dengan adanya dorongan dari belakang yang

dilakukan oleh pendidik.

Dari uraian di atas mengenai pendidik dan peserta didik, dapat kita

pahami bahwa dalam upaya tercapainya peserta didik yang berakhlak baik,

maka perlu adanya kerjasama antara pendidik dengan peserta didik. Yaitu

pendidik harus menjadikan dirinya contoh yang baik di depan anak

didiknya serta memiliki kemampuan yang mumpuni dalam mengarahkan

anak didiknya untuk tetap berperilaku yang baik. Dan sebagai peserta

didik juga harus adanya kemauan yang keras untuk tetap melakukan hal-

hal yang baik, serta menjadikan pendidik baik orang tua, guru, maupun

pemimpin masyarakat sebagai panutannya dalam bertingkah laku.

37 Rahardjo, op cit., h. 74.

Page 79: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

68

4. Materi Pendidikan Budi Pekerti

Setelah dipaparkan tentang pendidik dan peserta didik dalam

pendidikan budi pekerti di atas, selanjutnya akan dibahas tentang materi

pendidikan budi pekerti menurut Ki Hadjar Dewantara. Dalam hal ini, Ki

Hadjar Dewantara berprinsip bahwa materi pendidikan budi pekerti

merupakan hal yang utama untuk menjadikan manusia yang bahagia. Ia

menilai bahwa pendidikan Bangsa Barat yang hanya mengedepankan ilmu

pengetahuan yang akan menimbulkan sifat buruk yaitu sifat egois dan

materialis. Menurutnya dengan hanya mengajarkan materi tentang ilmu

pengetahuan maka perasaan seseorang tidak diindahkan, oleh karenanya

hanya membuat budi pekerti seseorang tidak berkembang. Lain halnya

Bangsa Timur yang masih tampak jelas adanya semangat pendidikan

dalam memperkembangkan budi pekerti. 38

Dalam pemberian materi pendidikan budi pekerti, Ki Hadjar

Dewantara merumuskannya berdasarkan tingkatan umur atau

perkembangan anak, yaitu sebagai berikut:39

a. Taman Indria (antara 5-8 tahun)

Pada masa anak-anak, materi yang diberikan berupa segala

permainan yang mendidik tubuh dan panca indera. Seperti gobag,

geritan, trembung, obrok, raton, dll. Sedangkan yang mendidik panca

indera seperti menyulam, menggambar, menyanyi, mendengarkan

cerita, baik dongeng maupun puisi. Cerita yang diambil sebaiknya dari

kehidupan sekitar, karena hafal dengan cerita bukanlah tujuannya,

tetapi tujuan terpenting adalah pada geraknya jiwa dan membiasakan

menerima keindahan pada sanubarinya melalui lagu-lagu yang indah.

Intinya adalah mengajaknya bermain namun dapat mendidik, tubuh,

rasa, dan pikirannya.

38 Dewantara, op. cit., h. 474. 39 Ibid., h. 486

Page 80: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

69

Jenis permainan yang diberikan diberikan dibagi kedalam tiga

jenis. Pertama, permainan yang ditujukan untuk anak perempuan.

Kedua, permainan yang ditujukan untuk anak laki-laki. Ketiga,

permainan yang ditujukan untuk keduanya. Hal ini dikarenakan sifat

dan bentuk tiap permainan yang berbeda-beda.40

Apabila kita cermati, maka hal demikian sangatlah tepat.

Contohnya permainan "tembak-tembakan", sepak bola, gasing cocok

untuk anak laki-laki namun tidak cocok untuk anak perempuan.

Permainan "masak-masakan", boneka, bola bekel cocok untuk anak

perempuan namun tidak cocok untuk anak laki-laki. Kemudian

permainan seperti gobag, cublek-cublek sueng, gambaran, dan

bentengan cocok untuk keduanya.

Dari permainan-permainan tersebut, terdapat nilai pendidikan

yang dapat diambil, seperti melatih fokus, pengertian perhitungan dan

pengiraan, mendidik kuatnya fisik anak, kecekatan, keberanian,

sportifitas, ketertiban dan keteraturan.41

Selain itu, pada masa ini seorang guru dalam memberikan materi

akhlak berupa pembiasaan semata-mata yang bersifat global dan

spontan, yakni belum berupa teori yang terbagi-bagi menurut jenisnya

kebaikan dan keburukan. Artinya dalam hal ini asalkan bentuk

pembiasaan baik berupa anjuran maupun perintah yang bersifat positif

seperti : Ayo, duduk yang baik, jangan ramai-ramai, dengarkan

suaraku, bersihkan tempatmu, jangan mengganggu teman-temanmu,

dan lain sebagainya.

Ki Hadjar Dewantara mengungkapkan bahwa pada masa “syariat”

ini kuncinya adalah cukuplah seorang pendidik memberikan

kebebasan sesuai kodratnya sebagai anak-anak kepada peserta

didiknya namun tetap jangan sampai menyalahi norma yang ada,

karena apa yang telah diberikan kepada anak-anak tersebut adalah

40 Ibid., h. 244. 41 Ibid., h. 242.

Page 81: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

70

latihan untuk pembiasaan berbuat dan berlaku tertib, guna

menyempurnakan perkembangan jiwa dan raga anak-anak kearah

kecerdasan budi pekerti kelaknya.

Menurutnya, pada masa anak-anak ini peran ibu sangatlah

penting. Dimana anak-anak masih sangat membutuhkan hubungan

batin dengan ibu. Beliau menilai bahwa setiap orangtua berperanlah

sesuai kodratnya. Seorang ibu dianggap lebih memiliki peran yang

sangat besar pada masa ini, karena untuk memenuhi kemauan dan

keinginan anak, untuk melayani nafsu anak-anak, untuk memelihara

badan tubuh anak-anak dan untuk bergaul sehari-hari dengan anak,

seorang perempuan lah yang lebih pandai dari seorang laki-laki.42

Jika melihat kodrat seorang ibu sebagai perempuan yang

demikian, maka seorang ayah sebagai laki-laki juga memiliki kodrat

sebagai pemimpin dalam keluarga. Ki Hadjar Dewantara

menyebutkan bahwa seorang bapak berperan dalam bidang

penumbuhan intelektual, artinya berkewajiban dalam memberikan

pengetahuan kepada anak tentang pentingnya budi pekerti yang baik.

Sehingga mewujudkan tumbuhnya sifat berfikir dahulu sebelum

bertindak.43

Selain itu seorang ayah berperan dalam melindungi dan

membantu seorang anak dengan menggunakan kekuatan. Contohnya

seperti membantu mengangkat barang-barang berat yang ada di rumah

sehingga hal ini mengajarkan seorang anak dalam sikap tolong

menolong. Dengan demikian sebagai seorang bapak harus memiliki

fisik yang lebih kuat, gagah perkasa, dari seorang ibu.44

Dari penjelasan di atas, penulis melihat pokok gagasan Ki Hadjar

Dewantara berpusat pada perbuatan yang dilakukan sesuai dengan

kodratnya. Artinya peran ibu dan bapak harus disesuaikan dengan

42 Ki Hadjar Dewantara, Bagian Kedua Kebudayaan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan

Tamansiswa, 2011), Cet. III, h. 248. 43 Ibid., h. 249. 44 Ibid., h. 253.

Page 82: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

71

kodratnya sebagai perempuan dan laki-laki. Sebagai seorang

perempuan ibu berperan dalam mendidik anak dengan menyentuh

aspek jiwa nya, karena sesuai kodratnya hati dan jiwa seorang anak

akan lebih dekat dengan ibunya. Sebagai seorang laki-laki ayah

berperan dalam mengajarkan kepemimpinan dan penumbuhan

intelektual, serta berkewajiban dalam memberikan nafkah yang halal,

dimana dari nafkah yang halal tersebut memberikan pengaruh positif

pada tubuh dan jiwa anak.

b. Taman Muda (antara 9-12 tahun)

Ki Hadjar Dewantara menyebutkan bahwa pada periode ini

dinamakan dengan “periode hakikat”. Pada masa ini seorang anak

hendaknya diberikan pengertian tentang segala tingkah laku kebaikan

dalam kehidupannya sehari-hari masih dengan cara spontan. Namun

bagi anak-anak periode ini, tidaklah cukup jika mereka hanya

membiasakan apa yang dianjurkan oleh orang-orang tua di

sekelilingnya tanpa mengerti dasar dan tujuannya, artinya jangan

sampai mereka terikat pada syariat yang kosong. Sehingga pada kelas

tertinggi boleh diberikan jam pelajaran tertentu tentang budi pekerti.

Materi pendidikan budi pekerti (Akhlak) tidak hanya terbatas

pada pembiasaan syariat, akan tetapi mereka boleh melakukan hal-hal

yang sukar dan berat yang diperuntukkan khusus bagi anak-anak

dewasa di periode selanjutnya

Walaupun pada masa ini sudah dibolehkan pemberian pelajaran

budi pekerti, namun pada “periode hakikat” ini masih juga diperlukan

pembiasaan seperti pada periode “syariat” sebelumnya. Pemberian

pembelajaran budi pekerti ini agar mereka mengetahui maksud dan

tujuan adanya pengajaran budi pekerti yang tidak lain adalah

memelihara tata tertib dalam hidupnya guna mencapai rasa damai

dalam hidup batinnya, baik mengenai hidup dirinya pribadi maupun

masyarakat sekelilingnya.

Page 83: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

72

c. Taman Remaja (antara 14-16 tahun)

Ki Hadjar Dewantara menyebutkan penyebutan masa ini dengan

istilah periode “tarikat”. Dimana ada masa ini, materi pendidikan budi

pekerti (Akhlak) yang diberikan adalah mulai melatih diri terhadap

hal-hal yang sukar dan berat namun dengan niat yang disengaja.

Misalnya seperti bersemedi, berpuasa, berjalan kaki ke tempat-tempat

jauh yang dianggap suci dan keramat.

Materi lain yang perlu diberikan oleh pendidik adalah gerakan

kepemudaan yang bersifat usaha sosisal, seperti pemberantasan buta

huruf, pengumpulan uang, pakaian, makanan, bacaan-bacaan dan

sebagainya untuk diberikan kepada orang-orang miskin atau orang-

orang korban bencana alam.

Pada masa ini juga seyogyanya diberikan materi kesenian dan

olahraga yang melatih dalam pendidikan watak. Namun karena bangsa

kita mempunyai adat kekeluargaan yang kental, maka perbanyaklah

materi yang berhubungan dengan kemasyarakatan pada umumnya

seperti menggerakkan anak-anak untuk membantu para petani di

sawah dan ladang, serta membantu ketua RT dan RW dalam

memelihara tertib damainya kehidupan di lingkungan sekitar.

Perlu diingat bahwa masa ini adalah masa yang berbahaya karena

masa pubertas (akil-baligh), sehingga tuntutan dari pendidik jangan

sampai menjemukan peserta didiknya, biarkan anak bekerja sendiri

dengan memberikan banyak kemerdekaan namun tetap diberikan

peraturan keras buat dan oleh dirinya sendiri yang biasa disebut

dengan sefl disiplin.

d. Masa Dewasa (antara 17-20 tahun)

Fase dewasa ini, disebut dengan periode “makrifat” yang berarti

bahwa pada masa ini mereka ada di dalam tindakan kefahaman . yakni

biasa melakukan kebaikan, menginsyafi serta menyadari akan maksud

dan tujuannya.

Page 84: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

73

Materi yang diberikan pada masa ini adalah pembiasaan

melakukan tindakan yang sukar dan berat serta pemberian berupa ilmu

dan pengetahuan yang lebih dalam dan luas lagi. Disinilah tempat dan

waktunya peserta didik dapat pengajaran tentang apa yang disebut

“ethik” yaitu hukum kesusilaan . jadi tidak hanya tentang berbagai

bentuk bentuk atau adat kesusilaan saja, namun juga tentang dasar-

dasarnya yang berhubungan dengan hidup kebangsaan,

perikemanusiaan, keagamaan, filsafat, keilmuan, kenegaraan,

kebudayaan, adat istiadat dan lain sebagainya.

Pada fase inilah mulai kembali adanya ketenteraman jiwa,

sehingga pada fase inilah waktunya peserta didik diperdalam

kecerdasan jiwanya dengan dituntun mempelajari ilmu pengetahuan,

ilmu agama, dan ilmu adab. Ilmu pengetahuan tentang watak baik

diberikan untuk penyokong pendidikan budi pekerti dan ilmu agama

serta adab berfungsi untuk mempengaruhi pendalaman jiwa yang ada

pada peserta didik. Maka dari itu pelajaran budi pekerti perlu

dimasukan kedalam daftar pelajaran untuk diberikan pada waktu-

waktu tertentu serta diperdalam keilmuannya melalui mendengarkan

ceramah-ceramah oleh para ahli yang berguna bagi perkembangan

pendidikan akhlaknya.

Dari penjelasan mengenai materi dalam mewujudkan pendidikan

budi pekerti di atas, terdapat perbedaan gagasan dari Ki Hadjar

Dewantara dengan beberapa tokoh lain, seperti Dr. Maria Montessori

dan Frobel. Khususnya pada bagian pendidikan pada masa anak-anak.

Dr. Maria Montessori lebih mementingkan pelajaran pancaindra

dalam pendidikan jiwa anak. Dirinya mengadakan beberapa latihan

yang hanya berfokus pada pancaindra. Kesemuanya bersifat pelajaran.

Anak diberi kemerdekaan dengan luas, tetapi permainan tidak

dipentingkan olehnya.

Frobel juga memberikan pelajaran pancaindra tetapi yang

diutamakan adalah permainan anak-anak, kegembiraan anak,

Page 85: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

74

sehingga pelajaran pancaindra juga diwujudkan menjadi sesuatu yang

menyenangkan bagi seorang anak. Tetapi anak masih diperintah.

Sedangkan Ki Hadjar Dewantara boleh dibilang memakai kedua-

duanya. Antara pelajaran pancaindra dan permainan tidak dapat

dipisahkan, yaitu dianggap satu. Beliau beranggapan bahwa tingkah

laku dan segala keadaan hidupnya anak-anak sudah diisi oleh Sang

Maha Among segala alatnya yang bersifat mendidik si anak.45

Namun dari perbedaan-perbedaan tersebut, terdapat kesamaan

dari pemikiran ketiga tokoh pendidikan di atas, yaitu ketiganya sama-

sama mencari jalan lahir untuk mendidik batin. Yaitu menggunakan

jalan pancaindra dan permainan dalam upaya mendidik jiwa seorang

anak.

5. Ruang Lingkup Pendidikan Budi Pekerti

Jika dilihat dari materi pendidikan budi pekerti yang telah dijelaskan

di atas, dapat dipahami bahwa materi-materi tersebut secara garis besar

dapat dikelompokkan dalam 3 lingkup bahasan pendidikan budi pekerti.

Namun ketiga lingkup nilai budi pekerti tersebut tidak secara langsung

disebutkan oleh Ki Hadjar Dewantara.

a. Budi Pekerti kepada Tuhan Yang Maha Esa

Yaitu hubungan yang baik antara manusia dengan penciptanya.

Abuddin Nata dalam bukunya yang berjudul Akhlak Tasawuf dan

Karakter Mulia menyebutkan bahwa di antara bentuk akhlak kepada

Allah salah satunya adalah selalu berdoa kepada-Nya.46 Hal ini sama

halnya dengan bentuk budi pekerti dalam konteks menurut Ki Hadjar

Dewantara yaitu masuk dalam pengajaran “keagamaan” (religius).

Hal ini dapat kita jumpai pada Lembaga Perguruan Tamansiswa

dimana semua pamong atau guru beragama, baik beragama Islam,

Nasrani, maupun agama lainnya. Para pamong selalu mengajak para

45 Ki Hadjar Dewantara, Menuju Manusia Merdeka (Yogyakarta: Leutika, 2009), Cet. I, h. 148. 46 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013),

cet. XII., h. 128

Page 86: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

75

siswanya untuk berdoa terlebih dahulu atau mengucapkan salam

sebelum pelajaran dimulai dan setelahnya. Selain itu pada saat anak-

anak menginjak masa remaja atau beliau menyebut "Taman Remaja”,

disinilah anak-anak diajarkan hal-hal yang berat dalam beragama

seperti bersemedi dan berpuasa. Hal ini merupakan pendidikan budi

pekerti yang baik dan harus dibiasakan.47 Dari kebiasaan dan

pengajaran ini terlihat bahwa Ki Hadjar Dewantara selalu

mengupayakan terhadap semua guru agar selalu mendidik peserta

didiknya agar selalu berbudi pekerti yang luhur kepada Tuhannya.

b. Budi Pekerti terhadap Sesama Manusia

Yaitu hubungan manusia dengan manusia lainnya. Dalam hal ini

manusia dididik agar saling menghargai, menghormati, gotong-

royong, memiliki tenggang rasa dan toleransi terhadap sesama, orang

yang lebih tua, orang yang lebih muda, serta terhadap dirinya sendiri.

Itupun berlaku pula pada pendidikan yang diajarkan oleh Ki Hadjar

Dewantara, yang mana manusia dididik tentang kebangsaan dan

kemanusiaan, sehingga kelak dapat hidup damai bersama berbangsa

dan bernegara.

Ki Hadjar Dewantara dalam hal ini menyebutkan bahwa gerakan

kepemudaan yang bersifat sosial merupakan perwujudan dari budi

pekerti kita terhadap sesama manusia.

c. Budi Pekerti terhadap Lingkungan

Yaitu hubungan manusia antara lingkungan hidup dan masyarakat

disekitarnya. Dalam hal ini jika dilihat menurut perspektif Ki Hadjar

Dewantara lebih mengarah pada kebudayaan dan adat-istiadat.

Dalam hal ini Ki Hadjar Dewantara berharap agar anak-anak

mengenal dan melestarikan budaya dan adat istiadatnya masing-

masing. Misalnya pengajaran tentang kesenian yang tujuan nya agar

kebudayaan yang ada tetap dijaga. Seni yang diberikan berdasarkan

adatnya masing-masing. Beliau menganggap kesenian-kesenian

47 Zuriah, loc. cit.,

Page 87: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

76

seperti lagu daerah yang ada di Indonesia memiliki nilai pendidikan

yang jauh lebih banyak dibanding dengan lagu-lagu dari barat,

sehingga harapannya kita selalu memperlakukan kebudayaan yang ada

dengan baik agar tidak punah.

6. Metode Pendidikan Budi Pekerti

Dalam pendidikan banyak sekali aspek yang dinilai berpengaruh pada

tercapainya suatu tujuan pendidikan. Hal yang juga sangat penting adalah

metode pendidikan. Metode pendidikan berperan besar dalam tercapainya

tujuan pendidikan yang sesungguhnya karena metode pendidikan

merupakan sesuatu yang terkait dengan proses interaksi antara pendidik

dengan peserta didik. metode ini lah cara yang digunakan dalam

pembelajaran agar tujuan pendidikan tercapai.

Menurut Ki Hadjar Dewantara secara umum metode Among

mempunyai pengertian menjaga, membina, dan mendidik anak didik

dengan kasing sayang. Metode Among berkaitan dengan kata dasar Mong

yang mencakup Momong, Among, dan Ngemong. Inilah yang disebut

dengan “Tiga Mong”. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut

:48

Momong, dalam bahasa Jawa berarti merawat dengan tulus dan penuh

kasih sayang serta menyalurkan kebiasaan-kebiasaan yang baik agar

kepada peserta didik terbiasa melakukan hal-hal yang baik disertai doa dari

pendidik agar hasil didikannya menjadi pribadi yang baik dan selalu di

jalan kebenaran.

Among, dalam bahasa Jawa berarti memberi contoh tentang baik

buruk tanpa harus mengambil hak peserta didik agar peserta didik bisa

tumbuh dan berkembang dalam suasana batin yang merdeka sesuai dengan

dasarnya. Artinya dalam hal ini tidak dilakukan dengan paksaan dan

memberikan tekanan batinnya.

Ngemong, dalam bahasa Jawa berarti proses untuk mengamati,

merawat dan menjaga agar anak mampu mengembangkan dirinya,

48 Rahardjo, op. cit., h. 71.

Page 88: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

77

bertanggung jawab dan disiplin berdasar nilai-nilai yang telah

diperolehnya sesuai dengan kodratnya.

Menurut Ki Hadjar Dewantara tujuan metode Among adalah untuk

membangun anak didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa,

merdeka lahir batin, budi pekerti luhur, cerdas dan berketerampilan, serta

sehat jasmani rohani agar menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan

bertanggung jawab. Ia juga mengatakan bahwa metode among ini

mengharamkan hukuman disiplin dengan paksaan atau kekerasan karena

itu akan menghilangkan jiwa merdeka anak. Tetapi pamong adakalanya

boleh bertindak bila perlu dengan paksaan apabila keinginan peserta didik

sebagai orang yang diamong berpotensi membahayakan keselamatannya.

Sementara itu, alat atau cara mendidik dalam metode among terdiri

dari enam, yaitu :

a. Memberi contoh : pamong memberi contoh atau teladan yang

baik dan bermoral kepada peserta didiknya.

b. Pembiasaan : setiap peserta didik dibiasakan untuk melaksanakan

kebaikan-kebaikan serta kewajibannya sebagai peserta didik,

sebagai bangsa Indonesia, dan sebagai pemeluk agama Islam.

c. Pengajaran : guru atau pamong memberikan pengajaran yang

menambahkan pengetahuan peserta didik sehingga mereka

menjadi generasi yang pintar, cerdas, benar dan berakhlak baik.

d. Perintah, paksaan, dan hukuman : diberikan kepada peserta didik

manakala dipandang perlu atau ketika peserta didik

menyalahgunakan kebebasannya dengan melanggar norma yang

berlaku sehingga ujungnya membahayakan keselamatannya.

e. Laku (perilaku) : berkaitan dengan sikap rendah hati, jujur, patuh

pada norma yang berlaku yang terwujud dalam perkataan dan

perbuatan.

f. Pengalaman lahir dan batin : pengalaman kehidupan sehari-hari

yang diresapi dan direfleksikan sehingga mencapai tataran rasa

Page 89: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

78

dan menjadi kekayaan serta sumber inspirasi untuk menata

kehidupan yang membahagiakan diri sendiri dan orang lain.49

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa metode among dalam

pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah metode pengajaran

dimana guru sebagai pendidik atau pamong harus mendidik peserta

didiknya yang diamong dengan kasih sayang tanpa menggunakan

kekerasan maupun paksaan. Namun adakalanya boleh melakukan paksaan

ketika peserta didik menyalahgunakan hak nya sehingga keselamatannya

terancam. Metode Among ini dilakukan berbagai bermacam alat atau cara

yang sebenarnya begitu banyak, namun Ki Hadjar Dewantara

mengemukakan pokok-pokoknya yang terdiri dari enam alat.

C. Relevansi Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara merupakan salah satu tokoh sejarah pendidikan

bangsa Indonesia. Melalui pemikiran pendidikannya, beliau telah berupaya

membangun landasan pendidikan yang menampilkan nilai-nilai yang

melandasi kehidupan manusia di Indonesia. Namun gagasan-gagasannya

mulai dilupakan atau hanya diingat sebagai slogan semata. Hal ini dapat kita

saksikan pada fenomena-fenomena kekerasan dalam dunia pendidikan seperti

maraknya aksi tawuran antar pelajar, penganiayaan guru terhadap muridnya,

dan lain sebagainya. Maka dari itu kiblat dunia pendidikan perlu diarahkan

kembali pada nilai-nilai, antara lain, metode, isi dan lainnya yang digagas

oleh Ki Hadjar Dewantara karena gagasan-gagasannya mengenai pendidikan

adalah bagian vital dari sejarah bangsa Indonesia.50

Berhadapan dengan tantangan implementasi dari gagasan-gagasan

pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam praksis pendidikan di Indonesia,

banyak yang mengalami kesulitan dalam menemukan solusinya. Namun

Bartolomeus Samho dalam bukunya yang berjudul Visi Pendidikan Ki Hadjar

Dewantara : Tantangan dan Relevansi mencoba menganalisis mengenai visi

pendidikan Ki Hadjar Dewantara sebagai suatu jawaban atas tantangan-

49 Dewantara, op. cit., h. 11. 50 Samho, op. cit., h. 9-10.

Page 90: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

79

tantangan praksis pendidikan di Indonesia dewasa ini, yakni Lembaga

Pendidikan, Pendidik sebagai Teladan, dan Peserta Didik sebagai Subjek

Pendidikan.51

1. Relevan dengan Al-Quran, Undang-undang No 20 Tahun 2003, dan

Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005

Mengenai lembaga pendidikan yang oleh Ki Hadjar Dewantara

sebutkan sebagai Tri Pusat Pendidikan yaitu rumah, sekolah, dan masyarakat.

Ketiganya memiliki peran yang sangat penting dalam upaya pendidikan budi

pekerti anak. Seperti pada Bab sebelumnya sudah dijelaskan bahwa seluruh

pendidikan termasuk pendidikan budi pekerti diawali dari dalam keluarga.

Karena di dalam keluarga biasanya terjadi proses meniru dalam berperilaku,

dimana orang tua sebagai pemimpin keluarga, dari tutur kata dan perilakunya

seharusnya menjadi teladan yang dapat dicontoh oleh anaknya.

Namun menurut Nurul Zuriah, kenyataan zaman sekarang sangat

memprihatinkan, keluarga yang seharusnya menjadi pusat pendidikan

tidaklah berperan sebagaimana seharusnya. Menurutnya, di Indonesia

terdapat lebih dari 11 juta anak putus sekolah dan 6 juta di antaranya adalah

menjadi pekerja anak. Dari 6 juta pekerja anak tersebut, 2 juta di antaranya

anak bekerja dalam kondisi yang sangat membahayakan dan memprihatinkan.

Dari kondisi di atas, artinya jika mereka membantu orang tua dalam urusan

ekonomi berarti mereka sendiri tidak mempunyai kesempatan belajar di

rumah, khususnya belajar penanaman nilai-nilai budi pekerti yang luhur.52

Di sisi lain, pada kondisi orangtua yang sanggup membiayai pendidikan

anaknya adalah orangtua yang bekerja. Dirinya meninggalkan anaknya di

rumah untuk bekerja dalam waktu yang cukup panjang dengan

menitipkannya kepada seorang pembantu rumah tangga yang juga sering kali

sangat rendah tingkat pendidikannya. Sehingga pada saat pulang bekerja

kondisi orang tua sudah lelah dan sang anak juga sudah tertidur ditemani

pembantu rumah tangganya. Akibatnya orangtua dan keluarga semacam ini

51 Ibid.,h. 104. 52 Nurul Zuriah. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2008), Cet. 2, h. 162.

Page 91: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

80

tidak pernah sempat menanamkan nilai-nilai positif dalam pendidikan budi

pekerti.

Dari fenomena di atas, sangatlah jelas bahwa salah satu penurunan nilai

budi pekerti seorang anak disebabkan oleh keadaan keluarga yang sangat

sibuk dalam urusan ekonomi sehingga mengabaikan perannya dalam

memberikan pendidikan dan pengajaran terhadap seorang anak. Jadi pendapat

Ki Hadjar yang menyebutkan keluarga merupakan salah satu tiga pusat

pendidikan sangatlah tepat. Gagasan tersebut alangkah baiknya apabila

diterapkan di zaman sekarang, yaitu keluarga yang dijadikan tempat belajar

anak dalam pengembangan budi pekertinya.

Selain Keluarga, ada lembaga pendidikan yang berperan dalam

pembentukan budi pekerti yaitu masyarakat atau Ki Hadjar menyebutnya

alam pemuda. Beliau mengatakan bahwa masyarakat berfungsi mengajarkan

akan kemampuan dalam penguasaan diri yang amat diperlukan dalam

pembentukan watak.

Namun kondisi sekarang tidaklah sesuai dengan apa yang diharapkan,

penanaman nilai-nilai budi pekerti di masyarakat pun menjadi sangat kurang

sebagai akibat dari himpitan ekonomi. Kebanyakan sibuk memikirkan

pemenuhan kebutuhan hidup sehingga kontrol sesama masyarakat menjadi

kurang yang ada hanya sikap acuh tak acuh alias cuek kepada sesame

masyarakat. Hal ini semakin kacau karena keluarga yang anaknya terbebas

dari hal-hal negatif seperti terlibat tawuran, narkoba, tidak peduli dengan

keluarga atau tetangga yang secara kebetulan mengalaminya, mereka berfikir

yang terpenting keluarga sendiri aman.53

Dari kenyataan tersebut, penyebutan lingkungan masyarakat sebagai

salah satu pusat pendidikan yang dikemukakan Ki Hadjar Dewanatara masih

sangat relevan dengan zaman sekarang. Hal tersebut juga dikuatkan oleh

Abdul Majid dalam bukunya Pendidikan Karakter Perspektif Islam,54 yang

53 Ibid., h. 163. 54 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2011), h. 160.

Page 92: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

81

menguatkan dasar akanpentingnya masyarakat dalam pembentukan budi

pekerti serta pengembangan pendidikan lain, yaitu berdasarkan 2 alasan.

Pertama, dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 2 yang menjelaskan

tentang perintah tolong menolong dalam hal berbuat baik dan takwa serta

larangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan kemungkaran.

Kedua, berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun

2003 yang masih dipakai sebagai salah satu sumber undang-undang

pendidikan pada zaman sekarang. Di dalamnya disebutkan bahwa:

“Penyelenggaraan Pendidikan merupakan hak dan tanggung jawab bersama

antara warga Negara, orangtua, masyarakat dan pemerintah.”

Lembaga pendidikan selanjutnya adalah sekolah. Sekolah merupakan

lembaga pendidikan yang memegang peranan penting dalam pembentukan

perilaku peserta didik. Karena tidak semua tugas mendidik dapat dilakukan

oleh orangtua dalam keluarga termasuk masyarakat dalam lingkungan

bertetangga. Ki Hadjar Dewantara memberikan gagasan terhadap sekolah

sebagai lembaga pendidikan agar dapat berjalan dengan baik sesuai dengan

fungsi sekolah secara penuh yaitu untuk selalu memberikan pengembangan

intelektual dan moralitas secara seimbang, senantiasa meningkatkan sarana

prasarana dan menyiapkan tenaga pendidikan yang profesional.55

Dengan demikian sekolah harus memberikan isi materi pendidikan

tidak selalu mengenai intelektual saja, serta selalu mengupayakan sarana dan

prasarana belajar yang terus mengalami pengembangan mengikuti kemajuan

teknologi. Tak lupa menyiapkan tenaga pendidikan yang kompeten yang

tidak buta akan teknologi guna mampu menghadapi kemajuan teknologi di

zaman sekarang.

Artinya gagasan Ki Hadjar Dewantara di atas juga sangatlah relevan

dengan pendidikan zaman sekarang sebagaimana yang dimuat di dalam

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, mengenai Standar Nasional

Pendidikan yang terdiri dari 8 lingkup, meliputi : Standar Isi, Standar Proses,

Standar Kompetensi Lulusan, Standar pendidik dan Tenaga Kependidikan,

55 Samho, op. cit., h. 105.

Page 93: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

82

Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan dan

Standar Penilaian Pendidikan.56

2. Relevan dengan Undang-undang No 14 Tahun 2005 dan

Permendiknas No 16 Tahun 2007

Mengenai Pendidik dan Peserta didik, sesuai dengan visi pendidikan Ki

Hadjar Dewantara bahwa seorang pendidik adalah seorang teladan bagi

peserta didiknya sehingga seorang pendidik diharapkan orang yang pantas

untuk diteladani. Artinya seorang teladan yang idealnya selalu menjadi model

untuk ditiru baik dari perkataan dan perbuatannya sehari-hari.57 Pendapat ini

senada dengan UU No. 14 tahun 2005 pasal 10, ayat 1 yang menyebutkan

bahwa kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran harus memiliki empat

kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.58 Hal ini semakin dikuatkan

oleh Permendiknas no 16 tahun 2007 yang menyebutkan indikator

kompetensi kepribadian yaitu:

a. Bertindak sesuai norma, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional

Indonesia.

b. Pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik

dan masyarakat.

c. Pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.

d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab, rasa bangga menjadi

guru dan percaya diri.

e. Menjunjung Tinggi Kode Etik Profesi Guru.59

Lebih lanjut menurut Burhanuddin Salam yang dikutip oleh Nurul

Zuriah mengatakan bahwa dalam menghadapi zaman yang terus berkembang

seperti sekarang pentingnya reformasi pendidikan yang berwawasan masa

depan yaitu seorang guru harus memiliki kode etik dan akhlak yang salah

satunya dengan selalu memberikan teladan bukan hanya berbentuk lisan atau

56 H.A.R Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional: Satu Tinjauan Kritis, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2006), h. 169 57 Samho. op. cit., h. 106. 58 Tim Penyusun, “Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005, Pasal 10, ayat 1 Tentang Guru

dan Dosen,” dalam Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,

(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 30. 59 Departemen Pendidikan Nasional,Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16

Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, h. 11-12.

Page 94: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

83

nasihat semata, melainkan memberikan contoh perbuatan (teladan) baik yang

mudah ditiru oleh murid-muridnya.60

Selain mengharuskan seorang pendidik memiliki keteladanan, seorang

pendidik juga harus menjadikan peserta didiknya sebagai subjek pendidikan.

Yaitu seorang pendidik hendaknya memandang peserta didik seorang pribadi

yang memiliki potensi-potensi yang perlu dikembangkan. Artinya seorang

pendidik harus mampu menjadi mitra dialog yang setaraf serta membantu

peserta didik dalam membangun gagasan-gagasan baru untuk memecahkan

persoalan-persoalan yang dihadapi, juga mampu menghargai setiap perbedaan

gagasan yang terjadi antar pendidik dengan peserta didik.61

Dari gagasan Ki Hadjar Dewantara di atas mengenai pendidik atau guru

jika dihubungkan dengan berbagai macam perundang-undangan tentang

pendidikan di Indonesia serta pendapat dari para ahli pendidikan zaman

sekarang dapat ditemukan kesamaan pendapat. Yaitu untuk untuk

mewujudkan pendidikan yang baik khususnya pendidikan budi pekerti,

sebagai seorang guru selain harus memiliki kecerdasan dan kemampuan

mengaktualisasikan potensi yang dimiiki peserta didik yang ditetapkan

melalui syarat memiliki kompetensi pedagogik. Sangat penting juga memiliki

sifat keteladan yang mampu memberikan pengaruh kepada peserta didik

untuk selalu menirukan hal-hal baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Karena setiap peserta didik pasti akan meniru seorang pendidiknya dalam

segala tingkah lakunya.

3. Relevan dengan Permendikbud No 23 Tahun 2015

Mengenai materi pendidikan budi pekerti, Ki Hadjar Dewantara

membaginya dalam empat garis besar yaitu dengan sebutan istilah syariat,

hakikat, tarikat, dan makrifat. Dalam istilah-istilah tersebut, mengandung

Intisari bahwa materinya adalah mengenai melaksanakan pembiasaan dalam

melakukan hal-hal positif yang nantinya diharapkan pada terbentuknya

60 Nurul Zuriah, op. cit., h. 109. 61 Samho.op. cit., h. 107.

Page 95: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

84

kebiasaan dalam berbuat baik oleh peserta didik di tiap jenjang pendidikan.

Menurutnya pembiasaan-pembiasaan yang diberikan pada peserta didik mulai

dari sekedar memberikan pembiasaan tanpa mengetahui dasar tujuan hingga

nantinya seorang peserta didik paham betul dengan dasar, tujuan, dan

manfaatkan dari pembiasaan yang diajarkan.

Pembiasaan yang diajarkan sangat sesuai dengan perundang-

perundangan pendidikan era sekarang ini, yaitu sesuai dengan Permendikbud

No 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti (PDB). Dalam

Permendikbud tersebut disebutkan bahwa Penumbuhan Budi Pekerti adalah

kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif yang harus dilakukan oleh

siswa, guru, dan tenaga kependidikan dengan tujuan menumbuhkan kebiasaan

yang baik dan membentuk generasi berkarakter positif yang dilaksanakan

dalam bentuk kegiatan umum, harian, mingguan, bulanan, maupun tahunan.62

Bentuk kegiatan-kegiatan yang disebutkan pada Permendikbud ini

diantaranya membiasakan menunaikan ibadah bersama, membiasakan

perayaan Hari Besar Keagamaan, melaksanakan upacara bendera, memberi

salam, senyum dan sapaan kepada setiap orang di komunitas sekolah,

membiasakan peserta didik untuk berpamitan kepada orang tua ketika hendak

berangkat sekolah serta bersama-sama mengucapkan salam kepada guru

sebelum pembelajaran dimulai yang dipimpin oleh seorang peserta didik

secara bergantian.63

Kegiatan-kegiatan pembiasaan yang telah disebutkan diatas sesuai

dengan kenyataan di sekolah sekarang ini, semua sekolah hampir mempunyai

kegiatan pembiasaan setiap harinya mulai dari tadarus al-Qur’an bersama,

sholat dhuha berjamaah, dan mencium tangan setiap guru ketiga bertemu

serta berdoa sebelum pelajaran dimulai.

62 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

RI Nomor 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti. 63 Ibid.,

Page 96: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

85

Jadi, berdasarkan permendikbud no 23 tahun 2015 di atas, serta

kenyataan di lapangan, menandakan bahwa gagasan tentang materi

pendidikan budi pekerti yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara

sangatlah relevan dengan pendidikan zaman sekarang. Walaupun pada

pendidikan era sekarang ini pelajaran budi pekerti tidak berdiri sendiri

sebagai mata pelajaran, melainkan berpadu pada mata pelajaran-pelajaran

tertentu hal ini setidaknya menandakan adanya itikad baik dari dunia

pendidikan untuk turut membentuk anak didik membentuk budi pekerti yang

baik.

Mengenai Metode pendidikan Budi Pekerti, Ki Hadjar Dewantara telah

menyebutkan 3 metode yaitu momong yang berarti merawat dengan tulus,

among yang berarti memberikan contoh yang baik tanpa paksaan, dan

ngemong yang berarti merawat serta berupaya mengembangkan potensi

peserta didik. Ketiga metode tersebut dirancang sebagai terobosan dalam

mengajarkan budi pekerti kepada peserta didik, yang pada akhirnya

disebutkan berbagai macam cara alatnya, yaitu: memberikan contoh,

pembiasaan, pengajaran, perintah, perilaku, dan pengalaman lahir batin.

Metode-metode diatas merupakan penjabaran yang sangat luas yang

juga disebutkan dalam Permendikbud no 23 tahun 2015, yaitu sebagai

berikut:

Metode pelaksanaan penumbuhan budi pekerti dilakukan dengan

mengamati dan meniru perilaku positif guru dan kepala sekolah sebagai

contoh langsung di dalam membiasakan keteraturan dan pengulangan.

Guru berperan juga sebagai pendamping untuk mendorong peserta

didik belajar mandiri. Pada jenjang yang lebih tinggi dilakukan dengan

kemandirian peserta didik membiasakan keteraturan dan pengulangan.64

Dari Permendikbud di atas, penulis berpendapat bahwa secara garis

besar, metode yang dirancang pemerintah mengambil 2 metode sebagai poin

penting yaitu metode keteladanan dan metode pembiasaan. Hal ini terlihat

dari kata meniru dan membiasakan keteraturan dan pengulangan. Artinya

64 Ibid.,

Page 97: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

86

sebagai seorang pendidik harus memberikan keteladanan dalam upaya

membentuk budi pekerti yang baik serta melakukannya secara berulang-ulang

agar menjadikan sebuah kebiasaan berbuat baik.

Jadi, berdasarkan Permendikbud no 23 tahun 2015 di atas, serta

gagasan menurut Ki Hadjar Dewantara yang telah dipaparkan lebih dulu,

dapat dipahami bahwa metode yang ditetapkan pemerintah dalam membentuk

budi pekerti yang baik kepada peserta didik tidak berbeda dengan apa yang

dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara. Dengan demikian menambah

keyakinan bahwa gagasan yang dikemukakan beliau masih sangat relevan

dengan pendidikan era zaman sekarang.

Page 98: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

87

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya mengenai

konsep pendidikan budi pekerti menurut Ki Hadjar Dewantara, maka penulis

menyimpulkan poin-poin utama atas uraian tersebut. Di antaranya sebagai

berikut:

1. Konsep pendidikan budi pekerti menurut Ki Hadjar Dewantara dalam

menanamkan moral pada anak didik terdiri dari beberapa komponen,

yaitu:

Pertama, Pendidikan budi pekerti tidak lain artinya menyokong

perkembangan hidup anak-anak, lahir, batin dan sifat kodrati nya menuju

ke arah peradaban dalam sifatnya yang umum yang bertujuan agar anak

didik sebagai anggota masyarakat dapatlah mencari seseorang yang luhur,

beriman, bertakwa serta bermanfaat bagi masyarakat sehingga mencapai

keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Dimana lingkup

pendidikan budi pekerti ini melingkup budi pekerti kepada Sang Pencipta,

sesama manusia, dan dengan lingkungan.

Kedua, pusat pendidikan budi pekerti adalah lembaga atau lingkungan

ada di sekitar manusia yang mempengaruhi perilaku peserta didik dan

berperan dalam pendidikan. Ki Hadjar menyebutnya dengan istilah

Trisentra atau Tri Pusat Pendidikan yang terdiri dari keluarga. Sekolah,

dan lingkungan masyarakat.

Ketiga, dalam pendidikan budi pekerti harus ada kerjasama antar

pendidik dan peserta didik. Pendidik diharuskan memiliki penguasaan

berbagai ilmu pendidikan agar dapat memahami bagaimana cara mendidik

peserta didiknya serta menjadi suri tauladan bagi peserta didiknya. Dalam

hal ini Ki Hadjar Dewantara merumuskannya dalam tiga semboyan yaitu,

Ing Ngarsa Sung Tuladha yang berarti di depan memberikan keteladanan,

Ing Madya Mangun Karsa yang berarti di tengah memberikan semangat,

Page 99: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

88

dan Tut Wuri Handayani yang berarti di belakang memberi dukungan.

Serta untuk peserta didik harus adanya kemauan yang keras untuk tetap

melakukan hal-hal yang baik, serta menjadikan semua pendidik sebagai

panutannya dalam bertingkah laku.

Keempat, materi dalam pembentukan budi pekerti diberikan dari masa

kanak-kanak hingga dewasa yang berisi bukan hanya ilmu pengetahuan

melainkan juga materi tentang pembentukan pribadi seseorang agar lebih

baik.

Kelima, metode yang digagaskan Ki Hadjar dewantara dalam

pembentukan budi pekerti adalah metode Tiga Mong yang terdiri dari

Momong, Among, dan Ngemong. Dimana metode ini berarti menjaga,

membina , dan mendidik peserta didik dengan kasih sayang yang

dilakukan dengan berbagai cara seperti memberi contoh, pembiasaan,

pengajaran, perintah. Perilaku, dan pengalaman lahir batin.

2. Konsep Pendidikan Budi Pekerti yang telah dijelaskan di atas memiliki

Relevansi dengan dunia pendidikan zaman sekarang. Hal ini dapat dilihat

dari banyaknya kesamaan isi dan gagasan yang dibuat pemerintah baik

melalui sebuah Undang-Undang maupun Peraturan Menteri Pendidikan

(Permendikbud).

Pertama, Ki Hadjar Dewantara menyebut Tri Pusat yaitu keluarga,

Sekolah, dan Alam pemuda selaras dengan Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional tahun 2003 yang menyebut bahwa penyelenggaraan

pendidikan merupakan tugas bersama, keluarga, masyarakat dan

pemerintah.

Kedua, Ki Hadjar Menyatakan bahwa untuk menjadi seorang pendidik

harus memiliki syarat yang berat yaitu disamping memiliki kecerdasan

ilmu pengetahuan, juga memiliki kepribadian yang baik karena sebagai

teladan bagi peserta didiknya. Hal ini sesuai dengan kriteria guru

profesional yang disyaratkan agar dapat menjadi guru yang baik di zaman

sekarang yaitu UU No. 14 tahun 2005 dan Permendiknas No. 16 tahun

2007 yang didalamnya membahas tentang kompetensi guru profesional.

Page 100: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

89

Ketiga, Ki Hadjar Dewantara menyebutkan bahwa materi pendidikan

di sesuaikan berdasarkan jenjang yang tempuh yang intinya materi berupa

pembiasaan baik yang tidak mengetahui dasar dan tujuannya hingga

pembiasaan yang disertai dengan mengetahui akan dasar, tujuan dan

manfaatnya. Hal ini sepadan dengan Permendikbud No 23 tahun 2015

yang didalamnya menyebutkan bentuk kegiatan penumbuhan budi pekerti

yang dilakukan baik setiap hari, minggu, bulan, maupun tahun yang

tujuannya membentuk kebiasaan baik.

Keempat, Ki Hadjar Dewantara menyebut metode pendidikan budi

pekerti dengan 3 istilah yaitu Momong, Among, dan Ngemong. Ketiganya

memiliki intisari berupa metode memberikan keteladanan dan

pembiasaan. Hal ini juga sama dengan Permendikbud No 23 tahun 2015

yang menyebutkan bahwa metode yang dipakai adalah keteladan dan

pembiasaan karena didalamnya dijelaskan seorang pendidik harus bisa

ditiru oleh peserta didik serta melakukan pembiasaan baiknya dengan

berulang-ulang. Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa gagasan

pemikiran yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara sangatlah relevan

dengan pendidikan masa kini. Sehingga diharapkan kita semua untuk tidak

melupakan gagasan-gagasan beliau terlebih tetap mengamalkan

terobosan-terobosan yang telah beliau kemukakan yang harapan

terakhirnya dapat menjadikan peserta didik masa kini dan masa mendatang

dapat memiliki kecerdasan inteektual yang tinggi serta budi pekerti yang

luhur.

B. Saran

Alhamdulillahirobbil’alamiin, berkat rahmat Allah SWT. Skripsi yang

berjudul “Konsep Pendidikan Budi Pekerti Menurut Ki Hadjar Dewantara”

telah berhasil disusun. Dari kajian-kajian yang sudah diuraikan pada bab

sebelumnya, maka secara umum saran-saran yang dapat penulis kemukakan

adalah sebagai berikut:

1. Bagi pendidik, hendaknya menanamkan budi pekerti yang luhur terhadap

peserta didik, terutama dengan memberikan suri tauladan yang baik

Page 101: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

90

kepada peserta didik. Karena seorang pendidik dalam segala tingkah

lakunya selalu menjadi panutan oleh anak didiknya. Sehingga disamping

memberikan ilmu pengetahuan yang luas, seorang pendidik harus

memberikan ilmu pendidikan moral yang mendalam.

2. Bagi lembaga-lembaga Islam maupun umum, buku karya-karya Ki Hadjar

Dewantara sangat patut digunakan sebagai buku pendukung belajar karena

gagasan-gagasan yang ada dalam buku tersebut dapat dijadikan sebagai

landasan berfikir, dan berperilaku dalam upaya mencerminkan budi

pekerti yang luhur.

3. Bagi siswa, hendaknya lebih bersungguh-sungguh dalam kegiatan belajar-

mengajar pada materi budi pekerti dan akhlak. Serta memiliki kemauan

yang keras untuk melakukan hal-hal yang baik, serta menjadikan para

pendidik sebagai panutannya dalam berperilaku.

Page 102: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

91

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutardjo. Pembelajaran Nilai Karakter Konstruktivisme dan VCT

Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Aktif. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2013.

Alamsyah, Syahdan. “Tawuran Pelajar di Sukabumi, Rayhan Tewas Terkena

Bacokan”, www.detik.com, 20 November 2017.

Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 2010.

Arifin, Muyazzin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. V, 2010.

Athiyah Al-Abrasyi, Mohd. Dasar-Dasar Pendidikan Pendidikan Islam. Jakarta:

Bulan Bintang, 1969.

Al-Baihaqi, Imam Abi Bakar Ahmad bin al-Hussaini. Sunan al-Kubro. Lahore:

Maktaba Rahmania, t.t.

Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. al-Jami’u Shahih, Kairo: Al-Matba’ah as-

Salafiyyah,, Juz I, 1400 H.

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik

dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, Cet. III, 2009.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Jumanatul Ali Art,

2005.

Dewantara, Ki Hadjar. Bagian Pertama Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur

Persatuan Tamansiswa, Cet. IV, 2011.

-------, Bagian Kedua Kebudayaan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan

Tamansiswa, Cet. III, 2011.

-------, Menuju Manusia Merdeka. Yogyakarta: Leutika, Cet. I, 2009.

Diansyah, Amrullah. “Tersinggung, Siswa SMP Nekat Tikam Guru 13 Kali”,

www.sindonews.com, 20 November 2017.

Emzir, Analisis Data: Metodologi penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press,

2010.

Gunawan, Heri. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung:

Alfabeta, Cet. II, 2012.

Harun, Salman. Sistem Pendidikan Islam Muhammad Quthb. Bandung: Al Maarif,

Cet. II, 1988.

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2008.

Kasiram, Moh. Metodologi Penelitian. Malang: UIN-Malang Press, 2008.

Page 103: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

92

Majid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Marimba, D. Ahmad. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma’arif,

Cet. IV, 1980.

M.D, Sagimun. Ki Hadjar Dewantara. Jakarta: Bhratara Karya Aksara, Cet. II,

1983.

Minarti, Sri. Ilmu Pendidikan Islam- Fakta Teoritis-Filosofis & Aplikatif-Normatif.

Jakarta: Amzah, Cet. I, 2013.

Moleong, J, Rexy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja

Rosdakarya, Cet. XXVIII, 2016.

Musyafa, Haidar. Sang Guru, Novel Biografi Ki Hadjar Dewantara, Kehidupan,

Pemikiran, dan Perjuangan Pendiri Tamansiswa (1889-1959). Jakarta:

Imania, 2015.

Nasihin Ulwan, Abdullah. Pendidikan Anak Menurut Islam, Pemeliharaan

Kesehatan Jiwa Anak. Terj. dari Tarbiyatul Aulad Fil Islam oleh Khalilullah

Ahmas Masykur Hakim Jakarta: Remaja Rosydakarya, 1990.

Nata, Abuddin. Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2005.

-------, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2005.

-------, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet.

XII, 2013.

Ningrum, Diah. Kemerosotan Moral di Kalangan Remaja: Sebuah Penelitian

Mengenai Parenting Styles dan Pengajaran Adab, Jurnal UNISIA, Vol.

XXXVII, 2015.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 23 Tahun 2015 tentang

Penumbuhan Budi Pekerti. Jakarta: Depdikbud.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 Tahun 2007 tentang Standar

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Depdiknas.

Putra Daulay, Haidar. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di

Indonesia. Jakarta: Kencana, Cet. III, 2012.

Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja

Rosdakarya, Cet. XXI, 2014.

Raharjo, Suparto. Ki Hajar Dewantara Biografi Singkat 1889-1959. Yogyakarta:

Garasi House Of Book, Cet. II, 2014.

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, Cet. XII, 2015.

Page 104: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

93

Sagala, Syaiful. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.

Bandung: Alfabeta, 2013.

Samho, Bartolomeus. Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Yogyakarta:

Kanisius, 2013.

Soeratman, Darsiti. Ki Hajar Dewantara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1985.

S, Tatang, Ilmu Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, Cet. I, 2012.

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D. Bandung: Alfabeta, 2008.

-------, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta, Cet. XXI. 2014.

Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gajah Mada University

Press, 2012.

Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2004.

Syaodih, Nana. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,

2007.

Tilaar, H.A.R. Standarisasi Pendidikan Nasional: Satu Tinjauan Kritis. Jakarta:

Rineka Cipta, 2006.

Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka, Cet. III, 2005.

Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas

RI, Cet. IV, 2008.

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2015.

Tim Penyusun, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas, Cet. I, 2003.

At-Tirmidzi, Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah. al-Jami’u Tirmidzi, Riyadh:

International Ideas Home Inc, t.t.

Tim Penyusun. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia

Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat Upaya Menawarkan Solusi Terhadap

Berbagai Problem Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.

Zuriah, Nurul. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan.

Jakarta: Bumi Aksara, Cet II, 2008.

Page 105: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

LAMPIRAN

Page 106: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

LAMPIRAN 1

JUDUL BUKU : BAGIAN PERTAMA: PENDIDIKAN

PENULIS : KI HADJAR DEWANTARA

Page 107: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

LAMPIRAN 2

JUDUL BUKU : BAGIAN KEDUA: KEBUDAYAAN

PENULIS : KI HADJAR DEWANTARA

Page 108: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

LAMPIRAN 3

JUDUL BUKU : MENUJU MANUSIA MERDEKA

PENULIS : KI HADJAR DEWANTARA

Page 109: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-081

Tgl. Terbit : 1 Maret 2010

No. Revisi: : 01

Hal 1t1

SURAT BIMBINGAN SKRIPSI

Nomor : B-13 14lF1iKM.01.3/VIIU2018Lamp. : I

Hal : Bimbingan Skripsi

Nama

NIM

Jurusan

Semester

Judul skripsi

Tembusan:l. DekanFITK2. Mahasiswa ybs.

FathulMusthofa

I I 1301 1000027

Pendidikan Agama Islam

IX (Sembilan)

Konsep Pendidikan Budi Pekerti Menurut Ki Hadjar Dewantara

J akarta, 20 Agustus 20 1 8

Kepada Yth.,

Drs. H. Achmad Gholib, M.AgPembimbing SkripsiFakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUIN Syarif HidayatullahJakarta.

Assalamu'alaikum Wn Wb.

Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing VII(materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:

Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 16 Juni

2Ol7 , abstrakstloutline terlampir. Saudara dapat-melakukan perubahan reda[slonal pada

judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbingmenghubungi Jurusan terlebih dahulu.

Birnbingan skripsi, ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat

diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.

' I ..

, Atas perhatian dan ke1j4 sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

W as s al amu' al aikum wr.w b,

fid Khon, M.Ag

Page 110: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

UJI REF'ERENSI

Nama Mahasiswa

NIM

Judul Skrips

DosenPembimbing

Fathul Musthofa

l 1 1301 10000027

Konsep Pendidikan Budi Pekerti Menurut Ki Hadjar Dewantara

Drs. H. Achmad Gholib, M.Ag

No Nama Judul Buku Tempat dan

Tahun Terbit

Paraf Dosen

I Haidar Putra Daulay Pendidikan Islam dalam

Sistem Pendidikan

Nasional di Indonesia

Jakaila: Kencana,

2012 v2 Sri Minarti Ilmu Pendidikan Islam -

Fakta Teoritis-Filosofis

& Aplikatif-Normatif

Jakarta: A\IZALL

20t3ng

3 Nurul Zuiah Pendidikan Moral dan

Budi Pekerti dalam

Perspektif Perubahan

Jakarta: Bumi

Aksara. 2008 t-Y4 Suwendi Sejarah dan Pemikiran

Pendidikan Islam

Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada,

2004.

J5 Departemen Agama Rl Al-Qur'an dan

Teqemahnya

Bandung:

Jumanatul Ali Art.

2005J

6 Abdul Majid danDian

Andayani

Pendidikan Karakler

Perspekif Islam

Bandung: PT

f{emaja

Rosdakarya.20l 1

)/

Page 111: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

7 Haidar Musyafa Sang Guru, Novel

Biografi Ki Hadjar

Dewantara, KehiduPan,

Pemikiran dan

Perjuangan Pendiri

Tamansiswa (1889-

1es9)

Iakarta: Imania.

2015

8 Ki Hadjar Dewantara Bagian Pertama

Pendidikan

Yogyakarta:

MPLTS.2All.Cet.

ry f9 Abuddin Nata Tokoh-Tokoh

pembaharuan Pendidikan

Islam di Indonesia

Jakarta:Raja

Grafindo Persada.

2005

f)y/

10 Ramayulis Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: Kalam

Mulia.2015. Cet.

xii v11 Tim Penyusun Undang-Undang RI

Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem

Pendidikan Nasional

Jakarta: Depdiknas.

2003. Cetl It2 Tim Penyusun Pusat

Bahasa

Kamus Besar Bahasa

Indonesia

Jakarta: Balai

Pustaka.2005{

13 Hasbullah Dasar-Dasar Ilmu

Pendidikan

Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

2008

/

t4 Tatang S. Ilmu Pendidikan Bandung: Pustaka

Setia. 2C12 I15 Ahmad D. Marimba Pengantar Filsafat

Pendidikan Islam

Bandung: Al-

Ma'arif. 1980 -J'

T

Page 112: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

l6 Muzayyin Arifin Filsafat Pendidikan Islam Jakarta: Bumi

Aksara.2010 I17 Srrtardjo Adisusilo Pembelalaran Nilai

Karakter

Konstruktivisme dan

VCT Sebagai Inovasi

Pendekatan

Pembelajaran Aktif

Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

2013 "il

18 Tim Penyrsun Pusat

Bahasa

Kamus Besar Bahasa

Indonesia

Jakarta; Depdiknas.

2008

M19 Zubaedr Pendidikan Berbasis

Masyarakat UPaYa

Menawarkan Solusi

Terhadap Berbagai

Probiem Sosial

Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

2006 il20 Abuddin Nata Akhlak Tasawuf dan

Karakter Mulia

Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

201,3J

2l Rosihon Anwar Akhlak Tasawuf Bandung: Pustaka

Setia.20101)

/

22 Muhammad Athiyah

Al- Abrasyi

Dasar-Dasar Pendidikan

Islam

Jakarta:Bulan

Bintang. 1969 J

Page 113: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

23 Abdullah NasihinUlwan

Pendidikan Anak

Menurut Islam

Pemeliharaan Kesehatan

Jiwa Anak

lakarta: RemajaRosydakarya. 1990

24 Salman H*+ Sistem Pendidikan Islam

MuhammadQuthb

Bandung: A1-

Ma'arif. Cet. II.1988

/)

/

25 Departemen

Pendidikan Nasional

Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional No.

16 Tahun 2007

Jakarta: Depdiknas,

2007. il26 Abuddin Nata Pendidikan dalam

Perspektif Al-Qur'an

Jakarta: {-IIN

Jakarta Press. 2005p

27 Sugiono Metode Penelitian

Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, danR&D

Bandung: Alfabeta.

2014. Cet-X){l. v28 RexyJ. Moleong Metodologi penelitian

Kualitatif

Bandung: Remaja

Rosdakarya.2016.

Cet. XXVII il29 Tim Penyusun Pedoman Penulisan

Skripsi Fakultas Iknr:

Tarbiyah dan Keguruan

Jakarta:FITK,

20t5/1l

30 Tim Penyusun Undang-Undang

Republik Indonesia

Nomor 14 tentang Guru

dan Dosen

Jakarta,

Kementerian

Hukum danHak

Asasi Manusia,

2005.

I31 Burhan Bungin Penelitian Kualitatif:

Komunikasi, Ekonomi,

Jakafia: Kencana,

2009,4

Page 114: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

Kebijakan Publik dan

Ilmu Sosial Laimyaj

32 Emzir Metodologi Penelirian

Kualitatif

Jakarta: Rajawali

Press,2010 -l)JJ Suparto Rahardjo Ki Hadjar Dewantara

Biografi Singkat 1889-

1959

Yogyakarta: Garasi

House OfBook.

20t4

n1/

34 Darsiti Soeratman Ki Hadjar Dewantara lakarta

Departemen

Pendidikan dan

Kebudayaan,1985

35 Sagimun. M.D. Ki Hadjar Dewantara Jakarta:Bhrtara

Karya Aksara.

1 983

I-{36 Ngalim Purwanto Ilmu Pendidikan Teoritis

dan Praktis

Bandung: Remaja

Rosdakarya.2014.

Cet. XXI

37 Bartolomeus Samho Visi Pendidikan Ki

Hadjar Dewantara

Yogyakarta:

Kanisius.2013 -l)?a H.,4,.R Tilaar Standarisasi Pendidikan

Nasional: Satu Tinjauan

Kritis

Jakarta: Rineka

Cipta. 2006

I17/

ty

39 Syaiful Sagala Kemampuan Profesional

Guru dan Tenaga

Kependidikan

Bandung: Alfabeta.

2013{

40 Imam Abi Bakar

Ahnrad bin A1-

Hussaini Al-Baihaqi

Sunan Al-Kubra Lahore: Maktaba

I{alirnania. t.t.//(

/1

4t Muhammad bin Ismail

A1-Bukhari

Ai-Jami'u Shahih Kairo:A1-

N4atba'ah As- /

/)(//

/

Page 115: KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HADJAR …

Salafiyyah. 1400

H. Juz.I

Abu Isa Muhammad

bin Isa bin Saurah At-

Tirmidzi

Jami'u Tirrnidzi Riyadh:

International Ideas

Home Inc. t.t.

Departemen

Pendidikan dan

Kebudayaan

Peraturan Menteri

Pendidikan dan

Kebudayaan No. 23

Tahun 2015

Jakarta:

Depdikbud. t.t.

Departemen

Pendidikan Nasional

Peraturan Menteri

Pendidikan dan

Kebudayaan No 16

Tahun2007

Jakarta: Depdiknas.

t.t

Metode Penelitian

Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, danR&D

Bandung: Alfabeta.

2008