konsep pembangunan perekonomian indonesia: studi

126
KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI KOMPARATIF PEMIKIRAN BUNG HATTA DAN SYAFRUDDIN PRAWIRANEGARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) YUNI BUDIAWATI NIM. 1110046100028 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1436 H.

Upload: others

Post on 01-Dec-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA:

STUDI KOMPARATIF PEMIKIRAN BUNG HATTA DAN

SYAFRUDDIN PRAWIRANEGARA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

YUNI BUDIAWATI

NIM. 1110046100028

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/1436 H.

Page 2: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI
Page 3: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI
Page 4: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya hasil saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 23 Desember 2014

Yuni Budiawati

Page 5: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

ABSTRAK

YUNI BUDIAWATI, NIM: 1110046100028, Konsep Pembangunan Perekonomian

Indonesia: Studi Komparatif Pemikiran Mohammad Hatta dan Syafruddin

Prawiranegara. Konsentrasi Perbankan Syariah, Prodi Muamalat, Fakultas Syariah

dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta 1436 H/2014 M.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis konsep pembangunan ekonomi yang

dirancang oleh Mohammad Hatta dan Syafruddin Prawiranegara pada masa

peralihan, apa yang menjadi fokus keduanya dalam pembangunan ekonomi,

menganalisis persamaan dan perbedaan konsep keduanya serta menganalisis

pemikiran keduanya, dilihat dari sudut pandang prinsip mashlahah ekonomi Islam,

yang diulas secara objektif, komprehensif sehingga dapat ditemukan konsep yang

dapat menjadi gambaran perekonomian nasional saat ini. Penelitian ini berupa

kepustakaan (library research) dengan menggunakan data dan analisa deskriptif, dari

sumber primer maupun sekunder. Metode yang digunakan adalah content analysis

dan komparatif. Kesimpulannya adalah perencanaan pembangunan ekonomi

keduanya memiliki kesamaan dalam konsep ideologis, pendidikan, infrastruktur, dan

transmigrasi meskipun ada perbedaan lainnya sesuai dengan posisi mereka saat itu.

Sedangkan pemikiran keduanya secara substansi selaras dengan konsep ekonomi

Islam, namun ada perbedaan pendapat mengenai bunga bank yang dianggap tidak

sama dengan riba, yang perlu dikritisi.

Kata kunci :Pembangunan ekonomi, masa peralihan, prinsip maslahah, ekonomi

Islam, Mohammad Hatta, Syafruddin Prawiranegara.

Pembimbing : Djaka Badranaya, ME.

Daftar Pustaka : Tahun 1950 s.d Tahun 2012

Page 6: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

vi

Kata Pengantar

Puji Syukur pada Sang Maha Pengasih dan Sang Pemberi Rahmat Allah

SWT, yang telah mempermudah penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat Salam penuh rindu tersampaikan pada Baginda Muhammad SAW,

yang telah mengeluarkan kami dari kehidupan yang penuh kebodohan.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Namun, keberhasilan ini

tidak dapat penulis usahakan sendiri, banyak pihak yang telah membantu kelancaraan

dalam penulisan skripsi ini, Maka penulis ingin berterimakasih kepada:

1. Bapak JM. Muslimin, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH., selaku Ketua Prodi Muamalat, dan

Bapak Abdur Rouf, MA. selaku Sekretaris Prodi Muamalat beserta jajaran yang

telah memberikan arahan dalam mempermudah administratif penulis.

3. Bapak Djaka Badranaya, ME., selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar

membimbing serta memberi masukan, dukungan dalam penulisan skripsi ini.

4. Semua Dosen Fakultas Syariah dan Hukum, yang dengan tulus memberikan ilmu

yang begitu berharga kepada penulis selama kuliah, khususnya kepada Bapak Dr.

Anwar Abbas, MM, M.Ag. Semoga Allah meninggikan derajat semuanya.

Page 7: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

vii

5. Staf perpustakaan Fakultas dan Universitas, yang menyediakan buku-buku yang

bermanfaat bagi penulis dan menjadi inspirasi ilham bagi penulis.

6. Orangtua tercinta Ayahanda Budianto dan Ibunda Misnawati. Adik-adik penulis

Dwi Setiabudi, Bella Pertiwi, dan Ihsan Budiman yang telah menjadi guru

kehidupan bagi penulis. Terimakasih atas semua dukungan dan doa kalian.

7. “Para Sahabat” Melianah, Nur Lailatus Sholihah, Iin Hamidah, Nida Khoiriyah,

PS-D angkatan 2010, para “Laskar CABE” terimakasih atas dukungannya.

8. Keluarga besar UKM Bahasa FLAT khususnya “FLAWLESS”, „Ikatan Alumni

Darussalam‟ (IKADA) Jabodetabek-Banten, COINS “Fighters”!, KOLIBET

(Komunitas Literasi Alfabet), Komunitas Musik Gesek Kamar Wina.

Terimakasih telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman yang sangat

berharga bagi penulis.

Terimakasih juga kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu. Penulis menyadari, skripsi ini jauh dari sempurna, maka penulis akan terbuka

atas segala kritik dan saran. Semoga segala hal baik yang kita kerjakan mendapat

ridha dari Allah dan mendapat ampunan atas segala khilaf. Salam Berkah!

Jakarta, 23 Desember 2014

Yuni Budiawati

Page 8: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ........................................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................. 6

C. Pembatasan ................................................................................ 6

D. Perumusan Masalah ................................................................... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 8

F. Review Studi Terdahulu ............................................................ 9

G. Metode Penelitian ...................................................................... 12

H. Sistematika Penulisan ................................................................ 17

BAB II Pembangunan Ekonomi dan Ekonomi Indonesia ..................... 19

A. Konsep Pembangunan Ekonomi Konvensional .................... 19

1. Pengertian Pembangunan Ekonomi.................................... 19

2. Tujuan Pembangunan Ekonomi ......................................... 20

B. Konsep Pembangunan Ekonomi Islam .................................... 23

1. Pengertian Pembangunan Ekonomi Islam .......................... 25

2. Konsep Pembangunan Ekonomi Islam................................. 25

Page 9: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

ix

C. Perkembangan Pemikiran Ekonomi di Indonesia ................... 28

1. Membangun Ekonomi Nasional (1945-1959) ................... 28

2. Ekonomi Terpimpin (1959-1966) ....................................... 33

3. Paruh Pertama Orde Baru (1966-1982) .............................. 36

4. Deregulasi dan Liberalisasi Ekonomi (1982-1997) ........... 38

5. Krisis dan Pemulihan (1977-2004) ..................................... 41

6. Pemulihan dan Pengembangan (2004-2009) ..................... 41

BAB III Konsep Pembangunan Perekonomian Indonesia ...................... 43

A. Riwayat Singkat ........................................................................ 43

1. Mohammad Hatta ................................................................ 43

2. Syafruddin Prawiranegara ................................................... 52

B. Konsep Pembangunan Ekonomi .............................................. 58

1. Mohammad Hatta ................................................................ 58

2. Syafruddin Prawiranegara ................................................... 71

C. Relevansi Konsep Pembangunan Ekonomi Mohammad Hatta

dan Syafruddin Prawiranegara dari Sudut Ekonomi Islam..... 89

1. Pendidikan Moralitas ........................................................... 91

2. Koperasi dan Kesejahteraan Sosial ..................................... 91

3. Transmigrasi, Infrakstruktur, dan Pemerataan ................... 93

4. Korupsi dan Diskriminasi ................................................... 94

5. Pinjaman Luar Negeri dan Modal Asing ............................ 96

6. Riba ...................................................................................... 98

BAB VI Kesimpulan dan Saran ................................................................. 106

A. Kesimpulan ........................................................................... 106

B. Saran ...................................................................................... 109

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 110

Page 10: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Evolusi Paradigma Tujuan Pembangunan .................................. 22

Gambar 2 Konsep Pembangunan dalam Islam ............................................ 27

Page 11: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Komparasi Konsep Pembangunan Ekonomi Mohammad Hatta dan

Syafruddin Prawiranegara di Masa Peralihan .................................. 85

Page 12: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia harus berbangga saat kebanyakan negara lain mendapatkan

kemerdekaan karena pemberian atau hadiah dari penjajahnya kemudian

menjadikannya sebuah negara persemakmuran, seperti negara-negara

persemakmuran Inggris yang mayoritas adalah negara jajahan Inggris,

meskipun kini keanggotaannya menjadi bersifat sukarela. Berbeda dengan

Indonesia dengan kegigihan para pejuang berhasil merebut kemerdekaannya.

Masa peralihan yaitu perubahan dari masa kolonial menuju masa

nasionalis, dimana seorang bangsa yang baru merdeka dari penjajahan

mencoba untuk menjadi mandiri dan membangun bangsanya. Itu merupakan

hal yang tidak mudah, begitupun dengan Indonesia yang masih sangat muda

untuk mengelola sebuah negara yang begitu luas. Tapi Indonesia memiliki

orang-orang hebat yang bekerja keras dan mempunyai pemikiran yang luar

biasa dalam membangun pondasi kuat perekonomian, hukum dan politik

Indonesia seperti Mohammad Hatta dan Syafruddin Prawiranegara, yang

merancang dan membangun masa depan Indonesia yang diharapkan bagi

rakyatnya untuk maju dan hidup sejahtera.

Page 13: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

2

Mohammad Hatta yang dijuluki sebagai „Bapak Koperasi‟ dan

Syafruddin Prawiranegara disebut oleh Douglass S. Paauw sebagai „The

Guardian of Monetary Stability‟. Keduanya merupakan salah satu the

founding father Indonesia yang meletakkan rancangbangun perekonomian

Indonesia hingga konsepnya masih dapat diterapkan hingga saat ini.

Mohammad Hatta seorang yang sosialis utopis, dimana pemikirannya

yang selalu mendahulukan kesejahteraan rakyat kecil seperti buruh dan tidak

menyukai konsep kapitalis yang tidak adil dalam menciptakan kesejahteraan.

Konsep koperasi yang diajukannya yang juga pernah dicanangkan oleh para

tokoh sosialis utopis seperti Robert Owen (1771-1858), Charles Fourier

(1772-1837), dan Louis Blanc (1881-1882),1 yang membuatnya dikenal

sebagai „Bapak Koperasi‟, bahwa menurutnya langkah awal dalam

meningkatkan kemakmuran rakyat adalah dengan terlebih dahulu mendorong

ekonomi yang terbelakang dengan jalan koperasi dan pendidikan.2 Yang mana

tertuang dalam UUD 1945 pada pasal 33 dengan tiga poin penting di sana

yaitu pertama, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas

asas kekeluargaan. Kedua, produksi penting bagi negara dan yang menguasai

hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Ketiga, bumi, air dan semua

kekayaan alam dikuasai negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat.

1 Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h.

67. 2 Ibid., h. 9.

Page 14: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

3

Syafruddin Prawiranegara yang pernah menjabat presiden selama 207

hari untuk PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia) saat Soekarno dan

Mohammad Hatta berhasil ditangkap dan diasingkan oleh pihak Belanda

dalam Agresi Militer Belanda ke II pada 19 Desember 1948, kemudian

Syafruddin juga memiliki jabatan penting lainnya seperti Menteri Keuangan

(1949-1950) dan Gubernur Bank Indonesia (1950), juga memiliki peran

penting dalam membangun ekonomi. Menurut Fachry Ali meskipun

Mohammad Hatta dan Soemitro Djojohadikoesoemo juga merupakan peletak

dasar kebijakan ekonomi Indonesia tapi pemikiran ekonomi Syafruddin

Prawiranegara menurutnya memiliki posisi distinktif3 karena Syafruddin

sendiri memiliki pemikiran yang bertentangan dengan zamannya, saat ekonom

lain sedang meletakan dasar sistem ekonomi untuk Indonesia yang dia sebut

dengan pemikiran idealis yang tidak praktis, dia malah memiliki pandangan

lain yang praktis. Ada salah satu pandangan Syafruddin yang membuat kaget

sebagian ekonom Indonesia karena dianggap mengacu pada undang-undang

yang bersifat kapitalis di Amerika Serikat dan bertentangan dengan tujuan

UUD 45, seperti dikutip oleh Fachri Aly dalam kata pengantar bukunya M.

Dawam Rahardjo:

3 Fachri Aly, “M. Dawan Rahardjo dan Syafruddin Prawiranegara: Sebuah Refleksi

Apresiasi”, dalam M. Dawam Rahardjo, ed., Ekonomi Neo-Klasik dan Sosialisme Religius:

Pragmatisme Pemikiran Ekonomi Politik Sjafruddin Prawiranegara (Jakarta: Mizan, 2011), h. 39-40.

Page 15: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

4

Sistem undang-undang dan peraturan yang sesungguhnya dapat

membangkitkan, menampung, dan menyalurkan kegiatan produktif manusia

sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya. Hukum yang berlaku mesti memberikan

dorongan yang sebesar-besarnya dan seluas-luasnya kepada kegiatan produktif,

sehingga semua anggota masyarakat yang sudah sanggup bekerja mau ikut serta

dalam kegiatan produksi.4

Mohammad Hatta (1902-1980) dan Syafruddin Prawiranegara (1911-

1989) salah satu dari banyak tokoh yang hidup pada zaman yang sama dan

bekerjasama dalam membangun Indonesia. Keduanya pun memiliki andil

yang sangat penting meskipun keduanya memiliki banyak perbedaan dalam

pandangan dan pemikiran juga memiliki cara masing-masing dalam

membangun perekonomian Indonesia, tapi tanpa keduanya Indonesia

mungkin tidak akan bisa berdiri hingga sekarang.

Selain kesamaan andil keduanya dalam membangun perekonomian

Indonesia, keduanya pun memiliki kesamaan latar belakang yaitu Mohammad

Hatta keturunan Minang yang memiliki darah religius dari keluarga ayahnya,

dimana kakeknya Syekh Arsyad merupakan seorang guru agama dan

pimpinan Tariqat Naqsyabandi.5 Syafruddin Prawiranegara yang juga

memiliki darah Minang dari pihak Ibu, memiliki kehidupan religus yang kuat

karena lahir dan besar di lingkungan pondok pesantren Banten. Ayahnya

Raden Arsyad Prawiraatmadja merupakan anggotan Sarekat Islam (SI),6

4 Ibid.

5Anwar Abbas, Bung Hatta dan Ekonomi Islam; Menangkap Makna Maqashid al Syariah

(Jakarta: Penerbit Kompas, 2010), h.24. 6 Dawam M Raharjo, Ekonomi Neo-Klasik dan Sosialisme Religius, Pragmatisme Pemikiran

Ekonomi Politik Syafruddin Prawiranegara (Jakarta: Mizan, 2011), h. 69.

Page 16: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

5

Syafruddin Prawiranegara juga pernah menjadi pimpinan Masyumi (1960).

Latar belakang yang religius dapat mempengaruhi keduanya dalam pemikiran

dan juga pandangan. Seperti yang dikatakan beberapa tokoh bahwa pemikiran

Mohammad Hatta mengandung konsep Islam seperti dalam buku Dr. Anwar

Abbas yang membahas tuntas mengenai pemikirannya yang mengandung

unsur Maqasid Al Syariah, namun banyak juga yang menempatkannya

sebagai tokoh nasional muslim “sekuler” bersama Soekarno,7 begitu juga

dengan Syafruddin Prawiranegara yang disebut sebagai sosialis-religius

seperti pemikirannya yang banyak dia tuangkan di bukunya Politik dan

Revolusi Kita.

Maka bagaimana pemikiran serta strategi keduanya dalam membangun

pondasi perekonomian Indonesia dan bagaimana latar belakang keduanya

yang sangat kental dengan agama Islam yang juga kemungkinan berpengaruh

besar terhadap pemikirannya, serta bagaimana relevansinya pemikiran

keduanya dengan konsep ekonomi Islam.

Dari pemaparan latar belakang dan alasan dalam penulisan, maka

perlu kiranya penulis menganalisis lebih dalam lagi pemikiran Mohammad

Hatta dan Syafruddin Prawiranegara ke dalam penulisan skripsi yang

7 Anwar Abbas, Bung Hatta dan Ekonomi Islam (Jakarta: Penerbit Kompas, 2010), h.3.

Page 17: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

6

berjudul: “Konsep Pembangunan Perekonomian Indonesia: Studi

Komparatif Pemikiran Mohammad Hatta dan Safrudddin Prawiranegara”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat

mengidentifikasi masalah yang muncul, di antaranya:

1. Bagaimana konsep ekonomi Islam?

2. Bagaimana konsep ekonomi pembangunan?

3. Bagaimana sistem ekonomi Indonesia lalu sampai saat ini?

4. Bagaimana latar belakang kehidupan Mohammad Hatta dan Syafruddin

Prawiranegara?

5. Bagaimana strategi Mohammad Hatta dan Syafruddin Prawiranegara dalam

pembangunan ekonomi di Indonesia?

6. Bagaimana relevansi pemikiran ekonomi pembangunan Mohammad Hatta

dan Syafruddin Prawiranegara, dilihat dari sudut pandang ekonomi Islam?

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini tidak meluas serta

menjaga kemungkinan penyimpangan dalam penelitian ini, maka penulis

perlu memberikan batasan pada:

a. Penelitian hanya dilakukan dengan menganalisis dan mengkomparasi

konsep ekonomi Mohammad Hatta dan Syafruddin Prawiranegara dalam

Page 18: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

7

membangun ekonomi Indonesia di masa peralihan, yaitu pemikiran

keduanya mengenai ideologi, pendidikan, koperasi, transmigrasi,

infrakstruktur, pinjaman luar negeri, modal asing, industri dan pemerataan

dan kesejahteraan sosial.

b. Menganalisis relevansi pemikiran Mohammad Hatta dan Syafruddin

Prawiranegara dilihat dari sudut pandang ekonomi Islam khususnya prinsip

mashlahah dan pemikiran ekonom muslim klasik dan kontemporer.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah yang

telah penulis paparkan sebelumnya, adapun secara spesifik perumusan

masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana konsep Mohammad Hatta dan Syafruddin Prawiranegara dalam

membangun perekonomian Indonesia di masa peralihan yaitu mengenai

ideologi, pendidikan, koperasi, transmigrasi, infrakstruktur, pinjaman luar

negeri, modal asing, industri dan pemerataan serta kesejahteraan sosial?

b. Bagaimana persamaan dan perbedaan pemikiran serta konsep ekonomi

Mohammad Hatta dan Syafruddin Prawiranegara dalam membangun

perekonomian Indonesia?

c. Bagaimana relevansi pemikiran ekonomi Mohammad Hatta dan Syafruddin

Prawiranegara dilihat dari sudut pandang ekonomi Islam?

Page 19: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan hasil yang ingin dicapai dari

perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, diantaranya adalah:

a. Untuk menganalisis konsep pemikiran ekonomi Mohammad Hatta dan

Syafruddin Prawiranegara dalam pembangunan perekonomian Indonesia

di masa peralihan.

b. Untuk menganalisis persamaan dan perbedaan strategi Mohammad Hatta

dan Syafruddin Prawiranegara dalam pembangunan perekonomian

Indonesia di masa peralihan.

c. Untuk menganalisis keselarasan pemikiran Mohammad Hatta dan

Syafruddin Prawiranegara dilihat dari sudut pandang ekonomi Islam.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:

a. Bagi penulis, untuk meningkatkan pemahaman mengenai pemikiran

Mohammad Hatta dan Syafruddin Prawiranegara sebagai seorang

ekonom yang nasionalis dan religius.

b. Bagi kalangan akademis, baik mahasiswa ataupun dosen, penelitian ini

diharapkan dapat menambah pemahaman mengenai pemikiran tokoh-

tokoh Indonesia yang berperan penting dalam membangun perekonomian

Indonesia.

Page 20: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

9

c. Bagi pihak praktisi di lembaga keuangan syariah maupun pemerintahan,

hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dalam menerapkan kebijakan

mengenai perekonomian Indonesia.

d. Bagi masyarakat umum, dapat menambah wawasan dalam memahami

pemikiran para tokoh ekonom tersebut.

F. Review Studi Terdahulu

Untuk menghindari penelitian dengan objek dan juga pembahasan

yang sama maka diperlukan adanya review studi terdahulu. Dimana penulis

melakukan kajian pustaka dengan mencari studi terdahulu sebagai

pembanding, di antaranya adalah sebagai berikut:

1 Penulis Panji Patra Anggaredho

(Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi

Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2008).

Judul Pemikiran Ekonomi Mohammad Hatta Di Tinjau Dari

Perspektif Islam

Pembahasan Skripsi ini mengkaji pemikiran ekonomi Bung Hatta

kemudian dianalisis apakah sesuai dengan ekonomi Islam

dan juga kondisi ekonomi Indonesia dengan menggunakan

Page 21: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

10

metode library research yang bersifat normatif yaitu

menelaah dan mengkaji dari berbagai sumber kepustakaan

yang berhubungan dengan tema kemudian diambil

kesimpulannya.

2 Identitas Dr.Anwar Abbas, M.M, M.Ag.,

Disertasi S3, Program Ilmu Agama Islam, Pasca Sarjana

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Judul

Disertasi

Pemikiran Ekonomi Mohammad Hatta Ditinjau Dari

Perspektif Islam.

Pembahasan Mengulas pemikiran ekonomi Mohammad Hatta melalui

latar belakang Mohammad Hatta di bidang sosial politik

dan sosial ekonomi. Kemudian di kaji apakah ada nilai-

nilai Islam dalam pemikirannya dengan melihat dari

perspektif ekonomi islam dan juga maqashid al syariah.

Metode yang digunakan adalah deskriptif-analistis,

dimana setelah masalah dibahas kemudian dianalisis

terhadap data yang ada setelah itu dibandingkan anatara

pemikirannya dengan ajaran Islam serta mengevaluasi

sejauh mana kesesuaiannya.

3 Identitas Dr. Anwar Abbas, M.M, M.Ag.

Page 22: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

11

Judul Jurnal Jurnal AHKAM Fakultas Syariah dan Hukum

“Pandangan Ekonomi Mohammad Hatta”

Pembahasan Membahas mengenai dasar pemikiran ekonomi Kapitalis,

Sosialis dan Campuran. Kemudian dibandingkan dengan

pandangan ekonomi Mohammad Hatta yaitu tentang cita-

cita ekonominya dan bagaimana penerapannya di

Indonesia.

4 Perbedaan Semua penelitian yang berasal dari Skripsi, Disertasi dan

Jurnal diatas, mengkaji topik yang sama yaitu pemikiran

ekonomi Mohammad Hatta dilihat dari perspektif ekonomi

Islam, dengan metode kepustakaan kualitatif analisis

deskriptif. Mengkaji sumber primer dan sekunder

mengenai pemikiran Mohammad Hatta yang kemudian

dianalisis apakah sesuai dengan ekonomi Islam dan

perekonomian Indonesia.

Pada penelitian ini penulis akan menganalisis pemikiran

Mohammad Hatta dan juga Syafruddin Prawiranegara

sebagai tokoh yang membangun dasar perekonomian

Indonesia di masa peralihan, dianalisis dari latar belakang,

pemikiran ekonomi dan strategi yang mereka lakukan

Page 23: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

12

dalam pembangunan perekonomian Indonesia sebelum

dan sesudah kemerdekaan. Setelah itu melakukan analisis

komparatif terhadap pemikiran kedua tokoh tersebut

sehingga dapat dideskripsikan apa persamaan dan juga

perbedaannya. Kemudian dianalisis juga pemikiran

keduanya apakah ada relevansinya dengan konsep

ekonomi Islam.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library

research) dengan data dan analisis kualitatif yaitu serangkaian kegiatan yang

berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat

serta mengolah bahan penelitian.8 Hasil dari analisis kedua tokoh tersebut

dikomparasi dan dianalisis secara deskriptif tentang persamaan dan perbedaan

konsep keduanya kemudian dituangkan dalam sebuah laporan tertulis.

2. Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu sumber-sumber

yang sesuai dengan topik pembahasan, yang dikelompokkan menjadi dua

kategori, yaitu:

8 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), h. 3.

Page 24: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

13

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang akan

diteliti,9 dimana yang digunakan adalah buku dan tulisan karangan

Mohammad Hatta, meskipun ada lebih dari 58 buku yang dia tulis juga

pidato-pidatonya yang bertebaran di berbagai media seperti Hindia Poetra,

Neratja, Daoelat Ra‟jat dan lainnya, namun hanya beberapa sumber yang

diambil yaitu seperti “Demokrasi Kita, Bebas Aktif, dan Ekonomi Masa

Depan”,10

“Kumpulan Karangan I”,11

Pidato Bung Hatta yang berjudul

“Pikiran-Pikiran dalam Bidang Ekonomi untuk Mencapai Kemakmuran yang

Merata”,12

“Permulaan Pergerakan Nasional”,13

“Sesudah 25 Tahun”,14

dan

buku serta karangan Bung Hatta yang lainnya.

Kemudian sumber dari beberapa buku dan pidato Syafruddin

Prawiranegara yang berjudul “Islam dan Pergolakan Dunia”,15

“Kumpulan

9 Bagong Suyanto dan Sutinah, ed., Metode Penelitian Sosial, Sebagai Alternatif Pendekatan,

Edisi Revisi (Jakarta: Prenada Media, 2005), h. 55. 10

Mohammad Hatta. Demokrasi Kita, Bebas Aktif dan Ekonomi Masa Depan (Jakarta: UI

Press, 1980). 11

Mohammad Hatta. Kumpulan Karangan I (Jakarta: Bulan Bintang, 1976). 12

Mohammad Hatta. “Pikiran-pikiran dalam Bidang Ekonomi untuk Mencapai Kemakmuran

yang Merata.” Ceramah disampaikan dalam Seminar KADIN, Jakarta,20-22 September 1972 (Jakarta:

Yayasan Idayu Press, 1974). 13

Mohammad Hatta, “Permulaan Pergerakan Nasiona.” Pidato disampaikan di Gedung

Kebangkitan Nasional, Jakarta, 22 Mei 1974 (Jakarta: Idayu Press, 1977). 14

Mohammad Hatta, “Setelah 25 Tahun.” Pidato disampaikan pada Dies Natalies kesembilan

Universitas Sjiah Kuala Darussalam, Banda Aceh, 2 September 1970 (Jakarta: Gita Karya, 1970). 15

Syafruddin Prawiranegara, Islam dalam Pergolakan Dunia (Bandung: Al Ma‟arif, 1950).

Page 25: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

14

karangan terpilih 2: Ekonomi dan Keuangan Makna Ekonomi”,16

“Human

Development Pola Pembangunan yang sesuai dengan Ajaran-Ajaran Islam

dan UUD „45”17

, dan “Islam dalam Pergolakan Dunia”18

serta buku

Syafruddin lainnya.

b. Data Sekunder

Sedangkan untuk sumber sekunder yaitu sumber yang diperoleh dari

lembaga atau institusi tertentu yaitu sebagai sumber kedua,19

diambil dari

beberapa buku ataupun tulisan yang berkaitan dengan topik pembahasan baik

langsung maupun tidak langsung seperti buku tentang Mohammad Hatta

“Bung Hatta dan Ekonomi Islam: Menangkap Makna Maqashid Al Syariah”,20

“Mohammad Hatta Bografi Singkat 1902-1980”,21

dan beberapa buku

mengenai Bung Hatta serta pemikirannya yang lainnya, serta buku karangan

M. Dawam Rahardjo yang mengulas pemikiran Syafruddin Prawinegara yaitu

“Ekonomi Neo-Klasik dan Sosialisme Religius: Pragmatisme Pemikiran

16

Syafruddin Prawiranegara, Ekonomi dan Keuangan: Makna Ekonomi Islam Kumpulan

Karangan Terpilih, Jilid.II, (Jakarta: CV Haji Masaagung, 1988). 17

Syafruddin, Prawiranegara. Human Development Pola Pembangunan yang Sesuai dengan

Ajaran-Ajaran Islam dan UUD ’45 (Jakarta: Bulan Bintang, 1977). 18

Syafruddin, Prawiranegara. Islam dalam Pergolakan Dunia (Bandung: Al-Ma’arif, 1950). 19

Bagong Suyanto dan Sutinah, ed., Metode Penelitian Sosial, Sebagai Alternatif Pendekatan, Edisi Revisi (Jakarta: Prenada Media, 2005), h. 55.

20 Anwar Abbas. Bung Hatta dan Ekonomi Islam:Menangkap Makna Maqasid al Syari‟ah

(Jakarta: Penerbit Kompas, 2010). 21

Salman Alfarizi, Mohammad Hatta Biografi Singkat 1902-1980 (Yogyakarta: Garasi,

2012).

Page 26: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

15

Ekonomi Politik Syafruddin Prawiranegara”.22

Serta sumber pendukung

lainnya yang berhubungan dengan topik yang dibahas.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dalam pengambilan data kualitatif ini adalah dengan

mengumpulkan berbagai sumber kepustakaan yang berkaitan dengan topik

pembahasaan seperti bersumber dari buku, jurnal, artikel dan lain-lain.

4. Teknik Pengolahan Data

Teknik yang digunakan adalah dengan konsep analisis data kualitatif

(Bogdan & Biklen, 1982) yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang

dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa

yang dapat diceriterakan kepada orang lain.23

Selain itu juga menggunakan metode content analysis is a research

technique for making replicable and valid inferences from texts (or other

meaningful matter) to the contexts of their use.24

yaitu sebuah teknik

penelitian untuk membuat sesuatu replika dan inferensi yang valid dari teks

22

M. Dawam Rahardjo, Ekonomi Neo-Klasik dan Sosialisme Religius: Pragmatisme

Pemikiran Ekonomi Politik Sjafruddin Prawiranegara (Jakarta: Mizan, 2011). 23

Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h. 248.

24 Klaus Krippendorff, Content Anlysis: an Introduction to its Methodoly, Second Edition

(London: Sage Publications, 2004), h. 18.

Page 27: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

16

atau hal-hal dalm konteks kebutuhan mereka.

5. Variabel Verifikasi

Dalam mendasari konsep islam dalam analisis setiap pemikiran

Mohammad Hatta dan Syafruddin Prawiranegara yang cukup luas mengenai

ekonomi pembangunannya, maka dibuat beberapa rujukan untuk

mempermudah, yaitu dari prinsip mashlahah, dan juga pendapat para ekonom

Islam dari masa klasik hingga kontemporer.

Rujukan indikator Ekonomi Islam dilihat dari prinsip kemaslahatan

dalam ekonomi menurut Al-Qur‟an, ada 5 yaitu:25

1. Tidak bersifat ilegal atau bathil

2. Prinsip pemerataan dan berbasis masyarakat

3. Kemakmuran yang berkeadilan

4. Prinsip tidak saling menzalimi

5. Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan (halal, sederhana, dan

kemurahan hati).

25

Badan Litbang dan Diklat, Kementrian Agama RI, Pembangunan Ekonomi Umat: Tafsir

Tematik Edisi Penyempurnaan (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2012).

Page 28: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

17

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan ini merujuk pada pedoman penulisan skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.26

H. Sistematika Penulisan

BAB I: PENDAHULUAN.

Bab ini memuat; latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, review studi terdahulu, metodologi penelitian, dan

sistematika penulisan skripsi ini.

BAB II: PEMBANGUNAN EKONOMI DAN EKONOMI

INDONESIA

Pada bab ini menjelaskan pengertian mengenai konsep

ekonomi pembangunan menurut konsep dari konvensional dan

Islam yang juga akan menjabarkan isu-isu pokok ekonomi

pembangunan menurut kedua konsep tersebut serta

mendeskripsikan perkembangan ekonomi indonesia dari setiap

periode dan juga bagaimana para tokoh penting dan juga

pemikirannya.

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas IslamNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: Pusat Peningkatan dan Jaminan

Mutu (PPJM) FSH, 2012).

Page 29: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

18

BAB III: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN

INDONESIA

Bab ini menjelaskan biografi singkat Mohammad Hatta dan

Syafruddin Prawiranegara, serta bagaimana konsep keduanya

dalam membangun perekonomian Indonesia di masa peralihan.

Kemudian menganalisis relevansi pemikiran mereka dilihat

dari sudut pandang ekonomi Islam khususnya dengan prinsip

mashlahah dan pemikiran ekonom muslim klasik dan

kontemporer.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN.

Bab ini berisi kesimpulan mengenai permasalahan yang

disebutkan dalam rumusan. Bab ini juga berisi Saran dalam

penulisan maupun pemikiran penulis mengenai konsep

ekonomi pembangunan.

Page 30: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

19

BAB II

Pembangunan Ekonomi dan Ekonomi Indonesia

A. Konsep Pembangunan Ekonomi Konvensional

1. Pengertian Pembangunan Ekonomi

Ilmu ekonomi pembangunan merupakan cabang baru dari ilmu

ekonomi, yang pada awal kemunculannya masih dipertanyakan oleh para

ekonom karena tidak memiliki fokus masalah yang khas, namun setelah

permasalahan ekonomi semakin kompleks maka ilmu ekonomi pembangunan

diperlukan. Ilmu ini lahir dari ketimpangan sosial ekonomi paska Perang

Dunia II. Para ekonom dari negara maju berpikir bahwa perekonomian yang

hancur akibat perang harus segera dipulihkan untuk kelangsungan

perekonomian dunia dan juga karena kepentingan negara maju terhadap

negara Asia dan Afrika, maka mereka melakukan perencanaan untuk

membangun perekonomian di negara-negara berkembang dengan sistem yang

mereka bangun di negaranya.

Upaya pemulihkan perekonomian tersebut hasilnya tidak baik. Para

ekonom berkesimpulan bahwa permasalahan dan karakteristik di negara

berkembang tidak sama dengan negara maju, sehingga konsep pembangunan

juga semestinya berbeda, maka lahirlah ilmu ekonomi pembangunan.

Beberapa ahli mengemukakan definisi pembangunan, diantaranya:

a. Menurut Schumpeter, Ursula Hicks, dan A. Madison, pembangunan

ekonomi adalah pembangunan yang mensyaratkan bahwa kesejahteraan

Page 31: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

20

penduduk harus meningkat, dan salah satu ukuran dari peningkatan

kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan ekonomi (GNP, GNP

perkapita dan sebagainya).

b. Menurut Denis Goulet menyebutkan bahwa pembangunan lebih dari

sekedar upaya mengatasi keterbelakangan pertumbuhan ekonomi, tidak

meratanya pembangunan, kemiskinan, dan sempitnya lapangan kerja,

tetapi juga disertai upaya dalam mengatasi keterbatasan pola pikir.1

c. Sedangkan Gunnar Myrdal mengartikan pembangunan sebagai

pergerakan ke atas dari seluruh sistem sosial.2

Maka dapat disimpulkan pembangunan ekonomi adalah upaya dalam

meningkatkan kesejahteraan manusia untuk memiliki hidup yang lebih baik

dalam aspek ekonomi dan juga untuk memiliki pola berpikir yang maju

sehingga dapat menaikkan tingkat sosial masyarakat.

2. Tujuan Pembangunan Ekonomi

Definisi yang terus berubah sesuai dengan permasalahan yang

dihadapi membuat perluasan dalam tujuan pembangunan. Pada mulanya

tujuan dari pembangunan adalah meningkatkan pendapatan perkapita yang

diharapkan dapat memberikan trickle down effect, sehingga dapat

menyelesaikan kemiskinan, pengagguran dan ketimpangan distribusi

1 Abdul Hakim, Ekonomi Pembangunan (Yogyakarta: Ekonisia, 2010), h. 11.

2 Mudrajad Kuncoro, Ekonomika Pembangunan; Masalah, Kebijakan dan Politik (Jakarta:

Erlangga, 2010), h. 5.

Page 32: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

21

pendapatan. Banyak teori dari pembangunan yang tidak berhasil maka

dilakukan pengkajian ulang terhadap tujuan pembangunan, setelah dirasa ada

hal lain yang lebih penting dari sekedar faktor pertumbuhan ekonomi semata.

Kemudian muncul konsep baru mengenai tujuan pembangunan yaitu

konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Konsep ini

muncul akan keprihatinan lingkungan yang muncul pada dasawarsa 1970-an,

tujuannya adalah untuk menjaga lingkungan sehingga dapat tetap terjaga dan

terus berkembang sejalan dengan berkembangnya perekonomian, karena tidak

akan menguntungkan ketika sistem biologis alam yang menopang ekonomi

dunia tidak diperhatikan. Strategi ecodevelopment sangat penting dalam

sustainable development karena yang paling utama strategi ini harus

berkelanjutan baik dari sisi ekologi maupun sosial.

Tujuan selanjutnya yang muncul adalah kebebasan, dimana hal ini

sangat penting dalam proses pembangunan. Menurut Armatya K. Sen

seseorang untuk mencapai kapabilitas aktualnya dipengaruhi oleh kesempatan

ekonomi, kebebasan berpolitik, fasilitas sosial, kesehatan, pendidikan dasar

dan dorongan untuk berinisisatif.3

3 Ibid., h. 6.

Page 33: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

22

Menurut Michael P. Todaro ada tiga tujuan inti pembangunan, yaitu:4

a. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam

barang kebutuhan hidup yang pokok.

b. Peningkatan standar hidup, tidak hanya peningkatan pendapatan tapi juga

lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan serta nilai-nilai kultural dan

kemanusiaan, yang tidak hanya untuk memperbaiki kesejahteraan materil,

juga untuk menumbuhkan jati diri pribadi dan bangsa.

c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial dengan membebaskan

mereka dari sikap menghamba dan ketergantungan bukan hanya terhadap

orang ataupun bangsa lain tetapi juga terhadap kekuatan yang berpotensi

merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka.

Gambar 1. Evolusi Paradigma Tujuan Pembangunan.5

4 Michael, P. Todaro, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga edisi keenam (Jakarta: Erlangga,

1998), h. 22. 5 Mudrajad Kuncoro, Ekonomika Pembangunan (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 3.

Entitlements

dan Kapabilitas

Mengatasi

Kemiskinan Kebebasan Pembangunan

Berkelanjutan

Produk Domestik Bruto

(PDB)

Indikator nonmoneter

(Indeks Pembangunan

Manusia)

PDB rill per kapita

Page 34: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

23

B. Konsep Pembangunan Ekonomi Islam

Dalam Islam ilmu ekonomi sudah banyak dipergunakan dan

dikembangkan oleh para ekonom muslim, jauh sebelum Adam Smith dengan

pandangannya dalam An Inquiry into the Natural and Causes of Wealth of

Nations yang disebut sebagai kebangkitan ilmu ekonomi modern.

Siddiqi mengidentifikasi sejarah ekonomi Islam dalam tiga tahap.6

Tahap Pertama, 4,5 abad setelah Hijriah (sampai tahun 1058 M/ 450 H), pada

periode pertama ini kaum Quraisy telah melakukan perniagaan ke timur dan

barat yang menghubungkan Bahrain dan Selat Persia (Teluk Arab), juga

penduduk Syria, Mesir, Iran, Irak, Yaman dan Ethiopia. Perniagaan ini tidak

hanya menghasilkan materi yang menguntungkan tetapi juga turut

mempercepat perkembangan ilmu pengetahuan, namun sebelum datangnya

Islam tradisi perniagaan yang banyak dilakukan dengan menggunakan sistem

riba yaitu meminta kelebihan pada saat telat dalam pembayaran.

Saat Rasulullah hadir, sistem ekonomi Islam dipraktekkan dalam

kehidupan bermasyarakat, yang sudah menggunakan uang sebagai alat jual

beli yaitu mata uang Persia dan Romawi. Bahkan tukar menukar mata uang

asing atau Sharf telah dilakukan. Lembaga Baitul Maal dibangun oleh

Rasulullah untuk mengurusi pengumpulan dan pendistribusian dana. Bahkan

6 Ibid., h. 17.

Page 35: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

24

Riba yang mendarah daging diganti dengan sistem keadilan yang menjunjung

tinggi keadilan.7 Kemudian dilanjutkan perkembangannya oleh para fuqaha

dan sufi pada masa Khulafa Ar-Rasyidin, Daulah Umawiyah, Abbasyiah.

Tahap Kedua, yaitu antara tahun 1058-1446 M, pada masa ini banyak

ekonom Islam yang muncul dan sangat berpengaruh seperti Abu Hamid Al-

Ghazali (1055-1111 M), Taqiyuddin Ibnu Taymiyah (1263-1328 M), Ibnu

Khaldun (1332-1404 M). Al Ghazali mengembangkan sistem ekonomi yaitu

adanya pembagian kerja, evolusi uang, dan pelarangan riba fadl. Ibnu

Taymiyah menemukan sistem bagi hasil, manajemen uang, kontrol harga,

peranan permintaan dan penawaran dan analisis beban pajak tidak langsung.

Ibnu Khaldun berperan pada penelitian analisis mengenai pasang surutnya

suatu dinasti dan siklus kemiskinan dan kemakmuran serta pembagian kerja,

perdagangan internasional, dan keuangan negara.

Tahap Ketiga, yaitu antara 1446-1932 M, munculnya para pemikir

independen yang cenderung stagnasi, namun mengajak kembali kepada Al-

Qur‟an dan Sunnah. Diantaranya Shah Waliyullah (1703-1762 M),

Muhammad bin Abdul Wahab (1787), Jamaludin Al Afgani (1897), Mufti

Muhammad Abduh (1905), dan Muhammad Iqbal (1938).

7 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Depok: Gramata Publising, 2010), h. 70.

Page 36: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

25

1. Pengertian Pembangunan Ekonomi Islam

Ada beberapa ahli yang mendefinisikan ekonomi Islam diantaranya:8

a. Menurut Hasanuzzaman adalah ilmu dan aplikasi petunjuk dan aturan

syariah yang mencegah ketidakadilan dalam memperoleh dan

menggunakan sumber daya material agar memenuhi kebutuhan manusia

sehingga dapat menjalankan kewajibannya pada Allah dan masyarakat.

b. Menurut Umar Chapra, adalah cabang ilmu yang membantu

merealisasikan kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi

sumber daya yang langka, yang sejalan dengan ajaran Islam, tanpa

membatasi kebebasan individu ataupun menciptakan ketidakseimbangan

ekonomi makro dan ekologis.

2. Konsep Pembangunan Ekonomi Islam

Berbeda dengan konsep dalam ekonomi konvensional yang

memaksimalkan kekayaan dan konsumsi, ekonomi Islam melaksanakan

ekonomi dengan melihat keseimbangan antara material dan spiritual, sehingga

dalam ekonomi Islam keadilan sosial sebagai tujuan utama, Q.S As-Syura: 27

8 Mudrajat Kuncoro, Ekonomika Pembangunan (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 18.

Page 37: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

26

“Dan Jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya

tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah

menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya dia

Maha mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.”

Manusia merupakan fokus utama dalam proses pembangunan sebagai

agen perubahan bertanggung jawab secara pribadi dan makhluk sosial dalam

mengembangkan diri dan lingkungannya. Dalam Islam, dan sumber utama

Islam adalah Al-Quran dan Sunnah maka setiap tujuan, perencanaan, proses

hingga akhir merujuk pada acuan utama tersebut. Islam menekankan

pembangunan spiritual, moral dan etika. Jika hal tersebut belum dibangun

secara baik, maka pembangunannya pun dianggap gagal. Pembangunan

materi dengan keadilan tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya

pembangunan moral.9

Menurut Aidit Ghazali (1990) ada lima pondasi filosofis yang

mendasari pembangunan dalam Islam, yaitu:10

a. Tauheed Uluhiyah, yaitu percaya pada ke-Maha Tunggal-an Tuhan dan

semua yang di alam semesta merupakan kepunyaan-Nya.

9 Umer Chapra, Islam dan Pembangunan Ekonomi (Jakarta: Gema Insani, 2000), h. 9.

10 Mudrajat Kuncoro, Ekonomika Pembangunan (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 23.

Page 38: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

27

b. Tauheed Rububiyyah, yaitu percaya bahwa Tuhan yang menentukan

keberlanjutan hidup, serta menuntun siapa saja yang percaya kepada-Nya

kepada kesuksesan.

c. Khilafah, yaitu peranan manusia sebagai wakil Tuhan di bumi.

d. Tazkiyyah An-Nas, ini merujuk kepada pertumbuhan dan penyucian

manusia sebagai prasyarat sebelum manusia menjalankan tanggung jawab

yang ditugaskan kepadanya.

e. Al-Falah, yaitu keberhasilan yang dicapai di kehidupan dunia akan

mempengaruhi keberhasilan di akhirat sepanjang keberhasilan yang

dicapai di dunia tidak menyalahi petunjuk yang telah Tuhan tetapkan.

Konsep pembangunan menurut Islam adalah tercapainya tujuan utama

pembangunan dalam Islam yaitu kesuksesan di akhirat. Sehingga indikator

dalam pembangunan Islam tidak hanya diukur dengan pertumbuhan namun

juga mencangkup perubahan kuantitif dan kualitatif.

Gambar 2. Konsep Pembangunan dalam Islam.11

= +

Kualitatif Kuantitatif VI. Sosial VIII. Teknologi

Ekonomi

11

Ibid., h. 25.

PEMBANGUNAN PERTUMBUHAN PERUBAHAN

IV. Fisik

V. Lingkungan

I. Spiritual

II. Moral

III. Etika

Page 39: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

28

Sumber Manifestasi:

I. Takut akan Tuhan

II & III Nilai-Pola Islam

IV & V Pertumbuhan Sosial-Ekonomi

VI & VII Usaha Sendiri (Indegenous Effort)

C. Perkembangan Pemikiran Ekonomi di Indonesia

1. Membangun Ekonomi Nasional (1945-1959)

Pertengahan tahun 1945 Indonesia merumuskan persiapan

kemerdekaan Indonesia yang saat itu dalam masa penjajahan Jepang, akhirnya

dibentuklah Badan Penyidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(BPUPKI) yang diketuai oleh Dr. K.R.T. Radjiman Widyodiningrat dengan

beranggotakan 68 orang yang ditunjuk untuk merumuskan dasar negara dan

juga “Soal Perekonomian Indonesia Merdeka” yang membahas bagaimana

kesertaan pemerintah dalam perusahaan besar (milik asing saat jaman

Belanda) yang di dalamnya banyak rakyat Indonesia yang bergantung

hidupnya. Dalam sidang BPUPKI tersebut juga dibahas mengenai butir-butir

UUD 1945 yang menjiwai pasal 33 tentang „Kesejahteraan Sosial‟ yang

kemudian disahkan pada tanggal 18 Agustus pada sidang Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Banyak yang mendebatkan mengenai arti dari pasal 33 tersebut yang

dicanangkan oleh Mohammad Hatta. Maka dalam pidatonya yang berjudul

Page 40: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

29

“Ekonomi Indonesia di Masa Mendatang”,12

Mohammad Hatta mencoba

menjelaskan arti dari pasal 33 tersebut. Beliau menyatakan bahwa ekonomi

Indonesia akan secara perlahan menghilang dari sifat individualisme dan akan

mengacu pada sistem kolektivisme. Sistem yang sesuai dengan semangat

kolektivisme itu adalah koperasi, maka seluruh perekonomian rakyat harus

berdasar pada koperasi yang kemudian di atasnya ada pemerintah yang

mengkoordinir segala usaha produktif bagi kesejahteraan rakyat.

Perekonomian Indonesia pada jaman penjajahan sangatlah buruk

karena upah yang sangat rendah, efisiensi tinggi di sektor perkebunan dan

juga investasi yang besar oleh perusahaan-perusahaan Belanda di sektor

pertambangan dan jasa. Sistem ini sangat menguntungkan bagi pihak penjajah

karena Indonesia hanya mendapatkan 8% dari pendapatan tersebut.

Setelah kemerdekaan diraih, maka Indonesia mulai melakukan

transformasi sistem ‘ekonomi kolonial’ ke ‘ekonomi nasional’, hal tersebut

tidaklah mudah karena terhambat dengan adanya agresi militer Belanda dan

juga usaha diplomatik internasional agar Belanda menyerahkan kedaulatan

kepada Indonesia yang hingga saat ini tidak juga mengakui Indonesia secara

de jure, tapi Syafruddin Prawiranegara tidak terlalu memikirkan dan

12

Mohammad Hatta, “Ekonomi Indonesia di Masa Mendatang.” Pidato diucapkan sebagai

Wakil Presiden dalam Konferensi Ekonomi di Yogyakarta pada tanggal 3 Februari 1946. (Jakarta: UI,

1985), h. 1-13.

Page 41: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

30

mengambil sikap bahwa Indonesia harus mengambil dan menghargai isi dari

nilai kemerdekaan itu sendiri.13

Transformasi yang nyata mulai dapat dilakukan pada masa kabinet

Natsir. Banyak tokoh yang berkontribusi dalam menggagas ekonomi nasional

ini, diantaranya Soemitro Djojohadikoesoemo yang mengembangkan industri

skala kecil melalui induk-induk untuk menyalurkan kredit, memberikan

bantuan teknik dan outlet pemasaran, juga penggagas ‘Indonesianisasi’

dengan membuat program Benteng yang memberikan lisensi khusus kepada

pribumi untuk melakukan impor, namun tersendat karena ada penerima lisensi

yang menjual lisensinya pada pengusaha non pribumi juga pada etnis

Tionghoa sehingga kalah bersaing, dan juga rencana pembangunan lima tahun

(1956-1960) yang tujuannya untuk menetapkan pembangunan berbagai

industri dasar yang bisa dilaksanakan tanpa melakukan pembiayaan defisit

yang besar karena dibiayai oleh anggaran negara tanpa banyak mengandalkan

bantuan luar negeri14

tapi belum dapat terlaksana. Selain Soemitro tokoh lain

yang sangat pragmatis yang berorientasi ekonomi/pembangunan adalah

Mohammad Hatta, Syafruddin Prawiranegara, Djuanda, dan Jusuf Wibisono.

13

Sjafruddin Prawiranegara, Islam dalam Pergolakan Dunia, cet.1 (Bandung: Al- Ma‟arif,

1950), h.56. 14

Mudrajat Kuncoro, Ekonomika Pembangunan (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 66.

Page 42: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

31

Sarbini Sumawinata dalam tulisannya mengenai Pembangunan

Ekonomi Indonesia15

tidak terlalu mempermasalahkan mengenai transformasi

ekonomi kolonial ke ekonomi nasional karena menurutnya tidak ada hal yang

spesifik yang menggambarkan bagaimana sistem ekonomi nasional itu

sendiri. Maka menurutnya yang harus dicari adalah tujuan yang ingin dicapai,

misalnya untuk meningkatkan kemakmuran rakyat. Langkah yang

menurutnya untuk mencapai kemakmuran rakyat adalah bagaimana cara

untuk meningkatkan tingkat konsumsi rakyat Indonesia dengan menanamkan

modal pada usaha yang menciptakan alat-alat untuk menaikkan tingkat

produksi sehingga juga meningkatkan pendapatan dan tingkat konsumsi,

selain itu juga mengoreksi struktur agraris yang berat sebelah karena hampir

70% saat itu, rakyat Indonesia bekerja sebagai petani. Selain itu juga

meningkatkan ekspor dan penanaman modal asing.

Program kabinet dalam melaksanakan ekonomi nasional:

a. Kabinet Hatta (Desember 1949 - September 1950): Melakukan

pengguntingan uang dan penggunaan sertifikat ekspor.

b. Kabinet Natsir (September 1950 - Maret 1951): Pengetatan anggaran

pemerintah untuk mengurangi inflasi, pengetatan kredit perusahaan asing,

15

Sarbini Sumawinata, “Garis-garis Besar Pembangunan Indonesia” dalam Hadi Soesastro ed.,

Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir 1 1945-1959:

Membangun Ekonomi Nasional (Jakarta: Kanisius, 2005), h. 131-142.

Page 43: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

32

Rencana Urgensi Perekonomian atau Rencana Urgensi Industri dan

program Benteng.

c. Kabinet Sukiman (April 1951-Pebruari 1952): Menasionalisasikan De

Javasche Bank karena defisit anggaran meningkat.

d. Kabinet Wilopo (April 1952-Juni 1953): Menerapkan anggaran berimbang,

dan melakukan pengetatan impor.

e. Kabinet Ali Sastroamidjojo (Agustus 1953- Juli 1955): Karena utang

pemerintah meningkat dan cadangan internasional terkuras maka

melakukan pembatalan sebagian perjanjian KMB mengenai kebijakan

perdagangan secara sepihak.

f. Kabinet Burhanudin Harahap (Agustus 1955-Maret 1956): Menghapuskan

sistem sertifikasi impor, screening terhadap importir terus dilakukan,

mengakhiri diskriminasi dengan memberikan kesempatan kepada

keturunan cina untuk terlibat dalam kegiatan impor, dan juga meninggalkan

sama sekali perjanjian KMB.

g. Kabinet Ali Sastroamidjoojo II (April 1956- Maret 1957): Karena defisit

anggaran dan inflasi meningkat, maka tahun 1956 pemerintah meminta

bantuan International Monetary Fund (IMF) sebesar US$ 55 juta.

h. Kabinet Djuanda (Maret 1957): Dibentuk secara sepihak setelah sistem

Demokrasi Terpimpin dicanangkan oleh presiden Soekarno, di mana

kemudian melaksanakan pengambil alihan perusahaan Belanda. Karena

Page 44: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

33

sektor swasta nasional belum berkembang, maka sektor negara mengambil

alih, dan lahirlah ekonomi nasional yang etatis.

2. Ekonomi Terpimpin (1959-1966)

Periode ini dimulai sistem „Ekonomi Terpimpin‟ yang dicetuskan oleh

presiden Soekarno pada 21 Pebruari 1957 sebagai bentuk jalan keluar dari

berbagai kesulitan yang dihadapi oleh rakyat Indonesia, yang dikenal sebagai

„Konsepsi Presiden‟ yang menurut Sarbini bahwa Soekarno dan PKI berupaya

menguasai segalanya berdasarkan Manipol (Manifesto Politik) Soekarno.16

Periode ini merupakan periode gelap dalam sejarah Indonesia karena

semangat revolusioner sangat membara yang tidak mengindahkan kaidah-

kaidah ekonomi, awal mula ini pada tahun 1957 dimana banyak buruh yang

mogok kerja. Awal ekonomi terpimpin masa Orde Lama Soekarno ini

ditandai dengan merosotnya PDB perkapita, kenaikan inflasi, surutnya

penanaman modal dan berlanjutnya struktural regression. Simpanan Devisa

yang semakin berkurang karena habis untuk biaya keamanan dan juga

pengamanan nasional, Indonesia yang penghasil beras terbesar malah menjadi

impor beras terbesar dan karena kelangkaan menjadikan inflasi naik hingga

650%. Banyaknya perencanaan dalam pembangunan yaitu Dewan Perancang

Nasional yang diketuai oleh Mohammad Yamin yang dibentuk oleh Soekarno

16

Sarbini Sumawinata, dalam Thee Kian Wie ed., Pelaku Berkisah: Ekonomi Indonesia 1950-

an sampai 1990-an (Jakarta: Kompas, 2005), h. 84.

Page 45: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

34

tanpa ada ekonom di dalamnya, yang menghasilkan program Pembangunan

Nasional Berencana Delapan Tahun (1961-1968) dengan menggali kekayaan

alam secara besar-besaran untuk membiayai program pembangunan nasional.

Pelaksanaan Pembangunan Nasional Semesta Berencana (PNSB) tidak

selancar yang direncanakan, kemudian untuk menutupi kemerosotan ekonomi

tersebut presiden mengumumkan Deklarasi Ekonomi (DEKON) tentang

peraturan dalam bidang impor, ekspor, harga dan lain-lain yang disebut

sebagai peraturan 26 Mei 1963. Ternyata tidak membuahkan hasil baik karena

adanya campur tangan PKI yang awalnya tidak setuju dengan butir-butir

Dekon yang asli,17

hingga akhirnya PKI menyetujui dengan ditambah 12 butir

awal yang diajukan oleh PKI untuk kepentingannya kemudian ditambah

adanya konfrontasi dengan Malaysia yang pada akhirnya Indonesia keluar dari

PBB karena PBB menerima Malaysia menjadi Dewan Keamanan, dan dari

situlah Soekarno menetapkan BERDIKARI atau Berdiri di Bawah Kaki

Sendiri yang artinya penegasan pendirian Indonesia untuk tidak bergantung

pada luar negeri. Berdikari pun terlalu berat untuk dilakukan dengan naiknya

harga bahan makanan, nilai rupiah yang merosot dan pemerintah tidak

17

Soebandrio sebagai Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri meminta bantuan

Soedjatmoko untuk merumuskan program pembangunan ekonomi Indonesia baru, yang juga

melibatkan Sarbini sebagai satu-satunya ekonom di dalamnya.

Page 46: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

35

sanggup untuk membiayai pembangunan nasional, akhirnya melakukan

pinjaman luar negeri sampai sebesar US$ 2.358 juta di tahun 196618

.

Kegagalan yang terjadi pada masa Orde Lama dengan sistem ekonomi

terpimpin yang dicetuskan, namun ada juga keberhasilan yang dicapai yaitu

mengenai pelayaran dan bongkar muat yang saat itu Soekarno menunjuk Ali

Sadikin sebagai Menteri Pelayaran, dan Ali Sadikin meminta nasehat kepada

pengusaha yang bergerak dalam industri ini yang salah satunya adalah

pengusaha pribumi yang masih dapat bertahan dengan kegagalan dalam

program Benteng yaitu Soedarpo Sastrosatomo. Soedarpo mengatakan bahwa

bongkar muat kapal dan keagenan merupakan sumber devisa bagi negara

namun karena pendapatan tersebut harus disetor kepada Lembaga Alat-alat

Pembayaran Luar Negeri untuk ditukar dengan kurs resmi yang rendah maka

pengusaha dan juga negara kehilangan banyak uang, sehingga jalan keluarnya

adalah dengan mengijinkan pengusaha memiliki kapal sendiri dengan

kebebasan untuk menggunakan devisa. Akhirnya dikeluarkan peraturan

bahwa setiap perusahaan asing maupun domestik harus memiliki surat izin

bongkar-muat, yang menjadi asal usul pemesanan muatan dimana semua

muatan untuk proyek pemerintah harus diangkut di bawah bendera Indonesia.

Hal itu sangat memudahkan bagi pengusaha industri pelayaran untuk bertahan

18

Bisuk Siahaan, “Pembangunan Nasional Semesta Berencana Delapan Tahun, 1961-1968”,

dalam Hadi Soesanto ed., Pemikiran dan Permasalahan di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir 2

1959-1966: Ekonomi Terpimpin (Jakarta: Canisius, 2005), h. 133-137.

Page 47: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

36

dalam kondisi krisis Orde Lama. Serta berdirinya pabrik-pabrik besar telah

memberi para insinyur, manajer dan buruh pabrik Indonesia keterampilan

industri dan pengalaman dalam mengoperasikan pabrik modern, sehingga

pada masa awal Soeharto tidak perlu memulai upaya industrialisasi dari nol.19

3. Paruh Pertama Orde Baru (1966-1982)

Tahun 1966 merupakan tahun awal Orde Baru di bawah pimpinan

Soeharto. Pada masa pemerintahannya Soeharto mewarisi masalah-masalah

Orde Lama seperti tingkat inflasi yang mencapai 650%, utang luar negeri

sebesar US$ 2,5 Miliar, serta tingkat pertumbuhan yang rendah.

Maka pada awal pemerintahannya Soeharto melakukan langkah

reformasi perekonomian seperti mengembangkan sektor swasta, menarik

investor asing, menghilangkan subsidi pada perusahaan pemerintah. Orde

Baru juga mengupayakan untuk mengurangi tingkat kenaikan harga yang

disertai upaya untuk memenuhi kebutuhan yang paling mendasar yaitu

ketersediaan beras bagi rakyat.

Prestasi yang dicapai pada masa awal Orde Baru membuat Indonesia

begitu menonjol, dengan pencapaian kenaikan pertumbuhan rata-rata 6,7%

pertahun selama tiga dekade, juga sektor industri yang meningkat cukup pesat

bahkan melampaui tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 1961-

19

Thee Kian Wie ed., Pelaku Berkisah Ekonomi Indonesia 1950-an sampai 1990-an (Jakarta:

Kompas, 2005), h. xiii.

Page 48: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

37

2009. kecuali pada tahun 1973 dan 1983 (krisis minyak) dan 1997 (krisis

moneter). Pencapaian itu dilatarbelakangi oleh dua kekuatan selain Soeharto

dalam mengendalikan dan juga perencanaan ekonomi yaitu kelompok ekonom

yang dipimpin oleh Prof. Widjojo Nitisastro yang dijuluki “Mafia Barkeley”

dan kekuatan Mahasiswa. Mahasiswa melakukan seminar ekonomi dan

keuangan di FEUI di bawah bimbingan Widjojo Nitisastro yang akhirnya

hasil dari seminar tersebut dijadikan legitimasi kebijakan pada masa awal

Orde Baru.20

Dimana prinsip ekonomi itu mencangkup: (1) Asas

keseimbangan antara pengeluaran dan penerimaan, ekspor dan impor, arus

barang dan arus uang, kesempatan bekerja dan pertambahan penduduk, (2)

Asas efisiensi dalam penggunaan sumber-sumber ekonomi, (3) Asas keadilan

dalam pembagian beban dan pembagian rezeki, dan (4) Asas perlunya

investasi bagi pertumbuhan ekonomi.21

Permasalahan yang telah dialami pada periode pertengahan 1960

dengan sistem ekonomi yang relatif tertutup dan bersifat nasionalis membuat

perubahan besar dalam sistem ekonomi di masa Orde Baru dengan sistem

ekonomi terbuka seperti banyaknya modal asing yang masuk dan pinjaman

luar negeri yang deras. Hingga diberlakukannya undang-undang Penanaman

20

Mudrajat Kuncoro, Ekonomika Pembangunan (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 249. 21

Hadi Soesanto, ed., Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah

Abad Terakhir 3 1966-1982: Paruh Pertama Ekonomi Orde Baru (Jakarta: Kanisius, 2005), h. 24.

Page 49: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

38

Modal Asing tahun 1967 dan diperkenalkan konsep Anggaran yang

berimbang. Pada masa itu juga terlihat dua pemikiran yang saling bertolak

belakang dimana kelompok pemikir pertama lebih fokus pada peran negara

yang besar demi kesejahteraan rakyat dan dicerminkan dengan berbagai

alokasi dana terhadap program pembangunan sosial berupa pendidikan dan

kesehatan. Sedang kelompok pemikir yang kedua adalah kelompok yang

mendukung liberalisasi perekonomian dengan membuka aliran modal dan

pasar seluas-seluasnya sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi

secara cepat dalam rangka pemulihan makroekonomi.22

4. Deregulasi dan Liberalisasi Ekonomi (1982-1997)

Pada periode ini terjadi penurunan harga minyak secara drastis yang

sangat memukul Indonesia. Pada dasawarsa 1970 penerimaan migas sangat

menyokong negara hingga pada 1982 dan 1986 harga minyak anjlok maka

penerimaan dari minyak dan gas (migas) turun drastis.

Saat muncul krisis tersebut pemerintah cepat tanggap dengan

melakukan liberalisasi serta deregulasi di bidang moneter, fiskal,

perdagangan, dan investasi. Juga mengubah ketergantungan negara terhadap

sektor migas dan beralih kepada komoditas lain, mobilisasi dana dalam negeri

22

Ibid., h. 23.

Page 50: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

39

(pajak dan tabungan), serta mengurangi campur tangan pemerintah di banyak

sektor yang dirasa menghambat kemajuan dunia usaha.

Sistem deregulasi tersebut menaikkan iklim persaingan khususnya di

industri manufaktur yang ditandai dengan peningkatan jumlah perusahaan

yang tumbuh. Seperti pada tahun 1986 saat harga minyak jatuh lebih tajam

dari tahun 1982, akhirnya dilakukan deregulasi dan liberalisasi di sektor

perbankan, perdagangan dan pasar modal. Sektor pasar modal yang lama

vakum, dapat bangkit dan mencetak prestasi baik dalam nilai dan volume

perdagangan untuk ukuran dunia. Juga sektor perbankan, dimana perbankan

swasta mulai bersaing secara agresif untuk mendapatkan konsumen dan

pangsa pasar. Namun berbeda dengan bank pemerintah yang malah melemah

dalam menyesuaikan diri terhadap kesempatan komersial tersebut karena

terbiasa dengan adanya bantuan dari pemerintah dan Bank Sentral.23

Banyak teknokrat, ekonom, dan teknolog yang berperan dalam

menerapkan kebijakan rekonstruksi dan deregulasi. Habibie dengan konsep

“Delapan Wahana Industri”-nya yaitu pesawat terbang, kimia, elektronika,

trasnportasi darat, peralatan pertanian, kapal laut, rekayasa, dan pemesinan

umum, menitikberatkan pada peningkatan SDM untuk mencapai keunggulan

kompetitif agar indonesia tidak tertinggal dengan negara lain dalam bidang

23

Hadi Soesanto, ed., Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah

Abad Terakhir 4 1982-1997: Deregulasi dan Liberalisasi Ekonomi (Jakarta: Kanisius, 2005), h. 25.

Page 51: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

40

teknologi. Peranan ekonom, teknokrat seperti Widjojo Nitisastro, Emil Salim,

Mohammad Sadli juga sangat berperan dalam kebijakan deregulasi,

restrukturisasi, penyesuaian eksternal, peningkatan daya saing, dan efisiensi.

Habibie mengusulkan adanya lompatan teknologi dalam memperoleh

nilai tambah yang jauh lebih tinggi dari produk hasil industri dengan

mengenali produk yang diprioritaskan maka diterapkan teknologi canggih

pada produk tersebut namun karena kebutuhannya yang mahal maka butuh

subsidi dari pemerintah, Habibie juga mengkritisi para ekonom yang terlalu

mengandalkan keunggulan komparatif dengan orientasi pasar bebas dan

ekspor produk-produk padat karya dan sumber daya alam. Namun Soemitro

Djojohadikoesoemo dan juga Kwik Kwan Gie mengkritik Habibie, Kwan Gie

malah lebih setuju dengan ekonom konvensional yang memanfaatkan

keunggulan komparatif dinamis tanpa teknologi yang tinggi dan subsidi

pemerintah, karena menurutnya lompatan teknologi tinggi mudah

terperangkap ke dalam hobi hingga tidak mempunyai trickle down effect.

Namun kebijakan deregulasi dan liberalisasi yang dilaksanakan sejak

tahun 1983 sampai pertengahan 1990 malah menyebabkan permasalahan baru

seperti meningkatnya utang luar negeri, lemahnya pengawasan perbankan,

Page 52: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

41

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), yang secara faktor internal akhirnya

menyebabkan Indonesia mengalami masa krisis di tahun 1997/1998.24

5. Krisis dan Pemulihan (1997-2004)

Tahun 1997 merupakan awal krisis di Indonesia yang berdampak

cukup besar kepada sektor industri. Sektor manufaktur mengalami penurunan

yang sebelumnya 12% tetapi pada tahun 1997 menurun menjadi 5,3%, namun

setelah periode krisis Asia manufaktur kembali naik secara perlahan hingga

pada tahun 2004 mencapai 6,4% dan hanya meningkat satu digit saja karena

pertumbuhannya yang tersendat-sendat.

6. Pemulihan dan Pengembangan (2005-2009)

Periode ini merupakan masa pemulihan paska krisis di tahun 1997-

1998, dengan melakukan pengembangan revitalisasi, konsolidasi dan

rekonstruksi industri untuk dapat unggul dan kompetitif .

Industri Indonesia tidak sama dengan industri di negara Asia Timur

lainnya karena tidak memiliki pengalaman industrilisasi yang panjang, belum

memiliki permodalan yang baik, tapi cukup sukses dalam melakukan

transformasi ke industri yang bersifat outward looking.

Pada periode ini presiden SBY melakukan kebijakan dalam tiga

instruksi Presiden (Inpres) yaitu Inpres No.3 tahun 2006 mengenai

24

Ibid., h. 21.

Page 53: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

42

serangkaian program dalam upaya memperkuat kelembagaan pelayanan

investasi dan sinkronisasi peraturan pusat dan daerah, kepabeanan dan cukai,

perpajakan, ketenagakerjaan, serta usaha kecil, menengah, dan koperasi

dengan tujuan untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi yang

dibutuhkan untuk membuka lapangan kerja baru, meningkatkan penghasilan

masyarakat, mengurangi kemiskinan sehingga target pertumbuhan ekonomi di

atas 6% dapat tercapai.

Kebijakan yang kedua yaitu dalam Inpres No.6 tahun 2007 mengenai

Paket Kebijakan Percepatan Pembangunan Sektor Riil dan Pengembangan

UMKM yang terdiri dari empat bidang utama, yaitu (1) Bidang perbaikan

Iklim Investasi; (2) Reformasi Sektor Keuangan; (3) Percepatan

Pembangunan Infrastruktur; dan (4) Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah (UMKM).

Kebijakan yang ketiga tertuang dalam Inpres No.5 tahun 2008

mengenai Paket Fokus Pembangunan yaitu fokus program ekonomi tahun

2008-2009 dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi

nasional, kelestarian sumber daya alam, peningkatan ketahanan energi dan

kualitas lingkungan, dan untuk pelaksanaan berbagai komitmen Masyarakat

Ekonomi Association of South East Asia Nations/ ASEAN (MEA)25

.

25

Mudrajat Kuncoro, Ekonomika Pembangunan (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 252-255.

Page 54: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

43

BAB III

KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA

A. Riwayat Singkat

1. Mohammad Hatta

Mohammad Hatta lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi,

sebenarnya nama yang diberikan kepada Mohammad Hatta saat lahir adalah

Mohammad Athar namun karena masyarakat sekitar yang sulit menyebut

namanya sehingga sering disebut Atta, yang sampai akhirnya namanya

menjadi Mohammad Hatta.1 Nama kecilnya (Mohammad Athar) kini

diberikan kepada cucu laki-lakinya dari anaknya yang kedua Gemala. Hatta

adalah anak kedua dari 6 bersaudara yang semuanya adalah perempuan, jadi

Hatta adalah anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga, yang kemungkinan

berpengaruh pada perilakunya yang lembut dan sopan.

Ayahnya Muhammad Jamil adalah anak dari seorang ulama besar

surau Batu Hampar yaitu Syeikh Abdrurrahman. Ayahnya tidak meneruskan

surau tapi memilih untuk berdagang, maka pamannya yang melanjutkan

kehidupan ulama, namun begitu Hatta tetap mendapatkan pengajaran agama

yang kuat sedari kecil. Ibunya Siti Saleha anak dari Ilyas Bagindo Marah yang

dipanggil Hatta dengan Pak Gaek berasal dari keluarga pedagang besar.

1 Deliar Noer, Mohammad Hatta: Hati Nurani Bangsa (Jakarta: Kompas, 2012), h. xviii.

Page 55: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

44

Setelah ayahnya meninggal saat Hatta berusia delapan bulan, ibunya menikah

lagi dengan seorang saudagar asal Palembang bernama Haji Ning.

Hatta menempuh pendidikan sekolah dasar di ELS (Europeesche

Lagere School) yaitu sekolah dasar untuk orang kulit putih dari kelas 5 sampai

kelas 7 sampai tahun 1913, di mana ia sebelumnya belajar secara privat.

Kemudian di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) SMP dengan bahasa

pengantarnya bahasa Belanda sampai 1917. Selain belajar biasa Hatta juga

rajin belajar agama dan mengaji di surau Nyik Jambek (Syaikh Muhammad

Djamil Djambek) dan juga dengan Haji Abdullah Ahmad saat di Padang, yang

dimana kedua ulama ini adalah ulama pembaharu di Minangkabau yang

sangat berpengaruh di Indonesia.2

Di padang Hatta aktif di menjadi anggota Serikat Usaha semacam

kamar dagang bersifat lokal, dia juga aktif di Jong Sumatranen Bond (JSB,

Perkumpulan Pemuda Sumatera) dia sebagai bendahara di sana. Saat dia

sekolah di Prins Hendrik School yaitu sekolah dagang menengah di Jakarta

dia pun aktif kembali sebagai bendahara pusat. Awalnya sang kakek akan

membawa Hatta ke Mekkah untuk belajar agama dan berharap dapat

melanjutkan suraunya. Namun Ibu dan pamannya tidak setuju karena Hatta

yang saat itu masih kecil, lalu ibunya meminta pamannya saja yang

meneruskan surau, hingga dengan lapang dada sang kakek merelakan Hatta

2 Ibid., h. 8.

Page 56: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

45

untuk melanjutkan pendidikan dan berharap yang terbaik dengan keputusan

ini. Saat sekolah di Jakarta Hatta tinggal dengan Radja Bangsawan seorang

mantan inspektur kepala sekolah untuk wilayah bagian selatan. Hatta juga

sering mengunjungi pamannya yaitu Ayub Rais seorang pedagang kaya yang

banyak membantu Hatta dan juga sering bertukar pikiran mengenai bisnis,

ekonomi, dan perdagangan. Dari diskusi yang dilakukan Hatta dengan

pamannya itu membuat pengetahuan ekonomi bisnis Hatta lebih luas dari

yang didapatkan di bangku sekolah, selain itu juga membentuk pemikiran

Hatta mengenai ekonomi. Ayub Rais pula yang membiayai sebagian besar

biaya sekolah Hatta saat di Jakarta dan di Belanda.3

Selain pamannya Ayub Rais dan juga keluarganya yang sebagian besar

adalah pedagang yang membentuk pemikiran ekonomi Hatta, serta lingkungan

keluarga yang juga berasal dari kalangan ulama dan janji Hatta pada kakeknya

Pak Gaek untuk tetap taat pada agamanya membuat pemikiran Islam dan

religiusitas Hatta sangat kental dan berpengaruh juga pada pemikirannya dan

perilakunya yang sangat menjaga batas-batas ajaran Islam saat berteman

dengan para gadis Eropa, malah mereka mengatakan jika Hatta seperti

seorang pendeta.4 Dan tokoh lain seperti Haji Agus Salim yang dikenalnya

saat menjabat bendahara di JBS pusat juga berpengaruh pada pemikirannya.

3 Ibid., h. 39.

4 Ibid., h.10.

Page 57: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

46

Keduanya sering melakukan diskusi tentang hubungan islam dan politik, Haji

Agus Salim memiliki pemikiran bahwa Islam sangat menghendaki masyarakat

yang sejahtera adil dan makmur yang berpangkal pada persamaan tetapi juga

memiliki kesempatan untuk menjadi lebih baik dan maju bagi yang berusaha,

masyarakat yang juga menjauhkan diri dari eksploitasi sesama manusia

(seperti sistem kapitalisme). Pandangan Haji Agus Salim yang sangat

menjurus kepada sosialisme itu dia selalu kaitkan dengan tujuan Islam dan

juga pengabdian kepada Allah. Oleh karena itu Haji Agus Salim tidak setuju

jika sosialisme itu berpangkal pada Marx. Dari pemikiran Haji Agus Salim ini

juga membentuk pemikiran Hatta mengenai sosialisme, dia mengungkapkan

bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi paham sosialisme di Indonesia

adalah ajaran Islam.5

Hatta melanjutkan pendidikannya di Belanda dari 1921-1932, ia

mengambil jurusan ekonomi perdagangan di Handels Hogeschool (Sekolah

Tinggi Dagang, kemudian menjadi Economicshe Hogeschool, Sekolah Tinggi

Ekonomi) di Rotterdam. Selain giat dalam menuntut ilmu di Belanda Hatta

juga aktif berorganisasi, salah satu alasannya pergi ke Belanda pun karena

rasa nasionalisme yang sangat tinggi untuk memperjuangkan kemerdekaan

Indonesia. Banyak pengalaman pahit yang dialami oleh Hatta mengenai

5 Anwar Abbas, Bung Hatta dan Ekonomi Islam: Menangkap Makna Maaqshid Al Syariah

(Jakarta: Kompas, 2010), h. 33.

Page 58: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

47

kekejaman para penjajah, seperti saat usianya 10 tahun, di Bukitiinggi

marsose (Korps Marechaussee te Voet yaitu satuan militer yang dibentuk

masa kolonial Belanda) dengan bayonet terhunus, menggeledah orang-orang

karena menolak membayar pajak langsung, sehingga terjadi perlawanan yang

akhirnya menewaskan 12 orang marsose dan 100 penduduk yang ditembak

mati. Dan Rais sahabat kakek Hatta dibawa dengan tangan diborgol,

melambai ke arahnya. Pengalaman pahit tersebut juga karena kakeknya sangat

keras dalam mendidik memelihara aturan serta disiplin dalam belajar

membentuk diri Hatta menjadi kuat dan nasionalis. Saat Turki kalah perang

dan menjadi bahan olok-olok anak-anak Belanda Hatta membencinya, namun

kakeknya memberitahunya bahwa para petinggi Turki itu telah membuat

kezaliman yang tidak mencerminkan keadilan atas nama Tuhan. Sehingga

pemikiran Hatta meskipun kritis dan tidak menyukai kolonial, namun ia tetap

tidak anti Barat.6

Hatta menjadi ketua Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan

Indonesia (PI) dari 1926-1930, meskipun membuatnya terlambat dalam

menyelesaikan studi namun waktunya tersebut dipergunakannya untuk

mematangkan ilmunya dan menambah studi baru yaitu tentang tata negara. PI

menjadi sangat memperhatikan perkembangan pergerakan nasional di

6 Salman Alfarizi, Mohammad Hatta Biografi Singkat 1902-1980 (Yogyakarta: Garasi, 2012),

h. 16.

Page 59: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

48

Indonesia saat diketuai oleh Hatta. Hatta pun aktif dalam memberikan saran,

kritik dan komentar tentang pergerakan di Indonesia melalui tulisan yang

banyak bersebaran di berbagai majalah dan koran di Indonesia. Pada tahun

1931 mahasiswa komunis Indonesia secara perlahan merebut PI, sehingga

membuat Hatta mundur dan banyak pendirian dan juga pemikirannya yang

ditolak oleh pihak PI yang sudah dikuasai PKI, dalam sidang dan pertemuan

Internasional pun pihak komunis selalu ingin menguasai sidang dan

pembicaraan dan itulah yang membuat Hatta tidak menyukai komunis.7

Di luar negeri, Hatta sangat aktif dalam memperkenalkan perjuangan

Indonesia. Seperti pada tahun 1926 Hatta diutus untuk mengikuti Kongres

Demokrasi Internasional di Perancis yang dihadiri oleh utusan dari 31 negara.

Dalam kongres itu Hatta juga berhasil meyakinkan Kongres agar menyebut

„Indonesia‟ bukan „Hindia Belanda‟ dalam merujuk tanah airnya dan ia

menambahkan bahwa perdamaian dunia tidak akan tercapai jika penjajahan

masih terus terjadi seperti di Asia. Hatta juga banyak mengenal tokoh penting

negara lain seperti Jawaharlal Nehru, perdana menteri India yang kemudian

hubungan mereka tambah akrab sampai Indonesia mencapai

kemerdekaannya.8

7 Anwar Abbas, Bung Hatta dan Ekonomi Islam (Jakarta: Kompas, 2010), h. 21.

8 Ibid., h. 31.

Page 60: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

49

Saat Hatta kembali ke tanah air, ia sangat berkontribusi dalam

perjuangan kemerdekaan hingga ia menjadi dikenal sebagai dwitunggal

(bersama Soekarno) oleh rakyat Indonesia, menjadi pasangan pemimpin yang

sangat dibanggakan dan menjadi harapan kemajuan Indonesia. Hatta juga

memiliki inisiatif dalam penghapusan tujuh kata di pembukaan UUD 1945

yang hampir membuat rakyat Indonesia pecah. Pada tahun 1950-1959 Hatta

menjadi wakil presiden Republik Indonesia di masa merdeka penuh, yang

sebelumnya menjabat sebagai Perdana Menteri RIS (Republik Indonesia

Serikat). Saat menjabat menjadi perdana menteri banyak kebijakan yang

diterapkan Hatta yaitu mengenai kebijakan politik luar negeri yaitu politik

bebas aktif, juga mengenai pembangunan ekonomi yang menurutnya

memerlukan pinjaman dari luar negeri dengan syarat harus pandai dalam

mengelolanya.9 Perkembangan koperasi dan juga pembentukan perusahaan

pemerintah seperti semen gresik merupakan salah satu dari banyak

keberhasilan Hatta dalam menjabat sebagai Wakil Presiden. Sampai pada 1

Desember tahun 1956 Hatta mengundurkan diri.

Hatta merupakan seseorang yang teguh pada pendirian dan juga

ideologinya dan ia siap dalam mempertahankannya, mungkin karena sikapnya

itulah yang membuatnya harus mundur ketika ia melihat arah politik yang

semakin menjadi taktis dan siasat dan tidak lagi melihat pada tujuan awal

9 Deliar Noer, Mohammad Hatta: Hati Nurani Bangsa (Jakarta: Kompas, 2012), h.126.

Page 61: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

50

yang utama. Hatta pernah mengatakan dalam tulisannya “Siapa yang takut

dilamun ombak jangan berumah di tepi air,” saat dia berkomentar kepada

seseorang yang ingin berpolitik tanpa resiko, namun apalah daya kini ombak

itu membuat banjir dan membuat Hatta harus mengundurkan diri karena yakin

tak akan ada rumah yang dapat tegak di bibir banjir.

Hatta seorang yang menepati janji, dan pernikahannya dengan Rahmi

pun ia laksanakan setelah Indonesia merdeka yaitu pada 18 November 1945

seperti janjinya dulu.10

Hatta adalah orang yang pemalu dan belum pernah

sebelumnya dekat dengan seorang wanita maka perkenalannya dengan Rahmi

pun dibantu oleh Soekarno. Hatta memiliki tiga putri yaitu Meutia Farida,

Gemala Rabi‟ah, dan Halida Nuriah. Hatta meninggal pada hari Jumat 14

Maret 1980.

Mohammad Hatta adalah seorang anak daerah yang memiliki jiwa

nasionalis tinggi. Pendidikan yang tinggi, pengetahuan, pengalaman serta

pergaulan yang luas membuat Hatta memiliki cara tersendiri dalam

memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan pergerakan yang ia buat di

dalam maupun luar negeri dan malah membuat bangsa penjajah sendiri

menaruh hormat padanya. Hatta memang tidak terlalu pandai dalam berorasi

yang menggebu-gebu seperti Soekarno, namun Hatta sangat tajam dalam

menulis pemikirannya. Banyak tulisan dalam bentuk buku, ataupun yang

10

Ibid., 119.

Page 62: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

51

tersebar di berbagai media cetak yang berisi kritik, saran dan kecaman serta

pemikirannya mengenai Indonesia. Hatta membangkitkan semangat

perjuangan dan memberikan pendidikan politik kepada rakyat Indonesia

melalui tulisannya.

Dalam menulis Hatta selalu teliti dalam memberikan rujukan untuk

gagasan yang diungkapakannya dalam tulisan lepas yang tersebar di media.

Maka orang-orang yang tertarik akan sejarah ilmu pengetahuan akan langsung

melihat pada tulisan Hatta. Dalam bidang ekonomi Hatta lebih menyukai

aliran historis dan ekonomi politik, gagasan ekonominya lebih berorientasi

pada Gustav Schmoller, Werner Sombart, dan Karl Marx dari pada Adam

Smith. Dalam bidang filsafat Hatta merujuk pada H. Rickert dan W.

Windelband.11

Beberapa tulisannya yang dibuat saat di Belanda di antaranya adalah

Tujuan dan Politik Pergerakan Nasional Indoensia (1931), Krisis Ekonomi

dan Kapitalisme (1934), Rasionalisasi (1939), dan Mentjari Volkenbond dari

Abad ke Abad (1939). Juga buku-buku lainnya seperti Alam Pikiran Yunani

(1941), Pengantar ke Djalan Ekonomi Sosiologi (1957), dan Pengantar ke

Djalan Ilmu dan Pengetahuan (1954), Mendayung Antara Dua Karang (1946)

11

Salman Alfarizi, Mohammad Hatta Biografi Singkat 1902-1980 (Yogyakarta: Garasi, 2012),

h. 215-216.

Page 63: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

52

dan masih banyak lagi tulisan Hatta yang telah tersebar dalam bentuk buku

maupun kumpulan karangan dan juga pidato.

2. Syafruddin Prawinegara

Syafruddin Prawiranegara lahir pada 29 Februari 1911 di Anyer Kidul,

Kawedanan Anyer, Banten. Nama kecilnya „Kuding‟ yang berasal dari kata

„Udin‟ pada nama Syafruddin. Ayahnya seorang ménak Sunda bernama Raden

Arsyad Prawira Atmadja, sedangkan ibunya memiliki darah Minangkabau.12

Ayahnya yang seorang camat ternyata memiliki darah Minangkabau,

yaitu buyut dari pihak ayahnya ternyata masih keturunan kerajaan Pagayurung

Sumatera Barat, yang dibuang ke Banten karena terlibat Perang Padri.

Ayahnya meninggal pada 3 Maret 1939 saat membacakan pidato di suatu

rapat di Kediri dalam pemilihan Dewan Propinsi Jawa Timur. Syafruddin

dibesarkan di lingkungan yang moderat, karena masih keturunan ningrat maka

Syafruddin tidak susah dalam menempuh pendidikannya, namun hal itu tidak

membuatnya menjadi besar kepala dan memandang rendah kepada pihak lain.

Ayahnya yang memiliki sikap yang tegas dan tidak membeda-bedakan,

meskipun memiliki jabatan yang tinggi di masyarakat namun ia sangat dekat

dengan rakyat sehingga dibuang oleh Belanda ke Jawa Timur. Sifatnya itu

12

M. Dawam Rahardjo, Ekonomi Neo-Klasik dan Sosialisme Religius: Pragmatisme Pemikiran

Ekonomi Politik Sjafruddin Prawiranegara (Jakarta: Mizan, 2011), h. 65.

Page 64: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

53

menular kepada Syafruddin yang juga memiliki sikap yang tegas dan tidak

membeda-bedakan.

Syafruddin memulai pendidikannya pada tahun 1924 di ELS

(Europeesche Leagere School), setelah itu melanjutkan ke MULO (Meer

Uitgebreid Lager Onderwijs) di Madiun Jawa Timur. AMS setingkat SMA

bagian A di Kota Bandung, setamatnya dari AMS Syafruddin melanjutkan ke

RHS (Reechts Hoge School) yaitu Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta, ia tamat

dengan meraih gelar Sarjana Hukum/ Meester in de Rechten (Mr.).

Sedari kecil Syafruddin mendapat pendidikan formal di bawah

naungan kolonial karena keluarganya yang tergolong ningrat namun ia tidak

pernah meninggalkan Indonesia sebelum kemerdekaan untuk belajar,

sedangkan pendidikan agamanya dia peroleh dari keluarga dan juga

lingkungannya. Syafruddin yang terlihat menyukai buku saat di ELS juga

ternyata banyak belajar agama dari buku-buku berbahasa Inggris dan Belanda.

Juga pendidikan agama dari keluarga khususnya dari ayahnya yang

dibesarkan di lingkungan pesantren Banten dan juga sebagai anggota Sarekat

Islam (SI), ketertarikan ayahnya yang hidup di kalangan feodal yang kebarat-

baratan untuk mengikuti organisasi itu karena SI yang bersifat moderat dan

modernis yang tidak mengharamkan orang Islam menggunakan pakaian Barat

yang disebut sebagai keberuntungan baginya karena kebanyakan mereka yang

mengisolasi diri di pesantren dan mengharamkan celana panjang yang

Page 65: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

54

dikenakan oleh Belanda yang orang Kristen.13

Begitu juga Syafruddin

meskipun di didik di sekolah Belanda namun agamanya kuat melekat dalam

dirinya.14

Syafruddin yang hidup dikalangan ningrat otomatis masuk dalam

organisasi Unitas Studiosorum Indonesiensis (USI), yaitu komunitas yang

dibentuk oleh profesor konservatif Belanda untuk menekan tingkat radikal

kelompok pemuda dan mahasiswa yang nasionalis. Sehingga tak ada rasa

permusuhan dalam dirinya dengan pihak pemerintahan Belanda. USI sering

disebut sebagai organisasi dansa-dansi (sebutan yang digunakan Dawam

Rahardjo) yang berbeda dengan organisasi lain, namun seterusnya alumni-

alumni USI banyak yang menyokong pembentukan PSI (Persatuan Sosialis

Indonesia) yang dimana Syahrir menjadi panutan para anggota dan aktifis USI

dan dari situlah perkenalan antara Syahrir dan Syafruddin, ada yang

mengherankan saat Jusuf Wibisono menemukan Syafruddin berada satu

organisasi dengannya di Masyumi padahal kebanyakan temannya bergabung

di PSI.

Syahrir yang seorang matrealis sosialis, meskipun berteman baik

dengan Syafruddin karena memilki kesamaan pemikiran dan kultur lantas tak

13

Thee Kian We ed., Syafruddin Prawiranegara, Pelaku Berkisah Ekonomi Indonesia 1950-an

sampai 1990-an (Jakarta: Kompas, 2005), h. 39. 14

M. Dawam Rahardjo, Ekonomi Neo-Klasik dan Sosialisme Religius (Jakarta: Mizan, 2011), h.

69.

Page 66: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

55

membuat Syafruddin mengikuti Syahrir untuk masuk dalam kelompoknya,

karena agamanya yang terlalu kuat untuk menjadi seorang matrealis sosialis.15

Syafruddin dan Syahrir memiliki kesamaan anti-fasisme Jepang, serta

mungkin karena memiliki darah Minang juga yang membuat mereka menjadi

dekat pada masa awal kemerdekaan. Kedekatannya dengan Syahrir membuat

pandangannya mengenai sosialis bertambah, dan juga pemikiran syharir

mengenai Sosialisme Kerakyatan sejalan dengan pemikiran Syafruddin yang

menmeukan aspek huminisme dan demokrasi.

Pembentukkan awal Syafruddin sebagai seorang teknokrat dan

ekonom dimulai saat dia bekerja di Departemen Keuangan masa kolonial.

Dari sana dia memperoleh pengetahuan tentang masalah fiskal, terutama

mengenai pajak. Pemikiran ekonominya berpihak pada peningkatan

pendapatan masyarakat. Syafruddinpun akhirnya mempelajari teori ekonomi

Kapitalisme yang dijunjung Keynes.

Karir dan perananya sebagai teknokrat dimulai pada tahun 1946

sebagai Menteri Muda Keuangan pada Kabinet Syahrir II, Menteri Keuangan

pada Kabinet Syahrir III, Menteri Kemakmuran pada Kabinet Hatta I (1948-

1949), Menteri Keuangan pada Kabinet Hatta III (Kabinet Republik Indonesia

Serikat, 1949-1950), Menteri Keuangan pada Kabinet Natsir (1950-1951),

15

Thee Kian We ed., Syafruddin Prawiranegara, Pelaku Berkisah Ekonomi Indonesia 1950-an

sampai 1990-an (Jakarta: Kompas, 2005), h. 40.

Page 67: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

56

Presiden Direktur De Javasche Bank yang terakhir (1951-1952), dan Gubernur

Bank Indonesia pertama (1952-1958).16

Pada masa jabatannya sebagai Menteri maupun Gubernur BI, sosok

Syafruddin yang dikenal memiliki sikap tegas, bahkan sikap tegasnya tersebut

dia tuangkan dalam banyak kritik terhadap gagasan yang menurutnya tidak

tepat. Pada masanya Syafruddin mengalami polemik berat dengan Soemitro

Djojohadikoesoemo seorang teknokrat bangsa yang saat itu menjabat sebagai

Menteri Perindustrian dan Perdagangan, polemik mengenai strategi dan

konsep dalam pembangunan. Namun setelah Syafruddin ditangkap karena

terlibat dalam pemberontakan PPRI (Pemerintahan Revolusioner Republik

Indonesia) bersama Mohammad Natsir, Burhanudin Harahap, dan Soemitro

Djojohadiskoesoemo. Hubungan antara keduanya menjadi sangat baik,

bahkan saat kematian Syafruddin, Soemitro menulis pandangannya mengenai

Syafruddin di kata pengantar terjemahan desertasinya. Soemitro mengakui

bahwa pandangan Syafruddin benar dan dia saat itu seperti terbawa hasrat

untuk mempercepat perombakan secara fundamental terhadap struktur yang

diwariskan pada zaman penjajahan17

.

Syafruddin menikah dengan Tengku Halimah Syaehabudin, dan

memiliki delapan orang anak. Sifat religiusnya terlihat di masa tuanya, yang

16

M. Dawam Rahardjo, Ekonomi Neo-Klasik dan Sosialisme Religius (Jakarta: Mizan, 2011), h.

106. 17

Ibid., h. 51.

Page 68: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

57

dia habiskan dengan mengisi ceramah dan juga berdakwah, namun pada bulan

Juni 1985 dia diperiksa terkait dengan isi ceramahnya pada Idul Fitri 1404 H

di Tanjung Priok Jakarta. Dia juga pernah menjabat sebagai ketua Korp

Mubalig Indonesia (KMI). Syafruddin Prawiranegara meninggal pada 15

Pebruari 1989 di Jakarta, dalam usia tujuh puluh delapan tahun. Dia telah

meninggal tapi jasanya sangat berguna bagi pembangunan Indonesia sebagai

teknokrat dan juga ekonom yang membangun dasar ekonomi Indonesia dan

dia dikenal sebagai seorang negarawan, teknorat yang religius. Salah satu

kutipannya dia pernah mengatakan “Saya ingin mati di dalam Islam. Dan

ingin menyadarkan, bahwa kita tidak perlu takut kepada manusia, tetapi

takutlah kepada Allah”.

Banyak tulisan-tulisan dan juga pidato Syafruddin yang dimuat di

beberapa media cetak diantaranya ada sebanyak 86 judul buku yang terutama

berkaitan dengan tuganya sebagai teknoktrat, diantaranya: Islam dan

Pergolakan Dunia (1950), Sosialisme Indonesia Pembangunan (1982),

Peranan Uang dan Bank bagi Pembangunan dan Perkembangan Ekonomi

(1958), Dasar Politik Kemakmuran (1951), Human Development Pola

Pembangunan yang Sesuai dengan Ajaran-ajaran Islam dan UUD ‟45 (1977),

Ekonomi dan Keuangan: Makna Ekonomi Islam yaitu kumpulam karangan

terpilih jilid ke II (1988) dan masih banyak lainnya.

Page 69: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

58

B. Konsep Pembangunan Ekonomi

1. Mohammad Hatta

Mohammad Hatta, dan Syafruddin Prawiranegara merupakan salah

satu tokoh utama dalam peletak dasar pembangunan ekonomi Indonesia saat

masa peralihan, yaitu masa berakhirnya kolonialisme menuju masa

kemerdekaan (nasionalisasi ekonomi). Namun begitu keduanya memiliki cara

pandang yang berbeda dalam perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia.

Hatta seperti halnya Syafruddin mendapatkan pendidikan dasar formal

hingga tingkat tinggi di sekolah Belanda. Hal tersebut membuat Hatta banyak

bergaul dengan pihak Belanda dan membuat pemikirannya terbuka sehingga

dia tidak anti terhadap Barat, karena menurutnya tidak semua orang Belanda

atau barat itu memiliki sifat yang buruk. Ideologi Hatta itu juga terbentuk dari

orang-orang terdekatnya seperti keluarga yang sebagian besar adalah pemuka

agama dan juga seorang pedagang besar. Selain itu juga perkenalannya

dengan beberapa tokoh yang secara tidak langsung mempengaruhi

pemikirannya.

Pertemuannya dengan Haji Agus Salim membuat pandangan

sosialisnya berbeda, di mana Salim mengatakan bahwa Islam meenghendaki

terbinanya suatu masyarakat yang adil dan makmur yang berpangkal pada

persamaan tetapi juga memberi kesempatan untuk maju bagi mereka yang

Page 70: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

59

berusaha, suatu masyarakat yang juga tolong mneolong dan menjauhkan diri

dari sifat eksploitasi sesama manusia.18

Sehingga pemikirannya yang sosialis

itu jauh berbeda dengan sosialis barat, pandangannya sangat mencerminkan

sifat Indonesia yang sederhana saling tolong-menolong, serta menjunjung

tinggi agama.

Menurutnya perkembangan sosialisme di Indonesia itu lahir dari

keinginan bangsa untuk maju dan terbebas dari penjajahan. Dimana dalam

pergerakannya menuju kebebasan dari penghinaan diri dan penjajahan,

dengan sendirinya para pejuang terpikat oleh tuntutan sosial dan humanisme

(perikemanusiaan) yang disebarkan oleh pergerakan sosialisme di Barat. Dan

tuntutan sosial itu pula yang tergambar dalam jiwa Islam yang memang

menghendaki supaya manusia hidup saling sayang-menyayangi dan dalam

suasana persaudaraan yang tolong-menolong. Dan jiwa Islam memberontak

kapitalisme yang menghisap dan menindas, yang menurunkan derajat manusia

dan membawa sistem yang lebih jahat dari perbudakan dan feodalisme.19

Pemikirannya yang sosialis itu tercantum dalam UUD 1945 pasal 33

ayat 2 yang berbunyi “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan

yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”, hal itu

mencerminkan konstitusi ekonomi Indonesia yang sangat sosialis di mana

18

Anwar Abbas, Bung Hatta dan Ekonomi Islam (Jakarta: Kompas, 2010), h. 32. 19

Mohammad Hatta, “Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia”, dalam Sri-Edi Swasono ed.

Demokrasi Kita Bebas Aktif dan Ekonomi Masa Depan Edisi II (Jakarta: UI Press, 1992), h. 142-143.

Page 71: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

60

pemikiran tersebut tercermin dalam sosialis Fabian yang berkembang di

Inggris, bahwa setiap produksi besar harus dikuasai oleh negara, namun di sini

masih belum jelas sektor manakah yang dianggap besar dan menguasai hajat

hidup orang banyak. Maka Hatta selaku wakil presiden membentuk Panitia

Pemikir Siasat Ekonomi untuk membahas sektor-sektor ekonomi mana saja

yang dianggap penting dan menguasai hajat hidup orang banyak.

Meskipun keberpihaknya pada sistem sosialis, namun yang terlihat

dari konsep ekonomi yang diterapkan Hatta pada pembagian cabang-cabang

ekonomi penting yang menurut Dr Anwar Abbas memilki sifat kapitalis dan

juga sosialis yang terkandung di dalamnya, seperti pada peranan pemerintah

dan penyerahan penentuan harga kepada mekanisme pasar yang sesuai dengan

sistem kapitalis, kemudian pada semangat pemerataan dan keadilan ekonomi

yang ingin diciptakan sesuai dengan sistem sosialis.20

Hatta juga mengemukakan bahwa sistem ekonomi Indonesia yang

tercantum dalam UUD ‟45 adalah ekonomi terpimpin, di mana dalam sistem

tersebut peran negara yaitu pemerintah sangat penting dalam tercapai suatu

penghidupan sosial yang lebih baik.21

20

Anwar Abbas, “Pandangan Ekonomi Mohammad Hatta”, Ahkam III, no. 05 (Maret 2001), h.

10. 21

Mohammad Hatta, “Pikiran-pikiran dalam Bidang Ekonomi untuk Mencapai Kemakmuran

yang Merata”, Ceramah disampaikan dalam Seminar KADIN, 20-22 September 1972 (Jakarta: Idayu

Press, 1974), h. 8.

Page 72: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

61

Bentuk perekonomian yang sangat ditekankan oleh Hatta adalah

koperasi, karena sangat sesuai dengan tujuan dan cita-citanya yaitu

menciptakan keadilan dalam bidang ekonomi yang dapat mencapai

kemakmuran yang merata. Serta keberpihakannya pada rakyat kecil maka

Hatta memberikan solusi sistem koperasi yang paling baik untuk memajukan

usaha rakyat kecil. Karena pada saat itu sembilan puluh persen ekonomi

menengah dikuasai oleh Tionghoa yang menjadi pengulas ekonomi lapisan

atas dengan perekonomian rakyat dalam keadaan yang buruk yang menurut

Hatta sangat tidak sesuai.22

Telah disebutkan di awal tadi bahwa cita-cita Hatta dalam

pembangunan adalah kemakmuran yang merata, yang diawali dengan

kesejahteraan rakyat kecil dengan koperasi dan juga pendidikan yang

tercantum dalam UUD ‟45. Selain itu juga program pembangunan sarana

transportasi, transmigrasi, serta industri. Maka poin-poin penting itulah yang

digagas Hatta dalam awal proses pembangunan ekonomi Indonesia.

Koperasi yang sangat menjunjung kolektivisme sangat sesuai dengan

budaya rakyat Indonesia yang saling tolong menolong, meskipun dengan

masuknya para kolonial dari Barat yang membawa sifat individualisme

sebagai bentuk modernisasi yang telah berkembang di Indonesia. Dimana

akhirnya individualisme itu menghidupkan kapitalisme nasional yang

22

Ibid., h. 8.

Page 73: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

62

nantinya akan disaingi bahkan dapat dihancurkan oleh kapitalisme asing yang

sangat kuat dan berkuasa.23

Maka, dengan dibangunnya koperasi ekonomi

masih ada kebebasan bagi individu untuk mengambil inisiatif atas persetujuan

bersama untuk keperluan bersama. Dan kapitalisme kolonial, yang tidak

memberi kesempatan berkembang pada kapitalisme muda Indonesia

(pengusaha muda) membuat jalan yang baik bagi koperasi Indonesia.

Koperasi dibangun dari bawah mengajak orang banyak untuk bekerja

sama untuk menyusun kemakmuran rakyat. Begitu pula dengan pemerintah

yang ikut serta dalam andil menetapkan politik perekonomian, berdasarkan

keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau dengan persetujuan Dewan

Perwakilan Rakyat.24

Koperasi telah berkembang dengan baik di Inggris, Jerman, Denmark,

Swedia, Norwegia dan lain-lain. Itulah yang membuat Hatta tertarik dan

menerapkannya di Indonesia dengan nilai dasar Indonesia yang sama dengan

koperasi. Kekuatan yang ada pada koperasi adalah meletakkan titik berat pada

usaha bersama, orang belajar mengenal diri sendiri, percaya pada diri sendiri,

23

Mohammad Hatta, “Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia”, dalam Sri-Edi Swasono ed.

Demokrasi Kita Bebas Aktif dan Ekonomi Masa Depan Edisi II (Jakarta: UI Press, 1992), h. 148. 24

Ibid., h. 150.

Page 74: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

63

belajar melaksanakan dasar self-help, dan autoaktivia beserta solidaritas

setiakawan dan tolong-menolong.25

Pendidikan juga merupakan proses penting dalam pembangunan suatu

bangsa yang telah mengalami pembodohan selama masa kolonial. Hatta

berpendapat bahwa sudah terlalu lama rakyat Indonesia dididik dengan cita-

cita umum yaitu „persatuan‟ namun masih keliru dengan asas mana yang

mesti dipakai, yang dapat membunuh semangat pergerakan rakyat. Dengan

pendidikan rakyat kecil dapat memahami kewajibannya, sebagai rakyat yang

juga diharuskan berjuang dalam pembangunan, karena budi pekerti dan iman

itu yang sangat diperlukan dalam pergerakan bangsa.26

Pendidikan disebutkan dalam UUD ‟45 pada pasal 34, di mana pasal

itu menjelaskan pendidikan adalah sumber utama dan menunjukkan

pentingnya SDM dalam kemajuan suatu bangsa. Hatta lebih mengutamakan

pendidikan politik ketimbang agitasi politik, begitu juga dengan koperasi,

menurutnya dalam memulai koperasi maka harus disiapkan SDM yang

mengerti koperasi (pengkaderan koperasi) dengan jalan pendidikan, dan dia

25

Mohammad Hatta, “Cita-cita Koperasi dalam Pasal 33 UUD 1945”, dalam Sri-Edi Swasono

ed. Demokrasi Kita Bebas-Aktif dan Ekonomi Masa Depan (Jakarta: UI Press, 1992), h.223. 26

Mohammad Hatta, Kumpulan Karangan Jilid I (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 175.

Page 75: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

64

melihat kalau koperasi juga salah satu cara mendidik masyarakat untuk

membantu diri dalam peningkatan kesejahteraan.27

Selanjutnya, Hatta sangat menekankan pada pembangunan

infrakstruktur perhubungan. Menurutnya hal itu akan sangat mempermudah

dalam bidang ekonomi melihat wilayah Indonesia yang luas terdiri dari pulau-

pulau sehingga diperlukan transportasi baik darat, laut maupun udara untuk

mencapai kawasan yang dituju.

Menurutnya ekonomi perhubungan sama halnya dengan hukum

sosialis dan kapitalis, yaitu mengangkut orang dan barang dengan ongkos

yang semurah-murahnya dalam waktu sesingkat-singkatnya. Perbedaanya

hanya terletak pada tujuannya jika kapitalis memiliki tujuan untuk

mendapatkan keuntungan, maka sosialis memiliki tujuan untuk memenuhi

kepentingan rakyat.28

Dalam hal ini pemerintah daerah maupun pusat harus

bekerjasama dalam membangun sarana perhubungan ini, karena Hatta

berpendapat bahwa perhubungan adalah urat nadi perekonomian.29

Dengan adanya perhubungan yang memadai dalam pengangkutan

orang maupun barang, mempermudah pembangunan secara merata di wilayah

27

Anwar Abbas, Bung Hatta dan Ekonomi Islam (Jakarta: Kompas, 2010), h. 320. 28

Mohammad Hatta, “Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia”, dalam Sri-Edi Swasono ed.

Demokrasi Kita Bebas Aktif dan Ekonomi Masa Depan Edisi II (Jakarta: UI Press, 1992), h. 162. 29

Ibid., h. 164.

Page 76: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

65

Indonesia dan tidak hanya terpusat di ibu kota saja, itulah yang diinginkan

Hatta yaitu kemakmuran yang merata.

Hatta juga memberi gagasan mengenai transmigrasi yaitu perpindahan

penduduk dari pulau yang padat penduduknya ke pulau yang masih kurang

penduduknya. Sama seperti tujuan dari gagasan Hatta yang sebelumnya, yaitu

untuk kemakmuran yang merata. Karena melihat pembangunan yang tidak

merata antara Jawa, dengan pulau lainnya seperti Sumatera, Kalimantan,

Sulawesi dan Papua. Hatta menyebutkan bahwa tujuan dari transmigrasi ini

adalah untuk membuka ruang hidup baru di daerah yang kosong dan

meluaskan ruang hidup di daerah yang padat yang ditinggalkan oleh rakyat

yang pindah tempat.30

Sehingga kemakmuran menjadi semakin bertambah.

Hendaknya orang yang di transmigrasikan itu terdiri dari orang muda

yang dalam usia dapat melahirkan banyak anak. Kemudian yang dipindahkan

itu terdiri dari keluarga tani, tukang berbagai rupa, tukang bangunan, serta

guru-guru yang akan mengajar anak-anak mereka, begitu Hatta menjelaskan.

Transmigrasi juga berkesinambungan dengan pertumbuhan industri.

Menurutnya dengan adanya transmigrasi akan timbul kota-kota baru yang

dengan sendirinya akan mendorong timbulnya industri-industri yang akan

disusul dengan pembangunan tenaga listrik, maka akan timbul lapangan

30

Ibid., h. 154.

Page 77: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

66

pekerjaan baru.31

Sehingga lambat laun akan menarik berbagai kegiatan

ekonomi yang dibutuhkan masyarakat, dan masyarakat dapat bekerjasama

dalam membangun daerahnya dan juga kesejahteraan bersama.

Selain beberapa gagasan mengenai koperasi, pendidikan, transportasi,

transmigrasi dan industri yang disebutkan tadi, Hatta juga banyak memberikan

pendapatnya mengenai kebijakan perekonomian yang diambil oleh

pemerintah baik dalam masa kabinetnya maupun setelah itu. Seperti mengenai

pinjaman luar negeri, menurutnya dalam membangun perekonomian

Indonesia paska masa kolonial membutuhkan beratus-ratus juta dollar

Amerika Serikat, dan melihat pemerintah yang memang tak mungkin

memiliki uang sebanyak itu, maka jalan keluarnya adalah dengan pinjaman

luar negeri dengan jangka pembayaran kembali dalam waktu yang lama.32

Meskipun pihak luar negeri memiliki motivasi tersendiri, yaitu untuk

mencari keuntungan, namun asalkan Indonesia pandai menggunakan pinjaman

ini untuk kepentingan kemakmuran rakyat33

maka itu diperbolehkan. Pada

dasarnya Hatta tidak menyetujui adanya pinjaman luar negeri ini karena dia

31

Mohammad Hatta, Pikiran-pikiran dalam Bidang Ekonomi untuk Mencapai Kemakmuran

yang Merata, Ceramah disampaikan dalam Seminar KADIN, 20-22 September 1972 (Jakarta: Idayu

Press, 1974), h. 12. 32

Ibid., h. 13. 33

Deliar Noer, Mohammad Hatta: Hati Nurani Bangsa (Jakarta: Kompas, 2012), h.126.

Page 78: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

67

berpendapat bahwa hal tersebut bertentangan dengan Islam yang menyebutkan

“tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah”.34

Dalam kutipannya, menyebutkan kondisi bangsa yang tidak mampu

dalam pembangunan:

“Negeri yang kurang maju, yang sedikit sekali mempunyai cabang-cabang

industri, tidak sanggup membiayai pembangunannya dari simpanan nasional tiap-

tiap tahun. Rakyatnya yang rata-rata miskin dan kurang makan tidak dapat

menabung banyak”.

Namun Hatta juga memberikan alasan, bahwa kerusakan sosial yang

parah yang dialami Indonesia, yang ditimbulkan oleh pihak kolonial yang

bahkan lebih parah dari Eropa, membuat Indonesia harus membangun dari

awal kembali. Hatta juga memberikan pembatasan masalah pinjaman luar

negeri ini, menurutnya pinjaman ini harus bersifat „bantuan perkembangan‟

bukan bantuan dengan syarat politik yang mengikat negara yang diberi

bantuan kepada suatu politik tertentu. Menurutnya bantuan perkembangan

yang tepat adalah bantuan yang berdasarkan rencana pembangunan negeri itu

sendiri, bukan rencana yang diajukan dari pihak luar, dan harus didasarkan

pada persediaan dan pembawaan alam negeri itu.35

34

Anwar Abbas, Bung Hatta dan Ekonomi Islam (Jakarta: Kompas, 2010), h. 302. 35

Mohammad Hatta, “Masalah Bantuan Perkembangan Ekonomi Bagi Indonesia”, dalam Sri-

Edi Swasono ed. Demokrasi Kita Bebas-Aktif, Ekonomi Masa Depan Edisi II (Jakarta: UI Press, 1992),

h. 202.

Page 79: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

68

Ada lima corak bantuan perkembangan yang dianjurkan Hatta dalam

proses pembangunan Indonesia, yaitu:36

a. Bantuan untuk “Human Capital”, bantuan dalam memajukan sumber

daya manusia, dengan mendidik tenaga-tenaga ahli Indonesia sebanyak-

banyaknya pada universitas, sekolah-sekolah tinggi, menengah kejuruan

dan pada berbagai industri.

b. Bantuan untuk membiayai proyek-proyek infrastruktural, seperti jalan

besar, pelabuhan, memperbaiki aliran sungai, membuat kanal dan

sebagainya.

c. Penyediaan untuk penyelidikan geologi, yang biayanya bisa sebagian

dipikul Indonesia dan tenaga ahlinya sebagian yang di datangkan dari luar

negeri.

d. Bantuan untuk memperbesar sistem saluran air dan waduk di berbagai

daerah di Indonesia guna mengintensifkan dan melipatgandakan hasil

bumi, sekaligus sebagai sumber pembangunan tenaga listrik untuk

industri dan penerangan.

e. Bantuan untuk berbagai macam industri dasar dan tambang, serta industri

lainnya.

Hatta yang hidup pada masa peralihan yaitu perubahan ekonomi

kolonial menuju ekonomi nasional yang dicita-cita kan oleh para pejuang

36

Ibid., h. 216.

Page 80: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

69

bangsa. Semenjak di jajah Belanda Indonesia dijadikan sebagai sumber

keuntungan yang menghasilkan barang-barang bagi pasar dunia, namun pasar

di dalam negeri diabaikan. Dasar ekonominya adalah „ekonomi ekspor‟, di

mana dasar dari perekonomian ialah mencapai keperluan rakyat namun barang

yang tidak bisa dihasilkan sendiri diimpor dari luar dan untuk membayarnya

itu dengan ekspor. Impor yang dilakukan pun kebanyakan adalah barang-

barang keperluan perusahaan-perusahaan besar dan orang-orang Barat yang

ada di Indonesia.37

Maka nasionalisasi ekonomi sangat didukung oleh Hatta,

dan penggantian sistem kapitalis yang ada, dia menggagas untuk diganti

dengan koperasi yang sesuai dengan cita-cita dan karakter bangsa.

Mengenai modal asing, meskipun banyak kontroversi Hatta tetap

mengambil langkah hati-hati dalam hal ini. Ia berharap supaya modal asing itu

digunakan dan direncanakan dengan baik agar memberikan manfaat kepada

negara. Namun jika tidak diindahkan akan menghasilkan kerugian yang besar

bagi Indonesia, Hatta juga menyarankan agar modal asing itu diperuntukkan

bagi kepentingan ekspor yang pendapatannya sebagai devisa untuk kembali

membayar utang-utang, dan juga untuk kepentingan peningkatan produktivitas

masyarakat.38

37

Mohammad Hatta, “Ekonomi Indonesia di Masa Datang”, dalam Hadi Soesastro ed.

Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir 1 1945-1959:

Membangun Ekonomi Indonesia (Jakarta: Kanisisus, 2005), h. 35. 38

Anwar Abbas, Bung Hatta dan Ekonomi Islam (Jakarta: Kompas, 2010), h. 336.

Page 81: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

70

Dalam tujuan ekonominya, Hatta menggunakan pendekatan sejarah

dalam mengembangkan ekonomi Indonesia di masa peralihan, dengan cara:39

a. Mengubah dasar ekonomi dari ekspor yang merkantilis ke sistem

ekonomi yang berorientasi pada pasar domestik, untuk memenuhi

keperluan rakyat.

b. Mengembangkan sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan,

dan mengembangkan sektor perkebunan untuk menghasilkan devisa,

dengan pengelolaan berbasis koperasi.

c. Memperbaiki tenaga produktif rakyat melalui pendidikan dan perbaikan

kesehatan guna meningkatkan mutu pemberdayaan manusia.

d. Membentuk kerjasama ekonomi dan pasar regional, yang mencakup

Australia, Asia Tenggara, dan Asia Timur.

Bung Hatta yang telah mengundurkan diri dari Wakil Presiden pertama

pada penghujung 1956 karena permasalahan tujuan politik yang sepertinya

sudah jauh melenceng dan membuatnya tak bisa terus tegak di tengah banjir,

akhirnya membuatnya menjadi rakyat biasa. Banyak jabatan yang ditawarkan

kepadanya setelah berhenti menjadi Wakil Presiden namun itu ditolaknya, dia

hanya mengatakan “apa kata rakyat nanti”.40

Namun perjuangannya tidak

hanya sampai disitu, ia masih terus melihat perkembangan perekonomian dan

39

M. Dawam Rahardjo, Ekonomi Neo-Klasik dan Sosialisme Religius (Jakarta: Mizan, 2011), h.

110. 40

Deliar Noer, Mohammad Hatta: Hati Nurani Bangsa (Jakarta: Kompas, 2012), h.151.

Page 82: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

71

mengkritisi perencanaan pembangunan ataupun kebijakan yang menurutnya

kurang tepat.

2. Syafruddin Prawinegara

Orang-orang yang dekat dengan Syafruddin adalah yang memiliki

ideologi sosialis, salah satunya seperti Syahrir. Syafruddin sendiri sangat

mendukung sistem sosialis kerakyatan yang dijunjungnya dapat memajukan

kemakmuran masyarakat. Pandangannya terhadap ideologis kapitalis yang

menurutnya adalah profit-making, atau mencari untung sebesar-besarnya

dengan biaya sekecil-kecilnya itu tidak sesuai.

Pembangunan ekonomi yang membutuhkan uang banyak hanya dapat

didapatkan melalui sistem kapitalis, namun mereka juga menyediakan uang

itu hanya jika sesuai dengan syarat-syarat yang mereka tentukan yakni

menurut asas kapitalisme. Dimana langkah penyediaan uang itu bisa melalui

sumbangan, pinjaman-pinjaman lunak/politik atau pinjaman dengan syarat

perdagangan internasional, serta penanaman modal asing. Menurutnya pada

intinya kapitalis itu hanya ingin mengajak negara yang menginginkan dana itu

untuk mengikuti Western (Capitalistic), dan mereka melakukan itu atas

pertimbangan profit-making semata.

Sebenarnya Syafruddin sendiri setuju dengan adanya ekonomi pasar

dan liberalisme (sistem kapitalis) yang dianggapnya mampu mendorong

Page 83: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

72

gagasan-gagasan kemajuan. Namun kebebasan yang tidak terbatas dan tanpa

pimpinan akan menimbulkan eksploitasi dan dominasi minoritas, hingga harus

dipimpin dengan prinsip keadilan hukum dan keadilan sosial.

Sehingga Syafruddin mencari jalan tengah untuk ideologi yang ada di

Indonesia (Komunisme/Sosialisme dan Kapitalisme) dalam masalah

pembangunan yang didasarkan kepada hukum dan keadilan. Karena setelah

pemberontakan PKI pada 30 September 1968, pemerintah mendeskriminasi

para bekas anggota PKI, dia menganjurkan agar pemerintah memberikan

kebijakan yang humanis, karena dengan adanya perlakuan diskriminasi itu

membuat para orang Tionghoa menjadi berani untuk menyuap pemerintahan

yang mengakibatkan merajalela korupsi.

Ada tiga langkah yang dilakukan Syafruddin dalam mengambil jalan

tengah itu adalah menjamin keselamatan harta dan jiwa, menjamin keadilan

hukum dan keadilan sosial, serta mempertinggi kesejahteraan rakyat lahir dan

batin.41

Maka berbeda dengan Hatta, Syafruddin sangat menolak saat

Indonesia banyak melakukan pinjaman luar negeri atau menarik modal asing

secara berlebihan apapun alasannya. Menurutnya hal itu bisa saja dilakukan

jika hanya bersifat komplementer, namun Indonesia menjadikan hal tersebut

41

M. Dawam Rahardjo, Ekonomi Neo-Klasik dan Sosialisme Religius (Jakarta: Mizan, 2011), h.

137.

Page 84: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

73

bukan lagi bersifat komplementer tapi benar-benar menjadi sumber dana

utama. Alhasil dari sistem pembangunan ekonomi itu sebagian besar

masyarakat tidak turut bekerjasama dan berpartisipasi dalam proses

pembangunan, mereka hanya menjadi penonton dan menjadi korban dari yang

dinamakan „modernisasi‟.

Syafruddin tidak menampikkan modal asing yang masuk ke Indonesia,

hal itu dianggapnya sebagai jalan untuk melakukan industrilisasi Indonesia.

Namun pada kenyataannya pemerintah (Orde Baru) melakukan liberalisasi

permodalan dengan jalan melakukan pinjaman luar negeri untuk menutupi

defisist negara. Padahal hal tersebut sangat mengandung resiko, menurutnya

seharusnya defisist negara itu cukup didasarkan pada penerimaan dalam

negeri saja. Adapun modal asing dalam perusahaan di Indonesia seharusnya

diberlakukan undang-undang yang dibuat agar Indonesia bisa bermitra dengan

pihak asing, namun setelah itu Indonesia dapat mengambil alih proyek modal

asing tersebut.

Posisinya yang berada dalam masa transisi atau masa peralihan yaitu

dari masa kolonial menuju arah pembangunan perekonomian yang mandiri

membuatnya harus lebih melihat dan memahami permasalahan pembangunan

serta melihat permasalahan yang terjadi di lapangan yang sering disebut

„kesulitan masa peralihan‟, yang membuatnya berfikir kritis dan hati-hati pada

setiap langkah yang akan diambil. Menurutnya dalam masa peralihan dari

Page 85: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

74

ekonomi kolonial menuju ekonomi nasional bukan dengan menggantikan

pengusaha asing dengan pengusaha pribumi dengan membiarkan sifat

kapitalis liberal melekat, namun peralihan dari sistem ekonomi yang hanya

mementingkan golongan yang berkuasa kepada sistem ekonomi yang

mementingkan seluruh masyarakat terutama golongan-golongan dengan

ekonomi lemah.42

Seperti yang terjadi pada deskriminasi pengusaha Tionghoa yang

dirasa sangat menguasai perekonomian Indonesia, Syafruddin berpandangan

bahwa peraturan politik perekonomian itu dirasa terlampau „Social Policy‟

daripada „Economic Policy‟ karena peraturannya yang „melindungi yang

lemah dan melenyapkan atau mengurangi kekuasaan yang kaya‟, dan karena

Tionghoa yang lebih berkuasa maka peraturan itu seperti peraturan yang anti-

Tionghoa. Padahal menurutnya bisa saja Tionghoa itu menjadi warganegara

yang baik dan mencintai tanah airnya. Dan ditegaskan olehnya bahwa tugas

negara (pemerintah) yang utama itu adalah menjaga, jangan sampai warga-

warga melakukan perbuatan jahat, seperti membunuh, mencuri, menipu dan

42

Sjafruddin Prawiranegara, “Peran Agama dan Moral dalam Pembangunan Masyarakat dan

Ekonomi Indonesia”, dalam Kumpulan Karangan Terpilih Jilid I Islam Sebagai Pedoman Hidup

(Jakarta: Idayu Press, 1986), h. 105.

Page 86: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

75

lain-lain. Dan peraturan-peraturan yang bertalian dengan kewajiban negara

menjamin keadilan hukum dan keadilan sosial.43

Selanjutnya mengenai masalah transmigrasi, Syafruddin sama halnya

dengan Hatta mendukung terlaksananya transmigrasi untuk pemerataan

pembangunan, namun menurutnya seharusnya trnasmigrasi dilakukan secara

spontan yaitu jangan menunggu pemerintah yang mengatur karena akan

memberikan kesempatan korupsi. Serta menurutnya transmigrasi memerlukan

biaya yang sangat mahal dan terkadang gagal dilakukan setelah itu karena

penduduk yang ingin kembali ke Jawa.44

Konsep pembangunan yang dicanangkan oleh Syafruddin adalah yang

mengarah pada tujuan Islam dan UUD 1945 pasal 31, 32, 33, dan 34,

mengenai pendidikan dan kesejahteraan sosial. Menurutnya konseptor negara

yang menyusun UUD 45 ingin membawa Indonesia pada konsep

kekeluargaan, sehingga tidak terdapat orang-orang fakir miskin dan anak-anak

yatim piatu yang terlantar.

UUD 1945 kembali dipakai pada 5 Juli 1959 setelah sebelumnya

Soekarno mengambil UUD RIS sebagai landasan negara, namun ternyata

43

Syafruddin Prawiranegara, “Membangun Kembali Ekonomi Indonesia”, dalam Hadi

Soesastro ed. Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi Indonesia Selama Setengah Tahun Terakhir

1966-1982 Paruh Pertama Ekonomi Orde Baru (Jakarta: Kanisius, 2005), h. 51. 44

Thee Kian We ed., Pelaku Berkisah Ekonomi Indonesia 1950-an sampai 1990-an (Jakarta:

Kompas, 2005), h. 47.

Page 87: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

76

setelah itu pemahaman yang salah terjadi pada pengaplikasian dari tujuan

UUD ‟45, sehingga semakin lama penyimpangan dari UUD semakin jauh.

Tujuan dari pengajaran dan pendidikan yang layak dikatakan membutuhkan

dana yang banyak. Uang sebagai syarat yang tidak dapat dielakkan atau

„conditio sine qua non‟ sebagai modal dalam mengangkat taraf hidup rakyat,

menjadikan orang bodoh menjadi terdidik dan orang miskin menjadi makmur,

menjadi suatu „kejahatan yang wajib‟ (necessary evil) dengan cara

membangun tempat maksiat (maaf perjudian dan pelacuran) untuk menarik

wisatawan asing, serta banyaknya pungutan liar sebagai komersialisasi

jabatan.45

Hal yang menjadikan pembangunan ekonomi itu memerlukan dana

yang sangat tinggi adalah karena sebagian besar dana pembangunan itu masuk

ke dalam saku-saku petugas negara, calo-calo, dan kontraktor yang

diistimewakan. Mereka berusaha memperoleh keuntungan sebesar-besarnya

atas beban rakyat dan negara.

Syafruddin berpandangan, jika pembangunan ekonomi didahulukan

namun tidak disertai dengan pembangunan akhlak maka yang ada hanyalah

terjadinya korupsi yang merajalela. Jikapun ada pemberantasan korupsi

ataupun pungli, hal itu sangat susah karena merubah falsafah hidup itu tidak

45

Syafruddin Prawiranegara, Human Development Pola Pembangunan yang sesuai dengan

Ajaran-ajaran Islam dan UUD ‟45 (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), h.11.

Page 88: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

77

mudah. Karena konsep awal yang salah yang menjadikan manusia seperti

mendewakan uang dan kekayaan. Sehingga jika kebanyakan orang/pejabat

hidup dalam rumah mewah, mobil yang mengkilap, benda mewah yang

ber‟merk‟, dan juga hiburan-hiburan lain yang tidak cukup dipenuhi dengan

gaji yang pas-pasan itu, dari mana lagi mereka akan mendapatkan uang jika

tidak dari perbuatan mereka yang menyeleweng dari hukum?46

Maka menurut Syafruddin Prawiranegara, pendidikan dan pengajaran

adalah prioritas pertama dalam pembangunan, yaitu pembangunan akhlak

yang akan menjamin bahwa rakyat Indonesia benar-benar rakyat Pancasila

yang takwa kepada Allah SWT. Jika dalam pelaksanaannya membutuhkan

dana yang banyak seperti yang disebutkan sebelumnya, Syafruddin

menggambarkan seperti masyarakat yang bergotong-royong dalam

membangun masjid sebagai tempat ibadah untuk publik, yang tidak perlu

memerlukan dana yang besar karena sebagian besar adalah sumbangan dana

dan juga tenaga dari masyarakat sekitar. Begitu juga dengan pembanguan

pendidikan menurutnya banyak rakyat yang bersedia bergotong-royong dalam

mendirikan sekolah. Sehingga sejak di sekolah dasar warga Indonesia sudah

dilatih untuk bergotong-royong, suka bekerja, belajar dan berdikari, bukan

hanya mengumpulkan ilmu pengetahuan intelektual yang kering dan hampa.

Mereka dididik untuk memiliki self-respect (harga diri) hingga tidak suka

46

Ibid., h. 16.

Page 89: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

78

meminta-minta dan berhutang jika benar-benar tidak perlu. Namun pada

kenyataannya Indonesia terus menerus meminjam uang dan menerima

sumbangan-sumbangan dari luar negeri, karena memang miskin, tetapi

pembesar-pembesarnya, sampai yang tidak tinggi sekalipun hidupnya sama

mewahnya atau lebih mewah lagi dari pembesar-pembesar di negara-negara

donor yang memberi pinjaman dan sumbangan!.”

Kutipan Syafruddin mengenai pembangunan dan gambaran

Indonesia:47

“Pembangunan bukan memanjakan orang asing untuk mengosongi

dompetnya, tetapi yang harus dimanjakan adalah anak-anak dan pemuda-pemuda

kita, bukan dengan kemewahan, tetapi dengan pengajaran dan pendidikan yang

bertujuan membentuk mereka menjadi manusia dan warga negara yang baik, yang

takwa kepada Allah S.W.T.”

Selanjutnya yang menjadi prioritas kedua dalam pembangunan adalah

pembangunan ekonomi. Dimana menurut Syafruddin pembangunan ekonomi

ini juga memiliki dua tujuan, yaitu:48

Pertama :menunjang pendidikan dan pengajaran,dan

Kedua :memenuhi keperluan hidup rakyat yang primer, pangan,

sandang dan perumahan serta keperluan lainnya.

Mengenai bentuk ekonomi Indonesia Syafruddin sependapat dengan

Hatta bahwa bentuk koperasi sebagai bentuk pertama ekonomi Indonesia,

47

Ibid., h. 25. 48

Ibid., h. 26.

Page 90: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

79

seperti yang dicanangkan dalam pasal 33 UUD ‟45, karena koperasi

merupakan bentuk yang harmonis antara individualisme dan kolektivisme.

Bentuk kedua adalah perusahaan negara yang mengurus kepentingan rakyat

primer. Dan bentuk ketiga adalah perusahaan swasta milik perseorangan

dimana perusahaan ini dibiarkan bekerja di bidang di mana koperasi dan

perusahaan negara tidak ada, karena belum ada atau dianggap tidak perlu.

Kembali kepada tujuan pembangunan ekonomi yang disebutkan

Syafruddin yaitu untuk menunjang pendidikan dan pengajaran, maka setiap

pembangunan yang dilakukan pun yang harus diutamakan adalah bangunan-

bangunan untuk kepentingan pengajaran dan pendidikan bukan hotel-hotel

mewah untuk menampung wisatawan asing. Selain itu pembanguan industri

juga seharusnya yang berkaitan untuk kepentingan pengajaran dan pendidikan

seperti kertas, pensil, percetakan dan lain-lain.

Mendahulukan pembangunan pengajaran dan pendidikan bukan berarti

menolak wisatawan yang datang ke Indonesia untuk melihat keindahan alam

dan juga budaya. Namun Syafruddin berpendapat bahwa wisatawan asinglah

yang harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan adat istiadat

Indonesia, bukan orang Indonesia yang harus menyesuaikan kehidupan barat

di Indonesia karena hanya ingin mendapatkan uang dari mereka. Syafruddin

juga berpendapat bahwa pembanguan pada saat ini seperti imitasi dari

Page 91: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

80

pembangunan yang dilakukan oleh negara maju sebelumnya dan hanya sedikit

saja yang mengandung unsur kreatifitas.

Manusia yang kreatif adalah manusia yang dapat membangun

lingkungan hidupnya sesuai dengan keadaan alam dan masyarakatnya,

sehingga dengan adanya pembangunan itu tidak hanya memelihara kelestarian

alamnya tetapi juga memperbaikinya bersama dengan peningkatan derajat dan

mutu masyarakat.49

Pengetahuan Syafruddin yang dalam mengenai agama dan ideologi

membawanya pada suatu pemikiran bahwa dalam pembangunan hal yang

utama itu bukanlah sekedar masalah ekonomi-materi, melainkan juga

kebudayaan. Sehingga dari setiap gagasan pembangunan yang dia sampaikan

lebih banyak mengenai proses pembangunan yang berhubungan dengan faktor

non ekonomi seperti agama, moral, hukum, sember daya manusia, dan hak-

hak asasi manusia.

Selain pandangannya mengenai bentuk ekonomi Indonesia dan juga

pembangunan ekonomi yang menjurus juga pada pembangunan sumber daya

manusia, Syafruddin sebagai Gubernur Bank Indonesia pertama yang juga

menjadi menteri pertama (saat dirinya menjabat sebagai Menteri Kemakmuran

49

Ibid., h. 28.

Page 92: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

81

pada Kabinet Hatta) yang mengeluarkan ORI (Oeang Republik Indonesia),50

dan yang memegang peranan penting dalam kestabilan moneter, ia sangat

berhati-hati dalam mengambil keputusan ekonomi, ia tidak mau jika setiap

pembangunan yang ditujukan membangun perekonomian malah merusak

kestabilan moneter. Banyak gagasan yang dia tidak setuju dalam beberapa

kebijakan yang diajukan oleh Soemitro Djojohadikoesoemo sebagai Menteri

Perindustrian dan Perdagangan dalam Kabinet Natsir. Seperti gagasan

Soemitro mengenai industrialisasi yang memproduksi barang pengganti impor

merupakan langkah besar dalam kemandirian ekonomi, yang dikritisi

Syafruddin sebagai strategi pembangunan yang terlalu melompat jauh,

menurutnya industrilisasi harus didahului pembangunan pertanian yang akan

menjadi tulang punggungnya dan juga sebagai sumber pembentukan modal.

Juga mengenai anggaran berimbang yang dikatakan oleh Soemitro

tidak boleh statis jadi harus selalu dinamis sesuai dengan kebutuhan

pembangunan dan harus mengambil resiko defisit. Sedangkan Syafruddin

yang tidak mau mengakibatkan anggaran defisit apalagi jika ditutupi dengan

utang luar negeri hal itu akan sangat mengandung resiko, baginya anggaran

berimbang boleh dilakukan asal jangan menimbulkan inflasi, yang disebut

oleh Tan Goan Po pandangan Syafruddin itu akan menutup kemungkinan

50

Thee Kian We ed., Pelaku Berkisah Ekonomi Indonesia 1950-an sampai 1990-an (Jakarta:

Kompas, 2005), h. 41.

Page 93: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

82

kemajuan dan terobosan baru. Malah Tan Goan Po yang banyak mendukung

gagasan Soemitro saat terjadi polemik antara keduanya mengenai strategi

pembangunan. 51

Tan Goan Po menyarankan agar dicetak uang baru untuk

pembiayaan pembangunan yang langsung dikritik oleh Syafruddin sebagai

suatu gagasan yang akan menimbulkan inflasi dan merosotnya nilai mata

uang.52

Tapi selain polemik Syafruddin dengan Soemitro keduanya memiliki

pandangan yang sama mengenai industri kecil yang pro-ekonomi rakyat, sama

halnya dengan Hatta yang memperjuangkan industri rakyat kecil, atau

ekonomi kerakyatan yang disebut Syafruddin sosialis kerakyatan.

Masih mengenai keuangan, Syafruddin yang saat itu menjabat sebagai

Menteri Keuangan pertama dalam masa Kabinet Hatta melakukan

pengguntingan uang yang lalu disebut dengan “Gunting Syafruddin”. Dimana

pada saat itu beredar dua mata uang yaitu yang dikeluarkan oleh Belanda dan

Republik Indonesia, untuk menyeragamkan mata uang dan juga untuk

menghapus perbedaan antara mata uang tersebut, maka Syafruddin memotong

uang Belanda menjadi dua bagian, yang pertama dirubah menjadi uang

Republik dan sebagian lagi menjadi obligasi keuangan.53

51

M. Dawam Rahardjo, Ekonomi Neo-Klasik dan Sosialisme Religius (Jakarta: Mizan, 2011), h.

112. 52

Sjafruddin Prawiranegara, “Kesulitan-kesulitan Masa peralihan ditinjau dari Sudut Pandang

Ekonomi”, dalam Ekonomi dan Keuangan: Makna Ekonomi Islam Kumpulan Karangan Terpilih Jilid

II (Jakarta: Haji Masagung, 1988), h. 62. 53

Thee Kian We ed., Pelaku Berkisah Ekonomi Indonesia 1950-an sampai 1990-an (Jakarta:

Kompas, 2005), h. 42.

Page 94: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

83

Selain itu ia juga banyak memberikan gagasan terkait dengan

pembangunan di awal perkembangan Indonesia merdeka, di mana gagasan-

gagasan tersebut banyak dipakai saat masa Orde Baru, di antara beberapa

gagasannya adalah54

, pertama diperlukannya stabilisasi moneter sebagai basis

pertumbuhan ekonomi, baik internal yang berkaitan dengan anggaran negara

dengan mengendalikan pengeluaran dan mengatur skala prioritas, maupun

eksternal yang berhubungan dengan neraca pembayaran.

Kedua, perlunya membangun sektor pertanian sebagai tulang

punggung industrilisasi. Di mana sektor pertanian yang dikembangkan ini

adalah sektor pertanian pangan untuk mencapai swasembada pangan dan

sektor perkebunan untuk menghasilkan devisa. Serta untuk skala menengah

memberikan kesempatan kepada pihak asing yang mampu mengimpor

teknologi.

Ketiga, perlunya mempertahankan dan meningkatkan modal asing

untuk melakukan industrilisasi Indonesia. Karena Indonesia belum memiliki

modal yang cukup untuk menggerakan industri, dan jika ingin menuju

ekonomi nasionalis dengan mengusir para kapitalis asing (jaman kolonialis),

54

M. Dawam Rahardjo, Ekonomi Neo-Klasik dan Sosialisme Religius (Jakarta: Mizan, 2011), h.

71-72.

Page 95: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

84

maka dalam jangka pendek modal itu akan hancur dan tak akan memberikan

hasil lagi.55

Keempat, melakukan Indonesianisasi manajemen perusahaan-

perusahaan asing, dengan menyiapkan tenaga-tenaga profesonal yang dididik

di dalam maupun luar negeri sehingga mampu mengelola perusahaan dengan

baik.

Kelima, memberdayakan usaha kecil melalui kredit perbankan.

Keenam, menempatkan Bank Sentral sebagai lembaga mandiri pendamping

pemerintah yang bertugas memelihara kestabilan moneter dan nilai rupiah.

Ketujuh, Perencanaan pembangunan yang dilakukan dalam kerangka

model sistem ekonomi swasta, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada

pihak swasta nasional, pribumi maupun aisng untuk melakukan kegiatan

produktif.56

Meskipun pola pembangunan yang dipakai pada Orde Baru adalah

gagasan Syafruddin, dari pada dua tokoh lainnya yaitu Hatta dan Soemitro.

Namun pemikirannya keduanya juga di pakai dalam, seperti gagasan Hatta

mengenai koperasi yang dikembangkan oleh Sudarsono Hadisaputro sebagai

55

Sjafruddin Prawiranegara, “Apakah Modal Asing Berbahaya bagi Bangsa dan Negara Kita?”,

dalam Ekonomi dan Keuangan: Makna Ekonomi Islam Kumpulan Karangan Terpilih Jilid II (Jakarta:

Haji Masagung, 1988), h. 19. 56

M. Dawam Rahardjo. Ekonomi Neo-Klasik dan Sosialisme Religius (Jakarta: Mizan, 2011), h.

140.

Page 96: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

85

Menteri Pertanian, di mana ia membentuk Koperasi Unit Desa (KUD) yang

dimulai dengan pengembangan Badan Usaha Unit Desa (BUUD). Kemudian

gagasan Soemitro mengenai program industrilisasi yang dipakai dalam

pengembangan BUMN.

Setelah menganalisis beberapa konsep pembangunan ekonomi

Indonesia dari Mohammad Hatta dan Syafruddin Prawiranegara, ada beberapa

konsep mereka yang sama dan saling melengkapi dan ada juga konsep

pembangunan ekonomi keduanya yang berbeda dan ada beberapa pandnagan

yang tidak dibahas salah satunya.

Tabel 1. Komparasi Konsep Pembangunan Ekonomi Mohammad Hatta

dan Syafruddin Prawiranegara Masa Peralihan.

No Konsep

Pembangunan Ekonomi

Mohammad Hatta Syafruddin Prawiranegara

1 Ideologi

Mendahulukan kesejahteraan sosial terutama rakyat kecil dalam setiap konsep pembangunan ekonominya seperti idenya yang tercantum dalam pasal 33, dan tidak menyukai adanya eksploitasi manusia dan perbudakan

Menjunjung ekonomi kerakyatan yang dapat memajukan kemakmuran masyarakat, dan tidak setuju dengan pandangan kapitalis yang menurutnya profit-making, dan setuju pada ekonomi pasar yang tidak bersifat eksploitasi dan tetap mendapat pengawasan

Page 97: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

86

2 Pendidikan

Pendidikan merupakan bentuk pengkaderan SDM yang sangat efektif, juga untuk menumbuhkan pergerakan rakyat setelah masa kolonial. Hatta juga sangat peduli akan pendidikan moral

Pendidikan sangat penting dalam pembangunan moral dan akhlak serta menumbuhkan self-respect jika tidak ada pendidikan maka korupsi akan merajalela, maka pendidikan menjadi hal utama dalam pembangunan sebelum ekonomi

3 Transmigrasi

Transmigrasi salah satu bentuk dari pemerataan kemakmuran, karena pembangunan yang terjadi hanya di pulau Jawa, maka dengan adanya transmigrasi kemakmuran semakin bertambah

Transmigrasi harus dilakukan secara spontan jangan menunggu pemerintah karena memberikan kesempatan korupsi, transmigrasi juga membutuhkan banyak dana dan terkadang gagal karena transmigran yang ingin kembali ke Jawa

4 Pinjaman Luar negeri

Pembangunan paska masa kolonial membutuhkan dana yang banyak, dan jalan keluarnya melalui pinjaman luar negeri. Namun pinjaman luar negeri ini pengembaliannya dalam jangka panjang dan digunakan untuk kepentingan rakyat

Syafruddin sangat tidak menyetujui adanya pinjaman luar negeri apapun alasannya, bisa saja hal itu bersifat komplementer, namun Indonesia telah menjadikannya sebagai sumber dana utama dan itu mengandung resiko yang besar

Page 98: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

87

5 Modal Asing

Hatta masih ragu-ragu dengan modal asing, namun menurutnya modal asing harus digunakan secara hati-hati dan lebih baik digunakan untuk kepentingan ekspor yang pendapatannya bisa mejadi devisa

Berbeda dengan Hatta, Syafruddin melihat modal asing sebagai aset, karena modal dan SDM Indonesia yang belum mencukupi dalam masa peralihan, maka modal asing sangat diperlukan untuk industrilisasi ke depannya, tetap dengan peraturan yang ketat sehingga pada akhirnya Indonesia bisa mengambil alih modal tersebut

6 Industri

Karena penduduk yang bertambah padat sehingga lahan pertanian menjadi semakin sempit, maka industrilisasi perlu dibangun, namun jika Indonesia melakukan industrilisasi maka harus cukup memberi penghidupan pada berjuta-juta rakyat

Industrilisasi yang harus dibangun Indonesia adalah pertanian sebagai tulang punggung industrilisasi dan untuk modal utama pembangunan. Dan juga mempertahankan dan meningkatkan modal asing sebagai awal industrilisasi Indonesia

7 Pertanian

Mengembangkan sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan dan mengembangkan sektor perkebunan untuk menghasilkan devisa

Menjadikan pertanian sebagai soko guru dalam perekonomian Indonesia yang saat itu sebagain besar sebagai petani, untuk mencapai swasembada pangan dan juga perkebunan sebagai devisa

8 Koperasi

Koperasi sesuai dengan cita-citanya yaitu untuk menciptakan keadilan dalam bidang ekonomi yang dapat mencapai kemakmuran yang merata, dan solusi yang baik untuk memajukan usaha rakyat kecil

Setuju dengan konsep koperasi Hatta karena menurutnya koperasi merupakan penyatuan harmonis antara kolektivisme dan individualisme

Page 99: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

88

9 Stabilitas Moneter -

Stabilisasi moneter sebagai basis pertumbuhan ekonomi, baik internal dengan mengendalikan pengeluaran dan mengatur skala prioritas dan eksternal dengan neraca pembayaran

10 Nasionalisasi Ekonomi

-

Nasionalisasi bukan dengan menggantikan pengusaha asing dengan pengusaha pribumi dengan membiarkan sifat kapitalis liberal melekat, namun peralihan peralihan sistem ekonomi yang hanya mementingkan golongan kepada sistem yang mementingkan golongan masyarakat ekonomi lemah, Juga seharusnya pemindahan itu disertai dengan kemampuan mengatur perusahaan dengan baik

11 Infrastruktur

Infrakstruktur dapat mempermudah pembangunan ekonomi di wilayah lain, karena Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau, sehingga infrakstruktur dan transportasi sangat diperlukan, infrakstruktur dan transportasi merupakan urat nadi perekonomian.

-

Page 100: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

89

C. Relevansi Konsep Pembangunan Ekonomi Mohammad Hatta dan

Syafruddin Prawiranegara Dilihat dari Sudut Pandang Ekonomi Islam

Konsep perencanaan pembangunan dari para tokoh telah dijabarkan

sebelumnya, bagaimana Hatta dan Syafruddin dengan latar belakang dan juga

pemikiran yang mereka bangun, memiliki perbedaan dan juga persamaan

dalam konsep pembangunan ekonomi Indonesia di masa peralihan.

Maka, setelah melihat konsep yang dipaparkan kedua tokoh tersebut

kita akan menganalisis bagaimana relevansi pemikiran keduanya jika dilihat

dari sudut pandang ekonomi Islam, yaitu dari prinsip mashlahah dan juga

pendapat dari para ekonom muslim dari zaman klasik sampai kontemporer.

Kemashlahatan dalam ekonomi menjadi tujuan penting dalam Islam

yang juga mengatur hubungan manusia dengan manusia. Mashlahah berasal

dari kata salaha-yasluhu, yang berarti „baik‟. Sedangkan bentuk kata lainnya

seperti aslaha berarti „memperbaiki‟. Salih atau salihat berarti kebaikan atau

kemaslahatan yang bersifat individu, sedangkan islah, muslihin bisa

dikategorikan sebagai kebaikan atau kemaslahtan yang bersifat sosial, kata

maslahah ini disebutkan dalam Al-Qur‟an sebanyak 108 kali.

Kata maslahah ini dikaitkan dengan perbuatan manusia, yang baik dan

membawa manfaat, baik bagi dirinya maupun orang lain, bahkan termasuk

kepada alam sekitar. Dan ini dijadikan Al-Qur‟an sebagai indikasi keimanan

seseorang, maksudnya keimanan seseorang tidak akan bernilai jika tidak

Page 101: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

90

terwujud dalam perilakunya yang maslahat. Seperti yang diterangkan dalam

Q.S Hud (11): 117

Artinya: “Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-

negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat

kebaikan”.

Menurut Ar-Razi dalam tafsir ayat tersebut, menyebutkan bahwa Allah

tidak akan menghancurkan suatu kaum hanya karena aqidahnya yang

menyimpang, sedangkan perilaku mereka terhadap sosial tetap baik dan adil.

Begitu pula seperti yang disebutkan oleh „Abdul Karim Zaidan, menyatakan

bahwa Allah akan senantiasa menjaga suatu negara yang adil meskipun

masyarakatnya kafir akidah.57

Prinsip kemaslahatan ekonomi menurut Al-Qur‟an, ada 5 yaitu:58

1. Tidak bersifat ilegal atau bathil

2. Prinsip pemerataan dan berbasis masyarakat

3. Kemakmuran yang berkeadilan

4. Prinsip tidak saling menzalimi

5. Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan (halal, sederhana, dan

kemurahan hati).

57

Badan Litbang dan Diklat, Kementrian Agama RI, Pembangunan Ekonomi Umat: Tafsir

Tematik Edisi Penyempurnaan (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2012), h. 178. 58

Ibid., h. 186.

Page 102: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

91

1. Pendidikan Moralitas

Pendidikan merupakan hal utama dalam pembangunan sebelum

pembangunan ekonomi. Hatta selalu menggalang pendidikan bagi kader-

kadernya, menurutnya rakyat Indonesia sudah berada lama dalam masa

kebodohan pada masa kolonial, maka saat kemerdekaan dikumandangkan

waktunya rakyat Indonesia untuk membangkitkan jiwa pergerakan. Begitupun

dengan Syafruddin menurutnya pendidikan adalah faktor utama dalam

pembangunan karena pendidikan moral yang baik dapat membentuk SDM

yang dapat diandalkan dalam pembangunan. Serta untuk menumbuhkan self-

respect sehingga menjauhkan diri dari sifat meminta-minta dan juga

bergantung kepada orang lain.

Sama pandangannya seperti Al Maududi menurutnya moral adalah

kepentingan dasar bagi Islam, maka Islam tidak seluruhnya bersandar pada

hukum untuk menegakkan keadilan sosial, tapi lebih otoritas kepada

pembentukan moral manusia seperti iman, taqwa, pendidikan dan lainnya.59

2. Koperasi dan Kesejahteraan Sosial

Koperasi yang menjadi fokus utama dalam setiap gagasan Hatta,

karena sistem ini menurutnya sangat sesuai dengan ciri khas Indonesia yang

bersifat kolektivisme atau gotong-royong dan juga cita-cita Indonesia dalam

melaksanakan demokrasi ekonomi begitu pula dengan ajaran Islam yang

59

Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam: dari Masa Klasik hingga Kontemporer

(Depok: Gramata Publishing, 2010), h. 276.

Page 103: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

92

mengemukakan dasar-dasar keadilan dan persaudaraan serta penilaian yang

tinggi kepada manusia pribadi sebagai makhluk Allah.

Hatta juga mengutarakan pendapatnya bahwa tujuan politik

perekonomian Indonesia ialah membangun suatu Indonesia yang adil dan

makmur, dengan pokok pelaksanaannya harus dipusatkan pada usaha

memperbesar tenaga beli rakyat dengan berangsur-angsur.

Syafruddin juga mendukung adanya koperasi karena sangat sesuai

dengan sifat masyarakat Indonesia yang gotong-royong, serta sangat

menekankan pada kemakmuran rakyat kecil. Namun menurutnya, koperasi

yang lebih cenderung mengambil sistem sosialis dan meskipun telah ada

aturannya dalam Islam, ia berpendapat bahwa Indonesia tidak seharusnya

mengambil satu ideologi saja (kapitalisme ataupun sosialisme). Ajaran

kapitalisme dan sosialisme pun dapat diterapkan sesuai dengan keadaan, untuk

kepentingan rakyat, bukan secara dogmatis. Karena orang tidak akan bisa

membentuk koperasi jika tidak mengetahui makna, dan cara menangani

bentuk usaha ekonomi ini. Maka, bentuk-bentuk usaha kapitalis pun dapat

dilaksanakan di Indonesia, dan tugas pemerintah serta masyarakat harus

bekerjasama dalam mengatasi terjadinya pelanggaran.

Koperasi merupakan kegiatan ekonomi berbasis kesejahteraan sosial

kemasyarakatan dimana tujuan pencapaiannya tersebut dipakai dalam

ekonomi Islam yang mana tujuan utama ekonomi Islam untuk mencapai

kesejahteraan sosial. Di mana menurut Ibnu Khaldun kesejahteraan

Page 104: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

93

masyarakat tergantung dari aktivitas ekonominya, jumlah, dan pembagian

tenaga kerja, luasnya pasar, tunjangan dan fasilitas yang disediakan oleh

negara.60

. Dan Hatta mengambil koperasi sebagai sistem ekonomi yang tepat

untuk meningkatkan usaha kecil masyarakat dengan sistem kooperatif dan

kolektivisme yang tidak mengesampingkan hak individualisme.

3. Transmigrasi, Infrakstruktur dan Pemerataan

Pemerataan yang berbasis masyarakat adalah cita-cita setiap teknokrat

dalam membangun dasar ekonomi Indonesia setelah kemerdekaan. Itu juga

salah satu cita-cita Hatta yang paling penting dalam membangun ekonomi

Indonesia. Fokus utamanya adalah bagaimana rakyat kecil bisa makmur

setelah masa kolonial berakhir, karena seperti yang diketahui pada masa

penjajahan, rakyat adalah korban yang paling besar dalam menanggung segala

bahaya dan juga kesulitan. Juga karena jumlah rakyat Indonesia yang banyak

maka Hatta sangat menganjurkan dalam memberdayakan masyarakat untuk

makmur dengan turut serta dalam pembangunan.

Konsep dalam pemerataan ini dia gagas dengan konsep transmigrasi

dan juga industri yang diharapkan bisa menghasilkan pembangunan yang

merata (distribusi kekayaan yang merata juga) yang dibangun oleh para

masyarakat Indonesia.

60

Ibid., h.249.

Page 105: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

94

Begitu juga dengan transmigrasi yang didukung oleh Syafruddin,

namun ia tak terlalu mengedapankan konsep itu, karena dana yang

dikeluarkan cukup besar dan banyak program transmigrasi terkadang gagal

karena banyak transmigran yang ingin kembali ke pulau Jawa.

Pemerataan dalam Islam disebut sebagai keadilan distribusi dan juga

menentukan regulasi yang jelas untuk memelihara keadilan. Sehingga harta

tidak hanya beredar hanya di kalangan orang-orang tertentu saja, seperti yang

disebutkan dalam Al Qur‟an Al Hasyr ayat 7 yang artinya Agar harta itu

jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.

4. Korupsi dan Diskriminasi

Hatta mengungkapkan pandangannya mengenai korupsi yang

merupakan praktik bathil yang sangat merugikan, dan sangat membuat

Indonesia terhambat dalam pembangunan, kemudian juga saat dirinya menjadi

penasehat Presiden Soeharto dan penasehat Komisi Empat pada 1970, Ini

dimaksudkan untuk memberantas korupsi dalam pemerintahan, namun begitu

banyak masalah yang ia peroleh membuatnya putus asa karena hanya bisa

sebatas dalam memberi nasehat saja sedangkan korupsi sudah sangat

membudaya, hanya contoh dari atas yang dapat memberantasnya.

Syafruddin juga menegaskan bahwa yang membuat biaya

pembangunan menjadi sangat besar adalah karena dana-dana pembangunan

itu masuk ke dalam kantong para petugas, calo dan kontraktor yang

diistimewakan, begitu pula dengan adanya pungutan liar atau „pungli‟ yang

Page 106: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

95

biasa disebut „komersialisasi jabatan‟, itu juga termasuk dalam suatu hal yang

bathil yang tidak pantas dilakukan.

Sedangkan dalam hal diskriminasi terjadi pada masa kemerdekaan di

mana banyak kegiatan ekonomi kelas menengah dikuasai oleh orang

Tionghoa, sehingga yang saat itu Sumitro melakukan kebijakan lisensi bagi

importir pribumi yang pada akhirnya, malah di belakang banyak yang dijual

kepada Tionghoa yang membuat cangkupan ekonominya meluas. Banyak juga

para petinggi yang tidak menyukai jika ekonomi dikuasai oleh orang

keturunan seperti Tionghoa, Cina dan juga orang Asia lainnya, sehingga

menetapkan kebijakan ekonomi yang mempersulit Tionghoa dalam

melakukan aktifitas ekonomi, yang malah membuat mereka berani untuk

menyuap pejabat agar mempermudah transaksi mereka. Hal itu sangat tidak

disetujui oleh Syafruddin, dia berpendapat bahwa warga Tionghoa juga

merupakan rakyat Indonesia jika mereka dididik maka jiwa nasionalismenya

akan tumbuh kuat sama seperti rakyat Indonesia pada umumnya, dan bahkan

bisa membantu mengembangkan perekonomian Indonesia, dia tidak

menyalahkan Tionghoa yang memang bekerja lebih keras dalam mendapatkan

kemakmuran ekonomi itu.

Begitu juga setelah gerakan pemberontakan yang dilakukan PKI,

setelah itu pemerintah sangat gencar dalam membasmi mantan anggota KPI di

Indonesia dengan segala kebijakan yang menyudutkan. Ia menentang

pemerintah yanng terlalu menghukum para pengikut PKI, menurutnya

Page 107: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

96

komunisme adalah sebuah ideologi dan tidak bisa dilarang karena sesuai

dengan kebebasan berfikir, yang terpenting menurutnya adalah mendidik

untuk membina mental dan harus dilawan dengan ideologi lagi, serta yang

utama adalah rakyat harus didorong untuk membangun kembali perekonomian

Indonesia berdasarkan ideologi pancasila.61

Korupsi dan diskriminasi merupakan salah satu perbuatan zalim yang

juga mengacu pada ketidakadilan karena korbannya tidak hanya satu dua

orang tetapi yang dirugikan adalah seluruh warga negara. Maka Islam

meletakkan prinsip muamalah agar tidak ada yang dirugikan atau merugikan,

sebagaimana firmannya dalam Al Qur‟an Al Baqarah ayat 279 yang artinya

kamu tidak berbuat zalim (merugikan) dan tidak dizalimi (dirugikan).

5. Pinjaman Luar Negeri dan Modal Asing

Ada beberapa perbedaan pendapat antara Hatta dan Syafruddin dalam

masalah pinjaman luar negeri dan Modal Asing. Hatta meskipun masih ragu

akan pinjaman luar negeri karena menurutnya tangan di atas itu lebih baik dari

pada tangan di bawah. Namun karena kondisi Indonesia yang saat itu sangat

membutuhkan modal banyak untuk pembangunan maka jalan keluarnya

adalah dengan pinjaman luar negeri, meskipun pihak peminjam pasti memiliki

alasan tersendiri, jika Indonesia dapat mengelolanya dengan baik dan

pinjaman itu berjangka waktu panjang dalam pengembaliannya maka

61

Dawam Rahardjo, Ekonomi Neo-Klasik dan Sosialisme Religius (Jakarta: Mizan,2010), h.

134.

Page 108: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

97

pinjaman luar negeri itu bisa dilakukan. Sedangkan Syafruddin tidak

menyetujui adanya pinjaman luar negeri apapun itu alasannya, karena

menurutnya Indonesia belum bisa mengatur dengan benar pinjaman dengan

baik, dan malah menjadikan pinjaman itu sebagai sumber dana utama dan juga

untuk menutupi anggaran defisit negara seperti yang dilakukan pada masa

orde baru.

Mengenai modal asing Hatta malah kurang menyetujuinya, karena

akan ada perusahaan asing yang berkuasa di Indonesia. Seharusnya jika ada

modal asing maka harus ditempatkan di kegiatan ekspor sehingga hasil yang

di dapat bisa dijadikan devisa untuk pengembalian modal. Dari sudut

pandnagn Syafruddin modal asing ini sangat membantu bagi Indonesia karena

modal negara yang tidak mencukupi dalam melakukan perindustrian karena

Indonesia tidak memiliki sejarah yang panjang dalam perindustrian maka

perlu penguatan di awal, namun tetap adanya pengawasan dari pemerintah dan

juga undang-undang yang ketat dalam menangani hal itu. Sehingga nantinya

Indonesia bisa mengambil modal tersebut.

Menurut Monzer Khaf hutang negara yang diperbolehkan dalam

masyarakat Islam adalah hutang yang bukan penghasilan. yaitu tuntutan

hutang jangka pendek dan jangka panjang terhadap pemerintah yang tidak

Page 109: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

98

terwakili dalam sarana tagihan-tagihan pembayaran. Monzer membagi hutang

negara menjadi tiga tujuan utama:62

a. Pendanaan bagi pengeluaran darurat yang melebihi kapasitas pajak

b. Pendanaan program pembangunan

c. Penyerapa (suntikan untuk kasus hutang yang tidak terbayar) kelebihan

atau kekurangan uang di tangan pemerintah sebagai alat pengelola

moneter.

Namun jika dilihat dari pembagian tujuan ini, penulis lebih

mendukung tujuan utang luar negeri dari konsep Hatta dan Syafruddin.

Dan Islam pun pernah menyebutkan bahwa tangan di atas (memberi) itu

lebih baik dari pada tangan di bawah (meminta-minta), maka lebih baik

jika pinjaman luar negeri sebagai utang negara itu dilakukan pada pilihan

terakhir yang mendesak dengan ketentuan perundang-undnagan yang

sudah disepakati.

6. Riba

Mengenai masalah Riba yang merupakan dasar perbedaan dari

ekonomi Islam dan konvensional. Hatta tidak membantah bahwa riba itu

haram hukumnya, karena sudah jelas Allah menyebutkannya dalam Al-Qur‟an

dalam Q.S Al-Baqarah (2): 277-278.

62

Ibid., h. 315.

Page 110: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

99

Artinya:

277. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal

saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di

sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)

mereka bersedih hati.

278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang

beriman.

Namun yang menjadi perhatian adalah pandangannya mengenai bunga

yang menurutnya tidaklah haram “selama tingkat suku bunga tersebut telah

ditetapkan terlebih dahulu, sehingga kemudian seseorang dapat memutuskan

secara lebih tepat apakah hal itu akan menguntungkan baginya atau tidak

untuk meminjam uang tersebut.63

Hatta lebih menekankan pada keterbukaan dalam transaksi karena

menurutnya harus ada kerelaan dari kedua belah pihak. Hatta menambahkan

“bila seseorang masih tetap ingin mempergunakan jasa bank, berarti ia telah

63

Anwar Abbas, Mohammad Hatta dan Ekonomi Islam (Jakarta: Kompas, 2010), h. 219.

Page 111: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

100

rela membayar rentenya. Sebaliknya, bila rente dilakukan dengan diam-diam

maka ia termasuk riba.64

Bunga dalam bank adalah suatu hal yang positif karena bersifat

produktif sedangkan riba malah menghancurkan. Gambaran bunga dalam

bank pun menjadi cara dalam menuju kemajuan (ekonomi). Pandangan yang

di dapat Hatta itu juga tak terlepas dari peran guru agamanya yang bernama H.

Abdullah Ahmad seorang ulama dan tokoh agama terkenal di padang,

Sumatera Barat.65

Selaras dengan pemikiran Hatta, Syafruddin tidak mempermasalahkan

riba yang dilarang agama, namun yang ia permasalahkan ketika pengertian

riba itu dimaknai bunga bank. Menurutnya bunga bank bisa dikategorikan riba

jika jumlahnya berlipat ganda karena dimaknai sebagai pengerukan

keuntungan yang tinggi (eksploratif). Dan menurutnya riba itu diartikan

sebagai keuntungan yang diperoleh dengan cara-cara tak berkeprimanusiaan,

dengan menipu dan menindas rakyat, itulah riba yang dimaksudkan dalam

Islam.

Kemudian pendapatannya saat didirikan Bank Syariah dengan sistem

profit-sharing, ia akan menyetujuinya karena Bank Syariah menghindari

empat larangan agama dalam kegiatan ekonomi yaitu maysir (perjudian),

gharar (spekulasi), riba (bunga uang yang berlipat ganda), dan bathil

64

Ibid., h.219. 65

Ibid., h. 220.

Page 112: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

101

(pelanggaran hukum). Namun ia akan mempertimbangkan Bank Syariah jika

sistem bagi hasil dan ruginya lebih tinggi, karena baginya bunga dalam bank

itu adalah biaya uang yang diperlukan, apa pun namanya hanya cara

penghitungannya saja yang berbeda. Bunga bank konvensional dihitung

berdasarkan biaya transaksi (transaction cost) untuk mendapatkan uang,

seperti biaya produksi plus keuntungan bank, atau mengikuti harga yang

ditentukan oleh permintaan dan penawaran di pasar uang66

.

Tidak hanya Hatta dan juga Syafruddin yang berpendapat seperti itu,

tokoh ekonom muslim juga banyak yang memiliki pandangan yang berbeda

mengenai riba ini, seperti yang diungkapkan Fazlur Rahman mengenai bunga

bank, menurutnya bunga bank yang ringan itu halal, sedangkan yang berlipat

ganda itu haram. Namun begitu Sri Edi Swasono mengatakan bahwa

“cakupan Ekonomi Syariah tidak sepatutnya direduksi menjadi masalah riba

dalam arti sempit itu, yaitu riba dalam arti bunga pinjam-meminjam atau pun

yang berkaitan dengan perbankan konvensional”.

Namun telah diketahui dengan pasti saat ini bahwa bunga sama dengan

riba dan hukumnya haram berapa pun besarannya, dan bunga itu sudah

diperjanjikan di awal maka sudah jelas hukumnya haram. Abu A‟la Al-

Maududi (1903-1979) sudah mematahkan pendapat Fazlur Rahman yang

66

Dawam Rahardjo, Ekonomi Neo-Klasik dan Sosialisme Religius (Jakarta: Mizan, 2010), h.

205.

Page 113: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

102

mengatakan bunga bank ringan adalah halal sedangkan yang berlipat haram

hukumnya, dengan aspek-aspek negatif yang terdapat dalam bunga, seperti:67

a. Teori piutang menanggung resiko

Fazlur Rahman mengatakan bahwa kreditor harus menanggung

resiko karena dia harus menahan diri dari dana yang dia pinjamkan,

Dia juga harus menahan keinginannya untuk memenuhi keinginan

orang lain, sehingga semestinya harus mendapatkan keuntungan dan

juga harus membayar sewa sebagai kompensasi dari pertanggungan

resiko. Pendapat itu dipatahkan dengan argumen, bahwa kreditor

meminjamkan uangnya yang berlebih dari yang dia perlukan jadi tidak

ada alasan untuk menahan diri, dan juga untuk sewa itu hanya

dikenakan pada barang seperti rumah, transportasi dan sebagainya.

Maka barang seperti emas, makanan, uang atau yang sejenisnya tidak

termasuk sewa.

b. Teori pinjaman memperoleh keuntungan

Teori yang mendukung mengatakan bahwa waktu itu berharga, dan

masa yang digunakan peminjam juga pasti mengalami keuntungan dan

si kreditor berhak atas keuntungan tersebut. Maka Al Maududi

menanggapinya dengan pertanyaan “Bagaimana dan darimana si

kreditor mengetahui jika si peminjam mengalami kerugian dari dan

67

Ibid., h. 282.

Page 114: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

103

yang dipinjamkannya itu dan dari mana kreditor mengetahui dari

mana si peminjam secara pasti mendapatkan keuntungan sehingga si

kreditor dengan pasti pula menetapkan bagian keuntungan yang dia

ambil?” pertanyaan tersebut tidak mampu dijawab secara baik dan

masuk akal.

c. Teori produktivitas modal

Teori ini mengatakan bahwa modal itu untuk meningkatkan

produktivitas dan bunga sebagai imbalannya. Maka Al Maududi

menyatakan bahwa modal untuk meningkatkan produktivitas itu tidak

beralasan karena peningkatan produktivitas itu ada jika dikelola oleh

yang kompeten, jika modal itu dikaitkan dengan produktivitas maka

ada faktor lain yang berpengaruh. Sehingga tidak adil jika bunga

dikenakan pada peminjaman uang untuk 10 tahun ke atas dengan

kepastian keuntungan di masa depan yang tidak pasti.

d. Teori present value > future value

Teori ini berpendapat bahwa uang, kepuasan dan barang-barang di

masa sekarang lebih berharga dari pada masa depan. Maka Al

Maududi bertanya apakah memang sifat manusia seperti itu? lalu

kenapa mereka tidak menghabiskan semua uangnya untuk masa

sekarang, bukan untuk masa depan karena sebagian besar mereka

Page 115: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

104

bekerja susah payah saat ini adalah untuk kehidupan masa depan yang

lebih baik.

e. Merupakan kejahatan moral

Bunga memiliki dampak negatif bagi psikologis, dimana bunga

membuat seseorang menjadi cinta terhadap uang, menumpuk-numpuk

kekayaan demi kepentingan pribadi sehingga distribusi kekayaan tidak

berjalan dengan baik.

f. Merupakan kejahatan sosial budaya

Institusi bunga menyebarkan rasa kebencian dan egois yang akan

menyebabkan kehilangan rasa solidaritas dalam masyarakat.

Kemudian kepentingan orang kaya dianggap bertentangan dengan

orang miskin yang nantinya akan menimbulkan perpecahan.

g. Merupakan kejahatan ekonomi

Bunga jika digunakan untuk kepentingan konsumsi maka akan

menurunkan standar hidup dan pendidikan anak-anak mereka karena

pembayaran angsuran yang berat secara terus menerus dan akan timbul

kecemasan yang akan merusak efisiensi kerja.

Begitu pula jika bunga dipinjamkan pada sektor produktif maka,

akumulasi modal sia-sia karena pemodal menahannya dengan harapan

akan adanya kenaikan bunga, akan timbul sikap tamak untuk

Page 116: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

105

menaikkan bunga yang lebih tinggi sehingga tidak tersalurkannya dana

yang seharusnya dikerjakan pelaku bisnis yang akan mempercepat

kehancuran ekonomi dan terakhir modal tidak diinvestasikan ke dalam

banyak perusahaan yang sangat bermanfaat panjang dengan harapan

meningginya bunga di masa depan hal ini akan menghambat

pembangunan industri.68

Bahkan menurut Monzer Khaf, kegiatan menabung dan deposito di

bank secara ekonomi merupakan kegiatan negatif, karena itu selayaknya harus

dijatuhi hukuman bukan malah mendapatkan imbalan atau hadiah dan itulah

salah satu masalah dalam Islam.69

68

Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam: dari Masa Klasik hingga Kontemporer

(Depok: Gramata Publishing, 2010), h. 285.

69 Ibid., h. 313.

Page 117: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

106

BAB IV

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Kesimpulan dapat penulis uraikan setelah melakukan analisis adalah

sebagai berikut:

Konsep pembangunan ekonomi yang diambil Mohammad Hatta dalam

masa peralihan, yaitu:

a. Membangun perekonomian Indonesia dengan tujuan kesejahteraan

sosial kemasyarakatan

b. Menjadikan Koperasi sebagai sistem ekonomi yang dapat membantu

usaha rakyat kecil

c. Pembangunan infrakstruktur, transportasi juga program transmigrasi

dalam pemerataan pembangunan dan distribusi kekayaan di wilayah

Indonesia.

d. Pembangunan pertanian untuk melengkapi pangan nasional dan

menjadikan perkebunan sebagai devisa negara

e. Utang luar negeri dengan pengawasan dan ketentuan yang ketat sebagai

bantuan dana dalam pembangunan ekonomi Indonesia.

Page 118: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

107

Sedangkan konsep pembangunan ekonomi Syafruddin diantaranya,

yaitu:

a. Pendidikan dan pengajaran sebagai prioritas utama dalam pembangunan

nasional.

b. Pelaksanaan pembangunan ekonomi dengan memperhatikan stabilitas

moneter.

c. Pembangunan sektor pertanian untuk memenuhi swasembada pangan

nasional.

d. Mempertahankan dan meningkatkan modal asing untuk industriliasi

Indonesia.

e. Memberdayakan usaha kecil melalui kredit perbankan.

f. Menempatkan Bank sentral sebagai memelihara kestabilan moneter.

g. Perencanaan pembangunan dengan sistem ekonomi swasta, yaitu

memberikan kepada swasta pribumi maupun asing untuk melakukan

kegiatan produktif.

Persamaan konsep keduanya adalah pembangunan ekonomi berbasis

masyarakat dengan kemakmuran yang merata, karena keduanya adalah

pembela hak-hak manusia dan hak rakyat kecil, serta pentingnya pendidikan

dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia sebagai dasar

dari pembangunan.

Page 119: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

108

Perbedaan konsep keduanya dapat dilihat dari sikap keduanya dalam

menghadapi masalah pembangunan di lapangan. Hatta hanya memfokuskan

sistem koperasi sebagai sistem yang baik dan pas diterapkan di Indonesia

yang memiliki budaya gotong-royong, dan sifatnya yang tegas namun

cenderung tertutup membuatnya hati-hati dalam menetapkan kebijakan,

namun Hatta merupakan simbol orientasi pembangunan seperti yang disebut

Higgins. Syafruddin yang seorang Gubernur BI, pandangannya lebih pada

kestabilan moneter, serta sikapnya tegas, kritis dan terang-terangan selalu

mengkritik dengan argumen yang rasional dan mengikuti hati nuraninya pada

kebijakan yang menurutnya tidak sesuai, meskipun terkadang pandangannya

dianggap melawan arus.

Sedangkan konsep pembangunan ekonomi keduanya jika dilihat dari

sudut pandang ekonomi Islam yaitu prinsip mashlahah juga pandangan

ekonom muslim klasik dan kontemporer, pemikiran kedua tokoh mengenai

pembangunan selaras dengan tujuan ekonomi Islam untuk keadilan sosial

yang merata, yang dilakukan dengan jalan yang baik tidak merugikan ataupun

menzalimi pihak lain, sehingga dapat pembangunan ekonomi dapat dilakukan

secara baik dan selaras antara sesama manusia serta lingkungan. Meskipun

begitu pemikiran mereka tersebut tidak disebut sebagai konsep ekonomi

Islam, namun secara substansi sudah sesuai dengan prinsip ekonomi Islam.

Page 120: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

109

Walaupun begitu keduanya sama-sama berbeda pendapat mengenai

pengertian riba dengan bunga yang dianggap sama sehingga keduanya masih

memperbolehkan bunga bank karena tidka bersifat eksploitasi, namun hal

tersebut tetap harus dikritisasi karena telah diketahui bahwa bunga dan riba itu

sama sehingga bunga bank diharamkan, dan Allah telah jelas membedakan

antara jual beli dan juga riba. Meskipun Sri Edi Swasono mengatakan jangan

berpandangan sempit jika ekonomi Islam hanya terpaku dalam masalah bunga

dan riba. Tapi kita harus tetap membuka mata dan telinga kita jangan sampai

terpengaruh dengan hal yang sudah ditetapkan.

B. Saran

Berkenaan dengan penelitian ini, penulis ingin menyampaikan

beberapa catatan serta saran yang dirasa penting:

1. Perlunya kajian lagi secara mendalam mengenai pemikiran ekonomi

pembangunan Mohammad Hatta dan Syafruddin Prawiranegara yang

masih relevan dengan kebijakan ekonomi saat ini, untuk menyelaraskan

tujuan pembangunan berdasarkan UUD ’45 serta prinsip ekonomi Islam

yang sesuai untuk semua ummat.

2. Bagi pemerintah selaku pemegang kuasa dalam penetapan kebijakan

ekonomi, agar dapat melihat kembali kebijakan yang telah ditetapkan

apakah mengandung unsur eksploratif dan penindasan yang malah

Page 121: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

110

mengganggu pertumbuhan ekonomi dan melenceng dari tuuan ekonomi

yang telah dibangun dan ditetapkan dalam UUD ’45, serta yang selaras

dengan prinsip ekonomi yang menekankan keadilan sosial untuk

tercapainya kemakmuran yang merata.

3. Kepada pembaca skripsi ini agar kritis dalam membaca analisis yang

dipaparkan, karena pemaparan yang tidak jelas atau sesuai dan adanya

kritik dan saran akan sangat membantu penulis dalam perbaikan.

Page 122: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

110

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Anwar. Bung Hatta dan Ekonomi Islam : Menangkap Makna Maqasid al

Syariah. Jakarta: Penerbit Kompas, 2010.

. “Pandangan Ekonomi Mohammad Hatta”. Ahkam. No.5(Maret

2001).

Alfarizi, Salman. Mohammad Hatta Biografi Singkat 1902-1980. Jogjakarta:

GARASI, 2012.

Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Depok: Gramata Publishing, 2010.

Chapra, Umar. Islam dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Gema Insani, 2000.

Farida Swasono, Meutia, ed. Bung Hatta: Pribadinya dalam Kenangan. Jakarta:

Penerbit Sinar Harapan, 1980.

Hakim, Abdul. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia, 2010.

Hatta, Mohammad. Demokrasi Kita, Bebas Aktif dan Ekonomi Masa Depan Edisi II.

Jakarta: UI Press, 1992.

. Ekonomi Indonesia di Masa Mendatang. Jakarta: Universitas

Indonesia, 1985.

. Kumpulan Karangan Jilid I. Jakarta: Bulan Bintang Jakarta,

1976.

. Permulaan Pergerakan Nasional, Sejarah Pertumbuhan dan

Perkembangan Sarikat Islam (SI). Jakarta: Yayasan Idayu Press, 1977.

. Pikiran-Pikiran dalam Bidang Ekonomi untuk Mencapai

Kemakmuran yang Merata. Jakarta: Yayasan I Daya Press, 1974.

Page 123: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

111

. Setelah 25 Tahun. Pidato disampaikan pada Dies Natalies

kesembilan Universitas Sjiah Kuala Darussalam, Banda Aceh, 2 September

1970 (Jakarta: Gita Karya, 1970).

J Moeloeng, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2014.

Kementerian Agama RI. Tafsir Al-Quran Tematik: Pembangunan Ekonomi Umat.

Jakarta: Kemenag RI, 2012.

Kuncoro, Mudrajad. Ekonomika Pembangunan; Masalah, Kebijakan dan Politik.

Jakarta: Erlangga, 2010.

Krippendorff, Klaus. Content Analysis: An Introduction to Its Methodology, Second

Edition. London: Saga Publications, 2004.

L Jhingan, M. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2010.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas IslamNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta:

Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) FSH, 2012.

Prawiranegara, Syafruddin. Ekonomi dan Keuangan: Makna Ekonomi Islam,

Kumpulan Karangan Terpilih Jilid II. Jakarta: CV Haji Masaagung, 1988.

. Islam dalam Pergolakan Dunia, cet.I. Bandung: Al-

Ma’arif, 1950.

_____________________. Islam sebagai Pedoman Hidup, Kumpulan Karangan

Terpilih Jilid I. Jakarta: Inti Idayu Press, 1986.

Page 124: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

112

____________________. Human Development Pola Pembangunan yang Sesuai

dengan Ajaran-Ajaran Islam dan UUD ’45. Jakarta: Bulan Bintang, 1977.

P. Todaro, Michael. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi Keenam. Jakarta:

PT. Gelora Aksara Pratama Penerbit Erlangga, 1998.

Rahardjo, M. Dawam. Ekonomi Neo-Klasik dan Sosialisme Religius: Pragmatisme

Pemikiran Ekonomi Politik Syafruddin Prawiranegara. Jakarta: Mizan, 2011.

. Ekonomi Politik Pembangunan. Jakarta: LSAF, 2012.

Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif :Tatalangkah

dan Teknik-teknik Teoritasasi Data. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Sukirno, Sadono. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan

Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Kencana, 2011.

Soesastro, Hadi. ed. Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam

Setengah Abad Terakhir 1 1945-1959: Membangun Ekonomi Nasional. Jakarta:

Kanisius, 2005.

. Pemikiran dan Permasalahan di Indonesia dalam Setengah

Abad Terakhir 2 1959-1966: Ekonomi Terpimpin. Jakarta: Canisius, 2005.

. Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam

Setengah Abad Terakhir 3 1966-1982: Paruh Pertama Ekonomi Orde Baru.

Jakarta: Kanisius, 2005.

. Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam

Setengah Abad Terakhir 4 1982-1997: Deregulasi dan Liberalisasi Ekonomi.

Jakarta: Kanisius, 2005.

Page 125: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

113

Suyatno, Bagong, ed. Metode Penelitian Sosial, Berbagai Alternatif Pendekatan,

Edisi Revisi. Jakarta: Kencana, 2005.

Wee, Thee Kian ed. Pelaku Berkisah: Ekonomi Indonesia 1950-an sampai 1990-an

Jakarta: Kompas, 2005.

Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2004.

Situs Internet

Agataha Nanda Widiiswa, Ryan. “Bung Hatta Sang Konseptor Perkonomian Bangsa

Indonesia”. Artikel diakses pada 19 Februari 2014 dari

http://politik.kompasiana.com/2013/06/02/bung-hattasang-konseptor-

perekonomian-bangsa-indonesia-565157.html.

Syahputra, Effendi. “Membumikan Pemikiran Bung Hatta”. Artikel diakses pada 19

Februari 2014 dari http://persatuanindonesia.or.id/artikel/136-membumikan-

pemikiran-bung-hatta

Samin, Muhammad. “Prabowo: Benahi Ekonomi Indonesia, Belajar dari Pemikiran

Hatta dan Soedjatmoko”. Artikel diakses pada 19 Februari 2014 dari

http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2012/10/09/prabowo-benahi-

ekonomi-indonesia-belajar-dari-pemikiran-hatta-dan-soedjatmoko-499970.html

Mudrajat, Kuncoro. “Tonjolkan Pemikiran Ekonomi Bung Hatta”. Artikel diakses

pada 19 Februari 2014 dari http://www.bunghatta.ac.id/berita/27/mudrajat-

kuncoro-tonjolkan-pemikiran-ekonomi-bung-.html

Page 126: KONSEP PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA: STUDI

114

Purwanto, April. “Pemikiran Ekonomi Mohammad Hatta”. Artikel diakses pada 19

Februari 2014 dari http://pistaza.wordpress.com/2011/10/11/pemikiran-

ekonomi-mohammad-hatta/

Swasono, Meutia Farida Hatta. “Pemikiran dan Konsep Pemikiran Bung Hatta”.

Artikel diakses pada 19 Februari 2014 dari

http://muhammadardiannur.wordpress.com/2012/07/29/pemikiran-dan-konsep-

ekonomi-bung-hatta/

Ilyas, Ulfa. “Gagasan Ekonomi Bung Hatta Masih Relevan”. Artikel diakses pada 19

Februari 2014 dari http://www.berdikarionline.com/kabar-

rakyat/20130406/gagasan-ekonomi-bung-hatta-masih-relevan.html

“Tokoh Indonesia: Mohammad Hatta”. Artikel diakses pada 19 Februari 2014 dari

http://www.e-pustaka.com/tokoh-indonesia-mohammad-hatta.html