konsep nyeri
TRANSCRIPT
2.2. Konsep nyeri
2.2.1. Definisi nyeri
Menurut Mc Caffery (1980) bahwa nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang
nyeri terseut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia mersasakan nyeri (Potter dan
Perry,2005).
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh
stimulus tertentu, nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individualis. Stimulus nyeri dapat
berupa stimulus yang bersifat fisik dan /atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada
fungsi ego seorang individu (Mohan,1994).
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri. Apabila seseorang
merasakan nyeri, maka perilakunya akan berubah. Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa
terjadi kerusakan jaringan, yang harus menjadi pertimbangan utama keperawatan saat mengkaji
nyeri (Cloncy dan Mc. Vicar,1992)
Nyeri adalah keadaan subyektif dimana seseorang memperlihatkan tidak nyaman secara verbal
maupun non verbal, keadaannya dapat akut (mempunyai lama yang pasti) atau kronis (bisa
berbulan-bulan sampai bertahun-tahun) (Barbara engram,1998).
Menurut Long (1996) nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subyektif dan hanya
orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut (Wahit
Iqbal Mubarak,2007)
2.2.2. Proses Fisiologi Nyeri
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi dan perilaku. Cara yang paling baik untuk
memahami pengalaman nyeri, akan membantu untuk menjelaskan tiga komponen fisiologis,
yakni : persepsi dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf
perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute
saraf dan akhirnya sampai di dalam massa berwarna abu-abu di medulla spinalis. Terdapat pesan
nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak
mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral. Sekali stimulus nyeri
mencapai korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyer dan memproses informasi
tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya
mempersepsikan nyeri (Mc. Nair,1990)
Impuls saraf, yang dihasilkan oleh stimulus nyeri, menyebar di sepanjang serabut saraf perifer
afferent yang mentransmisikan impuls sensorik ke karnudorsalis di medulla spinalis. Serabut
saraf tersebut bersinap dengan neuro traktus spinotalamus yang menyilang kemudian menuruni
medulla spinalis ke thalamus. Kemudian impuls motorik menyebar melalui sebuah lengkung
refleks bersama serabut saraf afferent (motorik) kembali ke suatu otot perifer dekat lokasi
stimulus.
Kontraksi otot menyebabkan individu menarik diri dari sumber nyeri sebagai usaha untuk
melindungi diri. Artinya apabila serabut-serabut superfisial di kulit distimulasi, maka individu
akan menjauh dari sumber nyeri. Apabila jaringan internal, seperti membrane mukosa atau otot
terstimulasi, maka otot akan memendek dan memanjang.
Neurofisiologis nyeri itu sendiri dapat diistilahkan dengan neuro regulator, yang terdiri dari :
1. Neurotransmitter, yang terdiri dari :
a. Substansi P, terdapat di neuron karena dorsalis (peptid eksitator), dimana zat ini dibutuhkan
untuk mentransmisi impuls nyeri dari perifer ke pusat otot yang lebih tinggi, sehingga
menyebabkan vasodilatasi dan edema.
b. Serotonin adalah suatu zat yang dilepaskan di batang otak dan kornu dorsalis untuk
menghambat transmisi nyeri.
c. Prostaglandin, adalah zat yang dihasilkan dari pemecahan fosfolipid dalam membrane sel,
yang diyakini meningkatkan sensitivitas nyeri.
2. Neuromodulator, yang terdiri dari :
a. Endorphin dan dinorfin : merupakan suplai alamiah tubuh yang berupa substansi seperti
morfin, diaktifkan oleh stress dan nyeri, dilokalisasikan oleh stess dan nyeri, dilokalisasikan
di dalam otak, medulla spinalis dan saluran pencernaan, yang memberikan efek analgesic
apabila agens ini menyatu dengan reseptor opiate di otak, dan terdapat dalam kadar yang
lebih tinggi pada individu yang tidak terlalu merasa nyeri dibanding yang lain dengan cedera
yang sama.
b. Bradikinin : yang dilepas dari plasma yang keluar dari pembuluh darah di jaringan sekitar
pada lokasi cedera jaringan, terikat pada reseptor pada saraf perifer, meningkatkan stimulus
nyeri, dan terikat pada sel-sel yang menyebabkan reaksi rantai yang menghasilkan
protglandin (Potter dan Perry,2005).
2.2.3. Teori Transmisi Nyeri
1. Pemisahan (specifity)
Reseptor nyeri tertentu akan menyatukan impuls ke seluruh jaras nyeri menuju otak. Proses ini
tidak memperhitungkan aspek fisiologis persepsi dan respons nyeri.
2. Pola (pattern)
Nyeri terjadi karena efek gabungan dari intensitas stimulus dan jumlah impuls pada ujung dorsal
medulla spinalis. Ini tidak termasuk aspek fisiologis.
3. Teori Gate Control
Banyak teori yang menjelaskan fisiologi nyeri, namun yang paling sederhana adalah teori Gate
control yan ditemukan oleh Melzack dan Well (1965). Dalam teori, kedua orang ahli ini
menjelaskan bahwa substansi gelatinosa (SG) pada medulla spinalis bekerja layaknya pintu
gerbang yang memungkinkan atau menghalangi masiknya impuls nyeri menuju otak. Pada
mekanisme nyeri, stimulus nyeri ditransmisikan melalui serabut saraf berdiameter besar yang
juga melewati gerbang tersebut dapat menghambat transmisi impuls nyeri dengan cara menutup
gerbang itu. Impuls yang berkonduksi pada serabut berdiameter besar bukan sekedar menutup
gerbang, tetapi juga merambat langsung ke korteks agar dapat diidentifikasi dengan cepat
(Long,1996).
4. Transmisi dan Inhibisi
Stimulus yang mengenai nosiseptor melalui transmisi impuls saraf. Transmisi impuls nyeri
menjadi efektif oleh adanya neurotransmitter yang spesifik. Inhibisi impuls nyeri menjadi efektif
oleh adanya : 1) Impuls menuju serabut besar yang memblok impuls pada serabut-serabut lambat
dan 2) system supresif opiate endogen (Wahit Iqbal Mubarak,2007).
2.2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Karena nyeri merupakan sesuatu yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi pengalaman
nyeri individu, diantaranya :
1. Usia
Terdapat perbedaan respons nyeri antara anak-anak dan lansia. Anak-anak kecil kesulitan untuk
mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan rasa nyeri kepada orang tua atau petugas
kesehatan sedangkan lansia terkadang memilih sumber nyeri lebih dari satu. Kemampuan lansia
untuk mengekspresikan rasa nyeri dipengaruhi oleh pengalaman dan masa lalu.
2. Jenis kelamin
Beberapa kebudayaan menganggap bahwa seorang lak-laki harus berani sedangkan perempuan
boleh menangis dalam situasi yang sama.
3. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu
mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka.
4. Makna nyeri
Makna seseorang nyeri yang di kaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara
seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang
budaya individu tersebut. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda,
apabila nyeri tersebut memberikan kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman dan tantangan.
5. Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya
pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Konsep ini merupakan salah satu
konsep yang perawat terapkan di berbagai terapi untuk menghilangkan nyeri seperti relaksasi,
teknik imajinasi terbimbing dan masase. Dengan memfokuskan perhatian dan kosentrasi klien
pada stimulus yang lain, maka perawat menempatkan nyeri pada kesadaran yang perifer.
6. Ansietas dan kecemasan
Hubungan antara nyeri dan cemas bercifat complex, kecemasan seringkali meningkatkan
persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan cemas, stimulus nyeri
mengaktifkan bagian system limbic yang diyakini mengendalikan emosi seseorang, khususnya
kesemasan. System limbic dapat memproses reaksi emosi terhadap nyeri, yakni memperburuk
atau menghilangkan nyeri.
7. Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan
koping.
8. Pengalaman sebelumnya.
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri sebelumnya tidak sel;alu berarti
bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang.
Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh
atau menderita nyeri yang berat, maka kecemasan atau bahkan rasa takut dapat muncul.
Sebaliknya, apabila individu mengalami nyeri dengan jenis yang sama berulang-ulang. Tetapi
kemudian nyeri tersebut berhasil dihilangkan, akan lebih mudah bagi individu tersebut untuk
menginterprestasikan sensasi nyeri. Akibatnya klien akan lebih siap untuk melakukan tindakan-
tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan nyeri.
9. Gaya koping.
Apabila klien mengalami nyeri dirumah sakit maka klien merasa tidak berdaya da kesepian.
Klien merasa kehilangan control terhadap lingkungan atau kehilangan control terhadap hasil
akhir dari peristiwa-peristiwa yang terjadi.
10. Dukungan keluarga dan social.
Individu yang mengalami nyeri seringkali tergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat
untuk memperoleh dukungan bantuan.
2.3. Konsep Relaksasi
2.3.1. Definisi Relaksassi
Relaksasi merpakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress. Teknik relaksasi
memebrikan individu control diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri. Teknik relaksasi
dapat digunakan saat individu dalam kondisi sehat atau sakit (Potter dan Perry,2005).
Sedangkan menurut Stewart (1967) bahwa teknik relaksasi dapat dilakukan dengan menraik
nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara dan hembuskan perlahan-lahan sambil
membiarkan tubuh menjadi kendur dan merasakan betapa nyaman hal tersebut. Teknik ini dapat
dilakukan beberapa kali, diselangi dengan bernafas normal dan menarik nafas dalam lagi, serta
dapat ditambahkan pula dengan mengkonsentrasikan pikiran pada lengan, perut, punggung, dank
elompok otot-otot lain (Robert Priharjo,1993).
2.3.2. Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Model teknik relaksasi sangat banyak, salah satunya adalah teknik relaksasi nafas dalam. Latihan
nafas ini dapat dikerjakan dalam berbagai posisi karena distribusi udara dan sirkulasi paru-paru
bervariasi dalam hubungannya dengan posisi dada.
Adapun cara melakukan relaksasi nafas dalam adalah :
1. Pasien menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara.
2. Perlahan-lahan udara dihembuskan sambil membiarkan tubuh menjadi kendur dan merasakan
betapa nyamannya hal tersebut.
3. Pasien bernafas beberapa kali dengan irama normal.
4. Pasien menarik nafas dalam lagi dan menghembuskan perlahan-lahan dan membiarkan hanya
kaki dan telapak tangan yang kendur. Perawat meminta pasien untuk mengkonsentrasikan
pikiran pasien pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.
5. Pasien mengulang langkah 4 dan mengkonsentrasikan pikiran pada lengan, perut, punggung
dan kelompok otot-otot lainnya.
6. Setelah pasien merasa rileks, pasien dianjurkan bernafas secara pelan-pelan. Bila nyeri
menjadi hebat, pasien dapat bernafas secara dangkal dan cepat.
2.3.3. Manfaat Teknik Relaksasi
1. Meningkatkan pemahaman mengenai ketegangan otot.
2. Meningkatkan kemampuan untuk menguasai kegiatan yang terjadi dengan sendirinya.
3. Menguasai kemampuan untuk menguasai kegiatan kognitif meliputi pemusatan perhatian
(konsentrasi).
4. Menurunkan ketegangan otot.
5. Menurunkan denyut nadi, tekanan darah, frekuensi pernafasan dan keringat.
6. Menurunkan perasaan cemas dan emosi lain yang negative.
7. Menurunkan kekhawatiran.
2.3.4. Tujuan Relaksasi
1. Memberikan perasaan nyaman.
2. Mengurangi stress, khususnya stress ringan.
3. Memberikan ketenangan.
2.3.5. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Nyeri
Pernafasan pernafasan yang dalam dapat memberikan energy yang cukup karena pada waktu
menghembuskan nafas mengeluarkan CO2 dan pada saat bernafas mendapat O2 yang sangat
diperlukan tubuh untuk membersihkan darah dan mencegah kerusakan jaringan otak akibat
keurangan O2 (hipoksia). Jika jumlah udara segar yang masuk ke paru-paru tidak mencukupi,
darah tidak dapat dibersihkan atau dioksigenasi sebagaimana mestinya sehingga hasil
pembakaran yang seharusnya dibuang tetap berada di sirkulasi darah dan perlahan-lahan dapat
meracuni system tubuh (Martha David, 1995).
Dalam keadaan tubuh yang kaya O2 diharapkan metabolism di dalam tubuh akan berjalan baik
dan otak akan relaksasi sehingga impuls nyeri yang diterima akan diolah dengan baok dan akan
diterjemahkan dengan persepsi nyeri yang berkurang. Perubahan kapasitas difusi oksigen selam
latihan nafas dalam ata panjang sekitar 3 kali lipat (Guyton,1987).
2.4. Kosep Kompres Hangat
2.4.1. Definisi
Kompres hangat merupakan kompres dengan menggunakan air hangat. Kompres hangat
membantu menurunkan nyeri, karena akan memperbesar pembuluh darah (vasodilatasi) dan akan
meningkatkan suplai darah ke seluruh tubuh. Jangan menggunakan air dingin, karena air dingin
dapat menyempitkan pembuluh darah.
2.4.2. Tujuan Kompres Hangat
1. Menurunkan intensitas nyeri dan memberikan rasa nyaman.
2. Menurunkan proses penyembuhan luka, radang yang setempat.
3. Penurunan aktivitas.
4. Menaikkan suhu setempat.
2.4.3. Metode Kompres Hangat
Kompres hangat diletakkan pada bagian yang terasa kram (bisa perut atau pinggang bagian
belakang) dengan cara sebagai berikut :
1. Isi wadah dengan air, periksa ketepatan temperature air kira-kira 380C atau kira-kira
panasnya nyaman untuk bagian dalam pergelangan tangan.
2. Isi kantong air panas sepertiga sampai setengahnya untuk menghindari berat yang tidak
diperlukan.
3. Keringkan kantong air panas tersebut dengan handuk.
4. Bungkus kantong air panas tersebut agar kulit responden tidak bersentuhan dengan plastic.
5. Kompreskan kantong tersebut pada area yang terasa kram (perut atau pinggang bagian
belakang) dalam waktu 10 menit.
2.4.4. Pengaruh Kompres Hangat
1. Pelebaran pembuluh darah dan memperbaiki peredaran darah dan di dalam jaringan tersebut.
2. Pada otot, panas memiliki efek menghilangkan ketegangan.
3. Peningkatan sel darah putih secara total dan fenomena reasksi peradangan serta adanya
dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah serta peningkatan
tekanan kapiler. Tekanan O2 dan CO2 di dalam darah akan meningkatkan sedangkan PH
darah akan mengalami penurunan.
4. Efek lain kompres hangat adalah memberikan perasaan nyaman dengan menurunkan
intensitas sementara terhadap nyeri.
2.4.5. Manfaat Kompres Hangat
1. Memperbesar pembuluh darah (vasodilatasi)
2. Mengurangi rasa sakit.
3. Meningkatkan suplai darah ke seluruh tubuh.
4. Memberika rasa nyaman.
2.4.6. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Nyeri
Kompres hangat merupakan stimulasi kutaneus. Menurut teori gate control mengatakan bahwa
stimulasi kutaneus mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A-Beta yang lebih besar dan
cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan delta-A berdiameter kecil.
Gerbang sinap menutup impuls nyeri (Potter dan Perry, 2005). Panas meredakan iskemia dengan
menurunkan kontraksi dan meningkatkan sirkulasi. Orgasme dapat meredakan nyeri dengan
mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan sejahtera, meningkatkan aliran menstruasi,
dan meredakan vasokongesti pelvis (Bobak, 2004).
2.4.7. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu pemberian kompres hangat yaitu :
1. Kantong air hangat sama sekali tidak boleh diletakkan pada bagian tubuh yang telanjang,
harus dilapisi kain flanes atau handuk.
2. Suatu kantong air hangat yang diletakkan diatas bagain tertentu hanya boleh berisi
sepertiganya untuk menghindari berat yang tidak diperlukan.
3. Pemakaian kantong air hangat, terutama pada penggunaan yang berlangsung lama, jangan
lupa memeriksa kulit penderita.
4. Hangat tidak diberikan di kepala karena dapat menyebabkan pembuluh darah di area tersebut
mengalami dilatasi dan menyebabkan sakit kepala.
5. Hangat tidak diberikan di abdomen jika ada keraguan adanya apendisitis karena akan
meningkatkan rupturnya apendik (Steven, 1997).