konsep lansia

Upload: septia-iga-sesep

Post on 15-Oct-2015

45 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Konsep Lansia

TRANSCRIPT

Konsep Lansia KONSEP LANSIADelivered by Iwan Wahyudi, S.Kep.,Ns

A. PengertianLansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process. Ilmu yang mempelajari fenomena penuaan meliputi proses menua dan degenerasi sel termasuk masalah-masalah yang ditemui dan harapan lansia disebut gerontology (Cunningham & Brookbank, 1988). Pengertian lain mengatakan bahwa gerontology adalah ilmu yang mempelajari , membahas, meneliti segala bidang yang terkait dengan lanjut usia, bukan saja mengenai kesehatan namun juga mencakup soal kesejahteraan, pemukiman, lingkungan hidup, pendidikan, perundang-undangan dan sebagainya ( Yosaputra, 1987). Gerontology berasal dari kata Geron/Geronto ( bahasa yunani) yang berarti orangtua dan logos = ilmu. Sedangkan Geriartri merupakan bagian dari ilmu kedokteran untuk orang lanjut usia. Geriartri berasal dari kata Geros yang berarti lanjut usia dan eatriea = kesehatan. Yosaputra (1987) mendefinisikan Geriatri sebagai ilmu yang mempelajari, membahas, meneliti proses menua dan segala macam penyakit jasmani dan rohani yang mungkin mengenai manusia lanjut usia, serta bagaimana cara mencegah dan mengobatinya. Geriatri juga bisa diartikan sebagai cabang dari ilmu kedokteran yang mempelajari aspek-aspek klinis, preventif maupun terapeutik bagi klien lanjut usia.Keperawatan gerontik didefinisikan sebagai ilmu yang membahas fenomena biologis, psiko dan sosial serta dampaknya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan penekanan pada upaya prevensi dan promosi kesehatan sehingga tercapai status kesehatan yang optimal bagi lanjut usia. Aplikasi secara praktis Keperawatan gerontik adalah dengan menggunakan proses keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan,perencanaan, implementasi dan evaluasi).Seorang perawat yang sedang menangani atau memberikan asuhan keperawatan lansia setidaknya harus memperhati kan hal-hal berikut :1. Mampu membina hubungan yang terapeutik pada lansiaMenghargai keunikan kelompok lanjut usiaMempunyai kompetensi klinis sebagai basis tindakan keperawatanMampu berkomunikasi dengan baikMemahami perubahan degeneratif secara fisik dan psikososial pada lansiaMampu bekerja sama dengan tim kesehatan lain.

B. Batasan-batasan lansiaWHO mengelompokkan lansia menjadi 4 kelompok yang meliputi : Midle age (usia pertengahan) yaitu kelompok usia 45-59 tahun Elderly, antara 60-74 tahun Old, antara 75-90 tahun Very old, lebih dari 90 tahunKlasifikasi lansia berdasarkan kronologis usia, yaitu :q Young old: 60-75 tahunq Middle old: 75-84 tahunq Old-old: >85 tahun (G. Wold: Basic Gerontology nursing)Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa yang dibagi menjadi empat bagian, yaitu :Fase iuventus, antara 25 -40 tahunFase verilitas, antara40 -50 tahunFase prasenium, antara 55 65 tahunFase senium, lebih dari 65 tahun

Sedangkan menurut Undang-undang No. 4 Tahun 1965 pasal 1, merumuskan bahwa seseorang dapat dinyatakan sebagai orang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak memupunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menrima nafkah dari orang lain.B. Tujuan Geriatri (Nursing)1. Mempertahankan derajat kesehatan para lanjut usia pada taraf yang setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental3. Merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk dapat mengenal dan menegakkan dioagnosa yang tepat dan dini4. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lanjut usia yang menderita suatu penyakit atau gangguan, masih dapat mempoertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal5. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada lansia yang berada dalam fase terminal sehingga lansia dapat menghadapi kematian dengan tenang dan bermartabat.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi ketuaan :

Sebaik-baik Perhiasan adalah wanita yang ShalihahHereditas/ keturunanNutrisiStatus kesehatanPengalaman hidupLingkunganStress

C. Latar Belakang DemografiPenduduk yang usianya menua, menurut demografi tidak termasuk dalam kelompok angkatan kerja atau kelompok penduduk yang tidak produktif tetapi sekarang banyak dijumpai orang yang sudah berusia 55 tahun atau 65 tahun keatas yang masih bekerja secara paroh waktu, artinya mereka itu bekerja tidak seperti kelompok usia produktif (15-54 tahun) yang malahan banyak bekerja serabutan dan menganggur. Keadaan itu memperlihatkan bahwa rasio ketergantungan dari kelompok usia 55 tahun terhadap usia produktif harus dirubah, karena untuk saat ini kurang sesuai dengan kenyataan kependudukan. Lansia akan meningkat jumlah dan potensinya di masa mendatang.

D. Mitos Terhadap Lansia1. Kedamaian dan ketenanganlanjut usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya dimasa muda dan dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil dilewati.Kenyataan :Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit

DepresiKekhawatiranParanoidMasalah psikotik2. Konservatif dan kemunduranLansia sering dinilai :o Konservatifo Tidak kreatifo Menolak inovasio Berorientasi ke masa silamo Orang yang beriman dengan sebenar-benarnya akan tampak bahagia, tidak murung,takut,atau sedih karena Ia dijanjikan dengan surgaMerindukan masa laluo Kembali ke masa anak-anako Susah berubaho Keras kepala dan cerewet3. Bingung dan tidak peduli terhadap lingkungan4. Penyakitan5. Kesepian dan tidak bahagia6. Tidak berminat dengan seks dan seksualitas7. Tidak berguna di masyarakat

Sally S. RoachIntroductory Gerontological Nursing Published October 1, 2000 by Lippincott Williams & Wilkins .Posted 8th November 2008 by Iwan's abi Fadh Blogger

iwanmanagers

The Future of Nursing

Pengkajian sistem pencernaan Konsep Lansia Musyawarah PPNI Kab. Garut Pengkajian sistem pencernaan PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA SISTEM PENCERNAAN

Riwayat KesehatanPerawat mulai dengan mengambil riwayat lengkap, memfokuskan pada gejala-gejala umum disfungsi gastrointestinal. Gejala-gejala dimana pengkajian difokuskan mencakup nyeri, kembung, bising usus, mual dan muntah, hematemesis, perubahan kebiasaan defekasi serta karakteristik feses.Nyeri. Nyeri sering merupakan gejala utama dari penyakit gastrointestinal. Kaji lokasi, durasi, pola, frekwensi, distribusi penyebaran dan waktu nyeriIndigesti. Indigesti dapat diakibatkan oleh gangguan control saraf lambung dan bagian lain GI. Makanan berlemak cenderung menimbulkan ketidaknyamanan karena lemak berada di lambung lebih lamaSendawa dan flatulensi. Akumulasi gas di saluran GI dapat menimbulkan sendawa (pengeluaran gas melalui mulut bila gas mencapai lambung) dan flatulensi (pengeluaran gas dari rektum). Keluhan yang sering dirasakan : kembung, distensi atau merasa penuh.Mual dan muntah. Muntah biasanya didahului oleh rasa mual yang dapat dicetuskankan oleh bau, aktifitas, atau makanan yang masuk. Muntah dapat berupa partikel yang tidak dapat dicerna atau darah (hematemesis).Diare dan konstipasi. Diare secara umum terjadi bila isi saluran pencernaan bergerak terlalu cepat dan terdapat ketidakadekwatan waktu untuk absorbsi. Konstipasi adalah reternsi atau perlambatan pengeluaran feses dari rectum. Absorpsi berlebihan air dari bahan fekal menghasilkan feses yang yang keras, kering dan volume yang lebih kecil dari normal. Dikatakan konstipasi jika pada saat BAB sering mengejan, frekwensi dua kali setiap mingguRiwayat lain yang perlu dikaji adalah riwayat kesehatan terdahulu, kesehatan keluarga dan riwayat psikososial.

Pemeriksaan FisikTemuan fisik kemudian dikaji untuk memastikan data subyektif yang didapat dari pasien. Abdomen diinspeksi, diauskultasi, di palpasi dan diperkusi. Pasien ditempatkan pada posisi supine. Kontur dan simetrisitas dari abdomen dilihat dengan identifikasi penonjolan lokal, distensi atau gelombang peristaltik. Auskultasi dilakukan sebelum palpasi dan perkusi untuk mencegah terjadi perubahan motilitasi usus. Karakter, lokasi dan frekwensi usus dicatat, timpani atau pekak dicatat selama perkusi. Palpasi digunakan untuk mengidentifikasi massa abdomen atau area nyeri tekan.Adanya temuan abnormal harus dicatat berdasarkan kwadran atau regio-regio untuk menggambarkan abdomen. (Kwadran kanan atas, kanan bawah, kiri atas dan kwadran kiri bawah) Regio-regio abdominalisHipokondria kanan Lobus kanan hepar Bagian duodenum Fleksur hepatica Ginjal kanan Kelenjar suprarenalEpigastrik Akhir pilorik Duodenum PankreasHipokondria kiri Lambung Limpa Ginjal kiriLumbal kanan Kolon asenden Bagian duodenum dan yeynumUmbilikalis Omentum Mesentrika Bag. Bawah duodenum Yeyenum dan ileumLumbal kiri Kolon desenden Bagian bawah ginjal kiri Bag. Jejunum dan ileumInguinalis kanan Sekum Apendik Ureter/ovariumHipogastrik Ileum Kandung kemih uterusInguinalis kiri kolon sigmoid ureter ovarium

Pemeriksaan fisik pada mulut dan faring Inspeksi warna bibir, kesimetrisan, luka/ulkus Kemampuan membuka dan menutup mulut Isspeksi lidah, bagian dalam mulut, warna dan kondisi membrane mukosa Keadaan gigi geligi dan gusi, dikaji apakah ada carries, inflamasi atau tanda-tanda perdarahan

Pemeriksaan fisik pada abdomenInspeksir Perubahan warna di abdomenr Distribusi rambutr Adanya ras, lesi, striae, petechie, scar atau ikterikr KesimetrisanAuskultasir Bising usus bunyi klik lembut yang terdengar setiap 5-10 detik di setiap kwdran abdomen, bising usus normal terdengar 5-12 kali/menitr Bising usus tidak ada (-) : dijumpai setelah tindakan pembedahan, peritonitis, ileus paralitikr Bising usus meningkat disebabkan hipermotilitas usus pada diare atau gastro enteritis, obstruksi ususr Bising abdomen (bruit) merupakan bunyi dari pembuluh darah (artery narrowing)Perkusir Menentukan ukuran dan lokasi organ abdomenr Menentukan akumulasi berlebihan dari cairan dan udara dalam abdomenr Dilakukan disemua kwadranr Bunyi perkusi normal : Timpani pada 4 kwadran , timpani diatas hepar dan limpaPalpasir Karakter dinding abdomen, ukuran, kondisi dan konsistensi organ, lokasi nyerir Palpasi ringan : tekan ujung-ujung jari sedalam 1-2 cm, palpasi dalam dilakukan penekanan sedalam 4 cmr Lakukan palpasi secara sistematis pada ke empat kwadran

kwadran-kwadran abdomen

Kwadran kanan atas : Sebagian besar hati Kandung empedu Duodenum Bagian kepala pancreas Fleksur hepatikus colon Sebagian kolon asenden dan tranversum

Kwadran kiri atas : Lobus kiri hati Lambung Lien Badan dan ekor pancreas Pleksur splenikus colon Sebagian kolon tranversum dan asendenKwadran kanan bawah : Sekum Apendiks Ureter kanan Ovarium kanan dan tuba fallopi Korda spermatikus kananKwadran kiri bawah : Sebagian kolon desenden Kolon sigmoid Ureter kiri Ovarium kiri dan tuba fallopi Korda spermatikus kiriPosted 23rd December 2008 by Iwan's abi Fadh Blogger

Loading Send feedback