konsep kepemimpinan dalam agama baha’i dan...

98
KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN PERSEPSINYA TERHADAP POLA KEPEMIMPINAN NEGARA DI INDONESIA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Oleh : Dewi Haneh Amisani NIM: 1110032100065 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Upload: dinhkien

Post on 02-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN

PERSEPSINYA TERHADAP POLA KEPEMIMPINAN

NEGARA DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh :

Dewi Haneh Amisani

NIM: 1110032100065

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

KONSEP KEPEMIMPINAI\I AGAMA BAIIA'I DAI\I PERSEPSINYATERHADAP POLA KEPEMIMPINAI{ NEGARA

DIII\IDONESIA

Skripsi

Diajukao untuk Merrenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S. Th.L)

Dewi Haneh Ainisani1110032100065

Diperiksa dan disetujui,Di Bawah Bimbingan

Prof. Dr. M. Ridwan Lubis- MANIP. 19471 01 9 I 9077 031002

PROGRAM STI]DI PERBAT{DINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

I]NIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2ot4MJ1435H.

Page 3: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

PENGESAHAN PA}IITIA UJIAIY

Skripsi berjudul KONSEP KEPEMIMPINAhT DALAM AGAMA BAHA,I

DAN PERSEPSINYA TERIIADAP POLA KEPEMIMPINAI\I NEGARA DI

INDOIIESIA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushaluddin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta pada 23 Desember 2014. Skripsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sa{ana Theologi Islam (S.Th.I.) pada

Program Studi Perband ingan Agama.

Ciputat, 23 Desember 2014

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Seketaris Merangkap Anggota,

Dra. Halimah SM. M. AeNIP. t9590413 199603 2 001

Anggota,

Penguji II,

t98603 2 001

Prof. Dr. M. Ridwan Lubis. MA

NIP. | 947 I 0 I 9t 9077031002

ltl

19751019 200312

19560417

Page 4: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

LEMBARPERIYYATAAIT

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (SI) di IJIN Syarif

Hidayahrllah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini rclah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayahrllah Jakarta'

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatr.rllah Jakarta'

lv

Ciputat, 23 Desember 20 I 4

Page 5: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

v

ABSTRAK

Dewi Haneh Amisani

Konsep Kepemimpinan Dalam Agama Baha’i Dan Persepsinya Terhadap

Pola Kepemimpinan Negara Di Indonesia

Kepemimpinan menurut Baha’i dipandang tidak seperti kepemimpinan

yang ada pada umumnya, karena menurut Agama Baha’i untuk zaman saat ini

tidak diperlukan lagi kepemimpinan yang bersifat individu atau perseorangan. Hal

ini sudah diramalkan dalam tulisan-tulisan suci Baha’u’llah jauh sebelum Shoghi

Efendi ditunjuk sebagai wali agama Tuhan. Bahwa akan ada suatu masa dimana

tidak akan diperlukan lagi pemimpin perseorangan dalam agama Baha’i dan

semua urusan agama Baha’i akan dijalankan oleh Lembaga. Lembaga-lembaga itu

yang mengatur tanpa perlu ada jabatan seorang pemimpin, diantaranya: Majelis

Rohani Setempat, majelis Rohani Nasional, dan Balai Keadilan Sedunia.

Administrasi Bahai ini tidak hanya mengurusi persoalan-persoalan spiritual tetapi

juga mengurusi urusan sosial kemasyarakatan. Sedangkan kepemimpinan negara

di Indonesia dikenal dengan sebutan Presiden dan Wakil Presiden. Presiden

Indonesia adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Indonesia. Yang

dipilih sebagaimana bunyi UUD 1945 Pasal 29 ayat 1 yang mengatakan bahwa

calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh Partai Politik yang telah

memenuhi persyaratan.

Agama Baha’i merupakan agama yang menekankan pada persatuan

seluruh umat manusia, sehingga terdapat dalam hukum agama Bahai tidak

memperbolehkan umatnya ikut serta dalam partai politik. Menurutnya partai

politik merupakan pemisah antara manusia satu dengan yang lainnya, memiliki

kecendrungan untuk memenangkan kelompoknya masing-masing.

Meskipun demikian umat Baha’i di seluruh dunia di wajibkan untuk patuh

pada pemerintahan dimana ia berada. Termasuk umat Baha’i yang tinggal di

Indonesia, meskipun ia tidak terjun dalam partai politik ia tetap melaksanakan

tugas-tugasnya sebagai warga negara Indonesia yang baik.

Penelitian ini membahas tentang Konsep Kepemimpinan menurut Agama

Baha’i dan Persepsinya terhadap Pola Kepemimpinan negara di Indonesia.

Adapun tujuan adalah untuk mengetahui konsep Kepemimpinan dalam pandangan

Bahai dan persepsinya terhadap pola kepemimpinan negara di Indonesia.

menanggapi hukum yang melarang umat Baha’i untuk ikut campur dalam partai

politik yang jika dikaitkan dengan pola kepemimpinan di Indonesia yakni

pemilihan presiden Indonesia menganut sistem demokrasi yang penyangga pilar

utamanya adalah partai politik dan tanggapan Umat Baha’i mengenai hal tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah (field research) merupakan

sumber yang di peroleh dari buku-buku terbitan Majelis Rohani Indonesia yang

merupakan buku resmi Agama Baha’i dan wawancara dengan pihak-pihak utama

penganut agama Baha’i. Sedangkan (library research) Adalah sumber yang di

peroleh dari buku, artikel jurnal, internet, arsip, ensiklopedia, informasi surat

kabar dan lain-lain.

Page 6: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini dengan judul “Konsep Kepemimpinan Agama Baha’i dan

Persepsinya Terhadap Pola Kepemimpinan Negara di Indonesia”. Penulisan

skripsi ini dimaksudkan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (SI) pada

program Studi Perbandingan Agama, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat salam semoga selalu tercurahkan

kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri teladan untuk semua umat sampai

akhir zaman. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik dari bahasa yang di gunakan

maupun sistematika penulisan, hal tersebut dikarenakan terbatasnya kemampuan

penulis. Namun berkat bantuan, bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak

akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Dengan penuh rasa hormat

penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. M. Ridwan Lubis selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu dan menyumbangkan pikiran untuk membimbing,

memberikan pengarahan, dorongan dan membantu menyelesaikan

masalah dalam proses penyusunan skripsi.

2. Prof. Dr. Masri Mansoer M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Prof.

Dr. M. Ikhsan Tanggok, Msi., Dr. M. Suryadinata, MA., dan Dr. Faizah

Ali Syibromalisi selaku pembantu Dekan Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

vii

3. Dr. Media Zainul Bahri, M.A., dan Dra. Halimah SM, M. Ag., selaku

Ketua dan Sekretaris Jurusan Perbandingan Agama atas motivasi yang

diberikan kepada penulis dan sudah banyak membantu penulis dalam

mengurus semua keperluan skripsi dan sampai selesai.

4. Dra. Marjuqoh, M.A., selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membantu mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Sri Mulyati, MA. Dan Syaiful Azmi, MA. Yang telah menjadi Dosen

Penguji Skripsi, dengan memberikan masukan dan kritik yang

membangun terhadap hasil skripsi ini yang lebih baik.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin yang telah mendidik penulis

memberikan ilmu, pengalaman serta pengarahan kepada penulis selama

masa perkuliahan.

7. Seluruh staf Perpustakaan Utama (PU) dan Perpustakaan Fakultas (PF)

yang sudah menyediakan buku sebagai referensi dan selalu melayani

dalam proses peminjaman buku.

8. Kedua Orang tua tercinta ayahanda Drs. Moh. Fajeri dan ibunda Siti

Murtafiah yang tak henti mendoakan serta memotivasi tanpa lelah. Atas

pengorbanan dan cinta kasihnya yang tak terhingga serta dukungan moril

dan materil yang diberikan kepada penulis. Jika ada ungkapan yang lebih

indah dan lebih pantas dari terimakasih di dunia ini, maka itu untuk mu

kedua orang tuaku. kalian adalah alasan terselesaikannya skripsi ini.

9. Kakak-kakak tersayang M. Tajudin dan M. Ibrahim yang selalu

memberikan motivasi dan dukungan baik secara moril maupun materil.

Page 8: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

viii

10. Adik-adik tercinta yang selalu memberikan support untuk menyelesaikan

skripsi ini.

11. Keluarga ibu Nasrin Astani dan Bapak Benedict Chee yang telah menjadi

narasumber utama dan memberikan dukungan, motivasi, bantuan tanpa

pamrih serta memberikan fasilitas perpustakaan bagi penulis. Semoga

Tuhan memberikan balasan dan posisi yang terbaik.

12. Keluarga ibu Rina yang sudah sangat membantu dan bersedia

meluangkan waktu serta memberikan ilmunya pada saat di wawancara.

13. Seluruh teman-teman seperjuangan Perbandingan Agama angkatan 2010.

Dan semua teman-teman KKN Win Project, selamat berjuang teman.

Semoga kita sukses dalam meniti karir. Tak lupa Senior dan Junior

Perbandingan Agama, yang telah memberikan support dan dukungannya

kepada penulis

14. Semua saudara-saudara yang selalu mendoakan penulis dan seluruh

orang yang tercinta serta semua pihak yang sudah turut membantu dalam

penyelesaian skripsi ini.

Page 9: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

ix

Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada

semua pihak yang telah memberikan sumbangsih kepada penulis, dan semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, bagi mereka yang mengerti indahnya

perdamaian dalam perbedaan dan bagi kita semua masyarakat Indonesia pada

umumnya.

Akhir kata penulis mengucapkan mohon maaf apabila terdapat banyak

kesalahan dan kekurangan dalam penulisan dan penyajian skripsi ini.

Ciputat, 09 Desember 2014

Penulis,

Dewi Haneh Amisani

Page 10: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ................................................................. 9

D. Kegunaan Penelitian ............................................................ 9

E. Tinjauan Pustaka ................................................................. 10

F. Metode Penelitian ................................................................ 11

G. Sistematika Penulisan .......................................................... 14

BAB II AGAMA BAHA’I DI INDONESIA ........................................ 15

A. Sejarah Agama Bahai .......................................................... 15

B. Ajaran-ajaran dalam Agama Baha’i .................................... 25

C. Agama Baha’i di Indonesia ................................................. 30

BAB III KONSEP KEPEMIMPINAN BAHA’I ................................... 33

A. Konsep Kepemimpinan menurut Bahai............................... 33

B. Dasar Hukum Memilih Majelis Rohani .............................. 36

Page 11: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

xi

C. Tugas-tugas Majelis Rohani ................................................ 42

D. Bentuk Administrasi Baha’i ................................................ 45

BAB IV PERSEPSI UMAT BAHA’I TERHADAP KONSEP

KEPEMIMPINAN NEGARA DI INDONESIA .................... 56

A. Pengertian dan Konsep Kepemimpinan di Indonesia .......... 56

B. Memilih Pemimpin Negara di Indonesia ............................. 62

C. Persepsi Umat Baha’i terhadap Konsep Kepemimpinan

Negara di Indonesia ............................................................. 66

BAB V PENUTUP .................................................................................. 71

A. Kesimpulan .......................................................................... 71

B. Saran .................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 75

Page 12: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kajian agama–agama dunia sangat menarik untuk dibahas, khususnya bagi

mahasiswa Ushuluddin jurusan Perbandingan Agama. Pada dasarnya agama

merupakan sarana terbesar untuk menciptakan tata tertib di dunia dan kebahagiaan

yang sentosa bagi semua yang berada didalamnya. Setiap agama memiliki

prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban bagi pemeluknya, setiap pemeluk agama

diwajibkan untuk mentaati seluruh komponen yang ada didalam agama tersebut

untuk mendapatkan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Begitu pula dengan

agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban. Hal ini

merupakan pondasi dari setiap agama. Sebagai mahasiswa jurusan Perbandingan

Agama penulis mengkaji tentang agama-agama dunia khususnya ajaran-ajaran

dan hukum-hukumnya, karena setiap agama memiliki corak hukum yang berbeda-

beda. Perbedaan hukum dan ajarannya inilah merupakan suatu khazanah dalam

kehidupan umat beragama. Salah satu hukum yang menarik untuk dibahas

khususnya pada saat ini adalah tentang kepemimpinan negara, cara bagaimana

memilih pemimpin, salah satunya saat ini sedang berlangsung kampanye dari

masing-masing partai untuk mengusung calonnya agar terpilih menjadi pemimpin

negara yakni Presiden Indonesia pada pemilu 2014.

Berbicara bagaimana cara memilih pemimpin Negara, di Indonesia erat

kaitanya dengan politik. dikatakan dalam buku “Ilmu Pengantar Politik”

karangan Padmo dan Nazarudin, bahwa pemerintahan merupakan lembaga politik

Page 13: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

2

yang resmi, dimana ada asap disitu ada api, dimana ada pemerintahan disitu ada

politik, dan dimana ada politik disitu ada kekuasaan, yang distribusinya tidak

merata.1

Selayang pandang tentang negara, asal-usul negara selalu dikaitkan dengan

memperlihatkan adanya kelompok yang menjadi cikal bakal lahirnya masyarakat.

Setelah sejarah panjang perjalanan umat manusia, kelompok-kelompok

masyarakat yang semakin membesar dan membiak, tata aturan yang sedari awal

sudah disusun secara bersama oleh anggota komunitas dengan sanggat sederhana,

mulai mengalami gerak evolusi dengan tata nilai dan aturan yang kian kompleks.

Saat itu masyarakat mengalami fase perbesarannya dengan jejaring sistem

pemerintahan yang kian rumit dan menjadi latar bagi terbentuknya sebuah negara.

Pengertian Negara sendiri berdasarkan catatan sejarahnya yang paling

awal, yakni manusia dalam mempertahankan hidupnya selalu berkumpul bersama-

sama, diawali perkumpulan-perkumpulan yang akhirnya dapat membuka jalan

menuju suku-suku, desa-desa, kota-kota bertembok, perkebunan, kerajaan,

kekaisaran dan bagian-bagiannya, dan yang paling baru adalah Negara2. Setiap

Negara pasti mengusahakan pemerintahan yang baik bagi warga negaranya.

Pemerintahan disini bertindak sebagai pemimpin bagi warga negaranya, dan

politik merupakan alat di Indonesia dalam memilih pemimpin.

Sejak manusia pertama kali berpikir tentang politik,mereka terombang

ambing diantara dua interpretasi yang saling bertentangan secara diametrik. Bagi

1Padmo Wahjono dan Nazarudin Syamsudin, Pengantar Ilmu Politik (Jakarta: Pt Raja

Grafindo Persada, 2009), h. 2. 2Mansyur Semma, Negara dan Korupsi ,pemikiran Mochtar Lubis atas Negara, Manusia

Indonesia, dan berprilaku politik (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h.2.

Page 14: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

3

sebagian orang politik secara hakiki pergolakan pertempuran. Kekuasaan

memungkinkan kelompok-kelompok dan indivudu-individu yang memegangnya

untuk mempertahankan dominasinya terhadap masyarakat dan untuk

mengeksploitirnya; kelompok dan individu lain menentang dominasi dan

eksploitasinya dengan berusaha melawan dan membinasakannya. Tafsiran

menganggap politik sebagai suatu usaha untuk menegakkan ketertiban dan

keadilan. Kekuasaannya melindungi kemakmuran umum dan kepentingan umum

(common good) dari tekanan dan tuntutan kelompok-kelompok kepentingan yang

khusus. Bagi yang pertama politik bertugas untuk mempertahankan hak-hak

istimewa suatu minoritas terhadap mayoritas. Bagi yang kedua, adalah alat untuk

mengintegrasikan setiap orang dalam komunitas dan menciptakan “kota adil”

yang dibicarakan Aristoteles.

Hakekat politik memiliki arti yang sesungguhnya bahwa politik senantiasa

ambivalen. Dewa Janus yang bermuka dua adalah citra yang benar dari kekuasaan

dan mengunggkapkan kebenaran politik yang paling dalam. Pada saat yang

bersamaan politik merupakan alat dominasi sekelompok tertentu atas kelompok

lain, untuk keuntungan sendiri dan kerugian bagi yang lain. Pada saat yang sama,

dia juga alat menjamin ketertiban sosial tertentu, sejenis integrasi dari semua

orang di dalam komunitas demi kepentingan umum. Paham bahwa politik

mencakup baik konflik antara individu-individu dan kelompok untuk memperoleh

kekuasaan.3

3 Maurice Duverger, Sosiologi Politik (Jakarta: CV.Rajawali, 1988), h. 28-30.

Page 15: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

4

Sebuah sistem politik yang mengakui hak rakyat untuk berpartisipasi

dalam keputusan-keputusan politik, baik secara langsung ataupun tidak langsung

melalui wakil-wakil mereka yang terpilih, untuk mendistribusikan dan mengatur

kekuasaan politik dibawah pengawasan dari mayoritas adalah demokrasi.4

Dan konsep kepemimpinan di negara Indonesia dulu pada zaman orde

baru, semua kepala daerah dipilih oleh Presiden. Presiden dipilih MPR. Dan

MPR-DPR dipilih berdasarkan suara terbanyak yang diperoleh melalui partai

politik, dan partai politik dipilih oleh rakyat. Kemudian runtuhnya zaman orde

baru digantikan dengan zaman reformasi, dimana Indonesia telah menganut

sistem demokrasi. Demokrasi yang dimaksud bahwa rakyat Indonesia berhak

memilih langsung siapa yang akan menjadi pemimpinnya, baik dari kepala

daerah, ketingkat DPR-MPR bahkan Presiden, rakyat Indonesia diberikan hak

suaranya untuk memilih langsung. Dengan demikian hak-hak suara untuk

menentukan pemimpin sepenuhnya diberikan kepada rakyat.

Dalam kepemimpinan negara, pemilihan presiden yang dipilih oleh rakyat,

itu mencerminkan sistem demokrasi. Untuk menjadi pemimpin di Indonesia,

selain kemampuan sebagai seorang pemimpin, ada dua kriteria lagi yang harus

terpenuhi. Pertama pemimpin negara dipilih berdasarkan moral agama. Artinya

tidak bisa seorang pemimpin negara yang atheis atau tidak mengakui adanya salah

satu agama dan Tuhan. Kedua, pemimpin negara yang memiliki kriteria

berdasarkan moral lokal bangsa Indonesia. Artinya seorang pemimpin itu harus

paham atas budaya bangsa Indonesia yang majemuk, dan memiliki rasa akan cinta

4Ahmed Vaezi, Agama Politik, Nalar Politik Islam (Jakarta: Citra, 2006), h. 60.

Page 16: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

5

tanah air.5 Akan tetapi seorang calon pemimpin negara tidak bisa mencalonkan

dirinya untuk menjadi Presiden tanpa mengusungkan diri dari partai politik.

Pemimpin negara di Indonesia harus diusung dari partai politik. Tidak bisa

seseorang mencalonkan dirinya menjadi pemimpin secara independen.

Sedangkan dalam pandangan Agama Baha‟i, agama Baha‟i memiliki cara

pandang sendiri dalam kepemimpinan. Menurut umat Baha‟i, agama Baha‟i

memiliki administrasi negara yang menurutnya unik di banding dengan konsep-

konsep yang sudah ada, karena langsung bersumber dari Sang Perwujudan Tuhan

yakni Baha‟ullah yang telah merancang suatu rancangan sistem administrasi yang

mengagumkan. Rancangan ini disebut tata tertib dunia Baha‟ullah, dan

administrasi Baha‟i adalah sebagai tata tertib itu. Perlu diketahui dalam

administrasi Baha‟i tidak ada kepemimpinan perseorangan. Semua aturan dan

kebijakan-kebijakan masalah bangsa dipecahkan oleh Balai Keadilan sedunia.

Setiap negara diwakili oleh Majelis Rohani Nasional, dibawah Majelis Rohani

Nasional terdapat Majelis Rohani Setempat, dan setiap perwakilannya itu

berjumlah sembilan. Pada sistem pemilihannya mulai dari lembaga terendah yakni

Majelis Rohani Setempat dipilih oleh masyarakat setempatnya yang sudah berusia

21 tahun, Majelis Rohani Nasional dipilih oleh utusan-utusan yang dikirim ke

Konvensi Nasional untuk memilih siapa saja yang pantas menggemban tugas

sebagai anggota Majelis Rohani Nasional. dan Balai Keadilan Sedunia dipilih

oleh anggota-anggota Majelis Rohani Nasional untuk mengurusi masyarakat

Baha‟i antar negara. Setiap wakil-wakil yang berada di Majelis-majelis Rohani

5Tambahan dari Dosen Pak Media Zainul Bahri.

Page 17: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

6

dan Balai Keadilan Sedunia tidak bisa mencalonkan ataupun dicalonkan untuk

menjadi wakil-wakil atau bagian dari kesemuanya. Ini merupakan sedikit

gambaran dari Administrasi menurut Baha‟i.

Administrasi Baha‟i adalah rencana Tuhan untuk zaman ini yang

ditetapkan melalui perwujudan-Nya, yaitu Baha‟ullah, dan administrasi ini

diciptakan untuk membawa ketertiban dan kedamaian di antara berbagai bangsa di

dunia. Oleh sebab itu agama Baha‟i memberikan aturan atau hukum bagi para

pemeluknya agar umat Baha‟i tidak ikut terlibat dalam partai politik yang

merupakan suatu sarana menjadi pemimpin di Indonesia. Dari sebab ini, penulis

ingin mengangkat judul bagaimana persepsi umat Baha‟i terhadap konsep

kepemimpinan Negara di Indonesia.

Sekilas pandang tentang Agama Baha‟i. Agama Baha‟i merupakan agama

yang ada dihampir 200 negara. Dalam buku Taman Baru, dikatakan bahwa semua

manusia adalah ciptaan Tuhan yang Maha Esa, jika kita percaya pada bapak

surgawi yang satu maka kita harus saling mengnganggap satu sama lain sebagai

saudara, anggota dari satu keluarga yakni keluarga manusia6. Umat manusia

diumpamakan sebagai suatu kebun yang luas, yang didalamnya tumbuh

berdampingan bunga-bunga yang beraneka warna, bentuk dan wanginya.

Keindahan dan daya tarik dari kebun itu terletak pada keaneka ragaman tersebut.

Agama Baha‟i merupakan salah satu agama dengan jumlah penganut tidak

sebanyak agama-agama besar akan tetapi kehadiran agama Baha‟i sesungguhnya

6Hushmand fathea‟ zam, Taman Baru (t.t : Majelis Rohani Bahai Indonesia, 2009), h. 58.

Page 18: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

7

diakui sebagai masyarakat agama. Agama Baha‟i ini tetap eksis dan berkembang

serta menjadi fenomena keagamaan yang menarik di penjuru dunia.7

Agama Baha‟i adalah agama yang independen dan bersifat universal,

bukan sekte dari agama lain. Agama Baha‟i dimulai di Iran pada abad 19. Dimulai

saat pengumuman Sang Bab tahun 1844. Pada abad kedua puluh satu, jumlah

penganut Baha‟i sekitar enam juta orang yang berdiam dilebih dari seratus

sembilan puluh negeri di seluruh dunia. Dalam ajaran Agama Baha‟i, sejarah

keagamaan dipandang sebagai suatu proses pendidikan bagi umat manusia melalui

para utusan Tuhan, yang disebut “Perwujudan Tuhan”.8 Baha‟ullah merupakan

Perwujudan Tuhan untuk zaman ini. Ia mengaku sebagai pendidik Ilahi yang telah

di janjikan bagi semua umat dan yang di nubuatkan dalam agama-agama

sebelumnya. Ia menyatakan bahwa misinya adalah untuk meletakkan pondasi bagi

persatuan seluruh dunia.

Baha‟u‟llah artinya kemuliaan Tuhan, pembawa wahyu agama Baha‟i

serta utusan tuhan yang dipercaya sebagai “Dia yang dijanjikan segala zaman”.

Lahir di Persia pada tahun 1817 dan wafat di Palestina pada 29 Mei 1892. Ajaran-

ajaran Baha‟ulah selaras dengan ajaran-ajaran semua agama yang ada

sebelumnya, namun ajaran-ajaran Baha‟ullah ditunjukkan untuk kondisi umat

manusia saat ini. Seperti kita tahu, dalam tradisi-tradisi dari semua kaum ada janji

tentang masa depan ketika perdamaian dan keselarasan akan didirikan dimuka

bumi dan umat manusia akan hidup dalam kemakmuran. Umat Baha‟i percaya

7Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-agama Minor (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013),

h. 1. 8Seorang Utusan Tuhan sebagai pendidik Ilahi.

Page 19: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

8

bahwa saat yang dijanjikan itu sudah tiba, dan Baha‟u‟llah adalah sosok luhur

yang ajaran-ajarannya akan memungkinkan umat manusia membangun dunia

baru.

Salah satu ajaran Baha‟ullah terkait dengan kasus terhangat saat ini adalah

pemilihan pemimpin, yakni presiden yang mana calon-calonnya berasal dari

partai-partai politik yang berbeda. Ini merupakan hal yang menarik untuk di

angkat menjadi judul skripsi. Karena kepemimpinan negara di Indonesia, sistem

pemilihannya melalui proses partai politik, sedangkan dalam agama Baha‟i

adanya suatu larangan bagi umat Baha‟i untuk terlibat dalam partai politik.

Kemudian timbullah ketertarikan penulis untuk mengungkapkan apa persepsi

umat Baha‟i terhadap konsep kepemimpinan negara di Indonesia dengan adanya

larangan umat Baha‟i untuk terlibat dalam partai politik dan bagaiman umat

Baha‟i yang berdiam di Indonesia menyikapi hal tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan lebih

mengemukakan apa persepsi umat Baha‟i terkait konsep kepemimpinan Negara di

Indonesia, mengapa agama Baha‟i melarang umatnya untuk terlibat dalam partai

politik. Sehingga penulis mengangkat tema dengan judul “Konsep Kepemimpinan

dalam Agama Baha‟i dan Persepsinya terhadap Pola Kepemimpinan Negara di

Indonesia”.

B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH

Agama Baha‟i memiliki ajaran dan hukum yang tidak semua sama dengan

ajaran-ajaran agama yang lain. Ajaran dan hukum-hukum dalam suatu agama

pada dasarnya untuk mengajarkan kebaikan kepada umatnya. Agama Baha‟i

Page 20: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

9

melarang umatnya untuk ikut terlibat dalam partai politik. Disinilah penulis ingin

memaparkan melalui tulisan ini dan sekaligus ingin memberikan batasan yaitu

pada masalah persepsi umat bahai terhadap konsep kepemimpinan negara di

Indonesia adalah suatu yang menarik bagi penulis untuk membahasnya.

Untuk menghindari kesalah fahaman serta mencapai presepsi yang benar

dalam masalah yang hendak ditulis dan agar tidak melebar pembahasannya maka

penulis membatasi Dari latar belakang masalah yang sudah di paparkan di atas

maka penulis mengangkat pokok – pokok permasalahan dalam skripsi ini dalam

bentuk pertanyaan:

1. Bagaimana konsep kepemimpinan agama Baha‟i?

2. Bagaimana pandangan umat Baha‟i terkait kepemimpinan negara di

Indonesia?

C. TUJUAN PENELITIAN

Dari uraian latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan

penulis melakukan penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui konsep kepemimpinan dalam agama Baha‟i.

2. Untuk mengetahui pandangan umat Baha‟i terkait kepemimpinan

negara di Indonesia.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah:

Page 21: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

10

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu

Perbandingan Agama dan juga dapat memberikan penjelasan tentang perspektif

agama Baha‟i tentang kepemimpinan terkait partai politik.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat di jadikan rujukan bagi mahasiswa

Fakultas Ushuluddin khususnya dan mahasiswa UIN pada umumnya sebagai

wacana pengembangan, wacana keilmuan, dan terlebih lagi sebagai acuan dan

bahan pertimbangan.dan juga penelitian ini di harapkan dapat memberikan

kontribusi berupa bahan bacaan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dan di harapkan dapat Menambah khasanah keilmuan di Fakultas Ushuluddin.

Serta memberikan kontribusi pemikiran bagi seluruh masyarakat.

E. TINJAUAN PUSTAKA

Untuk mendapatkan pengakuan dan validitas yang utuh, maka penulis

melakukan kajian kepustakaan supaya penelitian yang dilakukan mendapatkan

posisi yang lebih jelas dan juga agar tidak terjadi bentuk pengulangan pembuatan

skiripsi maka di sini penulis akan memberikan tinjauan pustaka.

Dari hasil penelusuran penulis menemukan hasil penelitian yang terkait

dengan tema yang akan di teliti yaitu sebagai berikut :

Skripsi UIN Jakarta, karangan Yudha Bhakti. Berjudul “Ritual Dalam

Agama Baha‟i” tahun 2012. Dalam skripsi tersebut Yudha menjelaskan konsep

ajaran agama Bahai tentang doa, sembahyang dan puasa. Ia menyinggung tentang

Balai Keadilan Sedunia yang merupakan rencana global mengembangkan pusat

Page 22: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

11

Baha‟i Sedunia. Sedangkan fokus penulis terhadap model kepemimpinan umat

Baha‟i yakni Administrasi Baha‟i yang salah satu lembaga tertingginya adalah

Balai Keadilan Sedunia. Sehingga jauh berbeda dengan penulisan skripsi

karangan Yudha Bhakti.

Dan penulis memasukkan satu tinjauan pustaka lagi, yaitu Skripsi UIN

Jakarta, karangan Aisiah berjudul “ Kedudukan Perempuan Dalam Agama

Baha‟i” tahun 2013. Dalam skripsi tersebut Aisiah membahas sedikit tentang

Majelis Rohani Setempat, dan kemudian penulis menjelaskan bahwa ada

tingkatan yang lebih tinggi dari Majelis Rohani Setempat. Yakni Majelis Rohani

Nasional dan Balai Keadilan Sedunia. Yang itu semua merupakan tingkatan-

tingkatan model kepemimpinan dalam Agama Baha‟i.

F. METODE PENELITIAN

Pemilihan metode yang tepat dalam sebuah karya ilmiah sangat membantu

untuk mencapai hasil yang optimal, oleh karena itu penulis juga menggunakan

beberapa metode yaitu:

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini

adalah metode penelitian Deskriptif Analitis. Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti

apa adanya.9 Kemudin dilanjutkan dengan metode analitis kritis yang artinya

memberikan uraian-uraian kritis dan sistematis terhadap pokok-pokok

pembahasan dan permasalahan tanpa adanya upaya memberikan penilaian tertentu

9Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA - LAN Press, 1999),

h.60.

Page 23: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

12

terhadap pembahasan skripsi ini. Hal ini bertujuan demi menghasilkan alur yang

jelas dan sistematis.

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mempermudah penelitian selain mengumpulkan data dari sumber

kepustakaan, Penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data,

diantaranya yaitu:

a. Penelitian Lapangan (field research) guna mengumpulkan data

sebagai pelengkap dan pembanding.

b. Wawancara (interview), yakni penulis mengumpulkan data dengan

cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada

pemeluk agama tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan skripsi

ini. Sifat wawancara yang digunakan adalah wawancara tak terstruktur

Wawancara ini adalah wawancara bersifat bebas dimana peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara

sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman

wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tak berstruktur yang

disebut juga wawancara terbuka, digunakan dalam penelitian

pendahuluan atau untuk penelitian yang lebih mendalam tentang

subjek yang diteliti. Peneliti berusaha mendapatkan informasi awal

tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada objek, sehingga

peneliti dapat menemukan secara pasti permasalahan apa yang harus

diteliti. Dalam wawancara tak berstruktur, peneliti belum mengetahui

Page 24: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

13

secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih

banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh narasumber.

Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari narasumber, maka

peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih

terarah pada suatu tujuan.10

3. Sumber Data

a. Data Primer

Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah wawancara

langsung kepenganut agama Baha‟i dan menggunakan buku-buku

terbitan Majelis Rohani Indonesia yang merupakan buku resmi

Agama Baha‟i.

b. Data Sekunder

Adalah sumber yang di peroleh dari buku-buku dan literatur

kepustakaan atau sejenisnya, artikel-artikel di surat kabar dan internet

yang relevan dengan kebutuhan penelitian ini.

4. Jenis Data

Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

Kualitatif. Penelitian ini bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, motivasi, tindakan, dll. secara

holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

10

http://www.slideshare.net/ocwunj_fip/penelitian-kualitatif diakses rabu 20 Agustus

2014.

Page 25: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

14

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah.11

Berkaitan denga teknik penulisan, Penulis merujuk pada buku yang

dijadikan pedoman di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu judul “Pedoman

Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta; CeQDA

UIN, 2007).”

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mendapatkan gambaran dan mempermudah telaah skripsi ini,

penulis membagi skripsi ini kedalam lima bab.

Bab I: merupakan bab pendahuluan yang berisi antara lain, latar belakang

masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II: pada bab ini penulis akan memuat pembahasan tentang sejarah

agama Baha‟I, ajaran agama Baha‟i dan agama Baha‟i di Indonesia.

Bab III: pada bab ini penulis akan memuat pembahasan tentang konsep

kepemimpinan menurut Baha‟i, Syarat memilih Majelis Rohani dan Bentuk

Administrasi Baha‟i.

Bab IV: pada bab ini penulis akan memuat pembahasan tentang pengertian

dan konsep kepemimpinan di Indonesia, memilih pemimpin di Indonesia dan

persepsi umat Baha‟i terhadap kepemimpinan negara di Indonesia.

Bab V: merupakan bab penutup yang isinya memuat kesimpulan, daftar

pustaka dan lampiran-lampiran.

11

Lexy J. Moleong, Metode Penelitia Kualitatif (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2012),

h.6.

Page 26: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

15

BAB II

AGAMA BAHA’I DI INDONESIA

A. Sejarah Agama Baha’i

Agama Baha‟i merupakan salah satu agama dengan jumlah penganut tidak

sebanyak agama-agama besar, akan tetapi kehadiran agama Baha‟i sesungguhnya

diakui sebagai masyarakat agama.12

Agama Baha‟i ini tetap eksis dan berkembang

serta menjadi fenomena keagamaan yang menarik di penjuru dunia. Umat Baha‟i

bertempat tinggal di 191 negara dan 46 wilayah teritorial13

dan mereka semua

berasal dari berbagai kepercayaan yang berlainan bahkan bertentangan. Mereka

dahulunya ada yang beragama Budha, Yahudi, Islam, Zoroaster, Hindu, Protestan,

Katolik dan tidak jarang dari mereka yang sebelumnya tidak menganut agama

sama sekali. Mereka semua menemukan sesuatu dalam ajarah Baha‟i yaitu apa

yang dapat mempersatukan mereka dan menjadikan mereka saudara-saudara yang

saling mencintai.14

Agama Baha‟i adalah agama yang independen dan bersifat universal,

bukan sekte dari agam lain. Pada tanggal 23 Mei 1844 menandai suatu era baru

dalam sejarah manusia. Seorang pembawa wahyu yang dijanjikan Tuhan telah

hadir untuk menjadikan perdamaiaan dan keselarasan yang akan didirikan di

bumi. Fajar hari yang baru itu menyaksikan munculnya tidak hanya satu, tapi dua

12

Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-agama Minor (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013),

h. 1. 13

Agama Baha’i (T.Tp: Majelis Rohani Nasional Bahai Indonesia, 2013), h. 32. 14

Abdusabur Marzuk, Apakah Sekte Baha’I itu ( Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1978), h. 54.

Page 27: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

16

Perwujudan Tuhan,15

yaitu Sang Bab dan Baha‟u‟llah.16

Agama Baha‟i dimulai di

Iran pada abad 19. Dalam ajaran Agama Baha‟i, sejarah keagamaan dipandang

sebagai suatu proses pendidikan bagi umat manusia melalui para utusan Tuhan,

yang disebut “Perwujudan Tuhan”. Baha‟ullah merupakan Perwujudan Tuhan

untuk zaman ini. Ia mengaku sebagai pendidik Ilahi yang telah di janjikan bagi

semua umat dan yang di nubuatkan dalam Agama-agama sebelumnya. Baha‟i

adalah agama yang terorganisir yang menyatakan bahwa misi atau tujuan

utamanya adalah untuk meletakkan pondasi bagi persatuan seluruh umat manusia.

Pada kurun zaman Sang Bab dari tahun 1844 hanya berlangsung selama

Sembilan tahun. Tujuan utamanya adalah mempersiapkan jalan bagi kedatangan

Sang Suci Baha‟u‟llah pembawa Wahyu Tuhan yang dijanjikan itu. Walaupun

singkat, namun kurun zaman Sang Bab mempunyai kehebatan rohani yang begitu

besar sehingga pengaruhnya dapat dirasakan selama beratus-ratus generasi

mendatang.17

1. Sang Bab

Sang Bab yang bernama Sayyid „Ali Muhammad, dilahirkan pada tanggal

20 Oktober 1819 di Shiraz, sebuah kota dibagian selatan negeri Iran atau Persia. Ia

lebih dikenal dengan gelarnya Sang Bab, kata Bab berarti “Pintu Gerbang”. Pintu

atau gerbang suatu kerajaan baru, yakni kerajaan Tuhan di bumi. Kebanyakan

15

Kata “mewujudkan” artinya memunculkan, menyingkapkan sesuatu yang sebelumnya

tidak diketahui. Para Perwujudan Tuhan adalah orang-orang khusus yang menyampaikan firman

dan kehendak Tuhan kepada manusia. 16

Ibi, Perwujudan Kembar (T.Tp: Majelis Rohani Nasional Baha‟i Indonesia, t.t), h. 2. 17

Perwujudan Kembar, h. 23.

Page 28: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

17

orang di Iran adalah penganut Islam sekte Syi‟ah yang menunggu kedatangan

seorang yang dijanjikan Tuhan yang bernama Qa‟im. Kata Qa‟im artinya bangkit.

Sang Bab berasal dari keluarga terkemuka dan mulia yang merupakan

keturunan Nabi Muhammad. Ayah-Nya18

meninggal ketika Sang Bab Masih

kecil, dan Ia dibesarkan oleh paman-Nya (dari pihak ibu) yang memasukkan-Nya

ke sekolah pada saat ia masih muda. Ia dikirim kepada seorang guru yang

mengajarkan Al-Qur‟an dan pelajaran-pelajaran dasar. Meskipun Sang Bab telah

dianugrahi dengan pengetahuan bawaan dan tidak perlu diajari oleh manusia,

namun Ia mengikuti keinginan paman-Nya. Tetapi dari masa kanak-kanan Sang

Bab berbeda dari anak-anak yang lain sehinnga guru-Nya segera mengetahui

kemampuan Sang Bab dan menyadari bahwa dia tidak mampu mengajari anak

yang luar biasa itu.

Sang Bab masih sangat muda ketika Ia mengumumkan diri kepada orang-

orang mengenai Misi yang telah Tuhan Berikan kepada-Nya. Ia berumur dua

puluh lima tahun pada waktu itu. Selama masa muda-Nya, Sang Bab

menunjukkan tanda-tanda kekuasaan dan keagungan yang tidak tertandingi oleh

siapapun. Sudah tampak pula sifa-sifat yang luar biasa yang menjadi ciri-ciri misi-

Nya yang singkat dan tragis itu. Sewaktu Sang Bab mengumumkan hakikat-Nya

sebagai seorang Perwujudan Tuhan, baik paman maupun guru-Nya percaya

kepada-Nya karena mereka telah mengenal-Nya sejak Ia masih kecil , dan melihat

18

Nya di tulis dengan huruf kapital sebagai penghormatan umat Bahai.

Page 29: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

18

perbedaan diantara Dia dan anak-anak lainnya. Paman-Nya bahkan meninggal

sebagai Syuhada.19

Sebelum Sang Bab mengumumkan Misi-Nya, beberapa orang diseluruh

dunia mengetahui dalam lubuk hati mereka bahwa yang dijanjikan akan segera

datang. Salah satu orang yang sholeh itu adalah Khazim Rasyti, pemimpim

mazhab Syaikhiyah yang tinggal di kota suci Syi‟ah Karbila Irak. Sayyid Khazim

mempunyai banyak murid, dan dia mengabdikan hidupnya untuk mempersiapkan

mereka akan kedatangan Sang Qa‟im yang telah lama di tunggu.

Setelah Sayyid Khazim wafat, pada tahun 1844 seorang murid Sayyid

Khazim bernama Mulla Husayn pergi kesebuah masjid untuk berdoa dan

bermeditasi selama 40 hari. Sebagaimana yang telah diamanatkan oleh gurunya

yang bernama Sayyid Khazim, agar Mulla Husayn mencari Qa‟im. Ia setelah

menyelesaikan masa empat puluh harinya itu, kemudian ia meninggalkan Irak

dengan ditemani oleh dua orang dan mulai mencari Dia yang Dijanjikan. Mula-

mula dia pergi ke Bushihr, dan dengan adanya suatu yang kuat dia segera ke arah

utara, berangkat ke Shiraz.20

Pada akhirnya ia bertemu dengan Bab, yang menyatakan bahwa dirinya

adalah Qa‟im yang dijanjikan. Sang Bab menunjukan kepada Mulla Husayn,

dengan bukti-bukti yang jelas dan tepat, bahwa beliaulah Qa‟im yang dijanjikan.

Ia menulis dengan cepat bagian pertama dari tafsir Al-Qur‟an surat Yusuf,

kemudian Ia menyampaikan kata-kata berikut kepada Mulla Husayn:

19

Hushmand fathea‟ zam, Taman Baru (T.Tp : Majelis Rohani Nasional Bahai Indonesia,

2009), h. 29. 20

Perwujudan Kembar, h. 25.

Page 30: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

19

“Wahai engkau yang pertama beriman kepada-Ku! Sesungguhnya aku

katakan, Akulah Bab, pintu Tuhan dan engkaulah Babul-Bab pintu dari

pintu itu.”

Sang Bab mengajarkan bahwa banyak tanda dan peristiwa yang ada dalam

kitab-kitab suci harus dimengerti dalam arti kias, bukan arti harfiah. Pengumuman

Sang Bab ini terjadi pada malam tanggal 23 Mei 1844, pada saat itu Beliau

berusia 25 tahun. Kata “Bab” berarti pintu atau gerbang. Sang Bab

mengumumkan bahwa seorang utusan Tuhan yang lain akan segera muncul, yang

akan menyatukan semua orang di dunia dalam satu keluarga.

Jumlah pengikut Sang Bab berkembang dengan cepat, Sang Bab

mendapatkan banyak penganut tetapi juga mendapatkan tantangan keras

pemerintah dan pemimpin agama. Sang Bab dipenjarakan dibenteng Mahku

dipegunungan Azerbijan, yang penduduknya bersuku Kurdi, tetapi menyambutnya

dengan ramah. Kemudian Sang Bab dipenjarakan lagi di benteng Chihriq tetapi

itu juga tidak berhasil mengurangi pengaruhnya.21

Pada tahun 1850 Sang Bab

dimatisyahidkan yang pada saat itu Sang Bab baru berusia 31 tahun. Sang Bab

mengorbankan hidupnya agar orang-orang didunia mengerti tujuan hidup mereka

dan menghadap kerajaan Tuhan yang kekal. Sang Bab mengorbankan hidup-Nya

untuk menyiapkan kedatangan Baha‟ullah.22

2. Baha’u’llah

Baha‟u‟llah merupakan seorang yang bernama Mirza Husyn Ali,

dilahirkan pada tanggal 12 November 1817 di Teheran, ibukota Persia. Ayahnya,

21

Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-agama Minor (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013),

h. 117. 22

Baha’u’llah artinya kemuliaan Tuhan, pembawa wahyu agama Baha‟i serta utusan

tuhan yang dipercaya sebagai “Ia yang dijanjikan segala zaman”. Lahir di Persia pada tahun 1817

dan wafat di Palestina pada 29 Mei 1892.

Page 31: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

20

Mirza Buzurg, adalah seorang bangsawan terkemuka yang memiliki kedudukan

tinggi di istana Raja Persia. Sejak kecil, Baha‟u‟llah telah menunjukkan tanda-

tanda kebesaran dan memperlihatkan pengetahuan serta kebijaksanaan yang

sangat luar biasa. Dia tidak belajar di sekolah umum dan hanya menerima sedikit

pelajaran dirumah. Dengan semakin tumbuh dan dewasanya Baha‟u‟llah, tanda-

tanda kebesarannya pun semakin nyata, karena Ia di anugrahi Tuhan dengan

pengetahuan bawaan.

Ketika mencapai usia remaja, Ia termasyhur karena kecerdasan-Nya yang

tinggi, akhlak-Nya yang unggul, serta kasih sayang dan kedermawanan-Nya. Ia

mampu memecahkan masalah-masalah yang pelik dan menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang rumit dan besar. Tetapi walaupun memiliki kemampuan yang

luar biasa, ia tidak pernah mengejar kedudukan dan pangkat. Ketika ayah-Nya

meninggal, Baha‟u‟llah diminta mengikuti jejeak ayahnya dan menggantikan

kedudukannya di istana Raja, namun dia menolak. Dia tidak tertarik pada gelar

dan pangkat didunia ini. Keinginannya adalah membela kaum miskin dan

melindungi orang-orang yang tidak mampu. Pada usia delapan belas tahun,

Baha‟u‟llah menikahi Asiyih Khanum dan rumah mereka menjadi tempat

berteduh bagi semua orang.

Pada saat Baha‟u‟llah berusia dua puluh lima tahun, Ia menerima surat dari

Sang Bab yang berisi beberapa tulisan suci, yang dikirimkan oleh pengikut Sang

Bab bernama Mulla Husayn, merupakan amanat Sang Bab yang diterima pada

saat mengumumkan Misi-Nya di Shiraz. Hanya berjarak tiga bulan setelah

Page 32: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

21

peristiwa bersejarah itu. Baha‟u‟llah langsung naik saksi akan kebenaran wahyu

Sang Bab dan bangkit memajukan ajaran-Nya.

Sang Bab merujuk kepada Baha‟u‟llah sebagai “Dia yang akan Tuhan

wujudkan”. Tulisan sang Bab dalam kitab paling suci-Nya, Al-Bayan, berisi

rujukan pujian yang tak terhitung banyaknya terhadap Ia yang akan Tuhan

wujudkan. Berikut ini kutipan dari tulisan sang Bab berupa pandangan sekilas

tentang kedudukan Baha‟u‟llah:

“Dan ketahuilah dengan pasti bahwa Surga artinya mengenal dan tunduk

kepada Dia yang akan Tuhan wujudkan, dan api neraka artinya berada

bersama jiwa-jiwa yang tidak mau tunduk pada-Nya atau berserah dari

rida-Nya.”

“Katakanlah, sesungguhnya rida Dia yang akan Tuhan wujudkan adalah

rida Tuhan, sedangkan ketidaksenangan Dia yang akan Tuhan wujudkan

tak lain adalah ketidaksenangan Tuhan.”

Para pejabat pemerintah, tidak ingin mengakui kebenaran yang

diumumkan oleh sang Bab, mereka mulai menganiaya orang-orang yang beriman

kepada-Nya, dengan demikian dimulailah berbagai penderitaan Baha‟u‟llah. Pada

tahun 1852, Ia ditangkap dan dirantai di salah satu penjara yang paling

mengerikan di Teheran. Dalam penjara itu, Tuhan mewahyukan kepada

Baha‟u‟llah bahwa Dialah orang yang dijanjikan oleh sang Bab dan semua nabi

pada masa lampau.

Setelah dipenjara selama empat bulan, Baha‟u‟llah diasingkan dalam

waktu kurang lebih 40 tahun dari tanah air-Nya dari Teheran ke Persia, Baghdad,

Konstatinopel/ Adrianopel kemudian diasingkan lagi dengan membuang-Nya

lebih jauh lagi yaitu ke Akka. Akka adalah penjara tempat para penjahat dan

penghasut negeri dibuang. Di Akka Baha‟u‟llah menulis berjilid-jilid bimbingan

Page 33: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

22

bagi umat manusia, termasuk kitab Al-Aqdas,23

kitab tersuci-Nya. Selama tahun-

tahun terakhir masa hidupnya, Baha‟u‟llah tinggal dirumah Bahji yang terletak

diluar tembok kota.

Pada bulan Mei 1892 Baha‟u‟llah wafat. Tempat persemayaman-Nya,

yang sekarang dikelilingi oleh taman yang indah, merupakan tempat tersuci

dibumi. Akka dan Haifa yang terletak didekatnya, merupakan pusat administratif

dan rohani bagi masyarakat Baha‟i yang berjuang menegakkan tatanan dunia

Baha‟u‟llah dan kesejahteraan umat manusia.24

3. Abdul Baha’

Abdul-Baha25

adalah putra sulung Baha‟u‟llah dan Asiyih Khanun,

dilahirkan pada tanggal 23 Mei 1844 di Teheren, tepat ketika sang Bab

mengumumkan Misi-Nya. Ketika Baha‟u‟llah wafat, Ia menyerahkan pelaksanaan

rencana Ilahi-Nya ke tangan putranya. Ia mengangkat Abdul-Baha‟ sebagai pusat

perjanjiannya dan sebagai juru tafsir sabda-sabda-Nya serta meminta kepada para

pengikutnya agar mendapat bimbingan dari Abdul-Baha‟.

Nama Abdul-Baha‟ memiliki arti hamba Baha‟. Abdul-baha‟berusia

delapan tahun ketika Baha‟ulla dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah yang

mengerikan. Sejak masa kanak-kanan Ia dengan sukarela ikut serta dalam

penderitaan-penderitaan ayah-Nya yang Ia cintai. Ia menyertai Baha‟u‟llah dalam

23

Kitab Al-Aqdas, merupakan buku utama Agama Baha‟i yang ditulis oleh pendiri agama

Baha‟i, Baha‟u‟llah. Ini memiliki status yang sama seperti Al-Qur‟an bagi umat Islam, Al-Kitab

bagi umat Kristen. Kitab ini ditulis dalam bahasa Arab al-Kitabu l-Aqdas, tetapi sering disebut

dengan judul Persia, Kitab Aqdas. 24

Perwujudan Kembar, h. 182. 25

Abdul Baha artinya hamba Baha. Ia lahir pada tanggal 23 Mei 1844 dan wafat pada

November 1921. Abdul Baha merupakan putra sulung Bha‟u‟llah.

Page 34: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

23

perjalanannya yang sulit dari Teheran ke Baghdad dan melewatkan empat puluh

tahun dari hidupNya sebagi tawanan dan orang buangan. Akhirnya sewaktu

Abdul-Baha dibebaskan, usianya sudah lanjut.

Setelah wafatnya Baha‟u‟llah agama Baha‟i mengalami perkembangan

yang diteruskan oleh anaknya, yaitu Abdul Baha hingga menyebar kebelahan

dunia yang lain. Dalam wasiatnya Baha‟u‟llah menunjuk Abdul Baha sebagai

pusat perjanjian dan juru tafsir agama Baha‟i, hal itu untuk menjamin agar agama

Baha‟i tidak mengalami perpecahan. Baha‟u‟llah sendirilah yang mendidik Abdul

Baha agar memiliki semua sifat seorang Baha‟i yang sejati. Ia merupakan anugrah

paling berharga yang diberikan kepada umat manusia. Teladan yang sempurna

dari semua ajaran Baha‟i. Dari kehidupan-Nyalah kita belajar sifat-sifat rohani

seperti cinta, kasih sayang, kesabaran, kedermawanan dan lain-lain.26

Setelah ayahnya wafat tanggung jawab untuk membimbing masyarakat

Baha‟i jatuh dipundaknya. Dia menulis ribuan loh kepada individu dan kelompok

untuk menjelaskan ajaran-ajaran ayah-Nya. Semua tulisannya merupakan bagian

yang sangat penting dari tulisan-tulisan agama Baha‟i. Dengan berpusat pada

Abdul Baha sebagai pusat perjanjian Baha‟u‟llah, orang-orang Baha‟i diseluruh

dunia tetap bersatu dalam usaha mereka untuk hidup secara Baha‟i dan untuk

menciptakan peradaban baru.

Abdul Baha memulai perjalanannya selepas dari pengasingan dan

pemenjaraan yang panjang. Ia melakukan perjalanan keberbagai negara,

diantaranya Mesir, Inggris, Skotlandia, Perancis, Amerika Serikat, Jerman,

26

Agama Baha’i, Majelis Rohani Nasional Baha‟i Indonesia, 2008.

Page 35: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

24

Austria dan Hungaria guna mengumumkan prinsip-prinsip ajaran agama Baha‟i.

Abdul Baha hidup selama 77 tahun dan meninggal pada tanggal 28 November

1921 di Haifa dan dikuburkan disalah satu ruang dari makan sang Bab. Dalam

wasiatnya Abdul Baha menunjuk cucu tertuanya Shoghi Effendi Rabbani sebagai

Wali Agama Baha‟i dan setelah Abdul Baha wafat, Shoghi Effendi menjadi

penafsir yang sah dari ajaran-ajaran Baha‟i.

4. Shoghi Effendi

Shoghi effendi dilahirkan pada tanggal 1 Maret 1897. Ibunya adalah putri

Abdul Baha dan ayahnya adalah keluarga dekat dengan sang Bab. Abdul baha

telah menamakan Shoghi effendi “mutiara yang paling mengagumkan yang unik

dan tak ternilai, yang berkilau dari lautan kembar yang bergelombang dan dahan

suci yang telah bercabang dari pohon-pohon suci kembar. Karena dalam dirinya,

keluarga sang Bab dan Baha‟u‟llah menjadi satu.

Selama masa hidupnya, Shoghi effendi menterjemahkan banyak tulisan

suci Baha‟i, melaksanakan berbagai rencana global untuk pengembangan

masyarakat Baha‟i, mengembangkan pusat Baha‟i sedunia, melakukan surat-

menyurat dengan banyak masyarakat dan individu Bahai diseluruh dunia dan

membangun struktur administrasi Baha‟i yang mempersiapkan jalan untuk

didirikannya Balai Keadilan Sedunia. Menurut rencana ini, semua teman Baha‟i

didunia harus bekerja sama dengan erat ketika membawa amanat Baha‟u‟llah dan

daerah-daerah lainnya di dunia dimana agama Baha‟i belum didirikan. Sang wali

sendiri mengawasi kemajuan rencana ini pada tahap-tahap pertamanya, dan

Page 36: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

25

sebelum ia meninggal lebih dari 4200 pusat Baha‟i telah didirikan didunia, dan

literatur Baha‟i telah diterjemahkan kedalam lebih dari 200 bahasa.27

Shoghi effendi meninggal dunia pada tanggal 4 November 1957 di london,

sewaktu ia sedang pergi untuk membeli bahan-bahan untuk pembangunan gedung

lembaga-lembaga Administrasi Baha‟i di tanah Suci yang merupakan Gedung

Arsip Internasional, yang didalamnya tersimpan tulisan-tulisan asli sang Bab dan

Baha‟u‟llah, maupun peninggalan-peninggalan lain yang berharga.

B. Ajaran-ajaran dalam Agama Baha’i

a. Kesatuan dan Keanekaragaman

Baha‟u‟llah telah mengajarkan kepada kita kesatuan umat manusia. Semua

manusia adalah ciptaan Tuhan yang Maha Esa. Jika kita percaya kepada Bapa

Surgawi yang satu, maka kita harus saling menggap satu sama lain sebagai

saudara, anggota dari satu keluarga, yakni keluarga manusia. Agama Bahá‟í

percaya bahwa semua manusia adalah satu dan setara dihadapan Tuhan dan

mereka harus diperlakukan dengan baik, harus saling menghargai dan

menghormati. Segala bentuk prasangka baik ras, suku bangsa, agama, warna kulit,

jenis kelamin dan lain-lain harus dihilangkan dan prasangka merupakan

penghalang terbesar bagi terwujudnya suatu kehidupan yang damai dan harmonis

di dalam suatu masyarakat yang beraneka ragam.28

“Orang-orang yang dianugerahi dengan keikhlasan dan iman, seharusnya

bergaul dengan semua kaum dan bangsa di dunia dengan perasaan gembira

dan hati yang cemerlang, oleh karena bergaul dengan semua orang telah

memajukan dan akan terus memajukan persatuan dan kerukunan, yang

27

Hushmand fathea‟ zam, Taman Baru (T.Tp : Majelis Rohani Nasional Bahai Indonesia,

2009), h. 55. 28

www.Bahaiindonesia.org Diakses pada senin 13 oktober 2014.

Page 37: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

26

pada gilirannya akan membantu memelihara ketenteraman di dunia serta

memperbarui bangsa-bangsa.” (Bahá‟u‟lláh)

b. Pendidikan Universal

Bahá‟u‟lláh memberi kewajiban kepada orangtua untuk mendidik anak-

anak mereka, baik perempuan maupun laki-laki. Di samping pelajaran

keterampilan, keahlian, seni, dan ilmu pengetahuan, dan yang paling diutamakan

adalah pendidikan akhlak dan moral anak-anak. Tanpa pendidikan, seseorang

tidak mungkin mencapai seluruh potensinya atau memberikan kontribusi positif

kepada masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan haruslah universal dan wajib bagi

semua. Jika orang tua mengabaikan pendidikan anak-anaknya, mereka

bertanggung jawab dihadapan Tuhan. Inilah perintah Baha‟u‟llah:

“telah diwajibkan bagi setiap ayah agar mendidik para putra-putrinya

dalam kepandaian membaca dan menulis .... ”

“Kami menetapkan bagi semua manusia, apa yang akan memuliakan

Firman Tuhan di tengah hamba-hamba-Nya, dan juga akan memajukan

dunia wujud dan meluhurkan jiwa-jiwa. Sarana terbaik untuk mencapai

tujuan itu adalah pendidikan anak-anak. Semua orang harus berpegang

teguh pada hal itu.”

Tujuan pendidikan haruslah mendidik laki-laki dan perempuan agar

percaya bahwa “Bumi hanyalah satu tanah air dan umat manusia warganya”

dengan demikian mereka memberikan cinta mereka dan pengabdian mereka demi

perbaikan seluruh dunia. Jika orang-orang memakai cara pendidikan seperti ini,

maka hanya akan memerlukan satu generasi untuk mendirikan persatuan seluruh

umat manusia.

c. Persamaan Hak antara Perempuan dan Laki-laki

Tuhan telah menciptakan kita semua sebagai manusia, dan tak ada

bedanya bagi Dia apakah kita laki-laki atau perempuan. Bagi orang tua yang

Page 38: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

27

penyayang, anak laki-laki maupun perempuan sama-sama dicintai. Abdul Baha

berkata bahwa: “ Baha‟u‟llah telah mengatakan bahwa kedua-duanya (laki-laki

dan perempuan) adalah manusia, dan dalam pandangan Tuhan mereka adalah

sama, karena masing-masing saling melengkapi dalam rencana ciptaan Ilahi. Satu-

satunya perbedaan diantara mereka dalam pandngan Tuhan adalah kesucian dan

kejujuran dalam perbuatan dan tindakan mereka, karena Tuhan lebih menyukai

orang yang hampir menyerupai gambaran rohani Sang Pencipta.29

Harus tersedia kesempatan yang sama bagi perkembangan wanita dan pria,

terutama kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan. Wanita dan pria

adalah bagaikan dua belah sayap dari burung kemanusiaan. Perkembangan

seluruh kemampuan dan potensi masyarakat hanya dapat diwujudkan bila kedua

sayapnya itu sama kuat.

“Umat manusia bagaikan seekor burung dengan kedua sayapnya: laki-laki

dan perempuan. Burung itu tak dapat terbang ke langit kecuali kedua sayapnya

kuat dan digerakkan oleh kekuatan yang sama.” (Abdu‟l-Bahá) Kesetaraan penuh

dan kesadaran yang kuat akan kemitraan antara perempuan dan laki-laki sangatlah

penting bagi kemajuan manusia dan transformasi masyarakat.

d. Penghapusan Prasangka

Bahá‟u‟lláh mengajarkan bahwa segala bentuk prasangka harus

dihapuskan, baik prasangka kebangsaan, ras, politik maupun keagamaan. Selama

orang-orang masih berpegang pada prasangka, kita tidak akan mendapatkan

perdamaian di bumi ini. Semua peperangan yang telah terjadi di masa lalu, segala

29

Hushmand fathea‟ zam, h. 69

Page 39: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

28

pertumpahan darah, disebabkan karena prasangka-prasangka itu. Masyarakat

Bahá„i percaya bahwa semua jenis prasangka dapat dihilangkan melalui proses

pendidikan yang memberikan keleluasan pencarian kebenaran secara bebas tanpa

paksaan dan tekanan.30

“Wahai anak-anak manusia! Tidak tahukah engkau mengapa Kami

menjadikan engkau semua dari tanah yang sama? Supaya yang satu janganlah

meninggikan dirinya di atas yang lainnya. Renungkanlah selalu dalam kalbumu

bagaimana engkau dijadikan. Karena Kami telah menjadikan engkau semua dari

zat yang sama, maka adalah kewajibanmu untuk menjadi laksana satu jiwa,

berjalan dengan kaki yang sama, makan dengan mulut yang sama, dan berdiam

dalam negeri yang sama…” (Bahá‟u‟lláh)

e. Mencari Kebenaran Secara Independen

Setiap manusia telah dibekali oleh Sang Pencipta dengan instrumen-

instrumen yang diperlukan untuk dapat menentukan jalan kebenarannya secara

bebas dan mandiri. Kebenaran adalah tunggal bila diselidiki secara bebas, dan

kebenaran tidak menerima perpecahan. Oleh karena itu penyelidikan kebenaran

secara independen akan mengarah pada kesatuan umat manusia. Melalui

penyelidikan kebenaran secara mandiri dan independen kemanusiaan dapat

terselamatkan dari kegelapan ikut-ikutan dan akan mencapai pada kebenaran.

Hanya bila keyakinan itu ia dapat melalui cara ini, ia dapat menikmati kemajuan

jasmani dan rohaninya di dunia ini.31

30

www.Bahaiindonesia.org Diakses pada senin 13 oktober 2014. 31

www.Bahaiindonesia.org Diakses pada senin 13 oktober 2014.

Page 40: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

29

Ketahuilah bahwa Tuhan telah menciptakan dalam diri manusia kekuatan

pikiran agar dia mampu menyelidiki realita. Tuhan tidak bermaksud agar manusia

secara buta mengikuti nenek moyangnya. Dia telah memberikan pikiran dan akal

dengan mana ia menyelidiki dan menemukan kebenaran; dan apa yang dia temui

sebagai benar dan nyata haruslah dia terima. Dia tidak boleh menjadi imitator dan

pengikut buta dari siapapun. Dia tidak boleh hanya bergantung pada pendapat dari

siapapun tanpa penyelidikan.

“Wahai Putra Roh! Di dalam pandangan-Ku, keadilanlah yang teramat

Kucintai; janganlah berpaling darinya jika engkau menginginkan Daku, dan

janganlah mengabaikannya agar Aku percaya padamu. Dengan pertolongannya

engkau akan melihat dengan matamu sendiri, bukan dengan mata orang lain, dan

engkau akan mengetahui melalui pengetahuanmu sendiri, bukan melalui

pengetahuan orang lain. Pertimbangkanlah hal ini dalam hatimu, bagaimana

engkau seharusnya. Sesungguhnya, keadilan adalah pemberian-Ku dan tanda

kasih sayang-Ku kepadamu. Maka letakkanlah keadilan di depan matamu.

(Bahá‟u‟lláh)

f. Surga dan Neraka

Para perwujudan Tuhan telah menerangkan adanya ganjaran dan hukuman

melalui kiasan dan perumpamaan. Ganjaran dan hukuman sangatlah perlu agar

ada tata tertib di dunia. Ganjaran dan hukuman adalah konsekuensi yang wajar

bagi perbuatan-perbutan kita. Semua pesuruh Tuhan dimasa lampau telah

berusaha untuk menyadarkan kita bahwa apa yang kita kerjakan di dunia ini tidak

saja mempengaruhi hidup kita disini, tetapi terus membawa akibat setelah

Page 41: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

30

kematian kita. Jika perbuatan-perbuatan kita baik, ini akan memberikan hasil yang

baik dan akan menjadi sebab kebahagiaan abadi; jika perbuatan-perbuatan kita

buruk, ini akan membawa hasil yang buruk pula dan menyebabkan penderitaan

yang abadi bagi kita.32

C. Agama Baha’i di Indonesia

Masuknya Agama Bahá‟i di Indonesia berdasarkan catatan yang ada,

berawal di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Jamal Effendi merupakan orang yang

dipilih oleh Bahá‟u‟lláh untuk mengadakan perjalanan ke India. Ia tiba di India

sekitar tahun 1875. Selain mengunjungi beberapa wilayah di India, Ia juga

mengunjungi Sri Langka. Pada perjalanan-perjalanan berikutnya, Ia didampingi

oleh Sayyid Mustafa Rumi termasuk kunjungan ke Burma (Myanmar), pada tahun

1878 dan juga Penang (sekitar tahun 1883).

Pada sekitar tahun 1884-1885, mereka meninggalkan usaha dagang

mereka di Burma dan kembali melakukan perjalanan ke India. Dari sini mereka

melanjutkan perjalanan ke Dacca (sekarang dikenal dengan nama Dhaka, ibu kota

Bangladesh), kemudian ke Bombay dan setelah tinggal di sana selama tiga

minggu, mereka pergi ke Madras.

Dari Madras, Jamal Effendi dan Sayyid Mustafa Rumi berlayar ke

Singapura ditemani dua orang pelayan yaitu Shamsu‟d-Din dan Lapudoodoo dari

Madras. Setelah mendapatkan ijin untuk berkunjung ke Jawa, mereka tiba di

Batavia (Jakarta), dimana mereka ditempatkan di pemukiman Arab, Pakhojan.

Mereka hanya diijinkan untuk mengunjungi kota-kota pelabuhan di Indonesia oleh

32

Ajaran agama bahai http://bahaiindonesia.org/ajaran-agama-bahai/ Diakses Senin 13

Oktober 2014.

Page 42: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

31

pemerintah Belanda. Sayyid Mustafa Rumi, yang sangat berbakat dalam

mempelajari bahasa, segera menguasai bahasa Melayu, menambah daftar panjang

bahasa-bahasa yang telah dikuasainya. Dari sini mereka berkunjung ke Surabaya,

dan sepanjang garis pantai, mereka juga singgah di pulau Bali dan kemudian

Lombok. Disini, melalui kepala bea cukai, mereka diatur untuk bertemu dan

disambut oleh Raja yang beragama Buddha dan permaisurinya yang beragama

Islam, dan mereka berbicara mengenai hal-hal kerohanian dengan Raja dan

permaisurinya. Pemberhentian mereka selanjutnya adalah Makassar, di pulau

Sulawesi. Menggunakan sebuah kapal kecil mereka berlayar ke pelabuhan Pare-

Pare.33

Mereka disambut oleh Raja Fatta Arongmatua Aron Rafan dan anak

perempuannya, Fatta Sima Tana. Fatta Sima Tana, belakangan, menyiapkan surat-

surat adopsi untuk dua orang anak asli Bugis, bernama Nair dan Bashir, untuk

membantu dan mengabdi di rumah di Akka. Sang Raja juga sangat tertarik dengan

agama baru ini. Lalu mereka melanjutkan perjalanan ke Sedendring, Padalia dan

Fammana dengan menggunakan sampan, mereka melanjutkan perjalanan

sepanjang sungai sampai mereka tiba dengan selamat di Bone. Disini, Raja Bone,

seorang lelaki muda dan terpelajar, meminta mereka untuk menyiapkan suatu

buku panduan untuk administrasi kerajaan dan Sayyid Mustafa Rumi melaporkan

bahwa mereka telah menulisnya sejalan dengan ajaran-ajaran Bahá‟i. Karena

batas kunjungan empat bulan yang secara tegas diberikan oleh Gubernur Belanda

di Makassar, mereka meninggalkan Sulawesi menuju ke Surabaya dan kemudian

33

http://bahaiindonesia.org/masyarakat-bahai/masuknya-agama-bahai-di-asia-selatan-dan

asia-tenggara/ Diakses Senin 13 Oktober 2014

Page 43: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

32

kembali ke Batavia. Setelah itu kembali ke Singapura dan ke bagian-bagian lain di

Asia Tenggara. Bashir, salah satu anak laki-laki Bugis itu, berhasil mencapai

Akka dan bekerja di rumah Bahá‟u‟lláh.34

Tidak banyak sejarah yang

menceritakan bagai mana proses penyebaran agama Baha‟i ini di Indonesia, hanya

catatan singkat utusan Baha‟u‟llah jamal effendi yang di tugaskan

memberitahukan agama baru ini keberbagai penjuru wilayah. Selebihnya tidak

diketahui bagaimana umat Baha‟i bisa tersebar di Indonesia.

34

http://bahaiindonesia.org/masyarakat-bahai/masuknya-agama-bahai-di-asia-selatan-dan

asia-tenggara/ Diakses Senin 13 Oktober 2014.

Page 44: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

33

BAB III

KONSEP KEPEMIMPINAN BAHA’I

A. Konsep Kepemimpinan menurut Baha’i

Secara umum kepemimpinan dilihat dari segi etimologinya mempunyai

arti yang berasal dari kata dasar “pimpin” (dalam bahasa Inggris “lead”) berarti

bimbing atau tuntun, dengan begitu didalamnya ada dua pihak yaitu yang

dipimpin (umat) dan memimpin (imam). Setelah dilengkapi dengan awalan “ke-“

menjadi “kepemimpinan” (dalam bahasa Inggris “leadership”) berarti kemampuan

dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar

melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama, sehingga dengan demikian yang

bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses kelompok. Setiap memimpin

ada sasaran dan tujuan yang hendak dicapai. Ada orang atau sejumlah orang yang

bertekad mencapai tujuan itu. Pemimpin menjadi pemberi ilham, pemberi

dorongan, penggerak dan perintis jalan ketujuan.35

Agama Baha‟i memiliki aturan dalam hal kepemimpinan, seperti yang

tertuang dalam administrasi Baha‟i. Kepemimpinan menurut Baha‟i dipandang

tidak seperti kepemimpinan yang ada pada umumnya, karena dalam agama Baha‟i

untuk zaman saat ini tidak ada yang namanya kepemimpinan perseorangan.

Karena setelah wali Agama Tuhan yakni Shoghi Efendi meninggal tidak ada lagi

yang namanya kepemimpinan perseorangan. menurutnya untuk zaman saat ini

tidak diperlukan lagi kepemimpinan yang bersifat individu ataupun perseorangan.

Hal ini sudah diramalkan dalam tulisan-tulisan suci Baha‟u‟llah jauh sebelum

35

J. Riberu, Dasar-dasar Kepemimpinan (Jakarta: Cv Pedoman Ilmu Jaya, 1992), h. 2.

Page 45: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

34

Shoghi Effendi ditunjuk sebagai wali agama Tuhan. Bahwa akan ada suatu masa

dimana tidak akan diperlukan lagi pemimpin perseorangan dalam agama Baha‟i

dan semua urusan agama Baha‟i akan dijalankan oleh lembaga. Oleh karena itu

agama Baha‟i mengatakan bahwa kepemimpinan dalam pandangan agama Baha‟i

adalah agama tanpa kepemimpinan perseorangan.

Dalam pandangan agama Baha‟i kita umat manusia semua adalah sama,

hal ini merujuk pada sejarah, bahwasannya pada zaman dulu perlu ada

sekelompok orang yang bertugas untuk mengatur urusan-urusan agama dalam

masyarakat. Orang-orang biasa pada waktu itu buta huruf atau tidak mempunyai

waktu untuk mempelajari agama mereka dengan sungguh-sungguh. Oleh karena

itu, mereka menugaskan beberapa orang tertentu yang tidak mempunyai pekerjaan

dalam hidupnya kecuali belajar agama dan mengawasi umatnya agar mematuhi

hukum-hukumnya. Oleh karena itulah ada Brahmin diantara umat Hindu, Biksu

dalam umat Budha, pendeta untuk umat Nasrani dan Alim ulama bagi umat

Islam.36

Berbeda dengan agama Baha‟i, yang memang dengan sengaja meniadakan

hal semacam jabatan atau profesi sebagai kependetaan atau ahli agama yang

dijadikan sebagai ladang untuk mencari nafkah. Inilah salah satu ciri yang

membedakan penyebaran agama bahai yang tidak banyak diketahui siapa tokoh

penyebar agamanya. Dalam buku Taman Baru dikatakan Baha‟u‟llah bersabda

“bahwa meskipun pada zaman dulu jabatan ini dibutuhkan, namun tidak

diperlukan lagi pada zaman kita ini.” Baha‟u‟llah mengajak masing-masing dari

36

Hushmand fathea‟ zam, taman baru (T.Tp : Majelis Rohani Nasional Bahai Indonesia,

2009), h.103.

Page 46: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

35

kita agar mencari kebenaran bagi diri sendiri. Dengan begitu kita dapat melihat

dengan mata kita sendiri dan bukan melalui mata orang lain, mendengar dengan

telinga kita sendiri dan mengerti dengan kekuatan pikiran atau pengertian kita

sendiri.

Orang-orang Baha‟i diharapkan dapat mencari pengetahuan lebih dalam

dan lebih banyak mengenai agamanya dengan jalan menyelidiki kebenaran

sendiri. Setiap orang Baha‟i harus berdoa untuk dirinya sendiri, tidak bolleh

membayar orang lain untuk mendoakan dia. Orang Baha‟i harus memohon sendiri

rahmat dan pengampunan dari Tuhan, tidak memerlukan seorang pendeta untuk

melakukan hal itu melalui ritual dan upacara buatan manusia. Setiap orang Baha‟i

dapat berhubungan dengan Tuhan melalui perwujudan-Nya, dan tidak perlu ada

perantara diantara dia dan Baha‟u‟llah.

Dalam pandangan agama Baha‟i memang banyak sekali pendeta dan

ulama yang baik dan hebat, tetapi dalam setiap zaman banyak perpecahan dalam

agama yang disebabkan karena mereka. Diumpamakan ada dua pendeta atau

ulama hidup bersebelahan disuatu tempat. Mereka tidak selalu sependapat dalam

pemecahan masalah agama, dan ketidaksetujan mereka telah banyak

menimbulkan kesulitan di dunia. Ada yang berpendapat pendeta atau ulama yang

ini yang benar, sedangkan yang lainnya percaya bahwa yang lainlah yang benar.

Dengan demikian, perpecahan muncul dalam setiap agama. Lambat laun terbentuk

banyak sekte dan orang-orang bertentangan satu sama lain mengenai tafsir dari

tulisan-tulisan suci mereka. Hal ini menimbulkan peperangan bahkan

pertumpahan darah mengatas namakan agama.

Page 47: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

36

Perpecahan semacam ini tidak akan terjadi dalam agama Baha‟i. Karena

dalam agama Baha‟i tidak ada pendeta atau ulama yang dapat membentuk sekte

atau kelompok diantara para mukmin. Dalam agama Baha‟i semua adalah setara.

Juga, tak seorangpun mempunyai hak untuk menafsirkan ajaran dan tulisan

Baha‟u‟llah. Kewenangan ini hanya diberikan kepada Abdul Baha oleh

Baha‟u‟llah sendiri, dan setelah Abdul Baha, hak untuk menafsirkan hanya

diberikan kepada Shoghi Efendi. Inilah sebabnya mengapa ditiadakannya lagi

kepemimpinan perseorangan. karena ditakutkan menimbulkan perpecahan

diantara umat Baha‟i. Baha‟u‟llah telah menghapuskan lembaga kependetaan dan

keulamaan ini agar tak seorangpun dapat menyalahgunakan agama untuk

kepentingan pribadi dan duniawi.

B. Dasar Hukum Memilih Majelis Rohani

Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam pandangan agama Baha‟i tidak

ada konsep kepemimpinan perseorangan. Disinilah letak yang berbeda mengenai

kepemimpinan dibanding dengan sistem ataupun konsep yang ada mengenai

kepemimpinan itu sendiri. Dalam kitab Aqdas, Baha‟u‟llah memerintahkan bahwa

jika orang dewasa Baha‟i berjumlah sembilan orang atau lebih disuatu tempat,

maka majelis rohani setempat harus dibentuk.37

Majelis rohani ini merupakan

suatu badan yang akan mengabdi kepada masyarakat ditempat itu. Berikut hal-hal

yang perlu diperhatikan untuk memilih majelis Rohani.

1. Mereka dapat memilih majelis mereka hanya pada tanggal 21 April, yakni

hari peringatan pengumuman Baha‟u‟llah. Pada hari itu Baha‟u‟llah

37

Sang Suci Baha‟u‟llah, Kitab Aqdas ayat 30, h. 42.

Page 48: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

37

mengumumkan Diri ditaman Ridwan, bahwa Ia adalah Dia yang dijanjikan

oleh segala zaman. Tanggal 21 April adalah hari pertama dari hari raya

Ridwan yang berlangsung selama 12 hari, dan hanya pada hari pertama

orang-orang Baha‟i dapat memilih majelis rohani mereka. Jika suatu

majellis tidak dipilih dalam waktu 24 jam mulai dari terbenamnya

matahari pada tanggal 20 April hingga terbenamnya matahari pada tanggal

21, maka dalam tahun itu majelis rohani tidak dapat dipilih dan harus

menunggu tanggal 21 April tahun berikutnya.

2. Hanya orang Baha‟i yang berumur 21 tahun keatas yang dapat memilih

dan dipilih untuk menjadi anggota majelis rohani. Misalnya, diantara 60

orang Baha‟i yang ada disuatu desa ada 35 orang pria dan wanita yang

berumur 21 tahun keatas, maka hanya 35 orang inilah yang dapat memilih

majelis rohani mereka; dan anggota-anggota yang mereka pilih harus juga

dari 35 orang Baha‟i itu.

3. Setiap orang yang memilih, harus menulis nama-nama kesembilan38

orang

yang ia anggap patut menjadi anggota majelis rohani. Kertas pemilihan itu

tidak berlaku jika tertulis lebih atau kurang dari sembilan nama orang

Baha‟i, atau satu nama diulang.

4. Orang-orang tidak dipilih menjadi anggota majelis rohani karena kekayaan

atau kemasyhurannya dalam masyarakat, atau karena mereka pernah

memperlihatkan kebaikan terhadap kita dan kita ingin membalas budi

kepadanya. Orang-orang harus dipilih karena kesungguhan hati dan

38

Sembilan merupakan lambang yang menandakan nama tertinggi, yang tersembunyi

dan nyata (Sang Suci Baha‟u‟llah, Kitab Aqdas) ayat 28, h. 41.

Page 49: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

38

kesetiaan dan pengabdiannya pada agama Tuhan. Setiap orang Baha‟i

yang akan memilih anggota-anggota majelis rohani harus

mempertimbangkan karakter dan sifat-sifat rohani setiap orang, laki-laki

dan perempuan, dalam masyarakat, dan harus berdoa kepada Tuhan agar ia

dibimbing untuk menulis nama-nama orang yang layak untuk menjadi

anggota-anggota majelis itu.

5. Orang Baha‟i tidak diizinkan untuk memberi komentar atau

mempromosikan bahwa seseorang patut menjadi anggota majelis rohani,

betapapun baik orang itu Baha‟u‟llah telah melarang kita untuk

mencalonkan seseorang atau mencoba menarik perhatian pada seseorang,

sebelum dan selama pemilihan berlangsung. Tak seorangpun dalam

masyarakat Baha‟i boleh mengetahui siapa yang telah dipilih oleh orang

lain. Bahkan suami istri atau sahabat-sahabat terdekat tidak dapat

bermusyawarah bersama untuk menentukan siapa yang harus mereka pilih.

Setiap orang Baha‟i harus memohon petunjuk dari Tuhan saja dan

membuat keputusan sendiri dalam hal ini tanpa dipengaruhi oleh pendapat

orang lain. Hanya orang Baha‟i yang tidak dapat menulis diizinkan untuk

meminta kepada seseorang yang ia percayai untuk menuliskan nama-nama

yang ia sebutkan.

Agama Baha‟i percaya bahwa setiap manusia diciptakan mulia dan

dilengkapi dengan potensi-potensi rohani yang diperlukan untuk hidup dalam

keluhuran dan kemuliaan jati dirinya. Tuhan tidak menciptakan ketidak-

sempurnaan. Sifat-sifat yang merugikan itu adalah indikasi dari tidak tumbuh dan

Page 50: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

39

berkembangnya potensi-potensi tersebut dan bukan merupakan ketidak-

sempurnaan pencipta-Nya. Kekacauan, ketidakadilan dan degradasi moral dunia

ini hanyalah cerminan distorsi dari jiwa manusia, dan sama sekali bukan tabiat

sejatinya. Setiap manusia akan bisa menggapai seluruh potensi-potensi Ilahiah

yang dimilikinya dan mampu mencerminkan sifat keluhuran tersebut dalam suatu

wujud peradaban yang luhur. Hal ini dapat terjadi hanya melalui proses

pendidikan rohani yang sistematis dan partisipatif, tanpa prasangka, serta berbasis

pada proses pencarian kebenaran yang bebas tanpa paksaan, serta berdasarkan

akal dan hati nuraninya sendiri.39

Beberapa sifat yang harus ditanamkan dalam

diri umat Baha‟i, diantaranya:

a. Budi Pekerti Yang Luhur

Umat Baha‟i percaya bahwa manusia harus berupaya memperoleh sifat-

sifat mulia serta bertingkah laku sesuai dengan standar moral yang tinggi. Salah

satu tujuan dasar kehidupan Baha‟i adalah mengembangkan dan memperoleh

sifat-sifat mulia seperti kebaikan hati, kedermawanan, toleransi, belas kasihan,

sifat dapat dipercaya, niat yang murni dan semangat pengabdian. Kejujurann

adalah dasar dari segala kebajikan manusia, tanpa kejujuran kemajuan dan

keberhasilan dalam semua alam Tuhan tidaklah mungkin bagi siapapun.40

“Wahai

orang-orang, perindahlah lidahmu dengan berbicara jujur, dan hiasilah jiwamu

dengan hiasan kejujuran.41

Umat Baha‟i dilarang bergunjing, berbohong, mencuri

dan berjudi. Kebajikan-kebajikan tersebut diajarkan kepada anak-anak sejak usia

39

Agama Baha’i (T.tp: Majelis Rohani Nasional Baha‟i Indonesia, 2013), hal. 25. 40

Ibi, Renungan Tentang Kehidupan Roh (T.Tp : Majelis Rohani Nasional Bahai

Indonesia, 2006), h. 14. 41

Himpunan dari Tulisan Sang Suci Baha‟u‟llah. No 136.

Page 51: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

40

dini, sehingga menjadi bagian utama dari akhlak mereka dan mengarahkan

mereka kepada Tuhan, sehinga dengan demikian mereka akan lebih mampu

mengabdi pada umat manusia.42

“Maksud Tuhan Yang Maha Esa dalam menyatakan Dirinya adalah untuk

memanggil seluruh umat manusia kepada kejujuran dan ketulusan, kepada

kesalehan dan dapat dipercaya, kepada ketawakalan serta ketaatan pada kehendak

Tuhan, kepada ketabahan dan kebaikan hati, kepada keadilan dan kearifan.

Tujuan-Nya adalah untuk membalut setiap manusia dengan pakaian watak yang

suci, serta menghiasinya dengan perhiasan perbuatan-perbuatan yang suci dan

baik.”

“Cahaya dari watak yang baik melebihi cahaya dan kecermelangan

matahari. Barangsiapa mencapai tingkat ini, dianggap sebagai permata diantara

manusia. Kemuliaan dan keluhuran dunia tergantung padanya...”-Baha‟u‟llah

“Semua manusia diciptakan untuk memajukan peradaban yang terus

berkembang. Kebajikan-kebajikan yang sesuai dengan harkat manusia ialah

kesabaran, belas kasihan, kemurahan hati dan cinta kasih terhadap semua kaum

dan umat di bumi..”-Baha‟u‟llah

b. Kehidupan Yang Murni dan Suci

Hakikat manusia adalah pikirannya, bukan badan jasmaninya. Manusia

bisa dikatakan merupakan bagian dari alam hewan, bedanya manusia memiliki

kemampuan berpikir yang yang lebih unggul daripada semua makhluk lainnya.

Jika seseorang selalu ditunjukan pada soal-soal ketuhanan, orang itu akan menjadi

42

Agama Baha’i, h. 15.

Page 52: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

41

orang yang suci, tetapi sebaliknya bila pikirannya dipusatkan pada hal-hal duniawi

saja, orang itu akan semakin tenggelam dalam hal-hal duniawi hingga akhirnya ia

sampai pada keadaan yang hanya sedikit lebih baik dari pada hewan.43

Baha‟u‟llah telah menetapkan hukum-hukum moral individu dan keluarga

yang bertujuan untuk mengembangkan sifat rohani individu dan meningkatkan

persatuan dan kesejahteraan dalam keluarga dan masyarakat. Umat Baha‟i

memahami bahwa keluarga adalah unit dasar dari suatu masyarakat. Bila

keluarga-keluarga bersifat rohani, sehat dan bersatu, maka demikian pulalah

masyarakatnya.

“kehidupan yang murni dan suci itu, yang mengandung arti

kesederhanaan, kesucian, penahanan diri, kesopanan dan pikiran bersih,

mengharuskan adanya suatu sikap sedang dalam segala hal yang berkenaan

dengan pakaian, ungkapan, hiburan, serta semua kegemaran seni dan sastra.

Kehidupan seperti itu menuntut kewaspadaan terus-menerus untuk mengendalikan

hawa nafsu dan kecendrungan buruk. Kehidupan yang murni dan suci

menghendaki ditinggalkannya tingkahlaku yang tidak karuan, yang terlalu

mementingkan kenikmatan-kenikmatan yang remeh dan seringkali menyesatkan.

Kehidupan semacam ini mengharuskan pantangan yang total dari semua minuman

yang beralkohol, dari candu serta dari obat-obatan yang mencandukan. Agama

Baha‟i mencela pelacuran seni dan sastra, praktek-praktek nudisme dan hidup

bersama diluar pernikahan, penyelewengan dalam pernikahan, dan segala macam

promiskuitas, perbuatan tidak senonoh dan asusila. Ia tidak mengenal kompromi

43

........., Khotbah-khotbah Abdul Baha’ di Paris terjemahan dari Paris Talks, Addresses

Given by Abdul Baha in 1911(T.Tp : Majelis Rohani Nasional Bahai Indonesia, 2008), h.5.

Page 53: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

42

terhadap semua teori, norma, kebiasaan dan ekses-ekses jaman yang rusak ini.

Sebaliknya, melalui daya keteladanan yang dinamis dan melalui kehidupan yang

murni dan suci itu berupaya untuk menunjukkan sifat merusak yang dimiliki oleh

teori-teori itu, kepalsuan norma-norma itu, kosongnya tuntunan-tuntunan itu,

keburukan dari kebiasaan-kebiasaan itu dan sifat asusila dari ekses-ekses itu.” –

Shoghi Efendi44

C. Tugas-tugas Majelis-majelis Rohani

Mengenai tugas-tugas Majelis-majelis Rohani, Baha‟u‟llah telah menulis:

“Mereka harus menjadi orang-orang yang dipercayai oleh Yang Maha Pengasih

diantara manusia, dan menganggap diri mereka sebagai wali-wali yang diangkat

oleh Allah bagi semua yang tinggal dibumi. Diwajibkan bagi mereka untuk

bermusyawarah bersama dan memperhatikan kepentingan-kepentingan hamba-

hamba Tuhan, demi Dia bahkan seperti mereka memperhatikan kepentingan-

kepentingan mereka sendiri, dan memilih apa yang patut dan cocok. Demikianlah

diperintahkan kepadamu oleh Tuhanmu, yang Maha Perkasa, yang Maha

Pengampun. Berhati-hatilah jangan sampai engkau mengabaikan apa yang

dengan jelas diwahyukan dalam Loh45

-Nya. Takutlah kepada Tuhan, wahai

engkau yang melihat.46

Oleh karena itu, Majelis Rohani disetiap desa atau kota harus menjaga

kepentingan orang-orang Baha‟i di daerahnya. Pekerjaan yang paling penting dari

setiap Majelis Rohani adalah menolong teman-teman Baha‟i untuk

44

Agama Baha’i (T.Tp : Majelis Rohani Nasional Bahai Indonesia, 2013), h. 16. 45

Salah satu umat Baha‟i mengatakan, bahwa pengertian Loh saat ini sama artinya seperti

surat yang berisikan doa-doa dan tulisan suci. 46

Sang Suci Baha‟u‟llah, Kitab Aqdas ayat 30, h. 42.

Page 54: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

43

menyampaikan firman Tuhan. Amanat Baha‟u‟llah adalah sumber rahmat bagi

seluruh umat manusia, dan Majelis-majelis Rohani haruslah menjadi saluran

kurnia yang besar, yang dapat mencapai orang-orang disetiap bagian dunia ini.

Jika Majelis Rohani telah terbentuk, tugas yang paling penting dan paling utama

adalah menyampaikan firman Tuhan.

Tugas penting lainnya dari majelis rohani ialah agar berusaha menciptakan

persahabatan dan cinta diantara para mukmin. Majelis harus menciptakan suasana

persatuan yang penuh kasih sayang diantara umat Baha‟i, majelis itu harus

berusaha agar setiap orang dapat merasa gembira berada dalam lingkungan itu.

Jika ada suatu masalah diantara teman-teman, majelis rohani harus dapat berusaha

menyelesaikan masalah itu. Majelis Rohani harus laksana orang tua yang

bijaksana dalam membimbing orang-orang Baha‟i di daerahnya.47

Tugas-tugas Majelis Rohani, sang Wali menulis: “pada setiap waktu

mereka harus dengan sepenuhnya mengulurkan bantuan kepada yang miskin,

yang sakit, yang cacat, yang yatim piatu, yang janda, tanpa memandang warna

kulit, kasta dan kepercayaan.

Setiap Majelis-majelis Rohani harus mempunyai dana sendiri. Dana itu

dikumpulkan melalui sumbangan sukarela dari teman-teman Baha‟i guna

memperkaya dana Majelis mereka, sehingga dapat memberikan bantuan kepada

mereka yang membutuhkan pertolongan.48

Pendidikan anak-anak dan pemuda-pemudi Baha‟i adalah tanggung jawab

Majelis Rohani juga. Dalam kata-kata sang wali yang tercinta, “mereka, dengan

47

Hushmand fathea‟ zam, h. 112. 48

Hushmand fathea‟ zam, h. 113.

Page 55: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

44

cara apapun yang mereka sanggupi, harus meningkatkan kemajuan muda-mudi

baik dari segi materi maupun rohani, cara-cara untuk pendidikan anak-anak,

mendirikan lembaga-lembaga pendidikan Baha‟i jika memungkinkan,

menyelenggarakan dan mengawasi pekerjaan lembaga itu dan menyediakan cara-

cara yang terbaik bagi kemajuan dan perkembangan mereka.

Tugas penting lainnya dari Majelis Rohani menurut sang Wali, “mereka

harus melakukan persiapan untuk pertemuan-pertemuan tetap bagi teman-teman,

pertemuan Sembilan Belas Harian, hari-hari peringatan dan pertemuan-pertemuan

khusus yang bertujuan untuk melayani dan memajukan kepentingan-kepentingan

sosial, pendidikan dan kerohanian sesama manusia.”49

Yang telah disebutkan diatas adalah beberapa tugas penting dari setiap

Majelis Rohani setempat. Anggota-anggota Majelis Rohani harus berhati-hati

jangan sampai gagal dalam melakukan tugas-tugas mereka. Mereka harus selalu

ingat sabda Baha‟u‟llah:

“Mereka harus menjadi orang-orang yang dipercayai oleh Yang Maha

Pengasih diantara manusia, diwajibkan bagi mereka untuk bermusyawarah

bersama dan memperhatikan kepentingan-kepentingan hamba-hamba Tuhan,

demi Dia, bahkan seperti mereka memperhatikan kepentingan-kepentingan

mereka sndiri...”50

49

Hushmand fathea‟ zam, h. 114. 50

Kitab Aqdas, ayat 30.

Page 56: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

45

D. Bentuk Admnistrasi Baha’i

Baha‟u‟llah telah merencanakan suatu rancangan sistem administrasi yang

mengagumkan, yang melaluinya Air Hayat dialirkan kedunia wujud. Rancangan

ini disebut Tata Tertib Dunia Baha‟u‟llah, dan Administrasi Baha‟i adalah

sebagian dari tata tertib itu. Diibaratkan sebuah sungai disuatu sisi dan disisi lain

ada hamparan tanah pertaniaan yang luas. Kita perlu mengalirkan air sungai

tersebut keladang-ladang tanah pertanian itu, agar dapat diolah dan ditanami.

Pertama-tama kita menggali sebuah saluran yang besar untuk mengalirkan cukup

banyak air untuk mengairi seluruh tanah pertanian. Kemudian kita menggali

saluran-saluran yang lebih kecil untuk mengalirkan dari saluran yang besar

keseluruh bagian tanah pertanian itu. Lalu kita membutuhkan banyak selokan

kecil untuk mengalirkan air kesetiap ladang ditanah pertanian itu. Jika saluran-

saluran air dan selokan-selokan itu sudah lengkap, sungai itu dapat mengairi

semua tanah pertanian.

Shoghi Effendi telah memberitahu kita bahwa administrasi Baha‟i adalah

bagaikan suatu sistem saluran dan selokan, “yang melalui Roh Suci dari Tuhan

tercurah kepada masyarakat-masyarakat Baha‟i yang tersebar diseluruh dunia.”51

Kabar gembira mengenai Tata Tertib Dunia Baha‟u‟llah mula-mula diumumkan

oleh Sang Bab dalam sabda-Nya berikut ini:

“Berbahagialah bagi dia yang mengarahkan pandangannya pada Tata

Tertib Baha’u’llah, dan mengucapkan syukur kepada Tuhannya! Karena

Ia pasti akan diwujudkan.”

51

Hushmand fathea‟ zam, h. 106.

Page 57: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

46

Baha‟u‟llah meletakkan dasar dari Tata Tertib Dunia ini dan membuat

rencana dari tata tertib itu. Kemudian Abdul Baha menjelaskan rencana Ilahi ini

secara terperinci dan memulai pembangunannya. Melalui usaha-usaha Shoghi

Effendi selama hidupnya, administrasi Baha‟i ini berangsur-angsur berdiri, dan

masyarakat Baha‟i yang tersebar dimana-mana dapat bergabung bersatu dan

menjadikan mereka bagian-bagian dari satu kesatuan masyarakat yang besar.

Administrasi Baha‟i adalah rencana Tuhan untuk zaman ini yang

ditetapkan melalui perwujudan-Nya, yaitu Baha‟u‟llah dan administrasi ini

diciptakan untuk membawa ketertiban dan kedamaian diantara berbagai bangsa di

dunia. Administrasi Baha‟i terdiri dari beberapa bagian yang berhubungan satu

sama lain. Administrasi ini terdiri dari Majelis-majelis Setempat yang dipilih oleh

umat Baha‟i dari suatu desa atau kota, Majelis Rohani Nasional dipilih oleh umat

Baha‟i dari suatu negara; dan Balai Keadilan Sedunia dipilih oleh semua orang

Baha‟i di dunia melalui Majelis-majelis Nasional.52

Diibaratkan Majelis-majelis Rohani Setempat sebagai selokan-selokan

yang membawa air keberbagai ladang. Majelis-majelis rohani nasional dapat

diumpamakan sebagai saluran-saluran yang menghubungkan selokan-selokan itu

dengan saluran yang besar. Saluran besar atau saluran utama yang mendapatkan

air langsung dari sungai itu adalah Balai Keadilan Sedunia. Balai Keadilan

Sedunia ini merupakan lembaga tertinggi dalam administrasi baha‟i. Melalui balai

keadilan sedunia bimbingan Tuhan mengalir kesemua bagian dunia.

52

Hushmand fathea‟ zam, h. 107.

Page 58: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

47

Setiap orang dalam masyarakat adalah bagaikan biji-biji gandum disuatu

ladang. Tiap-tiap biji gandum itu akan dapat tumbuh dan berkembang berkat air

yang mengalir keladang itu. Kita harus mengetahui bahwa kebahagian setiap

orang terletak pada kesejahteraan masyarakat yang bersatu, dan kita harus

berusaha untuk memperkukuh administrasi ini yang merupakan tumpuan harapan

umat manusia untuk masa depan.

Administrasi Baha‟i tidak dapat dipisahkan dari ajaran-ajaran Baha‟u‟llah.

Seorang Baha‟i tidak dapat percaya kepada Baha‟u‟llah tanpa menerima dan

bekerja dengan administrasi-Nya, karena amanat Tuhan tidak diturunkan hanya

untuk kebahagiaan perorangan saja tetapi juga untuk kesatuan dan kesejahteraan

masyarakat secara keseluruhan. Dalam kasus-kasus tertentu, kepentingan

individu. Tetapi, kepentingan tertinggi masyarakat adalah demi mendukung

kesejahteraan para individu.53

Administrasi ini terdiri dari Majelis-majelis Rohani, yaitu majelis-majelis

rohani setempat, Majelis-majelis rohani nasional dan Balai Keadilan Sedunia.

Administrasi Bahai ini tidak hanya mengurusi persoalan-persoalan spiritual saja

tetapi juga mengurusi urusan sosial kemasyarakatan.

a. Para Pengurus Majelis Rohani

Anggota-anggota majelis rohani adalah sembilan orang Baha‟i yang telah

mendapat suara terbanyak pada hari pemilihan. Hal pertama yang harus dilakukan

oleh anggota-anggota majelis setelah pemilihan mereka adalah berkumpul dan

mengadakan pertemuan mereka yang pertama, pertemuan mereka yang pertama

53

Hushmand fathea‟ zam, h. 109.

Page 59: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

48

harus secepat mungkin diselenggarakan dan diatur oleh orang yang mendapat

suara terbanyak diantara sembilan orang yang telah dipilih.

Dalam setiap pertemuan harus dimulai dengan doa-doa dan memohon

kepada Tuhan agar menolong mereka dalam menjunjung agama-Nya dan

mengabdi kepada masyarakat yang telah memilih mereka. Setelah itu, mereka

harus memilih para pengurus majelis rohani untuk tahun ini. Berikut beberapa

persyaratan untuk menjadi anggota Majelis Rohani:54

Kesetiaan yang tidak dapat

diragukan, Pengabdian yang tidak mementingkan diri sendiri, Pikiran yang

terlatih dengan baik, Kemampuan yang diakui, dan Pengalaman yang matang.

Setiap majelis rohani harus mempunyai seorang ketua, wakil ketua,

sekretaris dan bendahara. Hal ini sangat penting dan akan memudahkan pekerjaan

majelis itu. Pekerjaan ketua adalah memimpin pertemuan-pertemuan dan

membantu majelis dalam membuat beberapa keputusan. Jika anggota-anggotanya

hanya berkumpul untuk berbicara tanpa mengambil keputusan yang jelas, sia-

sialah pertemuan mereka. Ketua harus memberi kesempatan pada semua anggota

untuk mengeluarkan pendapat mereka untuk memberikan suara agar tercapai

suatu keputusan mengenai persoalan yang dimusyawarahkan.55

Ketua adalah yang memimpin pertemuan, jika ketua tidak dapat hadir

misalnya ketika sedang sakit, wakil ketualah yang memimpin pertemuan Majelis.

Sekertaris adalah orang yang mencatat semua pekerjaan Majelis, baik rencana

yang harus dikerjakan maupun yang telah dikerjakan. Sekretaris menulis semua

surat yang harus dikirim kepada perorangan, majelis setempat lainnya dan kepada

54

Majelis Rohani Setempat (T.tp, Majelis Rohani Nasional Baha‟i Indonesia ), h. 2. 55

Hushmand fathea‟ zam, h.115.

Page 60: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

49

Majelis Rohani Nasional. Melalui sekertarislah setiap Majelis Setempat

berhubungan dengan masyarakat Baha‟i diseluruh dunia. Bendahara bertugas

dalam hal keuangan Majelis. Ia memberikan kwitansi-kwitansi kepada semua

yang menyumbang pada dana Baha‟i dan dana ini dapat dipakai untuk biaya dan

pengeluaran yang telah diputuskan oleh Majelis Rohani disetiap pertemuan.

Ketika memilih para pengurus Majelis, para anggota harus melihat pada

kesanggupan masing-masing dari mereka dan memilih siapa diantara mereka yang

lebih cocok dalam melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan jabatannya.

Aturan-aturan pemilihan anggota Mejelis telah dijabarkan diatas.

Pemilihan ini diselenggarakan secara rahasia tanpa propaganda apapun.

Tidak dibenarkan memilih seseorang berdasarkan kedudukannya dalam

masyarakat. Misalnya dalam pemilihan ketua, tidak diperbolehkan memilih

seseorang yang dihormati dalam masyarakat karena umurnya, kecuali dialah

orang yang paling sanggup melakukan tugas ini. Demikian pula halnya bagi

seseorang yang kaya atau seseorang yang memiliki kedudukan dalam masyarakat.

Perlu diketahui bahwa pengurus-pengurus Majelis Rohani tidak

mempunyai kedudukan khusus dalam masyarakat. Misalnya, seorang ketua

bukanlah pemimpin masyarakat atau orang yang paling dihormati. Diluar Majelis

Rohani kedudukannya sama dengan orang Baha‟i yang lainnya, dan segera setelah

pertemuan Majelis selesai, ia tidak punya hak yang lebih dari pada orang lain

dalam masyarakat.

Dalam jiwa kerjasama dan keselarasan yang penuh kasih sayang orang-

orang Baha‟i memilih Majelis Rohani mereka, dan anggota Majelis Rohani itu

Page 61: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

50

memilih para pengurusnya. Sang wali yang tercinta menulis bahwa para anggota

Majelis Rohani: “... harus menjalankan tugas mereka dengan sangat rendah hati,

dan berusaha dengan pikiran terbuka, rasa keadilan dan kewajiban yang tinggi,

keterusterangan, kesederhanaan, kesetiaannya yang penuh pada kesejahteraan dan

kepentingan teman-teman, agama dan umat manusia, untuk meraih bukan saja

kepercayaan dan dukungan yang tulus serta rasa hormat dari mereka yang

dilayani, tapi juga penghargaan dan rasa kasih sayang mereka yang sedalam-

dalamnya.

b. Cara kerja Majelis rohani

Musyawarah adalah cara kerja Majelis Rohani. Administrasi Baha‟i

bekerja melalui musyawarah. Musyawarah digunakan dalam Sembilan Belas

Harian, pertemuan Majelis Rohani Setempat, Konvensi, pertemuan Majelis

Rohani Nasional dan dalam pertemuan-pertemuan panitia. Sang Wali

mengingatkan agar selalu ingat pada dua kebajikan penting ketika kita sedang

bermusyawarah dalam pertemuan-pertemuan Baha‟i, yaitu kejujuran dan

keterbukaan.56

Ketika berkumpul dalam suatu pertemuan Baha‟i, kita harus merasa bahwa

Baha‟u‟llah bersama kita secara Rohani. Ini menimbulkan suasana kerohanian

yang menakjubkan, yang membantu kita dalam bermusyawarah. Jika kita merasa

Baha‟u‟llah hadir dalam pertemuan kita, kita akan selalu berusaha menjadi

penganut-penganut yang layak dalam agama-Nya. Baik sewaktu mengabdi pada

Majelis atau suatu panitia, ataupun dalam Sembilan Belas Harian. Kita akan

56

Hushmand fathea‟ zam, h. 120.

Page 62: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

51

berusaha sekuat tenaga untuk menghapuskan agenda pribadi atau pernyataan yang

tidak adil pada waktu bermusyawarah. Tidak ada sedikitpun jejak ketidaktulusan

dalam pembahasan dan tidak ada yang lain selain kebenaran yang dibicarakan,

karena Baha‟u‟llah bersabda:

“Wahai orang-orang yang lalai!

“Janganlah menyangka bahwa rahasia-rahasia hati itu pasti tersembunyi,

sesungguhnya, ketauhilah dengan pasti bahwa semua rahasia itu tertulis dalam

huruf-huruf yang terang dan terlihat jelas di Hadirat suci.”

Dalam musyawarah Baha‟i, setiap orang harus mengemukakan

pendapatnya dengan penuh pengabdian, sopan santun, teliti, tidak bersikeras

terhadap pendapatnya sendiri dan harus menyelidiki kebenaran. Agar terhindar

dari percekcokan dan perselisihan.57

. Ia harus memikirkan kepentingan agama

saja, dan harus melupakan hubungan pribadinya dengan individu-individu lain.

c. Majelis Rohani Nasional

Majelis Rohani Nasional adalah badan yang dipilih oleh umat Baha‟i

disuatu negara melalui suatu konvensi Nasional. Utusan-utusan dikirim dari

seluruh penjuru negeri ke konvensi itu. Aturan-aturan dasar dalam pemilihan

Baha‟i majelis Rohani Setempat, berlaku pula pada pemilihan Majelis Rohani

Nasional. Bagi umat Baha‟i pemilihan Baha‟i adalah suatu kewajiban suci yang

bersifat rohani, tidak ada pencalonan ataupun propaganda.

Tujuan Majelis Rohani Nasional adalah mengordinasi dan menyatukan

pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh semua orang Baha‟i diseluruh negara itu

57

Musyawarah Baha’i (T.tp, Majelis Rohani Nasional), h. 5.

Page 63: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

52

dan memberi semangat kepada mereka dalam melakukan kegiatan-kegiatan.

Masyarakat Baha‟i bekerja sama dengan Majelis Rohani Nasional melalui Majelis

Rohani Setempat. Majelis Rohani Nasional berhubungan dengan orang-orang

Baha‟i diseluruh negara melalui surat-surat dan buletin. Berita-berita mengenai

berbagai kegiatan orang-orang Baha‟i dan kemajuan agama diseluruh dunia

disampaikan kepada teman-teman Baha‟i oleh Majelis Rohani Nasional.58

Berita dari Majelis Nasional dibacakan oleh sekertaris atau wakil yang

ditunjuk oleh Majelis Rohani Setempat dalam Sembilan Belas Harian. Dalam

bagian kedua sembilan belas harian, yaitu bagian dimana teman-teman diajak

bermusyawarah, setiap orang Baha‟i dipersilahkan untuk memberi pandangan dan

usulnya, atau memberi janji kerjasama mereka. Hasil musyawarah sembilan belas

harian akan dikirim ke Majelis Rohani Nasional oleh Majelis Rohani setempat

disetiap daerah. Kemudian Majelis Rohani Nasional mempertimbangkan usul-usul

ini dan akan diambil setelah bermusyawarah dengan teliti.

Jika tidak ada Majelis Rohani Setempat disuatu daerah, dan yang hanya

ada sekelompok orang Baha‟i yaitu kurang dari 9 orang, Majelis Rohani Nasional

mengadakan surat-menyurat dengan salah seorang yang telah dipilih sebagai

sekretaris dari kelompok itu. Jika hanya ada satu orang Baha‟i disuatu tempat,

maka majelis Nasional akan mengadakan surat-menyurat langsung dengan dia.

Majelis Rohani Nasional mempunyai berbagai tugas yang harus

diperhatikan, maka ia membentuk panitia-panitia untuk membantunya. Anggota-

anggota yang bekerja dalam panitia ini ditunjuk oleh Majelis Nasional sendiri dan

58

Hushmand fathea‟ zam, h. 140.

Page 64: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

53

setiap panitia diberi suatu tugas khusus. Misalnya, jika Majelis Rohani Nasional

memutuskan untuk mendirikan rumah ibadah diwilayahnya, ia akan menunjuk

suatu panitia khusus yang akan menangani semua rincian pekerjaan itu dan

memberi usul-usul dari panitia itu. Contoh dari panitia-panitia lain yang dapat

dibentuk oleh Majelis Nasional untuk membantu pekerjaannya adalah panitia

Nasional Wanita, Panitia Nasional Muda-mudi, panitia Nasional Pendidikan

Anak-anak dan lain-lain. Panitia-panitia ini juga dapat dibentuk oleh Majelis

Rohani setempat. panitia yang telah dibentuk bertanggung jawab langsung kepada

Majelis yang membentuknya. Semua Majelis Rohani Setempat bertanggung

jawab kepada Majelis Rohani Nasional dan Majelis Nasional adalah lembaga

tertinggi umat Baha‟i di setiap negara.59

Majelis Rohani Nasional juga memilih ketua, wakil ketua, sekretaris dan

bendahara dan tugas para pengurus Majelis Rohani Nasional sama dengan tugas-

tugas pengurus Majelis Rohani Setempat, tetapi untuk tingkat Nasional. Anggota-

anggota Majelis Rohani Nasional dipilih melalui konvensi Nasional setiap tahun

sekali.60

Pemilihan anggota ini dilakukan secara tidak langsung. Setiap

masyarakat Baha‟i atau unit pemilihan, memilih utusan-utusan dalam jumlah

tertentu diantara warga Baha‟i didaerahnya sendiri, dan utusan-utusan inilah yang

akan mewakili umat Baha‟i diseluruh negara itu. Para utusan ke Konvensi

dikumpulkan disuatu tempat antara tanggal 21 April sampai 2 Mei, yaitu pada hari

Raya Ridwan.61

Beberapa hal yang perlu diketahui mengenai Konvensi Nasional:

59

Hushmand fathea‟ zam, h. 141. 60

Majelis Rohani Nasional (T.tp, Majelis Rohani Nasiona, Baha‟i Indonesia ), h.15. 61

Hushmand fathea‟ zam, h. 142

Page 65: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

54

1. Para utusan Konvensi harus memilih anggota-anggota Majelis Rohani

Nasional dari orang-orang Baha‟i diseluruh daerah dinegeri itu. Mereka

tidak perlu memilih anggota-anggota Majelis Rohani dari para utusan

Konvensi. Mereka dapat memilih siapa saja sejumlah sembilan orang dari

seluruh masyarakat umat Baha‟i di negara itu.

2. Mereka yang terpilih sebagai utusan-utusan Konvensi tidak mempunyai

tugas atau hak istimewa lain selain bermusyawarah di Konvensi dan

memilih Majelis Rohani Nasional yang baru. Jika Konvensi telah berakhir,

tugas-tugas mereka sebagai utusan juga berakhir. Konvensi bukanlah suatu

badan yang tetap, dan tidak memiliki anggota tetap setelah Konvensi itu

sendiri berakhir.

3. Konvensi adalah sebuah badan konsultatif (bersifat musyawarah). Hasil-

hasil musyawarahnya berupa rekomendasi-rekomendasi, diteruskan ke

Majelis Rohani Nasional dan bebas untuk menerima dan menolak usul-

usul itu.

4. Konvensi tidak lebih tinggi dari Majelis Rohani Nasional. majelis Rohani

Nasional adalah lembaga tertinggi disetiap negara dan berkuasa atas semua

Majelis Rohani Setempat dan orang-orang Baha‟i di negara itu.62

d. Balai Keadilan Sedunia

Balai Keadilan Sedunia adalah salah satu lembaga yang unik dalam agama

Baha‟i, yang anggotanya dipilih dari umat Baha‟i diseluruh dunia melalui Majelis

Rohani Nasional mereka. Baha‟u‟llah telah meyakinkan kepada umat Baha‟i

62

Hushmand fathea‟ zam, h. 143.

Page 66: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

55

bahwa Ia akan terus membimbing umat-Nya melalui Balai Keadilan Sedunia

selama kurun zaman Baha‟i berlangsung.

Baha‟u‟llah telah memberikan hukum-hukum dan ajaran-ajaran dasar

Tuhan untuk zaman ini. Tetapi Ia telah mengatakan bahwa kita juga

membutuhkan peraturan-peraturan sosial lain, yang secara berangsur-angsur akan

ditetapkan bagi kita yang selalu berubah.63

63

Hushmand fathea‟ zam, h. 144.

Page 67: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

56

BAB IV

PERSEPSI UMAT BAHA’I TERHADAP KONSEP KEPEMIMPINAN

NEGARA DI INDONESIA

A. Pengertian dan Konsep Kepemimpinan Negara di Indonesia

1. Pengertian

Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok

yaitu: pemimpin sebagai subjek dan yang dipimpin sebagai objek. Kata pimpin

mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan

juga menunjukkan ataupun mempengaruhi dan mengawasi orang lain untuk

mengerjakan tugas sesuai dengan perintah yang direncanakan. Pemimpin

mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap

keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu

tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam

menjalankan ke-pemimpinannya.64

Negara dapat diartikan sebagai sebuah

organisasi raksasa, yang merupakan produk hasil perkembangan sejarah manusia.

Sehingga Kepemimpinan Negara Indonesia merupakan negara Indonesia yang

memiliki suatu sistem kepemimpinan guna mengatur, mempengaruhi dan

mengawasi masyarakatnya yang menetap diwilayah Indonesia dibawah satu

komando seorang pemimpin untuk mengatur dan mengejar kemakmuran serta

kesejahteraan secara adil bagi masyarakatnya.

Menurut Prof. Dr. Mustopadidjaja, bahwa kepemimpinan negara Indonesia

adalah Kepemimpinan Nasional yang diartikan sebagai Sistem Kepemimpinan

64

Edi Cahyo, “kepemimpinan”, artikel diakses Kamis 21 Agustus 2014 dari

http://diecahyouinyogya.blog.com/2011/06/06/adi/.

Page 68: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

57

dalam rangka penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa, meliputi

berbagai unsur dan srtuktur kelembagaan yang berkembang dalam kehidupan

Pemerintahan negara dan masyarakat, yang berperan mengemban misi perjuangan

mewujudkan cita-cita dan tujuan bangsa sesuai dengan posisi masing-masing

dalam Pemerintahan dan masyarakat, mernurut niali-nilai kebangsaan dan

perjuangan yang diamanatkan konstitusi negara. Secara struktural, Kepemimpinan

Nasional terdiri dari pejabat lembaga-lembaga pemerintahan negara dan

pemimpin lembaga-lembaga yang berkembang dalam masyarakat, yang secara

fungsional berperan dan berkewajiban memimpin orang dan lembaga yang

dipimpinnya dalam upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara.

Menurut Anwar Ibarahim, bahwa kepemimpinan haruslah peka dan

prihatin terhadap suara dan aspirasi rakyat serta merumuskan cara pendekatan

yang melibatkan rakyat. Beliau menekankan pada konsep Syura‟ (musyawarah)

dan demokrasi penyetaraan. Pemimpin Nasional adalah sosok yang mampu

memahami kebutuhan dan aspirasi rakyat Indonesia secara keseluruhan dan

menghayati nilai-nilai yang berlaku, agar mempunyai kemampuan memberi

inspirasi kepada bangsa Indonesia dan mempunyai visi yang sesuai dengan cita-

cita bangsa Indonesia.65

2. Konsep Kepemimpinan Negara di Indonesia

Negara Republik Indonesia adalah negara yang menganut konsep negara

hukum yang demokratis yaitu pemerintahan yang terbatas kekuasaannya dan tidak

65

Imron Fauzi, “Konsep Kepemimpinan di Indonesia, artikel diakses Senin 25 Agustus

2014 dari alamat http://imronfauzi.wordpress.com/.

Page 69: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

58

dibenarkan bertindak sewenang-wenang terhadap warga negaranya. Hal ini yang

terdapat dalam undang-undang Dasar 1945 sebelum amandemen,66

bahwa:

1. Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh

MPR

2. Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechsstaat) dan tidak

berdasarkan kekuasaan belaka (machsstaat).

3. Pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar) dan tidak

bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).

Presiden Indonesia adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan

Indonesia. Sebagai kepala negara, Presiden adalah simbol resmi negara Indonesia

di dunia. Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu oleh wakil presiden dan

menteri-menteri dalam kabinet, memegang kekuasaan eksekutif untuk

melaksanakan tugas-tugas pemerintah sehari-hari. Presiden (dan Wakil Presiden)

menjabat selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan

yang sama untuk satu kali masa jabatan.

Sejarah pemerintahan indonesia telah melewati sejarah yang panjang

dengan berbagai ekperimen sistem pemerintahan yang pernah diadopsi.

Pertimbangan ini tentulah menjadi bagian penting dalam upaya mencari sistem

ideal bagi Indonesia di masa yang akan datang. Amandemen UUD 1945 tentang

sistem pemerintahan Indonesia tampaknya merupakan hasil terpenting dari

sintesis dimaksud, sekalipun masih banyak hal yang belum mampu terakomodasi

secara baik. Inilah yang kemudian disebut sistem campuran (mixed system).

66

Tim Wahyu Media, Pedoman Resmi UUD 1945 dan Perubahannya (jagakarsa: PT

Wahyu Media, 2014), h. 57.

Page 70: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

59

Sistem pemerintahan hanyalah merupakan suatu pilihan atas apa yang

diinginkan oleh rakyat banyak. Dalam sistem pemerintahan Indonesia dewasa ini,

kecenderungan yang dapat dilihat pasca diberlakukannya Amandemen UUD 1945

adalah lebih pada sistem presidensial.67

Hal ini terlihat di mana Presiden dan

wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat.

Menurut UUD 1945, negara Republik indonesia Pemerintahannya

dipimpin oleh Presiden dan dibantu oleh seorang wakil presiden. Presiden sebagai

kepala negara ia juga sebagai kepala pemerintahan. Dalam konteks Indonesia

yang menganut sistem Presidensil, “kepresidenan” cenderung memiliki kekuasaan

yang dominan dan menentukan. 68

Pada masa awal pemerintahan, kekuasaan presiden dalam menjalankan

pemerintahan berdasarkan Pasal IV aturan peralihan UUD yang berbunyi :

“sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan

Dewan Pertimbangaan Agung dibentuk menurut undang-undang dasar ini, segala

kekuasaannya dijalankan oleh Presiden.

Indonesia setelah kemerdekaannya telah mengamandemen UUD 1945

sebayak empat kali. Undang–undang Dasar 1945 merupakan hukum tertinggi

dimana kedaulatan berada ditangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut

UUD 1945. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi

67

M. Labolo, Memahami Ilmu Pemerintahan. suatu kajian, teori, konsep, dan

pengembangannya (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), h. 112. 68

Beddy Irawan Maksudi, Sistem Politik Indonesia (jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2012), h. 225.

Page 71: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

60

pancasila69

. Dan penyangga pilar utama demokrasi adalah partai politik. Karena

itu partai politik merupakan salah satu komponen yang penting di dalam dinamika

perpolitikan sebuah bangsa. Artinya, tidak ada demokrasi tanpa partai politik.

Melalui partai politik dipandang sebagai salah satu cara seseorang atau

sekelompok individu untuk meraih kekuasaan.70

Dengan demikian, partai politik adalah konsep yang sangat penting untuk

dipahami, karena ia merupakan kelengkapan utama dalam masyarakat dan negara.

Partai politik juga berperan sebagai penghubung antara rakyat disatu pihak dan

pemerintah dilain pihak. Oleh karena itu partai politik dianggap sebagai

perwujudan dari suatu sistem politik yang demokratis, yang mewakili aspirasi

rakyat.

Partai politik menurut Undang-Undang No.2/2008 didefinisikan sebagai

organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara

Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk

memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa

dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Tahun 1945.71

69

Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang sesuai dengan tradisi dan filsafat hidup

masyarakat Indonesia. merupakan demokrasi yang sehat, berlandaskan pada suatu ideologi

tunggal, yaitu Pancasila. 70

Rumidan Rabi‟ah, Lebih Dekat Dengan Pemilu di Indonesia (Jakarta: PT. RajaGrafindo

persada, 2009), h.28. 71

Beddy iriawan , h.268.

Page 72: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

61

Indonesia memiliki struktur ketatanegaraan yang dikenal dengan

menggunakan teori Trias Politika72

yang didalamnya adalah eksekutif (kekuasaan

pelaksana undang-undang), legislatif (kekuasaan pembuat undang-undang) dan

yudikatif (kekuasaan mengadili).73

Di Indonesia susunan kelembagaan negaranya

pernah mengalami beberapa amandemen. Amandemen UUD 1945 yang telah

dilakukan sebanyak empat kali menggulirkan berbagai perubahan dalam struktur

ketatanegaraan, dengan pemisahan kekuasaan antara lain adanya lembaga negara

yang dihapus maupun yang lahir baru. Badan legislatif terdiri dari anggota MPR,

DPR, DPD, badan Eksekutif terdiri dari Presiden dan Wakil Presiden, sedang

Yudikatif terdiri atas kekuasaan kehakiman yaitu Mahkamah Agung (MA),

sedangkan Mahkamah Konstitusi (MK), dan Komisi Yudisial sebagai lembaga

baru. Lembaga negara lama yang dihapus adalah dewan pertimbangan agung

(DPA), dan badan pemeriksa keuangan (BPK) tetap ada hanya diatur tersendiri

diluar kesemuanya. Lihat dalam bagan gambar berikut ini:74

Legislatif Eksekutif Yudikatif

72

Trias politica merupakan gagasan Mostiquie (1689-1744) yang berarti sistem pemisahan

kekuasaan dalam negara yang dibagi menjadi tiga bentuk kekuasaan. Yaitu, legislatif, eksekutif,

dan yudikatif. 73

Diana Halim Koentjoro, Hukum Administrasi Negara (Bogor Ciawi: Ghalia Indonesia,

2004), h.97. 74

Beddy Irawan Maksudi, h. 142

UUD 1945

MPR

DPR

DPD

PRESIDEN

WAKIL PRESIDEN

BPK

KEKUASAAN

KEHAKIMAN

MA/MK/KY

Page 73: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

62

Berdasarkan bagan diatas, Kepala negara indonesia atau presiden dan

wakil presiden merupakan bagian dari eksekutif. Yang dipilih sebagaimana bunyi

UUD 1945 Pasal 29 ayat 1 yang mengatakan bahwa Partai Politik melakukan

rekrutmen terhadap warga negara Indonesia untuk menjadi anggota Partai Politik,

bakal calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah, bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah dan bakal calon

Presiden dan Wakil Presiden. Jelas dikatakan bahwa presiden dan wakil presiden

di pilih menjadi kandidat bakal calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan

oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi

persyaratan.75

B. Memilih Pemimpin di Indonesia

Seorang calon kepala negara atau presiden dan wakil presiden indonesia

harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Undang-undang.

Persyaratan calon presiden dan calon wakil presiden Indonesia, diantaranya:76

a. berbertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima

kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri;

c. tidak pernah mengkhianati negara, serta tidak pernah melakukan tindak

pidana korupsi dan tindak pidana berat lainnya;

75

Undang-undang Republik Indonesia nomor 42 tahun 2008 tentang pemilihan umum

presiden dan wakil presiden menetapkan UU tentang pemilihan Presiden dan wakil presiden Bab I

ketentuan umum pasal 1 ayat 4. 76 http://www.pemiluindonesia.com/files/UU-No-42-Tahun-2008.pdf diakses Senin 10

November 2014.

Page 74: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

63

d. mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan

kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden;

e. bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

f. telah melaporkan kekayaannya kepada instansi yang berwenang

memeriksa laporan kekayaan penyelenggara negara;

g. tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan

keuangan negara;

h. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan;

i. tidak pernah melakukan perbuatan tercela;

j. terdaftar sebagai Pemilih;

k. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah melaksanakan

kewajiban membayar pajak selama 5 (lima) tahun terakhir yang dibuktikan

dengan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak

Orang Pribadi;

l. belum pernah menjabat sebagai Presiden atau Wakil Presiden selama 2

(dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama;

m. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi 17

Agustus 1945;77

77

Skripsi Tigore Einsten, Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dalam Rangka

Pelaksanaan Kedaulatan Rakyat di Indonesia (Analisis Yuridis UUD no 42 Tahun 2000 tentang

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden), Fakultas Syariah dan Hukum, Program Studi Ilmu

Hukum, UIN Syarif Hidayatullah,2014.

Page 75: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

64

n. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang

telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana

yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;

o. berusia sekurang-kurangnya 35 (tiga puluh lima) tahun;

p. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA),

Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah

Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat;

q. bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia,

termasuk organisasi massanya, atau bukan orang yang terlibat langsung

dalam G.30.S/PKI; dan

r. memiliki visi, misi, dan program dalam melaksanakan pemerintahan

negara Republik Indonesia.78

Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama lima tahun,

dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu

kali masa jabatan.79

Presiden dan wakil Presiden memiliki hak, wewenang, dan

kewajiban antara lain:

a. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD

b. Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut

dan Angkatan Udara

78

Undang-undang Republik Indonesia nomor 42 tahun 2008 tentang pemilihan umum

presiden dan wakil presiden menetapkan UU tentang pemilihan Presiden dan wakil presiden Bab

III bagian ke 1 pasal 5. 79

Ni‟matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, edisi Revisi (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2010) h. 188.

Page 76: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

65

c. Mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR). Presiden melakukan pembahasan dan pemberian

persetujuan atas RUU bersama DPR serta mengesahkan RUU menjadi

UU.

d. Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (dalam

kegentingan yang memaksa)

e. Menetapkan Peraturan Pemerintah

f. Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri

g. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara

lain dengan persetujuan DPR.

h. Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR

i. Menyatakan keadaan bahaya.

j. Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden

memperhatikan pertimbangan DPR.80

k. Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan

pertimbangan DPR.

l. Memberi grasi, rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan

Mahkamah Agung.81

m. Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR.

n. Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur

dengan UU.82

80

Perubahan Pasal 13 UUD 1945. 81

Perubahan Pasal 14 UUD 1945. 82

Perubahan Pasal 15 UUD 1945.

Page 77: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

66

o. Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang dipilih oleh DPR

dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah

p. Menetapkan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh Komisi Yudisial

dan disetujui DPR

q. Menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden, DPR,

dan Mahkamah Agung

r. Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan

persetujuan DPR.

Wewenang dan kewajiban diatas diberikan kepada Presiden dan wakil

Presiden selama masih menjabat sebagai kepala negara Indonesia yang semuanya

diatur oleh undang-undang.aq

C. Persepsi Umat Baha’i terhadap Konsep Kepemimpinan Negara di Indonesia

Umat Baha‟i mempunyai hukum ajaran, dan kami umat Baha‟i tetap

berpegang terhadap ajaran kami, yang salah satunya berbeda dengan apa yang

memang diterapkan di Indonesia, tentang tatacara pencalonan kepala negara yang

berdasarkan undang-undang harus diusulkan oleh partai politik yang telah

memenuhi persyaratan. Hal ini berbeda dengan ajaran kami yang tidak

diperbolehkan ikutserta dalam partai politik untuk dapat menempati posisi sebagai

orang yang memiliki kekuasaan untuk mengatur masyarakat di Indonesia.

Mereka tetap memegang teguh ajaran yang telah disampaikan Baha‟u‟llah.

Ikut bagian dalam partai politik menurutnya salah satu bagian yang

menggiringnya kepada persaingan, pertentangan, dan pemecah-belah yang

Page 78: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

67

memang bertentangan dengan visi persatuan dunia. Hal ini bukan berarti umat

Baha‟i tidak mengetahui perkembangan politik dan pengertian politik sejatinya.

Umat Baha‟i yang merupakan penduduk Indonesia tetap harus patuh dan

tunduk terhadap pemerintahan yang berlaku dinegara kami. Sebagai contoh kami

tidak terjun dalam partai politik tetapi kami tetap ikut serta menyumbangkan hak

suara kami pada pencalonan presiden dan wakil presiden.83

Kami tetap

menjalankan segala aturan yang dibuat oleh pemerintah negara Indonesia, karena

patuh, setia dan patriotisme terhadap negara merupakan salah satu ajaran yang

juga di sampaikan oleh Baha‟u‟llah.

Orang Baha‟i tetap diperbolehkan bekerja dikantor pemerintahan, tetapi

penting sekali untuk membedakan antara jabatan yang bersifat murni

administratof dengan jabatan yang bersifat diplomatis dan politis. Mengabdi pada

jabatan yang murni administratif adalah satu cara dimana orang Bahai dapat

menunjukan cinta pada negaranya.

“Orang Baha‟i dapat menunjukan cinta untuk negaranya dengan mengabdi

bagi kesejahteraan negara dalam kegiatan sehari-harinya, atau dengan cara

bekerja dalam bidang administrasi pemerintahan, bukannya bekerja

melalui partai politik atau dalam jabatan-jabatan yang bersifat diplomatis

ataupun politis.”84

Yang dimaksud dengan jabatan yang murni administratif adalah jabatan

yang dalam segala keadaan tidak terpengaruh oleh perubahan dan kejadian yang

pasti menimpa kegiatan politik dan pemerintahan partai disetiap negara.

83

Wawancara Pribadi dengan Ibu Nasrin Astani, Jakarta, 19 November 2014. 84

Surat dari Balai Keadilan Sedunia kepada Majelis Rohani Nasional Afrika, tanggal 08

Februari 1970: Australian LSA Handbook, h.364, no.15

Page 79: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

68

Sehubung dengan sifat non politisi dari Agama, orang-orang Baha‟i boleh

memberikan suara jika mereka dapat melakukannya tanpa mengaitkan diri atau

mengidentifikiasi diri mereka dengan salah satu partai. Seperti dalam surat

Bimbingan Tentang Politik, bahwa memasuki arena partai politik pastilah akan

merugikan agama serta akan membahayakan agama. Terserah pada individu

bagaimana mereka menggunakan hak pilih mereka, tetapi tetap menjaga jarak dari

partai polotik, dan bukan karena dia merupakan anggota salah satu partai. Ini

harus benar-benar jelas bagi para individu yang bebas untuk melaksanakan atau

menerapkan kebijaksanaan dan kehati-hatian mereka. Tetapi bila ada seseorang

yang masuk atau ikut dalam partai politik dan bekerja demi kemenangan suatu

partai di atas partai lainnya dan terus melakukan hal ini walau sudah ditegur dan

diperingati oleh Majelis, maka Majelis berhak mencabut hak pilihnya dalam

pemilihan Baha‟i.85

Bagi orang-orang Baha‟i yang hidup di negara-negara di mana struktur

politik didasarkan pada sistem satu partai tetap pada prinsip awal. Sang wali yang

tercinta telah berulang kali menekankan prinsip menolak ikut dalam partai politik

manapun. Dalam buku “The Advent Of Divine justice” dalam membahas tingkah

laku yang benar yang harus tercermin dalam masyarakat Baha‟i, Ia mengatakan: “

yang harus menjadi ciri-ciri dari sikap setiap penganut yang setia adalah tidak

mau meminta jabatan-jabatan yang bersifat politis, tidak mengidentifikasi diri

dengan partai-partai politik, tidak terlibat dalam kontroversi politik, dan tidak ikut

dalam keanggotaan organisasi politik.

85

Bimbingan Tentang Politik (dari surat tertanggal 16 Maret 1933, ditulis atas nama sang

Wali kepada Majelis Rohani Nasional Amerika Serikat dan Kanada), h.442

Page 80: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

69

Seorang Baha‟i yang setia dalam keadaan apapun tidak boleh ikut serta

dalam suatu program politik atau kebijakan yang dirumuskan dan dijalakankan

oleh suatu partai politik. Karena afiliasi dengan suatu partai politik semacam itu

pasti menyebabkan ditolaknya beberapa prinsip serta ajaran agama atau

menyebabkan pengakuan sebagian saja dari beberapa kebenaran mendasarnya.

Oleh sebab itu orang-orang Baha‟i harus menjaga jarak dari partai politik.

Terutama yang penting untuk dihindari dalam keadaan apapun dan dalam bentuk

apapun adalah sikap partisan.86

Seorang Baha‟i boleh dipilih sebagai kepala lingkungan yang mengabdi

pada dewan lingkungan asalkan ia tidak harus menjadi anggota suatu partai

politik, pengabdiannya sebagai ketua lingkungan atau pejabat daerah tidak

melibatkannya dalam politik yang bersifat partisan, bahwa ia tidak berkampanye

untuk memperoleh jabatannya, jika disyaratkan oleh hukum.

Umat Baha‟i melihat Baha‟ullah membawa suatu sistem administrasi yang

umat Bahai percaya, tapi dalam penerapannya umat bahai juga masih dalam

proses belajar. Karena yang Baha‟u‟llah bawa adalah teori. Yang didunia ini

masih sangat jauh perwujudan kesempurnaan dari pelaksanaan yang Baha‟u‟llah

sampaikan, pada saat ini orang-orang Bahai menawarkan kepada seluruh

masyarakat untuk belajar bersama, mari kita bekerja sama-sama untuk menuju

mewujudkan suatu kepemimpinan yang lebih baik. Administrasi negara Baha‟i

86

Bimbingan Tentang Politik (dari surat tertanggal 17 Desember 1935, ditulis atas nama

Shoghi Effendi kepada seorang Baha‟i), h. 3

Page 81: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

70

ini menurutnya unik, tersendiri dan beda dengan yang lain. Orang-orang Baha‟i

tidak mengatakan bahwa sistem seperti ini merupakan sistem yang paling bagus.87

Umat Baha‟i sebisa mungkin untuk memiliki mata pencaharian atau

penghasilan dengan jalan-jalan yang baik dan benar,. Mereka Tidak bisa ikut

mencalonkan diri untuk menjadi presiden ataupun lembaga-lembaga pemerintahan

di indonesia untuk mendapatkan jabatan, penghasilan dan kekuasaan yang

memang erat kaitannya dengan partai politik. Kecuali lembaga-lembaga

independen yang terlepas dari syarat harus diusulkan dari partai politik. Karena

jelas dikatakan dalam kitab Al Aqdas yang melarang umatnya ikut serta dalam

partai politik.

87

Wawancara Pribadi dengan Ibu Rina, Tangerang 22 Oktober 2014.

Page 82: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

71

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari kajian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa agama Baha‟i

memiliki konsep mengenai kepemimpinan, bahwa untuk zaman saat ini tidak

diperlukan lagi kepemimpinan perseorangan, semua urusan baik persoalan agama

maupun sosial di tangani oleh Majelis-majelis Rohani. Dari tingkat terendah yakni

Majelis Rohani Setempat mengurusi masyarakat setempat, Majelis Rohani

Nasional mengurusi masyarakat di tingkat nasional dan Balai Keadilan Sedunia

mengurusi masyarakat Baha‟i diseluruh dunia. Majelis-majelis Rohani dan Balai

Keadilan Sedunia inilah yang memegang jabatan untuk mengatur masyarakatnya

dimanapun berada, sehingga kepemimpinan menurut agama Baha‟i tidak

dipegang oleh satu orang tetapi berdasarkan utusan-utusan yang telah dipilih

untuk memegang tugas kepemimpinan dari tingkat setempat sampai Balai

Keadilan Sedunia.

Jabatan kepemimpinan dalam agama Baha‟i ini tidak memiliki gaji seperti

kepemimpinan yang dipegang oleh kepala negara Indonesia, sehingga harus

benar-benar orang yang sanggup mengemban tugas tanpa imbalan. Lembaga

tertinggi agama Baha‟i di jalankan oleh Balai Keadilan Sedunia yang menjabat

selama lima tahun. Di indonesiapun demikian, jabatan kepala negara di pegang

selama lima tahun. yang berbeda kepemimpinan negara indonesia dipimpin oleh

seorang calon presiden dan calon wakilnya yang di usulkan dari partai politik

yang telah memenuhi syarat dalam pemilihan umum. Hal ini berbeda dengan

Page 83: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

72

ajaran agama Baha‟i. Ajaran Baha‟i melarang umatnya untuk ikut serta dalam

partai politik. Mereka tetap memegang teguh ajaran yang telah disampaikan Sang

Baha‟u‟llah. Ikut bagian dalam partai politik menurutnya salah satu bagian yang

menggiringnya kepada persaingan, pertentangan,dan pemecah-belah yang

bertentangan dengan visi persatuan dunia.

Orang Baha‟i bekerja sama dengan pemerintah-pemerintah yang resmi

untuk memberikan sumbangan demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat

dimana orang Baha‟i itu berdiam. Hal ini merupakan bentuk kontribusi umat

Baha‟i kepada politik di negara tersebut. Bukan berpartisipasi dalam partai politik.

Pendekatan yang diambil oleh komunitas Baha‟i untuk tidak terlibat dalam

partai politik, tidak dimaksudkan sebagai ekspresi penolakan yang mendasar pada

pengertian politik. Umat Baha‟i tetap ikut dalam pemilihan umum tetapi mereka

tidak mengidentikasikan diri dengan partai apapun dalam menjalankan pemilihan

presiden. Umat Baha‟i memandang pemerintah merupakan suatu sistem untuk

memelihara kesejahteraan dan perkembangan yang tertib dari sebuah masyarakat.

Umat Baha‟i menjalankan semua ini demi menjalankan hukum-hukum yang ada

di Indonesia tanpa melanggar keyakinan dasar agama mereka. Tetap setia dan

bersikap patriotisme terhadap pemerintahan dimanapun umat Baha‟i tinggal.

B. Saran-Saran

Dari penjelasan yang sederhana tentang Konsep Kepemimpinan dalam

Agama Baha‟i dan Persepsinya Terhadap Pola Kepemimpinan Negara di

Indonesia, penulis berharap:

Untuk umat Baha‟i:

Page 84: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

73

1. Nilai-nilai luhur agama, sosial dan budaya tetap ditingkatkan,

2. Persatuan antar umat Baha‟i, persatuan antara umat Bahai dengan umat

beragama yang lain, dan persatuan antara umat Baha‟i dengan Pemerintah

agar dikuatkan.

3. Agama Baha‟i menerbitkan buku-buku kedalam masyarakat guna

memberitahukan kepada masyarakat luas akan ajaran dan akidah umat

Baha‟i, supaya tidak dengan mudah langsung mengatakan agama Baha‟i

sesat.

Untuk Masyarakat:

1. Agar masyarakat di luar agama Baha‟i menerima dengan tidak ada

profokatif tentang suatu keyakinan, jadi setiap keyakinan yang berbeda

agar kita hormati.

2. Diharapkan tidak ada permusuhan antar agama. Baik agama yang sudah

ditetapkan oleh Pemerintah dengan agama yang belum ditetapkan oleh

Pemerintah. Karna hal tersebut merupakan suatu keyakinan seseorang

yang bersifat imateri yang sulit diubah.

3. Agar dikuatkan akidahnya masing-masing, memperlajari agamanya

masing-masing sesuai dengan pengamalan yang diajarkan oleh kitab

sucinya masing-masing. Sehingga menjadi orang-orang yang bertakwa,

yang beriman, yang nilai-nilai agamanya mau menerima perbedaan-

perbedaan.

Page 85: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

74

Saran untuk pemerintah:

1. pemerintah harus menerima berbagai keyakinan yang ada dimasyarakat

dan melindungi suatu keyakinan itu, tidak bersikap apriori terhadap suatu

keyakinan agama diluar agama yang telah ditetapkan pemerintah.

2. Perintah untuk tidak pilih kasih terhadap anak bangsa. Terhadap keyakinan

agama, semua harus dilindungi dan dikembangkan dengan potensinya

masing-masing.

3. Bahwa keyakinan seseorang terhadap suatu agama tidak bisa dipaksakan,

akan tetapi diberi pengertian dengan cara-cara yang baik sehingga timbul

kerukunan. Baik kerukunan inter umat beragama, antar umat beragama,

dan antar umat beragama dengan Pemerintah. Tidak menutup diri terhadap

keyakinan-keyakinan agama minoritas.

Demikian saran-saran yang dapat penulis sampaikan, semoga kehidupan

beragama di Indonesia dalam naungan Tuhan yang Maha Esa. Jayalah Indonesia

dalam kesatuan Kebhinekaan dan perdamaian.

Page 86: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

75

DAFTAR PUSTAKA

----------, Agama Baha’i. Indonesia: Majelis Rohani Nasional Baha’i Indonesia,

2013.

----------, Agama Baha’i. Indonesia: Majelis Rohani Nasional Baha’i Indonesia,

2008.

Duverger, Maurice. Sosiologi Politik. Jakarta: CV.Rajawali, 1988.

Fathea’ zam, Hushmand. Taman baru. Indonesia: Majelis Rohani Baha’i

Indonesia, 2009.

Halim Koentjoro, Diana Hukum Administrasi Negara. Bogor Ciawi: Ghalia

Indonesia, 2004.

Huda, Ni’matul. Hukum Tata Negara Indonesia, edisi Revisi, Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2010.

----------, Himpunan dari Tulisan Sang Suci Baha’u’llah. Indonesia: Majelis

Rohani Nasional Baha’i Indonesia

Irawan Maksudi, Beddy. Sistem Politik Indonesia. jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2012.

Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN Press,

1999.

Keen, Michael. Agama-agama Dunia. Jakarta: Kanisius, 2006.

Khotbah-khotbah Abdul Baha’ di Paris terjemahan dari Paris Talks, Addresses

Given by Abdul Baha in 1911. Indonesia: Majelis Rohani Nasional Bahai

Indonesia, 2008.

Labolo, M. Memahami Ilmu Pemerintahan. suatu kajian, teori, konsep, dan

pengembangannya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008.

Page 87: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

76

---------, Majelis Rohani Nasional. indonesia: Majelis Rohani Nasiona Baha’i

Indonesia.

----------, Majelis Rohani Setempat. Indonesia: Majelis Rohani Nasional Baha’i

Indonesia.

----------, Musyawarah Baha’i. Indonesia: Majelis Rohani Nasional Baha’i

Indonesia

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2012.

Nadroh, Siti dan Syaiful Azmi. Agama-agama Minor. Jakarta: UIN Jakarta Press,

2013.

----------, Perwujudan Kembar. Indonesia: Majelis Rohani Nasional Baha’i

Indonesia.

Rabi’ah, Rumidan. Lebih Dekat Dengan Pemilu di Indonesia. Jakarta: PT.

RajaGrafindo persada, 2009.

----------, Renungan Tentang Kehidupan Roh. indonesia: Majelis Rohani Nasional

Bahai Indonesia, 2006.

Riberu, J. Dasar-dasar Kepemimpinan. Jakarta: Cv Pedoman Ilmu Jaya, 1992.

Suprayogo, Imam. Kyai dan Politik, Membaca Citra Politik Kyai. Malang: UIN-

Malang Press, 2009

Thalhas, T.H. Pengantar Study Ilmu Perbandingan Agama. Jakarta: Galura Pase,

2006.

Vaezi, Ahmed, Agama Politik, Nalar Politik Islam, Jakarta: Citra, 2006

Wahjono, Padmo dan Syamsudin, Nazarudin. Pengantar Ilmu Politik, Jakarta: Pt

Raja Grafindo Persada, 2009

Page 88: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

77

Artikel Website

Edi Cahyo, “kepemimpinan”, artikel diakses pada hari kamis 21 Agustus 2014

dari http://diecahyouinyogya.blog.com/2011/06/06/adi/

Fauzi, Imron “Konsep Kepemimpinan di Indonesia, artikel diakses pada senin 25

Agustus 2014 dari alamat http://imronfauzi.wordpress.com/

http://www.pemiluindonesia.com/files/UU-No-42-Tahun-2008.pdf diakses pada

tanggal 10 November 2014

www.Bahaiindonesia.org Diakses pada senin 13 oktober 2014

Situs Resmi Baha’i Indonesia, “Ajaran agama Baha’i”, artikel diakses pada senin

13 oktober 2014 dari http://bahaiindonesia.org/ajaran-agama-bahai/

Situs Resmi Baha’i Indonesia, “Masuknya Agama Baha’i di Indonesia”, Diakses

pada Senin 13 oktober 2014 dari http://bahaiindonesia.org/masyarakat-

bahai/masuknya-agama-bahai-di-asia-selatan-dan-asia-tenggara/

Wawancara Pribadi dengan Ibu Nasrin Astani, Jakarta, 19 November 2014.

Wawancara Pribadi dengan Ibu Rina, Tangerang 22 Oktober 2014.

Wawancara Pribadi dengan Ibu Nasrin Astani, Jakarta, 2 Desember 2014.

Wawancara Pribadi dengan Ibu Rina, BSD City, 2 Desember 2014

Page 89: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 90: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

SIJRAT KETERANGAN WAWANCARA

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama

Jabatan

Alamat

&,', rt/*ein: r/sr+af

Dengan ini menyatakan

Wrb-.(.Po,e-rry3*z/;Duti Hed.. Asnteati

\1E0B2ro(Dbr

pesooa tA.g. U.,*'Gs \to' \o'atso.a - taq3elae,g.

l*asn' Nama tersebut diatas benar-benar terah mengadakan wawancara dengan

kami dalam rangka penyelesaian skripsi..

Demikian'keterangan ini kami buat dengan sebenar-benamya agar yang.berkepentingan mengetahui adanya.

Nama

Nim

Alamat

irr

Jakarta 2 Desember 2014

pl

Page 91: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

SI,RAT KETERANGAN ItrAWANCARA

Saya y.aog bertanda tangan dibawah ini

Nama

Jabatan

Alamat

Agama

Dengan ini menyatakan

Nama

Nim

Alamat

Agama

?tn^7.'-A"; A-

(t o,rc'' Jl-'"P

E rwo'r

Y ,svP

9^i H"*V, Ao<sae,i

Lttqq32rooa6s

?.sona 0uuou ?.uiu, !+,,. q s No \o

C(eor<-a - tleg.cerg.

tdem

Nama tersebut diatas benar-benar telah mengadakan wawancara dengankami dalam rangka penyelesaian skipsi.

Demikian keterangan ini kami buat denlan sebenar_benamya agar yang'berkepentingan mengetahui adanya.

Jakada, 2 Desember 2014

i_i

^fi,9fl-,t

'r" .-..

Page 92: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

Wawancara dengan Ibu Nasrin

1. Tanya: Bagaimana pengertian kepemimpinan menurut Agama Baha’i yang

anda ketahui dan adakah konsep kepemimpinannya?

Jawab:

Dalam Agama Baha’i tidak ada pemimpin individu, tapi ada lembaga yang

membimbing urusan-urusan masyarakat dan lembaga ini ada di tingkat

Setempat sampai Nasional untuk mengurusi negara.

2. Adakah syarat-syarat khusus untuk menjadi seorang pemimpin menurut

agama Baha’i?

Jawab:

Dalam Agama Baha’i tidak ada satu orang yang menjadi pemimpin. Yang

menjadi pemimpin itu 9 orang namun demikian ada syarat-syarat untuk

menjadi anggota majelis, antara lain: berusia 21 tahun keatas, pengalaman

yang matang, yang paling penting yaitu pengabdian yang tidak mementingkan

diri sendiri dan mempunyai jiwa kesetiaan.

3. Apa saja tugas dan tanggung jawab bagi pengurus Agama Baha’i?

Jawab:

Anggota lembaga terdiri dari 9 orang yang dipilih satu kali dalam setahun

pada tanggal 21 April secara rahasia dan suasana rohani tanpa berharap untuk

di pilih atau tidak di pilih. Mereka akan mengurus dan bermusyawarah dalam

suasana rohani untuk urusan-urusan masyarakatnya. Ketika berkumpul dalam

pertemuan Baha’i merasa Bahaul’lah ada bersama kita dengan kejujuran dan

keterbukaan.

Page 93: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

4. Menurut anda adakah perbedaan konsep kepemimpinan secara Baha’i dan

konsep kepemimpinan Negara di Indonesia dan jelaskan agaimana umat

Baha’i yang bertempat tinggal di Indonesia menyikapi hal tersebut.

Jawab:

Orang Baha’i dimana dia tinggal dia harus patuh pada pemerintah dimana dia

tinggal. Misalnya, di Indonesia berarti dia harus patuh dengan pemerintahan

di Indonesia. namun demikian orang Baha’i tidak di perkenankan untuk ikut

partai politik. Asas itu karena itu, Bahaul’lah datang dengan persatuan dan

partai politik pasti akan mementingkan golongannya sendiri, walaupun

demikian kita tetap berpartisipasi dalam Pemilihan Umum dimana kita

tinggal.

5. Menurut anda apakah konsep kepemimpinan menurut Agama Baha’i dapat

ditegakan khususnya di Indonesia?

Jawab:

Kami yakin perlahan-lahan sistem ini akan berlaku di seluruh dunia karena

umat manusia rindu untuk bersatu. Hal ini tidak terlepas tergantung dari umat

Baha’i menyelaraskan ajaran-ajaran yang di ajarkan Bahaul’lah dalam

kehidupannya.

6. Menurut anda apakah konsep kepemimpinan Baha’i itu lebih baik?

Jawab:

Ya tidak mungkin pula orang Baha’i mengatakan bahwa sistem ini lebih baik.

Kita tidak bilang seperti itu, tapi menurut kami inilah sistem pemerintahan

yang cocok untuk zaman ini. Tiap-tiap masa hadirnya perwujudan Tuhan.

Yaitu membawa ajaran-ajaran yang sesuai kebutuhan zamannya.

Page 94: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

7. Apakah tujuan dari keseluruhan konsep kepemimpinan Baha’i?

Jawab:

Supaya manusia bersatu baik dalam pandangan, visi, dan misi tercapainya

kesatuan manusia.

Page 95: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

Wawancara dengan Ibu Rina

1. Bagaimana pengertian kepemimpinan menurut agama Bahai yang anda

ketahui dan adakah konsep kepemimpinannya?

Jawab:

konsep kepemimpinan dalam agama Baha’i, setelah Shoghi efendi wafat,

tidak ada lagi yang namanya kepemimpinan perseorang, semua urusan-urusan

umat Baha’i diserahkan oleh lembaga. Lembaga-lembaga ini bernama Majelis

Rohani Setempat, Nasional dan Balai Keadilan Sedunia.

2. Adakah syarat-syarat khusus untuk menjadi seorang pemimpin menurut

agama Bahai?

Jawab:

ada, untuk menjadi pengurus dari Majelis-majelis Rohani, kita umat Baha’i

harus benar-benar memilih siapa yang memang pantas untuk menjadi

pengurus-pengurus tersebut. Diantaranya harus sudah berusia atau lebih dari

21 tahun, tidak ada gangguan kejiwaan, kesetiaan yang tidak diragukan,

pengabdiannya tidak mementingkan diri sendiri, kemampuan yang diakui, dan

pengalaman yang sudah matang.

3. Bagaimana umat Baha’i yang bertempat tinggal di Indonesia menyikapi

tentang cara pemilihan kepala negara yang diusung oleh partai politk yang

berbeda dengan ajaran Baha’i?

Jawab:

Kami umat Baha’i yang bertempat tinggal di Indonesia tetap harus patuh dan

tunduk terhadap pemerintahan indonesia. kami hanya tidak ikut dalam

kegiatan politik partisan dan tidak boleh menjadi anggota partai politik, tapi

Page 96: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

kami sebagai masyarakat Indonesia bebas memberikan suara sesuai dengan

hati nurani kami.

4. Menurut anda apakah konsep kepemimpinan menurut agama Bahai dapat

ditegakan khususnya di Indonesia?

Jawab:

Untuk saat ini tentu saja suatu sistem yang baru datang, tidak mungkin

diterima kedatangannya, contohnya kedatangan Yesus hingga disalib.

Muhammad sampai Hijrah. Sama juga dengan Baha’u’llah, selama 40 tahun

disiksa masih saja ditolak. Itu memang sudah menjadi salah satu ciri khas

dimana-mana sepanjang sejarah umat manusia, sesuatu yang baru datang dari

Tuhan itu pasti ditolak dulu oleh manusia. Karena manusia ini selalu

berpegang pada yang sebelum-sebelumnya, yang sudah ada. Yang menjadi

budaya yang mendarah daging dalam dirinya. Nah kalau terkait dengan

administrasi Baha’i ini, ya untuk saat ini ya sama, tidak mungkin bisa

diterapkan sepenuhnya dalam suatu sistem politik disuatu negara seperti

Indonesia, tapi kita yakin walaupun tidak bisa sepenuhnya, kita orang Baha’i

bisa menyumbang ide yang bisa ikut berkontribusi kepada suatu sistem

pemerintahan yang baru, contohnya kita banyak bermusyawarah, dengan

kementrian agama. Contoh sederhana tentang di sekolah-sekolah untk

menghilangkan prasangka agama, menghilangkan permushan antar agama.

5. Menurut anda apakah konsep kepemimpinan Bahai itu lebih baik?

Jawab:

Kami umat Baha’i tidak pernah mengatakan bahwa sistem yang kami miliki

ini lebih baik ataupun lebih bagus. Cuma kami percaya sistem administrasi

Page 97: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

yang Baha’u’llah sampaikan memang masih bersifat teori yang di dunia ini

masih sangat jauh perwujudan kesempurnaan dari pelaksanaannya, bahwa

pada saat ini kami umat Baha’i menawarkan kepada seluruh masyarakat untuk

belajar bersama, mari kita bekerja sama-sama untuk mewujudkan suatu

kepemimpinan yang lebih baik, dari sistem administrasi yang unik ini.

6. Apakah tujuan dari keseluruhan konsep kepemimpinan Bahai?

Jawab:

Persatuan umat diseluruh dunia. Semua manusia adalah satu unit manusia

Page 98: KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM AGAMA BAHA’I DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27696/1/DEWI... · agama Baha‟i yang memiliki prinsip, ajaran, hukum dan kewajiban

Wawancara dengan Ibu Nasrin (Umat Baha’i)

Wawancara dengan ibu Rina (Umat Baha’i)