konsep health belief model.doc

10
2.4 Konsep Health Belief Model 2.4.1 Sejarah Health Belief Model Pada tahun 1950-an peneliti kesehatan publik Amerika Serikat mulai mengembangkan suatu model yang memiliki target indikasi untuk program edukasi kesehatan. (Hochbaum 1958; Rosenstock 1966). Tapi, psikolog sosial di Amerika Serikat ini mendapati masalah dengan sedikitnya orang yang berpartisipasi dalam program pencegahan dan deteksi penyakit. Penelitian yang terus berkembang melahirkan model kepercayaan sehat atau health belief model. Irwin Rosenstock (1974) adalah tokoh yang mencetuskan health belief model untuk pertama kali bersama Godfrey Hochbaum (1958). Mereka mengembangkannya dengan mengemukakan kerentanan yang dirasakan untuk penyakit TBC. Teori ini menjelaskan bagaimana program skreening medis yang ditawarkan oleh U.S. Public Health Service (USPHS), utamanya untuk tuberkulosis yang tidak berhasil (Hochbaum, 1958 pada Jones and Barlett, 2010). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010), munculnya model ini didasarkan pada kenyataan bahwa problem-problem kesehatan ditandai oleh kegagalan orang atau masyarakatuntuk menerima usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider. 2.4.2 Pengertian Health Belief Model

Upload: tix-ummuzahro

Post on 03-Dec-2015

52 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Health Belief Model.doc

2.4 Konsep Health Belief Model

2.4.1 Sejarah Health Belief Model

Pada tahun 1950-an peneliti kesehatan publik Amerika Serikat mulai mengembangkan

suatu model yang memiliki target indikasi untuk program edukasi kesehatan. (Hochbaum

1958; Rosenstock 1966). Tapi, psikolog sosial di Amerika Serikat ini mendapati masalah

dengan sedikitnya orang yang berpartisipasi dalam program pencegahan dan deteksi 

penyakit. Penelitian yang terus berkembang melahirkan model kepercayaan sehat atau health

belief model. Irwin Rosenstock (1974) adalah tokoh yang mencetuskan health belief model

untuk pertama kali bersama Godfrey Hochbaum (1958). Mereka mengembangkannya dengan

mengemukakan kerentanan yang dirasakan untuk penyakit TBC. Teori ini menjelaskan

bagaimana program skreening medis yang ditawarkan oleh U.S. Public Health Service

(USPHS), utamanya untuk tuberkulosis yang tidak berhasil (Hochbaum, 1958 pada Jones and

Barlett, 2010). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010), munculnya model ini didasarkan

pada kenyataan bahwa problem-problem kesehatan ditandai oleh kegagalan orang atau

masyarakatuntuk menerima usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang

diselenggarakan oleh provider.

2.4.2 Pengertian Health Belief Model

Health Belief Model (HBM) seringkali dipertimbangakan sebagai kerangka utama

dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan manusia dan telah mendorong penelitian

perilaku kesehatan sejak tahun 1950-an (Kirscht, 1988; Schmidt dkk, 1990). Hal ini

menjadikan HBM sebagai model yang menjelaskan pertimbangan seseorang sebelum mereka

berperilaku sehat. Oleh karena itu, HBM memiliki fungsi sebagai model pencegahan atau

preventif (Stanley & Maddux: 1986). Health Belief Model (HBM) adalah teori yang paling

umum digunakan pada pendidikan dan promosi kesehatan (Glanz, Rinner, & Lewis, 2002;

National Cancer Institute, 2003). HBM ini merupakan model kognitif yang artinya perilaku

Page 2: Konsep Health Belief Model.doc

individu dipengaruhi proses kognitif dalam dirinya. Proses kognitif ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti penelitian sebelumnya yaitu variabel demografi, karakteristik

sosiopsikologis, dan variabel struktural. Variabel demografi meliputi kelas, usia, jenis

kelamin.  Karakteristik sosisopsikologis meliputi, kepribadian, teman sebaya (peers), dan

tekanan kelompok.  Variabel struktural yaitu pengetahuan dan pengalaman tentang masalah.

Teori Health Belief Model merupakan salah satu teori yang digunakan untuk

memahami dan mengidentifikasi bagaimana dan kemana mengarahkan strategi untuk

perubahan perilaku dan juga menjelaskan pada tiap aspek penting beberapa perilaku manusia.

Teori ini dapat digunakan untuk meramalkan atau memodifikasi perilaku kesehatan karena

kemungkinan individu akan melakukan tindakan pencegahan, penanganan, dan dapat

dikaitkan dengan perkembangan penyakit kronis yang tergantung secara langsung pada hasil

dari keyakinan atau penilaian kesehatan (Kirscht, 1988 dalam Salhat, 2009; Machfoedz,

2006).

2.4.3 Komponen Health Belief Model

Health Belief Model memiliki empat konstruksi utama yaitu persepsi kerentanan yang

dirasakan (perceived susceptibility), keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness),

manfaat yang didapatkan (perceived benefits), dan hambatan yang dihadapi (perceived

barriers). Dalam perkembangannya, perilaku/tindakan seseorang untuk mencegah atau

mengobati penyakit juga dipengaruhi oleh self-efficacy dan petunjuk/pendorong untu

bertindak (cues to action). Sementara itu persepsi yang dirasakan individu dipengaruhi oleh

modifying factors antara lain usia, jenis kelamin, ras/suku, motivasi, kepribadian, sosial

ekonomi, dan tingkat pendidikan (Jones & Bartlett, 2010).

1. Persepsi terhadap kerentanan (perceived susceptibility)

Perceived Susceptibility adalah kepercayaan seseorang dengan menganggap menderita

penyakit adalah hasil melakukan perilaku terentu. Perceived susceptibility juga

Page 3: Konsep Health Belief Model.doc

diartikan miliki hubungan positif dengan perilaku sehat. Jika persepsi kerentanan

terhadap penyakit tinggi maka perilaku sehat yang dilakukan seseorang juga tinggi.

Contohnya seseorang percaya kalau semua orang berpotensi terkena kanker.

2. Persepsi terhadap keseriusan (perceived seriousness)

Perceived seriousness adalah kepercayaan subyektif individu dalam menyebarnya

penyakit disebabkan oleh perilaku atau percaya seberapa berbahayanya penyakit

sehingga menghindari perilaku tidak sehat agar tidak sakit. Hal ini berarti perceived

seriousness berprinsip pada persepsi keparahan yang akan diterima individu. Perceived

seriousness juga memiliki hubungan yang positif dengan perilaku sehat. Jika persepsi

keparahan individu tinggi maka ia akan berperilaku sehat. Contohnya individu percaya

kalau merokok dapat menyebabkan kanker. Tindakan seseorang dalam mencari

pengobatan dan pencegahan penyakit dapat disebabkan karena keseriusan dari suatu

penyakit yang dirasakan misalnyakecacatan, kematian atau kelumpuhan, dan juga

dampak sosial seperti dampak terhadap pekerjaan,, kehidupan keluarga dan hubungan

sosial.

3. Persepsi terhadap keuntungan (perceived benefits)

Perceived Benefits adalah kepercayaan terhadap keuntungan dari metode yang

disarankan untuk mengurangi resiko penyakit. Perceived benefits secara ringkas berarti

persepsi keuntungan yang memiliki hubungan positif dengan perilaku sehat. Individu

yang sadar akan keuntungan deteksi dini penyakit akan terus melakukan perilaku sehat

seperti medical check up rutin. Contoh lain adalah kalau tidak merokok, dia tidak akan

terkena kanker.

4. Persepsi terhadap kerugian/hambatan (perceived barriers)

Page 4: Konsep Health Belief Model.doc

Perceived barriers adalah kepercayaan mengenai harga dari perilaku yang dilakukan.

Perceived barriers secara singkat berarti persepsi hambatan aatau persepsi menurunnya

kenyamanan saat meninggalkan perilaku tidak sehat. Hubungan perceived barriers

dengan perilaku sehat adalah negatif. Jika persepsi hambatan terhadap perilaku sehat

tinggi maka perilaku sehat tidak akan dilakukan. Contohnya, kalau tidak merokok tidak

enak, mulut terasa asam. Contoh lain SADARI (periksa payudara sendiri) untuk

perempuan yang dirasa agak susah dalm menghitung masa subur membuat perempuan

enggan SADARI.

5. Isyarat atau tanda untuk bertindak (cues to action)

Cues to action adalah mempercepat tindakan yang membuat seseorang merasa butuh

mengambil tindakan atau melakukan tindakan nyata untuk melakukan perilaku sehat.

Cues to action juga berarti dukungan atau dorongan dari lingkungan terhadap individu

yang melakukan perilaku sehat. Saran dokter atau rekomendasi telah ditemukan untuk

menjadi cues to action untuk bertindak dalam konteks berhenti merokok  (Weinberger

et al 1981;. Stacy dan Llyod 1990) dan vaksinasi flu (Clummings et al 1979). Adapun

cues to action antara lain meliputi penyakit dari anggota keluarga (illness of a family

member), laporan media (media reports) (Graham, 2002), kampanye media massa,

saran dari orang lain, dan nasehat dari petugas kesehatan (Ali, 2002).

6. Faktor lainnya (modifying factors)

Perbedaan demografi, psikososial, dan struktur juga memberikan dampak pada persepsi

individu secara personal dan secara tidak langsung mempengaruhi perilaku yang

berkaitan dengan kesehatan. Contoh: budaya, tingkat pendidikan, pengalaman masa

lalu, kemampuan dan motivasi.

7. Self-efficacy

Page 5: Konsep Health Belief Model.doc

Pada tahun 1988, self-efficacy telah ditambahkan pada HBM (Rosenstock, Strecher, &

Becker, 1998). Self-efficacy adalah keyakinan pada kemampuan diri sendiri unuk

melakukan sesuatu (Bandura 1997 dalam Jones & Bartlett, 2010). Seseorang umumnya

tidak mencoba melakukan sesuatu yang baru kecuali mereka berpikir mereka mampu

melakukannya. Jika seseorang percaya sebuah perilaku baru itu berguna (perceived

benefit), tetapi tidak berfikir dia mampu melakukannya (perceived barrier),

kemungkinan besar bahwa perilaku itu tidak akan dilakukan.

HBM menjelaskan perubahan dan pemeliharaan perilaku kesehatan sebagai petunjuk

cara kerja dari perilaku kesehatan yang meliputi persepsi individu, faktor-faktor yang

berpengaruh dan kemungkinan untuk bertindak. Agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

Gambar 2.1 Component of the Health Belief Model

Sumber: Stretcher, V., & Rosenstock I.M. (1997). The Health Belief Model. In Glanz K., Lewis F.M., & Rimer B.K., (Eds). Health Education: Theory, Research and Practice. San Fransisco: Jossey-Bass

Model ini menjelaskan dan memprediksikan kemungkinan terjadinya perubahan

perilaku yang dihubungkan dengan pola keyakinan (belief) atau perasaan (perceived) tertentu.

Model ini didasarkan atas sekuensi agar perubahan perilaku terjadi yaitu:

1. Adanya perasaan bahwa kesehatannya dalam keadaan terancam

Individual Perceptions Modifying Factors Likelihood of Action

Age, sex, ethnicity, personality, socioeconomic,

knowledge

Perceived threat of disease

Cues to action

Perceived susceptibility/perceived

seriousness

Likelihood of behavior

Perceived benefits minus perceived

barriers

Page 6: Konsep Health Belief Model.doc

2. Adanya perasaan individu tentang kerentanannya dan keseriusan penyakit

3. Faktor perubahan atau keterbatasan (modifying factors) berkaitan dengan umur, jenis

kelamin, etnis, kepribadian, sosial ekonomi dan pengetahuan yangberhubungan dengan

perasaan tentang adanya manfaat dan hambatan dalam perubahan perilaku.

4. Adanya petunjuk, edukasi, gejala atau media informasi yang dapat mempengaruhi

seseorang tentang bahaya penyakit sehingga merasa perlu mengambil tindakan (Jones

& Bartlett, 2010).

2.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Health Belief Model (HBM)

Berikut ini kelebihan dan kekurangan dari Health Belief Model (HBM) dibandingkan

dengan teori perilaku kesehatan yang lain (Subagiyo, 2014):

2.4.4.1 Kelebihan Health Belief Model (HBM)

1. HBM mudah digunakan.

2. HBM adalah bentuk intervensi praktis untuk peneliti dan perawat kesehatan 

khususnya yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit (misal screening,

imunisasi, vaksinasi).

3. HBM adalah analisator perilaku yang beresiko terhadap kesehatan.

2.4.4.2 Kelemahan Health Belief Model (HBM)

1. Rosenstock berpendapat bahwa model HBM mungkin lebih berlaku untuk masyarakat

kelas menengah saja.

2. Sheran dan Orbel (1995) menyatakan dalam penelitian sebelumnya, item kuesioner

HBM tidak random dan dapat dengan mudah dibaca oleh responden sehingga

validasinya diragukan.

3. Penelitian cross sectional untuk memperjelas hubungan perilaku dan keyakinan

seseorang.

Page 7: Konsep Health Belief Model.doc

2.4.5 Aplikasi Penerapan Komponen Health Belief Model

Penelitian sebelumnya menghasilkan area luas yang bisa diidentifikasikan dari aplikasi

HBM (Subagiyo, 2014):

1. Preventive health behaviour, yang termasuk promosi kesehatan (seperti olahraga dan

perilaku mengurangi resiko kesehatan seperti pemberian vaksinasi dan penggunaan alat

kontrasepsi.

2. Sick role behaviour yang artinya menuruti rekomendasi dari medis, biasanya diikuti

oleh diagnosi dari profesional tentang penyakit.

3. Clinic use, termasuk kunjungan dengan alasan yang bervariasi.