konsep franchise fee dan royalty fee...

110
KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE. Sy) Oleh: ANNISA DYAH UTAMI NIM : 206046103806 JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010

Upload: doanthuan

Post on 24-Mar-2019

248 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE

PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE. Sy)

Oleh:

ANNISA DYAH UTAMI

NIM : 206046103806

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H / 2010

Page 2: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Puji syukur kehadirat Allah Swt. Penulis panjatkan atas segala rahmat dan

karunia-Nya yang telah dilimpahkan pada kita semua. Shalawat serta salam tak lupa

penulis haturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini yang

berjudul "KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA

WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH " bukan semata-

mata atas usaha penulis sendiri namun juga karena bantuan dan motivasi dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH.,MA.,MM, Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum

2. Ibu Dr Euis Amalia, M.Ag ,Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak Ah Azharudin Latief, M.Ag.MH, Sekretaris Program Studi Muamalat

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Drs. Djawahier Hejazziey,SH.,MA,Koordinator Teknis Program Non

regular dan Bapak Drs.H. Ahmad Yani,M.Ag, Sekretaris Teknis Program Non

reguler Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak A.M Hasan Ali, M.A dan Bapak Muzazin, SE.M.Ag, dosen pembimbing

skripsi penulis, terima kasih atas dukungan dan motivasi bapak sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Terima kasih kepada owner Bakmi Tebet Bapak Dr. Ir. Wahyu Saidi, MSC, Pak

Yusuf dan Pak Hafizh dari manajemen Bakmi Tebet yang telah banyak

membantu dan meluangkan memberikan informasi,data,dalam menyelesaikan

ii  

Page 3: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

skripsi ini.

7. Untuk Staf kordinator teknis program Non Reguler, Kak Syafii S.EI dan kak

Vida S. Ag, terima kasih atas semua informasi yang diberikan selama penulisan

skripsi ini berlangsung.

8. Untuk Staf perpustakaan, terutama kepada bapak Zuhri.SH. dan Mas Farhan

terima kasih atas kemudahan, arahan dan bantuannya kepada penulis dalam

memperoleh data-data kepustakaan dalam penulisan skripsi ini.

9. Untuk orang tuaku tercinta. Ibundaku HJ. Herlina Damayanti Noor dan ayahanda

Bambang Edi Hermanto, kedua adikku, Ririn dan Afin serta seluruh keluarga

besar penulis, khususnya Tante Reni dan keluarga, terima kasih atas curahan

cinta dan kasih sayangnya, yang tiada henti mendoakan, menyemangati baik

moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan tak

lupa, ini untuk mu Ibu. Letihmu, Keringatmu masih tergambar jelas dalam

benakku, semoga aku dapat mempersembahkan yang terbaik untukmu.

Perjuangan yang tanpa lelah, pengorbanan yang tiada dapat diukur, doa yang

tiada letih. Terima kasih Ibu.

10. Untuk Rivaldi Pragola, SE.Sy dan keluarga. Ini untuk mu… Ini buah dari doa,

semangat, dorongan kamu. Terima kasih untuk semangat yang tidak pernah lelah

diberikan ya abang..

11. Untuk Teman-teman seperjuanganku, PS.C, sahabat-sahabatku, Sila, Mitra, Dita,

Devi, 5 Star, dan semua teman-teman yang tidak saya bisa sebutkan satu-

persatu, terima kasih untuk semua dukungannya

12. Untuk Mas Aan dan Mas To’ terima kasih untuk bantuannya dalam pengeditan

skripsiini, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

Ciledug, 12 Agustus 2010

Annisa Dyah Utami

iii  

Page 4: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .................................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 7

D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan ............................................ 8

E. Tinjauan Kajian Pustaka ..................................................................... 12

F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 16

BAB II KONSEP WARALABA DAN KEADILAN DALAM ISLAM

A. Konsep Waralaba

1. Pengertian Waralaba, Franchisee Fee, dan Royalty fee ............. 18

2. Manfaat Waralaba, Franchise fee dan Royalty Fee ..................... 25

3. Mekanisme Pembayaran Franchisee fee ..................................... 27

4. Mekanisme Pembagian Royalty Fee ............................................ 28

B. Konsep Keadilan Kerjasama Dalam Islam

1. Pengertian Keadilan ..................................................................... 31

2. Manfaat Keadilan ......................................................................... 35

3. Konsep Keadilan dalam Islam ..................................................... 36

4. Konsep Kerjasama dalam Islam .................................................. 39

BAB III PENERAPAN ROYALTY FEE DAN FRANCHISE FEE PADA

RESTAURAN BAKMI TEBET

A. Sejarah dan Perkembangan Restauran Bakmi Tebet .......................... 46

B. Sistem Pembayaran Franchise Fee pada Restauran Bakmi Tebet .... 54

C. Sistem Pembayaran Royalty Fee pada Restauran Bakmi Tebet ......... 58

iv  

Page 5: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

BAB IV ROYALTY FEE DAN FRANCHISE FEE DALAM PERSPEKTIF

KEADILAN KERJASAMA ISLAM

A. Pelaksanaan Sistem Waralaba Bakmi Tebet ......................................... 60

B. Mekanisme pembayaran franchise fee ................................................. 62

C. Mekanisme pembagian royalty fee ....................................................... 63

D. Respon Franchisee terhadap Penetapan Franchise Fee dan

Pembayaran Royalty fee pada Restauran Bakmi Tebet .............................. 74

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 88

B. Saran ...................................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 91

LAMPIRAN

v  

Page 6: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

DAFTAR TABEL

C1. Respon Franchisee Terhadap Franchise fee dan Royalty Fee yang Diterapkan

Bakmi Tebet.

Tabel 1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Cabang ............................................ 74

Tabel 1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 75

Tabel 1.3 Gambaran Identitas dan Karateristik Pengetahuan Franchisee

(Menurut Pengetahuan Adanya Waralaba Bakmi Tebet) ....................... 76

Table 1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bergabung dengan Bakmi

Tebet ........................................................................................................ 76

Table 1.5 Distribusi Responden Berdasarkan Franchise fee yang dibayarkan

Kepada Manajemen Bakmi Tebet ........................................................... 77

Table 1.6 Distribusi Responden Berdasarkan Sistem Pembayaran Franchise

fee ............................................................................................................ 77

D.1 Tanggapan Responden Atas Gambaran Umum dan Pengetahuan Responden

Terhadap Konsep Waralaba dan Kerjasama dalam Islam

Table 2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Responden

Mengenai Waralaba ................................................................................ 78

Table 2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Responden

Mengenai Konsep Franchise fee pada Waralaba .................................... 79

Table 2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Responden

Mengenai Konsep Royalty fee pada Waralaba ....................................... 80

Table 2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Responden

Mengenai Konsep Waralaba dalam Perspeeektif Islam .......................... 80

vi  

Page 7: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

vii  

Table 2.5 Distribusi Responden Berdasakan Konsep Keadilan Kerjasama

Secara Umum .......................................................................................... 81

D.3 Respon Responden Terhadap Penerapan Franchise fee dan Pembagian Royalty

fee yang Diterapkan Manajemen Bakmi Tebet

Table 3.1 Pendapat Responden Mengenai Besar Franchise fee yang

Dibayarkan .............................................................................................. 82

Table 3.2 Pendapat Responden Mengenai Konsep Keadilan Terhadap Besar

Franchise fee .......................................................................................... 83

Table 3.3 Pendapat Responden Mengenai Kepuasan Responden Terhadap

Royalty fee yang harus dibayar ............................................................... 84

Table 3.5 Pendapat Responden Konsep Keadilan Terhadap Penetapan Royalty

Fee ........................................................................................................... 84

Table 3.6 Pendapat Responden Mengenai Kepuasan Responden Terhadap

Penetapan Royalty fee sebesar3,5% ........................................................ 86

Table 3.7 Pendapat Responden Mengenai Kinerja Manajemen Bakmi Tebet ........ 87

Page 8: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang paling sempurna dari semua agama di dunia. Islam

mengatur semua hal, dari tata cara beribadah kepada Allah SWT, hingga urusan

duniawi seperti bermuamalah. Sejak zaman Nabi Muhammad SAW, berdagang

merupakan hal yang ladzim dilakukan. Begitupun yang dilakukan oleh Rasulullah,

beliau sejak kecil berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Islam mempunyai

konsep tersendiri dalam berbisnis, dalam hal ini berdagang. Dimana bahwa dalam

berdagang seorang penjual harus mempunyai etika bisnis yang baik seperti tidak

menipu terhadap pembeli,menjual barang yang jelas kuantitas dan kualitasnya, serta

tidak mengambil keuntungan yang diluar batas kewajaran. Islam juga mengatur

tentang konsep syirkah atau kerjasama dalam berdagang. Bagi seorang muslim,

mu’amalah adalah persoalan duniawi yang bagi pelakunya diberi kebebasan untuk

mengembangkan dan berkreasi menurut perkembangan zaman. Meskipun demikian,

kebebasan dalam bermuamalah dan syirkah tidak boleh keluar dalam prinsip prinsip

Islam seperti keduanya dilakukan atas dasar mendahulukan manfaat dan

menghilangkan mudharat1. Seperti misalnya seorang muslim tidak boleh berdagang

minuman keras yang tentu saja lebih banyak mudharatnya dibandingkan dengan

                                                            1 Darmawan Budi Suseno,Waralaba Syariah, (Jakarta,CAKRAWALA,2008,Cet pertama),

h. 105

Page 9: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

manfaatnya. Selain itu dalam bersyirkah seorang muslim dituntut untuk selalu adil

dengan rekan bisnisnya. Adil disini maksudnya adalah bahwa untung rugi dalam

suatu usaha ditanggung bersama. Keadilan merupakan sifat yang selalu diterapkan

oleh Rasulullah dalam berdagang, sehingga sudah selayaknya kita mengikuti sifat

beliau yang mulia tersebut dalam kegiatan sehari-hari terutama dalam bersyirkah.

Dunia bisnis Islam memberikan pelajaran agar selalu memegang asas keadilan dan

keseimbangan. Selain itu juga telah dicontohkan aplikasi nilai-nilai Islam dalam

mengelola bisnis oleh Nabi Muhammad SAW agar berhasil baik di dunia ataupun di

akhirat. Nilai-nilai bisnis Islam telah menjadi tren baru dalam mengendalikan tujuan

dan harapan ekonomi dalam jangka panjang, yang selalu mengedepankan kejujuran,

kepercayaan, keadilan (profesional) dan komunikatif akan membawa spirit moral

dalam bisnis sehingga melahirkan suatu bisnis ataupun usaha yang transparan2.

Ilmu pengetahuan semakin berkembang seiring dengan berkembangnya

zaman. Begitu pun dengan gagasan tentang bermua’malah. Pada zaman dahulu,

berdagang hanya dilakukan dengan cara-cara sederhana seperti berdagang dipasar

atau menjajakan barang dagangannya door to door. Namun, sekarang terdapat

berbagai macam variasi yang dibuat oleh seorang wirausahawan dalam menjajakan

produk dagangannya.

Seorang penjual bahkan tidak harus bertemu dengan si pembeli. Ini adalah

salah satu inovasi pemasaran dalam bermua’malah. hal ini dapat kita temukan pada

                                                            2 Naika “Etika Bisnis dalam Islam” artikel diakses pada 24 Maret 2010 dari http://naika-

permata.blogspot.com/2009/12/etika-bisnis-dalam-islam.html

Page 10: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

bisnis E commerce misalnya. Selain bisnis E commerce ada juga bisnis Multi Level

Marketing yang pada konsepnya menjual barang secara langsung kepada pelanggan

melalui jaringan. Selain E commerce dan Multi level Marketing terdapat juga bisnis

yang semakin berkembang dewasa ini yaitu bisnis waralaba, atau lebih kita kenal

dengan istilah franchise.

Salah satu wirausahawan yang berhasil dalam menangkap peluang pasar dan

mengembangkan cara bisnis dengan metode franchise ini adalah Isaac M. Singer.

Isaac M Singer (1811-1875) menandai munculnya franchise di Amerika dengan

bisnis mesin jahitnya. Dia menggunakan franchise untuk menambah jangkauan

distribusi pasarnya dengan cepat. Format franchisenya adalah dengan memberikan

hak penjualan mesin jahitnya dan tanggung jawab pelatihan kepada franchisee-nya.3

Waralaba sesungguhnya mengandalkan pada kemampuan mitra usaha dalam

mengembangkan dan menjalankan kegiatan usaha waralabanya melalui tata cara,

proses serta suatu code of conduct dan sistem yang telah ditentukan oleh pengusaha

pemberi waralaba.4 Format bisnis waralaba ini terdiri atas konsep bisnis yang

menyeluruh, sebuah proses permulaan dan pelatihan mengenai seluruh aspek

pengelolaan bisnis sesuai dengan konsep franchise dan proses bantuan yang terus

menerus.5

                                                            3 Tri Wahyudi, All About Business, artikel diakses pada 24 maret 2010 dari

http://yud71bisnis.blogspot.com/2009/10/sejarah-waralaba.html 4 Gunawan Widjaja, Waralaba,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2003) h.4 5 Martin Mendelsohn, Franchising: Petunjuk Praktis bagi Franchisor dan Franchisee,

(Jakarta, PT Pustaka Binaman Press Indo 1993), h.4

Page 11: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

Waralaba merupakan sistem keterkaitan usaha vertikal antara pemilik paten

yang menciptakan paket teknologi bisnis pewaralaba (franchisor) dengan penerima

hak pengelolaan operasional bisnis, terwaralaba (franchisee). Jadi sesungguhnya

waralaba dapat dikatakan sebagai teknik menjual “Sukses” dari usaha yang sudah

berhasil. Dalam bisnis waralaba seperti yang telah dibahas diatas, seorang

terwaralaba harus membayar sejumlah royalty fee kepada pewaralaba sebagai timbal

balik karena telah mengizinkan terwaralaba ini berusaha dengan merek dagangnya.

Dan sebaliknya pihak terwaralaba atau licence franchisee dari pihak pewaralaba

untuk menggunakan kekhasan usaha atau spesifikasi usaha pewaralaba tersebut.6

Berbicara tentang waralaba tentu tak bisa lepas dari konsep franchise fee dan

royalty fee yang ada pada waralaba tersebut. franchise fee adalah biaya investasi

awal. Biaya ini termasuk biaya set up, biaya iklan, dan biaya pelatihan.7 Sedangkan

Royalty fee adalah Kontribusi bagi hasil dari pendapatan terwaralaba (biasanya dari

penjualan)8. Lebih jelasnya. royalty fee adalah jumlah uang yang dibayarkan secara

periodik oleh terwaralaba kepada pewaralaba sebagai imbalan dari pemakaian hak

waralaba oleh yang merupakan persentase dari omzet penjualan9.

Dengan masuknya waralaba asing seperti Mc’D, Texas, Pizza Hut, dan lain-

lain, menumbuhkan minat pengusaha lokal untuk mewaralabakan usahanya, salah

                                                            6 Ibid h. 9. 7 Peni.R.Pramono, Cara Memilih Waralaba yang Menjanjikan Profit, (Jakarta, PT.Elex

Media Komputindo, 2007) h. 15. 8 Jaya Setiadi,”Yuk Bisnis” artikel diakses pada 27 Desember 2009 dari

http://yukbisnis.com/content/view/116/47/ 9 Adrian Sutedi Hukum Waralaba, (Jakarta: Ghalia Indonesia 2008) h. 73

Page 12: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

satu pengusaha lokal tersebut adalah Bapak Wahyu Saidi dengan usaha waralaba

milikya yakni Bakmi Tebet. Bakmi Tebet didirikan beliau pada tahun 2001 dengan

membuka Restauran Bakmi di Menara Kadin, yang merupakan usaha bersama beliau

dengan rekan bisnisnya pada saat itu. Namun ternyata manajemen Bakmi Gajah

Mada tidak mewaralabakan usahanya. Oleh karena itu, beliau berusaha membuka

usaha bakmi yang cita rasanya tidak jauh berbeda dengan cita rasa Bakmi Gajah

Mada, yakni Bakmi Langgara dan Bakmi Tebet. Pada awal berdirinya usaha bakmi

ini, Beliau tidak menggunakan nama Bakmi Tebet, namun menggunakan nama

Bakmi Langgara yang terkesan nuansa Islaminya. Untuk membedakan segmentasi

target konsumen, maka pak Wahyu Saidi memutuskan untuk membagi dua usaha

Bakminya. Nama Bakmi Langgara dipakai untuk waralaba yang berada di wilayah

Jakarta, sedangkan nama Bakmi Tebet dipakai untuk waralaba yang berada diluar

Jakarta.. dai awal pendiriannya sampai dengan saat ini terbukti Bakmi Tebet sudah

mulai dikenal masyarakat dengan cabangnya yang sampai saat ini berjumlah 19.

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji waralaba Bakmi

Tebet ini dilihat dari penetapan Franchise fee dan Royalty fee dimana pada zaman

Rasulullah bisnis waralaba ini belum ada, dan hal tersebut dikaitkan dengan prinsip

keadilan dalam syirkah dimana waralaba merupakan salah satu bentuk variasi dalam

syirkah. Untuk meneliti keadilan dalam pembagian royalty dan franchisee fee penulis

juga menggunakan sudut pandang terwaralaba (franchisee) sebagai pihak yang

menginvestasikan dananya pada usaha waralaba. Berdasarkan hal tersebut maka perlu

dilakukan penelitian untuk mengetahui lebih jauh mengenai penerapan Franchise fee

Page 13: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

dan royalty fee pada waralaba yang diterapkan oleh Bakmi Tebet dalam sebuah

skripsi dengan judul “Konsep Franchise Fee dan Royalti Fee Pada Waralaba

Bakmi Tebet Menurut Prinsip Syariah”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya dan

agar permasalahan tidak melebar dalam penulisan skripsi ini, maka penulis merasa

perlu untuk memberikan batasan dan rumusan masalah terhadap objek yang dikaji.

Penelitian ini akan dilaksanakan di Restaurant Bakmi Tebet yang merupakan

Restaurant yang mengembangkan jaringannya dalam bentuk waralaba. Penulis

merasa perlu untuk meneliti lebih jauh apakah waralaba Bakmi Tebet menerapkan

sistem waralaba yang sesuai syariah di dalamnya.

Adapun batasan masalah terhadap penulisan ini hanya mengenai penerapan

royalty fee dan franchise fee yang diterapkan oleh Restaurant Bakmi Tebet dan

mengkaji apakah hal tersebut sudah dilakukan sesuai dengan hukum ekonomi Islam,

dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem pelaksanaan waralaba, pembayaran franchise fee dan

pembagian royalty fee pada Bakmi Tebet?

2. Apakah penerapan pembayaran franchise fee dan pembagian royalty fee pada

Restauran Bakmi Tebet sudah memenuhi prinsip keadilan kerjasama dalam Islam?

3. Bagaimana respon franchisee terhadap franchise fee dan royalty fee yang

diterapkan bakmi Tebet?

Page 14: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan pembayaran franchise fee pada Restaurant Bakmi

Tebet disesuaikan dengan prinsip keadilan kerjasama dalam Islam.

2. Untuk mengetahui penerapan pembagian royalty fee pada Restaurant Bakmi Tebet

disesuaikan dengan prinsip keadilan kerjasama dalam Islam.

3. Untuk mengetahui respon franchisee terhadap franchise fee dan royalty fee yang

diterapkan bakmi Tebet.

Dengan tujuan yang disebutkan diatas, maka diharapkan dapat diambil

manfaat antara lain:

1. Secara akademis untuk menambah khazanah pengetahuan dibidang ekonomi,

khususnya ekonomi kontemporer seperti waralaba.

2. Bagi praktisi bisnis waralaba ini, diharapkan mendapatkan pengetahuan lebih

mendalam mengenai aplikasi waralaba syariah dalam penerapannya.

3. Bagi masyarakat luas, diiharapkan skripsi ini dapat menjadi salah satu referensi

bagi siapapun yang ingin mengetahui konsep berbisnis dalam waralaba syariah.

D. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian.

Page 15: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

Jenis penelitian ini bersifat deskriftif yang terdiri dari kualitatif dan kuantitatif

guna memperoleh data-data tersebut, penulis menggunakan penelitian lapangan (field

research) dan penelitian kepustakaan (library research).

2. Populasi dan sampel.

a. Populasi

Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

karateristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti10. Populasi dalam

penelitian ini adalah franchisee atau terwaralaba waralaba Bakmi Tebet.

Jumlah seluruh terwaralaba pada waralaba Bakmi Tebet adalah 19 orang.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu

yang juga memilki karateristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa

melalui populasi. Sampel dari penelitian ini adalah sebanyak 4 orang,

dikarenakan dari semua rerwaralaba Bakmi Tebet hanya 4 saja yang bersedia

mengisi angket. Adapun 15 terwaralaba lainnya berhalangan untuk mengisi

angket dikarenakan kesibukan masing-masing yang padat, sehingga dirasa

cukup mewakili dengan responden sebanyak 4 orang ini. Adapun penarikan

sampelnya dilakukan dengan cara random sampling (pengampilan sample

                                                            10 M Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi dan Aplikasinya, (Jakarta;Ghalianesia,

2002, Cet ke 1,) h. 58.

Page 16: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

secara acak )atau probabilitas sampling artinya semua unit populasi

mempunyai kesempatan untuk dijadikan sampel atau suatu sampel yang ditarik

sedemikian rupa dimana suatu elemen (unsure) individu dari populasi, tidak

didasarkan pada kepentingan pribadi, tetapi tergantung kepada aplikasi

kemungkinan.

3. Teknik pengumpulan data.

a. Penelitian kepustakaan. (library research). Dalam penulisan skripsi ini

penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan, yaitu suatu teknik

penelitian untuk memperoleh data dari buku, jurnal, artikel maupun majalah

dan internet yang berhubungan dengan permasalahan diatas.

b. Penelitian Lapangan (field research). Penelitian di lapangan dimaksudkan

untuk mendapatkan data primer, yaitu dengan cara :

1. Kuisioner (angket)

Kuisioner atau angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari respoden, dalam arti laporan

tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.11 Pertanyaan kuisioner

sebagian bersifat tertutup dimana pilihan atau alternatif jawaban tersedia

dan sebagian lagi bersifat terbuka untuk menggali informasi yang

mungkin muncul diluar pertanyaan yang tersedia.

2. Wawancara

                                                            11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2002 edisi Revisi cet. Ke 12) h.112.

Page 17: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

10 

Wawancara atau interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara dan

jawaban-jawabannya dicatat atau direkam.12. wawancara dilakukan

dengan responden yang representatif adalah terwawancara menduduki

jabatan sebagai kepala bidang penelitian yang dianggap layak mewakili

waralaba Bakmi Tebet. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan

pemilik waralaba Bakmi Tebet dan asisten beliau.

4. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 2 metode yaitu kualitatif dan

kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan mewawancarai langsung pemilik

Bakmi Tebet dan Asisten beliau. Analisis dan pengolahan data dilakukan melalui

metode deskriptif analitis, dimana data-data yang diperoleh dipaparkan lalu

diinterpretasikan dan dianalisis. Dengan menggunakan metode deskriptif analitis,

penulis berusaha untuk memecahkan permasalahan yang ada sekarang

berdasarkan data data yang diperoleh secara langsung di lapangan. Permasalahan

yang ada adalah mengenai konsep franchisee fee dan royalty fee yang menurut

beberapa pakar ekonomi Islam kurang adil bagi terwaralaba dan hanya

menguntungkan pihak pewaralaba,disinilah letak permasalahannya dan jalan

untuk memecahkan masalah yang ada adalah dengan meneliti langsung bisnis

waralaba syariah dan menganalisis konsep franchise fee dan royalty fee dan yang

                                                            12 Ibid.,h.132

Page 18: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

11 

digunakan dan melihat secara riil apakah franchise fee dan royalty fee ini

memberatkkan pihak terwaralaba atau tidak.

Sedangkan metode kuantitatif dijalankan dengan membagikan kuisioner

kepada 4 pengusaha mitra waralaba Bakmi Tebet yang dikunjungi secara acak

dari semua cabang Bakmi Tebet. Untuk cabang yang berada diluar Jakarta Penulis

melakukan wawancara dengan media telpon dikarenakan keterbatasan biaya dan

keterbatasan waktu. Seluruh data yang penulis peroleh dari wawancara, angket

dan dan kepustakaan diseleksi dan disusun setelah itu penulis melakukan

klasifikasi data yaitu usaha menggolongkan data berdasarkan katagori tertentu.

Setelah data-data yang ada diklasifikasikan lalu diadakan analisis data dalam hal

ini data yang dikumpulkan penulis adalah kualitatif kemudian diolah menjadi data

kuantitatif, maka teknik yang digunakan adalah analisa statistic deskriptif yang

akan disajikan dalam bentuk uraian dan tabel.

Data-data yang telah terkumpul diperiksa kembali mengenai kelengkapan

jawaban yang diterima, kejelasannya, konsistensi jawaban atau informasi yang

biasa disebut editing. Kemudian data-data tersebut ditabulasi, yakni disusun

kedalam bentuk tabel dengan menggunakan statistic persentasi sebagai berikut:

P = F/N X 100%

Keterangan:

P : Besarnya persentase

F : Frekuensi (jumlah jawaban responden)

N : Jumlah responden

Page 19: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

12 

5. Pedoman Penulisan Laporan

Pedoman penulisan laporan ini merujuk pada buku Pedoman Penulisan

Skripsi, Tesis,Disertasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta Press

Tahun 2007

E. Tinjauan Kajian Pustaka

Pembahasan mengenai waralaba telah dilakukan penelitian sebelumnya.

Terdapat enam penelitian yang dapat dijadikan sebagai fokus tinjauan kepustakaan

berkenaan dengan topik yang dipilih penulis dalam penelitian ini.

No Nama dan Judul

Skripsi

Isi Skripsi Perbedaan dengan Penulis

1 Siti Musrofah dengan

judul “ Konsep

Maslahah Mursalah

dalam Dunia Bisnis

dengan Sistem

Franchise

Waralaba”, Jakarta

2008

Dari penelitian ini

didapatkan hasil

bahwa sistem

franchise sesuai

dengan kaidah

Maslahah Mursalah

karena memiliki

banyak kelebihan atau

kemaslahatan

walaupun tidak

sempurna secara

Penulis lebih fokus

untuk membahas

waralaba dilihat dari

aplikasi franchise fee

dan royalty fee

didalamnya apakah

sesuai dengan prinsip

keadilan dalam Islam.

Page 20: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

13 

keseluruhan namun

dapat meminimalisasi

segala resiko usaha,

mengambil maslahah

dan dan menjauhkan

mudharat.

2 Sisca Novianti

dengan judul “Bisnis

Franchising dalam

Kajian Hukum

Ekonomi Islam”.

Jakarta 2005

Dari penelitian ini

didapatkan hasil

bahwa kegiatan bisnis

franchise merupakan

suatu bentuk

muamalah baru dalam

Islam yang

diperbolehkan

sepanjang tidak

bertentangan dengan

syariat.

Penulis lebih fokus

terhadap konsep

franchise fee dan royalty

fee yang diterapkan

didalamnya.

3 Syarah Septiana

dengan judul “Konsep

dan Aplikasi

Franchise dalam

Perspektif Hukum

Ekonomi

Islam”.(Studi kasus

LKS Berkah Madani)

Jakarta 2008

Dari penelitian ini

didapatkan hasil

bahwa LKS Berkah

Madani menjalankan

usaha franchisenya

sesuai dengan syariah

Islam dan adil dalam

menerapkan royalty

fee bagi terwaralaba

Perbedaannya adalah

Syarah Septiana

menjadikan LKS Berkah

Madani sebagai objek

penelitiannya sedangkan

penulis menjadikan

Restaurant Bakmi Tebet

sebagai objek

penelitiannya.

Perbedaan yang kedua

adalah penulis juga

tertarik untuk membahas

franchise fee dimana hal

ini belum diteliti oleh

Page 21: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

14 

Syarah Septiana dalam

penelitiannya.

4 Dewi Irma Fitriana

dengan judul

“Strategi

Pengembangan Bisnis

Waralaba Lembaga

Pendidikan

PRIMAGAMA”

Jakarta 2009.

dari penelitian ini

didapatkan bahwa

pengelolaan

kelembagaan waralaba

Primagama secara

umum disusun

berdasarkan strategi 7

P yaitu: product,

people, physical,

process, place, price,

dan promotion. Dan

dalam hal ini, waralaba

PRIMAGAMA tidak

melanggar ketentuan

syariah Islam dalam

penerapannya.

Penulis lebih fokus

untuk membahas

aplikasi franchise fee

serta royalty fee

didalamnya apakah

sesuai dengan prinsip

keadilan dalam Islam.

5 Ulfa Treni Juliana

dengan judul ”

Analisis Sistem

Waralaba dilihat Dari

Transaksi Bisnis

Syariah (Studi Kasus

Bakmi Langgara

Cabang

Rawamangun)”

Jakarta 2009

Dari penelitian ini

didapatkan hasil

bahwa sistem yang

diterapkan oleh Bakmi

Langgara sudah sesuai

dengan prinsip Islam,

dalam hal bahan baku,

sumber daya manusia,

manajemen, dan

kontrak kerjasama.

Kendati skripsi yang

akan dibahas penulis

memiliki persamaan

karena menggunakan

studi kasus bakmi Tebet

yang merupakan anak

perusahaan dari

waralaba Bakmi

Langgara, namun

terdapat perbedaan

mendasar bahwa penulis

lebih fokus pada

Page 22: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

15 

penerapan franchisee fee

dan royalty fee yang

diterapkan oleh Bakmi

Tebet, serta meneliti

respon Franchisee

terhadap penerapan

franchise fee dan royalty

fee yang diterapkan

manajemen Bakmi

Tebet.

6 Muhammad Sadli

dengan judul ”

Perbandingan Kinerja

Sistem Waralaba

dengan Konsep Bagi

Hasil dan Royalty

Fee” Jakarta 2009.

Dari penelitian ini

didapatkan hasil

bahwa terdapat

perbedaan kinerja

sistem antara waralaba

Konvensional dan

Waralaba

Syariah.dimana pada

waralaba konvensional

bisa jadi mengambil

keuntungan sebanyak

banyaknya dari

terwaralaba

Perbedaan dengan

skripsi penulis terletak

pada perbedaan studi

kasus dan pokok

penelitian. Dimana

penulis mengambil studi

kasus pada waralaba

Bakmi Tebet dan pokok

penelitian bertujuan

untuk mencari keadilan

pada penetapan

franchise fee dan royalty

fee dilihat dari sudut

pandang franchisor dan

franchisee.

Page 23: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

16 

F. Sistematika Penulisan

1. BAB I Pendahuluan.

Dalam bab ini dijelaskan latar belakang permasalahan, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan teknik

penulisan, tinjauan kajian terdahulu, dan sistematika penulisan.

2. BAB II Konsep Waralaba dan keadilan dalam Islam

Dalam bab ini akan dibahas tinjauan umum tentang pengertian waralaba,

royalty fee, franchisee fee, manfaat waralaba, franchise fee, royalty fee, mekanisme

pmbayaran franchise fee,mekanisme pembagian royalty fee ,konsep keadilan

kerjasama dalam Islam,pengertian keadilan, manfaat keadilan dalam Islam, dan

konsep kerjasama dalam Islam.

3. BAB III Penerapan Franchise Fee dan Royalty Fee pada Restauran Bakmi Tebet

Dalam bab ini akan dibahas mengenai kondisi internal Restaurant Bakmi

Tebet yang meliputi sejarah pendirian, ,aplikasi Franchisee fee dan royalty fee. Pada

Restauran Bakmi Tebet

4. BAB IV Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan dibahas lebih jauh mengenai Franchise fee dan Royalty

fee dalam perspektif keadilan kerjasama Islam, serta bagaimana respon franchisee

tentang konsep franchise fee dan royalty fee pada manajemen bakmi Tebet.

5. BAB V Penutup.

Page 24: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

17 

Dalam bab ini penulis menyimpulkan seluruh permasalahan yang telah

dibahas dan atas dasar hal tersebut diajukan pula beberapa saran sebagai

pertimbangan.

Page 25: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

BAB II

KONSEP WARALABA DAN KEADILAN DALAM ISLAM

A. Konsep Waralaba

1. Waralaba

Secara bebas dan sederhana, waralaba didefinisikan sebagai hak istimewa

(privilege) yang terjalin dan atau diberikan oleh pemberi waralaba (franchisor)

kepada penerima waralaba (franchisee) dengan sejumlah kewajiban atau pembayaran.

Dalam format bisnis, pengertian waralaba adalah pengaturan bisnis dengan system

pemberian hak pemakaian nama dagang oleh franchisor kepada pihak independen

atau franchisee untuk menjual produk atau jasa sesuai dengan kesepakataan.1

Franchise sendiri berasal dari bahasa latin yaitu francorum rex yang artinya

“bebas dari ikatan”, yang mengacu pada kebebasan untuk memiliki hak usaha.

Sedangkan pengertian franchise berasal dari bahasa perancis abad pertengahan,

diambil dari kata “franc” (bebas) atau “francher” (membebaskan) yang secara umum

diartikan sebagai pemberian hak istimewa. Oleh sebab itu pengertian franchise

diinterpretasikan sebagai pembebasan dari pembatasan tertentu atau kemungkinan

untuk melaksanakan tindakan tertentu, yang untukorang lain dilarang.2

Menurut Dr Martin mendelsonh, pakar waralaba asal Amerika Serikat,

format bisnis franchise adalah modal izin dari satu orang (franchisor) kepada orang

                                                            1 Adrian Sutedi, Hukum Waralaba,( Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), h. 6 2 Ibid.,h 6 

18 

Page 26: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

19  

lain (franchisee) yang memberikan haknya (dan bisanya mempersyaratkan).

Franchisee mengadakan bisnis dibawah nama dagang franchisor, meliputi seluruh

elemen yang dibutuhkan untuk membuat orang yang sebelumnya belum terlatih

dalam berbisnis yang dikembangkan / dibangun oleh franchisor dibawah brand

miliknya, dan setelah trainning untuk menjalankannya berdasarkan pada basis yang

ditentukan sebelumnya dengan pendampingan yang berkelanjutan. Amir Karamoy

mengatakan bahwa secara hukum waralaba berarti persetujuan legal atas pemberian

hak atau keistimewaan untuk memasarkan suatu produk / jasa dari pemilik (waralaba)

kepada pihak lain terwaralaba yang diatur daklam suatu pemainan tertentu.3

Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia, yang dimaksud dengan

Waralaba ialah Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir,

dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan

untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang

telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.4

Waralaba di Indonesia saat ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No 16 tahun 1997 tanggal 18 Juni 1997 tentang WARALABA yang

kemudian diganti dengan peraturan pemerintah no42 tahun 2007 tentang

WARALABA, dan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik

Indonesia Nomor: 259/MPP/Kep/7/1997 tanggal 30 Juli 1997 tentang ketentuan dan

Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba yang diperkuat dengan peraturan

                                                            3 Lukman Hakim, Info Lengkap Waralaba (Jakarta: PT.Buku Kita, 2008 cet 1). h.13-17 4 Wikipedia, Artikel diakses pada 9 April 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Waralaba

Page 27: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

20  

menteri perdaganganNomor 12/M-Dag/Per/3/2006.5 Dalam PP tersebut ditegaskan

bahwa “waralaba” (franchise) adalah perikatan antara pembeli waralaba dengan

penerima waralaba, dimana penerima waralaba diberikan hak untuk menjalankan

usaha dengan memanfaatkan dan/menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau

penemuan atau cirri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba dengan suatu

imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pembeli waralaba dengan sejumlah

kewajiban menggunakan dukungan konsultasi operasional yang berkesinambungan

oleh pemberi waralaba kepada penerima waralaba. Dalam peraturan ini juga

dijelaskan bahwa pemberi waralaba ( franchisor) adalah badan usaha atau perorangan

yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan

hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau cirri khas yang dimliki pemberi

waralaba. Sedangkan penerima waralaba (franchisee) adalah badan usaha atau

perseorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan hak

atas kekayaan intelektual atau penemuan atau cirri khas yang dimiliki pemberi

waralaba.6

2. Franchise fee

Terkait dengan biaya biaya yang timbul dalam bisnis waralaba, umumnya

seorang terwaralaba berkewajiban menanggung berbagai macam biaya yang timbul

dari pelaksanaan perjanjian waralaba seperti franchise fee. Franchise fee adalah

                                                            5 Gunawan Widjaja, Waralaba, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2003) h.147 6 Adrian Sutedi,ibid.,h.12

Page 28: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

21  

jumlah yang harus dibayar sebagai imbalan atas pemberian hak intelektual pemberi

waralaba, yang dibayar untuk satu kali ( one time fee) , yaitu pada saat bisnis

waralaba akan dimulai atau pada saat penandatanganan akta perjanjian waralaba.

Nilai franchisee fee ini sangat bergantung pada jenis waralaba. Semakin terkenal

suatu waralaba semakin mahal franchisee fee yang harus dibayarkan.7

Menurut International Franchise Association Fee untuk memulai

sebuahwaralaba bisa serendah $ 8000 atau bahkan setinggi $5 juta. Sedangkan

franchise fee waralaba lokal berkisar antara 10-400 juta rupiah. Biaya ini biasanya

mencakup initial fee, renovasi, supply, dan inventory, deposit,biaya sebelum memulai

bisnis, biaya pelatihan dan modal kerja. Biaya lain yang akan muncul adalah royalty

fee yang besarnya antara 2-15% dari penjualan.8

Pembayaran franchisee fee jumlah dan jangka waktunya dicantumkan di

dalam perjanjian. Pembayaran yang telah diserahkan sepenuhnya menjadi milik

pewaralaba dan tidak dapat dikembalikan kecuali disebutkan dalam

perjanjian.franchisee fee diperlukan oleh pewaralaba untuk membantu terwaralaba

untuk operasional usaha waralaba.Franchise fee diperlukan franchisor untuk

membantu franchisee dan terdiri dari:

a. Bantuan pra-operasi dan awal operasi bisnis terwaralaba.

b. Pembuatan manual operasi untuk digunakan terwaralaba.

                                                            7 Adrian Sutedi,ibid.,h.73 8 Adrian Sutedi,ibid.,h.63

Page 29: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

22  

c. Penyelenggaraan pelatihan awal (initial training ) dan biaya konsultasi, khususnya

pada operasi bisnis waralaba.

d. Biaya promosi/iklan, khususnya untuk promosi menjelang pembukaan perusahaan

(grand opening terwaralaba).

e. Survey pemilikan/seleksi lokasi.9

Pemberian waralaba senantiasa dikaitkan dengan suatu bentuk imbalan tertentu.

Secara umum dikenal dua macam kompensasi yang dapat diminta oleh franchisor

dari franchisee yaitu sebagai berikut:

1) Kompensasi langsung dalam bentuk moneter (direct monetary compesansation).

Berikut ini adalah kompensasi yang termasuk kompensasi langsung dalam bentuk

moneter:

a. Lump-sum payment. Suatu jumlah uang yang telah dihitung terlebih dahulu

(precalculated amount) yang wajib dibayarkan oleh franchisee untuk diberikan

kepada franchisor pada saat persetujuan waralaba disepakati.

b. Royalty, pembayaran oleh pihak franchisee kepada pihak franchisor sebagai

imbalan, yang besarnya dihitung dari jumlah produksi dan/atau penjualan

barang atau jasa berdasarkan perjanjian waralaba, baik yang disertai dengan

jumlah minimum atau maksimum atau tidak.

2) Kompensasi tidak langsung dalam bentuk nilai moneter (indirect moneter

compensation) yang meliputi sebagai berikut:

                                                            9 Darmawan Budi Suseno, Waralaba Syariah , (Yogyakarta: CAKRAWALA, Cet

pertama,2008), h. 56

Page 30: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

23  

a. Keuntungan dari penjualan barang modal atau bahan mentah setengah jadi, dan

termasuk barang jadi yang merupakan satu paket dengan pemberian waralaba

(exclusive purchase arrangement)

b. Pembayaran dalam bentuk dividen atau bunga pinjaman dimana franchisor

memberikan bantuan financial baik dalam bentuk ekuitas (equity participation)

atau dalam bentuk pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang.

c. Cost shifting atau pengalihan atas sebagian biaya yang harus dikeluarkan oleh

franchisor. Pengalihan ini biasanya dilakukan dalam bentuk kewajiban

franchisee untuk mengeluarkan semua biaya yang diperlukan untuk mencegah

terjadinya pelanggaran maupun untuk mempertahankan perlindungan atas hak

kekayaan intelektual paket yang diwaralabakan kepadanya.

Dari berbagai macam kompensasi yang telah dijelaskan, berdasarkan Peraturan

Pemerintah No 16 Tahun 1997, kompensasi yang diizinkan dalam pemberian

waralaba ialah dalam bentuk kompensasi langsung dalam bentuk moneter.10

3. Royalty Fee

Adalah jumlah uang yang dibayarkan secara periodik oleh terwaralaba kepada

pewaralaba sebagai imbalan dari pemakaian hak waralaba oleh terwaralaba yang

merupakan persentasi dari omset penjualan terwaralaba . sama seperti franchise fee,

nilai royalty fee ini sangat bervariatif, tergantung pada jenis waralaba.Royalty fee

yang ditarik oleh pewaralaba secara rutin diperlukan untuk membiayai pemberian                                                             

10  Adrian Suteja.,ibid hal 31-33. 

Page 31: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

24  

bantuan teknik selama kedua belah pihak terikat dalam perjanjian.Biaya royalty

dihitung dari porsentasi omset yang didapat setiap bulannya.11

Selain Franchise fee dan Royalty fee ada beberapa biaya yang umumnya ada

dalam bisnis waralaba, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Direct expenses

Merupakan biaya langsung yang harus dikeluarkan oleh terwaralaba

sehubungan dengan pengoperasian suatu usaha waralaba, misalnya terhadap biaya

pelatihan manajemen dan keterampilan tertentu.

b. Marketing dan advertising fees

Sebagian pewaralaba juga memberlakukan advertising fee (biaya periklanan)

untuk membiayai pos pengeluaran dan belanja iklan dari pewaralaba yang

disebarluaskan secara nasional maupu internasional. Besarnya advertising fee

maksimum 3% dari penjualan.

Biaya ini dikenakan dengan alasan bahwa tujuan dari jaringan waralaba

adalah membentuk suatu skala ekonomi yang demikian besar sehingga biaya-biaya

per outletnya menjadi sedemikian efisien untuk bersaing dengan usaha

sejenis.Mengingat iklan dirasakan manfaatnya oleh seluruh jaringan maka setiap

anggota jaringan diminta memberikan kontribusi dalam bentuk advertisisng fee.12

c. Assignment fee

                                                            11 Adrian Sutedi,Ibid h. 73 12 Hakim, info lengkap waralaba. (Jakarta: Gema Insani Press, 2007) h. 46

Page 32: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

25  

Meupakan biaya yang harus dibayar oleh franchisee kepada franchisor jika

pihak franchisee mengalihkan bisnisnya kepada pihak lain, termasuk bisnis yang

merupakan objek franchisee. Oleh franchisor, biaya tersebut biasanya dimanfaatkan

untuk kepentingan penetapan pembuatan perjanjian penyerahan, pelatihan, franchisee

baru, dan sebagainya.13

B. Manfaat Waralaba, Franchise fee dan Royalty Fee

Martin Mendelson dalam Franchising: Petunjuk Praktis bagi Franchisor dan

Franchisee merumuskan keuntungan-keuntungan dan kerugian-kerugian pemberian

waralaba. Menurut Mandelson keuntungan-keuntungan bagi pemberi waralaba

adalah:

1. Pemberi waralaba akan lebih mudah untuk melakukan eksploitasi wilayah yang

belum masuk lingkungan organisasinya.

2. Penerima waralaba akan mengkonsentrasikan diri secara lebih optimum pada

bisnis yang diwaralabakan tersebut, oleh karena mereka adalah pemilik bisnis itu

sendiri. Penerima waralaba yang berpikiran tajam, bermotivasi kuat dan tajam

pengamatannya dalam meminimalkan biaya serta memaksimalkan penjualan

memiliki nilai lebih yang jauh lebih banyak daripada yang harus dan dapat

diselesaikan oleh seorang manajer yang harus dibayar pemberi waralaba.

                                                            13 Adrian Sutedi,Ibid h. 73-74. 

Page 33: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

26  

3. Pemberi waralaba cenderung untuk tidak memiliki asset outlet dagang sendiri.

Tanggung jawab bagi asset tersebut diserahkan pada penerima waralaba yang

memilikinya.14

Sedangkan hal-hal yang merugikan yang mungkin dapat dihadapi oleh

pemberi waralaba meliputi antara lain:

1. Beberapa penerima waralaba menganggap dirinya cenderung independen. Seorang

penerima waralaba yang memperoleh keberhasilan, usahanya berjalan dengan

baik, dan memperoleh pendapatan sesuai yang diharapkannya, cenderung

membuatnya berpikir bahwa ia tidak membutuhkan pemberi waralaba lagi. Akan

timbul suatu keyakinan pada dirinya bahwa factor keberhasilannya berasal dari

inisiatifnya sendiri dalam menjalankan usahanya dengan baik. Sikap seperti ini

akan menjadi masalah dan tantangan bagi pemberi waralaba.

2. Pemberi waralaba harus memiliki keyakinan untuk menjamin bahwa standar

kualitas barang dan jasa dijaga melalui rantai waralaba. Pemberi waralaba harus

dapat menyediakan staf pendukung lapangan yang akan bertindak sebagai penyelia

dari standar-standar tersebut serta untuk memberikan bantuan bagi penerima

waralaba untuk mengatasi masalah yang mungkin akan dihadapi oleh penerima

waralaba.

3. Hindari timbulnya kemungkinan kekuraangpercayaan diantara pemberi waralaba

dengan penerima waralaba.

                                                            14 Gunawan Widjaja,Ibid, h. 26

Page 34: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

27  

4. Pemberi waralaba harus yakin bahwa orang yang telah diseleksi sebagai waralaba

sesuai untuk tipe waralaba tertentu dan mempunyai kapasitas untuk menerima

tanggung jawab dan tekanan untuk memiliki dan menjalankan bisnisnya sendiri.15

Selain itu, Manfaat waralaba banyak sekali, terutama untuk terwaralaba.

Karena terwaralaba tidak memerlukan pengetahuan dasar dan pengetahuan khusus.

Karena dalam menjalankan usaha waralaba ini, terwaralaba menerima bantuan,

seperti pelatihan bagi staf terwaralaba dari perwaralaba, diberikan bantuan pembelian

peralatan, bahkan terwaralaba mendapatkan pengetahuan khusus serta pengalaman

dari organisasi dan manajemen kantor pusat pewaralaba, walaupun ia tetap mandiri.

C. Mekanisme Pembayaran Franchise fee

Setiap waralaba memilki mekanisme pembayaran yang berbeda. Ada

pewaralaba yang mengharuskan terwaralaba untuk membayar penuh uang franchisee

fee, namun ada juga pewaralaba yang mengizinkan terwaralaba untuk membayar

franchisee fee secara berangsur. Pembayaran franchisee fee biasanya dilakukan

didepan, dalam arti pembayaran dilakukan setelah penandatanganan perjanjian

waralaba antara pewaralaba dan terwaralaba.

Franchisee fee ini digunakan oleh pewaralaba sebagai biaya investasi awal,

dimana digunakan untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk membuka usaha

waralaba tersebut, seperti untuk membeli peralatan masak bagi waralaba yang terkait

                                                            15 Gunawan Widjaja, Ibid.,h.28-31.

Page 35: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

28  

dengan usaha food and beverages, untuk biaya iklan, bahkan untuk biaya pelatihan

yang diberikan pewaralaba terkait dengan usaha yang dijalankannya.

D. Mekanisme Pembagian Royalty Fee

Dalam franchise sebagai suatu format bisnis yang dituangkan dalam suatu

perjanjian antara franchisor sebagai pemilik dari hak intelektual, brand, logo dan

sistem operasi dan franchisee sebagai penerima (konsep, sistem, penemuan, proses,

methode/cara (HAKI), logo, merk/nama) royalti fee wajib dibayarkan oleh franchisee

kepada franchisor sesuai yang diperjanjikan dan dalam hal ini wajib dibayarkan

setiap bulan/triwulan, yang diambil dari penjualan dengan tingkat persentase tertentu.

Besar royalty fee tergantung jenis usaha serta hitung-hitungan dari franchisor yang

mencakup aspek feasibility atau kelayakannya suatu usaha franchise. 16

Selain itu, menurut Anang Sukandar, ketua Asosiasi Franchise Indonesia

(AFI) besarnya royalti fee yang wajar adalah yang seperti di luar negeri, yakni antara

1%-12%. Kalau lebih dari itu sudah tidak wajar. Dan prosentase tersebut harus

diambil dari omset kotor bukan profit. Bila dihitung dari profit akan menyusahkan

karena profit itu sudah masuk dalam pembukuan sehingga perhitungan harus

memperhatikan banyak aspek.Keberadaan royalti fee sudah seharusnya dijadikan

sumber utama pendapatan franchisor demi kelangsungan usahanya, karena

bagaimanapun juga franchisor membutuhkan dana tersebut untuk membiayai segala                                                             

16 Gunawan Widjaja., Ibid h.108-109

 

Page 36: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

29  

pengeluaran untuk men-support usahanya seperti: membayar biaya supervisi, biaya

monitoring dan biaya on going asistensi secara terus menerus.17

Jadi bisa disimpulkan franchisor harus bisa membuat untung bukan dari

franchisor tetapi melalui franchisee. Maksudnya adalah Franchisee untung maka dia

sebagai franchisor juga untung. Jadi hubungan franchisor dan franchisee harus win-

win, tidak hanya memungut royalti fee kemudian dilepas begitu saja.Sebab itu, sudah

sewajarnya dalam franchise ada royalti fee. Dan sebagai usaha franchise sudah

selayaknya terbuka alias tidak menutup berapa keuntungan yang didapat. Kalau

sampai ada yang menutup-nutupi keuntungan namanya bukan franchise. Meskipun

royalti fee sewajarnya ada dan harus ada dalam franchise namun penetapannya harus

sama untuk setiap franchisee. Jadi tidak boleh ada diskriminasi meskipun franchisor

memiliki franchisee di beberapa daerah dan omsetnya berbeda-beda. Misalnya, kalau

franchisor mematok royalti fee 5% maka semua franchisee harus membayar 5%.

Karena itu, franchisee harus memiliki omset yang memadai. 18

Setiap waralaba memilki mekanisme pembagian royalty fee tersendiri. Pada

umumnya dalam perjanjian waralaba menyebutkan bahwa terwaralaba membayar

sejumlah biaya waralaba (royalty fee) kepada pewaralaba berdasarkan besarnya

penjualan. Isinya antara lain mengenai:

1. Dasar pembayaran biasanya berdasarkan penjualan kotor

                                                            17 Anang Sukandar, Aspek Royalty fee pada franchise, artikel ini dikutip pada 16 Mei 2010,

dari http://bisnis2121.com/2008/content/view/192/73/ 18 Anang sukandar.,ibid 

Page 37: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

30  

2. Tingkat royalty seminimum mungkin, terutama ditempat terwaralaba memperoleh

hak atas wilayah tertentu / exclusive territory tanpa persyaratan tingkat kuota

terendah

3. Pembayaran secara periodic ( mingguan, bulanan, kuartalan, dan sebagainya).

4. Waktu pembayaran (misalnya setiap hari kamis, atau berdasarkan penjualan pada

minggu sebelumnya, setiap tanggal sepuluh berdasarkan penjualan pada bulan

sebelumnya dan sebagainya.19

Sedangkan besarnya franchisee fee dan royalty fee masing masing memang

berbeda. Tidak semua jenis fee atau royalty disyaratkan oleh pewaralaba. Setiap

pewaralaba mempunyai kebijakan sendiri dalam menentukan jenis fee atau royalty

fee. Sebagai perbandingan lihat tabel dari beberapa perusahaan:

Tabel 4.1

Joining fee perusahaan waralaba

Nama Joining fee Royalty fee

Mc Donald’s $42.500 8% dari penjualan

CFC Rp 40-60 juta 7 % dari penjualan

Es Teler 77 Rp 50-100 juta 10 % dari penjualan

5 a Sec Rp 400-500 /10 thn

Sumber: (republika 1996:9)

                                                            19 Darmawan Budi Suseno.,Ibid.,h. 57

Page 38: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

31  

1. Perlu dipikirkan pajak yang harus dibayar akibat pembayaran royalty fee dan

franchise fee.

2. Perlu dipikirkan jika ada bunga atas keterlambatan pembayaran fee, apakah bunga

tersebut cukup masuk akal (reasonabie).

3. Perlu dipikirkan jika ada ceiling berupa minimum monthly payment, apakah adil

atau tidak.20

B. Konsep Keadilan Kerjasama dalam Islam

1. Pengertian Keadilan

Salah satu dari prinsip dalam bermuamalah yang harus menjadi akhlak dan

harus tertanam dalam diri pengusaha adalah sikap adil (Al Adl). Cukuplah bagi

alQu’ran telah menjadikan semua tujuan risalah langit adalah melaksanakan keadilan.

Al-‘Adl (Yang Maha Adil) adalah termasuk diantara nama-nama Allah (Asma’ Al-

Husna). Lawan kata dari keadilan adalah kezaliman (al-dzulm), yaitu sesuatu yang

diharamkan Allah atas diri-Nya sebagaimana telah diharamkan-Nya atas hamba-

hamba-Nya. Allah mencintai orang-orang yang berbuat zalim, bahkan melaknat

mereka.21 Firman-Nya:

                                                            20 Andrian Sutedi, Ibid, h. 74

21 Hermawan Kartajaya,dkk, Syariah Marketing, (Bandung: PT .Mizan Pustaka,2006) h. 112 

Page 39: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

32  

Artinya: “ dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat Dusta terhadap Allah?. mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan Para saksi akan berkata: "Orang-orang Inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka". Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim”(surat Al Huud: 8)

Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan

kewajiban. Keadilan juga dapat berarti suatu tindakan yang tidak berat sebelah atau

tidak memihak ke salah satu pihak, memberikan sesuatu kepada orang sesuai dengan

hak yang harus diperolehnya. Bertindak secara adil berarti mengetahui hak dan

kewajiban, mengerti mana yang benar dan yang salah, bertindak jujur dan tepat

menurut peraturan dan hukum yang telah ditetapkan serta tidak bertindak sewenang-

wenang.22

Keadilan pada dasarnya terletak pada keseimbangan atau keharmonisan antara

penuntutan hak dan menjalankan kewajiban. Berdasarkan segi etis, manusia

diharapkan untuk tidak hanya menuntut hak dan melupakan atau tidak melaksanakan

kewajibannya sama sekali. Sikap dan tindakan manusia yang semata-mata hanya

menuntut haknya tanpa melaksanakan kewajibannya akan mengarah pada pemerasan

atau perbudakan terhadap orang lain.23

                                                            22 Gading Mahendrata, Keadilan Dalam Islam dan Bisnis, artikel ini diakses pada 1 Juni 2010

dari http://gadingmahendradata.wordpress.com/2009/11/27/keadilan-dalam-islam-dan-bisnis/ 23 Gading Mahendrata, Ibid

Page 40: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

33  

Keadilan dalam Islam bukanlah prinsip yang sekunder. Ia adalah dasar dan

fondasi yang kokoh yang memasuki semua ajaran dan hukum Islam yang berupa

aqidah, syariah, dan akhlak (moral).Ketika Allah memerintahkan tiga hal. Keadilan

merupakan hal pertama yang disebutkan.

⌧ ⌧ ☺

)90: النحل ( ⌧

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (surat An Nahl : 90)

Ketika Allah memerintahkan dua hal, keadilan salah satu yang disebut.

Firman Allah

☺ ☺

⌧ ☺ )58: النسائى ( ⌧

Artinya:” Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.” (An-nisa ayat 58)

Ketika allah memerintahkan satu hal, keadilan merupakan hal yang

diperintahkan tersebut. Allah berfirman

Page 41: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

34  

☺⌧

)29: االعراف ( Artinya: Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". dan (katakanlah):

"Luruskanlah muka (diri)mu di Setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepadaNya)".(Al A’raaf ayat 29)

Implementasi sikap adil dalam bisnis merupakan hal yang sangat berat baik

dalam industri perbankan, asuransi, maupun dalam bentuk bentuk perdagangan dan

bisnis lainnya. Mungkin karena itulah Allah SWT demikian sering menekankan sikap

adil ini ketika berbicara muamalah (bisnis). Sikap adil misalnya, dibutuhkan ketika

seorang praktisi dibutuhkan ketika seorang praktisi perbankan syariah menentukan

nisbah mudharabah, musyarakah, wakalah, wadiah dan sebagainya. Sikap adil juga

diperlukan ketika asuransi syariah menentukan bagi hasil dalam surplus

underwriting, penentuan bunga teknik( bunga teknik tidak ada dalam asuransi

syariah) dan bagi hasil investasi antara perusahaan dan peserta24. Pada dasarnya,

berbisnis apapun asalkan halal harus selalu berlaku adil bagi orang lain yang ikut

andil dalam bisnis tersebut.

Begitu pula dengan bisnis waralaba. Keadilan sangat diperlukan dalam

penentukan franchise fee dan royalty fee. Dalam penentuan franchisee fee, seorang

pewaralaba harus adil untuk menentukan berapa besar biaya yang dibutuhkan dalam

menjalankan bisnisnya tersebut. Tidak boleh ada biaya terselubung dalam hal

                                                            24 Hermawan Kartajaya,dkk., Ibid h. 114-115

Page 42: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

35  

tersebut. Dan hendaknya pemilik waralaba juga bijak dalam menentukan pengeluaran

terwaralaba sehingga tidak membebankan rekan bisnisnya. Demikian pula dalam

penentuan royalty fee.

2. Manfaat Keadilan dalam Konsep Bisnis Islam

Islam sangat mengajurkan untuk berbuat adil dalam berbisnis, dan melarang

berbuat curang atau berlaku dzalim. Rasulullah SAW diutus Allah SWT untuk

membangun keadilan. Kecelakaan besar bagi orang yang berbuat curang, yaitu

orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain meminta untuk dipenuhi,

sementara kalau menakar atau menimbang untuk orang selalu dikurangi.Kecurangan

dalam berbisnis pertanda kehancuran bisnis tersebut, karena kunci keberhasilan bisnis

adalah kepercayaan. Al Quran memerintahkan kepada kaum muslimin untuk

menimbang dan mengukur dengan cara yang benar dan jangan sampai melakukan

kecurangan dalam bentuk pengurangan takaran dan timbangan. Hal ini sesuai dengan

firman Allah SWT, sebagai berikut :

)8: المائيدة ( ☺ ☺Artinya : Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang

selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S Al Maidah : 8)

Page 43: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

36  

Menegakkan keadilan dalam berbisnis tentu sangat disukai oleh Allah SWT.

Dengan berlaku adil, tentu saja banyak manfaat yang kita dapatkan, seperti, bisnis

kita InsyaAllah akan mendapatkan berkah dari Allah SWT, rekan bisnis akan selalu

percaya dengan kuantitas dan kualitas barang yang akan kita perdagangkan, karena

mereka yakin kita akan berlaku adil terhadap mereka.

3. Konsep Keadilan Bisnis dalam Islam

Bisnis diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan yang dilakukan oleh

manusia untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan atau rizki dalam rangka

memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya dengan cara mengelola sumber daya

ekonomi secara efektif dan efisien.Skinner mendefinisikan bisnis sebagai pertukaran

barang. jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau memberi manfaat. Menurut

Anoraga dan Soegiastuti, bisnis memiliki makna dasar sebagai “the buying and

selling of goods and service”. Sementara dalam pandangan Straub dan Attner, bisnis

tak lain adalah suatu organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan penjualan

barang-barang dan jasa-jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh

profit.25

Secara umum ajaran Islam menawarkan nilai-nilai dasar atau prinsip-prinsip

umum yang penerapannya dalam bisnis disesuaikan dengan perkembangan zaman

dan mempertimbangkan dimensi ruang dan waktu. Dalam Islam terdapat nilai-nilai

                                                            25 Gading Mahendradata,ibid

Page 44: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

37  

dasar etika bisnis, diantaranya adalah tauhid, khilafah, ibadah, tazkiyah dan ihsan.

Dari nilai dasar ini dapat diangkat ke prinsip umum tentang keadilan, kejujuran,

keterbukaan (transparansi), kebersamaan, kebebasan, tanggungjawab dan

akuntabilitas.26

Adil sangat diperlukan dalam kegiatan perniagaan supaya tidak merugikan

salah satu pihak atau bisa mengeksploitasi orang lain. Berbuat adil akan lebih dekat

pada takwa sehingga akan terhindar dari hal hal yang akan mengarah pada perbuatan

dosa. Dalam Alquran kata adil disebut berkali kali. Artinya, Islam sangat menjunjung

tinggi nilai keadilan, termasuk di dalamnya adil ketika melakukan perniagaan.

Walaupun mungkin telah disebutkan dalam bab-bab sebelumnya, tetapi perlu

digarisbawahi lagi bahwa ada satu hal mendasar dalam penataan hubungan antara

manusia yang Islami, yaitu tidak ada yang dizalimi dan tidak ada yang menzalimi

atau dalam perkataan lainditegakkan konsep ‘adil’. Al-Quran menegaskan bahwa

keadilan adalah salah satu alasan Allah mengirim rasul-Nya pada manusia. Seperti

pada firman Allah SWT sebagai beikut:

                                                            26 Gading Mahendradata,ibid

 

 

Page 45: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

38  

)25: الحديد ( ⌦

Artinya : Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.(QS. Al-Hadid (57): 25).

Rasulullah Muhammad SAW pernah mengatakan bahwa sebagian besar rezeki

manusia di peroleh dari aktifitas perdagangan. Hal ini disabdakan beliau dalam

hadist yang diriwayatkan oleh Habsyi AL Harabi “berdaganglah kamu sebab dari

sepuluh bagian penghidupan Sembilan diantaranya dihasilkan dari berdagang”.

Dalam ilmu ekonomi, perdagangan secara konvensional dapat diartikan sebagai

proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing masing

pihak. Mereka yang terlibat dalam aktifitas perdagangan dapat menentukan

keuntungan maupun kerugian dari kegiatan tukar menukar secara bebas itu.27

Oleh karena itu, agar diperoleh suatu keharmonisan dalam system

perdagangan, diperlukan suatu :perdagangan yang bermoral”. Rasulullah SAW secara

jelas telah banyak memberi contoh tentang sistem perdagangan yang jujur dan adil

serta tidak merugikan kedua belah pihak. Sabda Rasulullah Muhammad SAW yang

diriwayatkan oleh Abu Sa’id menegaskan: saudagar yang jujur dan dapat dipercaya

                                                            27 Jusmaliani, dkk, Bisnis Berbasis Syariah, penerbit Bumi Aksara, Jakarta 2008 hal 45

Page 46: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

39  

akan dimasukan dalam golongan para nabi, golongan orang orang jujur dan golongan

para syuhada. Hadist tersebut menyatakan bahwa dalam setiap transaksi perdagangan

diperintahkan untuk lebih mengutamakan kejujuran dan memegang teguh

kepercayaan yang dipegang oleh orang lain. 28

Berdasarkan hadist tersebut tampak jelas bahwa Muhammad SAW telah

mengajarkan untuk bertindak jujur dan adil serta bersikap baik dalam setiap transaksi

perdagangan.dalam hal ini kunci keberhasilan dan setiap transaksi perdagangan.

Dalam hal ini kunci keberhasilan dan kesuksesan Nabi dalam perdagangan

diantaranya adalah dimilikinya sifat sifat terpuji beliau yang sangat dikenal penduduk

mekah kala itu, yaitu jujur siddiq), menyampaikan (tabligh), dapat dipercaya

(amanah) dan bijaksana (fathanah). Sifat terpuji itulah merupakan kunci kesuksesan

Nabi dalam berdagang (Afzalurrahman, 2000). Bersikap adil dan bertindak jujur

merupakan prasyarat penting seseorang dalam melakukan perdagangan, disamping

menjaga hubungan baik dan berlaku ramah tamah kepada mitra dagang serta para

pelanggan. Pedagang yang tidak jujur meskipun mendapat keuntungan dagang yang

besar, boleh jadi keuntungan tersebut sifatnya hanya sementara. Ini dikarenakan

ketidakjujuran akan menghilangkan kepercayaan para pelanggan sehingga lama

kelamaan akan memundurkan dan mematikan usahanya.29

4. Konsep Kerjasama dalam Islam                                                             

28Era Muslim, “Media Islam Rujukan” dikutip pada 11 Agustus 2010 dari www.eramuslim.com/.../hadist-hadist-tentang-keutamaan-dan-keadilan-sahabat.htm -

29 Era Muslim,ibid

Page 47: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

40  

Kerjasama dalam Islam disebut dengan syirkah. Syirkah menurut bahasa

berarti pencampuran. Secara terminologi definisi syirkah adalah akad yang dilakukan

oleh orang-orang yang bekerjasama dalam modal dan keuntungan.dengan adanya

akad syirkah yang disepakati diantara kedua belah pihak, semua pihak yang

mengikatkan diri berhak hukum terhadap harta syarikat itu dan berhak mendapatkan

keuntungan terhadap harta yang disepakati.30 Akad syirkah diperbolehkan menurut

para ulama fiqh, berdasarkan kepada firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 12 yang

berbunyi:

Artinya: …Maka mereka berserikat dalam sepertiga harta…(Q.S An-Nisa ayat 12)

Konsep kerjasama dalam Islam ada 2 macam:

a. Syirkah AlMusyarakah. secara etimologi asy syirkah berarti percampuran yaitu

percampuran antara sesuatu dengan yang lainnya sehingga sulit dibedakan.31

Sedangkan menurut terminology adalah akad kerjasama antara dua pihak atau

lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing masing pihak memberikan

kontribusi dana (atau amal /expertise) denggan kesepakatan bahwa keuntungan

dan risiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.

                                                            30 A.H Azarudin Latif, Fiqh Muamalat, (Penerbit: UIN Jakarta Press, Jakarta, 2005) h. 129 31 Antonio syafii, Bank syariah dari teori ke praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h.

48

Page 48: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

41  

b. Syirkah ada dua jenis syirkah al Amlak (kepemilikan) dan syirkah al uqud (akad /

kontrak). Syirkah kepemilikan tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lain

yang mengakibatkan pemilikan satu asset oleh dua orang atau lebih. Dalam

syirkah ini kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam sebuah asset nyata

dan berbagi pula dari keuntungan yang dihasilkan asset tersebut. Sedangkan

syirkah akad tercipta dengan kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju

bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah merekapun sepakat

berbagi keuntungan dan kerugian.

Syirkah akad menjadi:

1) Syirkah al-‘Inan

Para ulama fiqih sepakat bahwa syirkah al-‘inan hukumnya boleh. Dalam

syirkah ini modal yang digabungkan oleh masing-masing pihak tidak harus sama

jumlahnya, demikian juga halnya dalam soal tanggung jawab, kerja, keuntungan

serta kerugian yang terjadi jumlahnya tidak harus sama dan dilakukan berdasarkan

kontrak atau perjanjian.Syirkah al-‘inan merupakan jenis syirkah yang paling

banyak diterapkan dalam dunia bisnis, hal ini dikarenakan keluasan ruang

lingkupnya dan sistem pelaksanaannya yang fleksibel. Berikut ini beberapa

karakteristik dari syirkah al-‘inan :

a. Besar penyertaan modal dari masing-masing anggota tidak harus sama.

b. Masing-masing anggota mempunyai hak penuh untuk aktif langsung dalam

pengelolaan usaha, tetapi ia juga dapat menggugurkan hak tersebut dari

dirinya.

Page 49: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

42  

c. Pembagian keuntungan dapat didasarkan pada persentase modal masing-

masing, tetapi dapat pula atas dasar negosiasi.

d. Kerugian dan keuntungan bersama sesuai dengan besarnya penyertaan modal

masing-masing.

2) Syirkah al-Mufawadhah

Yaitu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing

pihak menyerahkan bagian modal yang jumlahnya sama besar dan ikut

berpartisipasi dalam pekerjaan. Demikian pula tanggung jawab dan beban utang

dibagi oleh masing-masing pihak. Beberapa syarat dalam syirkah al-mufawadhah

adalah sebagai berikut :

a. Nilai masing-masing pihak harus sama.

b. Persamaan wewenang dalam bertindak. Dengan demikian tidak sah

perserikatan anak kecil dengan orang dewasa.

c. Persamaan agama. Maka tidak sah perserikatan antara orang muslim dengan

non muslim.

d. Setiap pihak atau mitra harus dapat penjamin atau wakil pihak yang lainnya

dalam pembelian dan penjualan barang yang diperlukan.

3) Syirkah al-Abdan (al-A’mal)

Yaitu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih yang memiliki keahlian

atau profesi yang sama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dimana keuntungan

dibagi bersama. Misalnya, kerjasama dua orang arsitek untuk menggarap proyek

atau kerjasam dua orang penjahit untuk menerima order seragam kantor. Profesi dan

Page 50: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

43  

keahlian ini bisa sama dan juga bisa berbeda, misalnya tukang kayu dengan tukang

besi, mereka menyewa tempat untuk perniagaannya dan bila mendapat keuntungan

dibagi menurut kesepakatan bersama. Dalam syirkah ini para mitra hanya

menyumbangkan keahlian dan tenaga untuk bisnis tanpa memberikan modal.

Syirkah ini lazim disebut juga syirkah al-sanaa’i (syirkah para tukang) atau syirkah

al-taqabbul (syirkah penerimaan).

4) Syirkah al-Wujuh

Yaitu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih yang masing-masing

memiliki reputasi dan kredibilitas (kepercayaan) dalam melakukan suatu usaha.

Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang

tersebut secara tunai. Sedangkan keuntungan yang diperoleh dibagi sama. Syirkah

semacam ini mirip dengan makelar yang banyak dilakukan orang pada zaman

modern sekarang ini. Dalam perserikatan ini pihak yang berserikat membeli suatu

barang hanya didasarkan kepada kepercayaan yang kemudian barang tersebut

mereka bayar dengan tunai.

1. Sama halnya dengan syirkah abdan, dimana para mitra hanya menyumbangkan

keahlian dan tenaganya untuk mengelola bisnis tanpa memberikan modal, dalam

syirkah wujuh para mitra juga hanya menyumbangkan goodwill, credit worthiness

dan hubungan-hubungan (kontak-kontak) mereka untuk mempromosikan bisnis

mereka tanpa menyetorkan modal. Oleh karena itu biasanya kedua bentuk

kemitraan ini terbatas hanya digunakan untuk usaha kecil saja.

Beberapa syarat pokok Musyarakah menurut Usmani (1998) antara lain:

Page 51: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

44  

1. Syarat Akad. Karena musyarakah merupakan hubungan yang dibentuk oleh para

mitra melalui kontrak/akad yang disepakati bersama, maka otomatis empat syarat

akad yaitu: 1) syarat berlakunya akad (In’Iqod), 2) syarat sahnya akad (Shihah)

3) syarat terealisasinya akad (Nafadz) dan 4) syarat lazim juga harus dipenuhi.

Misalnya para mitra usaha harus memenuhi syarat pelaku akad (ahliyah dan

wilayah), akad harus dilaksanakan atas persetujuan para pihak tanpa adanya

tekanan, penipuan, atau penggambaran yang keliru dan sebagainya.

2. Pembagian proporsi keuntungan. Dalam pembagian proporsi keuntungan, harus

dipenuhi hal-hal berikut:

a. Proporsi keuntungan yang dibagikan kepada mitra usaha harus disepakati

diawal kontrak/akad. Jika proporsi belum ditetapkan, akad tidak sah menurut

syariah.

b. Rasio / nisbah keuntungan untuk masing-masing mitra usaha harus ditetapkan

sesuai dengan keuntungan nyata yang diperoleh dari usaha, dan tidak

ditetapkan berdasarkan modal yang disertakan. Tidak diperbolehkan untuk

menetapkan lumsum untuk mitra tertentu, atau tingkat keuntungan tertentu

yang dikaitkan dengan modal investasinya.

3. Penentuan proporsi keuntungan. Dalam menentukan proporsi keuntungan terdapat

beberapa pendapat para ahli hokum Islam sebagai berikut:

a. Imam Malik dan Imam Syafi’i berpendapat bahwa proporsi keuntungan dibagi

diantara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad

sesuai dengan proporsi modal yang disertakan.

Page 52: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

45  

                                                           

b. Imam Ahmad berpendapat bahwa proporsi keuntungan dapat pula berbeda dari

proporsi modal yang mereka sertakan.

c. Imam Abu Hanifah yang dapat dikatakan sebagai pendapat tengah-tengah

berpendapat bahwa proporsi keuntungan dapat berbeda dari proporsi modal

pada kondisi normal. Namun demikian mitra yang memutuskan untuk menjadi

sleeping partner, proporsi keuntungannya tidak boleh melebihi proporsi

modalnya.32

 32 Ibid h. 172

Page 53: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

BAB III

A. Sejarah dan perkembangan Restauran Bakmi Tebet

Sebuah gagasan cemerlang kerap muncul disaat yang tepat. Awalnya Dr.Ir.H

Wahyu Saidi, Msc adalah murni seorang pekerja mapan di sebuah perusahaan

pembangunan jalan tol. Namun krisis moneter yang melanda Indonesia dua belas

tahun lalu telah memaksanya untuk beralih profesi menjadi seorang pengusaha.Ketika

perusahaan tempatnya bekerja gulung tikar, dengan jabatan manajer tentulah sulit

baginya mencari pekerjaan diperusahaan lain dengan gaji dan jabatan yang setimpal.

Maka pilihannya adalah berhenti, dan mencoba berusaha sendiri. Mulailah ia

memasuki agribisnis dengan bertanam cabe, ternak ayam, pembesaran ikan,

membuka bimbingan belajar, dan membuka usaha makanan Palembang.1

Pada tahun 1996, Pak Wahyu saidi mengawali usahanya dengan membuka

rumah makan ikan patin, menu khas Palembang tempat kelahirannya. Namun

ternyata hasil yang diperoleh masih jauh dari ekspetasi awal. Hal ini dikarenakan

karena menu ikan patin dirasa kurang fleksibel. Dalam artian bahwa penggemar

hidangan ini hanya terbatas pada orang dewasa dan hanya nikmat bila dihidangkan di

siang hari. Seharusnya yang diusahakan adalah makanan untuk semua umur dan

semua waktu. Belajar dari pengalaman inilah Pak Wahyu Saidi kemudian mulai

mencari alternatif menu lain yang lebih fleksibel dan populer. Tentunya hidangan

                                                            1 Bud’s, “Doktor Jualan Bakmi” ,artikel ini diakses pada 25 Juni 2010 pada

http://www.apakabar.ws/forums/viewtopic.php?f=1&t=39630&start=0

46 

Page 54: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

47 

 

tersebut harus dapat di nikmati oleh seluruh kalangan baik orang tua maupun anak-

anak dan dapat dinikmati kapan saja. Setelah melalui serangkaian pengamatan

dibeberapa tempat makan, maka Pak Wahyu akhirnya memilih bakmi sebagai menu

andalannya.2

Walaupun demikian, pak wahyu berkeyakinan bahwa usaha makanan adalah

usaha yang paling mudah dan beresiko relative kecil karena semua kebutuhan bahan

bakunya dapat diperoleh sesuai dengan kebutuhan. Sepanjang jalan di Margonda,

Depok ditelusuri untuk survey. Pilihan jatuh pada usaha Bakmi, karena menurutnya

selain banyak yang menggemari makanan tersebut yang dapat dinikmati sepanjang

hari.3

Bapak Wahyu Saidi mulai belajar membuat bakmi yang lezat. Patokannya

adalah Bakmi Gajah Mada (GM). Bapak Wahyu menyatakan kekagumannya pada

restaurant yang sangat terkenal dan banyak penggemarnya itu. Sayangnya Bakmi

GM tidak membuat waralaba. Tapi Pak Wahyu tak hilang akal, ia mengundang para

pakar kuliner analis rasa juga pensiunan koki bakmi GM.. Segala cara dilakukan

beliau untuk mendapatkan rahasia bumbu tersebut. Dan akhirnya berhasil didapatkan

dengan mengeluarkan dana yang tidak sedikit yaitu sekitar Rp 200 juta rupiah hanya

untuk bumbu bakmi saja. Pak Wahyu berhasil memperoleh bumbu penyedap bakmi

dan 33 jenis hidangan lain, kendati cita rasanya tentu tak seratus persen menyamai

bakmi GM.

                                                            2 Bud’s,ibid 3 Sumber dari Brosur Bakmi Tebet

Page 55: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

48 

 

Pada bulan Januari tahun 2002 ia mulai membuka gerai bakmi di Menara

Kadin. Lokasi itu diperoleh berkat pertemanannya dengan seorang pengusaha. Gerai

pertama itu diberi nama “Langgara”. Omsetnya pada hari pertama sebanyak Rp

66.000. Tak lama kemudian dibukanya lagi satu warung dijalan Pemuda dengan

omset hari pertama Rp 200.000.Kemudian menyusul gerai dikawasan Rawamangun

Jakarta Timur, lalu dikawasan Setia Budi, Jakarta Selatan. Tapi gerai baru ini

menggunakan nama “Bakmi Tebet” yang diambil dari sebuah nama kawasan yang

berkonotasi Jakarta, untuk menciptakan kesan bagi orang yang berdomisili di luar

Jakarta.

Di bisnis bakminya pak Wahyu sengaja membidik kalangan menengah ke

bawah. Hal ini berbeda dari beberapa rumah makan bakmi terkemuka yang lebih

banyak menjadikan kalangan menengah ke atas sebagai target utama konsumen

mereka. Pak wahyu mengambil peluang ini dengan menjual makanannya dengan

harga yang relatif murah.4 Untuk bisnis bakminya yang berada di luar Jakarta, bapak

Wahyu menggunakan merek Bakmi Tebet dengan alasan bahwa biasanya segala

sesuatu yang “berbau” Jakarta disukai oleh orang daerah, karena Tebet merupakan

salah satu nama kawasan di Jakarta, maka Pak Wahyu memutuskan untuk

menggunakan nama Bakmi Tebet bagi restaurannya diluar Jakarta.5

Walaupun Bakmi Tebet dan Bakmi Langgara merupakan satu produk yang

sama, namun dalam pengelolaanya, tetap mempunyai manjemen dan strategi yang

                                                            4 Majalah sharing, bisnis waralaba Islami. 5 Hasil wawancara langsung dengan Bapak Yusuf, Asisten Wahyu Saidi, 30 Juni 2010.

Page 56: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

49 

 

berbeda. Di karenakan target pasar yang berbeda pula. Meski bisnisnya terus

berkembang pak wahyu mengaku masih menghadapi kendala terutama masalah

keterbatasan sumber daya manusia. Saat ini banyak lulusan akademi pariwisata yang

enggan masuk ke dapur mie miliknya. Sehingga ia memilih tenaga tamatan SMA

yang bersedia menjadi karyawannya. Enam bulan pertama menggeluti bisnis ini,

beliau masih ragu karena perekonomian mulai membaik, godaan kerja banyak,

sementara penghasilan dibandingkan dengan tawaran hanya sekitar 30 %, sementara

itu berjualan bakmi juga tifak mempunyai suatu kebanggaan.

Setelah satu tahun berjalan, beliau mulai merasa senang dengan bisnis yang

dijalaninya tetapi keraguan masih tinggi. Namun dibalik keraguan itu, beliau tetap

berusaha terus untuk untuk mengembangkan bisnisnya dengan membuka cabang ke

5, penghsilan beliau setara dengan ataupun sebelum krisis moneter. Hal ini juga yang

membuat semangat untuk terus ,membuka cabang lagi. Dan keyakinan berbisnis

mulai dirasakan setelah membuka cabang yang ke 10.6

Konsep waralaba mulai dikembangkan pada saat membuka cabang ke 11.

Tapi sebenarnya lebih pada konsep Joint Operation, Partnership Waralaba baru

dimulai ketika membuka cabang yang ke 12. Bagi mereka yang minat untuk berbisnis

dimakanan ini cukup menyediakan dana sekitar kurang dari Rp 100 juta. Ia

berkeyakinan modal akan kembali dalam waktu enam bulan sampai satu tahun

apabila bisnis

                                                            6 Artikel KOMPAS, Wahyu dan “Virus” Wirausaha, 12 september 2005.

Page 57: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

50 

 

Bila ingin mencicipi pasar bakmi yang cukup besar, tawaran waralaba Bakmi

tebet ini bisa menjadi pilihan. Modalnya relative terjangkau. Diharapkan usaha ini

bias balik modal dalam waktun Sembilan bulan hingga 1,5 tahun. Dia memang

bukan makanan asli Indonesia. Tapi panganan bernama bakmi ini sudah lekat dengan

masyarakat Indonesia. Penggemarnya banyak dan tak kenal kasta. Abang becak

maupun tukang ojek bisa menikmati bakmi pengkolan di gerobak. Ibu rumah tangga

ataupun anak kos bias mencegat tukang bakmi keliling diperumahan mereka. Para

bos pun biasa menyantapnya direstauran.7

Tak heran ada banyak restaurant yang khusus menyajikan bakmi sebagai

menu utama. Sebut saja bakmi GM yang sudah taka sing lagi ditelinga kita. Ada juga

bakmi Gang Kelinci, Bakmi Japos, bakmi golek, hingga Bakmi Margonda. Diluar

nama nama beken itu, diluar masih banyak rumah makan bakmi yang diam diam

tumbuh membesar dikawasan jabotabek hingga ke berbagai daerah. Contohnya

Bakmi langgara yang juga beken dengan nama Bakmi Tebet, dua merek dengan satu

nama.8

Sulur sulur bakmi tebet disekitar Jakarta sudah mencapai 32 cabang. Menu

andalan Bakmi Tebet tak jauh beda denggan menu restaurant bakmi lain. Ada bakmi

kuah, ada pula bakmi goreng dengan aneka varian. Tampilan dan rasanya mirip

dengan bakmi GM namun dengan harga yang sedikit lebih murah. Wahyu Saidi

                                                            7 Wahyu saidi, asiknya berbisnis restaurant panduan untuk sukses, Penerbit: Enno Media

2007 h. 5 8 Nugroho Dewanto, Artikel “ Doktor Bakmi Waralaba “ Majalah Tempo no 40 /XXXIII/ 29

nov -5 des 2004

Page 58: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

51 

 

pemilik Bakmi Tebet mengakui bahwa bakmi GM masih menjadi patokan penggemar

bakmi seluruh Indonesia.”bila tidak bisa menyamai bakmi GM, minimal kita bisa

menyerupainya dengan racikan sendiri” kata bapak wahyu.

Perkembangan cara waralaba Bakmi Langgara ini sangat cepat terutama diluar

kota Jakarta khusus nya di pulau jawa dan luar pulau jawa. Hal ini dikarenakan bakmi

ayam merupakan jenis makanan yang belum dikenal. Sehingga kompetitornya masih

terbilang sedikit. Serta untuk pasar bakmi ayam ini diluar Jakarta dan diluar pulau

Jawa terbuka lebar. Hal ini yang terlihat dari perkembangan cara waralaba ini adanya

peningkatan permintaan bahan baku yang sangat signifikan serta dari royalty fee yang

juga semakin meningkat.9

Merek itu diciptakan agar mudah diingat orang karena berpengaruh pada

persepsi yang akan terus diingat. Merk juga sebaiknya mengandung arti baik

diciptakan sendiri maupun yang sudah diketahui umum. Karena arti itu berhubungan

dengan produk yang ditawarkan pada konsumen. Wahyu mencontohkan nama bakmi

langgara yang terkesan nuansa islamnya. Itu sengaja dilakukan karena selama ini

makanan bakmi identik dengan makanan non-muslim pihaknya sendiri tidak bias

mengklaim bakmi sebagai makanan umat muslim karena nantinya yang non-muslim

tidak akan menyukai bakminya.10

                                                            9 Skripsi Ulfa Treni Juliana, Analisis Sistem Waralaba Dilihat dari Transaksi Bisnis Syariah

(Studi kasus Bakmi Langgara) hal 58 10 Koran harian Republika tgl 15 september 2004.

Page 59: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

52 

 

Pendirian restoran ini tidak pernah direncanakan secara akademis seperti:

pemakaian grafik-grafik ROI dan planning tetapi pendirian restoran dimulai dari

sebuah mimpi dan dibuat sesuatunya secar berbeda. Perkembangan restoran

dipikirkan selama 24 jam sehingga bakmi berasal dari Jakarta bisa masuk ke Depok,

Jabotabek, Bandung lalu Cirebon, Cilegon, Jateng, Pekanbaru serta Palembang.

Tahapan-tahapan tersebut memerlukan pengetahuan managerial karena menyangkut

SDM, distribusi, dan pengontrolan.11

Untuk bisnis ini beliau memakai tenaga ahli di bidang managerial dan tenaga

ahli untuk bumbu misalnya koki, tenaga untuk marketing dan pengembangan

restaurant.Pemilihan lokasi restoran sebaiknya di jalan dan di dekat persimpangan

ditengah keramaian, dekat sekolah favorit, dekat pasar, dekat pertokoan, tempat

ibadah, dan bila perjalanan pulang berada di sebelah kiri jalan. Dalam

mengembangkan bisnis bakmi langgara dan bakmi tebet bapak wahyu saidi

melakukan beberapa cara yaitu:

• Meningkatkan kemampuan karyawan antara lain dengan pelatihan

• Memberi kompensasi yang memadai

• Membuka cabang yang sebanyak-banyaknya

• Memfokuskan pada masakan mie12

Sampai dengan tahun 2005 bakmi Tebet dan Bakmi Langgara telah memilki

102 cabang, termasuk di 14 kota diluar Jakarta. Selain itu ekspansi Internasional juga                                                             

11 Majalah Sharing Bisnis waralaba Islami, grup langgara: intinya bagi hasil yang adil, h.112 12 Ibid hal. 61

Page 60: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

53 

 

dilakukan ditahun 2006 dengan membuka restauran baru di Kairo dan Mekah. Meski

demikian, tidak hanya cerita sukses saja yang mengiringi perjalanan bisnisnya. Pada

tahun 2007, bisnis Bakmi Tebet tidak berjalan baik. Namun hingga sekarang 19

cabang yang berada diluar Jakarta dan di Jakarta tetap beroperasi13.

Menurut Pak Wahyu Saidi sebagai owner Bakmi Tebet, banyak cabang yang

tutup dikarenakan salah pilih tempat yang strategis,masyarakat sudah jenuh dengan

bakmi karena semakin banyak restaurant yang membuka bisnis dengan cirri khas

bakmi, dan salah pilih partner merupakan kendala dalam pengembangan bisnisnya.

Namun demikian bukan berarti bisnis Bakmi Tebet bangkrut, masa-masa sekarang

adalah masa keterpurukan yang pasti suatu saat ada jalan keluar dan sukses seperti

beberapa tahun lalu. Dengan banyaknya cabang yang tutup, manajemen Bakmi Tebet

sekarang mulai lebih hati-hati dalam memilih franchisee sebagai rekan bisnis dalam

mengelola waralaba Bakmi Tebet. Pada tahun 2010, Pak Wahyu juga

mengembangkan sayap bisnisnya dengan membuka banyak usaha, seperti Taman

Resto, Sari Bundo masakan Padang, My Way Steak, dan lain-lain.dari sini dapat kita

lihat bahwa peluang bisnis selalu terbuka walaupun kita dalam keadaan terpuruk

asalkan kita mau berusaha.

Dari sisi Diferensiasi Pak Wahyu Saidi mampu menciptakan sesuatu yang

berbeda dalam produknya. Dalam hal ini produk-produk atau menu makanan yang

dijual Bakmi Tebet senantiasa mengikuti selera pasar dan selalu dilakukan inovasi.

                                                            13 Wawancara Pribadi dengan Bapak Yusuf Asisten Bapak Wahyu Saidi. 30 Juni 2010. 

Page 61: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

54 

 

Walaupun pada mulanya Bakmi Tebet menyajikan menu makanan ala Bakmi GM,

namun pada perjalanannya, Pak Wahyu Saidi pun melakukan berbagai inovasi baik

dalam hal pelayanan, produksi dan bahkan dalam hal pemasaran.14

B. Sistem pembayaran franchisee fee

Sistem pembayaran franchisee fee pada waralaba bakmi Tebet tidak jauh

berbeda dengan waralaba lainnya. Pak Saidi, selaku franchisor bakmi tebet

menentukan jumlah franchisee fee yang harus dibayarkan oleh franchisee.

Sistem pembayaran franchisee fee pada waralaba Bakmi Tebet adalah sebagai

berikut:

1) Sebelum melakukan perjanjian waralaba, Pak Saidi menawarkan prospectus

kepada franchisee, dimana prospectus tersebut adalah berkas penawaran yang

diberikan oleh franchisor kepada calon franchisee. Dalam sebuah prospectus

tersebut terdapat data-data yang berhubungan dengan usaha waralaba yang akan

dijalankan. Data-data yang ada dalam perjanjian waralaba tersebut antara lain

sebagai berikut:

a. Unit bisnis yang ditawarkan, termasuk didalamnya target pasar yang akan

dibidik

b. Biaya-biaya yang akan dibutuhkan : termasuk didalamnya syarat lokasi untuk

memulai usaha waralaba tersebut

                                                            14  Arwinto.P.Nugroho,dkk, Membedah Peta Persaingan Bisnis Bakmi Studi Kasus Bakmi

Tebet, Penerbit: Enno Media, 2008. Hal 7-8.

Page 62: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

55 

 

c. Peruntukan dari franchisee fee, dimana franchisee fee tersebut termasuk

pelatihan, termasuk pengadaan alat, dan perizinan untuk membuka usaha

waralaba terebut kepada pihak-pihak yang terkait

d. Jangka waktu kontrak, berapa lama seorang franchisee berhak memakai

merek Bakmi Tebet

2) Langkah selanjutnya adalah meninjau langsung lokasi yang akan dijadikan

tempat usaha Bakmi Tebet. Syarat dari lokasi waralaba tersebut haruslah lokasi

yang strategis untuk memulai usaha dan berada ditengah keramaian masyarakat,

mudah dijangkau dan tidak terletak di tempat terpencil. Mengenai lokasi yang

akan dijadikan tempat usaha, manajemen Bakmi Tebet tidak ikut turun tangan

didalamnya,franchisee sudah harus mempunyai lokasi dan tempat usaha

sebelum bergabung dengan waralaba Bakmi Tebet.

3) Setelah melakukan penawaran prospectus dan calon franchisee setuju dengan

prospectus yang ditawarkan, maka langkah selanjutnya adalah membuat

perjanjian waralaba antara franchisor dengan franchisee. Dalam perjanjian

waralaba tersebut, terdapat hak-hak dan kewajiban yang harus disepakati antara

kedua belah pihak, antara lain:

a. Franchisee wajib untuk membeli langsung bahan baku seperti bumbu-bumbu

yang dibutuhkan, mie sebagai bahan utama, dari franchisor. Ini diharuskan

untuk menyeragamkan rasa masakan yang tercipta di seluruh outlet bakmi

Tebet.

b. Franchisee wajib menjaga kualitas dan nama baik (brand image) franchisor

Page 63: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

56 

 

c. Franchisee wajib mengikuti standar operasi dan spesifikasi yang telah

ditetapkan manajemen bakmi Tebet

d. Manajemen bakmi Tebet berkewajiban melakukan pembinaan terhadap usaha

yang dijalankan franchisee (operasional, manajemen, dan keuangan) serta

memberikan pedoman operasi usaha yang dijalankan dan disepakati oleh para

franchisee.

1. Langkah selanjutnya adalah meninjau langsung lokasi yang akan dijadikan tempat

usaha Bakmi Tebet. Syarat dari lokasi waralaba tersebut haruslah lokasi yang

strategis untuk memulai usaha dan berada ditengah keramaian masyarakat, mudah

dijangkau dan tidak terletak di tempat terpencil. Mengenai lokasi yang akan

dijadikan tempat usaha, manajemen Bakmi Tebet tidak ikut turun tangan

didalamnya,franchisee sudah harus mempunyai lokasi dan tempat usaha sebelum

bergabung dengan waralaba Bakmi Tebet.

2. Langkah terakhir sebelum usaha dijalankan adalah manajemen Bakmi Tebet

mengadakan pelatihan (training) agar usaha yang dijalankan franchisee berjalan

sesuai dengan standar operasi manajemen Bakmi Tebet.

Bakmi Tebet mulai beroperasi pada tahun 2001. Namun baru pada tahun 2003

Bakmi Tebet membuka kesempatan waralaba bagi masyarakat yang berminat untuk

bergabung dengan manajemen Bakmi Tebet untuk mengelola restauran ini. Bagi

calon franchisee yang berminat wajib membayarkan sejumlah franchisee fee kepada

Page 64: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

57 

 

manajemen Bakmi Tebet. Besarnya franchise fee waralaba Bakmi Tebet adalah

sebagai berikut:

1. Pada tahun 2003 – 2007 besarnya franchise fee yang ditetapkan manajemen

Bakmi Tebet adalah sebesar Rp 90.000.000 untuk masa kerjasama waralaba

selama 5 tahun, dengan perincian sebagai berikut:

a. Rp 50.000.000 sebagai kompensasi untuk Franchisor Bakmi Tebet atas

pemanfaatan Hak atas Kekayaan Intelektual (Haki), dalam hal ini merek

Bakmi Tebet yang dimanfaatkan franchisee Bakmi Tebet untuk menjalankan

usahanya selama perjanjian kerjasama sebagai mitra waralaba berlangsung.

b. Rp 40.000.000 sebagai uang pembelian barang sebagai modal awal usaha.

Franchise fee ini tidak termasuk untuk sewa gedung atau bangunan untuk

usaha bakmi Tebet ini, karena sudah menjadi kewajiban terwaralaba untuk

menyediakan tempat untuk memulai usaha.Sebelum usaha berjalan,

terwaralaba harus sudah membayar DP (Down Payment) sebesar 50% dari

total franchise fee yang harus dibayarkan. Terwaralaba harus membayarkan

sisa franchise fee tersebut setelah usaha berjalan.

2. Tahun 2008 hingga 2010 ini, Franchise Fee yang harus dibayarkan adalah

sebesar minimal Rp 25.000.000. franchise fee ini masih bisa untuk dinegosiasikan

kembali apabila dirasa cukup memberatkan calon terwaralaba.Aturan ini lebih

bersifat fleksibel sehingga tidak membebankan franchisee. Dalam aturan

pembayaran Franchise fee yang baru ini, francisee fee sepenuhnya dibayarkan

kepada franchisor Bakmi Tebet sebagai kompensasi atas Hak atas Kekayaan

Page 65: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

58 

 

Intelektual (HaKI) dalam hal ini merek Bakmi Tebet yang dimanfaatkan

franchisee Bakmi Tebet untuk menjalankan usahanya selama perjanjian

kerjasama sebagai mitra waralaba berlangsung.

Tidak diberlakukannya lagi uang Franchise fee untuk pembelian barang sebagai

modal usaha yang diantaranya adalah bahan baku seperti mie, kwetiauw dan lain-lain

yang merupakan bahan utama dalam usaha bakmi ini, berdasarkan Peraturan

Pemerintah No 16 Tahun 2007 yang digantikan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 42

Tahun 2007 yang pada intinya tidak mengizinkan kompensasi tidak langsung dalam

bentuk moneter (indirect moneter compensation) yang salah satu isinya adalah

dilarang mengambil keuntungan dari penjualan barang modal atau bahan mentah,

bahan setengah jadi, yang merupakan satu paket dengan pemberian waralaba

(exclusive purchase arrangement).

Selain dari franchise fee, Manajemen Bakmi Tebet juga mengambil margin

keuntungan dari penjualan bahan baku kepada terwaralaba. Pembelian bahan baku

langsung dari manajemen bakmi Tebet dimaksudkan untuk menjaga kualitas bahan

baku dan dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan rasa antara outlet-outlet Bakmi

Tebet. Namun dalam pembelian bahan baku utama yang harus disuplay langsung dari

Bakmi Tebet Pusat, Franchisor Bakmi Tebet memberi tahu margin yang diperoleh

karena hal ini terkait dengan jual beli diantara dua mitra yang bekerjasama, apakah

membeatkan atau tidak bagi satu sama lain.

Page 66: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

59 

 

Sistem Pembayaran Royalty Fee

Sistem pembagian Royalty Fee pada waralaba Bakmi Tebet tidak jauh

berbeda dengan usaha waralaba umumnya. Pak Wahyu Saidi selaku Owner brand

Bakmi Tebet menetapkan royalty fee bagi rekan bisnisnya. Terwaralaba harus

membayar Royalty fee yang besarnya 3,5% dari omset perbulan. Namun jika omset

perbulan tidak mencapai 15 juta, maka terwaralaba tidak diharuskan membayar

Royalty fee.

Royalty fee yang ditetapkan manajemen Bakmi Tebet sebesar 3,5% diambil

dari keuntungan kotor. Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Wahyu Saidi,

alasan yang mendasari royalty fee diambil dari keuntungan kotor adalah karena

waralaba Bakmi Tebet mempunyai cabang dimana-mana, termasuk diluar kota,

sehingga untuk memudahkan pak Wahyu Saidi dan rekan bisnisnya, maka royalty fee

diambil dari keuntungan kotor dengan pertimbangan lebih mudah dihitung

pembagian keuntungannya. Dan tentu saja, hal ini disetujui oleh semua franchisee

Bakmi Tebet.

Page 67: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

BAB IV

ANALISIS

A. Analisis Pelaksanaan Sistem Waralaba Bakmi Tebet Secara Umum.

1) Analisis dari Bentuk Kerjasama.

Bentuk kerjasama waralaba bakmi Tebet ini termasuk Musyarakah Al Abdan

dan musyarakah Al Inan. Bentuk kerjasama waralaba Bakmi Tebet termasuk syirkah

Abdan. Adapun pengertian syirkah abdan itu sendiri adalah perjanjian kerjasama

antara dua pihak atau lebih yang memiliki keahlian atau profesi yang sama untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan dimana keuntungan dibagi bersama. Misalnya,

kerjasama dua orang arsitek untuk menggarap proyek atau kerjasama dua orang

penjahit untuk menerima order seragam kantor. Kesimpulannya adalah waralaba

trmasuk syirkah abdan karena baik franchisor dan franchisee keduanya bekerjasama

dalam menjual produk yang sama, yakni Bakmi. Kerjasama tersebut dalam bentuk

franchisor memperbolehkan franchisee menjual bakmi dengan menggunakan merek

Bakmi Tebet yang merupakan usaha milik franchisor dengan kompensasi berupa

royalty fee.

Waralaba Bakmi Tebet termasuk juga syirkah Al Inan. Dalam syirkah inan modal

yang digabungkan oleh masing-masing pihak tidak harus sama jumlahnya, demikian

juga halnya dalam soal tanggung jawab, kerja, keuntungan serta kerugian yang terjadi

jumlahnya tidak harus sama dan dilakukan berdasarkan kontrak atau perjanjian. Jika

dilihat dari pengertian tersebut dapat di simpulkan bahwa waralaba termasuk syirkah

60 

Page 68: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

61  

Inan dengan persamaan antara lain modal yang dikeluarkan franchisor dengan

franchisee dalam waralaba tidak sama besarnya. Selain itu, yang membuat waralaba

termasuk syirkah inan adalah adanya perbedaan tanggung jawab kerja antara

franchisor dengan franchisee dimana franchisor bertanggungjawab untuk

membimbing franchisee dalam usahanya sedangkan franchisee bertanggung jawab

untuk menjaga nama baik usaha dengan merek Bakmi Tebet yang digunakannya.

Selain itu waralaba termasuk syirkah Inan dikarenakan adalah keuntungan tidak harus

sama, dalam hal ini franchisor Bakmi Tebet hanya memperoleh royalty fee 3,5% dari

usaha Bakmi Tebet yang dijalankan franchisee, sedangkan sisanya merupakan

keuntungan franchisee.

Pada waralaba Bakmi Tebet agar terjadi persamaan rasa bakmi dan kualitas

makanan yang diperdagangkan, ada beberapa barang yang wajib diambil dari pusat,

yaitu: bakmi, kulit pangsit, bihun, kwetiauw, bakso ikan, bakso sapi, daging sapi,

otak-otak, baso tahu, nasi tim, pempek, tekwan, cendol, sambal meja hijau sambal

cabe merah, saos tomat meja, saos pangsit, saos mentega, saus tiram, kecap ikan,

kecap asin, bumbu goring halus, bumbu mie aduk, bumbu kuah halus, box bermerk

besar, box bermerk kecil, kantung plastik bermerk. Dari hal diatas diatas dapat kita

analisis bahwa manajemen Bakmi Tebet sangat menjaga kualitas dan mutu produk

yang di jual sehingga untuk bahan baku utama wajib dibeli dari Bakmi Tebet Pusat

dengan margin yang diambil oleh franchisor diketahui franchisee sebagai bentuk

adanya transparansi dalam waralaba Bakmi Tebet ini.

 

Page 69: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

62  

2) Analisis dari pembayaran franchise fee

Pada waralaba Bakmi Tebet, franchise fee yang sudah dibayarkan dikelola

oleh Manajemen Bakmi Tebet untuk membuka satu outlet baru dimana outlet tersebut

berdiri dilahan yang sudah disediakan oleh pihak terwaralaba. Franchise fee tersebut

digunakan untuk membantu mengiklankan outlet Bakmi Tebet yang dikelola

terwaralaba agar lebih dikenal masyarakat. Selain itu Franchise fee tersebut

digunakan untuk modal terwaralaba dalam membeli peralatan- peralatan yang

dibutuhkan dalam bisnis makanan ini.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi calon terwaralaba untuk pembukaan cabang

Bakmi Tebet adalah sebagai berikut:

1. Calon terwaralaba harus memiliki lokasi yang strategis dan mudah dijangkau.

Strategis dalam artian lokasi usaha dekat dengan sentra bisnis atau pusat aktivitas

khalayak.

2. Ruang minimum 100 m2. Sebagai restaurant yang terkonsep untuk keluarga,

manajemen menetapkan ruang minimum 100 m2 dengan pertimbangan agar

pelanggan merasa nyaman dengan restaurant yang cukup luas.

3. Calon terwaralaba diharuskan membayar uang muka tanda jadi sebesar 50% dari

total franchise fee yang ditetapkan Bakmi Tebet Dengan pembayaran uang muka

tanda jadi ini, calon terwaralaba berhak mendapatkan hal-hal sebagai berikut:

a. Merek dagang Bakmi Tebet

b. Format / pola usaha Bakmi Tebet

 

Page 70: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

63  

c. Program Pelatihan khusus berupa pelatihan usaha yang diberikan oleh

manajemen.

Penetapan Franchise fee Pada Waralaba Bakmi Tebet

dari Tahun ke Tahun

TAHUN PENETAPAN FRANCHISE FEE

2003-2007 Rp 90.000.000

2007- sekarang (2010) Minimal Rp 25.000.000

3) Analisis dari Pembagian Royalty fee

Mekanisme bagi hasil antara franchisor dengan franchisee dapat dilihat dari

pembagian Royalty fee pada waralaba Bakmi Tebet. Bagi hasil ini diambil dari

omset penjualan selama sebulan. Pembayaran Royalty Fee pada waralaba Bakmi

Tebet dilakukan Tanggal 10 setiap bulannya., dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika omset dibawah 30 juta rupiah, maka terwaralaba tidak usah membayar

royalty fee sebesar 3,5%. walaupun omset penjualan dibawah Rp 30 juta

franchisee masih tetap mendapatkan untung,namun tidak terlalu besar, sehingga

manajemen memberikan kelonggaran dengan penentuan batasan royalty fee

tersebut yang didasari oleh asumsi perhitungan yang sudah dilakukan

manajemen Bakmi Tebet.

2. Jika omset diatas 30 juta rupiah, maka terwaralaba harus membayar royalty fee

sebesar3,5% dari omset penjualan.

 

Page 71: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

64  

Penetapan Royalty fee dari Tahun ke Tahun

TAHUN PENETAPAN ROYALTY FEE

2003-2009 3,5% dari omset penjualan sebesar Rp 15

juta

2010 3,5% dari omset penjualan sebesar Rp 30

juta

Skema Pembayaran Royalty fee pada Bakmi Tebet

Dibawah Rp 30 juta

Diatas Rp 30 juta

Penangguhan pembayaran bahan baku  

Pindah Lokasi  

Pembenahan Manajemen Franchisee

rugi

Bayar Royalty fee 3,5%

Tidak bayar Royalty Fee

Omset penjualan

Dari skema diatas dapat kita lihat bahwa royalty fee pada bakmi Tebet bersifat

fleksibel dari tahun ke tahun. hal ini dilakukan dengan perhitungan matang agar tidak

merugikan franchisee. Jika ternyata dalam perjalananya franchisee menderita

 

Page 72: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

65  

kerugian dalam operasionalnya, menurut Manajer Operasional Bakmi Tebet Pusat,

Bapak Abdul Hafiz, ada langkah-langkah yang yang akan dilakukan manajemen

pusat kepada franchisee yakni:

1. Manajemen pusat akan melakukan pembenahan manajemen franchisee, dengan

melakukan pemeriksaan laporan keuangan secara menyeluruh.

2. Jika dalam keadaan normal pembayaran bahan baku dilakukan cash saat barang

diterima, maka dalam keadaan franchisee tidak memilki modal lagi untuk membeli

bahan baku, manajemen Bakmi Tebet pusat memberikan keringanan berupa

pembayaran cicilan bahan baku utama yang harus dibeli di pusat.

3. Jika langkah-langkah diatas tetap tidak bisa merubah kerugian franchisee maka

langkah terakhir adalah pindah lokasi usaha, dimana franchisor tidak dikenakan

biaya franchise fee seperti pada awal perjanjian waralaba.

4. Sesuai dengan perjanjian yang dilakukan antara pihak franchisor dan franchisee

sebelum melakukan usaha, bahwa jika terjadi kerugian pada salah satu pihak

dikarenakan bukan kesalahan dari pihak satu (franchisor) maka kerugian

ditanggung sendiri pihak kedua ( franchisee) sebagai bagian dari resiko usaha.1

Dari hal diatas penulis berkesimpulan bahwa manajemen Bakmi Tebet pusat sudah

berusaha sebaik mungkin untuk membantu franchisee untuk keluar dari lingkaran

kerugian, namun jika ternyata hal tersebut tidak berhasil maka kerugian ditanggung

pihak franchise sebagai bagian dari resiko usaha.

                                                            1 Wawancara pribadi penulis dengan bapak Abdul Hafizh selaku Manajer Operasional Bakmi

Tebet pada tanggal 25 september 2010.

 

Page 73: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

66  

B. Analisis Pelaksanaan Waralaba terkait dengan Prinsip keadilan Kerjasama

dalam Islam.

1) Analisis dari pembayaran franchise fee ditinjau dari prinsip syariah.

a. Franchise fee yang ditetapkan Bakmi Tebet sepanjang tahun 2003-2007

belum memenuhi prinsip syariah karena didalamnya franchisor sudah

mengambil keuntungan berupa keuntungan dari penjualan bahan baku utama

yang merupakan satu paket dengan pemberian waralaba (exclusive purchase

arrangement) hal ini bertentangan dengan Peraturan Pemerintah No 16 tahun

1997 tentang Waralaba yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 42 tahun 2007 tentang waralaba bahwa kompensasi tidak langsung

dalam bentuk nilai moneter (indirect moneter compesansation) , dalam hal ini

pengambilan keuntungan dari penjualan bahan baku sebagai bagian dalam

franchise fee tidak diperbolehkan.

b. Selain itu, jika dilihat dari bentuk kerjasama dalam Islam, atau syirkah,

franchisee fee yang didalamnya  franchisor sudah mengambil keuntungan

berupa keuntungan dari penjualan bahan baku utama yang merupakan satu

paket dengan pemberian waralaba (exclusive purchase arrangement) hal ini

bertentangan dengan kaidah syirkah Abdan dan Inan yang dalam akadnya

berisi bahwa pengambilan keuntungan diantara dua mitra yang bekerjasama

(dalam hal ini franchisor dan franchisee) diperbolehkan setelah usaha

bejralan, tidak boleh mengambil keuntungan jika usaha belum berjalan.

 

Page 74: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

67  

Berbeda dengan pengambilan keuntungan atas pemanfaatan Haki (Hak Atas

Kekayaan Intelektual) dalam franchise fee hal ini diperbolehkan sebagai

kompensasi atas dipergunakannya Haki milik franchisor oleh franchisee yang

ditegaskan dalam keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 1/Munas

VII/MUI/15/2005 tentang Perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual.

Firman Allah SWT tentang larangan memakan harta orang lain secara batil

(tanpa hak) dan larangan merugikan harta maupun hak orang lain, antara lain

sebagai berikut:

⌧ ☺

Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku

dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh

dirimu[Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (Q.S AnNisa ayat 29)

c. Franchise fee yang ditetapkan Bakmi Tebet sepanjang tahun 2008 hingga saat

ini, sudah memenuhi prinsip syariah karena franchise fee yang dibebankan

franchisor kepada franchisee tidak terdapat kompensasi tidak langsung dalam

bentuk nilai moneter (indirect moneter compesansation). Franchise fee

dibebankan kepada franchisee sebagai kompensasi atas pemanfaatan dan

penghargaan atas Hak atas kekayaan Intelektual yang telah dimiliki oleh

franchiso. Hak atas kekayaan intelektual seseorang harus dihargai, hal tersebut

 

Page 75: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

68  

diperkuat dengan keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia yang diperkuat

dengan beberapa pendapat, yakni sebagai berikut:

Keputusan Majma al-Fiqih al-Islami Nomor 43(5/5) Muktamar V Tahun 1409

H/1988 M tentang al-Huquq al-Ma’nawiyyah.

Pertama: Nama dagang, alamat dan mereknya, serta hasil ciptaan (karang

mengarang) dan hasil kreasi adalah hak-hak khusus yang dimiliki oleh

pemiliknya, yang dalam abad modern hak-hak tersebut mempunyai

nilai ekonomis yang diakui orang sebagai kekayaan. Oleh karena itu

hak-hak tersebut tidak boleh dilanggar.

Kedua: Pemilik hak-hak nonmaterial, seperti nama dagang, alamat dan

mereknya, serta hak cipta mempunyai kewenangan dengan sejumlah

uang untuk terhindar dari berbagai ketidakpastian dan tipuan, seperti

halnya dengan kewenangan seseorang terhadap hak-hak yang bersifat

material.

Ketiga: Hak cipta, karang mengarang, dan hak cipta lainnya dilindungi oleh

syara’. Pemiliknya mempunyai kewenangan terhadapnya dan tidak

boleh dilanggar.2

d. Franchise fee yang ditetapkan Bakmi Tebet tahun 2008 hingga saat ini tidak

bertentangan dengan syarat-syarat dari syirkah inan dan syirkah abdan dimana dalam

keduanya terdapat syarat bahwa keuntungan diambil saat perjanjian sudah

berlangsung, dengan kata lain prinsip musyarakah dalam Islam juga melarang adanya                                                             

2 Adrian Sutedja., ibid h. 44-45 

 

Page 76: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

69  

terdapat kompensasi tidak langsung dalam bentuk nilai moneter (indirect moneter

compesansation) karena hal tersebut mendzolimi franchise sebagai mitra kerja. Hal

ini tidak diperbolehkan sesuai dengan Firman Allah SWT dalam Al Quran sebagai

berikut:

⌧ ⌧ ☺

Artinya: .”Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat

Dusta terhadap Allah?. mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan

Para saksi akan berkata: "Orang-orang Inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan

mereka". Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim,( Q.S Al

Huud ayat 18)

2) Analisis dari Pembagian Royalty fee (bagi hasil) ditinjau dari prinsip

syariah

a) Pembagian royalty fee ditinjau dari prinsip syariah sudah sesuai dengan .Islam

Hal ini dapat disimpulkan bagi hasil antara antara franchisor dengan franchisee

dengan ketentuan jika dibawah Rp 30 juta franchisee tidak harus membayar royalty

fee ( bagi hasil) sebesar 3,5% karena sudah diperhitungkan bahwa dalam hal tersebut

keuntungan franchise tidak banyak sehingga franchisor memaklumi dengan tidak

membebankan royalty fee. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT sebagai berikut:

 

Page 77: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

70  

⌧ ⌧ ☺

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.(Q.S An Nahl : 90)

b) Dalam pembagian keuntungan dalam bisnis, biasanya didasarkan pada bagi hasil

sebagai berikut gross profit ( keuntungan kotor yang belum di kurangi biaya-biaya

yang dikeluarkan selama usaha) dan net profit (keuntungan bersih yang sudah

dikurangi oleh biaya-biaya selama usaha) namun Bakmi Tebet tidak mempergunakan

dua perhitungan tersebut. Yang digunakan bakmi Tebet adalah bagi hasil yang

diambil dari omset penjualan. Jika dilihat dari sudut pandang bisnis, hal ini tentu bisa

merugikan franchisee karena belum jelas untung yang didapatkan tetapi sudah harus

bagi hasil 3,5% omset penjualan kepada franchisor. Oleh karena itu, walaupun

menggunakan perhitungan bagi hasil berdasarkan omset penjualan tetapi manajemen

Bakmi Tebet mempunyai solusi yang baik bagi kedua belah pihak dan saling

menguntungkan, yakni dengan adanya pembatasan omset penjualan yang dikenakan

royalty feenya. Dan ketentuan bagi hasil ini tertulis dalam perjanjian waralaba,

sehngga jika dihubungkan dengan musyarakah dalam Islam, kedua belah pihak sudah

 

Page 78: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

71  

tahu dan sama-sama rela karena syarat sahnya akad adalah tidak saling memaksa dan

tidak saling mendzolimi, seperti hadist larangan berbuat zalim sebagai berikut:

“Rasulullah SAW menyampaikan kutbah kepada kami; sabdanya:’ketauhilah : tidak

halal bagi seseorang sedikitpun harta saudaranya dengan kerelaan hatinya…”

(hadist riwayat H.R Muslim)

c) Dalam hal pembelian bahan baku utama seperti mie dan bumbu-bumbu yang wajib

dibeli dari manajemen Bakmi Tebet pusat, hal ini tidak bertentangan dengan kaidah

kerjasama dalam Islam. Hal ini didasari bahwa yang harus diperhatikan adalah bahwa

tujuan utama yang mengharuskan pembelian bahan baku utama di Bakmi Tebet pusat

adalah agar terjadi keseragaman rasa di semua outlet Bakmi Tebet. Hal ini sejalan

dengan Qawa’id fiqh dalam hal “ Menghindarkan mufsadat didahulukan atas

mendatangkan maslahat”. Jika bahan baku utama tidak dibeli di satu tempat yang

sama, maka akan terjadi perbedaan rasa dan kualitas makanan yang disajikan disetiap

outlet Bakmi Tebet dan tentu saja ini dapat merusak image Bakmi Tebet dimata

masyarakat sehingga akan merugikan bisnis franchisee juga. Bapak Abdul Hafizh

selaku manajer operasional Bakmi Tebet menjamin tidak terjadi perbedaan harga

signifikan dengan bahan baku yang ada dipasaran. Pembelian di pusat ini semata-

mata untuk menjaga konsistensi rasa yang sama di setiap cabang Bakmi Tebet.

d) Pada perjanjian waralaba terdapat klausal yang tertulis bahwa franchisee wajib

membeli bahan baku utama dipusat, dapat disimpulkan bahwa ini tidak melanggar

kaidah bermusyarakah, karena kedua belah pihak saling mengetahui dan sama-sama

rela sehingga tidak melanggar etika bisnis yang berlaku.

 

Page 79: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

72  

e) Pajak usaha ditanggung oleh franchisee karena dalam operasionalnya franchisee yang

menjalankan usaha, sedangkan franchisor hanya mengontrol usaha tersebut tidak

kleuar dari SOP (Standard Operasional Manual.

Disini dapat kita analisis bahwa Manajemen Bakmi Tebet sangat memikirkan

keuntungan dan kerugian partner bisnisnya dan tidak serta merta memikirkan

keuntungan pemilik waralaba saja.Islam secara jelas menjelaskan ketulusan dan

transparansi dalam bermuamalah (berbisnis). Alquran dengan tegas menekankan

perlunya hal ini dalam nilai semua ukuran. Allah berfirman:

⌧ ⌧

⌧ ⌧

☺ )143: لبقرة (

Artinya :” Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat

yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.( Al Baqarah: 143).

Dr Mustaq Ahmad mengatakan para pelaku bisnis Muslim diharuskan berhati-

hati agar jangan sampai melakukan tindakan yang merugikan dan membahayakan

 

Page 80: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

73  

orang lain dan atau malah merugikan dirinya sendiri akibat tindakan-tindakannya

dalam dunia bisnis. Al Qur’an memperingatkan para pelaku bisnis yang tidak

memperhatikan kepentingan orang lain, sebagaimana Islam juga memperingatkan

sesuatu yang akan menimbulkan kerugian pada orang lain, dan bahwa itu bukan

hanya tidak disetujui, tapi lebih dari itu, perilaku demikian sangatlah dikutuk.3

Menghalalkan segala cara dalam rangka meraup keuntungan yang sebesar-besarnya,

sekalipun mengorbankan hak-hak orang lain adalah manisfestasi sikap keserakahan

yang muncul karena banyak mengikuti nafsu setan. Singkatnya, seorang pelaku bisnis

hendaknya menghindari dan menahan diri dari bisnis yang tidak menguntungkan dan

jangan sampai melakukan sebuah bentuk kedzaliman atau perampasan hak orang lain,

sebab tindakan ini hanya akan menimbulkan kerugian yang pasti.

Muamalah adalah aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan

manusia lainnya dalam urusan untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya

dengan cara yang paling baik. Dari pengertian tersebut, bentuk kegiatan bisnis apapun

termasuk dalam muamalat yang dalam prakteknya dapat berkembang sesuai dengan

kebutuhan manusia. Hal ini isebabkan persoalan muamalah dalam al-Qur’an dan as-

Sunnah dijelaskan secara global dan umum saja. Dengan demikian Allah memberikan

kesempatan pada matnya untuk melakukan inovasi terhadap berbagai bentuk

muamalah, selama tidak keluar dari prinsip-prinsip usaha yang telah ditentukan dalam

                                                            3 Hermawan Kartajaya, dkk, Syariah Maketing,(Bandung: PT.Mizan Pustaka, 2006) h. 117-

118

 

Page 81: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

74  

Islam.4 Dapat disimpulkan bahwa waralaba Bakmi Tebet sudah menjalankan usaha

waralabanya sesuai dengan syariat Islam, yang pada dasarnya adalah untung dan rugi

ditanggung bersama, dan tidak keluar dari prinsip-prinsip syariat Islam .

C. Respon Franchisee terhadap Franchise fee dan Royalty fee Yang Diterapkan

Bakmi Tebet.

C1. Identitas Responden

Dalam penelitian ini menggunakan tujuh (7) buah item pertanyaan sebagai data

responden. Data responden tersebut adalah nama cabang, pimpinan cabang,jenis

kelamin, alamat cabang, pengetahuan tentang waralaba Bakmi Tebet, lama bergabung

dengan manajemen Bakmi Tebet, besar Franchise fee saat bergabung, dan sistem

pembayaran Franchise fee pada saat bergabung.Gambaran identitas responden

tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1

Distribusi Responden Berdasarkan Nama Cabang

Responden Nama Cabang 1 Bakmi Tebet ITC Depok 2 Bakmi Tebet Anyer 3 Bakmi Tebet Blora 4 Bakmi Tebet Depok

Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

                                                            4 Muchlish Usman, Kaidah-Kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah, (Jakarta:PT. Raja Grafindo

Persada, 1997),h.119

 

Page 82: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

75  

Tabel 1.1 menunjukkan Responden berasal dari cabang yang berbeda-beda, yang

tersebar di seluruh Indonesia. Satu cabang berada diluar kota Jakarta, yaitu cabang

Blora. Sisanya, berada di dalama wilayah Jakarta.

Tabel 1.2

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Pria 3 75

Wanita 1 25 Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

Dari tabel 1.2 dapat dilihat bahwa jumlah responden yang berjenis kelamin

pria sebanyak 3 orang (75%) dan jumlah responden yang berjenis wanita sebanyak 1

orang (25%).

Tabel 1.3

Gambaran Identitas dan Karateristik Pengetahuan Franchisee

(Menurut Pengetahuan tentang Adanya Waralaba Bakmi Tebet)

Sumber Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Teman 4 100

Brosur/Majalah/Koran 0 0 Media Televisi 0 0 Media Internet 0 0

 

Page 83: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

76  

Total 4 100 Sumber: Hasil pengolahan kuesioner

Dari tabel 1.3 dapat dilihat bahwa semua responden (100%) mengetahui

adanya waralaba Bakmi Tebet dari teman. Dari tabel ini pula dapat kita lihat bahwa

manajemen Bakmi Tebet harus lebih banyak mempromosikan waralaba Bakmi Tebet

melalui media brosur, majalah, televisi dan internet, agar lebih efektif untuk

menjaring franchisee baru.

Tabel 1.4

Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bergabung

dengan Manajemen Bakmi Tebet

Lama Bergabung Frekuensi Persentase (%) Kurang dari 1 Tahun

1-5 Tahun 3 75 5-10 Tahun 1 25

Lebih dari 10 Tahun Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

Dari tabel 1.4 dapat dilihat bahwa distribusi responden berdasarkan lama

bergabung dengan manajemen Bakmi Tebet sebanyak 3 orang responden (75%)

mengaku bergabung dengan manajemen Bakmi Tebet dalam rentang waktu 1-5

tahun, diikuti dengan satu orang responden (25%) yang sudah bergabung dengan

manajemen Bakmi Tebet dengan rentang waktu lebih dari 5 tahun.

Tabel 1.5

Distribusi Responden Berdasarkan Franchise Fee

 

Page 84: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

77  

yang Dibayarkan kepada Manajemen Bakmi Tebet

Besar Franchise Fee Frekuensi Persentase (%) Rp 20-25 juta 0 0 Rp 50-75 juta 1 25 Rp 75-100 juta 1 25

Lebih dari Rp 100 juta 2 50 Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

Dari tabel 1.4 dapat dilihat bahwa besarnya franchise fee yang responden

bayarkan kepada manajemen Bakmi Tebet berbeda-beda antara satu responden

dengan yang lain. Sebanyak 1 responden (25%) membayar franchise fee

sebesar (Rp 50-75 juta), sedangkan 1 responden membayar franchise fee

berkisar antara Rp75-100 juta, dan 2 responden (50%) mengaku membayar

franchise fee lebih dari Rp 100 juta. Dapat kita simpulkan bahwa setiap cabang

tidak sama dalam pengenaan Franchise fee, hal ini dikarenakan kebutuhan

setiap cabang berbeda, walaupun pada dasarnya besar franchise fee diawal

perjanjian ditetapkan sebesar Rp 25 juta sampai Rp 90 juta, tetapi hal ini masih

bisa dinegosiasikan dengan franchisee. Manajemen Bakmi Tebet sangat terbuka

dengan hal ini, dengan tujuan agar tidak memberatkan pihak franchisee.

Tabel 1.6

Distribusi Responden Berdasarkan Sistem Pembayaran Franchise Fee

Sistem Pembayaran

Franchise Fee Frekuensi Persentase (%)

Angsuran 0 0

 

Page 85: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

78  

Tunai 4 100 Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan kuisioner

Dari table 1.6 dapat kita lihat bahwa semua responden (100%) mengaku bahwa

mereka membayar tunai franchise fee yang ditetapkan manajemen Bakmi

Tebet, walaupun pada dasarnya manajemen Bakmi Tebet memperbolehkan

franchisee membayar franchise fee secara angsuran jika sudah mendapatkan

keuntungan dalam usaha waralaba ini.

Tabel C.2. Tanggapan Responden atas Gambaran Umum dan Pengetahuan

Responden Terhadap Konsep Waralaba dan Kerjasama dalam Islam

Untuk tanggapan responden ini, metode yang digunakan adalah dengan

memberikan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan konsep waralaba dan

konsep kerjasama dalam Islam dengan empat alternatif jawaban, yaitu:

a. Tidak Paham c..Paham

b. Kurang Paham d. Sangat Paham

Tabel 2.1

Distribusi Responden Berdasarkan

Pemahaman Responden Mengenai Waralaba

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%) Tidak Paham 0 0

Kurang Paham 0 0 Paham 4 100

Sangat Paham 0 0 Total 4 100

 

Page 86: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

79  

Sumber: Hasil Pengolahan kuisioner

Dari tabel 2.1 dapat kita lihat bahwa semua responden paham dengan istilah

waralaba. Dari hasil wawancara didapatkan keterangan bahwa sebelum

bergabung dengan usaha waralaba mereka mempelajari terlebih dahulu tentang

waralaba dan berbagai aspek didalamnya, untuk membuat mereka lebih yakin

sebelum bergabung dengan manajemen Bakmi Tebet.

Tabel 2.2

Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Responden

Mengenai Konsep Franchise Fee pada Waralaba

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%) Tidak Paham 0 0

Kurang Paham 2 50 Paham 2 50

Sangat Paham 0 0 Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

Dari table 2.2 dapat kita simpulkan bahwa sebanyak 2 responden atau 50% dari

total responden mengaku kurang paham dengan konsep Franchise fee. Kurang

paham disini maksudnya adalah bahwa meereka kurang menguasai

pengetahuan tentang diperuntukkan untuk apa saja franchise fee itu

dialokasikan. Berdasarkan hasil wawancara sebagian responden mereka

mengaku bahwa berdasarkan pengetahuan mereka, franchise fee ini hanya

untuk membayar merek yang mereka gunakan dalam usaha mereka, dan

membeli bahan-bahan penunjang usaha Bakmi Tebet ini. Padahal dengan

membayar franchise fee ini, mereka juga mendapatkan pelatihan dari

 

Page 87: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

80  

manajemen Bakmi Tebet selain itu, manajemen Bakmi Tebet juga melakukan

promosi bagi setiap cabang Bakmi Tebet yang baru buka dengan cara menyebar

brosur dan iklan.

Tabel 2.3

Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman

Responden Mengenai Konsep Royalty Fee pada Waralaba

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%) Tidak Paham 0 0

Kurang Paham 1 25 Paham 3 75

Sangat Paham 0 0 Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan Quisioner

Dari Tabel 2.3 dapat kita lihat sebanyak 1 orang responden (25%) mengaku

kurang paham dengan konsep royalty fee sedangkan sisanya sebanyak 3

responden (75%) mengaku paham dengan konsep royalty fee dalam usaha

waralaba. Ini menandakan bahwa sebagian besar responden sebelum

memutuskan untuk bergabung dengan usaha waralaba, dalam hal ini waralaba

Bakmi Tebet, sudah mempelajari terlebih dahulu pengetahuan waralaba dan

istilah-istilah yang ada didalamnya seperti royalty fee dan franchise fee.

Tabel 2.4

Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman

 

Page 88: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

81  

Responden Mengenai Konsep Waralaba dalam Perspektif Islam

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%) Tidak Paham 1 25

Kurang Paham 3 75 Paham 0 0

Sangat Paham 0 0 Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan kuisioner

Dari Tabel 2.4 dapat kita simpulkan bahwa tingkat pemahaman responden

mengenai konsep waralaba dalam perspektif Islam berbeda-beda antara satu

sama lain. Sebanyak 1 orang responden (25%) mengaku tidak paham dengan

konsep waralaba dalam perspektif Islam dikarenakan tidak pernah mendalami

konsep waralaba dalam perspektif Islam.Islam.Sedangkan sisanya sebanyak 3

responden (75%) mengaku paham mengenai konsep waralaba dalam perspektif

Islam, dimana konsep waralaba dalam perspektif Islam tersebut adalah sangat

menjunjung tinggi konsep keadilan dalam berbagai usaha termasuk didalamnya

usaha waralaba

Tabel 2.5

Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman

Responden Mengenai Konsep Keadilan Kerjasama secara Umum

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%) Tidak Paham 0 0

Kurang Paham 0 0 Paham 4 100

Sangat Paham 0 0

 

Page 89: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

82  

Total 4 100 Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

Dari Tabel 2.5 mengenai seberapa besar pemahaman responden mengenai

konsep keadilan kerjasama secara umum semua responden (100%) mengaku

paham dengan konsep keadilan kerjasama secara umum.

Tabel D.3 Respon Responden terhadap Penetapan Franchise fee dan Pembagian

Royalty Fee yang Diterapkan Manajemen Bakmi Tebet

Untuk tanggapan responden ini, metode yang digunakan adalah dengan

memberikan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan kepuasan responden

terhadap Penetapan Franchise fee dan Royalty Fee yang diterapkan oleh manajemen

Bakmi Tebet, dengan beberapa alternatif jawaban yang disesuaikan dengan

pertanyaan yang diajukan.

Tabel 3.1

Pendapat Responden Mengenai

Besarnya Franchise Fee yang Dibayarkan

Pendapat Responden Frekuensi Persentase (%) Tidak Setuju 0 0

Kurang Setuju 1 25 Setuju 3 75

Sangat Setuju 0 0 Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

 

Page 90: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

83  

Dari Tabel 3.1 dapat di simpulkan bahwa sebanyak 1 orang responden (25%)

mengaku kurang setuju dengan besarnya franchise fee yang dibayarkan diawal

perjanjian, alasan yang mendasarinya adalah belum diberlakukannya DP (Down

Payment) ketika bergabung sehingga dirasa terlalu berat untuk membayar scara

tunai.sedangkan sisanya 3 responden (75%) mengaku setuju dengan besarnya

franchise fee yang harus dibayarkan kepada Manajemen Bakmi Tebet.

Berdasarkan hasil wawancara, mayoritas responden setuju dengan besarnya

franchise fee yang harus dibayarkan karena sesuai dengan yang didapatkan,

seperti responden (dalam hal ini franchise) mendapatkan peralatan-peralatan

masak untuk menunjang usahanya yang notabene restoran bakmi.

Tabel 3.2

Pendapat Responden Mengenai Konsep Keadilan Terhadap Besarnya Franchise Fee yang Harus Dibayarkan

Pendapat Responden Frekuensi Persentase (%) Tidak Adil 0 0

Kurang Adil 1 25 Adil 3 75

Sangat Adil 0 0 Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

Dari Tabel 3.2 menunjukkan bahwa 1 orang responden (25%) mengaku bahwa

penetapan franchise fee kurang adil, dengan alasan tidak sesuai ekspetasi

dengan apa yang didapatkan ketika bergabung.Sedangkan mayoritas responden

(75%) mengaku bahwa penetapan franchise fee yang ditetapkan oleh

 

Page 91: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

84  

manajemen Bakmi Tebet adil bagi mereka. Mayoritas responden setuju dengan

besarnya franchise fee yang dibayarkan dan merasa adil karena dengan

membayar franchise fee yang jumlahnya cukup besar tersebut, responden juga

mendapatkan lisensi atau merek Bakmi Tebet yang sudah dikenal masyarakat,

sehingga memudahkan mereka untuk memulai usahanya.

Tabel 3.3

Pendapat Responden Mengenai Kepuasan Responden

Terhadap Besarnya Franchise Fee yang Harus Dibayarkan

Pendapat Responden Frekuensi Persentase (%) Tidak Puas 0 0

Kurang Puas 1 25 Puas 3 75

Sangat Puas 0 0 Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

Dari Tabel 3.3 dapat kita lihat bahwa mayoritas responden (75%) mengaku

puas dengan besarnya franchise fee yang harus dibayarkan kepada manajemen

Bakmi Tebet. Hanya satu responden (25%) yang kurang puas dengan besarnya

franchise fee yang harus dibayarkan, terkait dengan ekspetasi yang terlalu

tinggi bahwa dengan membayar franchise fee yang sudah ditetapkan franchisee

akan mendapakan terus-menerus pelatihan dari manajemen.

Tabel 3.4

Pendapat Responden Mengenai Besarnya Royalty Fee

 

Page 92: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

85  

yang Ditetapkan Manajemen Bakmi Tebet

Pendapat Responden Frekuensi Persentase (%) Tidak Setuju 0 0

Kurang Setuju 0 0 Setuju 4 100

Sangat Setuju 0 0 Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

Dari Tabel 3.4 Mengenai pendapat responden terhadap besarnya royalty fee

yang ditetapkan manajemen Bakmi Tebet, dapat diambil kesimpulan bahwa

semua responden (100%) setuju dengan besarnya royalty fee yang harus

dibayarkan kepada manajemen Bakmi Tebet. Berdasarkan hasil wawancara,

responden mengaku setuju karena royalty fee merupakan hak franchisor

sebagai pemilik waralaba dan sudah seharusnya franchisee membayar hak

tersebut dari hasil usahanya.

Tabel 3.5

Pendapat Responden Mengenai Konsep Keadilan Terhadap Besarnya Royalty Fee yang Harus Dibayarkan

Pendapat Responden Frekuensi Persentase (%) Tidak Adil 0 0

Kurang Adil 1 25 Adil 3 75

Sangat Adil 0 0 Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

 

Page 93: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

86  

Dari Tabel 3.5 mengenai pendapat responden terhadap konsep keadilan

terhadap besarnya royalty fee yang harus dibayarkan, mayoritas responden

(75%) mengaku bahwa besarnya royalty fee yang harus dibayarkan adil bagi

mereka. Adil disini maksudnya adalah bahwa royaty fee yang ditetapkan tidak

memberatkan responden. Dengan besarnya royalty fee sebesar 3,5% dari omset

kotor perbulan yang harus dibayarkan kepada manajemen Bakmi Tebet,

responden tetap mendapatkan keuntungan yang lumayan.sedangkan satu orang

responden merasa kurang adil dengan royalty fee yang harus dibayarkan setiap

bulannya, karena keuntungan yang didapatkan masih sedikit sehingga terasa

berat untuk membayar kewajiban royalty fee tersebut.

Tabel 3.6

Pendapat Responden Mengenai Kepuasan Responden

Terhadap Penetapan Royalty Fee sebesar 3,5%

Pendapat Responden Frekuensi Persentase (%) Tidak Puas 0 0

Kurang Puas 0 0 Puas 4 100

Sangat Puas 0 0 Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

Dari Tabel 3.5 dapat disimpulkan bahwa semua responden (100%) mengaku

puas dengan penetapan royalty fee sebesar 3,5% dari omset kotor. Walaupun

pada Tabel 3.4 terdapat satu responden yang berpendapat kurang adil dengan

 

Page 94: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

87  

penetapan royalty fee, namun jika berbicara tentang kepuasan, semua responden

berpendapat sama, yaitu puas dengan penetapan royalty fee karena royalty fee

sebesar 3,5% bersifat fleksibel, yaitu jika omset dibawah Rp 15 juta perbulan

maka franchisee tidak diharuskan membayar royalty fee kepada manajemen

Bakmi Tebet. Inilah yang membedakan antara waralaba Islami dengan waralaba

pada umumnya. Pada konsep waralaba yang umum, untung ataupun rugi,

franchisee tetap harus membayar royalty fee, berbeda dengan waralaba Islami

yang lebih adil dalam penetapan franchise fee dan royalty fee.

Tabel 3.7

Pendapat Responden Mengenai Kinerja Manajemen Bakmi Tebet

Pendapat Responden Frekuensi Persentase (%) Tidak Bagus 0 0

Kurang Bagus 0 0 Bagus 4 100

Sangat Bagus 0 0 Total 4 100

Sumber: Hasil Pengolahan Kuisioner

Dari Tabel 3.6 Mengenai pendapat responden mengenai kinerja manajemen

Bakmi Tebet,semua responden berpendapat (100%) berpendapat bahwa kinerja

manajemen Bakmi Tebet bagus. Berdasarkan hasil wawancara di dapatkan

kesimpulan bahwa responden sangat terbantu dengan adanya pelatihan-

pelatihan yang diberikan kepada manajemen Bakmi Tebet, seperti pelatihan-

pelatihan untuk mempromosikan cabang-cabang yang baru buka, pelatihan-

 

Page 95: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

88  

 

pelatihan untuk melatih koki baru yang dipekerjakan di cabang-cabang yang

dikelola franchisee, dan banyak lainnya.

Page 96: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sistem waralaba Bakmi Tebet tidak bertentangan dengan konsep musyarakah

secara Islami, sistem waralaba Bakmi Tebet ini sejalan dengan konsep

musyarakah Al Abdan dan Al Inan dimana pada kedua konsep tersebut

terdapat unsur keadilan dan kerelaan diantara dua pelaku bisnis yang saling

bekerjasama, dalam hal ini antara franchisor sebagai pemilik waralaba Bakmi

Tebet dan franchisee sebagai mitra usaha.

2. Franchise fee yang di tetapkan Bakmi Tebet sepanjang tahubn 2003-2007

belum memenuhi prinsip syariah, karena didalamnya franchisor Bakmi Tebet

sudah mengambil keuntungan dari penjualan bahan baku utama yang

merupakan satu paket dengan pemberian waralaba (exlusive purchase

arrangement), hal ini bertentangan dengan Peraturan Pemerintah No 16 tahun

1997 tentang waralaba bahwa kompensasi tidak langsung dalam bentuk

moneter tidak diperbolehkan, karena kerjasama belum berjalan. Namun sejak

tahun 2008 hingga kini dalam waralaba Bakmi Tebet tidak terdapat unsur

eksploitasi antara franchisor terhadap franchisee, yang terjadi adalah

kesetaraan yang saling menolong dan membutuhkan. Hal ini dapat dilihat

dalam penetapan franchise fee. Waralaba Bakmi Tebet menetapkan franchise

fee yang bersifat fleksibel yang memudahkan calon franchisor untuk

bergabung. Fleksibel disini adalah pihak waralaba Bakmi Tebet tidak

menetapkan aturan yang baku mengenai franchise fee yang harus dibayarkan

88 

Page 97: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

89  

kepada franchisor. Besar franchise fee disesuaikan dengan kemampuan

franchisor namun disesuaikan pula dengan standar yang dibutuhkan.hal ini

juga sejalan dengan prinsip keadilan dan kerelaan dalam bertransaksi secara

Islami. Dalam penetapan franchise fee, franchisor berusaha bersikap seadil

mungkin dan bersikap transparan kepada franchisee terhadap franchise fee

yang telah dibayarkan. Dalam hal pembagian royalty fee, waralaba Bakmi

Tebet pun sudah sejalan dengan prinsip keadilan kerjasama dalam islam.

Dimana dalam waralaba terdapat unsure penghargaan atas karya cipta orang

lain, penghargaan tersebut tidak sebatas jargon belaka, akan tetapi dalam

bentuk riil yaitu membayar royalty fee yang dalam hal ini merupakan hak dari

franchisor waralaba Bakmi Tebet. Dan besar royalty fee yang harus

dibayarkan franchisee pun disesuaikan dengan prinsip keadilan. Prinsip

keadilan disini makasudnya adalah bahwa manajemen waralaba Bakmi Tebet

tidak menetapkan royalty fee yang besar agar tidak membebani franchisee,

besar royalty fee pun hanya sebesar 3,5 % dari omset kotor franchisee.

Bahkan jika omset franchisee kurang dari Rp 30 juta sebulan, franchisee tidak

harus membayar royalty fee kepada franchisor.

3. Berdasarkan angket yang penulis sebarkan kepada beberapa franchisee Bakmi

Tebet dapat diambil kesimpulan bahwa besarnya franchise fee yang

ditetapkan manajemen Bakmi Tebet pada setiap cabangnya tidak sama satu

sama lain bergantung pada biaya yang dibutuhkan untuk membuka suatu

cabang. Dan dalam penetapan Franchise fee ini 75% responden yang

merupakan franchisee waralaba Bakmi Tebet mengaku puas dengan besar

Page 98: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

90  

franchisee fee yang dibayarkan karena bersifat fleksibel. Mengenai royalty fee

yang dibebankan yaitu sebesar 3,5 % dari omset kotor, 75% responden

mengaku puas dan tidak berkeberatan dengan penetapan royalty fee tersebut

dengan alasan bahwa royalty fee adalah hak franchisor dan itu merupakan

kewajiban mereka untuk membayarnya. Mengenai kinerja manajemen Bakmi

Tebet, 100% responden mengaku puas dengan kinerja manajemen Bakmi

Tebet karena secara berkala selalu memberikan pelatihan-pelatihan yang

dibutuhkan franchisee dalam mengelola cabang Bakmi Tebet.

B. Saran

1. Saran untuk manajemen Bakmi Tebet agar lebih banyak mempromosikan

waralaba Bakmi Tebet lewat berbagai media seperti televisi dan internet agar

semakin banyak orang tertarik untuk menjadi Franchisee Bakmi Tebet

sehingga membangkitkan kembali waralaba Bakmi Tebet yang pernah berjaya

pada tahun 2005 silam.

2. Saran untuk manajemen Bakmi Tebet mengenai penetapan franchise fee dan

royalty fee agar selalu mengedepankan nila-nilai keadilan dan transparansi

didalamnya, sehingga dapat menjalin hubungan bisnis yang harmonis antara

franchisor dan franchisee serta untuk mendapat ridho Allah SWT.

3. Saran untuk manajemen bakmi Tebet jika dimungkinkan dalam bagi hasil

keuntungan di ambil dari net profit ataupun gross profit yang berlaku umum

dan lebih adil bagi franchisor dan franchisee.

Page 99: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’anul al Karim

Arikunto,Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002

Artikel KOMPAS, Wahyu dan “Virus” Wirausaha 12 September 2005

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.

Budi, Darmawan Suseno,Waralaba Syariah, Jakarta: Cakrawala,2008,

Brosur Bakmi Tebet

Dewanto, Nugroho, “ Doktor Bakmi Waralaba” Tempo No 40/XXX/III/29Nov-5 Des 2004.

Hakim, Lukman Info Lengkap Waralaba, Jakarta: PT.Buku Kita, 2008

Iqbal, M Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi dan Aplikasinya, Jakarta: Ghalianesia, 2002

Jusmaliani, dkk, Bisnis Berbasis Syariah, Jakarta: Bumi Aksara, 2008

Majalah Sharing Bisnis waralaba Islami, grup langgara: intinya bagi hasil yang adil.

Mendelshon, Martin, Franchising: Petunjuk Praktis bagi Franchisor dan Franchisee, Jakarta: PT Pustaka Binaman Press Indo 1993.

Muslim, Era“Media Islam Rujukan” dikutip pada 11 Agustus 2010 dari www.eramuslim.com/.../hadist-hadist-tentang-keutamaan-dan-keadilan-sahabat.htm

Naika “Etika Bisnis dalam Islam” artikel diakses pada 24 Maret 2010 dari http://naika-permata.blogspot.com/2009/12/etika-bisnis-dalam-islam.html

Pramono, Peni Cara Memilih Waralaba yang Menjanjikan Profit, Jakarta: PT.Elex Media Komputindo, 2007.

P.Arwinto Nugroho,dkk, Membedah Peta Persaingan Bisnis Bakmi Studi Kasus Bakmi Tebet, Jakarta : Enno Media, 2008

Setiadi,Jaya ”Yuk Bisnis” artikel diakses pada 27 Desember 2009 dari http://yukbisnis.com/content/view/116/47/ .

91 

Page 100: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

92  

Sutedi, Andrian Hukum Waralaba, Jakarta: Ghalia Indonesia 2008.

Syafii,Antonio Bank syariah dari teori ke praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2005

Treni, Ulfa Juliana” Analisis Sistem Waralaba Dilihat dari Transaksi Bisnis Syariah (Studi Kasus Bakmi Langgara)” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum, Buku Pedoman Penulisan Skripsi Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum 2007

Wikipedia, diakses pada 9 April 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Waralaba

 

Page 101: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

LAMPIRAN 1

HASIL WAWANCARA

Nama : Dr.Ir.H.Wahyu Saidi,Msc

Jabatan : Pemilik Waralaba Bakmi Tebet

Tempat : Kampus A Universitas Negeri Jakarta

Tanggal : 5 Mei 2010

Pukul : 17.00-17.35

1. P: Bagaimana sistem pembayaran franchisee fee pada waralaba Bakmi Tebet?

J : pembayaran franchise fee pada waralaba bakmi Tebet sama pada waralaba

umumnya. Awal berdirinya Bakmi Tebet ini, kami menetapkan franchise fee

sebesar Rp 90 juta dengan rincian untuk uang muka tanda jadi Rp 50 juta dan

untuk uang pembelian barang Rp 40 juta. Namun sejak tahun 2008, kami akhirnya

menetapkan besar franchise fee tidak mengikuti standar baku, maksudnya lebih

bersifat fleksibel tergantung kondisi keuangan calon franchisee. Namun besaran

franchise fee pada setiap cabang yang akan dibuka berbeda-beda, tergantung

tingkat kesulitan dan kemampuan dari pihak franchisee itu sendiri.

2. P : Bagaimana sistem pembagian royalty fee pada waralaba Bakmi Tebet?

J : Besar royalty fee yang kami tetapkan adalah sebesar 3,5% dari omset bruto,

dengan ketentuan omset dibawah Rp 15 juta sebulan tidak harus membayar

royalty fee karena menurut perhitungan omset pada kisaran tersebut sudah pasti

untungnya kecil seehingga tidak dibebankan royalty fee

3. P: Bagaimana tata cara pembayaran royalty fee?

J : Royalty fee pada waralaba Bakmi Tebet dibayar setiap tanggal 10 setiap

bulannya. Hal ini berlaku sama bagi setiap cabang Bakmi Tebet.

Page 102: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

4. P : Apakah selama usaha berjalan ada franchisee yang kurang lancar dalam

pembayaran royalty feenya?

J : Alhamdulillah sejauh ini masih lancar-lancar saja pembayaran royalty feenya

walaupun sejak tahun 2007 banyak cabang kami yang tutup, bahkan hampir

dikatakan setengah dari cabang kami tutup, namun cabang-cabang yang masih

bertahan tidak bermasalah dalam pembayaran royalty fee nya, kalaupun ada yang

bermasalah persentasinya hanya 1% dari keseluruhan cabang.

5. P : Adakah persentase Return on Investment dari pak saidi selaku franchisor

kepada franchisee?

J : untuk bergabung dengan waralaba Bakmi Tebet kami tidak memberikan

analisis ataupun presentasi Return on Investment (ROI) karena tidak sesuai dengan

nilai Islami. Jika kami memberikan analisis ROI maka kami memberikan iming-

iming dan kepastian untung yang dalam Islam kita tidak diperbolehkan karena

usaha saja belum berjalan sehingga sama saja memberikan janji kosong.

6. P : Apakah menurut bapak, selaku pemilik waralaba bakmi Tebet, usaha bapak ini

sudah menanamkan nilai-nilai Islami didalamnya?

J : Jika kita berbicara tentang usaha waralaba, pada dasanya waralaba itu sendiri

tidak bernilai Islami, karena waralaba itu berasal dari barat, dalam sistem waralaba

sebenarnya, franchisee sebagai pembeli hak merek suatu waralaba tertentu, tetap

harus membayar royalty fee dalam keadaan apapun baik untung maupun rugi. Saya

berusaha memodifikasi prinsip-prinsip waralaba dengan prinsip-prinsip Islami.

Salah satunya dengan cara penetapan royalty fee yang tidak terlalu besar dan ada

batasal minimal keuntungan yang tidak dikenakan royalty fee yaitu sebesar Rp 15

juta sebulan.

7. P : Apakah bapak tetap untung dengan penetapan royalty fee yang menurut saya

terlalu kecil untuk standar waralaba?

J : Saya mengambil untung tidak hanya dari royalty fee saja, tetapi juga dari bahan

baku utama yang dibeli franchisee langsung dari manajemen Bakmi Tebet, seperti

misalnya bakmi, kulit pangsit, bihun, kwetiauw dan lain-lain. Saya mengambil

Page 103: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

untung dari bahan-bahan tersebut karena saya mengelola sendiri pembuatan mie

misalnya, agar terjadi keseragaman rasa mie dari semua cabang Bakmi Tebet. Jadi

sejauh ini, hasilnya boleh dikatakan baik.

8. P : Bagaimana bapak, menyikapi banyak cabang –cabang yang tutup semenjak

tahun 2007 silam?

J : Pada dasanya usaha ini tidak selamanya berjalan lancar. Banyak cabang yang

tutup dikarenakan sebagian besar franchisee tidak ulet dalam menjalankan

bisnisnya. Ada yang mempunyai modal besar namun tidak bisa menjalankannya,

selain itu salah pilih lokasi dan kontrak tempat sudah habis ikut andil didalamnya.

Namun, sekarang saya juga tidak hanya berfokus terhadap waralaba Bakmi Tebet

saja, melainkan usaha lain seperti rumah makan padang, my way steak, soto

lamongan dan lain-lain, yang pada intinya waralaba Bakmi Tebet tetap berjalan

dan saya lebih selektif lagi dalam memilih rekan bisnis agar tidak terulang

kejadian yang sama pada 2007 silam dimana banyak cabang tutup.

Page 104: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

LAMPIRAN 2

HASIL WAWANCARA

Nama : Bapak Yusuf

Jabatan : Asisten Bapak Wahyu Saidi ( pemilik waralaba Bakmi Tebet)

Tempat : Kantin Bakmi Langgara Kuningan

Tanggal : 2 Juni 2010

Pukul : 11.00-11.30

1) P : Bagaimana sejarah berdirinya Bakmi Tebet?

J : Pada mulanya, pada tahun 2001 Pak Wahyu memulai bisnis bakmi, dengan

mengusung nama Bakmi Langgara. Langgara berasal dari kata Langgar yang

artinya tempat ibadah, yang tentunya bernuansa Islami. Pak Wahyu awalnya ingin

menjadi franchisee Bakmi Gadjah Mada yang sangat terkenal itu, namun, karena

ternyata Bakmi Gadjah Mada (GM) tidak membuka waralaba, maka beliau dengan

modal awal Rp 200 juta mencoba memformulasikan resep rahasia dari para

mantan koki bakmi GM. Tujuannya adalah untuk mempertegas sebagai Follower

bakmi GM, dan usaha itu pun terbukti berhasil. Untuk lebih memajukan usahanya,

Pak Wahyu kemudian mewaralabakan bisnis bakmi Langgara ini. Terobosan yang

dilakukan yakni membuka restaurant bakmi baru untuk diluar kota yakni bakmi

Tebet

2) P: Mengapa dinamakan Bakmi Tebet, tidak Bakmi Langgara seperti pada awal

berdirinya usaha bakmi ini?

J : Dinamakan Bakmi Tebet karena biasanya orang dari luar Jakarta tertarik

dengan hal-hal yang “berbau” Jakarta, nama Tebet ini diambil dari nama jalan di

Jakarta yang sudah dikenal banyak orang yaitu jalan Tebet. Bakmi Tebet ini

Page 105: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

merupakan usaha walaba Pak Wahyu yang cabangnya mayoritas di luar Jakarta.

Pembagian nama ini pun juga mempunyai tujuan untuk membagi segmentasi

pasar, yakni untuk cabang diseputar wilayah Jakarta kita beri nama Bakmi

Langgara, sementara untuk cabang diluar Jakarta kita beri nama Bakmi Tebet.

3) P : Kapan tepatnya Pak Wahyu mewaralabakan usahanya?

J : Pak Wahyu mulai mewaralabakan usahanya mulai tahun 2002, dengan cabang

sebanyak 4 restauran, seiring dengan suksesnya nama Bakmi Langgara, maka

dibukalah cabang dengan Nama Bakmi Tebet untuk daerah luar kota Jakarta,

hingga mencapai 102 cabang di berbagai kota di Indonesia. Bahkan Pak Wahyu

berhasil membuka cabang di Mekkah dan Kairo Mesir pada tahun 2006.

4) P: Apakah semua cabang tersebut berjalan sukses?

J: Sampai tahun 2007 awal semua berjalan sukses, namun pertengahan 2007

banyak cabang yang tutup, dikarenakan banyak faktor, seperti kontrak waralaba

sudah habis dan franchisee tidak meneruskan usaha waralabanya, salah pilih

tempat lokasi, dan banyak faktor lainnya.

5) P: Apakah Pak Wahyu memiliki usaha lain yang diwaralabakan seperti Bakmi

Langgara dan Bakmi Tebet?

J : Selain waralaba Bakmi Langgara dan Bakmi Tebet, Pak Wahyu memiliki

beberapa usaha yang juga diwaralabakan, seperti misalnya Soto Suroboyoan,

Cendol Gading,My Way Steak, Bebek Tunjungan yang semuanya merupakan

usaha yang diwaralabakan. Selain itu, Pak Wahyu juga sedang berekspansi dengan

membuka Taman Resto, yang meruapakan kawasan wisata kuliner yang saat ini

baru berada di Bekasi

Page 106: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

LAMPIRAN 3

DAFTAR PERTANYAAN

(Questionaire)

Pada kesempatan ini penulis ingin meneliti Bakmi Tebet dari segi manajemen

waralaba Bakmi Tebet. Penulis juga ingin melakukan penelitian dari segi kepuasan

franchisee terhadap penetapan franchisee fee dan royalty fee yang harus dibayarkan

kepada franchisor (Bakmi Tebet). Tujuan dari pengedaran kuisioner ini adalah untuk

membantu penulis dalam pengumpulan data yang ditujukan untuk menyelesaikan

skripsi dengan judul “Analisis dan aplikasi Royalty Fee dan Franchise Fee pada

Waralaba Islami (Studi Kasus Bakmi Tebet)”

Sebelumnya penulis ingin menjelaskan terlebih dahulu tentang waralaba.

Waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan

atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri

khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan

yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan

barang dan jasa.Dalam hal ini, ciri khas usaha yang dimanfaatkan oleh pihak

franchisee adalah brand Bakmi Tebet yang didirikan oleh Dr.Ir.H.Wahyu Saidi, Msc.

Kuisioner ini ditunjukkan kepada franchisee yang menjadi rekan bisnis

manajemen Bakmi Tebet. Daftar pertanyaan ini ditujukan untuk diisi sesuai dengan

keadaan dan pendapat anda. Anda cukup melingkari pada pilihan yang tersedia

sesuai dengan pendapat anda. Terima kasih atas kerjasama anda karena telah bersedia

untuk mengisi angket ini.

Page 107: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

Bagian I. Gambaran Umum dan Pengetahuan Franchisee terhadap Waralaba Bakmi Tebet

1. Nama Cabang: 2. Pimpinan cabang: 3. Alamat cabang: 4. Darimana anda tahu tentang waralaba Bakmi Tebet?

a. Teman b. Brosur/Majalah/Koran c. Media Televisi d. Media Internet

5. Sudah berapa lama anda bergabung dengan manajemen Bakmi Tebet?

a. Kurang dari 1 tahun b. 1-5 tahun c. 5-10 tahun d. > 10 tahun

6. Berapa besar franchise fee yang anda bayarkan untuk bergabung dengan

waralaba Bakmi Tebet? a. 25-50 juta b. 50-75 juta c. 75-100 juta d. > 100 juta

7. Bagaimana sistem pembayaran franchise fee yang anda bayarkan kepada

franchisor? a. angsuran b. tunai

Bagian II. Gambaran Umum dan Pengetahuan Franchisee terhadap Konsep Waralaba dan Kerjasama dalam Islam

1. Seberapa besar pemahaman anda tentang waralaba? a. tidak paham b. kurang paham

Page 108: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

c. paham d. sangat paham

2. Seberapa besar pemahaman anda tentang konsep franchise fee pada waralaba?

a. Tidak paham b. Kurang paham c. Paham d. Sangat paham

3. Seberapa besar pemahaman anda tentang konsep Royalty fee pada waralaba?

a. Tidak paham b. Kurang paham c. Paham d. Sangat paham

4. Seberapa besar pemahaman anda tentang waralaba dalam perspektif Islam?

a. Tidak paham b. Kurang paham c. Paham d. Sangat paham

5. Seberapa besar pemahaman anda tentang keadilan dalam kerjasama secara

umum? a. Tidak paham b. Kurang paham c. Paham d. Sangat paham

Bagian III. Respon Frachisee Terhadap Penetapan Franchisee Fee dan Pembagian Royalty Fee yang Diterapkan Manajemen Bakmi Tebet

1. Apakah anda setuju dengan besarnya franchise fee yang harus dibayarkan diawal perjanjian waralaba? a. Tidak setuju b. Kurang setuju c. Setuju d. Sangat setuju

Page 109: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

2. Bagaimana pendapat anda tentang besarnya pembayaran franchise fee yang

ditetapkan manajemen Bakmi Tebet? a.Tidak adil b. Kurang adil c. Adil d. Sangat adil

3. Apakah anda merasa puas dengan penetapan franchise fee yang ditetapkan manajemen Bakmi Tebet? a. Tidak puas b. Kurang puas c. Puas d. Sangat puas

4.Apakah anda setuju dengan besarnya Royalty Fee yang harus dibayarkan kepada manajemen Bakmi Tebet setiap bulannya? a. Tidak setuju b.Kurang setuju c. Setuju d.Sangat setuju

5. Bagaimana pendapat anda tentang besarnya pembayaran royalty fee yang

ditetapkan manajemen Bakmi Tebet?

a. Tidak adil

b. Kurang adil

c. Adil

d. Sangat adil.

6. Apakah anda merasa puas dengan penetapan royalty fee (3,5% /perbulan) yang ditetapkan manajemen Bakmi Tebet? a. Tidak puas b. Kurang puas

Page 110: KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2578/1...KONSEP FRANCHISE FEE DAN ROYALTY FEE PADA WARALABA BAKMI TEBET MENURUT PRINSIP SYARIAH

c. Puas d. Sangat puas

7. Bagaimana menurut anda kinerja manajemen Bakmi Tebet ?

a. Tidak bagus

b. Kurang bagus

c. Bagus

d. Sangat bagus