konsep etika guru dan murid dalam pandangan al...

59
KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi” Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I) Oleh ASEP SUPRIANTO NIM: 205011000289 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009

Upload: others

Post on 18-Jan-2020

36 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

KONSEP ETIKA GURU DAN MURID

DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI

“Skripsi”

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)

Oleh

ASEP SUPRIANTO

NIM: 205011000289

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009

Page 2: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI

“Skripsi”

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)

Oleh

ASEP SUPRIANTO

NIM: 205011000289

Di Bawah Bimbingan

Dr. Ahmad Shodiq, M.Ag

NIP: 150289321

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2009

Page 3: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI

“Skripsi”

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)

Oleh

ASEP SUPRIANTO

NIM: 205011000289

Di Bawah Bimbingan

Dr. Ahmad Shodiq, M.Ag

NIP: 150289321

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2009

Page 4: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul: “Konsep Etika Guru dan Murid Dalam Pandangan Al-Ghazali” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan dinyatakan Lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 17 Desember 2009 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama.

Jakarta, 17 Desember 2009

Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Tanggal Tanda Tangan Dr. H. Abdul Fatah Wibisono, MA NIP.: 19580112 198803 1 002 ………….. ………………. Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) Drs. Sapiuddin Shidiq, M.Ag NIP. : 19670328 200003 1 001 …………... ………………. Penguji I Prof. Dr. H. Abdurrahman Ghazali. MA NIP.: 19450325 196510 1 001 ……………. ……………… Penguji II Drs. Sapiuddin Shidiq, M.Ag NIP. : 19670328 200003 1 001 …………... ……………….

Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP.: 19571005 198703 1 003

Page 5: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

ABSTRAK

Skripsi dengan judul “Konsep Etika Guru dan Murid Dalam Pandangan

Al-Ghazali”, ditulis oleh Asep Suprianto :205011000289 di bawah bimbingan Dr. Akhmad Shodiq, M.Ag, skripsi ini mendeskripsikan mengenai upaya peningkatan mutu pendidikan melalui penekanan penggunaan etika dalam proses pembelajaran, baik bagi guru ketika mengajar/mendidik maupun bagi murid ketika belajar.

Penelitian difokuskan untuk membahas seberapa penting penerapan etika dalam proses pembelajaran, baik bagi guru di satu pihak maupun bagi murid di pihak lain. Etika merupakan bagian yang amat penting dalam kehidupan manusia, karena pada hakikat kemanusiaan itu terletak pada moral atau akhlaknya. Artinya, sikap dan tindak tanduk seseorang adalah unsur utama yang ada dalam dirinya. Oleh karena itu, etika menjadi penting untuk diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam aspek pendidikan.

Dalam konteks ini, nampaknya etika guru dan murid menjadi penting, terutama ketika terjadi proses transformasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pendidikan. Salah satu ulama yang mengkhususkan dirinya mendalami pentingnya penerapan etika guru dan murid dalam pendidikan adalah Abu Hamid bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazali, atau yang lebih dikenal dengan Imam al-Ghazali.

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh beberapa gambaran tentang pentingnya penggunaan etika dalam dunia pendidikan, diantaranya: 1) Seberapa jauh etika menjadi pegangan sekaligus pertimbangan dalam menjalankan peran dan fungsinya masing-masing, baik sebagai guru ketika mengajar/mendidik anak didik, maupun sebagai murid ketika belajar. 2) Konsep pemikiran al-Ghazali tentang etika guru dan murid. 3) Bagaimana pandangan Pendidikan Islam tentang konsep etika guru dan murid al-Ghazali.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan memakai metode deskriftif analistik. Sedangkan untuk mengungkapkan datanya penulis menggunakan metode observasi dan library research.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa penekanan penerapan etika guru dan murid sangatlah penting. Hal ini dikarenakan tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri adalah mampu mengantarkan, membimbing dan megarahkan anak didik (manusia) untuk melaksanakn fungsinya sebagai abd dan khalifah, guna membangun dan memakmurkan alam ini sesuai dengan konsep-konsep yang telah ditetapkan Allah SWT. Perwujudan ini tidak terlepas dari pribadi insan kamil yang bertaqwa dan berkualitas intelektual.

Page 6: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

KATA PENGANTAR

ا���� ا���� ا� ���

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat,

taufiq dan hidayah-Nya skripsi yang berjudul Konsep Etika Guru dan Murid

Dalam Pendangan Al-Ghazali ini dapat selesai dengan baik. Shalawat dan salam

semoga senantiasa tercurah ke haribaan junjungan kita Nabi Muhammad SAW,

yang telah mengeluarkan umat dari lembah kegelapan dan kenistaan ke lembah

terang benderang dan kemuliaan melalui dakwah dan pendidikan.

Dengan penuh kesadaran akan kelemahan yang penulis miliki, tugas akhir

ini tidak akan pernah selesai tanpa adanya dukungan dan semangat dari berbagai

pihak. Tetapi bangga rasanya, karena inilah yang dapat penulis berikan sebagai

salah satu karya terbaik dalam bidang pendidikan yang mudah-mudahan

bermanfaat. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai bantuan, baik moril

maupun materil. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan

rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada keluarga besar yang tercinta dan

tersayang, Ayahanda Mochammad Darpan bin Rusbad dan Ibunda Casih binti

Sayan, serta adik-adik saya yang tersayang, Adinda Ayu Mentari al-Faujiyah,

Adinda Ade Syifa Faujiyah dan Adinda Aikal Idmay Fauji. Kemudian khusus

kepada Dr. Akhmad Shodiq, M.Ag, sebagai pembimbing skripsi, yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan

arahan dalam penulisan skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

Selain itu penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hiadayatullah Jakarta.

3. Seluruh dosen yang ada di lingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis

selama menjadi mahasiswa di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta. Tidak ketinggalan pula para staf yang ada di

lingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Page 7: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

4. Segenap keluarga besar penulis di Desa Kediri Kecamatan Binong

Kabupaten Subang. Diantaranya, Bapak Usman dan Ibu Tanisem beserta

anak-anaknya. Bapak H. Raswan dan Ibu Hj. Danirah beserta anak-

anaknya. Ayahanda H. Kasdullah dan Ibunda Hj. Rawen beserta anak-

anaknya. Bpk. Rajim dan Ibu Darinih beserta anak-anaknya. Bpk. Wahyu

dan Ibu Iis beserta anak-anaknya. Ibunda Enah beserta keluarga. Tidak

ketinggalan kepada almarhum Ayahanda Rusbad dan Ibunda Wasri,

almarhum Ayahanda Sayan dan Ibunda Kasri.

5. Teman-teman mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan

2005, yang telah memberikan semangat dan motivasi, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Teman-teman IKSAS (Ikatan Keluarga Santri Subang Kaliwungu),

FORMAL (Forum Mahasiswa dan Alumni Lirboyo) dan HIMABI

(Himpunan Mahasiswa Bahrul Ulum Ibukota) yang tidak bisa disebutkan

satu persatu, dengan tanpa mengurangi rasa hormat penulis.

7. Teman seperjuangan dan senasib, Syarif Hidayat, Syafiqul Subuh,

Iskandar, Yosep, Joni, Erdi Antoro, Meliyana, Ihwan, Liawati, Juju, Kang

Warid beserta keluarga, Kang Radjat beserta keluarga, Roni, dan yang

lainnya tanpa mengurangi rasa terima kasih penulis.

8. Ibu-ibu majlis ta’lim mushala Hidayatul Iman, yang selalu setia bersama

penulis, mengaji dan belajar bersama untuk mendapatkan Ridha Allah

SWT, dengan niat taqarub kepada-Nya.

Penulis menyadari sepenuhnya, skripsi ini jauh dari sempurna, karena

kapasitas intelektual penulis masih sangat terbatas. Namun penulis merasa bangga

dengan terselesaikannya skripsi ini. Untuk menambah kesempurnaan skripsi ini,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak.

Semoga skripsi ini, yang mengupas tentang etika belajar dan mengajar

dapat dijadikan acuan mengingat semakin derasnya pengaruh kehidupan modern

yang mengabaikan etika-etika penting sebagai benteng kemaslahatan, serta dapat

menambah khazanah ilmu pengetahuan, khususnya bagi penulis dan umumnya

bagi para pecinta dan pengabdi ilmu pengetahuan.

Page 8: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

Jakarta, 17 Desember 2009

Penulis

Page 9: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

Skripsi ini didedikasikanSkripsi ini didedikasikanSkripsi ini didedikasikanSkripsi ini didedikasikan untuk kedua orang tua tercinta,untuk kedua orang tua tercinta,untuk kedua orang tua tercinta,untuk kedua orang tua tercinta,

AAAAyahanda Mochammad Darpan bin Ruyahanda Mochammad Darpan bin Ruyahanda Mochammad Darpan bin Ruyahanda Mochammad Darpan bin Rusbad dan Ibunda Casih binti Sayan,sbad dan Ibunda Casih binti Sayan,sbad dan Ibunda Casih binti Sayan,sbad dan Ibunda Casih binti Sayan, serta adikserta adikserta adikserta adik----adik saya yang tersayang,adik saya yang tersayang,adik saya yang tersayang,adik saya yang tersayang, Adinda Ayu Mentari alAdinda Ayu Mentari alAdinda Ayu Mentari alAdinda Ayu Mentari al----Faujiyah, Faujiyah, Faujiyah, Faujiyah,

Adinda Ade Syifa Faujiyah dan Adinda Aikal Idmay FaujiAdinda Ade Syifa Faujiyah dan Adinda Aikal Idmay FaujiAdinda Ade Syifa Faujiyah dan Adinda Aikal Idmay FaujiAdinda Ade Syifa Faujiyah dan Adinda Aikal Idmay Fauji Dan ……Dan ……Dan ……Dan …………..……..……..……..……………………………………………………………………………………………………………………

Pencinta dan Pengabdi Ilmu PengetahuanPencinta dan Pengabdi Ilmu PengetahuanPencinta dan Pengabdi Ilmu PengetahuanPencinta dan Pengabdi Ilmu Pengetahuan

“Semua manusia akan binasa“Semua manusia akan binasa“Semua manusia akan binasa“Semua manusia akan binasa keckeckeckecuali orang yang berilmu disertai amal dengan niat yang ikhlas”uali orang yang berilmu disertai amal dengan niat yang ikhlas”uali orang yang berilmu disertai amal dengan niat yang ikhlas”uali orang yang berilmu disertai amal dengan niat yang ikhlas”

Page 10: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ………………………………………………………………………

i

KATA PENGANTAR …………………………………………………………..

ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….

v

DAFTAR LAMPIRAN……..…………………………………………………..

vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………

1

B. Identifikasi Masalah ……………………………………………………..

5

C. Pembatasan Masalah ……….…………………………………………….

5

D. Perumusan Masalah ……….……………………………………………..

6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………….………………………….

6

F. Metodologi Penelitian ……………………………..……………………..

6

1. Jenis Penelitian ………………………………………………………

6

2. Metode Penulisan ……………………………………………………

7

Page 11: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

3. Fokus Penelitian ……………………………………………………..

7

4. Sumber Penelitian …………………………………………………...

7

5. Prosedur Penelitian ………………………………………………….

7

6. Teknik Penulisan ……………………………………………………

8

BAB II BIOGRAFI AL-GHAZALI

A. Sekilas Tentang Riwayat Hidup Al-Ghazali …………………………….

9

B. Perkembangan Spiritual dan Intelektual Al-Ghazali ……………………

13

C. Karya-karya Al-Ghazali …………………………………………………

19

BAB III KONSEP ETIKA AL-GHAZALI

A. Pengertian Etika …………………………………………………………

26

B. Proses Pembentukan Etika ………………………………………………

28

C. Peranan Pendidikan Islam Dalam Pembentukan Etika ………………….

31

BAB IV ETIKA GURU DAN MURID

A. Syarat Guru dan Murid ………………………………………………….

35

B. Etika Guru ………………………………………………………………

41

C. Etika Murid ……………………………………………………………..

48

Page 12: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

BAB V ETIKA GURU DAN MURID AL-GHAZALI DALAM

PANDANGAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Pendidikan Islam ……………………………………………

57

B. Pandangan Dasar Pendidikan Islam …………………………………….

58

C. Tanggungjawab Pendidikan Islam ………………………………………

60

1. Keluarga (Lingkungan Rumah Tangga) ....………………………….

61

2. Diri Sendiri ………………………………………………………….

63

3. Sekolah (Lingkungan Pendidikan Formal) …………………………

64

4. Masyarakat (Lingkungan Sosial) …………………………………...

65

5. Pemerintah ………………………………………………………….

65

D. Pandangan Pendidikan Islam Tentang Etika Guru dan Murid

Al-Ghazali ……………………………………………………………….

67

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………………...

70

B. Saran …………………………………………………………………….

71

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..

72

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Etika merupakan bagian yang amat penting dalam kehidupan manusia,

karena pada hakikat kemanusiaan itu terletak pada moral atau akhlaknya. Jika

akhlaknya baik, maka akan baik juga umat manusia secara keseluruhan. Bahkan,

nabi Muhammad sendiri menegaskan di dalam hadits yang berbunyi:

ا���� ���� ������ � �رم ا���ق

Artinya: Aku diutus ke dunia tidak lain hanya untuk menyempurnakan akhlak

yang mulia.1

Sikap dan tindak tanduk seseorang adalah unsur utama yang ada dalam

dirinya.2 Oleh karena itu, etika menjadi penting untuk diterapkan dalam berbagai

aspek kehidupan, termasuk dalam aspek pendidikan.

Pendidikan adalah upaya manusia demi manusia itu sendiri. Dengan

pengertian lain manusia itu adalah subjek dan sekaligus menjadi objek. Di dalam

pendidikan itu terpaut manusia yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda.

Sudah dapat dibayangkan bahwa tanpa ada koordinasi pengaturan kerja,

penempatan, pengarahan, dan bimbingan proses serta tujuan, pendidikan akan

mengalami kegagalan. Dan itulah merupakan tugas dan kewajiban administrasi

pendidikan yang berkaitan dengan manusia sebagai individu, anggota masyarakat,

dan abdi Allah.3

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan

manusia. Dengan pendidikan manusia dapat menduduki tempat yang paling tinggi

di dunia, karena pendidikan merupakan suatu proses yang sangat mempengaruhi

kejiwaan seseorang. Proses pendidikan adalah menjadikan bukan hanya sekedar

meninggikan dimensi kognisi (transfer of knowledge) dan dimensi psikomotorik

1Imam Malik bin Anas, Al-Muwatho, (Mesir: Darul Hadits, 1993), Juz. I., h. 690 2Amsal Bakhtiar, Tema-Tema Filsafat Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. I, h.

210. 3M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet. IV, h. 24.

Page 14: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

peserta didik, namun ada dimensi afeksi (building of personality). Hal ini, karena

dimensi terakhir ini seringkali diabaikan dengan alasan kesulitan tolak ukur yang

digunakan dan seringnya terjadi kekeliruan dengan mengukur dimensi ini atas

dasar statistik semata.4

Corak pendidikan yang dikehendaki oleh Islam adalah pendidikan yang

mampu membentuk manusia yang unggul secara intelektual, kaya dalam amal,

serta anggun dalam moral dan kebajikan. Untuk meraih tujuan ini diperlukan

suatu landasan filosofis pendidikan yang sepenuhnya berangkat dari cita-cita Al-

Qur’an tentang manusia.

Pada dasarnya pendidikan berintikan interaksi antara guru dan murid.

Dalam interaksi tersebut, guru memegang peranan kunci bagi berlangsungnya

kegiatan pendidikan. Tanpa adanya guru proses pendidikan hampir tidak mungkin

dapat berjalan, akan tetapi tanpa adanya kelas, gedung, peralatan, dan sebagainya

proses pendidikan masih dapat berjalan walaupun dalam keadaan darurat.5

Fenomena yang ada sekarang ini sungguh sangat menyedihkan, bahkan

menjatuhkan citra baik guru dan murid. Bagaimana tidak, maraknya tindakan

asusila yang terjadi dalam kegiatan transformasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai

pendidikan, baik yang dilakukan oleh guru terhadap muridnya, maupun oleh

murid kepada gurunya. Serangkaian kasus tersebut, tidak terlepas dari

ketidakmengertian dan kurang pahamnya guru maupun murid tentang suatu hal

yang harus dimiliki dan diterapkan dalam pedidikan, yakni baik sebagai guru

disatu pihak maupun sebagai murid dipihak lain, masing-masing harus

mempunyai etika.

Realitas menunjukan bahwa guru dan murid merupakan dua figur manusia

yang selalu hangat dibicarakan. Guru terkadang disanjung karena keteladanannya,

tetapi juga kadang dimaki dengan sinis karena kelalaiannya, meski kelalaian itu

bak setetes air di daun talas. Keburukan perilaku murid cenderung dialamatkan

kepada kegagalan guru membimbing dan membina murid-muridnya. Pada saat

4M. Jazerri, “Pemikiran Ibnu Jamaah Tentang Akhlak Pendidik”, dalam At-Tahrir: Jurnal

Pemikiran Islam (Ponorogo: Vol. 6, No. 2, 2006), h. 232. 5Nana Syaodih Sukmadinata, Perkembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung;

Remaja Rosdakarya, 1997) Cet. I, h. 203.

Page 15: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

yang bersamaan, arogansi, ketidakpedulian, dan krisis moral lainnya telah

melanda sebagian lapisan mayarakat, tidak terkecuali para murid yang masih

memerlukan bimbingan dari gurunya.6

Oleh karena itu, pendidik dalam pendidikan Islam di samping sebagai

pengajar (transfer of knowledge) juga sekaligus sebagai panutan (central figure)

bagi peserta didiknya. Dengan demikian, pendidik menurut Islam memiliki beban

yang sangat berat, di samping beban profesional sebagai tenaga pengajar juga

beban moral dalam membentuk kepribadian peserta didik. Karena itu, di samping

menguasai ilmu yang diajarkan, pendidik juga harus membekali diri dengan

akhlak yang mulia.

Dalam konteks ini, nampaknya etika guru dan murid menjadi penting

terutama ketika terjadi proses transformasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai

pendidikan. Seberapa jauh etika itu menjadi pegangan sekaligus pertimbangan

dalam menjalankan peran dan fungsinya masing-masing, baik sebagai guru disatu

pihak ataupun sebagai murid dipihak lain.7 Salah satu ulama yang mengkhususkan

dirinya mendalami pentingnya penerapan etika guru dan murid dalam pendidikan

adalah Abu Hamid bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazali, atau yang lebih

dikenal dengan Imam al-Ghazali.

Kedudukan al-Ghazali dan karya-karyanya bagi masyarakat muslim

termasuk di Indonesia tidak dapat disangsikan menempati posisi yang sangat

penting. Reputasinya sebagai pemikir muslim terkemuka sepanjang sejarah Islam

dikenal secara luas diseluruh lapisan masyarakat muslim di berbagai belahan

penjuru dunia Islam. Keistimewaan al-Ghazali tidak saja terletak pada

penguasaannya yang mendalam tentang berbagai aspek ajaran Islam, tapi juga

melahirkan karya-karya tulis yang dapat menyentuh kebutuhan umat Islam

tentang ajaran agama yang memadai, sehingga ia mendapat gelar Hujjat al-Islam.

Tujuan pendidikan menurut Al-Ghazali harus mengarah kepada realisasi

tujuan keagamaan dan akhlak, dengan titik penekanannya pada perolehan

keutamaan dan taqarub kepada Allah dan bukan untuk mencari kedudukan yang

6Armai Arif, Sejarah Pertumbuhan dan perkembangan lembaga-lembaga pendidikan Islam

Klasik, (Bandung: Angkasa, 2004), Cet. I, h. 235. 7Armai Arif, Sejarah Pertumbuhan dan…, h. 235.

Page 16: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

tinggi atau mendapatkan kemegahan dunia. Pemikiran tersebut tertuang dalam

karyanya “Ihya Ulum al-Din”.8

Dari permasalahan ini, dan atas dasar pertimbangan terhadap pentingnya

etika yang harus dimiliki oleh guru dan murid dalam pendidikan, maka penulis

mengangkat sebuah judul: “Konsep Etika Guru dan Murid Dalam Pandangan

Al-Ghazali”. Dengan harapan dapat mengingatkan dan menumbuhkan rasa

kesadaran seluruh guru dan murid terhadap pentingnya penggunaan etika sebagai

modal dasar yang paling utama.

Adapun alasan pemilihan judul tersebut, yakni:

1. Al-Ghazali merupakan salah seorang tokoh pendidikan Islam yang ideal

dan dapat dijadikan teladan bagi guru dan murid dalam mengemban

tugasnya masing-masing. Yakni sebagai pendidik di satu pihak dan

sebagai terdidik di pihak lain, agar usaha pendidikan dapat mencapai

hakikat tujuan pendidikan yang maksimal.

2. Menumbuh kembangkan etika guru dan murid dalam mengamalkan ilmu

bagi guru, dan menuntut ilmu bagi murid. Salah satu indikasinya adalah

penerapan dan pembiasaan etika tersebut dalam proses pendidikan, agar

usaha pendidikan dapat mencapai hakikat tujuan pendidikan yang

maksimal.

3. Kewajiban penulis sebagai mahasiswa jurusan pendidikan agama Islam

untuk membina dan menumbuh kembangkan nilai-nilai keagamaan dan

akhlak, dengan titik penekanannya pada perolehan keutamaan dalam

taqarub (ibadah) kepada Allah, dan bukan untuk mencari kedudukan yang

tinggi atau mendapatkan kemegahan duniawi.

4. Sebelumnya sudah ada mahasiswa jurusan pendidikan agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang membahas tentang akhlak seorang pendidik. Akan tetapi, belum

dibahas secara jelas tentang akhlak seorang murid. Sehingga penulis

merasa perlu untuk membahas keduanya (guru dan murid), karena proses

8Muhammad Athiyah al-Abrasy, At-Tarbiyyah al-Islamiyyah wa Falasifatuha, (Kairo: Isa al-

Babiy al-Halabiy, 1975), h. 47.

Page 17: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

pendidikan merupakan hubungan guru dan murid. Jadi, dalam proses

pendidikan bukan hanya guru yang harus mempunyai etika tetapi murid

juga harus mempunyai etika.

Demikian lebih kurang beberapa alasan penulis dalam memilih judul di

atas.

B. Identifikasi Masalah

Sehubungan dengan latar belakang di atas, ada beberapa masalah yang

dapat diidentifikasi, yaitu sebagai berikut:

1. Rendahnya tingkat kesadaran guru untuk menerapkan etika dalam proses

pembelajaran.

2. Rendahnya tingkat kesadaran murid untuk menerapkan etika dalam proses

pembelajaran.

3. Kurangnya peran lembaga pendidikan dalam menunjang Pemikiran al-

Ghazali tentang pentingnya penerapan etika guru dan murid dalam proses

pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti memberikan batasan-batasan

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pandangan Al-Ghazali tentang etika?

2. Bagaimanakah pandangan Al-Ghazali tentang guru dan murid?

3. Bagaimanakah pandangan Al-Ghazali tentang kriteria etika guru?

4. Bagaimanakah pandangan Al-Ghazali tentang kriteria etika murid?

D. Perumusan Masalah

Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah

Bagaimanakah Konsep Etika Guru dan Murid dalam Pandangan Al-Ghazali? Atau

dengan kalimat yang lebih rinci:

1. Bagaimana etika guru dalam pandangan Al-Ghazali?

2. Bagaimana etika murid dalam pandangan Al-Ghazali?

Page 18: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui konsep etika guru dan

murid dalam pandangan al-Ghazali. Salah satu indikasinya adalah penerapan dan

pembiasaan etika tersebut dalam proses pendidikan. Maka etika harus diterapkan

sebagaimana pandangan al-Ghazali, yang mengatakan bahwa guru dan murid

dalam proses pendidikan harus memiliki etika, karena pendidikan bukan kegiatan

yang dilakukan dengan asal-asalan.

Hasil yang diperoleh dari skripsi ini diharapkan memberi manfaat praktis

yang dapat menumbuh kembangkan etika guru dan murid dalam mengamalkan

ilmu bagi guru, dan menuntut ilmu bagi murid serta membantu seluruh lapisan

masyarakat terutama guru dan murid (dari berbagai latar belakang) untuk

memperluas wawasan tentang pembentukan karakter serta wawasan tentang

hubungan serasi antara pengetahuan agama dan sains, yang kemudian wawasan

ini diaplikasikan di segala profesinya sebagai guru, murid, pemimpin perusahaan,

ulama, atau lain sebagainya.

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang sedang dilakukan ini, jika dilihat dari segi bahan-

bahan atau obyek yang akan diteliti, maka penelitian ini termasuk jenis

penelitian kepustakaan (library research) karena penelitian ini

menggunakan buku-buku dan majalah-majalah. Jika penelitian ini dilihat

dari segi cara menganalisanya, maka penelitian ini bersifat kualitatif.

2. Metode Penulisan

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode penelitian

kepustakaann. Untuk mendapatkan data-data penelitian, penulis

mengumpulkan bahan kepustakaan, terutama yang berkaitan dengan

konsep etika guru dan murid dari berbagai sumber.

3. Fokus Penelitian

Page 19: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

Subyek penelitian ini adalah pandangan al-Ghazali terhadap etika

guru dan murid dalam implementasinya di dunia pendidikan. Sedangkan

obyek penelitiannya adalah peningkatan kualitas guru dan murid dari etika

guru dan etika murid dalam pandangan al-Ghazali.

Cara penyajiannya bersifat deskiptif analitik. Penyajian deskriptif

adalah menjelaskan tentang pengertian, maksud dan tujuan dari etika guru

dan murid serta pengaruhnya dalam dunia pendidikan. Analisisnya adalah

menganalisa pemikiran al-Ghazali dengan berbagai dalil-dalil yang

memiliki keterkaitan, baik dalil dari al-Qur’an, Hadits, dan beberapa

disiplin ilmu pengetahuan.

4. Sumber Penelitian

Dalam pengumpulan data, penulis sepenuhnya menggunakan

metode penelitian kepustakaan. Untuk mendapatkan data-data penelitian,

penulis mengumpulkan bahan kepustakaan, terutama yang berkaitan

dengan etika (akhlak) guru dan murid dari beberapa sumber, diantaranya:

Dalil-dalil nash (Al-Qur’an dan Sunnah), Ihya Ulumuddin, sebagai

sumber primer, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam,

Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, dan lain-lain, sebagai sumber

sekunder.

5. Prosedur Penelitian

a. Tahap Persiapan

Pada tahapan ini, penulis mengadakan kunjungan perpustakaan

dalam rangka pengumpulan data.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahapan ini penulis mengumpulkan data dari buku-buku sumber

yang diperoleh dari perpustakaan untuk penelitian.

c. Tahap Penyelesaiaan

Dalam tahap ini, peneliti menyimpulkan hasil observasi dan

kemudian menafsirkan serta menyusun data dalam bentuk hasil penelitian

(laporan).

6. Teknik Penulisan

Page 20: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

Teknik penulisan Skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman

Penulisan Skirpsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

Page 21: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

BAB II

BIOGRAFI AL-GHAZALI

A. Sekilas Tentang Riwayat Hidup Al-Ghazali

Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Muhammad, mendapat gelar

Imam Besar Abu Hamid al-Ghazali Hujjatul Islam.9 Ia dipanggil Abu Hamid dan

mendapat julukan (laqab) “Zainuddin”.10 Dilahirkan pada tahun 450 H/ 1058 M,

dan wafat tahun 505 H/ 1111 M, di suatu kampung bernama Ghazalah, Thusia,

suatu kota di Khurasan, Persia. Kata “al-Ghazali” kadang-kadang diucapkan al-

Ghazzali (dengan dua z). dengan menduakalikan z., kata-kata al-Ghazali diambil

dari kata ghazzal, artinya tukang pemintal benang, karena pekerjaan ayahnya

adalah memintal benang wool, sedang al-Ghazali dengan satu z., diambil dari kata

Ghazalah, nama kampung kelahiran al-Ghazali, sebutan terakhir ini yang banyak

digunakan.11 Ketika akan meninggal, ayahnya berpesan kepada seorang sufi

(sahabat karibnya) agar anak-anaknya (al-Ghazali dan saudaranya) untuk diasuh

dan disempurnakan pendidikannya setuntas-tuntasnya. Segera setelah ayah al-

Ghazali meninggal saudaranya tersebut melaksanakan wasiat yang diberikan

kepadanya. Kedua anak itu dididik dan di sekolahkan, setelah harta pusaka

peninggalan ayah mereka habis, mereka dinasehati agar meneruskan mencari ilmu

semampu-mampunya.12

Akan tetapi yang menjadi modal utamanya adalah kasih sayang ibu yang

selalu menjadi pendorong moril bagi mereka untuk belajar terus. Peninggalan

ayahnya habis terpakai, tidaklah mungkin bagi sang sufi itu untuk memberi

nafkah kepada mereka berdua, sang sufi pun berkata: “Ketahuilah bahwa saya

telah membelanjakan bagi kalian, seluruh harta peninggalan ayahmu, saya seorang

miskin dan bersahaya dalam hidupku. Saya kira hal yang terbaik yang dapat

9Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-

Ma’arif, 1980), Cet. 1, h. 108. 10Yusuf Qardhawi, Al-Ghazali Antara Pro dan Kontra, Terj. dari Al-Imam Al-Ghazali Baina

Maadihihi wa naqidiihi oleh Hasan Abrori, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1996), h. 39. 11Armai Arif, Sejarah Pertumbuhan dan perkembangan lembaga-lembaga pendidikan Islam

Klasik, (Bandung: Angkasa, 2004), Cet. 1, h. 235. 12Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2001), Cet. II, h. 81.

Page 22: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

kalian lakukan ialah masuk ke dalam madrasah sebagai murid. Dengan jalan ini,

kalian akan mendapatkan makan untuk kelangsungan hidup”. Akhirnya kedua

anak tersebut mengikuti nasehat-nasehat yang diberikan oleh sang sufi, sehingga

menjadi sebab dari kebahagiaan dan tercapainya cita-cita luhur mereka.

Di masa kecil al-Ghazali belajar pada Imam Ahmad bin Muhammad az-

Zarkasy, dimana beliau belajar fiqh. Kemudian beliau juga belajar pada Imam

Abu Nasr al-Ismaily. Setelah meninggalkan Thous pada tahun 477 H, beliau

menuju Naisabur. Ia berguru dan bergaul dengan Imam al-Juwaini, dimana beliau

belajar membahas, bertekun untuk belajar sehingga ia mahir dalam ilmu kalam,

perdebatan, ushul fiqh, dan logika (manthiq), dan ia juga mulai sedikit belajar

falsafah. Semua itu dikuasainya dalam waktu singkat, sehingga beliau orang yang

paling mampu dalam berhujjah di zamannya, dan merupakan salah seorang ahli

yang disebut-sebut orang, pada zaman Imamul Haramain al-Juwainy.

Sekalipun sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa al-Juwainy adalah

guru al-Ghazali yang merasa cemburu atas kepintarannya, tetapi sejarah juga

membuktikan bahwa al-Ghazali tetap setia kepada gurunya tersebut sampai

wafatnya. Sebab al-Ghazali tidak meninggalkan gurunya sendiri walaupun ia

sudah sangat terkenal melebihi kemasyhuran gurunya.

Setelah gurunya, Imam al-Juwaini, wafat pada tahun 478 H, al-Ghazali

kemudian meninggalkan Naisabur menuju Askar untuk menemui Nizam al-Mulk,

seorang menteri raja Malikshah as-Saljuqy. Menteri tersebut menghormatinya di

depan sejumlah besar ulama-ulama dan ahli-ahli di zamannya. Al-Ghazali pun

berbahas dan berhujjah dengan mereka, sehingga dikalahkannya semuanya sebab

luasnya ilmunya, dan beliaupun semakin terkenal. Kemudian Nizam al-Mulk

memintanya pindah ke Baghdad untuk mengajar di sekolah Nizamiyah. Beliaupun

pindah kesana pada permulaan tahun 484 H.

Tetapi al-Ghazali tidak lama di Baghdad sebab sudah merasa bosan

dengan kehidupan dan pangkatnya di situ setelah empat tahun mengajar, yakni

sampai tahun 488 H. Semakin bosan ia terhadap kota Baghdad dan terhadap

dirinya sehingga ia mengalami krisis jiwa yang mengajak ia ingin berbuat zuhud

dan menjauhi manusia, dan meninggalkan gejala-gejala keangkuhan dan

Page 23: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

kemasyhuran untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, yaitu kejernihan jiwa dan

usaha untuk sampai kepada hakikat di tengah-tengah pendapat-pendapat yang

bertentangan yang menyelubungi masanya.

Beliau mengakui dalam bukunya: “Al-Munqiz min al-Dalal” bahwa ia

telah menanyai dirinya sendiri, tetapi ia tidak sanggup memandangnya dengan

rela hati, sebab didapatinya dirinya tenggelam dalam kehidupan sosial dan ilmiah

yang sangat jauh dari sepatutnya bagi seseorang yang bertaqwa dan wara’. Dia

mengaku bahwa ia terbelah dua, setengah ditarik oleh syaitan, yang setengah lagi

ditarik oleh iman. Yang pertama (panggilan syaitan) mengajaknya mencari

pangkat yang tinggi dan kehidupan mewah yang serba tidak akan kurang suatu

apapun, sedang yang kedua (panggilan iman) mengajak bahwa sudah sampai

masanya untuk pergi, umur tinggal sedikit dan akan berakhir dengan segera.

Petarungan yang dialaminya antara tarikan syaitan dan iman berjalan

sekitar enam bulan, ia tidak sanggup memilih antara membebaskan diri dari

keangkuhan dunia dan jiwanya, sehingga Allah memutuskan perkaranya dengan

menahan lidahnya dari percakapan dan tidak sanggup ia memberi pelajaran. Ini

disertai dengan sedih dan muram yang bekas-bekasnya nampak pada badan dan

gelagatnya. Sadarlah ia bahwa Allah menjatuhkan penyakit ini padanya untuk

kebaikan dia sendiri, dan bahwa masa percobaan sudah berakhir. Pada masa itu

mudahlah hatinya berpaling dari pangkat, harta, anak-anak, dan kawan-kawan.13

Al-Ghazali terkenal sebagai seorang teolog muslim, faqih, dan sufi abad

pertengahan. Hanya sedikit tokoh dalam sejarah intelektual muslim yang

mempunyai pengaruh sekuat dan seberagam Abu Hamid Muhammad al-Ghazali.14

Al-Ghazali selain mahir berbicara juga amat produktif menulis. Karya tulisnya

relatif banyak, lebih dari 228 buku atau risalah, dalam berbagai lapangan: tasawuf,

teologi, falsafat, logika, fiqh, dan lain-lain. Sayang sekali baru 54 buah judul saja

yang sudah dijumpai, sedang yang lain belum. Karya tulisnya yang paling terkenal

luas adalah Ihya Ulum al-Din, kitab yang mengupas – berdasarkan al-Qur’an dan

13Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang….., h. 108-110 14Eva Y.N, dkk., Ensiklopedi Oxford; Dunia Islam Modern, (Bandung: Mizan, 2001), h. 111

Page 24: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

Sunnah serta dengan semangat tasawuf - masalah ilmu, ilmu aqidah, ibadat,

muamalat, keajaiban hati, akhlak dan latihan jiwa.15

Pada akhirnya setelah mengabdikan diri untuk ilmu pengetahuan puluhan

tahun dan setelah memperoleh kebenaran yang hakiki pada akhir hidupnya, ia

meninggal dunia di Thus pada 14 Jumadil Akhir 505 H/ 19 Desember 1111 M, di

hadapan adiknya, Abu Ahmad Mujiddudin. Al-Ghazali meninggalkan 3 (tiga)

orang anak perempuan, sedangkan anak-laki-lakinya yang bernama Hamid telah

meninggal dunia semenjak kecil.

Ibnu Asakir mengatakan, “Al-Ghazali r.a. pulang ke rahmatullah, pada

hari senin tanggal 14 Jumadil Akhir tahun 505 H. Ia dimakamkan di Dzahir,

ibukota Thabran. Allah swt. telah memberikan keistimewaan pada pribadinya

dengan berbagai karamah di akhirat, sebagaimana Allah swt. memberikan

anugerah keistimewaan dengan diterimanya ilmu al-Ghazali di dunia.”

Ibnul Jauzi dalam al-Muntadzim mengisahkan, menjelang wafatnya,

sebagian para muridnya meminta, “berwasiatlah padaku wahai guru?” Maka al-

Ghazali menjawab: “hendaknya anda tetap ikhlas.” Kata-kata itu terus terucap,

hingga maut menjemputnya.

Untuk melihat lebih jauh biografi Hujjatul Islam Imam al-Ghazali, bisa

dilihat dalam kitab-kitab sebagai berikut: Wifayatul A’yan, I/463; Thabaqatusy

Syafi’iyah, IV/101; Syadzaratudz Dzahab, IV/10; Al-Wafi bil Wafayat, I/277;

Brock. 1:535 (419), S.1:744, Miftahus Sa’adah, II/191:210; Tabyinu Kadzbil

Muftary, 291-306; Mu’jamul Mathbu’at, 408: 1416; Adabul Lughat, III/917; Al-

Lubab, II/170; Al-A’laam, VII/22, 23; Ath-Thabaqatul Aliyah fi Manaqibisy

Syafi’iyah, Manuskrip dari lembar 84 a.; Ithafus Sadatil Muttaqin, I/27 dan

halaman sesudahnya; Tarikh Dimasyq, Ibnu Asakir, Manuskrip I/340; Siyaru

A’lamin Nubula’, karya adz-Dhahaby, Manuskrip jilid dua sepuluh lembar, 74 b.16

B. Perkembangan Spiritual dan Intelektual Al-Ghazali

15Harun Nasution, EnsiklopediIslam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992), h. 257 16Yusuf Qardhawi, Al-Ghazali Antara Pro dan……., h. 199-200

Page 25: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

Apa yang menarik perhatian dalam sejarah hidup al-Ghazali adalah

kedahagaan terhadap segala pengetahuan serta keinginannya untuk mencapai

keyakinan dan mencari hakikat kebenaran segala sesuatu yang tidak pernah puas.

Pengalaman pengembaraan intelektual dan spiritualnya berpindah-pindah dari

ilmu kalam dan filsafat, kemudian ke dunia batiniyah dan akhirnya membawanya

kepada tasawuf. Inilah sebabnya untuk memahami kejelasan pola pikir dan corak

hidupnya sering mengalami kesulitan.

Al-Ghazali lahir di Thus, salah satu kota di Khurasan yang diwarnai oleh

perbedaan Tuhan. Ketika ia mengalami pergolakan batin untuk menentukan

pilihan antara tasawuf dan kedudukan, penyelesaian yang sama berulang kembali,

kelihatannya hal ini dapat dihubungkan dengan pandangan teologisnya.

Berdasarkan tulisan-tulisannya, ia adalah pelanjut Asy’ariyah. Memang tidak

dapat diingkari bahwa ia membawa perubahan-perubahan baru dalam Asy’ariyah,

akan tetapi keyakinan dasar yang menjadi ciri Asy’ariyah tetap dipertahankannya,

yaitu penekanan khusus kepada kekuasaan mutlak Tuhan. Pandangan ini,

bagaimanapun menciptakan kesadaran akan serba keterbatasan dan kelemahan

manusia pada dirinya.

Apabila diperhatikan titik tolak al-Ghazali dalam proses pencariannya, ada

kesan inkoherensi. Ia ingin mencari hakikat kebenaran universal melalui al-ilm al-

yaqini, tapi yang tercapai adalah kebenaran individual melalui al-dzawq. Seakan-

akan dalam menceritakan pengalaman dan proses pencariannya, ia mengajak

semua orang untuk meragukan taqlid, indera, dan akal untuk mencari sumber

pengetahuan baru yang dapat digunakan untuk mencapai hakikat kebenaran

universal, tetapi akhirnya jalan keluar yang diperolehnya adalah dengan

menemukan intuisi (al-dzawq), memperlihatkan bahwa yang dapat diselamatkan

dari keraguan yang telah diciptakannya itu adalah orang-orang tertentu saja. Sebab

intuisi dan segala yang diperoleh daripadanya bersifat individual dan hanya

dicapai oleh orang-orang khusus.17

17Muhammad Yasir Nasution, Manusia Menurut Al-Ghazali, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,

1996), Cet. 1., h. 58

Page 26: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

Masa al-Ghazali adalah masa kelahiran berbagai doktrin-doktrin

keagamaan dan kecenderungan-kecenderungan pemikiran yang saling

bertentangan. Pada masa itu, sudah ada orang-orang yang ahli dalam ilmu kalam,

sementara kelompok kebatinan mengira merekalah sesungguhnya yang ditentukan

mengambil sebagai pemimpin yang bersih dari dosa. Ada pula kelompok filosof,

kemudian kelompok tasawuf. Dari satu dan aspek yang lain inilah al-Ghazali

memandang bahwa manusia itu dilahirkan bukan diatas suatu agama atau suatu

doktrin tertentu. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya beragama Yahudi,

Nasrani, atau Majusi. Artinya anak kecil itu bagaimanapun mengambil doktrin

agama kedua orang tuanya. Dan al-Ghazali mempunyai pembawaan keinginan

meneliti hakekat dan mengambil yang murni dari berbagai pendapat kontroversial

dan doktrin-doktrin yang bermacam-macam itu.

Al-Ghazali ingin mengetahui hakikat fitrah manusia, hakikat kepercayaan-

kepercayaan agama dan doktrin-doktrin filsafat yang diambil manusia dengan

meniru kedua orang tua dan gurunya. Kemudian menentukan yang benar dari

yang batil, di atas berbagai perbedaan dan pertentangan doktrin-doktrin itu. Di

samping itu, ia mengharapkan akan mencapai pengetahuan ilmu al-yaqin, yaitu

apa yang diketahui (kebenarannya) terbuka lebar, tidak disertai keraguan, dan

tidak disertai kemungkinan salah dan angan-angan.

Maka mulailah ia mempelajari ilmu kalam dan aliran-aliran kebatinan, lalu

beralih mempelajari teori-teori filsafat, kemudian aliran tasawuf. Mulailah pula ia

membahas secara mendetil dengan kemauan keras untuk mencapai keyakinan

yang tidak ada keraguan.

Terhadap semua perkembangan yang datang tiba-tiba itu, al-Ghazali

menjelaskan dalam kitab al-Munqidz min al-Dlalal, ia berkata:

“… Aku menceburkan diri ke dalam lubuk samudera luas ini,

masuk dan menyelami keganasannya dengan berani, bukan menyelam

seperti pengecut yang ketakutan. Aku memasuki jauh ke dalam setiap

tempat yang gelap, menerobos setiap permasalahan dan kesulitan. Aku

memeriksa aqidah setiap kelompok dan menyingkap rahasia-rahasia

aliran setiap golongan, untuk membedakan diantara yang berbuat benar

dan yang berbuat batil, diantara yang berpegang kepada sunnah dan yang

ahli bid’ah. Aku tidak meninggalkan begitu saja seorang berpaham

spiritualisme, melainkan aku ingin juga mengetahui spiritualismenya itu.

Page 27: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

Tidak pula meninggalkan seorang berpaham fenomenisme, melainkan aku

pun ingin mengetahui apa yang dihasilkan oleh fenomenismenya itu.

Terhadap seorang filosof, aku ingin mengetahui hakikat filsafatnya.

Terhadap seorang sufi aku ingin sekali mengetahui rahasia tasawufnya.

Terhadap ahli ilmu kalam aku ingin mengetahui ujung pembicaraan dan

perdebatannya. Terhadap ahli ibadah aku mengintip apa manfaat yang

dihasilkan ibadahnya. Demikian pun aku tidak meninggalkan seorang

zindik18

yang bermadzhab takhtil19

, melainkan aku semata-mata di

belakangnya untuk mengingatkan sebab-sebab keberaniannya dalam

paham takhtil dan kezindikannya.”20

Setelah mengadakan penelitian terus-menerus di balik ilmu al-yaqin itu, al-

Ghazali mendapatkan bahwa tidak ada dalam berbagai ilmunya itu sesuatu yang

memenuhi maksudnya, kecuali hanya berdasarkan perasaan dan akal, tetapi

setelah dipikirkannya ternyata ia menyesatkan. Karena eksperimennya terhadap

ilmu-ilmu yang berdasarkan perasaan menunjukan bahwa itu tidak benar.

Selanjutnya ia berkata dalam kitab al-Mnqidz min al-Dlalal:

“… maka berakhirlah keragu-raguanku, hingga diriku tidak

member kesempatan lagi menyerah pada perasaan aman dalam hal-hal

yang dirasakan, dan telah membuat keragu-raguan itu meluas. Ia

berucap, dari manakah hal-hal yang dirasakan itu dipercaya, padahal

perasaan indera yang paling tajam adalah perasaan penglihatan.

Mengenai perasaan penglihatan, kamu memandang kepada baying-

bayang kemudian terlihat bayang-bayang itu diam tidak bergerak, dan

kamu menetapkan tidak ada gerakan. Sesaat kemudian dengan dengan

percobaan dan penyaksian kamu mengetahui bayang-bayang itu

sebenarnya bergerak, tidak bergerak sekaligus, tetapi secara berangsur-

angsur, sedikit demi sedikit, hingga tidak sesaat pun bayang-bayang itu

berhenti. Memandang bintang yang ukurannya kelihatan kecil, kemudian

bukti-bukti berdasarkan geometri menunjukan bahwa bintang itu

ukurannya lebih besar dari pada bumi.”21

Demikian, habislah kepercayaan al-Ghazali dalam hal-hal yang

berdasarkan perasaan, tinggal yang berdasarkan akal; namun keragu-raguan

mengenai kesahannya masih melanda al-Ghazali juga. Maka, sebagaimana

(ternyata) bahwa akal itulah yang menunjukan ketidaksahan hal-hal yang

18Zindik adalah orang kafir yang berpura-pura beriman. 19Takhtil adalah aliran yang mengingkari sifat-sifat Allah swt. 20Imam Al-Ghazali, Al-Munqidz min al-Dlalal, Terj. Abdullah bin Nuh, Pembebas dari

Kesesatan, (Jakarta: Tintamas, 1960), h. 3 21Imam Al-Ghazali, Al-Munqidz min ………, h. 5

Page 28: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

berdasarkan perasaan, di sana pun terdapat kekuatan lain di luar akal yang kuasa

membatalkan kepercayaan dalam hal akal. Setelah sembuh dari keragu-raguan itu,

al-Ghazali mempelajari ilmu-ilmu setiap golongan, dan ia tidak mendapatkan

keyakinan kecuali pada aliran tasawuf. Ia pun mengukuhkan, merekalah

sesungguhnya manusia yang paling benar ilmunya, paling bersih akhlaknya, dan

merekalah yang mendekati Allah dengan sebenarnya.22

Setelah melewati perjalanan panjangnya mencari kebenaran, ia

menegaskan, Kebahagiaan yang hakiki adalah kebahagiaan akhirat. Tidak ada

ambisi untuk mencapai kebahagiaan akhirat tersebut kecuali dengan taqwa dan

menahan hawa nafsu. Puncak dari itu semua adalah memutuskan hubungan hati

dengan dunia, menjauhi kampung penuh kepalsuan, kembali ke kampung

keabadian dan mulai memasang niat menuju Allah swt. Semuanya tidak dapat

disempurnakan kecuali berpaling dari harta, dan pangkat, serta lari dari kesibukan

dan segala macam keterikatan.

Al-Ghazali berkata:

“Saya meneliti keadaan diri sendiri, ternyata tenggelam dalam

berbagai ikatan duniawi, semuanya telah mengelilingi diri saya dari

segala penjuru. Saya teliti amal-amal saya, dimana yang terbaik adalah

mengajar, ternyata saya banyak disibukan dengan ilmu-ilmu yang tidak

penting dan tidak bermanfaat untuk akhirat. Kemudian saya memikirkan

masalah niat dalam mengajar, ternyata saya mengajar tidak secara ikhlas

karena Allah swt. Motivasi dan dorongan mengajar itu adalah mencari

kehormatan dan kemasyhuran. Saya merasa yakin telah berada di tebing

kehancuran, nyaris masuk neraka bila tidak berusaha mengoreksi

keadaan.”23

Demikianlah lebih kurang pengembaraan (perkembangan) spiritual dan

intelektual al-Ghazali yang dipandang sebagai kritikus pengetahuan, pemikir yang

cemerlang dengan pandangan yang jauh. Ia mengarahkan hidup kepada

kesempurnaan manusia yang akhirnya adalah mendekati Allah, serta kebahagiaan

dunia dan akhirat. Oleh karena itu, ia ingin mengajarkan ilmu-ilmu kepada

manusia yang dapat menyampaikannya kepada tujuan ini, dengan harapan yang

22Fathiyah Hasan Sulaiman,Al-Ghazali dan Plato; dalam Aspek Pendidikan (Suatu Studi),

Terj. oleh H.M. Mochtar Zoerni dan Baihaki Shafiuddin, (Singapore: Pustaka Nasional PTE LTD Singapore, 1986), h. 10-11

23Imam Al-Ghazali, Al-Munqidz min ………., h. 39-40

Page 29: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

demikian itu akan membawa perbaikan terhadap individu-individu, dan

menyebarkan sifat yang utama diantara manusia. Karena inilah, ia pun merupakan

seorang pendidik, dan juga merupakan seorang yang mengadakan perbaikan

dalam masyarakat.

Untuk mengetahui lebih dalam lagi dedikasi al-Ghazali terhadap usahanya

dalam menyebarkan syiar Islam, dapat dilihat dari berberapa pandangan tokoh-

tokoh Islam lainnya. Diantara beberapa pandangan tentang al-Ghazali ialah

sebagai berikut:

1. Imam al-Haramain, gurunya mengatakan: “Al-Ghazali, lautan luas”.

2. Imam Muhammad bin Yahya, seorang murid al-Ghazali berkata: “Al-

Ghazali adalah Imam Syafi’i kedua”.

3. Abul Hasan Abdul Ghafir al-Farisi, salah seorang ulama yang hidup

semasa dengannya mengatakan: “Al-Ghazali adalah Hujjatul Islam dan

hujjah bagi umat Islam. Ia adalah Imam dari semua tokoh agama. Mata

manusia tidak pernah melihat orang yang setara dengannya dalam

kefasihan lisan, kehebatan berbicara, dan kepandaian ilmunya serta

karakternya”.

4. Ibnu Najjar berkata: “Al-Ghazali adalah Imam bagi seluruh para fuqaha.

Disepakati sebagai insan Rabbani bagi ummat Islam, mujtahid pada

masanya serta kenyataan ruang dan waktunya”.

5. Al-Mursi mengatakan: “Aku bersaksi bahwa al-Ghazali telah mencapai

derajat shiddiqin”.

6. Ibnu Katsir dalam kitab al-Bidayah wan Nihayah, mengatakan:

“Al-Ghazali menguasai berbagai cabang ilmu secara baik. Ia

memiliki karya tulis di berbagai bidang. Ia termasuk cendekiawan kaliber

dunia dalam semua hal yang dibicarakannya. Ia telah menjadi tokoh pada

masa muda, bahkan mengajar pada madrasah an-Nizamiyah Baghdad

dalam usia 34 tahun. Banyak ulama yang belajar kepadanya, seperti Abul

Khaththab dan Ibnu Aqil. Kedua orang ini merupakan tokoh mazhab

Hanbali. Mereka tertarik dengan kefasihan dan keluasan bacaan Imam al-

Ghazali”. Ibnul Jauzi berkata,’ para ulama menulis ucapan-ucapan al-

Ghazali dalam karya tulis mereka’.”

Page 30: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

7. Ibnul Immad al-Hanbali dalam kitabnya asy-Syadzarat mengatakan: “Al-

Imam Zainuddin, Hujjatul Islam, Abu Hamid adalah salah seorang tokoh

yang telah menyusun berbagai karangan, memiliki hafalan yang kuat,

kecerdasan luar biasa dan amat dalam ilmunya. Ringkasnya, seseorang

tidak mungkin dapat menemukan orang yang sepadan dengannya”.

Lukisan terindah yang pernah digambarkan tentang keluasan ilmu

pengetahuan al-Ghazali adalah ucapan Syeikh Muhammad Musthafa al-Maraghi,

ketika memberi pengantar sebuah buku yang ditulis oleh Dr. Ahmad Farid ar-

Rifa’i. Beliau mengatakan:

“Apabila disebutkan nama-nama ulama, pikiran kita sering

mengaitkannya dengan bidang keilmuan yang menjadi keistimewaannya.

Bila disebut nama Ibnu Sina atau al-Farabi, maka akan terbetik dalam

hati kita bahwa keduanya filosuf Islam yang agung. Bila disebut nama al-

Bukhari, Muslim dan Ahmad, maka kita akan membayangkan bahwa

mereka sebagai tokoh-tokoh yang memiliki kemampuan menghafal, jujur,

dipercaya, teliti, mengenal para tokoh hadits dan sebagainya”. Sedangkan

apabila disebutkan nama al-Ghazali, maka bercabanglah segi-segi

keilmuwan yang menjadi keistimewaannya. Tidak terbetik dalam hati

sebuah anggapan bahwa ia tokoh dalam satu bidang ilmu saja, tetapi

yang terbayang bahwa al-Ghazali sebagai tokoh yang menguasai banyak

bidang: ushul fiqh, fiqh, ilmu kalam, sosiologi, filosuf dan ia juga sebagai

Imam Ahlus Sunnah dan pelindungnya, ia juga sebagai seorang yang ahli

tentang rahasia alam dan hati. Jadi yang terpikir dalam benak kita, al-

Ghazali adalah seorang ensiklopedi pada zaman itu, orang yang haus

akan ilmu dan amat rakus terhadap berbagai disiplin ilmu.24

Sebenarnya kehebatan al-Ghazali bukan hanya terletak pada keluasan

pengetahuannya yang ensiklopedis. Dalam sejarah, banyak sekali orang yang

berpengetahuan luas bagaikan ensiklopedi, tapi tidak mendapatkan gelar Hujjatul

Islam. Adapun gelar Hujjatul Islam dari dunia Islam kepada al-Ghazali selama

hidupnya merupakan hujjah, pembelaan yang berhasil menentang anasir luar yang

membahayakan kepercayaan umat Islam.

Di belakang kemasyhuran al-Ghazali, terdapat rahasia lain berupa

keikhlasannya, sikap tajarrud-nya kepada Allah swt. dan sikap berjibaku mencari

keridhaan Allah swt. dengan mengesampingkan hak-hak dirinya. Ucapan keluar

24Yusuf Qardhawi, Al-Ghazali Antara….., h. 46

Page 31: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

dari hati akan langsung menembus ke dalam hati, dan bila hanya keluar dari

pucuk lidah tidak akan menembus gendang telinga.

Keikhlasan adalah prioritas utama al-Ghazali. Ia rela menghabiskan

umurnya dalam mencari tujuan ini, sampai dapat meraihnya. Inilah yang tampak

dalam sejarah hidupnya. Allah-lah yang lebih mengetahui dengan segala rahasia.

Al-Ghazali telah menuliskan kisah pemikiran dan kejiwaannya dengan

bahasa indah dan memberi pengaruh kuat karena kejelasan dan kejujurannya,

dalam bukunya al-Munqidz minadh Dhalal wal Mushil ila Dzil Izzati wal Jalal.

Kendatipun bukti ini singkat, namun dianggap sebagai karya dan hasil

pemikirannya yang terpenting. Dr. Yusuf Musa mengatakan: “Kita tidak

mengetahui seorang pemikir ataupun filosuf yang menyusun buku sepadan atau

hamper sepadan dengan buku al-Munqidz ini. Buku ini merefleksikan pengakuan-

pengakuan jujur tentang gejolak jiwanya, gerakan hati dan pikirannya, sehingga

ia mencapai apa yang diinginkan pada batas akhir.”

C. Karya-karya Al-Ghazali

Al-Faqih Muhammad Ibnul Hasan bin Abdullah al-Husaini al-Wasithy

dalam kitabnya, ath-Thabaqatul Aliyah fi Manaqibi asy-Syafi’iyah, menyebutkan

ada 98 judul kitab karya al-Ghazali. Sedangkan as-Subky dalam kitabnya, ath-

Thabaqat asy-Syafi’iyah, menyebutkan ada 58 judul kitab karyanya. Thasy Kubra

Zadah menyebutkan dalam bukunya, Miftahus Sa’adah wa Misbahus Siyadah,

jumlah karyanya mencapai 80 judul kitab. Ia menambahkan bahwa buku dan

risalah-risalahnya mencapai ratusan, bahkan sulit dihitung. Bahkan pernah

dikatakan, al-Ghazali memiliki seribu minus satu karya. Walaupun hal tersebut

bertentangan dengan adat kebiasaan, namun orang yang mengenal kondisi al-

Ghazali sebenarnya, bias jadi akan membenarkan informasi tersebut.25

Puluhan kitab telah ditulis al-Ghazali, meliputi berbagai lapangan ilmu

pengetahuan, antara lain; filsafat, ilmu kalam, fiqh, ushul fiqh, tafsir, tasawuf,

akhlak dan autobiografinya. Di dalam muqaddimah Ihya Ulum al-Din, Bhadawi

25Yusuf Qardhawi, Al-Ghazali Antara Pro dan……., h. 189

Page 32: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

Thabana, menulis hasil-hasil karya al-Ghazali yang berjumlah 47 kitab, yang

penulis susun menurut kelompok ilmu pengetahuan sebagai berikut:

1. Kelompok Filsafat dan Ilmu Kalam yang meliputi:

1) Maqashid al-Falasifah (Tujuan Para Filosuf).

2) Tahaful al-Falasifah (Kerancuan Para Filosuf). Diterbitkan di Kairo,

tahun 1302 H, 1320 H, 1321 H, dan tahun 1955 M. Sedangkan di

Bombay diterbitkan tahun 1304 H. kitab ini juga diterjemahkan ke

dalam bahasa Latin oleh C. Calonymus, kemudian dipublikasikan pada

tahun 1527 M dan 1562 M, terjemahan naskah tersebut ditranskip dari

terjemahan bahasa Yahudi. Sementara terjemahan ke dalam bahasa

Latin dari bahasa Arab oleh Augustinunivo, dan ia member penjelasan

atas naskah tersebut,terbit tahun 1497 M. Kemudian diterjemahkan ke

dalam bahasa Perancis oleh Baron Carra de Voux, dalam majalah

Muzion yang terbit di Loupan tahun 1899 M.

3) Al-Iqtishad fi al-I’tiqad (Moderasi Dalam Aqidah). Diterbitkan oleh

Musthafa al-Qabbany, Kairo tahun 1320 H. Ada pula pada Hamisy

(kitab pinggir) di kitab al-Insanul Kamil karya al-Jailany, terbitan

Kairo 1328 H. Dan satu edisi kumpulan bersama kitab al-Munqidz, al-

Madhnun, dan Tarbiyatul Aulad, terbitan Bombay, tanpa tahun, dan

diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol. As-Subky dalam Thabaqat-

nya (IV/116) juga menyebutnya, begitu pula az-Zubaidy dalam al-Ithaf

Juz I/41, dan disebut juga Thabaqatul Aliyah.

4) Al-Maqashidul Asna fi Ma’ani Asmillah al-Husna (Arti Nama-nama

Tuhan Allah Yang Hasan).

5) Faishalut Tafriqah bainal Islam waz-Zindiqah (Perbedaan antara

Islam dan Zindiq).

6) Al-Munqidz minadh-Dhalal (Pembebasan Dari Kesesatan). Dicetak di

Istambul, tahun 1286 dan 1303 H. sedangkan di Kairo tahun 1309 H.

serta pada Hamisy al-Insanul Kamil. Buku ini diterjemahkan ke dalam

bahasa Perancis sampai tiga kali, ke dalam bahasa Inggris dua kali, ke

dalam bahasa Turki dan Belanda.

Page 33: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

7) Al-Qishasul Mustaqim (Jalan Untuk Mengatasi Perselisihan

Pendapat).

8) Al-Mustadhiri (Penjelasan-penjelasan).

9) Hujjatul Haq (Argumen yang Benar). Disebut oleh al-Ghazali dalam

al-Munqidz, terbitan Damaskus 1934, hlm. 118, serta disebut oleh

pengarang ath-Thabaqatul Aliyah. As-Subky juga menyebut dalam

Thabaqat-nya, VI/116, al-Ghazali dalam Jawahirul Qur’an, terbitan

Kairo tahun 1933, hlm. 21, serta Dr. Abdurrahman Badawi, hlm. 62.

10) Mufsilul Khilaf fi Ushuluddin (Memisahkan Perselisihan Dalam

Ushuluddin).

11) Al-Muntaha fi Ilmi Jidal (Tata Cara Dalam Ilmu Diskusi). Karya ini

disebut oleh Ibnu Khalakan, III/354, dan as-Subky, IV/116 dengan

judul Albabul Muntahal fi Ilmil Jadal. Juga disebut az-Zubaidy dalam

Ithafus Sadatil Muttaqin dengan judul Albabul Muntahal fi Ilmil Jadal,

dalam Dr. Abdurrahman Badawi, hlm. 7.

12) Al-Madhun bin ‘Ala Ghairi Ahlihi (Persangkaan Pada Bukan

Ahlinya).

13) Maknun Nadlar (Metodologiku).

14) Asraar Ilmiddin (Rahasia Ilmu Agama).

15) Al-Arba’in fi Ushuluddin (40 Masalah Ushuluddin). Terbit di Kairo

tahun 1328 H/1910 M, dan diterbitkan oleh al-Maktabah at-Tijariyah

Kairo, tanpa tahun. Edisi Indonesia berjudul Teosofia al-Qur’an,

terjemahan Mohammad Luqman Hakiem dan Hosen Arjaz Jamad,

diterbitkan penerbit Risalah Gusti Surabaya, 1996 M.

16) Iljamul Awwam an Ilmil Kalam (Menghalangi Orang Awam Dari Ilmu

Kalam). Diterbitkan di Istambul tahun 1278 H, di Kairo tahun 1303,

1309, dan 1350 H, atas jasa Muhammad Ali Athiyah al-Katby. Serta

tahun 1351 H diterbitkan di Idaratul Muniriyah, diterjemahkan pula ke

dalam bahasa Spanyol.

17) Al-Qulul Jamil fi Raddi ala man Ghayaral Injil (Kata Yang Baik Untuk

Orang-orang yang Mengubah Injil).

Page 34: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

18) Miyarul Ilmi (Timbangan Ilmu).

19) Al-Intishar (Rahasia-rahasia Alam).

20) Isbatun Nadlar (Pemantapan Logika).

2. Kelompok Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, yang meliputi:

1) Al-Bastih (Pembahasan Yang Mendalam). Diantaranya berbentuk

manuskrip dalam Diwan al-Hindy tahun 1766 M. dan Iskorial Cet. I,

1125 H, al-Fatih di Istambul No. 1500, di Sulaimaniyah, No. 629, di

College Ali No. 327, Dimyath Umumiyah No. 44. Yang disebut

pertama, keempat, kelima, dan keenam ada di perpustakaan Dzahiriyah

No. 174: 176 – Fiqh Syafi’i, ada pila di Darul Kutub al-Mishriyah No.

27 – Fiqh Syafi’i, namun kurang halamnnya, dan pada No. 223 – Fiqh

Syafi’i.

2) Al-Wasith (Perantara). Disebut oleh Ibnu Khalakan , III/354, as-

Subky, IV/116, Ibnul Immad, IV/12. Ada manuskrip di Pustaka

Dimyath, Nomor (Umumiyah: 43 – 124/31), dan di Darul Kutub al-

Mishriyah, No. 206 – Fiqh Syafi’i dalam 4 jilid. Di Pustaka adh-

Dhahiriyah, No. 127:129, 124: 126 – Fiqh Syafi’i.

3) Al-Wajiz (Surat-surat Wasiat). Diterbitkan di Kairo oleh Penerbit al-

Muayyad, tahun 1317, dalam dua juz.

4) Khulashatul Mukhthashar (Intisari Ringkasan Karangan).

5) Al-Musytasfa.

6) Al-Mankhul (Adat Kebiasaan).

7) Syifakhul Alil fi Qiyas wat Ta’lil (Penyembuh Yang Baik Dalam Qiyas

dan Ta’lil).

8) Adz-Dzari’ah ila Makarimis Syari’ah (Jalan Kepada Kemuliaan

Syariah).

3. Kelompok Ilmu Akhlak dan Tasawuf, yang meliputi:

1) Ihya Ulum al-Din (Menghidukan Kembali Ilmu-ilmu Agama). Kitab ini

diterbitkan ribuan kali, diantaranya diterbitkan di Bulaq tahun 1269,

Page 35: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

1279, 1282, dan 1289 H. Terbit pula di Istambul pada tahun 1321 H.

Kemudian di Teheran tahun 1293 H. Sementara di Beirut yang

diterbitkan oleh Darul Qalam tanpa tahun.

2) Mizzanul Amal (Timbangan Amal).

3) Kimiyaus Sa’adah (Kimia Kebahagiaan). Terbit dalam teks Persia di

Calcutta tanpa tahun, dan diterbitkan oleh Hijr di Lucknow tahun 1279

H. dan di Bombay tahun 1883 M.

Teks Persia diterjemahkan ke dalam bahasa Turki oleh Musthafa al-

Wany. Wafat tahun 1591 M, dan belum sempat dicetak. Ada pula

manuskripnya di Aya Sofia, No. 1719, 1720, 526. Dan diterjemahkan

pula ke dalam bahasa Inggris dari bahasa Turki oleh H.A. Homes

dengan judul Alcemy of Happines, by Mohammed al-Ghazzali, the

Mohammedan Philosophe – Albany, New York, 1873.

Sedangkan teks Arab, disebutkan oleh az-Zubaidy dalam al-Ithaf, I/42,

dimana ia menemukannya di sebelah teks Persia berukuran besar, ada

teks Arab yang berukuran kecil dalam 4 kuras (bandel). Teks Arab ini

masuk dalam kumpulan Risalah al-Ghazali, yang diterbitkan oleh

Musthafa Kurdy, Kairo tahun 1328 dan 1343 H.

Teks Arab, diterjemahkan pula ke dalam bahasa Turki oleh Musthafa

al-Wany, diterbitkan di Istambul tahun 1260. Diterjemahkan pula ke

dalam bahasa Urdu di Lucknow tahun 1313 H. dank e dalam bahasa

Inggris dan Jerman.

4) Misykatul Anwar (Relung-relung Cahaya).

5) Minhajul Abidin (Pedoman Beribadah).

6) Al-Dararul Fakhirah fi Kasyfi Ulumil Akhirah (Mutiara Penyingkap

Ilmu Akhirat). Termaktub dalam edisi Majmu’ur Rasail, terbitan Darul

Fikr Beirut, 1996, hlm. 509.

7) Al-Ainis fil Wahdah (Lembut-lembut Dalam Kesatuan).

8) Al-Qurbah Ilallahi Azza wa Jalla (Mendekatkan Diri Kepada Allah).

9) Akhlak al-Abrar wan Najat minal Asrar (Akhlak Yang Luhur dan

Menyelamatkan Dari Keburukan).

Page 36: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

10) Bidayatul Hidayah (Permulaan Mencapai Petunjuk). Berbagai

penerbit menerbitkannya, termasuk diantaranya terbitan Bulaq tahun

1287 H, Kairo tahun 1308 H. dalam terbitan yang disertai catatan-

catatan Muhammad an-Nawawi al-Jary, terbit di Kairo tahun 1308 H,

Bulaq 1309 H, Lucknow 1893 H, Kairo 1306, 1326 H, terbit di

Mabady 1326 H, Kairo 1353. Maktabatul Qur’an menerbitkannya

tahun 1985 M, editor Muhammad Utsman al-Khasyat. Kitab ini juga

diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Jerman.

11) Al-Mabadi wal Ghayyah.

12) Talbis al-Iblis (Tipu Daya Iblis). Disebut oleh as-Subky, IV/116,

Thasy Kubra dalam Miftahus Sa’adah, II/208, Haji Khalifah juga

menyebutkan, namun dengan judul Tadlis Iblis, II/254.

13) Nashihat al-Mulk (Nasihat Untuk Raja-raja). Bahasa asli kitab ini

Persia, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Ali bin

Mubarak bin Mauhub, untuk Atabik Alb Qatlaj di Mosul (wafat 595

H). kemudian diterbitkan di Kairo tahun 1277 H, dan terbit sebagai

Hamisy kitabnya ath-Tharthusyi, Sirajul Muluk, Kairo tahun 1306 dan

1319 H.

14) Al-Ulum Laduniyyah (Ilmu-ilmu Laduni).

15) Ar-Risalah al-Qudsiyah (Risalah Suci).

16) Al-Ma’khadz (Tempat Pengambilan). Disebut oleh as-Subky, IV/130,

Ibnu Qadhi Syahbah: 8, Ibnul Immad dalam asy-Syadzarat, IV/130,

serta dalam Muallifatul Ghazali oleh Dr. Abdurrahman Badawi hlm.

10.

17) Al-Amali (Kemuliaan).

4. Kelompok Ilmu Tafsir, yang meliputi:

1) Yaquutut Ta’wil fi Tafsirit Tanzil (Metodologi Ta’wil di Dalam Tafsir

Yang diturunkan).

2) Jawahir Al-Qur’an (Rahasia Yang Terkandung Dalam Al-Qur’an).

Terbit di Mekkah tahun 1302 H, di Bombay India tahun 1311 H, di

Page 37: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

Kairo tahun 1320 H, oleh Fajr al-Kurdy, dan tahun 1352 H, oleh

Mathba’ah at-Tijariyah. Edisi Indonesia diterbitkan Risalah Gusti

Surabaya, tahun 1995, dengan judul Jawahirul Qur’an: Permata Ayat-

ayat Suci, terjemahan Mohammad Luqman Hakiem.

Page 38: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

BAB III

KONSEP ETIKA AL-GHAZALI

A. Pengertian Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk

tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput,

kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam

bentuk jamak (ta etha) artinya adalah: adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah

yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah etika yang oleh filsuf

Yunani besar Aristoteles (384-322 SM) sudah dipakai untuk menunjukan filsafat

moral.26

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika mempunyai tiga arti:

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan

kewajiban moral (akhlak).

2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau

masyarakat.27

Etika bisa disamakan dengan adab atau akhlak (dalam bahasa Arab). Al-

Ghazali sendiri dalam bukunya Ihya Ulum al Din menyebutnya dengan istilah

adab.

Berikut beberapa pengertian etika atau akhlak menurut para ahli,28

diantaranya:

1. Ibnu Maskawaih dalam bukunya Tahdzibul Akhlak wat Tathhirul Araq.

�ا���� 1 0�ل ��.�-, دا*"� �%� إ�' أ!���%� �$ #" ! ورو

Artinya: “Perangai (etika) itu ialah keadaan gerak jiwa yang mendorong

ke arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran”.

2. Al-Ghazali dalam bukunya Ihya Ulum al Din.

26K. Bertens, Etika, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 4. 27Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1988), h. 237. 28Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia), (Jakarta: Griya Grafis, 1992),

h. 27-29.

Page 39: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

ة *$ ه"9� !' ا�.�-, را8�� *$ 567�ر ا�!��ل 3%4��� !�1��� *2�ر

"# $� 4��و<�0�� ا�' ! ورو

Artinya: “Perangai (etika) ialah suatu sifat yang tetap pada jiwa, yang

dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak

membutuhkan kepada pikiran”.

Menurut pengertian di atas, jelaslah bahwa hakekat etika menurut

al-Ghazali harus mencakup dua syarat:

1) Perbuatan itu harus konstan (tetap), yaitu dilakukan berulang kali

dalam bentuk yang sama, sehingga dapat menjadi kebiasaan.

Misalnya seseorang yang memberikan sumbangan harta hanya

sekali-kali karena dorongan keinginan sekonyong-konyong saja,

maka orang itu tidak dapat dikatakan sebagai pemurah selama sifat

demikian itu belum tetap dan meresap dalam jiwa.

2) Perbuatan yang konstan itu harus tumbuh dengan mudah sebagai

wujud refleksif dari jiwanya tanpa pertimbangan dan pemikiran,

yakni bukan karena adanya tekanan-tekanan, paksaan-paksaan dari

orang lain, atau pengaruh-pengaruh dan bujukan-bujukan indah

atau sebagainya.

3. Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlak mengatakan:

ا1��� *�دة ا�رادة

Artinya: “Perangai (etika) ialah membiasakan kehendak”.

Yang dimaksud membiasakan (‘adah) adalah perbuatan itu selalu

diulang-ulang, sedang mengerjakannya itu dengan syarat: Adanya

kecenderungan hati kepadanya dan Adanya pengulangan yang cukup

banyak, sehingga mudah mengerjakannya tanpa memerlukan pikiran lagi.

Sedangkan yang dimaksud dengan kehendak (iradah) adalah

menangnya keinginan manusia setelah dibimbang. Proses terjadinya iradah

itu adalah sebagai berikut:

Page 40: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

1) Timbul keinginan-keinginan setelah ada stimulan-stimulan melalui

indra-indranya.

2) Timbul kebimbangan, mana yang harus dipilih diantara keinginan-

keinginan yang banyak itu, padahal harus memilih hanya satu saja

diantara yang banyak itu; dengan lain perkataan, mana yang harus

didahulukan, karena tidak mungkin mengerjakan semua keinginan

dalam satu waktu yang sama.

3) Mengambil keputusan, menentukan keinginan yang dipilih diantara

keinginan yang banyak itu.

Sedangkan menurut Franz Magnis Suseno, etika merupakan sarana

orientasi bagi usaha manusia untuk menjawab suatu pertanyaan yang amat

fundamental tentang bagaimana kita harus bertindak? Ada banyak pihak yang bisa

menjawab pertanyaan itu, seperti orang tua, guru, adat istiadat, tradisi, teman,

lingkungan sosial, agama, negara dan berbagai ideologi.29

B. Proses Pembentukan Etika

Pendidikan menurut al-Ghazali menghilangkan akhlak (etika) yang buruk

dan menanamkan akhlak (etika) yang baik. Jadi, pendidikan itu suatu proses

kegiatan yang sistematis untuk melahirkan perubahan-perubahan yang progresif

pada tingkah laku manusia. Mengikuti pendapat al-Ghazali tentang akhlak (etika)

dengan melalui kitab Maw’izatul Mu’minin dapat dikemukakan sebagai berikut:

beliau mengatakan: “hakekat akhlak(etika) ialah keadaan atau konstitusi jiwa

yang tetap (konstan) yang menjadi sumber lahirnya perbuatan-perbuatan secara

wajar gampang tanpa memerlukan pertimbangan dan pikiran”.

Bila dari konstitusi jiwa itu lahir perbuatan-perbuatan yang terpuji dilihat

dari agama dan akal, maka konstitusi (ha’iah) itu disebut watak yang baik.

Sebaliknya, bila daripadanya lahir perbuatan-perbuatan yang tercela, maka ha’iah

itu disebut watak yang buruk.

29Sudirman Tebba, Etika dan Tasawuf Jawa; Untuk Meraih Ketenangan Jiwa, (Jakarta:

Pustaka Irvan, 2007), h. 11.

Page 41: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

Konstitusi itu haruslah tetap (konstan), sebab bila tidak tetap, misalnya

seseorang memberikan sumbangan harta hanya sekali-kali karena keinginan

sekonyong-konyong saja, maka orang itu tidak dikatakan pemurah selama sikap

demikian itu belum tetap (konstan) pada jiwanya. Kemudian perbuatan-perbuatan

itu haruslah lahir dengan gampang dan wajar tanpa pertimbangan pikir. Kalau

seseorang memberikan sumbangan karena tekanan moril atau diam sewaktu

dilanda marah, tapi dengan daya upaya menahan rasa marah itu, maka belum juga

dikatakan orang itu punya watak pemurah atau penyantun.30

Mengenai dasar watak, al-Ghazali menjelaskan: sebagaimana keindahan

bentuk lahir tidak akan sempurna hanya dengan keindahan dua biji mata tanpa

keindahan pipi dan hidung. Akan tetapi haruslah ada keindahan keseluruhan untuk

kesempurnaan keindahan lahir. Di dalam batin ada 4 (empat) unsur yang harus

baik keseluruhannya supaya baik watak manusia itu. Bilamana keempat unsur itu

sama seimbang dan serasi paduannya barulah terwujud keindahan watak itu,

empat watak itu ialah:

1. Kekuatan ilmu. Yakni, keindahannya manakala dengan mudah dia

menanggapi perbedaan antara kebenaran dengan kebohongan dalam

perkataan, antara hak dan batil dalam kepercayaan antara kebagusan dan

kejelekan dalam perbuatan. Bilamana kekuatan ilmu ini baik sempurna,

lahirlah daripadanya “Al-Hikmah” (kebijaksanaan). Hikmah adalah modal

yang sangat baik.

2. Kekuatan Ghadab (marah). Yakni, keindahannya manakala dia dalam

keadaan terkendali dan terarah menurut garis hikmah.

3. Kekuatan syahwat (keinginan). Yakni, keindahannya manakala dia berada

di bawah bimbingan dan isyarat hikmah yaitu petunjuk akal dan syara

(agama).

4. Kekuatan adil (keseimbangan) yang berada diantara tiga kekuatan di atas.

Yakni, pengendalian kekuatan syahwat dan ghadab di bawah petunjuk

akal dan syara (agama).

30Al-Qasimi, Muhammad Jamaluddin, Maw’izatul Mu’minin min Ihya-I Ulumuddin,

(Mesir: Maktabah Tijariah al-Kubra, tt), h. 204.

Page 42: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

Akal itu bagaikan seorang penasehat yang memberikan kekuatan petunjuk.

Kekuatan adil adalah kekuasaan. Dia bagaikan pelaksanaan dari isyarat-isyarat

penasehat itu. Kekuatan ghadab seperti anjing pemburu. Dia perlu latihan-latihan

agar dapat melaksanakan perintah sesuia dengan isyarat , tidak menurut gejolak

kekuatan nafsu. Adapun syahwat seperti kuda yang dinaiki untuk mengejar

buruan. Karena itu, dia kadang-kadang dia jinak dan kadang-kadang lari kencang.

Jika keempat unsur itu sama, seimbang dan serasi pada seseorang, maka dia

mempunyai watak yang baik secara mutlak. Bila sama seimbang sebagian saja,

maka dia punya watak relatif baik.31

Kekuatan ghadabiyah yang baik disebut syaja’ah (keberanian), sedangkan

kekuatan syahwat yang baik disebut ‘iffah (pengendalian diri dari hal-hal yang

tercela). Jika kekuatan ghadab itu berlebihan, maka disebut tahawwur (ganas),

sebaliknya jika kurang disebut jubnun (takut). Sedangkan jika kekuatan syahwat

berlebihan dinamakan syarahun (rakus), tetapi jika kurang disebut jumudun

(dingin beku). Kekuatan adil bila mana tidak ada, hilanglah keseimbangan karena

dia tidak punya dua sisi, yakni kelebihan (fadlun) maupun kekurangan (naqshun).

Lawannya hanya satu yaitu jaurun (zalim). Bila tidak ada adil menjadi zalim.

Adapun kekuatan ilmu (hikmah) jika di waktu penggunaannya berlebih-lebihan

untuk tujuan yang merusak, maka disebut khubstun (buruk), tetapi jika

penggunaannya terlalu kecil, maka disebut bahlun (bodoh), selanjutnya jika

penggunaannya tidak berlebih-lebihan dan tidak terlalu kecil, dengan kata lain

penggunaannya adalah sewajarnya atau ideal, maka hal seperti ini disebut dengan

hikmah.

Type-type manusia menurut wataknya ada sepuluh, berikut rinciannya:

1. Syaja’ah.

2. Tahawwur.

3. Jubnun.

4. ‘Iffah.

5. Syarahun.

31H. Busyairi Madjidi, Konsep Kependidikan Para Filosof Muslim, (Yogyakarta: Al-

Amin Press, 1997), Cet.1, h. 89-90.

Page 43: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

6. Jumud.

7. Hikmah.

8. Khubts.

9. Bahlun.

10. Adlun/ Jaurun.

Kesepuluh sifat di atas dapat berubah disebabkan faktor lingkungan.

Empat unsur watak, yakni kekuatan-kekuatan ilmu, adil, syahwat, dan ghadab

tidak dapat ditaklukan atau ditindas secara total hingga tidak berpengaruh lagi,

apalagi melenyapkannya. Tetap mengarahkan, mengendalikan, dan

menjinakannya sehingga pengaruhnya menjadi positif adalah mungkin, yaitu

dengan jalan riyadlah dan mujahadah, dengan upaya pendidikan dan pembinaan

yang sungguh-sunggug. Dan kita diperintahkan untuk melakukan usaha demikian

itu, karena dengan usaha riyadlah dan mujahadah itu, kita akan memperoleh

keselamatan dan tambah dekat kepada Tuhan.32

Watak manusia yang ideal yang mungkin dicapai dengan usaha dan upaya

pendidikan ialah terwujudnya keseimbangan dan keserasian antara paduan

hikmah, adil, syaja’ah, dan ‘iffah.

C. Peranan Pendidikan Islam Dalam Pembentukan Etika

Pendidikan Islam adalah pendidikan berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah

sangat luas jangkauannya. Karena Islam mendorong setiap pemeluknya untuk

memperoleh pendidikan tanpa kenal batas waktu. Kurikulum pendidikan Islam

diwaktu dulu tidak tertentu atau terikat dengan sekian jam untuk suatu mata

pelajaran dalam seminggu, seperti halnya sekarang ini, tetapi pelajaran dulu itu

adalah umum sifatnya, dimana guru atau juru didik punya kebebasan memilih

buku dan bahan-bahan pelajaran yang akan diajarkannya.

Sebagai esensinya tujuan pendidikan Islam yang sejalan dengan tuntutan

al-Qur’an itu tidak lain adalah sikap penyerahan diri secara total kepada Allah

SWT., yang telah kita ikrarkan dalam shalat kita sehari-hari.

32Al-Qasimi, Muhammad Jamaluddin, Maw’izatul Mu’minin………, h. 205.

Page 44: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

���� ����⌧ ��� �����

�������⌧��� �����☺���� �� �� �!

�"#$%& '���(�) *+$,-

Artinya: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku

hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Q.S. Al-An’am: 162).

Peranan pendidikan Islam dalam pembentukan etika sangatlah penting,

dikarenakan tujuan pendidikan itu sendiri adalah pembentukan akhlak yang mulia

dan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Pendidikan Islam bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan

keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, serta

pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim

yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan

bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih

tinggi.33

Ada beberapa pandangan al-Ghazali tentang tujuan pendidikan. Berikut

rinciannya:

1. Tujuan mempelajari ilmu pengetahuan semata-mata untuk ilmu

pengetahuan itu saja. Dalam kitabnya Ihya Ulum al-Din al-Ghazali

berkata: “apabila engkau mengadakan penyelidikan/penalaran terhadap

ilmu pengetahuan, maka engkau akan melihat kelezatan padanya. Oleh

karena itu, tujuan mempelajari ilmu pengetahuan adalah karena ilmu

pengetahuan itu sendiri”.

2. Tujuan utama pendidikan adalah pembentukan akhlak (etika). Dalam

kitabnya Mizanul Amal al-Ghazali berkata: “tujuan murid dalam

mempelajari segala ilmu pengetahuan pada masa sekarang adalah

kesempurnaan dan keutamaan jiwanya”. Dari pernyataan tersebut,

jelaslah bahwa al-Ghazali menghendaki keluhuran rohani, keutamaan jiwa,

kemuliaan akhlak dan kepribadian yang kuat, semua itu merupakan tujuan

utama dari pendidikan bagi kalangan manusia muslim, karena akhlak

33Abdul Majid dkk., Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT.

Rosdakarya, 2004), Cet.1, h. 135.

Page 45: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

(etika) adalah aspek fundamentalis dalam kehidupan seseorang,

masyarakat maupun suatu negara.

3. Tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan

akhirat. Al-Ghazali berkata: “dan sungguh engkau mengetahui bahwa

hasil ilmu pengetahuan adalah mendekatkan diri kepada Tuhan pencipta

alam, menghubungkan diri dan berhampiran dengan ketinggian malaikat,

demikian itu akhirat. Adapun di dunia adalah kemuliaan, kebesaran,

pengaruh pemerintahan bagi pimpinan negara dan penghormatan

menurut kebiasaannya”. Demikian itulah al-Ghazali, seiring dengan

kepribadiannya, ia tidak memperhatikan kehidupan dunia semata-mata

atau kehidupan akhirat, tetapi ia menganjurkan untuk berusaha dan bekerja

bagi keduanya tanpa meremehkan salah satunya. Jadi, ruang lingkup

pendidikan yang diharapkan bagi masyarakat muslim khususnya, menurut

al-Ghazali tidak sempit dan tidak terbatas bagi kehidupan dunia atau

kehidupan akhirat semata-mata, akan tetapi harus mencakup kebahagiaan

dunia dan akhirat.

Dari ketiga tujuan pendidikan di atas, al-Ghazali kemudian memberikan

nasihat kepada muridnya: “hai anak! Ilmu yang tidak disertakan dengan amal itu

namanya gila, dan amal tanpa ilmu akan sia-sia, dan ketahuilah bahwa semata-

mata ilmu saja tidak akan menjauhkan maksiat di dunia ini, dan tidak akan

membawa kepada taat dan kelakpun di akhirat tiada akan memeliharamu

(menjaga, menghindarkan) dari neraka jahanam”.34

Menyimak uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa peranan pendidikan

Islam dalam pembentukan etika seseorang sangatlah signifikan, karena

kesempurnaan dan keluhuran jiwa bagi kehidupan di dunia sekarang ini, maupun

kehidupan di akhirat kelak adalah tujuan utama dari pendidikan Islam.

Îݾ8]LZ;BC1á‡Z…~$j’8‘¦�_q‚ÕÊé°3Ý£"eOµm_5î§Rƒ_�À®j˜¶ô_pɲõ÷Å�FÕ0'—�Bj_/�úÔ‘²ÚÍ'_÷_ÔƒÂæávì_㜊Ððß�Ÿí‹¾5)è_²X‰$i,*H“ÃÞ?ñ&·r±ùó0lpÍÇò¯ ^øcðâçlnõ2L±¸bÇœÕ_

34M. Zain Djambek, O Anak, (Jakarta: Tintamas, 1983), h. 17.

Page 46: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

ø_8•]QTŽsŒW¥ø_ÞÊþ_c_’_@®Zµ¥PçtRgÕ¾_ž=7Àq[îÃ_Q�V-£_§_äV_‡-d‡Ã14Œ_å^ -_!äYÆÓ•«¥_£9FÌè´Ë_fw!À=Ålé÷Þa+ÜzÖm„¡¡_ÎHìj[IŠÊvqŒòiò¶B/J«$™Èüjì_?d�Dd_×;y¬µ¬Ä0$z-õÃ4¨9_ö-_FÝÍ‹-ò0f''_-v™_JU$__«?_-ˆu#ŒsÞˆ/_EÁ9Çz—GY5½Î_._'½J—;Ўðª_33:¬ sV-mÞ(‰�Ž¸Óv*hm¢™n‰##Þ-ßÛ_E)Ǩ_^_¤´v2ŽMHº¬w$¡9>‚¥«_;�_A-�…$gµJf_ rrǸ¬ëË…[ „_ êjä¨d�J_Ž)¸Ø"¹u'µ¹ûL��¥0�d _ã½bZJ ˜c’_J“Vñ_¡Ò(�É_zRNÂU__‹Ö[s_Û_Ë_‘Z_M¯ ™h†b =ɦ[Z½ôA®_'ÔÓ$–K9Ò(�Ú_z™JåÊM#u-a[P__¶:�U¬m–Úää__ð)Ñ]m„_ÆqÔÕ_ÖVkâŠFGaP“lˆÍ·©§u:!'9'¹ª¶Ê×—___çš.b7_‚„qO³ˆÂ™$äzVëTn•ÑOP´H.rœçŒÓ_M2Ä_�»ÐŠµy_˜á�J'¸X-¶ƒÔu¬Û_g©_—zë(ŽbH__jMBH›8Á>ÕF;ćs_ _èsY_U–òôˆ__žsZÂJ(Õ+_v�æ]…Rp_JßÔb‰mcà__9õ®fÖãì¸fÉ#¸©“^kù_`1QÜÔ6¬^~ü*ƒÚ-i÷â(_N =ê_ëq;_´d_µ_¶í___øVnv‹W—_”�Ç_”º_ÝÐÕ_†lnÁ+èi†å–Dˆƒó_ÅR•ÑmuYü¼ðx 'Ž_–‹_�Íáï³Y¤ìÜ?¡æ¡‚_+€_sëI6BV2¶É5ñ_(1�â5§_òØEû¾_÷_5ΘcQ´Œú‹û5ž?Ÿ¡íMT±¬cJ_¾+‘Üü¿(î*KǺƒ_êÕ¦€&“¢�;_».š–��À_aQ*- ÙècA#=Ø*H ö-r_Û‚¤’;ÕX-_I~žæµ4í†3–_ÜÖNNEÂ.;™ˆo$È_ϦVv£mrשç–_ž_®Â9b„d_X÷_•Rûl-˜ÕI_ _¬U‘5_ÌçÐ|Û_ÛFHëU¢ÒŸ#©®†)_[_ø'_*-ĉ¼__>‚¥¶™œ_!‰w¥‘_I"ð_~•‘_†"Õn‹J_U=_âºýX´ÚYP dzU? ÚƲ¸¸_nzTɹ_Ô¯ §ø;M…_•FGmµÐØèö¶öÊ-¢CîF*�ò¡”,'__À-_Ð*___¤ Ùn¥‘-¶�_˜ ˜_¢¯ _£²‹_Ddz‘BHž^õ+ôªÒ]-Ì�I_ØV®œ²•ÙzÓXA_V_Æ;ŽÕ,_ÊN¬³¢cÚªµª¥±XÆI_k.VY_z_J¸ÅKFk_e©¿f ˆ³__SÍr~5ñ__ÇŽ_©'_W¦jÍNH¾æí¦±â�/õf2).HåºU:j__™Ï´_W_¡”¶3ÐWO ,ä¯ Ú_€;Öö�áhî6—_«Ú…šiö& _#œ�X|LͶÌÛ™D€_=:æ¨ÈíÈŒàúTögÎr_Æ;š€Z?Ûs�@=+E__âËV6ä&žÆ´ì-Sh8_úÕAu___B Õ»Y_’__—Ú©#X·b¾¿qäÛ±R@^¹èl_¤OÌÄ_Þº_–Ží™_ƒ“ÐS ²Kt%@ã°-_aŸ_…]å�_àÓã·ŠÙv€__jÓ¸¼i8Î1TÒÐÏ9Þ@9ëN1!ɳ:ùÕ”ñ�+_mutëèöî;›_®Îm2?$ƒÉö®7ÅZ_$›ãR@=;Ó’¹JGS¢ëÏ©È‘’žÙ-Ûâ`·Û“Èí^�àHîmîwÝ‚1ëŠí.5_q__‚@éS_ts›hÀÕ³æ7$úU[SåÈ_�zЖ_¶Á_zÕZÝì›)À_sZ¯ _ŽM›v___Täâ¢Ô._i‰~@õªÚK³²� ã-_»Ue-•__†³’¶…EÜ¥_¥å_IÈ- ®±eAÈ_k_NÝ6¢Á>è5¼ÓˆWi_&³i"Û±“u_×ÎÁÁ_Ú°<I¦K__T_ŸZíQ€Œ3_ ª:Œ_U'j‘êkHèi_̵8�/ÃR§ï%_AïZ¶‘ý�±Î+~dŒÙt_‡__†-Š]_'Œô¥'s9+3 Òí_Â__’:Uƒ_�àŒ(ïYº]û—Ú€€8É_n]Kìù_œš„¹Œå.Q.¤·Ó“_YyÁ_^/ˆñLD_¥w_2:Ög‰.¼ëWÁ'p=+_Â>2__€ÎyÎ3Å'_CZNèî`¼icó'Ï4øïQ˜_c‘P±�‚1Ò’ßM'_2i E©_uQ<¥‚‚Äýê†<[(_pMj^Û´0³8__æ¹ùî¾Öíää_HÁ-âε+"ð*À¶sìj°‘RBP_™b²ä¬œçÒ£¸sm9Þ@ö¢r9¦îYûT’ŸÞ__¦Éh—_Ka¹èVmÞ»_2__7_Ù-m ‰_^R0V_WdEó_bÒÀŒ|£_½E�lF____µ§öØÊâ>ƒ-CrD«”#>”Ú¶æÏÝ9H´W_€HËt®‚Īکnâ²u;&šáX_6œóVì·__~UíStJi�Ô1€P_I_Ñh_)_€™Ô__H®rYÔܬmÈã‘ë]„ŬŒ`‚¤p(nÂnÃ/<I_Ü¥#Âìã_½]Óa_pœõ óéÏo|Ï'Lö®—î&‰‚‘�__£šæ‰sjsÞ)‰•À€__8ª–V²KjÞfFqÉ«þ&¿]>V7_‚k$xž7P–à’*ұؿg›_FârÕè¥I_É5™m;N¥˜_íP¶¤ÑÜ_9_w¦Ø£#m-ör„_íUoÀž¸ïWt™EäDŒ�:Ö^«©Â·f6 7÷Iæ•ìjôEywÜ͸“‘ØR>g!dÃ_ìjí¼_Xr˜ÁÏ5VKGI ^èS1³eKë·Ž2–

Page 47: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

ù__ÕÉ]À'Õ’Iر__k³6e‰2àgÒ¹íkMó._D9_<TJm—_¸—õ-y?³£�0.0*®’Ís!i:rj�°gaÎO¡æ¶ô_··f8__ƒP•ËW(jºƒ+*BÙ$ô-=:ÍŸKi'_`:Á�°ÕÔ_ÆáÖ»§Ž(t__a¤^¦©Æã±ÅJŒ×äŽTv_¥_›"_ž_-W•_oö‚§>•í™c__ƒÜP•ˆm¦_¡T’ÁN;Š‡S·:Šì„àƒO¸…ÒÍÌd†ÅUÓ_¦�Þç9íV’CO™_¶ž…¤À u©tro²òÑëéRøšÔ¼xL‘ŽÕWH�á##¸©m3jpkSFêÚ7Œ®___åMì¶Ú›Çn£jó�]e»FĉÏ__‡½gC 'öƒJ_!ð)ÅØ©»“é_µÊæqÉõ- íÑa_ “ØÕ'±x%R˜:â-¬-0_É_¦¦Z˜r+D^BŒúÕ»_a“_x>´ÅŒÆB·Z|·BÕK.2;šÉ½Jq±_¾‡Ê_€_HéVü/jÍ____¥QÓuõÔîJ2ä.G"µ œDà!_ž‚ªÂæ±níÞ4)Øö_‰_¤Û°2÷-¹78È_�γuHþ|°#_®+7«4Œ®eÏ"ï_ÆHïPêe§Œ,d‘éQê7__! Žõ�£ë_h¿xœä¡Æ+W.TK÷´:?_ÃöhÉu_ˆ<Uytö_�+’3Ú¦Šs_RÇ_zÔ¦ñdBÙ_�ZJw3t¬r_.–¼U¶_)'�j1«Î–b9‰_06æº_ÅKÖÁ_Ÿ;n_XX“_ÚN_k_™q•‰tyš_°Ë’[_W[o¨´q�3€GJå´»S_¬¢L_ã-kx³TKH”[�X�v°œ.Rªâ_žQ3_‡__©o´€ <óPxh½ì_ä8_êÞµjÁ_½fÎ_õ¬œlS~ÐM^_yç&²~È«qæ`n_ë —_µ†Aã"–*_ˆl#y_M Øq¦Îxêî·_VNÑVÃd_^µ[RÓUn7D~lóSY䀬9_«X¢Ó±ÿÓúr_IÚéR2@'__¾ -n �¤Œæ±ìí_)‹___l-Úº_IÈ_ë�j_‹)K_–9çëYº“_ØLðzV¥Îùß_qU¥±!·0&ª2±2W2tQ;ß_œ0_œ_é]%¼_,_Èõ5_�¸iA__ÅM¨Ýy1_<_Z«s_ÓI!5_/__€OzÌ’Ý£S†É4뇸v_œ_˜«"3€__YÉ8“9$eÛØ<w;Õ†=_l+–EÉ9õ©-tÍÇ$__Ôå_£__«8Ï™êLf˜¨Ê#_AÓ½W¾¾_�_@_µ$hdR¾µÅ¡V_®yïZ8¤Sw$±²7_®Ì_«×w_Ò _e‡zn�fÍn¡r_©.`EŒ™H,;__†‘M#2mRi¾ñlÿ_J–Á×%¤_ŸZ«/3_/8Í+NF_?…)´ö_W7£».˜CÀ_ÎjLnõL(<`äV¥¦ôˆ_FGSXww†ÏV_º_r*_nÅÊtVÐâÝw~F–ò%�_�ŒTp_‰c_<TðH²0ÝÎ;šÝ.X�Bå#¦‚�X‚_ÍZŽ_Š_P__]J_@_ñí@ÉPI_4Ól_-¹Râs_%‡Ê)Öw"pU__%Ô_â"¹_žÕON´i°ÙÁ=kJ”îCV/-°gÎpiûÂ_GOZ±ä_€��-S¼F_ É>µœ_‰œÝ…m_,_#ƒžÕ¡kqû d_ÏzÉ·Ò$Þ]Æ1ÍOÑS°g#ÔSr¹1��dÙ"’Š3L0˜Fí¢–Äå_@Ç-Os<k_ï__¥G6¶*×3.có·__&ª6ž"ÉcÉ-"Q¢- _ž‡½Q»W“!rM¨’Et„Hà>1ïOžÍbU#¡ô¨Q$I_`F+B_üäÃr*Ülg_ÆÚÈË_�œ_Ú–òBÐ_8Ç¥;Í[r_ð´](¸…V_òyÇ_P6Õ¢„(ó–ùŽ_jz“__‚Hô«öVb_È*2GZz[_È+“ëDô2Q»#[“䀼_ØQ¶V_†cô¦mQ&__=ªÔw_€)8ÍJW5jÃí.Ûn$_#ÖŸgtóL__ÁéR+Fã__>µ,_â_. _íJO”¨É¢ö|µk;[T__AçÖ—Ïv�_I_ Ô�› "”j_)À_._gµiتÍËðEeÝ‘_¨ÎO¥ÌÍÎI_•¬¢š¹_-©¼Š_qŽ_éYú•ÊÆp_&�=ú¤xÜA_…e›Å–S¿qÉêEgËcg%"ì_ý©y__Ji³XÎH__ªÍŠæ_FNi—__`F_-bâî &W’ö4__2;SZé%QÀ$w¬ù-潪¹_ZØÓ4bb_Ç"´R&Q+˧ý¬_a�µ_Îð˜À_Íoß@-í@P__jçEç™pÀ__~ôE"9y„šõ-¦X÷__oZ»_ÒªÄ_ǸªFÐÜϸŒã¡5£ojÇjâ-®Æô ‹÷2yšr®y=«-_#mP_;Õ«…xÀ^~•_€1’3T•…Xž_`»[95=Ìa`_ š‡íI_€Ä‚)�¨¬¤_Í$ìÌ”n5X†__‘QkW²_¨Äc¹ª÷w«_ÁHÏaN�ý¦1Á9õ-_BŒlÇh„GlL‡æ$òjKˆÚåóÉ_°¨cŒ¢c _�[³“beú�ËšH…m’Ü�ä_U˜ïV__NsÜV~¢w¹ec�ØUc$Œ_N_éT¬·3NæÍÓ_˜ l’Gz4Ø_2œ`_ZH›(__ÄÕ먣_ät_Œ•Ù´eÊ‹v–ÂR1Ö‹½<FIp3èjΚë¹wÀÆy5FóQYåe/øP£es'6Ù�� ûH_œt4÷·_(£¡õ_·6Áå%NNjKth°H_ëS__:Ž#_N1®PcÞ–Þ'2`_‘ZVήŸ0ëO‚Õ|ÐØ_>•2‹eŹ_ÒÉÜ–bH_ªÍ´C_ž_íV™ã_”wïPÍ…_nqT£cT¬U¹Ú¤„_j™e´mà_i/®_dàpj´_�©!*X_Õ=_åb

Page 48: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

KÍVIC0$œqRÂ^çO, Ü_J`ÒÚÙBÉ’_-LŽ-#_@#ÐQ_•ö)Ú¬Æ`=ëKc__�àj;+•YI�_ìjw“ÍbW¡ì+I$ö-« h‚9�ÎsZ_æ<_8_ֱز^!ÉÛèi‰EÂ�_$�-˜ì[[€ %±‘ÜÖÆ£,_Â*’Q�AKs¨:Ül_àT70™$W__ÜVœº_=Ž¯ íQê_€í_€_5‰q‹k’zâ�§Nb‹_Ä_ƒS¸A¸ç$ЕŠ”¹‹q]‹‚_8=©e´YNH_zV__�_€‚ÄÛ‰„�___úÕ'c'tAw___,Œw¨®&’تÄrªØÆyæ›öei_9__•N<ȸ;�°ŠI×tà�;šmÊ€X_ÓÖ¬\ˆ-‚À@5__æ®æ “B¶e8í_V8_zŠ»mnÑBA<Š²_Q_QƒëTõ7xãùr ïM$h¶Ô«6ÕÜí^]ûKÌßð�®Ì‘åœ_ÄפÈK¡_NOsí7§%�Ãÿ_9˜—1_ƒøÕµ¦‡Åq,-_ýt>%½_ãY•°r_‡ë_H�Á>¢Vø� E_ƒ&Oã_3CzF¯ pÙ$n~¾¹¯ ©ÿ_à›Ñ_CâDe€Ë2qøדU~ðøÜž_-ýyŸ¨WAF‡o·†(++c__’Oµ_Ô_†Þ_Øà*ã_R½j_÷OÔ0ñå‚__8ëõ«¶‘ï�_ÕXˆ_dŽjí¢þñHè+©hlj[©�_Cš™pFH__±%_jln_ð_õ©jŤ#Âý)«_uõ©h<_ÒŽã_ë•_¶*_Q_õ&�4Ç$)"¢•Î_'$U‰ì)99¦3_‘Æ)¾q÷¤f_§Öƒ)2 Ø”#ŒV|êÙ9 �CZ__S�j¥ÆíÇ_æšv$Ï– ÌI_UIá__Ñ”ì__sP²+) _M'¨_s[*®H_ŸZ̺±IIʊݺˆ_ó_sU¤µÈ$/>¢§”iØæï4•ÀÀ_QY·¾_GBB‚NWW5¶T‚9ª·_§n_ŒóÒ³•;‚wg_¨xa%Ý•__ñ³á_Ä„_œð_z”ºQ|à__θÐ_dÈ£ò¬Ý4�«_)¯ |2KÅ;�dúŠåõ�ƒŠb`‘‚O é_A^èhN_�-fÜxeecÁÁîk Ó»*×GÌ_·ÁE%ƒÄ_«__€°Í/Ï_#=ÅGàµi2T_î)±x*>_”¤Žø®Z”Xև̣öv€D_Â1éŠ[/�0<Â7�T_Œ__M]øMH”_éL>_‰”8Œ_ö_’ Ùµ9Xð�7à�½’_å©_€UÙ~ÚÜ(+©_ȯ mƒÁ_°;N>•�þ_è–_vüñ_¬p·Ü'>fxŽ›ð‚+=ƒË_žÀV¥¿Ãa_ŠV 3Ž_¯ W‹Â¡¤_)_ïROáÒ¬¨ã½uÇ__¢^‡_§ü;PÈÛ9_ˆ®ŠËÂK_‚__vÅt¶šC _zØÓôu)—PI©t__w9í7ëå_(_×_³§xubP]A&¶-´µB6®_"´ÖÄ____qW _¥s"-!Bà(楋GPFå_úVÌ_E__g=ÍN¶_öÅkìP's_i_ºc_µ=<?_劮G|Vس__0E9m‰ `œö«�;_)XÇ‹NXø*_5a4àT___Õ¨4ìô_œ¶å__Õm—O__�Â¥�M>`3ZñÛ.ÐvŒŠkÆ_tÅf‘)0_$��R)¿fU8Àæ´ç„¾v_ÄÓ_Ķ__EZV+c<Ú)_�L6T’£éZßbÀ$ñQ˜1ž8õ¦&Ó1þÆ_Æ_YŠÐ__»ö«Kn7g_ö©_9è_Çj_¹-X©ä/aÍ8Û_ûØ5`FUŽAÀ©_2êxäV‰X̨±„8^3CÅ»†_ý*Ç“Ôc_õ¥___9__E ¬Ôryöª_ö1¸8P -‰2Ü_‘Unb_$ôç¥_n69«�-FC�ôª_Ztc_T_EtsAç_pNj¥Õ’…áFjdîi XçNŒ‡$_j?ìÐ2_€Ozßû0__c>”Éí_Åfà¤kÊswZZ• ($Ö6§á¤ef`3]“[Žê_±ª÷ö¨b!”_éYº| ä‘æWþ_e$ĤŠ4¿_�8__<u_Ù˦)bv‚%¶Ž-:”_ƒÒ³q¸Ô“2_�˜€ Ö¦·ðâ_!”_é]2Ø_PŠQd_áp©Æ_mÜÅÓô%_C(_úÖÅ�ˆ‚ETPFG UØtâ«»_*î�n¾p_€_-'_ídkh6_P_q�ÅnÚB_8àŠ©¦Ã„_:bµ-�îõ÷-!NÚ™¹X™-¨$ç>”ô€__–4ãžÞ”cœØ´Ñ�É_úÕi†ŒV‹á_ëÍRd_ŽG&©+‰Êã _›_cÜUëtÈÅC_,¬ __<1_ü~bŽR_±g`E_ŸÂŸ_É_ö¨œ_ÀÉϽK_ Œ÷¡«___-À_'š¹___ëØU+59__V€�#Œ`Ô¥aØE�LñëNÞ©_Gœ_Æ—_xa“íZ'rV»@Ä–Ï_TÄ œUÛæS�¾�ê€p™_þTÑ”¦‡1_ò3LyTã¡4èÇšÃ$ãÖ�5œ_ÆZyBœV±ƒ–Ç-\)nʳañ¶Ÿ_±UË_ ìkžñOÄ�'Â09¸¹BP_I#ükÂ>*þÝz_†|Áep�Œ÷®ªxv÷>g1âZXudÏ£ou_4úòUU_üÝ+Œñ—í_áïoY. .ƒ;s__ü_ÿ_‚�Üj_K_“r䜎_ŠùçÆ�´¶·âËçxî¥Ãú1-SÕŸ_�âéJü¬ý_ø¡ÿ___Ót/5tË”_¹Ú_ëæOŠ?ðP½K^i¢µžB¬N_oþ½|§-xßP¾—mó³3ÿ__5”m¦y_3±Ï&¹jãéÒZ__‹â_Õ¯ ©éÞ4øñ¬x¬Èf¸”)ÉÁ5æÚƱ-I‰f`=M_¼£"B@<ri_Ø ùI#Ú¸^iͱâÏ_V»Ü…"š(Çï_c©«6—Ò_Ê1'_ÍB’:d__jÍ´$° u¯ 7_Œ”ú›PÀתîT¸š[-èìBöÍ2=_4e™�&µŸM*7à`zPÖ/"ƒ_

Page 49: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

zâ�vÏsÃõëîŠÖZpŠ<_0‘%û_| ’jH-ä@r__¤6¥˜__â-˘úL'_ÎVm_�̬_ã“OžæHØ,(NxȧÂ#·BÏ‘íRXΓ±b8_óYN-_]€áHS·2_`žHT_eö«v_ä€%_çÖ£—VD8_úT__‘_z_E_ƒ‘ô´xz�$�‹Ú½¾b_A_Ö|P¤_¦U_Žõ_ë_L¸~‹ØU+�DŸâ?JéPæÜô¨eÔáн-ò«_ qTu-L;)Eäw_HÎI%ØóPý¨+_(ùGsZŠG£ON:_eÔò€�¶…Ö_FCuõ5Ÿq_¶_°*¥î-kj_¼˜cÚº__aÎ_ƒÑ_î%žå³__ú_J¯ 4ó«_&ãîkÿ_⾘äDê@_Mcê__á™>Y_Xz___&m_x�¤_,êų€zÔ_:œ_ÌZâe_Ð×”kŸ_ÞÒ__ÊpO@×_¯ üc»’_#%›'®zVÑâ_»=çQñ]¢¨håAŽÃ½cßüI___¿_Ò¼_|L¾º_äcÜÒ§Žï•H1«ƒÜž•£„`o_ɹì×?_Õ€21_îM_ñf_"_È ^ù¯ ___ÄÊ_>ô—7áP�Ç'±¬ì_|Ú£Ò5��aæ$Î__³Ú²î~0Çæ(óC_:_õçFÛí!Œ‡_ði_žŠTƒ¸ŽÆºâ“C¦¹´g ]|`’áÊ*6ÕèÀÖYø§3LT+òx_¬_;¡Pª2:ℱ,àì_úÖS”Q«¦’65�‰_£÷vÁòGPj�ŸŠµ9ÙŒï'?ÃSÛX«H_Ê ÇSI,B Ûg_®w%sžqDrÜI9-($ŸZÍÔl¤¿uÃ…ÚzVÔ_™†Üdžõ1Ñ€]À_ÖŠ¢3Œ_f2Y›p_9ÏaNþÄ’ùKÆØ_•·g¤’ ˜_=)âÀÂI‹ zVNw7„9Y…¥éSEpA__îjìÚt‚@Ä�_ V…™-)__oj¾ __˜½_Jm__ š2àÓMÄgv >µf_8¡c"ŒšÔ³³__._¥]žÀ_�__ì)Æ-ÙÊâ¢ô9Û]+É””__°-_ì¡"£_Ö´m-£Ý°_·¥^¶ÒÜÊ_-dtÒ´UÌ 46† P_žÂŸo¢Kr_Ê _±®´è-0P_`c¥iXxh®Ï�ŸÂ¸eW™�çvai__¶E__Æ:ŠÜ°Ñ_,ª_k`h¥#_ 㹫š%�kƒ__[ÐÔHÕL‹@Ð<ô §'¹_ÒxwB[K�fP_¡-=_@0¨ùkf/É._@�;T*‰_ºº–tË@¨_@_Ž•Õx_F’]^_1___µ�á_!¾Ö_uäcƒ^�ák_-®_•PF(RRØ™+ž‰_-_›m_9__@--.ØÆ�›_ö_Ë‹“;D±ð_:Wg_Ãý™_Â_Œ�*Ö/�ã–á&¦l°_yïZú8ûj†_du_ÏÜ_”ÄqØÔº_‰_N�#__w-c$Éjæ–»`ðM¹Ô€j½•‰sº2__JÓmU5¢£‚@_š–É¢†m-�Ž¤ÕJh›²Í”_‹"¥Ž_ó§Aa5´d_bO9ö§]ê)n_�A_°¬KÆ3 B¹_Žj_ÒÔÑ&lÁ!G_À$_†¬ß^(„_$_Ž+_ÑîîìÚQ_àdÕ3=ÔÎU‡>•q-ÐsvFœ·Ë;_ÎM>Æ__À�óß_‘c¥Üɨƒó`ã�]_—(«†V_•3š_5̽CmÄÀÇ…ÇR*ül±Ûã œ_jI¼_Ñä´Œ3ÜQÿ__Óª_®äÍM³I@¥nᮈç9êkAl£’ey_ÊúÓ ÑZ__ä‘ÜÕÉ,· ÚHúT´Î~BHµHP„U_tϽVÔå_!(¤°ì)-ô±_Àg$û_è4ý"_ _p¸=N3T•ÍÔy‘ÌÙÝÏ4›eFsÉéQ¦Šðß_P‘žâ·oáŠÊá•@ __¨Äé!_¦=)½_œ,È_É_8 àw¨ãº�œ_8ô-&’&€*à1_i–_V]š5_gD!ur¼²’ _ƒëQ=¯ Ú_†#_±-_Ë/3_XÁ¥µÓYW2à_ÜÕ'r–†d>_‰�$_NzÑgᘠ�˜€_÷ÅmˆT_Žƒ°¨Ì£$(À§"A_�_Œù…Iô"™_�_¦ã_�žâ-B…åûÙ_ޮʪ"Ú _ê(Š¸Ó¹„öª²‚À_éW Òâ¸E%AÇ-Sñ_ÂÚ__íbzŠ³áë°¶a¥9$w¨”lÅ&_öñÛ)___ÕËjДÔ_HÎ_"º=No´K„ÉÎx¬»Í=¦`¸Ï#-TU·_M1t÷šHP„ˆÇÞ5Ÿ§K‰ŽÓœ_ÞÐìV=!ÒC’W_5Ÿ>ž _Öàd÷_MÙ ù_MtL¡H¥¹¸ò�aG4Ë[__çt€àv5bxL²ãhÇ¥b�ÉI’h³ïbH_5~îÑgŒn__«Cn-ã___ô¤šå”_¸€+Ogsx+_58< É__ô¨`’Ha__EY3ý¦p1¸zš~¤‹° `_J¨E#I+•ÖwT_˜’Ó㺠_äœzÕ_O½–åÁ-ÜRxrÖkˆñ&æ_SNLçkSNÂw½”¨$_SPB�.¸Q‰À_ëZÆÖ;XŽÒ7Ô"ÐC~f__F1QtÃ’å«»eŽ___îk.Õ–)�ƒÐw-;« ÖĹ__¥di· 5Ó÷_ÕÆ*ãiA_:v�×2y³_FxÍh_ÂË__8_¨¤‹Q[h___žõojÜZ’Ç’:VöH售̘5_ó|°N:qR¨1N__ç°«_ÚhI·0ëÞ¤Ô`û4dà_Ž¢’w_Krå½äkoû ô5FX’êBAÈô¬_½BxØ_2Àö5-¤3<!æ__J�‚r¾Ä·P ˆŒt¬;±ë__zs[·_³¡_œš¥ý’!F�áÞ-Ý¡ÁÛsE5øí°€�þj+ýA¯ €Ã__jæãY®/˜�v©ëWRrŽ_“‘D#r›æØÕ†5´‡� ïQÀ†îRÐ_@î*_”–öÐ$dçžsV4¤&Ô‰¹'Ö¯ •_cs;Y´¸’e_±àŒ‘é[¶,!Ó_“–

Page 50: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

_©´Ë!,y÷«_s¡_”_ŽÔž…4‘VÜH÷™U`¹-¡_"Ç_‘Þ›¤É_—_FsÔŠ±p¥rA__â”]É”’1f´�µ_‡#=*® $„‘__ojÒšè Ž_4Gdo'W|àv=+[Ù_¹#._É£_Ì__¦³|EvÌјÁ%�#ÖºËë(’<__íXWÚj4€ç$v_à®G=Êö_#¶_®_Ž†-Ù_ï–$�J-³I(URqÚ´_Í ‹__š'$Ý�R¹_…c˜•ã_SW‡íH_Æ_-OwjñDÒ88_©ª0jBà²úqD_*¹œ¢‘"ݦ™h_H_8ǵQ›P–õLˆÅ_u¦jú|·ÍˆI_Ç"§Óôy_M1ÊH'øªe+�£cgáî�ý¹xUH_Ÿ¿ŠÛñ_‡ÎŸ(__‡|u¬ß‡_ü;;³’Fx&µµýU¯ ܱ?�¨Jì»ÜÍŸlVß0_¬»ÍQ|³_j3ëRj7�´©Î=k%�´á‰àv_²VB½‰¢•Ú@_’§±¢âдÀF éRyè__„U_�_¥¾ ‘)Ë_Œ_™+_ÝÍ«x_¥¾ì|ÀV^³4-ó&H_àVšH×_Œƒ†¨dŒ,¡e__†œQ¢‚‘�o§=ý°iT€zƒZ¾_xôèd�Ð_ôjY.VÒ_±�†¨_PÊJädw¬ä®Z�"Ð_°gÔLh8õ5²$hcVeÚ=k�Ó_eþùF_5½¨j_µŸÈÝ_AB�‰R_�v—6L®2qÖ¹û-_¤®ÙÜ '#Ò‘õ±"4q_Ì8ÅM Ë4ìÂpW9ÇÒ-;_7t8í¶V| _¹¬k«±�pÛ__ã5ÓÍ¥‰àuÉ_†3Y±øq-òUN=EKÔÅêq·ºQ—^@àà_wž•ØiöaÕ_F__ZçG_´‰$b_ÇZê|-¦Å<^a í_æ _lPM<Á‘·-Evæ×_¸_•©-ê6öŒÛ_‘ØW1¬j_l”yLOÒª÷EJV,ÜDg„¼C$ö_–V²__± ŸZ�Mv_C1Ç¡-™Ú+K_y_RG_¤•Ì¢ìÌ)¢6Ì_;ˆô-ÿ_ ;jQeAãµ`ÚÎ×—__eI<šì|/_z]©vÀF__õ2‹lèPæ!Õ¬w!pÕ_‡¤“Kvk’Ä_ð+Fòe¸rÑ_Š£v_gœ_W_[SU_+__<Æ-t‚_±sÈõ¦è~_ŽÚÜÌê__äÕ鼉'U“__©¨µ]^;!å+�§Ò´M2e_¡ŠÊ¬É__é‘QÜé‡ab2OzŠ7!é8<äÖžŸ_è_�ÀVsV3Q°ÿ___¶¶!Á_Zäµ›9_ÄÂRIQÆOÖº-CPŽ(H�å'°¬¹QnFò lô4¢®_v4ô¶_J‚21WÒÎ#_>__Ö±ôù6_¬H<õ«—_&8Š‚yì*Õ;”•ÊWÑïv_@ëXwñ<%ƒrOzÝ™_Ab:ŠÊž]Ó‘0üë*‘åfŠ(˱,·CÍ ‚zzVê___‡_öªrZÆdR¸Èô«rÛˆ-C_ϵBW5PL£&’²]«ð_ äÕŸ_êÌ–QÅ_d¢ã_L·”Ü¡*I+ëYw±I. ¸9Py_¢Ð›X-_¸7+$¹_#æ>™®Æ_Y4å-‚@éX—QªÛ¨#‘ƒš‚Mìñ_WãÐЕɒ‰¬×I’¥_=ª&–$�yh_5JÂ_µÄï»�ØÔk#ÉsÈÂŽôÜl(Ù—ïPI féïU4__º½“�@5nw_Û�§#_›£^=¦ â1’_JÂM£vÒE-JÍ-ny _J³f_xã½6ýšv_@rGJe¶A_@_¤]Îg&Ù¦Ë_FC(¦µÔ6¶ä‚__ª(¦S‘œ“T5…òÑŽp0y4ù‘º…Á<C_ÍÙHÀ-éV®à’HH ŒúÖ'‚ìDú¯ ›/1ärk®Ô_33_ÆTzT¸Ü%_TaXE_ŒZI_RÙçÜÕÛ_ïµL’T_µOÄ6Æö=�ä_9_ý_Ѭ-_šNA<š_±Ê÷:û"%AÀæ¢Ö¬�Z³°_ªZFª¢P¤ä_ZwÒ%Ü_1_>µJ)šÅžoª‰>ØþP;j§‡ôå‹Y/& ‘²G¥w7ÚL_„Ä¡‰êqXRé,—a¡__zŠÎnä[[�×Y‚ ¶____]Ðì_KF7L__~SQµ¸(¥ˆ$_¦£ûoÙÝT’2zT¥sFî‚êÄE&"_÷¬[�&Hõ´›_®Þ¢º»xRãi___§¬4v²¨ÀÎ@ÇZÞ™1…ÊSi_h]è>lu_µ›y¡O)&@Y+±²’ÔÛ¨Ü__ÔÛØ"_ü¤_z_DÒ"q»1,ÔØi»:_ØRCz-Ñ�Î@îjMV_1’¹__¢³-öÍdÊI$ädÖj �_£dñ_NÅ·_;Tw_ˈ˜‚ÅÔ®`Ò,�¤à�Ç_/‚m_V¸_Ì3‘ŸJN _^æ‹$ÒH_@À_楅€”(àžâ·µ‹tŽÔ_Q¸_¢¸«©fµÔY”’¤ô=©-H—º�ÿÔúÞ___'_çñ£ìâ"[ _CW¬c&VÜA_ =ª½ý¹3áN_ïv)JÄq9',__qPjÓ_‡1_˜zU™TE_ÛÔÕ[†__ã>Õº…ÅÊÅÓæÙ_,pHªšÝÁ�ªÄ2IäŽx©·d___J�Š£‚A&´ŒlG3E�2Ñb„4€_E, ,Ÿ)Èô¨ár___ØU¸c_ªã©©š¸¥ï"Üw«_¾__úÕ_›¥’lã;�7P˜Œ.8Ïju¥²JÃq__ó_¡__F¬„2‚_-[H’loäÓæEŽÜyd6=*¥…Ã<¤0?CM3TùY&ŽÍ0¼â¨_Ê.U—�[¸©çRÌES|î ö¦Øç+¡4ý$¾yϹ«)£«I‰_÷_5”€F_Œ_Zµ°ª_89¬Òm™Å¶ÊŒ_yLd_9¬-rÑ$”7ñgµn]¾ÒÄ_“Xw__»Ò…zs‘] ¨£e1Ú|®_¨Î_íVà»;[ ‚;š±§Ù,p_T_E#X‚ä©__ÕR©ÊV_É&X‚@©a»w$_œzT²"Ã____ô–ñ¨_A×½l¥bTù˜±Ê_A¸þuy_`†Êæ©O_�KzzVz^³ÎWq_v«R¾¦mØÛºÔWpQŽ=*8�_ÃÈÃ_†°îïÜJÂ0I_ê¤_ÄÓäFQýãCjDó_s±k”’2#Á_vª2:¬„__Ö¶¤ðpÀà÷©íä7_nÉÇ¡¬Ü

Page 51: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

q¾Æµ¼Å£¼ƒP´k”_Xä_”äc_g¯ Ò¢:š«|Ä_éG%�SHl_-_!'#Ö¬Å_â__ƒÍcê:»´ø�I#Ò´tf–çh˜7#¥C’‰_´‘,°_“€_ô¤�öŒ&N=*[æò£ pEP±Ôã3:9_‡cU +_©]*¦__-XÓä_AÍejRùÒ2Ž_=jæ† uÁÀ_ë['chêm[¡_K/_¹ªò]ye‚çŽõ«_Ö‡__=k.`db àÔµqµb pÌI_&�)v8=)¿6ü_ ç¥$®ñc__ïSÊÂ:²ôN!__^_é"…_ð_¹«·šà�__úŠ›L³¸Š@Ó±#Ò¦�T_¶÷A_h_zÒ²_;»UY×nÖÉ_÷5:]¯ –__§SQ_»ŽpI_ºÆâTGŒ“Þ¬XE$HŒ_Ö ÔÜ4ª_`_:ÖÆ–D°À__¦¶”®´9œb¶+Cn÷__°$_ÄUø´1‚Å@ÇjÙÓ´ô1_`___õÊÂv…ïX«„bW´€F…@_©kó__ð_t](Á=ÅA#‰A_U8ßRåx�X[+ó€Hîjü7__*Ã_w¬øïE£‘· zSeÔ’Yr__Ô(ܘÎæ�ë‰-ØŽsÚ¹¯ ²„‘�²9<_èaq"ý_¬�B"Ó_@@_äR³CNÄVR_“h5»en›_b2GSG%›_‰Y‰ô«¶_Ä’(_åqØÖ‘ÓShJÊ榤_5Èäžâ²¥Fg_p_:ûTfÀ9 w&ª]jemɉrؤõ9êT»'w_x9"˜_Ë’µ_N‘æ!¤'žÆ¶4ûXØüÀsÜÔ·`ŒÑN×I__IË_ZгÓs___Žõb+tó6¦*s_�¤.Aõ¤äÒ6M4súñk0_Œò8¥Ó.|ër¤`·-;_F�¾UÍG¦ÀP_èM8JäÍÜ�iìÌ3žjÔ6I_ô_Jœâ_†ò8ïL†áÁ5M܈E¢µÓ˜å_z_ÕrÜ°�Y�Áô¬íA˜Ý§–@_ô-U•VÙ_P_;ÓŠ¸JV,,zc_8nzW3io<×m4¬H=_5µ,‹2”Ç_J-´á__G_¶+w_Ž_–ä6ì_�¸_=jwq¹T_G¨¨nì�³–L_zb¢Ò™î®±)8_�g$¢7EMš‡÷@_Ç>•b4w„_Á#-<iû�_àŽÆ¦„��__éš„uB’ŒL¹Õã;œôô©-[í16zûÔ—°�Ã_ECkr°>У_µ7$ÎzÎÄRi�3_€Aö«_6k`„¸_ØÔæýPü«�Uõðñ_„_#-5_˜ß˜¡ª__)GaMŠ_q_ê3PÛ�vN1ŽrÖÕ¥�e8ãŠÆk•šÓ5Í«C(_y«ÖR�³�à_Žô·¶Æ9rÃ$w¦EndÇ@=éÂW-»²�íÇ”äô=�7MÖ^+’¼œŽ¸â¦Ô-_œ(æ ‚ÈBÁ˜dúÖ© qº5>Ê“0l`š›ì@�”©Ç-U¶»/ _�¥i²_-_Áä_ƒ½7dbàQ`#È_qéYw1_›ì_#ž„Õû_£p§ŒŒ_¦t÷M__h#žÕܨÆìÕ³Ò__”Ì__ïÖ¢—0Mò_SÒ´¦u’Þ08 v¨$„2r Å8Æ殚+I&Ø‹_rEC_´Ç__Ôîª2_ð;Tp _�ƒ_ïT݉mCDJÐ7“‚rM_Ì!�_€G-]X_Û_�ŸZËÔƒC__ì:Ör‘_l¿_æW_`â ÖnDQ_ ÀÈæ©é_®ØÉ'_éÞ+¸&_Glr*bÝËæm_âcs/ÈN+Í?kýi¡ð(�OÊ"#_úšô-_õšE¤’zוþÙ°¼^_Þà�åŸækn~XŸ_Ũ?ë¡ñÞ‡jÒê_1 ‚ÍÇ^õõ¿ü_Z_/â|J__dãñ¯ “ü50[¹I] –ë__�Á5-Zo_4ª_+°îük̜Ԫ_)�Iºß×™úOâª` �•íYˆK_A$TúŒ�9ˆHIÀêÓ!AÈ#_Ö½Š_Ý?T¤ï_"ýáZšr_9ÁÏ-QHT°_½jiñíÀÇ_¸-[¹¢W.A__Á©ü¸_‘__*R�_'š"h•†m*œÓ__rN)ÛËät¦?Ë�zŸJ§¡.V+O(W rj_—I_Óî_ÞOcU™»_œÐ�ÌÍó`g'µ?_ _�‡nX_œÔ –À'&�-Å‘Ç’y_ôªSI“Ó_jq´`wªRœ±_éM+ƒw_Ê_sùš�£'_~u1S“ÍFÄ�ÅX–ìWžÛq_8>•_�°À_¥YÛ¹�$æ¦òÔ($PÁ;™sYç�8_µ_¶d®__©-ibR¿(Æj_n0zP•ÊNÆ#Ù_rHJ¥ui¸ò8-Éa_ˆÀÍT¹·Y´9JÈÄ›MY_ ãÖ©¾š2H_é[¦Øœã?QP‹ ÄäcÞ…__K³Ÿ¹°ÝŒ_ÒŸk¦®Â_FOµl�=K�·'Ö¦M56Œ�Ÿz™SLÞ)Zç<ÚI,p£_➺A__}+ 6J___N_z Î_>Õ›‚@åØÄ‹IU_¨çÒ’M_s|£_úÖôv*NJð*F±R§hǵ_Ü›œìºX‡_T_úsMþËÞ í_Ú·ÚÉAä_HÖJqÀ_µhjW2aÒC`àUë]$¨É_ñ«�Z(ÀÀâ¬Ç __‘IDvЧ_šÄ€_ǵZ[A___íW,â_NáŽzU¡f-��Í4¬%_ŠZ†Á_0´$pp_Yû(B1Š_21´~UqW)4ÊÂØž_>µ,pdã_>¤TðÂ1–_ÔÉ_Úp9¡- ’ HB�§_4_A’jÂÁ¹³žGjw—·Œf †´ KrF�JeÄE@àgÐUÕŒsŠd¨ _FO½_sX¨c_¹ljaØ_954ª__ôô_C_Ž@çÔÕ(è6î1-·__1íP´aI___ZºF85_±_’_sBˆ_E°ä㯠µ___Ç?…Y_r1ì)V0¹ÀëëZF B-N9_žôǶ_ä_2*Ø_À_׈_7~”]!X¤a_óŒÒ´G_hÏ__[û:œœtõ¤_¹À_“w_Ñ›5¡Æ__>µ^k]£_GÐV¥ÔE@ Š¥2õÏ'Þ•®R³FMŹ@HÀ_‚ªI_�Œ_�[_B__À_U_ ÀÆi6‰å³3gŒ¢__ŸjF€¸__V��F2_¨ÌA˜ñÓ҄ѯ 5Ñ›=¨R8_ûU+Û0øà�Ö

Page 52: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

½Õ© rF*¤Ð�¤??ZRWG<ÝŒ[‹_ ÆsIeh_Q°gëVæN_îª]6Ü4Ã�ÉéX¸ÛqÂDonÜ`_¤[@pN+DÙ©ä_FÖ¤1Á_V–5æ [v___Ò-Xiæâ@HÀ_¤¶µ2__fµ4Û#_9_9éQ Ô¯ ¡¡¦Ø˜ã_Æ_i[ Rx_÷¦YD_@~…XT_ù_>µ¤]„âØÿ_,v4Ò˜ç_ëRì>ÔÖ__Þ®ÃJÅY $dæ«–_ô_úÕ™__d€j6µïž_pF%A$â¬Ú60z‘PÄ __�;U«x�Î8_µ$îÈd`G_Õ,*wÊ_2©œ_)ö£Í8<_IÆà—)n__ç<UÄ“å_U_ò�_CëSy¬ _ ¡E±Ê¢Š.o_3Œ_j‚F!†2~•%ª—b.›b㩪šï‹ô¯ _ÀϨO_”ä–5µ:2–Ç•ŠÇB’m±ÓÛÈß1à_Ƴõ_VËL]÷’¤`uÞÀWŠülýºto_$‹gq_d__¯ __|kÿ_‚‹ßk_SŦÍ#«‚_Fÿ_ë×¥K_—½#ã³>)§‡º‹Ôû¯ â7íC¡x&9_Ås‚_M|Çñ·þ&–ðLšDàã _Å|9ñ_ö‚Ö¼Q!iå˜ ÎA5ÃßxŠãPŒ›Æb[�*•éÐØø_o_N«vg³|Iý¶üCâiäKYä!É__zW˜j__u/_ÎÇV�ÊžÛ�s0j)g–™�sÜúTgT[¹�…³�Jòñ_ƒè|v38•yÚåýR8Yò_3žäæ _Gh_úõª¯ v_áOz–úÐ4`¡_ëÅy5±²—S_ªWZ_¼Ÿíxd_íõ¢Þá•@bAô5cHÓı�ÄdzÔÒiXp_r«Ï©]Ìô0y5|CÛA“_Ñ+t_¢�on___Å^�G2 V_ö5;hÿ_gˆ)__½L_gÞå)µtdÛéï3’ `_²-_#$�´ôëq_ €3ëPÜF<Â;zWC‡1ú&_…iÓJèm®Ö�___cR™bŠ2#<š‚m©_Ø_ÅSL¶H8Ç-T0×>ƒ“R£¥‹¬ÂL_TS&(˜_ü«2[öIH_⣒ø±_äÖ®��fž__Z#FM²©ù”_ØÕe¹ØHB_õ_KíM#cŸ¨§dÇ_1__u_¢¥Ì¬Št#_H÷€±_$ŠGÕ£0²œ‚+&mV4$î_ÖuçŠl¬‰ûD©ÏrjáAÇ ¤ÒV7Ƴ_�ÀãëU#¾ŽBK:€=Mqš×Å�#KÈ_ÄÇÐ_á5ÿ_ŽPIrÃN•J_ÑMtB…Ì,zî-¯ Ahø2£_¸V¬Oâ5¥½¹YX__ó^_ñvYfb_Û9ÁÍa_øæçXvR®€ÿ_zº£E&g_Ó=�Wø¿ol †E'Ð_×_ª|hkÛ¦XüÎ23Ž+ƒ_<³_r[>�©d‰mÁ8_¹5nQ�£ÔØ×<[�ª96²mQÓw_�_î¡ö¥k¹²¤ò__u½ÚÉ___õ¢P[_Î=j¶:(Ĺæ4²_ìH=Ï4Û��YTû_PC3)_œ�zšXÌà_™¬dùMœR!X_‰1*çЖ(Âå_÷_°[ý�È<û_¸ˆ’_6Œú×3�ÌêYìV@»þ`_¥¸°û^D'š±qf__1ƒíVl,Ä$_¡´µ_«¢’io_![‚_SD_'yÞsŽÕ-r¦^__Ó-ôÉ$qÁ_ïŠÒ_R.š³(ÆD_T.sÞ-'P_œžàUÅÐݘ_B_þ#WltÔ_†LⱫ2ç-°D__¸>„S͇˜w(È=ñWßN_ð__°«v¶Ê!QŒ‘Y)Ü唌Û=<Z‚ÅG=êkxþÓ)_N_¥kÿ_e__,__Ö�a__²_€sÅ)6Z�b½®”²FC®__RãGx·_�£Òº_Ê3��GjuÕ‰’ÜùhIö¡K•_ÓMîrúFŽ-1p_ç£V¹Ó–U___MÓôûˆfÛå;_zâ· ðü’*¶Ö_ö¬§]=Š›v)[hÄÄ<±�ëVbÑŒÃk�ÄVÄ_†Ò_¬2_«Z™¹B¨„_J•VÆ7ff“á(Ä�È$šØ]_P€__zÕÍ3Lž À’6Ã_˜é['IfäúÖŠ¯ 1sÆ_Z`V_¶+Fت2 Q¸÷ÅLºTª[_Ç_â¬h>_¸ººF•_m=_éPÒZ™Å_–¬ÉÊ�ŸZ‡LÒ$�Qó@Ï°®¾__4øWÔV¶‘àõÞ_AšÆ¥[h''_øvt1À__F®ƒÃr™î™_¤ž‚£O_¤2†@2+¬ð¯ †£µC"__¹®vÛÕ_ÆŸ6¶*èöR�Œ• r_vún�" `0õIá=_Ot&Fz×O¨iÉo*ˆTe»Ò˜M¨hRÑVv_�NWŒ�]_œóÎáXŒ_ÐqWü5¦Æö‡Ï@_;ÔztËÿ_ #C_d__ku#_”™#Úº ÜpOcI_�_ÁÌ„†ôÍmjZYš@bÀ_°¦Zif7_ù>µQ•‡(¤¬ixkÃ_4mÀþñ©õm_HwDÄ9þéÅ[ÒœÃ_Å$_U¯ (œ³_sëZsRM˜Ö:CÄ@›'_sM»Ð_÷ʸ_Žµª·Ñ_Â__ÏJµy:$JUH_-5_!-t¨Õ@__Ȫ:uˆº¹&@_'µ[µa¨a_@-_+ìä___½ .b+[4´™X_@õ_©>ºˆ‹å¨ôªwê!ˆ__#½Pk¥�_�èjåÅY_V7çS™‚œ�yÅZÔ§û_A@PHëYž__e#6__sš·¯ È' 2ã·_pŠZ²'+‘Å6å__ûš±°yy^£µA£Àg‹$c_½LÍ‡Ú _¢sMY1¹>�`o %H_µ[”__Â_ýEXÓeKxÂíä÷4—á%*r =…Bv5JÇ=ªÂòÈ_?•>[DµÓ÷î!ý*Ω_HÉ� Žõ^ÆÞKô>q,«Ú”�Çk•ôx[Qtiw._y8-»Æ[k|!__Á¨£šÞΈ 8ïUüϵ¶ÜpÖ*츽,BúàŠ@¤_ô«v÷âé_r ìi ðôrJ _ž¼Ô7ÖOcr®¹e_ íZ ”K¢Ý‘�Ç_ÔEy^3ØUËå–%_£‘Ip±¹_A ö-#_˜ÉÜ£m_™ '�VVbX_�”ªG_Tr;V-_�ÁÈ¡5_Z_<_o-ܪ

Page 53: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

À_ƒÍ>Â__ÉAá‡aV!¿Žå‹Mƒ�Z–+¸Ë_�_=êšRÔn,©ilír¥²_©éZ±éÂg_pOµ+…Hw`]?PFbb!€î+6¬TbÒ%x¾É _�Š-_ŠÎ_t©®î_À®8=ê¼vnÎ___Z–®(Âå‡E_*F* ®__–_ûŠ²ÐlˆŒäÖuÍ£H8è=(P±¯ *‰,Wë3_Ž=i·î____žõœ_Á_�Lû[†Éö«‹_’f~�_¤¤°Î*AšP___Z¶_ZÂÅF_÷¨_#tÃ_çµ&¬_•‘_�†0e �CVì/VÖÝ„j»HÇ#š†ãI‘ Ä’[_‘|„__•/R#4È¡Ô^YØ( _Ú´-f_¶d_#Ö³í,ž97_8nõ©_¸H‹_2*R±Iܯ ¯ °]9¶c�y_— Ûó¹ˆç½hj,'¶`F__*®†›™”¡N+X«_V:_F_v__ zÖŬE ]Ä‚$_Æ>PIî*V”¤`r_íMÝœ;�É___E&¨MÖ_F__“LI27t"¥Óï!¼_ _ŒóïMJŧ¡˜ºXWË_qW¡E_ì£_�J£¬__G" I_…%-Ô-_»‚»‡C[F*Jä¥aóÆm²Pž_ts_ˆŒƒéR¾Ë›c–_ÇnõZ_Z_I_ž¦‡d[ˆ–öáKd_ý+?Q¶)x¬¤_8__§;È@F(ŽÌ]L¦Q�9Áö¦ô_bhi¶_`VaÁö¤Ôâó×h__éZ_Ü"Ù*_ÂÕ)¤Vä_ýjScç±Tèì–¤¡àö5RÒ6´p²0Ç-lý¤œ‚:v¬_É]ç8C´w_¢�÷_况op¶üÆsŸJ~»¬

Page 54: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan dan penelitian yang diperoleh, mengenai konsep

etika guru dan murid dalam pandangan al-Ghazali, maka penulis mengambil

kesimpulan:

Al-Ghazali menyebutkan, ada 8 (delapan) etika yang harus dimiliki dan

diterapkan oleh guru, yakni:

1. Sayang kepada murid.

2. Meneladani Rasulullah.

3. Memberi petunjuk dan nasihat kepad murid.

4. Mencegah murid dari berbagai dekadensi moral.

5. Tidak menjelek-jelekkan ilmu lain.

6. Memperhatikan tingkat kemampuan murid.

7. Tidak membawa pengaruh-pengaruh jelek pada kejiwaan murid.

8. Mengamalkan ilmu yang diajarkannya.

Sedangkan bagi seorang murid, al-Ghazali menyebutkan ada 10 (sepuluh)

etika yang harus dimiliki sekaligus diterapkan, berikut rinciannya:

1. Mensucikan hati dari sifat-sifat kehinaan.

2. Menyerahkan seluruh jiwa.

3. Tawadhu kepada guru.

4. Menjaga diri dari mendengarkan perselisihan.

5. Tidak meninggalkan suatu cabang ilmu terpuji.

6. Tidak menekuni semua cabang ilmu secara simultan.

7. Tidak menekuni suatu cabang ilmu sebelum menguasai cabang ilmu yang

dipelajari sebelumnya.

8. Mengetahui penyebab semulia-mulianya ilmu.

9. Bertujuan untuk menghias dan mempercantik batin.

10. Mengetahui hubungan antara ilmu dan tujuannya.

B. SARAN

Page 55: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran

atau rekomendasi sebagai berikut:

1. Kepada Guru

Selain menyampaikan ilmu, guru juga harus memberikan contoh

yang baik. Hal itu, dapat terlaksana dengan penekanan etika yang harus

dimiliki oleh guru ketika mengajar.

2. Kepada Murid

Selain mencari ilmu, murid juga harus melandasi dirinya dengan

etika yang harus diterapkan ketika belajar, karena demi terbentuknya

pribadi insan kamil yang bertaqwa dan berkualitas intelektual

3. Kepada Lembaga Pendidikan (Sekolah)

Lembaga pendidikan harus mengoptimalkan kinerja semua pihak

yang ada di lingkungannya. Dalam hal ini, jajaran pejabat sekolah

diharapkan berjalan serasi, seimbang dan dinamis. Sekolah harus dapat

memformulasikan sistem pendidikan dan pengajaran yang kondusif. Hal

ini ditujukan agar peserta didik memiliki kepribadian paripurna, baik

sebagai intelektual maupun sebagai pemeluk agama dan makhluk sosial.

Page 56: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

DAFTAR PUSTAKA

Abrasy, Muhammad Athiyah. At-Tarbiyyah al-Islamiyyah wa Falasifatuha, Kairo: Isa al-Babiy al-Halabiy, 1975.

Arif, Armai. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga

Pendidikan Islam Klasik, Bandung: Angkasa, 2004.

Arifin, H.M. Kaptita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Jakarta: Bumi Aksara, Ed. II, Cet. III, 1995.

__________, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis

Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 1991. Bakhtiar, Amsal. Tema-Tema Filsafat Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. Bertens, K. Etika, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993. Daradjat Zakiah, dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi

Aksara, 1995. Daryanto, M. Administrasi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. IV, 2006. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 1988. Djambek, Zain, M. O Anak, Jakarta: Tintamas, 1983. Djatnika, Rachmat. Sistem Ethika Islami ; Akhlak Mulia, Jakarta: Griya Grafis, 1992. Eva Y.N, dkk., Ensiklopedi Oxford; Dunia Islam Modern, Bandung: Mizan, 2001. Hanafi, A. Filsafat Islam, Bandung: Bulan Bintang, 1976. Hasan Sulaiman, Fathiyah, Al-Ghazali dan Plato; dalam Aspek Pendidikan (Suatu

Studi), Terj. oleh H.M. Mochtar Zoerni dan Baihaki Shafiuddin, Singapore: Pustaka Nasional PTE LTD Singapore, 1986.

Ihsan, Hamdani. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1998. Imam Abu Hamid Ghazali, Ihya Ulum al-Din, Beirut: Dar al-Ma’arif, Juz I.

Page 57: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

__________, Kitab al-‘Ilm, terj. Muhammad al-Baqir, Ilmu dalam Pemahaman

Kaum Sufi, Bandung: Karisma, 2002.

__________, Fatihat al-Ulum, Terj. Ma’ruf Asrori, Buat Pecinta Ilmu, Surabaya: Pustaka Progressif, 2002.

__________, al-Munqid min al-Dlalal, Terj. Abdullah bin Nuh, Pembebas dari

Kesesatan, Jakarta: Tintamas, 1960. Jazerri, M. Pemikiran Ibnu Jamaah Tentang Akhlak Pendidik, dalam At-Tahrir:

Jurnal Pemikiran Islam Ponorogo: Vol. 6, No. 2, 2006. Langgulung, Hasan. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, Bandung:

PT. Al-Ma’arif, 1980. __________, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1988. Majid, Abdul, dkk. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT.

Rosdakarya, Cet. 1, 2004. Madjidi, Busyairi, H. Konsep Kependidikan Para Filosof Muslim, Yogyakarta:

Al-Amin Press, Cet. 1, 1997. Zainu, Muhammad bin Jamil, Nidaun ilal Murabbin wal Murabbiyat. Terj. Syarif

Hade Masyah dan Anwar Shaleh Hambali, Solusi Pendidikan Anak Masa

Kini, Jakarta: Mustaqiim, 2002. Nata, Abudin. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2001a. _______, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Murid, Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2001b. Nasution, Harun. Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992. Nizar, Samsul. Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media

Pratama, 2001. Qardhawi, Yusuf, Al-Ghazali Antara Pro dan Kontra, Terj. dari Al-Imam Al-

Ghazali Baina Maadihihi wa naqidiihi oleh Hasan Abrori, Surabaya: Pustaka Progressif, 1996.

Samana, A. Profesionalisme Keguruan, Yogyakarta: Kanasius, 1994. Syadali, Ahmad dan Mudzakir, Filsafat Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2004.

Page 58: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

Syaodih Sukmadinata, Nana. Perkembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung; Remaja Rosdakarya, 1997.

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2001. Tebba, Sudirman. Etika dan Tasawuf Jawa; Untuk Meraih Ketenangan Jiwa,

Jakarta: Pustaka Irvan, 2007. Wiryokusumo, Iskandar dan Usman Mulyadi, Dasar-dasar Pengembangan

Kurikulum, Jakarta: Bina Aksara, 1988.

Nasution, Muhammad Yasir, Manusia Menurut Al-Ghazali, Jakarta: RajaGrafindo Persada, Cet. 1, 1996.

Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. HIdakarya Agung, 1990.

Page 59: KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46948/1/ASEP... · KONSEP ETIKA GURU DAN MURID DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI “Skripsi”

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Pengajuan Judul Skripsi

Lampiran 2 : Permohonan Pembuatan Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 4 : Surat Permohonan Kesediaan Menjadi Penguji

Lampiran 5 : Jadwal Ujian Munaqosah