konsep dan terminologi pengendalian...
TRANSCRIPT
Konsep dan Terminologi PENGENDALIAN PENCEMARAN
Daur Sumberdaya Alam dan Persoalan Lingkungan Hidup
Pada dasarnya, baik proses alami maupun proses ciptaan manusia akan menghasilkan daur-ulang yang secara prinsip akan memunculkan kembali sumberdaya yang berbentuk sama dengan sumberdaya semula yang digunakan maupun berbentuk baru;
Faktor penting yang mempengaruhi laju reklasifikasi spent resources menjadi sumberdaya yang tersedia adalah ‘inovasi teknologi’;
Daur Sumberdaya Alam dan Persoalan Lingkungan Hidup
Walaupun pada prinsipnya alam mampu memunculkan kembali sumberdaya yang ada, terdapat persoalan bahwa:
– terdaurulangnya sumber daya melalui proses alami butuh waktu lama,
– alur teknologi yang memunculkan sumberdaya dari spent resources tidak dapat segera tersedia/diciptakan dan kalau ada harganya sangat tinggi,
Daur Sumberdaya Alam dan Persoalan Lingkungan Hidup
– di dalam dan selama proses daur ulang tsb. terjadi perubahan pesat yang makin menyimpang dari keseimbangan keadaan semula sehingga perubahan ini makin mengganggu kehidupan.
Persoalan tersebut berakibat terhadap terjadinya peningkatan penimbunan spent resources dan menurunkan kemampuan daya dukung lingkungan.
Siklus Material dan Penggunaannya di Lingkungan Hidup
Sumberdaya yangsecara potensi
tersedia
SpentResources
Produk yangberguna
Sumberdayatersedia yang
dapat digunakan
Kegiataneksploitasi
material yangdiregenerasisecara alami
generation ofspent resources
Kegiatanpemanfaatan
sumberdaya alam
Kegiatan'daurulang'
Kegiataneksplorasi
proseseksplorasi
material yangdi'daur ulang'
Sumberdayatersedia yang
dapat dieksploitasi
sumberdaya yangdieksploitasi
spent resources darikegiatan penggunaan
produk
Kegiatanreklasifikasi
sumberdaya yangdimanfaatkan
material hasil reklasifikasi
dampak terhadaplingkungan
Inovasi Teknologi
Spent Resources darikegiatan produksi
Lingkungan merupakan sumberdaya material :
yang dapat diperbaharui seperti biomassa,
dan
yang tidak dapat diperbaharui, seperti
gas/minyak bumi, batubara, mineral logam
(besi, aluminum), bahan bukan logam (pasir,
batu kapur), dan lain-lain.
Lingkungan ini juga merupakan tempat
penampungan berbagai hasil kegiatan yang
harus ditanggulangi oleh kemampuan diri
[self replenishment] atau dengan bantuan
teknologi manusia agar dapat melaksanakan
fungsi dalam daur sumberdaya alam dan
siklus pemanfaatan material
Persyaratan Norma/hukum Bagi Teknologi Berwawasan Lingkungan
Upaya menjaga kualitas lingkungan ini bertumpu pada pengelolaan sumberdaya dengan pemenuhi persyaratan:
Laju penggunaan
Proses-proses menggunakan sumberdaya
siap digunakan
Spent resources yang terakumulasi setiap saat
U Laju pembentukan spent resources
Laju recycling Laju regenerasi Laju reklasifikasi
r1 r2 r3
S
Laju penimbunan spent resources: dS/dt = S – r1 – r 2 – r3;
Agar dS/dt = 0 maka harus dipenuhi persyaratan S = r1+ r2+ r3
Gangguan terhadap fungsi dan kualitas lingkungan berupa Gangguan terhadap fungsi dan kualitas lingkungan berupa
munculnya persoalanmunculnya persoalan--persoalan akan terjadi bila alam persoalan akan terjadi bila alam
ataupun proses buatan manusia tidak dapat mendaurulang ataupun proses buatan manusia tidak dapat mendaurulang
‘‘spent resourcesspent resources’’ yang memungkinkan terjadinya akumulasi yang memungkinkan terjadinya akumulasi
‘‘spent resourcesspent resources’’ dan penurunan kualitas lingkungan dan dan penurunan kualitas lingkungan dan
daya dukung alam, yang diakibatkan oleh: daya dukung alam, yang diakibatkan oleh:
lambatnya proses terdaurulangnya ‘spent resources’melalui proses alami
tidak segeranya tersedia alur teknologi yang memunculkan sumberdaya berguna dari bahan-bahan yang merupakan ‘spent resources’
lebih tingginya laju pemanfaatan sumberdaya dibandingkan dengan laju terdaurulangnya sumberdaya tersebut.
Persoalan akumulasi Persoalan akumulasi ‘‘spent resourcesspent resources’’dan penurunan kualitas lingkungan dan penurunan kualitas lingkungan dan daya dukung alam ini, telah dan daya dukung alam ini, telah mendorong perhatian dan tuntutan mendorong perhatian dan tuntutan masyarakat dunia akan pengelolaan masyarakat dunia akan pengelolaan lingkungan yang lebih baik. lingkungan yang lebih baik.
Diawali dengan adanya the United Nations
(UN) Conference on Human Environment
di Stockholm (1972) yang menjadikan
‘keterkaitan kegiatan ekonomi dan
lingkungan’ merupakan pokok bahasan
agenda politik dan ekonomi dunia.
Langkah-langkah global untuk mengatasi
persoalan-persoalan lingkungan telah
diambil dan terwujud dalam suatu program
dunia the UN Environmental Program
(UNEP).
Hasil konferensi didokumentasikan dalam
“Our Common Future” (1987) yang
memperkenalkan terminologi ‘sustainable development’ yang salah satunya menuntut
industri proses untuk menyusun sistem
pengelolaan lingkungan yang lebih efektif.
Hasil konferensi didukung lebih dari 50
pimpinan dunia dan melahirkan
konferensi “the UN Conference on Environment and Development (UNCED)” yang dikenal sebagai
‘Earth Summit’ di Rio de Janeiro
(1992).
Konferensi Pemukiman Manusia – Human Settlement Conference di Stockholm, Swedia
(1972) mengungkapkan kemajuan teknologi yang
diterapkan di industri yang merusak dan
membatasi permukiman manusia.
Pada tahun 1978, 6 tahun setelah konferensi itu
berakhir, masalah lingkungan di Indonesia secara
eksplisit ditangani oleh Kementerian Negara
Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan
Hidup.
Undang-undang tentang pengelolaan
lingkungan diterbitkan pada tahun
1982, yaitu UU No. 4 Tahun 1982 yang
kemudian diperbaiki dengan UU No.
23 tahun 1997.
Pada saat pembentukan Kementerian Negara
PPLH, masalah lingkungan adalah masalah yang
belum banyak dipahami oleh masyarakat
Indonesia, sedangkan masyarakat ilmiah dan
industri di negara-negara maju saat itu hanya
mengembangkan ‘end-of-pipe treatment
technology’ dalam menyelesaikan masalah
pencemaran lingkungan, karena pengelolaan
lingkungan saat itu masih dibebankan pada
industri dan perkotaan.
(perilaku) industri dalam berkontribusi untuk (perilaku) industri dalam berkontribusi untuk
bertanggung jawab terhadap dampak yang bertanggung jawab terhadap dampak yang
ditimbulkan oleh industri terhadap kualitas ditimbulkan oleh industri terhadap kualitas
lingkungan, Joseph Fiskel mengelompokkan industri lingkungan, Joseph Fiskel mengelompokkan industri
menjadi lima kategori, yaitu kategori: menjadi lima kategori, yaitu kategori:
1) problem solving
kelompok industri, dengan jumlah berkisar 10 -
15% dari total industri dunia, yang memandang
penyelesaian persoalan pencemaran lingkungan
sebagai bagian dari pemenuhan peraturan
hanyalah merupakan beban biaya bagi suatu
kegiatan business;
2) managing for compliance
yaitu industri-industri (jumlahnya sekitar
70-80%) yang bereaksi terhadap
penyelesaian persoalan-persoalan
pencemaran lingkungan lebih baik
dibandingkan kelompok sebelumnya
meskipun hanya merupakan pelengkap
dalam rangka memenuhi peraturan yang
ada;
3) managing for assurance
yaitu industri-industri yang melihat lebih jauh
pengelolaan risiko lingkungan sebagai potensi
yang seimbang antara pengelolaan lingkungan
dan biaya pengelolaan lingkungan (10 sampai
15%);
4) managing for eco-efficiency
yaitu industri yang telah mengetahui bahwa
pencegahan pencemaran lebih ‘cost effective‘ dari
pada pengendalian pencemaran di mana industri
dalam kelompok ini sangat jarang; dan
5) fully integrated in adopting environmental quality
yaitu industri yang menempatkan
pengelolaan lingkungan sebagai bagian
dari sistem proses produksi industri yang
bersangkutan tanpa mengurangi, bahkan
meningkatkan, ‘economic benefit’ tanpa
memberikan dampak yang merugikan bagi
lingkungan.
Pengendalian PencemaranPengendalian Pencemaran
Kegiatan yang mengancam lingkungan fisik
dinyatakan sebagai pencemaran lingkungan
[environmenal pollution] yang dapat
berubah ke pengotoran lingkungan
[environmental contamination]
Pencemaran dapat didefinisikan sebagai
masuknya zat, energi, dan makhluk asing ke
dalam lingkungan sehingga kualitas
lingkungan itu menurun dan tidak sesuai
lagi dengan peruntukkannya.
Pengendalian PencemaranPengendalian Pencemaran
Pengendalian kegiatan yang mengancam lingkungan ini terdiri atas kegiatan pengendalian pemanfaatan sumber dan pencemaran berupa pengendalian pencemaran lingkungan, penyusutan pencemaran [pollution mitigation] atau penanggulangan pencemaran [pollution abatement].
Pengendalian pencemaran adalah melindungi lingkungan penerima beban dari kegiatan manusia dengan cara penurunan volum limbah dan penurunan konsentrasi zat pencemar baik limbah fasa gas atau limbah fasa cair.
Konsep pengendalian pencemaran umumnya
ditujukan pada satu media saja, misal udara [air pollution control], air [water pollution control],atau tanah [terrestrial pollution control].
Konsep yang hadir adalah pengendalian kualitas
limbah yang dikenal sebagai control and command yang membutuhkan pedoman/acuan
untuk digunakan dalam penilaian [evaluation] dan
penaatan [compliance].
Nilai numerik yang berupa konsentrasi
pencemar yang diizinkan hadir dibutuhkan
untuk penilaian keadaan lingkungan dan
watak limbah yang diizinkan untuk dibuang
ke lingkungan.
Hal ini berarti bahwa kondisi lingkungan
yang menerima beban limbah dan watak
limbah itu sendiri harus dinilai.
Pedoman/acuan yang dibutuhkan untuk penilaian Pedoman/acuan yang dibutuhkan untuk penilaian
[[evaluationevaluation] dan penaatan [] dan penaatan [compliancecompliance] meliputi : ] meliputi :
pedoman kualitas udara
berupa Ambient Air Quality Standards[Baku Mutu Udara Sekeliling ] dan
Emissions Quality Standard [Baku Emisi
Udara] yang ditujukan untuk sumber baru
[sumber tak-bergerak misal ketel
pembangkit steam] dan sumber bergerak
[misal kendaraan bermotor],
Pedoman/acuan yang dibutuhkan untuk penilaian Pedoman/acuan yang dibutuhkan untuk penilaian
[[evaluationevaluation] dan penaatan [] dan penaatan [compliancecompliance] meliputi : ] meliputi :
pedoman kualitas air
berupa Stream Quality Standards [
Baku Mutu Badan Air] dan Effluent Quality Standard [Baku Mutu Limbah
Cair] baik oleh kegiatan baik industri
maupun kegiatan di perkotaan.
Peraturan pendukung UndangPeraturan pendukung Undang--undang yang diterbitkan di undang yang diterbitkan di antaranya adalah :antaranya adalah :
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Peraturan pendukung UndangPeraturan pendukung Undang--undang yang diterbitkan di undang yang diterbitkan di antaranya adalah :antaranya adalah :
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun [B3]
dan berbagai S.K. Menteri Negara Lingkungan Hidup misal :
Baku Mutu Emisi Sumber Tak-bergerak
Baku Mutu Limbah Cair.
Pengendalian pencemaran dengan penerapan Pengendalian pencemaran dengan penerapan
teknologi yang dikenal saat ini adalah teknologi yang dikenal saat ini adalah ‘‘teknologi teknologi
perlakuan akhirperlakuan akhir’’ atau atau ‘‘endend--ofof--pipe treatment pipe treatment
technologytechnology’’. . Konsep ini merupakan konsep perintah dan
pengendalian [command and control] yang hanya
meninjau pembebanan pada salah satu media udara,
air, atau tanah dan menyelesaikan satu masalah yang
tertuju pada suatu kegiatan.
Pemikiran yang parsial ini sering menimbulkan
masalah, karena penanganan hanya berdasarkan pada
pengelolaan yang paling mudah.
“Yesterday”s Need“ tidak hanya menghadirkan “Yesterday Solution”
tetapi “Today’s Problems”. [Graedel dan Allenby, 1995]
Penemuan internal combustion engine membutuhkan bahan bakar
bensin yang tidak menimbulkan knocking, dengan penambahan Tetra
Ethyl Lead (TEL) pada bensin untuk meningkatkan angka oktan agar
knocking tidak terjadi. Emisi gas buang hasil pembakaran bahan bakar
yang mengandung TEL menimbulkan uap timbal yang beracun
Pemakaian Dichloro Diphenyl Trichloro-ethane (DDT) yang
bertujuan untuk memusnahkan jentik nyamuk [malaria] akan
memusnahkan pula jasad lain yang berguna bagi manusia dan
hewan, karena DDT tidak spesifik [non-targeted insecticide]
dan persistent dalam tubuh hewan yang memakan serangga
yang mati karena terkena DDT hingga akumulatif
Hal positif dari pengembangan konsep ‘end-of’pipe treatment technology’ adalah memacu pertumbuhan konsultan teknik dan pembuat peralatan yang berkaitan dengan unit pengolahan baik limbah fasa gas atau limbah fasa cair.
Hal yang menggembirakan ini jarang didukung oleh kemampuan analisis yang memadai dari konsultan untuk menyelesaikan masalah pada kegagalan operasi, karena seringkali konsultan teknik ini hanya sebagai penjual teknologi atau peralatan saja. Sebagai akibatnya, sasaran pengelolaan lingkungan dengan pengendalian pencemaran ini tidak dapat dicapai secara menyeluruh.
Penyebab lainnya adalah kegagalan sistem
cost accounting yang belum dapat menilai
biaya kerugian lingkungan sehingga
pengusaha, pemilik, dan pengelola industri
berpendapat bahwa biaya pembangunan
dan pelaksanaan suatu pengolah limbah
adalah biaya tambahan [external cost].
Konsep yang berkembang setelah Konsep yang berkembang setelah ‘‘endend--ofof’’pipe treatment pipe treatment technologytechnology’’ adalah adalah ““Environmental Impact AssessmentEnvironmental Impact Assessment””[EIA].[EIA].
Konsep ini dikenal sebagai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Indonesia menerapkan konsep ini dan dituangkan dalam Peraturan Pemerintah no. 27 tahun 1999.
Penerapan EIA menghasilkan EIS – Environmental Impact Statement yang harus dipatuhi oleh pemrakarsa dan pengelola lingkungan untuk menerapkan hasil-hasil yang disepakati.
Konsep EIA kemudian disusul dengan Waste Minimization yang berakar pada konsep pengelolaan limbah B-3 (bahan berbahaya dan beracun).
Waste minimization memiliki tahap-tahap pelaksanaan [hierarchy] yang dapat dilaksanakan tanpa berurutan di mana peluang yang lebih menguntungkan akan dipilih lebih dulu.
Konsep ini banyak berkembang di Amerika Serikat. UNEP–United Nations Environment Program mengajukan konsep ‘Cleaner Production’ atau produksi bersih dan diterapkan oleh United Nations Industrial Development Organizations (UNIDO).
Konsep Pollution Prevention dikembangkan oleh US – EPA [Amerika Serikat] dalam dasawarsa yang sama akibat dari kegagalan pemantauan pelepasan bahan berbahaya dan beracun serta kehadiran Pollution Prevention Act – Undang-undang Pencegahan Pencemaran dan kemudian penerbitan Right to Know Act.
Konsep Pencegahan Pencemaran memiliki hierarchy pula dan menyatakan bahwa recycle harus dilakukan langsung atau in-pipe recycle.
Prevention & Reduction(Source – reduction)
Recycling & Re-Use(in-process recycle, on-site-recycle, off-site recycle)
Treatment
Disposalsecure disposal or direct
release to the environment
Pollution Prevention Hierarchy
Kemudian dunia usaha untuk perdagangan global memiliki gagasan untuk memperbaiki kualitas lingkungan global dan mengajukan konsep eco-efficiency untuk mencapai Pembangunan Berkelanjutan.
Konsep ini diajukan atas permintaan Perserikatan Bangsa Bangsa yang menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro, Brasil, 1992.
Apa yang diinginkan oleh ahli lingkungan, pejabat pemerintah, dan masyarakat dalam masalah pengelolaan lingkungan ?
Keinginan untuk memperoleh piranti pengujian yang menyeluruh [‘holistic’] dan menyusutkan dampak lingkungan ‘from cradle to grave’ suatu produk, kemasan, proses, dan kegiatan.
Konsep life-cycle assessment merupakan piranti analitik yang dapat digunakan untuk memahami dampak tersebut mulai dari cara untuk memperoleh bahan baku hingga pembuangan akhir bahan ke lingkungan [SETAC, 1993]
atau
LCA adalah teknik yang sistematik untuk melakukan analisis suatu produk dari ayunan hingga kubur. Konsep ini memiliki sasaran global yang meliputi (1) perbaikan kesehatan manusia, (2) perbaikan kualitas ekologi, dan (3) perlindungan sumber daya alam [Owens,1997].
Penerapan sistem ini adalah sukarela yang berarti konsep
control and command tidak dianut lagi oleh berbagai
negara dalam pengelolaan lingkungan.
Seri ISO 14000 ini mencakup penerapan Life-cycle Assessment – Penilaian Daur Hidup - suatu produk,
proses, atau kegiatan adalah complex dan membutuhkan
waktu.
Berbagai teknik telah diajukan dan diterapkan oleh pelaku
penilaian daur hidup .
International Organization for StandarisationInternational Organization for Standarisation [ISO] menyusun [ISO] menyusun pembakuan Sistem Pengelolaan Lingkungan [pembakuan Sistem Pengelolaan Lingkungan [Standards for Standards for Environmental Management SystemEnvironmental Management System] yang dikenal dengan ISO ] yang dikenal dengan ISO 14000. 14000.
Indonesia dalam dasawarsa Indonesia dalam dasawarsa ’’80 dan 80 dan ’’90 telah menerima 90 telah menerima
berbagai konsep yang berkaitan dengan pengelolaan berbagai konsep yang berkaitan dengan pengelolaan
lingkungan, yaitu di antaranya :lingkungan, yaitu di antaranya :
cleaner production
from cradle to grave
waste minimization
pollution prevention
environmental management system [EMS] – ISO 14000Jika konsepJika konsep--konsep lain langsung berkaitan dengan konsep lain langsung berkaitan dengan
perangkat keras, tetapi penerapan ISO 14000 dilakukan perangkat keras, tetapi penerapan ISO 14000 dilakukan
tahap demi tahap dan tidak langsung dengan pengubahan tahap demi tahap dan tidak langsung dengan pengubahan
dan penerapan perangkat keras.dan penerapan perangkat keras.
AnalisaAnalisa Dampak LingkunganDampak Lingkungan
Kegiatan Analisis mengenai Dampak Lingkungan yang
diterapkan di Indonesia dengan menggunakan PP yang lama
yang tidak dapat mencapai sasaran, karena peraturan itu
memberi peluang waktu antara rencana pengendalian
pencemaran dan pengelolaan lingkungan dengan pembangunan
serta operasi sistem pengendalian pencemaran sehingga pabrik
dapat beroperasi tanpa pengolahan limbah.
Peluang ini sering digunakan untuk menghindari pembangunan
sistem perlakuan limbah dengan alasan biaya pembangunan dan
biaya operasi yang besar.
Hal ini telah diperbaiki dalam penerbitan PP No. 23 Tahun 1997
sehingga rancangan dan pembangunan sistem pengendalian dan
pengelolaan lingkungan harus diselesaikan sebelum pabrik
beroperasi.
Waste Waste MinimizationMinimization
Waste minimization memiliki sasaran penyusutan limbah pada
sumber. Konsep ini adalah penerapan dari keinginan
menanggulangi pencemaran atas dasar pengurangan volum limbah
dan kekuatan limbah.
Hierarki tahapan pelaksanaannya dapat dilakukan tanpa saling
berurutan. Peluang yang paling tinggi akan dipilih lebih dulu.
Tahap-tahap itu meliputi :
source reduction yang dapat dipilih dari :
raw material substitution [ perubahan jenis bahan baku],
process changes [perubahan proses]
equipment modification [pengubahan peralatan ]
on-site or off site, recycle, reuse, recovery,
waste treatment, dan
waste disposal.
Cleaner ProductionCleaner ProductionCleaner Production didefinisikan sebagai penerapan berkesinambungan strategi lingkungan yang terpadu bagi proses, produk, dan layanan.
Istilah Cleaner Production dialihbahasakan ke produksi bersih adalah strategi secara berkelanjutan yang memperbaiki produk, proses, dan layanan untuk mengurangi dampak lingkungan dan bekerja menuju pembangunan berkelanjutan secara ekologi dan ekonomik.
Konsep ini meliputi pemanfaatan sumber alam secara efisien yang bermakna pula bagi penyusutan limbah yang dihasilkan serta pencemaran dan penyusutan risiko bagi kesehatan manusia dan keselamatan.
Penyelesaian masalah ditekankan pada sumber daripada akhir proses atau pendekatan end-of-pipe.
Keistimewaan produksi bersih meliputi :
kekekalan bahan baku dan energi, penghapusan penggunaan
bahan baku yang beracun, dan penyusutan bobot atau volum serta
tingkat peracunan berbagai pembebasan limbah dari suatu proses
penyusutan pengaruh negatif produk selama daur kehidupan mulai
dari pengambilan bahan baku hingga pembuangan produk yang
usang atau rusak atau habis usia-guna, dan
strategi yang ditujukan pada penyertaan pertimbangan lingkungan
dari awal perancangan hingga pelayanan.
Produksi bersih membutuhkan perubahan sikap, pengelolaan
lingkungan yang bertanggung-jawab dan penilaian pilihan teknologi.
Salah satu upaya produksi bersih yang paling sederhana untuk
diterapkan pada proses produksi adalah good housekeeping .
Produksi bersih tidak selalu membutuhkan kegiatan yang mahal atau
teknologi yang canggih. Seringkali penghematan potensial dapat
menghasilkan peningkatan daya saing di pasar.
Pollution PreventionPollution Prevention
Konsep ini menyatakan bahwa recycle harus dilakukan
langsung atau in-pipe recycle.
Konsep ini dikembangkan karena konsep pengelolaan
limbah yang berdasarkan end of pipe treatment technologydan waste minimization yang telah diterapkan tidak dapat
memenuhi sasaran untuk menahan laju pemanfaatan
sumber alam yang terbatas serta perlindungan kualitas
lingkungan untuk mempertahankan kehidupan berbagai
mahluk.
Konsep ini merupakan penerapan dari Undang-undang
Pencegahan Pencemaran [Pollution Prevention Act].
Konsep Pollution Prevention ini meliputi tahap-tahap :
source reduction, yang terdiri dari:
material substitution,
process changes, dan
equipment modification,
on-site recycle,
waste treatment, dan
waste disposal.
Perbedaan antara konsep waste minimization dan pollution prevention terletak pada penetapan peluang utama.
Pencegahan pencemaran menetapkan penyusutan pencemaran
pada sumber sebagai awal kegiatan dan limbah harus tidak
dibebaskan ke lingkungan.
Sustainable DevelopmentSustainable Development
Perserikatan Bangsa-Bangsa lewat Komisi Brundlandt
[1987] mengajukan batasan Sustainable Developmentsebagai:
“..... sustainable development is meeting the needs of the present without compromising the ability of the future generation to meet their own needs ….”
Our common future,1987
The report to U.N. World Commission on Environment and Development
Beberapa negara dengan optimis menyatakan bahwa
Cleaner Production merupakan piranti [tool] untuk
mencapai Pembangunan Berkelanjutan
Pembakuan Sistem Pengelolaan LingkunganPembakuan Sistem Pengelolaan Lingkungan
International Organizations for Standardization mengajukan
Environmental Management System yang dicakup dalam ISO
14000.
Perusahaan besar memang menghendaki sertifikat ini untuk
mendapat pengakuan secara internasional dan keunggulan
persaingan dalam perdagangan internasional, tetapi perusahaan
kecil atau menengah seringkali tidak memperdulikan hal ini,
karena biaya yang besar berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
yang harus dilakukan untuk memperoleh sertifikat ini.
Standar ini merupakan model untuk penyamaan pengelolaan
lingkungan dan pedoman untuk perancangan sistem
pengelolaan lingkungan.
Konsep ini didasarkan pada keinginan manusia yang mengarah
pada ‘zero discharge’ bagi kegiatan industri dan konsep untuk
bahan berbahaya beracun – ‘from cradle to grave’ [ dari ayunan
hingga liang kubur].
Konsep ini juga mengembangkan berbagai penelitian pada
komponen-komponen dalam konsep di negara-negara yang
telah maju ini misal penggantian pelarut [solvent substitution],
penggantian bahan baku, pengubahan proses, pengubahan alat
utama atau alat pendukung.
Salah satu komponen ISO 14000 adalah Life-cycle Assessment (LCA) proses, produk, dan layanan.
Life-cycle Assessment memiliki tahap - tahap
Definisi Tujuan dan Lingkup Kajian,
Analisis Inventarisasi,
Penilaian Dampak, dan
Analisis Perbaikan atau Interpretasi.
Sistem Pengelolaan Lingkungan dengan cara Life-cycle Assessment belum diterapkan di Indonesia.
Penerapan sistem ini membutuhkan sumber daya manusia
yang memadai dan perangkat keras yang canggih untuk
mendukung sistem informasi global.
Informasi yang akan dipaparkan berkaitan dengan
teknologi perlakuan pipa-pipa yang masih menjadi
tuntutan dalam pengendalian pencemaran.
Dengan berlakunya UU No. 25 Tahun 1999 tentang
otonomi daerah, maka penilaian masalah lingkungan
berada di tangan Pemerintah Daerah baik yang berkaitan
dengan penegakan hukum atau analisis kualitas perairan
dan limbah hasil kegiatan.
Pollution Prevention for Chemical Process
Original Process
REAKTORUmpan Produk +Limbah
Source Reduction
REAKTORUmpanProduk +
SedikitLimbah
Upaya yang dilakukan :
In-Process Recycle
REAKTORUmpan
Produk
SEPA
RAT
OR
Umpan yang Tidak bereaksi
Produk +Umpan
yang tidakbereaksi
REAKTORUmpan
Produk
SEP
AR
AT
OR
Produk +Umpan
yang tidakbereaksi
On-site recycle
ReaktorLainnya
Produk Lain
REAKTORUmpan
Produk
SEP
AR
AT
OR
Produk +Umpan
yang tidakbereaksi
Off-site recycle
ReaktorLainnya
Produk LainLimbah
Site Boundary
REAKTORUmpan
Produk
SEP
AR
AT
OR
Produk +Umpan yang
tidakbereaksi
Waste Treatment
WasteTreatment
Limbah LainLimbah
REAKTORUmpan
Produk
SEPA
RAT
OR
Produk +Umpan
yang tidakbereaksi
Secure Disposal
Land Fill
Limbah