2 tinjauan pustaka - repository.ipb.ac.id · 1 sektor energi 36% pembangkit listrik bertenaga...

30
14 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanasan Global Sistem iklim di bumi memang sudah berubah saat ini, khususnya setelah dimulainya revolusi industri, dimana terjadi peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer bumi, sebagai akibat terganggunya komposisi gas-gas rumah kaca utama seperti CO 2 (karbon dioksida), CH 4 (metan) dan N 2 O (nitrous oksida), HFCs (hydrofluorocarbons), PFCs (perfluorocarbons) and SF 6 (sulphur hexafluoride) di atmosfer. Gas rumah kaca tersebut dihasilkan secara alamiah maupun dari hasil kegiatan manusia. Namun sebagian besar yang menyebabkan terjadi perubahan komposisi gas rumah kaca di atmosfer adalah gas-gas buang yang teremisikan ke angkasa sebagai “hasil sampingan” dari aktivitas manusia untuk membangun dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selama ini. Gas rumah kaca yang sangat kuat efeknya adalah sulfur heksafluorida (SF 6 ) yang mempunyai nilai GWP (global warming potential) sebesar 23.900 GWP dari CO 2 . Potensi pemanasan global adalah sebuah nilai yang membandingkan potensi gas rumah kaca sebagai penyerap dan penahan sinar matahari untuk memanaskan bumi, dibandingkan dengan potensi karbondioksida. Angka GWP pada Tabel 2 dapat dijadikan acuan adalah CO 2 , karena berdasarkan usia CO 2 berada dalam atmosfer sangat lama dan membutuhkan waktu selama 80-120 tahun untuk bisa terurai (Killeen 1996). Tabel 2 Nilai GWP (global warming potential) Parameter Simbol kimia Potensi Global Warming 100 Karbondioksida CO 2 1 Methana CH 4 25 Nitrous oxide N2O 298 HFCs - 124 – 14.800 Sulphur hexafluoride SF 6 22.800 PFCs - 7.390 – 12.200 Sumber: IPCC, 2007 Pemanasan global (global warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan suhu global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca

Upload: duongphuc

Post on 03-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

14

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemanasan Global

Sistem iklim di bumi memang sudah berubah saat ini, khususnya setelah

dimulainya revolusi industri, dimana terjadi peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di

atmosfer bumi, sebagai akibat terganggunya komposisi gas-gas rumah kaca utama

seperti CO2 (karbon dioksida), CH4 (metan) dan N2O (nitrous oksida), HFCs

(hydrofluorocarbons), PFCs (perfluorocarbons) and SF6 (sulphur hexafluoride) di

atmosfer. Gas rumah kaca tersebut dihasilkan secara alamiah maupun dari hasil kegiatan

manusia. Namun sebagian besar yang menyebabkan terjadi perubahan komposisi gas

rumah kaca di atmosfer adalah gas-gas buang yang teremisikan ke angkasa sebagai

“hasil sampingan” dari aktivitas manusia untuk membangun dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya selama ini.

Gas rumah kaca yang sangat kuat efeknya adalah sulfur heksafluorida (SF6)

yang mempunyai nilai GWP (global warming potential) sebesar 23.900 GWP dari CO2.

Potensi pemanasan global adalah sebuah nilai yang membandingkan potensi gas rumah

kaca sebagai penyerap dan penahan sinar matahari untuk memanaskan bumi,

dibandingkan dengan potensi karbondioksida. Angka GWP pada Tabel 2 dapat

dijadikan acuan adalah CO2, karena berdasarkan usia CO2 berada dalam atmosfer sangat

lama dan membutuhkan waktu selama 80-120 tahun untuk bisa terurai (Killeen 1996).

Tabel 2 Nilai GWP (global warming potential) Parameter Simbol kimia Potensi Global

Warming100 Karbondioksida CO2 1 Methana CH4 25 Nitrous oxide N2O 298 HFCs - 124 – 14.800 Sulphur hexafluoride SF6 22.800 PFCs - 7.390 – 12.200

Sumber: IPCC, 2007

Pemanasan global (global warming) pada dasarnya merupakan fenomena

peningkatan suhu global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca

Page 2: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

15

(greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas rumah kaca,

sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Berbagai pustaka

menunjukkan kenaikan suhu global termasuk Indonesia yang terjadi pada kisaran 1.5-

4.0oC pada akhir abad 21.

Sebagaimana dilaporkan intergovernmental panel on climate change (IPCC),

menyatakan iklim bumi telah berubah yang disampaikan secara resmi pada KTT bumi

di tahun 1992 di Rio de Janeiro Brasil, hingga diadopsinya konvensi perubahan iklim

bangsa-bangsa (United Nations Framework Convention On Climate Change-UNFCCC).

Tujuan utama UNFCCC adalah menstabilkan konsentrasi GRK di lapisan atmosfer pada

tingkat yang aman bagi sistim iklim. Namun belum ada kewajiban yang mengikat,

seperti target tingkat konsentrasi GRK yang aman dan kerangka waktu pencapaian

target. Pertemuan tahunan ke tiga tahun 1997 menghasilkan perjanjian internasional

yang disebut Protokol Kyoto. Melalui protokol ini, negara maju atau negara Annex I

diwajibkan untuk mengurangi emisi GRK-nya rata-rata sebesar 5.2% dari level emisi

tahun 1990 pada periode 2008-2012.

Berbagai laporan menyebutkan peningkatan konsentrasi karbondiosida (CO2)

atmosfer dari sekitar 280 ppm menjadi 368 ppm selama 200 tahun terakhir (Karube et

al. 1992). Menurut prediksi IPCC akan terjadi peningkatan suhu permukaan bumi

sebesar 1.4-5.8o C pada tahun 2100. Rata-rata peningkatan suhu global dalam kurun

waktu 150 tahun (1860-2010) sebesar 0.012o C, periode 100 tahun (1910-2010)

meningkat menjadi 0.018o C, periode 50 tahun (1950-2010) meningkat cukup tajam

yaitu 0.026o C dan pada 25 tahun terakhir (1985-2010) meningkat dua kali lipat yaitu

0.052o C dengan tingkat kepercayaan 95% (UNFCCC).

2.2 Fotosintesis

Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga, dan

beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai (bahan organik) dengan

memanfaatkan energi cahaya. Bahan organik yang dihasilkan pada proses fotosintesis

tersebut merupakan bahan makanan dan serat bagi organisme lain. Hampir semua

makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya

fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi (Zhu 2008). Fotosintesis

Page 3: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

16

juga menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme

yang menghasilkan energi melalui fotosintesis disebut sebagai fototrof. Fotosintesis

merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula

sebagai molekul penyimpan energi (Stepan 2002).

Tumbuhan bersifat autotrof. Autotrof artinya dapat mensintesis makanan

langsung dari senyawa anorganik. Selama fotosintesis, energi cahaya ditangkap dan

digunakan untuk mengubah air, karbondioksida, dan mineral menjadi oksigen dan

bahan organik yang kaya akan anergi (Stepan 2002). Reaksi fotosintesis yang

menghasilkan bahan organik adalah sebagai berikut :

6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2

Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil.

Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam

organel yang disebut kloroplas. Rumus empiris klorofil adalah C55 H72 O5 N4 Mg

(klorofil a) dan C55H70O6N4 Mg (klorofil b) (Haryono 2009).

Alga juga termasuk tumbuhan karena memiliki klorofil untuk berfotosintesis.

Alga terdiri dari alga uniseluler dan multiseluler. Meskipun alga tidak memiliki struktur

seperti tumbuhan darat, fotosintesis pada alga dan tanaman tingkat tinggi terjadi dengan

cara yang sama. Namun karena alga memiliki berbagai jenis pigmen dalam

kloroplasnya, maka panjang gelombang cahaya yang diserapnya pun lebih bervariasi.

2.3 Karbondioksida

Karbondioksida (CO2) atau zat asam arang merupakan sejenis senyawa kimia

yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom

karbon. Karbondioksida (CO2) adalah salah satu gas rumah kaca yang penting karena

mampu menahan energi panas matahari yang memancarkan sinarnya ke bumi sehingga

permukaanya selalu dalam kondisi hangat.

Karbondioksida (CO2) merupakan gas yang dihasilkan oleh semua hewan, fungi

dan mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada proses

fotosintesis. Oleh karena itu, karbondioksida (CO2) merupakan komponen penting

Page 4: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

17

dalam siklus karbon (C). Karbondioksida (CO2) juga dihasilkan dari hasil samping

pembakaran bahan bakar fosil. Karbondioksida (CO2) anorganik dikeluarkan dari

gunung berapi dan proses geothermal lainnya seperti pada mata air panas (Nilsson

1992)

Karbondioksida (CO2) merupakan hasil akhir dari organisme yang mendapatkan

energi dari penguraian gula, lemak dan asam amino dengan oksigen sebagai bagian dari

metabolism dalam proses yang dikenal sebagai respirasi sel. Hal ini meliputi semua

tumbuhan, hewan, kebanyakan jamur dan beberapa bakteri. Pada hewan tingkat tinggi,

karbondioksida (CO2) mengalir di daerah dari jaringan tubuh ke paru-paru untuk

dikeluarkan. Pada tumbuh - tumbuhan, karbondioksida (CO2) diserap dari atmosfer

sewaktu fotosintesis (Anonimus2 2008).

Karbondioksida merupakan salah satu nutrien yang sangat dibutuhkan oleh

tumbuhan maupun mikroalga. Keberadaan karbon dioksida di perairan bisa dalam

bentuk gas karbondioksida bebas (CO2), ion bikarbonat (HCO3−) dan asam karbonat

(H2CO3). Karbondioksida bebas menggambarkan keberadaan gas CO2 di perairan yang

membentuk kesetimbangan dengan CO2 di atmosfer. Nilai CO2 yang terukur biasanya

berupa CO2 bebas. Proses fotosintesis di perairan memanfaatkan karbondioksida bebas

sebagai sumber karbon, akan tetapi dapat juga memanfaatkan ion bikarbonat (Effendi

2000).

2.3.1 Emisi Karbondioksida (CO2)

Menurut Eko (2008) sumber sumber emisi karbondioksida secara global

dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara), yang

dihasilkan dari berbagai aktivitas dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan pengukuran

yang dilakukan dengan pihak industri susu, diketahui bahwa emisi dari tungku panas

(boiler) yang akan dijadikan sebagai sumber emisi pada kegiatan ini memiliki suhu

sekitar 120 - 2300C, sedangkan informasi beberapa parameter dan komponen dari bahan

bakar LNG dapat dilihat pada Tabel 4. Jenis bahan bakar hasil destilasi minyak bumi

dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 5: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

18

Tabel 3 Sumber emisi karbondioksida No Sumber Emisi 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara

menghasilkan energi dua kali lipat dari energi yang dihasilkan, misalnya energi yang digunakan 100 unit, sementara energi yang dihasilkan 35. Maka energi yang terbuang sebesar 65 unit. Jadi setiap 1000 megawatt listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik bertenaga batubara akan mengemisikan 5.6 juta ton karbondiokasida (CO2) pertahun.

2 Sektor Transportasi 27%

Pembakaran bahan bakar yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Kendaraan yang mengkomsumsi bahan bakar sebanyak 7.8 liter, maka setiap tahunnya akan mengemisikan 3 ton karbondioksida (CO2) ke udara.

3 Sektor Industri 21% Sektor Rumah Tangga dan Jasa 15 % serta 1% dari sektor lain – lain

Dengan berlandaskan hukum yang ada di Indonesia maka pencemaran udara

diatur dalam serangkaian peraturan yang disusun sebagai pedoman yaitu :

1. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran

Udara

2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995 tentang

Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Untuk Jenis Kegiatan Lain

3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah.

Isi dari Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1999, mengatur mengenai Baku

Mutu Udara Ambien Nasional yang didalamnya belum diatur mengenai emisi

karbondioksida demikian juga dengan Kepmen LH No.13 Tahun 1995. Karbondioksida

keberadaan di atmosfer sangat banyak, sehingga akan mengalami kesulitan di dalam

menentukan baku mutu untuk CO2. Tetapi dengan adanya peningkatan efek gas rumah

kaca yang diakibatkan salah satunya keberadan gas CO2, sebaiknya pemerintah mulai

mengupayakan langkah langkah di dalam mengurangi CO2 di industri.

Page 6: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

19

Sumber energi dari tungku pemanas (boiler) dari industri susu dengan bahan

bakar gas LNG (liquid natural gas). LNG adalah gas alam yang dicairkan dengan cara

pendinginan sampai -82.45oC. Sebelum dicairkan terlebih dahulu dilakukan purifikasi

untuk menghilangkan inpurities (CO2, H2S, RSH, air dan Hg). LNG yang dipakai di

industri masih mengandung kondensat. Berikut adalah spesifikasi teknis dari LNG dan

beberapa jenis bahan bakar hasil destilasi minyak bumi.

Tabel 4 Spesifikasi liquid natural gas (LNG) Komponen satuan Spesifikasi LNG C1 % mol Min 85 C2 % mol C2 + C3, mak. 12 C3 % mol iC4 % mol iC4 + nC4 + iC5 + nC5 + C6: maks. 2.0 nC4 % mol iC5 % mol iC5 + nC5 + C6+: maks. 1.0 nC5 % mol C6

+ % mol N2 Maks 1.00 CO2 50 ppm H2S - Maks 1.0 ppm atau 0.25 grains/100 SCF S total - Maks 1.3 grains/100 SCF Hg Mg/Nm3 H2O Ppm Density Kg/m3 GHV BTU/SCF Min 1070, maks 1165

Tabel 5 Jenis bahan bakar hasil destilasi minyak bumi No Jenis bahan

bakar Rentang rantai karbon

Titik didih Peruntukan

1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas tabung, BBG, petrokimia

2 Gasolin (bensin)

C6 – C11 50oC – 85oC Bahan bakar motor

3 Kerosin (minyak tanah)

C12 – C20 85oC – 105oC Bahan bakar rumah tangga, motor dan industri

4 Solar C21 – C30 105oC 135oC Bahan bakar motor, bahan bakar industru

Sumber: Zuhra (2009)

2.3.2 Peranan Karbondioksida (CO2) dalam Proses Fotosintesis

Tumbuh - tumbuhan dapat mengurangi kadar karbondioksida (CO2) di atmosfer

dengan melakukan fotosintesis, hal ini disebut juga sebagai asimilasi karbon, yang

Page 7: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

20

menggunakan energi matahari untuk memproduksi materi organik dengan

mengkombinasi karbondioksida (CO2) dengan air. Oksigen (O2) bebas dilepaskan

sebagai gas dari penguraian molekul air (H2O), sedangkan hidrogen (H) dipisahkan

menjadi proton dan elektron, dan digunakan untuk menghasilkan energi kimia melalui

fotofosforilasi. Energi ini diperlukan untuk fiksasi karbondioksida (CO2) pada siklus

Calvin untuk membentuk gula. Gula ini kemudian digunakan untuk pertumbuhan

tumbuhan melalui respirasi (Anonimus2 2008).

2.3.3 Studi pustaka Kadar Emisi CO2 dari Industri dengan Sistem Pembakaran

Berdasarkan informasi yang diperoleh (Habmigern 2003), diketahui bahwa sistem

pembakaran dengan bahan bakar gas, seperti pada boiler, akan mengemisikan CO2

sebesar 10-12% vol, sedangkan sistem pembakaran dengan bahan bakar minyak,

misalnya solar akan mengemisikan CO2 sekitar 12-14%.

Dalam rangka melengkapi informasi tentang emisi gas yang dihasilkan dari

berbagai kegiatan industri, maka berikut ini akan diuraikan hasil studi pustaka tentang

emisi gas dari tiga jenis industri, yaitu industri PLTU, industri pembakaran sampah

(municipal waste incinerator) dan industri logam.

a. Industri PLTU

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari majalah Science Daily (2007), diketahui

bahwa pembangkit listrik dengan bahan bakar batu bara akan mengemisikan CO2 lebih

besar daripada pembangkit listrik dengan bahan bakar nuklir. Sebagai contoh, sebuah

pembangkit listrik dengan bahan bakar batu bara di Amerika Serikat dapat

mengemisikan 16-25 juta ton CO2 per tahun, sedangkan pembangkit listrik tenaga

nuklir, seperti The South Texas plant in Wadsworth, Texas, yang menghasilkan 20.9

juta Mwh, tidak mengemisikan CO2. Sedangkan pembangkit tenaga listrik di Indonesia,

menurut sumber yang sama (majalah Science Daily 2007) berada di urutan ke-18 dalam

daftar 50 negara-negara pengemisi CO2 dari sistem pembangkit listrik dengan total

Page 8: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

21

emisi 92.900.000 ton CO2 per tahun. Selain CO2, pembangkit tenaga listrik juga

mengemisikan gas-gas emisi lainnya ke atmosfer sebagai dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Emisi beberapa gas polutan dari PLTU

No. Emisi Industri Konsentrasi 1. SO2 9,38 – 671,75 mg/m3

2. NO2 6,84 – 442,91 mg/m3

3. Debu 28,56 – 36502 mg/m3

b. Insinerator Limbah Sampah Kota

Bahan bakar yang digunakan pada insinerator di atas adalah 90.000 ton

sampah/hari. Beberapa informasi yang diperoleh, diantaranya adalah gas CO2 dan O2

yang diemisikan dari insinerator di Republik Cekoslowakia dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil rata-rata pemantauan berkala emisi yang dihasilkan dari insinerator di Rep.Cekoslowakia

No Emisi Industri Konsentrasi 1. CO2 10 – 13 % (v/v) 2. O2 8 – 10 % (v/v)

c. Industri Logam dan Elektronik

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Advance Industrial Science and

Technology 2009, diketahui bahwa beberapa negara di Asia, antara lain di Jepang,

Taiwan dan Malaysia menghasilkan sekitar 0.5-1 kg CO2 per kWh dari setiap barang-

barang elektrik yang dihasilkan oleh industri-industri logam di negara-negara tersebut.

Sedangkan berdasarkan informasi dari suatu industri logam, informasi yang diperoleh

adalah emisi gas-gas SOx, NOx serta partikel debu dengan konsentrasi dapat dilihat

pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil rata-rata pemantauan berkala emisi yang dihasilkan

No. Emisi Industri Konsentrasi 1. SOx 1.700 ppm 2. NOx 185 ppm 3. Debu 0,25 g/Nm3

Ket: perusahaan logam Kita Kyusu, Jepang

Page 9: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

22

2.4 Faktor Utama yang Menentukan Laju Pertumbuhan Mikroalga

2.4.1 Cahaya

Pencahayaan merupakan parameter yang sangat penting dalam pendisainan dan

perakitan suatu FBR. Meski demikian parameter ini sangat sulit ditentukan kisaran yang

paling ideal untuk peruntukan suatu FBR. Pencahayaan bisa diterapkan secara terus

menerus sepanjang hari atau berdasarkan periode tertentu (light-dark cycles) tergantung

dari biologi spesies yang dibiakkan dalam FBR. Beberapa alga ada yang menyukai

pencahayaan yang terbatas, ada pula yang bersifat phototrophs yang memerlukan

intensitas pencahayaan yang tinggi dan terus menerus. Secara umum, mikroalga

bersifat phototroph sehingga tingginya tingkat pencahayaan akan meningkatkan growth

rate nya (Acien 2000). Tabel 9 memperlihatkan hasil kajian para peneliti berkaitan

dengan intensitas cahaya dalam fotobioreaktor yang digunakan.

Tabel 9 Peneliti dan aplikasi penggunaan cahaya dalam FBR

No Peneliti Intensitas cahaya yg digunakan

Keterangan

1 Wu et al. 2002 250 uE.m-2 s-1 luar ruangan 2 Minoo et al. 1991 1-2 mW/cm2 luar ruangan 3 Acien 2000 185 uE.m-2 s-1 luar ruangan 4 Doucha 2005 300-380 W.m-2 luar ruangan

Cahaya merupakan sumber energi yang dibutuhkan oleh tumbuhan termasuk

mikroalga untuk melakukan fotosintesis. Lewis (1967) dalam Paramita (2008)

menyatakan bahwa siklus hidup Chlorella sp yang optimum berlangsung pada intensitas

cahaya 400-2500 lux.

Pemeliharaan mikroalga di laboratorium biasanya memakai lampu fluoresen yang

memiliki keunggulan antara lain hemat energi karena seluruh energi listrik diubah

menjadi energi cahaya, tidak menghasilkan panas yang tinggi sehingga dapat

mempengaruhi kultur miktoalga (Paramita 2008). Intensitas cahaya dalam lampu

flouresen sebesar 40 Watt = 4000 lux. Intensitas cahaya yang tinggi dapat menyebabkan

pertumbuhan sel yang pesat pada awal pertumbuhan, tetapi kemudian sel mati (Paramita

2008).

Page 10: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

23

Cahaya merupakan sumber energi dalam proses fotosintetis yang berguna untuk

pembentukan senyawa karbon organik. Kebutuhan akan cahaya bervariasi tergantung

kedalaman kultur dan kepadatannya. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat

menyebabkan fotoinbihisi dan pemanasan. Intensitas cahaya 1000 lux cocok untuk

kultur dalam Erlenmeyer, sedangkan intensitas 5000-10000 lux untuk volume yang

lebih besar.

2.4.2 Sirkulasi Media dan Gas dalam FBR

Sirkulasi media dan gas juga merupakan parameter penting yang dipertimbangkan

dalam perakitan FBR. Fungsi utama sirkulasi dalam FBR antara lain (Merchuk 2000):

a. menjaga sel mikroalga selalu dalam kondisi suspended

b. mengurangi stratifikasi suhu yang tinggi

c. membantu distribusi nutrien

d. meningkatkan perpindahan gas/menambah permukaan reaksi antara gas dan

media

e. mengurangi mutual shading dan photoinhibition

Beberapa variasi sirkulasi media yang sering diaplikasikan dalam FBR antara lain

(Vunjak et al. 2005):

a. menggunakan stirerred-tank

b. bubling udara secara langsung

c. bubling udara secara tidak langsung dengan airlift sistem

d. static mixer

Sirkulasi yang kita berikan dalam FBR harus disesuaikan dengan kemampuan adaptasi

mikroalga yang kita pelihara. Tingginya kecepatan bubling udara dalam FBR akan

menyebabkan stress pada mikroalga. Oleh karena itu kecepatan bubling udara ini harus

ditentukan seoptimal mungkin bagi kehidupan mikroalga. Beberapa pengalaman

peneliti dalam penerapan kecepatan bubling dalam FBR disajikan dalam Tabel 10.

Page 11: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

24

Tabel 10 Peneliti dan penerapan kecepatan bubling dalam FBR No Peneliti Kecepatan bubling udara Keterangan 1 Contreras et al. 1998 V=0.055 m.s-1 luar ruangan 2 Ugwu et al. 2002 kLa=0.02 s-1 luar ruangan 3 Merchuk 2000 V=0.02 m.s-1 luar ruangan 4 Zhang et al. 1999 V=0.024 m.s-1 luar ruangan 5 Acien 2000 V=0.25 m.s-1 luar ruangan 6 Camacho 1999 V=0.16 m.s-1 luar ruangan

Aplikasi injeksi gas CO2 dalam FBR sering dilakukan dalam upaya selain untuk

meningkatkan produktivitas FBR juga dalam rangka misi lingkungan yakni mengurangi

gas CO2. Prinsip utama yang harus diperhatikan dalam injeksi gas tersebut adalah

mengusahakan agar proses injeksi yang dilakukan tidak menurunkan pH media, untuk

itu strategi yang harus dilakukan adalah meningkatkan kegiatan mengontrol pH media

dalam FBR.

2.4.3 Suhu

Suhu dapat berpengaruh secara langsung terhadap metabolism sel. Suhu minimum

yang diperlukan Chlorella sp untuk tumbuh adalah 5oC, sedangkan suhu optimumnya

adalah 20–35oC. Jika suhu di bawah 5oC maka pertumbuhan akan terhambat dan

menurunkan kelarutan karbondioksida (CO2) dan oksigen (O2) serta akan menggeser

keseimbangan reaksi respirasi dan fotosintesis. Sedangkan jika suhu kultur diatas 35oC

akan menyebabkan kematian sel (McVey 1993 dalam Paramita 2008).

Menurut Reynolds (1990) suhu optimal bagi pertumbuhan mikroalga adalah 25-

40oC. Suhu mempengaruhi proses-proses fisika, kimia dan biologi yang berlangsung

dalam sel mikroalga. Peningkatan suhu hingga batas tertentu akan merangsang aktivitas

molekul, meningkatnya laju difusi dan juga laju fotosintesis (Sachlan 1982). Enzim-

enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu

optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu

hingga batas toleransi enzim. Selain gas CO2 dan O2, pH dan suhu adalah parameter

penting yang harus selalu diukur dan dikontrol selama pembiakan dalam FBR

berlangsung. Banyak metode yang digunakan dalam mengontrol dinamika parameter

pH dan suhu, baik yang automatic maupun manual. (Tubalawoni 2001).

Page 12: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

25

2.4.4 Derajat Keasaman (pH)

Rentang pH yang baik untuk pertumbuhan mikroalga adalah 6-9. Menurut

Salisbury (1992) dalam Paramita (2008), perubahan pH medium dapat menyebabkan

perubahan kelarutan ion ion misalnya garam-garam besi (Fe), seng (Zn), mangan (Mn),

dan kalsium (Ca) menjadi sukar larut sehingga menyebabkan terhambatnya proses

fotosintesis. McVey (1993) dalam Paramita (2008) berpendapat bahwa pH juga

berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. Semakin tinggi pH maka semakin

tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida (CO2) bebas

padahal kebutuhan organisme produsen akan karbondioksida (CO2) cukup tinggi untuk

melakukan proses fotosintetis.

2.4.5 Nutrien

Pertumbuhan suatu jenis mikroalga sangat erat kaitannya dengan faktor

ketersediaan unsur hara makro dan mikro serta dipengaruhi oleh kondisi lingkungan

yaitu, hara makro dan mikro. Pada kultur mikroalga sangat dibutuhkan berbagai

senyawa anorganik baik hara makro yaitu Nitrogen (N), fosfor (P), sulfur (S), kalium

(Cl), natrium (Na), kalsium (Ca) dan karbon (c) maupun unsur hara mikro yaitu besi

(Fe), mangan (Mn), seng (Zn) iodium (I), boron (Br), silicon (Si), tembaga (Cu),

molybdenum (Mo), dan kobalt (Co). Setiap unsur hara memiliki fungsi fungsi khusus

yang tercermin pada pertumbuhan dan kepadatan yang dicapai, tanpa mengesampingkan

pengaruh kondisi lingkungan. Unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan sulfur (S) penting

untuk pembentukan protein, sedangkan kalium (Cl) berfungsi sebagai metabolism

karbohidrat. Besi (Fe) dan natrium (Na) berperan untuk pembentukan klorofil,

kemudian silicon (Si) dan kalsium (Ca) merupakan bahan untuk pembentukan dinding

sel. Vitamin B12 banyak digunakan untuk memacu pertumbuhan melalui rangsangan

fotosintetik (Isnansetyo et al. 1995).

Di daerah yang mengalami pencemaran bahan organik, ketersediaan unsur hara

tersedia dalam jumlah yang sangat tinggi yang jika disuplai oleh kesesuaian beberapa

faktor fisik perairan seperti ketersediaan cahaya dan dinamika air, dapat menyebabkan

terjadinya pertumbuhan berlebihan mikroalga. Kejadian ini disebut dengan blooming

Page 13: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

26

phytoplankton. Daerah yang mengalami proses penyuburan berlebih ini disebut sebagai

daerah yang mengalami proses eutrofikasi.

Dampak lanjutan dari proses eutrofikasi ini berupa: (1) deplesi oksigen (2)

kematian ikan secara massal dan biota air karena deplesi oksigen dan racun (3)

blooming algae yang beracun (toxic algae). Di beberapa daerah di Indonesia, kematian

biota laut yang diakibatkan oleh blooming phytoplankton telah sering terjadi seperti di

daerah Teluk Jakarta (Adnan 1994, Damar 2003).

2.5 Mikroalga

Mikroalga/fitoplankton didefinisikan sebagai organisme tumbuhan mikroskopik

yang hidup melayang, mengapung di dalam air dan memiliki kemampuan gerak yang

terbatas (Garno 2002). Mikroalga merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai akar,

batang dan daun, namun memiliki klorofil a sebagai pigmen fotosintesis utama

disamping klorofil b, klorofil c, karotenoid dan plikobilin sehingga mampu mensintesis

makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan

energi dari cahaya matahari ataupun bahan kimia. Bentuk tubuh mikroalga sangat

beragam, mulai dari sel soliter yang berukuran kecil, memiliki flagel, amoeboid,

berkoloni dalam lapisan mucilase, membentuk filament, hingga struktur sel multiseluler

yang kompleks dan berukuran besar. Beberapa jenis mikroalga dapat tumbuh dan

berkembang melimpah dalam waktu singkat (Adnan 1998).

Dewasa ini mikroalga telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan

manusia antara lain bidang :

1. Bidang perikanan sebagai makanan larva ikan, dilakukan melalui isolasi

untuk mendapatkan satu spesies tertentu, misalnya skeletonema sp. Kemudian

dibudidayakan pada bak bak terkontrol pada usaha pembibitan ikan untuk

keperluan makanan larva ikan.

2. Industri farmasi dan makanan suplemen, mikroalga yang mempunyai

kandungan nutrisi yang tinggi digunakan sebagai makanan suplemen bagi

penderita gangguan pencernaan dan yang membutuhkan energi tinggi. Contoh

produk yang beredar dari jenis Chlorella sp.

Page 14: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

27

3. Pengolahan limbah logam berat, dalam pengolahan limbah logam berat

mikroalga dapat digunakan untuk mengikat logam dari badan air dan

mengendapkannya pada dasar kolam, sehingga logam dalam air menjadi

berkurang.

4. Sumber energi alternatif biodiesel. Biomasa mikroalga selain mengandung

protein, karbohidrat dan vitamin juga mengandung minyak. Bahkan jenis

mikroalga tertentu, misal Bbotrycoccus braunii memiliki kandungan minyak

yang komposisinya mirip seperti tanaman darat dengan jumlah yang lebih

tinggi bila dibanding dengan kandungan minyak pada kelapa, jarak dan sawit.

Mikroalga atau alga planktonik merupakan jenis thallophyta (tumbuhan yang

tidak mempunyai akar, batang dan daun) yang memiliki klorofil a sebagai pigmen

fotosintesis utama disamping klorofil b, klorofil c, karotenoid dan plikobilin. Bentuk

tubuh mikroalga sangat beragam, mulai dari sel soliter yang berukuran kecil, memiliki

flagel, amoeboid, berkoloni dalam lapisan mucilase, membentuk filament, hingga

struktur sel multiseluler yang kompleks dan berukuran besar. Perbedaan tipe stuktur

tubuh sangat penting dalam pengelompokan jenis mikroalga pada klasifikasi. Dalam

setiap klas mikroalga, satu atau beberapa tipe berbeda dapat terlihat (Lee 1989, Sze

1993 dalam Nanaban 2007).

Secara alami dalam suatu siklus karbon, mikroalga adalah biota utama yang

memfiksasi karbon di suatu badan air. Karbon dioksida yang terlarut di dalam air

(disebut sebagai DIC atau dissolved inorganik carbon) bersama-sama dengan nutrien

serta bantuan cahaya akan digunakan oleh mikroalga untuk membangun sel tubuhnya.

Selanjutnya, siklus karbon akan dilanjutkan ketika sel-sel mikroalga yang mati serta

feses yang berasal dari zooplankton yang memangsa mikroalga (dikenal sebagai

detritus) akan tenggelam perlahan-lahan (menghasilkan particulate organik

carbon/POC maupun dissolved organik carbon/DOC) ke dasar perairan. Dalam

perjalanannya DOC dapat terdekomposisi, namun POC akan tenggelam ke dasar

perairan. Di dasar perairan inilah karbon akan terkubur dalam jangka waktu yang cukup

lama. Proses ini dikenal sebagai biological pumping.

Page 15: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

28

2.5.1 Pemilihan Jenis Mikroalga

Pemilihan atau penentuan jenis mikroalga baik air tawar, air laut ataupun

mikroalga alam yang akan digunakan untuk kultur pada fotobioreaktor adalah penting

untuk dilakukan, karena mikroalga tersebut harus sesuai dengan tujuan maupun target

akhir dari kegiatan fotobioreaktor mikroalga yang akan dilakukan.

Salah satu tujuannya adalah melihat efektivitas tingkat serapan dari beberapa jenis

mikroalga dengan beberapa pertimbangan bahwa mikroalga yang terpilih memiliki

kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Laju pertumbuhan yang cukup tinggi;

2. Mampu adaptasi terhadap fluktuasi suhu yang cukup tinggi dan

3. Memiliki kandungan lipid yang cukup baik untuk potensi biofuel.

Berdasarkan analisis komposisi kimia yang terkandung dalam 11 spesies

mikroalga (Feinberg 1984), diketahui bahwa:

1. Komposisi kimia pada mikroalga yang berpotensi untuk dijadikan biofuel

meliputi:

a. Lipid, yang dapat berupa ester fuel (melalui proses esterifikasi) maupun

serupa seed oil

b. Karbohidrat, yang dapat difermentasi menjadi etanol

c. Protein

2. Kandidat spesies penghasil lipid tinggi adalah :

a. Botryococcus braunii

b. Nannochloropsis sp.

3. Kandidat spesies penghasil karbohidrat tinggi adalah: Dunaliella salina

Berdasarkan hasil uji di Balai Teknologi Lingkungan – BPPT, pertumbuhan

antara 3 spesies (Chaetoceros gracilis, Tetraselmis dan Chlorella sp.) diketahui bahwa

Chaetoceros gracilis memiliki laju pertumbuhan yang paling tinggi (k=1.1986),

sedangkan Tetraselmis dan Chlorella sp. masing-masing adalah k=0.9870 dan

k=0.6486. Hasil uji pengaruh kepadatan awal terhadap pertumbuhan Chaetoceros

gracilis di laboratorium diperoleh hasil bahwa kepadatan awal berpengaruh nyata

terhadap laju pertumbuhan. Dari perbandingan pertumbuhan berdasarkan perbedaan

Page 16: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

29

kepadatan awal (100 sel/ml; 1000 sel/ml; 10.000 sel/ml dan 100.000 sel/ml) diketahui

bahwa kepadatan sel 10.000 sel/ml adalah kepadatan awal yang paling optimal dalam

kultur Chaetoceros karena dapat menghasilkan kelimpahan sel tertinggi dibandingkan

dengan kepadatan-kepadatan awal lainnya. Gambar 3 memperlihatkan hasil dari

pengembang biakkan strain murni mikroalga yang berasal dari air tawar dan air laut

serta mikroalga alam yang siap untuk dimasukkan dalam fotobioreaktor.

Gambar 3 Strain murni dan mikroalga alam

Gambar 4 Pengkulturan mikroalga di laboratorium

Balai Teknologi Lingkungan Serpong

Gambar 5 Perbanyakan kultur murni mikroalga dan

mikroalga alam di laboratorium Serpong

Page 17: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

30

2.5.2 Morfologi dan Habitat Mikroalga

Morfologi mikroalga berbentuk uniseluler atau multiseluler tetapi belum ada

pembagian tugas yang jelas pada sel-sel komponennya. Hal itulah yang membedakan

mikroalga dari tumbuhan tingkat tinggi. Menurut Wulamni (2010), parameter

pertumbuhan mikroalga mencakup pH, salinitas, suhu, cahaya, karbondioksida, nutrien

dan aerasi.

Tubuh mikroalga disebut “Thalus”, dapat berbentuk pipih, bulat dan lain lain.

Substansinya bermacam-macam, ada yang lunak seperti tulang rawan (cartilaginous),

berserabut (spongious) dan lainnya. Thalus mikroalga bervariasi, mulai dari sel tunggal

yang kecil hingga yang besar dengan struktur multiseluler yang kompleks. Tipe struktur

yang berbeda sangat penting dalam pengelompokkan jenis pada tingkatan klasifikasi

(Paramita 2009).

a. Chlorella sp

Chlorela sp merupakan mikroorganisme yang termasuk dalam filum Chlorophyta

atau yang sering kita kenal sebagai alga hijau. Alga hijau memiliki struktur yang hampir

sama dengan tumbuhan, salah satunya ialah dinding selnya. Chlorella sp juga

mempunyai dinding sel yang tersusun atas selulosa.

Menurut Vashista (1979) dalam Rostini (2007), Chlorella termasuk dalam :

Filum : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Chlorococcales Famili : Chlorellaceae Genus : Chlorella Spesies : Chlorella sp.

Page 18: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

31

Gambar 6 Mikroalga jenis Chlorella sp.

(Sumber: kultur Chlorella sp, perbesaran 40x)

Sel Chlorella sp berbentuk bulat, hidup soliter, berukuran 2-8 μm. Dalam sel

Chlorella mengandung 50% protein, lemak serta vitamin A, B, D, E dan K, disamping

banyak terdapat pigmen hijau (Sachlan 1982). Di dalam tubuhnya terdapat kloroplas

berbentuk mangkuk. Chlorella mengandung berbagai nutrien seperti protein,

karbohidrat, asam lemak tak jenuh, vitamin, klorofil, enzim, serat yang tinggi.

b. Nannochloropsis sp.

Ciri khas dari Nannochloropsis sp adalah memiliki dinding sel yang terbuat dari

komponen selulosa. Berwarna kehijauan, tidak motil, dan tidak berflagel. Selnya

berbentuk bola, berukuran kecil dengan diamater 4-6 µm (Gambar 7). Nannochloropsis

sp bersifat kosmopolit dapat tumbuh pada salinitas 0-35 ppt. salinitas optimum untuk

pertumbuhannya adalah 25-35 ppt, suhu 25-300C merupakan kisaran suhu yang optimal

Mikroalga ini dapat tumbuh baik pada kisaran pH 8-9.5 dan intensitas cahaya 100-

10000 lux. Organisme ini merupakan divisi yang terpisah dari Nannochloris karena

tidak adanya chlorophyl b. Merupakan pakan yang populer untuk rotifer, artemia, dan

pada umumnya merupakan organisme filter feeder (penyaring) (Anon 2008).

Menurut Adehoog dan Simon (2001) dalam Anon (2009) Klasifikasi

Nannochloropsis sp adalah sebagai berikut:

Kingdom : Protista Superdevisi : Eukaryotes Divisi : Chromophyta Kelas : Eustigmatophyceae Genus : Nannochloropsis Spesies : Nannochloropsis sp

Page 19: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

32

Gambar 7 Mikroalga jenis Nannochloropsis sp

(perbesaran 40x)

Mikroalga yang banyak ditemukan di laut ini memiliki ukuran sebesar 1-2 µm.

Memiliki karakteristik tubuh yang berwarna hijau, ber sel tunggal dan bukan termasuk

golongan mikroalga yang beracun.

C. Scenedesmus sp

Menurut Watanabe et.al. (1978) Scenedesmus termasuk dalam kelas

Chlorophyceae dan family Scenedesmaceae. Scenedesmus dimorphus diklasifikasikan

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Cholococcales Famili : Scenedesmaceae Spesies : Scenedesmus sp

Ciri umum Scenedesmus sp berwarna hijau terang, kosmopolitan (air tawar,

payau, asin, dari oligotrof sampai eutrof, memiliki anggota terbanyak, eukariot

(umumnya uninucleate), ada yang unisel, koloni dan filamen, pigmen yang dimiliki:

klorofil a,b, karoten (ֶα,β,γ) dan beberapa xantofil, dinding sel terbuat dari selulosa atau

polimer xylosa atau mannosa atau hemiselulosa. Menurut Becker (1994) Scenedesmus

sp. mengandung 8-56% protein, 10-52% karbohidrat, 2-40% lemak serta 3-6% asam

nukleat. Asam lemak pada Scenedesmus terdiri atas 25.161% berupa linoleat 23.459%

oleat serta 2.286% Palmitat.

Page 20: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

33

2.5.3 Fase Pertumbuhan Mikroalga

Menurut Chilmawati (2007), terdapat lima fase pertumbuhan dalam siklus

mikroalga (Chlorella sp), yaitu:

1.Lag Fase

Pertumbuhan fase awal dimana pertambahan kelimpahan sel yang terjadi

jumlahnya sedikit. Fase ini mudah diobservasi ketika suatu kultur mikroalga

yang dipindahkan dari suatu tempat ke tempat media kultur. Pada fase ini

biasanya terjadi stress fisiologi karena terjadi perubahan kondisi lingkungan

media hidup dari satu media ke media yang baru. Hal ini juga dipengaruhi

oleh kelarutan dari nutrien dan mineral yang lebih banyak pada media

sebelumnya, sehingga mempengaruhi sintetis metabolik dari konsentrasi

rendah ke konsentrasi tinggi. Dari perubahan perubahan ini sel mikroalga

akan beradaptasi.

2.Fase Pertumbuhan Eksponensial

Fase ini ditandai dengan penambahan jumlah sel yang sangat cepat melalui

pembelahan sel. Pada fase ini struktur sel masih normal, secara nutrisi terjadi

keseimbangan antara nutrien dalam media dan kandungan nutrisi dalam sel.

Selain itu berdasarkan hasil penelitian, pada fase akhir exponensial, di

dapatkan kandungan protein dalam sel yang sangat tinggi, sehingga kualitas

sel benar benar terjaga.

3.Fase Pertumbuhan yang Berkurang

Pada tahapan ini, pola pertumbuhan mengalami pengurangan kecepatan

pertumbuhan sampai mencapai fase awal pertumbuhan yang stagnan. Fase

ini ditandai dengan berkurangnya nutrien dalam media sehingga

mempengaruhi pembelahan sel sehingga hasil produksi sel semakin

berkurang. Walaupun kelimpahan sel masih bertambah namun nilai nutrisi

dalam sel mengalami penurunan.

4.Fase Stationer

Page 21: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

34

Fase dimana tingkat pertumbuhan kelimpahan sel mengalami pertumbuhan

konstan akibat dari keseimbangan katabolisme dan metabolise sel. Pada fase

ini ditandai dengan rendahnya tingkat nutrien dalam sel dan biasanya untuk

kelimpahan sel alga yang rendah dalam kultur terjadi fase stationer yang

pendek. Pada fase ini laju reproduksi sama dengan laju kematian

5.Fase Kematian

Fase kematian pada sel terjadi karena perubahan kualitas air yang semakin

memburuk, penurunan nutrien pada media kultur dan kemampuan sel yang

sudah tua untuk melakukan metabolism. Hal ini ditandai dengan penurunan

jumlah sel yang cepat. Secara morfologi pada fase ini biasanya ditandai

dengan penurunan jumlah sel mikroalga, dimana kematian lebih banyak

terjadi daripada pembelahan, warna air kultur berubah, terjadi buih di

permukaan media kultur dan warna yang pudar serta gumpalan sel alga yang

mengendap di dasar wadah kultur.

2.6 Fotobioreaktor

Berbagai upaya telah dilakukan dalam pengurangan emisi karbondioksida (CO2)

di atmosfer. Salah satunya adalah bioteknologi dengan menggunakan mikroalga pada

suatu fotobioreaktor yang telah dipelajari dan dikembangkan secara intensif pada awal

tahun 1990 di berbagai negara. Penggunaan fotobioreaktor dianggap lebih efektif karena

dapat mengontrol kondisi lingkungan seperti suhu, oksigen, nutrien, dan lain-lain

(Andersen 2005).

Fotobioreaktor (FBR) adalah sebuah wadah tertutup (terbebas dari kontak udara

luar) untuk membiakkan sel bakteri/mikroalga dimana energi disuplai ke dalam wadah

melalui energi cahaya (Behrens 2005). Secara umum faktor utama yang diperhitungkan

dalam perakitan suatu fotobioreaktor ada dua hal yaitu penerapan biaya operasional

yang efektif dan konsistensi dalam menjaga kualitas biomass yang dihasilkan. Beberapa

keuntungan utama menggunakan sistem tertutup fotobioreaktor adalah produksi

biomassa konsentrasi tinggi, lebih sedikit kemungkinan kontaminasi, dan mencegah

kehilangan air akibat penguapan selama operasi rutin.

Page 22: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

35

Pada awalnya FBR difungsikan untuk memproduksi suatu biomass (Merchuk et

al. 2002), namun dalam perkembangannya kemampuan FBR menjadi multifuction

antara lain:

a. Menghasilkan pigmen, fatty acids, dan bioactive molecules (Behrens 1992)

b. Menghilangkan beberapa senyawa toxic dan B3 dalam air (Camacho 1999)

c. Menghasilkan gas dalam cyanobacteria (Kawai et al. 2005)

d. Menyerap gas CO2 (Kawai et al. 2005)

e. Memproduksi gas hydrogen (Kawai et al. 2005)

Dalam rangka mengakomodasi beberapa multi fungsi FBR di atas, FBR perlu

didesain dan dirakit dengan mempertimbangkan beberapa parameter penting. Banyak

model dan bentuk FBR yang telah dikembangkan mulai dari tubular hingga cylinder

sistem. Berikut ini disajikan rangkuman beberapa konfigurasi parameter yang sering

mendapat perhatian dalam pendisainan suatu FBR.

2.6.1 Bentuk Fotobioreaktor

Beberapa bentuk fotobioreaktor yang bisa digunakan untuk budidaya mikroalga,

yaitu pipa (tubular) horizontal dan vertical, spiral (helical) dan panel tipis horizontal

(horizontal thin-panel). Berdasarkan beebrapa macam model FBR tersebut, dasar

pertimbangan yang sering menjadi acuan antara lain: bagaimana FBR dapat mensuplai

cahaya, bagaimana mensirkulasi media dalam FBR, bagaimana mensuplai gas CO2 dan

menyerap O2 dan bagaimana mengontrol pH dan suhu dalam FBR. Rancangan sistem

fotobioreaktor (FBR) yang akan dipakai adalah model airlift seperti terlihat pada

Gambar 8.

Keuntungan penting lainnya menggunakan fotobioreaktor tubular dan vertikal

adalah: (i) air di dalam reaktor lebih homogen dan lebih terkontrol pH reaktor dari

kebanyakan jenis lain, (ii) meningkatkan homogenitas cairan sehingga relatif konsisten

laju metabolisme sel nya, (iii) operasional lebih fleksibilitas dengan jumlah kolom lebih

banyak, sehingga kalau scale up dengan mudah disesuaikan, (iv) kemampuan untuk

budidaya beberapa ganggang yang berbeda pada saat yang sama di unit yang terpisah,

Page 23: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

36

dan (v) secara substansial mengurangi kebutuhan energi untuk memompa udara

kedalam reaktor.

Reaktor dengan tipe airlift ini diketahui memiliki beberapa kelebihan jika

dibandingkan dengan sistem kolom gelembung (bubble columns), dimana pola sirkulasi

fluida ditentukan oleh desain reaktor yang memiliki saluran untuk aliran air-udara ke

atas (riser) dan saluran terpisah untuk aliran ke bawah (downcomer) (Vunjak et al.

2005).

Gambar 8 Desain Fotobioreaktor (Santoso et al.2009)

Model airlift ini dipilih untuk menjadikan FBR akan lebih produktif dan mudah

pengoperasiannya. Dalam satu unit FBR terdiri dari satu kolom dengan draught tube.

Satu (1) sistem FBR terdiri atas tujuh kolom dan terdapat lima sistem fotobioreaktor

dalam rencana penelitian ini. Volume air masing masing kolom sekitar 10 liter,

ditambah dengan volume U PVC sekitar 4 liter, terdapat 6 buah U PVC yang terletak 3

di bagian atas dan 3 buah di bagian bawah seperti yang terlihat pada Gambar 8. Total

dalam satu sistem mempunyai volume 100 liter air. Kolom ini berfungsi untuk menjaga

sirkulasi media dan gas selalu stabil. Pergerakan air akan melalui draught tube sampai

ke atas dan kemudian turun ke bawah melalui kolom dan naik kembali ke atas melalui

draught tube. Pergerakan kolom air berjalan seimbang pada ke tujuh kolom. Tabel 11

memperlihatkan spesifikasi penyusun fotobioreaktor.

Page 24: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

37

Berkaitan dengan daya tembus cahaya, diamater reaktor tidak boleh terlalu besar

sehingga sumber cahaya yang diberikan dapat mencapai bagian yang paling dalam,

terutama ketika konsentrasi alga di dalam reaktor semakin besar. Kedalaman penetrasi

cahaya dapat dihitung dengan rumus d=60/c, dimana d dan c berturut turut menyatakan

kedalaman penetrasi (dalam mm) dan konsentrasi alga (dalam gr/liter) (Javanmardian et

al. 1991). Jadi dengan konsentrasi alga sekitar 1 gr/liter. Kedalaman penetrasi

cahayanya adalah 60 mm.

Tabel 11 Spesifikasi penyusun FBR

Nama Peralatan Spesifikasi Keterangan

1. Tabung reaktor Bahan akrilik 5 mm diameter akrilik 10 cm

tinggi 160 cm

Volume tabung 10 liter (1 sistem terdiri atas 7 tabung reaktor). (5 sistem reaktor)

2. Draught tube Bahan akrilik 3 mm diameter 8 cm

tinggi 80 - 120 cm

Berfungsi membantu di dalam sirkulasi media. Terletak di dalam tabung reaktor

3. U kolom Bahan PVC ukuran 10 cm

Dilengkapi dengan silt karet 3 mm.

4. Heat exchanger

Bahan stainless steel volume 5 liter

Berfungsi sebagai pendingin udara (cooler) dari genset sebelum masuk ke dalam fotobioreaktor

5. Stick input/output

Bahan tembaga/stainless

steel ukuran 5/8”

Valve sebagai tempat masuk/keluarnya gas emisi dipasang di bawah pada setiap kolom reaktor drain tube dan pada setiap bagaian atas kolom reaktor

6. Kran sampel Bahan PVC ukuran 1/4”

Untuk pengambilan sampel

2.6.2 Dinamika Fluida dalam FBR

Menurut Merchuk et al. (2002), terdapat beberapa parameter desain dan operasi

yang mempengaruhi pola aliran liquid, solid dan gas dalam air lift reaktor (ALR),

antara lain :

1. Gas input : input kecepatan gas yang diinjeksikan ke dalam reaktor.

2. Top clearance (CL) : jarak antara upper part draft tube (flens atas) dengan

media/liquid.

Page 25: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

38

3. Area ratio (Ad/Ar) : merupakan perbandingan antara luas permukaan

downcomer dengan riser.

4. Tinggi reaktor.

5. Bottom clearance : jarak antara dasar reaktor dengan tube gas input

6. Disain separator.

Parameter-parameter diatas merupakan variabel independen yang dapat diatur

dalam rancangan awal reaktor. Variabel disain merupakan parameter awal yang dapat

ditentukan dalam disain ALR, sedangkan variabel operasi merupakan rancangan awal

kondisi percobaan yang akan dilakukan. Ilustrasi parameter desain dan proses

diperlihatkan pada Gambar 9.

Bottom Clearance(Cb)

Gasinput

Top Clearance(Cl)

Tinggi Reaktor

Ar

AdAd

Desainseparator

Gambar 9 Komponen – komponen airlift fotobioreaktor (Merchuk et al. 2002) Hubungan antara variabel disain, variabel operasi dan variable hidrodinamik

dapat digambarkan secara lengkap oleh Merchuk et al. 2002 pada Gambar 10.

Page 26: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

39

TopPressure

Drop

BottomPressure

Drop

Separatordesign

Riser HoldUp

Area Ratio

TopClearance

Gas Input

ReactorHeight

SeparatorHold Up

LiquidVelocity

FrictionPressure

Drop

Viscosity BottomClearance

Down ComerHold Up

OpeartionVariable

DesignVariable

Gambar 10 Hubungan antara variabel disain, variabel operasi dan variable hidrodinamik

Viskositas merupakan salah satu variabel penting dalam dinamika fluida dalam

ARL, akan tetapi skema diatas menunjukkan bahwa viskositas bukan variabel

independen yang dapat diatur, karena merupakan fungsi yang dipengaruhi gas hold-up

dan kecepatan cairan (liquid) dalam keadaan fluida non-newtonian. Pada saat proses

reaktor berjalan viskositas juga akan berubah seiring berubahnya komposisi cairan

Konfigurasi aliran:

Pada riser, gas dan liquid mengalir ke atas. Kecepatan gas pada umumnya lebih

tinggi daripada kecepatan liquid, kecuali pada keadaan homogenous flow dimana gas

dan liquid mengalir dalam kecepatan yang sama. Hal ini terjadi bila gelembung (bubble)

yang sangat kecil terbentuk.

Pada downcomer, liquid mengalir dan membawa bubble kebawah. Agar ini

terjadi, kecepatan liquid harus lebih besar dari kecepatan mengambang (free rise

velocity) dari bubble. Jika kecepatan gas input kecil; drag force yang dihasilkan akan

tidak mencukupi untuk melawan buoyancy, akibatnya terjadi feed back loop dalam

downcomer dan terjadi stratifikasi bubble. Diperlukan gas input dan rasio Ar/Ad yang

tepat untuk membentuk aliran yang uniform dan tipe aliran yang diinginkan.

Page 27: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

40

Gas separator. Disain geometris dari separator akan mempengaruhi banyaknya

bubble yang lepas dari riser. Disain gas separator yang diperlebar bertujuan untuk

mengurangi kecepatan liquid dan menampung bubble yang terlepas.

Gas holdup. Gas holdup merupakan fraksi volumetrik gas dalam total dispersi

liquid, gas dan solid. Persamaannya ditunjukan oleh persamaan dibawah ini oleh

Merchuk et al. (2002). [1]:

VsVgVlVgi

(1) Subindeks menunjukkan liquid, gas dan solid; sedangkan i menunjukkan area

yang diamati. Gas holdup merupakan parameter penting karena (1) nilai gas holdup

menunjukkan indikasi potensi dari transfer massa, semakin besar nilai gas hold up

menunjukkan semakin besarnya area interfacial liquid-gas, (2) perbedaan nilai gas

holdup, riser dan downcomer menghasilkan driving force untuk sirkulasi liquid.

Persamaan gas hold up dalam internal ALR ditunjukkan oleh persamaan 2 :

)()(

ArAdJcar (2)

Dengan memasukkan persamaan untuk menghitung kecepatan superficial Jc, maka

didapat persamaan 3 :

)()(

ArAd

ArQar (3)

,,,a

merupakan konstanta yang disesuaikan disain geometri reaktor. Dengan

menaikkan kecepatan superficial, nilai gas hold up juga akan meningkat, akan tetapi

perlu diperhatikan bahwa konstanta ,

bernilai negatif, sehingga untuk menaikkan

gas hold up, diperlukan perbadingan (Ad/Ar) yang semakin kecil. Persamaan di atas

juga dapat menjelaskan pengaruh viskositas dari liquid, semakin besar nilai viskositas,

nilai gas hold up akan semakin kecil.

Page 28: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

41

Pengaruh Viskositas. Semakin rendah viskositas liquid, akan mempengaruhi nilai

gas hold up yang cenderung semakin tinggi. Hal ini dapat disebabkan karena free rise

velocity yang semakin meningkatkan nilai residence time.

Pengaruh top clearance. Percobaan yang dilakukan Merchuk et al. (2002)

menunjukkan hasil, semakin rendah nilai top clearance, nilai gas hold up akan

cenderung semakin meningkat.

Berdasarkan rangkungan studi pustaka tentang kreteria dan dinamika fluida di

atas, beberapa referensi di bawah ini diharapkan dapat membantu kegiatan perakitan

dan kegiatan operasional FBR.

1. Untuk membentuk homogenous bubbly flow, Inlet superficial gas velocity

pada riser sebaiknya dibawah 0.05 m/s, karena dengan menaikkan gas flow

rate dapat merubah aliran menjadi slug flow, dimana buble yang cukup besar

dan kapasitas mass transfer yang kecil akan terbentuk (Merchuk et al. 2000).

2. Superficial gas velocity (riser based) JG ) adalah 0.334 cm/s

3. Intensitas cahaya pada dinding reaktor adalah 250 íE/m2âs

4. Tinggi kolom adalah 1 m.

5. Rasio riser dan downcomer (Ar/Ad ) adalah 0.5

Adapun penelitian-penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian yang telah

dilaksanakan dan keluaran yang dihasilkan disajikan pada Tabel 12.

Page 29: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

42

Tabel 12 Penelitian dan metode serta hasil penelitian terkait novelty

No Peneliti Metode Hasil Penelitian

1. Molina et al. (2001)

Membuat disain tubular photobioreactor untuk mengkultur alga. Volumenya 0,2 m3 dengan jenis mikroalga phaeodactylum tricornutum. Disain lebih ditekankan kepada mekanisme aliran, percampuran massa gas dan tingkat radiasi sinar matahari

Dengan tubular photobioreaktor dan jenis mikroalga phaeodactylum tricornutum mempunyai produktifitas 1,90 gram/liter/hari dengan dilution rate 0,04/hari. Kecepatan linier aliran 0,35 – 0,50 m/detik akan meningkatkan produktifitas, sedangkan kecepatan aliran kurang dari nilai tersebut akan menyebabkan kematian mikroalga yang ada.

2 Yanlie et al. (2006)

Memanfaatkan CO2 hasil power plant batubara dengan tipe fotobioreaktor salah satunya berbentuk L-shaped glass plate dengan luas area 2,16 m2, memakai cahaya matahari dan injeksi flue gas 11% CO2. Jenis mikroalga yang dipakai chlorococcum, chlorella dan galdieria sp.

Dengan bentuk fotobioreaktor L-shaped glass plate, injeksi CO2 11% dan jenis mikroalga chlorococcum mempunyai kemampuan terhadap temperatur 15-27oC, pH 4-5 dan toleransi CO2 > 70%, sedangkan chlorella toleransi temperatur 15-45 oC, pH >7, CO2 > 60% (toleransi temperatur tinggi), sedangkan galdieria mempunyai toleransi temperatur 50oC, ph 1-4 dan CO2 100% (toleransi suhu dan CO2 tinggi)

3 Chrismadha dkk (2007)

Penelitian dengan pemanfaatan fenomena flashing light effect untuk meningkatkan efisiensi fotosintesis dalam kultur alga di fotobioreaktor tubular tegak . Jenis mikroalga Ankistrodesmus convulutus ditumbuhkan secara batch di dalam fotobioreaktor.

Uji coba dilakukan dengan perlakuan variasi intensitas cahaya yang berbeda, yaitu sekitar 1200 luks, 2500 luks, dan 5500 luks, yang berasal dari sumber cahaya lampu TL 2 X 40 watt, 4 x 40 watt, dan 6 x 40 watt. Hasil percobaan memperlihatkan respon peningkatan produksi biomassa dan kandungan klorofil yang Iebih tinggi pada kultur alga dalam reaktor sejalan dengan meningkatnya intensitas cahaya.

4. Rahmania (2008) Melakukan uji coba kultur mikroalga pada fotobioreaktor untuk menyerap CO2, baik pada spesies air tawar

Konsentrasi CO2 sekitar 12% dapat diturunkan dalam waktu sekitar 7 hari oleh spesies Chlorella sp, dan sekitar 13 hari

Page 30: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · 1 Sektor Energi 36% Pembangkit listrik bertenaga batubara ... 1 Gas C1 – C5 0o – 50oC Gas ... Dalam rangka melengkapi informasi tentang

43

maupun air laut dalam skala batch. Sumber gas input dari CO2 murni.

oleh spesies Chaetoceros sp

5. Sheng et al. (2008)

Penelitian menggunakan strain chlorella sp yang cukup kental dengan beberapa variasi CO2 pada semicontinuous photobioreactor.

Selama 8 hari cultivation terjadi peningkatan biomass Chlorella secara signifikan dengan berbagai variasi injeksi CO2. Konsentrasi CO2 sebesar 2%, 5%, 10% dan 15% akan menurunkan CO2 sebesar 0,261, 0,316, 0,466 dan 0,573 gram/hari

6 REW’s Power Plant, di Bergheim-Niederaussem Jerman. (2008)

Penelitian ini baru dimulai tahun 2008 dan berskala cukup besar. Input yang dipakai berasal dari REW’s Power menggunakan mikroalga di dalam upaya untuk mereduksi CO2. Fotobioreaktornya menggunakan bahan berdasar plastik yang bening dan kuat, tetapi tetap lentur, berbentuk V

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikroalga dapat mengurangi konsentrasi

CO2 yang diemisikan dari PLTU E.On Ruhrgas 350 MW sebesar 1%.

7. Program Insentif Dikti (2009)

Melakukan kultur mikroalga dengan botol duran melalui spesies air laut yaitu Tetraselmis sp. dan Skeletonema sp. yang dikultur dalam skala batch,. Untuk gas input menggunakan CO2 murni.

Dalam waktu kultur selama 5 hari dengan skala batch, Tetraselmis sp. mampu menurunkan konsentrasi gas CO2 sebesar 8-9% setara dengan 2.22 gr CO2.. Sedangkan Skeletonema sp. dalam mereduksi CO2 dengan pasokan konsentrasi gas 10%, 8% dan 4% CO2 telah mengakibatkan kematian mikroalga setelah 2-3 hari masa kultur, yang ditunjukkan oleh semakin menurunnya kelimpahan sel.