konsep dan rasional

5
Nama : ABDUL WAHIT NIM : 822657733 Pokjar : Maron Mata Kuliah : Materi dan Pembelajaran IPS SD 1. Paradikma pendidikan IPS di Indonesia Konsep awal pendidikan IPS di Indonesia dipengaruhi oleh pemikiran “social studies” yang berkembang di Amerika Serikat sejak tahun 1800-an yang memiliki pengalaman panjang dan reputasi akademis dalam bidang sosial. Hal ini dapat terlihat dengan penerbitan berbagai karya akademis bidang sosial oleh National Council for the Social Studies (NCSS). Konsep social studies mengalami perkembangan pada tahun 1900-an menjadi kajian akademik, antara lain tahun 1935 berdirinya NCSS yang dalam pertemuan pertama menghasilkan kesepakatan sebagai pilar akademik yang menempatkan “social studies” sebagai “core curriculum(kurikulum inti), dan pada tahun 1937 berupa kesepakatan mengenai pengertian “social studies” yang berawal dari pandangan Edgar Bruce Wesley, yakni “The social studies are the social sciences simplified for pedagogical purposes” (studi sosial adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pengajaran). Dalam perkembangan selanjutnya, Antara tahun 1940-1950 “social studies” mendapat serangan dari berbagai sudut; tahun. 1960-1970-an timbulnya tarik-menarik antara pendukung gerakan the new social studies yang dimotori oleh para sejarawan dan ahli-ahli ilmu sosial dengan gerakan “social studies” yang menekankan pada “citizenship education”. Para pendukung gerakan “the new social studies” kemudian mendirikan Social Science Education Consortium (SSEC). Sedangkan NCSS terus mengembangkan gerakan “social studies” yang terpisah pada “citizenship education” Pada era 1980-1990-an kelopok NCSS berhasil menyepakati “scope and sequence of social studies(lingkup dan urutan studi sosial), yakni tahun 1963; kemudian pada tahun 1989 berhasil disepakati konsep “social studies” untuk abad ke 21 yang dituangkan dalam “Charting A Course: Social Studies for the 21st Century” (membentuk sebuah kursus: studi sosial untuk abad 21), dan terakhir pada tahun 1994 disepakati “Curriculum Standards for Social Studies” (standar kurikulum untuk studi sosial). Dalam perkembangan terakhir itu NCSS masih tetap menempatkan “citizenship education” sebagai inti dari tujuan “social studies”. Sementara itu pada kelompok SSEC, kelompok bidang studi ekonomi mengembangkan secara tersendiri “economics education”. Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk ke dalam dunia persekolahan Indonesia terjadi pada tahun 1972-1973, yakni dalam Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP

Upload: himalaya-erick

Post on 15-Apr-2016

511 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

konsep

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Dan Rasional

Nama : ABDUL WAHIT

NIM : 822657733

Pokjar : Maron

Mata Kuliah : Materi dan Pembelajaran IPS SD

1. Paradikma pendidikan IPS di Indonesia

Konsep awal pendidikan IPS di Indonesia dipengaruhi oleh pemikiran “social studies” yang berkembang di Amerika Serikat sejak tahun 1800-an yang memiliki pengalaman panjang dan reputasi akademis dalam bidang sosial. Hal ini dapat terlihat dengan penerbitan berbagai karya akademis bidang sosial oleh National Council for the Social Studies (NCSS). Konsep social studies mengalami perkembangan pada tahun 1900-an menjadi kajian akademik, antara lain tahun 1935 berdirinya NCSS yang dalam pertemuan pertama menghasilkan kesepakatan  sebagai pilar akademik yang menempatkan “social studies” sebagai “core curriculum” (kurikulum inti), dan pada tahun 1937 berupa kesepakatan mengenai pengertian “social studies” yang berawal dari pandangan Edgar Bruce Wesley, yakni “The social studies are the social sciences simplified for pedagogical purposes” (studi sosial adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pengajaran). Dalam perkembangan selanjutnya, Antara tahun 1940-1950 “social studies” mendapat serangan dari berbagai sudut; tahun. 1960-1970-an timbulnya tarik-menarik antara pendukung gerakan the new social studies yang dimotori oleh para sejarawan dan ahli-ahli ilmu sosial dengan gerakan “social studies” yang menekankan pada “citizenship education”. Para pendukung gerakan “the new social studies” kemudian mendirikan Social Science Education Consortium (SSEC). Sedangkan NCSS terus mengembangkan gerakan “social studies” yang terpisah pada “citizenship education” Pada era 1980-1990-an kelopok NCSS berhasil menyepakati “scope and sequence of social studies” (lingkup dan urutan studi sosial), yakni tahun 1963; kemudian pada tahun 1989 berhasil disepakati konsep “social studies” untuk abad ke 21 yang dituangkan dalam “Charting A Course: Social Studies for the 21st Century” (membentuk sebuah kursus: studi sosial untuk abad 21), dan terakhir pada tahun 1994 disepakati “Curriculum Standards for Social Studies” (standar kurikulum untuk studi sosial). Dalam perkembangan terakhir itu NCSS masih tetap menempatkan “citizenship education” sebagai inti dari tujuan “social studies”. Sementara itu pada kelompok SSEC, kelompok bidang studi ekonomi mengembangkan secara tersendiri “economics education”.

Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk ke dalam dunia persekolahan Indonesia terjadi pada tahun 1972-1973, yakni dalam Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP Bandung. Dalam Kurikulum SD 8 tahun PPSP digunakan istilah “Pendidikan Kewargaan Negara/Studi Sosial” sebagai mata pelajaran sosial terpadu. Dalam Kurikulum tersebut digunakan istilah Pendidikan Kewargaan negara yang di dalamnya tercakup Sejarah Indonesia, Ilmu Bumi Indonesia, dan Civics yang diartikan sebagai Pengetahuan Kewargaan Negara. Ada tiga jenis program pendidikan sosial yang berkembang dalam kurikulum sistem pendidikan Indonesia yaitu program (pendidikan) ilmu-ilmu sosial (IIS) yang diasuh pada fakultas-fakultas sosial murni; disiplin ilmu pengetahuan sosial (PDIPS) yang diasuh pada fakultas-fakultas pendidikan ilmu sosial; dan pendidikan ilmu pengetahuan sosial (PIPS) yang diajarkan pada lembaga pendidikan persekolahan.

Dalam Kurikulum 1975 pendidikan IPS menampilkan empat profil yakni:  Pendidikan Moral Pancasila menggantikan Pendidikan Kewargaan Negara sebagai suatu bentuk pendidikan IPS khusus yang mewadahi tradisi “citizenship transmission”; pendidikan IPS terpadu untuk Sekolah Dasar; pendidikan IPS terkonfederasi untuk SMP yang menempatkan IPS sebagai konsep payung yang menaungi mata palajaran geografi, sejarah, dan ekonomi ; dan pendidikan IPS terpisah-pisah yang mencakup mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi untuk SMA, atau sejarah dan geografi untuk SPG. Bila disimak dari perkembangan pemikiran pendidikan IPS yang terwujudkan dalam Kurikulum sampai tahun 1990-an, pendidikan IPS di Indonesia mempunyai dua konsep, yakni: pertama, pendidikan IPS yang diajarkan dalam tradisi

Page 2: Konsep Dan Rasional

“citizenship transmissio” dalam bantuk mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dan Sejarah Nasional; kedua, pendidikan IPS yang diajarkan dalam tradisi “social science” dalam bentuk pendidikan IPS terpisah dari SMU, yang terkonfederasi di SLTP, dan yang terintegrasi di SD.

Dilihat dari perkembangan pemikiran yang berkembang di Indonesia sampai saat ini pendidikan IPS terpilah dalam dua arah, yakni: pertama, PIPS untuk dunia persekolahan yang pada dasarnya merupakan penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora, yang diorganisasikan secara psiko-pedagogis untuk tujuan pendidikan persekolahan; dan kedua, PDIPS untuk perguruan tinggi pendidikan guru IPS yang pada dasarnya merupakan penyeleksian dan pengorganisasian secara ilmiah dan meta psiko-pedagogis dari ilmu-ilmu sosial, humaniora, dan disiplin ilmu lain yang relevan untuk tujuan pendidikan.

2. Konsep dan rasional Social Studies secara umum

Edgar Bruce Wesley (1937) menyatakan bahwa social studies adalah ilmu – ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan. The United States of Education’s Standard Terminoogy for Curriculum and Instruction menyatakan bahwa social studies berisi aspek – aspek ilmu sejarah, ilmu ekonomi, ilmu politik, sosioogi, antropologi, psikolofi, ilmu geografi, dan filsafat yang dipilih untuk tujuan pembelajaran sekolah dan perguruan tinggi. Secara umum, pengertian social studies menyiratkan hal – hal berikut :

1. Social studeis merupakan disiplin dari ilmu – ilmu sosial.2. Disiplin dikembangkan untuk memenuhi tujuan pendidikan / pembelajaran baik pada

tingkat sekolahan maupun perguruan tinggi.3. Aspek masing – masing disiplin ilmu perlu diseleksi sesuai dengan tujuan.

Pada tahun 1940 – 1970-an, perkembangan bidang social studies merasakan keadaan ketidakmenentuan, ketakberkeputusan, ketakbersatuan, dan ketakmajuan. Social studies menjalani periode yang sulit seperti digambarkan oleh Barr Barth dan Shermis (1977 : 33 – 46). Antara tahun 1940 – 1950-an, social studies mendapat serangan dari segala penjuru. Pada tahun 1960-an, dipandang sebagai suatu resolusi dalam social studies yang dipelopori oleh para sejarawa dan ahli –ahli ilmu sosial. Sampai tahun 1970-an, gerakan akademis atau yang disebut the news social studies belum menjadi kenyataan. Pada tahun 1940 – 1960, ditegaskan oleh Barr dan kawan – kawan (1997 : 36) adalah terjadinya tarik – menarik antara dua visi social studies. Di satu pihak, adanya gerakan untuk mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu sosial untuk tujuan citizenship education yang terus bergulir sampai mencapai tahap yang lebih canggih. Di lain pihak, terus bergulir gerakan pemisahan berbagai disiplin ilmu sosial yang cenderug memperlemah konsepsi social studies education.

Dilihat dari visi, misi, dan strateginya, Barr dan kawan – kawan (1987 : 17 – 19), social studies dapat dikembangkan dalam tiga tradisi, yakni :

Social studies taught as citizenship transmission Social studies taught as social science Social studies taught as reflective enguing

Empat hal yang tersirat dan tersurat dalam definisi social studies menurut Barr adalah,

1. Social studies merupakan suatu sistem pengetahuan terpadu.2. Misi utama social studies adlah pendidikan kewarganegaraan dalam suatu masyarakat

yang demokratis.3. Sumber utama konten social studies adalah social sciense dan humanities.4. Dalam upaya penyiapan warga negara yang demokratis, terbuka kemungkinan dalam

orientasi, visi, tujuan, dan metode pembelajaran.

Page 3: Konsep Dan Rasional

Dilihat dari definisi dan tujuannya, social studies menyiratkan dan menyuratkan hal – hal sebagai berikut :

1. Social studies merupakan mata pelajaran diseluruh jenjang pendidikan persekolahan.2. Tujuan utama pelajaran ini adalah mengembangkan siswa untuk menjadi warga negara

yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan yang memadai untuk berperan serta dalam kehidupan demokrasi.

3. Konten pelajarannya digali dan diseleksi dari sejarah dari ilmu – ilmu sosial serta dalam banyak hal dari humoniora dan sains.

4. Pembelajarannya menggunakan cara – cara yang mencerminkan kesadaran pribadi kemasyarakatan, pengalaman budaya, dan perkembangan pribadi siswa.

3. - Pengertian Individu: Individu merupakan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan bukan sebagai manusia keseluruhan. Maka dapat disimpulkan bahwa individu adalah manusia yang memiliki peranan khas atau spesifik dalam kepribadiannya.

- Pengertian Kelompok Sosial: Kelompok sosial merupakan sekumpulan manusia yang saling berinteraksi dan saling menyadari kepentingan antar sesama anggota. Kelompok sosial diciptakan oleh masyarakat yang saling menyadari betapa pentingnya interaksi untuk menjaga kerukunan hidup bermasyarakat. Dengan saling memahami perilaku dan menanamkan norma yang mengatur untuk kepentingan bersama.

- Pengertian Masyarakat: sekelompok individu yang memiliki kepentingan bersama dan memiliki budaya serta lembaga yang khas. Masyarakat juga bisa dipahami sebagai sekelompok orang yang terorganisasi karena memiliki tujuan bersama.

- Pengertian kelembagaan social: secara singkat bisa diartikan sebagai suatu sistem norma yang mengatur segala tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan pokoknya dalam hidup bermasyarakat

4. Interaksi Manusia Dengan Lingkungan:Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya. Contohnya kita bernapas dari udara dari lingkungan sekitar. Kita makan, minum, dan menjaga kesehatan semuanya memerlukan lingkungan. Lingkungan memengaruhi perkembangan kehidupan manusia, baik langsung maupun tidak langsung. Komponen lingkungan dapat dibedakan menjadi lingkungan abiotik, biotik, sosial, dan budaya. Lingkungan abiotik adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas benda-benda tidak hidup, seperti tanah, batuan, udara, dan lain-lain. Lingkungan biotik adalah lingkungan hidup yang terdiri atas makhluk hidup, seperti manusia, tumbuhan, hewan, dan jasad renik.Pada awalnya, interaksi manusia dan lingkungan lebih bersifat alami dan mencakup komponen-komponen seperti, abiotik (yang tidak dapat diperbarui), biotik (yang dapat diperbarui).

Page 4: Konsep Dan Rasional

1. Tujuan TAP : TAP bertujuan untuk mengukur penguasaan kompetensi akhir mahasiswa, melalui ujian yang menuntut mahasiswa mengaplikasikan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperolehnya dari berbagai matakuliah dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran secara komprehensif.

2. Pengertian TAP : Tugas yang harus di kerjakan mahasiswa program sarjana yang sudah memenuhi persyaratan baik administrasi maupun akdemik

3.