konsep dan arahan penataan ruang bagian wilayah kota ii

24
BAB IV KONSEP DAN ARAHAN PENATAAN RUANG BAGIAN WILAYAH KOTA II 4.1 Tujuan Penataan Ruang BWK II Penataan ruang kota merupakan proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Tata ruang sendiri adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang wilayah nasional, ruang wilayah kabupaten/kotamadia, yang mencakup perkotaan dan perdesaan, baik direncanakan maupun tidak yang menunjukkan adanya hirarki dan keterkaitan pemanfaatan ruang. Secara umum prinsip -prinsip penataan ruang BWK adalah sebagai berikut: 1. Azas penataan ruang: a. Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna, serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan; b. Keterbukaan, persamaan, keadilan dan perlindungan hukum. 2. Tujuan penataan ruang: a. Meningkatkan peran kota dalam pelayanan yang lebih luas agar mampu berfungsi sebagai pusat pembangunan dalam suatu pengembangan wilayah; b. Memberikan kejelasan pemanfaatan ruang yang lebih akurat dan berkualitas; c. Mempercepat pembangunan secara tertib dan terkendali;

Upload: rajd-mild

Post on 22-Jun-2015

41 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Penataan ruang kota merupakan proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Tata ruang sendiri adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang wilayah nasional, ruang wilayah kabupaten/kotamadia, yang mencakup perkotaan dan perdesaan, baik direncanakan maupun tidak yang menunjukkan adanya hirarki dan keterkaitan pemanfaatan ruang.

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP DAN ARAHAN PENATAAN RUANG   BAGIAN WILAYAH KOTA II

BAB IVKONSEP DAN ARAHAN PENATAAN RUANG

BAGIAN WILAYAH KOTA II

4.1 Tujuan Penataan Ruang BWK II

Penataan ruang kota merupakan proses perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Tata ruang

sendiri adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang wilayah

nasional, ruang wilayah kabupaten/kotamadia, yang mencakup

perkotaan dan perdesaan, baik direncanakan maupun tidak yang

menunjukkan adanya hirarki dan keterkaitan pemanfaatan ruang.

Secara umum prinsip -prinsip penataan ruang BWK adalah sebagai

berikut:

1. Azas penataan ruang:

a. Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu,

berdaya guna, serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan;

b. Keterbukaan, persamaan, keadilan dan perlindungan hukum.

2. Tujuan penataan ruang:

a. Meningkatkan peran kota dalam pelayanan yang lebih luas

agar mampu berfungsi sebagai pusat pembangunan dalam

suatu pengembangan wilayah;

b. Memberikan kejelasan pemanfaatan ruang yang lebih akurat

dan berkualitas;

c. Mempercepat pembangunan secara tertib dan terkendali;

d. Terselenggaranya peraturan pemanfaatan ruang kawasan

lindung dan kawasan budidaya;

e. Tercapainya pemanfaatan ruang yang akurat dan berkualitas

untuk:

Page 2: KONSEP DAN ARAHAN PENATAAN RUANG   BAGIAN WILAYAH KOTA II

Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya

alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan

sumber daya manusia;

Meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber

daya buatan secara berdaya guna, berhasil guna, dan tepat

guna untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia;

Mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur

dab sejahtera;

Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah

serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan;

Mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan

keamanan.

4.2 Fungsi dan Peran Bagian Wilayah Kota II

Bagian Wilayah Kota II (BWK II) merupakan daerah transisi antara

daerah pusat kota dengan daerah pinggiran kota. Sebagai daerah

ekstensi dari pusat kota maka BWK II memiliki peranan sebagai daerah

penunjang pusat kota serta daerah lain yang berada di belakangnya.

Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka beberapa peranan yang

dimiliki oleh BWK II di tinjau dari potensi-potensi yang ada adalah

sebagai berikut:

1. Secara fisik geografis, BWK II memiliki lokasi yang cukup strategis

didalam menghubungkan daerah-daerah yang berada disekitarnya

khususnya antara daerah pusat kota dengan daerah pinggiran kota.

2. Berdasarkan kebijaksanaan yang telah di tetapkan, BWK II memiliki

beberapa fungsi utama yaitu fungsi sebagai kawasan pemukiman

perkotaan, kawasan perkantoran, kawasan perdagangan dan jasa,

kawasan percampuran (permukiman dan perdagangan), kawasan

olah raga dan rekreasi dan kawasan pendidikan.

3. Berdasarkan fasilitas-fasilitas yang dimilikinya, BWK II memiliki

beberapa fasilitas yang mempunyai skala pelayanan regional yaitu

sebagai pusat pendidikan tinggi serta kawasan olahraga dan

Page 3: KONSEP DAN ARAHAN PENATAAN RUANG   BAGIAN WILAYAH KOTA II

rekreasi.

Berdasarkan beberapa peranan tersebut maka penjelasan elemen-

elemen fungsi untuk masing-masing kelurahan yang berada di BWK II

adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Permukiman perkotaan, beberapa kelurahan yang

mendukung fungsi tersebut diatas meliputi Kelurahan Bendungan,

Petompon, Bendan Duwur, Karangrejo, Jomblang, Kaliwiru,

Jatingaleh, Karanganyar Gunung, Lempongsari, Bendan Ngisor,

Gajah Mungkur, Sampangan, Wonotinggal, Candi, dan Tegalsari.

2. Fungsi Perkantoran, beberapa kelurahan yang berkembang menjadi

fungsi perkantoran meliputi, Kaliwiru, Karangrejo, Wonotinggal,

Tegalsari, dan Jatingaleh.

3. Fungsi Perdagangan dan Jasa, beberapa kelurahan yang

berkembang menjadi fungsi perdagangan dan jasa meliputi

kelurahan Wonotinggal, Jatingaleh, dan Gajah Mungkur.

4. Fungsi Campuran (Permukiman dan Perdagangan) meliputi

Kelurahan Sampangan, Wonotinggal, Jomblang, Petompon,

Tegalsari.

5. Fungsi Kawasan Olahraga dan Rekreasi, beberapa kelurahan yang

memiliki fungsi tersebut meliputi Kelurahan Karangrejo, dan

Kelurahan Kaliwiru.

6. Fungsi Kawasan Pendidikan, beberapa kelurahan yang berkembang

menjadi fungsi kawasan pendidikan meliputi Kelurahan Bendan

Duwur, Sampangan, dan Petompon, Gajah Mungkur, Jatingaleh, dan

Karangrejo.

Berdasarkan peran dan fungsi tersebut maka struktur pelayanan BWK II

diarahkan untuk dapat memanfatkan potensi - potensi kawasan untuk

dikembangkan menjadi pusat kegiatan baik untuk skala pelayanan

tingkat regional, kota ataupun BWK.

4.3 Konsep Penataan Ruang Bagian Wilayah Kota II

Page 4: KONSEP DAN ARAHAN PENATAAN RUANG   BAGIAN WILAYAH KOTA II

4.3.1.Konsep Struktur Tata Ruang

Konsep struktur tata ruang Bagian Wilayah Kota (BWK) merupakan

gambaran tentang konsep dari pola tata jenjang pusat-pusat pelayanan

dan pola jaringan jalan serta distribusi penduduk pada pusat-pusat

pelayanan suatu Bagian Wilayah Kota (BWK) yang akan mendasari

perencanaan struktur Bagian Wilayah Kota (BWK) ke dalam bentuk

susunan/formasi yang terdiri dari berbagai ruang fungsional sesuai

dengan jenis kegiatannya, tujuan dan ruang lingkup pelayanan yang

dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk sekitar dalam

pengembangan lingkungan secara optimal.

Secara khusus konsep struktur tata ruang kota menunjukkan hal-hal

sebagai berikut:

a) Penetapan tingkat pengembangan masing-masing wilayah secara

proporsional kecenderungan pengembangan fungsional yang

sedang berlangsung.

b) Mengatur hirarki fungsi dalam bentuk pembagian intensitas fisik,

dan mengatur pengembangan wilayah secara merata dan

proporsional, agar tidak terjadi akumulasi kegiatan yang melebihi

batas daya dukungnya.

c) Memberikan pedoman dalam pola pemanfaatan lahan terutama

dalam penyediaan fasilitas sosial dan utilitas yang dibutuhkan.

Dengan adanya rencana struktur tata ruang BWK diharapkan dapat

lebih mengefektifkan jangkauan pelayanan terhadap sarana dan

prasarana serta pemerataan pemenuhan kebutuhan pelayanan fasilitas

dan utilitas tiap wilayah dalam BWK tersebut.

a. Struktur Tata Ruang BWK

Dasar-dasar penetapan pengembangan struktur tata ruang BWK

umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam

(internal) maupun faktor–faktor dari luar (eksternal).

Page 5: KONSEP DAN ARAHAN PENATAAN RUANG   BAGIAN WILAYAH KOTA II

Untuk struktur tata ruang Bagian Wilayah Kota (BWK), faktor–faktor

internal yang memepengaruhi pola struktur tata ruangnya adalah:

Pola jaringan dan fungsi jalan dengan hirarkinya yang ada pada

saat ini.

Jenis penggunaan lahan yang dominan/mendominasi bagian

wilayah kota tersebut.

Jumlah dan distribusi penduduk pendukung.

Radius pelayanan yang dimiliki tiap pusat-pusat pelayanan yang

ada dalam bagian wilayah kota tersebut.

Tingkat kelengkapan fasilitas yang dimiliki dan skala

pelayanannya.

Sedangkan faktor-faktor eksternal yang akan mempengaruhi

struktur tata ruang kota adalah:

Penetapan jenis dan letak kegiatan penggunaan lahan yang

berskala regional/kota yang ada di bagian wilayah kota tersebut.

Pola dan fungsi jaringan jalan yang berskala regional/kota yang

melalui bagian wilayah kota tersebut.

Arah dan kecenderungan perkembangan Kabupaten Pekalongan

yang mengarah ke wilayah perencanaan

Berdasarkan kriteria-kriteria yang mempengaruhi struktur tata

ruang diatas, maka struktur tingkat pelayanan yang ada dalam tiap

bagian wilayah kota dibagi ke dalam tiga jenjang, yaitu:

a. Pusat pelayan skala regional

Pusat pelayanan regional di tujukan untuk melayani penduduk

di luar wilayah Kabupaten Pekalongan. Penetapan skala

pelayanan ini erat kaitannya dengan fungsi Kabupaten

Pekalongan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Jenis

fasilitas yang terdapat di pusat pelayanan ini adalah :

Page 6: KONSEP DAN ARAHAN PENATAAN RUANG   BAGIAN WILAYAH KOTA II

Fasilitas kesehatan : rumah sakit tipe A

Fasilitas peribadahan : masjid, Gereja dan Pura/kuil besar/

agung

Fasilitas pendidikan : pendidikan tinggi (universitas/

akademi), sekolah unggulan dan perpustakaan wilayah.

Fasilitas perdagangan : pasar raya, mall

Fasilitas olah raga dan rekreasi : Kompleks olah raga

b. Pusat pelayan skala Kota,

Pusat pelayanan ini mempunyai wilayah pelayanan seluruh

Kabupaten Pekalongan. Jenis fasilitas yang terdapat di pusat

pelayanan ini dapat berupa fasilitas kesehatan, fasilitas

peribadahan, fasilitas pendidikan, fasilitas perdagangan,

fasilitas olah raga dan rekreasi.

c. Pusat pelayan skala BWK

Pusat pelayanan skala bagian wilayah kota direncanakan

berada pada pusat permukiman. Jenis fasilitas yang terdapat di

pusat pelayanan ini meliputi :

Fasilitas kesehatan : rumah sakit tipe C atau puskesmas

Fasilitas peribadahan : masjid, Gereja dan Pura/kuil

Fasilitas pendidikan : perpustakaan

Fasilitas perdagangan : pasar, pertokoan

Fasilitas olah raga dan rekreasi : bioskop, taman, dsb.

d. Pusat pelayanan skala Blok,

Pusat pelayanan skala Blok merupakan pusat pelayanan hirarki

kedua dengan jangkauan pelayanan untuk satu blok

lingkungan. Pusat pelayanan ini idektik dengan fasilitas skala

pelayanan 30.000 penduduk. Fasilitas pelayanan terdiri dari

fasilitas pendidikan, fasilitas peribadatan, fasilitas perdagangan

dan jasa, Fasilitas kesehatan dan fasilitas olah raga dan ruang

terbuka.

Page 7: KONSEP DAN ARAHAN PENATAAN RUANG   BAGIAN WILAYAH KOTA II

e. Pusat pelayanan skala Sub-Blok.

Merupakan pusat pelayanan hirarki ke tiga dengan skala

pelayanan tingkat lingkungan. Pusat pelayanan ini idektik

dengan fasilitas skala pelayanan 10.000 penduduk. Fasilitas

pelayanan terdiri dari fasilitas pendidikan, Fasilitas

peribadatan, fasilitas perdagangan dan jasa, Fasilitas

kesehatan dan fasilitas olah raga dan ruang terbuka.

b. Konsep Pembagian Blok

Pembagian blok lingkungan di dalam Bagian Wilayah Kota (BWK)

merupakan salah satu upaya untuk mengefektifkan jangkauan

pelayanan terhadap sarana dan prasarana dalam suatu Bagian

Wilayah Kota. Pembentukan blok–blok lingkungan akan

memudahkan perencanaan kota berdasar kesamaan karakteristik

wilayah perencanaan, kedekatan dan hubungan yang kuat antar tiap

lingkungan. Dalam hal ini persebaran penduduk dapat semakin

mudah diarahkan dan dikontrol sehingga pelayanan fasilitas dan

utilitas kota menjadi lebih merata.

Pembagian blok di bagian wilayah kota ditentukan berdasarkan tolok

ukur sebagai berikut:

1. Jumlah penduduk pendukung.

Di dalam menentukan blok lingkungan, diharapkan terjadi

keseimbangan jumlah penduduk tiap–tiap blok lingkungan.

2. Kondisi geografis.

Pembagian blok lingkungan memperhatikan batas–batas fisik

lingkungan seperti sungai, saluran, jalan dan lain–lain yang

dapat dijadikan poedoman bagi kejelasan batas fisik.

3. Karakteristik kegiatan.

Dalam penentuan pembagian blok berdasar karakteristik

kegiatan dangan memperhatikan pola penggunaan lahan

wilayah perencanaan ataupun secara administrasi masih

Page 8: KONSEP DAN ARAHAN PENATAAN RUANG   BAGIAN WILAYAH KOTA II

terdapat dalam kesatuan pelayanan. Hubungan yang erat

dalam satu satuan lingkungan dapat dipertimbangkan dalam

penentuan blok lingkungan.

4. Radius Pelayanan.

Masing–masing blok yang direncanakan memiliki radius

pelayanan yang telah ditentukan dan memiliki efektifitas dalam

jangkauan pelayanan. Penentuan blok lingkungan tidak dapat

lepas dari kecenderungan tiap-tiap wilayah perencanaan serta

rencana pengembangannya dimasa yang akan datang.

4.3.2.Konsep Pola Pemanfaatan Lahan

a. Kriteria pola pemanfaatan lahan

Berdasarkan penetapan struktur tata ruang BWK, arah

pengembangan struktur dan pengembangan fasilitas pelayanan

dalam BWK, maka kriteria-kriteria pemanfaatan lahan dapat di

tentukan sebagai berikut:

Pemanfaatan lahan eksisting yang tidak menyimpang dari dasar

struktur pengembangannya struktur kegiatannya maka guna

lahan eksisting ini tetap dipertahankan dengan pengaturan

penataan lebih lanjut dengan pemanfaatan lahan secara

optimal.

Potensi daya dukung lahan terutama untuk lahan-lahan kosong

yang belum dimanfaatkan secara optimal dimanfaatkan menjadi

guna lahan baru yang dipandang lebih produktif dan

kemungkinan alih fungsi terutama untuk lahan-lahan yang

kurang tepat pemanfaatannya perlu dikaji kemungkinan alih

fungsinya kepada pemanfaatan lahan yang lebih efektif.

Konsep peruntukan lahan pada dasarnya merupakan usaha untuk

menampung berbagai kegiatan/fungsi yang telah, sedang dan akan

Page 9: KONSEP DAN ARAHAN PENATAAN RUANG   BAGIAN WILAYAH KOTA II

berkembang di bagian wilayah kota tersebut. Berbagai

fungsi/kegiatan tersebut adalah:

1. Permukiman perkotaan.

2. Perkantoran.

3. Perdagangan dan Jasa

4. Pendidikan

5. Konservasi

6. Jaringan prasarana dan utilitas

Dari berbagai jenis dan macam kegiatan masing-masing memiliki

persyaratan tertentu untuk pemilihan lokasi, baik untuk

kepentingannya sendiri maupun hubungan dengan fungsi lain (antar

fungsi). Persyaratan tersebut antara lain:

1. Permukiman.

Daerah permukiman cenderung memilih daerah datar dan

dekat dengan jaringan jalan dan transportasi umum serta

fasilitas pelayanan kota.

2. Perkantoran.

Daerah perkantoran pada lahan relatif datar, bebas genangan,

dekat akses jalan utama dan cenderung berada ditengah

kegiatan lainnya yang berkaitan.

3. Perdagangan dan Jasa.

Lahan relatif datar, dekat dengan akses ke jalan–jalan utama

kota dan luar kota, sehingga menjamin arus keluar masuk

barang dan dekat dengan fungsi-fungsi lain yang berkaitan,

seperti pergudangan, terminal/ stasiun.

4. Pendidikan

Page 10: KONSEP DAN ARAHAN PENATAAN RUANG   BAGIAN WILAYAH KOTA II

Berada pada kawasan yang tenang dan jauh dari gangguan

kegiatan yang dapat mengurangi semangat maupun

mangganggu proses kegiatan belajar-mengajar.

Page 11: KONSEP DAN ARAHAN PENATAAN RUANG   BAGIAN WILAYAH KOTA II

5. Daerah Lindung/Konservasi.

Daerah lindung ini meliputi lindung setempat dan lindung

karena daerah di bawahnya, yang meliputi garing sempadan

sungai, daerah rawan bencana dan daerah dengan kelerengan

di atas 40%.

6. Jaringan Prasarana dan Utilitas

Membentuk jaringan transportasi yang menguhubungkan

berbagai daerah fungsional dan bebas genangan banjir. Untuk

terminal tipe B dan tipe C berada dimungkinkan berada

ditengah-tengah permukiman, sedangkan untuk terminal tipe A

diharapkan berada di pinggir kota sehingga mudah dicapai dari

luar kota dan dalam kota.

b. Alokasi Penggunaan Lahan BWK II

Berdasarkan kecenderungan perkembangan kegiatan dan

kesesuaian fungsi guna lahan yang ada maka secara fungsional

penggunaan lahan masing-masing kawasan di BWK II dapat

diperinci sebagai berikut:

1. Perumahan perkotaan

Perumahan perkotaan dikembang disekuruh wilayah

perencanaan. Untuk mengendalikan kepadatan bagunan

perumahan dilakukan dengan penertiban IMB dan penataan

kawasan permukiman.

2. Perkantoran.

Penempatan Fasilitas Umum disesuaikan dengan penempatan

dan hirarki-hirarki pusat pelayanan. Pengembangan fasilitas

umum bersifat aglomerasi dengan fasilitas umum yang lain.

Sehingga dengan aglomerasi ini diharapkan akan

mempermudah warga sekitarnya dalam memanfaatkan

Page 12: KONSEP DAN ARAHAN PENATAAN RUANG   BAGIAN WILAYAH KOTA II

fasilitas tersebut serta menguntungkan dalam pengadaan

sarana-prasarana penunjangnya.

3. Perdagangan dan jasa.

Perdagangan dan jasa di Bagian Wilayah Kota II ini akan tetap

dikembangkan di sepanjang jalan-jalan utama di kawasan ini.

4. Pendidikan.

Bagian Wilayah Kota (BWK) II merupakan wilayah

pengembangan permukiman yang berskala pelayanan regional/

nasional. Hal ini ditandai dengan berdirinya Kampus Akpol dan

perguruan tinggi swasta di Daerah Bendan.

5. Kawasan Lindung/Konservasi

Sesuai dengan RTRW Kabupaten Pekalongan maka kawasan

konservasi yang ada di BWK II tetap dipertahankan

keberadaannya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga

keseimbangan lingkungan dan membatasi perkembangan fisik

kota.

4.4 Arahan Pengembangan Wilayah BWK II

Arahan pengembangan bagian wilayah kota (BWK) II dalam rencana

RDTRK Kabupaten Pekalongan 2000-2010 ini merupakan kerangka dasar

bagi perencanaan wilayah BWK II. Proses perumusan arahan dengan

pengkajian terhadap kebijaksanaan yang sudah ada serta kesimpulan-

kesimpulan dari hasil analisis beberapa aspek tertentu. Arahan ini

meliput arahan pengembangan penduduk, struktur tata ruang,

pemanfaatan ruang, sarana prasarana dan pengaturan bangunan.

4.4.1.Arahan Pengembangan Penduduk

Penentuan arahan pengembangan penduduk BWK II Kecamatan Gajah

Mungkur dan Candisari, terkait dengan faktor kebijakan lingkup regional

Page 13: KONSEP DAN ARAHAN PENATAAN RUANG   BAGIAN WILAYAH KOTA II

Kabupaten Pekalongan serta kebijaksanaan lokal yang tertuang dalam

tiap-tiap rencana bagian wilayah kota. Penentuan arah pengembangan

juga didasarkan pada kondisi perkembangan penduduk dan kemampuan

atau daya tampung wilayah. Strategi pengaturan kepadatan penduduk

dan penyebarannya diperhitungkan berdasarkan proyeksi jumlah

penduduk sampai dengan tahun perencanaan tahun 2010 terhadap luas

perumahan.

Faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan arah pengembangan

penduduk adalah : Untuk BWK II selain proyeksi jumlah penduduk secara

alami juga diperhitungkan mengenai proyeksi dan daya tampung

penduduk.

Sesuai dengan perkembangan yang ada sampai dengan akhir tahun

perencanaan maka luasan untuk perumahan akan lebih banyak. Hal ini

dimungkinkan karena adanya pengaruh fungsi dari BWK I sebagai pusat

kota. Selain itu, hal ini juga didukung secara geografis oleh kondisi BWK

II dimana selain dekat dengan pusat kota juga merupakan daerah bebas

banjir. Hal ini tidak menutup kemungkinkan adanya mutasi penduduk di

kawasan pusat kota ke kawasan ini.

Dari kondisi tersebut maka fungsi perumahan pada masa yang akan

datang akan lebih mengalami perkembangan dibanding dengan kondisi

saat ini. Perubahan fungsi tersebut nantinya akan mempengaruhi angka

kepadatan penduduk. Hal ini dapat terjadi karena kondisi perumahan

akan perumahan akan lebih kecil perpetakannya juga ada

kecenderungan dibangunnya rumah susun untuk mengantisipasi kondisi

pemukiman kumuh. Pembangunan rumah susun diarahkan untuk

dibangun pada kawasan yang mempunyai kepadatan tinggi.

Berdasarkan kebijakan penataan ruang wilayah dapat disimpulkan

bahwa pengembangan di wilayah BWK II pada pengembangan sektor

pendidikan, olah raga dan budaya/sejarah. Sedangkan berkaitan dengan

arah pengembangan penduduk di BWK II yaitu pengembangan

penduduk dengan tingkat kepadatan sedang sampai tinggi.

Page 14: KONSEP DAN ARAHAN PENATAAN RUANG   BAGIAN WILAYAH KOTA II

4.4.2 Arahan Struktur Tata Ruang

Pengembangan struktur tata ruang berdasarkan pada kondisi jaringan

jalan, fungsi dan peran BWK II, pola penyebaran kegiatan,

kecenderungan perkembangan, tingkat pelayanan kebutuhan ruang,

pola distribusi, hubungan fungsional dan bertuk struktur yang

direncanakan. BWK II yang terdiri dari Kecamatan Gajah Mungkur dan

Kecamatan Candisari, dalam konstelasi regional merupakan daerah

yang diarahkan bagi pengembangan pusat pendidikan, olah raga,

konservasi, dengan skala pelayananan BWK, kota bahkan regional dan

pengembangan budaya/sejarah.

Pengembangan struktur BWK II didasarkan pada kebijaksanaan yang

tercantum dalam arahan rencana tata ruang yang lebih tinggi dan

perkembangan kegiatan sudah terjadi. Untuk mencapai struktur tata

ruang yang efisien dalam pelaksanaan rencana penataan struktur ruang

BWK II, maka dibutuhkan struktur jaringan jalan dan sistem

pembangunan pusat pelayanan skala lingkungan maupun BWK. Dengan

kedua hal tersebut diharapkan tercipta suatu tata ruang yang optimal

dan efisien. Pertimbangan utama dalam penyusunan konsep struktur

tata ruang BWK II adalah :

Mengendalikan dan mengurangi mobilitas penduduk untuk menuju

ke pusat kota guna mengatasi kemacetan lalu lintas, dengan

memeratakan perkembangan wilayah dengan membuat pusat

kegiatan/pusat pertumbuhan yang dapat mengalihkan mobilitas

penduduk ke pusat kota.

Meningkatkan pemerataan pelayanan penduduk yang ada di BWK II

dengan mendistribusikan fasilitas pelayanan kebutuhan pada area

pemukiman penduduk.

Merangsang intensitas penggunaan lahan yang merata pada seluruh

wilayah BWK II, salah satunya dengan peningkatan sarana

transportasi. Akan tetapi pemanfaatan lahan harus tetap

memperhatikan kemampuan dan keterbatasan lahan.

Page 15: KONSEP DAN ARAHAN PENATAAN RUANG   BAGIAN WILAYAH KOTA II

Struktur utama BWK II terbentuk dengan adanya fungsi lahan yang

dominan yaitu Kawasan pendidikan tinggi swasta, olah raga,

pemukiman, dan budaya. Dari fungsi tersebut struktur BWK II

diwujudkan dengan jaringan-jaringan jalan dengan kegiatan yang

berlangsung. Struktur pembentuk BWK II adalah :

BWK II dilalui oleh jalur jalan arteri primer (jalan tol), yang

berfungsi sebagai jalur transportasi regional antar kota.

Jalan Setiabudi, Jalan Sultan Agung dan Jalan S. Parman sebagai

jalur utama kawasan kota atas menuju pusat kota dengan beban

lalu lintas yang padat terutama pada jam sibuk.

Jalan Tegalsari sebagai jalur alternatif menuju pusat kota dan

pusat-pusat pelayanan seperti kawasan Sriwijaya, Pasar

Peterongan, pertokoan Mataram dll.

Jalan Sampangan, Jalan lamongan dan jalan Kelud Raya merupakan

jalur utama menuju pusat dari kawasan pusat pendidikan swasta,

kawasan pusat pemukiman. Jalur ini berkembang kegiatan

perdagangan dan jasa sebagai salah satu pembentuk struktur

ruang.

Jalan Karangrejo - Jalan Pawiyatan Bendan Dhuwur - Bendan Ngisor

sebagai jalur utama dari kawasan kota atas menuju kawasan

pendidikan dan kawasan pusat olah raga. Di sepanjang jalan ini

saat ini mulai berkembang kegiatan perdagangan (toko/kios) dan

jasa. Kawasan ini merupakan pusat pendidikan tinggi swasta dan

kawasan pusat olah raga, serta Jalan Semeru sebagai jalur

alternatif menuju kawasan olah raga.

Jalan Papandayan dan Tumpang sebagai jalur alternatif menuju

kawasan pusat perdagangan pasar sampangan. Didominasi oleh

fungsi pemukiman dengan kepadatan sedang.

Jalan Sriwijaya juga sebagai pembentur struktur ruang BWK II yang

mempunyai fungsi sebagai jalan arteri sekunder, berkembang

secara linier kegiatan perdagangan jasa campuran.

Page 16: KONSEP DAN ARAHAN PENATAAN RUANG   BAGIAN WILAYAH KOTA II

4.4.3.Arahan Pemanfaatan Ruang

Pengembangan pemanfaatan ruang berdasarkan kepada kondisi fisik

dasar, fungsi dan peranan bagian wilayah kota. Berdasarkan potensi

kondisi fisik dasar dan kemampuan daya dukung lahan pada dasarnya

lahan di BWK II sesuai untuk dikembangkan sebagai daerah konservasi

dengan yang memungkinkan untuk dikembangkan menjadi kawasan

terbangun dengan kepadatan sedang – tinggi. Untuk daerah tertentu

pada kawasan BWK II yaitu daerah dengan kemiringan topografi 15 –

45% diarahkan untuk tetap dijadikan kawasan konservasi (lindung).

Secara umum penyediaan infrastruktur kota pada BWK II disesuaiakan

dengan daya tampung dan jangkauan palayanan. Arah pengembangan

pemanfaatan ruang di wilayah BWK II berdasarkan jenis-jenis

pemanfaatannya adalah sebagai berikut :

1. Arahan Pengembangan Kawasan Pendidikan.

Pada saat ini jangkauan pelayanan pendidikan terutama kawasan

perguruan tinggi swasta melayani kebutuhan pendidikan

pelayanan lokal Kabupaten Pekalongan dan regional. Pada

perkembangannya fasilitas pendidikan ini diharapkan tetap

memiliki fungsi pelayanan seperti kondisi sekarang. Sesuai dengan

fungsi tersebut maka arahan pemanfaatan ruang sebagai fungsi

pendidikan harus mempunyai aksesibilitas yang mudah dan sarana

prasarana harus dapat mendukung kegiatan pendidikan. Selain itu

pengembangan kawasan pendidikan harus tetap memperhatikan

faktor kondisi fisik dasar dan faktor kelestarian lingkungan.

2. Arahan Pengembangan Kawasan Perdagangan Dan

Kegiatan Ekonomi.

Kegiatan perdagangan di BWK II memiliki intensitas hubungan

fungsional yang kuat kegiatan yang berkembang. Kegiatan ini

mempunyai nilai strategis yang tinggi sehingga perlu adanya

arahan pengembangan kawasan yang tepat. Untuk arahan

pengembangan perdagangan BWK II, untuk mengembangkan

perdagangan dengan skala lingkungan sehingga dapat mengurangi

ketergantungan pelayanan pusat kota.

Page 17: KONSEP DAN ARAHAN PENATAAN RUANG   BAGIAN WILAYAH KOTA II

3. Arahan Pengembangan Kawasan Jasa, Perkantoran Dan

Budaya.

Sesuai dengan kondisi yang ada sekarang arahan pengembangan

kawasan jasa, perkantoran dan budaya diarahkan untuk

berkembang sesuai dengan kecenderungan sekarang yaitu

sepanjang Kawasan Sriwijaya.

4. Arahan Pengembangan Pemukiman.

Diarahkan dapat menciptakan keserasian lingkungan dengan

pengaturan kawasan perumahan yang ada, serta memberikan

arahan secara seksama untuk pengembangan kawasan perumahan

tersebut sesuai dengan persyaratan pemukiman. Kawasan

pemukiman ini kemudian dilengkapi dengan infrastruktur yang

memadai.

5. Arahan pengembangan sistem transportasi.

Kepadatan lalu lintas tergantung pada kegiatan yang ada di

sepanjang jalan. Arahan pengembangan sistem transportasi terdiri

dari dari beberapa aspek, yaitu rencana pengembangan sarana

prasarana, fasilitas. Untuk mendukung terbentuknya struktur ruang

perlu adanya kebijaksanaan pengembangan manajemen

transportasi.

6. Arahan Intensitas Penggunaan Lahan.

Kebijaksanaan intensitas penggunaan lahan meliputi arahan untuk

pengendalian distribusi kepadatan penduduk dan kepadatan

bangunan. Kedua hal ini harus mempertimbangkan aspek

aksesibilitas ke pusat kegiatan kota dan ke suatu bagian wilayah

kota terhadap kota secara keseluruhan.

7. Kebijaksanaan Penggunaan Lahan.

Mengembangkan kawasan hijau dengan kemiringan

curam/daerah, dan daerah rawan longsor sebagai kawasan

lindung dengan menanami tanaman penyangga, sehingga

keberadaanya dapat berfungsi sebagai penahan aliran air dan

cadangan air. Untuk kawasan perumahan diarahkan tetap

Page 18: KONSEP DAN ARAHAN PENATAAN RUANG   BAGIAN WILAYAH KOTA II

menyediakan lahan untuk penghijauan sebagai cadangan air

kota bawah.

Sedangkan arahan pengembangan lahan terbangun harus

memperhatikan beberapa fungsi lindung yang ada di wilayah

ini sehingga lahan terbangun tersebut menjadi lebih optimal

dan tidak merusak lingkungan sekitarnya.

Untuk kawasan pendidikan, olah raga dan budaya/sejarah

diarahkan tetap berkembang sesuai dengan kondisi yang ada

sekarang.

Mengembangkan kegiatan perdagangan untuk pusat pelayanan

lingkungan untuk mengatasi kepadatan di pusat BWK/kota.

8. Kebijaksanaan dan Strategi Prasarana dan Sarana

Perkotaan

Kebijaksanaan pelayanan fasilitas dan utilitas dilakukan dengan

pembenahan dan peningkatan kondisi yang sudah ada disesuaikan

dengan jumlah/ penyebaran penduduk serta jangkauan pelayanan.

Arahan jenis sarana dan prasarana yang harus disediakan meliputi

fasilitas untuk melayani dalam lingkup regional, kota, BWK, dan

lingkungan/blok. Disamping itu juga mempertimbangkan faktor

aksesibilitas pelayanan penduduk kota dalam hubungannya

dengan penduduk, dan juga dimaksudkan sebagai faktor pengikat

kesatuan lingkungan. Penentuan kebutuhan sarana prasarana

diperhitungkan dengan daya tampung penduduk yang akan

dilayani. Strategi pengembangan prasarana dan sarana kota

dilakukan dengan mempertimbangkan kebijaksanaan penataan

ruang pada masing-masing sektoral.

9. Kebijaksanaan dan Strategi Pengaturan Bangunan

Kebijaksanaan pengaturan bangunan mencakup pengaturan

intensitas penggunaan lahan, penentuan Koofisien Dasar Bangunan

(KDB), Koofisien Lantai Bangunan KLB dan Garis Sepadan

Bangunan (GSB). Penetapan KDB, KLB dan GSB ditetapkan dengan

pertimbangan beberpa hal yaitu Jenis kegiatan yang akan

dikembangkan, Intensitas kegiatan, keadaan fisik, dan

Page 19: KONSEP DAN ARAHAN PENATAAN RUANG   BAGIAN WILAYAH KOTA II

kebijaksanaan yang tertuang dalam rencana tata ruang yang lebih

tinggi. Secara spesifik kebijaksanaan poengembangan intensitas

penggunaan lahan dapat diuraikan sebagai berikut :

Pengaturan intensitas penggunaan lahan dimplementasikan

berupa pengendalian distribusi kepadatan penduduk dan

distribusi kepadatan bangunan.

Pengaturan kepadatan bangunan dan pengendalian aspek

jarak fisik dari pusat-pusat kegiatan kota serta tingkat

aksesibilitas suatu bagian wilayah kota terhadap struktur kota

secara keseluruhan.

Pengaturan massa bangunan dengan penyesuaian terhadap

kebijaksanaan KDB, KLB dan GSB dengan didasarkan kepada

kondisi BWK II. Didukung dengan pengketatan peraturan-

peraturan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan

untuk bangunan baru.

Pengaturan KLB massal yang berupa upaya pengendalian KDB

pada kawasan pemukiman baru sebesar 60% dari keseluruhan

luas kawasan perencanaannya di luar luasan yang

dipergunakan untuk jaringan utilitasnya.

Pengaturan KDB pada rumah/permukiman tunggal sebesar

60% pada kawasan yang mempunyai tingkat kelerengan

rendah (kurang dari 40%) sedangkan untuk kawasan dengan

kelerengan 35-40% KDB maksimum sebesar 40%

Pengaturan GSB didasarkan pada fungsi dan lebar jalan (GSB =

½ l. jalan), dan adanya pengaturan spesifik pada kawasan

tertentu seperti pengaturan bangunan pada kawasan

perdagangan jasa.

Ketinggian bangunan yang dipengaruhi oleh fungsi bangunan,

arahan ketinggian bangunan yaitu perumahan 1 – 2 lantai,

fungsi perdagangan 2 – 7 lantai.