kajian perubahan penggunaan lahan untuk … · penataan pola ruang kawasan ... untuk menyusun...

95
KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK ARAHAN PENATAAN POLA RUANG KAWASAN HUTAN PRODUKSI GEDONG WANI PROVINSI LAMPUNG ARIYADI AGUSTIONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: danganh

Post on 11-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

UNTUK ARAHAN PENATAAN POLA RUANG KAWASAN

HUTAN PRODUKSI GEDONG WANI PROVINSI LAMPUNG

ARIYADI AGUSTIONO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan
Page 3: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul Kajian Perubahan

Penggunaan Lahan Untuk Arahan Penataan Pola Ruang Kawasan Hutan Produksi

Gedong Wani Provinsi Lampung adalah benar karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

ARIYADI AGUSTIONO

NIM A156120354

Page 4: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

RINGKASAN

ARIYADI AGUSTIONO. Kajian Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Arahan

Penataan Pola Ruang Kawasan Hutan Produksi Gedong Wani Provinsi Lampung.

Dibimbing oleh SANTUN R.P SITORUS dan HARIADI KARTODIHARDJO.

Berdasarkan UU No 41/1999 tentang kehutanan, fungsi utama hutan

produksi adalah memproduksi hasil hutan, baik kayu, non kayu maupun jasa lingkungan. Akan tetapi, hal ini tidak ditemui pada kawasan hutan produksi Gedong Wani Provinsi Lampung, karena kawasan ini telah berkembang menjadi desa definitif dengan penggunaan lahan berupa pemukiman, ladang dan perkebunan sehingga kawasan hutan tidak berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan desa dalam kawasan hutan, menganalisis penggunaan lahan dan perubahannya pada periode tahun 2000-2013, menganalisis besarnya pengaruh faktor fisik lahan, demografi dan kebijakan penggunaan kawasan hutan terhadap perubahan penggunaan lahan dalam kawasan hutan, memprediksi penggunaan lahan dalam kurun waktu 13 tahun ke depan dan merumuskan arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan agar berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Penelitian dilakukan di kawasan hutan produksi Gedong Wani yang terletak di Kabupaten Lampung Selatan dan Lampung Timur. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut: (1) untuk analisis perkembangan desa digunakan analisis skalogram,(2) analisis penggunaan lahan melalui interpretasi Citra Satelit Landsat TM. 5 tahun 2000 dan TM 8 Tahun 2013, sedangkan analisis perubahan penggunaan lahan melalui operasi tumpang susun (overlay) dengan bantuan Sistem Informasi Geografi (SIG), (3) prediksi penggunaan lahan dengan pendekatan model spasial Cellular Automata, (4) untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan ditinjau dari aspek fisik lahan, demografi dan kebijakan penggunaan kawasan hutan menggunakan regresi logistic binner dan (5) untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis analisis penggunaan lahan dan perkembangan desa serta mempertimbangkan kebijakan pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan menurut UU No 41/1999.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 39 desa di kawasan hutan produksi Gedong Wani dengan tingkat perkembangan paling tinggi pada tahun 2011 yaitu desa Jati Baru kecamatan Tanjung Bintang Lampung Selatan. Perubahan penggunaan lahan periode tahun 2000 ke 2013 adalah peningkatan luas perkebunan rakyat dan area terbangun, serta penurunan luas ladang dan hutan. Ditinjau dari aspek fisik lahan, demografi dan kebijakan penggunaan kawasan hutan, faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan menjadi ladang dan area terbangun adalah kebijakan penggunaan kawasan hutan dan pertambahan jumlah penduduk. Peluang terjadinya perubahan penggunaan lahan banyak terjadi pada lahan yang telah dibebani izin resmi penggunaan kawasan hutan untuk industri dan lahan yang telah dibebani hak izin tukar menukar kawasan hutan untuk pengembangan kota baru Lampung serta lahan-lahan yang belum dibebani hak/izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, sedangkan peluang terjadinya perubahan penggunaan lahan menjadi perkebunan rakyat banyak terjadi pada jenis tanah Ultisol. Prediksi penggunaan lahan tahun 2026

Page 5: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

berdasarkan asumsi perilaku perubahan penggunaan lahan pada periode tahun sebelumnya, menunjukkan peningkatan luas perkebunan rakyat dan area terbangun serta penurunan luas ladang dan hutan.

Arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi adalah dengan mengatur penggunaan lahan existing sesuai mekanisme pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan produksi menurut UU No 41/1999 yaitu menambah luas tegakan hutan melalui rehabilitasi lahan pada tipe penggunaan lahan ladang dan perkebunan rakyat melalui mekanisme pemanfaatan kawasan hutan dengan pelibatan masyarakat dalam pengelolan kawasan hutan, serta melokalisir penggunaan lahan untuk area terbangun sebagai area tidak efektif produksi hasil hutan. Prioritas pembangunan kehutanan diarahkan pada antisipasi untuk mengurangi efek penyebaran (spread effect) perkembangan wilayah yang relatif tinggi terhadap wilayah sekitarnya, utamanya pada kecamatan Tanjung Bintang dan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

Kata kunci: arahan, desa, kawasan hutan produksi, penggunaan lahan,

prediksi

Page 6: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

SUMMARY

ARIYADI AGUSTIONO. Study of Land-use change for referral of spatial

pattern arrangement in the Gedong Wani Production Forest Area, Lampung

Province. Supervised by SANTUN R.P SITORUS and HARIADI

KARTODIHARDJO.

According to Law No. 41/1999 regarding Forestry, production forest has

principal function of producing timber forest products, non- timber and other

environment services. However, it is not found in the Gedong Wani production

forest area Lampung province, as the region has grown to become the definitive

rural land uses such as residential, farm and forest plantations that do not function

as intended. This study aims : (1) to analyze the development of the village in a

forest area, (2) to analyze land use and land use changes in the period 2000-

2013, (3) to analyze influence of physical factors of land, demography and forest

land use policies on land use change in forest area, (4) to predict landuse within a

period of 13 years ahead and (5) to formulate policy directives of spatial patterns

arrangement of forest area in order to function as intended.

The study was conducted in Gedong Wani production forests area in South

Lampung and East Lampung regencies. The method was used as follow : (1) to

analyze of rural development using schallogram analysis, (2) to analyze land use

through interpretation of satellite imagery Landsat 5 TM in 2000 and Landsat 8

TM In 2013, landuse changed analysis through overlay with Geographic

Information Systems (GIS), (3) landuse prediction with Cellular Automata

approach, (4) to analyze physical aspects of the land , demography and landuse

forest policies that influence land use through regression logistic Binner, (5) to

formulate refferal of spatial patterns arrangement of forest production area

through synthesis of land-use and rural development analysis with consider of

utilization and using of forest area according to Act No. 41/1999.

The results showed that there were 39 villages in GedongWani production

forest area with the highest growth rate in 2011 found in Jati Baru village

Tanjung Bintang districts South Lampung regency. Land-use change between

2000 and 2013 show an increase in smallholder plantation and built up area,

conversely, a decrease in extent of dry land cultivation and forests. In terms of the

physical aspects of the land, demography and landuse forest policy, the factors

that influence land use change into dry land cultivation and built up area are land-

use forest policy and addition of number of people. Land -use change posibility

occurs on land that has borrow-use permits of forest area for industrial and land

rights that have been change of forest land for development of the new city of

Lampung as well as lands that have not allocated the rights / permits and forest

use, while the chances of a change in land use to smallholder plantations occur on

Ultisol soil type. Prediction of land use in year of 2026 based on the assumption

of behavioral changes in land use in the periode of previous years, showed an

increase in smallholder plantations and built-up area, and decrease in dry land

cultivation and forest area.

Page 7: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

Policy directives of spatial patterns arrangement of production forests is to

regulate the use of existing land use and the use of appropriate mechanisms of

production forest area according to Act No. 41/1999 which adds forest area

through rehabilitation in dry land cultivation and smallholder plantations with

community-based forest management mechanisms, as well as localizing land use

of built up area for an area established as ineffective for the current forest

production, and gradually build up collaboration for the ultimate goal to be

achieved. Furthermore, forestry development priorities aimed to anticipatien for

reducing the relative high spread effect of regional growth to the surrounding

areas, primarily in the Tanjung Bintang and Jati Agung districts, South Lampung

regency.

Keywords: direction, forest production, land use, prediction, village

Page 8: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 9: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

UNTUK ARAHAN PENATAAN POLA RUANG KAWASAN

HUTAN PRODUKSI GEDONG WANI PROVINSI LAMPUNG

ARIYADI AGUSTIONO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 10: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Widiatmaka, DAA

Page 11: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

Judul Tesis : Kajian Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Arahan

Penataan Pola Ruang Kawasan Hutan Produksi Gedong Wani

Provinsi Lampung

Nama : Ariyadi Agustiono

NIM : A156120354

Disetujui Oleh

Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Santun R.P. Sitorus

Ketua

Prof Dr Ir Hariadi Kartodihardjo, MS

Anggota

Diketahui Oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Perencanaan Wilayah

Prof Dr Ir Santun R.P. Sitorus

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 4 Maret 2014

Tanggal Lulus:

Page 12: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

Judul Tesis

Nama NIM

Kajian Perubahan Penggunaan Laban Untuk Arahan Penataan Pola Ruang Kawasan Hutan Produksi Gedong Wani Provinsi Lampung Ariyadi Agustiono A156120354

Disetujui Oleh

Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Santun R.P. Sitorus Prof Dr Ir Hariadi Kartodihardjo, MS Ketua Anggota

Diketahui Oleh

Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

- -Prof Dr Ir Santun R.P. Sitorus

Tanggal Ujian: 4 Maret 2014 Tanggal Lulus: 2 7 M A R 20 14

Page 13: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya sehingga

karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang

dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 sampai dengan November 2013 ini adalah

penggunaan lahan di kawasan hutan produksi, dengan judul Kajian Perubahan

Penggunaan Lahan untuk Arahan Penataan Pola Ruang Kawasan Hutan Produksi

Gedong Wani Provinsi Lampung.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Santun R.P Sitorus

dan Bapak Prof Dr Ir Hariadi Kartodihardjo, MS selaku komisi pembimbing,

Bapak Dr Widiatmaka, DAA selaku penguji luar komisi pembimbing serta Ibu

Dr Dra Khursatul Munibah, MSc selaku moderator ujian tesis. Ucapan terima

kasih juga disampaikan kepada seluruh staf pengajar dan staf administrasi serta

rekan-rekan program studi ilmu perencanaan wilayah Institut Pertanian Bogor

atas ilmu, pelayanan dan semangat serta motivasinya. Kepada Pusbindiklatren

Bappenas diucapkan terimakasih atas kesempatan dan beasiswa yang diberikan.

Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Kepala Dinas Kehutanan

Provinsi Lampung dan Kepala UPTD KPH Gedong Wani beserta staf yang telah

membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan

kepada ayah, ibu, ibu mertua, istri dan anak-anakku, serta seluruh keluarga, atas

doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor, Maret 2014

Ariyadi Agustiono

Page 14: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR LAMPIRAN v

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitiaan 4 Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Penataan Ruang 5 Hirarki Wilayah 6 Evaluasi Penggunaan dan Penutupan Lahan (Land Use dan Land

Cover) 6 Kawasan Hutan Produksi Dalam Pola Pemanfaatan Ruang 7 Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhinya 8 Prediksi Perubahan Penggunaan dan Penutupan Lahan 9 Kesesuaian Lahan 10

METODE PENELITIAN 11

Kerangka Pemikiran 11

Lokasi Dan Waktu Penelitian 13

Bahan dan Alat 14

Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 14

Metode dan Teknik Analisis Data 15

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25

Sejarah Kelompok Kawasan Hutan Produksi Gedong Wani 25 Tata Ruang Wilayah 26 Administrasi 27 Kependudukan 27 Mata Pencaharian 28

Karakteristik Fisik Wilayah 29

HASIL DAN PEMBAHASAN 32

Perkembangan Wilayah 32

Analisis Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Hutan Produksi

Gedong Wani Tahun 2000 dan Tahun 2013 37

Analisis Pengaruh Faktor Fisik Lahan, Demografi dan Kebijakan

Penggunaan Kawasan Hutan Terhadap Perubahan Penggunaan

Lahan 43

Prediksi Penggunaan Lahan 48

Page 15: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

ii

Arahan dan Skenario Kebijakan Penataan Pola Ruang Kawasan

Hutan Produksi Gedong Wani 53

SIMPULAN DAN SARAN 62 Simpulan 62 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 68

RIWAYAT HIDUP 76

Page 16: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

iii

DAFTAR TABEL

1. Matrik hubungan antara tujuan penelitian, jenis data, sumber data,

teknik analisis dan keluaran pada setiap tahapan penelitian 16

2. Contoh matriks transformasi perubahan penggunaan lahan 19

3. Variabel bebas yang digunakan dalam model regresi logistik 20

4. Skoring kelas lereng 21

5. Skoring kelas jenis tanah 22

6. Skoring intensitas hujan 22

7. Kriteria kesesuaian lahan untuk ladang 23

8. Kriteria kesesuaian lahan untuk perkebunan rakyat 23

9. Jumlah penduduk dan keluarga pada kecamatan dalam kawasan hutan

produksi Gedong Wani 28

10. Ketinggian tempat (mdpl) pada kelompok kawasan hutan produksi

Gedong Wani 29

11. Kemiringan lereng di kawasan hutan produksi Gedong Wani. 29

12. Jenis tanah pada kelompok kawasan hutan produksi Gedong Wani 31

13. Nilai indek perkembangan desa dan penentuan hirarki wilayah 32

14. Jumlah desa pada setiap kecamatan berdasarkan tingkat hirarki 33

15. Perubahan hirarki desa tahun 2003 / 2011 36

16. Penggunaan/penutupan lahan di kawasan hutan produksi Gedong

Wani 38

17. Perubahan penggunaan lahan di kawasan hutan produksi Gedong

Wani dari tahun 2000 ke tahun 2013 40

18. Faktor yang diduga berpengaruh terhadap perubahan lahan menjadi

perkebunan rakyat 44

19. Faktor yang diduga berpengaruh terhadap perubahan lahan menjadi

area terbangun 46

20. Faktor yang diduga berpengaruh terhadap perubahan lahan menjadi

ladang 47

21. Luas lahan sesuai (S) dan tidak sesuai (N) pada berbagai tipe

penggunaan lahan 49

22. Prediksi penggunaan lahan di kawasan hutan produksi Gedong Wani

tahun 2026 52

23. Keterkaiatan penggunaan lahan dengan fungsi dan peruntukan

kawasan hutan produksi 57

Page 17: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

iv

DAFTAR GAMBAR

1. Bagan alir kerangka pemikiran 12

2. Tahapan alur penelitian 13

3. Lokasi penelitian 14

4. Diagram alir model Cellular Automata 24

5. Peta administrasi kawasan hutan produksi Gedong Wani. 27

6. Perubahan jumlah keluarga petani tahun 2003 dan 2011 di wilayah

kawasan hutan produksi Gedong Wani 28

7. Peta ketinggian tempat kelompok kawasan hutan produksi Gedong

Wani. 30

8. Peta kelas lereng tempat kelompok kawasan hutan produksi

Gedong Wani. 30

9. Peta jenis tanah tingkat ordo pada kelompok kawasan hutan

produksi Gedong Wani 31

10. Peta hirarki desa-desa dalam kawasan hutan produksi Gedong

Wani tahun 2003 35

11. Peta hirarki desa-desa dalam kawasan hutan produksi Gedong

Wani tahun 2011 35

12. Luas penggunaan/penutupan lahan pada kelompok kawasan hutan

produksi Gedong Wani tahun 2000 dan 2013. 38

13. Pola perubahan penggunaan 41

14. Peta penggunaan /penutupan lahan kelompok kawasan hutan

produksi Gedong Wani tahun 2000 42

15. Peta penggunaan /penutupan lahan kelompok kawasan hutan

produksi Gedong Wani tahun 2013 42

16. Kesesuaian lahan (a) area terbangun, (b) hutan, (c) ladang, (d)

perkebunan rakyat serta lokasi (e) perkebunan PTPN dan (f) tubuh

air. 50

17. Hasil validasi model prediksi penggunaan lahan pada berbagai

iterasi 51

18. Kecenderungan perubahan penggunaan lahan di kawasan hutan

produksi Gedong Wani tahun 2000, 2013 dan 2026 52

19. Peta prediksi penggunaan lahan tahun 2026 52

21. Mekanisme pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan produksi

berdasarkan UU No 41 tahun 1999 dan peraturan turunannya. 56

22. Peta arahan pola ruang kawasan hutan produksi Gedong Wani 61

Page 18: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

v

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data analisis skalogram pada data podes 2003 68

2. Data analisis skalogram pada data podes 2011 69

3. Citra landsat tahun 2000 dan 2013 70

4. Titik koordinat hasil referensi cek lapangan dan cek pada peta bing

map 71

5. Hasil analisis regresi logistik binner. 74

Page 19: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan
Page 20: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia mempertahankan hidupnya dengan melakukan aktifitas

pemanfaatkan sumberdaya alam yang memiliki kecenderungan membentuk pola

dan struktur yang berdimensi ruang dan waktu. Pola pemanfaatan ruang

dicerminkan oleh gambaran percampuran atau keterkaitan spasial antar

sumberdaya dan pemanfaatannya. Pemanfaatan sumberdaya yang tersedia pada

ruang bersifat dinamis. Akan tetapi dinamika pemanfaatan ruang tidak selalu

mengarah pada optimalisasi pemanfaatan sumberdaya yang ada, hal ini terutama

disebabkan oleh terus meningkatnya kebutuhan ruang sejalan dengan

perkembangan kegiatan budidaya sementara keberadaan ruang bersifat terbatas.

Pola pemanfaatan ruang wilayah meliputi arahan pengelolaan kawasan lindung,

arahan pengelolaan kawasan budidaya, kawasan perkotaan dan perdesaan serta

kawasan prioritas.

Penetapan kawasan hutan1 merupakan salah satu cakupan dalam arahan

pola ruang untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pada arahan tata ruang

kawasan hutan mempunyai fungsi khusus yaitu berfungsi lindung, konservasi, dan

untuk pendukung kehidupan serta segala ekosistemnya disamping juga sebagai

kawasan budidaya yang menghasilkan produk kehutanan yang dapat digunakan

untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri dan pengolahan kayu serta hasil

hutan non kayu. Peruntukan ruang kawasan budidaya pada kawasan hutan

meliputi hutan produksi terbatas (HPT), hutan produksi tetap (HP) dan hutan

produksi yang dapat dikonversi (HPK).

Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi

pokok memproduksi hasil hutan2 (UU Nomor 41 tahun 1999). Dalam Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRTM/M/2007 tentang pedoman dan

kriteria teknis kawasan budidaya, fungsi hutan produksi adalah : penghasil kayu

dan bukan kayu, daerah resapan air hujan untuk kawasan disekitarnya, membuka

penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat dan sumber pemasukan

dana bagi pemerintah daerah dalam bentuk dana bagi hasil.

Melihat manfaat yang begitu besar ini maka peran ganda manfaat kawasan

hutan produksi dapat berupa manfaat ekonomi secara langsung maupun manfaat

untuk menjaga daya dukung lingkungan. Namun demikian keberadaan seluruh

manfaat dan fungsi kawasan hutan terletak pada berdirinya tegakan (standing

stock). Secara ekonomi manfaat dari penebangan kayu memberi peran 5% - 7%

dari seluruh manfaat hutan (Darusman 1999, Simangunsong 2003 dalam

Kartodihardjo, 2004). Fungsi hutan sebagai daya dukung lingkungan justru

1 Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah

untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap (Putusan MK Perkara Nomor 45

tentang pengujian konstitusionalitas pasal 1 ayat 3 UU Nomor 41 tahun 1999 tentang

Kehutanan)

2 Hasil hutan adalah komoditi yang dapat diubah menjadi hasil olahan dalam upaya mendapat

nilai tambah serta membuka peluang kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. (Penjelasan

UU Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan)

Page 21: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

2

memberi peran lebih besar yaitu antara 93% - 95% . Dengan demikian keberadaan

hutan bukan hanya terkait manfaat bagi pemilik dan/atau pengelola, tetapi juga

bagi masyarakat sekitar, wilayah, nasional dan global.

Kawasan hutan merupakan sumberdaya bersama (common pool resource)

yang secara de-jure keberadaannya dikuasai oleh Negara, akan tetapi secara de-

facto mempunyai sifat open acces yang berarti bahwa sifat sumberdaya ini

seolah-olah tanpa pemilik. Akibatnya banyak lahan kawasan hutan di Indonesia

dimanfaatkan secara illegal sehingga fungsi kawasan hutan tidak sesuai dengan

peruntukannya.

Laju deforestasi kawasan hutan tahun 2011 di Indonesia sebesar

478 618.1 ha/tahun (Kementrian Kehutanan, 2012) Besarnya laju kerusakan ini

mengindikasikan banyak kawasan hutan mengalami degradasi fungsi. Hal ini

menunjukkan lemahnya pengelolaan kawasan hutan negara di lapangan (de facto

open access) yang secara jelas menjadi penyebab berbagai kelemahan dan

kegagalan pembangunan kehutanan. Menyadari kelemahan tersebut Pemerintah

Pusat (Kementerian Kehutanan) bersama Pemerintah Daerah membentuk unit

pengelolaan kawasan hutan yang kemudian disebut Kesatuan Pengelolaan Hutan

(KPH). Salah satu KPH yang telah dibentuk adalah KPH Produksi Gedong Wani3

yang berada di Provinsi Lampung. KPH ini diberi otoritas melakukan pengelolaan

mulai dari penataan, perencanaan pengelolaan, rehabilitasi dan reklamasi,

penegakan hukum termasuk perlindungan dan pengamanan hutan serta

mengembangkan investasi guna mendukung tercapainya tujuan pengelolaan hutan

lestari di kawasan hutan produksi Gedong Wani.

Kawasan hutan produksi Gedong Wani secara administrasi terletak di

Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Lampung Timur dengan luas 30 243

ha (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2012). Tutupan lahan pada kawasan

hutan produksi Gedong Wani berdasarkan interpretasi Citra Landsat Tahun 2009

75.6 % adalah pertanian lahan kering, 13.6% pertanian lahan kering bercampur

semak, 9.2% pemukiman dan sisanya adalah semak belukar dan perkebunan

(Kementerian Kehutanan, 2011a).

Keberadaan pemukiman dalam kawasan hutan produksi Gedong Wani

merupakan suatu daerah administrasi desa definitif. Jumlah desa definitif di

kawasan hutan produksi ini sebanyak 38 desa yang tersebar di 11 Kecamatan pada

2 Kabupaten yaitu Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Lampung Timur

(Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2012). Selain statusnya definitif, desa

dalam kawasan hutan Gedong Wani juga dilengkapi jenis fasilitas pelayanan baik

ekonomi, sosial maupun pendidikan yang jumlahnya terus meningkat dari tahun

ke tahun. Sehingga desa ini berkembang seperti halnya desa desa lainnya diluar

kawasan hutan.

Fenomena penggunaan lahan di KHP Gedong Wani merupakan bentuk

pertentangan antara aspek hukum dan aspek ekonomi. Dari aspek hukum status

lahan (land status) kawasan hutan produksi Gedong Wani merupakan wilayah

yang dikuasai oleh negara sehingga segala bentuk pemanfaatan dan penggunaan

ruang dalam kawasan tersebut harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan.

3 KPHP Gedong Wani ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor SK.427/Menhut-

II/2011 tanggal 27 Juli 2011 seluas ± 30 243 ha. Landasan pembentukan organissasi KPHP

Gedong Wani di tingkat Pemerintah Daerah ditetapkan berdasarkan Peraturan Gubernur

Lampung Nomor 27 tahun 2010 tanggal 6 Agustus 2010

Page 22: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

3

Sedangkan, dari aspek ekonomi pemanfaatan sumberdaya lahan dalam kawasan

hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat dalam bentuk penggunaan

lahan untuk pemukiman beserta segala sarana prasarananya dan penggunaan

lahan untuk aktifitas budidaya pertanian non kehutanan yang belum sesuai

dengan aturan main dalam kebijakan kehutanan. Disamping itu kebutuhan

Pemerintah Daerah Provinsi Lampung yang mengusulkan pengalokasian ruang

dalam kawasan hutan melalui usulan perubahan peruntukan lahan secara parsial

kawasan hutan produksi Gedong Wani untuk pengembangan Kota Baru Lampung,

menjadi tantangan bagi pengelola KHP Gedong Wani untuk merencanakan

kawasan hutan agar dapat kembali berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Keterlanjuran pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan yang tidak

sesuai dengan fungsi dan peruntukan merupakan realitas yang ada di KHP

Gedong Wani. Untuk itu, kajian perkembangan wilayah dan penggunaan lahan

dengan berbagai proses perubahannya sangat diperlukan sebagai titik tolak dalam

perencanaan kebijakan penataan kawasan hutan. Berbagai teknik analisis seperti

teknik penginderaan jauh dan sistem informasi geografi (SIG) dapat digunakan

untuk memberikan gambaran penggunaan lahan beserta perubahannya bahkan

meramalkan (forecasting) penggunaan lahan pada masa yang akan datang.

Selanjutnya, berpedoman pada peraturan perundang-undangan, hasil kajian

penggunaan lahan ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mengendalikan

pemanfaatan dan penggunaan lahan (pola ruang) di kawasan hutan produksi

Gedong Wani.

Rumusan Masalah

Permasalahan yang menjadi fokus penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1. Belum diketahuinya secara kuantitatif tingkat perkembangan desa-desa dalam

kawasan hutan produksi terkait dengan jumlah dan jenis fasilitas yang

dimiliki.

2. Belum diketahunyai trend penggunaan lahan secara kuantitatif di kawasan

hutan produksi Gedong Wani dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

3. Belum diketahuinya besarnya pengaruh faktor fisik lahan, demografi dan

kebijakan penggunaan kawasan hutan terhadap perubahan penggunaan lahan

dalam kawasan hutan produksi Gedong Wani.

4. Belum diketahuinya prediksi penggunaan lahan di masa yang akan datang

pada kawasan hutan produksi Gedong Wani berdasarkan asumsi prilaku

perubahan penggunaan lahan periode 10 tahun terakhir.

5. Belum adanya arahan penataan pola ruang kawasan hutan produksi Gedong

Wani yang mengarah pada fungsi dan peruntukan kawasan hutan sesuai

ketentuan.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, disusun pertanyaan penelitian

(research question) sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan wilayah desa-desa dalam kawasan hutan produksi

Gedong Wani?

2. Bagaimana penggunaan lahan dan perbahannya di kawasan hutan produksi

Gedong Wani dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (tahun 2000 dan 2013)?

Page 23: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

4

3. Ditinjau dari aspek fisik lahan, demografi dan kebijakan penggunaan kawasan

hutan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap terjadinya perubahan

penggunaan lahan di kawasan hutan produksi Gedong Wani?

4. Bagaimana prediksi penggunaan lahan pada masa yang akan datang

berdasarkan asumsi perilaku perubahan penggunaan lahan pada kawasan

hutan produksi Gedong Wani?

5. Arahan kebijakan penggunaan lahan seperti apa yang dapat

direkomendasikan agar perubahan penggunaan lahan ke depan mengarah

pada terbentuknya pola ruang yang sesuai dengan fungsi dan peruntukan

kawasan hutan?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menyusun arahan kebijakan penataan pola

ruang kawasan hutan produksi Gedong Wani berdasarkan kajian fisik lahan,

perkembangan wilayah dan peraturan perundang-undangan. Tujuan antara adalah

sebagai berikut:

1. Menganalisis tingkat perkembangan desa-desa dalam kawasan hutan produksi

Gedong Wani.

2. Menganalisis perubahan penggunaan lahan pada kawasan hutan produksi

Gedong Wani tahun 2000 dan tahun 2013

3. Menganalisis besarnya pengaruh faktor fisik lahan, demografi dan kebijakan

penggunaan kawasan hutan terhadap perubahan penggunaan lahan.

4. Memprediksi penggunaan lahan dalam kurun waktu 13 tahun ke depan

dengan menggunakan pendekatan model spasial.

5. Merumuskan arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi

Gedong Wani sesuai dengan fungsi pokok dan peruntukannya.

Manfaat Penelitiaan

Hasil kajian dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah daerah khususnya

Dinas Kehutanan Provinsi Lampung dan Pemerintah Pusat dalam hal ini

Kementerian Kehutanan dalam menyusun rencana tata ruang kawasan hutan

produksi Gedong Wani.

2. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan bahan pustaka bagi penelitian-

penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi dengan penekanan pada kajian aspek

fisik penggunaan lahan, perkembangan wilayah, dan kebijakan pemanfaatan dan

penggunaan kawasan hutan produksi untuk tujuan memberikan arahan kebijakan

penataan pola ruang kawasan hutan produksi Gedong Wani yang sesuai dengan

Page 24: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

5

fungsi dan peruntukannya. Oleh karena itu, batasan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Aspek fisik lahan yang dikaji meliputi penggunaan lahan melalui interpretasi

Citra Satelit resolusi rendah hingga menengah (Landsat TM 5 dan TM 8)

serta unsur-unsur fisik lahan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan pada

setiap tipe tutupan/penggunaan lahan.

2. Aspek tingkat perkembangan wilayah dianalisis melalui jumlah dan jenis

fasilitas yang dimiliki desa-desa dalam kawasan hutan produksi Gedong

Wani.

3. Aspek kebijakan dilihat dari peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan produksi tetap (HP)

TINJAUAN PUSTAKA

Penataan Ruang

Penataan ruang merupakan bentuk intervensi positif atas kehidupan sosial

dan lingkungan guna meningkatkan kesejahteraan yang berkelanjutan. Secara

lebih spesifik, penataan ruang dilakukan sebagai : (1) Optimasi pemanfaatan

sumberdaya (mobilisasi dan alokasi pemanfaatan sumberdaya) guna

terpenuhinya efisiensi dan produktifitas, (2) Alat dan wujud distribusi sumberdaya

guna terpenuhinya prinsip pemerataan, keberimbangan dan keadilan, serta (3)

Menjaga keberlanjutan (sustainability) pembangunan. Selain itu, tujuan penataan

ruang adalah upaya (4) menciptakan rasa aman dan (5) kenyamanan ruang

(Rustiadi et al. 2011)

Selanjutnya menurut Rustiadi et al. (2011) proses penataan ruang

mempunyai landasan-landasan penting yang perlu diperhatikan sebagai falsafah

yakni (1) sebagai bagian dari upaya memenuhi kebutuhan masyarakat untuk

melakukan perubahan atau upaya mencegah terjadinya perubahan yang tidak

diinginkan; (2)menciptakan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya di masa

sekarang dan masa yang akan datang (pembangunan berkelanjutan), (3)

disesuaikan dengan kapasitas pemerintah dan masyarakat untuk

mengimplementasikan perencanaan yang disusun, (4) upaya melakukan

perubahan yang lebih baik secara terencana (5) sebagai suatu sistem yang meliputi

kegiatan perencanaan, implementasi dan pengendalian pemanfaatan ruang dan (6)

dilakukan jika dikehendaki adanya perubahan struktur dan pola pemanfaatan

ruang, artinya tidak dilakukan tanpa sebab atau kehendak.

Optimasi penataan ruang kawasan hutan dilakukan berdasarkan

pertimbangan daya dukung, potensi, kebutuhan kayu dan kebutuhan non kayu,

resiko lingkungan dan DAS Prioritas. Pemanfaatan ruang kawasan hutan optimal

dicirikan oleh : memenuhi berbagai kebutuhan terhadap hasil hutan, memecahkan

masalah sosial dan lingkungan, dan melestarikan sumberdaya hutan (P4W, 2006)

Penelitian Damai (2006) di wilayah pesisir kota Bandar Lampung

memberikan arahan peruntukan ruang yang komprehensif bagi wilayah pesisir

Page 25: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

6

Kota Bandar Lampung adalah meliputi ruang bagi pembenahan kawasan

perkotaan yang telah terbangun seluas 1 337 ha; ruang pengembangan pemukiman

dan prasarana wilayah seluas 1 250 ha; ruang penyangga seluas 1 037 ha; serta

perairan pelabuhan seluas 3 167 ha; perikanan tangkap tradisional seluas 1 510 ha

dan wisata seluas 195 ha.

Hirarki Wilayah

Wilayah didefinisikan sebagai area geografis yang mempunyai ciri tertentu

dan merupakan media bagi segala sesuatu untuk berlokasi dan berinteraksi.

Hirarki suatu wilayah sangat terkait dengan hirarki fasilitas kepentingan umum di

masing-masing wilayah. Hirarki wilayah dapat membantu untuk menentukan

fasilitas apa yang harus ada atau perlu dibangun di masing-masing wilayah.

Fasilitas kepentingan umum bukan hanya menyangkut jenisnya, tetapi juga

kapasitas pelayanan dan kualitasnya. Jenis fasilitas itu mungkin harus ada di

seluruh wilayah, tetapi kapasitas dan kualitas layanannya harus berbeda. Makin

maju suatu wilayah, semakin beragam fasilitas yang disediakan sehingga makin

luas wilayah pengaruhnya (Tarigan 2005).

Rustiadi et al. (2011) menyatakan bahwa secara teoritis hirarki wilayah

sebenarnya ditentukan oleh tingkat kapasitas pelayanan wilayah

yangditunjukkanoleh kapasitas secara totalitas yang tidak terbatas infrastruktur

fisiknya saja tetapi juga kapasitas kelembagaan, sumberdaya manusia serta

kapasitas perekonomiannya.

Secara fisik dan operasional, sumberdaya yang paling mudah dinilai dalam

penghitungan kapasitas pelayanan adalah sumberdaya buatan (sarana dan

prasarana pada pusat-pusat wilayah). Secara sederhana, kapasitas pelayanan

infrastruktur atau prasarana wilayah dapat diukur dari (1) jumlah sarana pelayanan

(2) jumlah jenis sarana pelayanan yang ada, serta (3) kualitas sarana pelayanan

(Rustiadi et al. 2011)

Hasil penelitian Muiz (2009) di Kabupaten Sukabumi dengan

menggunakan analisis skalogram dihasilkan hirarki desa pada setiap kecamatan

pada tahun 2006 yaitu desa dengan tingkat hirarki I adalah desa-desa dengan

tingkat perkembangan tinggi memiliki Indek Perkembangan Desa (IPD) > 128.7

sebanyak 26 desa dan terdapat pada 20 kecamatan. Desa dengan hirarki II yaitu

desa-desa yang memiliki tingkat perkembangan sedang dengan tingkat IPD antara

89.5 sampai 128.67 sebanyak 107 desa dan tersebar di semua kecamatan di

kabupaten Sukabumi kecuali kecamatan Bantargadung, Cidahu, Curugkembar,

Parakansalak dan Waluran. Desa dengan tingkat hirarki III yaitu desa-desa yang

memiliki tingkat perkembangan rendah, dengan IPD <89.75 adalah desa-desa

yang paling banyak jumlahnya di kabupaten Sukabumi.

Evaluasi Penggunaan dan Penutupan Lahan (Land Use dan Land Cover)

Definisi mengenai penggunaan lahan (land use) dan penutupan lahan (land

cover) pada hakekatnya berbeda walaupun sama-sama menggambarkan keadaan

fisik permukaan bumi. Liliesand dan Kiefer (1993) mendefinisikan penggunaan

Page 26: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

7

lahan berhubungan dengan kegiatan manusia pada suatu bidang lahan, sedangkan

penutupan lahan lebih merupakan perwujudan fisik objek-objek yang menutupi

lahan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap objek-objek tersebut.

Sebagai contoh penggunaan lahan untuk permukiman yang terdiri dari atas

permukiman, rerumputan dan pepohonan.

Menurut Rustiadi et al. (2011) penggunaan lahan dan penutupan lahan dapat

memiliki pengertian yang sama untuk hal-hal tertentu tetapi sebenarnya memiliki

pengertian yang berbeda. Penggunaan lahan menyangkut aktifitas pemanfaatan

lahan oleh manusia, sedangkan penutupan lahan lebih bernuansa fisik.

Evaluasi pemanfaatan ruang aktual (eksisting) yang meliputi penggunaan

lahan dan penutupan lahan), diperlukan untuk menggambarkan kondisi fisik

wilayah secara aktual. Informasi pemanfaatan ruang aktual akan sangat membantu

dalam analisis potensi fisik suatu wilayah secara utuh. Untuk itu diperlukan alat

bantu yang mampu memberikan gambaran tutupan lahan secara luas, cepat,

konsisten dan terkini (up to date) yaitu citra satelit dengan alat analisisnya Sistem

Informasi Geografi (SIG).

Dari hasil interpretasi citra dan analisis GIS diperoleh hubungan antara data

atribut dan data spasial yang dapat ditampilkan secara bersamaan, sehingga

memudahkan evaluasi pemanfaatan ruang aktual. Hasil analisis SIG memberikan

berbagai informasi sumberdaya hutan, kawasan terbangun (built up), perairan

umum, kawasan kritis dan sebagainya. Berdasarkan hasil evaluasi, maka dapat

dilakukan berbagai analisis untuk perencanaan wilayah dan analisis kebijakan

pengembangan.

Kawasan Hutan Produksi Dalam Pola Pemanfaatan Ruang

Dalam Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang

definisi pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang

meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk

fungsi budidaya. Selanjutnya menurut Rustiadi et al. (2011) konsep pola

pemanfaatan ruang wilayah menunjukkan bentuk hubungan antar berbagai

aspek sumberdaya manusia, sumberdaya alam, sumberdaya buatan, sosial

budaya, ekonomi, teknologi, informasi, administrasi, pertahanan keamanan,

fungsi lindung budidaya dan estetika lingkungan dimensi ruang dan waktu yang

dalam kesatuan secara utuh menyeluruh serta berkualitas membentuk tata ruang.

Adapun yang menjadi dasar dalam pertimbangan pemanfaatan ruang wilayah

adalah perkembangan wilayah, kebijakan pembangunan, potensi unggulan,

optimalisasi ruang untuk kegiatan, kapasitas serta daya dukung sumberdaya. Pola

pemanfaatan ruang wilayah meliputi arahan pengelolaan kawasan lindung, arahan

pengelolaan kawasan budidaya, kawasan perkotaan dan perdesaan serta kawasan

prioritas.

Peruntukan ruang kawasan budidaya merupakan pola pemanfaatan ruang

untuk aktifitas budidaya, baik pertanian maupun non pertanian. Peruntukan ruang

kawasan budidaya antara lain meliputi (1) Kawasan hutan produksi, yang terdiri

dari hutan produksi tetap (HP), hutan produksi terbatas (HPT) dan hutan produksi

yang dapat di konversi (HPK), (2) Kawasan pertanian meliputi kawasan pertanian

pangan lahan kering, kawasan pertanian pangan lahan basah, kawasan

Page 27: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

8

perkebunan, kawasan perikanan dan kawasan peternakan. (3) Kawasan

pemukiman, meliputi kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan

fungsi utama sebagai tempat tinggal. Kawasan perkotaan, kawasan yang

mempunyai fungsi sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan

distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial ekonomi budaya, dengan

tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/

PRT/M/2007 tentang pedoman kriteria teknis kawasan budidaya dijelaskan bahwa

fungsi utama kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan hutan produksi

mempunyai fungsi antara lain (1) penghasil kayu dan bukan kayu; (2) sebagai

daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya; (3) membantu penyediaan

lapangan kerja bagi masyarakat setempat (4) sumber pemasukan dana bagi

Pemerintah Daerah (dana bagi hasil) sebagaimana diatur dalam Undang-undang

Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah.

Dalam hal pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan produksi, radius atau

jarak yang diperbolehkan untuk melakukan penebangan pohon di kawasan hutan

produksi adalah :(a). > 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau; (b)

>200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa; (c)

> 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai; (d) > 50 (lima puluh) meter dari

kiri kanan tepi anak sungai; > 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang dan >

130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi

pantai.

Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

Perubahan penggunaan lahan dapat diartikan sebagai suatu proses

perubahan dari penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan lain yang dapat

bersifat permanen maupun sementara, dan merupakan konsekuensi logis dari

adanya pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi

masyarakat yang sedang berkembang, baik untuk tujuan komersial maupun

industri. Kim et al. (2002) memandang perubahan penggunaan lahan sebagai

suatu sistem dimana penambahan populasi beberapa spesies biasanya

menyebabkan kerusakan spesies lainnya.

Barlowe (1986) menyatakan bahwa dalam menentukan penggunaan lahan

terdapat tiga faktor penting yang perlu dipertimbangkan yaitu: faktor fisik lahan,

faktor ekonomi dan faktor kelembagaan. Selain itu, faktor kondisi sosial dan

budaya masyarakat setempat juga akan mempengaruhi pola penggunaan lahan.

Bila dicermati secara seksama faktor utama penyebab perubahan penggunaan

lahan adalah jumlah penduduk. Pertambahan jumlah penduduk berarti

pertambahan terhadap jumlah makanan dan kebutuhan lain yang dapat dihasilkan

oleh sumber daya lahan. Permintaan terhadap hasil-hasil pertanian meningkat

dengan adanya pertambahan penduduk. Demikian pula permintaan terhadap hasil

non- pertanian, kebutuhan perumahan dan sarana prasarana. Peningkatan

pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan material ini cenderung

menyebabkan persaingan penggunaan lahan.

Mc.Neil et al. (1998) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mendorong

perubahan penggunaan lahan adalah politik, ekonomi, demografi, dan budaya.

Page 28: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

9

Aspek politik adalah adanya kebijakan yang dilakukan oleh pengambil keputusan.

Pertumbuhan ekonomi, perubahan pendapatan dan konsumsi juga merupakan

faktor penyebab perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan di

suatu wilayah merupakan cerminan upaya manusia dalam memanfaatkan dan

mengelola sumberdaya lahan yang akan memberikan pengaruh terhadap manusia

itu sendiri dan kondisi lingkungannya.

Penyebab dari perubahan penggunaan lahan adalah adanya faktor-faktor

(driving factors) seperti: faktor demografi (tekanan penduduk), faktor ekonomi

(pertumbuhan ekonomi), teknologi, policy (kebijakan), institusi, budaya dan

biofisik. Analisis perubahan penggunaan lahan mencari penyebab (driver)

perubahan land use dan dampak (lingkungan dan sosio ekonomi) dari perubahan

land use. Munibah (2008) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

perubahan lahan hutan menjadi lahan pertanian adalah bentuk lahan, kemiringan

lereng, jenis tanah, curah hujan, jarak dari jalan raya dan mata pencaharian

masyarakat.

Dalam menentukan besarnya peluang faktor yang berpengaruh terhadap

perubahan penggunaan lahan dapat menggunakan analisis regresi logistik binner.

Analisis ini mengkaji hubungan pengaruh peubah-peubah penjelas (X) terhadap

peubah respon (Y) melalui persamaan matetamis dimana peubah penjelasnya

dapat berupa peubah kategorik maupun numerik. Dengan kata lain, analisis

regresi logistik merupakan suatu teknik untuk menerangkan peluang kejadian

tertentu dari kategori peubah respon. Salah satu ukuran asosiasi (ukuran keeratan

hubungan antar peubah kategorik) yang dapat diperoleh melalui analisis regresi

logistik adalah odd ratio (rasio odd). Odd sendiri dapat diartikan sebagai rasio

peluang kejadian sukses dengan kejadian tidak sukses dari peubah respon.

Adapun rasio odd mengindikasikan besarnya peluang, dalam kaitannya dengan

nilai odd, munculnya kejadian sukses pada suatu kelompok dibandingkan

kelompok lainnya (Firdaus, et al. 2011).

Prediksi Perubahan Penggunaan dan Penutupan Lahan

Untuk mengetahui kondisi penggunaan lahan pada masa yang akan datang

perlu dilakukan peramalan (forecasting) terhadap lahan berdasarkan

penggunaannya saat ini. Analisis terhadap citra satelit pada berbagai titik tahun

dapat menggambarkan trend perubahan penggunaan lahan. Munibah (2008)

menyatakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk meramalkan/memprediksi

kondisi penggunaan lahan berdasarkan trend perubahan penggunaan lahan adalah

permodelan dengan pendekatan model Cellular Automata (CA).

Model Cellular Automata pertama kali diperkenalkan oleh Ulam dan Von

Neumann pada tahun 1940-an yaitu untuk membuat kerangka kerja formal

(formal framework) untuk meneliti perilaku sistem yang kompleks (Munibah,

2008). Model ini merupakan permodelan spasial dinamik yang beroperasi dalam

ruang dengan data raster dimana nilai data raster berbentuk diskrit (Purnomo,

2012).

Cellular automata memiliki karakteristik spasial berdasarkan sel yang

perubahannya tergantung pada sel-sel tetangganya. Sel-sel tersebut akan hidup

jika tiga atau lebih dari sel tetangganya hidup dan akan mati /berubah jika tiga

Page 29: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

10

atau lebih sel tetangganya juga mati/berubah. Komponen utama Cellular

Automata adalah sel (cell), state, aturan dan fungsi perubahan (transition rule of

transition function) dan ketetanggaan (Chen et al.2002). Skenario perubahan

penggunaan lahan pada setiap piksel tergantung pada kesesuaian lahannya,

penggunaan lahan periode sebelumnya dan lahan tetangganya.

Hasil penelitian Hesaki (2012) di Cagar Biosfer Cibodas untuk prediksi

penggunaan lahan pada tahun 2023 dengan menggunakan model Cellular

Automata dinyatakan bahwa penggunaan lahan/penutupan lahan di Cagar Biosfer

adalah kebun campuran sebesar 34.34%, hutan 30.97%, pemukiman 23.39%

sawah 11.14%, edelweiss 0.08%, rumput/semak belukar 0.05% dan tubuh air

0.03%. Hasil prediksi ini menunjukkan adanya perambahan pada zona inti karena

terdapat penggunaan lahan selain hutan yang bertambah luasnya pada zona inti.

Kesesuaian Lahan

Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief,

hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi

penggunaannya. Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan

sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Inti evaluasi kesesuaian lahan

adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan

yang diterapkan dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan

yang akan digunakan (Sitorus 2004; Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007)

Dalam sistem FAO (1976) klasifikasi kesesuaian lahan dibagi menjadi 4

(empat) kategori yaitu ordo, kelas, sub-kelas dan unit. Ordo, menunjukkan

apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan tertentu. Ordo

dibagi menjadi dua yaitu ordo S (Sesuai) dan N (Tidak Sesuai). Lahan pada ordo

S adalah lahan yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang tidak terbatas

untuk suatu tujuan yang sedang dipertimbangkan. Sementara lahan yang termasuk

ordo N adalah lahan yang mempunyai kesulitan sedemikian rupa, sehingga

mencegah penggunaannya untuk tujuan tertentu. Lahan tidak sesuai karena

adanya berbagai penghambat, baik secara fisik (lereng sangat curam, berbatu-

batu, dan sebagainya) atau secara ekonomi (keuntungan yang didapat lebih kecil

dari biaya yang dikeluarkan).

Kelas menunjukkan tingkat kesesuaian suatu lahan dan merupakan

pembagian lebih lanjut dari masing-masing ordo. Kelas diberi nomor urut yang

ditulis dibelakang simbol ordo, dimana nomor ini menunjukkan tingkat kelas yang

makin jelek bila makin tinggi nomornya. Ada tiga kelas dari ordo tanah yang

sesuai yaitu S1 (Sangat Sesuai/ highly suitable), S2 (Cukup Sesuai/moderately

suitable), dan S3 (Sesuai Marginal/marginally suitable). Lahan pada kelas S1

adalah lahan tidak mempunyai pembatas yang besar untuk pengelolaan yang

diberikan, atau mempunyai pembatas yang tidak berpengaruh nyata terhadap

kenaikan masukan yang diberikan. Lahan kelas S2 adalah lahan yang mempunyai

pembatas-pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan

yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi atau keuntungan dan

meningkatkan masukan yang diperlukan. Selanjutnya kelas S3 berarti lahan

mempunyai pembatas-pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat

pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan meningkatkan masukan yang

Page 30: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

11

diberikan dan akan mengurangi produksi. Ordo Tidak Sesuai ada dua kelas yaitu

N1 (Tidak Sesuai Saat Ini/ currently not suitable) dan N2 (Tidak Sesuai

Permanen/permanentaly not suitable). Lahan dengan kelas N1 mempunyai

pembatas-pembatas yang besar, tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, dengan

biaya yang tinggi. Keadaan pembatas yang besar, sehingga mencegah penggunaan

yang lestari dalam jangka panjang. Lahan pada kelas N2 merupakan lahan yang

tidak sesuai untuk selamanya yaitu lahan yang mempunyai pembatas permanen .

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Peruntukan kawasan untuk fungsi tertentu dalam rencana tata ruang

seharusnya diikuti oleh pemanfaatan/penggunaan lahan yang mengarah pada

tujuan dari rencana tata ruang itu sendiri. Tata ruang merupakan landasan

sekaligus sasaran pembangunan wilayah (Tarigan, 2005). Perkembangan wilayah

menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan wilayah. Perkembangan

wilayah pada kawasan yang tidak sesuai dengan tujuan peruntukannya akan

menjadi ancaman keberhasilan pembangunan kawasan yang fungsi dan

peruntukannya telah ditetapkan dalam rencana tata ruang.

Kawasan hutan produksi Gedong Wani di Provinsi Lampung adalah salah

satu kawasan hutan yang telah dilakukan proses penetapan sebagai hutan tetap

melalui pengukuhan kawasan hutan serta termasuk dalam penetapkan kawasan

budidaya hutan produksi pada rencana tata ruang wilayah provinsi (RTRWP)

Lampung tahun 2009-2029 (Perda Provinsi Lampung Nomor 01 Tahun 2010).

Berdasarkan UU No 41/1999 tentang kehutanan fungsi hutan produksi adalah

untuk memproduksi hasil hutan baik kayu maupun non kayu, penyedia lapangan

kerja serta jasa lingkungan.

Penggunaan lahan kawasan hutan produksi Gedong Wani untuk aktifitas

non kehutanan seperti pemukiman dan pertanian lahan kering menyebabkan

kawasan hutan tidak berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Aktifitas non

kehutanan yang berkembang juga diikuti dengan perkembangan wilayah desa-

desa definitif dalam kawasan hutan. Hal ini akibat dari tidak berjalannya produk

kebijakan dan peraturan di lapangan. Selain itu, kurangnya informasi yang cukup

tentang penggunaan lahan bagi pemegang kebijakan menyebabkan kawasan

hutan dalam kondisi terbuka (open access) yang memudahkan siapapun untuk

memanfaatkan dan menggunakan lahan tanpa kontrol.

Untuk menata kembali pemanfaatan ruang kawasan hutan produksi

Gedong Wani diperlukan informasi penggunaan lahan lebih spesifik pada kondisi

aktual maupun kondisi penggunaan lahan periode sebelumnya yang dapat

ditampilkan secara spasial. Selain itu, desa-desa definitif yang ada perlu dikaji

untuk mengetahui sejauhmana tingkat perkembangannya dalam kawasan hutan.

Hal ini menjadi titik tolak dalam penataan pola ruang pada kawasan hutan untuk

mencapai tujuan akhir yang diharapkan.

Page 31: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

12

Untuk menganalisis perkembangan desa digunakan pendekatan

ketersediaan jumlah dan jenis fasilitas yang ada pada wilayah administrasi desa.

Sedangkan penggunaan lahan dan perubahannya dapat dianalisis dengan

memanfaatkan teknik penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi. Kajian

perubahan penggunaan lahan/penutupan lahan pada periode tertentu dapat

memberikan informasi perilaku perubahan penggunaan lahan. Melalui pendekatan

model spasial, berdasarkan perilaku perubahan penggunaan lahannya dapat

dilakukan prediksi penggunaan lahan pada masa yang akan datang.

Selanjutnya dengan mempertimbangkan kebijakan dan peraturan

perundang-undangan yang ada, hasil analisis dan kajian dalam penelitian ini

disintesiskan untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan

hutan produksi Gedong Wani agar dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Bagan alir kerangka pemikiran tertera pada Gambar 1 dan tahapan alur penelitian

pada Gambar 2

Kawasan Hutan Produksi

Penggunaan Lahan dan Perubahannya

Pola Perubahan Penggunaan Lahan

Identifikasi Perkembangan

Wilayah Desa

Prediksi Penggunaan Lahan

Arahan Penataan Pola Ruang Kawasan Hutan Produksi

Gedong Wani

Gambar 1. Bagan alir kerangka pemikiran

Perkembangan desa dalam

kawasan hutan

Penggunaan lahan kawasan

hutan tidak sesuai dengan

fungsi dan peruntukan

Fungsi dan peruntukan sesuai UU No 41/1999

Fakta

Titik

tolak

Arah Kajian Kebijakan Pemanfaatan Dan Penggunaan

Kawasan Hutan Sesuai Peraturan Perundang-Undangan

Kondisi Aktual

Tujuan

Page 32: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

13

Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian adalah di kelompok kawasan hutan produksi Gedong

Wani dengan posisi geografis 1000 15’ -100

0 35’ Bujur Timur (BT) dan 05

010’-

05035’ Lintang Selatan (LS) dengan luas wilayah 30 243 ha yang secara

Interpretasi dan

Klasifikasi

Peta Penggunaan

Lahan

Tahun 2000 dan

2013

Deteksi

Perubahan

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan

penggunaan lahan ditinjau dari aspek fisik , demografi

dan kebijakan penggunaan kawasan hutan

Prediksi Penggunaan Lahan

pada masa yang Akan Datang

Atribut

Regresi Logistik Binner

Hirarki Desa

Dalam Kawasan

Hutan

Matrik Transformasi

Perubahan

Peta Kesesuaian

Lahan

Indeks

Perkembangan

Desa

Analisis

Skalogram

Citra Landsat

Tahun 2000-

2013

Analisis Cellular Automata

Peta Administrasi, Peta

Batas Kawasan Hutan

Produksi, Peta

Tanah, Kelerengan , Peta

Elevasi. Curah Hujan

Metode

Matching

Peta ijin Pinjam Pakai

Kawasan Hutan, Dan

Tukar-menukar Kawasan

Hutan

Kebijakan Pemanfaatandan

Penggunaan Kawasan Hutan

Produksi

Pengumpulan Data

Data Podes

Tahun 2003

dan 2011

Kebijakan

Kehutanan

Kebijakan

Tata Ruang

Kajian

Kebijakan

Arahan Penataan Pola Ruang Kawasan Hutan

Produksi Gedong Wani

Gambar 2. Tahapan alur penelitian

Page 33: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

14

administrasi termasuk dalam wilayah Kabupaten Lampung Selatan dan Lampung

Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan November

2013, mulai dari penyusunan proposal, pengambilan data di lapangan, pengolahan

data dan penulisasn Tesis. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 3.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Cira Landsat tahun

2000 dan 2013, Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), Peta SRTM, peta RTRW

(Rencana Tata Ruang Wilayah) Provinsi Lampung, peta administrasi desa

kabupaten Lampung Timur dan kabupaten Lampung Selatan, peta satuan lahan

dan tanah, peta lereng, peta batas kelompok kawasan hutan produksi Gedong

Wani, data Podes tahun 2003 dan 2011 Kabupaten Lampung Timur dan Lampung

Selatan serta dokumen dan peraturan yang berkaitan dengan perencanaan wilayah

dilokasi penelitian.

Alat yang digunakan adalah Receiver GPS, Kamera Digital dan seperangkat

komputer yang dilengkapi dengan software : ArcGIS 9.3.1, ERDAS Imagine 9.1,

Idrisi Selva, SPSS 16 serta Microsoft Excel.

Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data terdiri dari data primer dan data skunder. Data primer meliputi :

(1) Interpretasi penutupan/penggunaan lahan dari data penginderaan jauh (Citra

Landsat TM 5 tahun 2000 dan Citra Landsat TM 8 tahun 2013), interpretasi

kemiringan lereng dan elevasi dari peta Shuttle Radar Topographic Mission

Gambar 3. Lokasi penelitian

Page 34: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

15

(SRTM), data spasial jarak terhadap jalan raya dan pemetaan kesesuaian lahan

serta (2) pengamatan lapangan untuk verifikasi penggunaan lahan.

Data sekunder untuk data fisik lahan meliputi peta satuan lahan dan tanah

dari peta satuan lahan dan tanah lembar Tanjung Karang Sumatera proyek LREP

(Land Resource Evaluation and Planning), peta ijin penggunaan kawasan hutan,

dan peta curah hujan. Data sekunder untuk data sosial meliputi jumlah penduduk,

jumlah jenis dan fasilitas desa, mata pencaharian dengan sumber data potensi

desa (PODES) tahun 2003 dan 2011 serta data kecamatan dalam angka. Matrik

hubungan antara tujuan, jenis data, sumber data, teknik analisis, dan keluaran

yang diharapkan tertera pada Tabel 1.

Metode dan Teknik Analisis Data

Analisis Perkembangan Wilayah Desa-Desa dalam Kawasan Hutan Produksi

Penentuan perkembangan wilayah didekati dengan indeks perkembangan dan

hirarki wilayah dengan menggunakan analisis skalogram. Analisis dilakukan pada

unit wilayah desa. Input data yang digunakan adalah data podes tahun 2003 dan

tahun 2011 dengan parameter yang diukur jumlah dan jenis fasilitas serta jarak

terdekat untuk mengakses fasilitas tersebut. Hasil analisis digambarkan pada peta

administrasi dimana kawasan hutan produksi Gedong Wani berada untuk

dianalisis secara spasial.

Prosedur kerja analisis skalogram adalah sebagai berikut (Panuju, et al.

2010):

a. Memilih variabel yang digunakan sebagai penyusun indeks hirarki. Dalam

pemilihan ini, variabel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu variabel positif

(Kelompok A) dan variabel negatif (Kelompok B). Variabel positif adalah

variabel yang semakin besar nilainya mencirikan wilayah dengan tingkat

perkembangan lebih tinggi. Sebaliknya, variabel negatif adalah variabel yang

semakin besar nilainya mencirikan hirarki atau tingkat perkembangan yang

lebih rendah. Contoh kelompok A adalah jumlah fasilitas sedangkan contoh

kelompok B adalah variabel jarak menuju fasilitas, waktu tempuh dan ongkos

tempuh ke fasilitas tertentu.

b. Menyusun matriks data dalam sheet yang berbeda

c. Menghitung indeks fasilitas per 1000 penduduk pada kelompok A

d. Menghitung Invers Indeks data pada kelompok B dengan menggunakan

persamaan Bij =1/Xij, dimana Bij adalah indeks invers data sedangkan Xij

adalah nilai data wilayah I variabel ke j

e. Menghitung bobot indeks penciri untuk variabel kelompok A dengan

persamaan Iij= Xijn/Xij αj, dimana i=1,2,….,n menunjukkan jumlah wilayah

dan j=1,2,…,p menunjukkan jumlah variabel penciri. Data ini untuk

menghitung nilai minimum dan standar deviasi untuk kebutuhan tahapan

berikutnya.

Page 35: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

No Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber Data Teknik Analisis Keluaran

1

Analisis tingkat perkembangan

desa-desa dalam kawasan

hutan

Data jumlah dan jenis

fasilitas

Data jumlah penduduk

data aksesibilitas

(Data Podes tahun 2003

dan tahun 2011)

BPS, P4W IPB, BPS

Provinsi Lampung

Analisis Skalogram - Hirarki desa dalam

kawasan hutan

- Indeks perkembangan

desa

2 Analisis perubahan

penggunaan lahan dalam

kawasan hutan

Citra landsat Tahun

2000 dan 2013, Peta

batas kawasan hutan

produksi Gedong Wani

Biotrop, EarthExplorer

USGS, Planologi

Kementerian Kehutanan

Teknik interpretasi citra

dengan metode klasifikasi

tidak terbimbing dan

interpretasi visual

Overlay SIG

- Peta penggunaan

lahan

- Matrik perubahan

penggunaan lahan

3 Analisis pengaruh faktor fisik

lahan, demografi dan

kebijakan penggunaan

kawasan hutan terhadap

perubahan penggunaan lahan

Keluaran tujuan 1 dan

2, peta tanah, peta

lereng, peta jarak dari

jalan, peta jumlah

penduduk, peta pinjam

pakai dan tukar menukar

kawasan hutan

- Keluaran tujuan 1 dan 2

- Balai Besar Penelitian

Sumberdaya Lahan

Kementan,

- Dinas Kehutanan

Provinsi Lampung.

Overlay

Regresi Logistik

Faktor-faktor yang

diduga berpengaruh

terhadap perubahan

penggunaan lahan.

4 Prediksi penggunaan lahan

selama 13 tahun mendatang

Peta kesesuaian lahan

dan matrik tranformasi

perubahan penggunaan

lahan

- Keluaran tujuan 2

- Peta Kesesuaian Lahan.

Simulasi Model Cellular

Automata

Overlay

Peta prediksi

penggunaan lahan 13

tahun kedepan

5 Merumuskan arahan kebijakan

penataan pola ruang kawasan

hutan produksi Gedong Wani

Keluaran tujuan 3,

Keluaran tujuan 4,

Kebijakan-

kebijakan/Peraturan

Perundang-undangan

- Kementerian Kehutanan

- Dinas Kehutanan

Provinsi Lampung,

Bappeda Provinsi

Lampung

- Sintesis keluaran tujuan

3 dan tujuan 4 dengan

kebijakan peraturan

perundang-perundangan

- Overlay SIG

Arahan dan skenario

kebijakan penataan pola

ruang kawasan hutan

produksi Gedong Wani.

Tabel 1. Matrik hubungan antara tujuan penelitian, jenis data, sumber data, teknik analisis dan keluaran pada setiap tahapan penelitian

Page 36: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

17

f. Melakukan pembakuan indeks untuk seluruh variabel termasuk variabel

kelompok A dan kelompok B, sehingga hasil akhir adalah indeks baku yang

diperoleh dari persamaan berikut:

Kij = (Xij-min(Xj)

Sj

Kij adalah nilai baku indeks hirarki untuk wilayah ke-i dan ciri ke-j, Iij adalah

nilai bobot indeks penciri untuk wilayah ke-i dan ciri ke-j, min (Xj) adalah

nilai minimum indeks pada ciri ke-j, dan Sj adalah standar deviasi.

g. Mengkelaskan wilayah. Hirarki wilayah dalam hal ini dibagi menjadi 3 yaitu

tinggi, sedang dan rendah. Untuk menyusun kelas hirarki dari indeks baku ini

maka terlebih dahulu dicari parameter-parameter rataan Xj dan standar

deviasi. Wilayah dengan Hirarki I (Tingkat perkembangan tinggi) adalah

wilayah-wilayah yang nilai jumlah indeks bakunya paling tidak sama dengan

nilai rataan ditambah dengan standar deviasi. Wilayah berhirarki II adalah

wilayah dengan nilai hirarki paling tidak sama dengan nilai rataan indeksnya.

Wilayah berhirarki III adalah wilayah dengan nilai indeks hirarki kurang dari

nilai rataan indeks diseluruh wilayah.

Hirarki 1 ƩKij> Rataan (Kij) + Stdev (Kij)

Hirarki 2 Rataan (Kij)<ƩKij < Rataan (Kij) + Stdev (Kij)

Hirarki 3 ƩKij < Rataan (Kij).

Analisis Penggunaan Lahan dan Deteksi Perubahan

Tahapan yang digunakan pada interpretasi citra landsat tahun 2000 dan

tahun 2013 untuk mengklasifikasikan penutupan/penggunaan lahan di kawasan

hutan produksi Gedong Wani adalah sebagai berikut:

a. Pemotongan Batas Area Penelitian

Pemotongan batas area penelitian diperlukan untuk melakukan clip citra

landsat untuk memperoleh wilayah yang akan dianalisis, yaitu kawasan hutan

produksi Gedong Wani.

b. Rektifikasi Citra

Citra Landsat terlebih dahulu dilakukan rektifikasi/koreksi geometri agar

posisinya sesuai dengan posisi objek di permukaan bumi.

c. Klasifikasi Penutupan/Penggunaan Lahan

Klasifikasi penutupan/penggunaan lahan dilakukan dengan menggunakan

metode klasifikasi tidak terbimbing (unsupervised classification) yaitu

klasifikasi citra satelit yang secara otomatis diputuskan oleh komputer

dengan tidak menggunakan training set area atau campur tangan operator

dalam pengelompokan gugus-gugus spektral. Campur tangan operator baru

dilakukan setelah gugus spektral terbentuk, yaitu menandai tiap gugus

sebagai objek tertentu (Danoedoro, 2012).

Page 37: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

18

Kombinasi band yang digunakan adalah band 5,4,3 (RGB) pada citra landsat

TM 5 tahun 2000 dan kombinasi band 6,5,4 (RGB) pada citra landsat TM 8.

Kombinasi band ini memberikan rona natural colour yang menampakan

informasi terbaik dalam identifikasi penutupan lahan.

Dalam penentuan identifikasi objek, pertimbangan kenampakan objek

(klasifikasi manual) secara visual digunakan sebagai pertimbangan/alat bantu

dalam identifikasi hasil klasifikasi tidak terbimbing. Hasil interpretasi ini

hanya dapat membedakan tiga tipe penutupan lahan yaitu tutupan lahan

bervegetasi, lahan terbuka dan tubuh air. Karena pada dasarnya klasifikasi

multispectral secara langsung hanya dapat diterapkan untuk pemetaan

penutupan lahan (land cover), dan bukan penggunaan lahan (land use). Aspek

penggunaan lahan diturunkan dari informasi penutup lahannya dengan cara

melalui pemasukan informasi bantu atau ancillary data (Donoedoro, 2012).

Dengan informasi bantu dari data RTRW, peta-peta tematik kehutanan, citra

SPOT tahun 2010, Bing Map dan ground cek lapangan serta informasi dari

petugas di lapangan dan masyarakat, maka dari tiga tipe penutupan lahan

tersebut diturunkan ke dalam enam tipe penggunaan lahan yaitu area

terbangun, hutan, perkebunan rakyat, ladang, perkebunan PTPN dan tubuh

air. Hasil interpretasi citra landsat kemudian digunakan sebagai peta

penutupan/penggunaan lahan tahun 2000 dan 2013 pada skala 1 : 50.000.

Pengertian dari enam tipe penggunaan lahan tersebut sebagian mengacu

pada sistem standar nasional Indonesia (SNI) nomor 7645 tahun 2010

tentang klasifikasi penutupan lahan dan sebagian yang lain penggunaan

istilah dan pengertiannya dimodifikasi untuk memperjelas batasan antara

satu tipe penggunaan lahan dengan tipe penggunaan lahan yang lainnya.

Area terbangun dicirikan oleh adanya subtitusi penutup lahan yang bersifat

alami atau semi alami oleh penutup lahan yang bersifat artificial dan biasanya

kedap air. Dalam interpretasi yang termasuk kategori area terbangun adalah

pemukiman dan jaringan jalan.

Untuk hutan dicirikan dengan liputan vegetasi dominan dan tekstur agak

kasar, bentuk tekstur hutan pada lokasi penelitian mirip dengan bentuk

tekstur perkebunan PTPN, untuk itu informasi bantu dari petugas lapangan

dan masyarakat digunakan untuk memutuskan suatu tipe penggunaan lahan

termasuk hutan atau kebun.

Tipe penggunaan lahan untuk ladang merupakan area yang digunakan untuk

kegiatan pertanian dengan jenis tanaman semusim di lahan kering. Dalam

interpretasi ini, adanya masa bera pada ladang sehingga menyebabkan area

terbuka dan ketidakmampuan interpreter mengidentifikasi penggunaan lahan

untuk tanaman padi sawah tadah hujan maka area terbuka dan pertanian

sawah tadah hujan termasuk dalam kategori ladang.

Perkebunan adalah lahan yang digunakan untuk kegiatan pertanian tanpa

pergantian tanaman selama 2 tahun. Ada dua tipe perkebunan di lokasi

penelitian yaitu perkebunan PTPN dan perkebunan rakyat. Perkebunan PTPN

adalah perkebunan yang diusahakan oleh PTPN, batas area ini merupakan

area konflik tumpang tindih antara kehutanan dengan PTPN, informasi bantu

dari instansi kehutanan digunakan untuk memutuskan tipe penggunaan lahan

Page 38: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

19

perkebunan PTPN. Perkebunan rakyat adalah perkebunan yang diusahakan

oleh rakyat, dalam interpretasi lokasi perkebunan rakyat bersifat menyebar

bercampur dengan pemukiman dan ladang. Selanjutnya, untuk tipe

penggunaan lahan tubuh air dicirikan dengan penampakan perairan.

Kategori tubuh air dalam penelitian ini adalah sungai, rawa, waduk dan atau

genangan air.

Analisis perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan cara tumpang

susun (overlay) peta penggunaan lahan tahun 2000 dengan peta penggunaan lahan

tahun 2013. Analisis perubahan penggunaan lahan menghasilkan matriks

transformasi perubahan penggunaan lahan dengan contoh matriks ditampilkan

pada Tabel 2.

Tabel 2. Contoh matriks transformasi perubahan penggunaan lahan

Tipe

Penutupan/Penggunaan Lahan

Tahun t1

Jumlah

Tah

un

t0

Area

Terbangun Hutan

Ladan

g

Perkebuna

n PTPN

Perkebuna

n Rakyat

Tubuh

Air

Area Terbangun

Area

Terbangun t0

Hutan

Hutan t0

Ladang

Ladang t0

Perkebunan PTP

Perkebunan

PTPN t0

Perkebunan

Rakyat

Perkebunan

Rakyat t0

Tubuh Air

Tubuh Air t0

Jumlah Area

Terbangun t1 Hutan

t1 Ladan

g t1 Perkebunan PTPN t1

Perkebuna

n Rakyat

t1

Tubuh Air t1

Keterangan:

Analisis Pengaruh Faktor Fisik Lahan, Demografi dan Kebijakan Penggunaan

Kawasan Hutan Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan

Analisis pengaruh faktor fisik lahan, demografi dan kebijakan penggunaan

kawasan hutan terhadap perubahan penggunaan lahan didekati dengan

persamaan regresi logistic biner (logit model). Data hasil peta perubahan

penggunaan lahan di-overlay dengan faktor-faktor yang diduga berpengaruh

terhadap perubahan penggunaan lahan (Tabel 3.). Perubahan tipe penggunaan

lahan ke tipe penggunaan lahan lainnya dicari peluang perubahannya dengan

persamaan umum logit model yaitu:

Dimana :

P(i/r) peluang lahan i berubah menjadi lahan r dalam hal ini perubahan

penggunaan lahan (Pi/r) yang dianalisis adalah:

a). Perubahan penggunaan lahan menjadi perkebunan rakyat

P (i/r) = e

[b0r + Ʃ bjr Xj]

1 + e[b0r + Ʃ bjr Xj]

: tidak berubah : berubah

Page 39: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

20

Nilai 0, bila tidak terjadi perubahan lahan ke perkebunan rakyat

Nilai 1, bila terjadi perubahan penggunaan lahan ke perkebunan rakyat

b).Perubahan penggunaan lahan menjadi area terbangun

Nilai 0, bila tidak terjadi perubahan penggunaan lahan menjadi area

terbangun

Nilai 1, bila terjadi perubahan penggunaan lahan menjadi area

terbangun

c). Perubahan penggunaan lahan menjadi ladang

Nilai 0, bila tidak teradi perubahan penggunaan lahan ke ladang

Nilai 1, bila terjadi perubahan penggunaan lahan menjadi ladang

b0 Intersept untuk perubahan menjadi penggunaan lahan r

bj r parameter koefisien variabel ke-j untuk perubahan menjadi penggunaan r

r penggunaan lahan jenis ke-1, ke-2,….dan ke-n

Xj variabel bebas faktor penyebab ke-1, ke-2…..ke-n

Tabel 3. Variabel bebas yang digunakan dalam model regresi logistik

Variabel Bebas (X) Variabel Bebas (X)

Kelerengan (%)

Perubahan Hirarki

Wilayah

0% - 3% Hirarki 1 ke 2*

3% - 8% Hirarki 1 ke 3

8% - 15% Hirarki 2 ke 1

15% - 17%* Hirarki 2 ke 2

Hirarki 2 ke 3

Jenis Tanah Hirarki 3 ke 1

Inceptisol* Hirarki 3 ke 2

Ultisol Hirarki 3 ke 3

Jarak dari jalan (m)

Pertambahan Jumlah

Penduduk (Jiwa)

0-250 380 – 1096* (rendah)

250-500 1 097 – 1 813 (sedang)

500-1000 1 814-2 530 (tinggi)

1000-2000

2 531 – 3 247 (sangat

tinggi)

2000-4000 * Kebijakan pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan

HGU Perkebunan PTPN*

Belum ada izin pemanfaatan kawasan hutan

Pinjam pakai kawasan hutan untuk pertambangan Izin resmi penggunaan kawasan hutan untuk

industri

Pinjam pakai kawasan hutan ke pendidikan

Tukar menukar kawasan hutan

*Kontrol

Page 40: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

21

Pembuatan Peta Kesesuaian Lahan

Peta kesesuaian lahan yang dibuat sesuai dengan tipe peggunaan lahan hasil

interpretasi citra satelit yaitu area terbangun, hutan, ladang, perkebunan PTPN,

perkebunan rakyat dan tubuh air. Adapun kelas kesesuaian lahan yang digunakan

hanya dua, yaitu sesuai (S) dan tidak sesuai (N).

Parameter yang digunakan untuk analisis kesesuaian area terbangun

mengacu kriteria kesesuaian lahan untuk tempat tinggal (gedung) dalam

Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) dengan kriteria kesesuaian lahan yang

digunakan hanya mempertimbangkan lereng dan banjir. Kemiringan lereng 0-8%,

kemiringan 8-15% adalah sesuai (S) sedangkan kemiringan di atas 15% tidak

sesuai (N). Selanjutnya, terkait dengan banjir, lahan yang tanpa banjir adalah

sesuai (S) untuk pemukiman sedangkan lahan jarang-sering banjir termasuk

kategori tidak sesuai (N) untuk pemukiman.

Kesesuaian untuk tipe penggunaan lahan hutan mengacu pada Surat

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 683/Kpts/Um/1981 tentang Kriteria dan Tata

Cara Penetapan Hutan Produksi. Walaupun lokasi penelitian sudah ditetapkan

sebagai kawasan hutan produksi tetap, akan tetapi evaluasi lahan berdasarkan

ketentuan peraturan tersebut digunakan untuk melihat relevansi antara peraturan

dengan kesesuaian lahan aktualnya sebagai kawasan hutan yang mempunyai

fungsi budidaya untuk pengembangan hutan tanaman.

Kriteria fisik kesesuaian untuk hutan produksi memperhatikan dan

memperhitungkan lereng (kemiringan) lapangan, jenis tanah dan intensitas hujan.

Untuk keperluan penilaian fisik wilayah, setiap parameter tersebut dibedakan

dalam 5 tingkatan (kelas) yang diuraikan dengan tingkat kepekaannya terhadap

erosi. Skoring fisik wilayah ditentukan oleh total nilai kelas ketiga parameter

setelah nilai kelas parameter dikalikan dengan bobot 20 untuk parameter lereng,

bobot 15 untuk parameter jenis tanah dan bobot 10 untuk parameter intensitas

hujan. Parameter skoring untuk kesesuaian hutan ditunjukkan pada Tabel 4.,

Tabel 5. dan Tabel 6.

Berdasarkan hasil penjumlahan skoring ketiga parameter tersebut suatu

wilayah dinyatakan sesuai untuk hutan produksi tetap apabila mempunyai nilai

skoring <125, hutan produksi terbatas dengan nilai skoring 125 – 175 dan hutan

lindung dengan nilai skoring > 175.

Tabel 4. Skoring kelas lereng

Kelas

Lereng

Kisaran

Lereng (%) Keterangan Hasil Nilai Kelas x Bobot

1 0 - 8 datar 20

2 >8 - 15 landai 40

3 >15 - 25 agak curam 60

4 >25 - 45 curam 80

5 > 45 sangat curam 100

Sumber : Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 683/Kpts/Um/1981

Page 41: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

22

Tabel 5. Skoring kelas jenis tanah

Kelas

Tanah Kelompok Jenis Tanah

Kepekaan Terhadap

Erosi

Hasil Nilai

Kelas x

Bobot

1 Aluvial. Tanah glei, planosol, hidromorf

kelabu, Laterit air tanah

tidak peka 15

2 Latosol agak peka 30

3 Brown forest soil, Non calcic kurang peka 45

4 Andosol, Lateritic Grumusol, Podsolik peka 60

5 Regosol, Litosol, Organosol, Rendzina sangat peka 75

Sumber : Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 683/Kpts/Um/1981

Tabel 6 Skoring intensitas hujan

Kelas

Intensitas

Hujan

Kisaran Curah Hujan Keterangan Hasil Nilai

Kelas x Bobot

1 8 -13.6 sangat rendah 10

2 >13.6 – 20.7 rendah 20

3 >20.7 – 27.7 sedang 30

4 >27.7 – 34.8 tinggi 40

5 > 34.8 sangat tinggi 50

Sumber : Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 683/Kpts/Um/1981

Parameter yang digunakan untuk kesesuaian penggunaan lahan ladang

mengacu pada kriteria kesesuaian lahan pertanian tanaman pangan lahan kering

dalam hal ini karena di lokasi penelitian banyak dijumpai tanaman ubi kayu

(Manihot esculenta) maka pendekatan parameter kesesuaian lahannya

menggunakan kesesuaian ubi kayu. Kriteria kesesuaian lahan untuk ladang

ditunjukkan pada Tabel 7.

Parameter kesesuaian lahan untuk tipe penutupan lahan perkebunan rakyat

mengacu pada kriteria kesesuaian lahan tanaman tahunan sebagaimana tertera

pada Tabel 8. Parameter untuk kriteria kesesuaian lahan tubuh air berdasarkan

asumsi bahwa kesesuaiannya mengikuti penggunaan lahan aktualnya. Pembuatan

peta kesesuaian lahan tiap tipe penggunaan lahan di kawasan hutan produksi

Gedong Wani dilakukan dengan metode matching dengan menumpangsusunkan

(overlay) peta-peta tematik sesuai dengan parameter yang ada.

Page 42: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

23

Tabel 7. Kriteria kesesuaian lahan untuk ladang

No Parameter Sesuai (S) Tidak Sesuai (N)

1 Curah hujan rata-rata tahunan 600-5000 mm < 600 mm dan >

5000 mm

2 Jumlah bulan kering ≤ 7 > 7

3 Kedalaman efektif > 25 cm >10cm

4 Kelas besarnya butir pada

zona perakran

sangat halus,

halus,agak kasar,

agak halus, sedang

kasar

5 Batuan Permukaan < 40% ≥ 40%

6 Kemiringan lereng ≤ 16% > 16 %

7 Elevasi* ≤ 1000 mdpl > 1000 mdpl

8 Kelas drainase baik,agak terhambat,

agak cepat,sedang,

terhambat

Sangat terhambat,

cepat

9 Banjir F0, F1 F2, F3,F4

Sumber : Kriteria kelompok tanaman pangan Ubi Kayu (Djaenudin et al. 2011),

*Kriteria tanaman pangan lahan kering (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007)

Tabel 8. Kriteria kesesuaian lahan untuk perkebunan rakyat

No Parameter Sesuai (S) Tidak Sesuai (N)

1 Curah hujan rata-rata

tahunan

1250 mm-4000 mm > 4000 mm & <

1250 mm

3 Kedalaman efektif ≥ 50 m < 50 m

4 Kelas besar butir pada

zona perakaran

berliat, berdebu halus,

berlempung halus,

berdebu halus dan

kasar

berliat, berdebu

halus & kasar,

berlempung

halus dan kasar,

berpasir (bukan

kuarsa)

berskeletal

5 Batuan Permukaan < 50% ≥ 50%

6 Kemiringan lereng < 45% ≥ 45 %

7 Elevasi ≤ 1000 mdpl > 1000 mdpl

8 Kelas drainase cepat, agak cepat, baik cepat,agak cepat,

agak terhambat,

terhambat

9 Banjir F0, F1 F2, F3,F4

Sumber: Kriteria kesesuaian tanaman tahunan (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007)

Prediksi Penggunaan Lahan

Prediksi penggunaan lahan dengan pendekatan model spasial perubahan

penggunaan lahan berdasarkan prilaku perubahan penggunaan lahan pada selang

Page 43: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

24

waktu tertentu yang dilakukan dengan metode Cellular Automata (CA). Cellular

automata merupakan model yang bersifat dinamis yang mengintegrasikan dimensi

ruang dan waktu (Susilo, 2013). CA adalah suatu permodelan berbasis spasial

yang mampu memprediksi kondisi di waktu yang akan datang dari interaksi lokal

antar sel pada grid yang teratur (Manson 2001; Hand 2005), dimana sel

merepresentasikan penggunaan lahan. Aturan (rule) dibuat sebagai pertimbangan

tetangganya yang menjadi dasar perubahan penggunaan lahan. CA terdiri dari

beberapa komponen yaitu cell (piksel), state, ketetanggaan/ neighbourhood dan

transition ruler / transition function. Skenario perubahan penggunaan lahan pada

setiap piksel tergantung pada kesesuaian lahannya, penggunaan lahan periode

sebelumnya dan penggunaan lahan tetangganya. Pengaruh ketetanggaan artinya

perubahan penggunaan lahan pada suatu piksel akan dipengaruhi oleh penggunaan

lahan pada piksel tetangganya.

Proses permodelan dilakukan pada software IDRISI dengan menjalankan

modul cellular automata-Markov (CA-Markov). Modul ini diproses dengan

mengkombinasikan Modul Markov Chain yang menghasilkan Transitional

Probability dan MOLA (Multi-Objective Land Allocation) yang melakukan proses

iterasi untuk mendapatkan komposisi akhir. Transtitional probability didapat dari

modul Markov Chain dengan menumpangsusunkan penggunaan lahan pada dua

titik tahun. Diagram alir model Cellular Automata tertera pada Gambar 4.

Markov Chain

Penggunaan

Lahan t0

(Tahun 2000)

Penggunaan

Lahan t1

(Tahun 2013)

Kesesuaian

LahanCA Markov

Matrik Transitional

Probability t0 dan t1

Prediksi

Penggunaan

Lahan t1

Validasi

CA Markov

Prediksi Penggunaan Lahan 2026

Iterasi

Iterasi

Filter 5 x 5

Peta kesesuaian lahan menjadi salah satu input pada model dimana peta

memiliki dua kelas yaitu Suitable (S) dan Non suitable (N) dimana masing-

masing kelas diberi bobot yang kemudian dinormalisasi pada filter matriks dengan

Gambar 4. Diagram alir model Cellular Automata

Page 44: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

25

ukuran yang ditentukan. Filter matriks ini sifatnya bergerak secara horizontal

atau vertikal dalam melakukan analisis ketetanggaan pada suatu peta raster.

Selanjutnya proses akan menghasilkan peta prediksi penggunaan lahan dengan

peta penggunaan lahan pada titik waktu tertentu sebagai titik awal (t0).

Kajian Kebijakan

Kajian kebijakan dilakukan dengan analisis isi (content analysis) terhadap

produk kebijakan yang telah dikeluarkan. Analisis ini merupakan sebuah teknik

mendapatkan deskripsi hubungan isi teks produk kebijakan (peraturan

perundangan dan peraturan formal lainnya) dengan fokus kajian penelitian.

Kebijakan yang dikaji adalah kebijakan yang berkaitan dengan peraturan

pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan produksi.

Penyusunan Arahan dan Skenario Kebijakan Penataan Pola Ruang Kawasan

Hutan Produksi Gedong Wani

Penyusunan arahan dan skenario kebijakan penataan pola ruang kawasan

hutan produksi Gedong Wani dilakukan melalui sintesis terhadap analisis

perkembangan wilayah, analisis penggunaan lahan serta mempertimbangkan

mekanisme pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan berdasarkan Undang-

undang nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan. Hasil skenario dan arahan

kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi Gedong Wani disajikan

dalam bentuk uraian deskriptif dan ditampilkan secara spasial

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Sejarah Kelompok Kawasan Hutan Produksi Gedong Wani

Kelompok kawasan hutan produksi Gedong Wani adalah kawasan hutan

produksi tetap (HP) yang merupakan pengelompokan dari 4 (empat) Register

kawasan hutan produksi tetap yaitu KHP Way Ketibung I Reg. 5; KHP Way

Ketibung II Reg. 35; KHP Way Kibang Reg 37 dan KHP Gedong Wani Reg. 40.

Kawasan hutan ini ditetapkan sejak jaman Belanda yang berlangsung antara

tahun 1933 sampai dengan 1941. Pada saat itu Lampung merupakan wilayah

keresidenan yang secara administrasi termasuk dalam provinsi Sumatera Selatan.

Penetapan dilakukan dengan keputusan (Besluit) Residen. Masing-masing

keputusan tersebut adalah: KHP Way Ketibung I Reg 5 telah ditunjuk

berdasarkan Besluit Resident Lampung District No. 308 tanggal 31 Maret 1941;

KHP Way Ketibung II Reg 35 telah ditunjuk berdasarkan Besluit Resident

Lampung District No. 99 tanggal 7 Februari 1933; KHP Way Kibang Reg 37

telah ditunjuk berdasarkan Besluit Resident Lampung District No 311 tanggal

Page 45: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

26

31 Maret 1941 dan KHP Gedong Wani Reg 40 telah ditunjuk berdasarkan Besluit

Resident Lampung District No. 372 tanggal 12 Juni 1937.

Pada tahun 1970an Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung

mengeluarkan kebijakan hak pengusahaan hutan kultur (HPHK) pada kelompok

kawasan hutan produksi Gedong Wani yang pengelolaannya diserahkan kepada 9

(sembilan) perusahaan diantaranya adalah, PT Mitsugoro, PT. Herma, PT.

Lampung Pelletezing Factory (LPF) dan PT. Jadico untuk menanam palawija

(jagung, sorgum dan singkong). Menurut Hartoyo (2013) sejak PT. Mitsugoro

bangkrut tahun 1979, mantan buruh yang bekerja di PT. Mitsugoro kemudian

diberi lahan kompensasi untuk pemukiman, dan transmigrasi lokal di bekas lahan

PT Mitsugoro dan PT Herma. Keberadaan pemukiman ini kemudian berkembang

menjadi desa-desa yang lokasinya sampai saat ini masih berstatus kawasan hutan

negara.

Kawasan hutan produksi ini ditunjuk sebagai kawasan hutan melalui

Keputusan Menteri Kehutanan nomor 67/Kpts-II/1991 tanggal 31 Januari 1991

tentang Penunjukan Areal Hutan di wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Lampung

berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan. Pada tahun 1992 dilakukan penaataan

batas luar untuk wilayah kabupaten Lampung Timur dengan pengesahan Berita

Acara Tata Batas (BATB) oleh Panitia Tata Batas tanggal 26 Maret 1996 dan

pengesahan BATB oleh Menteri Kehutanan tanggal 10 April 1997. Pada tahun

1995/1996 dilakukan penataan batas untuk wilayah kabupaten Lampung Selatan

dengan pengesahan BATB oleh Panitia Tata Batas tanggal 29 Maret 1996 dan

pengesahan BATB oleh Menteri Kehutanan tanggal 6 Oktober 1998. Selanjutnya,

pada tahun 1996, Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan Nomor 338/Kpts-

II/1996 memberikan izin hutan tanaman industri (HTI) kepada PT Dharma Hutan

Lestari (perusahaan patungan PT Inhutani V dan PT LPF). Akan tetapi, sejak

reformasi tahun 1998 perusahaan tidak dapat beroperasi akibat kawasan hutan

produksi Gedong Wani diokupasi oleh masyarakat.

Pada tahun 2000, Menteri Kehutanan dan Perkebunan kembali

mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 256/Kpts-II/2000 tanggal 23 Januari 2000

tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan di wilayah Provinsi Lampung

dan masih mempertahankan kawasan ini menjadi kawasan hutan produksi tetap.

Pada tahun 2010, Menteri Kehutanan menetapkan kelompok kawasan hutan

ini menjadi wilayah kelola KPHP Gedong Wani, dan pada tahun 2011

ditindaklanjuti dengan mencabut ijin HTI PT Darma Hutan Lestari melalui Surat

Keputusan Nomor 248 /Menhut-II/ 2011 tanggal 2 Mei 2011.

Tata Ruang Wilayah

Penguatan status hukum kelompok kawasan hutan produksi Gedung Wani

sebagai kawasan peruntukan budidaya kehutanan juga terdapat dalam rencana tata

ruang wilayah provinsi (RTRWP) Lampung dan rencana tata ruang wilayah

kabupaten (RTRWK) Lampung Selatan dan Lampung Timur, yang masing-

masing terdapat dalam peraturan daerah provinsi Lampung nomor 1 tahun 2010

tentang tata ruang wilayah provinsi (RTRWP) Lampung, peraturan daerah

kabupaten Lampung Selatan nomor 12 tahun 2012 tentang tata ruang wilayah

kabupaten (RTRWK) Lampung Selatan dan Peraturan daerah kabupaten Lampung

Page 46: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

27

Timur nomor 04 tahun 2012 tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten

(RTRWK) Lampung Timur.

Administrasi

Kelompok kawasan hutan produksi Gedong Wani secara adminsitrasi

terletak di Kabupaten Lampung Timur dan Kabupaten Lampung Selatan Provinsi

Lampung. Secara geografis kawasan ini terletak pada 105º 17’ 40” sampai

dengan 105º 32’ 35” Merdian Timur dan 05º 10’ 00” sampai dengan 05º

32’ 30” Lintang Selatan. Pada kawasan ini terdapat 39 Desa yang tersebar di

11 kecamatan. Masing-masing adalah 27 desa pada 6 kecamatan termasuk dalam

wilayah administrasi kabupaten Lampung Selatan dan 11 desa pada 5 kecamatan

termasuk dalam wilayah administrasi kabupaten Lampung Timur (Gambar 5.)

Selain itu, wilayah kawasan hutan produksi Gedong Wani merupakan

daerah hinterland dari kota Bandar Lampung, karena kecamatan Jati Agung,

Natar, Tanjung Bintang dan Merbau Mataram secara geografis posisinya

berbatasan langsung dengan kota Bandar Lampung sebagai ibu kota provinsi

Lampung.

Kependudukan

Jumlah penduduk yang berada pada desa-desa yang masuk dalam wilayah

kawasan hutan produksi Gedong Wani pada tahun 2003 berjumlah 132 789 jiwa

dari 31 649 keluarga dan pada tahun 2011 meningkat jumlahnya jadi 150 424

jiwa dari 40 487 keluarga (Tabel 9). Dari data tersebut menunjukkan peningkatan

Gambar 5. Peta administrasi dan jumlah penduduk di kawasan hutan

produksi Gedong Wani.

Page 47: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

28

jumlah penduduk selama hampir 10 tahun pada kecamatan yang wilayahnya

termasuk dalam kelompok kawasan hutan produksi Gedong Wani sebesar 13.2 %.

Tabel 9. Jumlah penduduk dan keluarga pada kecamatan dalam kawasan hutan

produksi Gedong Wani

Kecamatan 2003 2011

Penduduk Keluarga Penduduk Keluarga

Batanghari 3 664 987 4 044 1 227

Jati Agung 21 039 5 474 22 848 6 225

Katibung 25 113 6 085 28 354 7 230

Margatiga - - 1 995 533

Merbau Mataram 9 919 2 577 12 141 3 279

Metro Kibang 6 627 1 677 7 506 2 093

Natar 6 155 2 365 6 875 1 651

Sekampung 4 279 1 138 6 687 1 947

Sekampung Udik 9 013 2 487 9 949 2 766

Tanjung Bintang dan

Tanjung Sari

46 980 8 859 50 025 13 536

132 789 31 649 150 424 40.487

Sumber : Data Podes tahun 2003 dan 2011

Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk yang dominan pada kelompok kawasan hutan

produksi Gedong Wani adalah pertanian. Dari jumlah keluarga yang ada pada

tahun 2003 sebanyak 26 404 keluarga atau 83 % merupakan keluarga petani

sedangkan pada tahun 2011 jumlah keluarga petani meningkat menjadi 29 050

keluarga atau 73 % dari jumlah keluarga pada tahun tersebut.

Perubahan persentase jumlah keluarga petani ini menunjukkan telah terjadi

perubahan mata pencaharian penduduk dari tahun 2003 ke tahun 2011 dari

pertanian ke non pertanian sebesar 10 % . Perubahan jumlah keluarga petani tahun

2003 dan 2011 ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Perubahan jumlah keluarga petani tahun 2003 dan

2011 di kawasan hutan produksi Gedong Wani

Page 48: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

29

Karakteristik Fisik Wilayah

Iklim

Kawasan hutan produksi Gedong Wani termasuk beriklim basah dengan

curah hujan rerata tahunan berkisar antara 1966-2580 mm, dan rerata hariannya

antara 60-444 mm. Tipe hujan menurut Schmidt dan Ferguson (1951) dalam

Djaenudin (2006) termasuk B, sedangkan zona agroklimatnya menurut Oldeman et

al. (1978) dalam Djaenudin (2006) termasuk C1 dengan jumlah bulan basah antara

5 sampai 6 bulan, dan bulan keringnya < 3 bulan

Topografi

Ketinggian tempat kawasan hutan produksi Gedong Wani sebagian besar

berada pada 25 -50 mdpl dengan luasan mencapai 53.1%. Pada ketinggian 3-25

mdpl dengan luasan mencapai 15.4 % merupakan daerah sempadan sungai yang

sering mengalami genangan pada saat musim penghujan. Kemiringan lereng

kawsan hutan produksi Gedong Wani cukup bervariasi antara 0%-3% dengan

topografi datar, 3%-8% dengan topografi berombak, 8%-15% dengan topografi

bergelombang dan 15%-17% dengan topografi berbukit. Ketinggian tempat dan

kemiringan lereng kawasan hutan produksi Gedong Wani masing-masing disajikan

pada Tabel 10 dan Tabel 11, sebaran spasialnya ditampilkan pada Gambar 7 dan

Gambar 8.

Tabel 10. Ketinggian tempat (mdpl) pada kelompok kawasan hutan produksi

Gedong Wani

No Ketinggian Luas (ha) %

1 3-25 mdpl 4 648 15.4

2 25-50 mdpl 16 008 53.1

3 50-75 mdpl 4 340 14.4

4 75-100 mdpl 4 002 13.3

5 100-125 mdpl 1 002 3.3

6 125-150 mdpl 128 0.4

7 150-175 mdpl 18 0.1

Jumlah 30 146 100

Tabel 11. Kemiringan lereng pada kawasan hutan produksi Gedong Wani.

No Kelas Lereng Luas (ha) %

1 0%-3% (Datar) 26 602 88.24

2 3%-8% (Berombak) 3 423 11.36

3 8%-15% (Bergelombang) 117 0.39

4 15%-17% (Berbukit) 3 0.01

Jumlah 30 146 100.00

Page 49: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

30

Jenis Tanah

Gambar 7. Peta ketinggian tempat kelompok kawasan hutan

produksi Gedong Wani.

Gambar 8. Peta kelas lereng kelompok kawasan hutan produksi

Gedong Wani.

Page 50: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

31

Berdasarkan peta satuan lahan dan tanah lembar Tanjung Karang Sumatera

sheet 1110, di lokasi penelitian didominasi satuan lahan grup dataran tuf masam

dan dataran. Jenis tanah yang mendominasi pada dataran tuf masam pada tingkat

Great group adalah Dystropept dan Kanhapludult, berpenampang sedang sampai

dalam, tekstur umumnya halus dan drainase baik. Kesuburan tanahnya rendah

sampai sangat rendah demikian pula kandungan bahan organiknya. Jenis tanah

Dystropept mempunyai kandungan hara yang lebih baik. Sebagian besar jenis

tanah kanhapludult mempunyai sifat fisik yang jelek disebabkan banyak terdapat

lapisan kedap air. Pada cekungan dan pelembahan (dataran rendah) dijumpai jenis

tanah Tropaquept yang berpenampang sedang, tekstur halus, dan drainase

terhambat. Jenis tanah utama yang dijumpai pada grup dataran adalah

Kanhapludult, Dystropept, Hapludult dan Tropaquepts. Karena jenisnya yang

sama maka karakterisik tanah pada group dataran ini juga hampir mirip dengan

dataran tuf masam (Dai, et al. 1989)

Jenis tanah Dystropept dan Tropaquept pada tingkat order, dalam taksonomi

tanah USDA termasuk pada order Inceptisol sedangkan jenis tanah Kanhapludult

termasuk dalam order Ultisol. Jenis tanah pada kelompok kawasan hutan produksi

Gedong Wani ditampilkan pada Tabel 12 dan sebaran spasialnya ditampilkan

pada Gambar 9.

Tabel 12. Jenis tanah pada kelompok kawasan hutan produksi Gedong Wani

No Jenis Tanah Luas (ha) %

1 Inceptisol 8 727 29%

2 Ultisol 21 420 71%

Jumlah 30 146 100%

Gambar 9. Peta jenis tanah tingkat ordo pada kelompok kawasan

hutan produksi Gedong Wani

Page 51: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

32

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Wilayah

Perkembangan wilayah diasumsikan dengan banyaknya jumlah dan jenis

fasilitas yang ada di suatu wilayah. Asumsi ini menurut Panuju, et al. (2012)

berdasarkan bahwa penduduk mempunyai kecenderungan untuk bergerombol di

suatu lokasi dengan kondisi fisik, sosial dan ekonomi yang secara relatif terbaik

untuk komunitasnya. Daerah dengan fasilitas umum terlengkap merupakan pusat

bagi daerah di sekitarnya.

Melalui analisis skalogram akan diperoleh gambaran karakteristik

perkembangan wilayah. Penentuan tingkat hirarki wilayah berdasarkan

kelengkapan fungsi pelayanan yang dapat disediakan oleh suatu wilayah, sehingga

dapat diidentifikasi wilayah yang berfungsi sebagai pusat/inti dan wilayah-wilayah

hinterlandnya. Unit wilayah yang mempunyai jumlah sarana dan jenis fasilitas

umum dengan kuantitas dan kualitas yang relatif paling lengkap akan menjadi

pusat pelayanan atau mempunyai hirarki yang lebih tinggi dibandingkan dengan

unit wilayah lain yang jumlah fasilitasnya lebih rendah. Tingkat perkembangan

wilayah dapat dicerminkan oleh nilai Indeks Perkembangan Desa (IPD) pada

analisis skalogram. Semakin tinggi IPD maka semakin berkembang atau maju desa

tersebut.

Hasil identifikasi terhadap jumlah desa yang wilayahnya termasuk dalam

kawasan hutan produksi Gedong Wani sebanyak 39 desa. Dari ke-39 desa ini,

hanya 32 desa yang informasinya tercatat pada data potensi desa (PODES) tahun

2003. Sisanya sejumlah 7 desa merupakan desa-desa pemekaran yang baru

terbentuk setelah tahun 2003. Nilai indek perkembangan desa dan penentuan

hirarki wilayah ditunjukkan pada Tabel 13

Tabel 13. Nilai indek perkembangan desa dan penentuan hirarki wilayah

Uraian Tahun

2003 2011

Minimal IPD 8.13 16.73

Maksimal IPD 70.18 65.22

Rataan 31.92 27.6

Standar Deviasi 14,76 11.2

Hirarki I IPD > 61.44 IPD > 50

Hirarki II 31.92<IPD<61.44 27.6<IPD<50

Hirarki III IPD < 31.92 IPD < 27.6 Sumber : Hasil analisis Podes tahun 2003 dan Podes 2011

Hasil analisis menunjukkan nilai rataan IPD pada tahun 2003 adalah 31.92

dengan nilai IPD terendah 8.13 dan nilai IPD tertinggi 70.18. Nilai tertinggi

diperoleh Desa Talang Jawa kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung

Selatan dan nilai terendah diperoleh desa Budi Lestari kecamatan Tanjung Bintang

kabupaten Lampung Selatan. Sedangkan nilai rataan IPD pada tahun 2011 adalah

Page 52: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

33

27.6 dengan nilai tertinggi 65.23 dan nilai terendah 16.73. Desa yang menempati

nilai tertinggi adalah desa Jati Baru kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten

Lampung Selatan dan desa yang menempati nilai terendah adalah desa Gunung

Agung kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur. Jumlah desa

berdasarkan hirarkinya disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Jumlah desa pada setiap kecamatan berdasarkan tingkat hirarki

Kecamatan Ʃ Desa Hirarki 1 Ʃ Desa Hirarki 2 Ʃ Desa Hirarki 3

2000 2011 2000 2011 2000 2011

Batanghari 1 2

Jati Agung 3 2 3 4

Katibung 3 2 2 3

Marga Tiga 1

Merbau Mataram 1 1 1 2 3

Metro Kibang 1 2 2

Natar 1 1

Sekampung 1 2 1

Sekampung Udik 1 1 2

Tanjung Bintang 1 1 4 5

Tanjung Sari 2 2 3 4

Jumlah 1 2 13 13 18 24

Berdasarkan Tabel 14. jumlah desa yang berhirarki I tahun 2003 dan 2011

berjumlah 1 dan 2 desa. Desa hirarki I pada tahun 2003 adalah desa Talang Jawa

kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan dan pada tahun 2011

adalah desa Jati Baru kecamatan Tanjung Bintang kabupaten Lampung Selatan

serta desa Karya Mukti kecamatan Sekampung kabupaten Lampung Timur.

Menurut Panuju, et al.(2012) wilayah yang menempati hirarki wilayah lebih tinggi

atau berhirarki I merupakan wilayah yang memiliki fasilitas terlengkap secara

relatif dibandingkan dengan wilayah lainnya. Hal ini berarti bahwa pada tahun

2003 desa Talang Jawa dan tahun 2011 desa Jati Baru dan desa Karya Mukti

merupakan desa yang mengalami perkembangan wilayah yang relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan desa lain yang wilayahnya termasuk dalam kawasan hutan

produksi Gedong Wani. Penempatan hirarki I pada desa Talang Jawa juga

disebabkan karena jumlah penduduknya yang hanya 2% dari total penduduk

yang berada di Kawasan Hutan Produksi Gedong Wani akan tetapi memiliki

jumlah dan jenis fasilitas yang paling lengkap pada tahun 2003. Hal ini berbeda

dengan desa hirarki I pada tahun 2011, desa Jati Baru yang memiliki jumlah

penduduk paling banyak yaitu 6% dari total jumlah penduduk di kawasan hutan

produksi Gedong Wani dengan jumlah dan jenis fasilitas paling lengkap. Menurut

Tarigan (2005) desa dengan hirarki wilayah paling tinggi termasuk dalam kategori

desa swasembada karena fasilitasnya yang paling lengkap dan mudah dijangkau.

Selain kelengkapan fasilitas, wilayah yang menempati hirarki wilayah

tertinggi juga dicirikan dengan adanya fasilitas penciri yang keberadaannya langka

dan berimplikasi terhadap pergerakan masyarakat untuk memperoleh layanan

Page 53: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

34

terkait fasilitas tersebut (Panuju, et al. 2012). Fasilitas yang menjadi penciri pada

Desa Talang Jawa tahun 2003 adalah adanya fasilitas pendidikan berupa Sekolah

Menengah Umum Negeri. Fasilitas penciri desa Jati Baru tahun 2011 adalah

adanya fasilitas jasa keuangan yaitu Bank Perkreditan Rakyat dan KUD. Adanya

fasilitas penciri menunjukkan bahwa keberadaan fasilitas tersebut hanya terdapat

pada satu desa dan tidak terdapat pada desa yang lainnya.

Selanjutnya desa yang termasuk dalam hirarki II atau desa dengan tingkat

perkembangan sedang pada tahun 2003 dan 2011 masing-masing berjumlah 13

desa. Lokasi desa desa ini menyebar dan tidak selalu berdampingan dengan desa

desa yang mempunyai hirarki I. Bahkan sebagian besar desa yang termasuk hirarki

II posisinya dikelilingi oleh desa dengan hirarki III. Dalam konsep wilayah nodal

kondisi seperti ini menurut Rustiadi, et al. ( 2011) menunjukkan adanya

hubungan fungsional antara subwilayah dan inti. Suatu wilayah dapat mempunyai

beberapa inti dengan hirarki tertentu. Sub wilayah inti dengan hirarki yang lebih

tinggi merupakan pusat bagi beberapa sub wilayah inti yang mempunyai hirarki

yang lebih rendah. Oleh karena itu, desa dengan hirarki II merupakan pusat

pelayanan bagi wilayah sekitarnya yang hirarkinya lebih rendah. Dari sisi

perkembangan wilayah, desa dengan hirarki II mempunyai tingkat perkembangan

dan fasilitas relatif sedang artinya jumlah dan jenis fasilitasnya relatif lebih rendah

dibandingkan dengan desa yang berhirarki I dan relatif lebih tinggi dibandingkan

dengan desa yang berhirarki III.

Desa dengan hirarki III pada tahun 2003 dan 2011 masing-masing sebanyak

18 desa dan 24 desa. Desa – desa ini merupakan desa dengan tingkat

perkembangan relatif rendah karena nilai Indek perkembangan desa di bawah

rataan nilai IPD. Menurut Tarigan (2005) desa dengan fasilitas yang minim dan

tidak mudah dalam menjangkau fasilitas tersebut termasuk kategori desa swadaya.

Adanya fasilitas penciri yang tidak dimiliki desa lain pada desa dalam hirarki III,

biasanya tidak terlalu berimplikasi pada pergerakan masyarakat untuk memperoleh

layanan fasilitas tersebut. Dengan demikian desa hirarki III merupakan wilayah

yang terlayani oleh desa lain yang hirarkinya lebih tinggi atau dengan kata lain

merupakan wilayah hinterland dari wilayah yang lainnya. Sebaran hirarki wilayah

desa-desa dalam kawasan hutan produksi Gedong Wani ditampilkan pada Gambar

10 dan Gambar 11. Perubahan hirarki wilayah disajikan pada Tabel 15.

Perubahan hirarki wilayah pada desa-desa dalam kawasan hutan produksi

Gedong Wani tahun 2003 dan 2011. Terdapat 16 desa mengalami perubahan

hirarki wilayah masing masing adalah perubahan hirarki 1 ke hirarki 2 sejumlah 1

desa, hirarki 2 ke hirarki 3 sejumlah 8 desa, hirarki 3 ke hirarki 1 sejumlah 2 desa

dan hirarki 3 ke hirarki 2 sejumlah 5 desa. Sejumlah 22 desa hirarkinya tetap

masing-masing adalah desa dengan hirarki 2 yang tetap menjadi hirarki 2

sejumlah 7 desa dan hirarki 3 yang tetap menjadi hirarki 3 sejumlah 15 desa,

sedangkan 1 desa yaitu desa Tri Sinar kecamatan Marga Tiga pada tahun 2003

tidak ada data. Namun demikian desa Tri Sinar untuk kepentingan analisis

selanjutnya diasumsikan merupakan desa dengan hirarki 3 pada tahun 2003.

Adanya perubahan hirarki wilayah menunjukkan adanya keterlibatan pemerintah

dalam menyediakan fasilitas dan peran masyarakat sehingga terjadi perubahan

status desa. Menurut Tarigan (2005) peningkatan status desa erat kaitannya dengan

pertumbuhan ekonomi di desa tersebut.

Page 54: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

35

Gambar 11. Peta hirarki desa-desa dalam kawasan hutan produksi Gedong

Wani tahun 2011

Gambar 10. Peta hirarki desa-desa dalam kawasan hutan produksi Gedong

Wani tahun 2003

Page 55: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

36

Tabel 15. Perubahan hirarki desa tahun 2003 / 2011

Kecamatan Desa

Hirarki Perubahan

Hirarki Tahun 2003 Tahun 2011

Merbau Mataram Talang Jawa Hirarki 1 Hirarki 2 1 Ke 2

Batanghari Buana Sakti Hirarki 2 Hirarki 2 2 Ke 2

Sekampung Udik Gunung Agung Hirarki 2 Hirarki 3 2 Ke 3

Tanjung Bintang Jati Indah Hirarki 2 Hirarki 3 2 Ke 3

Jati Agung Margo Lestari Hirarki 2 Hirarki 3 2 Ke 3

Tanjung Sari Mulyo Sari Hirarki 2 Hirarki 3 2 Ke 3

Katibung Neglasari Hirarki 2 Hirarki 2 2 Ke 2

Batanghari Purwodadi Mekar Hirarki 23 Hirarki 2 2 Ke 2

Jati Agung Sidoharjo Hirarki 2 Hirarki 2 2 Ke 2

Tanjung Bintang Srikaton Hirarki 22 Hirarki 3 2 Ke 3

Natar Sukadamai Hirarki 2 Hirarki 2 2 Ke 2

Jati Agung Sumber Jaya Hirarki 2 Hirarki 2 2 Ke 2

Katibung Tanjungagung Hirarki 2 Hirarki 3 2 Ke 3

Katibung Tanjungratu Hirarki 2 Hirarki 2 2 Ke 2

Merbau Mataram Triharjo Hirarki 2 Hirarki 3 2 Ke 3

Tanjung Sari Wonodadi Hirarki 2 Hirarki 3 2 Ke 3

Tanjung Bintang Budi Lestari Hirarki 3 Hirarki 3 3 Ke 3

Tanjung Bintang Jatibaru Hirarki 3 Hirarki 1 3 Ke 1

Metro Kibang Jaya Asri Hirarki 34 Hirarki 3 3 Ke 3

Jati Agung Karang Rejo Hirarki 3 Hirarki 3 3 Ke 3

Sekampung Karya Mukti Hirarki 3 Hirarki 1 3 Ke 1

Tanjung Sari Kertosari Hirarki 3 Hirarki 3 3 Ke 3

Tanjung Sari Malang Sari Hirarki 35 Hirarki 2 3 Ke 2

Metro Kibang Margo Jaya Hirarki 3 Hirarki 2 3 Ke 2

Metro Kibang Margo Sari Hirarki 3 Hirarki 3 3 Ke 3

Sekampung Mekar Mukti Hirarki 31 Hirarki 2 3 Ke 2

Sekampung Mekar Mulya Hirarki 31 Hirarki 2 3 Ke 2

Merbau Mataram Panca Tunggal Hirarki 3 Hirarki 3 3 Ke 3

Tanjung Sari Purwodadi Dalam Hirarki 3 Hirarki 3 3 Ke 3

Jati Agung Purwotani Hirarki 3 Hirarki 3 3 Ke 3

Tanjung Sari Sidomukti Hirarki 3 Hirarki 2 3 Ke 2

Merbau Mataram Sinar Karya Hirarki 3 Hirarki 3 3 Ke 3

Tanjung Bintang Sinar Ogan Hirarki 3 Hirarki 3 3 Ke 3

Jati Agung Sinar Rejeki Hirarki 3 Hirarki 3 3 Ke 3

Sekampung Udik Sindang Anom Hirarki 3 Hirarki 3 3 Ke 3

Katibung Tanjungan Hirarki 3 Hirarki 3 3 Ke 3

Katibung Trans Tanjungan Hirarki 3 Hirarki 3 3 Ke 3

Tanjung Bintang Trimulyo Hirarki 3 Hirarki 3 3 Ke 3

Marga Tiga Tri Sinar

Hirarki 3 No Data

1,2,3,4

adalah desa-desa pemekaran yang datanya belum tercantum dalam Podes 2003. 1

Pemekaran

dari desa Karya Mukti; 2Pemekaran dari Desa Jati Indah;

3Pemekaran dari desa Buana Sakti;

4Pemekaran dari Desa Marga Jaya dan 5 Pemekaran dari desa Kertosari.

Page 56: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

37

Perubahan hirarki wilayah pada 39 desa dalam 10 tahun terakhir menjadi

indikasi perkembangan wilayah desa di kawasan hutan produksi Gedong Wani,

yang tidak sesuai dengan tujuan peruntukan kawasan hutan. Secara Nasional desa

yang berada dalam kawasan hutan berjumlah 19.420 desa (BPS, 2007,2009).

Desa-desa tersebut menjadikan kawasan hutan sebagai lahan tanaman pangan dan

lahan perkebunan. Keberadaan desa yang terus berkembang dalam kawasan hutan

menurut Kartodihardjo (2008) disebabakan legalitas desa yang telah ditetapkan

oleh Kementerian Dalam Negeri belum ditetapkan legalitasnya terkait dengan

kawasan hutan negara yang ditempatinya. Selanjutnya Kartodihardjo (2012)

menyatakan bahwa keberadaan desa dalam kawasan hutan meskipun berdasarkan

hukum positif dianggap melanggar hukum, namun dalam kenyataannya secara

sosial politik, tidak ada perlakuan apapun dan oleh karena itu dari waktu kewaktu

terus berkembang. Perkembangan desa dapat menimbulkan konflik atau ancaman

kerusakan sumberdaya hutan, maupun dari sisi masyarakat, mereka tidak

mendapat legalitas akses secara jelas terhadap manfaat hutan negara.

Untuk itu, perkembangan wilayah desa dalam kawasan hutan perlu

diantisipasi agar tidak menimbulkan efek penyebaran (spread effect) terhadap

wilayah desa sekitarnya. Menurut Tarigan (2005) desa yang berkembang

kemungkinan akan mendorong desa tetangganya untuk berkembang, karena

adanya keterkaitan kegiatan antar desa.

Analisis Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Hutan Produksi Gedong

Wani Tahun 2000 dan Tahun 2013

Penggunaan lahan dan penutupan lahan pada hakekatnya berbeda walaupun

sama-sama menggambarkan keadaan fisik lahan. Penggunaan lahan berhubungan

dengan kegiatan manusia pada suatu bidang lahan, sedangkan penutupan lahan

lebih merupakan perwujudan fisik objek-objek yang menutupi lahan tanpa

mempersoalkan kegiatan manusia terhadap objek-objek tersebut (Lilisand, et al.

1993). Perubahan penggunaan lahan adalah fenomena kompleks, yang

merefleksikan interaksi antara manusia dengan lingkungannya (Munroe et al.

2007).

Interpretasi penggunaan/penutupan lahan pada kawasan hutan produksi

Gedong Wani terdiri dari 6 (enam) kelas yaitu area terbangun, hutan, perkebunan

rakyat, perkebunan PTPN, ladang dan tubuh air. Area terbangun sesuai dengan

cirinya dalam interpretasi adalah pemukiman dan jalan. Hutan yang dimaksud

dalam interpretasi adalah hutan tanaman yang pernah dibangun oleh PT. Darmala

Hutan Lesari (PT DHL). Untuk perkebunan rakyat adalah tanaman perkebunan

yang ditanam oleh masyarakat, di lapangan banyak dijumpai tanaman karet dan

kelapa sawit. Perkebunan PTPN merupakan tanaman perkebunan yang diusahakan

oleh PTPN dalam hal ini merupakan area tumpang tindih yang batasnya sudah

dipetakan oleh instansi kehutanan, sehingga interpretasinya mengacu pada batas

yang ada. Untuk ladang merupakan lahan terbuka, atau lahan-lahan yang ditanami

tanaman pangan lahan kering termasuk sawah tadah hujan. Pegertian tubuh air

pada interpretasi merupakan genangan air, sungai, waduk ataupun rawa. Luas

setiap tipe penggunaan lahan di kawasan hutan produksi Gedong Wani periode

tahun 2000 dan 2013 disajikan pada Tabel 16 dan Gambar 12.

Page 57: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

38

Tabel 16. Penggunaan/penutupan lahan di kawasan hutan produksi Gedong Wani

Penggunaan

Lahan

Tahun 2000 Tahun 2013 Perubahan

Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) %

Area Terbangun 2 943 9.8 3 245 10.8 302 1

Hutan 1 155 3.8 34 0.1 -1 121 3,7

Ladang 12 798 42.5 11 092 36.8 -1 706 5.7

Perkebunan PTPN 192 0.6 192 0.6 0 0

Perkebunan

Rakyat 11 181 37.1 13 670 45.3 2 489 8.3

Tubuh Air 1 876 6.2 1 913 6.3 37 0.1

Jumlah 30 146 100 30 146 100

Tabel 16 dan Gambar 12 menunjukkan bahwa penggunaan/penutupan lahan

terbesar pada tahun 2000 adalah ladang dengan luasan 12 798 ha atau 42.5% dari

total luas kelompok kawasan hutan produksi Gedong Wani.

Penggunaan/Penutupan lahan terbesar kedua pada tahun 2000 adalah perkebunan

rakyat dengan luas 11 181 ha atau 37.1 %. Penggunaan/penutupan lahan terbesar

tahun 2013 didominasi oleh penggunaan lahan perkebunan rakyat seluas 13 670

ha atau 45.3% dan kemudian ikuti oleh penggunaan lahan ladang dengan luas

11 092 ha atau 36.8% .

Luas area terbangun menempati urutan ketiga yaitu seluas 2 943 ha pada

tahun 2000 dan meningkat jumlahnya menjadi 3 245 ha pada tahun 2013. Luas

hutan yang seharusnya menjadi penggunaan/penutupan lahan dominan di kawasan

hutan produksi Gedong Wani justru menunjukkan jumlah luas yang minimal yaitu

hanya 1 115 ha atau 3.8 % pada tahun 2000 dan jumlahnya menurun menjadi 34

ha atau 0.1 % pada tahun 2013.

Penurunan luas hutan sebesar 1121 ha hingga hanya menjadi 34 ha,

menunjukkan bahwa hutan tanaman yang di bangun oleh PT. DHL pada tahun

1996 tidak terkelola dengan baik, sehingga dijarah oleh masyarakat. Menurut

Kusworo (2000) pembabatan hutan tanaman oleh masyarakat berlangsung sejak

reformasi bergulir tahun 1997/1998. Masyarakat beranggapan bahwa adanya

hutan tanaman industri yang dikelola PT. DHL telah merampas lahan-lahan

garapan masyarakat desa–desa di kawasan hutan produksi Gedong Wani

Gambar 12. Luas penggunaan/penutupan lahan pada kelompok

kawasan hutan produksi Gedong Wani tahun 2000

dan 2013.

Page 58: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

39

diantaranya adalah desa Sinar Rejeki, Sidorejo, Karanganyar (Karang Rejo),

Sumber Jaya, Sukadamai, Marga Jaya, Karya Mukti dan Trisinar

Penggunaan lahan area terbangun mengalami kenaikan luasan hingga 302

ha menunjukkan bahwa kebutuhan area terbangun meningkat seiring dengan

peningkatan jumlah penduduk di kawasan hutan produksi Gedong Wani yaitu dari

jumlah penduduk pada tahun 2003 sebesar 132 789 jiwa menjadi 150 424 jiwa

pada tahun 2011. Menurut Munibah, et al. (2010) semakin meningkatnya jumlah

penduduk, berdampak pada semakin tingginya aktifitas manusia terhadap lahan.

Peningkatan penduduk memiliki konsekuensi terhadap perkembangan ekonomi

yang menuntut kebutuhan lahan untuk permukiman, industri, infrastruktur dan

jasa (Munibah, 2008). Bertambahnya luas area terbangun hingga mencapai luas

3245 ha merupakan hasil konversi hutan seluas 25 ha, ladang 105 ha, perkebunan

rakyat 167 ha dan tubuh air seluas 6 ha

Pengurangan luas ladang sebesar 1 706 ha, menunjukkan adanya peralihan

penggunaan lahan untuk budidaya tanaman pangan menjadi penggunaan lahan

untuk kegiatan budidaya lainnya. Masyarakat di kawasan hutan produksi Gedong

Wani banyak beralih menanam tanaman perkebunan pada ladang garapannya

untuk komoditas jenis karet dan sawit, karena komoditas ini dianggap lebih

menguntungkan secara ekonomi dan mudah dalam perawatannya. Perubahan

penggunaan lahan menjadi ladang merupakan hasil konversi hutan seluas 591 ha,

perkebunan rakyat 3 790 ha dan tubuh air 492 ha.

Perkebunan PTPN tidak mengalami perubahan luas dan tetap konstan seluas

192 ha. Hal ini menunjukkan bahwa perkebunan PTPN dikelola dengan baik,

sehingga walaupun lokasinya merupakan bagian dari kawasan hutan produksi

Gedong Wani akan tetapi masyarakat mengakui bahwa kawasan ini merupakan

wilayah kelola perkebunan PTPN. Konsistensi luasan perkebunan PTPN ditengah

perebutan penggunaan ruang kawasan hutan produksi Gedong Wani menjadi

suatu bukti bahwa pengelolaan kawasan ditingkat lapangan menjadi hal yang

penting bagi keberlanjutan suatu kawasan yang peruntukannya sudah ditetapkan.

Peningkatan luas pada perkebunan rakyat seluas 2 489 ha atau 8.3% dari

luas kawasan hutan produksi Gedong Wani menunjukkan bahwa komoditas

perkebunan dianggap lebih menguntungkan secara ekonomis. Harga karet dan

sawit yang relatif tinggi dan pasar yang mudah menjadi daya tarik masyarakat

untuk mengembangkan komoditas tersebut di kawasan hutan produksi Gedong

Wani. Hal ini tidak berlaku untuk pengembangan tanaman kayu-kayuan,

masyarakat enggan melaksanakan budidaya tanaman kayu-kayuan karena

prosedur administrasi pemanenan kayu dalam kawasan hutan dianggap sulit oleh

masyarakat. Disamping itu, penanaman kayu dianggap tidak memberikan hasil

harian seperti halnya karet dan sawit. Bertambahnya luas perkebunan rakyat

merupakan hasil konversi hutan seluas 474 ha, ladang 6 040 ha serta tubuh air

seluas 583 ha.

Luas tubuh air relatif konstan yaitu sekitar 6.2% dari luas kawasan. Di

kawasan hutan produksi Gedong Wani banyak dijumpai sungai diantaranya sungai

Way Galih, Way Kandis dan Way Katibung, semua sungai ini bermuara di sungai

Way Sekampung. Perubahan penggunaan lahan tahun 2000-2013 disajiakan pada

Tabel 17. Pola dan sebaran spasialnya ditunjukkan pada Gambar 13, 14 dan 15.

Page 59: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

40

Tabel 17. Perubahan penggunaan lahan di kawasan hutan produksi Gedong

Wani dari tahun 2000 ke tahun 2013

Perubahan

Penggunaan Lahan

Tahun 2000-2013 (ha)

Area

Terbangun Hutan Ladang

Perkebunan

PTPN

Perkebunan

Rakyat

Tubuh

Air

Jumlah Tahun

2000

Area Terbangun 2 943

2 943

Hutan 25 34 591

474 32 1 155

Ladang 105

6 219

6 040 435 12 798

Perkebunan PTPN

192

192

Perkebunan Rakyat 167

3 790

6 574 651 11 181

Tubuh Air 6

492

583 795 1 876

Jumlah Tahun 2013 3 245 34 11 092 192 13 670 1 913 30 146

Dari gambaran pola perubahan penggunaan lahan pada Gambar 13 dapat

dilihat bahwa penggunaan lahan area terbangun seluas 2 943 ha tahun 2000 tidak

mengalami perubahan ke penggunaan lahan lainnya. Area terbangun berupa

pemukiman dan sarana-prasarana umum investasi pembangunan (public capital

investement) seperti jaringan jalan, sekolahan, kantor-kantor pemerintahan,

jaringan listrik dan sebagainya bersifat kaku atau rigid yaitu sekali dibangun akan

sulit diubah atau dipindahkan letaknya. Selain itu, ditinjau dari keterkaitan land

rent, area pemukiman mempunyai land rent yang lebih tinggi dibandingkan

dengan penggunaan lahan lainnya. Menurut Rustiadi et al. (2011) bahwa hukum

pasar akan mengarah pada penggunaan lahan dengan land rent tertinggi dan sifat

pergeseran penggunaan lahan berlangsung secara searah serta bersifat irreversible

(tidak dapat balik). Dalam hal ini, lahan pertanian yang telah digunakan untuk

pembangunan pemukiman dan sarana-prasarana fisik hampir tidak mungkin

untuk berubah kembali menjadi penggunaan lahan pertanian.

Penggunan lahan yang juga tidak mengalami fluktuasi perubahan adalah

perkebunan PTPN. Perkebunan PTPN merupakan perkebunan yang dikelola oleh

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi Hak Guna Usaha (HGU).

Menurut UU No 5/1960 HGU adalah hak untuk mengusahakan tanah yang

dikuasai langsung oleh Negara guna usaha pertanian, perikanan atau peternakan

dalam jangka 35 tahun dan dapat diperpanjang hingga 25 tahun. Adanya

kewajiban dan prasyarat yang harus dipenuhi oleh pemegang izin HGU untuk

melaksanakan usaha sesuai dengan peruntukan izin, mengusahakan sendiri tanah

HGU dengan baik, memelihara kesuburan tanah, mencegah kerusakan

sumberdaya, dan tidak menelantarkan lahan menjadi pedoman bagi pemegang izin

untuk mengelola lahannya dengan sebaik mungkin. Adanya pengelolaan yang

baik pada lahan HGU perkebunan PTPN berdampak pada legitimasi/pengakuan

dari masyarakat, sehingga perkebunan ini dapat bertahan dalam luasannya sesuai

dengan fungsinya sebagai area perkebunan.

Page 60: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

Ladang

12 798 HaTubuh Air

Ladang

Perkebunan

Rakyat

Area

Terbangun

6 219 ha

20132000

435 ha

a

Perkebunan

Rakyat

11 181 Ha

Perkebunan

Rakyat

Ladang

Tubuh Air

Area

Terbangun

2000 2013

6 040 ha

105 ha

6 574 ha

3 790 ha

651 ha

167 ha

b

Area

Terbangun

Area

Terbangun

2 943 Ha

2 943 ha

20132000

Hutan

1 155 Ha

Ladang

Perkebunan

Rakyat

Tubuh Air

Area

Terbangun

2013

591 ha

32 ha

25 ha

d

Tubuh Air

1 876 HaLadang

Tubuh Air

Perkebunan

Rakyat

Area

Terbangun

795 ha

20132000

492 ha

c

583 ha

36 ha

2000

Perkebunan

PTPN

Perkebunan

PTPN

192 Ha

192 ha

20132000474 ha

Hutan34 ha

e f

Gambar 13. Pola perubahan penggunaan lahan di kawasan hutan produksi Gedong Wani tahun 2000 - 2013

Page 61: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

42

Gambar 14. Peta penggunaan/penutupan lahan kelompok kawasan

hutan produksi Gedong Wani tahun 2000

Gambar 15. Peta penggunaan/penutupan lahan kelompok kawasan

hutan produksi Gedong Wani tahun 2013

Page 62: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

43

Analisis Pengaruh Faktor Fisik Lahan, Demografi dan Kebijakan

Penggunaan Kawasan Hutan Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan

Perubahan penggunaan lahan merupakan suatu proses perubahan

penggunaan lahan ke penggunaan lahan lain yang dapat bersifat sementara

maupun permanen, hal ini merupakan konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan

dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang

berkembang, baik untuk tujuan komersil maupun industri. Menurut McNeil et al.

(1998) faktor yang mendorong perubahan penggunaan lahan adalah politik,

ekonomi, demografi dan budaya. Faktor yang mempengaruhi perubahan lahan

hutan menjadi lahan pertanian menurut Munibah (2008) adalah bentuk lahan,

kemiringan lereng, jenis tanah, curah hujan, jarak dari jalan raya dan mata

pencaharian masyarakat.

Dalam menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap perubahan

penggunaan lahan di kawasan hutan produksi Gedong Wani periode tahun 2000-

2013 digunakan faktor fisik lahan, demografi dan kebijakan penggunaan kawasan

hutan. Perubahan penggunaan lahan yang dianalisis adalah perubahan penggunaan

lahan menjadi lahan perkebunan rakyat, areal terbangun dan ladang. Analisis

dilakukan dengan regresi logistik binner, dengan variabel tak bebas berupa

perubahan penggunaan lahan dan variabel bebas yang digunakan sesuai dengan

faktor yang diduga berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan yaitu

perubahan hirarki wilayah, kebijakan pemanfaatan/penggunaan kawasan hutan,

jarak dari jalan, pertambahan jumlah penduduk, kelas lereng dan jenis tanah.

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari masing-masing

variabel bebas terhadap perubahan penggunaan lahan di kawasan hutan produksi

Gedong Wani.

Faktor yang diduga berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan

menjadi perkebunan rakyat di kawasan hutan produksi Gedong Wani

Hasil analisis hubungan perubahan penggunaan lahan menjadi perkebunan

rakyat di kawasan hutan produksi Gedong Wani dengan regresi logistik

menunjukkan bahwa nilai Omnibus test pada taraf nyata 5% sebesar 0.000, yang

artinya model signifikan secara statistik

Berdasarkan nilai odds ratio, secara umum ada 1 variabel bebas yang diduga

berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan menjadi perkebunan rakyat,

yaitu jenis tanah. Jenis tanah Ultisol merupakan jenis tanah mempunyai peluang

sebesar 1.23 kali lebih besar dibandingkan dengan jenis tanah Inceptisol. Hal ini

berarti bahwa kejadian perubahan penggunaan lahan menjadi perkebunan rakyat

pada periode tahun 2000 sampai dengan 2013 di kawasan hutan produksi Gedong

Wani banyak terjadi pada jenis tanah Ultisol. Menurut Hardjowigeno (1993) jenis

tanah Ultisol merupakan tanah tua yang penggunaannya sebaiknya dihutankan

atau untuk perkebunan dengan tanaman tahunan karena jenis tanah ini telah

mengalami pencucian unsur hara. Tanah Ultisol hanya mampu memberikan hasil

produksi untuk sistem pertanian ladang pada tahun pertama, selama unsur-unsur

hara dipermukaan tanah yang terkumpul melalui proses biocycle belum habis.

Reaksi tanah yang masam, kejenuhan basa rendah, kadar Al yang tinggi, kadar

Page 63: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

44

unsur hara yang rendah merupakan penghambat utama untuk pertanian tanaman

pangan. Oleh karena itu penggunaan untuk hutan (tanaman tahunan) atau

perkebunan dapat mempertahankan kesuburan tanah karena proses recycling.

Hasil lengkap analisis regresi logistik disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18. Faktor yang diduga berpengaruh terhadap perubahan lahan menjadi

perkebunan rakyat

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)= Odd

Rasio

Jenis_Tanah Ultisol .21 .10 4.61 1 .03* 1.23

Jumlah_Penduduk 1.25 3 .74

Jumlah_Penduduk 1097-1813 -.06 .15 .15 1 .70 .95

Jumlah_Penduduk 1814-2530 -.11 .14 .61 1 .44 .90

Jumlah_Penduduk 2531-3247 -.14 .13 1.14 1 .29 .87

Kelas_Lereng 6.43 3 .09

Kelas_Lereng 0-3% -1.10 .69 2.58 1 .11 .33

Kelas_Lereng 3-8% -.96 .69 1.94 1 .16 .38

Kelas_Lereng 8-15% -.69 .72 .92 1 .34 .50

Hirarki_Wilayah 5.74 5 .33

Hirarki_Wilayah 2 ke 2 -.12 .24 .28 1 .60 .88

Hirarki_Wilayah 2 ke 3 -.26 .22 1.42 1 .23 .77

Hirarki_Wilayah 3 ke 1 .00 .25 .00 1 .99 1.00

Hirarki_Wilayah 3 ke 2 -.27 .25 1.15 1 .28 .77

Hirarki_Wilayah 3 ke 3 -.30 .22 1.86 1 .17 .75

Kebijakan pemanfaatan Kawasan

Kehutanan

32.48 5 .00

Kebijakan izin resmi untuk industri -.08 .43 .03 1 .86 .92

Kebijakan pinjam pakai untuk

pertambangan -.33 .46 .52 1 .47 .72

Kebijakan pinjam pakai untuk

pendidikan dan penelitian .42 .47 .80 1 .37 1.52

Kebijakan tukar menukar untuk

pengembangan kota baru Lampung -1.11 .45 6.15 1 .01 .33

Belum ada izin pemanfaatan kawasan

hutan .40 .33 1.51 1 .22 1.49

Jarak_dari_jalan 11.55 4 .02

Jarak_dari_jalan 0-250 m -.26 .27 .93 1 .33 .77

Jarak_dari_jalan 250 - 500 m -.11 .27 .16 1 .69 .90

Jarak_dari_jalan 500 – 1000 m .03 .27 .01 1 .93 1.03

Jarak_dari_jalan 1000-2000 m .19 .27 .49 1 .49 1.21

Constant .23 .83 .08 1 .78 1.26

*) Taraf nyata α = 5%

Page 64: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

45

Faktor yang diduga berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan

menjadi area terbangun di kawasan hutan produksi Gedong Wani

Hasil analisis hubungan perubahan penggunaan lahan menjadi area

terbangun di kawasan hutan produksi Gedong Wani dengan regresi logistik

menunjukkan bahwa nilai Omnibus test pada taraf nyata 5% sebesar 0.000, yang

artinya model signifikan secara statistik. Berdasarkan nilai Nagelkerke R Square

sebesar 0.111 dapat diketahui bahwa 11.1% variasi dari perubahan penggunaan

lahan menjadi area terbangun di kawasan hutan produksi Gedong Wani dapat

dijelaskan oleh variabel bebas yang digunakan dalam analisis atau dengan kata

lain 88.9% variasi dari perubahan penggunaan lahan menjadi areal terbangun di

kawasan hutan produksi Gedong Wani dijelaskan oleh faktor lain. Hasil lengkap

analisis regresi logistik disajikan pada Tabel 19.

Berdasarkan nilai odds ratio, ditunjukkan bahwa secara umum ada 2

variabel bebas yang dinyatakan berpengaruh terhadap perubahan penggunaan

lahan menjadi area terbangun di kawasan hutan produksi Gedong Wani, yaitu

pertambahan jumlah penduduk dan kebijakan kehutanan. Variabel bebas lainnya

tidak berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan menjadi area terbangun

di kawasan hutan produksi Gedong Wani.

Variabel kebijakan izin resmi penggunaan kawasan untuk industri atau

pabrik, tukar menukar kawasan untuk pengembangan kota baru Lampung dan

variabel belum ada kebijakan izin pemanfaatan kawasan hutan berpengaruh nyata

terhadap perubahan penggunaan lahan menjadi area terbangun di kawasan hutan

produksi Gedong Wani, dengan peluang 8.34 kali, 7.69 kali dan 5.21 kali lebih

besar dibandingkan dengan peluang HGU perkebunan. Hal ini dapat dijelaskan

bahwa penggunaan kawasan hutan untuk sektor non kehutanan memang

digunakan untuk pembangunan fisik industri pabrik tapioka yang berada di

kecamatan Jati Agung oleh PT Darma Agrindo dan di kecamatan Katibung oleh

PT. Langgeng Cakra Lestari.

Kebijakan tukar menukar kawasan hutan untuk pembangunan kota baru

Lampung dapat dijelaskan pada saat ini telah dan sedang dilaksanakan

pembangunan infrastruktur jalan dan kantor pemerintahan. Untuk variabel belum

ada kebijakan pemanfaatan kawasan hutan secara spasial penggunaan lahan

kawasan yang belum berizin mempunyai luas yang paling dominan dimana

pemanfaatannya untuk area terbangun sebesar 9.8% pada tahun 2000 dan

meningkat jumlahnya menjadi 10.8% pada tahun 2013.

Variabel pertambahan jumlah penduduk sangat tinggi sebesar 2531-3247

jiwa berpengaruh nyata terhadap perubahan penggunaan lahan menjadi area

terbangun di kawasan hutan produksi Gedong Wani, dengan peluang 2.43 kali

lebih besar dibandingkan dengan peluang pertambahan jumlah penduduk rendah

sebesar 380-1096 jiwa. Hal ini diduga pertambahan penduduk akan meningkatkan

kebutuhan terhadap perumahan, sehingga pertambahan penduduk paling tinggi di

kawasan hutan produksi Gedong Wani berimplikasi terhadap perubahan

penggunaan lahan untuk area terbangun menjadi lebih banyak dari tahun

sebelumnya.

Page 65: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

46

Tabel 19. Faktor yang diduga berpengaruh perubahan lahan menjadi area

terbangun

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) =

Odd rasio

Jenis_Tanah Ultisol .13 .15 .75 1 .39 1.13

Jumlah_Penduduk 31.98 3 .00

Jumlah_Penduduk 1097-1813 -.17 .27 .42 1 .52 .84

Jumlah_Penduduk 1814-2530 .40 .25 2.52 1 .11 1.49

Jumlah_Penduduk 2531-3247 .89 .23 15.53 1 .00* 2.43

Kelas_Lereng 6.63 3 .09

Kelas_Lereng 0-3% 19.76 1.33 .00 1 1.00 3.83

Kelas_Lereng 3-8% 19.54 1.33 .00 1 1.00 3.06

Kelas_Lereng 8-15% 18.46 1.33 .00 1 1.00 1.04

Hirarki_Wilayah 18.10 5 .00

Hirarki_Wilayah 2 ke 2 -.63 .30 4.50 1 .03 .53

Hirarki_Wilayah 2 ke 3 -.35 .27 1.67 1 .20 .71

Hirarki_Wilayah 3 ke 1 -1.22 .38 10.06 1 .00 .30

Hirarki_Wilayah 3 ke 2 -1.09 .35 9.77 1 .00 .34

Hirarki_Wilayah 3 ke 3 -.66 .26 6.20 1 .01 .52

Kebijakan penggunaan

Kawasan Hutan

13.83 5 .02

Kebijakan izin resmi untuk

industri 2.12 .68 9.77 1 .00* 8.34

Kebijakan pinjam pakai untuk

pertambangan -17.59 4.62 .01 1 1.00 .00

Kebijakan pinjam pakai untuk

pendidikan dan penelitian .59 .80 .55 1 .46 1.80

Kebijakan tukar menukar untuk

pengembangan kota baru

Lampung

2.04 .71 8.35 1 .00* 7.69

Belum ada izin pemanfaatan

kawasan hutan 1.65 .61 7.35 1 .01* 5.21

Jarak_dari_jalan 44.74 4 .00

Jarak_dari_jalan 0-250 m 1.01 .55 3.31 1 .07 2.73

Jarak_dari_jalan 250 - 500 m .49 .56 .77 1 .38 1.63

Jarak_dari_jalan 500 – 1000 m .23 .56 .17 1 .68 1.26

Jarak_dari_jalan 1000-2000 m -.74 .61 1.50 1 .22 .48

Constant -23.81 1.33 .00 1 1.00 .00

*) Taraf nyata α = 5%

Faktor yang diduga berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan

menjadi ladang di kawasan hutan produksi Gedong Wani

Hasil analisis hubungan perubahan penggunaan lahan menjadi ladang di

kawasan hutan produksi Gedong Wani dengan regresi logistik menunjukkan

bahwa nilai Omnibus test pada taraf nyata 5% sebesar 0.000, yang artinya model

Page 66: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

47

signifikan secara statistik. Berdasarkan nilai Nagelkerke R Square sebesar 0.111

dapat diketahui bahwa 11.1% variasi dari perubahan penggunaan lahan menjadi

ladang di kawasan hutan produksi Gedong Wani dapat dijelaskan oleh variabel

bebas yang digunakan dalam analisis atau dengan kata lain 88.9% variasi dari

perubahan penggunaan lahan menjadi ladang di kawasan hutan produksi Gedong

Wani dijelaskan oleh faktor lain. Hasil lengkap analisis regresi logistik disajikan

pada Tabel 20.

Tabel 20. Faktor yang diduga berpengaruh terhadap perubahan lahan menjadi

ladang

*) Taraf nyata α = 5%

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) =

Ood Rasio

Jenis_Tanah Ultisol .13 .15 .75 1 .39 1.13

Jumlah_Penduduk 31.98 3 .00

Jumlah_Penduduk 1097-1813 -.17 .27 .42 1 .52 .84

Jumlah_Penduduk 1814-2530 .40 .25 2.52 1 .11 1.49

Jumlah_Penduduk 2531-3247 .89 .23 15.53 1 .00* 2.43

Kelas_Lereng 6.63 3 .09

Kelas_Lereng 0-3% 19.76 1.33 .00 1 1.00 3.83

Kelas_Lereng 3-8% 19.54 1.33 .00 1 1.00 3.06

Kelas_Lereng 8-15% 18.46 1.33 .00 1 1.00 1.04

Hirarki_Wilayah 18.10 5 .00

Hirarki_Wilayah 2 ke 2 -.63 .30 4.50 1 .03 .53

Hirarki_Wilayah 2 ke 3 -.35 .27 1.67 1 .20 .71

Hirarki_Wilayah 3 ke 1 -1.22 .38 10.06 1 .00 .30

Hirarki_Wilayah 3 ke 2 -1.09 .35 9.77 1 .00 .34

Hirarki_Wilayah 3 ke 3 -.66 .26 6.20 1 .01 .52

Kebijakan penggunaan Kawasan

Kehutanan

13.83 5 .02

Kebijakan izin resmi untuk industri 2.12 .68 9.77 1 .00* 8.34

Kebijakan pinjam pakai untuk

pertambangan -17.59 4.62 .01 1 1.00 .00

Kebijakan pinjam pakai untuk

pendidikan dan penelitian .59 .80 .55 1 .46 1.80

Kebijakan tukar menukar untuk

pengembangan kota baru Lampung 2.04 .71 8.35 1 .00* 7.69

Belum ada izin pemanfaatan

kawasan hutan 1.65 .61 7.35 1 .01* 5.21

Jarak_dari_jalan 44.74 4 .00

Jarak_dari_jalan 0-250 m 1.01 .55 3.31 1 .07 2.73

Jarak_dari_jalan 250 - 500 m .49 .56 .77 1 .38 1.63

Jarak_dari_jalan 500 – 1000 m .23 .56 .17 1 .68 1.26

Jarak_dari_jalan 1000-2000 m -.74 .61 1.50 1 .22 .48

Constant -23.81 1.33 .00 1 1.00 .00

Page 67: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

48

Berdasarkan nilai odds ratio, ditunjukkan bahwa secara umum ada 2

variabel bebas yang dinyatakan berpengaruh terhadap perubahan penggunaan

lahan menjadi ladang di kawasan hutan produksi Gedong Wani, yaitu kebijakan

penggunaan kawasan hutan dan pertambahan jumlah penduduk. Variabel bebas

kebijakan yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan menjadi

ladang adalah pinjam pakai kawasan untuk industri atau pabrik, tukar menukar

kawasan untuk pengembangan kota baru Lampung dan belum ada kebijakan izin

penggunaan kawasan hutan. Variabel bebas pertambahan jumlah penduduk yang

berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan menjadi ladang adalah

pertambahan jumlah penduduk sangat tinggi sebesar 2531-3247 jiwa.

Variabel kebijakan izin resmi penggunaan kawasan hutan untuk industri

atau pabrik, tukar menukar kawasan hutan untuk pengembangan kota baru

Lampung dan variabel belum ada izin pemanfaatan/penggunaan kawasan hutan

berpengaruh nyata terhadap perubahan penggunaan lahan menjadi ladang di

kawasan hutan produksi Gedong Wani, dengan peluang 8.34 kali, 7.69 kali dan

5.21 kali lebih besar dibandingkan dengan peluang HGU perkebunan. Hal ini

diduga pada variabel kebijakan izin resmi penggunaan kawasan hutan untuk

industri atau pabrik, penggunaan lahannya tidak hanya dimanfaatkan untuk

pembangunan fisik pabrik/industri akan tetapi juga dimanfaatkan untuk area

terbuka sebagai bagian dari proses produksi seperti area penjemuran produk atau

lahan-lahan parkir kendaraan yang dalam interpretasi citra landsat teridentifikasi

sebagai area terbuka atau ladang.

Untuk variabel kebijakan tukar-menukar kawasan menjadi kota baru

Lampung, saat ini area yang sudah di land clearing sebagian besar masih

dimanfaatkan oleh masyarakat untuk ladang tanaman singkong. Variabel belum

ada kebijakan izin pemanfaatan/penggunaan kawasan hutan secara spasial

penggunaan lahan kawasan yang belum berizin mempunyai luas yang paling

dominan yaitu pada tahun 2000 penggunaan lahan untuk ladang sebesar 48.5 %

dari luas kawasan dan pada tahun 2013 jumlahnya menurun menjadi 36.8%.

Variabel pertambahan jumlah penduduk sangat tinggi sebesar 2531-3247 jiwa

berpengaruh nyata terhadap perubahan penggunaan lahan menjadi ladang di

kawasan hutan produksi Gedong Wani, dengan peluang 2.43 kali lebih besar

dibandingkan dengan peluang pertambahan jumlah penduduk rendah sebesar 380-

1096 jiwa. Hal ini diduga pertambahan jumlah penduduk akan meningkatkan

kebutuhan lahan untuk bercocok tanam tanaman pangan. Pertumbuhan penduduk

paling besar berada di kecamatan Tanjung Bintang dan Tanjung Sari, pada kedua

kecamatan ini banyak dijumpai tanaman padi sawah tadah hujan yang dalam

interpretasi citra landsat kurang dapat dibedakan dengan lahan terbuka lainnya

sehingga tanaman padi sawah tadah hujan termasuk dalam kategori penggunaan

lahan untuk ladang.

Prediksi Penggunaan Lahan

Prediksi penggunaan lahan dilakukan berdasarkan perilaku perubahan

penggunaan lahan pada periode 2000 dan 2013. Sebagai referensi dalam

pengalokasian suatu penggunaan lahan digunakan peta kesesuaian lahan.

Page 68: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

49

Kesesuaian lahan merupakan bentuk evaluasi lahan yaitu suatu proses penilaian

sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan

atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan

atau arahan penggunan lahan sesuai dengan keperluan.

Kajian kesesuaian lahan berdasarkan karakteristik fisik lahan

Pada penelitian ini, evaluasi penggunaan lahan berdasarkan pada

karakteristik fisik lahan yaitu : iklim, kedalaman efektif, tekstur tanah, batuan

permukaan, kemiringan lereng, elevasi, drainase dan banjir. Selain unsur fisik

evaluasi penggunaan lahan juga berdasarkan pada peraturan yang berlaku. Tipe

penggunaan lahan yang dievaluasi adalah area terbangun, hutan, ladang,

perkebunan PTPN, perkebunan rakyat dan tubuh air.

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan bahwa lahan yang sesuai (S)

untuk tipe penggunaan lahan area terbangun, hutan, ladang, perkebunan PTPN,

perkebunan rakyat dan tubuh air berkisar antara 1 -100% dan lahan yang tidak

sesuai (N) berkisar antara 0-99 %. Luas lahan sesuai (S) dan tidak sesuai (N) pada

berbagai tipe penggunaan lahanditunjukkanpada Tabel 21. Peta kesesuaian lahan

disajikan pada Gambar 16.

Tabel 21. Luas lahan sesuai (S) dan tidak sesuai (N) pada berbagai tipe

penggunaan lahan

Lahan yang tidak sesuai (N) untuk area terbangun seluas 1 621 Ha karena

adanya faktor pembatas kelas lereng dan banjir. Faktor pembatas kelas lereng

>15% dengan topografi berbukit tidak layak untuk area terbangun karena

berpotensi longsor. Banjir dengan genangan relatif lama dapat merusak struktur

bangunan.

Kesesuaian untuk tipe penggunaan lahan hutan menunjukkan bahwa

kawasan ini 100% sesuai (S) untuk hutan. Hasil penjumlahan skoring pada 3

parameter kriteria fisik kesesuaian untuk hutan produksi yaitu lereng (kemiringan)

lapangan, jenis tanah dan intensitas hujan mempunyai nilai skoring < 125 yang

artinya lahan ini sesuai untuk kawasan hutan produksi tetap.

Tipe Penggunaan

Lahan

N S Jumlah

(ha) ha % ha %

Area terbangun 1 621 5% 28 526 95% 30 146

Hutan - 0% 30 146 100% 30 146

Ladang 1 504 5% 28 643 95% 30 146

Perkebunan PTPN 29 955 99% 192 1% 30 146

Perkebunan Rakyat 5 635 19% 24 511 81% 30 146

Tubuh Air 26 371 87% 3 775 13% 30 146

Page 69: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

50

Lahan yang tidak sesuai (N) untuk ladang karena adanya faktor pembatas

yaitu banjir, dan kelerengan. Lahan dengan banjir (F2,F3 dan F4) tidak cocok

untuk ladang karena terlalu lamanya genangan air. Faktor pembatas kelerengan

berada pada kelerengan 15 -17% dengan kondisi topografi berbukit tidak cocok

untuk ladang karena berpotensi erosi.

Lahan yang tidak sesuai (N) untuk perkebunan rakyat seluas 19% karena

adanya faktor pembatas drainase, dan banjir. Faktor pembatas drainase terhambat

kurang cocok untuk perkebunan tanaman tahunan karena sering jenuh air dan

kekurangan oksigen. Faktor pembatas banjir, menunjukkan lamanya genangan

yang dapat mengakibatkan busuknya akar tanaman perkebunan.

Untuk perkebunan PTPN diasumsikan bahwa lahan yang sesuai (S) hanya

pada lokasi kondisi eksistingnya yaitu sebesar 1% dari total luas kawasan hutan

Gambar 16. Kesesuaian lahan (a) Area terbangun, (b) Hutan, (c) Ladang

dan (d) Perkebunan Rakyat, serta lokasi (e) Perkebunan

PTPN dan (f) Tubuh Air.

(

a)

(

b)

(

c)

(

d)

(f) (e) (d)

(a) (b) (c)

Page 70: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

51

produksi Gedong Wani. Kesesuaian lahan untuk tubuh air diasumsikan dari hasil

interpretasi Citra landsat yang menunjukkan tipe penggunaan lahan tubuh air.

Lahan yang sesuai (S) untuk tubuh air seluas 13% dari luas kawasan hutan

produksi Gedung Wani merupakan sungai atau anak-anak sungai serta genangan

rawa.

Prediksi penggunaan lahan

Prediksi perubahan penggunaan lahan ditujukan untuk mengestimasi

penggunaan lahan pada tahun 2026. Penggunaan lahan tahun 2000 digunakan

untuk memprediksi penggunaan lahan tahun 2013 dengan memanfaatkan matriks

TPM 2000-2013, alokasi penggunaan lahan, moving filter dan berbagai jumlah iterasi

selanjutnya digunakan untuk simulasi perubahan. Hasil prediksi penggunaan

lahan tahun 2013 kemudian divalidasi dengan menggunakan peta penggunaan

lahan hasil interpretasi citra landsat tahun 2013. Keluaran dari hasil validasi

adalah nilai kappa, dengan nilai kappa yang semakin tinggi berarti semakin tinggi

pula tingkat ketepatan penggunaan lahan hasil simulasi.

Nilai kappa terbesar diperoleh pada iterasi ke-30 dengan nilai kappa sebesar

73.24% dan merupakan titik terjadinya break of slope. Menurut Munibah (2008)

break of slope adalah titik dimana terjadi perubahan penggunaan lahan yang

nyata dan paling efektif untuk menjadi pewakil jumlah iterasi yang digunakan

untuk simulasi penggunaan lahan untuk tahun berikutnya. Hasil validasi prediksi

penggunaan lahan dengan berbagai iterasi dan nilai kappa ditampilkan pada

Gambar 17.

Hasil prediksi penggunaan lahan tahun 2026 diperoleh penggunaan lahan

perkebunan rakyat seluas 46 % dari luas wilayah kawasan hutan produksi

Gedong Wani. Selanjutnya adalah ladang seluas 35 %, area terbangun seluas

11.8%, tubuh air seluas 6.6%, perkebunan PTPN seluas 0.6 % dan hutan seluas

0.01%. Hasil prediksi penggunaan lahan tahun 2026 ditampilkan pada Tabel 22.

Kecenderungan perubahan penggunaan lahan tahun 2000, 2013 dan prediksi 2026

ditampilkan pada Gambar 18 dan sebaran spasialnya ditampilkan pada Gambar

19.

Gambar 17. Hasil validasi model prediksi penggunaan

lahan pada berbagai iterasi

Page 71: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

52

Tabel 22. Prediksi penggunaan lahan di kawasan hutan produksi Gedong Wani

tahun 2026

Penggunaan Lahan Tahun 2000 Tahun 2013 Tahun 2026

Luas (ha) % Luas (ha) % Luas

(ha)

%

Area Terbangun 2 943 9.8 3 245 10.8 3 547 11.8

Hutan 1 155 3.8 34 0.1 2 0.01

Ladang 12 798 42.5 11 092 36.8 10 539 35.0

Perkebunan PTPN 192 0.6 192 0.6 192 0.6

Perkebunan Rakyat 11 181 37.1 13 670 45.3 13 875 46.0

Tubuh Air 1 876 6.2 1 913 6.3 1 991 6.6

Jumlah 30 146 100 30 146 100 30 146 100

Gambar 18. Kecenderungan perubahan penggunaan lahan di kawasan

hutan produksi Gedong Wani tahun 2000, 2013 dan 2026

Gambar 19. Peta prediksi penggunaan lahan tahun 2026

Page 72: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

53

Kecenderungan perubahan penggunaan lahan dan prediksinya pada masa

yang akan datang menunjukan penurunan tegakan hutan yang sangat tajam di

kawasan hutan produksi Gedong Wani, disisi lain terjadi peningkatan tipe

penggunaan lahan perkebunan rakyat dan area terbangun. Kecenderungan

perubahan penggunaan lahan yang terjadi tidak mengarah pada terbentuknya pola

ruang yang sesuai dengan fungsi dan peruntukan kawasan hutan produksi, hal ini

mengancam keberlanjutan kawasan hutan yang telah ditetapkan. Untuk itu,

diperlukan arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan yang dapat

mengembalikan kawasan hutan produksi sesuai fungsi dan peruntukannya.

Arahan dan Skenario Kebijakan Penataan Pola Ruang Kawasan Hutan

Produksi Gedong Wani

Berdasarkan analisis perkembangan wilayah dan kajian perubahan

penggunaan lahan, kebijakan pembangunan kehutanan diarahkan pada antisipasi

untuk mengurangi efek penyebaran (spread effect) perkembangan wilayah yang

relatif tinggi terhadap wilayah disekitarnya. Wilayah yang berkembang di

kawasan hutan produksi dengan tingkat perkembangan tinggi pada tahun 2011

berada di kecamatan Tanjung Bintang, tingginya perkembangan wilayah yang

juga diikuti besarnya jumlah penduduk menjadi faktor yang berpengaruh

terhadap penggunaan lahan menjadi ladang dan area terbangun. .

Selain kecamatan Tanjung Bintang, wilayah yang juga menjadi prioritas

pembangunan kehutanan untuk mengurangi dampak perkembangan wilayah

adalah kecamatan Jati Agung, karena kecamatan ini mempunyai proporsi luas

terbesar pada kawasan hutan produksi yaitu sebesar 35%, walaupun

perkembangan wilayah desa-desa di kecamatan Jati Agung relatif sedang dan

rendah pada tahun 2011 akan tetapi potensi wilayah ini untuk berkembang lebih

tinggi sangat besar, akibat pembangunan kota baru Lampung. Kebijakan

penggunaan kawasan hutan melalui mekanime tukar menukar kawasan untuk

pembangunan kota baru Lampung menjadi faktor yang berpengaruh terhadap

perubahan penggunaan lahan menjadi ladang dan area terbangun. Ladang dan area

terbangun merupakan penggunaan lahan yang tidak mendukung pada fungsi

pokok kawasan hutan.

Perubahan penggunaan lahan menjadi ladang dan area terbangun juga

dipengaruhi oleh belum adanya izin pemanfaatan/penggunaan kawasan hutan.

Lahan yang belum dibebani hak/izin ini mempunyai luas paling besar yaitu 94%

dari luas kawasan hutan. Penggunaan lahan ini perlu diatur atau ditata sesuai

dengan mekanisme yang ada. Dalam menata dan mengatur

pemanfaatan/penggunaan lahan kawasan hutan agar sesuai dengan tujuan yang

diinginkan maka proses perencanaan harus dilakukan. Menurut Sirozujilam

(2007) perencanaan merupakan penyusunan tindakan yang akan dilakukan untuk

mencapai tujuan.

Selanjutnya Sadyohutomo (2008), menyatakan bahwa untuk mencapai suatu

tujuan dalam proses perencanaan paling tidak dibutuhkan 3 unsur pokok tahapan

kegiatan yang harus dilalui yaitu titik tolak, tujuan dan arah. Titik tolak,

merupakan kondisi awal dari mana kita berpijak di dalam menyusun suatu

rencana dan sekaligus nantinya menjadi landasan awal utuk melaksanakan

Page 73: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

54

rencana tersebut. Titik tolak perencanaan tata ruang, adalah fakta wilayah kini

(existing condition) dalam hal ini penggunaan lahan dan perkembangan wilayah

merupakan titik tolak dalam perencanaanan tata ruang di kawasan hutan produksi

Gedong Wani. Tujuan, adalah sesuatu keadaan yang ingin dicapai di masa yang

akan datang. Kondisi ruang yang diinginkan dalam rencana tata ruang kawasan

hutan produksi Gedong Wani adalah kesesuaiannya antara penggunaan lahan

dengan fungsi dan peruntukan kawasan hutan. Arah merupakan pedoman untuk

mencapai rencana dengan cara yang legal, efisien dan terjangkau oleh pelaksana.

Pedoman dapat bersifat normatif, antara lain adalah nilai sosial masyarakat dan

peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan tahapan perencanaan tata ruang, maka dalam merencanakan

tata ruang kawasan hutan produksi Gedong Wani agar sesuai dengan tujuan yang

diinginkan masih diperlukan satu kajian yang menjadi arah dan pedoman dalam

mencapai tujuan berdasarkan kondisi aktual yang ada. Pedoman yang akan

digunakan untuk mencapai tujuan adalah kebijakan terkait pemanfaatan dan

penggunaan kawasan hutan produksi.

Kajian kebijakan pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan produksi

Kawasan hutan merupakan wilayah tertentu yang ditetapkan oleh

pemerintah sebagai kawasan hutan tetap. Akibat dari penetapan ini maka segala

aktifitas terkait dengan penggunaan lahan di dalam kawasan hutan mengandung

konsekuensi hukum (aturan). Terkait dengan kebijakan pemanfaatan dan

penggunaan kawasan hutan produksi ada beberapa aturan yang menjadi pedoman

agar pemanfaatan dan penggunaan kawasan sesuai aturan main yang berlaku.

Berdasarkan Undang-Undang no 41 tahun 1999 tentang kehutanan, bahwa

pemanfaatan hutan produksi dapat berupa pemanfaatan kawasan, pemanfaatan

jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, serta pemungutan

hasil hutan kayu dan bukan kayu. Dalam hal ini sesuai arahan rencana kehutanan

tingkat nasional (RKTN) 2011-2030 mengarahkan pemanfaatan kawasan hutan

produksi untuk pengusahaan hutan skala besar dengan skema hak pengusahaan

hutan tanaman, hak pengusahaan hutan alam dan hak pengusahaan restorasi

ekosistem. Pemanfaatan kawasan hutan produksi untuk pengusahaan hutan skala

kecil dengan skema hutan tanaman rakyat (HTR), hutan kemasyarakatan (HKm)

dan hutan desa (HD).

Selain pemanfaatan untuk sektor kehutanan, kawasan hutan juga digunakan

untuk keperluan sektor non kehutanan. Penggunaan kawasan hutan untuk

kepentingan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan

hutan produksi dan hutan lindung tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan

(UU 41 tahun 1999). Untuk kepentingan non kehutanan penggunaan kawasan

hutan dilakukan melalui mekanisme pelepasan kawasan hutan (perubahan

peruntukan) serta melalui mekanisme izin pinjam pakai (RKTN 2011-2030)

Ketentuan terkait perubahan peruntukan kawasan hutan diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 2010 jo Peraturan Pemerintah Nomor 60

Tahun 2012 tentang perubahan atas peraturan pemerintah nomor 10 tahun 2010

tentang tata cara perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan. Berdasarkan

peraturan ini yang dimaksud dengan perubahan peruntukan kawasan hutan adalah

perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan. Perubahan peruntukan

Page 74: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

55

dan fungsi kawasan hutan dilakukan untuk memenuhi tuntutan dinamika

pembangunan nasional serta aspirasi masyarakat dengan tetap berlandaskan pada

optimalisasi distribusi fungsi, manfaat kawasan hutan secara lestari dan

berkelanjutan, serta keberadaan kawasan hutan yang cukup dan sebaran yang

proporsional. Perubahan peruntukan kawasan hutan (pelepasan kawasan) hanya

dapat dilakukan pada hutan produksi konversi (HPK).

Terkait dengan kawasan hutan produksi tetap seperti kawasan hutan

produksi Gedong Wani maka perubahan peruntukan kawasan hutan dapat

dilakukan secara parsial melalui mekanisme tukar menukar kawasan hutan.

Ketentuan kegiatan tukar menukar kawasan hutan hanya dilakukan untuk

pembangunan di luar kegiatan kehutanan yang bersifat permanen, menghilangkan

enclave dalam rangka memudahkan pengelolaan kawasan hutan dan memperbaiki

batas kawasan hutan. Ketentuan lain terkait dengan lahan pengganti yang

dipertukarkan dilakukan dengan ratio 1:2 dalam hal luas kawasan hutan kurang

dari 30 % dari luas provinsi.

Ketentuan pinjam pakai kawasan hutan diatur dalam peraturan pemerintah

Nomor 24 tahun 2010 tentang penggunaan kawasan hutan jo. Peraturan

Pemerintah Nomor 61 Tahun 2012 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah

nomor 24 tahun 2010 dan Permenhut P.18/2011 yang telah diubah sebanyak dua

kali yaitu Permenhut P.38/2012 dan Permenhut P.14/2013. Izin pinjam pakai

memiliki pengertian izin yang diberikan untuk menggunakan kawasan hutan.

Penggunaan kawasan hutan dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan

hutan dengan mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta

kelestarian lingkungan. Secara ringkas ketentuan pemanfaatan dan penggunaan

kawasan hutan produksi disajikan pada Gambar 21.

Pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan yang tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan termasuk dalam kategori perusakan hutan.

Menurut Undang-undang nomor 18 tahun 2013 tentang pencegahan dan

pemberantasan perusakan hutan yang termasuk perusakan hutan adalah

pembalakan liar dan penggunaan kawasan hutan tidak sah. Pembalakan liar adalah

pemanfaatan hasil hutan kayu secara tidak sah yang terorganisasi, sedangkan

penggunaan kawasan hutan tidak sah adalah kegiatan terorganisasi yang dilakukan

di dalam kawasan hutan untuk perkebunan dan/atau pertambangan tanpa izin

Menteri.

Dalam hal penggunaan kawasan hutan untuk perkebunan secara tidak sah

sebagaimana terjadi di dalam kawasan hutan produksi Gedong Wani maka

menurut undang-undang ini harus dikembalikan kepada pemerintah untuk

dihutankan kembali sesuai dengan fungsinya. Selama proses pemulihan kawasan

hutan, kebun dapat dimanfaatkan paling lama 1 (satu) daur yaitu jangka waktu

sejak penanaman sampai dengan tanaman secara ekonomis tidak produktif. Untuk

pemanfaatan kebun dalam kawasan hutan, pemerintah dapat memberikan

penugasan kepada Badan Usaha Milik Negara yang memiliki kompetensi

kegiatan pengelolaan perkebunan untuk mengelola kebun.

Page 75: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

UU NO 41

TAHUN 1999

Pemanfaatan

Kawasan Hutan

Penggunaan

Kawasan Hutan

Pemanfaatan Hasil

Hutan Kayu

Pemanfaatan Hasil

Hutan Non Kayu

Pemanfaatan Jasa

Lingkungan

Industri Kehutanan

Sekala Besar (RKTN

2011-2030)

Industri Kehutanan

Skala Kecil (RKTN

2011-2030)

Sektor

Kehutanan

Sektor Non

Kehutanan

Hak Pengusahaan

Hutan Tanaman

Hak Pengusahaan

Hutan Alam

Tukar Menukar Kawasan

Hutan PP No 10/2010, PP No

60/2012

Pinjam Pakai Kawasan Hutan

PP No 24/2010,PP No 61/2012,

Permenhut P.18/

2011,Permenhut P.38/2012,

Permenhut P.14/2013

Restorasi Ekosistem

Hutan Tanaman

Rakyat

Hutan

Kemasyarakatan

Hutan Desa

Pemanfaatan

Kawasan Hutan

Sesuai Fungsi Dan

Peruntukan Kawasan

Hutan Produksi

Rehabilitasi (RKTN

2011-2030)

Gambar 21. Mekanisme pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan produksi berdasarkan UU No 41 tahun 1999

dan peraturan turunannya.

Page 76: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

57

Arahan skenario penataan pola ruang kawasan hutan produksi Gedong Wani

Dalam penyusunan arahan penataan pola ruang mempertimbangkan

keterkaitan penggunaan lahan dengan fungsi dan peruntukan kawasan hutan serta

kebijakan terkait pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan produksi

berdasarkan UU no 41/1999, khusus penggunaan lahan perkebunan rakyat juga

mempertimbangkan UU no 18/2013. Keterkaitan penggunaan lahan dalam

kawasan hutan produksi Gedong Wani dengan fungsi dan peruntukan kawasan

hutan disajikan pada Tabel 23.

Tabel 23. Keterkaiatan penggunaan lahan dengan fungsi dan peruntukan

kawasan hutan produksi

Penggunaan

Lahan

Fungsi Kawasan Hutan Produksi

Sesuai

Peruntukan Penghasil

Kayu

Hasil

Non

Kayu

Penyedia

Lapangan

Kerja

Jasa

Lingkungan

Lainnya

Hutan √ √ √ √ √

Ladang - - √ - -

Perkebunan

Rakyat* √ √ √ √ -

Perkebunan

PTPN* √ √ √ √ -

Area Terbangun

-

Tubuh Air - - - √ √

Keterangan : √ = Sesuai - = Tidak Sesuai

* = Komoditas tanaman karet

Berdasarkan Tabel 23. dan kebijakan pemanfaatan/penggunaan lahan dalam

kawasan hutan produksi, perumusan alternatif kebijakan penggunaan lahan pada

kawasan hutan produksi Gedong Wani sehingga mengarah pada terbentuknya

pola ruang yang sesuai dengan fungsi dan peruntukan kawasan hutan produksi

adalah sebagai berikut:

1. Hutan

Penggunaan lahan untuk hutan memenuhi fungsi dan peruntukan kawasan

hutan produksi. Kebijakan yang perlu dilakukan adalah mempertahankan

tegakan hutan yang ada saat ini yaitu sekitar 34 ha dan menambah luas

tegakan hutan dengan merehabilitasi tipe penggunaan lahan lainnya. Arahan

mekanisme pemanfaatan kawasan yang dapat diterapkan adalah dengan

pengusahaan hutan skala besar atau pengusahaan hutan skala kecil.

2. Ladang

Penggunaan lahan untuk ladang pada kawasan hutan produksi tidak memenuhi

fungsi dan peruntukan kawasan hutan. Arahan kebijakan pemanfaatan kawasan

hutan yang dapat diterapkan pada tipe penggunaan lahan ladang adalah

melakukan rehabilitasi lahan dengan tanaman kehutanan atau pembangunan

Page 77: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

58

hutan tanaman. Skema yang dapat diterapkan adalah dengan pengusahaan

hutan skala besar melalui pembangunan hutan tanaman industri atau

pengusahaan hutan skala kecil melalui skema hutan tanaman rakyat, hutan

kemasyarakatan atau hutan desa. Pembangunan hutan tanaman pada

penggunaan lahan ladang dapat dilakukan dengan sistem tumpang sari agar

masyarakat masih dapat memperoleh manfaat ekonomi sebelum tanaman

kehutanan berproduksi.

3. Perkebunan Rakyat

Penggunaan lahan kawasan hutan untuk perkebunan rakyat dapat memenuhi

fungsi kawasan hutan tetapi tidak sesuai dengan peruntukan kawasan hutan.

Penggunaan kawasan hutan untuk perkebunan rakyat saat ini tidak sesuai

mekanisme peraturan perundang-undangan dan menurut UU No 18/2013

termasuk dalam kategori perusakan hutan. Terkait dengan perkebunan

merupakan bentuk perusakan hutan, terdapat kontradiksi antara maksud UU

no.18/2013 dengan hasil kajian penggunaan lahan perkebunan rakyat di lokasi

penelitian.

Hasil kajian perubahan penggunaan lahan menunjukan bahwa perubahan

penggunaan lahan dalam periode tahun 2000-2013 cenderung pada

peningkatan perkebunan rakyat sebesar 8.3%. Perubahan ini merupakan hasil

konversi ladang seluas 6 040 ha atau 20% dari luasan kawasan hutan

produksi Gedong Wani dan konversi hutan tanaman seluas 474 ha atau 1.6%

dari luas kawasan hutan produksi Gedong Wani. Selain itu, perubahan

penggunaan lahan menjadi perkebunan rakyat di kawasan hutan produksi

Gedong Wani banyak terjadi pada jenis tanah Ultisol. Tanah Ultisol

merupakan tanah tua dan miskin hara sehingga memiliki kesuburan yang

rendah, oleh karena itu untuk mempertahankan kesuburannya penggunaan

tanah ini disarankan ditanami tanaman hutan atau perkebunan (tanaman

tahunan). Pemanfaatan tanah ultisol oleh masyarakat untuk pengembangan

tanaman tahunan perkebunan menunjukan bahwa masyarakat di kawasan hutan

produksi Gedong Wani telah memahami kondisi lahan sehingga

memperlakukan lahan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya.

Berdasarkan hasil kajian tersebut, maka tidak semua perkebunan rakyat di

lokasi penelitian merupakan bentuk perusakan hutan, sebagian besar justru

merupakan bentuk perbaikan atas penggunaan lahan seperti ladang yang

diindikasikan cenderung dapat meningkatkan degradasi lahan. Bahkan, pada

pengembangan jenis komoditas tertentu misalnya jenis tanaman karet dapat

mempunyai fungsi yang hampir mirip dengan fungsi hutan tanaman.

Akan tetapi, sebagai pedoman dalam menyusun arahan kebijakan terkait

dengan penggunaan lahan perkebunan rakyat harus tetap mengacu pada

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan UU No 18/2013,

kebijakan terkait perkebunan yang tidak sah dalam kawasan hutan adalah

dikembalikan kepada Pemerintah untuk dihutankan kembali sesuai dengan

fungsi dan peruntukan kawasan hutan. Selama proses pemulihan perkebunan

menjadi hutan, kebun masih dapat dimanfaatkan paling lama 1 (satu) daur

yaitu jangka waktu sejak penanaman sampai dengan tanaman tidak produktif

secara ekonomi. Dalam pemanfaatan kebun rakyat, Pemerintah dapat

menugaskan BUMN yang memiliki kompetensi pada pengelolaan perkebunan.

Page 78: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

59

4. Perkebunan PTPN

Penggunaan lahan untuk perkebunan PTPN dapat memenuhi fungsi kawasan

hutan produksi tetapi tidak sesuai dengan peruntukan kawasan hutan.

Kebijakan terkait perkebunan PTPN adalah pemanfaatan kebun paling lama 1

daur hingga tanaman tidak produktif secara ekonomi. Area ini kemudian dapat

dihutankan kembali. Akan tetapi, apabila area perkebunan masih dipertahankan

sebagai wilayah kelola dari perkebunan PTPN maka harus dilakukan

perubahan peruntukan kawasan hutan melalui mekanisme tukar menukar

kawasan hutan.

5. Area Terbangun

Penggunaan lahan untuk area terbangun tidak dapat memenuhi fungsi kawasan

hutan dan tidak sesuai dengan peruntukan kawasan hutan. Kebijakan area

terbangun mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

- Lokasi area terbangun berada pada kawasan hutan produksi tetap, sehingga

tidak mungkin ada pelepasan kawasan hutan.

- Hal yang mungkin dapat dilakukan untuk perubahan fungsi dan

peruntukan kawasan hutan adalah dengan mekanisme tukar-menukar

kawasan hutan.

- Mekanisme tukar menukar kawasan hutan terkait pemukiman memenuhi

ketentuan kegiatan diluar sektor kehutanan yang bersifat permanen, akan

tetapi apabila kebijakan ini diterapkan akan menimbulkan enclave pada

kawasan hutan dan menyebabkan kawasan hutan produksi Gedong Wani

menjadi terfragmentasi. Hal ini disebabkan keadaan pemukiman dalam

kawasan hutan menyebar (dispersed) dengan pola memanjang (linier)

yang berorientasi pada jalan utama sehingga membagi kawasan hutan

menjadi beberapa bagian. Apabila terjadi enclave akibat tukar menukar

kawasan hutan akan berdampak pada ketidakkompakan kawasan hutan

yang dapat menimbulkan inefisiensi pengelolaan.

- Mekanisme tukar-menukar mensyaratkan adanya lahan pengganti dengan

ratio 1:2, artinya dengan kondisi aktual penggunaan lahan saat ini sekitar

3 245 ha area terbangun yang ada di kawasan hutan, maka diperlukan

lahan seluas 6495 ha harus tersedia di luar kawasan hutan sebagai

pengganti kawasan hutan yang dipertukarkan. Penyediaan lahan seluas ini

akan sangat sulit ditemukan di Provinsi Lampung apalagi jika beban

penyediaan lahan pengganti tersebut dibebankan pada masyarakat.

- Dari berbagai pertimbangan ini maka mekanisme tukar-menukar kawasan

hutan untuk area terbangun sulit dilakukan.

- Untuk itu, belum adanya strategi generik terkait dengan persoalan area

terbangun dalam kawasan hutan, beberapa strategi yang mungkin dapat

diadopsi dari Kartodihardjo et al. (2011) terkait arahan strategis

menangani konflik tenurial berat dalam kawasan hutan dapat digunakan

untuk arahan kebijakan penggunaan lahan area terbangun yaitu:

melokalisir seluruh area konflik tenurial berat dalam hal ini adalah area

terbangun menjadi daerah tidak efektif produksi sebagai kebijakan transisi

dan secara bertahap membangun kolaborasi untuk mencapai tujuan akhir.

Mengembangkan tata ruang mikro bersama masyarakat untuk memperkuat

Page 79: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

60

norma pemanfaatan masing-masing fungsi ruang yang disepakati

masyarakat sebagai kawasan hutan. Merekomendasikan penyelesaian hak

melalui mekanisme revisi tata ruang pada area terbangun yang tidak

mungkin dipertahankan sebagai kawasan hutan.

Intervensi kebijakan terkait penggunaan lahan eksisting, pada kawasan

hutan agar kembali berfungsi sesuai peruntukannya hanya dimungkinkan dengan

melakukan penanaman tanaman kehutanan pada dua tipe penggunaan lahan yaitu

ladang dan perkebunan rakyat yang luasannya saat ini adalah 82,1% . Terdapat

dua mekanisme untuk pemanfaatan kawasan hutan produksi yaitu pengusahaan

hutan sekala besar (koorporasi) dan pengusahaan hutan skala kecil (masyarakat)

Dengan mempertimbangkan perilaku perubahan penggunaan lahan yang

mencermikan sikap masyarakat dalam interaksinya terhadap lahan kawasan hutan

maka pengembangan hutan tanaman skala besar (korporasi) tidak relevan

diterapkan di kawasan hutan produksi Gedong Wani. Hal ini terkait dengan

besarnya klaim lahan kawasan hutan oleh masyarakat dan resistensi masyarakat

terhadap hutan tanaman industri. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka

pengusahaan hutan skala kecil berbasis masyarakat adalah hal yang sangat

mungkin dapat diterapkan dalam pemanfaatan kawasan hutan produksi Gedong

Wani.

Skenario arahan penggunaan lahan (penataan pola ruang) kawasan hutan

produksi Gedong Wani sebagaimana ditunjukan Gambar 22 adalah sebagai

berikut:

1. Hutan

Skenario arahan penggunaan lahan untuk hutan adalah mempertahankan

luasnya pada kondisi eksisting yaitu 34 ha untuk tetap dipertahankan sebagai

tegakan hutan.

2. Ladang

Skenario arahan penggunaan lahan untuk ladang pada kondisi eksisting (di

luar lahan yang diubah peruntukannya melalui tukar menukar kawasan hutan)

direhabilitasi dengan tanaman kayu-kayuan jenis cepat tumbuh (fast growing

species) melalui mekanisme yang ada. Rehabilitasi ladang dengan

mempertimbangkan kesesuaian lahan untuk tanaman tahunan akan dapat

menambah pemanfaatan kawasan menjadi tegakan hutan tanaman seluas

7756 ha atau 25.75% . Adanya faktor pembatas drainase yang terhambat dan

lamanya genangan banjir menyebabkan 2 251 ha atau sekitar 7.4% ladang

tidak sesuai untuk tanaman tahunan secara umum. Oleh karena itu, pada

lokasi ini diarahkan untuk ditanami tanaman kehutanan yang mempunyai

tingkat toleransi terhadap kedua faktor pembatas kesesuaian lahan tanaman

tahunan.

3. Perkebunan Rakyat

Skenario arahan penggunaan lahan untuk perkebunan rakyat seluas 45.33 %

dapat tetap dimanfaatkan sebagai kebun sesuai mekanisme yang ada paling

lama 1 daur sampai dengan tanaman perkebunan tidak produktif secara

ekonomi. Apabila diasumsikan satu daur tanaman perkebunan berumur 20-25

tahun, berdasarkan kajian perubahan penggunaan lahan tahun 2000-2013

Page 80: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

61

seluas 6 574 ha atau 22 % lahan kawasan hutan merupakan perkebunan

rakyat yang dibangun sebelum tahun 2000 dan tidak mengalami perubahan

penggunaan lahan sampai dengan tahun 2013. Hal ini berarti sampai dengan

saat ini tanaman perkebunan rakyat tersebut telah mencapai umur > 13 tahun,

untuk itu diprediksi 10 tahun ke depan umur tanaman perkebunan mengalami

1 daur produksi, sehingga perkebunan rakyat baru dapat direhabilitasi dengan

tanaman kehutanan sekitar tahun 2023. Sisanya, seluas 7 095 ha atau 23.3 %

perkebunan rakyat dibangun setelah tahun 2000 hingga tahun 2013, yang

berarti bahwa tanaman perkebunan saat ini berumur < 13 tahun, sehingga

masa produksinya diperkirakan masih sekitar 15-20 tahun lagi, artinya

perkebunan rakyat ini baru dapat direhabilitasi menjadi tegakan hutan sekitar

tahun 2030.

Gambar 22. Peta arahan pola ruang kawasan hutan produksi Gedong Wani

Page 81: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

62

4. Perkebunan PTPN

Skenario arahan penggunaan lahan untuk perkebunan PTPN seluas 192 ha

atau 0.64 % diarahkan untuk tetap dapat dimanfaatkan sebagai kebun paling

lama 1 daur sampai dengan tanaman perkebunan PTPN tidak produktif

secara ekonomi. Kemudian, dapat dihutankan kembali dan menjadi bagian

dari kawasan hutan produksi Gedong Wani.

5. Area Terbangun

Skenario arahan penggunaan lahan untuk area terbangun (diluar lahan area

terbangun yang menjadi bagian pembangunan kota baru Lampung) seluas

3186 ha atau 10.57 % sebagai area tidak efektif produksi hasil hutan.

Penggunaan lahan ini harus dibatasi, sehingga tidak semakin bertambah

luasnya.

Tubuh air seluas 1 847 ha atau 6.13 % diarahkan untuk tetap dipertahankan

sebagai tubuh air. Selain itu, sekitar 4.03 % luas kawasan hutan produksi Gedong

Wani telah dilepaskan secara parsial melalui mekanisme izin tukar menukar

kawasan hutan untuk pembangunan kota baru Lampung.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh simpulan

sebagai berikut:

1. Tingkat perkembangan desa dalam kawasan hutan produksi Gedong Wani

tahun 2003 dan 2011 masing-masing adalah desa dengan tingkat

perkembangan tinggi berjumlah 1 dan 2 desa. Desa dengan tingkat

perkembangan sedang masing-masing berjumlah 13 desa dan desa dengan

tingkat perkembangan rendah masing-masing berjumlah 18 dan 24 desa. Desa

Jati Baru Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan

merupakan desa dengan tingkat perkembangan paling tinggi tahun 2011.

2. Perubahan penggunaan lahan pada tahun 2000 ke 2013 di kawasan hutan

produksi Gedong Wani menunjukkan luas tegakan hutan berkurang sebesar

3.1%. Penurunan luas tegakan hutan dari 3.2% menjadi 0.1% dan ladang dari

42.6% menjadi 36.8%. Peningkatan luas terjadi pada perkebunan rakyat yaitu

dari 37.1% menjadi 45.3% dan area terbangun dari 9.8% menjadi 10.8%.

Penggunaan lahan perkebunan PTPN dan tubuh air relatif tetap.

3. Ditinjau dari aspek fisik lahan, demografi dan kebijakan penggunaan kawasan

hutan, peluang terbesar terjadinya perubahan penggunaan lahan menjadi area

terbangun dan ladang adalah pada wilayah dengan pertambahan jumlah

Page 82: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

63

penduduk sangat tinggi, atau pada wilayah yang terdapat izin resmi

penggunaan kawasan hutan untuk industri, atau pada wilayah yang terdapat

kebijakan tukar menukar kawasan hutan, dan atau pada wilayah yang belum

ada izin pemanfaatan/penggunaan kawasan hutan. Perubahan penggunaan

lahan menjadi perkebunan rakyat banyak terjadi pada jenis tanah Ultisol .

4. Prediksi penggunaan lahan di kawasan hutan produksi Gedong Wani pada

tahun 2026 menunjukkan bahwa luas tegakan hutan terus berkurang hingga

menjadi 0.01 %. Peningkatan luas terjadi pada penggunaan lahan perkebunan

rakyat sehingga menjadi penggunaan lahan dominan sebesar 46 %, dan area

terbangun sebesar 11.8 %, sedangkan penggunaan lahan ladang menurun

menjadi 35 %, sisanya merupakan penggunaan lahan perkebunan PTPN, dan

tubuh air.

5. Arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi Gedong Wani adalah menambah luas tegakan hutan melalui rehabilitasi lahan pada tipe penggunaan lahan ladang dan perkebunan rakyat melalui mekanisme pemanfaatan kawasan hutan berbasis masyarakat. Rehabilitasi perkebunan rakyat dapat dilakukan setelah tanaman perkebunan tidak produktif secara ekonomi. Kemudian area terbangun dilokalisir sebagai area tidak efektif produksi hasil hutan dan dibatasi agar luasnya tidak semakin bertambah. Prioritas pembangunan kehutanan diarahkan pada antisipasi untuk mengurangi efek penyebaran (spread effect) perkembangan wilayah yang relatif tinggi terhadap wilayah sekitarnya, utamanya pada kecamatan Tanjung Bintang dan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

Saran

1. Dalam upaya melibatkan masyarakat untuk pengelolaan hutan produksi

Gedong Wani sehingga mengarah pada pola ruang yang sesuai dengan fungsi

dan peruntukan kawasan hutan, pemerintah disarankan agar segera

memfasilitasi terbentuknya skema pengelolaan hutan yang berbasis

masyarakat seperti hutan tanaman rakyat (HTR), hutan kemasyarakatan

(HKm) ataupun hutan desa (HD).

2. Pertimbangan faktor fisik dalam penataan kawasan hutan produksi Gedong

Wani belum cukup optimal jika tidak disertai pertimbangan faktor-faktor non

fisik. Untuk itu, disarankan perlu dilakukan penelitian lanjutan yang lebih

komprehensif terkait dengan kawasan hutan produksi Gedong Wani.

Page 83: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

64

DAFTAR PUSTAKA

[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Lampung. 2009.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Lampung. Bandar

Lampung: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Lampung.

Barlowe, R.1986.Land Resources Economic: The Economic of Real Estate Fourth

Edition. Prentice Hall.Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.

Bupati Lampung Selatan.2012. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan

Nomor 15 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Lampung Selatan Tahun 2011-2031. Kalianda : Pemerintah Daerah

Kabupaten Lampung Selatan.

Bupati Lampung Timur.2012. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur

Nomor 04 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Lampung Timur Tahun 2011-2031. Sukadana : Pemerintah Daerah

Kabupaten Lampung Timur.

Chen J., G.Peng, H. Chungyang, L. Wei, T. Masyuki, and S. Peijun.2002.

Assessment of the urban development plant of Beijing by using a CA-

based urban growth model. International Journal of Photogrammetic

Engineering & Remote Sensing. 68(10):1063-1073

Dai, Junus., SWP, D.H., Hidayat,A., Sumulyadi., Hendra, S., Yayat, AH.,

Hermawan, A., Buurman, P., dan Balsem, T.1989. Buku Keterangan Peta

Satuan Lahan dan Tanah Lembar Tanjung Karang, Sumatera. Bogor

(ID): Proyek Perencanaan dan Evaluasi Sumberdaya Lahan Pengelolaan

Database Tanah, Pusat Penelitian Tanah Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian

Damai, A.A.2006. Pendekatan Sistem Untuk Penataan Ruang Wilayah Pesisir

Kota Bandar Lampung [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Danoedoro, P.2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Jogjakarta (ID):

Penerbit Andi

[Dephut] Departemen Kehutanan. 1999. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999,

tentang Kehutanan. Jakarta (ID): Kementerian Kehutanan

[Dephut] Departemen Kehutanan dan [BPS] Badan Pusat Statistik.2007.

Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan 2007. Jakarta (ID): Departemen

Kehutanan dan Badan Pusat Statistik.

[Dephut]. Departemen Kehutanan dan [BPS] Badan Pusat Statistik.2009.

Identifikasi Desa di Dalam dan di Sekitar Kawasan Hutan 2009. Jakarta

(ID): Departemen Kehutanan dan Badan Pusat Statistik.

Dinas Kehutanan Provinsi Lampung.2012. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka

Panjang UPTD KPH Gedong Wani 2013-2022. Bandar Lampung: UPTD

KPH GedongWani Dinas Kehutanan Provinsi Lampung.

Page 84: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

65

[Dirjen Planologi] Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan.2011.Pembangunan

Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Konsep, Peraturan Perundangan dan

Implementasi.Jakarta:Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Direktorat

Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan,

Kementerian Kehutanan.

[Dirjen Penataan Ruang] Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen

Pekerjaan Umum.2008. Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

41/PRT/M/2007.Jakarta:Direktorat Jenderal Penataan Ruang.

Departemen Pekerjaan Umum.

Djaenudin, D.2006. Evaluasi lahan mendukung revitalisasi pertanian studi kasus

pada tanaman kedelai di daerah Jati Agung dan Tanjung Bintang

kabupaten Lampung Selatan. J. Tanah dan Air, 1:1-9.

Djaenudin, D., Marwan, H., Subagjo, H., dan A.Hidayat.2011.Petunjuk Teknis

Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Balai Besar Litbang

Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Bogor.36 Hal.

[FAO] Food and Agriculture Organitation.1976. Framework for Land Evaluation.

FAO Soil Bull. No.32.Rome

Hand, C. 2005. Simple Cellular Automata on Spreadsheet. Computer in Higher Education Economic Review 17 (1):9-13

Hardjowigeno S.1993. Evaluasi Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta (ID):

Akademika Pressindo.

Hardjowigeno S dan Widiatmaka.2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan

Perencanaan Tataguna Lahan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada

University Press.

Hartoyo.2013. Resistensi petani terhadap kebijakan pembangunan kota baru

Lampung. J. Adminsitrasi Publik dan Pembangunan. 4 (1): 27-36

Hesaki, S.2012. Analisis Perubahan Penggunaan/ Penutupan Lahan di Area Cagar

Biosfer Cibodas dalam Mendukung Keberadaan Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kartodihardjo,H.2004. Pengetahuan Usang Yang Belum Terpakai Akibat

Kerusakan Hutan Bagi Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat

serta Akar Masalahnya. Makalah disampaikan dalam diskusi bertema

Petani Menggugat, Mencari Keadilan dalam Negara Agraris Indonesia

yang dilaksanakan oleh Max Havelar Indonesia Foundation bekerjasama

dengan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia Jakarta 26 Agustus 2004

____________.2008. Perlindungan dan Perebutan Ruang. Apa Prioritas

Restrukturisasi Kehutanan. Makalah disampaikan pada diskusi FORCI

Fahutan IPB, 6 Desember 2008.

Page 85: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

66

____________, Nugroho, B., dan Putro, HR.2011.Pembangunan Kesatuan

Pengelolaan Hutan (KPH) Konsep, Peraturan Perundang-undangan dan

Implementasi. Jakarta (ID): Direktorat Wilayah Pengelolaan dan

Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan Dirjen Planologi

Kehutanan Kementerian Kehutanan.

____________.2012. Manajemen Perencanaan Lahan. Bahan Ajar Pelatihan

Penegakan Hukum di Bidang SDA-LH dengan Pendekatan Multi-Door.

Tesedia pada: http://www.redd-indonesia.org/images/abook_file/Buku-

Ajar-Terpadu-Pendekatan-Mutidoor.pdf

Kementerian Kehutanan.2011a. Profil KPHP Model Gedong Wani Unit XVI

(Provinsi Lampung) . Tersedia pada:

http://www.kph.dephut.go.id/index.php?option=com_content&view=arti

cle&id=85&Itemid=325

Kementerian Kehutanan.2011b. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia

Nomor P.49/Menhut-II/2011 tentang Rencana Kehutanan Tingkat

Nasional (RKTN) Tahun 2011-2030. Jakarta (ID): Kementrian

Kehutanan.

Kementerian Kehutanan.2012. Statistik Kehutanan Indonesia 2011. Jakarta (ID):

Kementrian Kehutanan

Kim, SD., Mizuno, K. and Kobayashi, S.2002. Analysis of Landuse Change

System Using The Species Competition Concept. Landscape and Urban

Planning 58.181-200.0169-2046/02/$20.00 Elsevier Science B.V

Kusworo, A.2000. Perambah Hutan atau Kambing Hitam? Potret Sengketa

Kawasan Hutan di Lampung.Bogor (ID): Pustaka Latin

Liliesand, M.T., dan Kiefer, R.W.1993. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra

(Terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Manson, MS.2001. Integrated Assessment and Projection of Land Use/Land

Cover Change in The Southern Yucaton Peninsular of Mexico. Report

and Review of International Workshop, USA 4-7 Oktober 2007. pp 56-

58

McNeil, J., Alves, D., Arizpe, L., Bykova, O., Galvin, K., Kelmelis, J., Migot

adholla, S., Morissete, P., Moss, R., Ricards, J., Riebsame, W.,

Sadowski, F., Sanderson, S., Skole, D., Tarr, J., Williams M, Yadap S,

and Young, S.1998. Toward a typology and regionalization of land cover

and land use change. Report of working Group B. Cambridge: Press

Syndicate of The University of Cambidge. pp 55-65

Muiz, A.2009.Analisa Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten Sukabumi

[Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Munibah, K.2008.Model Spasial Perubahan Penggunaan Lahan dan Arahan

Penggunaan Lahan Berwawasan Lingkungan (Studi kasus DAS Cidanau,

Provinsi Banten). [Disertasi]. Bogor : Sekolah Pascasarjana. Institut

Pertanian Bogor.

Page 86: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

67

________, Sitorus, SRP., Rustiadi, E., Gandasasmita, K., Hartisari. 2010. Dampak

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Erosi di DAS Cidanau, Banten.

J. Tanah dan Iklim 3: 55-69

Munroe, D.K., and Muller, D.2007. Issues in spatially explicit statistical land-

use/cover change (LUCC) model: Example from western Honduras and

the Central Highlands of Vietnam”, Land Use and Policy .24: 521-530,

Elsivier

Panuju, DR.,dan Rustiadi, E.2012. Teknik Analisis Perencanaan Pengembangan

Wilayah. Bogor: Bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian

Bogor.

[P4W] Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah IPB.2006.

Kajian Dinamik Penataan Ruang Kehutanan. Badan Planologi Kehutanan

Presiden Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Tersedia pada:

http://werdhapura.penataanruang.net/werdhapura/admin/upload_file/UU

%20No%20%2026%20Thn%20%202007%204bbfa8e9ab69e59adce53f1

a654a7e0b.pdf.

________________________.2013.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan.

Purnomo,H.2012. Permodelan dan Simulasi untuk Pengelolaan Adaptif

Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Bogor: IPB Press & CIFOR

Rustiadi, E., Saefulhakim,S dan Panuju, D.R. 2011. Perencanaan dan

Pengembangan Wilayah. Jakarta (ID) : Crestpent Press dan Yayasan

Obor Indonesia

Sadyohutomo, M.2008.Manajemen Kota dan Wilayah. Realita & Tantangan.

Jakarta (ID): Penerbit Bumi Aksara

Sirojuzilam. 2007. Perencanaan tata ruang dan perencanaan wilayah. WAHANA

HIJAU J. Perencanaan & Pengembangan Wilayah. 2(3):142-149

Sitorus, S.R.P.2004. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung (ID): PT. Tarsito

Susilo, B.2013. Simulasi spasial berbasis sistem informasi geografi dan cellular

automata untuk perubahan penggunaan lahan di daerah pinggiran kota

Yogyakarta. J. Bumi Lestari, 13 (2): 327-340

Tarigan R. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta (ID): PT. Bumi

Aksara

Veldkamp, A., and Lambin, E.F.2001.Editorial: Predicting Land-Use Change.

Agriculture, Ecosystems and Environment 85: 1-6

Page 87: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

68

LAMPIRAN

Kecamatan Nama Desa Jumlah

Penduduk

IPD Jumlah

Jenis

Hirarki

Merbau Mataram Talang Jawa 2526 70,1753 29 Hirarki 1

Batanghari Buana Sakti 3664 54,70336 25 Hirarki 2

Sekampung Udik Gunung Agung 3452 49,53368 24 Hirarki 2

Jati Agung Margo Lestari 2113 42,54446 17 Hirarki 2

Jati Agung Sidoharjo 2197 41,99859 16 Hirarki 2

Jati Agung Sumber Jaya 3839 33,14906 18 Hirarki 2

Katibung Neglasari 3727 36,10157 18 Hirarki 2

Katibung Tanjungagung 6443 44,25673 32 Hirarki 2

Katibung Tanjungratu 6462 37,84704 19 Hirarki 2

Merbau Mataram Tri Harjo 2637 54,64044 19 Hirarki 2

Natar Sukadamai 6155 60,7711 31 Hirarki 2

Tanjung Bintang Jati Indah 3879 33,52473 17 Hirarki 2

Tanjung Bintang Mulyo Sari 3518 33,72348 18 Hirarki 2

Tanjung Bintang Wonodadi 3112 33,24957 19 Hirarki 2

Metro Kibang Margosari 1665 21,94348 13 Hirarki 3

Sekampung Karya Mukti 4279 27,88708 17 Hirarki 3

Sekampung Udik Sindang Anom 5561 20,44085 16 Hirarki 3

Jati Agung Karang Rejo 4618 15,2473 14 Hirarki 3

Jati Agung Purwotani 2681 28,10929 15 Hirarki 3

Jati Agung Sinar Rejeki 5591 29,56679 21 Hirarki 3

Katibung Tanjungan 3462 16,32977 11 Hirarki 3

Katibung Trans Tanjungan 5019 30,10164 18 Hirarki 3

Merbau Mataram Panca Tunggal 3636 14,13774 12 Hirarki 3

Merbau Mataram Sinar Karya 1120 19,09541 11 Hirarki 3

Tanjung Bintang Budi Lestari 7639 8,131427 11 Hirarki 3

Tanjung Bintang Jatibaru 3073 30,83567 17 Hirarki 3

Tanjung Bintang Kertosari 12581 17,79181 23 Hirarki 3

Tanjung Bintang Purwodadi Dalam 3596 17,56427 11 Hirarki 3

Tanjung Bintang Sidomukti 2619 28,06361 13 Hirarki 3

Tanjung Bintang Sinar Ogan 1862 28,65766 13 Hirarki 3

Tanjung Bintang Trimulyo 5101 11,65999 12 Hirarki 3

Metro Kibang Margo Jaya 4962 29,54422 21 Hirarki 3

Jumlah Jenis 32

Jumlah Unit 132.789 1021,327

Ratan 31,91647

Standar deviasi 14,76352

Lampiran 1. Data analisis skalogram pada data podes 2003

Page 88: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

69

Nama_Kec Nama_Desa Jumlah

Penduduk

IPD Jumlah

Jenis

Hirarki

Tanjung Bintang Jatibaru 9193 65,2170 33 Hirarki 1

Sekampung Karya Mukti 2757 58,4837 22 Hirarki 1

Jati Agung Sidoharjo 2664 28,7863 17 Hirarki 2

Jati Agung Sumber Jaya 3696 28,2011 19 Hirarki 2

Katibung Neglasari 3934 31,4282 17 Hirarki 2

Katibung Tanjungratu 7315 30,4242 19 Hirarki 2

Merbau Mataram Talang Jawa 2861 47,7231 21 Hirarki 2

Natar Sukadamai 6875 47,3014 24 Hirarki 2

Tanjung Sari Malang Sari 2551 44,9276 21 Hirarki 2

Tanjung Sari Sidomukti 1922 31,0088 16 Hirarki 2

Batanghari Buana Sakti 2339 31,2919 14 Hirarki 2

Batanghari Purwodadi Mekar 1705 27,8024 14 Hirarki 2

Metro Kibang Margo Jaya 3359 31,5895 18 Hirarki 2

Sekampung Mekar Mukti 2046 31,8659 15 Hirarki 2

Sekampung Mekar Mulya 1884 31,5709 16 Hirarki 2

Jati Agung Karang Rejo 4940 16,9101 18 Hirarki 3

Jati Agung Margo Lestari 2544 19,8154 15 Hirarki 3

Jati Agung Purwotani 2257 21,6350 12 Hirarki 3

Jati Agung Sinar Rejeki 6747 23,2133 20 Hirarki 3

Katibung Tanjungagung 7854 19,3087 18 Hirarki 3

Katibung Tanjungan 3965 17,8018 12 Hirarki 3

Katibung Trans Tanjungan 5286 20,2239 17 Hirarki 3

Merbau Mataram Panca Tunggal 4029 23,0266 14 Hirarki 3

Merbau Mataram Sinar Karya 1329 24,7133 11 Hirarki 3

Merbau Mataram Triharjo 3922 24,7110 16 Hirarki 3

Tanjung Bintang Budi Lestari 3835 20,3708 14 Hirarki 3

Tanjung Bintang Jati Indah 3547 16,9982 12 Hirarki 3

Tanjung Bintang Sinar Ogan 1749 24,1442 13 Hirarki 3

Tanjung Bintang Srikaton 3287 22,2570 18 Hirarki 3

Tanjung Bintang Trimulyo 3919 20,0859 16 Hirarki 3

Tanjung Sari Kertosari 8498 26,9267 19 Hirarki 3

Tanjung Sari Mulyo Sari 3481 16,8629 14 Hirarki 3

Tanjung Sari Purwodadi Dalam 4074 17,9935 14 Hirarki 3

Tanjung Sari Wonodadi 3969 19,8213 15 Hirarki 3

Margatiga Tri Sinar 1995 24,5143 12 Hirarki 3

Metro Kibang Jaya Asri 2269 20,3982 13 Hirarki 3

Metro Kibang Margo Sari 1878 24,3818 14 Hirarki 3

Sekampung Udik Gunung Agung 3910 16,7313 12 Hirarki 3

Sekampung Udik Sindang Anom 6039 24,5844 17 Hirarki 3

Jumlah Jenis 39,0

Jumlah Unit 150.424 1075,1

Rataan 27,6

Standar Deviasi 11,2

Lampiran 2. Data analisis skalogram pada data podes 2011

Page 89: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

70

Lampiran 3. Citra Landsat TM 5 tahun 2000 dan TM 8 tahun 2013

Page 90: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

71

No x y Tutupan Lahan

1 535369 9420485 Perkebunan Rakyat

2 535918 9420531 Perkebunan Rakyat

3 536765 9417862 Area Terbangun

4 536839 9416482 Perkebunan Rakyat

5 536982 9417369 Area Terbangun

6 537036 9416867 Ladang

7 537083 9417405 Area Terbangun

8 537247 9418124 Ladang

9 537273 9414548 Ladang

10 537616 9415110 Ladang

11 537646 942113 Ladang

12 537728 9417153 Area Terbangun

13 537748 9419940 Perkebunan Rakyat

14 538127 9416824 Perkebunan Rakyat

15 538362 9420199 Ladang

16 538430 9414780 Area Terbangun

17 538805 9417498 Perkebunan Rakyat

18 538817 9421392 Perkebunan Rakyat

19 538917 9416710 Perkebunan Rakyat

20 539217 9416852 Ladang

21 539336 9416850 Perkebunan Rakyat

22 539589 9417188 Ladang

23 539699 9416766 Area Terbangun

24 539907 9416781 Area Terbangun

25 539978 9415846 Area Terbangun

26 539995 9416458 Ladang

27 540029 9415132 Area Terbangun

28 540077 9421112 Ladang

29 540124 9420274 Ladang

30 540289 9416931 Area Terbangun

31 540507 9417801 Area Terbangun

32 540610 9421958 Area Terbangun

33 540613 9418398 Perkebunan Rakyat

34 540840 9415306 Area Terbangun

35 541065 9417386 Area Terbangun

36 541276 9422168 Perkebunan Rakyat

37 541290 9418133 Area Terbangun

38 541411 9420263 Ladang

39 541438 9422418 Perkebunan Rakyat

40 541442 9417442 Area Terbangun

41 541530 9419810 Perkebunan Rakyat

42 541591 9422946 Ladang

43 541638 9417350 Area Terbangun

Lampiran 4. Titik koordinat hasil referensi cek lapangan dan cek pada peta bing map

Page 91: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

72

No x y Tutupan Lahan

44 541729 9417311 Area Terbangun

45 541737 9416407 Area Terbangun

46 542057 9421116 Hutan

47 542245 9422662 Ladang

48 542271 9421259 Area Terbangun

49 542397 9420932 Hutan

50 542405 9417993 Area Terbangun

51 542424 9422220 Ladang

52 542514 9418161 Area Terbangun

53 542552 9421647 Hutan

54 542567 9417337 Ladang

55 542842 9416148 Perkebunan Rakyat

56 542951 9421380 Ladang

57 543154 9418560 Perkebunan Rakyat

58 543160 9416448 Ladang

59 543551 9422091 Ladang

60 543616 9418629 Perkebunan Rakyat

61 543653 9415628 Ladang

62 544326 9416098 Ladang

63 544378 9420462 Area Terbangun

64 544384 9420488 Area Terbangun

65 544421 9423111 Area Terbangun

66 544524 9416822 Area Terbangun

67 544657 9418858 Area Terbangun

68 544669 9421945 Ladang

69 544749 9418909 Area Terbangun

70 544775 9419354 Perkebunan Rakyat

71 544928 9414720 Area Terbangun

72 545079 9418330 Area Terbangun

73 545612 9417315 Perkebunan Rakyat

74 545991 9416007 Ladang

75 546671 9418756 Area Terbangun

76 546749 9398024 Ladang

77 546768 9418732 Area Terbangun

78 547058 9416798 Ladang

79 547091 9418554 Ladang

80 547202 9417745 Perkebunan Rakyat

81 547285 9398671 Ladang

82 547439 9415442 Ladang

83 547625 9402159 Area Terbangun

84 547631 9400409 Area Terbangun

85 547656 9418879 Perkebunan Rakyat

86 547913 9398174 Ladang

Lampiran 4. (Lanjutan)

Page 92: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

73

No x y Tutupan Lahan

87 548428 9399883 Tubuh Air

88 548688 9416173 Ladang

89 548703 9417110 Ladang

90 548739 9418843 Area Terbangun

91 548851 9418275 Area Terbangun

92 548897 9403763 Perkebunan PTPN

93 548988 9418846 Area Terbangun

94 549617 9414472 Area Terbangun

95 549674 9399316 Area Terbangun

96 550059 9402843 Area Terbangun

97 550747 9403877 Tubuh Air

98 551130 9407149 Perkebunan PTPN

99 551598 9407703 Perkebunan Rakyat

100 551763 9413939 Area Terbangun

101 551909 9406015 Area Terbangun

102 552179 9396132 Ladang

103 552489 9400232 Area Terbangun

104 552569 9407445 Perkebunan Rakyat

105 552917 9389114 Perkebunan Rakyat

106 552959 9397565 Perkebunan Rakyat

107 553069 9397297 Perkebunan Rakyat

108 553226 9387961 Area Terbangun

109 553285 9404354 Area Terbangun

110 553292 9398781 Perkebunan Rakyat

111 553509 9405913 Area Terbangun

112 553529 9405824 Area Terbangun

113 553729 9411193 Area Terbangun

114 553820 9391724 Perkebunan Rakyat

115 553896 9404981 Area Terbangun

116 554132 9404835 Perkebunan Rakyat

117 554564 9411845 Tubuh Air

118 555854 9389332 Area Terbangun

119 556378 9410316 Perkebunan Rakyat

Lampiran 4. (Lanjutan)

Page 93: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

74

Lampiran 5. Hasil analisis regresi logistik binner.

LOGISTIC REGRESSION VARIABLES Perubahan Lahan Menjadi_Area_Terbangun

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 149.523 21 .000

Block 149.523 21 .000

Model 149.523 21 .000

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 18.813 8 .016

LOGISTIC REGRESSION VARIABLES Perubahan Penggunaan Lahan menjadi Perkebunan Rakyat

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 80.606 21 .000

Block 80.606 21 .000

Model 80.606 21 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 3279.863a .030 .042

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter

estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 3.474 8 .901

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square Nagelkerke R Square

1 1639.444a .054 .111

a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has

been reached. Final solution cannot be found.

Page 94: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

75

LOGISTIC REGRESSION VARIABLES Perubahan Penggunaan Lahan Menjadi Ladang

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 149.523 21 .000

Block 149.523 21 .000

Model 149.523 21 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 1639.444a .054 .111

a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum

iterations has been reached. Final solution cannot be found.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 18.813 8 .016

Page 95: KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK … · Penataan Pola Ruang Kawasan ... untuk menyusun arahan kebijakan penataan pola ruang kawasan hutan produksi dengan sintesis ... penyusunan

76

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi Lampung Utara pada

tanggal 13 Agustus 1980 sebagai anak terakhir dari pasangan

Widodo AP dan Sudarmilah. Pendidikan Sarjana ditempuh di

Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, lulus pada

tahun 2004. Kesempatan melanjutkan ke program Pascasarjana

pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah IPB diperoleh

pada tahun 2012 melalui beasiswa pusat pembinaan, pendidikan

dan pelatihan perencana (Pusbindiklatren) Bappenas.

Penulis bekerja sebagai staf Dinas Kehutanan Provinsi Lampung sejak tahun

2006 ditempatkan pada Unit Pelaksana Teknis Dinas Inventarisasi dan Perpetaan

Hutan sampai dengan tahun 2009. Tahun 2009 sampai dengan saat ini penulis

ditempatkan pada bidang rehabilitasi dan reklamasi hutan pada instansi yang

sama.