konsentrasi ketatanegaraan islam program studi …

123
INTELIJEN NEGARA DALAM PERSPEKTIF KETATANEGARAAN INDONESIA DAN KETATANEGARAAN ISLAM Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Oleh: SANGIDUN 104045201526 KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M

Upload: others

Post on 17-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

INTELIJEN NEGARA DALAM PERSPEKTIF KETATANEGARAAN

INDONESIA DAN KETATANEGARAAN ISLAM

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

SANGIDUN

104045201526

KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/2009 M

Page 2: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

INTELIJEN NEGARA DALAM PERSPEKTIF KETATANEGARAAN

INDONESIA DAN KETATANEGARAAN ISLAM

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

SANGIDUN

NIM: 104045201526

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum Masyrofah. S.Ag., M.Si

KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/2009 M

Page 3: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “INTELIJEN NEGARA DALAM PERSPEKTIF

KETATANEGARAAN INDONESIA DAN KETATANEGARAAN ISLAM” telah

diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 17 Februari 2009. Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

pada Program Studi Jinayah Siyasah (Konsentrasi Ketatanegaraan Islam).

Jakarta, 17 Februari 2009

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

PANITIA UJIAN

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA,MM.

NIP. 150 210 422

Page 4: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

1. Ketua : Asmawi, M.Ag. (…………………………........)

NIP. 150 282 394

2. Sekretaris : Sri Hidayati, M.Ag. (……………………………...)

NIP. 150 282 403

3. Pembimbing I: Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. (…………………………….)

NIP. 150 274761

4. Pembimbing II: Masyrofah. S.Ag., M.Si. (.……..……………………..)

NIP. 150 318 256

5. Penguji I : Dr. Rumadi, M.A. (…………………………….)

NIP. 150 283 352

6. Penguji II : Sri Hidayati, M.Ag. (…………………………….)

NIP. 150 282 403

Page 5: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 Februari 2009

S a n g i d u n

Page 6: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

KATA PENGANTAR

� ا ا���� ا�����

Segala puji dan syukur hanya kepada Allah, Rabb al-‘izzati, Dzat Yang Maha

Rahman dan Rahim, yang senantiasa mendengarkan keluh kesah penulis selama belajar

untuk meraih cita-cita. Salawat dan salam dimohonkan untuk Nabi Muhammad SAW

sebagai Nabi dan Rasul, serta para sahabatnya yang telah memberikan inspirasi bagi

penulis untuk belajar politik ketatanegaraan Islam.

Skripsi yang berjudul “Intelijen Negara Dalam Perspektif Ketatanegaraan

Indonesia dan Ketatanegaraan Islam” ini adalah penelitian tentang bagaimana

kagiatan, hukum,dan kedudukan Intelijen negara dalam ketatanegaraan Islam dan

Indonesia.

Oleh karena itu, sudah seharusnya kalau penulis mengucapkan terimakasih kepada

yang terhormat :

1) Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA., Rektor Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2) Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM., Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

i

Page 7: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

3) Asmawi, M.Ag., Ketua Program Studi Jinayah Siyasah dan Sri Hidayati,

M.Ag., Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah yang tanpa henti

memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.

4) Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum dan Masyrofah.S.Ag. M.Si yang

membimbing penulis untuk teliti, cermat dan akurat dalam menulis skripsi

ini, hingga berkali-kali harus direvisi. Semoga apa yang telah diajarkan

mendapat balasan dari Allah Swt.

5) Kepada Dr. Rumadi, M.A dan Sri Hidayati M.Ag, sebagai penguji skripsi

ini yang telah memberikan kritik konstruktifnya. Penulis mengucapkan

terimakasih yang mendalam.

6) Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan untuk para Dosen Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, yang telah memberikan ilmunya selama perkuliahan.

7) Kepada Kepala Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, Perpustakaan

Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,

Kepala Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Daerah DKI Jakarta,

Perpustakaan Umum Islam Iman Jama’, Kepala Perpustakaan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta Perpustakaan Utama Universitas

Indonesia, dan seluruh karyawannya yang telah menyediakan berbagai

literatur yang mendukung penyusunan skripsi ini.

ii

Page 8: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

8) Kepada teman-teman kelas Konsentrasi Siyasah Syar’iyyah, Program

Studi Jinayah Siyasah, Lembaga Dakwah Kampus (LDK), Kesatuan Aksi

Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Himpunan Mahasiswa Persatuan

Umat Islam Jakarta (HIMA PUI Jakarta), Serumpun Mahasiswa Riau

(SEMARI) UIN Jakarta, Asosiasi Pelajar Islam Sumatera Barat

(ASSALAM SUMBAR), Ikatan Pelajar Mahasiswa Kumabara Utama

(IPMKU), serta sahabat-sahabat penulis, terimakasih atas segala jalinan

persahabatan yang telah memberikan warna bagi kehidupan penulis.

9) Ucapan terimakasih dan doa kepada yang terhormat, keluarga besar

Wangsa Dikarya, Ayahanda Jamalin Badruddin bin Hasan Ma`ruf dan

Ibunda Sutirah binti “Guru” Sungkono, Kakanda Al-Saidi, S.T., Siti

Asiyah, S. Pt dan Siti Muasyiroh, serta Adinda Rofiq el-Rahman, Ngasiq

el-Rahman dan Maslahuddin, atas ‘senyum’ motivasinya serta dukungan

moral maupun material kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah membalas segala kebaikan untuk semuanya dengan yang

lebih baik

Akhir kalimat, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dalam khazanah

keilmuan bagi kita semua.

Jakarta, 30 Januari 2009 M

03 Safar 1430 H

Penulis

iii

Page 9: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………....................1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah…………………………………………….....9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………………………….10

D. Review Studi Terdahulu…………………………………………………………....11

E. Kerangka Konseptual………………………………………………………………13

F. Metode Penelitian…………………………….…………………………………….15

G. Sistematika Penulisan………………………….…………………………………...17

BAB II MENGENAL INTELIJEN NEGARA INDONESIA

A. Pengertian Intelijen Negara…………………………………………………….......20

B. Sejarah Intelijen Negara Indonesia………………………………………………...22

1. Masa Kerajaan Hindhu-Budha………………………………………..........23

2. Masa Kerajaan Islam………………………………………………….........25

3. Zaman Penjajahan Belanda…………………………………………….......27

4. Zaman Pendudukan Jepang………………………………………………...29

iv

Page 10: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

5. Pasca Kemerdekaan……………………………………….……………......30

C. Organisasi dan Jenis Intelijen Negara……………………………………………...33

1. Organisasi Intelijen Negara………………………………………………...33

2. Jenis Intelijen Negara………………………………………………………34

D. Tugas dan Fungsi Intelijen Negara……………………………………….………...37

E. Intelijen dalam Lembaga Negara…………………………………………………..41

1. Intelijen TNI………………………………………………………………..41

2. Intelijen POLRI…………………………………………………………….44

3. Intelijen KPK……………………………………………………………….52

4. Intelijen Kejaksaan…………………………………………………………54

BAB III INTELIJEN NEGARA DALAM KETATANEGARAAN ISLAM

A. Sejarah Intelijen Dalam Islam (Pra Kenabian)………………………….…….........57

1. Pengertian Intelijen dalam Islam…………………………………………...57

2. Praktik Intelijen Pada Masa Pra-Kenabian …………………….………….58

B. Praktik Intelijen Pada Masa Nabi Muhammad Saw………………….……………59

1. Jenis-jenis Intelijen Pada Masa Nabi Saw…………………………………61

2. Patroli dari Badar sampai ke Uhud………………………………………...67

3. Patroli dari Uhud sampai ke Hudabiyah…………………………………...68

4. Pengaturan Patroli Setelah Perang Ahzab………………………………….69

v

Page 11: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

5. Pakta Pertahanan Hudaibiyah………………………………….……….......71

C. Perkembangan Intelijen Pasca Nabi Muhammad Saw………………….……….....72

BAB IV INTELIJEN NEGARA DALAM KETATANEGARAAN INDONESIA DAN

KETATANEGARAAN ISLAM

A. Hukum Aktivitas Intelijen (Tajassus)………………………………………….......83

B. Sanksi Atas Tindakan Intelijen (Tajassus)…………………………………….......92

C. Analisis Kedudukan Intelijen Negara dalam Ketatanegaraan Islam

dan Indonesia………………………………………...............................................108

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………...…………...119

B. Rekomendasi………………………………………………………..………….....120

DAFTARPUSTAKA……………………………………………………….……………122

LAMPIRAN

Page 12: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

58

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

”Intelijen1 ada seumur dengan keberadaan manusia.” Idiom ini menjadi satu

pembenaran untuk menegaskan keberadaannya. Intelijen tidak hanya dibutuhkan oleh

negara-negara yang secara definitif sudah merdeka, tetapi juga badan-badan perjuangan

kemerdekaan seperti Ireland Republic Army (IRA) di Irlandia Utara, Pathani Union

Liberation Organisastion (PULO) di Thailand Selatan, Macan Tamil di Srilangka dan lain

sebagainya. Badan-badan perjuangan kemerdekaan tersebut memiliki juga fungsi-fungsi

ke-Intelijen-an untuk menopang keberhasilan perjuangannya.

Bahkan negara-negara yang sudah maju dalam bidang pertahanan dan keamanan

masih tetap mengembangkan dinas intelijen, seperti Uni Soviet yang mengembangkan

Komitet Gosudarstvennoi Bezopasnosti (KGB) atau Komite Keamanan Negara

Pemerintah Soviet, yang secara resmi bertanggung jawab pada Kabinet Soviet. Dalam

sejarahnya, KGB semula lembaga dengan nama Vecheka (Vserossiiskaya

Chrezvychainaya Komissiya po Borbe s Kontrrevolyutsiei i Sabotazhem) (1917-1922)2

yang artinya Komisi Khusus Orang Rusia untuk melawan Kontra-Revolusi dan Sabotase3.

Lembaga intelijen lainnya adalah CIA (Central Intelligence Agency), sebuah dinas

rahasia Amerika Serikat yang dibentuk pada tanggal 18 September 1947 dengan

1 Intelijen secara singkat dapat dirumuskan sebagai perkiraan. Dalam arti luas, Intelijen berarti

Informasi terpercaya untuk digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan. Lihat Jend. Pol. (Pur) Drs.

Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya, (Jakarta: PT. Cipta Manunggal, 1999), h 52.

2 Iwan Gunawan, Konsepsi dan Implementasi Manajemen Pertahanan Keamanan Negara,

http://www.gaulislam.com/ngintip-dunia-Intelijen/NgintipDuniaIntelijen. Artikel diakses pada tanggal 02 Juni 2008.

3 Sabotase berasal dari bahasa Perancis “sabot”, semacam sepatu kayu yang dipakai oleh masyarakat

bawah di beberapa negara Eropa. Sabot ini dianggap sebagai simbol pemberontakan para petani dan pekerja

yang revolusioner, dengan aksi menginjak-injak atau melempar sepatu-sepatu kayunya ke mesin pabrik

pada masa revolusi Perancis. Dalam perkembangannya saat ini, sabotase dimaknai sebagai bentuk perang

subversive. Biasanya berupa tindakan fisik dalam menghancurkan mesin-mesin militrer musuh atau mesin-

mesin ekonomi. Lihat Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya, (Jakarta: PT. Cipta Manunggal,

1999), h 393.

Page 13: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

59

ditandatanganinya NSA (National Security Act), pada era perang dingin dengan Uni

Soviet. Tugas-tugas CIA lebih pada kontra-intelejen.4 Kini, CIA menangani peredaran

drugs, organisasi kejahatan internasional, perdagangan senjata gelap, kontra-teroris

setelah serangan 11 September 2001 yang menghancurkan gedung WTC.5

Sedangkan Kerajaan Inggris sudah memiliki dinas rahasia sejak tahun 1909 yang

dibangun oleh Duke of Wellington, Arthur Welleskey untuk mengantisipasi

perkembangan politik, militer dunia, serta keamanan Inggris Raya, dibentuklah Secret

Intelligence Service atau MI6.6

Israel juga mengembangkan Mossad sebagai lembaga yang memiliki misi penyamaran

dan kontra-teroris.7 Fokus dari operasi Mossad adalah dunia Arab dan organisasi-

organisasi Arab (dan Islam) di seluruh dunia. Mossad juga bertanggung jawab atas

pemindahan warga Yahudi keluar dari Syria, Iran dan Ethiopia. Agen-agen Mossad juga

banyak disusupkan dalam pembentukan sejumlah negara komunis di Barat dan PBB.8

Dalam konteks Indonesia, pada masa sebelum kemerdekaan kegiatan Intelijen sudah

ada sejak masa kerajaan Hindu-Budha yang tertua di Nusantara, kegiatan Intelijen pada

masa itu dikenal dengan Telik Sandi, Weri, Bleter, Kecee yang menjadi mata-mata

kerajaan untuk mengawasi kerajaan lainnya.

Pada masa penjajahan Belanda fungsi intelijen masuk dalam Dinas Reserse Umum,

yang dibentuk pada 1920-an, terpisah dari Dinas Polisi Umum. Sedangkan kegiatannya

adalah memata-matai kegiatan politik, daripada kegiatan kriminal lainnya. Hal ini

4 Kontra-Intelijen adalah usaha-usaha yang terorganisasi untuk melindungi keterangan-keterangan khas

berharga bagi organisasi Intelijen lawan. Lihat Lihat Jend. Pol. (Pur) Drs. Kunarto, Ibid, h 334. 5 Iwan Gunawan, Konsepsi dan Implementasi Manajemen Pertahanan Keamanan Negara.

6 Ibid. 7 Kontra-Teroris adalah usaha-usaha untuk mengumpulkan informasi-informasi sebagai bahan

pertimbangan pengambilan kebijakan preventif untuk menghadang serangan teror.

8 Iwan Gunawan, Konsepsi dan Implementasi Manajemen Pertahanan Keamanan Negara.

Page 14: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

60

menandakan bahwa pergerakan nasional anak negeri pada saat itu menjadi satu target dari

kerja dan fungsi intelijen Belanda.9

Ketika Jepang berkuasa di Indonesia, peran dan fungsi ke-Intelijen-an berubah.

Menariknya, Pemerintah Pendudukan Jepang di Indonesia membangun fungsi ke-

Intelijen-an tidak menyatu dengan Pemerintahan Militer. Pemerintahan Penjajahan Jepang

mengembangkan fungsi kepolisian, yang berorientasi pada pembangunan keamanan

dalam negeri (Kamdagri) yang lebih menitikberatkan pada kegiatan preventif.10

Pada masa perjuangan kemerdekaan aktivitas keintelijenan di badan-badan perjuangan

juga marak dan aktif, metode telik sandi, yang digunakan dalam proses pengintaian juga

digunakan untuk mengawasi dan memata-matai aktivitas Belanda dan Jepang ketika itu.

Hanya saja polanya lebih sederhana, hal ini disebabkan selain sarana dan prasana yang

kurang memadai juga SDM yang masih terbatas hanya dengan memanfaatkan masyarakat

umum yang bersimpati bagi perjuangan kemerdekaan.

Adapun pencetus dan pemimpin pertama lembaga intelejen negara, Zulkifli Lubis dan

R. Moch. Oemargatab, yang ketika itu bernama Badan Istimewa, sebagai cikal bakal

Badan Intelejen Negara (BIN) dan Pengawasan Aliran Masyarakat (PAM), sebagai

organisasi keintelijenan polisi pertama, yang sekarang dikenal dengan Intelpam Polri.11

Sejak bergulirnya reformasi di Indonesia, masalah penataan kelembagaan menjadi

salah satu prioritas bagi transisi demokrasi yang tengah berjalan. Kelembagaan politik

yang menjadi satu dari pilar bagi liberalisasi politik pasca kejatuhan Orde Baru

membuktikan bahwa hal tersebut tidak mudah. Penataan kelembagaan politik memberikan

satu garansi bagi mulusnya proses demokrasi transisional dan reformasi yang diharapkan.

9Muradi, Intelijen Negara dan Intelkam Polri, http: //muradi.wordpress.com/ 2007/01 /06 /Intelijen-

negara-dan-intelikam-polri/. Artikel diakses pada tanggal 02 Juni 2008. 10Muradi, Intelijen Negara dan Intelkam polri.

11

Ibid

Page 15: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

61

Permasalahan yang muncul kemudian adalah setelah delapan tahun reformasi berjalan,

ternyata belum semua kelembagaan politik dan negara tertata dan sesuai dengan nilai dan

prinsip demokrasi. Salah satunya adalah komunitas Intelijen, khususnya lembaga intelijen

negara dan intelijen Polri yang sampai saat ini, ruang lingkup dan batasan-batasan

mengenai wilayah kerja dari masing-masing intelijen tersebut belum secara jelas diatur.

Bahkan berulang kali, baik lembaga intelijen negara, dalam hal ini Badan Intilejen Negara

(BIN), dan intelijen keamanan, yakni intelkam Polri masih saling tumpang tindih.12

Hal di atas menyebabkan Badan Intelijen Negara (BIN), yang ditunjuk pemerintah

sebagai lembaga Intelijen yang mengkoordinatori semua lembaga dan komunitas intelijen,

kurang maksimal dalam memposisikan perannya. Bahkan terkadang karena merasa

menjadi koordinator dari komunitas intelijen tersebut, kerap kali BIN bertindak superior

dan mem-by pass banyak pekerjaan yang menjadi lahan bagi komunitas intelijen lainnya.

Walapun istilah intelijen sudah akrab di telinga masyarakat Indonesia, namun masih

banyak dinilai sebagai momok yang sangat menakutkan, identik dengan penculikan,

sabotase, spionase,13

propaganda,14

dan operasi, Intelijen juga represif guna melestarikan

kekuasaan yang penuh dengan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Persepsi keliru

masyarakat atas pengertian, makna, fungsi dan peran Intelijen sebagai ilmu, kegiatan,

maupun intelijen sebagai organisasi, mengakibatkan rasa takut pada masyarakat, larinya

modal keluar negeri, enggannya investor menanamkan modal dan lain sebagainya.15

12Muradi, Intelijen Negara dan Intelikam Polri. 13Spionase adalah bagian dari upaya Intelijen untuk menyelidiki secara diam-diam segala aktivitas dari

negara-negara lain untuk dapat memastikan kekurangannya dan gerakan-gerakan yang terkait dengan

Intelijen yang sangat diperlukan oleh pejabat-pejabat yang bersangkutan. Jadi spionase secara singkat

adalah usaha secara rahasia untuk mendapatkan suatu rahasia yang dijaga ketat oleh lawan. Lihat Jend. Pol. (Pur) Drs. Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya, Ibid., h 236.

14Propaganda merupakan sarana utama peperangan politik (menurut orang-orang Inggris). Sedangkan

orang-orang Jerman menyebut perang intelektual dan di Amerika Serikat dimaknai sebagai perang

psikologis atau operasi moral. Secara umum, propaganda adalah usaha-usaha yang terorganisasi untuk

menyebarkan ide-ide doktrin-doktrin dan prinsip-prinsip untuk maksud tertentu.

15 Jend. Pol. (Pur) Drs. Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya, Ibid, h 12-13

Page 16: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

62

Pada masa Orde Baru ada sebuah sebutan klimaks dari kegiatan operasi intelijen, yaitu

“dipetruskan dan dikarungkan.”16

Selain itu penculikan dan penangkapan terhadap aktivis

organisasi masyarakat yang barbasis agama, sosial atau politik yang berseberangan

dengan pemerintahan menjadi trauma yang sangat mendalam bagi anak bangsa, terutama

umat Islam yang dipandang sebagai kekuatan dan banyak melahirkan gerakan separatis

dan gerakan disintegrasi bangsa Indonesia pada masa lalu.17

Berkaca dari operasi intelijen di negara-negara di dunia tampaknya ada kesamaan,

bahwa sebagai tindakan preventif yang dilakukan secara represif oleh dinas intelijen

negara hanya berujung pada penciptaan ketakutan dan kesengsaraan rakyat, terlebih

dengan lahirnya Undang-undang Antiterorisme, Badan Intelijen Negara (BIN),

mempunyai kewenangan yang sangat luas, yaitu menangkap, menahan, memeriksa,

menggeledah, serta mencegah orang sebagai upaya memberikan perlindungan dan

keselamatan negara.

Dari beberapa pasal di atas tampak jelas bahwa negara melalui BIN mempunyai

kewenangan yang sah secara konstitusi untuk melakukan aktivitas memata-matai

rakyatnya sendiri guna mencari orang-orang yang diduga mengancam keselamatan

negara.

Adapun intelijen yang ada dalam negara Islam (Islamic State) juga selalu menakutkan

masyarakat. Intelijen dalam Islamic State biasa dikenal dengan Mukhbar (Informan).

Institusi ini menjadi tangan kanan penguasa untuk memata-matai rakyatnya sendiri,

seperti halnya pada masa Syah Iran, yang dikenal dengan polisi rahasia “Savak”. 18

16 Pada tahun 1980-an sewaktu keamanan di anggap rawan dan polisi kewalahan dilancarkan Aksi

yang di sebut “Petrus” penembakan misterius, dimana para pelaku tindakan kejahatan murni di tindak

dengan ditembak langsung dan dan korban di masukan karung sehingga lahirlah istilah pada saat itu

“dikarungkan”.

17 A. Bakir Ihsan, Pergulatan Islam dan Militer di Indonesia (Sebuah Fenomena 1990-an), dalam

Jurnal Politik, Akses TNI di Persimpangan Jalan, (Jakarta: Yayasan Akses, Vol.1, No.03, 2001), h. 199

18 Muhammed al-Caff, Perang Nuklir Militer Iran, (Jakarta: Zahra Publishing House, 2008), h. 12

Page 17: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

63

Persoalannya kemudian, bagaimana hukumnya aktivitas memata-matai rakyat yang

notabene adalah kaum Muslim? Padahal Allah Swt telah melarang aktivitas memata-matai

(tajassus), baik yang dilakukan oleh individu terhadap individu Muslim lainnya, maupun

oleh negara terhadap individu kaum Muslim.

��������� � ������ ��������� ������������ �� !�"⌧$ %&�'�

()&�*+�� ,-./ �0123 ()&�*+�� 4565./ � 78�� ���9:::�;�� 78�� <�6�

>�?*412@3 �A4123 B C<��D�E 5*F�H�E I�E 7J*FK�� %>LL+ �MNO%�E

�P�6N� �H�☺�R1)S!L?LK B ���*/T���� ���� B TI./ ���� 4V�W�L YZ�MW[ (\]^

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang (tajassus) dan janganlah

menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya

yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”. (QS. Al-Hujurat [49]: 12)”

Ayat di atas melarang berprasangka buruk, termasuk menyangka orang atau pihak

tertentu sebagai ‘teroris’ serta melarang aktivitas memata-matai masyarakat dengan dalih

apa pun. Aktivitas tajassus (memata-matai) dalam hal apa saja. Dengan kata lain, dengan

tujuan apapun haram hukumnya memata-matai masyarakat kaum Muslim maupun ahlu

dzimmah.19

Termasuk memata-matai adalah menyadap pembicaraan, mencuri, mendengar

dan mencari-cari kesalahan. Selain itu, kecurigaan tanpa bukti nyata bisa terkategori

perdurhakaan terhadap amanah kaum Muslimin. Hadits riwayat Abu Dawud dan Abu

Umamah menyatakan bahwa: “Sungguh, seorang amir (pemimpin) akan mendurhakai

rakyatnya, bila ia memburu kecurigaan pada mereka”.20

Kiranya lembaga intelijen negara menjadi sangat menarik untuk dikaji, karena selain

masih banyak orang yang mempunyai persepsi keliru terhadap apa itu intelijen, yang

menjadikan aparat intelijen seperti makan buah “Simalakama”, bertindak salah, tidak

19Pramiati, Mewaspadai RUU Intelejen, http://hidayatullah.com/index.php?Option=Com

content&task=view&id=144&Itemid=64. Artikel diakses pada tanggal 02 Juni 2008 20

Aris Solikhah, Tajassus, http://www.mailarchive.com/ ppiindia@yahoo groups. html com/

msg33743. Artikel diakses pada tanggal 02 Juni 2008

Page 18: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

64

bertindak pasti lebih salah lagi. Selain itu juga karena masih sedikit orang yang

mengakaji lembaga intelijen negara terutama dalam perspektif ketetatanegaraan Islam.

Atas dasar pemikiran tersebut, penulis menyusun tulisan ini untuk skripsi Program

Strata Satu pada Konsentrasi Ketatanegaraan Islam Program Studi Jinayah Siyasah

Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Penelitian ini

berjudul ‘‘Intelijen Negara dalam Perspektif Ketatanegaraan Indonesia dan

Ketaatanegaraan Islam.’’

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi masalah agar lebih terfokus,

mendalam dan nilai ilmiahnya dapat dipertahankan. Oleh karena itu, penulis membatasi

permasalahan pada lembaga intelijen negara dalam ketatanegaraan Indonesia dan

ketatanegaraan Islam. Karena berdasarkan dinamikanya, intelijen selalu mengalami

perubahan, mulai dari aktivitas kerja, hukum sampai dengan lembaganya.

Dari pembatasan di atas, persoalan yang hendak dijawab oleh penulis adalah :

1. Bagaimana hukum intelijen Negara?

2. Bagaimana kedudukan lembaga intelijen Negara di dalam ketatanegaraan

Indonesia dan ketatanegaraan Islam?

3. Bagaimana peranan lembaga intelijen Negara dalam memelihara stabilitas

kemanan Negara?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penulis mengambil tema Institusi Intelijen Negara dalam Perspektif Ketatanegaraan

Indonesia dan Ketatanegaraan Islam, dengan tujuan :

1. Untuk mengetahui hukum intelijen Negara.

Page 19: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

65

2. Untuk mengetahui kedudukan lembaga intelijen negara dalam perspektif

ketatanegaraan Indonesia dan Ketatanegaraan Islam.

3. Untuk mengetahui peranan lembaga intelijen Negara dalam memelihara stabilitas

keamanan Negara.

Manfaat dari penelitian ini terletak pada dua hal dasar yaitu :

a. Teoritis akademis, yakni sebagai nilai akademis dari hasil penelitian yang dapat

disumbangkan untuk khazanah keilmuan.

b. Praktis pragmatis, yaitu sebagai kontribusi positif bagi kehidupan umat manusia.

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan penulis terhadap

khazanah keilmuan dan bermanfaat bagi pembaca yang ingin mengembangkan Studi

Ketatanegaraan Islam (Siyasah Syar’iyyah) terutama di bidang Pertahanan dan Keamanan

Negara serta memberikan kontribusi positif bagi kelangsungan hidup umat manusia.

D. Review Studi Terdahulu

Sejumlah penelitian tentang intelijen dalam berbagai perspektif memang sudah

dilakukan. Hanya saja yang secara spesifik merupakan tinjauan Intelijen negara adalah

karya Abdul Muhid dari Fakultas Ushuluddin dan Filsafat tahun 2005, dalam skripsinya

yang berjudul Stretgi Perang dalam Islam : Kajian Kritis Atas Kebijakan dan Strategi

Nabi dalam Peperangan. Dalam literatur ini dijelaskan bagaimana penggalian informasi

dilakukan oleh Nabi berikut dasar-dasar strategi peperangan mulai dari persiapan,

termasuk pengintaian pada pihak lawan sampai sistem patroli demi keamanan negara.

Pada skripsi ini jelas berbeda dengan apa yang penulis kaji. Karena penulis mengkaji

intelijen dari dua perspektif, yaitu dalam ketatanegaraan Indonesia dan ketatanegaraan

Islam. Sedangkan karya Abdul Muhid hanya sebatas mengkaji aktivitas intelijen sebagai

instrumen dalam perang yang dilakukan oleh Rasulullah.

Page 20: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

66

Selain skripsi, literatur mengenai intelijen Negara juga didapatkan penulis dalam

buku :

1) Karya Jend. Pol. (Purn) Drs. Kunarto, Intelijen : Pengertian dan Pemahamannya,

yang mengkaji tentang sejarah Intelijen di Indonesia dan teknik operasi dalam

mendapatkan berita yang akurat sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan

pemerintah.

Karya ini juga berbeda dengan skripsi penulis. Karena dalam skripsi ini penulis

mengedepankan analisa intelijen negara dari sisi hukum, kedudukan dan aktivitas

intelijen negara dari sisi tatanegara Indonesia dan tatanegara Islam. Selain itu,

penulis juga menyinggung beberapa intelijen negara dalam dunia Islam, seperti

Iran.

2) Buku karya Deby M. Nasution, Kedudukan Militer dalam Islam dan Peranannya

Pada Masa Rasulullah Saw. Dalam buku ini dijelaskan tentang fungsi militer

sebagai alat untuk menjaga kedaulatan, harkat, martabat bangsa dan Negara yang

bersifat internal maupun eksternal. Perbedannya dengan skripsi ini nadalah Deby

tidak menjelaskan bagaimana hukum melakukan aktivitas intelijen dan

kedudukannya dalam sebuah negara.

3) Jono Hatmodjo, penulis buku Intelijen Sebagai Ilmu (Intelligence as a Science),

menerangkan Intelijen secara umum dalam tataran teoritis. Perbedaan karya ini

dengan kajian penulis adalah Jono Hatmodjo tidak membahas hukum dan

kedudukan intelijen negara dalam praktis. Sedangkan penulis membahas dari dua

sisi, yaitu intelijen dalam tataran teoritis dan praktis sekaligus.

E. Kerangka Konseptual

Pada dasarnya intelijen merupakan kebutuhan bagi setiap negara untuk

mempertahankan eksistensinya baik secara internal dan eksternal dari serangan musuh.

Intelijen juga merupakan instrumen untuk memenangkan perang tanpa perang (to win a

Page 21: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

67

war without a war). Sedangkan untuk Indonesia, sesuai dengan Preambule UUD 1945 dan

Pancasila, intelijen adalah instrumen untuk memenangkan perdamaian tanpa perang (to

win peace without a war). Oleh karenanya, di Indonesia, ilmu ini diabdikan untuk

kepentingan bangsa (the universal of social conscience of man) yang lebih bersifat

preventif dan persuasif agar dapat mendeteksi gejolak sosial di seluruh wilayah negara

yang dapat membahayakan kedaulatan negara.21

Henderson berpendapat bahwa dalam semua abad, semua kaum intelek itu lebih

memperhatikan diri sendiri dalam peperangan untuk meminimalisir resiko.22

Menurut

Matthew B. Ridgway (KASAD AS) menilai, intelijen yang memadai merupakan dasar

fundamental untuk mengkalkulasikan resiko, merumuskan tindakan, membangun fasilitas,

material dan jasa, mengalokasikan sumber daya serta mengendalikan jalannya

pelaksanaan tugas. Demikian juga pemikiran yang berkembang di TNI-POLRI. Hanya

saja di lingkungan TNI, pengertian Intelijen dibagi menjadi :23

Pertama, intelijen sebagai

produk. Kedua, intelijen sebagai organisasi. Ketiga, intelijen sebagai kegiatan. Namun ciri

dasar intelijen adalah upaya mengumpulkan mengelola dan menggunakan bahan

informasi tetap menonjol.24

Namun di sisi lain, ilmu intelijen diabdikan pada kepentingan penguasa. Begitu juga

dengan negara-negara Komunis-Sosialis, seperti Rusia dan Republik Rakyat China

(RRC), dimana ilmu intelijen diabdikan kepada Revolusi-Sosial yang digariskan oleh

kepemimpinan diktator proletariat untuk menumbangkan sistem Kapitalisme.

Bagi Thaliban atau aliran Islam ekstremist, ilmu intelijen diabdikan pada misi sakral

untuk menunjang kebangkitan Islam (baca: jihad). Sebab dengan jihad mereka percaya

21 Jono Hatmodjo, Intelijen Sebagai Ilmu (Intelligence as a Science), halaman sampul

22 Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya., h 48

23 Lihat Lampiran Eksistensi dan Penampilan Intelijen 24 Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya, h. l 49

Page 22: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

68

dapat menghapus kedzaliman di dunia yang disebabkan oleh sistem demokrasi

kapitalisme yang dianut oleh Amerika Serikat dan negara Barat pada umumnya.25

Dasar intelijen sebagai instrumen negara dalam kategori jihad, juga terdapat dalam

lembaran sejarah Islam yang secara dramatis terjadi pada abad ke VII M yakni pada

permulaan dakwah Muhammad saw (periode Makkah).26

Dalam kurun waktu 13 tahun,

Nabi tidak pernah berhenti mendapatkan intimidasi, ancaman teror dan berbagai rencana

pembunuhan yang bertubi-tubi oleh orang-orang kafir Quraisy, seperti yang dilakukan

Suraqah dan Umar sebelum masuk agama Islam.27

F. Metode Penelitian

Salah satu tahapan yang urgen dalam penulisan karya ilmiah adalah penerapan

metodologi yang tepat yang digunakan sebagai pedoman penelitian dalam mengungkap

fenomena dan mengembangkan hubungan antara teori yang menjelaskan gambaran

realitas yang terjadi sesungguhnya.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian hukum normatif, yang dilakukan

dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder.28

Teknik pengumpulan data

penelitian ini menggunakan studi dokumenter.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data dibagi tiga yaitu :29

25 Jono Hatmodjo, Intelijen Sebagai Ilmu (Intelligence as a Science), (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h.

sampul pendahuluan.

26 Debby M. Nasutiaon, Kedudukan Militer Dalam Islam Dan Peranannya Pada Masa Rassulullah

Saw, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogyakarta , Cet II, 2003), h 63

27 Heri Sucipto, Ensiklopedi tokoh Islam: dari Abu Bakr hinggga Nasr dan Qordhawi, (Jakarta:

Hikmah, 2003), h 40

28 Soerjono Soekamto dan Sri Mudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Sinagkat, (Jakarta:

PT Raja Grafindo, 2003), cet. VII h. 13

Page 23: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

69

Pertama, sumber data primer, meliputi Keppres Peraturan Presiden (Perpres) Republik

Indonesia No. 52 Tahun 2005 dan Keputusan Presiden (Keppres) No. 62 Tahun 2003,

tentang Perubahan Struktur Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND)- (BIN)

serta KUHP (kitab Undang-undang Hukum Pidana).

Kedua, bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer, seperti, rancangan perundang-undangan,

hasil penelitian dan hasi karya dari kalangan hukum.

Ketiga, bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus, ensiklopedia

dan indeks kumulatif.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini didasarkan pada riset pustaka (library

research) yakni proses pengidentifikasian secara sistematis penemuan-penemuan dan

analisa dokumen-dokumen yang membuat informasi berkaitan dengan masalah

penelitian.30

4. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisa data-data hasil penelitian ini, penulis menggunakan metode teknik

pendekatan kualitatif untuk memahami fenomena sosial yang diteliti. Artinya dalam

penelitian ini terdapat usaha menambah informasi kualitatif, dapat diperoleh pula

pecandraan yang sistematis, faktual dan akurat menganai fakta-fakta dan sifat-sifat

populasi yang diteliti.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis)

yaitu menguraikan data melalui katagorisasi, perbandingan dan pencarian sebab

akibat, baik menggunakan analisis induktif maupun metode deduktif.

29 Soerjono Soekamto dan Sri Mujdi, Ibid., h 24 30 Consuelo G. Sevilla (dkk), Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: UI Press, 1993), cet I, h. 37

Page 24: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

70

Sedangkan pedoman yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah buku

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2007.”

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini disajikan dalam 5 (lima) bab. Adapun setiap bab merupakan

spesifikasi tambahan mengenai topik-topik tertentu, yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menguraikan tentang dasar pemikiran yang menjadi latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan

yang menjelaskan alur berfikir penulis.

BAB II MENGENAL INTELIJEN NEGARA INDONESIA

Dalam sub babnya akan dibahas tentang pengertian intelijen, kemudian

dilanjutkan dengan sejarah intelijen Indonesia, mulai dari zaman kerajaan

Hindu dan Budha, kerajaan Islam sampai pada zaman Belanda, Jepang dan

Kemerdekaan. Selanjutnya tentang organisasi dan jenis intelijen Negara dan

diakhiri dengan tugas dan fungsi intelijen Negara, serta intelijen dalam

lembaga Negara.

BAB III INTELIJEN NEGARA DALAM KETATANEGARAAN ISLAM

Pada bab ini penulis menguraikan sejarah intelijen dalam Islam (Pra

Kenabian), mulai dari pengertian intelijen dalam Islam, praktik intelijen pada

masa Pra-Kenabian, praktik intelijen pada masa Nabi Muhammad Saw.

Berikutnya adalah jenis-jenis intelijen pada Masa Nabi Saw yang meliputi; 1).

Patroli dari Badar sampai ke Uhud. 2). Patroli dari Uhud sampai ke

Page 25: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

71

Hudabiyah. 3). Pengaturan Patroli setelah Perang Ahzab. 4). Pakta Pertahanan

Hudaibiyah dan terakhir perkembangan intelijen pasca Nabi Muhammad Saw

BAB IV INTELIJEN NEGARA DALAM KETATANEGARAAN INDONESIA

DAN KETATANEGARAAN ISLAM

Dalam bab ini meliputi pembahasan tentang hukum aktivitas intelijen

(Tajassus), sanksi atas tindakan intelijen (Tajassus) dan analisis kedudukan

intelijen Negara dalam ketatanegaraan Islam dan Indonesia.

BAB V PENUTUP

Dalam bab lima ini, penulis membagi dalam dua sub bab yaitu penutup yang

berisi kesimpulan dan rekomendasi.

Page 26: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

72

BAB II

MENGENAL INTELIJEN NEGARA INDONESIA

A. Pengertian Intelijen Negara

Suatu pengertian yang paling otentik adalah, pengertian secara etimologis yang

terdapat dalam kamus dan Ensiklopedi31

. Dari pengertian etimologis itulah kita dapat

menginterpretasi pengembangan yang tidak terlalu jauh dari arti dasarnya.

Kata intelligent menurut Habeyb, merupakan kata yang berasal dari bahasa Belanda

dengan arti cerdas, cerdik dan pandai. Kata intellegentie juga diartikan sebagai daya yang

menyesuaikan diri dengan keadaan baru, memanfaatkan alat berfikir untuk kecerdasan

pikiran.32

Sedangkan Jhon Echols dan Hasan Sadli mengartikan kata inteligent dengan

kecerdasan dan intelegensi. Sedangkan intelligentsia berarti kaum terpelajar atau cerdik

pandai dan kata intelligible diartikan dapat dimengerti, jelas terdengar dan terang (Phone

Call).33

Manurut Peter Salim kata intelligence yang pertama diartikan dengan kecerdasan,

human being has much greater intelligence than any other animal (manusia memiliki

tingkat kecerdasan yang jauh lebih tinggi dari binatang apapun). Kedua, berita atau

keterangan, Secret intelligent atau keterangan rahasia. Ketiga, diartikan sebagai Dinas

rahasia, she works in intellijen for the CIA (dia bekerja pada CIA).34

31 Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya, (Jakarta: PT. Cipta Manunggal, 1999), h. 19

32 Habeyb, kamus popular, (Yogyakarta: Dian Yogyakarta 1999), cet. IX. h. 149

33 Jhon Echols dan Hasan Sadli, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta, PT Gramedia, 1995) cet XXI. h.

326 34 Peter Salim, The Contemporary English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: Modrn English Press.1987),

cet III. h. 978-979

Page 27: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

73

Selain pengertian intelijen secara harfiah di atas, terdapat juga berbagai pengertian

intelijen yang dirumuskan oleh para ahli intelijen dengan menambahkan berbagai

ketentuan yang didasarkan pada pengalaman masing-masing selama menghayati

kehidupan dan seluk beluk intelijen.35

Menurut Allen Dulles dalam bukunya The Creft Of Intelijen, intelijen adalah sesuatu

yang berkaitan dengan segala hal yang harus diketahui sesegera mungkin untuk

menunjang setiap inisiatif tindakan. Kemudian Ladislas Frigo mengartikan kata intelijen

dengan kemampuan untuk memahami dan mengelola pemikiran dan hakikatnya intelijen

adalah informasi yang dikomunikasikan atau informasi yang tidak bertahan lama dalam

pikiran seseorang.36

Jika dilihat dari instansi, maka intelijen didefinisikan sebagai informasi yang

didevaluasi, yaitu informasi yang dapat dipercaya dan memiliki kredibilitas. Kalau dilihat

dari fungsi dan aktifitasnya, intelijen adalah kegiatan yang terorganisasi untuk

mengumpulkan informasi.37

Sedangkan definisi intelijen yang berkembang di Angakatan Bersenjata Republik

Indonesia (ABRI), dibagi menjadi tiga kelompok38

yaitu: Pertama, intelijen sebagai

35 Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya ., h. 46

36 Lihat Lampiran Skema Dasar Makna Intelijen

37 Emon Rivai Arganata, Intelijen Bisnis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998), h. 21-24

38 Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya., h. 48

Page 28: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

74

produk.39

Kedua, Pengartian intelijen sebagai Organisasi.40

Ketiga pengertian intelijen

sebagi tindakan.41

B. Sejarah Intelijen Negara Indonesia

Dalam literatur Jawa kuno (masa kerajaan Majapahit) istilah intelijen dikenal dengan

istilah Weri, Bleter dan Kecee serta telik sandi. Telik sandi digunakan aparat resmi dari

keprajuritan kerajaan, atau pada zaman sekarang seperti upaya-upaya “Sandi Yudha” yang

memiliki fungsi utama meninjau situasi medan dan lokasi serta kekuatan musuh.

Sedangkan Weri, Bleter, dan Kecu digunakan untuk pekerjaan sejenis spionase, sabotase,

propaganda atau provokasi pada masa seakarang.42

1. Masa Kerajaan Hindu-Budha

Jawa Tengah merupakan pusat kebudayaan pertama dan tertua di Indonesia.

Tepatnya di sekitar pegunungan Dieng sejak abad 6-7 M telah berdiri kerajaan

Kalingga yang bercorak Hindu. yang di kemudian hari menjadi cikal-bakal kerajaan-

kerajaan di Nusantara43

Pada saat itu peradaban Hindu dan Budha saling menunjukan eksistensinya

dengan gelar peperangan dan didukung armada yang besar dan teknik militer lebih

maju kerajaan yang bercorak Budha mampu menahan. Hal ini menyebabkan lambat

laun peradaban Hindu menjadi tenggelam dan akhirnya terjadi simbiose yang cukup

39 Hasil penelitian dan pengolahan dari data, fakta dan keterangan atau informasi yang di perlukan

oleh seorang pemimpin sebagai bahan pengambilan keputusan.

40 Intelijen sebagai alat untuk mencapai tujuan dengan menggerakan kegiatan sesuai dengan fungsi

dan peranannya serta memberikan Informasi sesuwai dengan tuntutan pimpinan yang berwenang dan bertanggung jawab.

41 Intelijen adalah sebagai tindakan yang mengarah pada upaya merncukupi kebutuhan pimpinan akan

bahan informasi.

42 Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya., h. 462-463

43 Ibid, h. 459-460

Page 29: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

75

serasi. Simbiose tersebut dilukiskan dengan peninggalan candi-candi Hindu seperti

Candi Loro Jongrang, Prambanan dan Borobudur.

Pada abad 13-14, terjadi sebuah pergeseran peradaban Kerajaan Jawa ke Kediri,

Jawa Timur, yaitu Kediri Kahuripan yang selalu berperang dan menumpahkan darah

sesama keluarga, yang kemudian melahirkan kerajaan Majapahit dan puncak

kejayaannya di bawah pimpinan Raja Hayam Wuruk dengan Gajah Mada sebagai

patihnya.

Dalam pencapaian keemasan itu tercatat tekad dan kesanggupan Maha Patih Gajah

Mada yang tertuangkan dalam “Sumpah Palapa.”44

Selain itu Maha Patih Gajah Mada

berhasil membangun dan menyusun kekuatan militer yang besar dan kuat.”45

Satu

demi satu wilayah seperti Philipina, Vietnam, Kamboja, Thailand Selatan, dan

Malaysia pun dapat ditaklukkan.

Salah satu peperangan yang melegenda adalah perang melawan Kerajaan

Pajajaran yang merupakan kerajaan besar dan sulit ditaklukkan.46

Namun akhirnya

terpaksa digunakan tipu muslihat dan teknik intelijen yang diawali dengan misi

diplomasi dengan melamar putri Diah Pita Loka untuk dipersuntung raja Hayam

Wuruk.

44 Isi sumpah Palapa adalah: Tidak akan berhenti Prihatin (Meninggalkan Kenikmatan Dunia) sebelum

mampu menyetukan Nusantara

45 Gajah mada membentuk dan membenagun paukan keamanan kerajaan dan sebuan-serbuan keluar

secara terpisah. Untuk pengamanan internal Gajam mada membentuk “ Bayangkara”, yang dilandasi

dengan ikrar “Catur Prasetya”(1) Satya Haprabu (Setia kepada Negara dan Raja), (2) Hanyeken Musuh

(mengenyahkan Musuh-musuh masyarakat), (3) Ginaung Pratidina(mengagungkan negara) dan (4) Tan

satrisna (Tidak terikat trisna pada sesuatu). Samapai saat ini Bayangkara adalah perwujudan POLRI dan

ikrar catur prasetya masih relefan sebagai dasar tekad perjuangan dan unutk itulah Catur Presatya dijadikan

Karya POLRI. Lihat: Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya., h. 461

46 Kerajaan Pajajaran di pimpin oleh seorang Raja, Prabu siliwangi denga Gelar sri badungga maharaja,

dan merupakan Kerajaan yang sanagt maju di bidang Agraris, setiap panen samapai 1000 kapal hasil Bumi

di jual ke eropa dan maladewa. Rakyatnya makmur dan sejahtra dan bebas dari upeti (Pajak). Hal tersebut

juga dapat kita jumpai di dalammkitab Waruga Jagad dari sumedang dan kitab pqanca kaki dari Ciamis.

Dalam kitab tersebut di gunakan kata Gemuh pakuan untuk menunjukan bagaimana Makmurnya Pajajaran.

Selain itu Pajajaran adalah Krajaan Pajajaran Memiliki armada tempur yang kuat Seperti pasukan gaja yang

terlatih, Ribuan pasukan Kuda, dan prajurit Kavileri yang siap dengan Formasi tempur. Lihat: Setia Hidayat

dan N Syamsuddin Ch Haesy, Sangkakala Pajajaran: Upaya Awal Mengeja dan Menyingkap Makna

Rumpaka, (Jakarta: PT Bina Rena Pariwara. 2004), h. 19

Page 30: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

76

Melalui lamaran ini, berarti Kerajaan Pajajaran harus mengantarkan putri Diah

Pita Loka ke Majapahit. Sayangnya, sesampainya di Bubat, pasukan Pajajaran

dihadang oleh pasukan Majapahit dengan permintaan agar mereka

“mempersembahkan” putri Diah Pita Loka kepada Hayam Wuruk. Seluruh pembesar

kerajaan Pajajaran marah. Tanpa berpikir taktis, mereka bertekad agar lebih baik mati

berkalang tanah daripada menyerahkan sang putri, dan akhirnya terjadilah perang

yang dimenangkan oleh Majapahit .

Pada dasarnya peristiwa di atas merupakan trik intelijen yang dideskripsikan oleh

Gajah Mada dengan memancing keluar pasukan Pajajaran menuju Majapahit dengan

seluruh pembesar kerajaan hanya untuk upacara perkawinan.

2. Masa Kerajaan Islam

Para ahli sejarah tidak mempunyai kesepahaman dalam menentukan kapan Islam

pertama kali masuk ke Indonesia, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan bukti-

bukti sejarah yang mereka temukan. Paling tidak ada tiga teori kapan masuknya Islam

ke Indonesia yaitu Teori Gujarat,47

Teori Makkah48

dan Teori Persia49

.

Dalam perkembangannya, Islam di Indonesia menjadi sentra kekuasaan yang

membentang sepanjang pantai Utara seperti Gresik, Tuban, Demak dan Banten.

Disinilah kemudian akhir kekuasaan kerajaan Majapahit, oleh kerajaan Demak yang

dipimpin Raden Patah (putra mahkota Raja Brawijaya). Kemenangan kerajaan Demak

47 Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal

dari Gujarat (Cambay), Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard

H.M. Vlekke. ( Perureula) tahun 1292. (Lihat: Marzuki Wahid dan Rumadi, Fiqh Mahzab Negara: kritik

atas politik Hukum Islam di Indonesia , (Yogyakarta: LKiS, 2001), h. 108

48 Teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke

Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya

adalah bangsa Arab sendiri. Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para

ahli yang mendukung (Lihat: Azyumardi Azra, Islam di Asia tenggara, Pengantar Pemikiran”, Dalam Azra

(ed.), Perspektisf Islam asia tenggara, (Jakarta , YOI, 1989), h. xi

49 Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia

(Iran). Nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat. (Lihat:

Azyumardi Azra, Ibid).

Page 31: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

77

atas kerajaan Majapahit menandai kebangkitan kerajaan Islam dan awal keruntuhan

kerajaan Hindu dan Budha, sekaligus terusir dari Jawa Timur dan terkosentrasi di

Pulau Bali.50

Peperangan kerajaan Demak dan Majapahit, diawali dengan penetrasi Islam ke

peradaban Hindu, sampai para bangsawan dan pembesar kerajaan terpengaruh kuat

oleh Islam dan membentuk hegemoni dan mendapat dukungan rakyatnya.

Pengkondisian di atas tidak kalah hebatnya dengan yang terjadi pada masa modern,

ketat, keras dan kadang kejam. Namun masih terbatas spionase, subversif serta

sabotase. Adapun operasi intelijen saat itu masih dalam bentuk primitif.

Seperti peristiwa pergeseran pusat kekuasaan dari Demak ke Pajang, dimana Raja

Hadiwijaya (Jaka Tingkir) menantu Raja Demak terakhir menghadapi Haryo

Penangsang, penguasa daearah Jipang. Karena kesaktian dan kekuatan kedua

penguasa relatif seimbang, keduanya lalu menggunakan trik intelijen untuk

menghindari perang frontal dan terbuka. Selain itu, digunakan juga jalur diplomasi,

melalui para ulama maupun para wali, seperti Sunan Kudus.

Sama halnya dengan apa yang dilakukan oleh Sultan Agung saat berkuasa di

Blambangaan (Banyuwangi-Jawa Timur) yang tidak bersedia tunduk dan patuh

terhadap Mataram. Para agen-agen spionase di wilayah ini juga melakukan hal yang

sama, yakni dengan melaporkan bahwa Blambangan telah menyiapkan diri

menghadapi Mataram.

Dalam menjalankan misi operasi intelijen, Sultan Agung juga berusaha memikat

putri Mataram, Sidah Mirah yang telah mengaguminya saat ia menyamar sebagai

punggawa kerajaan.

Terkahir yang dilakukan oleh agen intelijen Mataram ditutup dengan provokasi

yang mengisahkan bahwa orang-orang Mataram memiliki kemampuan membuat

50 Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya., h. 462

Page 32: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

78

perlengkapan persenjataan, termasuk peluru meriam. Walaupun nyali raja

Blambangan tidak menciut, namun hal ini memaksanya untuk berfikir seribu kali,

mencari cara menagalahkan Mataram.

3. Zaman Penjajahan Belanda

Pada abad ke XVII, Belanda pertama kali masuk ke Indonesia dan menjadikan

selat Malaka sebagai pintu gerbangnya. Setelah melakukan pengauasaan atas

pelabuhan dan memonopoli perdagangan, timbullah perlawanan terutama dari raja-

raja dan penduduk pribumi. Diantaranya adalah Sultan Agung dari Mataram yang

menggempur pusat kekuatan Belanda di Jayakarta (Jakarta). Pada penyerangan

pertama Sultan Agung hanya menghitung jumlah kekuatan lawan tanpa

memperhitungkan teknologi modern persenjataan Belanda dan hasilnya gagal. Begitu

juga pada penyerangan kedua dan ketiga dimana Belanda lebih siap mengantisipasi,

melalui perkiraan intelijen yang akurat dan baik.

Setelah wafat, Sultan Agung digantikan oleh Amangkurat I, yang terkenal sebagai

raja paranoid. Sebagai raja, ia bersongkokol dengan Belanda dalam memberikan

informasi dan petunjuk untuk melakukan operasi intelijen dengan nama operasi

“Bersih Lingkungan”51

yakni menimbulkan kekacauan besar dan suasana chaos,

apabila operasi gagal.

Dari aspek intelijen, maka dapat diperoleh gambaran bahwa intelijen Belanda

lebih memiliki keunggulan dalam memprediksi dan membaca kemampuan lawan.

Belanda mengembangkan kemampuan aparat intelijen dengan merekrut polisi

penjajahan yang bertugas pokok Counter Intelijence, untuk mendeteksi keadaan dan

kondisi serta potensi perlawanan masyarakat. Data-data dari intelijen itulah Belanda

mampu membendung dan mematahkan setiap perlawanan masyarakat yang masih

bersifat kedaerahan seperti perang yang dilancarkan pengeran Diponegoro (Jawa

51 Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya., h. 471

Page 33: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

79

Tengah), Tuanku Imam Bonjol (Sumatera Barat), Tengku Umar dan Cut Nyak Dien

(Aceh), Sultan Hasanuddin (Sulawesi) serta Pattimura (Maluku) selama tiga setengah

abad lamanya.

Belanda juga mampu mengintensifkan kebijakan Cultur Stelsel atau tanam paksa

sebagai upaya menutupi kas yang telah digunakan sebagai ongkos perang. Atas

kesengsaraan itulah produk intelijen yang disetujui untuk dilaksanakannya politik etis

atau politik balas budi. Belanda kemudian menjalin kerjasama dengan para pangreh

praja yang difungsikan sebagai jaringan “Telik Sandi”, dengan kemampuan dan

kewenangan dalam counter Inteligence, counter spionase, serta menjaga keamanan

dan menegakkan kekuasaan Belanda.

Pada perkembangannya, secara tidak resmi Voor Inlandsche dan Cheneesche

Zaken difungsikan sebagai badan intelijen bagi pemerintah kolonial Belanda, dan baru

pada tahun 1920 Belanda mendirikan Politieke Inlictingen Dienst (PID) sebagai dinas

intelijen resmi dan di bawah pemerintah dalam negeri Belanda, yang bertujuan

memata-matai pergerakan nasional Indonesia.

4. Zaman Pendudukan Jepang

Kedatangan Jepang ke Indonesia sebenarnya dipicu dari kebutuhan akan banyak

bahan baku alat perang, personil perang dan logistik untuk menyokong Perang Asia

Timur Raya. Semua itu dibungkus dengan hukum perang yang penuh dengan

kecurigaan dan kewaspadaan yang tinggi dan hasilnya kekejaman dan perampasan

hak-hak rakyat, lebih dashyat dari penjajahan Belanda.

Intelijen Jepang yang bertugas sebagai counter spionase berklasikasi sebagai

Polisi Rahasia bernama Ken Pe Tai yang berfungsi memelihara keamanan dan

ketertiban. Bahkan Jepang saat itu juga dapat menggempur markas besar AS pada

Perang Dunia II di Pearl Harbour tanpa diketahui oleh intelijen AS.

Page 34: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

80

Pada zaman pendudukan Jepang, pontesi intelijen perorangan Indonesia dilakukan

dengan mendengarkan radio sekutu dan komunikasi dari mulut ke mulut agar prediksi

ke depan dapat dilakukan.

Pada saat itu nampak jelas bahwa perang intelijen perorangan atau mengadu

kecerdasan untuk memperoleh keunggulan tidak terkoordinasi dengan baik. Walapun

masing-masing hanya mengejar informasi dan berupaya mengolah serta mengevaluasi

sendiri atau dengan kawan-kawan.52

5. Pasca Kemerdekaan

Setalah pada tanggal 17 Agustus Sukarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia

memproklamasikan kemerderdekaan RI, tidak serta merta cengkraman penjajah lepas

dari bumi pertiwi. Bahkan setelah detik-detik proklmasi suasana semakin mencekam.

Karena NICA (Nederland Indies Civil Administration) membonceng sekutu pada 08

September 1945 dengan alasan Jepang menyerah kepada sekutu bukan kepada

Indonesia. Sehingga dua tahun pertama pemerintahan RI selalu diguncang berbagai

pertempuran.53

Sejalan dengan itu, pemerintah tetap melengkapi alat perlengkapan

negara54

sampai pada masa tiga tahun berikutnya (1947-1949) yang masih diwarnai

perjuangan berupa pertempuran membangun kemantapan kehidupan bernegara.

Mengingat intelijen pada saat itu masih belum tertata dengan baik, maka

pertempuran intelijen sangat hebat. Di lain pihak, intelijen juga selalu aktif melihat

gerak langkah Belanda dengan jelas. Melalui ketajaman intelijen, pasukan gerilya di

52 Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya., h. 482

53 Insiden bendera di Surabaya (19/09/1945), pertempuran lima hari di Semarang (15/10/1945),

serangan Umum 10 November di Surabaya (10/11/1945), perang Amabarawa (21/11/1945), pertempuran

medan Area (10/12/), Karawang-Bekasi (19/12/1945), bandung lautan api (23/03/1946)pereng Puputan

Bargarana di Bali (29/11/1946)pembantaian oleh westerling (07/12/1946) dan lain-lain, Lihat Kunarto,

Ibid., h. 484

54 Setelah proklamasi (17-08-1945), pengesahan UUD (18-081945), BKR ditetapkan menjadi TKR

(05-10-1945), pengangkatan panglima TKR (18-12-1945 ). Pembentukan cabinet I, II, dan III, mendirikan

akademi militer, mendirikan perguruan tinggi Gajah mada, BNI 46, TNI AU, Polisi di keluarkan dari

Depdagri, penerbitan Uang RI, Lihat Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya., h. 484

Page 35: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

81

bawah komando Jendral Soedirman tidak dapat dihancurkan oleh Belanda dengan

teknik perang gerilya.

Selanjutnya, taktik Devide et Impera juga diberlakukan pada masa demokrasi

liberal (1950-1959) yang ahnya enam bulan dengan usulan intelijen Belanda.

Indonesia dalam hal ini akhirnya menyadari bahwa RIS (Repuplik Indonesia Serikat),

merupakan bagian upaya pelestarian strata politik pecah belah yang sewaktu-waktu

bisa menjadi “bom waktu”.

Kemudian pada masa demokrasi terpimpin, terjadilah konfrontasi dengan

Malaysia, yang dipertegas dengan Dwi Kora (Dwi komando Rakyat) pada 03 Mei

1964) yang kemudian menjadi perang terbuka. Dalam hal ini, Malaysia yang dibantu

oleh intelijen Inggris luput menilai bahwa pasukan RI mempunyai semangat juang

yang tinggi dan berani mati.

Perkembangan selanjutnya adalah masa kelahiran Orde Baru (Orba) yang ditandai

dengan peristiwa perebutan kekuasaan atas perintah RI oleh PKI (G 30 S/PKI). Surat

perintah sebelas Maret (Supersemar) adalah alat yang memberikan kekuasaan penuh

kepada Jendral Soeharto menumpas kekuatan PKI sampai ke grass root, menangani

masalah sosial politik, ekonomi dan budaya secara simultan, sehingga membuahkan

hasil yang luar biasa..

Melalui dukungan ABRI, Soeharto semakin menjadi Orba mengalami kemajuan

yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat ketika terjadi peristiwa huru-hara Malari pada

15 Januari 1974, yang dapat diatasi dengan sistem Intelijen yang kuat. Ia juga

membentuk KOPKAMTIB (Komando Keamanan dan Ketertiban) pada 03 Maret 1969

yang bermakna operasi intelijen diperkuat dan dipertajam.

Pada tahun 1971 diadakan pemilihan umum kedua bagi bangsa Indonesia yang

dimenangkan oleh Partai Nasional Indonesia (PNI). Melalui operasi intelijen yang

intensif, kemenangan ini dapat merubah keadaan 180 derajat dengan menjadikan

Page 36: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

82

Golkar sebagai pemenag dan mengantarkan Soeharto pada suksesi pelantikan

presiden pada 24 Maret 1973 dimana sampai lima pemilu berikutnya pola operasi

yang sama terus ditingkatkan.

C. Organisasi dan Jenis Intelijen Negara

1. Organisasi Intelijen Negara

Dengan dibentuknya badan istimewa yang dipimpin oleh Zulkifli Lubis55

maka

dimulailah titik awal sejarah organisasi intelijen Negara yang ketika itu menginduk

kepada Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang bermetamorfose menjadi TNI.

BKR, pada perkembangan selanjutnya berubah menjadi Badan Rahasia Negara

Indonesia (BRANI) yang menginduk pada kementrian pertahanan, ketika RI

dipindahkan ke Yogyakarta dan mempunyai akses langsung kepada Presiden

Soekarno. Selanjutnya BRANI membentuk FP (Field Preparation), dengan tugas,

sabotase, passwar, penggalangan, perlawanan terhadap Belanda, penyusupan ke pihak

lawan hingga penyelundupan sejata, sebagai Intelijen tempur dan territorial.

Saat ini Badan Intelijen Negara, disingkat BIN, adalah Lembaga Pemerintah Non

Departemen Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang

Intelijen. Kepala BIN periode 2004-2009 adalah AM Hendropriyono yang digantikan

oleh Mayjen (Purn) Syamsir Siregar.

Adapun struktur organisasi BIN telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik

Indonesia No. 52/2005. BIN dalam hal ini dipimpin oleh seorang Kepala yang

55 Dalam memoarnya, zulkifli mengaku merekrut 40 pemuda, kebanyakan perwira pete Gyigu, sebelum

terjun kelapangan, mereka ia bekali dengan latiahan informasi militer, sabotase, dan psywar. Zulkifli lubis

adalah bekas perwira peta, dan memdapatkan pendidikan intel dari Sienen Dojo sebuah lembaga

pengemlengan pemuda, Jepang. Selain itu zulkifli juga pernah menjadi intel di satuan militer Jepang di

singapura. Lihat Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya.., h. 526

Page 37: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

83

merupakan jabatan setingkat Menteri. Kepala BIN dibantu oleh seorang Wakil

Kepala, satu Sekretariat Utama yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Utama, satu

Inspektorat Utama (dikepalai oleh seorang Inspektur Utama), dan lima Deputi, 1).

Deputi Bidang Luar Negeri, 2). Deputi Bidang Dalam Negeri, 3). Deputi Bidang

Kontra Intelijen, 4). Deputu Bidang pengolahan dan produksi, 5). Deputi bidang

teknologi) serta lima orang Staf Ahli 1). Staf Ahli Bidang Politik, 2). Staf Ahli

Bidang Ekonomi, 3). Staf Ahli Bidang Hukum, 4). Staf Ahli Bidang Sosial Budaya,

5). Staf Ahli Bidang Pertahanan dan Keamanan)56

2. Jenis Intelijen Negara

Intelijen dapat dibedakan menurut jenisnya, yaitu, pertama; intelijen militer,

tujuannya adalah mengumpulan dan pengolahan (processing), menyebarkan info

tentang dinas angkatan bersenjata negara musuh. Subjek sasarannya adalah militer

musuh yang potensial dan militer negara lain atau negara tetangga yang dapat

mempengaruhi keamanan negara kita dengan persiapan lapangan (field preparation)57

Kedua, intelijen politik, bertujuan mengumpulkan informasi berkenaan dengan

negara-negara asing dan kemungkinan pengaruhnya terhadap hubungan internasional.

Dalam hal ini negara pertama mempunyai kepantingan (interest) untuk memproses

informasi dan penyeberaannya (distribution) dengan subyek sasaran: pertama,

kebijakan dasar (basic policy) meliputi fakta-fakta tentang pendukung yang ada di

negara tersebut, bentuk masyarakat dan sejarah, tradisi dan watak nasional negara.

Kedua, bentuk pemerintahan (rezim) meliputi organisasi pemerintahan negara, pejabat

negara, studi organisasi dan birokrasi.

56 Lihat: Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 52/2005.

57 Persiapan lapangan (filed reparation) adalah studi tentang daerah daqn wilayah di mana oprasi-

oprasi militer terhadapa musuh dapat dilakukan atau dianggap penting bagi kekuatan militer kita unutk

mencapai suatu tujuan. Lihat; Jono Hatmodjo, Intelijen Sebagai Ilmu (intelligence as a Science.,h. 84.

Page 38: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

84

Ketiga, politik luar negeri, ruang lingkup sasarannya adalah yang melindungi

kepentingan nasional ditinjau dari sudut geografi, ekonomi, ideologi, serta metode-

metode dan tradisi diplomasi nasional, serta faktor-faktor di dalam negara yang

mempengaruhi perencanaan dan perumusan dan pelaksanaan polilik luar negeri,

seperti kelompok penekan (pressure group).

Ketiga, intelijen ekonomi. Tujuannya adalah: pertama, mencari informasi hingga

batas mana, dengan cara apa faktor potensi militer mempengaruhi politik luar negeri.

Kedua, menyingkap kerawanan ekonomi negara sasaran dan menganalisis kelemahan

yang dapat dimanfaatkan apabila terjadi perang lewat sabotase dan sebagainya.

Ketiga, mencari informasi apakah negara yang sedang dipelajari mempunyai

kemampuan untuk menyarang negara lain dengan kemampuan ekonominya. Keempat,

dalam masa perang, intelijen ekonomi harus dapat memperkirakan ketahanan ekonomi

menghadapi peperangan (pemboman, blokade, embargo dan sebagainya) terhadap

negara sasaran terutama potensi militernya

Keempat, intelijen geografi yang bertujuan untuk mengumpulkan dan memproses

informasi yang bekenaan dengan suatu wilayah negara sasaran, Informasi yang

didapat digunakan secara langsung untuk perencanaan militer, baik dalam tingakat

strategis, operasional maupun teknis. Subyeknya adalah: pertama, daerah aktuil atau

daerah berpotensi dari negara sasaran, yaitu melingkupi topogari, jalan-jalan dan

hubungan lalu-lintas baik darat, laut, mapun udara, bukit-bukit strategis, pusat

komunikasi, sumber air dan faktor-faktor topografi yang mempengaruhi setiap bentuk

perang. Kedua, sasaran-sasaran sabotase (pusat-pusat penduduk, instalasi industri,

pusat syaraf pemerintah, pusat ekonomi, watak-watak mental yang khusus pada

penduduk dari berbagai daerah dan sebagainya) seperti udara atau cuaca yang

mempengaruhi operasi militer.

Page 39: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

85

Kelima, intelijen teknologi dan ilmiah (scientific), dengan tugas sebagai

pengumpul, pemproses dan penyebaran informasi yang menyangkut subyek-subyek

ilmiah dan teknologi yang lambat laun akan menjadi bagian penting di masa

mendatang. Ruang lingkup utamanya adalah bidang elaktronik, computer sains,

bidang biologi, senjata perang konvensional, baik senjata perang biologi maupun

kimia, dan alat perlengkapan seperti wereles, cable, internet, teleprinter, photo

metric, infrared, remote control devices.

Keenam, intelijen biografi yang berfungsi sebagai pengumpul, pemproses

informasi dan penyebarannya (dissemination) yang berhubungan dengan pribadi

pemimpin pemerintah Negara asing yang dapat mempengaruhi keamanan dan politik

luar negari negara sasaran dengan subyek riwayat hidup, karakter, kesanggupan,

perwatakan dan pendidikan. Selain itu mengumpulkan informasi tentang visi politik

dan kepercayaan, kedudukan pribadi, titik kelemahan yang dimanfaatkan melalui

metode-metode klandestin58

dengan memanfaatkan sumber terbuka dan sumber

tertutup yang digunakan untuk mengetahui titik kelemahan.

D. Tugas dan Fungsi Intelijen Negara

Pada dasarnya semua tingkatan intelijen mempunyai tiga tugas dan fungsi yang sama

dan bersifat universal,59

yang itu meliputi penyelidikan inteligence),60

pengamanan

58 Klandestin adalah semua kegiatan atau tindakan rahasia deangan tujuan mengalahkan musuh tanpa

menyebabkan perang terbuka termasuk di dalamnya sabotase dan perang urat syaraf. Lihat; Jono

Hatmodjo, Intelijen Sebagai Ilmu, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 58. 59 Lihat Lampiran Skema Kerja Intelijen Sebagai Suatu Aktivitas dan Anatomi Intelijen Sebagai

Knowledge

60 Dalam penyelidikan Intelijen mengunakan rumusan standar W5+H (What, Who, When, Where, Why,

How). Jawaban-jawaban dari rumusan pertanyaan tersebut berupa indikator-indikator dan keterangan

(Baket) yang harus dicek dan ricek. Lihat; Jono Hatmodjo, Intelijen Sebagai Ilmu (Intelligence as a

Science)., h 15

Page 40: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

86

(security),61

dan penggalangan (prerconditing). Perbedaannya hanya terletak pada luas

dan skala kegiatan intelijen tersebut yang dipengaruhi oleh sasaran dan kegunaannya.62

Semua tugas dan fungsi di atas bertujuan untuk menggagalkan ancaman terhadap

kedaulatan negara, keselematan bangsa dan integritas wilayah negara melalui pengamatan

secara terus menerus dan bersifat sistematik terhadap potensi-potensi yang bisa

menimbulkan ancaman.63

Dalam melakukan aktivitasnya, intelijen menjalankan tugasnya secara kontinyu,

berlanjut dan berulang dimulai dari tahap perencanaan, pengumpulan keterangan,

pengolahan keterangan, penyampaian dan penggunaan untuk mendapatkan Intelijen yang

berkaitan dengan ancaman dan atau peluang ancaman.

Proses kinerja intelijen64

ini harus dipahami dan dikuasai oleh setiap aparat intelijen

untuk dapat menyediakan dan memberikan intelijen yang aktual kepada

komandan/pimpinan sebagai dasar pengambilan keputusan. Untuk itulah tugas intelijen

dimulai dengan perencanaan, pengumpulan keterangan, pengolahan, kemudian

penyampaian dan penggunaan yang ditindaklanjuti dengan evaluasi akhir.65

1. Perencanaan

61 Dalam fungsi Intelijen sebagai pengamanan (security) dikenal security pasif (negartif) dan security

aktif (Positif). Security pasif (negatif) berarti melindungi diri terhadap kegiatan Intelijen pihak lawan. Baik

dalam kegiatan operasi Intelijen terbuka maupun operasi Intelijen tertutup (klandestin) secara depensif.

Sekuritas pasif mempunyai unsure sebagai berikut: a) Concleament (menyembunyikan laporan sumber). b).

Klasifikasi (tingkat kerahasiaan laporan). c). Kepercayaan atas sumber. d). Komponen-komponen evaluasi.

e). Perubahan dalam penilaian kepercayaan dan f). Karakter baket (informasi). Adapun security Aktif

(positif) adalah sikap melindungi diri terhadap kegiatan Intelijen pihak lawan dengan melakukan oprsasi

Intelijen secara opensif (terbuka atau tertutup)

62 Jono Hatmodjo, Intelijen Sebagai Ilmu (Intelligence as a Science)., h. 3

63 Bijah Subijanto, Restorasi Intelijen: Memperkuat Sistem Korporat, Memperkokoh Sistem Nasional,

(Jakarta: Jatidiri, 2004), h. 4

64 Lihat Lampiran Lingkaran Intelijen (Intelijen Cycle)

65 Nurdin, Pengertian Intelijen, http://empiris-homepage.blogspot.com/2008/02/tekhnik-intelijen.html.

Artikel diakses pada 10 Agustus 2008.

Page 41: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

87

Perencanaan merupakan suatu kegiatan untuk merumuskan kebutuhan dari

keinginan pimpinan/komandan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas pokok di

lapangan, sehingga dapat dilaksanakan secara terarah dan sistematis. Tahap

perencanaan dilakukan oleh staf intelijen setelah menerima petunjuk/perintah dari

komandan/pimpinan atau tugas yang dicari sendiri. Tahap ini sangat menentukan

keberhasilan pelaksanaan tugas pokok.

2. Pengumpulan keterangan

Dalam proses pengumpulan keterangan, intelijen harus memperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

a. Kegiatan Intelijen

Adalah semua usaha, pekerjaan, kegiatan dan tindakan secara rutin dan

terus menerus yang dilaksanakan semua satuan didasarkan suatu tata kerja

yang tetap.

b. Operasi Intelijen

Adalah segala usaha, pekerjaan, kegiatan dan tindakan yang terencana

dan terarah untuk mendapatkan keterangan atau menciptakan/merubah

kondisi yang dikehendaki dan atau untuk melawan jaring intelijen lawan

untuk kepentingan pengamanan.

Untuk mendapatkan keterangan yang tepat guna dan tepat waktu maka diperlukan

taktik dan teknik dalam pengumpulan keterangan yang tepat yang disesuaikan dengan

keadaan sasaran dan akses terhadap sasaran. Taktik ini meliputi matbar, wawancara,

interogasi, penjejakan, penyusupan, pengintaian dan penyadapan.

Sumber keterangan bisa berasal dari satuan sendiri maupun di luar yang

berpedoman kepada nilai kepercayaan yang terdiri dari perorangan, organisasi,

naskah, barang dan kegiatan.

3. Pengolahan

Page 42: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

88

Kegiatan pengolahan adalah bahan keterangan yang telah diterima diolah melalui

proses pencatatan, penilaian dan penafsiran, sehingga bahan keterangan yang awalnya

masih merupakan bahan mentah ditransformasikan menjadi intelijen. Tahap akhir dari

proses ini adalah mengambil kesimpulan dari hipotesis-hipotesis yang dikembangkan.

4. Penyampaian dan Penggunaan

Penyampaian dan penggunaan merupakan tahap/langkah akhir dari roda

perputaran intelijen, yang telah disusun dalam bentuk produk intelijen untuk

disampaikan kepada pengguna. Agar dapat dipergunakan maka produk intelijen yang

telah disusun harus tepat waktu dan dapat menjawab tuntutan tugas.

5. Evaluasi Akhir

Evaluasi akhir adalah untuk mengetahui sejauh mana hambatan-hambatan yang

dialami dilapangan dari rangkaian proses intelijen tersebut.

Evaluasi berkaitan dengan penilaian atas proses berulang dimulai dari tahap

perencanaan, pengumpulan keterangan, pengolahan keterangan, penyampaian dan

penggunaan untuk mendapatkan intelijen yang berkaitan dengan ancaman dan atau

peluang ancaman.

E. Intelijen dalam Lembaga Negara

Selain Badan Intelijen Negara (BIN), Indonesia juga memiliki intelijen dalam

beberapa lembaga negara, antara lain:

1. Intelijen TNI

Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI adalah organisasi yang khusus menangani

intelijen kemiliteran dan berada di bawah komando markas besar Tentara Nasional

Indonesia.66

BAIS bertugas untuk menyuplai berbagai analisis inteljen dan strategis

66 Lihat Lampiran Struktur Organisasi Mabes TNI, TNI AD, TNI AU, TNI AL dan Departemen

Pertahanan RI (PER/01/M/VIII/2005)

Page 43: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

89

yang aktual maupun perkiraan ke depan-biasa diseut jangka pendek, jangka menengah

dan jangka panjang-kepada Panglima TNI dan Departemen Pertahanan.67

BAIS

berawal dari Pusat Psikologi Angkatan Darat (PsiAD) milik Markas Besar Angkatan

Darat (MBAD) untuk mengimbangi Biro Pusat Intelijen (BPI) di bawah pimpinan

Subandrio, yang banyak menyerap PKI.68

Di awal Orde Baru, Dephankam mendirikan Pusat Intelijen Strategis

(Pusintelstrat) dengan anggota-anggota PsiAD yang sebagian besar dilikuidasi ke

dalamnya.69

Pusintelstrat dipimpin oleh Ketua G-I Hankam Brigjen L.B. Moerdani.

Pada era ini, intelijen militer memiliki badan intelijen operasional yang

bernamaSatgas Intelijen Kopkamtib. Badan inilah yang di era Kopkamtib berperan

penuh sebagai Satuan Intelijen Operasional yang kewenangannya sangat superior.70

Pada tahun 1980, Pusintelstrat dan Satgas Intel Kopkamtib dilebur menjadi Badan

Intelijen ABRI (BIA). Jabatan Kepala BIA dipegang oleh Panglima ABRI.71

Sedangkan kegiatan operasional BIA dipimpin oleh Wakil Kepala dan pada tahun

1986 untuk menjawab tantangan, keadaan BIA diubah menjadi BAIS. Perubahan ini

berdampak pada restrukturisasi organisasi yang harus mampu mencakup dan

emnganalisis semua aspek strategis pertahanan keamanan dan pembangunan nasional.

Namun belum lagi restrukturisasi dilaksanakan, terjadi lagi perubahan, dimana BAIS

67 Nurhadi Purwosaputro, Pro Kontra Koter, Republika, 26 November 2005

68 Zaedan K, Menyimak Intelijen Republik Indonesia, Kompas, 3 OKtober 2000

69 Badan Intelijen Strategis, http://id.wikipedia.org/wiki/Badan _Intelijen_Strategis

70 Zaedan K, Menyimak Intelijen Republik Indonesia, Kompas, 3 OKtober 2000

71 BAIS dipimpin oleh seorang perwira tinggi berbintang dua. Mereka yang pernah menjadi Kepala

BAIS (KaBAIS) diantaranya adalah: 1) Brigadir Jendral TNI L.B. Moerdani, 2) Letnan Jendral TNI Tyasno

Sudarto, 3) Marsekal Madya TNI Ian Santoso, 4) Mayor Jendral Mar Muhammad Lutfie, 5) Mayor Jendral

TNI Syafnil Armen, SIP, SH, MSc. Lihat, TNI: Tanggapan untuk IMparsial, 21 November 2006.

Page 44: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

90

dikembalikan menjadi BIA, yang artinya secara formal lembaga ini hanyamelakukan

operasi intelijen militer.72

Jabatan Kepala BIA kemudian tidak lagi dirangkap oleh Panglima ABRI.

Perubahan kembali dari BAIS menjadi BIA, dapat dianggap sebagai bagian dari

kapanye de-Benisasi (menghilangkan pengaruh L.B. Moerdani). Kekuatan politik

dominan di era akhir tahun 1980-an berpendapat bahwa BAIS masih berada dalam

pengaruh L.B. Moerdani yang pada waktu telah pensiun. Isu berkembang subur,

karena sampai tahun 1987 L.B. Moerdani masih memiliki ruang di kompleks BAIS

(Tebet-Jakarta Selatan) dan sering tidur di sana.73

Pada tahun 1999, BIA kembali

menjadi BAIS TNI dan Markas Komandonya terletak di kawasan Tebet, Jakrta

Selatan. BAIS memiliki satuan militer yang disebut Satuan Induk Badan Intelijen

Strategis (BAIS) TNI yang bermarkas di Cilandek-Bogor-Jawa Barat.

Selain itu, aparat intelijen memiliki peranan yang sangat penting dan sangat

menentukan dalam menunjang keberhasilan tugas pokok komando. Fungsinya sebagai

mata dan telinga satuan, baik dalam pengamanan tubuh maupun dalam penggalangan

terbatas di lapangan merupakan acuan dasar bagi pengambilan keputusan pimpinan.

Karenanya keakuratan data dan informasi yang disajikan oleh aparat intelijen harus

dapat dipertanggungjawabkan. Untuk mendapatkan keakuratan data intelijen yang

dapat dipertanggungjawabkan seperti ini, tentunya harus di dukung oleh tingkat

analisis yang tajam.

Pemantapan tugas-tugas intel yang berkaitan dengan antisipasi kelompok-

kelompok radikal, baik kelompok radikal kanan, kelompok radikal kiri dan kelompok

radikal lainnya, juga diberikan pada anggota TNI sebagai pembekalan untuk

72 Zaedan K, Ibid. 73 Badan Intelijen Strategis, http://id.wikipedia.org/wiki/Badan _Intelijen_Strategis

Page 45: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

91

mengantisipasi adanya berbagai kelompok-kelompok radikal yang dinilai dapat

merbmbahayakan kedaulatan negara secara internal.

Untuk itu, dalam tubuh TNI, sangat diperlukan berbagai latihan yang sesuai

dengan perkembangan situasi yang aktual dan obyektif terhadap sasaran nyata.

Penyelenggaraan gladi pemantapan tugas satuan intel ini juga dilaksanakan secara

simultan oleh Denintel, tim Intelrem, unit tim Inteldim dan diaplikasikan dalam

pelaksanaan tugas guna terciptanya stabilitas keamanan yang diharapkan.

2. Intelijen POLRI

Setelah lebih dari tiga puluh tahun, intelijen Polri74

mengalami masa kegelapan,

momentum pemisahan Polri dari TNI menjadi titik pijak untuk menata kembali

lembaga intelijen keamanan tersebut. Harapan agar Badan Intelijen Keamanan

(Baintelkam) Polri memiliki tugas dan fungsinya layaknya Special Branch di Inggris

ataupun Pengawasan Aliran Masyarakat (PAM), yang menjadi cikal bakal intelijen

Polri masih kuat mengakar. PAM memiliki tugas pokok yang meluas dan melebar,

tidak fokus hanya pada intelijen kriminalitas, ataupun intelijen dengan keamanan

dengan ‘k’ kecil. Baintelkam Polri yang (sementara) diatur integral dalam Keputusan

Presiden (Perpres) No. 70 tahun 2002 tentang Organisasi Tata Kerja Kepolisian

Negara RI Pasal 21 memang masih membuka ruang bagi kemungkinan tugas pokok

yang meluas dan melebar. Akan tetapi, sejalan dengan penataan organisasi Polri agar

sinergis dengan prinsip dan nilai demokrasi serta HAM, maka Baintelkam Polri secara

bertahap menjadi intelijen yang membantu tugas pokok Polri sebagaimana yang diatur

dalam Pasal 2 dan Pasal 5 UU No. 2 Tahun 2002, Tentang Polri.75

74 Lihat Lampiran Struktur Organisasi POLRI 75 Muradi, Intelkam Polri dan Negara Demokratik, http://muradi.wordpress.com/ 2007/06/19/intelkam-

polri-dan-negara-demokratik/. Diakses pada tanggal 12 Februari 2009.

Page 46: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

92

Beradasarkan Perpres tersebut, maka tugas pokok dan fungsi satuan intelijen

keamanan adalah sebagai berikut:76

a) Tugas Pokok

Sebagai mata dan telinga kesatuan Polri yang berkewajiban:

1. Melaksanakan deteksi dini dan memberikan peringatan masalah dan

perkembangan masalah dan perubahan kehidupan sosial dalam masyarakat.

2. Mengidentifikasi ancaman, gangguannatau hambatan terhadap Kamtibmas

(Kemanan dan ketertiban masyarakat).

3. Melaksanakan pengamatan terhadap sasaran-sasaran tertentu dalam

masyarakat di bidang Ipoleksosbudhankam (Ideologi, Politik, Ekonomi,

Sosial, Budaya, Pertahanan dan Keamanan) bagi kepentingan yang

membahayakan masyarakat khususnya dalam kegiatan kontra intelijen

4. Menciptakan kondisi tertentu yang menguntungkan dalam masyarakat bagi

pelakasanaan tugas Polri.

Dalam melaksanakan tugasnya Sat Intelkam memiliki unit kerja sebagai berikut:

a. Unit Bidang Sosial Ekonomi

b. Unit Bidang Sosial Budaya

c. Unit Bidang Keamanan

d. Unit Bidang Politik

e. Unit Jihandak (Perijinan Senjata dan Bahan Peladak)

f. Unit Undercover

g. Unit POA (Pengawasan Orang asing)

b) Fungsi

76 Kompol Antonius Dwi .Hs.Sik,, Satuan Intelikam Keamanan, http://www.jaksel. metro. polri.

go.id/index.php? option=com.content&task=view&id=81&Itemid=89.Diakses pada tanggal 12 Februari

2009.

Page 47: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

93

Pengamanan dan penggalangan untuk keperluan pelaksanaan tugas dan fungsi

kepolisian, terutama penegakan hukum, pembinaan Kamtibmas, serta keperluan tugas

bantuan pertahanan dan kekuatan sosial.

Direktorat Intelijen dan Keamanan

1. Direktorat Intelkam Polda (Intelijen Keamanan-Polisi Daerah)77

adalah badan

pembantu dan pelaksanaan pada tingkat Mapola bertugas melaksanakan

pembinaan fungsi intelijen dan pengamanan Kepolisian (Intelpampol) dalam

lingkungan Polda serta menyelenggarakan dan melaksanakan fungsi tersebut, yang

bersifat regional/terpusat pada titik daerah, dalam rangka mendukung pelaksanaan

tugas operasuonal pada tingkat kewilayahan dalam lingkungan Polda.

2. Dit Intelkam bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi Intelijen dalam

bidang keamanan, termasuk persandian baik sebagai bagian dari kegiatan satuan-

satuan atas maupun sebagai bahan masukan penyusunan rencana kegiatan

operasional Polda dan peringatan dini bagi seluruh jajaran Polda serta memberikan

pelayanan administrasi & pengawasan senjata api/bahan peledak, orang asing dan

kegiatan sosial/politik masyarakat sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

3. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Dit Intelkam

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

a) Pembinaan fungsi intelijen dalam bidang keamanan, termasuk persandian

dan kegiatan-kegiatan lain yang menjadi tugas Dit Intelkam dalam

lingkungan Polda.

b) Penyelenggaraan kegiatan operasional intelijen keamanan guna

terselenggaranya deteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early

77 Organisasi Intelijen Keamanan POLRI di Tingkat POLDA.

Page 48: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

94

warning) termasuk melalui pemberdayaan seluruh personel dalam

mengemban fungsi intelijen

c) Pengumpulan, penyimpanan dan pemutakhiran biodata tokoh

formal/informal organisasi sosial/masyarakat/politik/pemerintah

d) Penyelenggaraan dokumentasi dan penganalisaan terhadap perkembangan

lingkungan strategik serta penyusunan produk intelijen baik untuk

kepentingan pimpinan maupun untuk mendukung kegiatan operasional

intelijen

e) Penyusunan perkiraan intelijen keamanan dan penyajian hasil analisis

setiap perkembangan yang perlu mendapat perhatian pimpinan

f) Pemberian pelayanan dalam bentuk surat izin/keterangan yang menyangkut

orang asing, senjata api dan bahan peledak dan kegiatan sosial / politik

masyarakat dan surat keterangan rekaman kejahatan (SKKRK/criminal

record) kepada masyarakat yang membutuhkan serta melakukan

pengawasan/pengamanan atas pelaksanaannya

4. Dit Intelkam dipimpin oleh Direktur Intelkam, disingkat Dir Intelkam, yang

bertanggung jawab kepada Kapolda dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari

dibawah kendali Wakapolda

5. Dir Intelkam dibantu oleh Wakil Dir Intelkam, disingkat Wadir Intelkam, yang

bertanggung jawab kepada Dir Intelkam.

Sub Bagian Perencanaan dan Administrasi Direktorat Intelejen dan Keamanan

Page 49: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

95

1. Subbagrenmin (Sub Bagian Perencanaan dan Administrasi) adalah unsur

pelaksana dan pelayanan staf pada Dit Intelkam yang berada dibawah Dir

Intelkam.

2. Subbagrenmin bertugas merumuskan/menyiapkan rencana/program kerja &

anggaran termasuk rencana dan administrasi operasional&pelatihan dan

menyelenggarakan pelayanan urusan administrasi, urusan ketatausahaan dan

urusan dalam dan pelayanan keuangan Dit Intelkam. Termasuk pembinaan

fungsi Intelkam dalam lingkungan Polda.

3. Subbagrenmin dipimpin oleh Kepala Subbagrenmin disingkat

Kasubbagrenmin yang bertanggung jawab kepada Dir Intelkam dan dalam

pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Wadir Intelkam.

Bagian Analisis Dit Intelkam

1. Bag Analisis adalah unsur pelaksana staf pada Dit Intelkam yang berada

dibawah Dir Intelkam.

2. Bag Analisis bertugas mengumpulkan data / informasi dari media masa /

sumber lainnya dan melakukan analisis terhadap setiap perkembangan keadaan

yang perlu mendapat perhatian pimpinan serta menyusun perkiraan intelijen

keamanan dan menyajian hasil analisis termasuk mendokumentasikan Produk

Intelijen dan Literatur yang dibutuhkan dalam pelaksanaan fungsi Intelkam.

3. Bag Analisis dipimpin oleh Kepala Bagian Analisis, disingkat Kabag Analisis

yang bertanggung jawab kepada Dir Intelkam dan dalam pelaksanaan tugas

sehari-hari dibawah kendali Wadir Intelkam.

4. Kabag Analisis dalam melaksanakan tugas keawajibannya dibantu oleh :

1) Kepala Sub Bagian Produksi disingkat Kasubbag Produksi

2) Kepala Sub Bagian Dokumentasi & Literatur disingkat Kasubbag

Satuan Operasional Dit Intelkam

Page 50: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

96

a. Sat Opsnal adalah unsur pelaksana pada Dit Intelkam yang berada dibawah Dir

Intelkam.

b. Sat Opsnal bertugas menyelenggarakan kegiatan operasional Intelijen

keamanan guna terselenggaranya deteksi dini (early detection) dan peringatan

dini (early warning) termasuk pengumpulan biodata tokoh formal/informal

organisasi sosial masyarakat/politik/pemerintah dan pengawasan/pengamanan

orang asing, senjata api dan bahan peledak dan kegiatan sosial/politik

masyarakat.

c. Sat Opsnal dipimpin oleh Kepala Sat Opsnal disingkat Kasat Opsnal yang

bertanggung jawab kepada Dir Intelkam dan dalam pelaksanaan tugas sehari-

hari berada dibawah kendali Wadir Intelkam.

d. Sat Opsnal terdiri dari sejumlah unit yang masing-masing dipimpin oleh

Kepala Unit disingkat Kanit.

e. Jumlah Sat Opsnal pada Dit Intelkam dan jumlah unit pada masing-masing Sat

Opsnal disesuaikan dengan tipe dari masing-masing Polda dan pembagian

tugasnya diatur lebih lanjut oleh Dir Intelkam sesuai arahan Kapolda.

Seksi Pelayanan Administrasi Dit Intelkam

a. Si Yanmin adalah unsur pelayanan administrasi pada Dit Intelkam yang berada

dibawah Dir Intelkam.

b. Si Yanmin bertugas memberikan pelayanan termasuk pengawasan

administrative dalam bentuk surat izin/keterangan yang menyangkut orang

asing, senjata api dan bahan peledak kegiatan sosial/politik masyarakat dan

surat keterangan rekaman kejahatan (SKRK/Kriminal record) bagi masyarakat

yang membutuhkan.

Page 51: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

97

c. Si Yanmin dipimpin oleh Kepala Si Yanmin, disingkat Kasi Yanmin yang

bertanggung jawab kepada Dir Intelkam dan dalam pelaksanaan tugas sehari-

hari dibawah kendali Wadir Intelkam.

3. Intelijen KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)78

Sejak terjadinya pemerasan saksi atas kasus korupsi PT Industri Sandang, satu

penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), AKP Suparman dipenjara.79

Belajar

dari kasus tersebut, lembaga antikorupsimemperkuat fungsi pengawasan internal

dengan menerapkan sistem untuk mendorong adanya wistle blowing internal.

Menurut Ketua KPK Antasari Azhar, ada beberapa orang yang ditunjuk dan dilatih

khusus untuk melakukan tugas pengawasan. Intel KPK juga dididik di tempat khusus

dan dilantik langsung oleh pimpinan dan praktis, para pegawai tidak akan tahu siapa

saja mereka.80

Awal mulanya mengapa harus ada intelijen dalam tubuh KPK adalah ketika tim

KPK turun ke daerah, pada saat yang sama ada tim palsu yang mengatasnamakan

anggota KPK juga. Karena itu, para pejabat harus berhati-hati. Jika ada pemerasan

yang mengatasnamakan KPK, sebaiknya pihak yang diperas melaporkan ke lembaga

antikorupsi tersebut. Bahkan Wakil Ketua KPK Bidang Pengawasan Chandra M.

Hamzah menyerukan siapa pun yang mengaku pegawai KPK dan meminta uang harus

ditangkap. Kemungkinannya ada dua, mungkin bukan orang KPK yang

78 Lihat Lampiran Struktur Organisasi KPK

79 Anonim, KPK Juga Sebar Intel Awasi Internal; Lima Pegawai Kena Sanksi Administrasi,

http://www.antikorupsi.org/mod.php?mod=publisher&op=pdf&artid=12741. Artikel diakses pada tanggal

12 Februari 2009.

80 Ibid.

Page 52: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

98

mengatasnamakan KPK. Mungkin pegawai KPK, itu juga salah. Tangkap saja,

tegasnya.81

Selain membentuk intelijen, KPK juga memiliki kewenangan untuk menyadap

sarana komunikasi termasuk telepon genggam (handphone) dan merekam

pembicaraan sesuai Undang-undang Nomor 30 tahun 2002 harus dimaknai dengan

teknologi canggih. Idealnya KPK dalam waktu dekat ini juga melengkapi lembaganya

dengan teknologi investigasi dan tenaga kompetensi semacam fraud auditor. Fraud

auditor KPK harus menguasai beberapa teknik investigasi, antara lain; teknik

penyamaran atau teknik penyadapan dan teknik wawancara. Dalam konteks ini

diperlukan perangkat lunak seperti Computer Assisted Audit Tools (CAAT) dan SDM

yang kredibel sehingga bisa bersinergi dengan vendor dan operator selular seperti

GSM, CDMA dan lain-lain.82

Begitu pula, alat pelindung atau anti penyadapan juga sudah banyak ragamnya

serta juga mudah didapat di pasar. Seperti halnya radio frequency detector yang dapat

melindungi seseorang dari tindak penyadapan dan rekaman kamera tersembunyi.

Benda seukuran gantungan kunci itu mudah dan praktis dioperasikan, serta memiliki

lampu indikator dan bunyi beep yang akan menyala bila ada frekuensi yang digunakan

oleh kamera penyadap, penyadap suara dan penyadap telepon yang sedang beraksi.

Proses penyadapan KPK semakin kompleks dengan sistem telepon yang bersifat

digital murni. Sebab semua koneksi akan dapat terpantau ID-nya (baik di pesawat

penelpon maupun penerima). Sehingga antar keduanya dapat saling mengetahui bila

percakapannya tidak aman. Bahkan ada pula yang sudah menggunakan telephone

81 Anonim, KPK Juga Sebar Intel Awasi Internal; Lima Pegawai Kena Sanksi Administrasi,

http://www.antikorupsi.org/mod.php?mod=publisher&op=pdf&artid=12741. Artikel diakses pada tanggal

12 Februari 2009.

82Anonim, Dikhawatirkan Terjadi Pengerdilan Institusi KPK

http://www.komisiyudisial.go.id/index.php?option=isi&task=view&id=1085&Itemid=. Artikel diakses pada

tanggal 12 Februari 2009.

Page 53: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

99

scrambling system yang memungkinkannya ID pesawat telepon tidak bisa dilacak dari

tempat lain karena seolah-olah berpindah terus atau bisa jadi menggunakan ID nomor

telepon lain yang tidak aktif.

Oleh karena itulah pada saat ini banyak orang beralih ke sistem global system for

Mobile-communication (GSM), code division multiple access (CDMA); personal

communication system (PCS) berteknologi digital yang jauh dikenal lebih aman dari

berbagai teknologi penyadapan. Tentunya laboratorium antikorupsi mampu

“menjebol” teknologi di atas. Karena secanggih apapun teknologi komunikasi yang

dibuat tentunya memiliki kekurangan.

4. Intelijen Kejaksaan

Pada dasarnya dalam lembaga kejaksaan, telah ada struktur intelijen kejaksaan.83

Namun jika diukur dengan konteks sekarang, keberadaan intelijen di dalam lembaga

tersebut sudah tidak sesuai lagi, dalam arti diperlukan pembenahan dan pembaharuan.

Apalagi kapasitas yang ada saat ini sudah tidak memadai lagi untuk mengantisipasi

berbagai jenis dan modus kejahatan tersebut. Seperti halnya jenis kejahatan dan

modus operandi yang kian canggih mengharuskan aparat intelijen segera

menyesuaikan kapasitas kelembagaan dan personal. Sebut saja terorisme, illegal

logging, money laundring dan cyber crime. Selama ini tampak bahwa kinerja satuan-

satuan intelijen belum dapat memberikan kontribusi yang optimal dalam mendukung

misi organisasi. Untuk itu, perlu disusun program strategis intelijen kejaksaan agar

sejalan dengan kebutuhan dan tantangan. Salah satu yang menjadi fokus perhatian

pembaharuan adalah restrukturisasi organisasi intelijen Kejaksaan.84

83 Lihat Lampiran Struktur Organisasi Kejaksaan Republik Indonesia 84 Anonim, Organisasi Intelijen Yustisial Kejaksaan Perlu Direstrukturisasi

http://www.hukumonline.com/detail.asp?id=13948&cl=Berita. Artikel diakses pada tanggal 12 Februari

2009.

Page 54: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

100

Selama ini kebaradaan intelijen dalam lembaga kejaksaan masih didasarkan pada

Keputusan Presiden Nomor 86 Tahun 1999. Ketentuan ini masih mengacu pada UU

Kejaksaan 1991. Padahal, yang berlaku sekarang adalah UU No. 16 Tahun 2004.

Sebenarnya, Kejaksaan pernah memiliki Pusat Operasi Intelijen (Pusopsin).

Advokat LMM Samosir pernah menduduki jabatan ini semasa masih bertugas di

Kejaksaan Agung. Tetapi kemudian dibubarkan karena ditengarai banyak

disalahgunakan. Aparat intelijen diduga berlindung di balik kewenangannya

menyelidiki tindak pidana korupsi untuk memeras. Akibanya, muncul kesan negatif

terhadap Pusopsin.

Munculnya kesan miring itu diakui juga oleh Muchtar Arifin (Jaksa Agung Muda

Bidang Intelijen (Jamintel)). Jaksa kelahiran Aceh, Mei 1949, ini berharap struktur

yang baru harus bisa mengantisipasi kelemahan dan penyimpangan yang muncul

sewaktu Pusopsin masih berdiri.

Namun ia belum bisa memastikan apakah model Pusopsin akan dihidupkan atau

mencari struktur yang lebih fleksibel. Masalah ini masih harus dikaji bersama tim

independen pembaharuan Kejaksaan.

Intelijen Kejaksaan merupakan bagian dari lembaga intelijen nasional. Di

Kejaksaan, intel yustisial antara lain melakukan penyelidikan awal terhadap dugaan

adanya tindak pidana korupsi. Jajaran intel pula yang akan menjadi clearing house

terhadap barang-barang cetakan atau ajaran yang dianggap membahayakan negara.

Masalahnya, terkait dengan barang cetakan seperti buku, aparat intelijen dihadapkan

pada semangat reformasi yang memunculkan banyak jenis buku. Buku “Aku Bangga

Jadi Anak PKI”, karangan dr Tjiptaning Proletariati atau sebuah buku karangan Imam

Samudera, terpidana terorisme, sempat masuk clearing house. Tetapi hasilnya hingga

kini tak jelas.

Page 55: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

101

BAB III

INTELIJEN NEGARA DALAM KETATANEGARAAN ISLAM

A. Sejarah Intelijen Dalam Islam (Pra Kenabian)

1. Pengertian Intelijen dalam Islam

Dalam literatur Islam, intelijen merupakan sinonim dari tajassus, yang berarti

mengorek-orek suatu berita.1

Secara bahasa, bila dikatakan jassa al-akhbar wa

tajassaha”, artinya adalah mengorek-orek suatu berita. Jika seseorang mengorek-

orek berita baik berita umum maupun rahasia, maka ia telah melakukan aktivitas

tajassus (spionase).2

Sedangkan orang yang melakukan perbuatan tajassus disebut

jassus.

Selain itu, kata tajassus (memata-matai) yang berasal dari kata ‘Jassa’ dapat

diartikan menyentuh dengan tangan. Yajussuhu-Jassan berarti menyentuh dengan

suatu sentuhan. Jassasy-Syakshu bi ainaihi, berarti seseorang yang menyelidiki

1 Suatu aktivitas dapat digolongkan sebagai perbuatan tajassus (spionase) jika didalamnya ada

unsur mencari-cari berita, baik berupa berita rahasia maupun berita umum, namun apabila suatu berita bisa didapatkan secara alami tanpa perlu mengorek-orek (tafahhahu) atau tanpa memerlukan aktivitas tajassus, misalnya hanya sekedar mengumpulkan, menyebarkan dan menganalisa suatu berita maka

tidak termasuk ke dalam kategori perbutan tajassus (spionase). Seperti redaktur koran atau wakil-wakil

kantor berita. Namun apabila profesinya digunakan sebagai media melakukan tajassus, maka orang

tersebut disebut jassus (mata-mata). Orang tersebut disebut mata-mata, bukan karena posisinya sebagai

redaktur koran yang mencari berita, akan tetapi karena aktivitas mata-mata yang dilakukan dengan

menyeru sebagai wartawan sudah masuk kategori aktivitas sponase (tajassus). Lihat: Fauzan al-Anshari,

Awas Operasi Intelijen, (Tangerang: Ar-Rahman Media, 2006), h. 203-204

2 Fauzan al-Anshari, Ibid., h. 202

57

Page 56: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

102

dengan panca inderanya agar suatu masalah menjadi jelas.3

Kata jassa juga berarti

menyentuh dengan tangan, mengandung pengertian meminta sambil menyentuh.

Sebagian besar kitab fiqh menyebutkan, makna al-jasus adalah mata yang pada

dasarnya adalah mata-mata (spionase). Definisi al- jassus atau spionase dalam

ensiklopedi Islam adalah selalu bergandengan dengan kalimat ain (mata).

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan, bahwa at-tajassus adalah mencari

dan memeriksa berita dan informasi rahasia yang dimiliki musuh dengan

menggunakan perangkat spionase.

2. Praktik Intelijen Pada Masa Pra-Kenabian

Dalam sejarah peradaban manusia, batu dan kelompok intelijen merupakan

senjata utama bagi manusia untuk mempertahankan kelompoknya dari serangan dan

gangguan kelompak lain. Seperti yang dilakukan Nabi Nuh As, melakukan suatu

bentuk modern dari suatu aktivitas intelijen dalam bentuk pengintaian dari udara

dengan mengirimkan burung Merpati untuk melihat apakah permukaan air telah

berkurang pada permukaan bumi, yang kemudian berkembang menjadi

penginderaan jarak jauh, menggunakan teknologi yang lebih canggih, yaitu satelit

pada zaman sekarang.4

3 Nurdin, Pengertian Intelijen, http://empiris-homepage.blogspot.com/2008/02/tekhnik-

intelijen.html. Artikel diakses pada 10 Agustus 2008.

4 Jono Hatmojo, Intelijen Sebagai Ilmu (Intelijen as a Scince), ( Jakarta: Balai pustaka, 2003), h. 273

Page 57: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

103

Selain itu Nabi Musa pun telah membuat perkembangan dan kemajuan dinas

rahasia di bawah pimpinan Oseha Bin Nun dalam perjalanannya ke tanah Harapan

dalam bentuk penyelidikan yang suci, untuk dapat mengecek adanya janji Tuhan5 .

Selain Nabi Nuh As dan Nabi Musa As, orang Mesir kuno juga telah

mengorganisir dinas-dinas intelijen berabad-abad sebelum Kristus, walaupun dalam

beberapa hal seperti counter intelijen dalam praktiknya masih sederhana dan kurang

sempurna. Hal ini pun tidak luput dari kritikan Sir Basil Thomson, dengan

ungkapan sebagai berikut, “kalau Pharau Memptah kala itu sudah mempunyai dinas

Intelijen yang efesien, maka pasti tidak perlu terjadi pengungsian keluar negeri.”6

B. Praktik Intelijen Pada Masa Nabi Muhammad Saw

Dalam diri dan kehidupan Nabi Muhammad Saw terdapat teladan yang sempurna

dalam setiap lini kehidupan yang menjadi tuntutan bagi umat manusia.7

Demikian hebat

perannya dalam berbagi aspek kehidupan tanpa terkecuali di bidang militer. Namun

sayangnya mayoritas manusia mengenal sosok Nabi hanya sebagai pemimpin spiritual.

Muhammad Saw adalah guru pertama ilmu militer dalam Islam yang membuat

rencana strategi perang, gerakan taktis dan operasi militer. Beliau menjalankan

5 Jend. Pol. (Pur) Drs. Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya, (Jakarta: PT. Cipta

Manunggal, 1999)., h. 66

6 Jend. Pol. (Pur) Drs. Kunarto, Ibid.

7 Afzalur Rahman, Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer, (Jakarta: Amzah, 2006), Cet. II, h. 1

Page 58: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

104

rencananya dan mencapai tujuannya dengan kecepatan dan keberhasilannya yang besar,

mengalahkan musuh dengan kecakapan, kearifan dan kecerdikan, dengan strategi

perang dan mengomandoi pasukannya untuk mematahkan taktik serangan musuh.

Semua gerakan strategis dan operasi taktisnya selalu didasarkan pada realitas dan

kebutuhan praktis serta informasi yang telah diolah oleh intelijen. Sehingga strategi

perang selalu berada di luar jangkauan pengertian musuh.

Dalam setiap peperangan, Nabi Saw selalu menjalankan aktivitas intelijen terlebih

dulu untuk mengetahui kekuatan dan strategi musuh. Dengan begitu, akan diperoleh

informasi tentang titik-titik kelemahan mereka, seperti yang dilakukannya ketika akan

menghadapi tentara kafir yang tiga kali lebih besar dari jumlah pasukan muslim di

lembah Badar.8

Peran Intelijen pun teruji saat perang Khandaq. Hal tersebut terbukti ketika kaum

kafir Quraisy sudah merencanakan penyerangan dengan sangat matang dengan pasukan

jauh lebih besar serta senjata lengkap.9

Namun Muhammmad Saw beserta tentara Islam

mampu bertahan dari serangan orang kafir Quraisy, atas dasar laporan-laporan intelijen

Islam yang berhasil menyusup ke jantung pertahanan lawan.

Ketika Muhammad Saw medapatkan informasi dari intelijen muslim bahwa pihak

musuh telah bergabung dengan satu tujuan menyerang kaum muslimin di Madinah,

8 Taqiyuddin an-Nabhani, Al-Daulah Al-Islamiyah, (Jakarta: HTI Press, 2002), cet. VII, h 86-87

9 Syaikh Mahmud Syakir, Ensiklopedi Peperangan Rasullalah Saw, (Jakarta: Pustaka Al-

Kausar, 2005), h. 396

Page 59: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

105

beliau bermusyawarah dengan para sahabatnya. Atas usulan dan pertimbangan dari

Salman al-Farisi, dikeluarkanlah kebijakan membangun parit yang mengelilingi kota

Madinah untuk melindungi kota Madinah serta menghancurkan mental pasukan kafir

Quraisy. Peristiwa tersebut dikenal dengan parang Khandaq (Parit)10

.

Menurut.H.G Walls tindakan di atas adalah tindakan yang paling sportif dalam

sejarah dunia, bagaimana tentara yang besar jumlahnya menyusut tanpa terjadi suatu

perkelahian dan akhirnya angkatan perang Makkah yang besar itu dapat dikalahkan

tanpa melepaskan satu anak panah pun.11

1) Jenis-jenis Intelijen Pada Masa Nabi Saw

Secara garis besar satuan intelijen pada masa Rasullah Saw, dapat di bagi

menjadi dua yaitu, pertama intelijen pengintaian (mata-mata) dan kedua intelijen

tempur.

10 Salman al-Farisi Abu Abdullah dikenal dengan Salman al-Khair, ia berasal dari Ram

Harmuz sebuah daerah di Persia. Dalam sebuah riwayat menyebukan bahwa agar kaum mauslimin menggali parit mengelilingi Madinah, juga bisa dimanfaatkan menghambat musuh yang akan melalukan penyerangan. Salman berkata “Kami di tanah Persia, jika kami takut dengan pasukan berkuda, maka kami akan menggali parit”. Atas dasar pertimbangan ini maka Nabi Saw mengambil kebijakan yang

tidak popular yaitu menggali parit dan hasilnya luar biasa. Intelijen kaum musyrik tidak dapat

mendeteksi strategi yang dirancang oleh Rasulullah. Sehingga perang Khandaq dimenangkan oleh kaum

muslimin. (Lihat: Syaikh Mahmud Syakir, Ensiklopedi Peperangan Rasullalah Saw, (Jakarta: Pustaka

Al-Kausar, 2005), h. 174

11 Jend. Pol. (Pur) Drs. Kunarto, Intelijen Pengertian dan Pemahamannya., h 65-67

Page 60: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

106

a) Intelijen Pengintaian

Intelijen pengintaian merupakan satuan kecil (terdiri dari 20 orang atau

kurang) yang ditunjuk khusus oleh Rasulullah untuk menemukan informasi

tentang pasukan musuh, perlengkapan senjata, gerakannnya dan rencananya.

Informasi tersebut diperlukan sebagai bahan yang akan dianalisa dan hasilnya

menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan bagaimana, di mana, dan kapan

harus melancarkan operasi militer terhadap musuh.12

Intelijen pengintaian pada masa Nabi Saw dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu :

_ Intelijen pengintai yang tidak dipersenjatai, yaitu intelijen yang hanya

mempunyai tugas mengumpulkan informasi tentang musuh, tidak terlibat

dalam pertempuran. Sehingga dalam operasinya dilaksanakan dengan

cepat dan sesegara mungkin tanpa terlibat dalam pertempuran.

_ Intelijen pengintai yang dipersenjatai, yang mempunyai tugas memantau

dan mengawasi gerakan musuh, memeriksa tindakan permusuhan, atau

mengawal daerah yang tak bertuan atau batas negara. Satuan intelijen

tersebut boleh terlibat dalam pertempuran.

b) Intelijen Tempur

Satuan intelijen tempur lebih besar bila dibandingkan dengan intelijen

pengintai, yaitu sekitar 15-30 Orang. Dinamakan intelijen tempur karena selain

12 Afzalur Rahman, Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer., h. 120

Page 61: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

107

mendapat tugas mengumpulkan informasi tentang musuh juga diperintahkan

untuk melakukan pertempuran dengan pasukan musuh demi tercapanya tujuan.

Tujuan intelijen tempur pada masa Rasulullah, selain menjalankan tugas

kontra intelijen dengan menjaga perbatasan negara terhadap penyusupan musuh,

juga menjalankan fungsi sabotase dengan menutup sumber logistik dan

persediaan musuh serta melibatkan musuh dalam pertempuran selagi musuh

belum dapat menyiapkan diri dengan baik untuk berperang.

Dua jenis sistem operasi intelijen membantu membentuk suatu sistem

komunikasi yang kuat, yang dapat memberi informasi pada Nabi Saw tentang

segala kejadian pada suku dan daerah perbatasan di sekitar Madinah. Selain

mengadakan pos pengintai, Nabi Saw secara rutin melatih intelijen Islam

dengan ilmu militer, isyarat rahasia dan pesan rahasia.13

.

c) Pengaturan Operasi Intelijen

Seiring menigkatnya tekanan dan sikap permusuhan kaum kafir Quraisy

tehadap kaum muslimin, sehingga Nabi dan sahabatnya mengharuskan

meninggalkan rumah, keluarga dan Ka`bah untuk hijrah ke Madinah. Namun

sampai Madinah pun kaum kafir Quraisy tidak membiarkan Muhammad dan

sahabatnya hidup dalam ketenangan.

Hal tersebut tercermin dari isi surat pembesar kafir Quaraisy yang dikirim

kepada Abbdullah bin Abayya, dimana isi surat tersebut menyatakan sikap

13 Afzalur Rahman, Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer., h. 125-126

Page 62: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

108

dengan diterimanya Muhammad dan rombongannya, berarti penduduk Madinah

telah memberikan perlindungan kepada penjahat. Abdullah bin Abayya

diperintahkan membunuh Muhammad dan sahabatnya atau mereka akan

menyerang Madinah dan membunuhnya bersama Muhammad.

Selain itu kaum kafir Quraisy pun gencar mengirim mata-mata untuk

mencuri informasi tentang keberadaan Muhammad dan sabahat serta masyarakat

Madinah. Selain mata-mata meraka juga banyak menugaskan kelompok-

kelompok kecil suku Qurasiy yang bergerak di sekeliling Madinah, bahkan

terkadang sangat dekat dengan Madinah.

Sikap permusuhan yang selalu ditunjukkan oleh kafir Qurasiy membuat

Muhammad Saw tidak merasa aman dan tenang, bahkan dalam keadaan

tidurpun para sahabat menyandang senjata yang siap digunakan apabila ada

serangan mendadak.

Dalam situasi yang serba sulit ini, Muhammad Saw, memulai menyusun dan

mendisiplinkan pengikutnya, dimulai dengan shalat lima waktu dan puasa yang

selanjutnya dididik menjadi mesin yang bergerak cepat dan mampu

menghadapi setiap keadaan dan medan. Selain itu para prajurit juga dilatih

dengan berbagai kemahiran militer dan untuk memenuhi perintah pimpinannya

dan bekerja di bawah satu komando.14

14 Afzalur Rahman, Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer., h. 121

Page 63: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

109

Menurut Afzalur Rahman, pada saat itu Madinah merupakan sebuah bentuk

Negara Islam yang kecil dan Muhammad Saw sebagai kepala negara pertama,

selain dikenal sebagai negarawan dan pemimpin agama, Muhammad Saw juga

terkenal sangat mahir di bidang militer terutama dalam merumuskan strategi

operasi militer. Hal tersebut banyak ditunjang oleh pengetahun Muhammad Saw

terhadap geografi Makkah dan Madinah.15

Untuk melindungi negara dan segenap rakyatnya dari musuh yang

senantiasa mengrongrong kedaulatan dan eksistensi Negara Madinah, maka

dikeluarkanlah kebijakan diantaranya menyusun sistem patroli untuk dapat

mengetahui posisi musuh, gerakan, rencana dan kekuatan senjata meraka.

Untuk itu, Rasulullah mengirim satuan patroli pengintaian dengan berbagai

kekuatan kurang lebih 15-30 personil. Sedangkan satuan patroli tempur

berkekuatan sekitar 50 sampai 500 personil. Patroli tempur ditugaskan di

daerah sekeliling Makkah dan Madinah, serta daerah strategis lainnnya, seperti

Saudi Arabia.

15 Sejak usia muda Muhammad Saw sudah mengenal dengan baik lembah dan bukit-bukit di

Madinah, karena lembah (celah-celah bukit) merupakan jalan utama Muhammad Saw dan rombongan ke

Syria dalam misi dagang. Dan wilayah Timur Madinah-pun dikenal dengan baik, yang telah dilihatnya pada waktu kunjungan ke Basrah. Dengan pengetahuan geografi Makkah dan Madinah yang baik, Muhammad Saw menyadari arti penting wilayah dan militer. Bahkan mauhammad Saw sendiripun

melakukan perjalanan dengan kafilah Quraisy melalui jalan yang berbukit dan sulit ini. Oleh karena itu

tidak menjadi hambatan baginya untuk melakukan sistem patrolinya sendiri. (Lihat: Afzalur Rahman,

Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer,. h. 124-125

Page 64: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

110

Operasi intelijen ini dikenal sebagai operasi Sarayah dan Ghazawat. Nah

ketika Muhamad sendiri menyertai setiap patroli, maka dinamakan Ghazwat dan

kalau dikepalai oleh orang lain dinamakan Sariyah.

d) Pengaturan Patroli Intelijen Sebelum Perang Badar.

Sebelum terjadi Perang Badar, Muhammad Saw mengirim empat kali patroli

Sariyah, dan empat kali mengirim patroli Ghazwat. Pasukan patroli Sariyah

pertama dikenal dengan Sariyah pinggir laut. Patroli ini terdiri dari 30 orang di

bawah komando Hamzah bin Abu Muthalib yang dikirim ke tepi pantai untuk

mengumpulkan informasi tentang gerakan suku Quraisy, di bawah komando

Abu Jahal. Kedua, Sariyah Rabey. Patroli ini beranggotakan 60 orang di bawah

komando Rabey, Ubaidah bin Harith, yang dikirim untuk memperhatikan kaum

Quraisy di bawah komando Ikrimah bin Abi Jahal di daerah sekitar Madinah.

Patroli ini menempuh route pergi mealui Hijaz sampai ke Saniah al-Murah.

Ketiga, Sariyah al-Kharrar. Patroli ini hanya diikuti kaum Muhajirin ynag

berjumlah 6 orang di bawah pimpinan Said bin Abi Waqqash dengan tujuan

yang sama. Patroli ini diawali dengan perputaran wilayah yang melewati Hijjaz

yang berputar ke al-Kharrar. Mereka melakukan perjalanan di malam hari dan

bersembunyi di siang hari. Keempat, Sariyah Nakhla. Patroli ini dilakukan pada

tahun ke-2 H, di bawah komando Abdullah bin Jahsh dengan membawa 12

prajurit serta sepucuk surat yang tidak boleh dibukanya selama dua hari dalam

Page 65: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

111

perjalanan. Setelah dua hari dalam perjalanan ia membuka surat itu dan

membacanya yang berisi perintah untuk mengumpulkan informasi dan larangan

untuk terlibat dalam pertempuran. Sebelum bergerak menuju lembah Badar,

Nabi terlebih dahulu mengirimkan dua mata-mata yang mendahuluinya untuk

mengetahui arah pergerakan kafir Quraisy.

Sedangkan pasukan Ghazawat sebelum parang badar adalah; Ghazawah Al-

Abwa atau Waddan, Gzawah Buwat, Ghazawah Zul Al-Ushairah, Gzawah

Safawan Badar Ula.

2) Patroli dari Badar sampai ke Uhud

Meski tentara Quraisy mengalami kekalahan yang sangat besar di lembah

Badar, namun tidak mematahkan semangat mareka untuk tetap memerangi Nabi

Muhammad dan pengikutnya. Bahkan kekalahan tersebut dijadikan sebagai

motivasi untuk dapat bangkit membangun kekuatan dan membalas kekalahan di

perang Badar.16

Karena Nabi mengetahui perkembangan tentara Quraisy, maka beliau tidak

sedikitpun menjadikan kemenangan di perang Badar mengundurkan kesiagaan

terhadap kemungkinan serangan mendadak ke wilayah Islam. Bahkan Nabi

meningkatkan kesiagaan dan terus mengirim patroli pengintai tempurnya untuk

16 Taqiyuddin an-Nabhani, Daulah Islamiyah, Penerjemah, Umar Faruq, dkk, (Jakarta: HTI

Pres, 2007), cet. II, h. 84

Page 66: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

112

mengawasi gerakan musuh dan menjaga perbatsan negara Islam dengan mengirim

dua kali patroli Sariyah, yaitu Sariyah Ghalib bin Abdullah Laisi dan sariyah al-

Qaradha serta empat kali patroli ghzawat, yaitu ghazawah al-Kudri, ghazawah al-

Sawiq, ghzawah Zul Amar melawan Ghafalan, ghazwah Burhan (al-Furu) melawan

bani Salim.

3) Patroli dari Uhud sampai ke Hudabiyah

Kekalahan kaum muslimin pada perang Uhud membawa kemunduran dan

banyak korban. Selain membawa kesulitan bagi negara Madinah juga memberikan

pukulan terhadap reputasi militer dan politiknya. Hal ini dapat dilihat dari

banyaknya suku di sekeliling Madinah yang dulu netral atau bersahabat dengan

kaum muslimin, berbalik memusuhi dan menjadi sekutu aktif kaum Quraisy.

Sedangkan lainnya menjadi mata-mata mereka dan menimbulkan ancaman yang

serius terhadap keamanan dan pertahanan pusat Negara Islam17

.

Dalam keadaan kritis ini, Rasulullah mencari jalan keluar dengan

mengintensifkan patroli dan ekspedisi, dengan tujuan mengetahui perkembangan

dalam kota Madinah dan sekitarnya. Selanjutnya Rasulullah membuat garis

pertahanan depan untuk menghadapi serangan mendadak dari luar atau

pengkhianantan dari dalam kota oleh suku Yahudi. Hal ini juga dilakukan untuk

17 Afzalur Rahman, Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer., h. 133

Page 67: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

113

menggertak penduduk sekeliling Madinah bahwa Negara Islam mampu sepenuhnya

untuk mempertahankan kedamaian dan ketertiban dalam wilayahnya serta

memulihkan kekuasaan dan kewibawaan yang hilang.18

Dari Uhud sampai Hudaibiah, paling tidak tercatat delapan kali Nabi mengirim

empat kali patroli sariyah dan empat kali patroli ghazwat. Patroli Sariyah pertama

adalah sariyah Qatan atau Abu Salamah al-Makhzumi. Kedua, sariyah Abdullah bin

Unais, ketiga sariyah al-Mundhir bin Amir, dan keempat sariyah Raji’. Sedangkan

ghazwat yang pertama adalah ghazwah Badar al-Maw`d atau al-Sughra, kedua

ghazwah Dal al-Riqa, ghazwah Daumat al-Jandal, ghazwah Bani Musthaliq atau al-

Muraisi.

4) Pengaturan Patroli Setelah Perang Ahzab

Perang Khandaq atau perang Ahzab,19

merupakan salah satu fase pemisah

dalam peperangan-peperangan yang dilakuan oleh kaum Muslimin, antara perang

dengan posisi yang bertahan (defensif) dengan posisi dimana kaum muslimin

mengambil posisi sebagai penyerang (ofensif).

18 Afzalur Rahman, Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer., h. 133.

19 Disebut dengan nama Ahzab, karena berkumpulnya musuh Islam dari berbagai kalangan, yaitu dari kalangan masarakat Quraisy dan masyarakat Yahudi yang akan menyerang kota Madinah.

Berkenaan dengan waktu terjadinya peristiwa tersebut, masih terjadi perbedaan pendapat. Menurut Ibnu

Khaldun terjadi pada bulan Syawal, tahun ke-5 H, menurut riwayat Ibnu Umar dan ulama lain

mengatakan peristiwa tersebut terjadi pada tahun ke-6, setelah Hijriah; 55 bulan setelah Nabi Hijrah.

(Lihat: Syaikh Mahmud Syakir, Ensiklopedi Peperangan Rasullalah Saw., h. 169

Page 68: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

114

Tumpulnya penyerangan pasukan koalisi mengakibatkan tidak tertembusnya

benteng pertahanan kaum muslimin. Seiring dengan mundurnya pasukan koalisi,

maka menandai berakhirnya kaum musyrikin Quraisy melakukan penyerangan

terhadap daerah kaum muslimin serta sebagai titik dimulainya kaum muslimin

melakukan peperangan dengan cara menyerang pihak lawan.20

Sekarang yang dihadapi kaum muslimin bukan lagi gangguan keamanan,

melainkan perluasan kekuasaan di daerah-daerah. Oleh karena itu, maka perlu

membentuk dinas rahasia yang tetap untuk memperoleh segala macam informasi

tentang kegiatan berbagai suku yang telah ditundukkan, tetapi masih bermusuhan

dengan pemerintah Islam pusat dan mengirim pasukan ekspedisi ke daerah

sekeliling untuk menjaga perdamaian dan ketertiban.

Oleh karena itu, Nabi masih mempertahankan kebijakan patrolinya untuk

mencapai tujuan kedua ini, dimana beliau lima belas kali mengirim pasukan patroli

sariyah.21

Selain itu, Nabi juga dua kali mengirim pasukan patroli ghazawat22

20 Syaikh Mahmud Syakir, Ensiklopedi Peperangan Rasullalah Saw., h. 176

21 Sariyah al-Qurata, Sariyah Ukhkashah bin Mihsan al-Asadi, Sariyah Dul Qassah, Sariyah bani Thalabah atau Abu Ubaidah al-Jarrah, Sariyah Zaid bin Harithah, Sariyah al-Jamum melawan Bani

Sulaim, Sariyah Zaid bin Harits melawan al-Taraf, sariyah zaid bin Haritsah melawan Hismah, Sariyah

Wadi al-Qura, Sariyah Umm Qirfah di Wadi al-Qura, Sariyah Abdullah bin Atiq melawan Abu Rafi,

Sariyah Abdullah bin Ruwahah melawan Usair Ibn Razim, Sariyah al-Uraniyins, Sariyah Amir bin Umayyah, Sariyah Fadak.

22 Ghazawah Bani Lihyan (6 H), dengan tujuan menghukum penduduk Raji yang telah

membunuh 10 pendakwah muslim. Dan Ghazwah al-Ghabah dengan tujuan mengejar Uyinah bin Hist

yang telah merampas unta Muhammad dan membunuh putra Abu Dzarr

Page 69: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

115

5) Pakta Pertahanan Hudaibiyah

Pada bulan Zulkaidah tahun ke-6 H, Rasulullah beserta 1400

rombongan menuju Madinah dengan tujuan melakukan umrah. Selain mengenakan

baju ihram, Nabi dan sahabat juga membawa binatang qurban, sebagai tanda

bahwa mereka datang untuk mengunjungi Ka’bah.

Namun pihak Quraisy yang mendengar kedatangan Rasulullah, sepakat untuk

menghalang-halangi kaum muslimin memasuki Ka`bah. Dengan adanya penolakan

dari pihak Quraisy, maka masing-masing kelompok mengirimkan utusannya dan

menghasilkan enam butir kesepakatan.23

Setelah pengesahan persetujuan damai, Muhammad Saw dan para sahabatnya

membawa binatang ternak dan menyembelihnya serta mencukur rambut. Walapaun

beberapa syarat perjanjian perdamaian kelihatannya sangat merugikan kaum

muslimin dan banyak para sahabat yang tidak senang bahkan marah atas syarat

yang merendahkan Rasulullah, tetapi Rasulullah sangat puas dengan tercapainya

perjanjian tersebut untuk mengurangi terbunuhnya kedua belah pihak dan

memberikan waktu kepada orang Quraisy untuk berfikir.

23 Isi perjanjian Hudabiah: 1) tidak ada perang selama 10 tahun. 2) Nabi Muhammmad akan kembali tahun ini dengan sahabatnya, akan datang tahun berikutnya untuk mengunjungi Ka`bah, beliau

akan tinggal selama tiga hari dengan pedang yang disarungkan. 3) tidak akan ada pencurian dan perilaku yang kurang pantas. 4) siapa pun yang ingin membuat pakta dengan Nabi Muhammad dengan membuat suatu perjanjian dengannya dapat melakukannya. 5) siapa pun yang datang pada Muhammmad tanpa izin

pengawasannya akan kembalikan dan siapa pun diantara sahabat Muhammad yang datang pada pihak

Quraisy tidak akan di kembalikan. 6) kafilah dagang Quraisy yang sering melewati Madinah tidak akan

digangggu. Lihat: Afzalur Rahman, Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer., h. 147-148.

Page 70: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

116

Perjanjian Hudaibiyah praktis mengakhiri permusuhan antara orang kafir

Quraisy dengan orang Muslim. Walaupun demikian Muhammmad Saw tetap tidak

mengurangi kewaspadaannnya terhadap kegiatan, baik terbuka maupun yang

tersembunyi, aktual maupun potensial dari pihak musuh. Oleh karena itu,

Muhammmad Saw sepenuhnya menyadari sikap musuhnya, dan tidak lalai untuk

melanjutkan sistem patrolinya.

C. Perkembangan Intelijen Pasca Nabi Muhammad Saw

Dalam sejarah paradaban manusia, tercatat banyak sekali pejabat negara dalam

menjalankan tugas kenegaraannya meninggal karena dibunuh oleh lawan politiknya,

pemberontak maupun masyarakat yang kurang puas dengan kebijakan-kebijakan

politiknya. Nabi Muhammmad sendiri pun dalam permulaan dakwahnya (periode

Makkah).24

Selama kurang lebih 13 tahun tidak luput dari berbagai intimidasi, ancaman

teror dan berbagai rencana pembunuhan yang bertubi-tubi oleh orang-orang kafir

Quraisy, seperti yang dilakukan Suraqah dan Umar sebelum masuk agama Islam25

.

Setelah meninggalnya Nabi Muhammad Saw, kepemimpinan umat Islam

diamanahkan kepada Abu Bakar (632-634 M). Dalam waktu kepemimpinannya yang

24 Debby M Nasution, “Kedudukan Militer Dalam Islam Dan Perananya Pada Masa Rassulullah Saw”, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2003), cet, II, h. 63

25 Heri Sucipto, Ensiklopedi tokoh Islam: dari Abu Bakr hinggga Nasr dan Qordhawi, (Jakarta:

Hikmah, 2003)., h. 40

Page 71: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

117

relatif singkat, ia banyak disibukkan dalam perang Riddah26

. Dengan berbekal

informasi yang telah dikumpulkan oleh Intelijen, Khalifah Abu Bakar dapat

memadamkan pemberontakan dengan kearifan dan pengampunan, sehingga dapat

menyatukan kembali suku-suku di Arabia.27

Setelah wafatnya Khalifah Abu Bakar, Umar bin khatab didaulat sebagai Khalifah

ke dua umat Islam (634-644). Di bawah kepemimpinan Umar bin Khatab, bidang

militer mengalami kemajuan yang signifikan. Dengan komandonya, pasukan Islam

melakukan perluasan wilayah, sampai ke Irak, Syria dan Mesir. Selain itu pasukan

Islam pun mampu mengalahkan pasukan Persia dalam perang Qadisiyyah (637 M),

Perang Yarmuk (369) di Palestina Utara, serta menaklukkan seluruh Syria, Palestina,

dan Mesir pada tahun 641.28

Dibalik kesuksesan Umar bin Khatab mengorganisir militer, terutama di peperangan

menghadapi musuh Islam, namun khalifah Umar bin Khatab gagal memfungsikan dinas

Intelijen untuk mengatisipasi segala kemungkinan yang terjadi di dalam negeri. Hal ini

terbukti ketika Umar bin Khattab meninggal ditikam oleh Abu Lu`lu`ah, seorang

26 Perang Riddah adalah perang melawan kemurtadan dan pemberontakan yang dilakukan oleh

sebagian besar suku Badui yang tergabung oleh konfederasi Islam. Ini murni bersifat politik dan ekonomis. Setelah wafanya Nabi Saw (632 M), perjanjian mereka hanya berlaku dengan Nabi

Muhammad Saw dan tidak dengan penerusnya. Sebagai pembenaran dari pemberontakan itu, para

pemimpin pemberontak sering mengaku sebagai Nabi dan mengarang wahyu. (Lihat: Karen Armstrong,

Sejarah Islam Singkat, (Yogyakarta: el-Banin Media, 2008), h. 36

27 Karen Armstrong, Ibid., h. 36

28 Ibid.., h. 38-39

Page 72: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

118

Majusi, budak Mughirah Ibn Syu’bah, ketika sedang menunaikan shalat Subuh di

Masjid pada tahun 13 H.29

Hal ini juga terjadi pada Khalifah Usman Bin Affan, ketika

para Intelijen gagal mengantisipasi al-Ghafiri dan Sudan bin Hamran dalam

perencanaan pembunuhan terhadap Khalifah Usman.30

Berikutnya, pada zaman tabi’in (pengikut). Dari sekian banyak variasi bentuk

intelijen dan militer peninggalan peradaban Islam, adalah munculnya fenomena tentara

bayaran sebagai penopang utama sebuah pemerintahan, seperti yang terjadi pada zaman

Kekhalifahan Fatimiyah di Mesir.31

Masa pemerintahan dinasti ini berlangsung hampir dua abad lamanya, antara tahun

909 M hingga 1171 M. Nama Fatimiyah yang mereka pakai adalah sebagai ‘klaim’

bahwa penguasa dinasti ini adalah keturunan Nabi Muhammad Saw dari Fatimah.

Mereka terpaksa memakai tentara bayaran ini sebagai intelijen dan militer, agar

dapat memusatkan pemerintahannya di Mesir yang merupakan penganut Syiah

Ismailiyah. Sebab saat itu pengikut Syiah adalah kelompok minoritas, karena

mayoritas penduduk Mesir menganut Islam suni.

Tentara bayaran oleh Kekhalifahan Fatimiyah ini juga dipakai sebagai jalan keluar

untuk melanggengkan kekuasaan karena warga Mesir yang memang tidak suka

29 M. Yusuf al-Kandahlawy, Kehidupan Para Sahabat Rasullah Saw, (Surabaya: PT Bina Ilmu,

1993), jilid II, h. 27

30 Harapandi dan Mansur, Pendidikan Politik: Arkeologi Genesis Sistem Politik dan Administrasi Pemerintahan Islam Masa Khulafah Al Rasidun , (Jakarta: Pustaka Irfani, 2005), h. 53

31 Ruswandi, Ilmu Militer Dalam Peradaban Islam, Harian Republika; Selasa, 08 April 2008

Page 73: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

119

kepadanya. Selain itu, juga dipakai sebagai alat untuk membasmi berbagai

pemberontakan. Adapun tentara bayaran ini adalah resimen kulit hitam atau Zawila

yang direkrut dengan cara membeli dari pasar budak yang pada saat itu banyak

bermunculan di Afrika, terutama di pusatnya yang berada di dekat Danau Chad.32

Puncak prestasi dari legiun bayaran yang berfungsi sebagai intelijen dalam militer

dinasti Fathimiyah ini adalah ketika mereka berhasil menguasai pusat Dinasti

Abbbasiyah, di kota Baghdad pada tahun 1058 M. Salah satu hasil rampasan perang

yang sempat didapatkan sebagai tanda takluk dari penguasa Baghdad saat itu adalah

sebuah jubah peninggalan Nabi Muhammad Saw.33

Berikutnya ada tahun 1300 M, Kekhalifahan Utsmani kian memperluas

kekuasaannya ke seantero jagad. Eropa pun berhasil ditaklukkan kerajaan yang awalnya

berpusat di barat laut Anatolia itu. Kesuksesan Utsmani menguasai wilayah ini ditopang

teknologi militer modern dan tercanggih di zamannya.

Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II, Kerajaan Utsmani bahkan sudah

mulai mengembangkan senjata meriam. Teknologi meriam yang dikembangkan pada

era kejayaan Utsmani tersebut terbilang paling mutakhir. Pengembangan teknologi

32 Ketika menaklukan Mesir, seorang Khalifah Fatimiyah, memerintahkan Jauhar Jauhar al-

Shaqaly membangun kota baru, yang diberi nama Kairo. Bahkan mantan budak yang juga intelijen ini

mendirikan sebuah perguruan tinggi Islam terbesar di dunia, yaitu Al-Azhar di Kairo. Perguruan ini pada

berawal dari sebuah masjid yang bernama Al-Azhar yang dibangun pertamakali pada tanggal 24 Jumadil

Ula tahun 359 H atau pada bulan April, 970 M. Kegiatan pembangunan ini baru selesai enam tahun kemudian atau tepatnya pada 365 H / 976 M. (Lihat Ruswandi, Ilmu Militer Dalam Peradaban Islam,

Harian Republika; Selasa, 08 April 2008).

33 Ruswandi, Ibid.

Page 74: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

120

senjata ini dilakukan menyusul terjadinya Perang Salib I. Saat itu umat Islam terutama

Turki berperang melawan pasukan tentara Salib (crusader).34

Keberhasilan Turki dalam menguasai hampir sebagian dunia dan menancapkan

kekuasaannya di Eropa tidak lain berkat bantuan sederet desainer dan insinyur yang

mumpuni di bidang teknologi persenjataan. Beberapa ahli meriam yang termasyhur

yang bergabung dalam tim artileri itu antara lain, Saruca Usta dan Muslihiddni Usta.

Bahkan tak sedikit pula non-Muslim bergabung dalam kelompok artileri. Artinya secara

tidak langsung, orang-orang inilah yang menjadi jasus (mata-mata) khusus dalam

bidang militer saat itu. Tentu dengan bergabungnya orang-orang miskin yang tak puas

dengan kebijakan Byzantium ini sangat menguntungkan pihak Turki Utsmani karena

dengan mudah menyusupkan mereka pada pihak lawan, terutama Eropa untuk

menaklukkan Konstantinopel,-ibu kota Byzantium. Dengan demikian pasukan tentara

Utsmani mengepung dan menjebol benteng pertahanan musuh.

Pada era Khalifah Mamluk bidang militer itu berkembang pesat. Sedangkan, pada

zaman Salahudin, kemajuan bidang militer juga mengalami perkembangan pesat. Mulai

dari keberhasilan menaklukkan Yerusalem35

dengan penggunaan panah, mesin-mesin

perang saat itu, seperti mangonel (pelempar batu), alat pendobrak, menara-menara

pengintai, penempatan pasukan di medan perang, dan cara membuat baju besi. Adanya

menara pengintai di sini menunjukkan, intelijen pada saat itu telah digunakan untuk

34 Heri Ruslan, Teknologi Militer Khilafah Ustmani, Harian Republika; Rabu, 12 Maret 2008

35 Ruswandi, Ilmu Militer Dalam Peradaban Islam, Harian Republika; Selasa, 08 April 2008

Page 75: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

121

melihat sejauh mana aktivitas dan kelemahan lawan. Selain berperan sebagai pengintai,

intelijen pada saat itu juga memiliki kemampuan taktik perang, organisasi militer, tata

cara pengepungan, dan formasi tempur.

Adapun pada masa Sultan Saljuk: Malikiyah juga telah membentuk jasus mata-

mata, kurir dengan komposisi etnik dalam pasukan. Selain itu, mereka juga diajarkan

kemampuan militeristik perang, seperti taktik menangani sandera, persiapan senjata,

dan peralatan untuk berperang.

Berikutnya adalah masa perkembangan intelijen dalam negara Islam pasca

runtuhnya Turki Utsmani pada 24 Oktober 1924. Berakhirnya kekuasaan Utsmani,

membawa dampak yang luar biasa dalam sejarah dunia Islam. Karena banyak dari

berbagai negara yang tergabung dalam kekhalifahan, akhirnya keluar dan memilih

menjadi nation state (Negara bangsa).

Begitu juga dengan berbagai Negara di Timur Tengah. Berdasarkan alasan-alasan

politik dan suku bangsa Timur Tengah mencakup Negara-negara Afrika, seperti Libya,

kefanatikan agama dan rasial menjadi salah satu penyebab revolusi yang saling susul

menyusul. Begitu juga yang terjadi di Iran, Irak, Al-Geria, Kuwait, Maroko, Tunisia

dan negara-negara lain juga melaksanakan metode yang sama dan untuk alasan yang

sama, walapun dalam skala yang lebih kecil.36

36 Syaelendra, Mengungkap Polisi Rahasia Sedunia, (Jakarta: Progress, 2004), h. 162-163

Page 76: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

122

Pada Perang Dunia II meletuslah dua elemen kekuatan yang sama-sama

berselingkuh dengan Reza Pahlavi: Inggris dan Jerman. Reza Pahlavi kebingungan

menentukan pilihan. Para ahli strategi menyarankannya agar bersikap netral dan Inggris

punmarah. Dibantu Rusia, pasukan Inggris menginvasi Iran pada 1941 dan mencopot

paksa mahkota Reza Pahlevi. Selanjutnya Inggris mengangkat Muhammad Reza

Pahlevi untuk melanjutkan kekuasaan sang bapak. Muhammad Reza Pahlavi

menunjukkan ketaatan yang lebih tulus.37

Saat Muhammad Reza Syah berbangga karena Iran dijuluki sebagai The Bridge of

Victory oleh Pasukan Sekutu, Khomeini mempublikasikan hasil-hasil kuliahnya tentang

pelbagai isu polemis berjudul Kasyf al-Asrar (Kunci Pembuka Rahasia). Dalam buku

ini, dia membidik Barat, terutama Inggris dan AS, sebagai penyebab penderitaan Iran

secara khusus dan dunia Muslim secara umum. Dia juga menceritakan kelahiran Israel

dan bahaya jangka panjangnya bagi keamanan Timur Tengah.

Awal 1950, sejumlah intelektual nasionalis menuntut hengkangnya pasukan asing

dari tanah Iran. Di hadapan Parlemen (yang sejak Era Qajar diberi nama Majlis), Dr.

Mohammad Mossadeq, mengajukan mosi tidak percaya terhadap kekuasaan

Muhammad Reza Pahlavi.

Tahun 1951, Badan Intelijen Inggris menggamit Amerika Serikat, dan meyakinkan

Presiden Eisenhower bahwa Mossadeq beraliansi dengan Partai Komunis Tudeh di Iran.

37 Ayatullah al-Uzhma Sayyid Ali Huseini Khamenei, Pemimpin Revolusi Islam Iran, http://www.al-shia.org/html/id/olama/index.php?n=2. Artikel diakses pada tanggal 15 Januari 2009.

Page 77: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

123

Eisenhower menyetujui operasi intelijen di bawah CIA untuk menggulingkan Mossadeq

dan memulihkan kekuasaan Muhammad Reza Syah Pahlavi yang pro-Barat.

Operasi Intelijen ini bertumpu pada mobilisasi sebanyak mungkin demonstran anti-

Mossadeq. Ibukota Tehran rusuh. Penjarahan terjadi di mana-mana. Ribuan pemuda pro

dan anti-Mossadeq mati di jalanan. AS dan Inggris menyogok militer untuk berpihak

pada Syah. Pasukan pro-Syah menyerbu dan membombardir kediaman Sang Perdana

Menteri. Mossadeq menyerah pada 19 Agustus 1953.

Mohammad Reza Pahlavi kembali berkuasa dengan jiwa yang lebih otokratis dan

membabi buta dalam melaksanakan sekularisasi yang diikuti dengan personalisasi

negara. Di bawah bendera Sazman-I Ittila’at va Amniyat-i Kesyvar (Badan Intelijen dan

Keamanan Negara, yang belakangan lebih tenar dengan nama singkatannya, SAVAK),

Syah mengikis habis semua suara sumbang tentang dirinya. Di setiap sudut Iran, ada

telinga dan mata SAVAK yang siap memperhatikan, melaporkan dan menindak si

tertuduh tanpa pengadilan dalam bentuk apapun.

AS gencar menekan rezim Shah Pahlevi untuk memberlakukan perubahan di semua

bidang sesuai kemauan Washington. Imam Khomeini menangkap sinyal bahaya besar

di balik perombakan gaya AS ini. Langkah-langkah rezim Pahlevi hanya akan

membuka jalan bagi AS dan Israel untuk menguasai Iran. Imam Khomeini gencar

mengingatkan semua pihak untuk menyadari bahaya dari langkah-langkah Shah. Rezim

melakukan pembalasan atas gerakan Imam dengan sebuah tindakan yang brutal.

Page 78: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

124

Tentara dan dinas keamanan (SAVAK) tanggal 22 Maret tahun 1963, bertepatan

dengan peringatan Shahadah Imam Ja’far Shadiq (as), dikerahkan untuk

menyerang madrasah Feiziyah di Qom, tempat Imam Khomeini mengajar. Banyak

pelajar agama yang gugur Shahid dalam peristiwa itu.

Sejak saat itu, bagi Khomeini, rezim yang berkuasa telah melangkah terlalu jauh

dari pakem yang selama ini berkalu bagi raja-raja Iran. Khomeini dan murid-muridnya

tak bisa lagi membiarkan sikap keterlaluan ini.

Khomeini juga menyebutkan adanya konspirasi besar untuk mengubur semangat

Islam, persis sebagaimana yang dihadapi Imam Husein di hari Asyura. Syah telah

bekerjasama dengan kekuatan AS dan Israel untuk memberangus semua jejak Islam.

Dia mengancam Syah agar tidak bermain-main dengan kemuliaan Islam. Dia

membongkar pesan SAVAK yang umum diketahui telah dilatih oleh agen-agen

MOSSAD dan CIA supaya para mullah tidak bebicara tentang tiga hal: Syah, Israel dan

bahaya terhadap Islam

Inilah babak baru perlawanan Khomeini yang dikenal dengan Gerakan 15 Khordad.

Ceramah panjang Khomeini yang berisi bahan-bahan baru seputar konspirasi

internasional yang belum pernah didengar khalayak sebelumnya ini telah mengalir ke

segenap urat hadirin. Ribuan salinan rekaman ceramah ini disebar ke semua penjuru

Iran pada malam itu juga.

Page 79: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

125

Keesokan harinya, Syah meminta kepala SAVAK, Mayjen Hasan Pakravan, untuk

mengambil tindakan tegas dan keras. SAVAK akhirnya menjebloskan Khomeini di

penjara Qasr selama 19 hari. Tapi dia bukan sendirian. Ayatullah Hasan Thabathaba`i

Qomi dan Muhammad Taqi Falsafi, orator ulung asal Tehran, juga digiring ke rumah

tahanan.

Dengan menahan Khomeini, rezim Syah sebenarnya meresmikan dirinya sebagai

pemimpin oposisi dari kalangan agamawan. Pagi hari tanggal 11 Februari 1979, dengan

kaburnya Bakhtiar ke luar negeri, kekuasaan Shah Pahlevi berakhir. Sebagai gantinya

berdiri pemerintahan baru dengan sistem Republik Islam.

Sejak kemenangan revolusi Islam hingga 2 Juni 1989 (hari wafat Imam Khomeini)

terjadi banyak peristiwa penting di Iran yang menunjukkan betapa Amerika Serikat

(AS) memusuhi pemerintahan Islam ini. Kelompok pemberontak sayap kanan atau kiri

di Iran yang berusaha menumbangkan pemerintahan Islam didukung secara penuh, baik

secara politik maupun finansial, oleh Barat dan Timur.

Berbagai makar dan tipu daya dalam skala besar dilakukan oleh adidaya Barat dan

Timur untuk menggulung pemerintahan Islam di Iran. Namun di bawah kepemimpinan

Imam Khomeini, semua tipu daya itu dapat digagalkan dan pemerintahan Islam di Iran

tetap berdiri kokoh hingga sekarang.

Sampai saat ini SAVAK masih difungsikan oleh rezim pemerintahan Ahmadinejad

sebagai contra spionase dan berfungsi sebagai pengamanan (security) yang dikenal

Page 80: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

security pasif (negatif) dan security aktif (Positif). Security pasif (negatif) berarti

melindungi diri terhadap kegiatan Intelijen pihak lawan. Baik dalam kegiatan operasi

Intelijen terbuka maupun operasi Intelijen tertutup (klandestin) secara depensif.

Sekuritas pasif mempunyai unsur sebagai berikut:38

a) Concleament (menyembunyikan

laporan sumber). b). Klasifikasi (tingkat kerahasiaan laporan). c). Kepercayaan atas

sumber. d). Komponen-komponen evaluasi. e). Perubahan dalam penilaian kepercayaan

dan f). Karakter baket (informasi). Adapun security aktif (positif) adalah sikap

melindungi diri terhadap kegiatan Intelijen pihak lawan dengan melakukan operasi

intelijen secara opensif (terbuka atau tertutup).

38 Jono Hatmodjo, Intelijen Sebagai Ilmu (Intelligence as a Science), (Jakarta: Balai Pustaka,

2003), h. 3

Page 81: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

120

BAB IV

INTELIJEN NEGARA DALAM KETATANEGARAAN INDONESIA

DAN KETATANEGARAAN ISLAM

A. Hukum Aktivitas Intelijen (Tajassus)

Menurut Syekh Taqiyuddin an-Nabhani, aktivitas Intelijen dalam hukum Islam bisa

haram, jaiz, dan wajib, ditinjau dari siapa yang menjadi target dari aktivitas Intelijen.85

Menurutnya aktivitas tajassus yang ditujukan kepada kaum muslimin adalah haram.

Pendapat tersebut didasarkan kepada Firman Allah Swt QS. Al-Hujuraat (49):12

��������� � ������ ��������� ������������ �� !�"⌧$ %&�'�

()&�*+�� ,-./ �0123 ()&�*+�� 4565./ � 78�� ���9:::�;�� 78�� <�6�

>�?*412@3 �A4123 B C<��D�E 5*F�H�E I�E 7J*FK�� %>LL+ �MNO%�E

�P�6N� �H�☺�R1)S!L?LK B ���*/T���� ���� B TI./ ���� 4V�W�L YZ�MW[ (\]^

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang (tajassus) dan janganlah

menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya

yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”. (QS. Al-Hujurat [49]: 12)”

Sebagian mufassirin, seperti Abu Raja’ dan al-Hasan, membacanya dengan

“tahassasuu” (dengan ha’ bukan dengan jim). Al-Akhfash menyatakan, bahwa makna

keduanya (tajassasuu dan tahassasuu) tidaklah berbeda jauh. Sebab, tahassasuu

bermakna al-bahtsu ‘ammaa yaktumu ‘anka (membahas/meneliti apa-apa yang

tersembunyi bagi kamu). Ada pula yang mengartikan, bahwa tahassasuu, adalah apa yang

bisa dijangkau oleh sebagian indera manusia. Sedangkan tajassasuu adalah memata-matai

sesuatu. Ada pula yang menyatakan, kalau tajassasuu itu adalah aktivitas mata-mata yang

85 Taqiyyuddin al-Nabhani, al-Syakhshiyyah al-Islaamiyyah, juz II, ed.III, (Beirut: Dar al-Ummah,

1994), h. 212

Page 82: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

121

dilakukan oleh orang lain, atau dengan utusan, sedangkan tahassasuu, aktivitas mata-mata

yang dilakukan oleh dirinya sendiri.

Sedangkan Imam Qurthubi, mengartikan firman Allah, di atas dengan, “Ambillah hal-

hal yang nampak, dan janganlah kalian membuka aurat kaum muslimin. Yakni, janganlah

seorang diantara kalian meneliti aurat saudaranya, sehingga ia mengetahui auratnya,

setelah Allah SWT menutupnya (auratnya)”. Pendapat Imam Qurthubi juga di kuatkan

dengan hadist Nabi Saw: “Janganlah kalian saling memata-matai, janganlah kalian saling

menyelidik, janganlah kalian saling berlebih-lebihan, janganlah kalian saling berbuat

kerusakan”. (HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah).86

��, �� ا��� ا���� ����ا ا� ور����: ذآ�� ��� ���ل���ا , %��"�ا آ$��ا �� ا�#� "� �! �#وذا�' ان إذ آ�ن �� , ا�#� آ�8: و�( ���ل) إ50��4ا آ$��ا �� ا�#�: (��ؤ� ثو��ل 0/, .-ن ا�#�ن ,�� �+*, "�( ��أ

�����ل إذ �!�!5� �A ا�! ���ن وا�! ���ت "?ن=>�( : (.��ل, "4; ا�:��أن �#� "�9( اذن �8! ����� أن �#� ) و����ا ه�ا إ.' �4��, خ�� !8� �?�وإن �( , "�9( "4; ا�:�� وان ������.?ذن ا� 0/ ث

�8 ������Dن�ا �E )��. �8�� � .

“Allah berfirman: Hai orang-orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya, janganlah kalian buruk

sangka terhadap orang-orang mukmin, begitu juga sebaliknya, karena sesungguhnya buruk sangka tidak

dapat dibenarkan. Allah berfirman: (Menajuhlah kalian dari prasangka yang buruk), dan tidak berfirman: Semua prasangka itu buruk, maka artinya orang mukmin diizinkan untuk berprasangka

buruk (memata-matai) kepada sebagian mereka dengan tujuan yang baik. Kemudian Allah berfirman:

Jika kalian mendengar ada prasangka buruk terhadap orang mukmin baik laki-laki maupun perempuan

yang baik, maka itu adalah kebohongan yang nyata. Maka Allah mengizinkan kepada orang mukmin

berburuk sangka kepada sebagian orang mukmin atas sebagian yang lain atas tujuan kebaikan dan

Allah berfirman: jika apa yang dikatakannya tidak meyakinkan”.

Sama halnya dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud:

��� ����ش, "� E!�و ا�+9���ح�ثE �" /�E�!إ� ��4��, ث�� ض!9( "� زرIE, ثE �" L��M �E , �E��8 ا� �E ا���4 , ��ام "� �� "D�ب وا"� أ�I!8آ$�� "� ��ة وE!�و "� ا��Oد وا�!40�� "� ن=�� و8�� و�8( ��لE :" �T5"إذا ا ���Oإن ا I4��س أ.>ا��� ). داوودروا� ا"�" (�ه(.� ا�

“Abu Umamah telah menceritakan kepadaku,, dari Sa’id bin Amr al-Hadlramy, diceritakan dari Isma’il

bin ‘Iyasy, diceritakan dari Dham-dham bin Zar’ah dari Syarih bin ‘Ubaid, dari Jabir bin Nufair, dari

Katsir bin Marrah dan Amr bin Aswad dan Miqdam bin Ma’d kerabat dari Abi Umamah, dari Nabi Saw

yang telah bersabda: Sungguh, seorang amir (pemimpin) akan mendurhakai rakyatnya, bila ia memburu

kecurigaan pada mereka.” [HR. Abu Dawud].87

86 Abi Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabary, Jami’ al-Bayan an Ta’wili Ay al-Qur’an, Juz 26,

(Beirut: Dar al-Fikr, tt), h. 134 87 Abi Dawud Sulaiman bin Asy’at al-Sajistani al-Azdari, Sunan Abi Dawud, Jilid 4, (Kairo: Dar al-

Hadits, tt), h. 274.

Page 83: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

122

Islam juga sangat mencela seseorang yang suka ikut campur urusan orang lain yang

tidak ada sangkut pautnya dengan dia, seperti Rasulullah Saw: “Diantara hal yang

menyempurnakan keislaman seseorang adalah ia meninggalkan masalah-masalah yang tak

memiliki sangkut paut dengan dirinya.” (HR.Tirmidzi). Dalam hadits Ibnu ‘Abbas ra

meriwayatkan dari Rasulullah Saw: “Orang yang menyadap pembicaraan orang lain dan

mendengarkan apa yang mereka tidak akan suka bila tahu ia telah mendengarnya maka

kedua telinganya akan dituangi dengan cairan kuningan nanti pada hari Kiamat.” (HR.

Thabarani).

Hadits-hadits di atas menunjukkan, betapa aktivitas-aktivitas Intelijen seperti

mengintip, menyadap pembicaraan orang lain dan mengorek-ngorek berita, menguping

pembicaraa orang lain, sangat tegas di larang oleh Islam. Padahal, aktivitas-aktivitas ini

merupakan bagian terpenting dari aktivitas spionase. Oleh karena itu, menurut

Taqiyyuddin an-Nabhani aktivitas memata-matai seorang muslim hukumnya adalah

haram secara mutlak.88

Bahkan lebih jauh, ia juga mengungkapkan bahwa Islam menolak

bukti yang diperoleh dengan jalan spionase. Tidak seperti tradisi hukum Barat yang biasa

menggunakan detektif atau mata-mata untuk mencari-cari bukti kriminal dengan jalan

menyadap telepon dengan berbagai metode spionase yang menyimpang (electronic

surveillance).

Aktivitas memata-matai di atas adalah aktivitas yang dilakukan oleh individu

terhadap individu yang lain maupun terhadap sekelompok masyarakat, dan sama sekali

bukan merupakan aktivitas memata-matai yang dilakukan oleh intelijen negara.

Pada sisi lain, ada sebagian orang berpendapat bahwa spionase yang dilakukan oleh

badan-badan intelijen negara adalah boleh. Sebab, spionase yang dilakukan oleh Negara

akan membawa kemaslahatan bagi Negara. Namun ada juga yang berpendapat bahwa

88

Taqiyyuddin al-Nabhani, al-Syakhshiyyah al-Islaamiyyah, juz II, ed.III, (Beirut: Dar al-Ummah,

1994), h. 212

Page 84: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

123

aktivitas semacam ini tidak disandarkan kepada dalil syara’. Mereka hanya bertumpu

kepada maslahat untuk membangun pendapatnya; misalnya spionase untuk memonitoring

aktivitas rakyat yang berpotensi melakukan makar terhadap negara, menggali keadaan

rakyatnya lebih dalam lagi, dan lain-lain. Namun perlu diingat, bahwa maslahat tidak

berarti sama sekali untuk membangun hukum syara’. Seorang muslim diwajibkan untuk

hanya ber-tahkim (berhukum) dengan apa-apa yang diturunkan oleh Allah Swt, bukan

ber-tahkim dengan maslahat yang bersifat temporal dan berubah-ubah.89

Dalam tradisi hukum Islam, bukti yang didapat dari jalan spionase tidak boleh

dijadikan bukti di sidang pengadilan. Dalilnya adalah riwayat dari al-A’masy bin Zaid, ia

menceritakan bahwa al-Walid bin ‘Uqbah dihadapkan kepada Ibnu Mas’ud dan dituduh

ketahuan terdapat tetesan khamr di jenggotnya. Ibnu Mas’ud berkata:

�I4ح�ث�� أ"�M �"ا �" �D", ��: ا� ا"� �>�د .��/: ��ل, �E ز�� "� وه�E , W اV!EO, أ"� ��و�Iح�ث��5 خ!�ا+� �X��� �E: .��ل �4E ا�, ه�ا .Yن �?خ� "� , ا�Z<[5ان �� ن� \�M ��روا� (و��D إن �#�� �

).ا"�ا دوود

“Abu Bakar telah menceritakan kepadaku dari Abi Syaibah, telah menceritakan kepadaku Abu

Mu’awiyah dari A’masu, dari Zaid bin Wahhab berkata: Datanglah Ibnu Mas’ud dan berkata: Ini Fulan

Jenggotnya telah basah oleh arak, maka berkatalah Abdullah: Kita dilarang memata-matai, tetapi bila

terdapat bukti yang tampak, kita akan menggunakannya.”90

Adapun terhadap kafir dzimmiy yang menjadi warga negara di Daulah Khilafah, maka

kedudukan mereka setara dengan kaum muslimin. Sehingga seorang muslim dilarang

memata-matai mereka.91

Adapun memata-matai kafir harbiy (kafir yang harus diperangi),

baik kafir harbiy haqiqiy, maupun hukman, hukumnya adalah jaiz (boleh) bagi seorang

muslim, atau sekelompok kaum muslimin. Namun wajib bagi negara (Daulah Khilafah),

baik kafir harbiy yang berada di dalam Daulah Khilafah Islamiyyah, maupun yang berada

di negaranya sendiri.

89 Fauzan al-Anshari, Awas Operasi Intelijen, (Jakarta: Arrahmah Media, 2006), h 206.

90 .Abu Dawud bin Sulaiman al-Sajistani al-Azdari, Sunan Abu Dawud, Jilid 4, (Kairo: Dar El-Hadits,

tt), h 274; lihat pula, Abu Ameenah Bilal Philips, Tafseer Soorah Al Hujurat; Menolak Tafsir Bid’ah

(Elyasa’ Bahalwan (pentj)), (Surabaya: Andalus Press, 1990), h.151

91 Taqiyyuddin al-Nabhani, al-Syakhshiyyah al-Islaamiyyah., h. 212

Page 85: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

124

Dalil yang menunjukkan adanya larangan di atas adalah riwayat yang disebut dalam

Sirah Ibnu Hisyam, bahwa Nabi Saw pernah mengutus ‘Abdullah bin Jahsiy bersama 8

orang dari kalangan Muhajirin. Kemudian Rasulullah Saw memberikan sebuah surat

kepada ‘Abdullah bin Jahsiy, dan beliau saw menyuruhnya agar tidak melihat isinya. Ia

boleh membuka surat itu setelah berjalan kira-kira 2 hari lamanya. Selanjutnya mereka

bergegas pergi. Setelah menempuh perjalanan selama dua hari, barulah ‘Abdullah bin

Jahsiy membuka surat, dan membaca isinya, dimana isi surat tersebut adalah, “Jika

engkau telah melihat suratku ini, berjalanlah terus hingga sampai kebun korma antara

Mekah dan Tha’if, maka intailah orang-orang Quraisy, dan kabarkanlah kepada kami

berita tentang mereka (orang Quraisy).”

Dalam surat tersebut, Rasulullah Saw memerintah ‘Abdullah bin Jahsiy untuk

memata-matai orang Quraisy, dan mengabarkan berita tentang mereka kepada Rasul.

Akan tetapi, beliau Saw memberikan pilihan kepada para shahabat lainnya untuk

mengikuti ‘Abdullah bin Jahsiy, atau tidak. Rasulullah Saw juga mengharuskan ‘Abdullah

bin Jahsiy untuk terus berjalan hingga sampai ke kebun kurma antara Mekah dan Tha’if,

dan memata-matai orang Quraisy. Riwayat ini menyatakan bahwa Rasulullah Saw, telah

meminta shahabat untuk melakukan aktivitas spionase, yakni wajib bagi ‘Abdullah bin

Jahsiy. Namun shahabat yang lain diberi dua pilihan, ikut bersama ‘Abdullah bin Jahsiy

atau tidak. Dengan demikian, tuntutan untuk melakukan spionase bagi amir jama’ah,

yakni ‘Abdullah bin Jahsiy (dinisbahkan kepada negara) adalah pasti, sehingga hukumnya

wajib, sedangkan bagi kaum muslimin tuntutan tidak pasti, sehingga hukumnya jaiz

(boleh). Hadits ini menunjukkan kepada kita, bahwa hukum memata-matai kafir harbiy

adalah wajib bagi negara, sedangkan bagi kaum muslimin adalah jaiz.

Begitu juga dengan surat al-Hujuraat [49]: 12, dengan jelas dan tegas menunjukkan

keharaman melakukan aktivitas tajassus (spionase). Sebab dalam ayat tersebut

disebutkan, “wa laa tajassasuu” (dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain

Page 86: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

125

(tajassus)). Ayat ini berlaku umum untuk semua tajassus, kecuali ada dalil syara’ yang

mengkhususkan. Sedangkan maslahat tidak bernilai sama sekali untuk men-takhshish

(mengkhususkan) atau apapun namanya terhadap keumuman ayat ini. Walhasil, pendapat

yang menyatakan bahwa aktivitas spionase yang dilakukan oleh negara terhadap

rakyatnya dibolehkan dengan alasan maslahat, merupakan pendapat yang bathil dan telah

terbukti kelemahannya. Oleh karena itu, aktivitas spionase yang dilakukan oleh negara

kepada rakyatnya, adalah perbuatan yang diharamkan oleh syara secara mutlak.

Sedangkan bolehnya seorang muslim, atau kafir dzimmiy, memata-matai kafir harbiy

hakiki, maupun kafir harbiy hukman, merupakan pengkhususan dari keumuman

pengertian surat al-Hujuraat [49] ayat 12 tersebut. Sebab ada dalil yang menunjukkannya,

yakni sunnah Rasul.

Adapun dalam hukum ketatanegara Indonesia, kewenangan melakukan aktivitas

Intelijen adalah lembaga-lembaga Intelijen Negara, seperti halnya Badan Intelijen (BIN).

Namun di Indonesia tidak hanya terdapat BIN (Badan Intelijen Negara). Karena selain itu

ada badan-badan intelijen yang di kendalikan Tentara Nasional Indoneisa (TNI), Polisi

Republik Indonesia (POLRI). Jaksa Agung Komisi Pemberantasan Korupsi dan lembaga

sipil laninya. Sedangkan masyarakat umum atau sipil tidak dibenarkan melakukan

aktivitas intelijen baik terhadap negara republik Indonesia baik dengan tujuan unutuk diri

sendiri organisasi atau negara lain.

Adapun agen intelijen dihadapan hukum sama halnya dengan masyarakat sipil.

Artinya, dalam hal ini berlaku asas, seluruh warga Negara memiliki persamaan di hadapan

hukum (equality before the law). Dalam menajalaskan tugasnya, intelijen juga dilindungi

oleh undang-undang selagi aktivitasnya maih dalam kewenangan dan batas-batas yang

ditentukan oleh undang-undang, seperti dalam pasal 50 KUHP: barangsiapa melakukan

perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang, tidak dipidana. Artinya,

walaupun memenuhi rumusan tindak pidana, seseorang yang melakukan perbuatan untuk

Page 87: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

126

melaksanakan ketentuan undang-undang dianggap tidak melawan hukum dan oleh karena

itu tidak dipidana. Selain itu, jika intelijen melakukan aktivitasnya karena menjalankan

perintah jabatan yang diberikan oleh penguasa yang berwenang, juga tidak dianggap

melanggar hukum. Hal ini berdasarkan pasal 51 KUHP: barangsiapa melakukan

perbuatan yang diberikan oleh penguasa yang berwenang, tidak dipidana. Keluasan

dalam undang-undang ini adalah seseorang dapat melaksanakan undang-undang oleh

dirinya sendiri, akan tetapi juga dapat menyuruh orang lain untuk melaksanakannya. Jika

ia melaksanakan perintah tersebut maka ia tidak melakukan perbuatan melawan hukum.

Dalam hukum Islam, Intelijen yang sedang melakukan tugas juga dilindungi dengan

hukum jinayah. Artinya, hukuman terhadap intelijen dihapuskan karena melaksanakan

kewajiban bagi pihak yang berwajib (Kepala Negara), untuk menjamin keamanan dan

keselamatan Negara.92

Pembelaan hukum dalam hal ini sebagai alasan pembenaran

(mahkum fih) karena berdasarkan kepentingan umum, amar ma’ruf nahi munkar,

berdasarkan al-Qur’an al-Maidah [5] ayat 2 dan hadits Rasulullah Saw:

�ون�ا و�� وا�c5��ى ا�8E _�4� و�ون�ا �8E )�وان ا�-ث��ا وا�c ا���ب M��� ا�c8� إنc ا�c8� وا

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong

dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat

siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah (5): 2)

�X5��. ا�D�� )D������ رأ �" ��T�8. ���" ���T� ع ان ,eX5<� '� 84>�ن� .-ن. eX5<� )� ن-.

). داووداروا� ا"�(.�48�4 وذا�' اضg ا�f!�ن

“Barang siapa di antara kamu melihat kemungkaran, kemudian ia dapat mengubahnya dengan tanganya,

maka ia hendaklah mengubah dengan tangan. Kalau tidak dapat dengan tangan, maka hendaklah

dengan lisannya. Kalau tidak dapat maka dengan hatinya, dan ini adalah iman yang selemah-

lemahnya.”93

Berdasarkan al-Qur’an dan hadits di atas, maka hukum melakukan aktivitas intelijen

Negara dalam Islam mendapatkn jaminan dan legal. Mengapa demikian? Amar ma’ruf

92 Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), h. 164

93 Abi Dawud Sulaiman bin Asy’at al-Sajistani al-Azdari, Sunan Abi Dawud., h. 479

Page 88: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

127

nahi munkar adalah suatu kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan. Pembelaan ini

sekaligus memberikan teladan kepada masyarakat agar berdiri atas dasar hukum dan tidak

melanggarnya. Jika agen intelijen melakukan ativitas melebihi dari kewenangannya, maka

tidak ada jaminan hukum lagi. Dapat juga dijatuhkan sanksi hukum.

B. Sanksi Atas Tindakan Intelijen (Tajassus)

Apabila tajassus dilakukan kafir harbiy baik hakiki, maupun hukuman, maka

sanksinya adalah bunuh, bila diketahui bahwa ia adalah mata-mata, atau telah terbukti

bahwa ia adalah mata-mata. Ketentuan ini didasarkan pada sebuah riwayat yang

dikemukakan oleh Imam Bukhari dari Salamah bin al-Akwa’, bahwa “Seorang mata-mata

dari orang-orang musyrik mendatangi Rasulullah Saw, sedangkan orang itu sedang safar.

Lalu, orang itu duduk bersama dengan para shahabat Nabi Saw, dan ia berbincang-

bincang dengan para shahabat. Kemudian orang itu pergi. Nabi Saw berkata, “Cari dan

bunuhlah dia!” Lalu, aku (Salamah bin al-Akwa’) berhasil mendapatkannya lebih dahulu

dari para shahabat yang laih, dan aku membunuhnya.”94

Imam Muslim juga meriwayatkan dengan pengertian senada namun dengan lafadz

berbeda. Sedangkan dalam riwayat Abu Na’iim dalam al-Mustakhraj, dari jalan Yahya al-

Hamaniy, dari Abu al-‘Umais, “Ketahuilah, bahwa dia adalah mata-mata”. Hadits ini

menunjukkan dengan jelas, bahwa Rasulullah Saw telah menetapkan, bahwa ia adalah

mata-mata, kemudian beliau Saw berkata, “Cari, dan bunuhlah dia.” Ini menunjukkan,

bahwa thalab (permintaan) dari Rasul adalah thalab yang pasti, sehingga sanksi bagi kafir

harbiy yang mematai-matai kaum muslimin, adalah dibunuh tanpa perlu komentar.

94 Fauzan al-Anshari, Awas Operasi Intelijen, (Jakarta: Arrahmah Media, 2006), h 210.

Page 89: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

128

Ketentuan ini berlaku umum untuk semua kafir harbiy, baik kafir mu’ahid, musta’min,

atau bukan mu’ahid dan musta’min.95

Bila tajassus dilakukan oleh kafir dzimmiy, maka sanksi yang dijatuhkan kepadanya

perlu dilihat. Jika pada saat ia menjadi kafir dzimmiy disyaratkan untuk tidak menjadi

mata-mata, dan bila ia melakukan spionase dibunuh, maka sanksi bila kafir dzimmiy tadi

melakukan tindak tajassus, maka hukumnya dibunuh sesuai dengan syarat tadi. Namun

bila saat ia menjadi kafir dzimmiy tidak disyaratkan apa-apa, maka Khalifah boleh

menetapkan sanksi bunuh terhadapnya, atau tidak, bila ia melakukan tajassus.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bahwa Nabi Saw telah memerintahkan untuk

membunuh seorang kafir dzimmiy, yakni mata-matanya Abu Sofyan (Furat bin Hayyan),

kemudian sekelompok orang Anshor mendatangi Furat bin Hayyan, lalu dia (Furat bin

Hayyan) berkata, “Saya muslim!”. Kemudian para shahabat berkata, “Dia telah

bersumpah menjadi seorang muslim.” Kemudian Rasulullah Saw bersabda:

“Sesungguhnya ada seseorang dari kalian yang menolak keimanan mereka, dan sebagian

dari mereka itu adalah Furat bin Hayyan.” Hadits ini menunjukkan dengan jelas, bahwa

Rasulullah Saw memerintahkan para sahabat untuk membunuh kafir dzimmiy yang

melakukan tindak spionase (tajassus). Namun demikian, hal ini hanya berhukum jaiz

(boleh) bagi imam, tidak wajib seperti sanksi terhadap kafir harbiy bila menjadi mata-

mata. Dalil yang menyatakan bahwa sanksi bunuh terhadap kafir dzimmiy jaiz (boleh) dan

tidak wajib, adalah hadits di atas tidak memiliki qarinah (indikasi) yang bersifat jaazim

(pasti).

Walhasil, hadits di atas thalab-nya menjadi tidak pasti (ghairu jaazim). Ada qarinah

yang menunjukkan bahwa thalab pada hadits itu tidak pasti (ghairu jaazim) yakni, nash

hadits di atas menunjukkan bahwa Rasulullah Saw tidak langsung membunuh Furat bin

Hayyan, sekedar mengetahui bahwa ia adalah mata-mata, padahal kafir harbiy yang

95 Fauzan al-Anshari, Awas Operasi Intelijen, h 211-212.

Page 90: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

129

disebutkan dalam hadits Salamah bin al-Akwa’, Rasulullah Saw langsung memerintah

untuk membunuhnya sekedar setelah ditetapkan bahwa ia adalah mata-mata, dengan

Rasulullah Saw bersabda kepada kaum muslimin, “Cari dan bunuhlah dia!” Dalil ini

menunjukkan, bahwa beliau tidak langsung membunuhnya, padahal Rasulullah Saw

mengetahuinya bahwa ia adalah kafir dzimmiy, dan ini tampak jelas dari lafadz hadits,

“dan dia adalah (kafir) dzimmiy, dan seorang mata-mata”, yakni bahwa dia (Furat bin

Hayyan) telah diketahui oleh beliau Saw. Ini juga tampak jelas dari ucapan Rasulullah

Saw, “dan sebagian dari mereka itu adalah Furat bin Hayyan.” Atas dasar itu, Rasulullah

Saw telah berkata kepada kafir harbiy yang melakukan tindak tajassus, “Cari dan

bunuhlah dia!”96

Sedangkan untuk Furat bin Hayyan beliau Saw sekedar memerintahkan untuk

membunuhnya, namun tidak memerintahkan kaum muslimin untuk mencarinya. Ini

menunjukkan dengan jelas, ada perbedaan antara kedua riwayat tersebut; riwayat Salamah

bin Akwa’ dengan Furat bin Hayyan. Terhadap kafir harbiy, maka tuntutan untuk

membunuh bila mereka melakukan tindak spionase, adalah tuntutan yang pasti (thalab

jaazim), sedangkan tuntutan untuk membunuh kafir dzimmiy, bukanlah tuntutan yang

pasti (ghairu jaazim). Ini menunjukkan bahwa membunuh mata-mata dari kalangan kafir

dzimmiy, atau tidak, hukumnya adalah jaiz (mubah).

Adapun bila seorang muslim memata-matai kaum muslimin dan kafir dzimmiy untuk

kepentingan musuh, maka ia tidak dibunuh. Sebab, Rasulullah Saw telah memerintah

untuk membunuh kafir dzimmiy (bila mereka melakukan tindak spionase), namun ketika

ia menjadi muslim, maka hukuman bunuh itu dibatalkan. Rasulullah Saw telah

memerintahkan untuk membunuh Furat bin Hayyan, seorang kafir dzimmiy sekaligus

sebagai mata-mata, namun ketika para shahabat berkata, “Wahai Rasulullah, dia telah

bersumpah menjadi seorang muslim.” Kemudian Rasulullah Saw bersabda:

96 Fauzan al-Anshari, Awas Operasi Intelijen, h 212.

Page 91: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

130

“Sesungguhnya ada seseorang dari kalian yang menolak keimanan mereka, dan sebagian

dari mereka itu adalah Furat bin Hayyan.” Walhasil, ‘illat dibatalkannya hukum bunuh,

karena ia telah menjadi seorang muslim.

Imam Bukhari meriwayatkan, “Dari ‘Ali bin Abi Thalib ra berkata, “Rasulullah saw

mengutusku, juga Zubeir, dan Miqdad bin al-Aswad. Rasulullah Saw bersabda, “Pergilah

sampai ke kebun Khakh, dan di sana ada sekedup, dan didalamnya ada wanita yang

membawa surat, maka ambillah surat itu.” Kemudian kami berangkat dengan menaiki

kuda, hingga sampailah kami di kebun itu, kami menjumpai sekedup. Kami berkata,

“Keluarkan suratnya!” Wanita itu menjawab, “Saya tidak memiliki surat.” Kami berkata,

“Sungguh, engkau keluarkan suratnya, atau kami akan singkap baju kamu!” Kemudian

wanita itu mengeluarkan surat itu dari gelung rambutnya. Kemudian kamu memberikan

surat itu kepada Rasulullah Saw ketika di dalamnya tertulis, “Dari Hathib bin Abiy

Balta’ah kepada penduduk Mekah. Dan ia mengabarkan sebagian perintah Rasulullah

Saw.” Rasulullah Saw berkata, “Apa ini, wahai Hathib?” Hathib berkata, “Jangan

tergesa-gesa terhadapku, Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku (berbuat semacam ini)

untuk keluargaku di Mekah. Sedangkan orang-orang yang bersama anda, yakni orang-

orang Muhajirin mereka memiliki kerabat dekat di Mekah yang bisa melindungi keluarga

dan hartanya, sedangkan aku tidak. Maka aku melakukan hal ini, agar mereka bisa

melindungi kerabatku di Mekah. Aku tidak melakukan ini untuk kekafiran, dan aku tidak

murtad, dan aku tidak ridla dengan kekafiran setelah Islam.” Rasulullah Saw bersabda,

“Benarlah engkau!” ‘Umar berkata, “Wahai Rasulullah, perintahkanlah aku untuk

memenggal leher orang munafiq ini!” Rasulullah Saw bersabda, “Dia adalah orang yang

ikut di perang Badar, dan engkau tidak mengetahui bahwa Allah telah memulyakan ahli

Page 92: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

131

badar,” kemudian beliau Saw bersabda, “Kerjakan, apa yang engkau kehendaki, kalian

telah aku maafkan!”97

Hadits ini menceritakan bahwa Hathib bin Abi Balta’ah telah memata-matai kaum

muslimin, dan Rasulullah Saw tidak membunuhnya. Ini menunjukkan, bahwa bila seorang

muslim melakukan tindak tajassus, maka ia tidak dijatuhi sanksi bunuh. Tidak bisa

dikatakan, bahwa hadits ini hanya khusus untuk ahli Badar, sebab, ‘illat penafian

hukuman bunuh bagi Hathib bin Abi Balta’ah, karena ia adalah ahli Badar. Tidak bisa

dikatakan demikian, sebab, walaupun nash ini berfaedah pada ta’lil (‘illat), dan walaupun

redaksi nash tersebut menunjukkan bahwa riwayat tersebut mengandung ‘illat, akan

tetapi, hadits riwayat Imam Ahmad dari Furat bin Hayyan dimana hukuman bunuh telah

dibatalkan kepadanya karena ia masuk Islam; dan sebelumnya ia seorang kafir dzimmiy-

telah menafikan ‘illat pada hadits riwayat Imam Bukhari di atas. Riwayat Imam Ahmad

ini sekaligus telah menempatkan “‘illat” pada hadits riwayat Bukhari tersebut, sebagai

sifat dari sebuah fakta saja-bukan sebagai ‘illat, sebab, Furat bin Hayyan bukanlah ahli

Badar.

Imam Ahmad meriwayatkan hadits itu dari jalan Sofyan al-Tsauriy. Tidak bisa

dikatakan seperti itu, sebab, Imam Ahmad meriwayatkan hadits ini dari Sofyan Bisyr bin

al-Sariy al-Bashariy, dan dia termasuk orang yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim.

Dengan demikian hadits ini sah sebagai dalil.98

Walhasil, riwayat Imam Ahmad tersebut diatas bisa digunakan sebagai dalil, bahwa

sanksi atas seorang muslim yang melakukan tindak tajassus, tidaklah dibunuh. Namun, ia

diberi sanksi sebagaimana ketetapan yang dijatuhkan oleh Khalifah maupun qadliy.

Aktivitas tajassus yang dilakukan oleh seorang muslim kepada kaum muslimin

lainnya, bukan untuk kepentingan musuh, namun sekedar memata-matai saja, maka syara’

97 Fauzan al-Anshari, Awas Operasi Intelijen, h 214.

98 Fauzan al-Anshari, Awas Operasi Intelijen, h 214.

Page 93: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

132

tidak menetapkan sanksi tertentu atas aktivitas tersebut. Sanksi bagi seorang muslim yang

mematai sesama muslim adalah saksi ta’ziiriyyah yang kadarnya ditetapkan oleh seorang

qadliy.99

Sedangkan aktivitas tajassus dalam tata hukum di Indonesia bertujuan untuk

melindungi rahasia Negara, yakni informasi publik yang untuk waktu tertentu tidak dapat

disampaikan kepada publik karena dapat menimbulkan ancaman terhadap keamanan

nasional. Informasi tersebut “disimpan” untuk waktu tertentu dan baru disampaikan

kepada publik setelah melewati waktu tersebut. Prinsipnya adalah bahwa semua informasi

publik, termasuk informasi yang dimiliki negara, adalah milik publik. Sebagai suatu

pengecualian tentu sifatnya harus terbatas dan limitatif dan berlaku pada jangka waktu

tertentu saja. Agar pengecualian tersebut tetap menjadi satu kesatuan dan tidak

bertentangan dengan hak atas informasi sebagai prinsip utama, maka sudah sewajarnya

dibuat dalam satu produk hukum.

Oleh karena itu, sanksi pidana lebih ditekankan kepada pejabat publik yang

bertanggungjawab untuk mengelola rahasia negara, bukan kepada masyarakat umum,

meski rakyat memiliki hak untuk mengetahui segala hal tentang penyelenggaraan negara

yang menyangkut kepentingan seluruh rakyat (kepentingan publik). Hal ini sekaligus

sebagai pertanggungjawaban lembaga-lembaga penyelenggara negara kepada publik yang

telah memberikan kekuasaan dan kewenangan melalui konstitusi kepada organ-organ

negara.

Untuk menjaga rahasia Negara, tidak terlepas transparansi dan kontrol sosial yang

dapat memperbaiki kelemahan mekanisme kelembagaan demi menjamin kebenaran dan

keadilan.disinilah kenapa kenapa peran Intelijen dalam sebuah Negara menjadi penting.100

99 Taqiyyuddin al-Nabhani, Al-Daulah Al-Islamiyah., h. 218. 100 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, Edisi Revisi, (Jakarta: Konstitusi

Press, 2005), h.161-162

Page 94: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

133

Salah satu alasan utama perlunya keberadaan rahasia negara adalah adanya ancaman

eksternal (external threat approach) yang dipandang dapat mengganggu kepentingan

keamanan nasional.101

Hal ini dilakukan untuk menjaga pertahanan Negara yang

merupakan sarana diplomasi untuk mencegah (detterent) kekuatan luar melakukan

intervensi atau agresi.

Dalam konteks itu maka setiap badan publik wajib membuka akses bagi setiap orang

untuk mendapatkan informasi publik, kecuali informasi yang merupakan rahasia negara,

yaitu: Informasi di bidang Pertahanan dan Keamanan yang meliputi:

a. Sistem intelijen strategis;

b. Pangkalan data strategis;

c. Pusat komando dan perencanaan operasi militer;

d. Kekuatan militer yang akan digunakan dalam gelar penindakan;

e. Sistem komunikasi strategis;

f. Dukungan logistik operasi;

g. Spesifikasi persenjataan;

h. Perintah operasi dan taktik militer.

Sedangkan sanksi bagi orang yang membocorkan rahasia Negara, seperti di China dan

Iran adalah hukuman mati. Namun di Indonesia, hukumannya cukup variatif, sesuai

dengan Pasal 113-129 KUHP, dimana hukuman penjara sampai batas maksimal 20 tahun

atau semurur hidup bahkan hukuman mati.102

101 Edy Prasetyono, Rahasia Negara dan Hubungan Internasional, Makalah Disampaikan pada FGD

“Menyoal Kerahasiaan Negara Secara Komprehensif Dalam Sistem Negara Demokratik”, Imparsial,

Jakarta, 9-10 Februari 2006. h. 1 102 Mengenai pasal-pasal dalam KUHP di atas, terkait dengan sanksi dalam membocorkan rahasia

negara, sampai saat ini belum mengalami revisi.

Page 95: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

134

Adapun sanksi yang tercantum dalam pasal 113-129 adalah :

a. Pasal 113, ayat (1), dijelaskan bahwa siapapun yang dengan sengaja,

mengumumkan, atau memberitahukan maupun menyerahkan kepada orang yang

tidak berwenang mengetahui, surat-surat, peta-peta, rencana-rencana, gambar-

gambar atau benda-benda yang bersifat rahasia yang bersangkutan dengan

pertahanan atau keamanan Indonesia terhadap serangan dari luar, maka diancam

dengan pidana penjara paling lama empat tahun. Sedangkan pada ayat (2),

meyebutkan, jika surat-surat atau benda-benda ada pada yang bersalah, atau

pengetahuannya tentang itu karena pencariannya, pidananya dapat ditambah

sepertiga.

b. Pasal 114, sipapaun yang menyebabkan surat-surat atau benda-benda rahasia

sebagaimana yang dimaksudkan dalam pasal 113, dimana ia memiliki kewajiban

untuk menyimpan. Akan tetapi kemudian diketahui orang atau pihak lain yang

tidak berwenang mengetahui, diancam dengan pidana penjara paling lama satu

tahun enam bulan atau pidana kurungan paling lama satu tahun atau pidana denda

paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.

c. Pasal 115, siapa saja yang melihat atau membaca surat-surat atau benda-benda

rahasia sebagaimana dimaksud dalam pasal 113, kemudian membuat atau

menyuruh membuat salinan atau ikhtisar dengan huruf atau dalam bahasa apa pun

juga, membuat atau menyuruh buat teraan, gambaran atau jika tidak menyerahkan

benda-benda itu kepada pejabat kehakiman, kepolisian atau pamong praja, dalam

hal benda-benda itu ke tangannya, diancam dengan pidana penjara palling lama

tiga tahun.

d. Pasal 116, apabila terjadi permufakatan jahat untuk melakukan kejahatan

sebagaimana diamksud dalam pasal 113 dan 115, diancam dengan pidana penjara

paling lama satu tahun.

Page 96: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

135

e. Pasal 117, siapapun diancam dengan pidana penjara paling lama enam bulan atau

denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah, barang siapa tanpa wenang.

1) Dengan sengaja memasuki bangunan Angkatan Darat atau Angkatan

Laut, atau memasuki kapal perang melalui jalan yang bukan jalan

biasa;

2) Dengan sengaja memasuki daerah, yang oleh Presiden atau atas

namanya, atau oleh penguasa tentara ditentukan sebagai daerah tentara

yang dilarang;

3) Dengan sengaja membuat, mengumpulkan, mempunyai, menyimpan,

menyembunyikan atau mangangkut gambat potret atau gambar tangan

maupun keterangan-keterangan atau petunjuk-petunjuk lain mengenai

daerah seperti tersebut dalam pasal ke-2, beserta segala sesuatu yang

ada disitu.

f. Pasal 118, siapapun diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun atau

denda sembilan ribu rupiah, jika tanpa wewenang, sengaja membuat,

mengumpulkan, mempunyai, menyimpan, menyembunyikan atau petunjuk-

petunjuk lain mengenai sesuatu hal yang bersangkutan dengan kepentingan

tentara.

g. Pasal 119, lebih jauh diterangkan bahwa siapa saja dapat diancam dengan pidana

penjara paling lama satu tahun:

1) Barang siapa memberi pondokan kepada orang lain, yang

diketahuinya mempunyai niat atau sedang mencoba untuk

mengetahui benda-benda rahasia seperti tersebut dalam pasal 113,

padahal tidak wenang untuk itu, atau mempunyai niat atau sedang

mencoba untuk mengetahui letak, bentuk, susunan, persenjataan,

perbekalan, perlengkapan mesin, atau kekuatan orang dari bangunan

Page 97: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

136

pertahanan atau sesuatu hal lain yang bersangkutan dengan

kepentingan tentara;

2) Barang siapa menyembunyikan benda-benda yang diketahuinya

bahwa dengan cara apapun juga, akan diperlukan dalam

melaksanakan niat seperti tersebut pada ke-1.

h. Adapun pada pasal 120, jika kejahatan tersebut pasal 113, 115, 117, 118, 119

dilakukan dengan akal curang seperti penyesatan, menyamakan, pemakaian nama

atau kedudukan palsu, atau dengan menawarkan atau menerima, membayangkan

atau menjanjikan hadiah, keuntungan atau upah dalam bentuk apapun juga, atau

dilakukan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, maka pidana hilang

kemerdekaan dapat diperberat lipat dua.

i. Pasal 121, siapapun yang oleh negara ditugaskan pemerintah untuk berunding

dengan suatu negara asing, dengan sengaja merugikan negara, diancam dengan

pidana penjara paling lama dua belas tahun.

j. Dalam pasal 122, seseorang dapat diancam dengan pidana penjara paling lama

tujuh tahun, jika :

1) Barang siapa dalam masa perang yang tidak menyangkut Indonesia,

dengan sengaja melakukan perbuatan yang membahayakan kenetralan

negara, atau dengan sengaja melanggar suatu aturan yang dikeluarkan

dan diumumkan oleh pemerintah, khusus untuk mempertahankan

kenbetralan tersebut;

2) Barang siapa dalam masa perang dengan sengaja melanggar aturan

yang dikeluarkan dan diumumkan oleh pemerintah guna keselamatan

negara.

k. Pada pasal 123, seseorang warga Negara Indonesia yang dengan suka rela masuk

tentara negara asing, pada hal ia mengetahui bahwa Negara itu sedang perang

Page 98: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

137

dengan Negara Indonesaia, atau akan menghadapi perang dengan Indonesia,

diancam dalam hal terakhir jika pecah perang, denga pidana penjara paling lama

lima belas tahun.

l. Terakhir, pada pasal 124, disebutkan bahwa :

1) Barang siapa dalam masa perang dengan sengaja memberi

bantuan kepada musuh atau merugikan negara terhadap musuh,

diancam dengan pidana penjara lima belas tahun.

2) Diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama

waktu tertentu atau paling lama dua puluh tahun jika si pembuat

:

a) Memberitahukan atau memberikan kepada musuh peta,

rencana, gambar, atau penulisan mengenai bangunan-

bangunan tentara;

b) Menjadi mata-mata musuh, atau memberikan pondokan

kepadanya.

3) Pidana mati atau pidana seumur hidup atau selama waktu

tertentu paling lama dua puluh tahun dijatuhkan jika si pembuat

:

a) Memberitahukan atau menyerahkan kepada musuh,

menghancurkan atau merusakkan sesuatu tempat atau pos

yang diperkuat atau diduduki, suatu alat perhubungan,

gudang persediaan perang, atau kas perang ataupun

Angkatan Laut, Angkatan Darat atau bagian daripadanya,

merintangi, menghalang-halangi atau menggagalkan suatu

untuk menggenangi air atau karya tentara lainya yang

Page 99: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

138

direncanakan atau diselenggarakan untuk menangkis tau

menyerang;

b) Menyebabkan atau memperlancar timbulnya huru-hara,

pemberontakan atau desersi dikalangan Angkatan Perang.

m. Pasal 125 menyebutkan bahwa permufakatan jahat untuk melakukan kejahatan

sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 124, diancam dengan pidana paling lama

enam tahun.

n. Sedangkan pada pasal 126, seseorang ancam dengan pidana penjara paling lama

tujuh tahun barang siapa dalam masa perang, tidak dengan maksud membantu

musuh atau merugikan negara sehingga menguntungkan musuh, dnegan sengaja:

1) Memberikan pondokan kepada mata-mata musuh,

menyembunyikannya atau membantunya melarikan diri;

2) Menggerakkan atau memperlancar pelarian (desersi) prajurit yang

bertugas untuk Negara.

o. Selanjutnya, dalam pasal 127, menyebutkan;

1) Barang siapa dalam masa perang menjalankan tipu muslihat dalam

penyerahan barang-barang keperluan Angkatan Laut atau Angkatan

Darat, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

2) Diancam dengan pidana yang sama barang siapa diserahi mengawasi

penyerahan barang-barang, membiarkan tipu muslihat itu.

p. Pada pasal 128, juga dijelaskan;

1) Dalam hal pemidanaan berdasarkan kejahatan pasal 104, dapat

dipidana pencabutan hak-hak berdasarkan pasal 35 no. 1-5.

2) Dalam hal pemidanaan berdasarkan kejahatan pasal-pasal 106-108,

110-125, dapat dipidana pencabutan hak-hak berdasarkan pasal 35

no. 1-3.

Page 100: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

139

3) Dalam hal pemidanaan berdasarkan kejahatan pasal 127, yang

bersalah dapat dilarang menjalankan pencarian yang dijalankannya

ketika melakukan kejahatan itu, dicabut hak-hak berdasarkan pasal

35 no. 1-4, dan dapat diperintahkan supaya putusan hakim

diumumkan.

q. Adapun pasal 129, terkait dengan pidana-pidana yang berdasarkan terhadap

perbuatan-perbuatan dalam pasal-pasal 124-127, diterapkan jika salah satu

perbuatan dilakukan terhadap aturan yang bersangkutan dengan negara sekutu

dalam perang bersama.

C. Analisis Kedudukan Intelijen Negara dalam Ketatanegaraan Islam dan Indonesia

Intelijen Negara seperti yang telah diulas oleh penulis di atas, memiliki peran dan

posisi yang sangat menentukan. Bukan hanya dalam menjaga stabilitas dalam negeri

tetapi sekaligus menjaga kedaulatan Negara dengan barganining position tertentu. Dalam

Islam, intelijen Negara dilakukan dalam rangka memperoleh informasi sekaligus

mengelabui musuh dengan memanipulasi informasi juga. Artinya, informasi yang

diperoleh akan dikelola, dianalisa dan dilemparkan kembali menjadi wacana. Strategi ini

digunakan untuk melihat sisi psikologis lawan dengan menggunakan cara yang sama.

Teori inilah yang akhirnya berkembang menjadi teori konspirasi yang digunakan oleh

Intelijen diberbagai belahan dunia.

Sebagai contoh teori konspirasi ini adalah Perang Khandaq,103

dimana Rasulullah

mengutus Nu’aim bin Mas’ud dari kalangan musyrikin yang memeluk Islam di hadapan

Rasulullah Saw untuk kembali ke tengah-tengah pasukan musuh agar memecah belah bala

tentara musuh. “Di antara kita, engkau adalah satu-satunya orang yang dapat

103 Abu Fikri, Spionase Ala Islam, http://www.gaulislam.com/spionase-a-la-islam/. Artikel ini diakses

pada tanggal 10 Agustus 2008.

Page 101: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

140

melaksanakan tugas itu. Bila engkau sanggup, lakukanlah tugas itu untuk menolong kita.

Ketahuilah bahwa peperangan sesungguhnya adalah tipu muslihat.” Dengan perintah ini,

akhirnya Nu’aim pergi mendatangi Yahudi Bani Quraidlah dan meyakinkan mereka untuk

tidak terlibat dalam peperangan melawan kaum muslimin sebelum mendapat jaminan dari

Quraisy berupa beberapa orang terkemuka sebagai sandera, supaya kaum Quraisy tidak

mundur dari peperangan meninggalkan mereka sendirian menghadapi kaum muslimin.

“Engkau telah memberikan pendapat yang amat baik,” kata para pemimpin Yahudi Bani

Quraidlah.

Kemudian Nu’aim mendatangi pemimpin-pemimpin Quraisy. Pada mereka Nu’aim

menceritakan kalau Yahudi Bani Quraidlah menarik pasukannya. Mereka juga secara

diam-diam telah membuat kesepakatan dengan Muhammad untuk menculik beberapa

pemimpin Quraisy dan Ghathafan untuk diserahkan pada Muhammad dan dibunuh.

Nu’aim juga berpesan agar mereka tidak menyerahkan seorang pun pada mereka. Misi

Nu’aim berhasil, akhirnya pasukan Yahudi Bani Quraidlah meninggalkan peperangan

sehingga kekuatan musuh berkurang.

Dari kisah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa posisi Intelijen kemudian menjadi

wajib untuk menjaga stabilitas negara dari rongrongan musuh. Akan tetapi di sisi lain,

Intelijen negara dalam Islam diharamkan melakukan aktivitas spionase bagi warganya,

baik dari kalangan muslim ataupun kafir dzimmi. Meskipun dengan alasan mencegah

terjadinya kejahatan. Hal ini didasarkan pada QS.al-Hujurat (49), ayat 12 dan hadits dari

Abu Hurairah: “Sesungguhnya kami telah dilarang untuk melakukan tajassus. Akan

tetapi, jika kami benar-benar mengetahui adanya suatu penyele-wengan maka kami pasti

akan menghukumnya.”104

104 Abi Dawud Sulaiman bin Asy’ats as-Sajistani al-Azdari,.Sunan Abi Dawud., h. 274

Page 102: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

141

Di samping Hadits ini, masih ada beberapa hadits yang menegaskan larangan aktifitas

memata-matai, seperti mengintip, menyadap pembicaraan orang lain, dan mengorek-

ngorek berita, menguping pembica-raan orang lain. Larangan tajassus bukan hanya yang

dilakukan sesama warga, tapi juga yang dilakukan penguasa kepada rakyatnya. Rasulullah

Saw bersabda: Sesungguhnya pemimpin itu, jika mencari keraguan (sehingga mencari-

cari kesalahan) dari rakyatnya, berarti ia telah merusak mereka (HR Ahmad).105

Salah satu sumbangan terbesar Rasulullah Saw dalam peradaban manusia, khususnya

bidang intelijen Islam adalah dimana saat beliau berperan sebagai kepala Negara,

sekaligus pemimpin perang dengan segala strateginya. Nah, dalam strategi inilah

Rasulullah Saw sering mengutus para sahabatnya menjadi Intelijen untuk melakukan

spionase atas pihak lawan. Meski begitu, Rasulullah tetap memberikan catatan

tersendiri106

dalam melakukan aktivitas tajassus ini.

Pertama, posisi intelijen harus dibawah komando pemimpin/komandan perang (jika

dalam keadaan perang). Dalam hal ini Rasulullah Saw menerapkan pendidikan

kedisiplinan individu, agar tidak menimbulkan kekacauan.

Kedua, seorang intelijen harus menepati janji. Artinya, seorang Intelijen harus

amanah, memberikan informasi secara kontinyu dan tidak membocorkan rahasia Negara.

Ketiga, seorang intelijen harus menghargai warga sipil. Ini adalah salah satu bukti,

dimana Rasulullah Saw sangat menghargai Hak Asasi Manusia (HAM). Orang-orang

yang netral seperti warga sipil, oleh beliau tidak masuk dalam daftar orang yang harus

‘dicurigai’.

Keempat, dalam melakukan aktivitas tajassus, seorang Intelijen juga tidak

diperbolehkan melanngar pakta perjanjian damai yang telah disepakati.

105 Ibid.

106 Afzalur Rahman, Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer, (Jakarta: Amzah, 2006), cet.

II, hal. 133

Page 103: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

142

Kelima, seorang intelijen dapat melakukan perlawanan dalam rangka pembelaan diri,

jika dirinya berada pada posisi yang membahayakan.

Posisi intelijen dalam Islam terus mengalami perubahan fungsional sampai pada masa

berakhirnya kekaisaran Ottoman Turki pada tahun 1924. Hingga kini, dengan pecahnya

Khilafah Islamiyah menjadi Negara kebangsaan (nation state) aktivitas tajassus tetap

diberlakukan oleh berbagai Negara di dunia, Timur sampai Barat. Bahkan di Iran sendiri,

posisi intelijen menjadi informan pemerintah untuk mengetahui bagaimana kondisi rakyat

secara riil di lapangan. Sehingga penguasa dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain

itu Intelijen Iran juga berfungsi menjaga rahasia Negara dari serangan intelijen asing.

Sedangkan posisi intelijen dalam hukum tata Negara Indonesia sendiri, juga terus

mengalami perubahan. Sejak bergulirnya reformasi di Indonesia, masalah penataan

kelembagaan, termasuk Badan Intelijen Negara (BIN) menjadi salah satu prioritas bagi

transisi demokrasi yang tengah berjalan. Penataan kelembagaan politik, termasuk BIN

memberikan satu garansi bagi mulusnya proses demokrasi transisional dan reformasi yang

diharapkan.107

Permasalahan yang muncul kemudian adalah setelah delapan tahun

reformasi berjalan, belum semua kelembagaan politik dan Negara tertata dan sesuai

dengan nilai dan prinsip demokrasi. Salah satunya adalah komunitas Intelijen, khususnya

lembaga intelijen Negara (BIN). Sampai saat ini, ruang lingkup dan batasan-batasan

mengenai wilayah kerja dari masing-masing intelijen tersebut belum secara jelas diatur.

Bahkan berulang kali, baik lembaga intelijen Negara (BIN) dan intelijen keamanan, yakni

Intelkam Polri masih saling tumpang tindih, serta minim koordinasi karena sistem

intelijen memang belum ada bentuknya dan tidak ada satu pun aturan.

Sampai saat ini, Indonesia belum punya undang-undang Intelijen secara resmi dan

aturan main yang jelas. Sehingga Intelijen sering memunculkan polemic, untuk apa, siapa

107 Muradi, Intelijen Negara dan Intelkam Polri, http: //muradi. wordpress.com /2007/01/06/Intelijen-

negara-dan-intelkam-polri/. Artikel ini diakses pada tanggal 10 Agustus 2008.

Page 104: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

143

dan mengapa BIN bekerja. Apakah intelijen mengabdi untuk institusi negara republik

Indonesia, kepada rakyatkah atau pada kekuasaan? Pertanyaan inilah yang kemudian

menimbulkan wacana publik, ketika Indonesia ikut dalam pakta penandatanganan UU

Terorisme Internasional di Amerika Serikat pada tahun 2001. Dalam kondisi politik

global, terutama setelah Peristiwa 11 September 2001, pasca runtuhnya Gedung WTC,

AS, melalui George W Bush, langsung menabuh genderang perang terhadap Islam,

dengan memproklamirkan the Crusade (Perang Salib), yaitu istilah yang khusus

digunakan raja-raja Kristen Eropa untuk memerangi kaum Muslim pada abad

pertengahan. Pada tanggal 20 September 2001, Bush yunior menebar ancaman ke seluruh

dunia: Every nation in every region, now, has a decision to make either you are with us,

or you are with the terrorist (Setiap negara di wilayah mana saja, sejak saat ini, harus

memutuskan apakah bersama kami, yaitu AS, atau bersama teroris, yaitu Islam dan kaum

Muslim).108

Sejak saat itu, kondisi politik global mengimbas terhadap kondisi politik regional,

bahkan nasional. Dengan ultimatum AS pula, seluruh negeri-negeri Muslim, termasuk

Indonesia, diharuskan menentukan sikapnya, apakah bersama AS ataukah bersama

‘teroris’ (baca: pihak yang mengancam eksistensi dan kepentingan AS). Tidak terkecuali,

dunia Intelijen pun diharuskan memilih, apakah bersama AS ataukah bersama ‘teroris’.

Keberpihakan Indonesia sudah jelas. Ini dibuktikan dengan kunjungan Megawati ke

Washington seminggu setelah Peristiwa 11 September. Pada saat itu Indonesia

memperoleh carrot (wortel, suatu istilah buatan AS, berupa bantuan militer atau keuangan

terhadap negara-negara yang mendukung AS).

108 Pramiati, Mewaspadai RUU Intelijen, http: //hidayatullah.com/index.php? option=com_ content

&task = view&id=144&Itemid=64. Artikel ini diakses pada tanggal 10 Agustus 2008.

Page 105: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

144

Pada perkembangan berikutnya lahir RUU intelijen yang tidak terlepas dari adanya

kepentingan global AS. Para penguasa negeri-negeri Muslim pada akhirnya menjadi

operator dari kepentingan AS, berikut intelijennya.

Karena itu, tidak aneh apabila visi, klausul, maupun obyek dari pasal-pasal RUU

Intelijen diarahkan pada pihak-pihak yang oleh AS didefinisikan sebagai ‘teroris’. Jika

pasal-pasal itu juga bisa digunakan untuk menjaga penguasa dari kursi kekuasaannya,

dengan memukul lawan-lawan politiknya, hal itu adalah implikasi lain yang bersifat

sekunder.

Ketidakkonsistennya Indonesia dalam bidang intelijen Negara juga terlihat dari

adanya beberapakali revisi Keppres (Keputusan Presiden) sejak tahun 2001 sampai 2003,

tentang posisi lembaga pemerintah non departemen, termasuk BIN. Perubahan posisi BIN

dalam Keppres No. 62 Tahun 2003, tentang perubahan Keppres No. 110 Tahun 2001,

menyebutkan BIN memiliki struktur diberbagai lembaga Negara dari tingkat pusat sampai

daerah. Secara umum, tugasnya adalah merumuskan, melaksanakan dan melakukan

operasi kebijakan di masing-masing bidang tersebut. Dari uraian di atas dapat dilihat

bahwa, BIN sebenarnya tidak memiliki posisi yang kuat di Indonesia, karena tidak

memiliki landasan hukum (UU) yang tetap dan tugas yang professional dalam rangka

menjaga dan melindungi Negara di tengah percaturan global.

Selain itu, dengan adanya kejelasan mengenai posisi intelijen diharapkan ada langkah

preventif yang bisa memberikan rekomendasi kepada aparat penindak, yaitu kepolisian

atau TNI. Untuk itu, seharusnya DPR menggunakan hak inisiatifnya untuk membuat UU

khusus mengenai posisi intelijen negara (BIN). Di sisi lain, reorganisasi dalam tubuh BIN

harus segera dilakukan oleh pemerintah. Reorganisasi ini adalah upaya menggabungkan

seluruh Intelijen bidang pertahanan ke dalam BAIS (Badan Intelijen Strategis) dan

pembentukan BIN (Badan Intelijen Negara) yang mengkoordinasi keseluruhan, apakah itu

crimes intelligent, war intelligent, atau subversi intelligent. Namun di sisi lain, yang

Page 106: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

145

masih meragukan adalah, apakah hasil pekerjaan intelijen ditindaklanjuti oleh pihak

eksekutif (kepolisian dan TNI). Tetapi yang jelas, intelijen negara harus berkoordinasi

dengan pihak penindak, yaitu TNI dan Polri.109

Sayangnya, meskipun BIN telah ditetapkan dalam Keppres, laporan intelijen masih

terbatas pada yang diajukan oleh lembaga Intelijen nasional, misalnya laporan intelijen

dari Badan Intelijen Negara (BIN).110

Artinya tidak bisa laporan tersebut menjadi

landasan awal dalam proses Peangadilan. Karenanya, sudah seharusnya pemerintah

segera mengeluarkan Perpu atau UU Intelijen untuk mengatur kewenangan lembaga-

lembaga intelijen yang tersebar, termasuk lembaga intelijen yang dimiliki angkatan-

angkatan dalam TNI maupun departemen-departemen. Dalam UU intelijen itu perlu pula

diatur soal badan intelijen mana yang diberi kewenangan mengeluarkan informasi untuk

keperluan penyidikan.

Kebutuhan akan UU Intelijen Negara memang sangat mendasar mengingat posisi

Intelijen Negara sebagai;111

Pertama, dinas lembaga strategis. Yaitu, sebagai struktur kedinasan yang

mengkhususkan diri pada upaya perolehan informasi sebagai dasar acuan pemutus

kebijakan politik. Untuk itu harus ada pemisahan struktural pada tataran domestik dan luar

negeri, antara intelijen sipil dan militer serta penegakan hukum.

Kedua, sebagai dinas tataran operasional. Yakni, intelijen sebagai bagian dari sistem

peringatan dini Negara dan sistem pertahanan Negara yang memungkinkan pembuat

kebijakan memiliki kewaspadaan dini (foreknowledge). Peringatan dini adalah berfungsi

sebagai pengumpul, pengolah dan penilai informasi yang berkaitan dengan sumber-

109 Deddy Sinaga, Intelijen Harus Perkuat Landasan Hukum, Harian Tempo Interaktif, 7 Januari 2009.

110 Anonim, Wakil Menlu Inggris Baronnes Amos: Perpu Antiterorisme Dinilai Sangat Positif, Harian

Kompas, 22 Oktober 2002. 111 Aleksius Jemadu, at.al., Naskah Akademik RUU Tentang Intelijen Negara, (Jakarta: PACIVIS-

Departemen Hubungan Internasional (FISIP) Universitas Indonesia, 2005), h. 6-10

Page 107: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

146

sumber ancaman terhadap keamanan nasional. Sedangkan bagian dari sistem pertahanan

Negara adalah untuk menghasilkan pusat data melalui analisa strategis mengenai motif,

tujuan, identitas, struktur organisasi, sumber dukungn, kelemahan dan sumber ancaman

yang potensial.

Ketiga, posisi intelijen sebagai dinas tataran taktis. Yaitu, sebagai intelijen positif dan

agresif. Intelijen positif adalah terkait dengan tugas pengumpulan data yang bernilai

strategik, kemudian dianalisa dengan teknik identifikasi (assessment). Sedangkan intelijen

agresif adalah menyangkut tugas kontra intelijen dan kontra spionase, yaitu suatu kegiatan

intelijen yang bertujuan mengungkapkan kegiatan sejenis yang dilancarkan pihak asing.

Kegiatan intelijen secara taktis inilah yang kemudian dibagi berdasarkan pada operasi

Intelijen.

Adapun pertimbangan perlunya landasan hukum akan intelijen Negara Indonesia

adalah;

Pertama, bersifat strategik dan substantif, yaitu adanya kebutuhan mendesak (urgent)

untuk mengembangkan intelijen Negara yang professional dalam mengatasi

berkembangnya ancaman terhadap keamanan nasional (national security).

Kedua, bersifat politik. Yaitu menempatkan tindakan dan kedinasan intelijen Negara

dalam proses konsolidasi demokrasi di Indonesia yang memungkinkan adanya

transparansi dana kuntabilitas keseluruhan sistem intelijen Negara. Adapun sistem

Intelijen Negara adalah; (1) spesialisasi fungsi antar berbagai aktor Intelijen, (2)

mekanisme koordinasi antar berbagai aktor intelijen, (3) pengumpulan, pengolahan dan

penilaian informasi tentang ancaman terhadap keamanan nasional secara obyektif.

Ketiga, pertimbangan hukum. Yakni menghendaki adanya pengaturan lebih tegas

tetapi terbatas terhadap kewenangan spesifik intelijen. Kewenangan ini meliputi;112

a. Hakekat dan tujuan intelijen Negara

112 Aleksius Jemadu, at.al., Naskah Akademik RUU Tentang Intelijen Negara., h. 6-10

Page 108: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

147

b. Ruang lingkup intelijen Negara

c. Tugas, fungsi dan wewenang intelijen Negara

d. Organisasi dan prinsip pengaturan kedinasan intelijen Negara

e. Pembiayaan kegiatan dan dinas intelijen Negara

f. Mekanisme pengawasan terhadap kegiatan dan dinas intelijen Negara

Berdasarkan uraian di atas, maka secara spesifik kedudukan intelijen Negara dalam

tatanegara Indonesia adalah sebagai lembaga non departemen, yang dipimpin oleh

seorang ketua dan berkedudukan setingkat menteri. Landasan hukum Intelijen Negara

sampai saat ini adalah Keppres No. 62 tahun 2003, perubahan atas Keppres No. 110 tahun

2001 tentang Unit Organisasi Lembaga Pemerintah Non Departemen. Selain itu, BIN juga

menjadi dinas pada tataran strategis, operasional dan taktis.

Oleh karenanya, jika dianalisa, maka kedudukan lembaga intelijen Negara baik dalam

tatanegara Islam maupun tatanegara Indonesia, sama-sama berada dibawah kepala Negara

(presiden), bertugas sebagai menjaga rahasia Negara dan melindungi serangan intelijen

asing. Sedangkan perbedaannya, dalam Islam pada masa itu tidak memiliki lembaga

struktural. Akan tetapi pada masa sekarang, di Negara Islam, seperti Iran, kini lembaga

intelijennya sudah memiliki struktural dalam lembaga pemerintahan, yang disebut dengan

Shavaak. Sama halnya dengan Indonesia yang berkedudukan sebagai lembaga pemerintah

non departemen.

Page 109: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

148

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah mengkaji berbagai literatur dan menganalisa tentang intelijen Negara dalam

perspektif ketatanegaraan Indonesia dan Islam, maka penulis menyimpulkan:

1. Dalam literatur Islam, intelijen merupakan sinonim dari tajassus yang berarti

mengorek-ngorek suatu berita. Hukum tajassus bisa haram, jaiz (boleh), dan

wajib, ditinjau dari siapa yang di mata-matai. Aktivitas memata-matai seorang

muslim hukumnya adalah haram mutlak. Adapun memata-matai kafir harbiy

(kafir yang harus diperangi), baik kafir harbiy haqiqi, maupun hukman,

hukumnya adalah jaiz (boleh) dan wajib bagi negara (Daulah Khilafah).

Sedangkan hukum Intelijen Negara dari perspektif ketatanegaraan Indonesia

adalah boleh, dengan alasan kemaslahatan bagi negara. Badan yang

berwenang melakukan aktifitas intelijen adalah lembaga-lembaga negara diatur

dalam undang-undang.

2. Kedudukan intelijen Negara Indonesia (BIN) sebagai lembaga Pemerintah Non

departemen, sesuai dengan Keppres No. 52/2005. Adapun dalam Islam,

kedudukan intelijen Negara berada di bawah Amirul Jihad.

119

Page 110: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

149

3. Dalam menjaga stabilitas keamanan Negara, intelijen dapat berperan dalam

mengambil tindakan preventif dan persuasif agar dapat mendeteksi gejolak

sosial di seluruh wilayah negara yang dapat membahayakan kedaulatan Negara.

Selain itu intelijen Negara juga berperan menjaga dan melindungi rahasia

Negara dari intelijen asing.

B. Rekomendasi

Berdasarkan uraian penulis dan berbagai literatur, serta melihat kebutuhan yang

semakin mendesak akan adanya lembaga intelijen negara yang menjaga kedaulatan

negara, maka penulis melalui skripsi merekomendasikan;

1. Segera menyusun regulasi politik (undang-undang) tentang intelijen Negara

berdasarkan pertimbangan strategik substantif, politis dan hukum.

2. Menempatkan aktivitas dan kedinasan intelijen Negara dalam proses konsolidasi

demokrasi di Indonesia yang memungkinkan adanya transparansi dana

akuntabilitas keseluruhan sistem intelijen Negara.

3. Mengembalikan fungsi intelijen Negara sebagai penjaga rahasia negara dan

melindungi negara dari serangan intelijen asing, bukan sebagai lembaga politik

non departemen.

4. Membuat garis koordinasi yang jelas antara BIN dengan dinas intelijen di setiap

lembaga negara, seperti TNI, POLRI, Kejaksaan, KPK dan lain sebagainya.

Page 111: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

150

5. Membentuk mekanisme pengawasan bagi dinas intelijen yang memungkinkan

pemerintah untuk; 1) mendapatkan informasi tentang pelaksanaan fungsi

Intelijen, 2) mengendalikan operasi intelijen yang bersifat khusus, 3) mengatur

kerjasama intelijen dengan pihak asing/Internasional dan 4) mencegah

kemungkinan terjadinya penyalahgunaan wewenang.

6. Menjadikan intelijen Negara yang merupakan instrumen pertahanan keamanan

Negara dalam kajian keilmuan siyasah dauliyah, sebagai salah satu mata kuliah

pada konsentrasi Ketatanegaraan Islam di Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 112: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

151

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim

Abi Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabary, Jami’ al-Bayan an Ta’wili Ay al-Qur’an, Juz

26, (Beirut: Dar El-Fikr, TT)

Abi Dawud Sulaiman bin Asy’at al-Sajistani al-Azdari, Sunan Abi Dawud, Jilid 4, (Kairo:

Dar El-Hadits, TT)

Ameenah Bilal Philips, Abu, Tafseer Soorah Al Hujurat; Menolak Tafsir Bid’ah (Elyasa’

Bahalwan (pentj), (Surabaya: Andalus Press, 1990)

Amstrong, Karen, Sejarah Islam Singkat, (Yogyakarta: el- Banin Media, 2008)

An-Nabhani, Taqiyuddin, Al-Daulah Al-Islamiyah, (Jakarta: HTI Press, 2002)

Al-Caff, Mohammed, Perang Nuklir Militer Iran, (Jakarta: Zahra Publishing House, 2008)

Al-Kandahlawy, M. Yusuf, Kehidupan Para Sahabat Rasullah Saw Jilid II, (Surabaya: PT

Bina Ilmu, 1993)

Azra, Azyumardi, Islam di Asia Tenggara, Pengantar Pemikiran, Dalam Azra (ed.),

Perspektisf Islam Asia Tenggara, (Jakarta: YOI, 1989)

Al-Anshari, Fauzan, Awas Operasi Intelijen, (Tangerang: Ar-Rahman Media, 2006)

Asshiddiqie, Jimly, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, Edisi Revisi, (Jakarta:

Konstitusi Press, 2005)

119

Page 113: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

152

1

20

Echols, Jhon dan Hasan Sadli, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta,, PT Gramedia, 1995)

Gilad, Benjamin dan Tomor Gilad, The Bussines Intellijen Syistem, (New York: Ammako,

1998)

Hanafi, Ahmad, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005)

Hidayat, Setia dan N Syamsuddin Ch Haesy, Sangkakala padjajaran: Upaya awal

mengeja dan menyingkap makna Rumpaka, (Jakarta: PT Bina Rena Pariwara. 2004)

Harapandi dan Mansur, Pendidikan Politik: Arkeologi Genesis Sistem Politik Dan

Administrasi Pemerintahan Islam Masa Khulafah Al Rasidun, (Jakarta: Pustaka

Irfani, 2005)

Hatmodjo, Jono, Intelijen Sebagai Ilmu (Intelligence as a Science), (Jakarta: Balai Pustaka,

2003)

Habeyb, Kamus Popular, (Yogyakarta: Dian Yogyakarta 1949)

Ihsan, A. Bakir, Pergulatan Islam dan Militer di Indonesia (Sebuah Fenomena 1990-an),

dalam Jurnal Politik, Akses TNI di Persimpangan Jalan, (Jakarta: Yayasan Akses,

Vol.1, No.03, 2001)

Jemadu, Aleksius, et.al., Reformasi Intelijen Negara, (Jakarta: PACIVIS-Friedrich Ebert

Stiftung, 2005)

__________________, Delapan Reformasi Intelijen dalam Konteks Konsolidasi Demokrasi

di Indonesia, (Jakarta: PACIVIS, 2005)

Page 114: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

153

1

21

Kunarto, Jend. (Purn)., Intelijen Pengertian dan Pemahamannya, (Jakarta: PT. Cipta

Manunggal, 1999)

Khaner, Larry, Intelijens Kompetitif. (Jakarta: PT Perhenlindo. 1998)

Nasution, Debby. M., Kedudukan Militer Dalam Islam Dan Perananya Pada Masa

Rassulullah Saw, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogyakarta, cet II, 2003)

Naufal, Ahmad, Perang Isu dalam Islam, Pent. Yudian Wahyudi Asmin, (Solo: Pustaka

Mantiq, 1990)

Rivai Arganata, Emon, Intelijen Bisnis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998)

Sucipto, Heri, Ensiklopedi tokoh Islam: dari Abu Bakr hinggga Nasr dan Qordhawi,

(Jakarta: Hikmah, 2003)

Soekamto, Soerjono dan Sri Mudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Sinagkat,

(Jakarta: PT Raja Grafindo, Cet. VII, 2003)

Salim, Peter, The Contemporary English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: Modern English

Press.1987)

Sevilla, Consuelo G. (dkk), Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: UI Press, 1993)

Subijanto, Bijah, Restorasi Intelijen: Memperkuat Sistem Korporat, Memperkokoh Sistem

Nasional, (Jakarta: Jatidiri, 2003)

Syakir, Mahmud, Ensiklopedi Peperangan Rasullalah Saw, (Jakarta: Pustaka Al-Kausar,

2005)

Page 115: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

154

1

22

Syaelendra, Mengungkap Polisi Rahasia Sedunia, (Jakarta: Progress, 2004)

Ramadhan, Syamsuddin, Tajassus (Spionase), (Bogor: Al-Azhar Press, 2003)

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Departermen

Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta : Balai

Pustaka 1990)

Wahid, Marzuki dan Rumadi, “Fiqh Mahzab Negara: kritik atas politik Hukum Islam di

Indonesia,” (Yogyakarta: LKiS, 2001)

Wibisono, Ali Abdullah dan Faisal Idris, Menguak Tabir Hitam Intelijen Indonesia,

(Jakarta: PACIVIS-2006)

Wulan, Alexandra Retno, et.al., Negara, Intel dan Ketakutan, (Jakarta: PACIVIS, 2006)

Sumber Naskah Peraturan Perundangan

KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), (Bandung: Rineka Cipta: 2005)

Undang-undang RI No. 27 Tahun 1999, tentang Perubahan KUHP yang Berkaitan dengan

Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia No. 52 Tahun 2005

Keputusan Presiden (Keppres) No. 62 Tahun 2003, tentang Perubahan Struktur Lembaga

Pemerintah Non Departemen (LPND)- (BIN)

Page 116: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

155

1

23

Sumber Naskah Akademik dan Makalah

Anggoro, Kusnanto, Keamanan Nasional, Pertahanan Negara dan Ketertiban Umum,

Makalah Pembanding Seminar Hukum Pembangunan Nasional VIII, (Bali: Hotel

Kartika Plaza, 14 Juli 2003)

Jemadu, Aleksius, at.al., Naskah Akademik RUU Tentang Intelijen Negara, (Jakarta:

PACIVIS-Departemen Hubungan Internasional (FISIP) Universitas Indonesia, 2005)

MD, Mahfudh, Sistem Pertahanan Keamanan dalam Perspektif Indonesia Baru, Naskah

Pidato Pada Pembukaan Lokakarya dalam Rangka Memperingati Satu Tahun

Berdirinya The Habibie Center (Jakarta; The Habibie Center, 21 Nopember 2000)

Prasetyono, Edy, Rahasia Negara dan Hubungan Internasional, Makalah Disampaikan

pada FGD “Menyoal Kerahasiaan Negara Secara Komprehensif Dalam Sistem

Negara Demokratik”, Imparsial, Jakarta, 9-10 Februari 2006

Sukma. Rizal, Postur Pertahanan Indonesia, Makalah Pada Pengantar Diskusi Untuk FGD-

ProPatria CIS, (Jakarta: CSIS, 5 Februari 2003)

Widjojo, Agus, Wawasan Masa Depan Tentang Sistem Pertahanan Keamanan Negara,

(Jakarta: The Habibie Center, 21 Nopember 2000)

Wibisono, Ali Abdullah dan Faisal Idris, Kertas Kerja Rahasia Negara, (Jakarta:

PACIVIS, 2006)

Sumber Media Harian

Anonim, Wakil Menlu Inggris Baronnes Amos: Perpu Antiterorisme Dinilai Sangat Positif,

Harian Kompas, 22 Oktober 2002

Page 117: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

156

1

24

K, Zaedan, Menyimak Intelijen Republik Indonesia, Kompas, 3 OKtober 2000

Purwosaputro, Nurhadi, Pro Kontra Koter, Republika, 26 November 2005

Ruswandi, Ilmu Militer Dalam Peradaban Islam, Harian Republika, 08 April 2008

Ruslan, Heri, Teknologi Militer Khilafah Ustmani, Harian Republika, 12 Maret 2008

Sinaga, Deddy, Intelijen Harus Perkuat Landasan Hukum, Harian Tempo Interaktif, 7

Januari 2009

Sumber Data Elektronik

Anonim, Spionase, http://id.wikipedia.org/wiki/Spionase. Artikel diakses pada tanggal 02

Juni 2008

Anonim, KPK Juga Sebar Intel Awasi Internal; Lima Pegawai Kena Sanksi Administrasi,

http://www.antikorupsi.org/mod.php?mod=publisher&op=pdf&artid=12741. Artikel

diakses pada tanggal 12 Februari 2009

Anonim, Dikhawatirkan Terjadi Pengerdilan Institusi KPK, http://www. komisiyudisial.

go.id/index.php?option=isi&task=view&id=1085&Itemid=. Artikel diakses pada

tanggal 12 Februari 2009

Anonim, Organisasi Intelijen Yustisial Kejaksaan Perlu Direstrukturisasi

http://www.hukumonline.com/detail.asp?id=13948&cl=Berita. Artikel diakses

pada tanggal 12 Februari 2009

Ayatullah al-Uzhma Sayyid Ali Huseini Khamenei, Pemimpin Revolusi Islam Iran,

http://www.al-shia.org/html/id/olama/index.php?=2. Artikel diakses pada tanggal 15

Januari 2009

Dwi, Antonius, .Hs.Sik,, Satuan Intelikam Keamanan, http://www.jaksel. metro. polri.

go.id/index.php? option=com.content&task=view&id=81&Itemid=89.Diakses pada

tanggal 12 Februari 2009

Page 118: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

157

Fikri, Abu, Spionase Ala Islam, http://www.gaulislam.com/spionase-a-la-islam/. Artikel ini

diakses pada tanggal 10 Agustus 2008

Gunawan, Iwan, Konsepsi dan Implementasi Manajemen Pertahanan Keamanan

Negara, http://www.gaulislam.com/ngintip-dunia-Intelijen/NgintipDuniaIntelijen.

Artikel diakses pada tanggal 02 Juni 2008

Muradi, Itelijen Negara dan Intelikam Polri, http: // muradi. wordpress. com/2007 /01 /06/

Intelijen-negara-dan-intelikam-polri/. Artikel diakses pada tanggal 02 Juni 2008

_____, Intelkam Polri dan Negara Demokratik, http://muradi.wordpress.com/

2007/06/19/intelkam-polri-dan-negara-demokratik/. Diakses pada tanggal 12 Februari

2009

Nurdin, Pengertian Intelijen, http: //empiris -homepage. blogspot. com/ 2008/02/ tekhnik-

intelijen.html. Artikel diakses pada 10 Agustus 2008

Pramiati, Mewaspadai RUU Intelejen, http: //hidayatullah. com/index.php? Option=Com

content&task=view&id=144&Itemid=64. Artikel diakses pada tanggal 02 Juni 2008

Solikhah, Aris, Tajassus, http://www.mailarchive.com/ ppiindia@yahoo groups. html com/

msg33743. Artikel diakses pada tanggal 02 Juni 2008

Page 119: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

158

Page 120: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

159

STRUKTUR ORGANISASI INTELEJEN KEAMANAN POLRI DI TINGKAT POLDA

Page 121: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

160

Page 122: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

161

Page 123: KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI …

162