konsentrasi administrasi keperdataan islam...

69
EFEKTIFITAS PASAL 115 KHI TENTANG KEHARUSAN JATUHNYA TALAK DI DALAM SIDANG PENGADILAN AGAMA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Oleh : RIEDA YULIATI NIM : 104044201480 KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1429 H/2009 M

Upload: tranthien

Post on 30-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

EFEKTIFITAS PASAL 115 KHI TENTANG KEHARUSAN JATUHNYA

TALAK DI DALAM SIDANG PENGADILAN AGAMA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

RIEDA YULIATI

NIM : 104044201480

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1429 H/2009 M

Page 2: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

EFEKTIFITAS PASAL 115 KHI TENTANG KEHARUSAN JATUHNYA TALAK

DI DALAM SIDANG PENGADILAN AGAMA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Rieda Yuliati

NIM : 104044201480

Di Bawah Bimbingan

Prof. Dr. H.Ahmad Sutarmadi

NIP : 150031177

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1429 H/2009 M

Page 3: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul EFEKTIFITAS PASAL II5 KHI TENTANG KEHARUSAN

JATUHNYA TALAK DI DALAM SIDANG PENGADILAN AGAMA telah diajukan

dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 13 Mei 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Al-

Ahwal As-Syakhsiyyah.

Jakarta, 13 Mei 2009

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H.,

M.A., M.M.

NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN

1. Ketua: Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA

(..........................)

NIP. 150 169 102

2. Sekretaris: Kamarusdiana, S.Ag., M.H

(..........................)

NIP. 150 285 972

3. Pembimbing I: Prof. Dr. H.Ahmad Sutarmadi

(..........................)

NIP.150 031 177

4. Penguji I: Dr. Euis Nurlaelawati, MA. Ph.d

(..........................)

NIP. 150 277 992

5. Penguji II: H. Ah. Azharuddin Latief M.Ag, MH

(..........................)

NIP.150 318 308

Page 4: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

KATA PENGANTAR ������������������������ �������� �������� ����������������������������

��������������������������������

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada tuhan pengatur dan pemelihara

semesta alam, Allah SWT yang maha kuasa. Atas kehendak dan kuasa-Nya, penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa pula penulis panjatkan

kepada uswah kita Nabi Muhammad SAW, suri tauladan dalam setiap aktivitas

kehidupan beserta keluarga dan para sahabatnya.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemui hambatan dan

cobaan. Namun, penulis berusaha menghadapinya dengan ikhtiar dan tawakal.

Alhamdulillah atas rahmat Allah SWT. Serta berkat do'a dan dukungan orang-orang yang

sangat penulis cintai dan sayangi yaitu kedua orang tua, keluarga, sahabat serta teman-

teman. Sehingga segala hambatan dan cobaan dapat penulis hadapi dan dari lubuk hati

yang paling dalam, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan tak terhingga

kepada segenap pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik moril

maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini. Sehingga rasa syukur, penulis

mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Drs. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum.

2. Bapak Prof Dr. H.Ahmad Sutarmadi selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan waktu luang, tenaga serta Pikiran untuk memberikan ilmu,

pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Program Studi, Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA., Sekretaris Program

Studi Kamarusdiana S.Ag, MH. dan seluruh dosen yang telah membimbing dan

Page 5: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis selama menempuh

pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semoga penulis dapat mengamalkan ilmu yang telah bapak dan ibu berikan

4. Pimpinan beserta staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan

perpustakaan utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam memenuhi studi pustaka.

5. Ketua Pengadilan Agama Cibinong beserta staf dan jajarannya yang telah

membantu proses kelancaran dalam memperoleh data-data yang di perlukan untuk

penelitian ini.

6. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Deddy Suryadi dan Alm. Annie Suhaeriah atas

pengorbanan dan cinta kasihnya baik berupa moril dan materil, serta doa yang tak

terhingga sepanjang masa untuk keberhasilan studi penulis. Segala hormat penulis

persembahkan.

7. Adikku tercinta Dhanny Perkasa atas segala supportnya.

8. Rekan-rekan seperjuangan (AKI '04) Iis, Yuni, Rizka, Eva, Dyiah, Puji, Riyani,

serta rekan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, bersama kalian hidup

jadi berwarna.

9. Teman-teman terbaikku Mery, Rova dan Faiz atas segala supportnya

10. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya kepada penulis hingga

penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi terhadap

pengembangan khazanah keilmuan yang ada khususnya dalam bidang perkawinan.

Page 6: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................ v

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................... 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 6

D. Metode Penelitian .................................................................. 6

E. Sistematika Penulisan............................................................. 8

BAB II : TALAK

A. Menurut Hukum Islam............................................................ 10

B. Hukum Talak.......................................................................... 14

C. Alasan Talak........................................................................... 19

D. Macam-macam Talak.............................................................. 23

E. Tata Cara Talak...................................................................... 26

F. Akibat Hukum Talak ............................................................. 28

G. Hikmah Talak ......................................................................... 33

Page 7: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

BAB II1 KETENTUAN MENGENAI PENJATUHAN TALAK DI

PENGADILAN MENURUT KHI

A. Latar Belakang Lahirnya Pasal 15 KHI ................................... 37

B. Dasar Hukum atau Landasan Hukum Lahirnya Pasal 15 KHI….. 45

BAB IV : EFEKTIFITAS PASAL 115 KHI TENTANG KEHARUSAN

JATUHNYA TALAK DI DALAM SIDANG PENGADILAN AGAMA

A. Perspektif Hukum Islam .......................................................... 48

B. Efektifitas Pelaksanan Pasal 115 KHI di Pengadilan

dan Masyarakat………………………………………………… 58

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................. 60

B. Saran...................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 62

LAMPIRAN

Page 8: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah menjadikan mahluk-Nya berpasang-pasangan, menjadikan manusia

laki-laki dan perempuan. Hikmahnya ialah supaya manusia itu hidup berpasang-

pasangan membangun rumah tangga yang damai dan teratur. Untuk itulah haruslah

diadakan ikatan dan pertalian yang kokoh yang tidak mungkin putus dan

diputuskannyalah ikatan akad nikah atau ijab kabul perkawinan.1

Pernikahan adalah sunatullah, hukum alam didunia. Sebagaimana firman allah

swt. Yang dijelaskan dalam surat yasin ayat 36 :

�� ������ �� !� "#$%�& �'(�)*+,& �-.%/0 1☺�3

/4�56789 :;�<,& =��3�) ���->�/?@)A 1☺�3�) BC "D��☺$%=8"E

�F�G Artinya: Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya,

baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa

yang tidak mereka ketahui. (QS. Yasiin: 36)

Pernikahan adalah sarana untuk menciptakan rumah tangga yang bahagia,

penuh dengan kasih sayang, tentram, pengertian dan saling toleransi untuk selama-

lamanya, karena setiap pasangan suami dan istri mengharapkan dapat saling

memahami hak dan kewajiban satu sama lain, oleh karena itu pernikahan atau

perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seseorang pria dan wanita dalam sebuah

rumah tangga berdasarkan tuntutan agama dengan tujuan membentuk keluarga

bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa.

1 Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta : Bumi aksara, 1996),Cet.1 h.31.

Page 9: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

Di dalam al-qur’an dijumpai tidak kurang 80 ayat berbicara soal perkawinan

baik yang memakai kata nikah (berhimpun) maupun yang memakai kata zawwaja

(berpasangan). Keseluruhan ayat tersebut memberikan tuntutan kepada manusia

bagaimana seharusnya menjalani perkawinan agar perkawinan tesebut dapat menjadi

jalan yang menghantarkan manusia baik laki-laki maupun perempuan menuju

kehidupan yang bahagia dunia akhirat sesuai dengan rida ilahi.2 Karena memang pada

dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga sakinah,

mawaddah dan warahmah.

Langgengnya kehidupan pernikahan merupakan suatu tujuan yang sangat

diinginkan oleh islam. Akad nikah diadakan adalah untuk selamanya dan seterusnya

hingga meninggal dunia, agar suami istri bersama-sama dapat mewujudkan rumah

tangga tempat berlindung. Karena keluarga adalah jiwa dan tulang punggung

masyrakat, baik dan buruknya perilaku dalam masyarakat adalah sebuah cerminan

dari keadaan keluarga yang hidup pada masyarakat tertentu.

Adalah merupakan kehendak Allah untuk memulai adanya kehidupan manusia

di atas bumi ini melalui satu keluarga yang berasal dari seorang diri, yaitu adam.

Darinyalah allah menciptakan hawa sebagai pendamping hidupnya. Allah berfirman

dalam Surat An-Nisa ayat 1:

HIJK)L. "E MNNO� P�/QR9 STUVW6�< �� !� 6UV�Q$%�& ��X3

Y�*?.@ Z[�K�$(�) "#$%���) HI�\�3 �-�]�)�+ 1\"6�) �^_I�\�3

OC ��< Oa��b⌧d ☯U�f��g�) h P�/QN9�) !� �� !� "D�U��U�f��9 i���6

2 Musdah Muliah, Pandangan Islam Tentang Poligami (Jakarta: Lembaga Kajian Agama Dan

Gender 1999) cet.1 h.1

Page 10: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

"j "$�<,&�) h ND�Q !� "D ⌧d �TUV*k$%"l 7��� �< �mG

Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah

menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya;

dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan

yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-

Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.

Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu. (QS.An-Nisa : 1)

Dari sini dapat dilihat betapa islam sangat memperhatikan dan menghargai

kehidupan keluarga dengan suatu perhatian yang tidak akan terdapat dari ajaran

agama lain. Kata dapat melihat bahwa begitu banyaknya ayat-ayat ahkam dalam Al-

Qur’an yang mengatur hal-hal yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang

terjadi dalam keluarga (perkawinan, perceraian, kewarisan dan sebagainya).

Salah satu perhatian islam terhadap kehidupan keluarga adalah diciptakannya

aturan yang adil dan bijaksana, yaitu aturan yang dapat meredam adanya perselisihan

yang terjadi dalam rumah tangga. Yang nantinya akan menciptakan keharmonisan

dan ketentraman yang dapat menghindarkan dari bahaya perpecahan dalam rumah

tangga.

Tidak ada suatu pasanngan suami istri di dunia ini yang mendambakan di

dalam rumah tangganya terjadi perselisihan yang nantinya berdampak pada

perceraian. Agama islam membolehkan adanya talak perceraian, apabila sudah tidak

ada lagi cara yang bisa ditempuh oleh pasangan suami istri dalam mewujudkan

perdamaian diantara kedua belah pihak. Tapi islam mengajarkan harus dengan cara

yang baik dan tanpa ada rasa permusuhan.

Islam hanya memberikan hak talak hanya kepada pihak laki-laki saja

sebagaimana banyak perintah-perintah mentalak di dalam Al-Qur’an dan hadits yang

ditujukan hanya kepada pihak suami. Dalam islam seperti yang terdapat dalam kitab-

Page 11: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

kitab fiqh, talak bisa terjadi atau jatuh dimana dan kapan saja terserah kepada

kehendak suami, karena memang talak menjadi hak mutlak suami untuk

menjatuhkannya.

Di dalam masalah hukum perkawinan, seperti dinyatakan dalam pasal 39 ayat

1 UU No. 1 Tahun 1974 bahwa “ Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang

pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil

mendamaikan kedua belah pihak.3 Hal ini bahkan lebih dipertegas dalam pasal 115

KHI dan pasal 65 UU No. 7/1989.

Kalau kita teliti lebih lanjut permasalahan di atas, maka bagi masyarakat Islam

di Indonesia akan terjadi dilema dalam merefleksikan ketentuan hukum Islam dalam

kehidupan nyata mereka. Di satu sisi seorang suami boleh menjatuhkan talak dimana

dan kapan saja seperti yang ditegaskan oleh fiqh (Islam) sementara di sisi lain ada

ketentuan peraturan (Negara) yang mengharuskan jatuhnya talak seorang suami

hanya terjadi jika dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama.

Maka kemudian yang menjadi persoalan adalah apakah dengan adanya pasal

115 KHI itu akan membuat suami tidak dengan mudah menjatuhkan kata talak

kepada istrinya dan apakah pasal 115 KHI itu efektif untuk membuat masyarakat

menyelesaikan perceraiannya di dalam Pengadilan Agama?Oleh karena itu penulis

merasa tertarik untuk mengangkat judul

“EFEKTIFITAS PASAL 115 KHI TENTANG KEHARUSAN JATUHNYA

TALAK DI DALAM SIDANG PENGADILAN AGAMA”

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

3 Departemen Agama RI, KHI, ( Jakarta : Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama

Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam DEPAG RI, 2000 ), cet. Ke-1

Page 12: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

Agar pokok permasalahan dalam memahami skripsi ini tidak terlalu meluas

dan tetap pada jalurnya,penulis membatasi ruang lingkup pembahasan penulisan

skripsi ini hanya berkisar pada efektifitas pasal 115 KHI saja.Dengan harapan agar

dalam pembahasan skripsi ini menjadi terarah dan tersusun sistematis sesuai dengan

tema yang menjadi titik fokus skripsi ini.

Oleh karena itu pembahasan pokok masalah dalam skripsi ini di tinjau di KHI

dari undang-undang perkawinan No.1 Tahun 1974.

Perumusan masalah :

a. Apakah yang melatar belakangi munculnya pasal 115 KHI ?

b. Apa yang menjadi landasan hukum lahirnya pasal tersebut ?

c. Bagaimana efektifitas keberlakuan pasal tersebut di dalam pengadilan dan di

masyarakat ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang tersebut di atas, maka penulisan

skripsi ini adalah bertujuan untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui kapan munculnya pasal 115 KHI ?

2. Untuk mengetahui apa yang menjadi landasan hukum lahirnya pasal tersebut ?

3. Untuk mengetahui bagaimana efektifitas keberlakuan pasal tersebut di dalam

pengadilan dan di masyarakat ?

Adapun kegunaan penulisan ini adalah bahwa skripsi ini diharapkan dapat

berguna bagi pribadi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya sebagai

Page 13: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

informasi dan pengetahuan dalam menghadapi permasalahan - permasalahan yang

timbul akibat talak.

D. Metode, Jenis Dan Tekhnik Penelitian

1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah ini adalah pendekatan kualitatif yaitu dengan melakukan

wawancara terhadap hakim dan masyarakat lalu di uraikan jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan tersebut, kemudian menghubungkan dengan masalah yang

diajukan sehingga ditemukan kesimpulan objektif, logis, konsisten dan sistematis

sesuai dengan tujuan yang di kehendaki dalam penulisan skripsi ini.

2. Jenis Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder,yaitu:

a. Data Primer

1) Di dapatkan dari Pengadilan Agama Cibinong dengan Nomor Putusan

409/Pdt.G/2009/PA.Cbn.

2) Wawancara Terhadap Hakim dan Masyarakat.

Kemudian data tersebut di analisis dengan cara menguraikan dan

menghubungkan dengan masalah yang di kaji.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan jalan mengadakan studi

kepustakaan atas dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang

diajukan. Dokumen yang dimaksud adalah Al-Qur’an, Hadis, buku-buku karangan

ilmiah, Undang-Undang, Kompilasi Hukum Islam(KHI), Undang-Undang Nomor 1

Page 14: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975

Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

serta buku dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diajukan.

3. Teknik Penelitian

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang tepat maka penulis menggunakan cara

a. Pengumpulan Data

Penulis membaca dan menelaah berbagai buku sumber dan referensi lainnya

yang dapat memberikan informasi yang ada kaitannya dengan masalah yang

diteliti.

b. Interview atau wawancara yaitu dengan mengumpulkan data yang dilakukan

dengan jalan mengadakan wawancara langsung dengan responden yang telah

di pilih sebelumnya yaitu Hakim Pengadilan Agama Cibinong dan salah

seorang masyarakat.

4. Tekhnik Analisa Data

Setelah proses pengumpulan data dikumpulkan melalui beberapa teknik, maka

data yang sudah ada akan di olah dan di analisis supaya mendapatkan suatu hasil akhir

yang bermanfat bagi penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan mengadakan studi

dengan teori kenyatan yang ada di tempat penelitian, sedangkan tekhnik penulisan

mengikuti pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta 2007.

E. Sistematika Penulisan

Agar penulisannya lebih sistematis dan terarah maka penulisan skripsi ini

disusun dalam lima bab, setiap bab terdiri dari sub bab yaitu :

Page 15: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah,

Perumusan dan Pembatasan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian,

Metode, Jenis, Teknik Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Membahas tentang hal-hal yang berhubungan dengan perceraian (talak)

yang meliputi : Pengertian talak, Hukum talak/ alasan talak, Macam-

macam talak, Rukun dan Syarat talak, Tata cara talak dan Akibat

hukumnya menurut hukum Islam serta hikmah talak.

BAB III : Ketentuan mengenai jatunya talak di Pengadilan menurut KHI yang

meliputi: Sekilas tentang KHI, Latar belakang lahirnya pasal 115 KHI,

Dasar hukum atau landasan hukum lahirnya pasal 115 KHI.

BAB IV : Efektifitas Pasal 115 KHI tentang keharusan jatuhnya talak di dalam

sidang Pengadilan Agama Sub pokok dalam pembahasan ini meliputi

perspektif hukum Islam atau fiqh terhadap pasal 115 KHI, Efektifitas

pelaksanan pasal 15 di pengadilan dan masyarakat.

BAB V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.

Page 16: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

BAB II

TALAK

A. Menurut Hukum Islam

1. Pengertian Talak

Talak diambil dari kata istilah (ا��ق) artinya melepaskan atau meninggalkan,

dalam istilah agama, talak adalah melepaskan ikatan perkawinan atau rusaknya

hubungan perkawinan.

Al-Zaziri dalam kitabnya Al-Fiqh ‘Alal Madzahibil Arba’ah memberi definisi

talak sebagai berikut:

��ص �� � � ا���ق ��زا�� ا����ح أو����ن �

Artinya: Talak ialah menghilangkan ikatan perkawinan , mengurangi pelepasan

ikatannya dengan mempergunakan kata-kata tertentu. 4

Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqhus Sunnah memberi definisi talak sebagai-

berikut:

�( را��� ا�!وج وإ�%�ء ا�#�"� ا�!و ��

Artinya : “talak ialah melepas tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami istri”

Abu Zakaria Al-Anshari dalam kitabnya Fathul Wahab memberi definisi talak

sebagai-berikut:

�( ,�+ ا����ح � �� ا���ق و��*

Artinya: “talak ialah melepas tali akad nikah dengan kata talak dan yang sesamanya.

Al Mahalli dalam kitabnya Syarih Minhaj Al-Thalibin merumuskan: “talak

adalah melepaskan hubungan pernikahan dengan menggunakan lafadz talak dan

sejenisnya”5

4 Sayid Sabiq. Fiqh Sunnah, (Bandung:Al-Ma’arif), h.7.

Page 17: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

Dari rumusan yang dikemukakan oleh Al-mahalli yang mewakili definisi yang

diberikan kitab-kitab fiqh terdapat 3 kata kunci yang menunjukkan hakikat dari

perceraian yang bernama thalaq.

Pertama: Kata “melepaskan” atau membuka atau meninggalkan mengandung

arti bahwa thalaq itu melepaskan sesuatu yang selama ini telah terikat, yaitu ikatan

perkawinan.

Kedua: kata “ikatan perkawinan”, yang mengandung arti bahwa thalaq itu

mengakhiri hubungan perkawinan yang terjadi selama ini.Bila ikatan perkawinan itu

memperbolehkan hubungan antara suami dan istri, maka dengan telah di buka ikatan

itu status suami dan istri kembali kepada keadaan semula, yaitu haram.

Ketiga: kata ”dengan lafaz tha-laqa dan sama maksudnya dengan itu”

mengandung arti bahwa putusnya perkawinan melalui suatu ucapan dan ucapan yang

digunakan itu adalah kata-kata thalaq tidak disebut dengan:putusnya perkawinan bila

tidak dengan cara pengucapan ucapan tersebut,seperti putus karena kematian.6

Kata “Thalaq” dalam bahasa arab berasal dari kata Thalaqa-Yathluqu-

Thala’qan yang bermakna melepaskan atau mengurai tali pengikat, baik tali pengikat

itu bersifat konkrit seperti tali pengikat kuda maupun bersifat abstrak seperti tali

pengikat perkawinan

5 Ibid., h. 8 6 Amir Syarifuddin. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia:Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan,(Jakarta:Kencana,2006) Cet.1,h.199.

Page 18: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

Dalam kamus Ensiklopedi Islam dijelaskan bahwa kata talak

(ar:talaq=melepaskan ikatan, meninggalkan dan memisahkan). Di zaman jahiliyah

istilah talak di gunakan untuk memisahkan ikatan suami istri7

Dalam Al-Munawir kamus bahasa arab-indonesia, talak berarti meninggalkan,

seperti dalam kalimat “thalaqa zauzatahu”.

Dalam kamus Ensiklopedi Islam juga dijelaskan bahwa menurut mazhab

hanafi dan hanbali mendefinisikan talak sebagai pelepasan ikatan perkawinan secara

langsung atau pelepasan perkawinan di masa yang akan datang. Yang di maksud

”secara langsung” adalah tanpa terkait dengan sesuatu dan hukumnya langsung

berlaku ketika ucapan talak tersebut dinyatakan suami. Adapun yang dimaksud dengan

“di masa yang akan datang” adalah berlakunya hukum talak tersebut tertunda oleh

suatu hal.8

Mazhab Syafi’i mendefinisikan talak sebagai pelepasan akad nikah dengan

lafal talak atau yang semakna dengan lafal itu. Dengan lafal ini, baik talak ba’in

maupun raj’i, hukumnya langsung berlaku ketika pernyataan talak disampaikan suami

dan segala resiko talak tersebut berlaku untuk kedua belah pihak. Sedangkan mazhab

maliki mendefinisikan talak sebagai suatu sifat hukum yang menyebabkan gugurnya

kehalalan hubungan suami dan istri.9

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan oleh para ulama di atas,

dapat disimpulkan bahwa talak menurut istilah syara adalah mengangkat ikatan

perkawiann sehingga setelah diangkatnya ikatan perkawinan itu istri tidak halal bagi

7 Miftahul Huda,”Pemahaman Masyarakat tentang Talak dan Akibat Hukumnya Menurut

KHI(Studi Pada Warga Masyarakat Kecamatan Cipayung)Jakarta Timur.”(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan

Hukum,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2008),h.15. 8 Ibid.h,16. 9 Ibid,h.17.

Page 19: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

suaminya dan ini terjadi dalam hal talak ba’in, sedangkan arti mengurangi pelepasan

ikatan perkawinan ialah berkurangnya hak talak bagi suami dari tiga menjadi dua, dari

dua menjadi satu dan dari satu menjadi hilang hak talak itu, yaitu terjadi dalam talak

raj’i.10

Menurut Al-San’ani memberikan pengertian talaq menurut bahasa adalah

“pelepasan ikatan yang kokoh”, sedangkan menurut istilah syara, talak adalah

pelepasan akad perkawinan.11

Perkataan “thalaq”dan “furqah” dalam istilah fiqh mempunyai arti yang umum

dan arti yang khusus. Arti yang umum adalah segala bentuk perceraian yang

dijatuhkan oleh suami yang telah ditetapkan oleh hakim dan perceraian yang jatuh

dengan sendirinya, seperti perceraian yang disebabkan meninggalnya salah satu dari

suami atau istri. Sedangkan arti khusus adalah perceraian yang di jatuhkan suami

saja.12

Dalam arti lain, talak juga berarti usaha untuk melepaskan, memutuskan,

meninggalkan atau menghilangkan suatu ikatan pernikahan antara suami istri yang

berakibat berakhirnya hubungan perkawinan tersebut dan konsekuensinya adalah sang

istri tidak lagi halal bagi suaminya.

Sedangkan talak menurut Kompilasi Hukum Islam adalah ikrar suami

dihadapan sidang pengadilan agama yang menjadi salah satu sebab putusnya

perkawinan dengan cara sebagaimana dimaksud dalam pasal 129, 130 dan 131.13

10 Proyek Pembinaan, Prasarana dan Sarana IAIN Jakarta, Ilmu Fiqh,(Jakarta, 1984 /1985), Jilid II,

h. 226-227. 11 Mulyadi,”Cerai Tanpa Putusan Pengadilan Agama dalam Perspektif Fiqh dan Hukum

islam(Studi di Kelurahan Condet Batu Ampar Jakarta Timur).”(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan

Hukum,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2006),h.23. 12 Ibid.h,24. 13

Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia,(Departemen Agama, 2002), h. 57.

Page 20: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perceraian

dalam istilah fiqh disebut talak atau furqah. Talak berarti membuka ikatan atau

membatalkan perjanjian dan furqah berarti bercerai, yaitu lawan kata dari berkumpul.

Kemudian kedua kata tersebut dijadikan istilah oleh para ahli fiqh yang berarti

perceraian antara suami istri.

2. Hukum Talak

Hidup dalam hubungan perkawinan itu merupakan sunnah Allah dan sunnah

Rasul. Itulah yang di kehendaki oleh Islam. Sebaliknya melepaskan diri dari

kehidupan perkawinan itu menyalahi sunnah Allah dan sunnah Rasul tersebut dan

menyalahi kehendak Allah menciptakan rumah tangga yang sakinah mawaddah dan

rahmah.14

Meskipun demikian, bila hubungan pernikahan itu tidak dapat lagi di

pertahankan dan kalau dilanjutkan juga akan menghadapi kehancuran dan

kemudaratan, maka Islam membuka pintu untuk terjadinya perceraian. Dengan

demikian pada dasarnya perceraian atau thalaq itu adalah sesuatu yang tidak disenangi

yang dalam istilah ushul fiqh disebut makruh.15

Berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW,berikut ini:

"�ل ر�7ل ا2 ص 3 ا2 , �� و7 6 أ�45 ا��ل إ�3 ا2 ا���ق: ,0 إ�0 ,/. "�ل

“Dari Ibnu Umar,ia berkata bahwa Rasulullah Saw.telah bersabda,”Sesuatu yang

halal yang amat di benci Allah ialah talak,”(Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah)16

14 Amir Syarifuddin,Garis-Garis besar Fiqh,(Bogor:Kencana,2003),Cet 1,h.126. 15 Amir Syarifuddin,Hukum perkawinan Islam di Indonesia Antara fiqh munakahat&Undang-

Undang Perkawinan,(Jakarta:Kencana,2006),Cet.1,h.199. 16 Sulaiman Rasjid,Fiqh Islam(hukum Fiqh Islam),(Bandung:PT Sinar Baru

Algesindo,1994),Cet.27,h.401-402.

Page 21: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

Para fuqaha berbeda pendapat tentang hukum asal menjatuhkan talak oleh

suami.yang paling tepat di antara pendapat itu ialah pendapat yang mengatakan bahwa

suami diharamkan menjatuhkan talak kecuali karena darurat(terpaksa). Pendapat itu

dikemukakan oleh ulama Hanafiyah dan Hanabillah, alasannya ialah hadits yang

menyatakan:

��ق �#0 ا2 آ( ذواق

“Allah mengutuk suami tukang pencicip lagi suka mentalak istri”.17

Mereka ini juga beralasan bahwa menjatuhkan talak berarti mengkufuri nikmat

Allah, sebab perkawinan itu termasuk nikmat dan anugrah Allah, padahal mengkufuri

nikmat Allah itu di larang. Oleh karena itu menjatuhkan talak tidak boleh, kecuali

karena darurat(terpaksa).18

Di bawah ini adalah macam-macam syarat jatuhnya talak

a. Wajib

Apabila terjadi perselisihan antara suami istri lalu tidak ada jalan yang dapat

ditempuh kecuali dengan mendatangkan dua hakim yang mengurus perkara

keduanya.Jika kedua orang hakim tersebut memandang bahwa perceraian lebih

baik bagi mereka,maka saat itulah talak menjadi wajib.

b. Makruh

Talak yang dilakukan tanpa adanya tuntutan dan kebutuhan.Sebagian ulama

ada yang mengatakan mengenai talak yang makruh ini terdapat dua pendapat:

Pertama, bahwa talak tersebut haram dilakukan, karena dapat menimbulkan

mudharat bagi dirinya juga bagi istrinya, serta tidak mendatangkan manfaat

17 Abd,Rahman Ghazaly.Fiqh munakahat,(Bogor:Kencana,2003),Cet.1,h.213. 18 Ibid,h.214.

Page 22: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

apapun. Talak ini haram sama seperti tindakan merusak atau menghamburkan

harta kekayaan tanpa guna. Hal itu didasarkan pada sabda Rasulullah

Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagai berikut:

>;.ار و> ;.ار

“Tidak boleh memberikan mudharat kepada orang lain dan tidak boleh membalas

kemudharatan dengan kemudharatan lagi”

Kedua,menyatakan bahwa talak seperti itu di bolehkan.Hal itu didasarkan pada

sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ini.

أ�45 ا��ل إ�3 ا2 <#��= ا���ق

“Sesuatu hal yang halal yang paling dibenci Allah adalah talak.”

Dan dalam lafazh yang lain disebutkan.

� أ�( ا2 @�?� أ�45 إ��� 0 ا���ق

“Allah tidak mebolehkan sesuatu yang lebih Dia benci selain talak.”(HR.Abu

Dawud dengan sanad ma’lul).

c. Mubah

Talak yang dilakukan karena ada kebutuhan.Misalnya karena buruknya akhlak

isteri dan kurang baiknya pergaulannya yang hanya mendatangkan mudharat

dan menjauhkan mereka dari tujuan pernikahan.

d. Sunnah

Talak yang dilakukan pada saat istri mengabaikan hak-hak Allah Ta’ala yang

telah diwajibkan kepadanya,misalnya shalat, puasa dan kewajiban

lainnya,sedangkan suami juga sudah tidak sanggup lagi memaksanya.Atau

istrinya sudah tidak lagi menjaga kehormatan dan kesucian dirinya.Dalam

kondisi seperti itu di bolehkan bagi suaminya untuk mempersempit ruang dan

Page 23: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

geraknya. Sebagaimana yang di firmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam

Al-qur’an surat an-Nisa:19

�-nE)L. "E ��E� !� P�S7"3�U BC <o�"�p �TUV�� D)A P�8�F��9 �U�f��X7� qr��⌧d P BC�) 1�8r�8%/s�8�9

P�5�rk"v�� �w�8"5�6 �"3 1�8r��☺,�x�9�U �C�Q D)A

"yz�9{L"E 5H"|>� ⌧?�6 5H[7�Xx"�n3 h 1�8r)a>}"S�)

>)S��8�☺*��6 h D�~�{ 1�8r��☺,�rF�⌧d �f��8�{ D)A

P�8r"�V�9 q�*k⌧! Bo�8*-�p�) �� ����{ Oa���� Oa��bB0 �msG

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai

wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka Karena

hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang Telah kamu berikan

kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata dan

bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai

mereka, (maka bersabarlah) Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,

padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (QS.An-Nisa:19)

d. Mazhur(terlarang)

Talak yang dilakukan ketika istri sedang haid.Para ulama di Mesir telah

sepakat untuk mengharamkannya. Talak ini disebut juga dengan talak bid’ah.

Disebut bid’ah karena suami yang menceraikan itu menyalahi sunnah Rasul

dan mengabaikan perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Di mana Allah telah

berfirman (ath-Thalaq:1)

HIJK)L. "E ���YNO� ���Q

:�,*Q.%� �U�f��X7�

1�8r�/Q�I%���{ ��IF1K�8��

Page 24: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

P���=�)A�) $[1K�8*� P P�/QN9�) !� �T/�W6�< P BC ��8r�S]F�*E�3 d��3 1��-�9�Sk6

BC�) J�=]S�*E�p �C�Q D)A "yz�9{L"E

5H"|>� ⌧?�6 5H�O�Xx"5n3 h �5{%�9�) ��)�KS$ �� h �"3�)

1K�8"v"E ��)�KS$ �� =K�Q�{ �T$%��

��f�*?"@ h BC �<=K�9 No�8�� !�

���K*"Up �K�8"6 �5��(�� q�*3)A

�mG

Artinya: Hai nabi, apabila kamu menceraikan Isteri-isterimu Maka hendaklah

kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang

wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu.

janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka

(diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang.

Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya dia Telah berbuat zalim

terhadap dirinya sendiri. kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan

sesudah itu sesuatu hal yang baru. (ath-Thalaq:1)

Sedangkan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam sendiri telah bersabda,

B �%� ا���Aء � E ا�#+ة ا�3C أ. ا2 أن <CF G/أن ی )I" B إن @�ء أEA �#+ و إن @�ء �

“…Jika ia menghendaki,ia boleh menceraikannya sebelum ia

mencampurinya.Demikianlah iddah diperintahkan Allah ketika wanita itu

diceraikan.”(Muttafaqun Alaih)19

3. Alasan Talak

Talak tidak akan terjadi apabila tidak ada alasan-alasan syar’i yang

menyebabkan timbulnya perselisihan dalam rumah tangga yang berakibat pada

terjadinya talak.

Setidaknya ada empat kemungkinan yang terjadi dalam kehidupan rumah

tangga yang dapat memicu timbulnya keinginan untuk memutuskan atau terputusnya

perkawinan.

a. Terjadinya nusyuz dari pihak istri

19 Syaikh Hasan Ayyub,Fikh Keluarga,(Jakarta:Pustaka Al-Kautsar,2001),Cet 1,h.211.

Page 25: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

Dalam surat An-nisa ayat 34 dinyatakan :

S� ��F��� J��S3(��� �$9"S �U�f��X7� �☺�6 Bo�s�{ ��

���-Bs�8"6 h�$9"S Yw�8"6 ��☺�6�) P�/Q⌧?@)A =��3

�T�-��(��*3)A h /4 ���% ����{ �4 "v�O � 4 �/�? �� �%*k"�{%���

�☺�6 ⌧��?�� �� h ��� !��) "D�8{�E)3 ��8r�+�/|8g ��8r��/�8�{

1�8r)S�/��r�) ��y ��>]Bs�☺*�

1�8r�6�a=�) P �D�~�{ �T/��O�8�)A B⌧�{ P�U��5�9 1�I�a$%"S �⌧k���� V ND�Q !�

J� ⌧d C��%"S Oa���B0 �FG

Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena

Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain

(wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta

mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi

memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara

(mereka) wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya Maka nasehatilah

mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukulah mereka.

Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan

untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar”.

(Qs.an-Nisa:34)

Berdasarkan ayat di atas, Allah SWT telah mengatur tata cara yang harus di

tempuh oleh pihak suami apabila di dalam rumah tangganya terjadi perselisihan yang

diakibatkan karena nusyuznya (perubahan perilaku) pihak istri, yang apabila

permasalahan tersebut terus dibiarkan tanpa usaha untuk mencari jalan keluar diantar

keduanya dengan cara-cara yang disyri’atkan oleh hukum islam, maka akan

berdampak pada terjadinya perceraian.

b. Terjadinya nusyuz dari pihak suami

Dalam surat An-nisa ayat 128 dinyatakan:

Page 26: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

GD�Q�) �[)A���� =4�{ �& d��3 �-�%�8"6 +�/|@ �))A Om&x=S�Q B⌧�{ ��[7S]

��☺I�a$%"l D)A ���%��SE �☺l��O�x"6 ☯�{%�� h �⌧{%����) a���� V �T�a> =��A�) ;☯/?@,& 1⌧�|�

h D�Q�) P�SO>���89 P�/QWv�9�) ���~�{ !� J� ⌧d �☺�6

J��8%�☺�8�9 Oa����� �m¡G

Artinya: “Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak

acuh dari suaminya, Maka tidak Mengapa bagi keduanya mengadakan

perdamaian yang sebenar-benarnya dan perdamaian itu lebih baik (bagi

mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir dan jika kamu bergaul

dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap

tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang

kamu kerjakan”. (QS. An-Nisa:128)

Dalam al-qur’an dan terjemahannya terdapat keterangan bahwa jalan yang di

tempuh apabila suami nusyuz seperti acuh tak acuh, tidak menggauli dan tidak

memenuhi kewajibannya, maka upaya perdamaian bisa dilakukan dengan cara istri

merelakan haknya dikurangi untuk sementara agar suaminya bersedia kembali pada

istrinya dengan baik.

c. Terjadinya Syiqaq

Jika dua kemungkinan yang telah disebut di muka menggambarkan satu pihak

yang melakukan nusyuz sedangkan pihak yang lain dalam kondisi normal,maka

kemungkinan yang ketiga ini terjadi karena kedua-duanya terlibat dalam

syiqaq(percekcokan),misalnya disebabkan kesulitan ekonomi,sehingga keduanya

sering bertengkar.

Page 27: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

Tampaknya alasan untuk terjadinya perceraian lebih disebabkan oleh alasan

syiqaq. Dalam penjelasan UU no.7 tahun 1989 dinyatakan bahwa syiqaq adalah

perselisihan yang tajam dan terus menerus antara suami istri.

Untuk sampai pada kesimpulan bahwa suami istri tidak dapat lagi didamaikan

harus dilalui beberapa proses.

Dalam ayat suci al-Qur’an surah an-Nisa:4/35 dinyatakan:

�D�Q�) ��,*?>� �¢�Q�! �^IG\�x"6 P�8b�8�6�{

£☺�V�� =��X3 i�A��r)A £☺�V���) =��X3 ��-�%�r)A D�Q ��KEF�SE ☯� $%=��Q G#��{��SE

�� ��☺_I�\*�"6 V ND�Q !� "D ⌧d �☺��%"S Oa��5�� �F�G

Artinya: Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka

kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga

perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan,

niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS.An-Nisa:35)

Dari ayat diatas, jelas sekali aturan islam dalam menangani problema

kericuhan dalam rumah tangga.Dipilihnya hakam(arbitrator) dari masing-masing

pihak dikarenakan para perantara itu akan lebih mengetahui karakter, sifat keluarga

mereka sendiri.Ini lebih mudah untuk mendamaikan suami istri yang sedang

bertengkar. An-Nawawi dalam syarah Muhazzab menyatakan bahwa disunnatkan

hakam itu dari pihak suami dan isteri, jika tidak boleh dari pihak lain.

d. Salah satu pihak melakukan perbuatan zina(fahisyah)

Yang menimbulkan saling tuduh menuduh antara keduanya.Cara

menyelesaikannya adalah dengan cara membuktikan tuduhan yang

Page 28: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

didakwakan,dengan cara li’an.Li’an sesunguhnya telah memasuki “gerbang

putusnya”perkawinan,dan bahkan untuk selama-lamanya.Karena akibat li’an adalah

terjadinya talak ba’in kubra.20

4. Macam-Macam Talak.

Ada tiga macam talak:

a. Talak tiga, talak ini dinamakan”bain kubra”, bekas suami tidak boleh ruju’kembali,

tidak sah pula kawin lagi dengan bekas istrinya itu, kecuali apabila bekas istrinya

itu sudah menikah lagi dengan orang lain, serta sudah bercampur dengan

suaminya yang baru itu dan sudah di ceraikannya dan sudah pula habis masa

iddahnya, barulah suami yang pertama boleh menikahinya lagi.

b. Talak tebus, atau dinamakan”bain sughra”, suami tidak sah ruju’lagi,tetapi boleh

kawin kembali, baik dalam iddah ataupun sesudah habis iddahnya, dengan

ketentuan harus ulangi akad nikah yang baru.

c. Talak satu atau talak dua dinamakan”talak raj’i”, artinya si suami boleh ruju

kembali kepada istrinya selama si istri masih dalam iddah.21

5. Rukun Dan Syarat Talak

Rukun talak adalah unsur pokok yang harus ada dalam talak dan terwujudnya

talak bergantung pada lengkapnya unsur-unsur dimaksud. Rukun talak ada empat

diantaranya :

20 M.Amir Nurudin dan Tarigan,Azhari Akmal.Hukum perdata Islam Kritis Perkembangan Hukum

Islamdari Fiqh,U no.1/1974 sampai KHI.,(Jakarta:Kencana,2006),Cet.3,214. 21 Kasmuri Selamat,Pedoman Mengayuh Bahtera Rumah Tangga(Panduan

Perkawinan),(Jakarta:Kalam Mulia,1998),Cet 1,h.25.

Page 29: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

1. Suami, suami adalah yang memiliki hak talak dan berhak menjatuhi talak,

selain suami tidak berhak menjatuhkannya. Oleh karena talak itu bersifat

menghilangkan ikatan perkawinan, maka talak tidak mungkin terwujud

kecuali setelah nyata adanya akad perkawinan yang sah.

Abu Ya’la dan Al-hakim meriwayatkan hadits dari Jabir, bahwa

Rasulullah SAW bersabda

E > �� ق ا> �#+ا����ح و> ,BC ا> �#+

Artinya: “tidak ada talak kecuali setelah akad perkawinan dan tidak ada

pemerdekaan kecuali setelah ada pemilikan”.

Untuk sahnya talak suami disyaratkan :

a. Telah dewasa dan sehat akalnya serta ucapan talak yang digunkannya itu

adalah atas dasar kesadaran dan kesengajaannya, dengan demikian, talak

yang dilakukan anak-anak, orang gila, orang terpaksa dan orang yang

tersalah dalam ucapannya maka tidak sah talak yang diucapkannya.

Karena talak tergolong tindakan yang mempunyai akibat dan pengaruh

dalam kehidupan suami istri, maka mau tidak mau yang menjatuhkan talak

harus sempurna kemampuannya, sehingga tindakan-tindakannya

dipandang sah secara hukum.

Firman Allah SWT dalam surat An-nahl ayat 106

�"3 "�⌧?B0 ���6 d��3 �K�8"6 ?i���O �☺E�Q �C�Q =�"3 [$F�¤0�A ���{%� �)

3yG�☺=�S3 �� �☺E4¥�6 �>V ���) �N3 ���aB} F�*?UV*��6 7<=Kf�

���-*�$%�8�{ s%Bs⌧� J��X3 �� ���-���) ¨⌧k"S s���/"S �m��G

“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (Dia

mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal

hatinya tetap tenang dalam beriman (Dia tidak berdosa), akan tetapi

Page 30: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, Maka kemurkaan

Allah menimpanya dan baginya azab yang besar”.

Dan sabda Rasulullah SAW :

�� �K وا��A��ن و�ا�C7.ه�ا ,L3 ا�C إن ا2 و;M ,0 أ

Sungguh Allah melepaskan dari umatku tangung jawab dari dosa silap,lupa dan

sesuatu yang dipaksakan kepadanya.

Berdasarkan keterangan di atas, Imam Syafi’i, Imam Malik, Imam Ahmad

berpendapat bahwa talak yang dijatuhkan oleh suami yang terpaksa tidak sah (tidak

jatuh). Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa talak tersebut adalah talak

yang sah.

2. Istri, masing-masing suami hanya berhak menjatuhkan talak terhadap istri

sendiri.

3. Sayyid Sabiq menjelaskan lebih terperinci dalam kitabnya Fiqh As-sunnah

tentang syarat dari pihak perempuan yaitu :

a. Berada dalam ikatan suami istri yang sah

b. Bila berada dalam iddah talak raj’i atau iddah talak bai’n sughra sebab

dalam keadaan-keadaan seperti ini secara hukum ikatan suami istri masih

berlaku sampai habisnya masa iddah.

c. Jika perempuan berada dalam pisah badan karena dianggap sebagai talak

seperti pisah badan karena suami tidak amu masuk islam atau karena ila’.

Pisah badan dalam keadaan seperti ini dianggap talak oleh golongan

Hanafi.

d. Jika perempuan dalam iddah, karena pisah badan yang dianggap fasakh,

tetapi pada dasarnya akadnya tidak batal. Seperti karena istri murtad.

Page 31: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

Fasakh dalam hal ini terjadi karena adanya halangan yang membatalkan

kelangsunagan perkawinan, bila kemurtadannya benar-benar terbukkti.

4. Sighat talak. Kata-kata yang diucapkan oleh suami menggunakan lafadz talak,

sharih atau lafadz yang semakna dengan itu atau terjemahannya yang sama-

sama diketahui sebagai ucapan yang memutus hubungan pernikahan seperti

“cerai”. Dapat juga ucapan talak itu menggunakan ucapan yang tidak terus

terang atau disebut juga kinayah, namun untuk itu dipersyaratkan niat dari si

suami yang mengucapkannya.

5. Qashdu (kesengajaan), ucapan talak itu memang di maksudkan oleh yang

mengucapkannya untuk talak bukan untuk yang lain, oleh karena itu apabila

suami mengeluarkan lafadz yang bukan lafadz talak maka dipandang tidak

jatuh talak.22

6. Tata Cara Talak

Dalam shariah tidak ada di bentangkan suatu prosedur sebelum terjadinya

perceraian,seperti usaha mendamaikannya kembali bilamana

memungkinkan.Tetapi kalau semua upaya untuk merukunkan kembali dan

membentuk hubungan yang baik di antara kedua pasangan hidup itu ternyata

gagal,dan kedua suami istri itu menganggap tak mungkin untuk hidup bersama

lebih lama lagi,maka tak ada belenggu memuakkan yang memaksa mereka agar

tetap bersama.Mereka boleh berpisah dengan baik dan masing-masingnya boleh

mencari pasangan lain lagi yang cocok dengan membina suatu hubungan

perkawinan yang baru.Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkawinan

semata-mata merupakan ikatan kekeluargaan dalam islam yang harus di fungsikan

22 Abd.Rahman Ghazaly,Fiqh Munakahat,(Bogor:Kencana,2003),Cet.1,h.205.

Page 32: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

selama satu sama lain tetap saling mencintai dan menghormati.Melalui

perkawinan Syariat bertujuan membentuk suatu unit keluarga yang

sejahtera,tetapi kalau tujuan ini gagal,maka ia tak perlu di perpanjang berlarut-

larut dengan alasan yang di cari-cari sebagaimana di praktekkan di antara

beberapa agama lain yang tak mengizinkan adanya perceraian dengan mengambil

sumpah pada saat upacara perkawinan itu bahwa mereka tak akan memutuskan

jalinan perkawinan”sampai ajal memisahkan kita”

Merupakan hal yang tidak islami dan tak etis membiarkan kehidupan orang

mengambang terkatung-katung.Al-qur’an menjelaskan(an nisa 129)

����) P©�S8k��",��$o D)A P�U��K�8�9 "y�z"6 �U�f��X7�

�����) �T,=�"��� P B⌧�{ P�8%��☺�9 No/0 Go*��☺*� �r)M<⌧k"v�{

�H�Q.%�8�☺*�⌧d h D�Q�) P����%��89 P�/QWv�9�) ���~�{

!� "D ⌧d 7<�/?⌧� £☺����< �m¡sG

Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu),

walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, Karena itu janganlah kamu terlalu

cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-

katung. dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari

kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Bila tetap tak ada harapan sama sekali untuk mendamaikannya,maka hanya

perceraianlah yang merupakan penyelesaian terakhir.(an nisa 130)

D�Q�) � ��⌧?"v"E ��*�SE �� �⌧/0 ��X3 i���v�8�� h "D ⌧d�) ��

8>�(�) £☺�>V�� �mF�G

Jika keduanya bercerai, Maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-

masingnya dari limpahan karunia-Nya. dan adalah Allah Maha luas (karunia-Nya)

lagi Maha Bijaksana.

Page 33: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

Dengan kata lain,Syariat hanya mengizinkan menceraikan seseorang atau

beberapa istri dalam keadaan tertentu.Seorang muslim hanya dapatmenceraikan istrinya

sebanyak dua kali dalam tempo berbeda yang memungkinkan mereka berdamai dan rujuk

kembali,namun setelah semua upaya mendamaikan tak berhasil,maka dalam perceraian

ketiga mereka tak boleh rujuk kembali.23

7. Akibat Hukum Talak

a. Akibat Talak Raj’i

Talak raj’i tidak melarang mantan suami berkumpul dengan mantan istrinya,

sebab akad perkawinannya tidak hilang dan tidak menghilangkan hak

(pemilikan), serta tidak mempengaruhi hubungannya yang halal (kecuali

persetubuhan).

Sekalipun tidak mengakibatkan perpisahan, talak ini tidak menimbulkan

akibat-akibat hukum selanjutnya selama masih dalam masa iddah istrinya.

Segala akibat hukum talak baru berjalan sesudah habis masa iddah dan jika

tidak ada rujuk apabila masa iddah telah habis maka tidak boleh rujuk dan

berarti perempuan itu telah tertalak bai’n. Jika ada dalam masa iddah maka

talak raj’i yang berarti tidak melarang suami berkumpul dengan istrinya

kecuali bersenggama. Jika ia menggauli istrinya berarti ia telah rujuk.

Istri yang menjalani iddah talak raj’i, jika ia taat atau baik kepada suaminya,

maka ia berhak memperoleh tempat tinggal, pakaian dan uang belanja dari

23 Abdur Rahman,Shari’ah The Islamic Law.Penerjemah Basri Iba Asghary,dkk(Jakarta:PT

Rineka Cipta,1992),h.83.

Page 34: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

mantan suaminya. Tetapi jika ia durhaka maka tidak berhak mendapat apa-

apa. Rasulullah SAW bersabda

�%� ا�. #� , �% �N� أة إذا آ�ن./ � =��Aإ�/� ا����� وا�

“perempuan yang berhak mendapat nafkah dan tempat tinggal (rumah) dari

mantan suaminya adalah apabila mantan suaminya itu berhak merujuk

kepadanya”.(HR.Ahmad dan An-Nasai)

Sabdanya pula

E ا�. #�إ�/� ا����� /> 0/� =��Aوا�

Nafkah dan tempat tinggal bagi wanita yang memiliki(kesempatan

untuk)diruju’.

Bila salah seorang meninggal dalam masa iddah, yang lain menjadi ahli

warisnya dan mantan suami tetap wajib memberi nafkah kepadanya selama

masa iddah.

b. Akibat Talak Bai’n Sughra

Talak bai’n sughra adalah memutuskan hubungan perkawinan antara suami

dan istri setelah kata talak diucapkan, karena ikatan perkawinan telah putus,

maka istrinya kembali menjadi orang lain bagi suaminya. Oleh karena itu, ia

tidak boleh bersenang-senang dengan perempuan tersebut, apalagi sampai

menyetubuhinya.

Apabila ia baru mentalaknya satu kali, berarti ia masih memiliki sisa dua kali

talak setelah rujuk dan jika sudah dua kali talak, maka ia berhak atas satu kali

talak setelah rujuk.

c. Akibat Talak Bai’n Kubra

Hukum talak bai’n kubra sama dengan talak bai’n sughra, yaitu memutuskan

tali perkawinan antara suami dan istri. Tetapi talak bai’n kubra tidak

Page 35: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

menghalalkan bekas suami merujuk bekas istrinya kecuali sesudah ia (istri

menikah dengan laki-laki lain dan telah bercerai sesudah dikumpulinya

(bersenggama) tanpa ada niat nikah tahlil).

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 23:

D�Q�) �T,O/0 ��y ª%�E�< 1☺�X3 �O*�N�"@ h�$9"S "@�K�5"S P�89{L�{ Z[�<����6 ��X3

i�A��£�X3 P�SS���) TUd�U��K�-U! ��X3 GD)�� ��

��Q �T,OUd "yz� �K f� �¡FG

Artinya: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang

kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja)

yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah,

jika kamu orang-orang yang benar”.

Perempuan yang menjalani iddah talak bai’n jika tidak hamil, ia hanya

berhak memperoleh tempat tinggal (rumah) sedangkan yang lainnya tidak. Tetapi

jika ia hamil maka ia juga berhak mendapatkan nafkah.

dalam Al-Qur’an ditegaskan : QS.At-Thalaq : 6

1�8r�SO>V��)A =��3 �\*k�� �v7�V�� ��X3 �TUd�K��S) BC�) 1�8r)n<�Bs89

P�/Q��Bsv�� 1�I�a$%"S h D�Q�) 1�Ud �4 ��L)�A �o��⌧� P�/Q�?@)L�{

1�I�a$%"S h�R��� ���8Bs"E 1��-$%��⌧� h �D�~�{ ���8fm�<)A

�6UV�� 1�8r�89"��{ 1�8r�<�S]�A P P)S��☺�9{A�) 6UV�O�x"6 5)S��8[?�V P D�Q�) ��U$�af��8�9 ��>m�aU«f��{ ?�SA�� V�"����A ��G

Artinya: “Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal

menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk

menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu

sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka

bersalin, Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka

berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu

Page 36: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

(segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan

lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya”.

Perempuan yang menjalani iddah wafat karena ditinggal mati oleh

suaminya ia tidak berhak sama sekali nafkah dan tempat tinggal dari mantan

suaminya, karena ia dan anak yang dikandungnya adalah pewaris yang berhak

mendapatkan harta pusaka dari almarhum suaminya itu.

Rasulullah SAW bersabda :

( ا�/�C"= ,�%� زو %� ������ )� G�� “Perempuan hamil yang ditinggal mati suaminya tidak berhak memperoleh

nafkah.

Perempuan yang ditalak suaminya sebelum dikumpuli (qobla al-dukhul) ia

tidak memiliki iddah tetapi berhak memperoleh mut’ah (pemberian).

Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam( QS. Al-Azab: 49)

HIJK)L. "E "y� !� P©�SO"3�U ���Q :�,���V"@

�4 [7�3���☺*� ��8� 1�8r��☺v*Q.%� ��3 Go��� D)A

��8r�x��☺�9 �☺�{ �TUV�� 1��-*�$%"l =��3 Z[1K�S HI"­)<K",�8�9 P

1�8r�S8�$v�☺�{ 1�8r�S���af��) ☯$�af� b⌧����r �sG

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-

perempuan yang beriman, Kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu

mencampurinya Maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu

yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut'ah dan

lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik- baiknya.

Selanjutnya, baik mantan suami atau mantan istri harus memperhatikan

kesejahteraan anak. Jika anak masih dalam kandungan, maka ibunya harus

menjaganya baik-baik demikian juga ketika anak menyusui pada ibunya,

sekalipun bisa juga perempuan lain yang menyusui anak tersebut jika misalnya

Page 37: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

ibunya enggan atau sibuk, sampai anak itu bisa berdiri sendiri, maka tanggung

jawab nafkah tetap menjadi kewajiban bapaknya.

Dalam Al-qur’an disebutkan : QS.At-Thalaq ayat 6

1�8r�SO>V��)A =��3 �\*k�� �v7�V�� ��X3 �TUd�K��S) BC�)

1�8r)n<�Bs89 P�/Q��Bsv�� 1�I�a$%"S h D�Q�) 1�Ud �4 ��L)�A

�o��⌧� P�/Q�?@)L�{ 1�I�a$%"S h�R��� ���8Bs"E 1��-$%��⌧� h �D�~�{

���8fm�<)A �6UV�� 1�8r�89"��{ 1�8r�<�S]�A P P)S��☺�9{A�)

6UV�O�x"6 5)S��8[?�V P D�Q�) ��U$�af��8�9 ��>m�aU«f��{ ?�SA��

V�"����A ��G

Artinya: “Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat

tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka

untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah

ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga

mereka bersalin, Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu

Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara

kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka

perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya”.

Jika anak tersebut sudah mengerti (mumayyiz) maka ia dipersilahkan memilih

apakah mau mengikuti ibu atau bapaknya.24

8. Hikmah Talak

Dari uraian bab-bab sebelumnya kita mengetahui beberapa perhatian Islam

terhadap usrah muslimah (keluarga muslimah) dan keselamatanya serta terhadap

damainya kehidupan di dalamnya dan kita juga melihat metode-metode terapi yang

Islam syari’atkan untuk mengatasi segala perpecahan yang muncul di tengah usrah

muslimah, baik disebabkan oleh salah satu suami isteri atau oleh keduanya.

24 Ghazaly Abd.Rahman,Fiqh munakahat,(Bogor:Kencana,2003),Cet 1,h.266.

Page 38: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

Hanya saja, terkadang ’ilaj (terapi dan upaya penyelesaian) tidak bisa efektif lagi

karena perpecahannya sudah parah dan persengketaanya sudah memuncak,

sehingga pada saat itu mesti di tempuh ’ilaj yang lebih, yaitu talak.

Orang yang mencermati hukum-hukum yang terkandung dalam masalah talak akan

kian kuat, menurutnya perhatian Islam terhadap institusi rumah tangga dan

keinginan Islam demi kekalnya hubungan baik antara suami isteri. Karena itu,

tatkala Islam membolehkan talak, ia tidak menjadikan kesempatan menjatuhkan

talak hanya sekali yang kemudian hubugan kedua suami isteri terputus begitu saja

selama-lamanya, tidak demikian, namun memberlakukannya sampai beberapa kali.

Allah SWT berfirman, ”Talak (yang dapat di rujuki) dua kali. Setelah itu boleh

rujuk lagi dengan orang yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang

baik(Al-Baqarah:229)

�# $%!�� GD�9���� P ®®f�*3�~�{ ¯)�x�8[?�V �))A 5⌧E�a=1�9 �� f�=��~�6 V BC�) <o�"�p �T/��� D)A

P)Uk8&{L�9 �1☺�3 1�8r��☺,�x�9�U (�*k⌧! �C�Q D)A

��{�E�p �C)A �☺��QSE ��)�KS� �� P �D�~�{ ��U°*?>� �C)A �^k�QSE

��)�KS$ �� B⌧�{ ��[7S] �☺I�a$%"S �^k�{ =T�K"v*{

i���6 V �5{%�9 ��)�KS$ �� B⌧�{ �r)�K"v�8�9 h �"3�) 1K�8"v"E

��)�KS$ �� �5±. ��L)�L�{ ST8r "D�S^�% !/� �¡¡sG

Artinya” Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan

cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu

mengambil kembali sesuatu dari yang Telah kamu berikan kepada mereka, kecuali

kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika

Page 39: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-

hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan

oleh isteri untuk menebus dirinya[144]. Itulah hukum-hukum Allah, Maka

janganlah kamu melanggarnya. barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah

mereka Itulah orang-orang yang zalim.

Apabila seorang laki-laki mentalak isterinya, talak pertama atau talak kedua, maka

ia tidak berhak baginya untuk mengusir isterinya dari rumahnya sebelum berakhir

masa idahnya, bahkan sang isteri tidak boleh keluar dari rumah tanpa izin dari

suaminya. Hal itu disebabkan Islam sangat menginginkan segera hilangnya amarah

yang menyulut api perceraian. Kemudian Islam menganjurkan agar kehidupan

harmonis rumah tangga, bisa segera pulih kembali seperti semula, dan inilah yang

disebutkan Rabb kita dalam firman-Nya, ”Hai Nabi jika kamu menceraikan isteri-

isterimu, maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat

(menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta

bertakwalah kepada Allah Rabbmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah

mereka dan janganlah mereka (diizinkan) keluar kecuali kalau melakukan

perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah dan barang siapa yang

melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zhalim

terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barang kali Allah mengadakan

sesudah itu suatu hal yang baru.” (Ath-Thalaq: 1)

HIJK)L. "E ���YNO� ���Q :�,*Q.%� �U�f��X7�

1�8r�/Q�I%���{ ��IF1K�8�� P���=�)A�) $[1K�8*� P P�/QN9�) !� �T/�W6�< P BC ��8r�S]F�*E�3 d��3 1��-�9�Sk6

BC�) J�=]S�*E�p �C�Q D)A "yz�9{L"E 5H"|>� ⌧?�6 5H�O�Xx"5n3 h

Page 40: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

�5{%�9�) ��)�KS$ �� h �"3�) 1K�8"v"E ��)�KS$ �� =K�Q�{ �T$%��

��f�*?"@ h BC �<=K�9 No�8�� !� ���K*"Up �K�8"6 �5��(�� q�*3)A

�mG

Artinya: Hai nabi, apabila kamu menceraikan Isteri-isterimu Maka hendaklah

kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang

wajar dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu.

janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka

(diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah

hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya dia Telah berbuat zalim terhadap

dirinya sendiri. kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu

sesuatu hal yang baru.

Yaitu barang kali pihak suami menyesal atas keputusan mentalak isterinya,

dan Allah Ta’ala menjadikan di dalam kalbunya keinginan kuat untuk rujuk

(kembali) kepadanya sehingga yang demikian lebih mudah dan lebih gampang

untuk proses rujuk. 25

BAB III

KETENTUAN MENGENAI JATUHNYA TALAK DI PENGADILAN MENURUT

KHI

A. Sekilas Tentang KHI

1. Latar Belakang Lahirnya Pasal 115 KHI

25 http:| msg 00129.html.

Page 41: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

Kompilasi Hukum Islam merupakan pengembangan dari hukum perkawinan

yang tertuang di dalam Undang-Undang No 1 tahun 1974. Karena itu, ia tidak dapat

lepas dari misi yang di emban oleh UU Perkawinan tersebut, kendatipun cakupannya

hanya terbatas bagi umat Islam. Antara lain kompilasi mutlak harus mampu

memberikan landasan hukum perkawinan yang dapat di pegangi oleh umat Islam.26

Keberhasilan umat Islam Indonesia (Menteri Agama, Ulama) dalam

menggolkan RUU PA menjadi UU Peradilan Agama No 7 tahun 1989, tidaklah

berarti semua persoalan yang berkaitan dengan implementasi hukum Islam di

Indonesia menjadi selesai. Ternyata persoalan yang krusial yang dihadapi adalah

berkenaan dengan tidak adanya keseragaman para hakim dalam menetapkan

keputusan hukum terhadap persoalan-persoalan yang mereka hadapi.27

Hal ini disebabkan tidak tersedianya kitab materi hukum Islam yang sama.

secara material telah ditetapkan 13 kitab yang dijadikan rujukan dalam memutuskan

perkara yang kesemuanya bermazhab syafi’i. Akan tetapi tetap saja menimbulkan

persoalan yaitu tidak adanya keseragaman putusan hukum.

Berangkat dari realitas ini keinginan untuk menyusun “Kitab Hukum

Islam”dalam bentuk kompilasi semakin mendesak. Penyusunan Kompilasi ini bukan

saja di dasarkan pada kebutuhan adanya keseragaman referensi keputusan hukum di

Pengadilan Agama di Indonesia, tetapi juga disandarkan pada keharusan terpenuhinya

perangkat perangkat di sebuah peradilan, yaitu kitab materi hukum Islam yang

digunakan di lembaga peradilan tersebut.

Adalah Bustanul Arifin tampil dengan gagasan perlunya membuat kompilasi

26 Ahmad rafiq hukuim islam di indonesia h.55 27 H.amir nasution

Page 42: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

hukum Islam. Gagasan Bustanul Arifin disepakati dan dibentuklah tim pelaksana

proyek dengan surat keputusan bersama (SKB) ketua MA RI dan Menteri Agama RI

No. 7/KMA/1985. Dalam tim tersebut Bustanul Arifin dipercaya menjadi pimpinan

umum dengan anggota tim yang meliputi para pejabat MA dan Departemen Agama.

Dengan kerja keras anggota tim dan ulama-ulama, cendikiawan yang terlibat

didalamnya maka terumuskanlah KHI. Yang ditindaklanjuti dengan keluarnya

instruksi presiden No.1 tahun 1991 kepada Menteri Agama untuk menyebarluaskan

Kompilasi Hukum Islam yang terdiri dari buku I tentang perkawinan, buku II tentang

kewarisan, buku III tentang perwakafan. Inpres tersebut di tindaklanjuti dengan SK

Menteri Agama No.154 Tahun 1991 Tanggal 22 Juli 1991.

Sejalan dengan apa yang dikemukakan di atas maka pelaksanaan penyusunan

Kompilasi ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu :

a. Tahap I : Tahap Persiapan

b. Tahap II : Tahap pengumpulan data, melalui :

1. Jalur Ulama

2. Jalur Kitab-kitab Fiqih

3. Jalur studi perbandingan di Negara-negara lain khususnya di Negara-negara

timur tengah.

c. Tahap III : Tahap penyusunan rancangan KHI dari data-data tersebut,

d. Tahap IV : Tahap penyempurnaan dengan mengumpulkan masukan-masukan

akhir dari para ulama / cendekiawan muslim seluruh Indonesia yang ditunjuk

melalui lokakarya.

Setidaknya dengan adanya Kompilasi Hukum Islam (KHI) itu, maka saat ini

Page 43: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

di Indonesia tidak akan ditemukan lagi pluralisme keputusan Peradilan Agama,

karena kitab yang dijadikan rujukan para hakim di Peradilan Agama adalah sama.

Selain itu fiqih yang selama ini tidak positif, telah ditransformasikan menjadi hukum

positif yang berlaku dan mengikat seluruh umat Islam di Indonesia. Lebih penting

dari itu, KHI diharapkan akan lebih mudah diterima oleh masyarakat Islam Indonesia

karena di gali dari tradisi-tradisi bangsa Indonesia. Jika tidak akan muncul hambatan

psikologis di kalangan umat Islam yang ingin melaksanakan hukum Islam.

Kompilasi Hukum Islam (KHI) juga tampaknya mengikuti alur yang

digunakan oleh UUP, walaupun pasal-pasal yang digunakan lebih banyak yang

menunjukan aturan-aturan yang lebih rinci. KHI memuat masalah putusnya

perkawinan pada bab XVI.

Dalam KHI Pasal 113 dinyatakan : Perkawinan dapat putus karena :

a. Kematian,

b. Perceraian (talak),

c. Atas putusan pengadilan agama.

Dalam perkawinan dapat putus disebabkan perceraian (talak) dijelaskan pada

pasal 114 yang membagi perceraian kepada dua bagian, perceraian yang disebabkan

karena talak dan perceraian yang disebabkan oleh gugatan perceraian.

Berbeda dengan UUP yang tidak mengenal istilah talak, KHI menjelaskan

yang dimaksud dengan talak adalah “ikrar suami dihadapan sidang pengadilan agama

yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan dengan cara sebagaimana

dimaksud di dalam pasal 129, 120 dan 131.

KHI mensyaratkan bahwa ikrar suami untuk bercerai (talak) harus

Page 44: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

disampaikan dihadapan sidang Pengadilan Agama. Tampaknya UU No.7/1989

tentang peradilan Agama juga menjelaskan hal yang sama seperti yang terdapat pada

pasal 66 ayat (1) yang berbunyi “Seorang suami yamg beragama Islam yang akan

menceraikan isterinya mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk

mengadakan sidang guna penyaksian ikrar talak”.

Berkenaan dengan perceraian harus dilaksanakan di depan sidang pengadilan

agama dinyatakan pada KHI pasal 115. Sedangkan yang berkenaan dengan sebab-

sebab terjadinya perceraian dijelaskan secara luas pada KHI pasal 116 yang berbunyi:

Perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-alasan :

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain

sebagainya yang sulit disembuhkan.

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut

tanpa izin pihak dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar

kemampuannya.

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang

lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan pihak lain.

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat

menjalankan kewajibannya sebagai suami istri.

f. Antar suami istri terus menrus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada

harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

g. Suami melanggar taklik talak

Page 45: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak-rukuann

dalam rumah tangga.

Berangkat dari KHI pasal 116 ini, ada tambahan dua sebab perceraian

dibanding dengan pasal 19 PP 9 tahun 1975 yaitu suami melanggar taklik talak dan

murtad. Tambahan ini relatif penting karena sebelumnya tidak ada. Taklik talak

adalah janji atau pernyataan yang biasanya dibacakan suami setelah akad nikah.

Kalau suami melanggar janji yang telah diucapkan dan istrinya tidak rela lantas

mengadu ke Pengadilan, maka pengadilan atas nama suami akan menjatuhkan talak

satu khuluk kepada istri. Jadi taklik talak sebagai sebuah ijtihad baru sangat penting

untuk melindungi hak-hak wanita.

Selanjutnya Kompilasi Hukum Islam memuat aturan-aturan yang berkenaan

dengan pembagian talak. KHI membagi talak kepada talak raj’i, talak ba’in sughra

dan talak ba’in kubra. Seperti yang terdapat pada KHI pasal 118 dan 119.

Yang dimaksud dengan talak raj’i adalah talak kesatu atau kedua, dimana

suami berhak rujuk selama istri dalam masa iddah. Ketentuan tersebut

didasarkan pada firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 228 :

/4 �Q.%���☺*��) J���W6�a"«"E 1��->�/?@)L�6 �H�b $%)� AU?)S�8

h BC�) <o�"�p 1�'�Z D)A ��=☺,V"E "3 "#$%�& �� ©��y

1��-�3 "$�<)A D�Q 1�Ud 1��3��SE ���6 �²���k*��) F�>�,�

h 1�_I☺���S86�) <#��)A 1��r���"��6 ��y �5��(�� �D�Q P?)���<)A ☯� $%=��Q h

1�'�Z�) So�b�3 �� !� 1�I�a$%"S >)�x�8H@{²�6 h

���]F��%���) 1�I�a$%"S H�]�<�� V ���) ��En"S

Page 46: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

���>V�� �¡¡G

Artinya: “Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali

quru'. tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam

rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya

berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki

ishlah. dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya

menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan

kelebihan daripada isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-

Baqarah: 228)

Sedangkan talak ba’in sughra adalah (KHI pasal 119) adalah talak yang tidak

boleh dirujuk tapi boleh dengan akad nikah baru dengan bekas suaminya meskipun

dalam masa iddah.

Talak ba’in sughra sebagaimana tersebut pada KHI pasal 119 ayat (2) adalah talak

yang terjadi qobla al-dukhul, talak dengan tebusan atau khulu’ dan talak yang

dijatuhkan oleh pengadilan agama.

Sedangkan talak ba’in qubra ( KHI pasal 120) adalah talak yang terjadi untuk

yang ketiga kalinya. Talak jenis ini tidak dapat dirujuk dan tidak dapat dinikahkan

kembali, kecuali apabila pernikahan itu dilakukan setelah bekas suami istri meikah

dengan orang lain dan kemudian terjadi perceraian ba’da dukhul dan telah melewati

(habis) masa iddahnya.

Disamping pembagian diatas juga di kenal pembagian talak ditinjau dari

waktu menjatuhkannya ke dalam talak sunni dan talak bid’i.

Adapun yang dimaksud dengan talak sunni sebagaimana terdapat pada KHI

pasal 121 adalah talak yang dibolehkan yaitu talak yang dijatuhkan suami terhadap

istri yang sedang suci dan tidak dicampuri dalam waktu suci tersebut. Sedangkan

Page 47: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

talak bid’i seperti yang termuat pada pasal 122 adalah talak yang dilarang karena

dijatuhkan pada waktu istri dalam keadaan suci tapi sudah dicampuri pada waktu suci

tersebut dan atau menthalak istri pada wakti istri dalam keadaan tidak suci (haidh).

Menurut KHI, talak atau perceraian terhitung pada saat perceraian itu

dinyatakan di depan sidang pengadilan agama.

Sebagaimana dalam UUP di dalam KHI pun tidak kita temukan pasal-pasal

yang menerangkan tentang hukum talak. Hal ini bisa dimengerti mengingat UUP /

KHI memandang bahwa talak apapun hukumnya adalah suatu hal yang benar-benar

terjadi dalam realitas kehidupan masyarakat sejak jaman Nabi Muhammad SAW

(bahkan sebelumnya) hingga kini. Begitu pula tidak kita temukan pasal-pasal yang

menerangkan tentang rukun dan syarat talak. Khususnya yang berkenaan dengan

pelaku hukum (Pemohon dan termohon atau penggugat dan tergugat). KHI hanya

menerangkan rukun dan syarat yang menyangkut masalah administrator dalam

mengajukan suatu perkara talak seperti terdapat dalam KHI pasal 129-142.

Sedangkan tentang tata cara perceraian dalam KHI menjelaskan bahwa seorang

suami yang akan menjatuhkan talak kepada istrinya mengajukan permohonan baik

lisan maupun tertulis kepada pengadilan agama yang mewilayahi tempat tinggal istri

disertai dengan alasan serta meminta agar diadakan sidang untuk keperluan itu (KHI

pasal 129). Kemudian pengadilan agama yang bersangkutan mempelajari

permohonan yang dimaksud (KHI pasal 129) dalam waktu selambat-lambatnya 30

hari memanggil pemohon dan istrinya untuk meminta penjelasan tentang segala

sesuatu yang behubungan dengan maksud menjatuhkan talak (KHI pasal 131 ayat 1).

Setelah pengadilan agama tidak berhasil menasehati kedua belah pihak dan ternyata

Page 48: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

cukup alasan menjatuhkan talak maka pengadilan agama menjatuhkan keputusannya

tentang izin bagi suami untuk mengikrarkan talak dan talakpun terjadi setelah

keputusan mempunyai hukum tetap (ayat 2 dan 3). Sedangkan untuk perkara gugatan

perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya pada pengadilan agama, yang daerah

hukumnya mewilayahi tempat tinggal penggugat kecuali istri meninggalkan tempat

kediaman bersama tanpa izin suami.

Kompilasi Hukum Islam juga menjelaskan tentang akibat hukum talak,

sebagimana terdapat pada pasal 149. Bilamana perkawinan putus karena talak, maka

bekas suami wajib memberikan mut’ah yang layak bagi istrinya, baik berupa uang

atau benda, kecuali bekas istri qobla al dukhul (belum disetubuhi). Juga memberikan

nafkah, makan dan kiswah kepada bekas istri selama dalam iddah, kecuali bekas istri

telah dijatuhkan talak ba’in atau nusyuz dan dalam keadaan tidak hamil. Melunasi

mahar yang masih terutang seluruhnya, dan separuh bila qobla al dukhul serta

memberikan biaya hadhanah untuk anak-anaknya yang belum mencapai umur 21

tahun.

Bekas suami berhak melakukan rujuk kepada bekas istrinya yang masih dalam

masa iddah (pasal 150). Bekas istri selama dalam masa iddah wajib menjaga dirinya

tidak menerima pinangan dan tidak menikah dengan pria lain (pasal 151) dan bekas

istri berhak mendapatkan nafkah dari bekas suaminya kecuali bila ia nusyuz (pasal

152).

2. Dasar hukum lahirnya pasal 115

Dasar hukum yang digunakan Kompilasi Hukum Islam dalam memberlakukan

KHI pasal 115 dan pasal-pasal lainnya yaitu berdasarkan hukum Islam (fiqh) yang

Page 49: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

tersebar dalam sejumlah besar kitab-kitab para fuqoha beberapa abad lalu, yang

sesuai dengan karakteristiknya sebagai rumusan para fuqaha yang sangat dipengaruhi

oleh situasi dan lingkungan dimana fuqaha itu berada.

Mengenai kitab-kitab rujukan bagi pengadilan agama pada dasarnya adalah

sangat beragam, akan tetapi pada tahun 1958 telah dikeluarkan surat edaran biro

peradilan agama no. B/1/1735 tanggal 18 februari 1958 yang merupakan tindak lanjut

dari peraturan pemerintah no. 45 tahun 1957 tentang pembentukan pengadilan agama

/ mahkamah syar’iyah diluar jawa dan madura.

Dalam huruf B surat edaran tersebut dijelaskan bahwa untuk mendapatkan

kesatuan hukum yang memeriksa dan memutus perkara maka para hakim pengadilan

agama / mahkamah syar’iyah dianjurkan agar mempergunakan sebagai pedoman

kitab-kitab di bawah ini :

1) Al Bjuri;

2) Fathul Muin dengan syarahnya;

3) Syarqawi Alat Tahrir

4) Qulyubi / Muhalli;

5) Fathul Wahab dengan syarahnya;

6) Tuhfah;

7) Targhibul Musytaq;

8) Qawainusi Syar’iyah Lissayyid Usman bin Yahya;

9) Qawainusi Syar’iyah Lissaysid Shadaqoh Dakhlan;

10) Syamsuri Lil Fara’idl;

11) Bugyatul Mustarsyidin;

Page 50: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

12) Al Fiqh ‘alal Muadzahibil Arba’ah;

13) Mughnil Mumtaj;

Dari kitab-kitab ini kita sudah dapat melihat pola pemikiran hukum yang

memepengaruhi penegakan hukum Islam di Indonesia. Umumnya kitab-kittab

tersebut adalah kitab-kitab kuno dalam madzhab syafi’I, kecuali mungkin untuk no.

12 termasuk kitab yang bersifat komparatif atu perbandingan mazhab. Begitu juga

hampir semua kitab ditulis dalam bahasa arab kecuali kitab no.8 yang ditulis dalam

bahasa Melayu Arab.

Kenyataan di atas diperburuk lagi oleh adanya ketidakjelasan persepsi

masyarakat tentang syari’ah dan fiqih. Menurut Masrani Basran, sejak ratusan tahun

di kalangan ummat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia, terjadi kekacauan

persepsi tentang arti dan ruang lingkup syari’ah Islam. Kadang syari’ah disamakan

dengan fiqih, malahan kadang disamakan pula dengan Al-Din.

Kitab-kitab fiqih yang dijadikan sebagai rujukan selain ke-13 kitab di atas

ditambah lagi dengan kitab-kitab fiqih lain (modern) yang kesemuanya berjumlah 38

kitab fiqih yang dijadikan rujukan. Selain dari kitab-kitab fiqih tersebut, penyusunan

Kompilasi Hukum Islam merujuk pada fatwa, seperti Majelis Ulama Indonesia

(MUI), Nahdlatul Ulama (NU), Majelis Tarjih Muhammadiyah dan lain-lain. Melalui

wawancara dengan para ulama di seluruh Indonesia, melalui yurisprudensi dan

kumpulan fatwa peradilan agama yang terdri dari 15 buku dan melalui studi banding

hukum Islam yang dipraktekkan di Negara-negara muslim di Timur Tengah, meliputi:

Maroko, Turki, Mesir dan kawasan asia yaitu Pakistan.

Demikianlah sumber-sumber rujukan yang digunakan dalam penyusunan

Page 51: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

Kompilasi Hukum Islam yang relatif lengkap, mulai dari kitab fiqih klasik dan

modern, pendapat dan pemikiran berupa fatwa dan keputusan pengadilan dan hukum

yang berlaku di berbagai Negara muslim di dunia. Diharapkan Kompilasi Hukum

Islam tersebut aspiratif dalam menjawab tuntutan keadilan bagi masyarakat dan

bangsa Indonesia yang senantiasa dihadapkan kepada kemajuan dan perkembangan.

Page 52: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

BAB 1V

EFEKTIFITAS PASAL 115 KHI TENTANG KEHARUSAN JATUHNYA TALAK

DI DALAM SIDANG PENGADILAN AGAMA

A. Perspektif Hukum Islam

Sepakat para ahli fiqh bahwa suami yang sah menjatuhkan talak ialah suami

yang mukallaf,seperti sempurna akalnya,telah baligh dan sebagainya.28

Firman Alah SWT Q.S An-Nahl:106

�"3 "�⌧?B0 ���6 d��3 �K�8"6 ?i���O �☺E�Q �C�Q =�"3 [$F�¤0�A

���{%� �) 3yG�☺=�S3 �� �☺E4¥�6 �>V ���) �N3 ���aB} F�*?UV*��6 7<=Kf�

���-*�$%�8�{ s%Bs⌧� J��X3 �� ���-���) ¨⌧k"S s���/"S �m��G

Artinya: Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (Dia mendapat

kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang

dalam beriman (Dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya

untuk kekafiran, Maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang

besar. (Q.S An-Nahl:106)

Berdasarkan keterangan di atas Imam Syafi’I, Imam Malik, Imam Ahmad

berpendapat bahwa talak yang dijatuhkan oleh suami yang terpaksa

menjatuhkannya tidak sah (tidak jatuh) sedangkan Imam Abu hanifah berpendapat

bahwa talak tersebut adalah talak yang sah.29

Tentang kehadiran dua orang saksi dalam pengucapan talak itu memang

menjadi pembicaran di kalangan ulama golongan ahli fiqh.Ibnu Qayyim berkata

28 Kamal mukhtar h.150 29 Ibid h.151

Page 53: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

bahwa talakm itu menjadi hak bagi orang yang menikahi,karena itulah yang berhak

menahan istri,yakni merujuknya.Suami tidak memerlukan persaksian untuk

mempergunakan haknya.Tidak ada riwayat dari Rasulullah SAW dan para

sahabatnya sesuatu yang menjadi dalil dan alasan di syariatkannya persaksian talak.

Dalam hal ini fuqaha syi’ah imamiyah berbeda pendapat dengan fuqaha

jumhur, yaitu mereka (syiah imamiyah) berpendapat bahwa persaksian dalam talak

adalah syarat bagi sahnya talak.Alasan mereka ialah:

Firman Allah dalam surat At-Talak: 2

���~�{ ��*�$%"6 1��-$%�])A 1�8r�UV>�*3)L�{ ¯)S��8�☺�6 �))A 1�8r�8 <�{ 5)S��8�☺�6

P)�KI=W)A�) =��)�� ª�=K"S ��UVO�X3 P��☺�� )A�)

$[�K �-�|� ³� h �T/���(�� /�"S�SE i���6 �"3 "D ⌧d ;��3��SE

���6 �²���k*��) F�>�,� h �"3�) G#Wv"E !� o�8*-�p �SA!�

☯�"�*E⌧ �¡G

Artinya: Apabila mereka Telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka

dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua

orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu

Karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman

kepada Allah dan hari akhirat. barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia

akan mengadakan baginya jalan keluar.

At-Thabrani menuturkan bahwa zahir ayat memerintahkan adanya

persaksian untuk talak,dalam hal yang demikian juga diriwayatkan oleh imam-

imam ahlul bait seluruhnya dan bahwa hal itu menunjuk wajib serta menjadi syarat

sahnya talak.

Diantara sahabat yang berpendapat wajibnya persaksian dalam talak dan

menjadi syarat sahnya talak ialah Ali bin abi thalib ra dan Imran bin husein.Dari

Page 54: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

tabi’in ialah Al-Imam Muhamad Al-Baqir,Jafar Ash shadiq,Atho,Ibnu Juraij dan

Ibnu Sirin.

Diriwayatkan dari Ali RA bahwa beliau berkata kepada orang yang

bertanya tentang talak:apakah talakmu telah engkau persaksikan di hadapan dua

orang saksi yang adil sebagaimana Allah telah memerintahkannya?Orang itu

menjawab:tidak,Maka Ali berkata:Pergilah engkau, talakmu itu bukan talak yang

sebenarnya.30

Terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama dari mahzab-mazhab

yang ada tentang keabsahan talak dalam beberapa keadaan tertentu. Niat yang di

sengaja merupakan faktor terpenting dalam perceraian seperti halnya dalam

perkawinan itu sendiri, namun dalam hal-hal tertentu perceraian itu tidak sah kalau

di berikan dalam keadaan dipaksa, berada dalam penekanan,dan dalam keadan

mabuk.

Sebagian ahli fiqh berpendapat bahwa shah (jatuh) talak yang dijatuhkan

oleh suami yang mabuk,apabila ia sengaja menjadikann dirinya menjadi orang yang

mabuk,seperti karena sengaja meminum khamar dan minuman yang lain yang

memabukkan.Apabila mabuknya itu datang sendiri atau bukan karena ia sengaja

meminum minuman yang memabukkan, maka talaknya tidak shah. Kebanyakan

ahli fiqh,seperti Imam Abu Hanifah, sebahagian pengikut Syafi’I dan Ahli Zahir

berpendapat bahwa tidak shah talak yang dijatuhkan oleh orang yang sedang mabuk

itu sama hukumnya dengan orang yang tidak berakal,atau orang yang gila.31

Firman Allah:An nisa:43

30 Ghazaly,h.209-210. 31 Kamal mukhtar,h.151.

Page 55: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

HIJK)L. "E "y� !� P�S7"3�U BC P�6"�*Q�9

$[h�$%��� ��,@)A�) V�"� �V�� h�R��� P��☺$%�8�9 "3 "D�U��/Q�9

BC�) 5S7S] �C�Q �F��6"S ook���� h�R��� P�8%>�",*��9 h D�Q�) �U°7Ud ��F��1� �))A h�$9"S o�⌧?�� �))A �U��] �K"$)A TUV7�X3 ���X3 >�³�"�*� �))A

S�U°���☺ �� �U�f��X7� �T$%�{ P)�K>-)3 ☯U�"3 P��☺1☺�k",�{ 7Kk�8f� 75��� P���f�*3�{

�TUV�r�S]M��6 �TUVE�K�E)A�) V ND�Q !� "D ⌧d µ�/?"S <�/?⌧� �FG

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu

dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan

pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub[301], terkecuali sekedar

berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir

atau datang dari tempat buang air atau kamu Telah menyentuh perempuan,

Kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah

yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha

Pema'af lagi Maha Pengampun.

Dari Asiyah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, Tidak syah talak dan

memerdekakan budak dalam keadaan marah?. (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Abu

Daud, Hakim).Hadits ini meski dikeritik sebagian orang bahwa di dalamnya ada

rawi yang tidak kuat, namun umumnya ara muhaddits menshahihkannya. Dan

hadits ini menurut hakim termasuk hadits shahih menurut syarat Muslim.

Imam Al-Bukhari telah menuliskan dalam kitab shahihnya sebuah bab

yang berjudul : ?Bab Talak Pada Waktu Ighlak (marah), tepaksa, mabuk dan

gila?. Lalu beliau membedakan antara talak pada waktu ighlak (marah) dengan

bentuk-bentuk lainnya.

Page 56: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

Imam Ibnu Taymiyah dan Ibnul Qayyim cenderung menjadikan tolok ukur

jatuh tidaknya talak dari sengaja atau tidaknya. Siapa yang tidak bertujuan atau

tidak berniat untuk mentalak serta tidak mengerti apa yang diucapkannya, maka

dia dalam kondisi ighlaq (marah), yang berarti talaknya tidak jatuh.

Para ulama membedakan marah itu menjadi tiga macam :

• Marah yang menghilangkan akal hingga batas seseorang tidak ingat lagi apa

yang diucapkannya. Dalam kasus seperti ini maka bila dia melafazkan kata

talak kepada istrinya, tidak jatuh talaknya.

• Marah yang masih bisa seseroang untuk mengetahui apa yang diucapkannya.

Dalam kasus ini maka bila dia melafazkan talak, jatuhlah talak itu.

• Marah yang ada diantara keduanya yaitu antara sebagian akalnya hilang dan

sebagian masih ada. Sehingga begitu marahnya mereda, bisa jadi dia merasa

menyesal atas apa yang tadi dilakukan. Marah yang jenis ini adalah menjadi

bahan perbedaan pendapat di antara para ulama. Syeikh As-Sayyid Sabiq

dalam Fiqhus Sunnah cenderung mengatakan bahwa bila dia melafazkan

talak maka talaknya tidak jatuh.32

Dalam persoalan talak dalam situasi marah ini, maka Ibnu Taimiyah

dengan hujah-hujahnya berpendapat talak tersebut batal dan tidak dianggap.

Pendapat beliau dikuatkan oleh ulama kholaf (kontemporer) Syeikh Utsaimin

dengan beberapa tambahan perincian. [Durus wa Fatawa Haramul Makkiy,

Syeikh Utsaimin 3/258-260].

Beliau menganalisir barometer kemarahan dengan tiga tingkatan:

32www.mail-archive.com/[email protected]/msg00129.html - 10k

Page 57: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

a. Marah biasa, yaitu seseorang masih dapat mengendalikan diri, akal dan

ucapannya. Ia masih dapat mengontrol dirinya dan sadar.

b. Marah sedang, yaitu marah yang tidak sampai pada puncak kemarahan tetapi dia

sudah tidak dapat mengontrol diri dan ucapannya.

c. Puncak kemarahan, yaitu marah yang dia sudah tidak sadar akan diri dan

ucapanya. Ulama sepakat, orang yang mengalami tingkatan ini hukumnya sama

dengan hukum orang gila.

Talak yang diucapkan pada tingkatan marah pertama, maka dianggap sebagai

orang marah pada umumnya dan terkena beban hukum, jika di mentalak maka talak

tersebut sah. Talak yang diucapkan pada tingkatan marah kedua dan ketiga, maka

pendapat yang terkuat adalah talak tersebut tidak sah, berdasarkan hadits: "Talak

tidak dianggap jatuh karena ighlaq (dipaksa atau marah)".

Pendapat yang menyelisi hal ini adalah pendapat ulama Hambali dan Syafi'i

yang menyatakan bahwa jatuh talak dalam kondisi marah tanpa mensyaratkan niat.33

Di antara masalah-masalah yang menjadi ganjalan dalam kehidupan, yang berakhir

dengan pecahnya keluarga dan putusnya silaturahmi di banyak negara adalah

masa1ah disahkannya talak tiga sekaligus: Seseorang mengatakan, “Engkau kucerai

dengan ta1ak tiga." Atau ia mengu1ang-ulang tiga kali berturut-turut dalam satu

majelis ucapan, “Engkau kuceraikan." Kemudian hal itu di pandang sebagai talak tiga

yang sebenarnya dan perempuan yang dicerai menjadi haram dinikahi bekas

suaminya sebelum dinikahi laki-1aki lain (lalu menceraikannya) .

33 Ilmuislam.net/content/view/77/1/ - 32k

Page 58: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

Dalam talak, menurut kebanyakan pengikut Ahlusunah, tidak disyaratkan

dengan satu syarat pun yang dapat menghalangi segera jatuhnya talak, seperti

perempuan tidak sedang dalam masa haid, tidak suci setelah bercampur, atau

keharusan hadimya dua orang saksi yang adil. Kadang-kadang kebencian dan

kemarahan telah menguasai diri suami. Kemudian ia menceraikan istrinya dengan

ta1ak tiga sekaligus. Sete1ah itu, ia menyesali perbuatannya dengan penyesalan yang

sedemikian rupa sehingga seakan-akan bumi ini telah menjadi sempit baginya. Maka

ia mencari jalan keluar dari akibat buruk ini. Namun, dari para .imam mazhab yang

empat dan para pandakwahnya, ia tidak menemukan jalan keluar. Akhimya, ia hanya

duduk dalam penyesalan. Pertanyaan baginya hanya membuat ia lari dari fiqih dan

fatwa.

Kita tahu dengan pasti bahwa Islam adalah agama yang mudah dan toleran. Di

dalamnya tidak ada kesulitan. Inilah yang mendorong para pendakwah yang ikhlas

terus menerus mengkaji masalah ini dengan kajian yang terbebas dari pengaruh

pikiran orang-orang yang terbelakang yang menutup pintu ijtihad dalam hukum-

hukum syariat; yang jauh dari pengaruh kajian orang- orang yang menuruti hawa

nafsu yang ingin menjauhkan umat dari Islam, serta mencegah mereka untuk

mengkaji masalah ini dan mencari hukumnya dalam Al-Qur'an dan sunah. Sehingga

mereka terasing dari pemikiran yang benar. Padahal, boleh jadi setelah itu Allah

menjadikan sesuatu yang baru. Barangkali setelah itu ikatan akan terurai dan mufti

(pemberi fatwa) menemukan jalan keluar dari kesempitan yang disebabkan oleh

taklid mazhab.

Page 59: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

Berikut ini kami kutipkan kepada Anda beberapa pendapat berkenaan dengan

masalah tersebut. Ibn Rusyd berkata, "Mayoritas fukaha berpendapat bahwa talak

dengan mengucapkan kata ‘tiga’’ , hukumnya sama dengan talak tiga. Sedangkan

ahlu zahir dan jamaah mengatakan bahwa hukumnya sama dengan hukum talak satu,

dan ucapan kata ‘tiga’ , itu tidak memiliki konsekuensi apapun."

Asy-Syekh ath- Thusi berkata, jika seorang laki-laki menceraikan istrinya

dengan talak tiga dengan satu lafaz, hal itu merupakan bid'ah dan jatuh talak satu

Apabila terpenuhi syarat-syaratnya. Demikian menurut sahabat-sahabat kami. Tetapi

di antara mereka ada yang berpendapat bahwa ha1itu sama sekali tidak menimbulkan

konsekuensi apa pun. Pendapat itu dianut oleh 'Ali as dan ahlu zahir. Ath-Thahawi

meriwayatkan hadis dari Muhammad bin Ishaq bahwa ia memandang dengan lafaz

jatuh talak satu, seperti telah kami katakan. Juga diriwayatkan bahwa Ibn 'Abbas dan

Thawus berpendapat seperti pendapat yang dianut mazhab Imamiyah."

Asy-Syafi'i berkata, "Jika seorang 1aki-1aki menceraikan istrinya dengan

talak dua atau talak tiga dalam keadaan suci dan tidak dicampuri, baik dilakukan

sekaligus (satu kalimat dengan menyebutkan bi1angan) maupun secara terpisah (satu

kalirnat diulang-ulang) , hal itu mubah, tidak dilarang, dan talak tersebut sah. Di

kalangan sahabat yang berpendapat demikian adalah 'Abdurrahman bin 'Auf, Mereka

meriwayatkan hadis ini dari al-Hasan bin 'Ali as. Di kalangan tabi'in yang

berpendapat seperti ini adalah Ibn Sirin. Sedangkan di kalangan fukaha yang

mengikuti pendapat ini adalah Ahmad, Ishaq, dan Abu Tsawr."

Kaum berkata, " Apabila seorang laki-laki menceraikan istrinya dalam

keadaan suci dengan talak dua atau talak tiga, baik sekaligus maupun secara terpisah,

Page 60: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

ia telah melakukan perbuatan haram, maksiat, dan dosa. Di kalangan sahabat yang

berpendapat demikian adalah ‘Ali as, ‘Umar, Ibn ‘Umar, dan Ibn ‘Abbas. Di kalangan

fukaha yang berpendapat seperti ini adalah Abu Hanifah beserta para sahabatnya dan

Malik. Tetapi mereka mengatakan bahwa talak itu sah."

Abu al-Qasim al-Khurqi dalam Mukhtasar-nya mengatakan, " Apabila

seorang laki-laki berkata kepada istri yang telah dicampurinya, ‘Engkau ditalak.

Engkau ditalak,’ maka jatuh talak dua. Tetapi jika dengan kalimat kedua itu ia

bermaksud memahamkan kepada istrinya bahwa telah jatuh talak dengan kalilriat

pertama, maka jatuh talak satu. Apabila perempuan itu belum dicampuri, maka

dengan kalimat pertama itu ia menjadi ba'in. Kalimat se- sudahnya tidak memiliki

konsekuensi apa pun karena yang berlaku adalah ucapan pertama."

Ibn Qudamah dalam Syarh ‘ala Mukhtasar al-Khurqi mengatakan, “Apabila

seorang laki-laki mengatakan kepada istrinya yang telah dicampuri, ‘Engkau ditalak'

(dua kali) dan ia bemiat bahwa dengan ucapan kedua itu jatuh talak dua, maka bagi

perempuan itu jatuh talak dua. Tetapi jika dengan ucapan kedua itu ia bemiat untuk

memahamkan bahwa dengan ucapan pertama itu telah jatuh talak atau hanya untuk

menegaskan, maka jatuh talak satu. Apabila ia tidak bemiat deh1ikian, maka ja.tuh

talak dua. Pendapat ini dianut oleh Abu Hanifah dan Malik. Hal itu sahih menurut dua

qawl asy-syafi’i. Tetapi dalam qawl terakhir ia mengatakan bahwa dengan cara itu

jatuh talak satu."

Al-Khurqi juga dalam Mukhtasar-nya mengatakan, “Kepada istri yang telah

dicampuri jatuh talak tiga Apabila suami mengatakan kepadanya kalimat-kalimat

seperti, “Engkau ditalak, lalu ditalak, lalu ditalak.” Atau, ‘Engkau ditalak, kemudian

Page 61: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

ditalak, kemudian ditalak.’ Atau, ‘Engkau ditalak, kemudian ditalak dan ditalak.'

Atau, Engkau ditalak, kemudian di talak, lalu ditalak.’

Ibn Qudamah dalam Syarh-nya mengatakan, “Menjatuhkan talak tiga dengan

satu lafaz menuntut jatuhnya talak tersebut sekaligus, seperti kalau suami mengatakan

(kepada istrinya) 'Engkau kucerai dengan talak tiga.'

‘Abdurrahman al-Jaziri berkata, "Laki-laki merdeka memiliki tiga talak.

Apabila laki-laki itu menceraikan istrinya dengan talak tiga sekaligus dengan

mengucapkan, 'Engkau kuceraikan dengan talak tiga,' maka menurut mazhab yang

empat (Ahlusunah) bilangan yang diucapkannya itu berlaku. Itulah pendapat

mayoritas ulama. Tetapi pendapat itu ditentang oleh sebagian mujtahid, seperti

Thawus, 'Ikrimah, Ishaq, dan yang terkemuka di antara mereka adalah Ibn ' Abbas

ra."

Masih banyak ucapan-ucapan seperti itu yang menunjukkan kesepakatan

mayoritas fukaha setelah generasi tabi'in tentang berlakunya talak tersebut. Mereka

berhujah dengan apa yang didengar. Orang yang terkemuka di antara mereka yang

memberlakukan talak tersebut adalah 'Umar bin al-Khaththab. Talak tiga itu

berdasarkan apa yang dilihat dan didengar dari para sahabat. Akan tetapi, kalau Al-

Qur'an dan sunah menunjukkan sebaliknya, tentu itulah yang harus diambil.34

B. Efektifitas Pelaksanaan Pasal 115 di Pengadilan dan Masyarakat

Pada dasarnya dalam Islam membenarkan seorang suami yang akan

menceraikan istrinya hanya cukup di ucapkan di depan istrinya atau orang lain maka

jatuhlah talak, akan tetap dalam hidup bernegara ada yang memerintah,dan sebagai

34 www.geocities.com/zahranakumayl/talaktiga.html

Page 62: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

warga negara kita harus taat kepada peraturan pemerintah, selama tidak

bertentangan dengan ketentuan hukum Islam itu sendiri,karena taat kepada

pemerintah merupakan bagian kewajiban sebagai umat muslim.Pemerintah

membentuk suatu peraturan tentang perceraian bertujuan agar tertib administrasi

halnya masalah pencatatan perkawinan kelahiran serta mempersulit perceraian.hal

ini pada dasarknya sesuai dengan prinsip hukum islam mengenai perceraian yaitu

mempersulit terjadinya perceraian.

Ternyata dengan berjalannya waktu masyarakat khususnya di daerah Cibinong

banyak yang sudah mengerti akan hukum. Hal ini tidak bisa di pungkiri karena

peran aktif lembaga Pengadilan Agama dalam melakukan penyuluhan hukum secara

rutin setiap satu minggu sekali dan penyuluhan selalu di hadiri oleh

masyarakat.Terbukti dengan semakin banyaknya orang yang melakukan perceraian

di Pengadilan Agama Cibinong. di satu sisi sebuah hal yang mengecewakan tapi di

satu sisi yang lain ternyata pasal 115 KHI terbukti berjalan dengan efektif.

Masyarakat semakin sadar bahwa jika ingin perceraiannya memiliki kekuatan

hukum tetap dan mendapat keadilan di antara masing-masing pihak dalam hal harta

ataupun dalam pengasuhan anak maka lebih baik mereka memutuskannya di

Pengadilan Agama.

Page 63: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

BAB V

PENUTUP

d. Kesimpulan

Dalam uraian pada bab-bab di atas, ternyata ketentuan mengenai keharusan

seorang suami melaksanakan thalak di depan sidang Pengadilan Agama di Indonesia

sarat dengan hasil ijtihad para ulama Indonesia dan juga peran dari pemerintah.

Yang menarik dari perkembangan tentang hukum thalak di Indonesia adalah

dimana Undang-Undang memiliki peranan yang cukup besar dalam hal thalak/

gugatan cerai (khulu) yang dalam proses penyelesaiannya setara yaitu sama-sama

dapat mengajukan permohonan thalak, dan pengadilan sebagai pihak yang dapat

menentukan dapat terjadi / tidaknya suatu perceraian (thalak).

Ketentuan tersebut sekilas bertentangan dengan ketentuan yang telah

ditetapkan oleh Hukum Islam, karena tidak adanya dalil / nash baik dalam syari’ah /

dalam fiqh yang menjelaskan dan mengatur bahwa thalak itu harus dilakukan di

depan sidang Pengadilan Agama. Walaupun begitu, terhadap masalah ini selama tidak

menyalahi dan berjalan sesuai dengan hukum Islam maka penulis menyimpulkan

bahwa :

1) Landasan hukum yang dijadikan rujukan Kompilasi Hukum Islam (KHI) dalam

memberlakukan ketentuan jatuhnya thalak di depan sidang Pengadilan Agama

berdasarkan surat edaran biro Peradilan Agama No. B/1/735/1958 adalah 38 kitab

fiqh yang terdiri dari kitab klasik dan modern, lembaga dan fatwa (MUI, NU,

Majlis Tarjih Muhammadiyah, dan lembaga fatwa lainnya), wawancara para

ulama di seluruh ulama di seluruh Indonesia, melalui Yurisprudensi, dan studi

Page 64: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

banding ke Negara muslim timur tengah (Maroko, Turki, Mesir, dan kawasan

Asia yaitu Pakistan).

2) Berdasarkan pasal 115 KHI maka thalak dinyatakan jatuh apabila thalak itu

dilaksanakan di depan sidang Pengadilan Agama dan telah mempunyai kekuatan

hukum tetap.

3) Masyarakat telah memahami dan mengetahui tentang hukum sehingga Pasal 115

KHI itu dapat berjalan secara efektif.

e. Saran-saran

Ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan berkaitan dengan kajian ini:

A. Thalak adalah putusnya tali perkawinan antara suami istri dan mempunyai

dampak yang sangat besar terhadap masa depan keduanya serta orang-orang di

sekitarnya.

B. Kepada para hakim sebagai bagian dari perangkat hukum agar senantiasa

mengembangkan pemahaman hukum yang mengarah kepada terciptanya suatau

kemajuan hukum yang sesuai dan sejalan dengan Hukum Islam.

C. Kepada para ulama yang mempunyai pandangan dan pemikiran yang sama agar

terus mengkaji hukum yang ada pada Undang-undang di Indonesia apakah sudah

sejalan dengan hukum yang bersumber dari Al-qur’an.

Page 65: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Al-qur’an al-karim dan terjemahannya.

Abdur, Rahman. Perkawinan Dalam Syariat Islam.Penerjemah Basri Iba Asghary, dkk.

Jakarta: Rineka Cipta,1992.

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, cet. v. Jakarta: Akademika

Presindo, 2007.

Abu Asadirrahman Ibrahim.’’ Apakah Jatuh Talak dalam Kondisi Marah?. artikel

diakses pada tanggal 23 Februari 2009 dari Ilmu Islam.net.

Syaikh Hasan Ayyub. Fikih Keluarga, Jakarta: pustaka Al-Kautsar. Cet. 1, 2001.

Ghazaly, Abd. Rahman. Fiqh Munakahat, cet.1. Bogor: Kencana, 2003.

Huda, Miftahul.”Pemahaman Masyarakat Tentang Talak Dan Akibat Hukumnya

Menurut KHI (Studi Pada Warga Masyarakat Kecamatan Cipayung) Jakarta

Timur”. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum,Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2008.

Muchtar, Kamal. Azaz-Azaz Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang.

Mulia ,Musdah . Pandangan Islam Tentang Poligami, cet. 1. Jakarta,1999.

Mulyadi.”Cerai Tanpa Putusan Pengadilan Agama dalam Perspektif Fiqh dan Hukum

Islam’. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum,Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2008.

Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam(Hukum Fiqh Islam), cet. 27. Bandung: Sinar Baru

Algesindo, 1994.

Rofiq, Ahmad. Hukum Islam di Indonesia, cet. VI. Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2003.

Selamat, Kasmuri. Pedoman Mengayuh Bahtera Rumah Tangga (Panduan Perkawinan),

cet.1. Jakarta,1999.

Syarifuddin, Amir.Garis-Garis Besar Fiqh, cet. 1. Bogor: Kencana, 2003.

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan, cet. 1 .Jakarta: Kencana,2006.

Yosquin.’’ Talak dalam Agama Islam. Artikel Diakses Pada Tanggal 23 Februari 2009

dari msg 00129.html.

Page 66: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

HASIL WAWANCARA DI PENGADILAN AGAMA CIBINONG

NAMA :Dra.Hj.Faujiah,MH.

JABATAN :Hakim

HARI/TANGGAL :29 Mei 2009

1. Bagaimana tanggapan Ibu mengenai permasalahan perceraian yang dilakukan di luar

prosedur Pengadilan Agama?

Jawaban: Dianggap tidak ada perceraian,ikrar talak itu harus di depan Pengadilan

Agama,kalau di luar itu hanya emosi saja.jadi,tidak boleh sembarang tempat dalam

mengucapkannya.

2. Lalu menurut Ibua,bagaimana status perceraian yang dilakukan tidak di Pengadilan

Agama?

Jawaban: Dianggap tidak ada status,karena tidak ada akibat hukumnya.Karena

pernikahannya kan tercatat,jadi seharusnya perceraiannya pun tercatat.

3. Apakah di Pengadilan Agama ini terdapat perkara perceraian yang diajukan ke

Pengadilan Agama setelah mereka melakukan perceraian di luar Pengadilan Agama?

Jawaban: Ada,banyak.Mereka biasanya telah menjatuhkan talak lalu istrinya sudah di

pulangkan ke rumah orang tuanya.Biasanya mereka tidak datang ke Pengadilan

Agama karena terrganjal oleh biaya,tapi,di Pengadilan Agama kan ada keringanan

biaya bagi masyarakat yang tidak mampu,akhirnya mereka sadar untuk datang ke

Pengadilan Agama dan bercerai.

4. Apa tindakan yang dilakukan oleh Pengadilan Agama ini untuk mengatasi perceraian

di luar Pengadilan Agama?

Jawaban: Kami memberikan pengarahan seperti penyuluhan hukum setiap 1 minggu

sekali.

5. Menurut Ibu sejauh ini pasal 115 KHI itu efektif atau tidak diterapkan di masyarakat?

Page 67: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

Jawaban: Efektif,Jadi semakin banyak orang yang sadar hukum dan datang ke

Pengadilan Agama untuk mengurus perceraiannya.

6. Bagaimana tanggapan Ibu mengenai perbedaan pendapat tentang cara penjatuhan

talak?

Jawaban: Itu di kembalikan lagi kepada individunya.Jika mereka ingin mendapat

kejelasan hukum lebih baik mereka datang ke Pengadilan Agama dengan begitu

diharapkan dapat menjamin hak masing-masing pihak sebagai akibat dari

perceraian,misalnya hak pengasuhan anak,dan lain-lain.

Bogor, 29 Mei 2009

Pewawancara Nara Sumber

(Rieda Yuliati) (Dra.Hj.Faujiah,MH)

Page 68: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

Hasil Wawancara

Nama: Ina Satinah

Profesi: Pembantu Rumah tangga

Hari/Tanggal: Rabu/27 Mei 2009

1. Berapa lama usia pernikahan anda?

Jawab:16 tahun

2. Apa yang menyebabkan anda bercerai?

Jawab: Menurut suami karena suami merasa kurang harmonis padahal kenyatanya

selama 16 tahun kami menikah kami tidak pernah bertengkar

3. Di mana anda melakukan perceraian?

Jawab: di Pengadilan Agama.

4. Kapan anda bercerai?

Jawab: 23 maret 2005

5. Bagaimana proses perceraian anda?

Jawab: Sidang pertama suami tidak hadir,sidang kedua sidangnya di batalin,sidang ke

tiga langsung di kasih surat cerai,setelah ditanya ke pihak Pengadilan Agama ternyata

pengacara suami membayar 4 juta kepada hakimnya.

6. Siapa saja saksi yang hadir waktu proses perceraian?

Jawab: Saya(Ina Satinah)saudara suami,dan pengacara dari pihak suami.

7. Apakah anda mengetahui kalau mau melakukan perceraian itu harus dilakukan di

mana?

Jawab: Tahu, di Pengadilan Agama.

8. Apakah anda puas dengan hasil keputusan Pengadilan Agama?

Page 69: KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8297/1/RIEDA... · dasarnya tujuan dari pada perkawinan adalah menciptakan keluarga

Jawab: Saya tidak puas.

9. Apakah anda melaporkan ke pihak KUA bahwa anda telah bercerai?

Jawab: tidak,tapi pihak mantan suami yang melaporkan.

10. Setelah bercerai,apakah mantan suami anda memberikan nafkah kepada anda dan

anak anda?

Jawab: tidak,karena setelah saya mendapat surat cerai saya langsung di usir dari

rumah dan anak-anak tinggal bersama mantan suami.

11. Bagaimana hak asuh anak apa di bicarakan sewaktu anda bercerai?

Jawab: tidak,mantan suami sendiri yang memutuskan bahwa anak-anak ikut

dengannya.

12. Mengenai harta gono gini atau harta bawan di bicarakan dengan mantan suami anda

sewaktu bercerai?

Jawab: tidak,saya tidak mendapatkan apa-apa.

13. Apakah Anda mendapatkan mut’ah selama iddah dari suami anda?

Jawab: diberi 500rb untuk uang iddah itu juga karena di suruh oleh pihak KUA