konomi - ftp.unpad.ac.id · tarif listrik menjadi faktor pen- ... presiden director pt pos...

1
AYOMI AMINDONI L EMBAGA Ilmu Penge- tahuan Indonesia (LIPI) memperkirakan laju ke- naikan harga atau inasi pada tahun depan akan menca- pai 5,5%, lebih tinggi ketimbang asumsi pemerintah yang sebesar 5,3%. Harga pangan yang tinggi ka- rena pasokan tidak seimbang, rencana pembatasan bahan bakar minyak (BBM), dan penaikan tarif listrik menjadi faktor pen- dorong utama. Hal tersebut diungkapkan pe- neliti Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Agus Eko Nugroho di Ja- karta, kemarin. “Nilai tukar rupiah pada tahun mendatang akan terdepresiasi terhadap dolar Amerika. Juga pertumbuhan suplai pangan yang tidak setinggi permintaan. Rencana pemerintah menaikkan tarif listrik juga akan berkontri- busi,” paparnya. Faktor harga pangan akan le- bih besar mendorong laju inasi apabila pemerintah memutuskan menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah dan beras. Pemerintah telah menyatakan akan membahas kemungkinan penaikan harga pembelian pe- merintah (HPP) gabah dan beras dari petani. Menko Perekonomian Hatta Ra- jasa mengemukakan pertimbang- an utama dalam menaikkan HPP ialah harga beras dunia yang kini berada di tingkat lebih tinggi. “Sekarang ada harga baru ka- rena ada koreksi harga dunia. Maka kita akan pelajari dengan baik bagaimana yang terbaik kita lakukan penyesuaian terhadap HPP,” ujar Hatta seusai meninjau ketersediaan dan harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, kemarin. Perbaiki jalur losgistik Dituturkannya, pembahasan tersebut nantinya tidak sekadar meninjau HPP. Itu juga bertujuan mencari solusi kendala-kendala dalam pendistribusian beras, seperti perbedaan besar antara harga di petani dan konsumen serta tingginya biaya logistik. Intinya, menurut Hatta, pe- merintah menginginkan selisih harga antara beras yang dijual petani dan yang sampai ke ta- ngan konsumen tidak terlalu jauh. “Kita ingin petani dapat ke- untungan yang cukup, tapi juga pedagang juga cukup. Propor- sional,” jelasnya. Tingginya biaya logistik ka- rena kendala infrastruktur dan transportasi menjadi penyebab harga di pasaran jauh lebih mahal daripada harga beras di petani. “Jadi, (supaya) tidak sedikit (harga) di petani, besar di jalan. Itu kuncinya di biaya logis- tik. Jadi, angkutan kita perbaiki juga,” tegas Hatta. HPP gabah dan beras saat ini masih mengacu ke Instruksi Presiden No 7/2009. Dalam peraturan itu antara lain disebut- kan HPP beras di gudang Bulog sebesar Rp5.060/kg. Menurut Direktur Utama Pe- rum Bulog Sutarto Alimoeso, har- ga beras kualitas setara di pasar dunia sudah mencapai Rp6.500/ kg. Demikian pula di pasar do- mestik yang bahkan cenderung meningkat, khususnya menjelang Natal dan Tahun Baru. “Harga beras di Indonesia, Bu- log beli dengan Rp6.500, sampai Rp6.800 bahkan di Jawa Timur. Artinya harga itu masih di bawah harga pasar,” ujarnya. Sutarto menambahkan, penai- kan HPP idealnya tidak mem- beratkan konsumen dan tidak merugikan petani. (ML/E-1) [email protected] Pemerintah menyatakan akan membahas kemungkinan penaikan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras dari petani. Kenaikan Harga bakal Lampaui Prediksi KEMENTERIAN Perhubung- an (Kemenhub) memprediksi jumlah penumpang yang akan menggunakan moda angkutan pesawat untuk bepergian di dalam negeri selama Natal dan Tahun Baru diperkirakan melon- jak paling sedikit 15% menjadi 2,3 juta orang. “Tentu saja lonjakan ini bisa menjadi cerminan bahwa pereko- nomian kita semakin membaik. Untuk diketahui, di luar negeri sana pihak seperti International Air Transport Association (IATA) sebenarnya sudah mulai risau karena jumlah penumpang me- reka kian menurun,” kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Ke- menhub Bambang S Ervan di Jakarta, kemarin. Berdasarkan data Kemenhub yang dipantau dari 23 bandara dalam negeri, peningkatan pe- numpang pesawat domestik sudah mulai terlihat sejak Natal dan Tahun Baru 2009 dan 2010. Pada 2009 jumlah penumpang angkatan udara sebanyak 1,6 juta orang, sedangkan pada 2010 me- ningkat menjadi 2 juta orang. “Selain masyarakat yang se- makin sejahtera, juga pengaruh faktor adanya layanan pesawat low cost carrier yang menyediakan layanan terbang dengan harga murah,” tambah Bambang. Penerbangan luar negeri juga mengalami kenaikan penumpang meski kisarannya tidak sebesar domestik. Pada libur akhir tahun 2010, tercatat ada peningkatan 11,55% dari jumlah penumpang di 2009 menjadi 361 ribu orang. Untuk tahun ini diperkirakan bisa mencapai 397.897 orang. Pada moda angkutan darat, laut, dan ASDP, lanjut Bambang, jumlah penumpang diprediksi naik hingga 5% sehingga penam- bahan jumlah angkutan akan disesuaikan dengan prediksi kenaikan tersebut. Pada bagian lain, PT Pertamina (persero) memastikan stok BBM premium, minyak tanah, dan solar berada di level 3,5 juta kl per hari dan aman untuk meng- hadapi masa libur Natal dan Tahun Baru. Menurut VP Corporate Com- munication Pertamina M Harun, jumlah stok BBM saat ini berada di level 3,5 juta kl yang terdiri dari premium 1,3 juta kl, minyak Tanah 367 ribu kl, dan solar 1,4 juta kl. Adapun stok elpiji kini mencapai 227.981 ton. (*/E-4) EKONOMIKA Penumpang Pesawat Melonjak E KO NOMI | JUMAT, 23 DESEMBER 2011 | HALAMAN 17 PT Pos Indonesia Benahi Operasional DIREKTUR Utama PT Pos Indonesia I Ketut Mardjana mengatakan akan membenahi produktivitas dan operasional untuk meningkatkan kinerja PT Pos Indonesia. Pada tahun 2012, PT Pos menargetkan laba sebesar Rp182 miliar. “Pada 2011 pencapaian laba kita mencapai Rp138 miliar, dan tahun depan kita targetkan mencapai Rp182 miliar,” kata Presiden Director PT Pos Indonesia, I Ketut Mardjana, di sela-sela media gathering dengan media, di Jakarta, kemarin. Mardjana mengaku optimis target Rp182 miliar tersebut dapat tercapai mengingat pada tahun depan akan merevitalisasi tiap kantor pos di seluruh Indonesia. Mulai dari tampilan gedung, penyimpanan logistik dan surat, pelayanan ke customer semuanya direvitalisasi. Dengan revitalisasi itu, tambah Ketut, targetnya pada 2015 per- usahaan ini meraih pendapatan Rp6,7 triliun. Jauh lebih tinggi dibandingkan pada 2010, perusahaan ini memperoleh pendapatan Rp2,6 triliun. (*/E-4) Wisman Selama 2011 7,6 Juta Orang WAKIL Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar memperkirakan wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia sampai tutup tahun 2011 hanya akan mencapai 7,6 juta orang. “Angka 7,6 juta wisman yang datang ke Indonesia itu sudah bagus karena untuk mencapai angka itu, ada banyak faktor kendala yang dihadapi,” kata Sapta dalam acara Sosialisasi Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (Ripparnas) 2011 di Jakarta, kemarin. Angka 7,6 juta, kata Sapta, telah melampaui target moderat yang ditargetkan sebesar 7,5 juta wisman. Pihaknya telah menetapkan tiga target kunjungan wisman untuk tahun ini, yakni target pesimistis sebesar 7,2 juta wisman, target moderat 7,5 juta wisman, dan target optimistis 7,7 juta. “Namun, kalau dibandingkan dengan kontrak kinerja (Kemen- parekraf) yang ditetapkan 7,2 juta wisman, angka 7,6 juta jelas sudah melampaui target,” katanya. (Ant/E-4) PTBA Anggarkan Capex 2012 RP1,7 T PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) pada 2012 senilai Rp1,7 triliun untuk pengembang- an bisnis di luar akuisisi. “Dana capex 2012 sebesar Rp1,7 triliun akan digunakan untuk mengembangkan bisnis perusahaan di luar akuisisi. Dana capex berasal dari kas internal perusahaan,” kata Direktur Utama baru PTBA Milawarma seusai rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) di Jakarta, kemarin. Menurutnya, dalam RUPSLB disepakati pembelian kembali saham (share buyback) oleh perseroan sebesar 5% dari total saham seri B atau saham yang dilepas ke publik, sebanyak 115.206.592 saham dengan nilai sebanyak-banyaknya Rp2,044 triliun. Dalam RUPLB itu, PTBA juga menetapkan susunan direksi baru periode 2011-2016. Jabatan Direktur Utama PTBA yang baru diisi oleh Milawarma yang sebelumnya Direktur Operasi dan Produksi PTBA. Ia menggantikan Sukrisno yang masa jabatannya berakhir tahun ini. (Ant/E-4) OPERASI PASAR: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa (kanan) berdialog dengan pedagang di pasar tradisional Klender, Jakarta, kemarin. Kunjungan tersebut dalam rangka operasi pasar untuk mengecek perkembangan harga pangan menjelang akhir tahun. Sekarang dilakukan kajian metode, yang sudah diujicobakan adalah RFID.” Pengaturan BBM Andalkan RFID MEKANISME pengaturan bahan bakar minyak (BBM) dengan membatasi konsumsi BBM ber- subsidi hingga kini belum jelas. Pemerintah hanya mampu me- nyatakan bahwa salah satu me- tode yang akan dipakai ialah pen- jatahan BBM untuk kendaraan umum dengan perangkat radio frequency identication (RFID). Adapun mekanisme pem- batasan untuk kendaraan pri- badi, yang merupakan sasaran utama pembatasan, tidak kun- jung jelas. “Sekarang dilakukan kajian metode, yang sudah diujicobakan adalah RFID. Kita harus disiplin agar kuota tidak terlampaui sehingga dana bisa didorong ke infrastruktur,” ujar Menko Perekonomian Hatta Rajasa di Jakarta, kemarin. Ia mengatakan pembatasan di- lakukan untuk mencegah negara menombok karena konsumsi BBM melebihi kuota sebesar 40 juta kiloliter (kl) tahun depan. Apalagi, pertumbuhan transpor- tasi akan naik seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi. Sebelumnya, Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sum- ber Daya Mineral (ESDM) Evita Legowo mengklaim persiapan infrastruktur stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) un- tuk pembatasan BBM telah men- capai 96%. Direktur Pemasaran dan Nia- ga Pertamina Djaelani Sutomo mengamini pernyataan Evita. Namun, ia tidak menyebutkan RFID termasuk persiapan itu. Menurut Djaelani, persiap- an pihaknya selaku distributor BBM subsidi meliputi penyiapan tangki BBM nonsubsidi. Dengan demikian, pada saat pembatasan diberlakukan, setiap SPBU siap melayani kendaraan pribadi yang tidak diperbolehkan me- makai BBM bersubsidi. Mekanisme pembatasan yang tidak kunjung jelas, menurut se- jumlah kalangan, akan membuat jangka waktu sosialisasi semakin sempit. Bahkan, pembatasan dikhawatirkan akan molor dari rencana semula, 1 April 2012. Apalagi, pemerintah masih ha- rus menerbitkan revisi Peraturan Presiden No 55/2005 dan Per- pres No 9/2006 yang mengatur harga dan penggunaan BBM bersubsidi. “Harus segera diselesaikan kebijakannya. Diperlukan kepe- mimpinan yang berani mengam- bil keputusan. Dalam hal ini Presiden,” ujar pengamat kebi- jakan publik Andrinof Chaniago. (AI/Atp/E-1) ANTARA/M AGUNG RAJASA

Upload: lyduong

Post on 09-Sep-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

AYOMI AMINDONI

LEMBAGA Ilmu Penge-tahuan Indonesia (LIPI) memperkirakan laju ke-naikan harga atau infl asi

pada tahun depan akan menca-pai 5,5%, lebih tinggi ketimbang asumsi pemerintah yang sebesar 5,3%.

Harga pangan yang tinggi ka-rena pasokan tidak seimbang, rencana pembatasan bahan bakar minyak (BBM), dan penaikan tarif listrik menjadi faktor pen-dorong utama.

Hal tersebut diungkapkan pe-neliti Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Agus Eko Nugroho di Ja-karta, kemarin.

“Nilai tukar rupiah pada tahun mendatang akan terdepresiasi terhadap dolar Amerika. Juga pertumbuhan suplai pangan yang tidak setinggi permintaan. Rencana pemerintah menaikkan

tarif listrik juga akan berkontri-busi,” paparnya.

Faktor harga pangan akan le-bih besar mendorong laju infl asi apabila pemerintah memutuskan menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah dan beras.

Pemerintah telah menyatakan akan membahas kemungkinan penaikan harga pembelian pe-merintah (HPP) gabah dan beras dari petani.

Menko Perekonomian Hatta Ra-jasa mengemukakan pertimbang-an utama dalam menaikkan HPP ialah harga beras dunia yang kini berada di tingkat lebih tinggi.

“Sekarang ada harga baru ka-rena ada koreksi harga dunia. Maka kita akan pelajari dengan baik bagaimana yang terbaik kita lakukan penyesuaian terhadap HPP,” ujar Hatta seusai meninjau ketersediaan dan harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, kemarin.

Perbaiki jalur losgistikDituturkannya, pembahasan

tersebut nantinya tidak sekadar meninjau HPP. Itu juga bertujuan mencari solusi kendala-kendala dalam pendistribusian beras, seperti perbedaan besar antara harga di petani dan konsumen serta tingginya biaya logistik.

Intinya, menurut Hatta, pe-merintah menginginkan selisih harga antara beras yang dijual petani dan yang sampai ke ta-ngan konsumen tidak terlalu jauh.

“Kita ingin petani dapat ke-untungan yang cukup, tapi juga pedagang juga cukup. Propor-sional,” jelasnya.

Tingginya biaya logistik ka-rena kendala infrastruktur dan transportasi menjadi penyebab harga di pasaran jauh lebih mahal daripada harga beras di petani. “Jadi, (supaya) tidak sedikit (harga) di petani, besar di jalan. Itu kuncinya di biaya logis-

tik. Jadi, angkutan kita perbaiki juga,” tegas Hatta.

HPP gabah dan beras saat ini masih mengacu ke Instruksi Presiden No 7/2009. Dalam peraturan itu antara lain disebut-kan HPP beras di gudang Bulog sebesar Rp5.060/kg.

Menurut Direktur Utama Pe-rum Bulog Sutarto Alimoeso, har-ga beras kualitas setara di pasar dunia sudah mencapai Rp6.500/kg. Demikian pula di pasar do-mestik yang bahkan cenderung meningkat, khususnya menjelang Natal dan Tahun Baru.

“Harga beras di Indonesia, Bu-log beli dengan Rp6.500, sampai Rp6.800 bahkan di Jawa Timur. Artinya harga itu masih di bawah harga pasar,” ujarnya.

Sutarto menambahkan, penai-kan HPP idealnya tidak mem-beratkan konsumen dan tidak merugikan petani. (ML/E-1)

[email protected]

Pemerintah menyatakan akan membahas kemungkinan penaikan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras dari petani.

Kenaikan Harga bakal Lampaui Prediksi

KEMENTERIAN Perhubung-an (Kemenhub) memprediksi jumlah penumpang yang akan menggunakan moda angkutan pesawat untuk bepergian di dalam negeri selama Natal dan Tahun Baru diperkirakan melon-jak paling sedikit 15% menjadi 2,3 juta orang.

“Tentu saja lonjakan ini bisa menjadi cerminan bahwa pereko-nomian kita semakin membaik. Untuk diketahui, di luar negeri sana pihak seperti International Air Transport Association (IATA) sebenarnya sudah mulai risau karena jumlah penumpang me-

reka kian menurun,” kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Ke-menhub Bambang S Ervan di Jakarta, kemarin.

Berdasarkan data Kemenhub yang dipantau dari 23 bandara dalam negeri, peningkatan pe-numpang pesawat domestik sudah mulai terlihat sejak Natal dan Tahun Baru 2009 dan 2010. Pada 2009 jumlah penumpang angkatan udara sebanyak 1,6 juta orang, sedangkan pada 2010 me-ningkat menjadi 2 juta orang.

“Selain masyarakat yang se-makin sejahtera, juga pengaruh faktor adanya layanan pesawat

low cost carrier yang menyediakan layanan terbang dengan harga murah,” tambah Bambang.

Penerbangan luar negeri juga mengalami kenaikan penumpang meski kisarannya tidak sebesar domestik. Pada libur akhir tahun 2010, tercatat ada peningkatan 11,55% dari jumlah penumpang di 2009 menjadi 361 ribu orang. Untuk tahun ini diperkirakan bisa mencapai 397.897 orang.

Pada moda angkutan darat, laut, dan ASDP, lanjut Bambang, jumlah penumpang diprediksi naik hingga 5% sehingga penam-bahan jumlah angkutan akan

disesuaikan dengan prediksi kenaikan tersebut.

Pada bagian lain, PT Pertamina (persero) memastikan stok BBM premium, minyak tanah, dan solar berada di level 3,5 juta kl per hari dan aman untuk meng-hadapi masa libur Natal dan Tahun Baru.

Menurut VP Corporate Com-munication Pertamina M Harun, jumlah stok BBM saat ini berada di level 3,5 juta kl yang terdiri dari premium 1,3 juta kl, minyak Tanah 367 ribu kl, dan solar 1,4 juta kl. Adapun stok elpiji kini mencapai 227.981 ton. (*/E-4)

EKONOMIKA

Penumpang Pesawat Melonjak

EKONOMI| JUMAT, 23 DESEMBER 2011 | HALAMAN 17

PT Pos Indonesia Benahi OperasionalDIREKTUR Utama PT Pos Indonesia I Ketut Mardjana mengatakan akan membenahi produktivitas dan operasional untuk meningkatkan kinerja PT Pos Indonesia. Pada tahun 2012, PT Pos menargetkan laba sebesar Rp182 miliar. “Pada 2011 pencapaian laba kita mencapai Rp138 miliar, dan tahun depan kita targetkan mencapai Rp182 miliar,” kata Presiden Director PT Pos Indonesia, I Ketut Mardjana, di sela-sela media gathering dengan media, di Jakarta, kemarin.

Mardjana mengaku optimis target Rp182 miliar tersebut dapat tercapai mengingat pada tahun depan akan merevitalisasi tiap kantor pos di seluruh Indonesia. Mulai dari tampilan gedung, penyimpanan logistik dan surat, pelayanan ke customer semuanya direvitalisasi.

Dengan revitalisasi itu, tambah Ketut, targetnya pada 2015 per-usahaan ini meraih pendapatan Rp6,7 triliun. Jauh lebih tinggi dibandingkan pada 2010, perusahaan ini memperoleh pendapatan Rp2,6 triliun. (*/E-4)

Wisman Selama 2011 7,6 Juta OrangWAKIL Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar memperkirakan wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia sampai tutup tahun 2011 hanya akan mencapai 7,6 juta orang. “Angka 7,6 juta wisman yang datang ke Indonesia itu sudah bagus karena untuk mencapai angka itu, ada banyak faktor kendala yang dihadapi,” kata Sapta dalam acara Sosialisasi Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (Ripparnas) 2011 di Jakarta, kemarin.

Angka 7,6 juta, kata Sapta, telah melampaui target moderat yang ditargetkan sebesar 7,5 juta wisman. Pihaknya telah menetapkan tiga target kunjungan wisman untuk tahun ini, yakni target pesimistis sebesar 7,2 juta wisman, target moderat 7,5 juta wisman, dan target optimistis 7,7 juta.

“Namun, kalau dibandingkan dengan kontrak kinerja (Kemen-parekraf) yang ditetapkan 7,2 juta wisman, angka 7,6 juta jelas sudah melampaui target,” katanya. (Ant/E-4)

PTBA Anggarkan Capex 2012 RP1,7 TPT Bukit Asam Tbk (PTBA) menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) pada 2012 senilai Rp1,7 triliun untuk pengembang-an bisnis di luar akuisisi. “Dana capex 2012 sebesar Rp1,7 triliun akan digunakan untuk mengembangkan bisnis perusahaan di luar akuisisi. Dana capex berasal dari kas internal perusahaan,” kata Direktur Utama baru PTBA Milawarma seusai rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, dalam RUPSLB disepakati pembelian kembali saham (share buyback) oleh perseroan sebesar 5% dari total saham seri B atau saham yang dilepas ke publik, sebanyak 115.206.592 saham dengan nilai sebanyak-banyaknya Rp2,044 triliun.

Dalam RUPLB itu, PTBA juga menetapkan susunan direksi baru periode 2011-2016. Jabatan Direktur Utama PTBA yang baru diisi oleh Milawarma yang sebelumnya Direktur Operasi dan Produksi PTBA. Ia menggantikan Sukrisno yang masa jabatannya berakhir tahun ini. (Ant/E-4)

OPERASI PASAR: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa (kanan) berdialog dengan pedagang di pasar tradisional Klender, Jakarta, kemarin. Kunjungan tersebut dalam rangka operasi pasar untuk mengecek perkembangan harga pangan menjelang akhir tahun.

Sekarang dilakukan kajian metode, yang

sudah diujicobakan adalah RFID.”

Pengaturan BBMAndalkan RFID

MEKANISME pengaturan bahan bakar minyak (BBM) dengan membatasi konsumsi BBM ber-subsidi hingga kini belum jelas. Pemerintah hanya mampu me-nyatakan bahwa salah satu me-tode yang akan dipakai ialah pen-jatahan BBM untuk ken daraan umum dengan perangkat radio frequency identifi cation (RFID).

Adapun mekanisme pem-batasan untuk kendaraan pri-badi, yang merupakan sasaran utama pembatasan, tidak kun-jung jelas.

“Sekarang dilakukan kajian metode, yang sudah diujicobakan adalah RFID. Kita harus di siplin agar kuota tidak terlampaui sehingga dana bisa didorong ke infrastruktur,” ujar Menko Perekonomian Hatta Rajasa di Jakarta, kemarin.

Ia mengatakan pembatasan di-lakukan untuk mencegah negara menombok karena konsumsi BBM melebihi kuota sebesar 40 juta kiloliter (kl) tahun depan. Apalagi, pertumbuhan transpor-tasi akan naik seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi.

Sebelumnya, Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sum-ber Daya Mineral (ESDM) Evita Legowo mengklaim persiapan infrastruktur stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) un-tuk pembatasan BBM telah men-capai 96%.

Direktur Pemasaran dan Nia-

ga Pertamina Djaelani Sutomo mengamini pernyataan Evita. Namun, ia tidak menyebutkan RFID termasuk persiapan itu.

Menurut Djaelani, persiap-an pi haknya selaku distributor BBM subsidi meliputi penyiapan tangki BBM nonsubsidi. Dengan demikian, pada saat pembatasan diberlakukan, setiap SPBU siap melayani kendaraan pribadi yang tidak diperbolehkan me-makai BBM bersubsidi.

Mekanisme pembatasan yang tidak kunjung jelas, menurut se-jumlah kalangan, akan membuat jangka waktu sosialisasi semakin sempit. Bahkan, pembatasan dikhawatirkan akan molor dari rencana semula, 1 April 2012.

Apalagi, pemerintah masih ha-rus menerbitkan revisi Peraturan Presiden No 55/2005 dan Per-pres No 9/2006 yang mengatur harga dan penggunaan BBM bersubsidi.

“Harus segera diselesaikan kebijakannya. Diperlukan kepe-mimpinan yang berani mengam-bil keputusan. Dalam hal ini Presiden,” ujar pengamat kebi-jakan publik Andrinof Chaniago. (AI/Atp/E-1)

ANTARA/M AGUNG RAJASA