konflik tanah di pt.pn viii dayeuhmanggung vs masyarakat penggarap (tugas pertanahan)

10
Konflik Tanah di PTPN VIII Dayeuhmanggung VS Masyarakat Petani SYANTI SEPTIANI 23 2012 067 A

Upload: syanti-septiani-nugraha-ii

Post on 19-Jun-2015

125 views

Category:

Education


1 download

DESCRIPTION

tugas pertanahan, Konfik tanah

TRANSCRIPT

  • 1. Konfik tanah mungkin terjadi di mana mana. Banyak penyebab terjadinya konfik tanah yang bisa adanya jatuh korban jiwa, hak ini di sebabkan keadan tanah yang terbatas sedangkan jumlah penduduk semakin bertambah. Pada hakikatnya, kasus pertanahan merupakan benturan kepentingan (conflict of interest) di bidang pertanahan antaran siapa dengan siapa,perorangan dengan lembaga hukum atau pun dengan perusahan.

2. Oleh sebab itu kepastian hukum yang diamanatkan UUPA, maka terhadap kasus pertanahan dimaksud antara lain diberikan respon/reaksi/penyelesaian kepada yang berkepentingan (masyarakat/pemerintah) berupa solusi dari BPN dan solusi melalui badan peradilan. Solusi penyelesaian sengketa dapat ditempuh dengan beberapa solusi antara lain : 1. Solusi melalui BPN 2. Solusi melalui Mediasi 3. Solusi melalui Badan Peradilan Solusi 3. Konflik tanah yang terjadi di Kab.Garut Jawa Barat ini sudah terjadi bertahun tahun. Konfilik ini muncul karena masyarakat menuntut kepada pihak PT.PN VIII Untuk menggarap lahan perkebunan yang terlantarkan untuk di garap oleh petani penggarap sekitar perkebunan 202 Ha dari 402 Ha 4. Pada akhir 2013 kasus ini sudah melalui titik terang dengan solusi mediasi melalui BPN dengan di pasilitasi Bupati Kab.Garut dan Komnas Ham. konflik tanah di kawasan PTPN VIII Dayeuhmanggung sudah sampai tahapan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU/nota kesepahaman). Dengan catatan, di dalamnya tertera kesepakatan bahwa tanah diokuvasi penggarap itu tidak untuk diperjualbelikan, dan harus ada pengawasan pelaksanaannya dari pemerintah daerah setempat selaku pemangku wilayah. Solusi ini tidak merugikan kedua belah pihak yang sedang bertikai. PT.PN VIII yang mempunyai HGU (Hak Guna Usaha) 5. Tanah diperbolehkan digarap masyarakat yakni lahan tanah yang terlanjur sudah terokuvasi masyarakat, seluas sekitar 202 hektare, dari total lahan yang sedang diajukan perpanjangan Hak Guna Usaha (HGU)-nya seluas 402 hektare. Pengecekan lokasi dan identifikasi masyarakat penggarap juga sudah dilakukan. Selain itu, komoditi yang ditanam pun harus dipastikan sesuai dengan tata ruang dan ekosistem yang ada. Penanganan konflik tanah seperti ini akan diangkat ke Komisi A dan B DPR RI serta BUMN, serta Depdagri. Ini merupakan solusi baru. Sehingga akan menjadi model atau contoh bagi seluruh daerah di Indonesia, Ujar kepala Kantor BPN Garut. 6. Saat ini kasus konflik tanah di kawasan kebun teh Dayeuhmanggung memasuki tahap penyusunan draft MoU dan Perjanjian Kemitraan Pemanfaatan Lahan, dengan mediator Komnas HAM. Masyarakat dapat menerima konsep kita bahwa lahan bukan untuk dikuasai atau dimiliki penggarap, melainkan bisa kerjasama pemanfaatan lahan untuk kesejahteraan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan 7. Solusi dengan cara mediasi tebukiti dapat menyelesaikan masalah tanpa merugikan salah satu pihak. Dalam kasus ini petani penggarap dapat menggarap lahan untuk di garap dan kemudian hasilnya di jual kepada PT.PN VII dengan adanya MoU. Tarap perekonomian masyarakat juga terbantu dengan adanya MoU ini. Semoga solusi ini dapat di laksanakan oleh BPN seluruh indonesia untuk menyelesaikan konflik seperti ini tanpa adanya tumpah darah.