konfigurasi hukum islam modern - journal.uii.ac.id

13
Konfigurasi Hukum Islam Modern Oleh : Yusdani Yusdani, Lahir di Kuripan, Tanjung Lubuk,OKI, Palembang, 11 Nopember 1962, Alumni Fakulfas Syari'ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jurusan PidahadanPerdataislam,sejaktahun 1992menjadi dosentetappadaFakulias Syari'ah Ull Yogyakarta. Pendahuluan Perubahan-perubahan sosial yang dihadapi umat Islam pada periode modern telahmengundangsejumlahmasalahserius berkaitan dengan hukum Islam, tetapi metode yang dikembangkan para pembaharudalam menjawabpermasalahan tersebutterlih'atbelummemuaskan. Dalam penelitian mengenai pembaharuan hukum Isl^ di dunia Islam, Anderson dan John L. Esposilo^' berkesimpul^ bahwa metode •yang umumnya dikembangkan oleh pembaham Islam dalam menangani isu-isu hukum masih bertumpu pada pendekatan yang adhoc dan fragmented (terpilah-pilah) dengan mengekploilasi prinsip takhayyur (sesuatu metode yurisprudensi yang karena dalam suatu situasl spesifik dibolehkan meninggalkan mazhab hukumnya untuk mengikuti-mazhab lainnya) serta talfiq (metode mengkombinasikan berbagai pandangan berbagai mazhab untuk memberitukperaturan tunggal), Penerapan kedua metode yang'diekploitasi ini, tentu saja menghasilkan pranata-pranata hukum yang serampangan, arbriter dan self con tradictory. Memungutfragment-fragment opini masa lampau yang terisblasi lanpa mempertimbangkan akar kesejar^annya kemudian menyusunnya ke dalam jenis mosaik yang semena-mena dengan menyeludupkan di bawah permukaannya berbagaistrukturatau inkonsistensinyajelas merupakanusaha pembaharu yang artifical dan tidak realistis.^ Bahkan, sebagaimana diungkapkan oleh Anderson, kecendemngan semacam itu menunjukkan aplikasi doktrin taqlid yang ekstrim.^ Itulah sebabnya Schacht menegaskah: Yurisprudensi legislasi Islam kaum modemis (pembaharu), agar dapat bersifat logis dan permanen, tengah membutuhkan basis teoritis yanglebih tegas dan konsisten.^Dengan katalaih, meminj am ungkapan Esposito kebutuhan mendesak para pembaham Islam sekarang ini jlka mereka menghasilkan Hukum' Islam yang 69

Upload: others

Post on 18-Feb-2022

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Konfigurasi Hukum Islam ModernOleh : Yusdani

Yusdani, Lahir di Kuripan, Tanjung Lubuk,OKI,Palembang, 11 Nopember 1962, Alumni Fakulfas

Syari'ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, JurusanPidaha dan Perdata islam,sejaktahun 1992menjadidosentetappadaFakuliasSyari'ah Ull Yogyakarta.

Pendahuluan

Perubahan-perubahan sosial yangdihadapi umat Islam pada periode moderntelahmengundangsejumlahmasalahseriusberkaitan dengan hukum Islam, tetapimetode yang dikembangkan parapembaharu dalam menjawabpermasalahantersebutterlih'atbelummemuaskan. Dalam

penelitian mengenai pembaharuan hukumIsl^ di dunia Islam, Anderson dan John L.Esposilo^' berkesimpul^ bahwa metode•yang umumnya dikembangkan olehpembaham Islam dalam menangani isu-isuhukum masih bertumpu pada pendekatanyang adhoc dan fragmented (terpilah-pilah)dengan mengekploilasi prinsip takhayyur(sesuatu metode yurisprudensi yang karenadalam suatu situasl spesifik dibolehkanmeninggalkan mazhab hukumnya untukmengikuti-mazhab lainnya) serta talfiq(metode mengkombinasikan berbagaipandangan berbagai mazhab untukmemberitukperaturan tunggal), Penerapankedua metode yang'diekploitasi ini, tentu

saja menghasilkan pranata-pranata hukumyang serampangan, arbriter dan self contradictory.

Memungut fragment-fragment opinimasa lampau yang terisblasi lanpamempertimbangkan akar kesejar^annyakemudian menyusunnya ke dalam jenismosaik yang semena-mena denganmenyeludupkan di bawah permukaannyaberbagai strukturatau inkonsistensinyajelasmerupakanusaha pembaharu yang artificaldan tidak realistis.^ Bahkan, sebagaimanadiungkapkan oleh Anderson,kecendemngan semacam itu menunjukkanaplikasi doktrin taqlid yang ekstrim.^

Itulah sebabnya Schachtmenegaskah: Yurisprudensi legislasi Islamkaum modemis (pembaharu), agar dapatbersifat logis dan permanen, tengahmembutuhkan basis teoritis yanglebih tegasdan konsisten.^Dengan katalaih, meminj amungkapan Esposito kebutuhan mendesakpara pembaham Islam sekarang ini jlkamereka menghasilkan Hukum' Islam yang

69

UNISIA, NO. 24 TAHUN XIV TRIWUUN4 -1994

komprehehsif dan berkembang secarakonsisten adalah merumuskan suatu

,metodologi sistematis yang mempunyaiakarlslan) yangkokoh.^

Formulasi Awal Metodologi Hukum Is-lam . ^

Krisis pemikiran hukum Islam padaperiode modem, yang sebagiannyaberakardalam sejarah keagamaan Islam, dansebagiannya lagi dikarenakan tahtanganmodemitas, dapat disembuh dengan suatumetodologi yang sistematis dankomprehensifsebagaimana akan ditelusuripada uraian berikut ini.

Perumusan metodologi Hukum Islam yang sistematis dan komprehensif,hendaklahberpangkal tolak dariperumusanmetodologi tafsir Al-Qur'anterutamaayat-ayat hukum dengan pendekatan historis-

.kronologis,' guna merekonstruksi ideal-moral,yangditiiju kitabsuci tersebutderiganbantuan hadits sebagai bagian organisnya.Pemahaman Al-Qur'an secara utuh denganberpijakpadaprinsiptafeirklasik, Al-Qur'anyufassiru ba'dhuhu ba'dha serta pentingnyamemperhatikan kondisi kekinian dalamupaya penerapan ideal moral ajaran Al-Qur'an.® Dalam kaitan ini juga pentingmemahami kondisi aktual masyarakat Arabpra Islam dan masa Nabi dalam rangkaihenafsirkan' pemyataan-pemyataan legaldan sosio-ekonomikAl-Qur'an. Pendekatanhistoris ini adalahsebagai satu-satunya carayang dapat diterima dan berlakuadilkepadatuntutan intelektual ataupun integritasmoral, hanya dengan cara semacam inilahsuatu apresiasi sejati terhadaptujuan-tujuanAl-Qur'an dan hadis dapat dicapai.''

Aplikasi pendekatan kesejarahan di •atas, tentusajamenimbulkan problemserius

70

dengan hakikat keabadian Al-Qur'ansebagai kalam Allah, penekananpentingnyaperbedaan antara ideal moral yang ditujuAl-Qur'andariketentuanlegal spesifiknya.Dalam kasus poligami dan. perbudakan,ideal moral yang dituju Al-Qur'an adalahmonbgami dan emansipasi budak.Sementara penerimaan Al-Qur'an secaralegal terhadap prantara-pranata tersebutkarena mustahil untuk menghapuskannyadalamseketika,mengingatpr^tara itutelahberakar dalam struktur sosial Arab di masa

Nabi.® Hal ini jelas menunjukkan upayadalam memahami tujuan-tujuan Al-Qur'andan menerapkannya ke dalam kontekskekinian yang konkrit. Bahkankebijaksanaan tennasyhur khalifah Umarbin Khaththab, seperti:

Tidak diterapkannya hukuman hadkasiis pencurian pada waktu paceklik.Begitu juga Umar merubah kebijaksanaanRasulullah dalam menghadapi persoalantanah di daerah yang baru ditaklukkah. DizamanNabi, tanah-tanahyangdisitasebagaiakibat penaklukkan dibagikan kepadaprajurit Muslim yang menaklukan. Olehsebab itu Umar tidak membagi-bagikantanah-tanah yangditaklukan kepada tentaramuslim, tapi me'mbiarkan tanah itu dikuasaioleh penduduk aslinya (kasus Irak dan •Mesir), Kebijaksanaan Umarini bukaniahtanpa mendapat tantang^ dari sementarasahabat, disamping banyak pula yangmendukungnya. Umarberpendapat bahwabila serdadu muslim dibiarkan tinggal ditanah taklukannya, mereka akan berhentimenjadi prajurit. Tapi alasan yang. lebihkuat adalah kepercayaan Uniar yang taktergoyahkan pada prinsip keadilan sosio-ekonomi. Sebab jika tanah-tanah itu tetapdibagikan pada sipenakluk, bagaimana

nasibgeneral mendatangdaridaerahyangdikuasai itu?, Untuk tindakannya yangmenyimpang itu, Umar mendapac tempatberpijak pada ayat Al-Qur'an dalam suratAl-Hasyr ayat 7 dan 10.

Terhadap tindakan Umar yang jelasmenyimpang secara formal dari sunnahNabi dalam hal panting, ia melakukan ituadalah untuk kepentingan pelaksanaanintisari dari sunnah Nabi. Memang dalam

' sejarah sedikit orang yang mampumelaksanakan sunnah Nabi secara begitukreatif, efektif dan dinamis.

Tetapi iiu adalahpilih^rpilihandankeputusan-keputusan dimana setiapmasyarakat yang hidup hamsmenghadapinya.^ Umar adalah, manusiatanpa wahyu, tapi wahyu yang telahditumnkan kepada Nabi ditangkapnyadengan fikirannya yang kreatif danintuisinya yang menembus. Kasus Umariniadalahimhikmeminjukkanbahwabetapasuatu hukum dapat berubah secara fonhalmehghadapi penibahan sosial, tapi jiwadan ideal moral yang mendasari hukumfonnal itu tetap bertahan tidak bembah.*®Di samping itu kasus Umar ini juga

. memberikan ilustrasi dan contoh yangpenting tentang penyimpangan dari hukumIslam yang sudahmapan demi kepentingankeadilan dan kesejahteraan sosial.^' '

Kebijaksanaan-kebijaksanaan yangdilakukan Umar bin Khaththab yang telahdikemukakan itu merupakan argumen

, bahwa generasi muslim awal telahmenafsiikan Al-Qur'an dan sunnah Nabiselaras dengan situasi kontemporemya,dengan berpegang teguh pada tujuan-tujuannya atau prinsip-prinsip keduasumbertersebut. Denganmengutipcontbh-contoh di atas, kiia sebenamya telah

Yusdah}, Konfigurasi HukumIslamModem

memasuki salah satu kunci tentang hukumIslam, dan bahwa suatu rekonstruksi total

masyarakat Islam pada abad ini hanyalahmungkin bila isi syari'ah yang merupakanhasil ijtihad ditinjau kembali secara kritisdengan Al-Qur'an sebagai kriteriumterakhif.

Sehubungan dengan upayameiiemukanmetodologihukum Islam yangkomprehensif dan sistematis dalam kaitanuntuk menjawab tantangan modemitasmaka tiga langkah utama perlu dilakukan,yaitu (1) pendekatan historis untukmenemukan makna teks Al-Qur'an dalambentangan karir dan peijuangan nabi; (2)pembedaan antara ketetapan legal dengansasaran dan tujuan Al-Qur'an; (?).pemahaman dan penetapan sasaran Al-Qur'an dengan mempertimbangkan secarasepenuhnya latar sosiologisnya..

Sehubungan dengan langkahpertama maka suatu pendekatan historisyang sehus danjujurharusdiguhakanuntukmenemukan maknateksAl-Qur'an. A^kiiietafisis ajaran Al-QuPaii mungkin tidakmenyediakan dirinya dengan mudah untukdikenakan terapi historis, tetapi bagian-bagian sosiolo^snya pasti menyediakandirinya untuk. dikenakan terapi historis•lersebut. /

Pertama, Al-Qiir'an harus dipelajaridalam tatanan kronologisnya mengawalidengan piemeriksaan terhadap bagian-bagianw^yupalingawalakanmemberikansuatu persepsi yangcukupakuratmengenaidorpngand^argerakanIslam,sebagaimanadibedakan dari ketetapan-ketetapan danpranata-pranatayangdib^gun belakangan.Dengan demikian seseorang harusmengikuti bentangan Al-Qur'an sepanjangsejarah karir dan peijuangan Muhammad.

71

UNISIA, NO. 24TAHUN XIV tRtWULAN 4 -1994

Metode historis ini akan banyakmenyelamatkan kita dari penafsiran-penafsiran Al-Qur'an kalangah modemisyang ekstravagandan artifisial. Di sampingmenetapkan makna rincian-rinciannya,metode ini juga akan menunjukkan secarajelas makna keselunihan Al-Qur'an dal^suatu cara yang sistematis dan koheren."

Sedang tentang langkahkedua,perbedaan antara ketetapan legal dengansasaran dan tujuan' Al-Qur'an. Setelahaplikasilangkahpertamadi atas, seseorangtelah siap untuk membedakan antaraketetapan-ketetapan legal Al-Qur*^ dansasaran-sasaranserta tujuannya. Karena Al-Qur'anbias2uiyamenjelaskanalasan-Masanbagi pemyataan-pemyataan legalspesifiknya"

Serhentara tentang langkah .y^gkektiga, adalahmemahami danmenetapkansasaran serta tujuan Al-Qur'an dengaiimemperhatikan latar belakangsosiologisnya, yaitu lingkungan dimanaNabi bergerak dan bekeija. Hal ini akanmengakhiri penafsiran-penafsiran Al-Qur-an yang subyektif. Pendekatan ini akanberm^aat dan merupakan harapan satu-satunya bagi suatu penafsiran Al-Qur'anyang berfiasil dewasa ini. '̂*

Prosedur dan Prinsip Ijtihad HukumIslam

Rumusan awal metodologi, yangtelah dikemukakan itu dengan jelasmemperlihatkan bahwa prosedurpendekatan yang ditawarkan lebihdifokuskan pada penafsiran atau,pemahaman, aspek hukum atau sosialajaran-ajaran Al-Qur^m. Hal ini tampakdalam pemyataannya bahwa kandunganSyari'ah mesti menjadi sasaranpemeriksaan

72

yang segar dalam sinaran bukti Al-Qur-an,dan bahwa aspek metafisis Al-Qur'an yangmenjadi esensi pendekatannya sertapenekanannya yang tegas pada perbedaan^tara sasaran-sasaran dan tujuan-tujuanAl-Qur'an (ideal moral) dari ketentuan le

gal spesifiknya.yangmerupakanmatarantaiterakhir tiga langkah yang telahdigariskan.Selain dalam ketiga langkah di ataspertimbangan terhadap konteks kekinianhendaklah menjadi perhatianpula.

Dalam konteks ini, perlu ditelitikembali tentang aiti dan cakup^ prinsipm^lahat(kepentingan umum) serta upayadalam memberikan konseptualisasikontemporer terhadap prinsip tersebut.Syaikh Akhmad Zaky Yamani, sangatmenakjubkan dalam orientasinya yangliberal tentang konsep maslahat dan dalampemyataan-pemyataanyang sangatumum,akan tetapi contoh-contoh yangdikemukakannya dari perbendaharaanhukum Islam klasik tidak memadai bagikandungan generalisasi yang dibuatnya.'^Pemyataan Yamani,bahwa perbedaanantara 'illah (^asan) dan hikmah (tujuan)suatu hukum hanya bertalian dengan aspekibadah dan kasus-kasus sekuler,.keduanyayaitu 'illah dan hikmah idehtik, tidak dapatdisepakati. Akan tetapi dalam bidang sosialtidak terdapat peit>edaan antara 'illah danhikmah. Dalam titik ini, tidak dapatdisepakati jika bidang sosial diistilahkansebagai sekuler, karenaseseorang tentu sajabisa menyatakan bahwa hukum Islam yangdiperoleh dari Al-Qur'an dan sunnah olehkalangan Hanafiah dan Syafi'iah, misalnyasekulerselanjutnya, pembedaan antara'illah.dan hikmah tidakdapat dipeitahankan.^®

Beipijak pada tujuan terhadappandangan-padangan Yamani itulah perlu

perumusan kembali metodologi untukmemperoleh prinsip-prinsip hukum Islamdari Al-Qur'an dan sunnah, sertamenawarkan metodologi baru untukmaksud tersebut. Metodologi yangdimaksud ini terdiri atas dua gerakanpemikiran yuristik: Pertama, dari yangkhusus (partikular) kepada yang umum(general); dan kedua, dari yang umumkepada yang khusus.

Sehubungan dengan gerakanpemikiran yuristik pertama, melibatkanpemahaman teihadap prinsip-prinsip Al-Qur'an dan sunnah menipakan bagianorganisnya. Bidang sosialperintah-perintahAl-Qur'ai) memiliki suatu backgroundsituasional, sebagaimana pewahyuan Al-Qur'ansendiri yang memiliki latarbelakangreligio-sosial yang sangat konkrit dalampolitheisme dan disekuilibrium sosioekonomik masyarakat Makkah pada awalIslam; perintah-perintahAl-Qui'anmuncultidak dalam suatu kevakuman, tetapi selaluturun sebagai solusi terhadap masalah-masalah aktual. Latarbelakang situasionalini, yang disebut sebab-sebab pewahyuan(sya'an nuzul) direkam dalam tafsir-tafsirAl-Qur'an.^ Al-Qur'an juga biasanya

menyebutkan.baiksecaraeksplisitmaupunimplisit, alasan-alasan bagi suatupemyataan yang berisi prinsip-prinsipmoralatau legal. Pemahaman terhadap alasan-alasan ini adalah sangat penting bagi suatupemahaman terhadap pemyataanlegal ataukuasi-legal Al-Qur'an. Alasan-alasan iniadalah hikmah yang merupakan esensiajaran Al-Qur'an tentangmasyarakat. Suatukajian mendalam terhadap sebab-sebabpewahyuan akan menampakkan kepada kitauntuk mengidentifikasi dan memahami

Yusdani, Konflgurasi Hukum IslamModem

secara tepat bukan hanya tujuan-tujuantersebut, tetapi juga hubungan antarapemyataan-pemyataan legal atau kuasi-legal dan tujuan atau sasaran yang beijalin-kelindan dengaimya yang harus dikandungatau dipenuhi oleh pemyataan tersebut

Karena itu, berbagai tujuan danprinsip Al-Qur'an hariis dipadukan untukmenghasilkansuatu teori sosio-moral (yaituetik Al-Qur'an) yang padu dankpmprehensif, yang didasaikansecara tepatpada Al-Qurian dan rekannyasuimah."

Sementaradalam gerakan pemikiranyuristik kedua adalah metode berpikir dariyangumumkepadayangkhusus. Kumpulanprinsipyangdiperpleh dari Al-Qur'anlewatcara yang dicandera di atas (gerakanpemikiran yuristik pertama), harusditerapkah teihadap masyarakat muslimdalam konteks dewasa ini. Sebagaimanadengan latar belakang ajaran Al-Qur'anyang hams dikaji untuk memperolehprinsip-prinsip umum Al-Qur'an, makasituasi kontemporerjugaharus dikajiimtukdiambil darinya prinsip-prinsip tentangpenerapanhukum teihadapsituasi tersebutjenis penelitian sosiologis terhadap situasikontemporer ini akan memberi indikasiyang tepat tentang bagaimana prinsip-prinsip yang diperoleh dari Al-Qur'an dansunnah harus ditubuhkan dalam legislasikontemporer."

Dengan demikian, jelas bahwagerakan ganda yang ditawarkan di ataslebih tertuju pada penafsiran hukum atauajaran sosial Al-Qur'an, sekalipun hal inihams bermula dari penafsiran terhadapas^kmetafisis yangmempakan ajaran awalAl-Qur'an dan latar belakang bagi ajaran-ajaran sosialnya.

Proses penafsiran yang diajukan itu.

73

UNISIA, NO. 24 TAHUNXIVTRIWULAN4 -1994

sebagaimanadengan mmiisansebelumnyayang telah dikemukakan, terdiri dari suatugerakan ganda, yaitu dari situasi sekarangke masaAl-Qur'an diturunkan, dan kembalilagi ke masa kini. I^ses gerakan gandatersebut, secara jelas dapat digambaikansebagai berikut:

Yang pertama dari dua gerakan,terdiri dari dua langkah. Langkah pertama,seseorang harus memahami art! dan maknasuatu pemyataan tertentu denganmempelajari situasi atau problem historisdimana pemyataan tersebut merupakan

Jawabannya. Tentu saja, sebelummempelajari teks-teks spesifik dalamsinaran situasi spesifiknya, suatu kajianumum mengenai situasi makro dalambatasan-batasan masyarakat, agama, adat-istiadat, prantara-pranata, bahkan tentangkehidupan secara menyeluruh di Arabiapada saat kehadiran Islam serta khususnyadi sekitar Makkah dengan tidakmengenyampingkan peperangan-peperangan Persi-Bizantium harusdilakukan.

Jadi langkah pertama dari gerakanpertama ini adalah upaya untuk memahamiAl-Qur'an secara utuh maupun dalambatasan-batasan spesifikasi yangmerupakan respon terhadap situasi-situasispesifik.

Langkah kedua, adalahmenggeneralisasikan Jawaban-Jawabanspesifik tersebut dan menyatakannyasebagai pemyataan-pemyataan yangmemiliki tujuan-tujuan moral-sosialumumyangdapatdidasaricandariteks-teksspesifikAl-Qur'an dalam sinaran latar beiakang'sosio-historis dan ratio legis yang seringdinyatakan. Langkah pertama memahamimakna teks-teks spesifik Al-Qur'an itu

74

sendiri menyiratkan arti langkah kedua danakanmembawakepadanya. Selamaprosesini,perfiatianharusdiarahkankepadatujuanajaran Al-Qur'an sebagai suatu keseluruh^sehinggasetiapartitertentu yangdipahami,setiaphi±um yangdinyatakan, sertasetiaptujuan yang dimmuskan akan koherendengan lainnya. Al-Qur'an sebagaikeseluruhanmendorongmenanamkansuatusikap yang pasti terhadap kehidupan danbenar-benar memiliki suatu pandangandunia yang konkrit dan ajarannya tidakmengandung kontradiksi dalam tetapikoheren secara keseluruhan.

Gerakan pertama dimulai dari hal-hal spesifik dalam Al-Qnr'an .dansitematisasi prinsip-piinsip umum, nilai-nilai dan tujuan-tujuanjangka panjangnya,sedang gerakan kedua yangharus dilakukandari pandangan umum ini ke pandanganspesifik yang harus diformulasikan danrealisasikan sekarang. Maksudnya adalahyang umum itu harus ditubuhkan kedalam

konteks sosio-histrois konkrit dewasa ini^

Sesungguhnyahal inimembutuhkankajiancermat terhadap situasi dewasa ini dananalisis terhadap berbagai unsurkomponennya sehingga dapat menilaisituasi sekarang dan mengubahnya sejauhyang diperlukan, serta mendeterminasiprioritas-prioritas baru untukmengimplementasikannilai-nilai Al-Qur'ansecara segar. Hingga taraf kita mampumencapai keduamomentgerakan gandainidengan berhasU, maka perintah-perintahAl-Qur'an akan menjadi hidup dan efektifkembali.

Momentkeduainijugaberperanakanbetperan sebagai pengoreksi hasil-hasilmoment pertama, yaitu hasil-hasilpemahaman dan penafsiran. Karena jika

hasil hasil pemahaman tersebut temyatagagal dalam aplikasinya di masa kini,makatentunya telah terjadi kegagalan dalammenilai situasi saat ini atau kegagalan dalammemahaml Al-Qur'an. Sebabtidakmungkihsesuatu yang dapat dan secara aktualdirealisasikan dalam tatanan spesifik dimasalampau tidakbisadirealisasikan dalamkonteks kehidupan dewasa ini deriganmempertimbangkan perbedaan hal-halspesifik dalam situasi saat ini dimana(ungkapan) mempertimbangkanperbedaan-perbedaanhal-hal spesifikdalamsituasi saatiniimeliputipengubahanaturan-aturan masa lampau selaras dengan situasiyang telah berubah di masa kini asalkanpengubahan ini tidak mengorbankanprinsip-prinsip ini dan nilai yang diperolehdari masa lampau dan pengubahan situasimasa sekarang dimana perlu hingga selarasdengan prinsip-prinsip umum dan nilai-nilai tersebut.'^

Formuia'si definitif metodologisistematis di atas itulah apa yang disebutprosedurijtihad, berdasaikanpada asimilasidan elaborasi secara sistematis pandangariseorang yuris maliki yang bemama AIt

.Syatibi, tentang betapa mendesaknyamemahami Al-Qur'an sebagai ajaran.yangpadu dan kohesiP ke dalam gerakanpertama rumusan metodologi sitematis diatas. Dalam 'kaitan ini benar apa yangdikatakan Iqbal, bahwa dalam negaraimpiannya itu, Islam- antara lain akanmemiliki kesempatan lintuk memobilisasihukumhyaselarasdengansemangataslinyadan semangat zaman modem.

Rekonstruksi Metodologi Hukum IslamModern

. Untuk mcrckonstruksi metodologi

Yusdani, Konfigurasi Hukum Islam Modern

hukum /Islam yang sistematis dankomprehensifdan mengoperasikannya, halyang mendesak untuk dirumuskan dalamkaitan ini adalah: pertama-tamamemformulasikan tentang pandangan Al-Qur'an terhadap dunia (Weltanschauung).Weltanschauung ini akan menyangkuttenjang Tuhan, hubungan Tuhan denganManusia dan alam, serta peranNya dalamsejarah manusia dan masyarakat. Denganmenjemihkan pemahaman niengenaihakekat Tuhan, eksistensi manusia, atau

memungkinkan suatu analisis sistematisterhadap ajaran-ajaran moral Al-Qur'an,yang pada gilirannya akan menghasilkanetika Al-Qur'an. Selanjutnya adalahmemmuskan hukum yang selaras dengankebutuhan-kebutuhan kdntemporerberdasarkan etika tersebut

Sehubungan dengan perumusanpandangan dunia menurut Al-Qur'an, danupaya untuk membangunnya, menurutFa'zlur Rahman belum pemah dilakukandalam sejarah Islam." Dan ketiadaanwawasan yang padu tentangnya telahmembawa malapetaka hebat terhadapgagasan rasional-filosofi." Sebab iamemandangupayadibidanginimerupakan'suatu kebutuhan mutlak dan mendesak.

Akan tetapi perlu ditekankan sekalilagi bahwa pandangan dunia Al-Qur'anterkait secara organis dengan etika Al-Qur'an dan formulasi hukum. Hal inidikarenakan sebagaimana telah disinggungdi atas, hanya dengan menjemihkanpengertian terhadap pandangan dunia Al-Qur'an, barulcth etika Al-Qur'an sebagaisumber formulasi hukum Islam

kontemporer dapat dibangun. Dengan katalain, etika Al-Qur'an memiliki basis nyatadalam pandangan dunia tersebut.^Bahkan

75

UNISIA, NO. 24 TAHUN XIV TRIWULAN 4 • 1994

lebihjauh lagi, bagian-bagian metafisis Al-Qur'an ini merupakan latar belakang bagielaborasi yang koheren atas pesan-pesanAl-Qur'an di bidang moral, sosial dan legal." \ .

Tugas kedua dalam operas!metodblogi hukum yang sistematis dankomprehensif itu adalah penyusunan etikaAl-Qur'an yang sistematis. Sebagaimana .mengenai pandangan dunia Al-Qur'anupaya penyusunan etika Al-Qur'an, balksecara sistematis ataupun sebaliknya, plchkaum muslimin belum pemah dilakukan."

Padahal etika Al-Qur'an ini

merupakan esensi ajarankitabsuci tersebutdan merupakan mata rantai penghubungyang penting ahtara teologi dan hukum."MemangbenarbahwaAl-Qur'ancenderungm.engkonkritkan hal-hal yang bersifat etis,membungkus hal-hal yang umurh ke dalamperintah-perintah legal atau quasi-legal.Tctapi hal ini tepatnya merupakan pertandadari semangat moral Al-Qur'an bahwa latidak hanya puas dengan proporsi-proporsietis yang dapat digeneralisasi, tetapimendesak untuk menteijemahkannya kedalam paradigma-paradigma yang aktual.Walaupun demikian, Al-Qur'an selalumenjel^kan tujuan-tujuan atau prinsip-prinsip yang merupakan esensi hukum-•hukuninya."

Akibat ketiadaan rumusan etika Al-

Qur'an ini, teologi dan fiqh tidak pemahterkait secara organis antara satu denganlainnya dalam sejarah Islam.^^ Sckalipunteologi mengaku sebagai pembela asumsi-*asumsi hukum dan mcnjustifikasi fiqh,namun dalam kcnyataannya ia tumbuh danberkembangdemikian ^basnya dari fiqhdan terkadang berlawanan dengan dasar-dasamya yang asasi.^ Bahkan lebih jauh

76

ketiadaan formulasi sistematis etika Al-

Qur'an dan ketegaran para fuqaha dalamberpegang secara harfiah pada ayat-ayatindividual, telah rnembuat hukum-hukum

seringkali dirumuskan dari ayat-ayat Al-Qur'an yang tidak dimaksudkan sebagaihukum. Contohnya adalah QS. XXXIII :28-29. Ayat-ayat ini, jelas mengandungpengertian moral bahwa isteri-isteri Nabiseharusnya tidak menuntut harta bendaduniawi. Tetapi para fiiqaha mengartikan

• ayat-ayat tersebut bahwa seorahg laki-lakisewaktu-waktu dapat memberi pilihankepada isterinya apakah akan tetap hidupbersamanya atau bercerai darinya sebagaisuatuprosedurlegal.'^Dari kasus semacamini, Jelaslah menunjukkan perlunya dansegeranya penanganan nilai-nilai etikadalam Al-Qur'an secara terpisah.kemudianmerumuskan hukum berpijak pada etikatersebut dengan mempertimbangkankonteks kekinian.

Dalam hubungan ini, empat ilustrasiberikut ini tentang qiyas, poligami danperbudakan, serta konsumsi alkohol,mempcrlihatkan bagaimana gerakanpcriama yang terdiri atas dua langkah,sebagaimana dikemukakan di muka dapatdiaplikasikan. . ^

Sehubungan dengan qiyas, bahwaAl-Qur'anCQS. 11; 178;IV :92)memperkuathukum pembunuhan yang telah berjalandalam masyarakal Arab pra-Islam. Solusispcsifik Al-Qur'an ini memberi kebebasankepada keluarga. korban memilih antaramenuntut balas (qiyas) atau meminiasejumlah uang ganti rugi (diyat).

Di samping Al-Qur'an jugamcnambahkan pengampunan atau pemberimaaf dari keluarga korbaii yang dipandangsebagai kebajikan bemilai tinggi. Solusi-

solusi Al-Qur'an ini memandangpembunuhan sebagai kejahatan teihadapkeluarga, sehingga keluarga tersebut bisamenuntutdiyatTetapi ditempatlmn, ketikaberbicara tentang pembunuhan yangdilakukan oleh Qabil terhadap Habil(keluarga putera Adam) Al-Qur'anmenyatakan:

Untuk ^asan-alasan inilah kamitetapkan bagi; Bani, Israil bahwa barangsiapa membunuh tanpa hak yaitumembunuh seseorang yang tidak bersal^,maka seakan-akan ia telah membunuh

seluruh manusia, dan barangsiapamenyelamatkankehidupanseseorang,makaseolah-olahia telah menyelamatkan seluruhmanusia. (QS. V: 27dan 32). Ayatini jelastelah menjadikan pembunuhan suatukejahatan terhadap kemaniisiaan, bukanterhadap keltiarga korban. Dengandemikian, solusi Al-Qur'an dalam QS. n :178dan\i: 12,harusdimasukkankebawahprinsip yang memandang pembunuhansebagai kejahatan teihadap kemanusiaaa32

Sementara poligami dalam QS. IV :3, menjelaskah bahwa masalah ini munculdalamkonteksgadis-gadisyatim. DidalamQS. V ; 2, Al-Qur'an mengutukpenyalahgunaankekayaananak-anakyatimoleh para wali. Tema semacam ini telahdikemukakan Al-Qur'an sejak di Makkah(QS. VI : ,152; XVII ; 34), dan lebihditekankanlagipadaperiodeMadinah(QS.II : 220; IV : 2,6,10,127). Selain itu Al-Qur'anmenyatakan bahwa agartidak teijadipenyelewengan harta gadis-gadis yatim,para wali hams berlaku adil (QS. IV : 3),penafsiran semacam ini, didukung olehketerangan (QS. IV : 127), yang mungkintumnlebih awaldari(QS.IV: 3).Ketentuan

Yus<^ni, Konfigurasi HukumIslamModem

untuk berlaku adil, sebagai syaratberpoligami, kembali ditekankan (QS. IV:129)ini, denganmenegaskan bahwa adalahmustahil untuk berlaku adil diantara isteri-

iasteri.'^ Jadi dalam kasus poligami ini,klausa mengenai berlaku adil harusmendapat perhatian dan ditetapkanmemiliki urgensi yang lebih mendasar daiipada klausa spesifik yang mengizinkanpoligami. "Tuntutan untuk berlaku adil danwajar merupakan salah satu tunttitan dasarkeseluruhan ajaranAl-Qur'an.^Lebihjauhlagi adalah, bahwa Al-Qur'ah berkehendakuntuk inemaksimalkan kebahagiaan hidupkeluarga, dan untuk tujuan ini dinyatakanbahwa suatu perkawinan monpgami secaranormal adalah ideal.

Tetapi tujuan-tujuan ideal-moral inihams berkompromi dengan kondisi aktualmasyarakatArabpada abadketujuh, diihanapoligamiberakardalam dan tegar sehinggasecara legal tidak bisa dicabut seketikakarena akan menghancurkan tujuan moralitusendiri.^^Dantampaknyameihangbenarbahwa kebolehan berpoligami adalahbidanglegal, sedangkansangsi-sangsi yangdiletakkan di atasnyaad^ah dalam bentukideal moral yang masyarakat diharapkanberorientasi ke arahnya, karen adalahmustahil untuk menghilangkari poligamidalam seketika secara legal.^.

Sedang kasus perbudakan, jugaberjalan paralel dengan poiigami. Secaralegal Al-Qur'an" menerima institusiperbudakan karena kemustahilan untuk

menghapuskan secara seketika.Tetap secara rilorai^ Al_Qur'an

menggalakkanpembebasanbudak(QS.XG: 13; V: 89; LVIII: 3;XXIV;33)."Dengandemikian, tujuan Al-Qur'an dalam kasusperbud^aii ini adalah agar perbudakan

77

UNISIA, NO. 24 TAHUN XIVTRIWULAN 4 -1994

dihapuskan sama sekali.^Ilustrasi terakhir adalah tentang

gerakan pertama di atas yaitu tentangpelarangan konsumsi alkohol« dapatdijelaskan sebagai berikut:

Pada periode Makkah Al-Qur'anmenyebutkan alkohol sebagai salah satuciptaan Tuhan bersama-sama dengan susudan madu (XVI : 66-69). Ketika kaummuslimih hijrah ke Madinah, kita diberikabarbahwa terdapat sekelompok orang -Umar bin Khaththab ada diantara mereka

yang menginginkan agar Al-Qur'anmelarang mengkonsumsikan alkohol.dalam (QS. II : 219). Setelah beberapawaktu, ada sebuah pesta diselenggarakandi rumah salah seorang Anshar, beberapaorangmusiimmabuklKetikasalahseorangdari pemimpin salat malam, ia kelirumembaca Al-Qur'an. Ketika peristiwa inisampai kepakia Nabi, ihaka turunlah (QS.IV : 43) dan menurut laporan lain, bahwadiadakan pesta Iainsejenis, yangmanapadaperistiwaini teijadi bakuhantam, dikatakanbahwa hidung Sa'ad bin Abi Waqas patah.Peristiwa ini juga sampai kepada Nabi, danturunlah (QS,V: 90-91).-

Berpangkal tolak dari ayat tertentu-alkohol pertama kali diumumkan sebagaisalah satu diantara rahmat Tuhan, yangkemudian adapenyempitandisahkan dalamdua ayat berikutnya (QS. H : 219danIV :43) dan akhimya dideklarasikan sebagaiperbuatah setan dankekejian.^^

Keempat ilustrasi di atas, sekalipunmemberi penekanan beit)eda-beda, tetapisecarapasti dApatmemberi gambaran yangsangat jelas mengenai aplikasi gerakanpeitamametodologi hukum Islamsistematisyangberpijakpadakontekssituasionaldankoherensi Al-Qur'an. Bahkan etika Al-

78

Qur'an ihilah yang hams dijadikan fondasibagi selumh pemikiran hukum Islam.^

; Apabila formulasi etika Al-Qur'antelah tergarap selaras dengan langkah-langkah yang telah dikemukakan itu, makatugas selanjutnya adalah menumbuhkanetika Al-Qur'an tersebut ke dal^ kontekskonkrit sosio-historis dewasa ini. Disini

gerakan kedua yang telah digariskan dalamgerakan gandanya bekeija. Penumbuhanini sebagaimana telah disinggung, meliputimodifikasi aturan-aturan lama selaras

dengan situasi kekinian asalkan tidakmemperkosa prinsip-prinsip yang telahdisistematiskan ke dalam etika Al-Qur'anserta pengubahan hal-hal yang ada dalamsituasi dewasa ini hingga selaras denganprinsip-prinsip tersebut. Namunsebelumnya, situasi dewasa ini perlu dikajisecara kritis, politik, sosio-kultur dansebagainya terlebih dahulu demikebeihasilan penubuhan etika Al-Qur'antersebut."*^

Proses penubuhantiijuari-tujuanatauprinsip-prinsip Al-Qur'an dan sunnahperilaku aktual nabi dengan caramengadakan terobosan aturan-aturan lama/atau mengubah sesuai situasi baru,memerlukan formulasi metodologi yangsistematis dan komprehensip. Peiiubuhanini akan mewujudkan maslahat(kepentingan umum) yang terkait secaraorganis dengan prinsip-prinsip yang telahtemmuskan dalam etika Al-Qur'an, sertatidak lepas mengambang secara bebas darinilai-nilai religius.^^

Selanjutnya .bahwa dalam prosespenubuhan itu, perbedaan-perbedaanlingkungan regional dan kultural antaranegara-negara Islam memiliki hukum ataupranataIslamyangberccoraklokal,selaras

dengan situasi dan kondisi negara itu/^DengandemikiartIndonesia, misalnya, bisasaja memiliki hukum Islam atau fiqh alaIndonesia demikian, pula negara-negaraIslam lainnyaas^ saja penubuhankedal^bentuk hukum atau pranata lokal tersebutdidasarkan pada etika Al-Qufaa

PenutupSebagai penutup dari liraian-uraian

teFdahulu,makadapatdikemukakansebagaiberikut: ;

Bahwa suatu rekonstniksi total

masyarakat Islam pada abad ini hanyalahmungkin bila isi syari'ah yang menipakanhasil ijtihad ditinjau kembali secara kritisdengan Al-Qur'an sebagai furqan danknterium tefakhir.

Bahwa untuk menjunis kearah itu,pandangan dunia dan etik Al-Qur'an dirasaperlu untuk segera dirumuskan.

> Bahwa pandangan dunia dan etikAl-Qur'an ihilah yang diharapkan untukdijadikan fondasi bagi seluruh pemikiranhukum Islam dan sebagai dasar teori tatasosio-politik umat dalam rangkamembangun suatu dunia yang bermoral.

Catalan Kaki

1. Anderson, Law Reform In TheMuslim World (London : Univ of Londonthe athlon Press, 1976), hal 42; John L

Esposito, Women in Muslim Family Law (Syracuse: Syracuse Univ. Press, 1982), hal.94-102.

2. Schact, Problems ofModern Islamic Studies Islamica, hal.120 •

3. Anderson, Law Reform in theMuslim World (London Univ. of London

Yusdani, Konfigurasi Hukum IslamModem

the Athlon Press, 1976), hal 524. Schact, "Problems'\ hal. 120

5. Esposito, "Wowen", hal 101 -1026. Fazlur Rahman', Ribd and Inter

est, Publikasi Lembaga Riset Islam, Pakistan November, 1963, hal, 1-43

7. Fazlur Rahman, The Impact ofModernity, Islamic Studies, vol. 5, No. 11966,hal. 121-

8./b/d, hal. 121-122

9. Fazlur Rahman, Islamic Meth

odology in History, (Karachi; (Central InstituteofIslamicResearch, 1965),hal. 180-182

10.„ Ahmad Syafi'i Ma'arif,Menyimak Pemikiran Fazlur' RahmanTentang Islam" dalam Panji Masyarakat,No. 403 Th XXV (1 Agt 1983),' 77

11. Ahmad Hasan, Pintu IjtihadSebelum Tertutup, (Bandung : Pustaka,.1984), hal. 108

12. Fazlur Rahman, "Islamic Modernism : It's Scope, Methode and Alternatives, International Journal of MiddleEastern Studies, vol. I, No.4,1970, hal. 329

'n.Ibid14. Ibid, hal. 329-330

15. Ahmad Zaky Yamani, Syari'atIslam Yang Abadi Menjawab TantanganMasa Kirii, Alih Bahasa, Mahyudin Syaf,(Bandung: P.T. Al-Ma'arif, 1986) hal. 41-45

16. Fazlur Rahman, Towards Re

formulating the Methodology of Islamic/mv; sheikh Yaihani onPublic, vol. 12,1979^hal. 219-221

17./M, hal. 121

18./6/d, hal. 221

19. Fazlur Rahman, Islam and Mo

dernity : Transformation ofan'ItellectualTradition, (Chicago dan London :Univ. of

79

UNISIA, NO. 24 TAHUN XIV TRIWULAN 4 • 1994

Chichago Press, 1982), hal. 5-7 (Edisi In- 37. Ibid.donesia : Islam danModemitas : Tentang 38. Fazlur Rahman, Islam andMo-Transformatiori Intelektual, terj. ahsin dernity, hal. 19.Muhammad, Bandung : Pustaka, 1985) 39.FazlurRahman,/nfe/prenVig,hal.

20. M-syditibUAl-Muwafaqat.(Kairo 46-47: Muhammad Ali Shubaih 1969), !: 13-14 40.:A.S. Ma'arif, hal. 77

21. M. Iqbal, The Reconstrution of 41. Fazlur Rahman,Religous Thought in Islam, (New Delhi : dernity, hal. 7Kitab Bhavan, 1981), hal. 148 Al.^azhirKahmmJslamicStudies,

22.FazlurRahman,/j/am,terj. Ahsin hal. 129Muhammad (Bandung : Pustaka, 1984), 43. A.S. Ma'arif,Menyimak, hal. 7hal. 256

23. Fazlur Rahman, Islam dan Mo^ Daftar Piistakadernity, hal. 3

24. Fazlur Rahman, Islam, hal. 257 Anderson, JJ4.D, Law Reform in the Muslim25. Ibid, hal. 154 World, LondonUniv. of London, the26. Ibid,hal. 154 Athlon Press, 1976.27. Ibid, hal. 154, Islam, hal. 257 Esposito, John L., Women in Muslim Family90 F. .. • Lflw,Syracus,NewYork:syracusUniv.

e Press, 1982.29. runurRahman, Islamic Studies d- . i;-u u 1 t . ., , ^ ^ , ' . Yit3&tsn,\m\m,PintuIjtihadSebelumTertutup,and the Future.ofIslam, Islamic studies terj.A.Gamadi,bandungPustaka,1984.traditionandProblem,ed.MalcoImH.Kerr, iqbal, Muhammad, The Reconstruction ofRe-M^ibu, California, 1988, hal. 126-127 ligibus Thought in Islam, New Delhi:

30. Fazlur Rahman, Function Inter- Kitab Bhavan, 1981dependence ofLaww and Theology, The- Ma'arif, Ahmad syaffi, "Menyimak Pemikiranology and Law in Islam, ed. G.E. von Fazlur Rahman Tentang Islam" dalamGrunebaum, (Wiesbaden : Olto panji Masyarakat, No.403 Th. XXV-1Harrossowits, 1971), hal. 89-97 Agustus 1983.

n, 7 ; ntzn Rahman, Fazlur,artif/rt/erwt, Pakistan :31. Fazlur Rahman,/5/flm, hal. 257 Jt,. -. t i. r. - . t .^ . , , , Publikasi Lembaga Riset Islam, No-32. FazlurRahman, Interpreting the vember 1963

Qur'an, Ingury, Mei 1986. hal. 46 -,TheImpactofmodernity,\s\am\cs\.u6\ts,33. Fazlur Rahman, Major Themes vol. 5,No. 1,1966

of the Qur'an (Minneapolis, Chicago : JslamicMethodology inHistoryBibliotheca Islamica, 1980), hal. 47 (Edisi : Central Institute of Islamic research,Indonesia, Tema pokok Al-Qur'an, terj. 1965 'AnasMahyuddin, Bandung: Pustaka, 1983) >"IslamicModernism": Its Scope, Method

34 Ibid hal 48 Alternatives, International journal35! Faziur Rahman, The Impact of ' ^o. 4," 1970.

Modcrnity.h^. 121-122 ------.TowardRcformulating^^^^^^ rr., of Islamic Law : Sheikh Yamani on36. Fazlur Rahman, Themes. Law: Intema-

hal. 488

80

tional Law and Politic, vol. 12,1979.-, Islam andModernity: Tranrformating of

an Intellectual Tradition, Chicago andLondon : Univ. of Chicago, 1982 •

Islam, teij.Ahsin Muhammad, Bandung: Pustaka, 1984.

—, Function Interdepence of Law andTheology, Theology and Law in Islam,ed. G£; Grunebaum, wiesbaden : otiohaiTossowitz, 1_971.

Interpreting the Qur'an, Inquiry, Mei,1986

Yusdani, Konfigura^ Hukum Islam Modem

Major Themes ofi the Qur'an,Minneapolis, Chicago : biblibthecaIslamica, 1980.

Schacht, Joseph, Problems ofModern IslamicLegislation, Studica islamica, vol. 12,1960

Syatibi, al-Muwqfaqat, Kairo: Muhammad Alishubaih, 1969

Yamani, AhmadZs^,Syari'atIslamYangAbadiMenjawab Tantangan Masa Kini, Jerj.Mahyudin syaf, bandung : al-Ma'arif,1986

81