kondisi ekonomi , serafim wahyu, fib ui, 2014 kamus lengkap sosiologi. jakarta: panji pustaka. 2008....
TRANSCRIPT
Kondisi ekonomi ..., Serafim Wahyu, FIB UI, 2014
Kondisi ekonomi ..., Serafim Wahyu, FIB UI, 2014
Kondisi ekonomi ..., Serafim Wahyu, FIB UI, 2014
Kondisi ekonomi Estonia, Latvia, Lithuania sebelum dan sesudah
bergabung dengan Uni Eropa
Serafim Wahyu dan Ari Anggari Harapan
Program Studi Prancis, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia
Depok 16424, Jawa Barat, Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
Perluasan keanggotaan Uni Eropa pada tanggal 1 Mei 2004 merupakan perluasan terbesar dalam sejarah
Uni Eropa. Sepuluh negara bergabung menjadi anggota baru Uni Eropa dan perluasan ini telah menyatukan
Eropa Barat dan Eropa Timur yang terpisah selama Perang Dingin. Kesepuluh negara itu adalah Republik Ceko,
Estonia, Hongaria, Latvia, Lituania, Malta, Polandia, Siprus, Slovenia, Slowakia. Dalam artikel ini, akan
dibahas kondisi ekonomi tiga negara Baltik (Estonia, Latvia, Lithuania) sebelum dan sesudah bergabung
menjadi anggota Uni Eropa. Hal menarik yang mendorong penulis membahas Estonia, Latvia, dan Lithuania
karena ketiga negara ini mempunyai latar belakang sejarah yang sama, yakni ketiga negara ini pernah bergabung
dengan Uni Soviet dan merupakan negara dengan tingkat kehancuran paling parah pasca kemerdekaan. Akan
tetapi setelah bergabung dengan Uni Eropa, justru ketiga negara inilah yang memiliki tingkat pertumbuhan
ekonomi tercepat di antara 7 negara lainnya yang bergabung bersama-sama pada tahun 2004. Ternyata setelah
menjadi bagian dari Uni Eropa, Estonia, Latvia, dan Lithuania mengalami beberapa perubahan yang signifikan
kearah yang lebih baik khususnya dalam bidang ekonomi.
Kata kunci: Uni Eropa, Estonia, Latvia, Lithuania
ABSTRACT
Enlargement of the European Union on May 1st, 2004 was the largest single expansion of the European
Union (EU) in its history. There were new ten states which joined the European Union and this enlargement
Kondisi ekonomi ..., Serafim Wahyu, FIB UI, 2014
unify Eastern and Western Europe which were separated during the Cold War. The ten countries were Czech
Republic, Estonia, Hungary, Latvia, Lithuania, Malta, Poland, Cyprus, Slovenia, Slovakia. In this article, the
author will focus on the discussion of economic conditions of the three Baltic countries (Estonia, Latvia,
Lithuania ) before and after joining the European Union. The interesting point that encourages the writer to
focus on Estonia, Latvia, and Lithuania is because these countries have the same historical background, as
former colonies of the Soviet Union. After joining the European Union, Estonia Latvia, and Lithuania have the
fastest growth rate compared to the seven other countries that have also joined the European Union in 2004.
After becoming members of European Union, Estonia, Latvia, and Lithuania have showed some significant
changes towards the better, especially in the economic field.
Keywords: European Union, Estonia, Latvia, Lithuania
1. Pendahuluan
Uni Eropa adalah organisasi negara-
negara Eropa yang sejak tanggal 1 Juli 2013
telah memiliki 28 anggota. Organisasi ini
dibentuk pasca Perang Dunia II. (How the EU
works. http://europa.eu/about-eu/). Eropa pada
saat itu merupakan sebuah benua yang
terpecah belah dan hancur oleh konflik dan
perang. Suatu pemikiran menuju Eropa yang
baru mula-mula muncul sebagai suatu respon
untuk mencegah perluasan totalitarianisme
selama masa Perang Dunia II.1 Saat itu ada dua
pendekatan yang berkembang pesat dalam
kerangka pencarian bentuk Eropa yang baru
yaitu federalisme dan fungsionalisme, dan ini
mendorong terjadinya integrasi Eropa.2 Altiero
Spinelli dan Jean Monnet3 adalah pendukung
dari pendekatan-pendekatan tersebut.
UE didirikan dengan dua tujuan
utama yaitu untuk membatasi kekuasaan
Jerman dan untuk membuat anggota-
1 Fontaine, Pascal. Europe in Ten Points. Luxembourg : Office for Official Publications of the European
Communities, 1995. hlm.5 2Digiacomo, Paul. Theories of Regional Integration.www.tufts.edu/deparrtment/theories.html 3 Altiero Spinelli adalah seorang tokoh federalis dari Italia dan Jean Monnet adalah tokoh rekonstruksi ekonomi
Prancis. Keduanya merupakan tokoh yang ikut andil dalam
pembangunan Uni Eropa. (Melchionni, Maria Grazia. Altiero Spinelli Et Jean Monnet. Zürich: Biblion
Antiquariat. 1999)
anggotanya menjadi lebih makmur.4 Pada
tahun 1950-an setelah berakhirnya Perang
Dunia II, benua Eropa masih terancam oleh
ketegangan antara dua negara yang
bermusuhan, Prancis dan Jerman. Suatu upaya
harus dilakukan untuk menyatukan kedua
negara tersebut dan juga seluruh negara-negara
lain di Eropa agar mereka dapat bekerjasama
dalam menciptakan suatu komunitas bersama.
Pembentukan Uni Eropa dipelopori oleh
Jean Monnet yang menyarankan kepada
Perdana Mentri Prancis, Robert Schuman dan
Kanselir Jerman, Konrad Adenaur untuk
membentuk European Coal and Steel
Community (ECSC).5 Perjanjian pembentukan
ECSC ditandatangani di Paris pada bulan April
1951 atara Jerman, Prancis, Italia, Belgia,
Luxemburg dan Belanda. Negara-negara
pendiri komunitas ini kemudian dikenal
dengan sebutan “the six”. Kemudian pada
tahun 1957, Menteri Luar Negeri Belanda,
Johan Beyen mencetuskan inisiatif untuk
membentuk suatu Pasar Bersama Eropa.6
4 Calvocoressi, Peter. World Politics since 1945. New York: Longman Publishing. 1991. hlm.193 5 Seven Key Days in The Making of Europe. Luxembourg:
Office for Pfficial Publications of the European Commuities. 1997. hlm 2 6 Briggs, Asa and Patricia Clavin. Modern Europe 1789-
1989. New York:Longman, 1997. hlm 435
Kondisi ekonomi ..., Serafim Wahyu, FIB UI, 2014
Akhirnya Traktat Roma ditandatangani pada
tanggal 25 Maret 1957 yang menandai era baru
pembentukan European Economic Community
(EEC atau EC) dan European Atomic Energy
Community (Euratom). Sejak saat itu, EEC
merupakan poros utama pergerakan menuju
Eropa bersatu. EEC mulai berfungsi pada
tanggal 1 Januari 1958. Selanjutnya pada tahun
1967, EEC, Euratom, dan ECSC bergabung
menjadi suatu komisi Eropa atau European
Commission.
Tujuan utama pembentukan EEC adalah
untuk mejamin kebebasan dan kompetisi yang
sejajar di antara anggotanya. Hal ini pada
akhirya diharapkan akan membawa
perdamaian dan kesejahteraan di Eropa. Juga
diharapkan bahwa kerjasama ekonomi yang
lebih besar akan mendorong timbulnya
kesatuan politik dalam bidang pertahanan, luar
negeri, dan kebijakan sosial negara- negara
anggotanya.
Kerjasama ini dimulai dengan
pembentukan Common Agricultural Policy
(CAP) untuk melindungi para petani di negara-
negara anggota. Di antara tahun 1958 dan
1970, penghapusan kewajiban pajak telah
memberi hasil yang menakjubkan:
perdagangan antar negara-negara EEC
meningkat sampai enam kali lipat, sedangkan
perdagangan EEC dengan negara-negara lain
di dunia meningkat sampai tiga kali lipat.
Pendapatan rata-rata nasional (GNP) EEC pada
masa tersebut meningkat sampai 70%.7
Keberhasilan yang dicapai oleh EEC menarik
minat negara-negara Eropa lainnya untuk
bergabuung dengan EEC.
7 Seven Key Days, Op.Cit, hlm 3
Tahap selanjutnya adalah pembentukan
European Monetary System (EMS) yang
merupakan respon terhadap ketidakstabilan
moneter akibat krisis miyak tahun 1973 dan
1979. Pada tanggal 17 Februari 1986
ditandatangani Single European Act (SEA)
yang menetapkan target pembentukan Pasar
Tunggal Eropa.
Pada tahun 1992 terjadi peristiwa penting
yang menandai era baru proses integrasi Eropa.
Yaitu ditandatanganinya Treaty of European
Union atau yang lebih dikenal sebagai
Perjanjian Maastricht pada tanggal 7 Februari
1992. Penandatanganan Perjanjian Maastricht
ini menandakan lahirnya European Union
(EU) yang berdiri di atas 3 pilar, yaitu:
1. ECSC, EC, dan Euratom
2. Common Foreign and Security Policy atau
CFSP, dan
3. Kerjasama dalam bidang peradilan dan
masalah dalam negeri (justice and home
affairs).8
Perjanjian Maastricht yang mulai
berfungsi tanggal 1 November 1993 ini
menetapkan program-program yang ambisius
bagi UE, yaitu:
1. Terbentuknya kesatuan moneter pada
tahun 1999, kebijakan bersama yang baru,
2. Kewarganegaraan Eropa, serta
3. Kebijakan luar negeri dan keamanan
bersama (CFSP) serta keamanan internal.9
Dengan melihat perubahan-perubahan
yang terus dilakukan Uni Eropa untuk
meningkatkan kesejahteraan anggotanya, tidak
sedikit negara-negara Eropa lainnya yang juga
8 Luxembourg: Office for Official Publications of the
European Communities, 1996.hlm 2 9 Fontaine, Op.cit.,hlm 7
Kondisi ekonomi ..., Serafim Wahyu, FIB UI, 2014
ingin turut bergabung dengan kesatuan ini. Maka
pada pembahasan selanjutnya akan dipaparkan
beberapa kebijakan UE untuk negara-negara
anggotanya.
1.1 Kebijakan Uni Eropa untuk negara
anggotanya
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas
yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan
cara bertindak. Kebijakan yang merupakan aturan
tertulis hasil keputusan formal organisasi akan
menjadi rujukan utama para anggotanya dalam
berperilaku. Kebijakan pada umumnya bersifat
problem solving dan proaktif.10
UE sebagai
organisasi pusat memiliki beberapa kebijakan
untuk negara-negara anggotanya. Kebijakan Uni
Eropa mencakup bidang hak asasi manusia,
bantuan kemanusiaan, penanganan krisis,
perdagangan, energi, dan mata uang tunggal Euro
(http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/index_
id.htm).
Kebijakan UE dalam hal kemanusiaan terlihat
dalam memperjuangkan hak asasi manusia. Uni
Eropa berupaya memastikan semua hak asasi
manusia, baik hak-hak sipil, politik, ekonomi,
sosial maupun budaya – dihormati di mana pun,
sebagaimana ditetapkan dalam Deklarasi Universal
tentang Hak Asasi Manusia dan ditegaskan kembali
dalam Konferensi Dunia tentang Hak Asasi
Manusia tahun 1993. Uni Eropa juga
mengedepankan hak-hak wanita, anak-anak, kaum
minoritas, serta pengungsi. Uni Eropa juga
berjuang melawan rasisme, xenophobia11
dan
10 Dunn, William N. 1999. Analisis Kebijakan. Diterjemahkan
Drs. Samodra Wibawa, MA dkk. Edisi ke 2. Jakarta 11 Xenophobia adalah perasaan takut yang menyebabkan penolakan terhadap orang asing. Penderita xenophobia sering
dikucilkan karena lebih sering menyendiri dan menghindari
tempat-tempat ramai. (Mustofa, Bisri dan Eilsa Vindi Maharani. Kamus Lengkap Sosiologi. Jakarta: Panji Pustaka. 2008.
hlm.347)
bentuk-bentuk lain dari diskriminasi
berdasarkan agama, jenis kelamin, usia, dan
kecacatan. Uni Eropa telah sejak lama
berkomitmen untuk membantu pihak-pihak
yang membutuhkan bantuan. Kebijakan UE
dalam bantuan kemanusiaan terwujud dalam
pembentukan Kantor Kemanusiaan Komisi
Eropa (European Commission Humanitarian
Office - ECHO). Selain itu UE juga
memberikan bantuan kemanusiaan sebesar €14
milyar kepada para korban konflik dan
bencana di 140 negara.
Sedangkan dalam hal penanganan krisis
ekonomi di negara-negara anggotanya, Uni
Eropa membentuk Departemen Tanggap Krisis
dan Koordinasi Operasional dari EEAS
(European External Action Service) yang
menjalankan perannya dengan membantu
Perwakilan Tinggi untuk memastikan adanya
keterpaduan. Uni Eropa juga mengeluarkan
kebijakan dalam hal perdagangan dengan
tujuan dapat menghilangkan berbagai
hambatan yang terjadi dalam perdagangan. Uni
Eropa percaya pada sistem yang berdasarkan
aturan, yang berpusat pada Organisasi
Perdagangan Dunia (World Trade
Organisation/ WTO) dan mekanisme-
mekanisme multilateralnya.
Di bidang energi, UE juga merumuskan
dan menetapkan berbagai kebijakan.
Permintaan energi yang semakin meningkat,
harga yang bergejolak, gangguan terhadap
pasokan dan keinginan untuk meminimalisir
dampak lingkungan mendorong perlunya
strategi energi Uni Eropa yang jelas. Hasilnya
adalah sebuah kebijakan dengan tiga tujuan
utama yaitu memastikan keamanan pasokan,
daya saing dan kesinambungan. Kebijakan UE
dalam bidang energi terlihat dari
Kondisi ekonomi ..., Serafim Wahyu, FIB UI, 2014
dikembangkannya program yang dikenal
sebagai target „20-20-20‟, yang harus dicapai
pada tahun 2020. Adapun upaya UE dalam
kebijakan ini antara lain mengurangi emisi gas
rumah kaca Uni Eropa sampai dengan
sekurang-kurangnya 20% di bawah tingkat
emisi gas rumah kaca Uni Eropa pada tahun
1990, memastikan 20% dari energi yang
digunakan di wilayah Uni Eropa berasal dari
sumber-sumber yang terbarukan, dan
mengurangi penggunaan energi primer sebesar
20% dibandingkan dengan tingkat yang
diproyeksikan – yang harus dicapai melalui
efisiensi energi.
Setelah Uni Eropa terbentuk, kebijakan
mata uang bersama muncul sebagai hasil dari
upaya untuk mendorong pencapaian persatuan
ekonomi. Dalam pencapaian persatuan
ekonomi, negara anggota harus rela untuk
menyerahkan sebagian kedaulatannya.
Penggunanaan mata uang tunggal Euro sebagai
mata uang bersama memperlihatkan suatu
indikasi bahwa Uni Eropa telah mengatur
kebijakan keuangan negara anggota dan hal
semacam ini belum ditemukan dalam
organisasi internasional manapun. Perkenalan
terhadap Euro sebagai mata uang tunggal
Eropa pada 1 Januari 1999 merupakan tanda
yang jelas bahwa pengaruh ekonomi negara
anggotanya telah memperkuat Uni Eropa. Mata
uang Franc milik Prancis, Mark milik Jerman
dan lainnya yang telah digunakan sebelumnya
ditarik dari peredarannya saat mata uang Euro
diluncurkan. Dengan mata uang Euro maka
penduduk Eropa dapat mengguunakan mata
uang tersebut di negara-negara anggota Uni
Eropa.
Dengan melihat begitu banyak kebijakan
yang dibuat UE untuk melindungi hak warga
dan meningkatkan kesejahteraan negara
anggota, tidaklah mengherankan bila banyak
negara Eropa yang berkeinginan untuk menjadi
anggota UE.
1.2 Perluasan anggota Uni Eropa pada
tahun 2004
Perluasan keanggotaan UE sejak awal
terbentuknya UE terbagi menjadi tiga bagian
yaitu:
1. Perluasan ke bagian Utara, yaitu
degan masuknya Inggris, Denmark,
dan Irlandia pada tahun 1973,
2. Perluasan ke bagian Selatan, dengan
masukya Yunani pada tahun 1981,
serta Spanyol dan Portugal pada tahun
1986, dan
3. Perluasan ke negara-negara anggota
EFTA (European Free Trade
Association), yaitu dengan masuknya
Austria, Finlandia dan Swedia pada
tahun 1995.
Pada tahun 2004 UE mulai membuka diri
untuk menerima anggota baru yang berasal
dari negara-negara Eropa Tengah dan Timur
antara lain Republik Ceko, Estonia, Hungaria,
Latvia, Lituania, Malta, Polandia, Siprus,
Slovenia, dan Slovakia. UE menerima sepuluh
negara tersebut karena memenuhi persyaratan
ekonomi dan politik atau yang disebut juga
dengan kriteria Kopenhagen (ditetapkan pada
pertemuan Dewan Eropa di Kopenhagen,
Denmark pada Juni 1993).
Kriteria Kopenhagen adalah peraturan
yang menetapkan apakah suatu negara layak
untuk bergabung dengan Uni Eropa atau
tidak. Kriteria ini mensyaratkan: 12
Kondisi ekonomi ..., Serafim Wahyu, FIB UI, 2014
1. Negara kandidat harus telah mencapai
stabilitas institusi-institusi demokrasi,
penegakan hukum, hak asasi manusia,
dan penghormatan dan perlindungan
bagi minoritas.
2. Keberadaan dari fungsi ekonomi
pasar, sebagaimana kemampuannya
untuk mengadopsi tekanan kompetitif
dan kekuatan pasar dalam Uni Eropa
3. Kemauan untuk menuju pada
kesatuan ekonomi, politik, dan
moneter.
Dalam rangka membantu percepatan
pemulihan ekonomi negara-negara di Eropa
Timur dan Tengah guna memenuhi prasyarat
UE, Komisi UE juga memutuskan untuk
memberikan bantuan khusus terhadap
Polandia. Polandia bersama Hungaria adalah
negara khusus yag menerima bantuan
ekonomi dari Uni Eropa melalui program
PHARE (Pologne et Hongrie Aide de la
Reconstruction Economique). Program ini
telah dikoordinasikan melalui Komisi Eropa
sejak tahun 1990. Bantuan yang telah
disalurkan melalui program ini pada tahun
1990 sebesar 500 juta ECU (European
Currency Unit), di tahun 1991 sebesar 1
milyar ECU, dan terus meningkat sampai
sebesar 1,6 milyar ECU di tahun 1994
(http://europa.eu/legislation_summaries/enlar
gement/2004_and_ 2007_enlargement/
e50004_en.htm).
Perluasan anggota UE pasca Perang
Dingin dapat dikatakan bersifat khusus karena
adanya perbedaan ideologi dan sistem
12PresidencyConclusions,CopenhagenEuropeanCouncil.1
993,7.A.iii.http://www.europarl.europa.eu/enlargement/ec
/pdf/cop_en.pdf diunduh tanggal 18 Februari 2014 jam 08.00
perekonomian antara Eropa Timur dan Eropa
Barat. Pembagian ideologi ini awalnya terjadi
pada masa Perang Dingin, dimana Blok Barat
dan Blok Timur terbentuk atas dasar
perebutan ideologi antara demokrasi-
liberalisme dan sosialisme-komunisme. Eropa
Barat cenderung mengikuti ideologi Amerika
Serikat, yaitu demokrasi-liberalisme,
sedangkan Eropa Timur cenderung mengikuti
ideologi Uni Soviet, yaitu sosialisme-
komunisme. Namun setelah Perang Dingin
berakhir, batasan-batasan ideologi antara
Eropa Timur dan Tengah melebur menuju
pada sistem demokrasi liberal.13
Perbedaan dalam hal sistem perekonomian
terlihat dari Eropa Barat yang menjalankan
sistem ekonomi kapitalis dan Eropa Timur
yang menjalankan sistem ekonomi sosialis.
Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang
memberikan kebebasan secara penuh kepada
setiap orang untuk mengadakan kegiatan
perekonomian seperti memproduksi barang,
menjual barang, menyalurkan barang dan lain
sebagainya. Pada sistem ekonomi kapitalisme
pemerintah tidak ikut campur dalam kegiatan
ekonomi. Sedangkan sistem ekonomi sosialis
adalah sistem ekonomi yang menghendaki
pengaturan perekonomian dilakukan oleh
pemerintah secara terpusat. Oleh karena itu,
dalam sistem ekonomi ini peranan pemerintah
dalam berbagai kegiatan ekonomi sangat
dominan.14
Dengan berakhirnya Perang
Dingin sistem ekonomi negara-negara Eropa
Timur dan Tengah mulai beralih dan
menjalankan sistem ekonomi pasar.
13 Pronk, J.P. Sedunia Perbedaan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia. 1993.hlm 54 14 Lincolin, Arsyad. The Influence of Social Capital on
Economic Growth: The Case of Indonesia, 1983-2008.
Jurnal Ekonomi & Bisnis Kinerja. Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta. 2011
Kondisi ekonomi ..., Serafim Wahyu, FIB UI, 2014
Permasalahan yang timbul dalam perluasan UE
pada tahun 2004 adalah kondisi perekonomian
yang lemah pada kesepuluh negara bekas
jajahan Uni Soviet sebelum bergabung dengan
Uni Eropa. Namun, setelah UE melakukan
upaya-upaya untuk menstabilkan kondisi
ekonomi kesepuluh negara tersebut, ternyata
jutsru Estonia, Latvia, dan Lithuania lah yang
mengalami peningkatan cukup signifikan
dibanding dengan 7 negara lainnya. Oleh
karena itu, pada pembahasan berikutnya akan
dipaparkan seberapa tinggi pertumbuhan ketiga
negara tersebut dan seberapa cepat
pertumbuhannya Latvia, dan Lithuania lah
yang mengalami peningkatan cukup signifikan
dibanding dengan 7 negara lainnya. Oleh
karena itu, pada pembahasan berikutnya akan
dipaparkan seberapa tinggi pertumbuhan ketiga
negara tersebut dan seberapa cepat
pertumbuhannya seberapa tinggi pertumbuhan
ketiga negara tersebut dan seberapa cepat
pertumbuhannya.
2. Kondisi perekonomian Estonia, Latvia, dan
Lithuania sebelum dan sesudah bergabung
dengan Uni Eropa
Tabel 2.1
GDP per capita (US$)
Tahun Estonia Latvia Lithuania
2000 4,144 3,301 3,267
2001 4,573 3,530 3,493
2002 5,386 3,983 4,083
2003 7,270 4,811 5,387
2004 8,913 5,950 6,564
2005 10,330 6,973 6,564
2006 12,503 8,713 8,865
2007 16,393 12,638 11,584
Sumber:
http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.PCAP
.CD?page=1), download tanggal
20 Januari 2014, jam 02.43.
Dapat dilihat dalam tabel 2.1, pertumbuhan
ekonomi Estonia, Latvia, dan Lithuania selama 4
tahun sebelum masuk UE hanya sebesar $ 3.267 - $
4.144, tetapi dalam jangka waktu 1 tahun setelah
masuk UE, GDP Estonia, Latvia, dan Lithuania
bertambah menjadi $ 6.564 - $ 10.330. Hal ini
menunjukan bahwa ternyata sebelum masuk UE,
GDP ketiga negara tersebut hanya mengalami
peningkatan sebesar 10% per-tahunnya dan setelah
masuk UE meningkat menjadi 23% per-tahunnya.
Maka dalam kurun waktu 2000-2005 yakni
sebelum dan sesudah bergabung dengan Uni Eropa,
GDP Estonia, Latvia, dan Lithuania mengalami
peningkatan lebih dari 200%. Di bawah ini
perkembangan ketiga negara tersebut akan dibahas
satu per satu.
2.1 Estonia
Negara yang dalam bahasa lokal disebut Eesti
Vabariik ini adalah negara yang beribukota di
Tallinn dengan luas wilayah 45.227 km² dengan
jumlah penduduk 1.339.000 jiwa pada tahun 2012
(World Development Indicators: Population
dynamicshttp://data.worldbank.org/indicator/SP.PO
P.TOTL). Republik Estonia berada di Eropa Utara,
berbatasan dengan Teluk Finlandia di sebelah
utara, Latvia di sebelah sebelah selatan, Rusia di
sebelah timur, dan Laut Baltik di sebelah barat.
Setelah berabad-abad berada di bawah kekuasaan
Denmark, Swedia, Jerman, dan Rusia, Estonia
berhasil mencapai kemerdekaannya pada 1918 dan
pada 1920 Estonia mendeklarasikan negaranya
sebagai negara republik yang demokratis.
Kondisi ekonomi ..., Serafim Wahyu, FIB UI, 2014
Estonia kembali harus menghadapi invasi
Rusia pada 17 Juni 1940. Tidak lama sejak
peristiwa tersebut, Estonia pun terpaksa tunduk di
bawah rezim Komunis Uni Soviet. Hingga Perang
Dunia II, Estonia mencapai kondisi politik yang
netral. Namun, Uni Soviet secara paksa menguasai
kembali Estonia sebagai hasil dari Perjanjian
Molotov-Ribbentrop15
tahun 1939 dengan pihak
Nazi Jerman.
Memasuki tahun 1985, Mikhail Gorbachev16
diangkat menjadi sekertaris jendral di USSR
(Union of Soviet Socialist Republics). Berbeda
dengan pemimpin-pemimpin Soviet lainnya,
Gorbachev menganut prinsip keterbukaan dalam
berhubungan dengan Barat dan memulai reformasi
ekonomi dan politik domestik serta menekankan
pada perdamaian dan pelucutan senjata. Pada bulan
Desember 1988 di depan PBB, Gorbachev
menyatakan akan menarik mundur pasukan Soviet
dari Eropa Timur dan melakukan penciutan jumlah
personal militer sebesar 500.000 orang.
Melemahnya kontrol Uni Soviet terhadap negara-
negara di Eropa Timur termasuk Estonia,
mendorong Estonia untuk mendeklarasikan
kembali kemerdekaannya dan pada tahun 1990
nama Republik Estonia kembali dipakai. Walaupun
demikian, USSR baru mengakui kemerdekaan
Estonia pada tahun 1991 dan baru pada tahun 1994
Federasi Rusia bersedia menarik pasukan
bersenjatanya dari teritori Estonia.
15 Perjanjian Molotov-Ribbentrop adalah perjanjian non-agresi
antara Jerman dan Rusia, yang berisi Uni Soviet dan Jerman
tidak akan saling menyerang selama sepuluh tahun. (Arkadie, Brian Van and Mats Karlsson, 1992)
16 Gorbachev merupakan generasi pemimpin Soviet yang berusia
muda dan memiliki pemikiran yang terbuka. Ia mengingikan adanya reformasi radikal yang dimulai dengan kebijakan
glasnost (keterbukaan). Reformasi yang paling signifikan adalah
ketika Gorbachev memberikan kebebasan kepada rakyat untuk memilih pimpinan mereka. (Lieven, Anatol. The Baltic
Revolution: Estonia, Latvia, Lithuania and the Path to
Independence. London: Yale University Press. 1994)
Pada tahun 1994 pasukan Rusia mulai
meninggalkan Estonia. Hal ini membuka jalan bagi
Estonia untuk memiliki kebebasan dalam
membangun hubungan politik dan ekonomi dengan
Eropa Barat. Akhirnya, Estonia bergabung dengan
NATO dan Uni Eropa pada tahun 2004. Proses
pengajuan permohonan untuk dapat menjadi
anggota Uni Eropa dimulai tahun 1991 ketika
Estonia mendapatkan undangan untuk memulai
negosiasi keanggotaan Uni Eropa. Selanjutnya,
barulah pada tahun 2002, tepatnya pada saat
konferensi Uni Eropa berlangsung di Kopenhagen,
Estonia mendapatkan undangan resmi untuk
bergabung dengan Uni Eropa. Pada bulan
September 2003, Estonia mengadakan voting
mengenai masalah integrasi ke Uni Eropa dan
hasilnya 70% menyetujui Estonia bergabung
dengan Uni Eropa.17
Akhirnya, pada 1 Mei 2004
Estonia dinyatakan sebagai salah satu dari sepuluh
negara baru yang bergabung dengan Uni Eropa.
Dalam perjalanannya menjadi negara anggota UE,
Estonia merupakan salah satu negara yang
menerima dana dari UE sebesar 12 juta Euro
melalui program bantuan PHARE.
Pertumbuhan GDP Estonia setelah bergabung
dengan UE dapat kita lihat melalui tabel 2.1.1 di
bawah ini.
Tabel 2.1.1
GDP growth (%)
Tahun Estonia Polandia Hungaria
1999 -0.3 4.5 3.2
2000 9.7 4.3 4.2
2001 6.3 1.2 3.7
2002 6.6 1.4 4.5
2003 7.8 3.9 3.9
2004 6.3 5.3 4.8
2005 8.9 3.6 4.0
2006 10.1 6.2 3.9
Sumber: http://data.worldbank.org/ download tanggal
17 Februari 2014, jam 21.40.
17 Smith, David. Estonia: Independence and European
Integration (Postcommunist States and Nations). London: Routledge. 2002.
Kondisi ekonomi ..., Serafim Wahyu, FIB UI, 2014
Melalui tabel 2.1.1, kita dapat melihat
perbandingan GDP Estonia, Polandia, dan
Hungaria sebagai negara yang sama-sama
menerima bantuan PHARE dari UE. Tabel ini
memperlihatkan bahwa pada awalnya pertumbuhan
nilai GDP di Estonia pada tahun 1999 hanya
sebesar -0,3% atau berada di urutan terendah
dibandingkan dengan Polandia 4,5% dan Hungaria
3,2%. Akan tetapi dalam jangka waktu 1 tahun
setelah masuk UE, GDP Estonia mengalami
pertumbuhan hingga 8,9% mengalahkan Polandia
yang hanya 3,6% dan Hungaria 4,0%. Karena
pertumbuhan yang cepat inilah, Estonia mendapat
julukan sebagai “Baltic Tiger”.18
Menguatnya nilai GDP Estonia membawa
dampak positif bagi perekonomian di Estonia. Mata
uang Estonia (Kroon Estonia) mengalami
stabilisasi pada tahun 2010 dan memasuki 1 Januari
2011, Estonia resmi menjadi negara ke 17 sebagai
pengguna mata uang Euro. Masuknya Estonia ke
dalam Uni Eropa, selain membawa perbaikan bagi
Estonia sendiri, juga membawa kontribusi bagi
negara-negara anggota Uni Eropa yang lain, antara
lain dalam sektor pariwisata, pertahanan dan
keamanan, perindustrian, juga membantu Uni
Eropa dalam usaha perluasan wilayah.
2.2 Latvia
Nama "Latvija" berasal dari Latgallians kuno,
salah satu dari empat suku Baltik Indo-Eropa, yang
bersama-sama dengan Koronia, Selonia, Semigallia
membentuk inti masyarakat Latvia dewasa ini.19
Etnis yang berada di Latvia terbagi menjadi
empat etnis inti, yakni suku Baltik Indo-Eropa,
18 Mole, Richard. The Baltic States from the Soviet Union to the
European Union: Identity, Discourse and Power in the Post-
Communist Transition of Estonia, Latvia and Lithuania. London: Routledge. 2013. 19 Sekilas tentang Latvia (www.Latvia.eu) diunduh tanggal 20
Februarai 2014 pukul 14.00
Couronians, Selonians dan Semigallians. Latvia
terbatasan dengan Laut Baltik, Estonia, dan
Lithuania dengan luas wilayah 64.589 km2 dan
jumlah populasi 2.270.700 jiwa pada tahun 2012.20
Pada tahun 1721 hingga 1918, Latvia berada di
bawah kekuasaan Rusia, walaupun begitu, mereka
tetap mempertahankan bahasa, adat istiadat, dan
budaya mereka. Maka dari itu, saat terjadi Revolusi
Rusia pada tahun 1917, Latvia mendapat
kesempatan untuk membebaskan diri. Pada 18
November 1918 republik Latvia memproklamirkan
kemerdekaanya. Namun kebebasan sebagai negara
yang merdeka ini hanya berlangsung kurang lebih
20 tahun. Karena adanya ketidakstabilan politik,
Latvia lalu dikuasai oleh pemerintah ditaktor saat
berada di bawah pimpinan Presiden Karlis
Ulmanis. Setelah itu, pada tahun 1939, Latvia
kembali dikuasai oleh tentara Rusia dan kemudian
ditarik untuk menjadi satu kesatuan wilayah di
bawah bendera Uni Soviet pada tahun 1940.
Kemudian pada 1941 hingga 1944, Latvia diduduki
oleh tentara-tentara Jerman. Jatuhnya Nazi Jerman
membuat Latvia kembali dikuasai Uni Soviet
hingga tahun 1991.
Pada tahun 1991, kegagalan Gorbachev
rupanya juga berdampak kepada Latvia. Latvia
memerdekakan diri dari dominasi Soviet dan
kembali mendeklarasikan kemerdekaannya pada
21 Agustus 1991. Kemerdekaan ini pun segera
diakui oleh negara-negara Eropa lainnya, dan pada
2 September 1991, Presiden Bush mengumumkan
pengakuan diplomatik penuh untuk Latvia, Estonia,
dan Lithuania. Sedangkan Uni Soviet baru
mengakui kemerdekaan Latvia pada 21 Agustus
1991.
20 World Development Indicators: Population dynamics
http://data.worldbank.org/indicator/SP.POP.TOTL) diunduh 20
Februari 2014 pukul 14.00
Kondisi ekonomi ..., Serafim Wahyu, FIB UI, 2014
Setelah menjadi negara yang merdeka,
hubungan diplomatik internasional mulai dilakukan
Latvia dengan menjadi anggota PBB pada 17
September 1991. Kemudian pada tahun 1998
Latvia mulai bergabung dalam WTO dan pada
tahun 2004, Latvia akhirnya resmi menjadi anggota
Uni Eropa dan NATO.
Perjalanan Latvia dalam usaha untuk
bergabung menjadi anggota Uni Eropa dimulai
pada tahun 1997. Saat itu Latvia diundang untuk
menghadiri pertemuan untuk bergabung dengan
Uni Eropa, kemudian secara resmi diundang untuk
menghadiri pertemuan puncak di Kopenhagen pada
bulan Desember 2002. Pembicaraan tentang
keanggotaan dalam Uni Eropa menjadi topik
bahasan utama yang telah dinanti nanti pemerintah
Latvia sejak tahun 1990. Latvia mengirimkan
aplikasi keanggotaan Uni Eropa pada 27 Oktober
1995. Pemerintah Latvia kemudian mengadakan
referendum, apakah Latvia bergabung menjadi
anggota Uni Eropa ataukah tidak pada tanggal 20
September 2003. Hasilnya, 66,9% memilih
bergabung dengan Uni Eropa dan akhinya pada
tanggal 1 Mei 2004, Latvia resmi menjadi anggota
Uni Eropa.21
Ada beberapa alasan mengapa Latvia ingin
menjadi anggota UE. Alasan yang pertama karena
Latvia ingin meningkatkan perekonomiannya.
Alasan yang kedua dikarenakan Latvia ingin
memperkuat kontrol perbatasan eksternal,
memerangi kejahatan yang terorganisir, migrasi
ilegal, perdagangan narkoba, dan pencucian uang.
Dalam tabel dibawah ini kita dapat melihat
pertumbuhan GDP Latvia pada tahun 2000-2003
21 Lieven, Anatol. The Baltic Revolution: Estonia, Latvia,
Lithuania and the Path to Independence. London: Yale
University Press. 1994
yakni menjelang penetapannya sebagai anggota
baru Uni Eropa tetap ada kenaikan dan penurunan.
Namun setelah resmi menjadi anggota Uni Eropa,
sistem ekonomi Latvia menjadi lebih stabil dengan
peningkatan GDP per-tahunnya sebesar 1,6%
sampai 1,9%. Dalam kurun waktu 6 tahun yakni
mulai 2000 hingga 2006, GDP Latvia mengalami
peningkatan sebesar 5,3%.
Tabel 2.2
GDP growth (annual %)
2000 6.9
2001 8.0
2002 6.5
2003 7.2
2004 8.7
2005 10.6
2006 12.2
Sumber:
http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKT
P.KD.ZG/countries?page=1)
Setelah resmi menjadi anggota Uni Eropa,
pemerintah Latvia masih harus berupaya untuk
dapat menggunakan mata uang bersama Euro. Pada
tahun 2004, pemerintah Latvia belum berhasil
menggunakan Euro karena kondisi ekonomi Latvia
dianggap belum cukup kuat untuk penggunaan
mata uang tersebut. Pemerintah kemudian
memberlakukan kebijakan penghematan yang lebih
ketat sehingga pada akhirnya Latvia berhasil
memenuhi semua kriteria untuk menggunakan mata
uang Euro mulai 1 Januari 2014.
Setiap negara anggota UE diwajibkan untuk
menyisihkan dana untuk membantu negara lain.
Negara-negara UE harus membuat perhitungan
tahunan guna membantu pembangunan resmi
(Official Development Assistance/ ODA). ODA
Kondisi ekonomi ..., Serafim Wahyu, FIB UI, 2014
adalah dana yang disediakan untuk pembangunan
negara-negara lain sesuai presentase tingkat GNP
negara yang bersangkutan. Latvia pada tahun 2005
dapat mengalokasikan 0,07% dari GNP, atau
sekitar 5,9 juta untuk kerjasama pembangunan. Dari
dana ini, 91% merupakan pembayaran pada
organisasi internasional dan program-program
mereka, seperti Uni Eropa, badan-badan PBB,
Organisasi Migrasi Internasional, dan Dana
Moneter Internasional.22
Dan pada tahun 2005,
untuk pertama kalinya Latvia mulai
mengalokasikan sebagian jumlah anggarannya
untuk bantuan bilateral yang telah direncakan.
Bantuan dana tersebut dialokasikan untuk dua
negara yang sejak lama telah menjadi prioritas
Latvia yakni Moldova dan Georgia untuk sektor-
sektor seperti penjagaan perbatasan, bea cukai,
administrasi lembaga permasyarakatan, koordinasi
masalah Uni Eropa, pembentukan sistem
pemerintah lokal, dan lain lain.23
2.3 Lithuania
Vilnius adalah ibu kota negara Lithuania.
Negara yang bernama Republik Lithuania ini
merdeka pada tanggal 11 Maret 1990 dan terletak
di pantai timur Laut Baltik, berbatasan dengan
Latvia di bagian utara, Belarus di bagian tenggara,
dan Polandia di sebelah barat daya. Lithuania
memiliki total jumlah penduduk 3.400.000 jiwa dan
luas daerah 65.300.000 km² (World Development
Indicators:Populationdynamicshttp://data.worldban
k.org/indicator/SP.POP.TOTL. Daerah administrasi
Lithuania terbagi dalam 10 propinsi, 108 kota, dan
44 daerah setingkat kota.
22Latvia Gross National Product http://www.tradingeconomics.com/latvia/gross-national-product 23 Arkadie, Brian Van and Mats Karlsson. Economic survey of
the Baltic states: the reform process in Estonia, Latvia and Lithuania. London: Pinter. 1992
Lithuania merupakan negara pecahan Uni
Soviet yang memproklamasikan kemerdekaannya
pada tanggal 11 Maret 1990. Kedaulatannya baru
diakui oleh Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE)
pada tanggal 27 Agustus 1991. Latvia memiliki
penduduk dengan beragam etnis, antara lain
Lithuania (84%), Rusia (4,9%), Polandia (6,1%),
dan Belarus (1,1%).24
Lithuania menggunakan mata uang Litas sejak
bulan Juli 1993. Lithuania menerapkan sistem
multi-partai dengan kekuasaan negara dilaksanakan
oleh parlemen, presiden, pemerintah dan
mahkamah. Parlemen adalah badan legislatif
tertinggi, menerapkan sistem parlemen tunggal
dengan masa bakti selama 4 tahun. Presiden di
Lithuania diposisikan sebagai kepala negara dan
panglima besar angkatan bersenjata.
Ekonomi industri dan pertanian negara Lithuania
cukup maju. Setelah merdeka, ekonomi Lithuania
beralih ke sistem ekonomi pasar. Industri adalah
sokoguru Lithuania yang terdiri dari sektor
pertambangan seperti pertambangan batu, industri
pengolahan dan manufaktur serta industri energi.
Lithuania memiliki komoditaas peternakan yang
berkualitas tinggi dibanding nilai produk pertanian.
Kondisi ini sangat berbeda jauh dari kondisi
Lithuania sebelum merdeka dimana pada tahun
1914-1918, Lithuania masih diduduki tentara
Jerman.
Lithuania kemudian berada di bawah
kekuasaan Uni Soviet pada tahun 1940, akan tetapi
pendudukan tersebut tidak bertahan lama karena
pada tahun 1941 hingga tahun 1944, Lithuania
kembali diduduki pasukan Jerman. Kemudian pada
24 Demographics of Lithuania,
http://mecometer.com/country/lithuania/demographics/diunduh 18 Februari 2014
Kondisi ekonomi ..., Serafim Wahyu, FIB UI, 2014
tahun 1944 Uni Soviet kembali menguasai
Lithuania. Selama pendudukan Uni Soviet, banyak
tenaga kerja Lithuania yang dikirim ke pedalaman-
pedalaman Serbia sebagai hukuman atas
perlawanan anti komunis dan ketidaktaatan
terhadap aturan yang diberlakukan Uni Soviet.
Pada masa itu, Uni Soviet secara sepihak
menduduki wilayah negara Lithuania untuk
dijadikan bagian dari Republik Soviet.
Gerakan dalam rangka memerdekakan diri
kembali dimunculkan pada tahun 1988 yang
berkaitan dengan kegagalan Gorbachev sama
seperti yang terjadi di Estonia dan Latvia, namun
hal tersebut tidak diakui oleh Uni Soviet. Seiring
dengan berjalannya waktu, pelahan tapi pasti
kemerdekaan Lithuania mulai diakui oleh sebagian
besar negara-negara di Eropa dan negara-negara di
dunia, termasuk Amerika Serikat. Uni Soviet
akhirnya mengakui kemerdekaan negara-negara
Baltik, termasuk Lithuania pada tanggal 6
September 1991.
Sebelum bergabung dengan Uni Eropa,
Lithuania merupakan daerah miskin. Hal ini terlihat
dari kenyataan bahwa Lithuania masih menerima
subsidi bahan mentah bernilai milyaran rubel dari
Moskow saat masih tergabung dengan Uni Soviet.
Dengan bantuan Uni Soviet, Lithuania dapat
beralih dari negara yang berorientasi pertanian ke
negara yang berorientasi industri.
Gorbachev sebagai Sekretaris Jendral Uni
Soviet pada masa itu, juga berusaha memperoleh
simpati rakyat dengan melakukan lawatan
pertamanya selama tiga hari di negara-negara
Baltik termasuk ke Lithuania. Dalam dialog itu,
Gorbachev menjanjikan RUU baru yang lebih
demokratis asalkan rakyat Lithuania tidak
memerdekakan diri. Reformasi Gorbachev ini
rupanya mendapat perlawanan dari elit partai
lainnya, dan pada Agustus 1991, sekelompok kecil
anggota partai konservatif mengadakan kudeta
terhadap Gorbachev. Kudeta ini tidak berlangsung
lama dan pada akhirnya mengalami kegagalan.
Selain itu, usaha kudeta ini turut mencemari
reformasi Gorbachev dan juga membawa Uni
Soviet pada keruntuhannya.
Kesalahan Gorbachev, persis seperti yang
terjadi pada Estonia dan Latvia, juga berdampak
positif pada Lithuania. Keruntuhan Uni Soviet ini
membawa angin segar bagi rakyat Lithuania dan
negara-negara lainnya yang pada awalnya juga
berada di bawah dominasi Uni Soviet. Lithuania
dan negara-negara yang berada di belahan timur
Eropa, termasuk juga Estonia, Latvia segera
menggunakan kesempatan ini untuk membebaskan
diri dan mendeklarasikan kemerdekaan mereka.
Menurut mereka, peristiwa ini merupakan moment
yang tepat untuk melepaskan diri dari keanggotaan
negeri “Terali Besi.” Estonia, Latvia, dan
Lithuania membutuhkan waktu dan perjuangan
yang lama untuk dapat sampai pada pengakuan
kedaulatan dari Uni Soviet. Akan tetapi, perlahan
tapi pasti, pengakuan kedaulatan itu akhirnya
mereka dapatkan. Pada tahun 1990, satu persatu
negara satelit Uni Soviet melepaskan diri. Namun
ada juga beberapa negara yang memilih untuk setia.
Terdapat beberapa alasan mengapa rakyat
Lithuania lebih memilih untuk memisahkan diri
dari Uni Soviet. Alasan pertama dikarenakan rakyat
Lithuania tidak pernah merasa bagian dari Uni
Soviet, baik secara etnis maupun kultural
melainkan merasa menjadi bagian dari keluarga
besar Eropa. Hal ini pun yang merupakan salah
satu penyebab Lithuania beserta negara-negara
Eropa Timur lainnya bergabung dengan Uni Eropa.
Alasan kedua adalah pengambilalihan wilayah
Lithuania oleh Uni Soviet pada tahun 1940 diinilai
rakyat Lithuania sebagai tindakan ilegal sehingga
pengadaan RUU dirasa tidak perlu. Alasan ketiga,
Kondisi ekonomi ..., Serafim Wahyu, FIB UI, 2014
pada tahun 1940 sampai 1949, sekitar dua ratus
ribu orang rakyat Lithuania menjadi korban dalam
perang antara Siberia dan Uni Soviet.
Lithuania yang juga merupakan negara
anggsecara resmi mengajukan permohonan untuk
menjadi anggota Uni Eropa pada tanggal 8
Desember 1995. Langkah – langkah yang ditempuh
Lithuania dalam pengajuan diri sebagai calon
kandidat anggota Uni Eropa dimulai pada 8
Desember 1995 ketika Presiden Lithuania, Algirdas
Brazauskas beserta Perdana Menterinya Adolfas
Slelevicius, mengirimkan berkas “permintaan”
pada Presiden Uni Eropa. Kemudian pada 5
September 2001, Parlemen Eropa memberikan
resolusi untuk Lithuania tentang permintaan
menjadi anggota Uni Eropa. Puncaknya pada
tanggal 16 April 2003 di Athena, ketika perjanjian
untuk masuknya Lithuania menjadi anggota Uni
Eropa ditandatangi. Sebelumnya pada tanggal 10
dan 11 Mei 2003 diadakan referendum di Lithuania
mengenai keinginan bergabungnya ke dalam Uni
Eropa, dengan hasil 90% dari penduduknya setuju.
Akhirnya pada tanggal 1 November 2004,
Lithuania resmi menjadi anggota Uni Eropa.
Setelah menjadi anggota Uni Eropa, Lithuania
mendapatkan kemudahan birokrasi dalam
penghematan biaya ekspor impor yang berujung
dengan diterimanya Lithuania menjadi bagian dari
pasar tunggal. Menjadi bagian dari pasar tunggal,
perkembangan ekspor, dan pertumbuhan konsumsi
domestik mengantarkan Lithuania pada
pertumbuhan ekonomi yang kian membaik. Setelah
menjadi anggota Uni Eropa, bantuan dana yang
diberikan Uni Eropa juga sangat membantu
Lithuania meningkatkan perekonomianya. Bantuan
finansial yang diberikan Uni Eropa pada Lithuania
berjumlah sekitar 36 miliar litas ( 1 euro = 3,45
litas).
Berikut merupakan perbandingan
perekonomian Lithuania sebelum dan sesudah
menjadi anggota Uni Eropa:
Tabel 2.3.1
Inflasi
No Tahun Presentase
1 1993 14%
2 1996 13%
3 1999 11,1%
4 2002 8,9%
5 2005 2,5%
Sumber:http://search.worldbank.org/quickview?na
me=%3Cem%3EInflation%3C%2Fem%3E%2C+.
&type=Indicators&cube_no=2& +Lithuania
Melalui tabel ini kita dapat melihat adanya
penurunan angka inflasi negara Lithuania dari
tahun ke tahun terutama setelah bergabung menjadi
bagian dari anggota Uni Eropa. Sebelum menjadi
anggota UE, penurunan angka inflasi Lithuania
hanya sebesar 1% dan maksimal hanya 2% per 3
tahun. Namun, setelah masuk menjadi negara
anggota UE, tingkat inflasi Lithuania mengalami
penurunan hingga 6,4%. Dalam kurun waktu 12
tahun, angka inflasi Lithuania mengalami
penurunan hingga 12%. Pada tahun 2005 Lithuania
termasuk dalam kategori negara dengan angka
inflasi ringan.25
Angka inflasi ringan memberikan dampak
25 Berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi dapat dibedakan
menjadi inflasi ringan (kurang dari 10% per-tahun), inflasi
sedang (antara 10% sampai 30% per-tahun), inflasi berat (antara
30% sampai 100% per-tahun, hiperinflasi (lebih dari 100% per-
tahun). Angka inflasi yang tinggi berdampak negatif pada
perekonomian suatu negara. Negara akan berusaha menekan
inflasi serendah mungkin, bahkan kalau bisa dibawah dua digit.
(TeoriInflasi.http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4210/espa4
210a/teori%20inflasi.htm)
Kondisi ekonomi ..., Serafim Wahyu, FIB UI, 2014
positif dalam arti dapat mendorong perekonomian
negara menjadi lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional.
Tabel 2.3.2
GDP (dalam mata uang US$)
No Tahun Nilai
1 1998 10,971,375,000
2 2000 12,159,225,000
3 2002 19,756,734,000
4 2004 32,962,254,180
4 2006 60,103,973,050
Sumber:
http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKT
P.KD.ZG/countries?page=1
Melalui tabel ini kita dapat melihat Produk
Domestik Brutto (PDB) negara Lithuania terus
meningkat dari tahun ke tahun. Dimulai pada tahun
1998 yang pada waktu itu produk domestik bruto
Lithuania hanya sebesar $10,971,375,000, akan
tetapi peningkatan yang signifikan terjadi pasca
bergabungnya Lithuania menjadi anggota Uni
Eropa pada tahun 2004 yaitu $30,962,254,180 dan
semakin membaik di tahun 2006 menjadi
$50,103,973,050. Persentase kenaikan GDP ini
meningkat setiap 2 tahunnya mulai dari 10%, 38%,
68%, hingga 87%. Tabel ini menunjukan adanya
dampak positif yang memberi peningkatan pada
angka GDP Lithuania dalam kurun waktu 8 tahun
sebesar 500%.
Tabel 2.3.3
Tingkat Pengangguran
No Tahun Presentase
1 2000 15,9%
2 2004 11,3%
3 2006 5,6%
4 2007 4,3%
(Sumber:http://epp.eurostat.ec.europa.eu/cache/ITY
_PUBLIC/3-08012014-BP/EN/3-08012014-BP-
EN.PDF)
Dalam tabel diatas kita dapat melihat tingkat
persentase angka pengangguran di Lithuania
berkurang secara bertahap. Sebelum bergabung
dengan Uni Eropa, angka pengangguran di
Lithuania sempat mencapai angka 15,9%,
kemudian menyusut pada tahun 2004 setelah
menjadi anggota Uni Eropa menjadi 11,3% dan
terus berkurang hingga mencapai angka 4,3% pada
tahun 2007. Tingginya tingkat pengangguran
berkaitan erat dengan angka kemiskinan di suatu
negara. Efek buruk dari pengangguran adalah
mengurangi pendapatan masyarakat yang pada
akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang
telah dicapai seseorang. Semakin turunnya
kesejahteraan masyarakat karena menganggur
tentunya akan meningkatkan peluang mereka
terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki
pendapatan. Apabila pengangguran di suatu negara
sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu
berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi
kesejahteraan masyarakat dan prospek
pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.
(Arsyad, Lincolin 2011)
3. Kesimpulan
Dari pembahasan artikel ini, dapat disimpulkan
bahwa perluasan tahun 2004 merupakan perluasan
yang sangat berkesan dalam sejarah Uni Eropa
karena sebanyak 10 negara bergabung menjadi
anggota baru Uni Eropa. Negara-negara yang
bergabung dengan UE pada tahun 2004 merupakan
negara bekas jajahan Uni Soviet yang berasal dari
Eropa Tengah dan Timur. Kesepuluh negara
tersebut adalah Republik Ceko, Estonia, Hungaria,
Latvia, Lituania, Malta, Polandia, Siprus, Slovenia,
dan Slovakia. Negara- negara tersebut ingin
bergabung dengan UE salah satunya untuk
Kondisi ekonomi ..., Serafim Wahyu, FIB UI, 2014
memulihkan kondisi perekonomian di negara
mereka masing-masing pasca pendudukan Uni
Soviet. Dengan bantuan UE, sektor perekonomian
yang tadinya sangat buruk dapat berubah secara
perlahan.
Perluasan tahun 2004 juga merupakan
perluasan yang sangat spektakuler. Berkat peran
serta Uni Eropa melalui kebijakan-kebijakannya
dan program PHARE yang ditujukan untuk negara-
negara wilayah Eropa Timur dan Tengah,
kesepuluh negara tersebut terbukti mengalami
peningkatan pada nilai Produk Domestik Bruto
(PDB). Diantara 10 negara tersebut, Estonia,
Latvia, dan Lithuania terlihat menonjol karena
tingkat pertumbuhan di negara tersebut pasca
bergabung menjadi negara anggota Uni Eropa
sangat signifikan.
Estonia sebagai negara yang bersama-sama
dengan Polandia dan Hungaria menerima bantuan
PHARE dari UE, dapat meningkatkan nilai GDP
negaranya hingga mencapai 8,9% per-tahun
mengalahkan Polandia 3,6% dan Hungaria 4,0%.
Kondisi ini sangat berbeda jauh dengan kondisi
Estonia sebelumnya dimana pertumbuhan nilai
GDP di Estonia pada tahun 1999 hanya sebesar -
0,3% atau berada di urutan terendah dibandingkan
dengan Polandia 4,5% dan Hungaria 3,2%.
Peningkatan nilai GDP Estonia dalam kurun waktu
7 tahun mengalami peningkatan sebesar 10%. Oleh
karena pertumbuhan yang cepat inilah, Estonia
mendapat julukan sebagai “Baltic Tiger”.
Perubahan juga terjadi di negara Latvia dimana
GDP Latvia pada tahun 2000 hanya mengalami
peningkatan sebesar 6,9% per-tahun. Akan tetapi
setelah resmi menjadi anggota Uni Eropa, sistem
ekonomi Latvia menjadi lebih stabil dengan
peningkatan GDP per-tahunnya meningkat menjadi
8,7% - 12,2% per-tahun. Dalam kurun waktu 6
tahun yakni dari tahun 2000 hingga tahun 2006,
GDP Latvia mengalami peningkatan sebesar 5,3%.
Selain itu, pada tahun 2005 Latvia berhasil
mengalokasikan sekitar 5,9 juta untuk kerjasama
pembangunan dengan organisasi internasional dan
program-program UE seperti badan-badan PBB,
Organisasi Migrasi Internasional, dan Dana
Moneter Internasional.
Lithuania yang juga merupakan anggota
negara Baltik, pasca bergabung dengan UE juga
mengalami kemajuan dalam bidang ekonomi
industri dan pertanian. Apabila kita melihat kondisi
negara Lithuania pada tahun 1998, Produk
Domestik Bruto Lithuania pada saat itu hanya
sebesar $10,971,375,000. Peningkatan yang
signifikan terjadi pasca bergabungnya Lithuania
menjadi anggota Uni Eropa pada tahun 2004
dimana nilai GDP Lithuania meningkat menjadi
$30,962,254,180 dan semakin membaik di tahun
2006 menjadi $50,103,973,050. Peningkatan yang
luar biasa dalam kurun waktu 8 tahun dimana
Lithuania mengalami percepatan hingga 5x lipat.
Di akhir pembahasan dalam makalah ini,
dapat disimpulkan bahwa di antara ketiga negara
Baltik, jelas terlihat bahwa Estonia lah yang
mengalami pertumbuhan perekonomian paling
cepat, diikuti oleh Lithuania, kemudian Latvia.
Daftar Pustaka
Arkadie, Brian Van and Mats Karlsson. Economic
survey of the Baltic states: the reform process
in Estonia, Latvia and Lithuania. London:
Pinter. 1992
Lieven, Anatol. The Baltic Revolution: Estonia,
Latvia, Lithuania and the Path to
Independence. London: Yale University Press.
1994
Lincolin, Arsyad. The Influence of Social Capital
on Economic Growth: The Case of Indonesia,
Kondisi ekonomi ..., Serafim Wahyu, FIB UI, 2014
1983-2008. Jurnal Ekonomi & Bisnis Kinerja.
Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta.
2011
Mole, Richard. The Baltic States from the Soviet
Union to the European Union: Identity,
Discourse and Power in the Post-Communist
Transition of Estonia, Latvia and Lithuania.
London: Routledge. 2013.
Sajdik, Martin, and Michael Schwarzinger.
European Union Enlargement: Background,
Developments, Facts (Central and Eastern
European Policy Studies) (Volume 2). New
Jersey: Transaction Publishers. 2007.
Smith, David. Estonia: Independence and
European Integration (Postcommunist States
and Nations). London: Routledge. 2002.
http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/key_eu
_policies/human_rights/index_id.htm (diunduh
pada tanggal 27 Januari 2014)
http://epp.eurostat.ec.europa.eu/cache/ITY_PUBLI
C/3-08012014-BP/EN/3-08012014-BP-EN.PDF
(diunduh pada tanggal 27 Januari 2014)
http://data.worldbank.org/indicator/SP.POP.TOTL
(diunduh pada tanggal 26 Januari 2014)
http://mecometer.com/country/lithuania/demograph
ics/(diunduh pada tanggal 27 Januari 2014)
http://europa.eu/index_en.htm (diunduh pada
tanggal 15 Februari 2014)
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4210/espa4
210a/teori%20inflasi.htm (diunduh 10 Februari
2014)
Kondisi ekonomi ..., Serafim Wahyu, FIB UI, 2014
Kondisi ekonomi ..., Serafim Wahyu, FIB UI, 2014