kon seling

18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya dan meningkatkan harkat dan martabat manusia, sehingga manusia mampu untuk menghadapi setiap perubahan yang terjadi menuju arah yang lebih baik. Melalui pendidikan, tiap individu dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kreativitas terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam pendidikan khususnya sekolah, perkembangan peserta didik tidak hanya sebatas mengembangkan intelektualnya saja namun juga perlu diimbangi dengan perkembangan emosi ke arah positif dan membangun karakter individu. Seiring dengan berkembangnya kehidupan masyarakat yang selalu berubah secara dinamis, setiap orang harus bisa beradaptasi dengan berbagai perubahan tersebut. Peran guru tentu tidaklah cukup untuk mengembangkan kecerdasan emosi peserta didik ke arah yang tepat, tentu diperlukan ahli untuk mengoptimalkan hal tersebut. Mengingat hal tersebut, dibentuklah sebuah sistem pendidikan yang di dalamnya terdapat kewajiban untuk membimbing dan mendidik perkembangan emosi peserta didik dengan bantuan seorang konselor sekolah. 1

Upload: nova-dila

Post on 14-Nov-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KONSELING

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya dan meningkatkan harkat dan martabat manusia, sehingga manusia mampu untuk menghadapi setiap perubahan yang terjadi menuju arah yang lebih baik. Melalui pendidikan, tiap individu dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kreativitas terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Dalam pendidikan khususnya sekolah, perkembangan peserta didik tidak hanya sebatas mengembangkan intelektualnya saja namun juga perlu diimbangi dengan perkembangan emosi ke arah positif dan membangun karakter individu. Seiring dengan berkembangnya kehidupan masyarakat yang selalu berubah secara dinamis, setiap orang harus bisa beradaptasi dengan berbagai perubahan tersebut. Peran guru tentu tidaklah cukup untuk mengembangkan kecerdasan emosi peserta didik ke arah yang tepat, tentu diperlukan ahli untuk mengoptimalkan hal tersebut. Mengingat hal tersebut, dibentuklah sebuah sistem pendidikan yang di dalamnya terdapat kewajiban untuk membimbing dan mendidik perkembangan emosi peserta didik dengan bantuan seorang konselor sekolah.Bimbingan dan Konseling di Sekolah dibentuk untuk memenuhi perkembangan peserta didik dalam proses pengembangan emosi dan norma kehidupan yang ada di sekolah maupun masyarakat. Bimbingan dan Konseling dianggap memiliki peran penting dalam pencapaian peserta didik dalam pendidikannya, hanya saja sebagian masyarakat masih belum memahami makna penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah sehingga menimbulkan pertanyaan besar, perlukah bimbingan dan konseling dilakukan.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Latar Belakang diperlukannya Bimbingan dan KonselingBimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia.Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti.Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yang lain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain. Khususnya bagi yang terakhir inilah bimbingan dan konseling sangat diperlukan.Manusia perlu mengenal dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya. Dengan mengenal dirinya sendiri, mereka akan dapat bertindak dengan tepat sesuai dengan kemampuan yang ada pada pada dirinya. Walaupun demikian, tidak semua manusia mampu mengenal segala kemampuan dirinya.Mereka memerlukan bantuan orang lain agar dapat mengenal diri sendiri, lengkap dengan segala kemampuan yang dimilikinya dan bantuan tersebut dapat diberikan oleh bimbingan dan konseling. Pada kenyataannya, bimbingan dan konseling juga diperlukan, baik oleh masyarakat yang belum maju maupun masyarakat yang modern. Persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat modern sangat kompleks. Makin maju suatu masyarakat maka akan semakin kompleks persoalan-persoalan yang dihadapi oleh anggota masyarakatnya.

B. Pengertian Bimbingan KonselingBimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari guidance dan counseling dalam bahasa inggris. Secara harfiah istilah guidance dari akar kata guide berarti:(1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to point),(3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer).Donald G. Mortensen dan Alan M. Schmuller (1976) mengemukakan bahwa: guidance may be defined as that part of life educational program that helps provide the personal opportunition and specialized staff services by which each individual can develop to the fullest of his abilities and capacities in terms of the democratie idea.Sherter dan Stone (1971) mengartikan bimbingan sebagai.... process of helping an individual to understand himself and his world(proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya).Sunaryo Kartadinata (1998: 3) mangartikannya sebagai proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal. Sementara Rochman Natawijaja (1987: 37) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secaraberkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. Dasar bimbingan dan konseling adalah ketentuan-ketentuan yang harus ditetapkan dalam peyelenggaraan pelayanan, agar kegiatan pelayanan tersebut dapat terlakasana dengan baik serta mendapat hasil yang memuaskan bagi konseling.

C. Tujuan KonselingTujuan konseling berdasarkan penanganan oleh konselor dikemukakan oleh Shertzer dan Stone yang dikutip oleh Mc Leod (2004) dapat diperinci sebagai berikut: Mencapai kesehatan mental yang positif Apabila kesehatan mental tercapai maka individu memiliki integrasi, penyesuaian, dan identifikasi positif terhadap orang lain. Individu belajar menerima tanggung jawab, mandiri dan mencapai integrasi tingkah laku. Keefektifan individuSeseorang diharapkan mempunyai pribadi yang dapat menyelaraskan diri dengan cita-cita, memanfaatkan waktu dan tenaga serta bersedia mengambil tanggung jawab ekonomi, psikologis, dan fisik. Pembuatan keputusanKonseling membantu individu mengkaji apa yang perlu dipilih, belajar membuat alternatif-alternatif pilihan, dan selanjutnya menentukan pilihan sehingga pada masa depan dapat membuat keputusan secara mandiri.

D. Fungsi Bimbingan Konseling di Sekolah Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan lingkungannya. Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya. Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya. Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya. Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.

E. Prinsip Bimbingan dan KonselingPrinsip-prinsip yang dimaksud adalah hal-hal yang menjadi pegangan dalam proses bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian layanan bantuan atau bimbingan, baik disekolah maupun diluar sekolah. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut : Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu (guidance is fo all individuals). Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua individu atau peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah.Pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan daripada penyembuhan (kuratif) dan lebih diutamakan teknik kelompok daripada perseorangan (individual). Bimbingan bersifat individualisasi Setiap individu bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan individu dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi focus sasaran bantuan adalah individu, meskipun layanan bimbingannya menggunakan kelompok. Bimbingan menekankan hal yang positif Bimbingan merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang. Bimbingan merupakan usaha bersamaBimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah. Mereka sebagai teamwork terlibat dalam proses bimbingan. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan

F. Asas Bimbingan Konseling1. Asas KerahasiaanYaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, guru pembimbing (konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin,2. Asas KesukarelaanYaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya.Guru Pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.3. Asas KeterbukaanYaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor) berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Agar peserta didik (klien) mau terbuka, guru pembimbing (konselor) terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan dan kekarelaan.4. Asas KegiatanYaitu asas bimbingan konseling yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan.Guru Pembimbing (konselor) perlu mendorong dan memotivasi peserta didik untuk dapat aktif dalam setiap layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.5. Asas KemandirianYaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri.Guru Pembimbing (konselor) hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.6. Asas KekinianYaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi peserta didik/klien dalam kondisi sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat peserta didik (klien) pada saat sekarang.7. Asas KedinamisanYaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.8. Asas KeterpaduanAsas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.9. Asas KenormatifanAsas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami, menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.10. Asas KeahlianAsas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling.Profesionalitas guru pembimbing (konselor) harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

11. Asas Alih Tangan KasusYaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor)dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor), dapat mengalih-tangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.12. Asas Tut Wuri HandayaniYaitu asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien).

G. Kekeliruan Dalam Konselingekeliruan pemahaman ini tidak hanya terjadi di kalangan orang-orang yang berada di luar Bimbingan dan Konseling, tetapi juga banyak ditemukan di kalangan orang-orang yang terlibat langsung dengan bimbingan dan konseling. Kelimabelas kekeliruan pemahaman itu adalah :1. Bimbingan dan Konseling disamakan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan.Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa bimbingan dan konseling adalah identik dengan pendidikan sehingga sekolah tidak perlu lagi bersusah payah menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling, karena dianggap sudah implisit dalam pendidikan itu sendiri. Cukup mantapkan saja pengajaran sebagai pelaksanaan nyata dari pendidikan. Mereka sama sekali tidak melihat arti penting bimbingan dan konseling di sekolah. Sementara ada juga yang berpendapat pelayanan bimbingan dan konseling harus benar-benar terpisah dari pendidikan dan pelayanan bimbingan dan konseling harus secara nyata dibedakan dari praktik pendidikan sehari-hari.2. Menyamakan pekerjaan Bimbingan dan Konseling dengan pekerjaan dokter dan psikiater.Dalam hal-hal tertentu memang terdapat persamaan antara pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter dan psikiater, yaitu sama-sama menginginkan konseli/pasien terbebas dari penderitaan yang dialaminya, melalui berbagai teknik yang telah teruji sesuai dengan masing-masing bidang pelayanannya, baik dalam mengungkap masalah konseli/pasien, mendiagnosis, melakukan prognosis atau pun penyembuhannya.3. Bimbingan dan Konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-masalah yang bersifat insidental.Memang tidak dipungkiri pekerjaan bimbingan dan konseling salah satunya bertitik tolak dari masalah yang dirasakan siswa, khususnya dalam rangka pelayanan responsif, tetapi hal ini bukan berarti bimbingan dan konseling dikerjakan secara spontan dan hanya bersifat reaktif atas masalah-masalah yang muncul pada saat itu. Pekerjaan bimbingan dan konseling dilakukan berdasarkan program yang sistematis dan terencana, yang di dalamnya mengggambarkan sejumlah pekerjaan bimbingan dan konseling yang bersifat proaktif dan antisipatif, baik untuk kepentingan pencegahan, pengembangan maupun penyembuhan (pengentasan)4. Bimbingan dan Konseling dibatasi hanya untuk siswa tertentu saja.Bimbingan dan Konseling tidak hanya diperuntukkan bagi siswa yang bermasalah atau siswa yang memiliki kelebihan tertentu saja, namun bimbingan dan konseling harus dapat melayani seluruh siswa (Guidance and Counseling for All). Setiap siswa berhak dan mendapat kesempatan pelayanan yang sama, melalui berbagai bentuk pelayanan bimbingan dan konseling yang tersedia.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanSebagai tenaga pendidik, seorang konselor wajib memahami untuk apa dilakukannya pelayanan bimbingan konseling di sekolah. Pendidikan tentu tidak lepas dari kehidupan sekolah untuk peserta didik, sehingga makna bimbingan konseling dalam pendidikan dapat di artikan sebagai satuan pendidikan dalam mencerdaskan emosi intelektual dan menemukan/menggali potensi diri. Melihat dari pentingnya pelayanan bimbingan konseling di sekolah, kegiatan konseling sangat diperlukan dan harus ditingkatkan dalam tujuan pendidikan nasional. Pendidikan yang baik tidak bisa membiarkan satu sisi dari proses perkembangan, kedua sisi harus berjalan bersama-sama dengan kadar yang sama dan harus dikelola dengan sebaik-baiknya.Penyelenggaraan layanan bimbingan konseling di sekolah, perencanaan dan proses yang sesuai harus dilakukan agar tujuan perkembangan tepat sasaran. Diperlukan cara kerja yang baik bagi seorang konselor sekolah dalam manajemen bimbingan dan konseling, kegiatan bimbingan harus memandirikan peserta didik dengan tuntas.

Daftar Pustaka

Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurihsan.2005.Landasan Bimbingan dan Konseling.Bandung : PT Remaja RosdakaryaYusuf, Syamsu. 2006.Program Bimbingan dan Konseling (SLTP dan SLTA).Bandung : Pustaka Bani QuraisyWalgito, Bimo. 2010.Bimbingan dan Konseling (Studi & Karier). Yogyakarta : CVAndi Offset

4