komunikasi terapeutik dengan klien dewasa

30
MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN DEWASA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Keperawatan Disusun oleh: 1. Dwi Agustin NIM: P07120111009 2. Elfrida Dwiki F. NIM: P07120111010 3. Robi’ Siti Nurjanah NIM: P07120111031 4. Rosy Azizah Rizki NIM: P07120111032

Upload: nissakurnia

Post on 11-Dec-2015

2.092 views

Category:

Documents


316 download

DESCRIPTION

MAKALAHKOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN DEWASADisusun untuk Memenuhi Tugas Mata KuliahKomunikasi Keperawatan Disusun oleh:1. Dwi Agustin NIM: P071201110092. Elfrida Dwiki F. NIM: P071201110103. Robi’ Siti Nurjanah NIM: P071201110314. Rosy Azizah Rizki NIM: P07120111032KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTAJURUSAN KEPERAWATAN2012KATA PENGANTARPertama–tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga makalah tentang “Komunikasi Terapeutik pada Klien Dewasa” ini dapat selesai tepat pada waktunya. Makalah ini disusununtuk memenuhi tugas mata kuliahKomunikasi Keperawatan.Makalah ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:1. Maria H. Bakri, SKM, M.Kes. selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Yogyakarta.2. Sri Hendarsih, S.Kp., M.Kes. selaku dosen pembimbing mata kuliah Komunikasi Keperawatan.3. Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian sangat penyusun harapkan.Yogyakarta, April 2012PenyusunDAFTAR ISIHALAMAN JUDUL iKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISI iiiBAB I PENDAHULUAN 1A. Latar Belakang Masalah 1B. Tujuan 2C. Manfaat 2BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3A. Pengertian Komunikasi B. Komunikasi terapeutik C. Tujuan Komunikasi Terapeutik D. Manfaat Komunikasi Terapeutik E. Syarat-syarat Komunikasi Terapeutik F. Sikap Komunikasi Terapeutik G. Bentuk Komunikasi Terapeutik H. Hambatan Komunikasi Terapeutik I. Pengertian dewasa J. Komunikasi dengan dewasa K. Materi komunikasi pada dewasa L. Suasana komunikasi pada dewasa M. Model komunikasi yang paling tepat diterapkan pada dewasa BAB III STUDI KASUS Data Pengkajian Tinjauan Kasus Tabel Pengkajian DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus-menerus. Komunikasi bertujuan untuk memudahkan,melaksanakan, kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal,baik komunikasi dalam lingkup pekerjaan maupun hubungan antar manusia Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Bidang Kedokteran dan Keperawatan serta perubahan konsep perawatan dari perawatan orang sakit secara individual kepada perawatan paripurna serta peralihan dari pendekatan yang berorientasi medis penyakit kemodel penyakit yang berfokus pada orang yang bersifat pribadi menyebabkan komunikasi menjadi lebih penting dalam memberikan asuhan keperawatan. Perawat dituntut untuk menerapkan model komunikasi yang tepat dan disesuaikan dengan tahap perkembangan pasien. Pada orang dewasa mereka mempunyai sikap, pengetahuan dan keterampilan yang lama menetap dalam dirinya sehingga untuk merubah perilakunya sangat sulit. Oleh sebab itu perlu kiranya suatu model komunikasi yang tepat agar tujuan komunikasi dapat tercapai dengan efektif. Bertolak dari hal tersebut penulis membuat makalah yang mencoba menerapkan model konsep komunikasi yang tepat pada dewasa.B. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi2. Untuk mengetahui komunikasi terapeutik3. Untuk mengetahui tujuan komunikasi terapeutik 4. Untuk mengetahui manfaat komunikasi terapeutik 5. Untuk mengetahui syarat-syarat komunikasi terapeutik 6. Untuk mengetahui sikap komunikasi terapeutik7. Untuk mengetahui bentuk komunikasi terapeutik8. Untuk mengetahui hambatan komunikasi terapeutik9. Untuk mengetahui pengertian dewasa10. Untuk mengetahui komunikasi dengan dewasa11. Untuk mengetahui materi komunikasi pada dewasa12. Untuk mengetahui suasana komunikasi pada dewasa13. Untuk mengetahui model komuni

TRANSCRIPT

Page 1: Komunikasi Terapeutik Dengan Klien Dewasa

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN

DEWASA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Komunikasi Keperawatan

Disusun oleh:

1. Dwi Agustin NIM: P07120111009

2. Elfrida Dwiki F. NIM: P07120111010

3. Robi’ Siti Nurjanah NIM: P07120111031

4. Rosy Azizah Rizki NIM: P07120111032

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN KEPERAWATAN

Page 2: Komunikasi Terapeutik Dengan Klien Dewasa

2012

KATA PENGANTAR

Pertama–tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua

sehingga makalah tentang “Komunikasi Terapeutik pada Klien Dewasa” ini dapat

selesai tepat pada waktunya. Makalah ini disusununtuk memenuhi tugas mata

kuliahKomunikasi Keperawatan.

Makalah ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Maria H. Bakri, SKM, M.Kes. selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Yogyakarta.

2. Sri Hendarsih, S.Kp., M.Kes. selaku dosen pembimbing mata kuliah

Komunikasi Keperawatan.

3. Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian sangat

penyusun harapkan.

Yogyakarta, April 2012

Penyusun

Page 3: Komunikasi Terapeutik Dengan Klien Dewasa

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................1

B. Tujuan.........................................................................................................2

C. Manfaat.......................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3

A. Pengertian Komunikasi.................................................................................

B. Komunikasi terapeutik..................................................................................

C. Tujuan Komunikasi Terapeutik ....................................................................

D. Manfaat Komunikasi Terapeutik ..................................................................

E. Syarat-syarat Komunikasi Terapeutik ..........................................................

F. Sikap Komunikasi Terapeutik.......................................................................

G. Bentuk Komunikasi Terapeutik.....................................................................

H. Hambatan Komunikasi Terapeutik................................................................

I. Pengertian dewasa.......................................................................................

J. Komunikasi dengan dewasa.........................................................................

K. Materi komunikasi pada dewasa..................................................................

L. Suasana komunikasi pada dewasa..............................................................

M. Model komunikasi yang paling tepat diterapkan pada dewasa....................

BAB III STUDI KASUS.............................................................................................

Data Pengkajian.......................................................................................................

Tinjauan Kasus.........................................................................................................

Tabel Pengkajian..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

LAMPIRAN...............................................................................................................

Page 4: Komunikasi Terapeutik Dengan Klien Dewasa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku

manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus-

menerus. Komunikasi bertujuan untuk memudahkan,melaksanakan, kegiatan-

kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal,baik komunikasi

dalam lingkup pekerjaan maupun hubungan antar manusia Kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi Bidang Kedokteran dan Keperawatan serta

perubahan konsep perawatan dari perawatan orang sakit secara individual

kepada perawatan paripurna serta peralihan dari pendekatan yang

berorientasi medis penyakit kemodel penyakit yang berfokus pada orang yang

bersifat pribadi menyebabkan komunikasi menjadi lebih penting dalam

memberikan asuhan keperawatan. Perawat dituntut untuk menerapkan model

komunikasi yang tepat dan disesuaikan dengan tahap perkembangan pasien.

Pada orang dewasa mereka mempunyai sikap, pengetahuan dan

keterampilan yang lama menetap dalam dirinya sehingga untuk merubah

perilakunya sangat sulit. Oleh sebab itu perlu kiranya suatu model komunikasi

yang tepat agar tujuan komunikasi dapat tercapai dengan efektif. Bertolak dari

hal tersebut penulis membuat makalah yang mencoba menerapkan model

konsep komunikasi yang tepat pada dewasa.

B. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi

2. Untuk mengetahui komunikasi terapeutik

3. Untuk mengetahui tujuan komunikasi terapeutik

4. Untuk mengetahui manfaat komunikasi terapeutik

5. Untuk mengetahui syarat-syarat komunikasi terapeutik

6. Untuk mengetahui sikap komunikasi terapeutik

Page 5: Komunikasi Terapeutik Dengan Klien Dewasa

7. Untuk mengetahui bentuk komunikasi terapeutik

8. Untuk mengetahui hambatan komunikasi terapeutik

9. Untuk mengetahui pengertian dewasa

10. Untuk mengetahui komunikasi dengan dewasa

11. Untuk mengetahui materi komunikasi pada dewasa

12. Untuk mengetahui suasana komunikasi pada dewasa

13. Untuk mengetahui model komunikasi yang paling tepat diterapkan pada

dewasa

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi mahasiswa :

a. Dapat mengetahui pengertian komunikasi

b. Dapat mengetahui komunikasi terapeutik

c. Dapat mengetahui tujuan komunikasi terapeutik

d. Dapat mengetahui manfaat komunikasi terapeutik

e. Dapat mengetahui syarat-syarat komunikasi terapeutik

f. Dapat mengetahui sikap komunikasi terapeutik

g. Dapat mengetahui bentuk komunikasi terapeutik

h. Dapat mengetahui hambatan komunikasi terapeutik

i. Dapat mengetahui pengertian dewasa

j. Dapat mengetahui komunikasi dengan dewasa

k. Dapat mengetahui materi komunikasi pada dewasa

l. Dapat mengetahui suasana komunikasi pada dewasa

m. Dapat mengetahui model komunikasi yang paling tepat diterapkan pada

dewasa

2. Bagi masyarakat umum

a. Dapat menambah ilmu pengetahuan

b. Dapat mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan komukasi pada

dewasa

Page 6: Komunikasi Terapeutik Dengan Klien Dewasa

BAB II

DASAR TEORI

A. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah suatu hubungan atau kegiatan kegiatan yang

berkaitan dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebagai saling tukar

menukar pendapat serta dapat diartikan hubungan kontar antara manusia baik

individu maupun kelompok (Widjaja, 1986:13).

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang

memungkinkan seseorang untukmenetapkan, mempertahankan, dan

meningkatkan kontak dengan orang lain (Potter & Perry,2005:301).

Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah

laku manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara

terus menerus. Komunikasi bertujuan untuk memudahkan, melancarkan,

melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan

optimal, baik komunikasi dalam lingkup pekerjaan maupun hubungan antar

manusia.

B. Komunikasi terapeutik

Pengertian Komunikasi Terapeutik Istilah komunikasi berasal dari bahasa

inggris yaitu “Communication”. Kata communucation itu sendiri berasal dari

kata latin “communication” yang artinya pemberitahuan atau pertukaran ide,

dengan pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari

pendengarnya (Suryani, 2005). Terapeutik merupakan kata sifat yang

dihubungkan dengan seni dari penyembuhan (As Hornby dalam intan, 2005).

Maka disini dapat diartikan bahwa terapeutik adalah segala sesuatu yang

memfasilitasi proses penyembuhan. Sehingga komunikasi terapeutik itu

adalah komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu

penyembuahan/pemulihan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan

komunikasi profesional bagi perawat.

Page 7: Komunikasi Terapeutik Dengan Klien Dewasa

C. Tujuan Komunikasi Terapeutik

Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan

lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien, sehingga akan

lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah

diterapkan, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan

dan akan meningkatkan profesi.

Tujuan komunikasi terapeutik (Purwanto, 1994) adalah :

1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan

dan fikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang

ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.

2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang

efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.

3. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri.

D. Manfaat Komunikasi Terapeutik

Manfaat komunikasi terapeutik (Christina, dkk, 2003):

1. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan pasien

melalui hubungan perawat-klien.

2. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah serta

mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.

E. Syarat-syarat Komunikasi Terapeutik

Stuart dan Sundeen (dalam Christina, dkk 2003) mengatakan ada 2

persyaratan dasar untuk komunikasi terapeutik efektif :

1. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi

maupun penerima pesan

2. Komunikasi yang diciptakan saling pengertian harus dilakukan terlebih

dahulu sebelum memberikan sarana, informasi maupun masukan.

F. Sikap Komunikasi Terapeutik

1. Berhadapan. Artinya dari posisi ini adalah, “Saya siap untuk Anda”.

Page 8: Komunikasi Terapeutik Dengan Klien Dewasa

2. Mempertahankan kontak mata.

3. Membungkuk ke arah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk

mengatakan atau mendengar sesuatu.

4. Mempertahankan sikap terbuka, tidak melipat kaki atau tangan. Hal ini

menujukkan keterbukaan untuk berkomunikasi.

5. Tetap rileks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara kettegangan

dan relaksasi dalam memberi respons kepada klien.

G. Bentuk Komunikasi Terapeutik

Bentuk komunikasi terdiri dari komunikasi verbal dan non verbal (Potter

dan Perry dalam Christina, dkk.,2003) :

1. Komunikasi verbal

Komunikasi verbal mempunyai karakteristik jelas dan ringkas.

Pembendaharaan kata mudah dimengerti, mempunyai arti denotatif dan

konotatif, intonasi mempengaruhi isi pesan, kecepatan bicara yang

memiliki tempo dan jeda yang tepat.

Syarat komunikasi verbal:

a. Jelas dan ringkas

Komunikasi berlangsung efektif, sederhana, pendek dan langsung.

Makin sedikit kata-kata yang digunakan, makin kecil terjadi

kerancuan. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan.

Penerima pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana,

kapan, siapa, dan di mana. Ringkas dengan menggunakan kata-kata

yang mengekspresikan ide secara sederhana.

b. Pembendaharaan Kata

Penggunaan kata-kata yang mudah dimengerti oleh pasien.

Komunikasi tidak akan berhasil jika pengirim pesan tidak mampu

menerjemahkan kata dan ucapan.

c. Arti denotatif dan konotatif

Perawat harus mampu memilih kata-kata yang tidak banyak

disalahtafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan

terapi, terapi dan kondisi klien. Arti denotatif memberikan pengertian

yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan ati konotatif

Page 9: Komunikasi Terapeutik Dengan Klien Dewasa

merupakan perasaan, pikiran, atau ide yang terdapat dalam suatu

kata.

d. Intonasi Nada

Suara pembicaraan mempunyai dampak yang besar terhadap arti

pesan yang dikirimkan karena emosi seseorang dapat secara

langsung mempengaruhi nada suaranya.

2. Komunikasi non Verbal

Komunikasi non verbal berdampak yang lebih besar dari pada komunikasi

verbal. Stuart dan Sundeen dalam suryani, (2006) meengatakan bahwa

sekitar 7 % pemahaman dapat ditimbulkan karena kata-kata, sekitar 30%

karena bahasa paralinguistik dan 55% karena bahasa tubuh. Komunikasi

non verbal dapat disampaikan melalui beberapa cara yaitu :

a. Penampilan fisik

Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap

pelayanan keperawatanyang diterima. Adapun contohnya adalah

cara berpakaian, dan berhias menunjukan kepribadiannya.

b. Sikap Tubuh dan Cara Berjalan

Perawat dapat menyimpulkan informasi yang bermanfaat dengan

mengamati sikap tubuh dan langkah klien.langkah dapat dipengaruhi

olehfaktor fisik, seperti rasa sakit, obat dan fraktur

c. Ekpresi wajah

Hasil penelitian menunjukan enam keadaan emosi utama yang

tampak melalui ekspresi wajah, terkejut, takut,marah, jijik bahagia

dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar peenting

dalam menentukan pendapat interpersonal.

d. Sentuhan Kasih sayang,

dukungan emosional, dan perhatian diberikan melalui sentuhan.

Sentuhan merupakan bagian penting dalam hubungan perawat-klien,

namun harus memperhatikan norma sosial.

e. Metakomunikasi

Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada

hubungan antara pembicara dengan lawan bicaranya.

Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan

Page 10: Komunikasi Terapeutik Dengan Klien Dewasa

dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam

pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap

pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.

H. Hambatan Komunikasi Terapeutik

1. Resisten

Upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab ansietas yang

dialaminya. Resisten sering merupakan akibat dari kertidaksediaan klien

untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah telah dirasakan. Perilaku

resisten biasanya diperliahatkan oleh klien selama fase kerja, karena fase

ini sangat banyak berisi proses penyelesaian masalah.

2. Transferens

Respons tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan sikap terhadap

perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dalam kehidupannya di

masa lalu. Sifat yang paling menonjol adalah ketidaktepatan respons klien

dalam intensitas dan penggunaan mekanisme pertahanan pengisaraan

(displecement) yang maladaptif.

3. Kontertransferens

Kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat bukan oleh klien.

Kontertransferens merujuk pada respons emosionel spesifik oleh perawat

terhadap klien yang tidak tepat dalam isi maupun konteks hubungan

terapeutik atau ketidaktepatan dalam intensitas emosi. Reaksi ini biasanya

berbentuk salah satu dari tiga jenis reaksi sangat mencintai, reaksi sangat

bermusuhan atau membenci dan reaksi sangat cemas sering kali

digunakan sebagai respons terhadap resisten klien.

Untuk menghadapi hambatan komunikasi terapeutik, perawat harus

siap untuk mengungkapakan perasaan emosional yang sangat kuat dalam

konteks hubungan perawat-klien (Hamid,1998). Awalnya, perawat harus

mempunyai pengetahuan tentang hambatan komunikasi terapeutik dan

mengenali perilaku yang menunjukkan adanya hambatan tersebut.

Page 11: Komunikasi Terapeutik Dengan Klien Dewasa

I. Pengertian dewasa

Usia dewasa dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

1. Dewasa Dini ( 18 tahun - 40 tahun )

Pada periode dewasa awal, penampilan dan kesehatan fisik mencapai

puncaknya dan periode yang sama penurun penampilan, kekuatan dan

kesehatan fisik pun mulai menurun. penampilan, kekuatan dan kesehatan

fisik dicapai pada periode permulaan dewasa awal dan menurun pada

akhir dewasa awal. dan puncak efisiensi fisik biasanya dicapai pada usia

pertengahan duapuluhan dan sesudah mana menjadi penurunan lambat

laun hingga awal usia 40-an. Kekhasan tingkah laku kognitif, orang

dewasa yang matang perkembangan kognitifnya lebih sistematis dalam

memecahkan masalah.

2. Dewasa Madya ( 40 tahun - 60 tahun )

Pada usia setengah baya kemampuan kognitif yang menurun adalah

kemampuan mengingat, berpikir, mekanisme yang memerlukan

kecepatan dan keakuratan input melalui panca indra agar dapat

mengamati gerak, perbedaan, perbandingan dan pengelompokan atau

pengkategorian. Tentu saja tidak semua orang dewasa pertengahan

makin meningkat kemampuan kognitif pemecahan masalah.

Kondisi yang merumitkan penyesuaian diri terhadap perubahan pola

keluarga pada usia madya adalah perubahan fisik, hilangnya peran

sebagai orangtua, kurangnya persiapan, perasaan kegagalan, merasa

tidak berguna lagi, kekecewaan terhadap perkawinan dan merawat

anggota keluarga berusia lanjut.

3. Dewasa Akhir ( 60 - meninggal )

Perubahan fisik bukan lagi pertumbuhan tetapi pergantian dan

perbaikan sel – sel tubuh. Pertumbuhan dan reproduksi sel – sel

menurun, oleh karena itu peristiwa penurunan pertumbuhan dan

reproduksi sel – sel menyebabkan terjadi banyak kegagalan pergantian

sel – sel yang rusak, lamanya penyembuhan apabila lansia menderita

Page 12: Komunikasi Terapeutik Dengan Klien Dewasa

sakit. Orang yang sudah tua menjadi pelupa, reaksi terhadap rangsangan

yang semakin lamban.

J. Komunikasi dengan dewasa

Menurut Erikson 1985,pada orang dewasa terjadi tahap hidup intimasi VS

isolasi, dimana pada tahap ini orang dewasa mampu belajar membagi

perasaan cinta kasih,minat,masalah dengan orang lain. Orang dewasa sudah

mempunyai sikap-sikap tertentu,pengetahuan tertentu, bahkan tidak jarang

sikap itu sudah sangat lama menetap pada dirinya, sehingga tidak mudah

untuk merubahnya. Juga pengetahuan yang selama ini dianggapnya benar

dan bermanfaat belum tentu mudah digantikan dengan pengetahuan baru jika

kebetulan tidak sejalan dengan yang lama. Tegasnya orang dewasa bukan

seperti gelas kosong yang dapat diisikan sesuatu. Oleh karena itu dikatakan

bahwa kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan sesuatu untuk merubah

tingkah lakunya dengan cepat. Orang dewasa belajar kalau ia sendiri dengan

belajar, terdorong akan tidak puas lagi dengan perilakunya yang sekarang,

maka menginginkan suatu perilaku lain dimasa mendatang, lalu mengambil

langkah untuk mencapai perilaku baru itu.

K. Materi komunikasi pada dewasa

a. Pekerjaan dan tugas: pembagian tugas,

b. deskripsi kerja dan transaksi kerja

c. Kegiatan kerumahtanggaan: pembagian tugas dalam keluarga,

pendidikan terhadap anak

d. Kegiatan profesional: pembagian kerja

e. Kegiatan sosial: hubungan sosial, peran dan tugas sosial

L. Suasana komunikasi pada dewasa

a. Suasana hormat menghormati 

Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila

pendapat pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berfikir

dan mengemukakan pikirannya.

b. Suasana saling menghargai 

Page 13: Komunikasi Terapeutik Dengan Klien Dewasa

Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, sistem nilai yang dan

mengesampingkan harga kendala dalam jalannya dianut perlu dihargai.

Meremehkan diri mereka akan dapat menjadi komunikasi.

c. Suasana saling percaya

Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan

dapat membawa hasil yang diharapkan.

d. Suasana saling terbuka

Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan

orang lain. Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapat

tergali. 

M. Model komunikasi yang paling tepat diterapkan pada dewasa

Model konsep komunikasi yang tepat dan dapat diterapkan pada klien

dewasa adalah model komunikasi interaksi King dan model komunikasi

kesehatan.

Model King memberikan penekanan pada proses komunikasi antara

perawat - klien. King menggunakan sistem perspektif untuk menggambarkan

bagaimana profesional kesehatan (perawat) untuk memberi bantuan kepada

klien. Pada dasarnya model ini meyakinkan bahwa interaksi perawat - klien

secara simultan membuat keputusan tentang keadaan mereka dan tentang

orang lain dan berdasarkan persepsi mereka terhadap situasi.

Komunikasi kesehatan adalah komunikasi yang difokuskan pada

transaksi antara professional kesehatan - klien. 3 (tiga) faktor utama dalam

proses komunikasi kesehatan yaitu Relationship, Transaksi, dan konteks

Kedua model tadi cocok diterapkan pada klien dewasa karena pada

kedua model komunikasi ini menunjukkan hubungan relationship yang

rnemperhatikan karakteristik dari klien dan melibatkan pengirim dan penerirna,

serta adanya umpan balik untuk mengevaluasi tujuan komunikasi.

Page 14: Komunikasi Terapeutik Dengan Klien Dewasa

BAB III

STUDI KASUS

Hari, tanggal : Kamis, 19 April 2012

Jam : 15.00 WIB

Oleh : Rosy Azizah Rizki

Sumber data : Klien

Tempat : Rumah Ibu Purwanti

Metode : Wawancara

A. Tahap Prainteraksi

1. Mengumpulkan data tentang klien.

Nama Klien : Ny. Purwanti

Umur : 48 tahun

Alamat : Ngangkruk, Caturhajo, Sleman, Yogyakarta

Pekerjaan : PNS

Agama : Islam

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : S1

Suku : Jawa

2. Masalah yang dihadapi klien

Ibu Purwanti berumur 48 tahun, Beliau adalah seorang guru Ekonomi

di sebuah SMA di Jawa Tengah. Beliau mengeluh sering pusing ketika

beliau banyak pikiran dan banyak pekerjaan. Selain itu, beliau juga

menyatakan sering pusing setelah mengkonsumsi makanan yang memicu

hipertensi, misalnya; makanan yang bersantan.

Namun, Beliau menyatakan belum pernah periksa ke dokter. Beliau

hanya meminta bantuan pada anaknya untuk mengukur tekanan

darahnya. Jika tekanan darahnya naik, beliau mengkonsumsi makanan

yang dapat menurunkan tekanan darah, misalnya:mentimun, melon, dan

semangka.

Page 15: Komunikasi Terapeutik Dengan Klien Dewasa

Bila beliau merasa belum teratasi pusingnya, beliau konsultasi kepada

adik perempuannya yang seorang perawat. Saudara perempuan Ibu

Purwanti ini menganjurkan untuk mengkonsumsi obat penurun tekanan

darah, yaitu captopril. Setelah mengkonsumsi obat tersebut, tekanan

darahnya turun, tetapi menimbulkan efek samping yakni merasa serak-

serak di tenggorokan. Lalu, beliau menghentikan mengkonsumsi obat

tersebut.

3. Membuat rencana pertemuan dengan klien.

Kegiatan : Wawancara

Waktu : 20 April 2012

Tempat : Rumah Ibu Purwanti

B. Tahap Orientasi

1. Memberikan salam dan tersenyum pada klien.

2. Melakukan validasi (kognitif, psikomotor dan afektif: biasanya pada

pertemuan lanjutan)

3. Memperkenalkan nama perawat

4. Menyakan nama panggilan klien

5. Menjelaskan peran perawat dan klien

6. Mengatakan tujuan dan mengingatkan kontrak waktu

7. Berjanji menjaga kehasiaan klien

8. Menjelaskan kegiatan

C. Tahap Kerja

1. Memberikan kebebasan klien mengekspresikan perasaannya

2. Menanyakan cara koping klien.

3. Menyimpulkan permaslahan klien

4. Memberikan saran sekaligus memberikan pujian terhadap hal baik yang

dilakukan klien

5. Memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya

D. Tahap Terminal

1. Evaluasi perasaan klien

2. Evaluasi hasil

Page 16: Komunikasi Terapeutik Dengan Klien Dewasa

3. Mengakhiri komunikasi dan membuat rencana tindak lanjut

E. Dimensi respon / perilaku non verbal minimal yang perlu ditunjukkan:

1. Berhadapan

2. Mempertahankan kontak mata

3. Tersenyum pada saat yang tepat

4. Membungkuk kea rah klien pada saat yang diperlukan

5. Mempertahankan sikap terbuka ( tidak bersedekap, memasukkan tangan

ke kantung atau melipat kaki ).

Page 17: Komunikasi Terapeutik Dengan Klien Dewasa

Tabel Dialog

Fase Tindakan DialogOrientasi Memperkenalkan diri,

mengatakan tujuan dan mengingatkan kontrak waktu. (Ras: menambah kepercayaan klien serta klien dapat leluasa lebih siap dalam mengungkapkan perasaan)

P : Selamat malam Ibu. Ibu perkenalkan saya Rosi mahasiswa Poltekkes jogja, yang kemarin sudah membuat janji dengan Ibu untuk bertemu. Nah, Nanti kita akan membahas lebih dalam tentang masalah Ibu, tujuannya agar masalah Ibu jelas sehingga saya dapat memberikan saran atau alternatif yang tepat untuk menyelesaikan masalah Ibu. Bagaimana sudah siap?

K :Oh iya Mbak..saya sudah siap..

Berjanji menjaga kehasiaan pasien. (Ras: agar pasien tanpa ragu mengungkapkan perasaannya)

P : Maaf ya Bu sebelumnya, Ibu tenang saja, saya akan menjaga kerahasiaan segala sesuatu yang ibu sampaikan nanti..untuk itu, silahkan Ibu sampaikan saja segala sesuatu yang ingin Ibu ceritakan,.bagaimana Ibu?

K : Iya mbak,.terima kasih.

Kerja Memberikan kebebasan klien mengekspresikan perasaannya. (Ras: dengan klien dapat mengungkapkan perasaan yang dipendamnya, klien akan lebih merasa lega dan kita dapat merumuskan saran yang tepat)

P : Ya silahkan Ibu bisa mulai menyampaikan masalah Ibu,

K : Jadi gini Mbak, saya itu sering pusing kalau terlalu banyak pikiran, selain itu jika saya makan makanan yang banyak santannya.

P : Oh begitu,sejak kapan ibu merasakan hal itu?

K : Sejak satu bulan terakhir ini mbak, saya sering pusing pusing begini, dan sudah saya titeni, kalau banyak pikiran pasti seperti ini e..banyak kerjaan gitu lo mbak..

P : Apa ibu pernah periksa ke dokter?

K : Belum mbak,.saya biasanya nyuruh anak saya untuk mengukur tekanan darah saya dan setelah ditensi memang tekanan darah saya naik. Ya saya pikir saya kena hipertensi mbak.

Page 18: Komunikasi Terapeutik Dengan Klien Dewasa

P : Oh..begitu ya Bu, tekanan darah Ibu biasanya berapa Bu?

K : Biasanya hanya 120/80 tapi kalau pas merasa pusing jadi 130/90 kadang bisa sampai 160/90

P :Hm.. Apakah dahulu di keluaga Ibu ada yang mempunyai penyakit hipertensi?

K : Tidak e mbak..di keluarga saya tidak ada yang punya riwayat hipertensi,.malah sehat-sehat saja kok orang jaman dulu ki.

Menanyakan cara koping klien. (Ras: untuk mengetahui kemampuan dan hal yang telah dilakukan klien. Selain itu juga untuk merumuskan saran yang tepat)

P : Lalu usaha apa yang sudah ibu lakukan untuk menangani hal tersebut?

K : Saya tanya kepada adik saya yang perawat mengenai obat yang biasanya untuk orang darah tinggi itu apa, dan dia menyarankan untuk minum obat captopril,trus saya beli obat itu di apotek, tetapi ternyata saya tidak cocok minum obat itu,.

P : Hm..Tidak cocok bagaimana Bu?

K : Iya mungkin saya alergi obat Mbak, setelah saya minum obat itu, teggorokan saya serak-serak..

P : Apakah Ibu masih melanjutkan meminum obat itu?

K : Tidak Mbak,ya dari pada membuat saya sakit..

P : Lalu usaha lain apa yang Ibu lakukan?

K : Saya biasanya makan semangka, melon atau mentimun mbak, istirahat dan mengurangi beban pikiran..disamping itu, saya suruh anak saya untuk memantau tekanan darah saya.

Termina Menyimpulkan permaslahan P : Hm.. jadi ibu sering sakit kepala ketika

Page 19: Komunikasi Terapeutik Dengan Klien Dewasa

si klien (Ras: agar kita tidak salah dalam menginterprestasikan masalah klien maupun dalam memberi saran )

ibu banya pikiran, dan kemungkinan hipertensi gitu ya bu?

K :Iya Mbak..dan juga setelah mengkonsumsi makanan yang memicu hipertensi.

P : Oh ya..Dan usaha yang ibu lakukan yaitu mengkonsumsi makanan yang dapat menurunkan tekanan darah.

K : Iya Mbak, sering makan semangka, timun atau ,melon.

Memberikan saran sekaligus memberikan pujian terhadap hal baik yang dilaukan klien.(ras: pujian dapat meningkatkan kepercayaan diri klien sehingga akan berusaha lebih baik lagi)

P : Baik Bu,usaha yang Ibu lakukan tadi sudah baik ya Bu,..dengan mengkonsumsi buah buahan seperti melon, semangka atau mentimun dapat menurunkan tekanan.

K : Iya mbak, terima kasih

P : Tapi Ibu, akan lebih baik lagi jika Ibu coba periksa ke dokter dulu, dan jika memang ibu ada alergi terhadap obat, nanti Ibu bisa mencoba obat alami..Tapi untuk memastikan saja lebih baik Ibu periksa ke dokter,apakah Ibu sakit hipertensi atau bukan. Jika memang hipertensi, Ibu juga bisa mengkonsumsi makanan yang rendah garam.

K : Oh iya Mbak, besok saya akan mencoba periksa ke dokter untuk memastikan...Wah tapi saya biasanya suka makana yag asin e Mbak..

P : Nah..gini aja bu, Ibu periksa ke dokter untuk memastikannya, dan selanjutnya kalau memang hipertensi, Ibu bisa mengkonsumsi makanan rendah garam.

K : Hm..Iya Mbak..Memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya. (Ras: dengan memberikan kesempatan bertanya, untuk memgetahui bahwa klien paham dengan solusi yang

P: Baiklah Bu, ada yang ingin Ibu tanyakan lagi?

K : Tidak Mbak, terima kasih

Page 20: Komunikasi Terapeutik Dengan Klien Dewasa

diberikan dan tidak ada masalah yang mengganjal klien)Evaluasi perasaan klien. (ras: dengan mengevaluasi kita dapat mengetahui keberhasilan komunikasi kita terhadap klien)

P: Hm..Bagaimana perasaan Ibu sekarang?

K: Jadi lebih lega kok Mbak. sekali lagi terima kasih.

Evaluasi hasil (Menyimpulkan permasalah dan solusi yang dipilih oleh klien).(Ras: dengan menyimpulkan kita dapat memastikan bahwa klien dapat memahami dan menerima solusi kita)

P: Alhamdulillah kalau begitu. Jadi untuk memastikan saja, sebaiknya Ibu periksa ke dokter, dan jika memang penyakit hipertensi Ibu bisa mengkonsumsi makanan rendah garam.

K : Iya Mbak, saya paham kok..

Mengakhiri komunikasi dan membuat rencana tindak lanjut. (Ras: dengan membuat rencana tindak lanjut kita dapat mengevaluasi keefektifan solusi yang telah dilaksanakan oleh klien)

P: Baiklah Ibu, terima kasih karena ada sudah percaya kepada saya. Ibu sudah mau menceritakan masalah Ibu kepada saya. Kalau ada sesuatu yang ingin ditanyakan Ibu bisa menghubungi saya dan lain waktu kita mungkin bisa bertemu lagi untuk mengevaluasi hasilnya ataupun merencanakan tindakan selanjutnya. Semoga saran saya bermanfaat untuk Ibu.

K: Iya mbak sama-sama.

Page 21: Komunikasi Terapeutik Dengan Klien Dewasa

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang

memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan

meningkatkan kontak dengan orang lain.

2. Komunikasi terapeutik itu adalah komunikasi yang direncanakan dan

dilakukan untuk membantu penyembuahan/pemulihan pasien.

3. Usia dewasa dibagi menjadi tiga tahap, yaitu dewasa dini ( 18 tahun - 40

tahun ), dewasa madya ( 40 tahun - 60 tahun ) dan dewasa akhir ( 60 -

meninggal )

4. Model konsep komunikasi yang tepat dan dapat diterapkan pada klien

dewasa adalah model komunikasi interaksi King dan model komunikasi

kesehatan.

5. Dibutuhkan ketrampilan dalam berkomunikasi dengan dewasa karena

Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu dan pengetahuan

tertentu sehingga kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan sesuatu

untuk merubah tingkah lakunya dengan cepat.

B. Saran

Saat berkomunikasi dengan dewasa, perawat sebaiknya lebih

pandai untuk menggali perasaan klien karena klien dewasa cenderung

menutup-nutupi masalah yang dihadapinya.

Page 22: Komunikasi Terapeutik Dengan Klien Dewasa

DAFTAR PUSTAKA

Arif. 2007. Komunikasi Dewasa. http://arifolution.multiply.com/journal/item/50/Komunikasi_Dewasa?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem. Diunduh tanggal 20 April 2012.

Devita. I. 2008. Batas Usia Dewasa. http://irmadevita.com/2008/batas-usia-

dewasa. Diunduh tanggal 20 April 2012.

Gaskins. J.P. 2010. Komunikasik Keperawatan pada Tingkat Usia Dewasa. http://jrpatrickgaskins.blogspot.com/2010/09/komunikasi-keperawatan-pada-tingkat.html. Diunduh tanggal 20 April 2012.

Iveh. 2009. Komunikasi pada Klien Dewasa. http://iveh91.blogspot.com/2009/11/komunikasi-pada-klien-dewasa.html. Diunduh tanggal 20 April 2012.

Joesafira. 2010. Tahap Perkembangan pada Usia Dewasa. http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/tahap-perkembangan-pada-usia-dewasa.html. Diunduh tanggal 20 April 2012.

Musliha dan Siti Fatmawati. 2010. Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Puspitasari. A.S. 2010. Komunikasi Keperawatan pada Klien Dewasa. http://catatancalonperawat.blogspot.com/2010/11/komunikasi-keperawatan-pada-klien.html. Diunduh tanggal 20 April 2012.

Santoso, Nugroho Iman. 1989. Hubungan Antara Perawat dan Pasient. Jakarta:

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI.