makalah komunikasi terapeutik

34
Kata Pengantar Segala puja dan puji syukur kami ucapkan kepada Alloh SWT yang mana telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “KOMUNIKASI TERAPEUTIK” dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul Komunikasi Terapeutik ini berisikan penjelasan tentang pengertian komunikasi efektif dalam pelayanan kesehatan. Dalam menyusun makalah ini, kami juga menggunakan beberapa sumber sebagai referensi kami dari buku dan website. Kami sebagai penulis makalah ini menyadari bahwa makalah ini belum semurna, oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca kami harapkan agar kami dapat memperbaiki kesalahan dan kekurangan kami dikemudikan hari. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Mojokerto, 13 Oktober 2009 Penulis

Upload: dimz-wahyu-nayteseira

Post on 27-Jun-2015

7.593 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah komunikasi terapeutik

Kata Pengantar

Segala puja dan puji syukur kami ucapkan kepada Alloh SWT yang mana

telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan

tugas makalah yang berjudul “KOMUNIKASI TERAPEUTIK” dengan sebaik-

baiknya.

Makalah yang berjudul Komunikasi Terapeutik ini berisikan penjelasan

tentang pengertian komunikasi efektif dalam pelayanan kesehatan. Dalam

menyusun makalah ini, kami juga menggunakan beberapa sumber sebagai

referensi kami dari buku dan website.

Kami sebagai penulis makalah ini menyadari bahwa makalah ini belum

semurna, oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca kami harapkan agar kami

dapat memperbaiki kesalahan dan kekurangan kami dikemudikan hari.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Mojokerto, 13 Oktober 2009

Penulis

Page 2: makalah komunikasi terapeutik

BAB I

PENDAHULUAN

Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat bergantung pada

konteks pada saat komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang, komunikasi

merupakan pertukaran informasi diantara dua orang atau lebih, atau dengan kata lain

pertukaran ide atau pemikiran. Metodenya antara lain berbicara dan mendengarkan

atau menulis dan membaca, melukis, menari, bercerita, dan ain sebagainya. Sehingga

dapat dikatakan bahwa segala bentuk upaya penyampaian pikiran kepada orang lain,

tidak hanya secara lisan (verbal) atau tulisan tetapi juga gerakan tubuh atau gestru

(non verbal)

Komunikasi merupakan suatu proses karena melalui komunikasi seseorang

menyampaikan dan mendapat respons. Komunikasi dalam hal ini mempunyai dua

tujuan, yaitu mempengaruhi orang lain dan untuk mendapat informasi. Akan tetapi

komunikasi dapat digambarkan sebagai komunikasi yang memiliki kegunaan atau

berguna (berbagi informasi, pemikiran, perasaan). Keterampilan berkomunikasi

merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk membangun suatu

hubungan, baik tiu hub ungan yang kompleks maupun yang sederhana melalui sapaan

atau hanya sekedar senyuman. Pesan verbal dan non verbal yang dimilki oleh

seseorang menggambarkan secara utuh dirinya, perasaanya dan apa yang ia sukai dan

tidak sukai. Melalui komunikasi seorang individu dapat bertahan hidup, membangun

hubungan dan merasakan kebahagiaan.

Effendy O.U (2002) dalam suryani (2005) menyatakan lima komponen dalam

komunikasi yaitu komunikator, komunikan, pesan, media dan efek. Komunikator

(pengirim pesan) menyampaikan pesan baik secara langsung atau melalui media

kepada komunikas (penerima pesan) sehingga timbul efek atau akibat terhadap pesan

yang telah diterima. Selain itu, komunikasi juga dapat memberikan umpan balik

kepada komunikator sehingga terciptalah suatu komunikasi yang lebih lanjut.

Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus dimiliki oleh

perawat, karena komunikasi merupakan proses yang dinamis yang digunakan untuk

mengumpulkan data pengkajian, memberikan pendidikan atau informasi kesehatan,

mempengaruhi klien untuk mengaplikasikannya dalam hidup, menunjang sering,

Page 3: makalah komunikasi terapeutik

menumbuhkan rasa nyaman, menumbuhkan rasa percaya diri dan menghargai nilai-

nilai klien. Sehingga dapat juga disimpulkan bahwa dalam keperawatan, komunikasi

merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan. Seorang perawat yang

berkomunikasi secara efektif akan lebih mampu dalam mengumpulkan data,

melakukan tindakan keperawatan (intervensi), mengevaluasi pelaksanaan dari

intervensi yang telah dilakukan, melakukan perubahan untuk meningkatkan kesehatan

dan mencegah terjadinya masalah-masalah legal yang berkaitan dengan proses

keperawatan.

Proses komunikasi dibangun berdasarkan hubungan saling percaya dengan

klien dan keluarganya. Komunikasi yang efektif merupakan hal yang esensial dalam

menciptakan hubungan antara perawat dan klien. Addalatoi (1983), Bucaille (1979)

dan Amsyari (1995) menegaskan bahwa seorang perawat yang beragama, tidak dapat

bersikap masa bodoh, tidak peduli terhadap pasien, seorang perawat yang tidak care

dengan orang lain (pasien) adal berdosa. Seoarang perawat yang tidak menjalankan

profesinya ecara profesional akan merugikan orang lain (pasien), unit kerjanya dan

dirinya sendiri. Komunikasi seorang perawat dengan pasien pada umumnya

menggunakan komunikasi yang berjenjang yakni komunikasi interpersonal,

interpersonal dan komunal/ kelompok. Demikian pula ditegaskan dalam poter dan

perry (1993) bahwa komunikasi dalam prosesnya terjadi dalam tiga tahaan yakni

komunikasi interpersonal, interpersonal dan publik.

Page 4: makalah komunikasi terapeutik

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian

Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam

hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan

intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses

penyembuhan pasien. Oleh karenanya seorang perawat harus meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan

kepuasan pasien dapat dipenuhi. Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi

terapeutik sebagai kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien

beradaptasi untuk stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana

berhubungan dengan orang lain. Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa

komunikasi terapeutik merupakan hubungan personal antara perawa dan klien,

dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama

dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. S.Sundeen (1990)

menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan kerja sama yang

ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman dalam

membina hubungan intim yang terapeutik. Indrawati (2003) mengemukakan

bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,

bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi

terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling

memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan

komunikasi in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien,

sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan

pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan. Sedangkan Arwana

(2003) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa

dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan

profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian

melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan

masalahnya.

Page 5: makalah komunikasi terapeutik

Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi terpeutik

adalah komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien mencapai kembali kondisi yang adaptif dan pootif.

B. Tujuan

Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah

yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang

meliputi :

1. Realisi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri

Memulai komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalm diri klien.

Klien yang menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami

perubahan dalam dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan dirinya,

mengalami gambaran diri, penurunan harga diri, merasa tidak berarti dan pada

akhirnya merasa putus asa dan depresi.

2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan

saling bergantung dengan orang lain.

Melalui komunikasi terapeutik, orang belajar bagaimana menerima dan

diterima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima

klien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam

membina hubungan saling percaya (Hibdon, 200). Rogers (1974) dalam

Abraham dan Shanley (1997) mengemukakah bahwa hubungan mendalam

yang digunakan dalam proses interaksi antara perawat dan klien merupakan

area untuk mengekspresikan kebutuhan, memecahkan masalah dan

meningkatkan kemampuan koping.

3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta

mencapai tujuan yang reistis.

Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa

mengukur kemampuannya. Taylor, Lilis dan La Mone (1997) mengemukakan

bahwa individu yang merasa kenyataan dirinya mendekati ideal diri

mempunyai harga diri yang tinggi sedangkan individu yang merasa kenyataan

hidupnya jauh dari ideal dirinya akan merasa rendah diri.

4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta

mencapai tujuan yang reistis.

Page 6: makalah komunikasi terapeutik

Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak

mempunyai rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui

komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien

meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang jelas.

C. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya

hubungan yang konstruktif meningkatkan pemahaman dan membantu

terbentuknya hubungan yang konstruktif diantar perawat klien. Tidak seperti

komunikasi sosial, komunikasi ini mempunyai tujuan untuk membantu klien

mencapai suatu tujuan dalam asuhan keperawatan. Oleh karena itu sangat penting

bagi perawat untuk memahami prinsip dasar komunikasi terapeutik berikut ini :

1. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling

menguntungkan, didasarkan pada prinsip ‘humanity of nurses and clients’

2. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan karakter,

memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar

belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap .individu.

3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi

maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga

dininya dan harga diri klien.

4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust)

harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan

memberikan alternatif pemecahan masalah (Stuart,1998). Hubungan saling

percaya antara perawat dan klien adalah kunci dan komunikasi terapeutik.

5. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya

sendiri serta nilai yang dianut.

6. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan

saling menghargai.

7. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien.

8. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun

mental.

9. Perawat haruis menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki

motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya

Page 7: makalah komunikasi terapeutik

sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah – masalah

yang dihadapi.

10. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk

mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan

maupun fungsi.

D. Ciri - Ciri Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik mempunyai ciri sebagai berikut

1. Terjadi antara perawat dengan pasien

2. Mempunyai hubungan akrab

3. Berfokus pada pasien yang membutuhkan bantuan

4. Perawat dengan aktif, mendengarkan dan memberikan respon pada pasien

E. Karakteristik Komunikasi Terapeutik

Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu

sebagai berikut: (Arwani, 2003 : 54).

1. Ikhlas (Genuiness)

Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien barus bisa diterima dan

pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan

bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.

2 Empati (Empathy)

Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam

memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.

3. Hangat (Warmth)

Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat

memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien

bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.

F. Jenis Komunikasi Terapeutik

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan

memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia

sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993) dalam Purba (2003), komunikasi

terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik.

Page 8: makalah komunikasi terapeutik

Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan

Tappen (1995) dalam Purba (2003) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis

dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.

1. Komunikasi Verbal

Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan

di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama

pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan

tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk

mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau

menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan

arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi

verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon

secara langsung.

Komunikasi Verbal yang efektif harus:

1) Jelas dan ringkas

2) Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)

3) Arti denotatif dan konotatif

4) Selaan dan kesempatan berbicara

5) Waktu dan Relevansi

6) Humor

2. Komunikasi Tertulis

Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering

digunakan dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat,

pembuatan memo, laporan, iklan di surat kabar dan lain- lain.

Prinsip-prinsip komunikasi tertulis terdiri dari :

1) Lengkap

2) Ringkas

3) Pertimbangan

4) Konkrit

5) Jelas

6) Sopan

7) Benar

Page 9: makalah komunikasi terapeutik

Fungsi komunikasi tertulis adalah:

1) Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.

2) Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telah

diarsipkan.

3) Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali

untuk mengetahui perkembangan masa lampau.

4) Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.

5) Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah,

surat pengangkatan.

Keuntungan Komunikasi tertulis adalah:

1) Adanya dokumen tertulis

2) Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman

3) Dapat meyampaikan ide yang rumit

4) Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan

5) menyebarkan informasi kepada khalayak ramai

6) Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan.

7) Membentuk dasar kontrak atau perjanjian

8) Untuk penelitian dan bukti di pengadilan

Kerugian Komunikasi tertulis adalah:

1) Memakan waktu lama untuk membuatnya

2) Memakan biaya yang mahal

3) Komunikasi tertulis cenderung lebih formal

4) Dapat menimbulkan masalah karena salah penafsiran

5) Susah untuk mendapatkan umpan balik segera

6) Bentuk dan isi surat tidak dapat di ubah bila telah dikirimkan

7) Bila penulisan kurang baik maka akan membingungkan Si pembaca.

3. Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan

kata-kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan

pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal

yang disampaikan klien mulai dan saat pengkajian sampai evaluasi asuhan

Page 10: makalah komunikasi terapeutik

keperawatan, karena isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal.

Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan

keperawatan.

Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai

berikut:

1) Kinesik

Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasa

isyarat tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam pengalihan

informasi mengenai kesehatan, para penyuluh tidak saja menggunakan kata-

kata secara verbal tetapi juga memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa

isyarat untuk mengatakan suatu penyakit yang berbahaya, obat yang mujarab,

cara memakai kondom, cara mengaduk obat, dan lain-lain.

2) Proksemik

Proksemik yaitn bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh “ruang” dan “jarak”

antara individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau antara individu

dengan objek.

3) Haptik

Haptik seringkali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antara

dua orang waktu berkomunikasi. Atas dasar itu maka ada ahli kumunikasi non

verbal yang mengatakan haptik itu sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba,

memegang, mengelus dan mencubit. Haptik mengkomunikasikan relasi anda

dengan seseorang.

4) Paralinguistik

Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia bermanfaat kalau

kita hendak menginterprestasikan simbol verbal. Sebagai contoh, orang-orang

Muang Thai merupakan orang yang rendah hati, mirip dengan orang jawa yang

tidak mengungkapkan kemarahan dengan suara yang keras. Mengeritik orang

lain biasanya tidak diungkapkan secara langsung tetapi dengan anekdot. Ini

berbeda dengan orang Batak dan Timor yang mengungkapkan segala sesuatu

dengan suara keras.

Page 11: makalah komunikasi terapeutik

5) Artifak

Kita memehami artifak dalam komunikasi komunikasi non verbal dengan

pelbagai benda material disekitar kita, lalu bagaimana cara benda-benda itu

digunakan untuk menampilkan pesan tatkala dipergunakan. Sepeda motor,

mobil, kulkas, pakaian, televisi, komputer mungkin sekedar benda. Namun

dalam situasi sosial tertentu benda-benda itu memberikan pesan kepada orang

lain. Kita dapat menduga status sosial seseorang dan pakaian atau mobil yang

mereka gunakan. Makin mahal mobil yang mereka pakai, maka makin tinggi

status sosial orang itu.

6) Logo dan Warna

Kreasi pan perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan merupaka

karya komunikasi bisnis, namun model keija m dapat ditirn dalam komunikasi

kesehatan. Biasanya logo dirancang untuk dijadikan simbol da suatu karaya

organisasi atau produk da suatu organisasi, terutama bagi organisasi swasta.

Bentuk logo umumnya berukuran kecil dengan pilihan bentuk, warna dan

huruf yang mengandung visi dan misi organisasi.

7) Tampilan Fisik Tubuh

Acapkali anda mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik tubuh dari

lawan bicara anda. Kita sering menilai seseorang mulai dari warna kulitnya,

tipe tubuh (atletis, kurus, ceking, bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain). Tipe

tubuh itu merupakan cap atau warna yang kita berikan kepada orang itu. Salah

satu keutamaan pesan atau informasi kesehatan adalah persuasif, artinya

bagaimana kita merancang pesan sedemikian rupa sehingga mampu

mempengaruhi orang lain agar mereka dapat mengetahui informasi, menikmati

informasi, memutuskan untuk membeli atau menolak produk bisnis yang

disebarluaskan oleh sumber informasi. (Liliweri, 2007:108).

G. Fase – fase Komunikasi Terapeutik

1. Orientasi (Orientation)

Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang

terjadi bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien. Fase ini

dicirikan oleh lima kegiatan pokok yaitu testing, building trust, identification

of problems and goals, clarification of roles dan contract formation.

Page 12: makalah komunikasi terapeutik

2. Kerja (Working)

Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan

yang telah ditetapkan pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk

berdiskusi tentang masalah-masalah yang merintangi pencapaian tujuan. Fase

ini terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu menyatukan proses komunikasi

dengan tindakan perawatan dan membangun suasana yang mendukung untuk

proses perubahan.

3. Penyelesaian (Termination)

Paa fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas

tujuan telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling

menguntungkan dan memuaskan. Kegiatan pada fase ini adalah penilaian

pencapaian tujuan dan perpisahan (Arwani, 2003 61).

H. Hubungan Perawat dan Klien/Helping Relationship

Salah satu karakteristik dasar dan komunikasi yaitu ketika seseorang melakukan

komunikasi terhadap orang lain maka akan tercipta suatu hubungan diantara

keduanya, selain itu komunikasi bersifat resiprokal dan berkelanjutan. Hal inilah

yang pada akhirnya membentuk suatu hubungan ‘helping relationship’. Helping

relationship adalah hubungan yang terjadi diantara dua (atau lebih) individu

maupun kelompok yang saling memberikan dan menerima bantuan atau

dukungan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sepanjang kehidupan. Pada

konteks keperawatan hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara perawat

dan klien. Ketika hubungan antara perawat dan Klien terjadi, perawat sebagai

penolong (helper) membantu klien sebagai orang yang membutuhkan

pertolongan, untuk mencapai tujuan yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar manusia

klien.

Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), ada beberapa karakteristik seorang

helper (perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik,

yaitu:

1. Kejujuran

Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina

hubungan saling percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya pada lawan

Page 13: makalah komunikasi terapeutik

bicara yang terbuka dan mempunyai respons yang tidak dibuat-buat,

sebaliknya ia akan berhati-hati pada lawan bicara yang terlalu halus sehingga

sering menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya dengan kata-kata atau

sikapnya yang tidak jujur (Rahmat, J.,1996 dalam Suryani,2005).).

Sangat penting bagi perawat untuk menjaga kejujuran saat berkomunikasi

dengan klien, karena apabila hal tersebut tidak dilakukan maka klien akan

menarik diri, merasa dibohongi, membenci perawat atau bisa juga berpura-

pura patuh terhadap perawat.

2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif

Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan kata-

kata yang mudah dipahami oleh klien dan tidak menggunakan kalimat yang

berbelit-belit. Komunikasi nonverbal perawat harus cukup ekspresif dan

sesuai dengan verbalnya karena ketidaksesuaian akan menimbulkan

kebingungan bagi klien.

3. Bersikap positif

Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan lewat

komunikasi nonverbal sangat penting baik dalam membina hubungan saling

percaya maupun dalam membuat rencana tindakan bersama klien. Bersikap

positif ditunjukkan dengan bersikap hangat, penuh perhatian dan penghargaan

terhadap klien. Untuk mencapai kehangatan dan ketulusan dalam hubungan

yang terapeutik tidak memerlukan kedekatan yang kuat atau ikatan tertentu

diantara perawat dan klien akan tetapi penciptaan suasana yang dapat

membuat klien merasa aman dan diterima dalam mengungkapkan perasaan

dan pikirannya (Burnard,P dan Morrison P,1991 dalam Suryani,2005).

4. Empati bukan simpati

Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan

sikap diri perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan

klien seperti yang dirasakan dan dipikirkan klien (Brammer, 1993 dalam

Suryani,2005). Dengan bersikap empati perawat dapat memberikan

alternative pemecahan masalah karena perawat tidak hanya merasakan

permasalahan klien tetapi juga tidak berlarut-larut dalam perasaan tersebut

dan untuk berupaya mencari penyelesaian masalah secara objektif.

Page 14: makalah komunikasi terapeutik

5. Mampu melihat permasalahan dan kacamata klien

Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada

klien (Taylor, Lilis dan Le Mone, 1993), oleh karenanya perawat harus

mampu untuk melihat permasalahan yang sedang dihadapi klien dan sudut

pandang klien. Untuk mampu melakukan hal ini perawat harus memahami

dan memiliki kemampuan mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian.

Mendengarkan dengan penuh perbatian berarti mengabsorpsi isi dan

komunikasi (kata-kata dan perasaan) tanpa melakukan seleksi. Pendengar

(perawat) tidak sekedar mendengarkan dan menyampaikan respon yang di

inginkan oleh pembicara (klien), tetapi berfokus pada kebutuhan pembicara.

Mendengarkan dengan penuh perhatian menunjukkan sikap caring sehingga

memotivasi klien untuk berbicara atau menyampaikan perasaannya.

6. Menerima klien apa adanya

Seorang helper yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima klien apa

adanya. Jika seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam

menjalin hubungan interpersonal (Sullivan, 1971 dalam Antai Ontong, 1995

dalam Suryani, 2005). Nilai yang diyakini atau diterapkan oleh perawat

terhadap dirinya tidak dapat diterapkan pada klien, apabila hal ini terjadi maka

perawat tidak menunjukkan sikap menerima klien apa adanya.

7. Sensitif terhadap perasaan klien

Seorang perawat harus mampu mengenali perasaan klien untuk dapat

menciptakan hubungan terapeutik yang baik dan efektif dengan klien. Dengan

bersikap sensitif terhadap perasaan klien perawat dapat terhindar dan berkata

atau melakukan hal-hal yang menyinggung privasi ataupun perasaan klien.

8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri

Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu

yang ada pada saat mi, bukan atas masa lalunya, demikian pula terhadap

dininya sendiri.

I. Tahapan Komunikasi Terapeutik

Telah disebutkan sebelumnya bahwa komunikasi terapeutik merupakan

komunikasi yang terstruktur dan memiliki tahapan-tahapan. Stuart G.W, 1998

menjelaskan bahwa dalam prosesnya komunikasi terapeutik terbagi menjadi

Page 15: makalah komunikasi terapeutik

empat tahapan yaitu tahap persiapan atau tahap pra-interaksi, tahap perkenalan

atau orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi.

1. Tahap Persiapan/Pra-interaksi

Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik dirinya dengan

cara mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga

perawat mencari informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya. Setelah hal

ini dilakukan perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan

klien,

Tahapan im dilakukan oleh perawat dengan tujuan mengurangi rasa cemas

atau kecemasan yang mungkin dirasakan oleh perawat sebelum melakukan

komunikasi terapeutik dengan klien.

Kecemasan yang dialami seseorang dapat sangat mempengaruhi interaksinya

dengan orang lain (Ellis, Gates dan Kenworthy, 2000 dalam Suryani, 2005).

Hal ini disebabkan oleh adanya kesalahan dalam menginterpretasikan apa

yang diucapkan oleh lawan bicara. Pada saat perawat merasa cemas, dia tidak

akan mampu mendengarkan apa yang dikatakan oleh klien dengan baik

(Brammer, 1993 dalam Suryani, 2005) sehingga tidak mampu melakukan

active listening (mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian).

Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:

a. Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan mengidentifikasi

kecemasan.

b. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.

c. Mengumpulkan data tentang klien.

d. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.

2. Tahap Perkenalan/Orientasi

Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien dilakukan.

Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data dan rencana yang

telah dibuat sesuai dengan keadaan klien saat mi, serta mengevaluasi basil

tindakan yang telah lalu (Stuart.G.W, 1998).

Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:

a. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi

terbuka.

Page 16: makalah komunikasi terapeutik

b. Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan)

bersama-sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi

kembali kontrak yang telah disepakati bersama.

c. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang

umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan

terbuka.

d. Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.

Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini dengan baik

karena tahapan ini merupakan dasar bagi hubungan terapeutik antara perawat

dan klien.

3. Tahap Kerja

Tahap kerja merupakan inti dan keseluruhan proses komunikasi terapeutik

(Stuart,G.W,1998). Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam

komunikasi terapeutik karena didalamnya perawat dituntut untuk membantu

dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan

kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non

verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula perawat

mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu

membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh

klien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.

Di bagian akhir tahap mi, perawat diharapkan mampu menyimpulkan

percakapannya dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha

untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan

membantu perawat dan klien memiliki pikiran dan ide yang sama (Murray,B.

& Judith,P,1997 dalam Suryani,2005). Dengan dilakukannya penarikan

kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan bahwa keseluruhan

pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima dengan baik dan

benar-benar dipahami oleh perawat.

4. Tahap Terminasi

Terminasi merupakan akhir dan pertemuan perawat dan klien. Tahap tenninasi

dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart,G.W,1998).

Terminasi sementara adalah akhir dan tiap pertemuan perawat dan klien,

Page 17: makalah komunikasi terapeutik

setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada

waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati

bersama. sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah

menyelesaikan seluruh proses keperawatan.

Tugas perawat dalam tahap ini adalah:

Mengevaluasi pencapaian tujuan dan interaksi yang telah dilaksanakan (evaluasi

objektif). Brammer dan McDonald (1996) menyatakan bahwa meminta klien

untuk menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan merupakan sesuatu

yang sangat berguna pada tahap ini.

Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien setelah

berinteraksi dengan perawat.

Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindak lanjut

yang disepakati harus relevan dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau

dengan interaksi yang akan dilakukan selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam

tahap orientasi pada pertemuan berikutnya.

J. Tehnik Komunikasi Terapeutik

1. Mendengar aktif; Mendengar mempunyai arti: konsentrasi aktif .dan persepsi

terhadap pesan orang lain yang menggunakan semua indra, Liendberg et al,

cit Nurjanah (2001)

2. Mendengar pasif; Mendengar pasif adalah kegiatan mendengar dengan

kegiatan non verbal untuk klien. Misalnya dengan kontak mata,

menganggukkan kepala dan juga keikutsertaan secara verbal

3. Penerimaan: Yang dimaksud menerima adalah mendukung dan menerima

informasi dengan tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak

menilai. Penerimaan bukan berarti persetujuan. Menunjukkan penerimaan

berarti kesediaan mendengar tanpa menunjukkan keraguan atau

ketidaksetujuan.

4. Klarifikasi; Klarifikasi sama dengan validasi yaitu menanyakan kepada klien

apa yang tidak dimengerti perawat terhadap situasi yang ada. Klarifikasi

dilakukan apabula pesan yang disampaikan oleh klien belum jelas bagi

perawat dan perawat mencoba memahami situasi yang digambarkan oleh

klien.

Page 18: makalah komunikasi terapeutik

5. Fokusing; Fokusing adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk

membatasi area diskusi sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan

dimengerti, Stuart & Sundeen, cit Nurjanah (2001).

6. Observasi; Observasi merupakan kegiatan mengamati klien/orang lain.

Observasi dilakukan apabila terdapat konflik antara verbal dan non verbal

klien dan saat tingkah laku verbal dan non verbal nyata dan tidak biasa ada

pada klien, Stuart & Sundeen, cit Nurjanah (2001). Observasi dilakukan

sedemikian rupa sehingga klien tidak menjadi malu atau marah.

7. Menawarkan informasi; Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan

untuk mendapatkan respon lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari

menawarkan informasi adalah akan memfasilitasi komunikasi, mendorong

pendidikan kesehatan, dan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan,

Stuart & Sundeen, cit, Nurjanah, (2001). Penahanan informasi pada saat klien

membutuhkan akan mengakibatkan klien tidak percaya. Hal yang tidak boleh

dilakukan adalah menasehati klien pada saat memberikan informasi.

8. Diam (memelihara ketenangan); Diam dilakukan dengan tujuan mengorganisir

pemikiran, memproses informasi, menunjukkan bahwa perawat bersedia

untuk menunggu respon. Kediaman ini akan bermanfaat pada saat klien

mengalami kesulitan untuk membagi persepsinya dengan perawat. Diam

tidak dapat dilakukan dalam waktu yang lama karena akan mengakibatkan

klien menjadi khawatir. Diam dapat juga diartikan sebagai mengerti, atau

marah. Diam disini juga menunjukkan kesediaan seseorang untuk menanti

orang lain agar punya kesempatan berpikir, meskipun begitu diam yang tidak

tepat menyebabkan orang lain merasa cemas.

9. Assertive: Assertive adalah kemampuan dengan secara meyakinkan dan

nyaman mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai

hak orang lain, Nurjanah, 2001.

10. Menyimpulkan; Membawa poin-poin penting dari diskusi untuk

meningkatkan pemahaman. Memberi kesempatan untuk mengklarifikasi

komunikasi agar sama denga ide dalam pikiran, Varcarolis, cit, Nurjanah,

2001.

Page 19: makalah komunikasi terapeutik

11. Giving recognition (memberiakn pengakkuan/penghargaan); Memberi

penghargan merupakan tehnik untuk memberikan pengakkuan dan

menandakan kesadaran, Schultz & Videbeck, cit, Nurjanah, 2001.

12. Offering Sel (menawarakan diri); Menawarkan diri adalah menyediakan diri

anda tanpa respon bersyarat atau respon yang diharapkan, Schultz &

Videbeck.cit. Nurjanah, 2001

13. Offering general leads (memberikan petunjuk umum); Mendukung klien

untuk meneruskan, Schultz & Videbeck cit, Nurjanah, 2001

14. Giving broad opening (memberikan pertanyaan terbuka): Mendorong klien

untuk menyeleksi topik yang akan dibicarakan. Kegiatan ini bernilai

terapeuitik apabila klien menunjukkan penerimaan dan nilai dari inisiatif klien

dan menjadi non terapeuitk apabila perawatan mendominasi interaksi dan

menolak res[pon klien, Stuart % Sundeen, cit, Nurjanah, 2001.

15. Placing the time in time/sequence (penempatan urutan/waktu); Melakukan

klarifikasi antara waktu dan kejadian atau antara satu kejadian dengan

kejadian lain. Teknik bernilai terapeutik apabila perawat dapat

mengeksplorasi klien dan memahami masalah yang penting. Tehnik ini

menjadi tidak terapeutik bila perawat memberikannasehat, meyakinkan atau

tidak mengakui klien.

16. Encourage deskripition of perception (mendukung deskripsi dari persepsi);

Meminta kepada klien mengungkapkan secara verbal apa yang dirasakan atau

diterima, Schulz & Videbeck, cit, Nurjanah, 2001

17. Encourage Comparison (mendukung perbandingan); Menanyakan kepada

klien mengenai persamaan atau perbedaan

18. Restating (mengulang) Restating; adalah pengulangan pikiran utama yang

diekspresiakn klien, Stuart & Sundeen, Cit Nurjanah, 2001.

19. Reflekting (Refleksi): Digunakan pada saat klien menanyakan pada perawat

tentang peneliaian atau kesetujuannya. Tehnik ini akan membantu perawat

untuk tetap memelihara pendekatan yang tidak menilai, Boyd & Nihart, cit,

Nurjanah

20. Eksploring (Eksporasi); Mempelajari suatu topik lebih mendalam

Page 20: makalah komunikasi terapeutik

21. Presenting reality (menghadikan realitas/kenyataan); Menyediakan informasi

dengan perilaku yang tidak menilai

22. Voucing doubt (menunjukkan keraguan); Menyelipkan persepsi perawat

mengenai realitas. Tehnik ini digunakan dengan sangat berhati-hati dan hanya

pada saat perawat merasa yakin tentang suatu yang detil. Ini digunakan pada

saat perawat ingin memberi petunjuk pada klien mengenai penjelasan lain.

23. Seeking consensual validation; Pencarian pengertian mengenai komunikasi

baik oleh perawat maupun klien. Membantu klien lebih jelas terhadap apa

yang mereka pikirkan.

24. Verbalizing the implied: Memverbalisasikan kata-kata yang klien tunjukkan

atau anjuran.

25. Encouraging evaluation (mendukung evaluasi): Perawat membantu klien

mempertimbangkan orang dan kejadian kedalam nilai dirinya

26. Attempting to translate into feeling (usaha menerjemahkan perasaan);

Membantu klien untuk mengidentifikasi perasaan berhubungan dengan

kejadian atau pernyataan .

27. Suggesting collaborating (menganjurkan kolaborasi): Penekanan kegiatan

kerja dengan klien tidak menekan melakukan sesuatu untuk klien.

Mendukung pandangan bahwa terdapat kemungkinan perubahan melalui

kolaborasi.

28. Encouragingformulation of plan of action (mendukng terbentuknya rencana

tindakan): Memberikan kesempatan pada klien untuk mengantisipasi

alternative dari tindakan untuk masa yang akan datang.

29. Estabilising guidelines (menyediakan petunjuk); Statemen yang

menunjukkan peran, tujuan dan batasan untuk interaksi. Hal ini akan

menolong klien untuk mengetahui apa yang dia harapkan dari dirinya.

30. Open- ended comments (komentar terbuka-tertutup): Komentar secara umum

untuk menentukan arah dari interaksi yang seharusnya dilakukan. Hal ini akan

mengijinkan klien untuk memutuskan apa topik/materi yang paling relevan

dan mendukung klien untuk meneruskan interaksi.

Page 21: makalah komunikasi terapeutik

31. Reducing distant (penurunan jarak); Menurunkan jarak fisik antara perawat

dank lien. Hal ini menunjukkan komunikasi non verbal dimana perawat ingin

terlibat dengan klien.

32. Humor; Dugan (1989) menyebutkan humor sebagai hal yang penting dalam

komunikasi verbal dikarenakan: tertawa mengurangi keteganan dan rasa sakit

akibat stress, serat meningkatkan keberhasilan asuhan keperawatan .

K. Sikap Dalam Melakukan Komunikasi Terapeutik

Egan (1998) dalam Kozier,et.al (2004), telah menggambarkan lima cara yang

spesifik untuk menunjukkan kehadiran secara fisik ketika melaksanakan

komunikasi terapeutik, yang ia definisikan sebagai sikap atas kehadiran atau

keberadaan terhadap orang lain atau ketika sedang berada dengan orang lain.

Berikut adalah tindakan atau sikap yang dilakukan ketika menunjukkan kehadiran

secara fisik :

1. Berhadapan dengan lawan bicara

Dengan posisi ini perawat menyatakan kesiapannya (“saya siap untuk anda”).

2. Sikap tubuh terbuka; kaki dan tangan terbuka (tidak bersilangan)

Sikap tubuh yang terbuka menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk

mendukung terciptanya komunikasi.

3. Menunduk/memposisikan tubuh kearah lebih dekat dengan lawan bicara

Hal ini menunjukkan bahwa perawat bersiap untuk merespon dalam

komunikasi (berbicara mendengar).

4. Pertahankan kontak mata, sejajar, dan natural

Dengan posisi mata sejajar perawat menunjukkan kesediaannya untuk

mempertahankan komunikasi.

5. Bersikap tenang

Akan lebih terlihat bila tidak terburu-buru saat berbicara dan menggunakan

gerakan/bahasa tubuh yang natural.

Page 22: makalah komunikasi terapeutik

DAFTAR PUSTAKA

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan. Jakarta : Graha Ilmu.

Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik Teori Dan Praktik. Jakarta : EGC

http://jancokan.com

http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/komunikasi-terapeutik.html

http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/03/komunikasi-terapeutik.html

http://www.lusa.web.id/komunikasi-terapeutik/