komunikasi persuasi.docx ucok

28
KOMUNIKASI PERSUASI, MANAJEMEN DAN PENDEKATAN KOMUNIKASI MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi Oleh : NAMA : 1. Muhammad Fauzi 13 01 0007 2. Rahmadani Sitanggang 13 01 0005 JURUSAN : DAKWAH

Upload: dimasadrian

Post on 15-Dec-2015

27 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

komunikasi

TRANSCRIPT

KOMUNIKASI PERSUASI, MANAJEMEN

DAN PENDEKATAN KOMUNIKASI

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi

Oleh :

NAMA : 1. Muhammad Fauzi

13 01 0007

2. Rahmadani Sitanggang

13 01 0005

JURUSAN : DAKWAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

UISU PEMATANGSIANTAR

2013

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan Rahmat-Nyalah maka penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Komunikasi Persuasi, Manajemen Dan Pendekatan Komunikasi”, yang menurut penulis dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari Ilmu Komunikasi lebih mendalam.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang penulis buat kurang tepat.

Dengan ini penulis mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Pematangsiantar, 22 februari 2014

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kita semua pasti pernah bahkan sering menyaksikan iklan ‘teh sari wangi’ di televisi. Dengan tema ‘tempat favorit’ yang menceritakan tentang pasangan suami istri yang melakukan kesalahan dikarenakan kurang memahami pesan yang disampaikan oleh suami. Suami mengatakan kepada sang istri untuk ketemuan di tempat favorit. Sang istri sudah berjam – jam menunggu sang suami di tempat favoritnya namun sang suami yang menjanjikan untuk ketemuan belum datang juga. Di tempat lain sang suami sudah gelisah menunggu sang istri yang katanya bisa memenuhi permintaannya namu belum muncul juga.

Atau dalam contoh lain, Seorang anak kecil dalam suatu keluarga dibiasakan oleh ibunya untuk mengatakan “Nyanyi” bila ia ingin buang air kecil karena sang ibu tidak ingin tamunya terganggu ketika si anak ingin buang air kecil saat kedatangan tamu.

Suatu saat sang anak menginap di rumah neneknya dan ketika ingin buang air kecil, ia berteriak kepada neneknya “nek,adi ingin nyanyi nek”, “ah bagus, mari sini di kuping nenek”, jawab nenek dengan gembiranya sambil tidur dengan tubuh miring dan memejamkan matanya . Kontan saja nenek yang tidak mengerti bahasa ajaib itu berteriak kaget ketika si cucu “menyanyikan lagunya”.

Apa yang salah di sini???

Kemampuan berkomunikasi secara baik dan benar serta efektif sangat penting dikuasai karena mempunyai peranan yang sangat vital sekali dalam hidup dan kehidupan manusia. Baik dalam berinteraksi dengan keluarga, tetangga dan msyarakat luas maupun dengan diri sendiri. Kesalahan besar sering kali terjadi dikarenakan hal – hal kecil kurangnya pemahaman kita tentang apa yang sedang dibicarakan rang lain.

2. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah mengenai pentingnya pandangan hidup bagi anak mempunyai tujuan ,

antaralain :

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi

2. Menambah pengetahuan dasar mengenai Ilmu Komunikasi Persuasi

3. Mahasiwa dapat mengetahui pentingnya Ilmu Komunikasi

3. Manfaat Makalah

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai referensi tambahan dalam pembelajaran

BAB II

PEMBAHASAN

1. Komunikasi Persuasi

1.1Pengertian Persuasi

Istilah persuasif diambil dari istilah bahasa Inggris “persuation” yang juga berasal dari

bahasa latin “persuasio” persuasi mengandung bujukan, merayu, meyakinkan dsb.

1.2 Pengertain Persuasif Menurut Para Ahli

1. Kenneth E. Anderson 1972:218

Menyatakan bahwa persuasif adalah proses komunikasi antar individu dimana komunikator mengunakan simbol – simbol untuk mempengaruhi pikiran si penerima sebagai dengan sendirinya, komunikator dapat merubah tingkah laku dan perbuatan audienns.

2. Erwin P. Betinghaus

Dalam bukunya “persuasive communication 1973 : 10” menjelaskan bahwa mempengaruhi pemikiran dan perbuatan seseorang, hubungan aktivitas antara pembicara dan pendengar dimana pembicara berusaha mempengaruhi tingkah laku pendengar melalui perantara pendengaran dan penglihatan.

Jadi pengertian persuasi adalah suatu teknik mempengaruhi manusia dengan jalan memanfaatkan atau mengunakan data dan fakta pshycolos dan sosiologi dari komunikasi yang hendak dipengaruhi.

Pada umumnya sikap-sikap individu/ kelompok yang hendak dipengaruhi ini terdiri dari tiga komponen:

Kognitif – perilaku dimana individu mencapai tingkat “tahu” pada objek yang diperkenalkan.

Afektif – perilaku dimana individu mempunyai kecenderungan untuk suka atau tidak suka pada objek.

Konatif – perilaku yang sudah sampai tahap hingga individu melakukan sesuatu (perbuatan) terhadap objek.

Kepercayaan/ pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercaya dapat mempengaruhi sikap mereka dan pada akhirnya mempengaruhi perilaku dan tindakan mereka terhadap sesuatu. Merubah pengetahuan seseorang akan sesuatu dipercaya dapat merubah perilaku mereka. Walaupun ada kaitan antara kognitif, afektif, dan konatif – keterkaitan ini tidak selalu berlaku lurus atau langsung.

Contoh:

Budi tahu/ percaya (kognitif) bahwa mobil Mercy itu mobil yang bagus. Budi juga senang (afektif) melihat bentuk mobil tersebut saat melenggang di jalan. Tetapi Budi tidak akan membeli mobil mercy (konatif), karena ia tidak punya uang.

1.3 Teori-teori Tentang Persuasi

1).Kejelasan tujuan.

Tujuan komunikasi persuasif adalah untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku. Apabila bertujuan untuk mengubah sikap maka berkaitan dengan aspek afektif, mengubah pendapat maka berkaitan dengan aspek kognitif, sedangkan mengubah perilaku maka berkaitan dengan aspek motorik.

2). Memikirkan secara cermat orang yang dihadapi.

Sasaran persuasi memiliki keragaman yang cukup kompleks. Keragaman tersebut dapat dilihat dari karakteristik demografis, jenis kelamin, level pekerjaan, suku bangsa, hingga gaya

hidup. Sehingga, sebelum melakukan komunikasi persuasif sebaiknya persuader mempelajari dan menelusuri aspek-aspek keragaman sasaran persuasi terlebih dahulu.

3). Memilih strategi komunikasi yang tepat.

Strategi komunikasi persuasif merupakan perpaduan antara perencanaan komunikasi

persuasif dengan manajemen komunikasi. Hal yang perlu diperhatikan seperti siapa sasaran persuasi, tempat dan waktu pelaksanaan komunikasi persuasi, apa yang harus disampaikan, hingga mengapa harus disampaikan.

Ketika melakukan persuasi, perhatian kita dapat terpusat pada upaya mengubah atau memperkuat sikap atau kepercayaan sasaran persuasi, atau pada upaya mengajak mereka untuk bertindak dengan cara tertentu. Dari penjelasan tersebut, terdapat tiga konsep yang perlu kita uraikan,yaitu:

1).Sikap

Sikap adalah suatu kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu. Melalui komunikasi persuasif, seorang receiver (penerima pesan) dapat berubah sikap karena paparan informasi dari sender (pengirim pesan). Menurut Martin Fishbein, sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberi reaksi yang menyenangkan, tidak menyenangkan, atau netral terhadap suatu objek atau sebuah kumpulan objek.

Sasaran perubahan sikap tersebut meliputi aspek dasar sikap manusia yaitu aspek afektif (kesukaan atau perasaan terhadap suatu objek), kognitif (keyakinan terhadap sebuah objek), dan motorik / perilaku (tindakan terhadap objek) dengan uraian sebagaiberikut:

a).Sasaran aspek kognitif dalam komunikasi persuasif

Dalam proses ini, pesan yang berkaitan dengan objek sikap disampaikan kepada individu,

agar ia bersedia menyetujui ide-ide yang termuat dalam pesan tersebut. Proses kognitif berjalan saat

proses persuasif terjadi, sampai akhirnya individu memutuskan setuju atau tidak setuju terhadap

objek sikap. Seperti yang diterangkan Muzafer Sherif dalam Social Judgement Theory ketika

seseorang menerima pesan. Ia akan dihadapkan pada tiga pilihan zona sikap. Zona penerimaan, penolakan, dan netral. Lalu, bagaimana seseorang itu akan menyesuaikan diri dengan pesan tersebut berdasarkan seberapa besar / dalam kepentingannya terhadap pesan tersebut. Menurut Sherif, persuasi terdiri dari dua proses. Proses pertama terjadi ketika seseorang menerima/mendengar pesan kemudian mengevaluasinya (apakah pesan itu penting untuknya). Kemudian proses yang kedua terjadi ketika seseorang itu menyesuaikan sikapnya (menajuh/mendekati) pesan. Mengevaluasi tersebut adalah proses kognitif seseorang ketika menerima pesan.

b). Sasaran aspek afektif dalam komunikasi persuasif

Pada bagian ini proses afektif atau emosi yang akan dijadikan pokok bahasan. Ketika pesan persuasi disampaikan, pesan tersebut akan menyentuh dan mempengaruhi aspek emosi individu yang dijadikan sasaran persuasi. Berkaitan dengan respon seseorang terhadap pesan, Pavlov dalam prinsip classical atau respondent conditioning mengemukakan bahwa seseorang akan bersikap positif terhadap objek yang sering disajikan bersamaan dengan stimulus positif, begitupun sebaliknya, seseorang akan bersikap negative terhadap objek yang disajikan bersamaan dengan stimulus negatif. Prinsip tersebut berkaitan dengan proses afektif seseorang ketika menerima pesan.

c). Sasaran aspek motorik/perilaku dalam komunikasi persuasif.

Proses motorik seseorang ketika menerima pesan dapat diterangkan berdasarkan cognitive dissonance theory. Dalam teori ini, Leon Festinger mengatakan bahwa:

The tension of dissonance motivates us to change either our behavioral or our belief in an effort to avoid that distressing feeling. The more important of the issue is to us and the greater the discrepancy is between our behavior and our belief, the higher is the magnitude of dissonance we willfeel.

(Tensi disonansi memotivasi kita untuk berubah, baik perilaku kita atau keyakinan kita, dalam upaya untuk menghindari perasaan tertekan. Semakin penting isu (pesan) untuk kita dan semakin besar perbedaan di antara perilaku dan keyakinan kita, maka semakin tinggi besarnya disonansi yang akan kita rasakan.)

Menurut teori ini, perubahan sikap dapat terjadi karena adanya cognitive dissonance. Ketika seseorang mendapat pesan baru dan telah dikuasai (dilakukan) nya, terjadi proses ketidakselarasan antara perilaku dengan keyakinan dan respon afektif yang sifatnya pribadi. Atau dengan kata lain perubahan sikap dapat terjadi karena adanya keinginan seseorang untuk menghilangkan keadaan ketidakcocokan/ketidaknyamanan.

2).Kepercayaan

Kepercayaan adalah rasa yakin akan adanya sesuatu atau akan kebenaran sesuatu. Kepercayaan timbul akibat dari percampuran observasi pengalaman, bukti dari pihak kedua, juga motivasi yang kompleks. Martin Fishbein mengatakan bahwa kepercayaan adalah: hipotesis bahwa suatu objek itu ada dan bahwa hubungan yang terjadi diantara objek dengan pertimbangan objek-objek yang lainnya. Sehingga menurut definisi tersebut, terdapat dua kepercayaan yaitu kepercayaan kepada objek dan kepercayaan tentang objek. Kepercayaan kepada objek seperti Fulan sedang mengalami cedera. Kepercayaan tentang objek seperti cedera yang dialami Fulan tidak akan berlangsung lama.

3).Perilaku

Perilaku dalam persuasi mengacu pada tindakan yang jelas atau dapat diamati. Seperti orang yang membuang sampah pada tempatnya, membeli motor, berolahraga, membersihkan pekarangan; semua contoh tersebut merupakan perilaku, karena tindakan – tindakan tersebut dapat diamati.

Perilaku merupakan tindakan dari sikap kita terhadap sesuatu. Seperti perilaku membuang sampah pada tempatnya merupakan salah satu tindakan yang terlihat dari orang yang memiliki sikap sadar akan kebersihan. Baron dan Byrne mengatakan bahwa:

Tampaknya sikap mempengaruhi tingkah laku melalui dua mekanisme yang berbeda. Ketika kita dapat memberikan pemikiran yang mendalam terhadap sikap kita, intensi yang berasal dari sikap kita dapat memprediksikan dengan kuat tingkah laku kita. Sementara dalam situasi dimana kita tidak dapat melakukan pertimbangan tersebut, sikap mempengaruhi tingkah laku dengan membentuk persepsi kita terhadap situasi tersebut.

1.3.1 Elemen Utama dalam Persuasi

DeVito menjelaskan bahwa terdapat tiga alat utama dalam melakukan komunikasi persuasif, yaitu:

1). Penalaran dan Bukti

Penalaran merupakan proses yang dijalani dalam membentuk kesimpulan berdasarkan bukti yang ada. Dalam melakukan penalaran memerlukan bukti-bukti pendukung yang kuat, baru, dan netral atau tidak memihak.

2). Daya Tarik Psikologis

Daya tarik psikologis dipusatkan pada motif kekuatan-kekuatan yang menyemangati seseorang untuk mengembangkan, mengubah, atau memperkuat sikap atau cara perilaku tertentu. Motif yang dapat menjadi sasaran daya tarik psikologis dapat berupa rasa takut, kekuasaan, kendali, pengaruh, pengakuan, hingga ekonomi (keuangan).

3). Daya Tarik Kredibilitas

Kredibilitas mengacu pada kualitas daya persuasi yang bergantung pada persepsi khalayak akan karakter pembicara. Baron dan Byrne menjelaskan dalam Psikologi Sosial bahwa komunikator yang kredibel – yang tahu akan apa yang mereka bicarakan atau ahli mengenai topik atau isu yang mereka sampaikan – lebih persuasif daripada komunikator yang bukan ahlinya. Gamble dan Gamble menerangkan tentang seseorang yang kredibel sebagai berikut:

“If your listener accept you as credible, they probably believe that you are a person of good character (trustworthy and fair) and are knowlegeable (trained, competent to discuss your topic, and reliable as source of information) and personable (dynamic, charimatic, active, and energetic). As a result, your ideas are more likely to get a fair hearing.”

(Jika pendengar menerima Anda sebagai seseorang yang kredibel, mereka mungkin percaya bahwa Anda adalah orang dengan karakter yang baik (yang dapat dipercaya dan adil), berpengetahuan (terlatih, kompeten untuk mendiskusikan topik Anda, dan dapat diandalkan sebagai sumber informasi), berkepribadian (dinamis, kharimatik, aktif, dan energik). Sebagai hasilnya, pemikiran-pemikiran Anda lebih mungkin untuk didengarkan.)

1.3.2 Prinsip – Prinsip Persuasi

Ada empat prinsip utama yang dapat dimanfaatkan dalam komunikasi persuasif. Prinsip tersebut dapat digunakan sebagai landasan untuk keberhasilan mengubah sikap, kepercayaan, dan mengajak sasaran persuasi untuk berbuat sesuatu. DeVito menerangkan prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1). Prinsip Pemaparan Selektif

Prinsip ini menerangkan bahwa: (1) pendengar akan secara aktif mencari informasi yang mendukung opini, nilai, keputusan, perilaku, dan motivasi mereka (2) pendengar akan secara aktif menghindari informasi yang bertentangan dengan opini, nilai, keputusan, perilaku, dan motivasi mereka. Ketika proses meyakinkan sasaran persuasi akan dilangsungkan, maka pemaparan selektif akan terjadi. Pemaparan tersebut terjadi secara induktif, artinya objek persuasi disimpan terlebih dahulu setelah menyampaikan bukti dan argumen, kemudian kaitkan bukti dan argumen tersebut pada pesan atau tujuan persuasi.

2). Prinsip Partisipasi Khalayak

Khalayak yang dimaksudkan disini adalah sasaran persuasi. Komunikasi persuasif akan lebih efektif apabila khalayak turut berpartisipasi dalam proses komunikasi. Persuasi bersifat transaksional dimana pembicara dan pendengar saling terlibat. Persuasi dapat dikatakan berhasil apabila khalayak berpartisipasi secara aktif.

3). Prinsip Inokulasi

Prinsip ini berbicara tentang menghadapi sasaran persuasi yang terinokulasi – sasaran yang telah mengetahui posisi persuader dan telah menyiapkan senajata berupa argumen untuk menentangnya (persuader). Sehingga seorang persuader perlu persiapan seperti beberapa argumen dalam komunikasi yang akan dilakukan. Proses persuasi dilakukan perlahan, tidak mengandung penyerangan secara total namun secara sedikit demi sedikit.

4). Prinsip Besaran Perubahan

Prinsip ini mengatakan bahwa semakin besar dan semakin penting perubahan yang diinginkan persuader, maka semakin besar tantangan dan tugas untuk mencapai tujuan persuasi. Sehingga, persuasi diarahkan untuk melakukan perubahan kecil atau sedikit demi sedikit terlebih dahulu dan diperlukan untuk periode yang cukup lama.

1.4. Kampanye persuasi.

Media massa merupakan sarana persuasi yang efektif dan efisien bagi partai politik untuk berkampanye, hal ini disebabkan karena media massa bisa menjangkau banyak pemilih yang menjadi target dengan waktu yang cepat dan beaya yang relatif murah. Adalah tidak mungkin, khususnya dari sisi waktu, bagi tim sukses kampanye partai politik untuk mendatangi target pemilih mereka secara langsung atau ‘door to door’. Penggunaan media massa adalah cara yang sangat memungkinkan untuk ‘bertemu langsung’ dengan target pemilih melalui representasi media massa baik cetak maupun elektronik bagi para tim pelaksana kampanye. Mereka bisa menggunakan berbagai cara yang bisa dipublikasikan melalui media cetak maupun elektronik, bahkan mereka juga bisa berkomunikasi secara langsung melalui program ‘live show’ televisi maupun siaran radio; juga mereka bisa mengumpulkan pendapat, saran, komentar ataupun kritik, mengadakan ‘polling’ atau jajak pendapat melalui media massa cetak maupun elektronik. Berbagai macam cara bisa mereka ciptakandan mereka untuk berkomunikasi dalam usaha memikat calon pemilih.

Contohnya peluang ini ditangkap oleh Partai Nasional Demokrat dengan berkampanye melalui iklan. Seringnya pemutaran, Durasi, kalimat yang persuasive, bentuk empati dan tag line yang meneguhkan menjadikan secara tidak langsung partai baru yakni Nasional Demokrat menjadi pusat perhatian dan kedepannya bisa mempengaruhi public, yang pada akhirnya sesuai tujuannya yakni mengikat hati hingga pada loyalitas masyarakat,untuk mendukunggnya. Bahkan yang sudah menjadi market dari partai lain dapat berpaling dan memihak partai Nasional Demokrat hal ini disebabkan pengaruh media massa yang secara terus menerus mempublikasikan partai Pasional Demokrat.

Kekuatan iklan partai Nasional Democrat dapat sebagai strategi persuasi dapat kita lihat melalui media massa cetak, elektronik (Televisi) serta internet.

1.4.1 Kekuatan Media Massa Cetak.

Media massa cetak yang dalam konteks ini dibatasi dalam bentuk surat kabar dan majalah, merupakan sarana komunikasi dan persuasi bagi para praktisi politik, para partisan politik, dan para pemerhati politik. Sebagai sarana komunikasi, media massa cetak tersebut dimanfaatkan untuk mensosialisasikan visi dan misi dari partai politik, kandidat presiden, dimana memberikan informasi selengkap dan semenarik mungkin berkait dengan program-program jangka panjang dan pendek sebagai perwujudan pelaksanaan visi dan misi partai politik dan para kandidat, memberikan liputan dalam kolom reguler maupun kolom khusus berkait dengan kampanye mereka, menyampaikan biografi dan karya-karya para kandidat berikut rencana kerja mereka. Informasi-informasi tersebut dikemas sedemikian rupa dalam aneka bentuk publikasi – liputan berita, sehingga menjadi berguna dan menarik bagi para calon pemilih. Kemasan publikasi dalam media massa cetak seperti ini – baik dalam surat kabar harian maupun dalam majalah mingguan atau dwi-mingguan ataupun bulanan – dimaksudkan sebagai sarana persuasi agar para calon pemilih tertarik, terpikat kepada calon presiden yang disosialisasikan dan dipopularitaskan dalam kampanye tersebut.

Media massa cetak tersebut bisa menarik karena sifatnya yang lama dalam pengertian bahwa informasi yang dipublikasikan tersebut bisa disimpan tanpa harus melakukan ‘recording’ sebagaimana dalam media massa siaran; dan kemudian informasi tersebut bisa mudah didapatkan kembali sewaktu-waktu diperlukan. Dengan demikian media massa cetak bukan merupakan media komunikasi, informasi, dan persuasi yang lewat begitu saja sebagaimana yang terjadi dalam media massa siaran baik radio maupun televisi. Di sinilah letak kekuatan media massa cetak.

Selain karena hal tersebut di atas, informasi media massa cetak juga mempunyai kekuatan bagi kalangan tertentu, khususnya bagi golongan berpendidikan. Informasi ataupun data dalam bentuk cetak sangat digemari oleh kalangan sebagaimana tersebut di atas. Mereka membutuhkan informasi dan data dalam bentuk cetakan karena jenis ini pada umumnya merupakan hasil suatu observasi dan analisis yang cukup mendalam dan representatif yang bisa menjadi acuan bagi mereka baik untuk kepentingan mereka sendiri maupun untuk kepentingan lainnya.

Hal ini diperkuat oleh pendapat Kenneth Janda dan kawan-kawan (1987:337) yang menyatakan bahwa “Although more people today depend on television than on newspaper for news, those with more education rely more on newspapers. Newspapers usually do a more thorough job of informing the public about politics.” Pendapat senada juga disampaikan oleh William L. Rivers dan kawan-kawan (2003:307) bahwa secara umum, berdasarkan kesimpulan dari berbagai studi, orang berpendidikan tinggi lebih menyukai media cetak atau media bacaan dibandingkan dengan media siaran; sedangkan mereka yang berpendidikan menengah lebih menyukai televisi.

1.4.2 Kekuatan Media Siaran (Televisi).

Dewasa ini televisi memang merupakan media massa yang paling komunikatif dan paling digemari oleh kedua belah pihak (para politisi, parpol dan para pemilik hak pilih) karena televisi mempunyai sifat yang berbeda dari media massa lainnya, yaitu bahwa televisi merupakan perpaduan audio-visual sehingga dengan demikian televisi memberikan kesan sebagai penyampai isi atau pesan seolah-olah secara langsung antara komunikator (pembawa acara atau pengisi acara) dengan komunikan (pemirsa). Informasi yang disampaikan melalui televisi mudah dimengerti karena secara bersamaan bisa didengar dan dilihat.

Frank Allen Philpot dari Universitas Stanford (Rivers 2003:226) menyatakan bahwa liputan televisi lebih disukai para politisi karena liputan itu nampak lebih nyata dan akrab daripada foto atau kutipan pembicaraan mereka yang dipublikasikan lewat surat kabar, apalagi televisi bisa melakukan siaran langsung sehingga lebih dipercaya karena tidak dapat diedit seperti halnya media massa cetak. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Darlisa Crawford (2004:1) yang menyatakan bahwa di antara media massa yang ada, televisi merupakan ‘the most important provider of election media coverage’.

Bentuk penayangan iklan politik dipilih sebagai salah satu bentuk siaran televisi dalam rangka mensukseskan pelaksanaan kampanye partai politik atau pun pemilihan presiden. Dari penayangan jenis ini pemirsa bisa mendapatkan informasi berkait dengan visi-misi dan program kerja yang dijanjikan; selain itu, pemirsa juga disodori penayangan figure partai politik atau kandidat presiden yang sengaja ditonjolkan supaya mempunyai ‘nilai jual’, artinya supaya bisa memikat calon pemilih. Para kandidat presiden atau partai politik dijadikan ikon-ikon baru (bisa juga disebut sebagai aktor-aktor baru) yang sengaja ditonjolkan dalam penayangan tersebut. Semua bentuk aneka penayangan iklan politik, pada prinsipnya, merupakan suatu alat yang dipakai untuk mempengaruhi publik, khususnya pemilik hak pilih, supaya memilih kandidat presiden yang ditayangkan atau memperkuat dan memperteguh pendirian calon pemilih yang sudah menentukan pilihan mereka.

Oleh karena itu, diperlukan cara-cara penayangan yang sedemikian rupa sehingga mampu memberi kesan positip bagi pemirsa dan selanjutnya mampu mengoptimalkan ikatan emosional para calon pemilih baik yang belum menentukan pilihan maupun yang sudah menentukan pilihan.

Menurut Yusuf Maulana (2004:5), pengelolaan kesan merupakan bagian terpenting dalam komunikasi politik. Visualisasi tubuh dan artikulasi verbal dari para kandidat maupun tim sukses atau para aktor dan narrator dalam penayangan tersebut merupakan bagian dari fungsi bahasa yang harus diperhatikan sehingga dengan demikian penayangan itu merupakan hasil dari pengolahan citra melalui bahasa, yang menurut istilah Ben Anderson gejala ini disebut ‘penopengan’ yang mereduksi, bahkan mendistorsi pesan yang seharusnya tampil sebagaimana adanya. Dalam kampanye, tentunya, kesan atau citra yang ingin diperoleh adalah yang positip-persuasif yang kemudian mampu mendapatkan perhatian dari para pemirsa, yang akhirnya mampu mengubah persepsi atau memperteguh persepsi untuk memilih kandidat presiden yang dikehendaki dalam penayangan tersebut.

1.4.3 Kekuatan Media Internet.

Selain media massa, kini para praktisi maupun partisan politik juga menggunakan media internet dalam websites sebagai sarana komunikasi, informasi, dan persuasi berkaitan dengan pemilihan yang berlangsung. Hal ini bisa dilihat dari makin banyaknya situs-situs di internet (websites) yang menyediakan informasi dalam arti luas (tulisan, audio-visual) berkaitan dengan partai politik ataupun kandidat presiden. Situs-situs tersebut memberikan informasi lengkap dan persuasif karena situs-situs tersebut merupakan tampilan gabungan dari media cetak dan media audio-visual. Situs-situs bisa menampilkan seperti apa yang dipublikasikan oleh media massa cetak sekaligus juga bisa menampilkan sebagaimana yang disiarkankan oleh televisi.

Kekuatan media internet dikarenakan jangkauan yang luas. Hal ini dikarenakan internet dapat diakses oleh siapa saja dan diamanapun ia berada. Kemudahan lainnya dapat diakses kapan saja, lebih mudah atau lebih cepat dalam dalam mencari informasi, hal ini dikarenakan datanya tersimpan dan tersusun secara rapi.Kemudahan-kemudahan inilah yang secara tidak langsung membentuk opini tentang sebuah partai politik atau kandidat presiden., karena data yang ada dan selalu dipublikasikan secra rutin.

2. Manajemen Dan Pendekatan Komunikasi

2.1 Perencanaan komunikasi

Perencanaan komunikasi jangka panjang dilakukan dalam waktu yang lama dan memerlukan perencanaan komunikasi yang sangat komplek, ini merupakan salah satu solusi agar dapat mengetahui dengan baik bagaimana mengatasi masalah yang sebenarnya. Dalam melakukan perencanaan komunikasi untuk menyampaikan bagaimana mengatasi masalah yang ada harus disertai fakta fakta yang akurat, oleh karena itu perencana komunikasi harus menjalani langkah sebagai berikut.

Analisis terhadap peluang yang tersedia dari lingkungan (yang melahirkan pilihan-pilihan)

Identifikasi atas pilihan yang dikehendaki yang tidak dapat digenapi untuk memenuhi tuntutan misi.

Pemilihan strategi atas tujuan jangka panjang dan garis besar strategi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

Mengembangkan tujuan tahunan dan rencana jangka pendek yang selaras dengan tujuan jangka panjang dan garis besar strategi.

Implementasi atas hal-hal di atas dengan menggunakan sumber yang tercantum pada anggaran (budget) dan memadukan rencana tersebut dengan sumber daya manusia, struktur, teknologi, dan sistem balas jasa yang memungkinkan.

Review dan evaluasi atas hal-hal yang telah dicapai dalam setiap periode jangka pendek sebagai suatu proses untuk melakukan kontrol dan sebagai input bagi pengambilan keputusan di masa depan.

Perencanaan Komunikasi Jangka Menengah yaitu dengan melakukan tahapan kompleks yang pengaruhnya akan berlangsung lama . Tahapan yang harus dilakukan yaitu : 1) pengumpulan data base line dan need assessment; 2) perumusan objective komunikasi; 3) analisis perencanaan dan pengembangan strategi; 4) analisis dan segmentasi khalayak; 5) pemilihan media; 6) mendesain dan pengembangan pesan; 7) perencanaan manajemen; 8) pelaksanaan pelatihan; 9) implementasi atau pelaksanaan; 10) Evaluasi program. Dengan melakukan tahapan diatas berarti kita telah melakukan perencanaan yang komplek yang akan berdampak secara terus menerus apabila pesan yang disampaikan langsung masuk kepada sasaran. Disini kita melakukan pengemasan pesan tenatng bahaya pola hidup yang tidak sehat bagi para remaja setelah kita melakukan analisis dan sebagainya maka pesan akan dikemas dan disampaikan melalui media, media yang dipilih sebaiknya berupa media elektronik.

Perencanaan komunikasi jangka pendek memiliki tahapan yang harus dilakukan yaitu : 1) Pengumpulan Fakta, 2) Definisi Permasalahan, 3) Perencanaan dan Program, 4) Aksi dan Komunikasi, 5) Evaluasi. Pertama kita mengumpulkan fakta dilapangan mengenai bagaimana pola hidup yang dilakukan oleh para remaja perempuan, setelah menemukan fakta kita akan menemukan dimana titik permasalahannya, setelah itu baru kita merencanakan apa-apa saja yang akan dilakukan dan melaksanakannya dilapangan.

2.2 Pendekatan Proses

Pernahkah Anda berpikir, mengapa para ilmuwan bisa menemukan teori atau hukum dalam ilmu pengetahuan? Sebenarnya, mereka bukan orang-orang yang super, tetapi mereka memiliki kelebihan dalam hal ketekunan, kerajinan, serta tidak mudah merasa putus asa. Keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan saja, tetapi harus didukung dengan kerja keras dan ketekunan sehingga dapat diperoleh suatu keberhasilan.

Para ilmuwan tersebut bekerja secara sistematis, tekun, teliti, dan disiplin. Metode apakah yang digunakan para ilmuwan tersebut? Coba ingat kembali langkah-langkah metode ilmiah yang telah Anda pelajari! Langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut. a. Menemukan dan merumuskan masalah. b. Merumuskan hipotesis (menyusun dugaan sementara). c. Merancang eksperimen untuk merancang hipotesis. d. Melakukan percobaan. e. Mengadakan observasi atau pengumpulan data. f. Menarik kesimpulan. g. Menguji kesimpulan dengan eksperimen lain. h. Merumuskan hukum, konsep, atau prinsip.

Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar. Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses

mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi

peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian

integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman

yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.

Dengan demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta didik dalam

setiap proses pendidikan yang dialaminya

2.3 Pendekatan Sistem

Prof. Wagiono Ismagil, (1982) mengatakan : Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisis organisasi yang mempergunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis.

Pendekatan sistem merupakan aplikasi dari sistem ilmiah dan manajemen.Pendekatan sistem dalam manajemen dirancang untuk memanfaatkan analisis ilmiah dalam suatu organisasi yang kompleks.

Pendekatan dilihat dari pendidikan dan pelatihan adalah cara yang sistematis mengidentifikasi , mengembangkan dan mengevaluasi sekumpulan bahan dan strategi bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan yang khusus. Jadi Pendakatan sistem adalah cara pandang atau cara berfikir menggunakan konsep-konsep sistem dalam memecahkan suatu masalah.

2.3.1 Tujuan Pendekatan Sistem

Tujuan pendekatan sistem dalam pendidikan dan pelatihan sistem adalan mengembangkan mengelola operasi dan merancang bangun sistem dalam proses pengambilan keputusan.

Dengan dipergunakannya metode ilmiah diharapkan dapat diketahui faktafakta yang mempengaruhi perilaku dan keberhasilan suatu sistem. Metode ilmiah dapat menghindarkan manejer mengambil kesimpulan –kesimpulan yang sederhana dan simplisstik searah oleh suatu masalah yang disebabakanb oleh penyebab tunggal. Secara terperinci pendekatan sistem dalam diklat bertujuannya untuk :

1. Menyediakan lingkungan fisik dan lingkungan emosional yang

mendukung proses pendidikan dan pelatihan berjalan secara

kondusif .

2. Mengetahui sejauh mana ke.berhasilan program dan proses

pendidikan dan pelatihan.

3. Menjamin pencapaian tujuan diklat secara efektif dan efesien .

4. Mengembangkan kurikulum berdasarkan kebutuhan peserta diklat

5. Perapan pendekatan sistem dalam kebutuhan nyata dilapangan.

6. Menyiapkan secara cermat faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan program diklat.

2.4 Etika Komunikasi

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan pernah lepas dari komunikasi. Dari mulai kita bangun tidur sampai kemudian tertidur kembali, komunikasi selalu menjadi kegiatan utama kita entah itu komunikasi verbal atau non verbal, entah itu komunikasi antar pribadi atau komunikasi organisasi.

Hal seperti ini memang telah menjadi kodrat kita sebagai seorang manusia yang memang tidak dapat hidup sendiri. Kita selalu membutuhkan orang lain disekitar kita, walaupun hanya untuk sekedar melakukan obrolan basa-basi karena manusia adalah makhluk sosial dan dari dalam interaksi itulah manusia lambat laun menciptakan nilai-nilai bersama yang kemudian disebut sebagai kebudayaan.

Dalam nilai-nilai yang terbentuk tersebut terdapat beberapa kaidah yang bertujuan mengatur tata cara kita berkomunikasi antar sesama tanpa menyakiti hati dan menjunjung tinggi etika sebagai sebuah tanda penghargaan pada lawan bicara kita. Namun terkadang pemakaian sesuatu yang kita anggap sebuah etika dapat berakibat pada sesuatu yang tidak menyenangkan dan menimbulkan kesalahpahaman antar sesama. Mengapa hal itu bisa terjadi? Padahal tujuan kita menggunakan etika adalah untuk mencoba menghargai khalayak.

Pemakaian etika dalam konteks komunikasi antar pribadi memiliki paradoks tersendiri. Di lain pihak, hal ini dapat menjadi hal yang positif namun terkadang sesuatu yang negatif dan cenderung merusak dan memperburuk keadaan juga dapat terjadi. Berbagai hal dinilai bertanggung jawab atas hal ini. Dari mulai cara kita berkomunikasi antar sesama sampai pada saat kita menggunakan etika dalam berinteraksi.

Banyak orang beranggapan bahwa dalam sebuah pembicaraan, kita harus menggunakan etika untuk menghargai dan menghormati lawan bicara. Ada sebuah teori yang mendefinisikan etika sebagai, “sebuah cabang ilmu filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma, moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya”. Dalam teori ini, etika memiliki 3 tujuan, yaitu:

· Membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat dipertanggung jawabkan

· Membantu manusia mengambil sikap dan tindakan secara tepat dalam hidup ini

· Tujuan akhir untuk menciptakan kebahagiaan.

Terlepas setuju atau tidaknya kita dengan teori diatas, namun ada hal yang bisa kita sepakati bahwa etika berhubungan dengan moral,”sistem tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia.”

2.4.1 Etika Komunikasi Antar Pribadi

Persoalan etika yang potensial selalu melekat dalam setiap bentuk komunikasi antar pribadi sehingga komunikasi dapat dinilai dalam dimensi benar-salah, melibatkan pengaruh yang berarti terhadap manusia lain, sehingga komunikator secara sadar memilih tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai dan cara-cara komunikasi guna mencapai tujuan tersebut. Apakah seorang komunikator bertujuan menyampaikan informasi, meningkatkan pemahaman seseorang, memudahkan keputusan yang bebas pada orang lain, menawarkan nilai-nilai yang penting, memperlihatkan eksistensi dan relevansi suatu persoalan sosial, memberikan sebuah jawaban atau program aksi atau memicu pertikaian—persoalan etika yang potensial terpadu dalam upaya-upaya simbolik sang komunikator. Demikianlah keadaannya pada sebagian besar komunikasi pribadi, baik komunikasi antara 2 orang, dalam kelompok kecil, dalam retorika gerakan sosial maupun dalam hubungan masyarakat.

Bahkan muncul ungkapan bahwa manusia adalah satu-satunya hewan” yang secara harfiah dapat disebut memiliki nilai”. Lebih khusus lagi, barangkali esensi tertinggi manusia adalah homo ethicus, manusia adalah pembuat penilaian etika. Tetapi muncul pertanyaan, mengapa mempersoalkan etika dalam komunikasi antar pribadi? Jelas, dengan menghindari pembicaraan mengenai etika dalam komunikasi, orang akan bersandar pada berbagai macam pembenaran:

(1). Setiap orang tahu bahwa teknik komunikasi tertentu adalah tidak etis jadi tidak perlu dibahas;

(2). Karena yang penting dalam komunikasi hanyalah masalah kesuksesan maka masalah etika

tidak relevan.

(3). Penilaian etika hanyalah masalah penilaian individu secara pribadi sehingga tak ada jawaban

pasti; dan

(4). Menilai etika orang lain itu menunjukkan keangkuhan atau bahkan tidak sopan.

Secara potensial timbul ketegangan antara ” kenyataan” dan “keharusan”, antara yang aktual dan yang ideal. Mungkin terdapat ketegangan antara apa yang dilakukan setiap orang dengan apa yang menurut kita harus dilakukan oleh orang tersebut. Mungkin terdapat konflik antara komunikasi yang kita pandang berhasil dan penilaian teknik tersebut tidak boleh digunakan karena cacat menurut etika. Kita mungkin terlalu menekankan pemahaman tentang sifat dan efektivitas teknik, proses dan metode komunikasi dengan mengorbankan perhatian pada masalah etika tentang penggunaan teknik-teknik seperti itu. Kita harus menguji bukan hanya bagaimana, melainkan juga apakah kita secara etis harus , memakai berbagai macam metode dan pendekatan.

Masalah “apakah”, jelas bukan hanya penyesuaian khalayak, melainkan maslah etika. Kita boleh merasa bahwa tujuan-tujuan etika itu tidak dapat dicapai secara nyata sehingga tidak banyak manfaatnya.

Bagaimana para peserta dalam sebuah transaksi komunikasi pribadi menilai etika dari komunikasi itu, atau bagaimana para pengamat luar menilai etikanya, akan berbeda-beda tergantung pada standar etika yang mereka gunakan. Sebagian diantara bahkan mungkin akan memilih untuk tidak mempertimbangkan etika. Namun demikian, masalah etika yang potensial tetap ada meskipun tidak terpecahkan atau tidak terjawab.

Apakah seorang komunikator menginginkan penilaian etika atau tidak? Komunikan umumnya akan menilai, secara resmi ataupun tidak resmi, upaya komunikator berdasarkan standar etika yang relevan menurut mereka. Jika bukan karena alasan lain, selain alasan pragmatik, yakni untuk kesempatan meningkatkan kesuksesan , komunikator perlu mempertimbangkan kriteria etis para khalayaknya.

Dalam prakteknya, saat komunikasi persuasif dilakukan maka komunikator tidak diperkenankan untuk:

1. Menggunakan data palsu, data yang sengaja dirancang untuk menonjolkan kesan tertentu, data yang dengan sengaja diejawantahkan secara salah, dibelokkan, atau bukti yang benar tapi tidak ada hubungannya untuk mendukung suatu pernyataan atau mengesahkan sesuatu.

2. Tidak diperkenankan secara sengaja menggunakan alasan yang meragukan atau tidak masuk diakal (tidak logis).

3. Tidak diperkenankan menyatakan diri sebagai ahli pada subyek tertentu, padahal bukan ahlinya. Tidak diperkenankan juga mengaku telah diberi informasi oleh ahlinya padahal tidak.

4. Tidak diperkenankan untuk mengajukan hal-hal yang tidak berkaitan untuk mengalihkan perhatian dari isyu yang sedang menjadi perhatian. Di antara hal-hal yang paling sering digunakan untuk mengalihkan perhatian adalah perilaku sengaja menyerang karakter individu yang menjadi lawannya, pembelaan dengan menggunakan kebencian dan (bigotry) sebagai alasan. (Innuendo), penggunaan istilah "Tuhan" atau "setan" yang dapat menyebabkan/ mengundang keadaan tegang namun tidak mencerminkan reaksi positif atau negatif yang sebenarnya.

5. Tidak diperkenankan untuk meminta kepada target sasaran (pembaca/ pemirsa) untuk mengaitkan ide atau proposal yang diajukan dengan nilai-nilai yang emosional, motif-motif tertentu, atau tujuan-tujuan yang sebenarnya tidak ada kaitannya.

6. Tidak diperkenankan untuk menipu khalayak dengan menyembunyikan tujuan sebenarnya, atau kepentingan pribadi/ kelompok yang diwakilkan, atau menggunakan posisi pribadi sebagai penasehat saat memberikan sisi pandang tertentu.

7. Jangan menutup-nutupi, membelokkan, atau sengaja menafsirkan dengan salah angka, istilah, jangkauan, intensitas, atau konsekuensi logis yang mungkin diakibatkan di masa depan.

8. Tidak diperkenankan untuk menggunakan pembelaan emosional yang tidak disertai bukti, latar belakang, atau alasan yang tidak dapat diterima apabila target penerima memiliki kesempatan dan waktu untuk menyelidiki subyek tersebut sendiri kemudian menemukan sesuatu yang lain/ bertentangan.

9. Tidak diperkenankan untuk menyederhanakan sebuah situasi yang yang sebenarnya kompleks, sehingga terlihat sebagai hitam dan putih saja, hanya memiliki dua pilihan atau pandangan, dan (polar views).

10. Tidak diperkenankan untuk mengaku sebuah kepastian sudah dibuat padahal situasinya masih sementara, dan derajat kemungkinan situasi masih dapat berubah sebenarnya lebih akurat.

11. Tidak diperkenankan menganjurkan sesuatu yang kita secara pribadi sebenarnya juga tidak percaya.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

1.1 Komunikasi Persuasi

Komunikasi persuasi adalah suatu teknik mempengaruhi manusia dengan jalan memanfaatkan atau mengunakan data dan fakta pshycolos dan sosiologi dari komunikasi yang hendak dipengaruhi.

Persuasi memiliki teori-teori, yaitu :

1.Kejelasan tujuan.

Tujuan komunikasi persuasif adalah untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku

2. Memikirkan secara cermat orang yang dihadapi.

Sasaran persuasi memiliki keragaman yang cukup kompleks. Keragaman tersebut dapat dilihat dari karakteristik demografis, jenis kelamin, level pekerjaan, suku bangsa, hingga gaya

hidup.

3. Memilih strategi komunikasi yang tepat.

Strategi komunikasi persuasif merupakan perpaduan antara perencanaan komunikasi

persuasif dengan manajemen komunikasi.

1.2. Manajemen Dan Pendekatan Komunikasi

Manajemen dan pendekatan komunkasi terdiri atas

1. Perencanaan Komunikasi

2. Pendekatan Proses

3.Pendekatan Sistem

4. Etika Komunikasi

2.Kritik Dan Saran

Penulis Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi Para Pembaca.

Daftar pustaka

Suhartono, Suparlan. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Ar Ruzz. 2005.

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung. Remaja Rosdakarya.2001.

Effendy, Onong Uchyana. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung. Remaja Rosdakarya. 1994.

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Edisi Revisi. Jakarta. Raja Grafindo Persada. 2008.

Salam, Burhanuddin .Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi . Jakarta .Reneka Cipta .1993