komunikasi dan empati dokter - pasien
DESCRIPTION
Makalah ini membahas tentang cara dokter berkomunikasi dan berempati terhadap pasienTRANSCRIPT
Komunikasi dan Empati
Pernyataan Integritas Akademik Saya menyatakan bahwa karya yang saya serahkan ini bebas dari plagiasi. Bagian-bagian yang saya kutip dari karya orang lain dan/atau yang merupakan hasil pemikiran orang lain sudah saya berikan catatan kaki dan daftar pustaka sebagaimana layaknya sehingga tidak menimbulkan kerancuan pada diri pembaca. Apabila di kemudian hari terbukti ada plagiasi dalam karya ini, saya bersedia menerima sanksi yang berlaku sesuai kebijakan Pusat Pengembangan Kepribadian Ukrida dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menjadi seorang dokter bukan satu pekerjaan yang senang karena ianya membutuhkan
komitmen dan semangat yang benar-benar ingin mengobati dan memberikan perawatan kepada
pasien. Seorang dokter harus punya nilai-nilai bioetika agar dia boleh mengatasi sebarang
masalah yang berlaku ketika memberikan perawatan kepada pasien. Selain itu, dokter juga harus
mempunyai komunikasi dan keperibadian yang baik agar hubungan dengan pasien dapat dijaga
dan dipelihara. Sifat empati juga harus ada dalam diri seorang dokter karena sifat itu pada
dasarnya terdapat rasa kasih sayang antara sesama manusia. Listen to the patient, he is telling
you the diagnosis- Sir William Osler,1904. Penyataan itu berarti kita sebagai dokter harus
mendengar permasalahan dan keluhan dari pasien karena dari keluhan itu akan terbit satu
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA (UKRIDA)
Kampus II Ukrida Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510
NIM : 102011435 Nama lengkap : Ali Husain Bin Abdul Kadir
Nama mata kuliah : Komunikasi dan Empati Telepon: 087875973132
Nama dosen : Dr. Harro HL E-mail: [email protected]
diagnosa dan analisa untuk direkodkan oleh si dokter. Komunikasi dan empati saling berkait
rapat karena dari sifat empati itu akan lahir komunikasi yang baik dengan pasien. Apa itu
empati? Terdapat pelbagai tafsiran tentang empati antaranya Empati itu adalah upaya dan
kemampuan untuk mengerti,menghayati dan menempatkan diri seseorang di tempat orang lain
sesuai dengan identitas, pikiran,perasaan,keinginan,perilaku dari orang itu tanpa mencampur
baurkan nilai-nilai atau selera peribadi dari orang yang berempati dengan nilai atau selera
peribadi orang yang berempati,atau bereaksi secara emosional bila nilai-nilai orang yang
berempati berbeda dengan nilai-nilai orang yang diempati.1 Secara keseluruhannya, apabila
seseorang itu berempati ianya tidak berarti bersikap menghakimi dan tidak menyalahkan lalu
tidak membenarkan,menyetujui dan tidak menyetujui perbuatan seseorang. Selain itu, terdapat
pelbagai jenis komunikasi yaitu komunikasi dokter-pasien,pasien-dokter,dokter-masyarakat, dan
dokter bersama teman sebaya.
Tujuan
Menjadi seorang dokter sangat membutuhkan komunikasi yang baik dengan pasien dan juga
masyarakat di sekitarnya. Selain itu, seorang dokter harus punya rasa empati dan bukan simpati
di saat memberikan perawatan kepada pasiennya. Untuk menjadi seorang dokter yang punya rasa
empati dia haruslah mempelajari sifat-sifat berbagai pasien dari aspek keperibadian, perilaku dan
komunikasi efektif. Oleh itu, terdapat berbagai perkara yang harus dipelajarai di bawah aspek
keperibadian dan cabang-cabangnya, perilaku dan cabang-cabangnya, dan komunikasi efektif
bersama jenis-jenisnya.
Manfaat
Seorang dokter haruslah belajar dan faham aspek-aspek tersebut agar dia boleh memberikan
perawatan yang baik kepada pasien. Selain itu, ianya juga sangat penting agar pasien itu
memahami dan boleh mengikuti segala instruksi yang diberikan oleh dokter kepadanya. Sebelum
memberikan sebarang perawatan dan preskripsi, pasien itu seharusnya benar-benar faham akan
penyakit yang dihidapinya. Setelah dia benar-benar faham derita yang dihidapinya barulah
sebarang rawatan boleh diberikan.2 Jika seorang pasien dapat mengikuti segala rawatan dan
instruksi yang diberikan oleh dokter dengan betul dia akan mudah untuk sembuh dan seorang
dokter itu akan dihargai dan dihormati oleh pasien-pasiennya.
PERBAHASAN
Identifikasi Istilah Yang Tidak Diketahui.5
1. Diabetes Mellitus
-sejenis penyakit di mana individu itu mempunyai kadar glukosa dalam darah yang
terlalu tinggi.
2. Antidiabetes Oral
-Obat diabetes yang diambil secara oral.
ASPEK-ASPEK KOMUNIKASI DAN EMPATI
Di dalam kasus yang telah diperbincangkan dalam kelas PBL lalu adalah skenario komunikasi
dan empati dalam praktek dokter tersebut. Beliau adalah seorang dokter yang berasa kesal karena
pasiennya sangat sulit dalam mengikuti petunjuk yang diberikan olehnya. Dokter itu sudah
bingung tentang apa lagi yang harus dilakukan olehnya agar gula darah pasien ini boleh
dikontrol.
- Pasien seorang laki-laki berusia 54 tahun yang bekerja sehari-hari sebagai pegawai
swasta.
- Pasien adalah penderita diabetes selama 3 tahun
- Dia malas mengikuti pola hidup sihat yang disarankan oleh dokter.
- Dia tidak mau rutin makan obat antidiabetes oral, malas berolahraga dan makan
sembarangan di luar rumah.
Bagi mendalami dengan lebih lanjut setiap aspek komunikasi dan empati, kita haruslah meneliti
ciri-ciri setiap aspek tersebut.
1.Keperibadian
Keperibadian itu adalah seluruh pola emosi dan perilaku yang bersifat menetap dan bersifat khas
pada seseorang dalam caranya mengadakan hubungan dan caranya berpikir tentang lingkungan
dan dirinya sendiri. Beberapa contoh definisi tentang keperibadian juga ada seperti dari
Hilgard&Marquis-keperibadian itu adalah nilai stimulus social,kemampuan menampilkan diri
dan secara mengesankan manakala dari Pervin-seluruh karakteristik seseorang atau sifat umum
banyak orang yang mengakibatkan pola yang menetap dalam merespon suatu situasi.
Berdasarakan kasus ini masalah pasien tersebut adalah:
- Dia malas mengikuti pola hidup sihat yang disarankan oleh dokter.
Sifat malas adalah keperibadian yang wujud dalam dalam diri pasien ini. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor seperti Temperamen (tabiat), watak (karakter), dan struktur keperibadian seperti
Id.
Karakter
Bersifat keseluruhan keadaan dan cara pasien itu bertindak terhadap sesuatu rangsangan. Ianya
akan terus berkembang dalam masa kehidupan pasien itu. Mungkin dari kecil pasien itu memang
malas untuk mengikuti pola kehidupan sihat dan rangsangan berbentuk saranan oleh dokter itu
kepada pasien itu tidak akan mempengaruhi pasien tersebut
Temperamen (tabiat)
Aspek ini sangat berhubung erat dengan konstitusi jasmani dan ianya adalah bawaan sejak lahir.
Oleh karena itu, dokter ini bingung dan sukar untuk mengubah keperibadian pasien tersebut. Hal
ini karena saranan dokter itu adalah pengaruh luar yang tidak boleh mengubah temperamen
seseorang dengan mudah. Temperamen dipengaruhi oleh faktor-faktor fisiologik tubuh dan ianya
juga dikatakan mempunyai kemungkinan untuk menetap dalam diri pasien itu seumur hidup.
Struktur keperibadian (Id)
Strukutur keperibadian ini dipengaruhi oleh prinsip kesenangan. Ianya tidak mengenal waktu dan
logika. Pasien dari kasus ini mungkin berasa terlalu senang lalu dia malas untuk mengikuti pola
hidup sihat.
Jadi sebagai seorang dokter setelah dilakukan analisa terhadap aspek-aspek tersebut dokter itu
haruslah mempunyai komponen kecerdasan emosional agar dia boleh berkomunikasi dengan
pasien itu dengan lebih efektif. Dokter itu haruslah tahu mengawal emosi, mempunyai empati
dan punya kemampuan hubungan social (komunikasi). Mengawal emosi berarti dokter itu
hendaklah menangani perasaan kesal dalam dirinya agar terungkap kepada pasien itu secara tepat
apa yang ingin disampaikan. Mempunyai empati berarti punya kemampuan merasakan perasaan
orang lain menurut sudut pandangan orang tersebut. Dokter itu haruslah meletakkan dirinya di
tempat pasien itu dan merasakan mengapa dia malas untuk mengikuti pola hidup sihat. Yang
terakhir, dokter itu harus mampu menjalin hubungan dengan orang lain secara lancar dan kedua
pihak berasa senang,nyaman dan puas. Dokter itu boleh mencoba metode baru untuk
mempengaruhi pasien itu dengan cara komunikasi yang efektif agar pasien itu mengikut saranan
yang diberikan olehnya.
2.Perubahan Perilaku
Perilaku adalah sikap pasien itu. Berdasarkan kasus ini terdapat perilaku yang menyebabkan
dokter itu bingung. Hal ini menyebabkan dokter itu kesal dengan sikap dan perilaku pasien
tersebut yang tidak mahu mengikuti saranan dokter. Dalam kasus itu terdapat penyataan yang
menunjukkan perilaku pasien tersebut:
-Dia tidak mahu makan obat antidiabetes oral,malas berolahraga dan makan sembarangan di
luar rumah.
Penyataan di atas adalah masalah pasien itu yang tidak mengikuti saranan dokter. Oleh itu,
perubahan perilaku amat perlu agar pasien itu sadar dan mengikuti saranan dokter itu. Aspek-
aspek perubahan perilaku adalah prekontemplasi,kontemplasi,persiapan,tindakan,dan
pemeliharaan. Justeru kita pergi kepada aspek yang pertama dalam perubahan perilaku iaitu
prekontemplasi.
Prekontemplasi
Prekontemplasi berarti tidak ada dan belum ada niat perubahan perilaku. Aspek ini wujud dalam
kasus ini di mana pasien itu tidak menunjukkan sebarang perubahan perilaku setelah berkali-kali
dinasihat oleh dokter. Bukti tidak ada perubahan perilaku dapat dilihat karena dokter itu sudah
kebingungan dan tidak punya cara lagi untuk menangani kondisi pasien tersebut yang
mempunyai kandungan gula darah yang tidak terkontrol.
Kontemplasi
Ciri-ciri kontemplasi ialah saat individu itu sadar adanya masalah dan dia juga serius ingin
mengubah perilakunya menjadi lebih sehat. Akan tetapi, dia masih belum siap berkomitmen
untuk bertindak. Dalam kasus ini, pasien itu pasti sadar bahawa kandungan gula darah nya tidak
terkontrol dan dia perlu mengikut pola kehidupan yang sihat. Akan tetapi,dia masih tidak punya
komitmen dan kemampuan untuk bertindak dengan mengikuti pola kehidupan sihat.
Persiapan
Persiapan itu adalah saat individu itu sudah siap untuk berubah dan ingin mengejar tujuan.
Individu itu mungkin sudah pernah melakukan tapi dia mungkin masih gagal. Dalam kasus ini
tidak menolak kemungkinan dalam masa 3 tahun dia menghidap diabetes mungkin dia sudah
pernah mencoba untuk bertindak mengikut petunjuk dokter tetapi dia masih gagal atas sebab-
sebab yang tertentu.
Tindakan
Sesuatu perbuatan itu akan dikira sebagai tindakan sekiranya individu itu sudah melakukan
perilaku sehat sekurang-kurangnya 6 bulan dari sejak mulai usaha memberlakukan perilaku
sehat. Merujuk pada kasus ini tidak terdapat penyataan atau bukti bahawa pasien ini sudah
pernah mengikut pola kehidupan sihat selama 6 bulan atau lebih karena dia sudah menghidap
diabetes selama 3 tahun tanpa perubahan pada kandungan gula darahnya.
Pemeliharaan
Akhir sekali adalah pemeliharaan. Pemeliharaan itu adalah saat dimana individu itu telah
berusaha untuk mempertahankan perilaku sehat yang telah dilakukan. Ianya mungkin
berlangsung lama dan setelah 6 bulan haruslah dilihat kembali perkembangannya oleh dokter.
Dalam kasus ini, dokter sudah mengesan kondisi dimana kandungan gula darah yang tidak
terkontrol selepas beberapa kali dia memeriksa pasien itu selama lebih 3 tahun. Hal ini
menunjukkan pasien itu tidak berusaha untuk melakukan perilaku sehat.
3.Komunikasi Efektif (Dokter-Pasien)
Komunikasi efektif antara dokter dan pasien sangat penting supaya informasi dan instruksi dapat
disampaikan kepada pasien dengan baik dan jelas. Berdasarkan kasus ini dokter itu sudah
bingung untuk menasihati pasien itu supaya melakukan pola kehidupan yang sehat.
-Dokter sudah kebingungan apa lagi yang ingin dilakukan dengan kondisi ini karena gula darah
pasien ini tidak terkontrol
Berdasarkan penyataan di atas dokter itu sudah tidak tahu bagaimana mau menasihati pasien itu
agar dia mengikut saranan yang diberikan oleh nya. Justeru, dokter ini seharusnya memperbaiki
cara berkomunikasi agar boleh menjadi lebih efektif. Antara ciri-ciri komunikasi efektif ialah
seorang dokter itu harus menganalisa status sosial, status pendidikan dan status ekonomi pasien
itu.
Status sosial
Di dalam kasus ini terdapat status sosial pasien ini iaitu-Pasien seorang laki-laki usia 54 tahun
yang bekerja sehari-hari sebagai pegawai swasta. Berdasarkan penyataan itu kita boleh
menganalisa pasien itu sebagai laki-laki yang sudah tua dan bekerja sebagai pegawai swasta.
Seorang tua biasanya memiliki sifat suka kritik dan mempunyai opini tertentu dan tidak dapat
diubah. Jadi dokter itu harus tahu melakukan Transaksional Analisis iaitu menentukan ego
yang dominant yang sedang berlangsung samada dia orang tua,dewasa atau kanak-kanak.
Peribadi setiap orang berbeda-beda mengikut umur dan jantinanya. Seorang laki-laki pasti
mempunyai ego mereka yang tersendiri.Setelah analisa dilakukan barulah kita gunakan
transaksi komplementer yaitu komunikasi paling sehat. Transaksi komplementer harus ada
pesan yang dikirim dari satu ego state lalu spesifik yang menghasilkan respon yang sesuai.
Seorang pegawai swasta juga pasti seorang yang sentiasa sibuk bekerja dan tidak ada masa mau
mengikut pola kehidupan yang sihat.
Status pendidikan
Status pendidikan ini berarti pengetahuan dan sejauh mana ilmu yang seseorang individu itu ada.
Berdasarakan kasus ini, laki-laki tersebut bekerja sebagai pegawai swasta. Menjadi seorang
pegawai swasta yang sentiasa sibuk pasti dia tidak ada masa untuk mengetahui secara terperinci
mengenai penyakitnya. Oleh itu, dia punya kurang pengetahuan mengenai penyakit diabetes
yang sudah dihidapinya selama 3 tahun dari aspek punca penyakit itu, dan kesan penyakit itu
pada tubuh badan. Dalam kasus ini, tidak terdapat penyataan bahawa dokter itu melakukan
informed consent terhadap pasien itu. Hal yang demikian menyebabkan pasien itu enggan
mengikuti saranan dokter karena dia menganggap penyakit itu hanyalah penyakit biasa. Menurut
eksperimen yang pernah dilakukan oleh Department of Urology, Program in Urologic Oncology,
Urology Outcomes Research Group, and UCSF/Mount Zion Comprehensive Cancer Center,
University of California, San Francisco, School of Medicine, 94143-1695, USA pada tahun 2003,
Status pendidikan seorang pasien akan memberi dampak kepada pemahaman pasien dan persepsi
terhadap risiko dan manfaat terhadap rawatan dan saranan yang diberikan oleh dokter.6
Status ekonomi
It has also been proven beneficial for health status if members of lower classes improve their
economic status.7Penyataan di atas berarti ‘ianya telah terbukti memberi manfaat pada status
kesehatan jika ahli daripada kelas bawahan meningkatkan status ekonomi mereka. Dalam kasus
ini menjadi seorang pegawai swasta tergolong dalam kategori sederhana. Pasien ini mungkin
tidak mampu untuk berolahraga dan dia mungkin makan sembarangan di luar rumah karena
harga makanan itu lebih murah.
KESIMPULAN
Kesimpulannya, seorang dokter itu seharusnya menguasai ilmu komunikasi dan empati dengan
sebaik-baiknya agar dia dapat memberikan perawatan yang terbaik kepada pasiennya. Tidak
cukup hanya sekadar itu, dokter juga harus mempelajari cabang-cabang yang terdapat dalam
topik komunikasi dan empati seperti perilaku,keperibadian dan komunikasi efektif.
Berdasarkan kasus yang saya terima,pada tanggapan saya, Dokter tersebut sudah
menjalankan komunikasi dokter-pasien dengan baik tetapi kurang efektif. Hal ini karena, dokter
itu sudah memberikan nasihat dan perawatan yang sesuai kepada pasien itu akan tetapi pasien itu
sendiri yang malas mengikuti pola hidup yang sihat yang disarankan oleh dokter itu. Jadi perkara
yang dokter itu harus perbaiki adalah dengan menggunakan alternatif atau cara lain untuk
mempengaruhi pasien itu supaya dia tertarik untuk menjalankan saranan dokter itu dengan
bersungguh-sungguh dengan menggunakan cara komunikasi yang lebih efektif. Sekiranya dokter
itu berjaya mempengaruhi pasien sehingga pasien itu mahu melakukan perubahan perilaku
secara menyeluruh barulah rawatan dan instruksi yang diberikan olehnya boleh diikuti dan di
amalkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Andri, Dan Hidayat, Elly Ingkiriwang, Evalina Asnawi, Hubertus Kasan Hidajat, Bahan
Kuliah Blok 1 Modul 2, ‘Komunikasi dan Empati’,Program studi Sarjana Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta 2011/2012.
2. Margaret Llyod, Robert Bor, 2004, Communication Skills for Medicine; hal. 63
3. Mohammadreza Hojat,Springer 2007;Empathy in patient care:antecedents,
developments,measurements and outcomes; hal.190
4. Sumartono, terbitan Elex Media Komputindo 2004;Komunikasi Kasih Sayang, hal.118-9
5. Diunduh dari situ MedlinePlus 2011, http://vsearch.nlm.nih.gov/vivisimo/cgi-bin/query-
meta?v%3Aproject=medlineplus&query=oral+drugs&x=0&y=0
6. Impact of patient educational level on treatment for patients with prostate cancer: data
from CaPSURE, dapat diunduh dari situs,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14665350
7. Education Improves Health Status: Using Healthcare Economics to Discuss U.S.
Healthcare Issues |Health field
Suite101.com http://aurae-beidler.suite101.com/healthcare-in-the-united-states-
a30156#ixzz1aiNRC9r2