komputasi dan perlengkapan untuk perkapalan

Upload: firdaus-al-farisi

Post on 10-Oct-2015

63 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

buku ini merupakan reverensi yang unik bagi para mahasiswa. buku ini merupakan reverensi yang unik bagi para mahasiswabuku ini merupakan reverensi yang unik bagi para mahasiswabuku ini merupakan reverensi yang unik bagi para mahasiswabuku ini merupakan reverensi yang unik bagi para mahasiswabuku ini merupakan reverensi yang unik bagi para mahasiswabuku ini merupakan reverensi yang unik bagi para mahasiswabuku ini merupakan reverensi yang unik bagi para mahasiswabuku ini merupakan reverensi yang unik bagi para mahasiswabuku ini merupakan reverensi yang unik bagi para mahasiswabuku ini merupakan reverensi yang unik bagi para mahasiswabuku ini merupakan reverensi yang unik bagi para mahasiswabuku ini merupakan reverensi yang unik bagi para mahasiswabuku ini merupakan reverensi yang unik bagi para mahasiswabuku ini merupakan reverensi yang unik bagi para mahasiswa

TRANSCRIPT

  • 7 PERSAMAANDIFERENSIAL BIASA

    B

    anyak masalah di dalam ilmu pengetahuan dan teknik menyang-kut pengkajian suatu sistem selama periode waktu tertentu. Ke-banyakan masalah ini dimodelkan dengan menggunakan suatu

    sistem persamaan diferensial, dengan waktu sebagai variabel bebas.Bidang kajian persamaan diferensial (PD) tidak hanya merupakan salahsatu bagian tercantik dalam matematika, namun ia juga merupakan alatyang penting di dalam memodelkan berbagai fenomena dan masalahdalam bidang ilmu-ilmu fisika, kimia, biologi, ekonomi, dan teknik. Se-bagai contoh, masalah-masalah sistemmassa pegas, rangkaian induktansiresistor kapasitor, pemuaian lempeng logam, reaksi kimia, ayunan pen-dulum, gerak putar massa mengitari benda lain, dan lain-lain dapat dimo-delkan dalam bentuk persamaan-persamaan diferensial. Masalah preda-tor mangsa merupakan suatu contoh klasik masalah persamaan diferen-sial.

    Pemunculan persamaan-persamaan diferensial di dalammatematikaterapan tidak lain karena kebanyakan hukum-hukumdalam kajian ilmiahdapat dinyatakan dalam laju perubahan. Sebagai contoh,

    du

    dt

    = 0:27(u 60)

    5=4

    adalah sebuah persamaan yang menjelaskan (secara pendekatan) laju pe-rubahan suhu (u) badan yang kehilangan panas karena pengaruh suhu disekitar ([3] p. 393).

    Penyelesaian suatu persamaan diferensial secara eksak adalah fungsiyang memenuhi PD tersebut dan juga memenuhi beberapa syarat nilaiawal fungsi tersebut. Penyelesaian suatu PD dengan metode numerikmenghasilkan tabel nilai-nilai fungsi pada beberapa nilai variabel bebas-nya, namun tidak dinyatakan secara eksplisit dalam bentuk rumus fungsi.

    Pada bab ini kita membahas beberapa metode numerik un-tuk menyelesaikan persamaan-persamaan diferensial biasa, yakni

    399

  • 400 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    persamaan-persamaan diferensial yang hanya memuat satu variabel be-bas.

    Persamaan-persamaan diferensial biasa yang menjadi pusat perha-tian kita adalah PD yang berbentuk

    y

    0

    (t) = f(t; y(t)); t t

    0

    ; (7.1)

    dengan y(t) adalah fungsi tak diketahui yang hendak dicari dan f adalahfungsi dua variabel (dalam t dan y) yang mendefinisikan PD tersebut.Persamaan (7.1) disebut persamaan diferensial tingkat satu, karena iamemuat turunan tingkat satu (paling tinggi) fungsi yang hendak dicari.Suatu persamaan diferensial tingkat yang lebih tinggi dapat dirumuskansebagai sistem persamaan diferensial tingkat satu dan selanjutnya dapatditerapkan metode numerik pada sistem PD tingkat satu tersebut.

    Suatu sistem persamaan differensial tingkat satu dapat disajikandalam bentuk

    dy

    1

    dt

    = f

    1

    (t; y

    1

    ; y

    2

    ; :::; y

    n

    )

    dy

    2

    dt

    = f

    2

    (t; y

    1

    ; y

    2

    ; :::; y

    n

    )

    dy

    3

    dt

    = f

    3

    (t; y

    1

    ; y

    2

    ; :::; y

    n

    )

    ...

    dy

    n

    dt

    = f

    n

    (t; y

    1

    ; y

    2

    ; :::; y

    n

    )

    (7.2)

    untuk t 2 [a; b. Pada (7.2), f1

    , f2

    , . . . , fn

    adalah fungsi-fungsi yang dike-tahui dalam variabel-variabel t, y

    1

    , . . . , yn

    . Masing-maing yi

    (i = 1, 2, . . . ,n) adalah fungsi dalam t, yang merupakan variabel bebas.

    Untuk kenyamanan notasi, sistem (7.2) sering dituliskan dalam ben-tuk vektor. Jika dituliskan

    y = [y

    1

    y

    2

    y

    3

    : : : y

    n

    T

    ; f = [f

    1

    f

    2

    f

    3

    : : : f

    n

    T

    ;

    dengan y dan f adalah vektor-vektor fungsi, maka (7.2) dapat ditulis se-bagai

    dy

    dt

    = f(t;y): (7.3)

    Dalam ekspresi terakhir ini kita seolah-olah hanya memiliki sebuah per-samaan diferensial dengan satu variabel tak bebas.

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 404 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    mempunyai penyelesaian trivial y(t) = 0 dan penyelesaian umum

    y(t) =

    1

    1 + e

    t

    untuk sebarang konstanta . Cara lain memandang PD di atas adalah de-ngan memisahkan variabel-variabelnya, yakni

    dy

    y

    2

    y

    = dt atau

    dy

    y 1

    dy

    y

    = dt;

    kemudian mengintegralkan kedua ruas guna memperoleh

    ln

    y 1

    y

    = t+C atau

    1

    y

    = 1e

    C

    e

    t

    = 1+e

    t

    atau y =

    1

    1 + e

    t

    :

    Untuk menentukan penyelesaian khusus yang memenuhi y(0) = 4; misal-nya, kita masukkan nilai ini ke penyelesaian umum

    4 =

    1

    1 +

    ; atau = 0:25 1 = 0:75;

    sehingga diperoleh penyelesaian

    y(t) =

    1

    1 0:75e

    t

    ; t 0:

    Untuk syarat nilai awal y(0) = y0

    6= 0; nilai konstanta = 1=y0

    1:

    Jika y0

    > 0; maka > 1 dan penyelesaian y(t) ada untuk 0 t < 1.Akan tetapi, jika y

    0

    < 0; penyelesaian y(t) ada hanya pada interval terbatas[0; ln(1 1=y

    0

    ):

    2. Sekarang perhatikan PDy

    0

    (t) = y(t)

    2

    yang mempunyai penyelesaian trivial y(t) = 0 dan penyelesaian umum

    y(t) =

    1

    t+

    dengan suatu konstanta sebarang. Penyelesaian yang memenuhi syaratnilai awal y(0) = y

    0

    ; kita perlu membedakan beberapa kasus.

    (a) Jika y0

    = 0; maka penyelesaiannya adalah y(t) = 0 untuk t 0:

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 408 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    Ini artinya, perubahan kecil pada syarat nilai awal y0

    hanya akan sedikitmengubah penyelesaian y(t) untukmasalah nilai awal semula. Sifat ini sa-ngat diperlukan dalam praktek penyelesaian masalah-masalah nilai awal.

    CONTOH 7.5.

    Masalah nilai awal

    y

    0

    (t) = y(t) + 1; 0 t b; y(0) = 1

    mempunyai penyelesaian y(t) = 1: Apabila syarat nilai awal diubah sedikit,masalah nilai awalnya menjadi

    y

    0

    (t) = y

    (t) + 1; 0 t b; y

    (0) = 1 +

    dan mempunyai penyelesaian y

    (t) = 1 e

    t

    ; t 0: Jadi,

    jy(t) y

    (t)j = je

    t

    j jj; t 0:

    Dengan demikian masalah nilai awal di atas bersifat stabil.

    Apabila galat maksimum pada (7.17) jauh lebih besar daripada (artinya nilai minimum yang mungkin jauh lebih besar), maka masalahnilai awal (7.15) dikatakan berkondisi sakit (ill-conditioned). Penyelesaiannumerik masalah-masalah nilai awal yang sakit akan menghasilkan galatyang besar pada hasil-hasil perhitungannya.

    CONTOH 7.6.

    Masalah nilai awal

    y

    0

    (t) = [y(t) 1; 0 t b; y(0) = 1

    mempunyai penyelesaian y(t) = 1: Apabila syarat nilai awal diubah sedikit,masalah nilai awalnya menjadi

    y

    0

    (t) = [y

    (t) 1; 0 t b; y

    (0) = 1 +

    dan mempunyai penyelesaian y

    (t) = 1 + e

    t

    ; t 0: Jadi,

    jy(t) y

    (t)j = je

    t

    j

    jj; jika 0

    jje

    b

    jika 0:

    Apabila < 0; selisih y(t)y

    (t) semakin menurun bersamaan dengan kenaikan

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 410 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    alat yang bermanfaat untuk mengamati perilaku penyelesaian suatu per-samaan diferensial.

    Dengan MATLABmedan arah dapat digambar menggunakan perin-tah quiver. Daerah R dapat didefinisikan dengan menggunakan perin-tah MATLAB meshgrid.

    1.5 1 0.5 0 0.5 1 1.50.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    3

    3.5

    4

    4.5

    5

    5.5

    t

    y

    y=1/(1t2)

    Gambar 7.2: Medan arah y0(t) = 2ty2 dan sebuah kurva penyelesaian y =1

    1t

    2

    CONTOH 7.7.

    Berikut adalah perintah-perintah MATLAB untuk menggambar medan arah PDy

    0

    (t) = 1 e

    t dan dua kurva penyelesaian y1

    = t+ e

    t dan y1

    = t+ e

    t

    + 1.Hasilnya ditunjukkan pada Gambar 7.1.

    >> % medan gradien solusi PD y=1-e^{-t}, y=t+e^{-t}+c>> y1=inline(t+exp(-t)); %dua penyelesaian khusus>> y2=inline(t+exp(-t)+1);>> fplot(y1,[-2 5]);>> fplot(y2,[-2 5]);>> [t,y]=meshgrid(-2:.4:5,1:.3:7);%daerah medan gradien

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 412 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    (b) y0(t) = y(t) + t; y(0) = 3:

    4. Perhatikan persamaan diferensial

    y

    0

    (t) = f

    1

    (t)f

    2

    (y(t))

    dengan fungsi-fungsi f1

    dan f2

    diketahui. Inilah bentuk umumpersamaan diferensial terpisahkan, yang dapat diselesaikan de-ngan mengelompokkan variabel-variabel yang sama dan mengin-tegralkannya. PD di atas dapat ditulis ulang menjadi

    y

    0

    (t)

    f

    2

    (y(t))

    = f

    1

    (t)

    dan inetgralkan kedua ruas

    Z

    y

    0

    (t)

    f

    2

    (y(t))

    dt =

    Z

    f

    1

    (t) dt:

    Pada ruas kiri, ganti variabel integrasinya menjadi z = y(t), se-hingga

    Z

    dz

    f

    2

    (z)

    dt =

    Z

    f

    1

    (t) dt:

    Setelah pengintegralan, ganti z dengan y(t), selanjutnya selesaikany(t), apabila mungkin. Jika integral ini dapat dilakukan, maka PDdi atas dapat diselesaikan. Lakukan langkah-langkah di atas untukPD-PD di bawah ini, kemudian carilah penyelesaian umum dan pe-nyelesaian khusus yangmemenuhi syarat nilai awal yang diberikan.

    (a) y0(t) = t=y(t); y(0) = 2

    (b) y0(t) = y(t) + x; y(1) = 0:

    (c) y0(t) = y(t)(a y(t)); y(0) = a=2; a > 0

    5. Periksalah kestabilan setiap masalah nilai awal pada soal nomor 1,3, dan 5 di atas. Periksa pula apakah setiap PD tersebut memenuhisyarat Lipschitz.

    6. Perhatikan masalah nilai awal

    y

    0

    = (1 y

    2

    )

    1=2

    ; y(0) = 0:

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 414 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    t0=a t1 t2 t3 t4 tn=b

    y(t)

    (t0,y0)

    (t1,y1)(t2,y2)

    h h h h

    y=y1+f(t1,y1)(t-t1)y=y3+f(t3,y3)(t-t3)

    y=y0+f(t0,y0)(t-t0)

    y=y2+f(t2,y2)(t-t2)(t3,y3)

    Gambar 7.3: Proses iterasi pada Metode Euler: yk

    = y

    k1

    + hf(t

    k1

    ; y

    k1

    )

    ALGORITMA 7.1 (METODE EULER).

    Menghitung hampiran penyelesaian masalah nilai awal y0 = f(t; y) dengany(t

    0

    ) = y

    0

    pada [t0

    ; b.

    INPUT: n, t0

    , b, y0

    , dan fungsi f

    OUTPUT: (tk

    ; y

    k

    ), k = 1; 2; :::; n

    LANGKAH-LANGKAH:

    1. Hitung h = (b t0

    )=n

    2. FOR k = 1; 2; 3; : : : ; n

    Hitung tk

    = t

    k1

    + h, yk

    = y

    k1

    + h f(t

    k1

    ; y

    k1

    ).

    3. SELESAI

    Selanjutnya, kita hitung f(t1

    ; y

    1

    ). Nilai ini merupakan hampiran gra-dien garis singgung kurva tersebut di t = t

    1

    . Tarik garis melalui (t1

    ; y

    1

    ) de-

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 416 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    galat yang terakumulasi menjadi

    n

    X

    k=1

    y

    00

    (

    k

    )

    h

    2

    2

    ny

    00

    ()

    h

    2

    2

    =

    (b a)

    h

    y

    00

    ()

    h

    2

    2

    =

    (b a)

    2

    y

    00

    ()h = O(h);

    dengan adalah suatu bilangan pada interval [a; b.Jadi kita melihat bahwa galat pada setiap langkah dalam metode

    Euler adalah O(h2), sedangkan galat hampiran pada akhir iterasi dalammetode Euler adalah O(h).

    CONTOH 7.9.

    Selesaikan dydt

    = y; y(0) = 1 dengan metode Euler dengan menggunakan bebe-rapa lebar langkah h. Hitung pula galat hampiran yang diperoleh.Penyelesaian:

    Di sini kita mempunyai f(tk

    ; y

    k

    ) = y

    k

    , sehingga yk+1

    = y

    k

    + hy

    k

    =

    (1+h)y

    k

    dengan y0

    = 1. Misalkan pertama-tama kita pilih lebar langkah h = 0:2dan tabulasikan nilai-nilai y untuk t = 0; 0:2; 0:4; 0:6, kemudian bandingkandengan nilai-nilai yang sesungguhnya. Kita tahu bahwa solusi eksak PD di atasadalah y = et.

    t

    k

    y

    k

    Nilai eksak Galat

    0 1 1 0

    0:2 1:2 1:22140275816 0:0214027581602

    0:4 1:44 1:491824697641 0:0518246976413

    0:6 1:728 1:822118800391 0:0941188003905

    Misalkan sekarang kita pilih lebar langkah h = 0:1 dan tabulasikan nilai-nilai yuntuk t = 0; 0:1; 0:2; 0:3; 0:4; 0:5; 0:6, kemudian bandingkan dengan nilai-nilai yang sesungguhnya.

    t

    k

    y

    k

    Nilai eksak Galat

    0 1 1 0

    0:1 1:1 1:105170918076 0:00517091807565

    0:2 1:21 1:22140275816 0:0114027581602

    0:3 1:331 1:349858807576 0:018858807576

    0:4 1:4641 1:491824697641 0:0277246976413

    0:5 1:61051 1:6487212707 0:0382112707001

    0:6 1:771561 1:822118800391 0:0505578003905

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 418 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    menjadi 0.0505578003905 dengan memperkecil lebar langkah dari 0.2 ke 0.1. Un-tuk menelusuri fakta ini lebih jauh, misalkan kita pilih lebar langkah h = 0:05.Tabulasikan nilai-nilai y untuk t =0, 0.05, 0.1, 0.15, 0.2, 0.25, 0.3, 0.35, 0.4,0.45, 0.5, 0.55, 0.6, kemudian bandingkan dengan nilai-nilai yang sesungguh-nya.

    Perhatikan sekarang galat hampiran di t = 0:6 menjadi 0.0262624743684dari hampiran sebelumnya, sebesar 0.0505578003905.

    Kelemahan metode ini adalah bahwa lebar langkah harus amat kecilagar mencapai tingkat keakuratan yang dapat diterima. Gambar 7.4 dan7.5 menunjukkan hampiran penyelesaian persamaan diferensial di atasdengan lebar langkah berlainan.

    h=0.2

    h=0.1

    h=0.05

    solusieksak

    Gambar 7.5: Solusi eksak dan hampiran penyelesaian PD y0 = y; y(0) =1 dengan lebar langkah 0.05, 0.1, dan 0.2

    Gambar 7.6 menyajikan fungsi MATLAB euler4pdb yang mengim-plementasikan metode Euler. Dengan menggunakan fungsi tersebut kitadapat menghitung titik-titik hampiran penyelesaian suatu masalah nilaiawal. Kita cukup memasukkan nama fungsi, cacah titik, batas kiri inter-val, batas kanan interval, dan nilai awal. Titik-titik yang diperoleh dapat

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 420 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    Hasil plot ditunjukkan pada Gambar 7.7 (setelah diberi legenda melalui editorgambar di MATLAB).

    0 0.5 1 1.5 2 2.5 30.7

    0.8

    0.9

    1

    1.1

    1.2

    1.3

    1.4

    1.5

    1.6

    1.7

    h=0.3h=0.15h=0.06solusi eksak

    Gambar 7.7: Solusi eksak dan tiga hampiran penyelesaian PD y0 = (t y)=2,y(0) = 1 dengan tiga langkah berbeda

    Berikut adalah perintah untuk menampilkan tabel perbandingan ketigahampiran. Kolom pertama adalah nilai t

    k

    , kolom kedua nilai hampiran y(tk

    )

    dengan lebar langkah h = 0:3, kolom ketiga nilai hampiran y(tk

    ) dengan lebarlangkah h = 0:15, kolom keempat nilai hampiran y(t

    k

    ) dengan lebar langkahh = 0:06, dan kolom terakhir adalah nilai eksaknya.

    >> tabel=[t1 y1 y2(1:2:21) y3(1:5:51) ye3(1:5:51)]tabel =

    0 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.000000000.30000000 0.85000000 0.86687500 0.87620208 0.882123930.60000000 0.76750000 0.79628242 0.81227238 0.822454660.90000000 0.74237500 0.77919415 0.79975357 0.812884451.20000000 0.76601875 0.80788549 0.83138303 0.846434911.50000000 0.83111594 0.87574702 0.90092412 0.917099661.80000000 0.93144855 0.97712355 1.00302121 1.019708982.10000000 1.06173127 1.10717634 1.13307524 1.149813252.40000000 1.21747158 1.26176525 1.28713686 1.303582642.70000000 1.39485084 1.43734789 1.46181461 1.477720783.00000000 1.59062321 1.63089329 1.65419613 1.66939048

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 422 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    (d) y0(t) = y(t)2; [1; 10; y(1) = 1; y(t) = 1t

    5. Tunjukkan bahwa jika metode Euler digunakan untuk menyele-saikan masalah nilai awal

    y

    0

    = f(t); y(a) = y

    0

    = 0

    pada [a; b dengan lebar langkah h = (ba)=N , maka akan diperoleh

    y(b)

    N1

    X

    k=0

    hf(t

    k

    );

    yang merupakan jumlah Riemann sebagai hampiranR

    b

    a

    f(x) dx.

    7.3 Metode RungeKutta

    Pada metode Euler nilai yk+1

    dihitung dengan menggunakan yk

    memakairumus

    y

    k+1

    = y

    k

    + hf(t

    k

    ; y

    k

    ):

    Metode ini disebut metode satu-langkah, karena informasi dari satulangkah sebelumnya digunakan untuk menghitung hampiran sekarang.Oleh karena galat di dalam metode Euler adalah O(h), kita perlu memilihlebar langkah yang sangat kecil untuk mendapatkan keakuratan yang di-inginkan. Jadi metode ini kurang disenangi daripada metode RungeKutta, karena galat di dalam metode RungeKutta jauh lebih kecil dari-pada metode Euler.

    Ide di belakangmetode RungeKutta adalah menghitung nilai f(t; y)pada beberapa titik di dekat kurva penyelesaian yang dipilih denganmetode tertentu di dalam interval (t

    k

    ; t

    k

    + h) dan mengkombinasikannilai-nilai ini sedemikian hingga diperoleh keakuratan yang baik padahampiran berikutnya, y

    k+1

    .

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 424 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    Jika titik (tk

    ; y

    k

    ) diketahui, maka titik solusi (tk+1

    ; y

    k+1

    ) dapat diper-oleh dengan mengintegralkan y0(t) pada [t

    k

    ; t

    k+1

    ,

    Z

    t

    k+1

    t

    k

    f(t; y(t)) dt =

    Z

    t

    k+1

    t

    k

    y

    0

    (t) dt = y(t

    k+1

    ) y(t

    k

    );

    atau

    y(t

    k+1

    ) = y(t

    k

    ) +

    Z

    t

    k+1

    t

    k

    y

    0

    (t) dt:

    Dengan menggunakan aturan trapesium dengan lebar langkah h = tk+1

    t

    k

    untuk menghitung hampiran suku integral diperoleh hampiran

    y(t

    k+1

    ) y(t

    k

    ) +

    h

    2

    [f(t

    k

    ; y

    k

    ) + f(t

    k+1

    ; y

    k+1

    ):

    Suku kedua pada ruas kanan memuat nilai ruas kiri, yk+1

    . Kita dapatmenggunakan metode Euler untuk menaksir y

    k+1

    pada ruas kanan, se-hingga diperoleh metode Heun:

    y(t

    k+1

    ) = y(t

    k

    ) +

    h

    2

    [f(t

    k

    ; y

    k

    ) + f(t

    k+1

    ; y

    k

    + hf(t

    k

    ; y

    k

    )):

    Galat pada setiap langkah dalam metode Heun (atau metode RK2)sama dengan galat aturan trapesium, yakni (dapatkah Anda jelaskan?)

    y

    00

    (

    k

    )

    h

    3

    12

    :

    Oleh karena itu, galat setelah n langkah pada metode Heun menjadi

    n

    X

    k=1

    y

    00

    (

    k

    )

    h

    3

    12

    t

    n

    t

    0

    12h

    y

    00

    ()h

    3

    = O(h

    2

    ):

    Dengan demikian kita peroleh bahwa galat pada setiap langkah (iterasi)dalam metode Heun (RK2) adalah O(h3), sedangkan galat yang teraku-mulasi pada akhir setiap langkah adalah O(h2).

    CONTOH 7.11.

    Gunakan metode Heun (RK2) untuk menyelesaikan masalah nilai awal

    y

    0

    = (t y)=2 pada [0; 3 dengan y(0) = 1;

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 426 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    >>h1=1;h2=1/2;h3=1/4;h4=1/8;tn=3;>>t0=0;y0=1;yh1=[t0 y0];yh2=yh1;yh3=yh1;yh4=yh1;>>for k=1:tn/h1, %perhitungan untuk h1>>t=t0+h1; y=y0+h1/2*((t0-y0)/2+(t-y0-h1*(t0-y0)/2)/2);>>t0=t; yh1=[yh1;t y]; y0=y;>>end>>t0=0;y0=1; for k=1:tn/h2, %perhitungan untuk h2>>t=t0+h2; y=y0+h2/2*((t0-y0)/2+(t-y0-h2*(t0-y0)/2)/2);>>t0=t; yh2=[yh2;t y]; y0=y;>>end>>t0=0;y0=1; for k=1:tn/h3, %perhitungan untuk h3>>t=t0+h3; y=y0+h3/2*((t0-y0)/2+(t-y0-h3*(t0-y0)/2)/2);>>t0=t; yh3=[yh3;t y]; y0=y;>>end>>t0=0;y0=1; for k=1:tn/h4, %perhitungan untuk h4>>t=t0+h4; y=y0+h4/2*((t0-y0)/2+(t-y0-h4*(t0-y0)/2)/2);>>t0=t; yh4=[yh4;t y]; y0=y;>>end

    Ringkasan hasil perhitungan untuk lebar-lebar langkah ditentukan tersebutdisajikan pada Tabel 7.1.

    7.3.2 Metode RungeKutta Orde 4 (RK4)

    Dalam pembahasan metode Heun (RK2) kita menggunakan aturan trape-

    sium untuk menaksir nilai integralR

    t

    k+1

    t

    k

    y

    0

    (t) dt. Metode RK4 diturunkansecara serupa, namun dengan menggunakan aturan Simpson denganlebar langkah h=2 = (t

    k+1

    t

    k

    )=2 untuk mendapatkan hampiran nilaiintegral tersebut, sehingga diperoleh hampiran (Coba Anda turunkan!)

    y(t

    k+1

    ) = y(t

    k

    ) +

    h

    6

    [f(t

    k

    ; y

    k

    ) + 4 f

    t

    k

    + t

    k+1

    2

    ; y(

    t

    k

    + t

    k+1

    2

    )

    + f(t

    k+1

    ; y

    k

    + hf(t

    k

    ; y

    k

    ))

    :

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 428 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    Suku galat di dalam aturan Simpson dengan lebar langkah h=2adalah (Jelaskan!)

    y

    (4)

    (

    k

    )

    h

    5

    2880

    ;

    sehingga galat yang terakumulasi setelah n langkah pada metode RK4adalah

    n

    X

    k=1

    y

    (4)

    (

    k

    )

    h

    5

    2880

    ny

    (4)

    ()

    h

    5

    2880

    =

    (t

    n

    t

    0

    )

    2h

    y

    (4)

    ()

    h

    5

    2880

    = O(h

    4

    ):

    CONTOH 7.12.

    Gunakan metode RungeKutta orde 4 (RK4) untuk menyelesaikan masalah nilaiawal

    y

    0

    = (t y)=2 pada [0; 3 dengan y(0) = 1;

    dengan menggunakan lebar langkah h = 1; 12

    ;

    1

    4

    , dan 18

    .Penyelesaian:

    Rumus-rumus gradien Si

    yang perlu dihitung untuk PD di atas adalah, untukk = 0; 1; 2; :::; n(= 3=h),

    S

    1

    =

    t

    k

    y

    k

    2

    S

    2

    =

    t

    k

    + h=2 y

    k

    hS

    1

    =2

    2

    S

    3

    =

    t

    k

    + h=2 y

    k

    hS

    2

    =2

    2

    S

    4

    =

    t

    k+1

    y

    k

    hS

    3

    2

    :

    Dengan rumus-rumus di atas kita dapat menghitung hampiran-hampiran padasetiap iterasi, untuk k = 0; 1; 2; :::; n(= 3=h),

    y(t

    k+1

    ) = y(t

    k

    ) +

    h

    6

    [S

    1

    + 2(S

    2

    + S

    3

    ) + S

    4

    ;

    dengan t0

    = 0 dan y0

    = 1.Kode MATLAB berikut ini akan menghasilkan nilai-nilai hampiran tersebut

    untuk lebar-lebar langkah yang ditentukan.

    >>tn=3;h1=1;h2=1/2;h3=1/4;h4=1/8;>>t0=0;y0=1;yh1=[t0 y0];yh2=yh1;yh3=yh1;yh4=yh1;

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 430 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    >>end>>t0=0;y0=1; for k=1:tn/h3, %perhitungan untuk h3>>t=t0+h3;>>s1=(t0-y0)/2;s2=(t0+h3/2-y0-h3*s1/2)/2;>>s3=(t0+h3/2-y0-h3*s2/2)/2; s4=(t-y0-h3*s3)/2;>>y=y0+h3*(s1+2*(s2+s3)+s4)/6;yh3=[yh3;t y];t0=t;y0=y;>>end>>t0=0;y0=1; for k=1:tn/h4, %perhitungan untuk h4>>t=t0+h4;>>s1=(t0-y0)/2;s2=(t0+h4/2-y0-h4*s1/2)/2;>>s3=(t0+h4/2-y0-h4*s2/2)/2; s4=(t-y0-h4*s3)/2;>>y=y0+h4*(s1+2*(s2+s3)+s4)/6;yh4=[yh4;t y];t0=t;y0=y;>>end

    Tabel 7.2 menyajikan ringkasan hasil perhitungan dengan kode di atas. Banding-kan hasil perhitungan dengan metode RK4 dan hasil perhitugan dengan metodeRK2 sebelumnya!

    LATIHAN 7.3

    1. Tulis programMATLAB yang mengimplementasikanmetodeHeun.

    2. Gunakan metode Heun (RK2) untuk mendapatkan hampiran solusimasalah-masalah nilai di bawah ini pada interval yang diberikandan dengan lebar langkah yang ditentukan. Bandingkan nilai-nilai hampiran solusi dengan nilai-nilai fungsi solusi eksak yangdiberikan. Untuk keperluan perhitungan gunakan program MAT-LAB yang Anda tulis.

    (a) y0 = t2y; y(0) = 1 pada (i) [0; 0:2 dengan h = 0:2; 0:1; 0:05dan (ii) [0; 2 dengan h = 0:2; 0:1; 0:05. Solusi eksak y(t) =e

    t

    + t

    2

    2t+ 2.

    (b) y0 = 3t+3y; y(0) = 1 pada (i) [0; 0:2 dengan h = 0:2; 0:1; 0:05dan (ii) [0; 2 dengan h = 0:2; 0:1; 0:05. Solusi eksak y(t) =4

    3

    e

    3t

    t

    1

    3

    .

    (c) y0 = ty; y(0) = 1 pada (i) [0; 0:2 dengan h = 0:2; 0:1; 0:05dan (ii) [0; 2 dengan h = 0:2; 0:1; 0:05. Solusi eksak y(t) =

    e

    t

    2

    =2.

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 432 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    7.4 Metode Prediktor-Korektor

    Metode-metode yang sudah dibahas pada bagian-bagian sebelum-nya (metode Euler dan RungeKutta) merupakan metode-metode satulangkah untuk menyelesaiakan persamaan diferensial biasa. Sekarangkita akan membahas metode multilangkah, yang menghitung y

    k

    denganmenggunakan gradien-gradien f

    j

    , dengan j < k, yang sudah diperolehsebelumnya. Metode ini tidak dapat mulai dengan sendirinya, karena ter-gantung pada metode-metode satu langkah seperti metode Euler untukmemperoleh beberapa gradien awal.

    Metode prediktor-korektor terdiri atas dua bagian: (1) bagian predik-tor, yang memprediksi y

    k

    dengan menggunakan gradien-gradien fj

    (j a=1;b=2;h=0.1;y0=1;>>xy=[a y0];>>for t=a+h:h:b,y=y0+h*t*sqrt(y0);

    xy=[xy;t y];y0=y;end>>xyxy =1. 1.1.1 1.111.2 1.23642781.3 1.38098111.4 1.54550231.5 1.73197961.6 1.94254711.7 2.17948511.8 2.44522051.9 2.74232742. 3.0735268

    Bandingkan nilai-nilai tersebut dengan nilai-nilai penyelesaian eksak y1

    :

    x y1 = (

    x

    2

    +3

    4

    )

    2

    1: 1:

    1:1 1:1077562

    1:2 1:2321

    1:3 1:3747563

    1:4 1:5376

    1:5 1:7226562

    1:6 1:9321

    1:7 2:1682562

    1:8 2:4336

    1:9 2:7307563

    2: 3:0625

    Gambar 7.9 menyajikan grafik hampiran penyelesaian dengan metode Eu-ler dan kurva penyelesaian eksak y

    1

    .

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 438 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    1.1 1.1184541.2 1.25471721.3 1.41066611.4 1.58832751.5 1.78987791.6 2.01764381.7 2.27410181.8 2.56187831.9 2.88374962. 3.2426423

    Perbandingan hasil metode trapesiumEuler dan penyelesaian eksak dapatdilihat pada Gambar 7.10.

    1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 20.2

    0.18

    0.16

    0.14

    0.12

    0.1

    0.08

    0.06

    0.04

    0.02

    0

    galat metode Eulergalat metode trapesium Euler

    Gambar 7.11: Perbandingan galat metode Euler dan galat metode trapesiumEuler terhadap solusi eksak PD dy

    dx

    = x

    p

    y dengan syarat awal y(1) = 1.

    Dengan membandingkan Gambar 7.9 dan Gambar 7.10 kita melihat bahwa titik-titik hampiran dengan metode trapesium Euler lebih jauh daripada titik-titikhampiran dengan metode Euler ke kurva solusi eksak. Hal ini menunjukkan

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 444 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    9. Berdasarkan uraian pada subbab 7.4, turunkan rumus AdamsBashforth dualangkah, tigalangkah, dan rumus AdamsMoultondualangkah.

    7.5 Metode Galerkin

    7.5.1 Metode Kuadrat Terkecil

    Misalkan persamaan diferensial yang hendak diselesaikan dinyatakan se-bagai

    dy

    dx

    = f(x; y)

    dengan syarat awal y(a) = .Metode kuadrat terkecil dapat dijelaskan sebagai berikut.

    1. Anggap penyelesaian PD di atas merupakan suatu fungsi diferensi-abel, misalnya, berbentuk polinomial berderajad n:

    y

    = b

    0

    + b

    1

    x+ b

    2

    x

    2

    + ::: + b

    n

    x

    n

    Kita ingin menentukan koefisien-koefisien b0

    ; b

    1

    ; b

    2

    ; :::; b

    n

    .

    2. Gunakan syarat awal untuk menghitung salah satu koefisien atauuntuk memperoleh suatu syarat untuk mendapatkan koefisien-koefisien tersebut.

    3. Misalkan e adalah galat di dalam asumsi ini, yakni selisih antaraturunan-turunan tersebut:

    e =

    dy

    dx

    dy

    dx

    Definisikan fungsi kuadrat terkecil g sebagai integral kuadrat galattersebut, yakni

    g =

    Z

    x

    e

    2

    dx

    4. Masalah kita adalah mencari nilai-nilai b0

    ; b

    1

    ; b

    2

    ; :::; b

    n

    yang mem-inimumkan g, yakni sedemikian hingga

    g

    b

    i

    =

    Z

    x

    2e

    e

    b

    i

    dx = 0; untuk i = 1; 2; : : : ; n:

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 446 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    Tabel 7.3: Penyelesaian eksak dan metode kuadrat terkecil PD y0 =xy; y(0) = 1 pada [0; 1.

    x y

    y jy y

    j

    jyy

    j

    y

    100%

    0 1 1 0 0

    0:1 1:04688 1:00501 0:0418625 4:16537

    0:2 1:09375 1:0202 0:0735487 7:20923

    0:3 1:14063 1:04603 0:0945971 9:04346

    0:4 1:1875 1:08329 0:104213 9:62007

    0:5 1:23438 1:13315 0:101227 8:93321

    0:6 1:28125 1:19722 0:0840326 7:019

    0:7 1:32813 1:27762 0:0505037 3:95295

    0:8 1:375 1:37713 0:00212776 0:154507

    0:9 1:42187 1:4993 0:0774275 5:16423

    1: 1:46875 1:64872 0:179971 10:9158

    berikan suatu penyelesaian.

    7.5.2 Metode Galerkin

    Metode ini sangat mirip dengan metode kuadrat terkecil. Perbedaannyapada persamaan normal, yang diberikan oleh

    Z

    x

    ew

    i

    dx = 0 untuk i = 1; 2; 3; :::; n:

    Khususnya, untuk hampiran dengan polinomial berderajad n kita mem-punyai persamaan normal

    Z

    x

    ex

    i

    dx = 0 untuk i = 1; 2; 3; :::; n:

    CONTOH 7.15.

    Carilah penyelesaian persamaan diferensial

    dy

    dx

    = xy; dengan syarat awal y(0) = 1

    dengan menggunakan metode Galerkin.

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 448 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    Tabel 7.5: Penyelesaian eksak, metode kuadrat terkecil, dan metodeGalerkin PD y0 = xy; y(0) = 1 pada [0; 1.

    x y

    y jy y

    j

    jyy

    j

    y

    100%

    0 1 1 0 0

    0:1 0:982237 1:00501 0:0227757 2:26621

    0:2 0:981579 1:0202 0:0386224 3:78576

    0:3 0:998026 1:04603 0:0480015 4:58894

    0:4 1:03158 1:08329 0:0517081 4:77326

    0:5 1:08224 1:13315 0:0509116 4:49293

    0:6 1:15 1:19722 0:0472174 3:94393

    0:7 1:23487 1:27762 0:0427529 3:34629

    0:8 1:33684 1:37713 0:0402857 2:92534

    0:9 1:45592 1:4993 0:0433814 2:89344

    1: 1:59211 1:64872 0:056616 3:43393

    LATIHAN 7.5

    1. Tulis algoritma kuadrat terkecil untuk menyelesaikan masalah nilaiawal

    y

    0

    (t) = f(t; y(t)); y(t

    0

    ) = y

    0

    denganmenganggap solusi PDdi atas merupakan polinomial berde-rajad n. Implementasikan algoritma tersebut dengan programMAT-LAB.

    2. Gunakan metode kuadrat terkecil untuk menyelesaikan masalah-masalah nilai awal berikut ini denganmenggukana hampiran fungsisolusi berupa polinomial berderajad n, untuk nilai n yang diberikan.

    (a) y0 = xy2, y(0) = 1, n = 1.

    (b) y0 = xy2, y(0) = 1, n = 2.

    (c) y0 = x+ y2, y(0) = 1, n = 3.

    (d) y0 = x y, y(0) = 1, n = 1.

    (e) y0 = x+ xy, y(0) = 1, n = 2.

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 450 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    CONTOH 7.16.

    Selesaikan persamaan diferensial

    y

    00

    2y

    0

    + 2y = e

    2t

    sin t 0 t 1; y(0) = 0:4; y

    0

    (0) = 0:6:

    Penyelesaian:

    Dengan u1

    (t) = y(t) dan u2

    (t) = y

    0

    (t), PD di atas dapat diubah ke dalam sistemPD

    du

    1

    (t)

    dt

    = u

    2

    (t) = f

    1

    (t; u

    1

    ; u

    2

    ) (D1)

    du

    2

    (t)

    dt

    = e

    2t

    sin t 2u

    1

    (t) + 2u

    2

    (t) = f

    2

    (t; u

    1

    ; u

    2

    ) (D2)

    dengan syarat awal u1

    (0) = 0:4, u2

    (0) = 0:6.Kita coba selesaikan sistem PD di atas dengan menggunakan metode

    RungeKutta orde empat dengan lebar subinterval h = 0:1. MisalkanS

    11

    ; S

    21

    ; S

    31

    ; S

    41

    adalah gradien-gradien yang perlu dihitung untuk PD (D1)pada iterasi pertama. Misalkan S

    12

    ; S

    22

    ; S

    32

    ; S

    42

    adalah gradien-gradien yangperlu dihitung untuk PD (D2) pada iterasi pertama. Misalkan juga y

    1i

    dan y2i

    berturut-turut menyatakan nilai-nilai y dan y0 pada iterasi ke-i. Maka kita punyasyarat awal y

    10

    = 0:4 dan y20

    = 0:6. Pada iterasi pertama kita hitung,

    S

    11

    = hf

    1

    (t

    0

    ; y

    10

    ; y

    20

    ) = hy

    20

    = (0:1)(0:6) = 0:06

    S

    12

    = hf

    2

    (t

    0

    ; y

    10

    ; y

    20

    ) = h[e

    2t

    0

    sin t

    0

    2y

    10

    (t) + 2y

    20

    (t) = 0:04

    S

    21

    = hf

    1

    (t

    0

    + h=2; y

    10

    + S

    11

    =2; y

    20

    + S

    12

    =2)

    = h[y

    20

    + S

    12

    =2 = (0:1)(0:6) = 0:062

    S

    22

    = hf

    2

    (t

    0

    + h=2; y

    10

    + S

    11

    =2; y

    20

    + S

    12

    =2)

    = h[e

    2(t

    0

    +0:05)

    sin(t

    0

    + 0:05) 2(y

    10

    + S

    11

    =2) + 2(y

    20

    + S

    12

    =2)

    = 0:0324764

    S

    31

    = hf

    1

    (t

    0

    + h=2; y

    10

    + S

    21

    =2; y

    20

    + S

    22

    =2)

    = h[y

    20

    + S

    22

    =2 = 0:06162382238

    S

    32

    = hf

    2

    (t

    0

    + h=2; y

    10

    + S

    21

    =2; y

    20

    + S

    22

    =2)

    = h[e

    2(t

    0

    +0:05)

    sin(t

    0

    + 0:05) 2(y

    10

    + S

    21

    =2) + 2(y

    20

    + S

    22

    =2)

    = 0:0315241

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 452 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    >>for t=a:h:b,>>S11=h*y2;S12= h*(exp(2*t)*sin(t)-2*y1+2*y2);>>S21=h*(y2+S12/2);>>S22= h*(exp(2*(t+0.05))*sin(t+0.05)-2*(y1+S11/2)...+2*(y2+S12/2));

    >>S31=h*(y2+S22/2);>>S32= h*(exp(2*(t+0.05))*sin(t+0.05)-2*(y1+S21/2)...+2*(y2+S22/2));

    >>S41=h*(y2+S32/2);>>S42= h*(exp(2*(t+0.1))*sin(t+0.1)-2*(y1+S31)...+2*(y2+S32));

    >>y1i = y1 + (S11+2*S21+2*S31+S*41)*h/6;>>y2i = y2 + (S12+2*S22+2*S32+S*42)*h/6;>>ty1y2=[ty1y2;t y1i y2i];>>y1=y1i;y2=y2i;>>end

    0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 10.75

    0.7

    0.65

    0.6

    0.55

    0.5

    0.45

    0.4

    0.35

    solusi eksak hampiran dgn metode RK4

    Gambar 7.12: Kurva penyelesaian eksak dan hampiran solusi PD y002y0+2y =e

    2t

    sin t 0 t 1; y(0) = 0:4; y

    0

    (0) = 0:6.

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 454 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    3. Ubahlah masalah-masalah nilai awal di bawah ini menjadi sistempersamaan diferensial orde satu, serta berikan nilai-nilai awalnya.

    (a) Persamaan Bessel,

    xy

    00

    + y

    0

    + kxy = 0; y(0) = 1; y

    0

    (0) = 0;

    (b) Ayunan teredam,

    mx

    00

    + x

    0

    + kx = F

    0

    sin(!t); x(0) = x

    0

    ; x

    0

    (0) = 0;

    (c) Persamaan Duffing,

    x

    00

    + x

    0

    + x+ x

    3

    = F

    0

    os(!t); x(0) = x

    0

    ; x

    0

    (0) = 0;

    4. Selesaikan persamaan van der Pol di bawah ini dengan menggu-nakan metode RK4. Gunakan lebar langkah h = 0:1.

    y

    00

    (:1)(1 y

    2

    )y

    0

    + y = 0; y(0) = 1; y

    0

    (0) = 0

    5. Ubahlah sistem persamaan diferensial

    y

    0

    = p; p

    0

    = 100y 101p; y(0) = 1; p(0) = 1;

    menjadi sebuah persamaan diferensial (masalah nilai awal) berordedua. Selesaikan sistem PD tersebut dengan metode RK4 denganlebar langkah h = 0:01 Bandingkan hasil perhitungan tersebut de-ngan solusi eksak y = ex.

    6. Seekor anjing, keluar dari rumahnya, karena melihat tuannya ber-jalan sepanjang lorong ia mengejarnya. Dengan asumsi anjing terse-but selalu lari ke arah tuannya dan lorong tersebut lurus, persamaanlintasan anjing dapat diturunkan dari PD

    xy

    00

    =

    p

    1 + (y

    0

    )

    2

    dengan adalah rasio kecepatan tuan dan anjingnya. Di sini x me-nyatakan jarak anjing ke tuannya dan y adalah jarak yang ditempuholeh tuan anjing. Pertanyaannya adalah setelah tuan berjalan seber-apa jauh, anjing tersebut mencapai tuannya? Penyelesaian eksak PD

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 456 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    masalah-masalah persamaan diferensial biasa. Uraian ini didasarkanpada panduan online (help) MATLAB versi 6.1.

    Tabel 7.7 menyajikan daftar solver (fungsi) MATLAB untuk menye-lesaikan masalah-masalah nilai awal, jenis (kategori masalah) dan metodeyang dipakai.

    Tabel 7.7: Fungsi-fungsiMATLAB untukmenyelesaikanmasalah-masalahPD

    Solver Jenis masalah yang Metode

    dapat diselesaikan

    ode45 PD non-stiff Runge Kuttaode23 PD non-stiff Runge Kuttaode113 PD non-stiff Adamode15s PD stiff dan PD aljabar (DAE) NDF (BDF)ode23s PD stiff Rosenbrockode23t PD stiff moderat dan DAE Aturan Trapesiumode23tb PD stiff TR-BDF2

    Tentang metode penyelesaian

    Fungsi ode45 didasarkan pada rumus eksplisit Runge Kutta (4,5),pasangan Dormand Prince, dan merupakan metode satu-langkah un-tuk menghitung penyelesaian y(t

    n

    ) digunakan satu penyelesaian padatitik waktu sebelumnya, y(t

    n1

    ). Secara umm, ode45 adalah pemecahPD terbaik untuk "pertama kali dicoba" digunakan pada kebanyakan PDbiasa.Fungsi ode23 merupakan implementasi rumus eksplisit Runge-Kutta(2,3) pasangan Bogacki dan Shampine. Metode ini mungkin lebih efisiendaripada ode45 pada toleransi kasar dan pada masalah yang agak stiff.Seperti ode45, ode23 adalah implementasi metode satu-langkah.Fungsi ode113 adalah implementasi metode Adams Bashforth Moul-ton PECE.Metode ini mempunyai orde variabel danmungkin lebih efisiendaripada ode45 dengan toleransi yang ketat dan apabila fungsi PD-nyasusah dihitung.Fungsi ode113 menggunakan metode multilangkah biasanya untukmenghitung suatu penyelesaian diperlukan beberapa penyelesaian se-belumnya.

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 458 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    Kahaner, D. , C. Moler, and S. Nash, Numerical Methods and Software,Prentice-Hall, New Jersey, 1989.

    Shampine, L. F. , Numerical Solution of Ordinary Differential Equations,Chapman & Hall, New York, 1994.

    Shampine, L. F. andM. K. Gordon, Computer Solution of Ordinary Dif-ferential Equations: the Initial Value Problem, W. H. Freeman, SanaFran-cisco, 1975.

    Shampine, L. F. and M. E. Hosea, "Analysis and Implementation ofTR-BDF2," Applied Numerical Mathematics 20, 1996.

    Shampine, L. F. and M. W. Reichelt, "The MATLAB ODE Suite,"SIAM Journal on Scientific Computing, Vol. 18, 1997, pp 1-22.

    Shampine, L. F., M. W. Reichelt, and J.A. Kierzenka, "Solving Index-1 DAEs in MATLAB and Simulink," SIAM Review, Vol. 41, 1999, pp538-552.

    Sintaks pemakaian:

    [T,Y] = solver(fungsiPD,tspan,y0)[T,Y] = solver(fungsiPD,tspan,y0,opsi)[T,Y] = solver(fungsiPD,tspan,y0,opsi,p1,p2...)[T,Y,TE,YE,IE] = solver(fungsiPD,tspan,y0,opsi)sol = solver(fungsiPD,[t0 tf],y0...)

    dengan solver adalah salah satu di antara ode45, ode23, ode113,ode15s, ode23s, ode23t, atau ode23tb.Masukan:

    fungsiPD : Fungsi MATLAB yang mendefinisikan PD. Semua solverMATLAB dapat menyelesaikan sistem PD dalam bentuk y0 = f(t; y)atau masalah PD yang melibatkan matriks massa, M(t; y)y0 =f(t; y). Solver ode23s hanya dapat menyelesaikan PD dengan ma-triks massa konstan, sedangkan solver ode15s dan ode23t dapatmenyelesaikan masalah PD dengan matriks massa singular, misal-nya PD aljabar (DAE).

    tspan : Suatu vektor yang menyatakan interval integrasi. Solver akanmenyimpan syarat awal pada tspan(1) dan mengintegralkan dari

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 460 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    Tabel 7.8: Parameter Opsional pada Solver PD MATLAB

    Parameter ode45 ode23 ode113 ode15s ode23s ode23t ode23tbRelTol v v v v v v vAbsTolNormControlOutputFcn v v v v v v vOutputSelRefineStatsEvents v v v v v v vMaxStep v v v v v v vInitialStepJacobian - - - v v v vJPatternVectorizedMass v v v v v v vMStateDependence v v v v - v vMvPattern - - - v - v vMassSingular - - - v - v -InitialSlope - - - v - v -MaxOrder, BDF - - - v - - -

    tingkat satu yang ekivalen dengan PD semula, dalam bentuk y0 =f(t; y). Setiap PD biasa berbentuk y(n) = f(t; y; y0; y00; :::; y(n1)) da-pat dinyatakan sebagai sebuah sistemPD tingkat satu denganmeng-gunakan substitusi

    y

    1

    = y; y

    2

    = y

    0

    ; :::; y

    n

    = y

    (n1)

    :

    Hasilnya adalah sistem n PD tingkat satu:

    y

    0

    1

    = y

    2

    y

    0

    2

    = y

    3

    ...

    y

    0

    n

    = f(t; y

    1

    ; y

    2

    ; :::; y

    n

    ):

    Sebagai contoh, PD van der Pol (PD tingkat dua) y001

    (1 y

    2

    1

    )y

    0

    1

    +

    y

    1

    = 0 dengan adalah suatu parameter skalar, dengan substitusiy

    0

    1

    = y

    2

    , dapat diubah ke sistem 2 PD tingkat satu:

    y

    0

    1

    = y

    2

    y

    0

    2

    = (1 y

    2

    1

    )y

    2

    y

    1

    :

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 462 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    >>plot(t,y(:,1),-,t,y(:,2),--)>>title(Penyelesaian PD van der Pol Equation

    dengan \mu = 1);>>xlabel(Waktu (t));>>ylabel(Penyelesaian (y));>>legend(y_1,y_2)

    0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 203

    2

    1

    0

    1

    2

    3Penyelesaian PD van der Pol Equation dengan = 1

    Waktu (t)

    Peny

    elesa

    ian (y

    )

    y1y2

    Gambar 7.13: Penyelesaian sistem y01

    = y

    2

    ; y

    0

    2

    = (1 y

    2

    1

    )y

    2

    y

    1

    ; y

    1

    (0) =

    2; y

    2

    (0) = 0

    Menambahkan Parameter Tambahan ke Fungsi PD

    Solver MATLAB akan menggunakan parameter-parameter tambahansetelah argumen opsi ke fungsi PD dan fungsi lain yang dinyatakandalam opsi. Sebagai contoh:

    1. Perumum fungsi PD van der Pol dengan menambahkan parame-ter konstanta mu, sebagai ganti menuliskan nilainya pada definisifungsi.

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 466 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    Sistem PD tersebut dalam MATLAB dapat didefinisikan dengan fungsivdp1000 dalam berkas M-file vdp1000.m yang isinya sebagai berikut.

    function dy = vdp1000(t,y)dy = zeros(2,1); % vektor kolomdy(1) = y(2);dy(2) = 1000*(1 - y(1)^2)*y(2) - y(1);

    Dalam contoh ini akan digunakan nilai-nilai batas toleransi galat relatif dangalat mutlak aslinya (yakni 1e-3 dan 1e-6) dan menyelesaikannya pada inter-val waktu [0 3000] dengan vektor syarat awal [0 1] pada waktu 0. Solveryang digunakan adalah ode15s, karena masalahnya bersifat stiff.

    >>[T,Y] = ode15s(@vdp1000,[0 3000],[0 1]);

    0 500 1000 1500 2000 2500 30001500

    1000

    500

    0

    500

    1000

    1500

    t

    y 2

    Solusi y2 PD van der Pol dengan =1000

    Gambar 7.16: Solusi y2

    sistem y01

    = y

    2

    ; y

    0

    2

    = 1000(1 y

    2

    1

    )y

    2

    y

    1

    ; y

    1

    (0) =

    0; y

    2

    (0) = 1

    Selanjutnya, penyelesaian yang didapat diplot, yakni kolom-kolom matriksY terhadap vektor kolom T. Oleh karena nilai-nilai y

    2

    dan y1

    mempunyai perilakuyang berlainan sekali, maka keduanya diplot terpisah. Hasilnya ditunjukkan padaGambar 7.15 dan 7.16.

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 468 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    Dengan MATLAB kita dapat menghitung hampiran nilai-nilai u(t) untukt > 0. Dengan demikian kita dapat menggambar kurva penyelesaian PD (7.37).Berikut disajikan dua perintah MATLAB untuk menyelesaiakan PD tersebut,yakni perintah ode23 dan ode45. Misalkan kita menginginkan penyelesaianpada interval [0, 100].

    Mula-mula didefinisikan fungsi PD (7.37), yang dinyatakan dalam variabelt dan u, pada M-file infeksi.m.function du=infeksi(t,u)k=0.2; du=k*u*(1-u);(Sekalipun pada perhitungan fungsi di atas tidak memerlukan variabel t, namunvariabel t diperlukan oleh perintah ode23 dan ode45.) Berikut adalah penye-lesaiannya.

    >>[t,u]=ode23(@infeksi,[0,100],1/10000);>>plot(t,u)

    0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1000

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    1.2

    1.4

    t

    u(t)

    Gambar 7.18: Solusi u0(t) = 0:2u(t)(1 u(t)); u(0) = 1=10000 denganode23

    Fungsi ode23 di atas menghitung nilai-nilai u (fungsi yang merupakan penye-lesaian PD) pada nilai-nilai t di dalam interval [0, 100] berdasarkan nilai

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 472 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    dY=[Y(2);-sin(Y(1))];

    Akhirnya kita dapat menggunakan perintah ode23 atau ode45 untuk menda-patkan penyelesainnya.

    >>[t,Y]=ode23(@pdtk2,[0:.25:20],[pi/4;0]);>>[t1,Y1]=ode45(@pdtk2,[0:.25:20],[pi/4;0]);>>u=Y(:,1);u1=Y1(:,1);plot(t,u,:,t1,u1);

    0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 200.8

    0.6

    0.4

    0.2

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    t

    u(t)

    solusi dengan ode23solusi dengan ode45

    Gambar 7.21: Penyelesaian PD u00+sin(u) = 0; u(0) = =4; u0(0) = 0 denganode23 dan ode45

    Pada Gambar 7.21 tampak kurva kedua penyelesaian berimpit. Jadi kedua perin-tah dapat dianggap memberikan penyelesaian yang sama.

    Latihan 7.7

    1. Tunjukkan bahwa (7.39) merupakan penyelesaian PD (7.37) dengannilai awal (7.38).

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 474 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    (c) Apabila pendulum tersebut berayunmelalui sudut-sudut kecil,persamaan (7.40) dapat dihampiri oleh

    d

    2

    u

    dt

    2

    + u(t) = 0; (7.44)

    u(0) = =4;

    du

    dt

    (0) = 0:

    Selesaikan PD (7.44) dan bandingkan hasilnya dengan penyelesaianPD (7.40). (Gambarlah kurva kedua penyelesaian pada sumbu koor-dinat yang sama.)

    7.8 Rangkuman

    Sebagai akhir bab ini berikut disajikan beberapa konsep dasar tentang per-samaan diferensial, masalah nilai awal, dan beberapametode numerik un-tuk mendapatkan hampiran penyelesaian masalah nilai awal.

    Persamaan diferensial (PD) biasa tingkat satu adalah persamaan yangberbentuk

    y

    0

    (t) = f(t; y(t)); t t

    0

    ;

    dengan y(t) adalah fungsi tak diketahui yang hendak dicari danf adalah fungsi dua variabel (dalam t dan y). Penyelesaian eksaksuatu PD adalah fungsi y(t) yang memenuhi persamaan tersebut.

    Masalah nilai awal adalah suatu persamaan diferensial yang dilengkapidengan syarat nilai awal untuk fungsi yang tak diketahui,

    y

    0

    (t) = f(t; y(t)); t t

    0

    ; y(t

    0

    ) = y

    0

    :

    Penyelesaian numerik suatu masalah nilai awal adalah himpunantitik-titik (t

    k

    ; y

    k

    ), untuk k = 1; 2; :::; n, dengan yk

    y(t

    k

    ), jika y(t)adalah penyelesaian eksaknya.

    Syarat Lipschitz Misalkan R = f(t; y)j a t b; y dg sebuahpersegi panjang, dan f(t; y) adalah suatu fungsi yang kontinyu padaR: Fungsi f dikatakan memenuhi syarat Lipschitz terhadap variabe

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)

  • 478 Bab 7. Persamaan Diferensial Biasa

    Metode Adams Bashforth Empat-Langkah untuk menghitung ham-piran penyelesaian masalah nilai awal y0 = f(t; y) dengan y(t

    0

    ) = y

    0

    pada [t0

    ; b:

    t

    k

    = t

    k1

    + h;

    y

    k+1

    = y

    k

    +

    h

    24

    [55f

    k

    59f

    k1

    + 37f

    k2

    9f

    k3

    untuk setiap k = 3; 4; 5; :::;

    dengan h adalah lebar langkah yang diberikan, fi

    = f(t

    i

    ; y

    i

    ). Nilaiy

    1

    , y2

    , dan y3

    dihitung dengan metode lain, misalnya metode RK4.

    Metode Adams Moulton Dua-Langkah untuk menghitung hampiranpenyelesaian masalah nilai awal y0 = f(t; y) dengan y(t

    0

    ) = y

    0

    pada[t

    0

    ; b:

    t

    k

    = t

    k1

    + h; k = 1; 2; 3; :::;

    y

    k+1;0

    = y

    k

    +

    h

    12

    [23f

    k

    16f

    k1

    + 5f

    k2

    ); k = 2; 3; :::

    y

    k+1;j

    = y

    k

    +

    h

    12

    [5f(t

    k+1

    ; y

    k+1;j1

    ) + 8f

    k

    f

    k1

    ; j = 1; 2; :::; m;

    y

    k+1

    = y

    k+1;m

    3 jy

    k+1;m

    y

    k+1;m1

    j <

    untuk setiap k = 2; 3; :::;

    dengan h adalah lebar langkah dan adalah batas toleransi yangdiberikan, f

    i

    = f(t

    i

    ; y

    i

    ). Nilai-nilai y1

    dan y2

    dihitung dengan salahsatu metode lain (misalnya RK4).

    Metode Adams Moulton Tiga-Langkah untuk menghitung hampiranpenyelesaian masalah nilai awal y0 = f(t; y) dengan y(t

    0

    ) = y

    0

    pada[t

    0

    ; b:

    t

    k

    = t

    k1

    + h; k = 1; 2; 3; :::;

    y

    k+1;0

    = y

    k

    +

    h

    24

    [55f

    k

    59f

    k1

    + 37f

    k2

    9f

    k3

    ); k = 3; 4; :::

    y

    k+1;j

    = y

    k

    +

    h

    24

    [9f(t

    k+1

    ; y

    k+1;j1

    ) + 19f

    k

    5f

    k1

    + f

    k2

    ;

    j = 1; 2; :::; m; dan

    y

    k+1

    = y

    k+1;m

    3 jy

    k+1;m

    y

    k+1;m1

    j <

    untuk setiap k = 3; 4; :::;

    Pengantar Komputasi Numerik cSahid (2004 2012)