kompre tb paru kel 6

42
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TB PARU KOMPREHENSIF I MAKALAH diajukan guna melengkapi tugas salah satu mata kuliah Komprehensif I dengan dosen Ns. Mulia Hakam, M.Kep, Sp.KMB oleh : Kelompok 6 Ahmad Nasrullah NIM 132310101010 Larasmiati Rasman NIM 132310101018 Nur Winingsih NIM 132310101020 Novita Nurkamilah NIM 132310101028 Aulia Bella Marinda NIM 132310101030 Popi Diah Putri K NIM 132310101035 Windi Noviani NIM 132310101036

Upload: fajar-kharisma

Post on 13-Apr-2016

226 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

oke hahahahahahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

TRANSCRIPT

Page 1: Kompre TB Paru Kel 6

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TB PARU

KOMPREHENSIF I

MAKALAH

diajukan guna melengkapi tugas salah satu mata kuliah Komprehensif I dengan

dosen Ns. Mulia Hakam, M.Kep, Sp.KMB

oleh :

Kelompok 6Ahmad Nasrullah NIM 132310101010Larasmiati Rasman NIM 132310101018Nur Winingsih NIM 132310101020Novita Nurkamilah NIM 132310101028Aulia Bella Marinda NIM 132310101030Popi Diah Putri K NIM 132310101035Windi Noviani NIM 132310101036

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: Kompre TB Paru Kel 6

BAB 1. LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi

TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman

TB (Mycobacterium tuberculosis), Sebagain besar kuman menyerang paru

tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain.(Dep Kes,2003)

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang

disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang

ditularkan melalui udara yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada

jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob

yang dapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang

bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru

tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges,

ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah

pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena

gangguan atau ketidakefektifan respon imun.

1.2 Epidemiologi

1. Person/orang

a. Umur

TB Paru Menyerang siapa saja Tua,Muda bahkan anak-anak, sebagian

besar penderita TB Paru di Negara berkembang berumur dibawah 50

tahun.Data WHO menunjukkan bahwa kasus TB di Negara berkembang

banyak terdapat pada umur produktif 15-29 tahun,Sejalan dengan

penelitian Rizkiyani (2008) yang menunjukkan jumlah penderita baru TB

Paru positif 87,6% berasal dari usia produktif (15-54 tahun) sedangkan

12,4 % terjadi pada usia lanjut (≤ 55 tahun).

Page 3: Kompre TB Paru Kel 6

b. Jenis Kelamin

Penyakit TB Paru menyerang orang dewasa dan anak-anak,laki-laki

dan perempuan.TB Menyerang sebagian besar wanita pada usia produktif.

Serupa dengan WHO yang menunjukkan lebih dari 900 juta wanita di

seluruh dunia tertular oleh kuman TB dan satu juta di antaranya meninggal

setiap tahun.

c. Status Gizi

Status nutrisi merupakan salah satu factor yang menetukan fungsi

seluruh system tubuh termasuk system imun.Sistem kekebalan dibutuhkan

manusia untuk memproteksi tubuh terutama mencegah terjadinya infeksi

yang disebabkan oleh mikroorganisme .

Bila daya tahan tubuh sedang rendah,kuman TB Mudah masuk ke

dalam tubuh.kuman ini akan berkumpul dalam paru-paru kemudian

berkembang biak,Tapi orang yang terinfeksi Kuman TB Paru belum tentu

menderita TB paru,Tergantung daya tahan tubuh.bila daya tahan tubuh

kuat maka kuman akan terus tertidur di dalam tubuh (dormant)dan tidak

berkembang menjadi penyakt namun apabila daya tahan tubuh lemah

makan kuman TB akan berkembang menjadi penyakit.penyakit TB Lebih

dominan terjadi pada masyarakat yang status gizi rendah karna system

imun yang lemah sehingga memudahkan kuman TB Masuk dan

berkembang biak.

d. Tingkah Laku

Faktor perilaku juga berpengaruh pada kesembuhan dan

bagaimana mencegah untuk tidak terinfeksi dan tidak menyebarkan

bakteri Mycobacterium tuberculosis. Dimulai dari perilaku hidup sehat

dengan tidak meludah sembarangan, menutup mulut menggunakan

sapu tangan atau tissue apabila batuk atau bersin sebagai upaya

pencegahan dini penyakit TB paru. Sebagaimana hasil penelitian

Putra (2011), mengatakan bahwa perilaku mempunyai hubungan yang

signifikan terhadap kejadian penyakit TB paru yang lebih banyak di derita

oleh mereka yang tidak bisa berprilaku sehat.

Page 4: Kompre TB Paru Kel 6

2. Place/tempat

a. Lingkungan

TB paru merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang di

tularkan melalui udara.Keadaan berbagai lingkungan yang dapat

mempengaruhi penyebaran TBC salah satunya adalah lingkungan yang

kumuh,kotor .Penderita TB Paru lebih banyak terdapat pada masyarakat

yang menetap pada lingkungan yang kumuh dan kotor.

b. Kondisi Sosial Ekonomi

Sebagai Penderita TB Paru adalah dari kalangan Miskin.Data WHO

yang menyatakan bahwa angka kematian akibat TB sebagai besar berada

di Negara berkembang yang relative miskin.

c. Wilayah

Resiko mendapatkan infeksi dan berkembangnya klinis penyakit TB

Paru bergantung pada keberadaan infeksi dalam masyarakat misalnya

Imigran dari daerah prevalensi tinggi TB, Ras yang beresiko tinggi dan

kelompok etnis minorias(misal Afrika,Amerika,Amerika Indian,Asli

Alaska,Asia,Kepulauan Pasifik dan Hispanik).

3. Time/waktu

Penyakit TB Paru dapat menyerang siapa saja,dimana saja dan Kapan saja

tanpa mengenal waktu,Apabila Kuman telah masuk ke dalam tubuh maka

pada saat itu kuman akan berkembang biak dan berpotensi untuk terjadinya

penyakit TB Paru.

1.3 Penyebab

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan

asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini

pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882,

sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch.

Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch

Pulmonum (KP).

Page 5: Kompre TB Paru Kel 6

Bakteri Mikobakterium tuberkulosa dapat menular lewat percikan dahak

yang keluar saat batuk, bersin atau berbicara karena penularannya melalui

udara yang terhirup saat bernapas (Rachmawati, 2007). Diperkirakan, satu

orang menderita TB paru BTA positif yang tidak diobati akan menulari

10-15 orang setiap tahunnya (Aditama, 2006).

1.4 Tanda dan gejala

Gejala-gejala paling umum pada penderita Tuberculosis Paru adalah :

1. Demam

Biasanya subfebris menyerupai demam influenza dan kadang-kadang

panas badan dapat mencapai 40 – 41 0C serangan demam dapat sembuh

kembali begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini,

sehingga klien merasa tidak terbebas dari serangan demam influenza. Dan

keadaan ini sangat dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat

ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.

2. Batuk

Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada

bronkus, batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang

keluar karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama.

Mungkin saja bentuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam

jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan

peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif)

kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan

sputum) keadaan berlanjut adalah batuk darah (hemoptoe) karena terdapat

pembuluh daran yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis

terjadi pada kavitasi, tapi juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

Pada penyakit yang ringan (baru timbul) belum dirasakan sesak nafas,

sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana

infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.

3. Nyeri dada

Page 6: Kompre TB Paru Kel 6

Gejala ini agak jarang ditemukan nyeri dada timbul bila infiltrasi

radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

4. Malaise

Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise

sering ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan). Badan

semakin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot,

keringat malam dan lain-lain. Gejala malaise ini makin lama makin berat

dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

1.5 Patofisiologi

Sumber penularan TB Paru adalah penderita TB BTA positif,Pada waktu

batuk/bersin,penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk dropler

(percikan dahak).

1. Infeksi primer

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman

TB Paru .Droplet yang terhirup ukurannya sangat kecil ,sehingga dapat

melewati mukoliser bronkus,dan terus berjalan hingga sampai alveolus

kemudian akan menetap.Infeksi di mulai saat kumanTBParu berhasil

berkembangbiak dengn cara membelah diri di paru,yang mengakibatkan

peradangan pada paru,dan ini di sebut komplek primer.

Waktu terjadinya infeksi sampai pembentukan komplek primer adalah

sekitar 4-6 minggu,kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari

banyaknya kuman yang masuk dan besranya respon daya tahan(Imunitas

seluler).Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan

perkembangan kuman TB Paru.Meskipun demikian ada beberapa kuman akan

menetap sebagai kuman persisten atau dormant(tidur),kadang-kadang daya

tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman,akibatnya

dalam beberapa bulan yang bersangkutan akan menjadi penderita TB

Paru.Masa Inkubasi,yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai

menjadi sakit diperkirakan sekitar 6 bulan.

Page 7: Kompre TB Paru Kel 6

2. Infeksi pasca primer

TB paru pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun

sesudah infeksi primer, misanya karena daya tahan tubuh menurun akibat

terinfeksi HIV atau status gizi buruk,Ciri khas dari TB Paru pasca primer

adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau

efusipleura.Tanpa pengobatan setelah 5 tahun ,50 % dari penderita TB Paru

akan meninggal , 25 % akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi

dan 25 % sebagai kasus kronik yang tetap menular.

Page 8: Kompre TB Paru Kel 6

1.6 Clinical Pathway

Page 9: Kompre TB Paru Kel 6
Page 10: Kompre TB Paru Kel 6

1.7 Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis TB menurut Depkes (2006):

1. Diagnosis TB paru

a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari,

yaitu sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).

b. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan

ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional,

penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan

diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji

kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang

sesuai dengan indikasinya.

c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan

foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang

khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.

d. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas

penyakit.

e. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB

paru.

2. Diagnosis TB ekstra paru.

a. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku

kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis),

pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan

deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan

lainlainnya.

b. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja

dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif)

dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan

diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan

dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi,

patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.

Page 11: Kompre TB Paru Kel 6

Diagnosis TB menurut Asril Bahar (2001):

1. Pemeriksaan Radiologis

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis

untuk menemukan lesi tuberkulosis. Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di

daerah apeks paru (segmen apikal lobus atas atau segmen apikal lobus bawah),

tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus

menyerupai tumor paru.

2. Pemeriksaan Laboratorium

a. Darah

Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-

kadang meragukan, hasilnya tidak sensitif dan juga tidak spesifik. Pada

saat tuberkulosis baru mulai sedikit meninggi dengan hitung jenis

pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah normal. Laju endap

darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit

kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai

turun ke arah normal lagi.

b. Sputum

Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya

kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Disamping itu

pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan

yang sudah diberikan.

c. Tes Tuberkulin

Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang

atau pernah mengalami infeksi M. Tuberculosae, M. Bovis, vaksinasi

BCG dan Myobacteria patogen lainnya.

Page 12: Kompre TB Paru Kel 6

1.8 Penatalaksanaan Medis

1. Tujuan Pengobatan

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah

kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan

mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.

2. Prinsip pengobatan

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai

berikut:

a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,

dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan.

Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-

Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih menguntungkan dan sangat

dianjurkan.

b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan

pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh

seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan

lanjutan.

1) Tahap awal (intensif)

a) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan

perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya

resistensi obat.

b) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,

biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun

waktu 2 minggu.

c) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif

(konversi) dalam 2 bulan.

2) Tahap Lanjutan

a) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,

namun dalam jangka waktu yang lebih lama

Page 13: Kompre TB Paru Kel 6

b) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister

sehingga mencegah terjadinya kekambuhan

3. Jenis, sifat dan dosis OAT

4. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia

1) Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia:

a. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.

b. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3. Disamping kedua

kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

c. Kategori Anak: 2HRZ/4HR

2) Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket

berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori

anak sementara ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak.

3) Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam

satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini

dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.

4) Paket Kombipak

Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu Isoniasid,

Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol. Paduan OAT ini disediakan

program untuk mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT

KDT.

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan

untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan

Page 14: Kompre TB Paru Kel 6

(kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1)

pasien dalam satu (1) masa pengobatan.

5) KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:

a. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga

menjamin efektifitas obat dan mengurangi efek samping.

b. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko

terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan

penulisan resep

c. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian

obat menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

1.9 Penatalaksanaan Keperawatan

1.9.1 Membersihkan nafas pasien.

1.9.2 Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.

1.9.3 Menunjukan perilaku untuk memperbaiki / mempertahankan bersihan

jalan nafas.

1.9.4 Memberikan pasien posisi semi atau fowler tinggi, bantu pasien untuk

latihan nafas dalam.

1.9.5 Mencatat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efektif,

mencatat karakter, jumlah sputum dan adanya hemoptisis.

Page 15: Kompre TB Paru Kel 6

BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Identitas Klien

Nama : Ny. M

Umur : 40 th

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Desa Cangkring, Jenggawah, Jember

Status pernikahan : Kawin

Diagnosis medis : TB Paru

2.2 Keluhan Umum

Batuk berdahak selama 3 bulan disertai dengan sesak nafas

2.3 Riwayat Keperawatan Sekarang

Pasien mengatakan batuk berdahak sejak kemarin malam, batuk disertai

sputum, keluar keringat dingin pada malam hari. Nafsu makan dan berat

badan menurun, serta mengalami kelelahan. Kemudian, pasien masuk ke RS

di ruang rawat pada tanggal 23 Februari 2015 di tempatkan di ruang x

dengan tangan kanan terpasang infuse.

2.4 Riwayat Keperawatan Dahulu

Pasien mengatakan batuk berdahak serta sesak napas selama 3 bulan,

dan pernah menjalani pengobatan di puskesmas desa kemudian di bawa ke

RS. Pasien pernah mengonsumsi obat-obatan golongan steroid, tidak

memiliki riwayat alergi baik terhadap obat-obatan maupun makanan.

Page 16: Kompre TB Paru Kel 6

2.5 Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang menderita penyakit

seperti yang di deritanya seperti sekarang. Pasien memiliki dua orang anak

laki-laki dan satu orang anak perempuan.

2.6 Pengkajian 11 Pola Fungsional Kesehatan dari Marjory Gordon

1. Pola persepsi kesehatan

Pasien tidak mengetahui tentang informasi dari penyakit yang

dideritanya. Pasien menganggap bahwa batuk yang dideritanya selama

ini adalah hanya batuk biasa.

2. Pola nutrisi metabolic

Pasien hanya menghabiskan ½ porsi makan dari jatah rumah sakit

karena nafsu makan menurun dan pasisen merasa sesak, pasien minum

habis 4 gelas/hari 800 iter dan mendapat terapi infuse.

3. Pola eleminasi

Pasien mengatakan BAB 1x sehari, BAK 3x sehari. Urine

berwarna merah seperti darah, karena efek samping dari rifampisin.

4. Pola Aktivitas kerja dan latihan

ADL 0 1 2 3 4 Keterangan

Makan/minum X 0 : mandiri

Toileting X 1 : dengan alat bantu

Berpakaian X 2 : dibantu orang lain

Mobilisasi dari tempat

tidur

X 3 : dibantu orang lain

dengan alat

Berpindah X 4 : tergantung total

Ambulasi X

5. Pola istirahat dan tidur

Pasien tidur selama 5-6 jam/hari dari pukul 23.00-05.00 WIB,

terbangun jika pasien merasa haus dan mendegar suara keluarganya.

6. Pola koginiti persepsual

Page 17: Kompre TB Paru Kel 6

Ada kekhawatiran dari pasien karena mengeluarkan urine berwarna

merah seperti darah.

7. Pola persepsi diri

Pasien tidak ingin terlalu dekat dengan orang sekitar karena takut

menularkan penyakit yang di deritanya

8. Pola seksualitas

Pasien tidak pernah melakukan hubungan seksual, karena keadaan

yang tidak meungkinkan

9. Pola peran-hubungan

Pasien mengalami kegelisahan dan kecemasan akan penyakit yang

dideritanya

10. Pola koping-toleransi stress

Mengalami stress yang ringan baik emosional maupun fisik.

11. Pola nila kepercayaan

Pasien tidak melaksanakan sholat 5 waktu dikarenakan kondisi

badan yang lemah.

2.7 Pemeriksaan Fisik

1. Umum

KU : pasien tampak lemah, gelisah, tegang

Kesadaran : komposmentis

BB : 42 kg

TD : 110/60 mmHg

GCS : 4-5-6

TB :165 cm

Nadi : 110x/menit

RR : 32x/menit

Suhu : 38,4 oC

2. Kepala

Inspeksi : pertumbuhan rambut merata, bentuk kepala simetris,

rambut tidak beruban, kulit kepala kotor.

Page 18: Kompre TB Paru Kel 6

Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada daerah kepala.

3. Mata

Inspeksi : kedua mata tampak simetris, konjungtiva merah muda,

anemis(-), pupil dapat merangsang cahaya, sklera putih jernih, kulit di

sekitar mata kehitaman.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada daerah mata, bulu mata bersih

dan tidak mudah rontok.

4. Hidung

Inspeksi : kebersihan (+), tidak ada selaput lendir, terpasang O2

kanul sebanyak 2 liter/menit, tampak simetris, mukosa hidung

kemerahan, tidak ada tanda peradangan.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

5. Telinga

Inspeksi : tidak terdapat serumen, kedua telinga tampak simetris.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

6. Mulut

Inspeksi : Mukosa bibir kering, lidah tidak kotor, ada gigi yang

berlubang, tidak ada pembesaran tonsil.

7. Leher

Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tulang leher

tampak simetris.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada leher, tidak ada keluhan nyeri

telan.

8. Thorax

a. Paru – Paru

Inspeksi: bentuk dada simetris, terdapat penariakan interkosta saat

inspirasi, jumlah 32x/menit.

Palpasi : saat vocal fremitus teraba sama pada semua lapang paru,

Tidak ada nyeri tekan, + +

Tidak ada nyeri tekan + +

Perkusi : terdapat suara sonor

Page 19: Kompre TB Paru Kel 6

Auskultasi : Terdengar suara tambahan seperti ronchi dan

wheezing pada setiap lobus paru

b. Jantung

Inspeksi : teraba pulsas(denyutan) pada daerah iktus cordis pada ICS

4 dan 5.

Palpasi : terasa getaran apke jantung dengan menggunakan 4

telapak jari.

Perkusi : batas jantung : kanan ICS II LS (dextra), jantung kiri atas

intra klavikula sternum II LS (sinistra), jantung kanan bawah ICS IV

(sinistra), jantung kiri bawah ICS V midklavikula sinistra.

Auskultasi : terdengar suara lup dup

9. Abdomen

Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi, dinding perut lebih datar.

Auskultasi : terdengar peristaltik usus 15x/menit.

Perkusi : terdengar suara timpany.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, turgor baik.

10. Integument

Inspeksi : kulit tampak kotor, tidak ada lesi, tidak sianosis, ikteres.

Palpasi : turgor kulit baik, teraba panas.

11. Muskuloskeletal

Tidak terdapat fraktur di bagian tubuh manapun.

2.8 Hasil Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan mikroskopis dahak ditemukan BTA +.

2. Pemeriksaan Radiologi

a. Ditemukan tanda-tanda lendir di bagian atas paru ( infiltrat ).

b. Corakan vaskuler meningkat disekitar bronchus.

c. Kadang-kadang ditemukan rongga pada alveolus paru ( cavitas ).

3. Terapi Medik

Page 20: Kompre TB Paru Kel 6

Dosis obat antituberkulosis

Obat Dosis harian

(mg/kgbb/hari)

Dosis 2x/minggu

(mg/kgbb/hari)

Dosis 3x/minggu

(mg/kgbb/hari)

INH5-15 (maks 300

mg)

15-40 (maks. 900

mg)

15-40 (maks. 900

mg)

Rifampisin10-20 (maks. 600

mg)

10-20 (maks. 600

mg)

15-20 (maks. 600

mg)

Pirazinamid 15-40 (maks. 2 g) 50-70 (maks. 4 g) 15-30 (maks. 3 g)

Etambutol15-25 (maks. 2,5

g)50 (maks. 2,5 g) 15-25 (maks. 2,5 g)

Streptomisin 15-40 (maks. 1 g) 25-40 (maks. 1,5 g) 25-40 (maks. 1,5 g)

2.9 Problem List

Nama Pasien : Ny. S

Umur : 34th

No RM : 533267

NOHARI/

TANGGAL

DATA

SUBJEKTIF/DATA

OBJEKTIF

ETIOLOGI PROBLEM PARAF

1 Senin

2-03-2015

Ds : Pasien

mengatakan sesak.

Do : Terdengar suara

tambahan whezing, px

tampak lemas, terdapat

penarikan intercosta.

TTV:

TD : 110/60 mmHg

RR : 32x/menit

S : 38,4oC

Mycobacterium TB

Infeksi saluran nafas

Filtrasi sel radang

Penumpukan sputum

pada saluran nafas

Penyempitan lumen

Bersihan jalan

nafas tidak

efektif

Nl

Page 21: Kompre TB Paru Kel 6

N : 120x/menit indo bronkus

wheezing

2 Senin

2-03-2015

Ds : Pasien

mengatakan badan

terasa panas

Do : pasien tampak

lemah, kulit teraba

panas, mukosa kering.

TTV:

TD : 110/60 mmHg

RR : 32x/menit

S : 38,4oC

N : 120x/menit

Infeksi saluran nafas

Filtrasi sel radang

Gangguan

termoregulasi

Panas

Peningkatan

suhu tubuhNl

3 Senin

2-03-2015

Ds : Pasien

mengatakan nafsu

makan menurun dan

berat badannya turun

dua kg.

Do : pasien tampak

lemah, bibir tampak

kering.

Sesak

Perubahan status

kesehatan

Ancaman kematian

Ansietas

Cemas

Peningkatan asam

lambung

Mual/muntah

Perubahan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh

Nl

Page 22: Kompre TB Paru Kel 6

Anoreksia

Intake in adekuat

2.10 Prioritas Diagnosa Keperawatan

1. Dx I : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

penumpukan sputum ditandai dengan:

DS :

a. Pasien mengatakan sesak

DO :

a. Terdengar suara tambahan whezing

b. Pasien tampak lemas

c. Terdapat penarikan intercosta

d. TTV :

TD : 110/60 mmHg

RR : 32x/menit

S : 38,4oC

N : 120x/menit

2. Dx II : Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses

infeksiditandai dengan :

DS :

a. Pasien mengatakan badan terasa panas

DO :

a. Pasien tampak lemah

b. Kulit pasien teraba panas

c. Mukosa kering.

d. TTV:

TD : 110/60 mmHg

RR : 32x/menit

S : 38,4oC

Page 23: Kompre TB Paru Kel 6

N : 120x/menit

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan dengan

anoreksia ditandai dengan :

DS :

a. Pasien mengatakan nafsu makan menurun

b. Pasien mengatakan berat badannya turun dua kg

DO :

a. Pasien tampak lemah

b. Bibir pasien tampak kering

2.11 Nursing Care Plan

N

O

HARI/

TANG

GAL

JA

M

NO

DX

PERENCANAAN

PAR

AF

TUJUN DAN

KRITERIA

HASIL

INTERVENSI RASIONAL

1. Senin

2-03-

2015

08.0

0

wib

I Tujuan:

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama ± 1-2

jam bersihan

nafas pasien

menjadi

efektif.

Kriteria hasil :

-Tidak

terpasang

kanul

-Tidak terdapat

1.Observasi

fungsi pernafasan

pasien.

2.Atur posisi

pasien dengan

semi fowler.

3.Kaji suara

nafas.

4. Kolaborasi

dengan tim medis

dalam pemberian

1.Penurunan bunyi

nafas dapat

menunjukan

atelektasis.

2. Mengurangi

penekanan pada

difragma.

3. Wheezing

menunjukan

adanya

penyempitan jalan

nafas.

4.Untuk

menentukan

obat-obat sesuai

Page 24: Kompre TB Paru Kel 6

otot intercosta

-Pasien dapat

mengeluarkan

sekret tanpa

bantuan

obat :

- Bronkodilator

-  Antitusif

-  kostikosterid

5.Ajarkan pasien

untuk batuk

efektif dengan

teknik clumbing.

dengan kondisi

pasien.

5. Membantu

untuk

mengeluarkan

sputum/sekret

2. Senin

2-03-

2015

08.0

0

wib

II Tujuan :

Selama

dilakukan

tindakan

keperawatan ±

2 jam suhu

tubuh dapat

kembali

normal.

kriteria hasil :

- Pasien

tampak

segar.

- Kulit teraba

hangat.

- Mukosa

lembab.

- S : 36,5 –

37,5

1.Observasi TTV.

2. Anjurkan

pasien banyak

minum air

putih.

3.Kurangi

aktivitas fisik.

4.Kompres

dingin pada

daerah lipatan

paha/ketiak.

5.Kolaborasi

dengan tim

medic pemberian

antipiretik.

1. Mengetahui

Perkeembangan

pasien.

2. Agar dapat

berkeringat dan

penguapan lebih

cepat.

3.Aktivitas

berlebih dapat

meningkatkan

suhu tubuh.

4. Pada daerah

tersebut akan

mempercepat

penurunan suhu.

5.Membantu

terapi yang tepat.

Nl

3. Senin

2-03-

2015

08.0

0

wib

III Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan ±

1.Beri penjelasan

pasien tentang

kebutuhan nutrisi

bagi tubuh.

1. Agar pasien

mengerti

kebutuhan

nutrisi bagi tubuh.

Nl

Page 25: Kompre TB Paru Kel 6

2x24 jam

Perubahan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh tubuh

dapat

terpenuhi.

Kriteria hasil :

- Pasien habis

1

porsi makan

makanan yang

disediakan RS.

-  Pasien

tampak segar.

- BB

bertambah.

-  Nafsu makan

meningkat.

- TTV normal

2.Hidangkan

makanan selagi

hangat.

3.Dorong makan

sedikit tapi

sering.

4. Selidiki

anoreksia/ mual-

muntah.

5. Pastikan pola

diet biasa pasien,

yang

disukai/tidak

disukai

2. Merangsang

nafsu

makan.

3.Memaksimalkan

masukan nutrisi

bagi tubuh.

4. Dapat

mempengaruhi

pilihan diet.

5. Pertimban

gan keinginan

pasien dapat

memperbaiki

masukan diet

2.12 Impelementasi

1. No Dx I

Page 26: Kompre TB Paru Kel 6

NO.HARI/

TANGGALJAM IMPLEMENTASI

EVALUASI

FORMATIFPARAF

1. Senin

02-03-2015

08.00 1. Mengobservasi

fungsi pernafasan

pasien

2. Mengatur posisi

pasien dengan

semi fowler

3.  Mengkaji suara

nafas

4.  Memberikan hasil

kolaborasi dengan

tim medis dalam

pemberian obat :

-      Bronkodilator

-      Antitusif

-      kortikosteroid

5.  Menciptakan

lingkungan aman

dan nyaman

Pasien

kooperatif

Pasien

kooperatif

Pasien

kooperatif

Pasien

mengerti jenis

dan dosis obat

Pasien

menerima

dengan baik

Nl

2. No Dx II

NO.HARI/

TANGGALJAM IMPLEMENTASI

EVALUASI

FORMATIFPARAF

1. Senin

02-03-2015

08.00 1. Mengobservasi

TTV

2.  Menganjurkan

pasien banyak

minum air putih

3.  Mengurangi

aktivitas fisik

Pasien

kooperatif

Pasien

menerima

dengan baik

Pasien

menerima

Nl

Page 27: Kompre TB Paru Kel 6

4.  Mengkompres

dingin pada lipatan

paha dan ketiak

5.  Memberikan hasil

kolaborasi dengan

tim medis untuk

pemberian

antipiretik

dengan baik

Pasien

kooperatif

Pasien mengerti

jenis dan dosis

obat

3. No Dx III

NO.HARI/

TANGGALJAM IMPLEMENTASI

EVALUASI

FORMATIFPARAF

1. Senin

02-03-2015

08.00 1. Menjelaskan pada

pasien tentang

kebutuhan nutrisi

bagi tubuh

2.  Menghidangkan

makanan selagi

hangat

3.  Mendorong makan

sedikit tapi sering

4.  Menyelidiki

anoreksia atau

mual-muntah

5. Memastikan pola

diet biasa pasien,

yang disukai/tidak

disukai

Pasien mengerti

penjelasan

perawat

Pasien

menerima

dengan baik

Pasien

menerima

dengan baik

Pasien

Kooperatif

Pasien

menerima

dengan baik

Nl

Page 28: Kompre TB Paru Kel 6

2.13 Evaluasi SOAP

Nama Pasien : Ny. S

Umur : 34th

No RM : 533267

NOHARI/

TANGGAL

DX.

KEPEVALUASI PARAF

1 Selasa

02-03-2015

I S : pasien mengatakan sesak

berkurang

O : batuk jarang dengan sputum encer

A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan

Nl

2 Selasa

03-03-2015

II S : pasien mengatakan nyaman dan

tidak panas lagi

O : suhu tubuh pasien 36O C

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

Nl

3 Selasa

03-03-2015

III S : pasien mengatakan nafsu makan

bertambah, pasien masih tampak

lemah, BB : 42 KG

O : pasien menghabiskan ¾ porsi

makan

A : masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Nl

DAFTAR PUSTAKA

Page 29: Kompre TB Paru Kel 6

BUKUDoenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk

perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC

Soemantri, I. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Smeltzer, C. Suzanne, dkk, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi

8). Jakarta : EGC.

Sudoyo, Aruw. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 Edisi IV. Jakarta:

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

SERIAL ONLINEhttps://imsyahrir.wordpress.com/2013/01/17/asuhan-keperawatan-pada-klien-tb-

paru/ [Serial Online]