komplek imun dan aspek klinis
DESCRIPTION
tugas imuno;ogiTRANSCRIPT
KOMPLEK IMUN DAN ASPEK KLINIS
I.PENDAHULUAN
Kompleks histokompatibilitas utama (major histocompatibility complex atau MHC)
adalah sekumpulan gen yang ditemukan pada semua jenis vertebrata. Gen tersebut terdiri dari ±
4 juta bp yang terdapat di kromosom nomor 6 manusia dan lebih dikenal sebagai kompleks
antigen leukosit manusia (HLA). Protein MHC yang disandikan berperan dalam mengikat dan
mempresentasikan antigen peptida ke sel T. Molekul permukaan sel yang bertanggung jawab
terhadap rejeksi transplan dinamakan molekul histokompatibilitas, dan gen yang mengkodenya
disebut gen histokompatibilitas. Nama ini kemudian disebut dengan histokompatibilitas mayor
karena ternyata MHC bukan satu-satunya penentu rejeksi. Terdapat pula molekul lain yang
walaupun lebih lemah juga ikut menentukan rejeksi, yang disebut molekul histokompatibilitas
minor. Pada saat ini telah diketahui bahwa molekul MHC merupakan titik sentral inisiasi respons
imun.
MOLEKUL MHC
Gen MHC berhubungan dengan gen imunoglobulin dan gen reseptor sel T (TCR = T-cell
receptors) yang tergabung dalam keluarga supergen imunoglobulin, tetapi pada
perkembangannya tidak mengalami penataan kembali gen seperti halnya gen imunoglobulin dan
TCR. Daerah MHC sangat luas, sekitar 3500 kb di lengan pendek kromosom 6, meliputi regio
yang mengkode MHC kelas I, II, III, dan protein lain, serta gen lain yang belum dikenal, yang
mempunyai peran penting pada fungsi sistem imun
Ekspresi gen MHC bersifat kodominan, artinya gen orang tua akan tampak ekspresinya pada
anak mereka. Selain itu jelas terlihat beberapa gen yang terkait erat dengan gen MHC dan
mengkode berbagai molekul MHC yang berbeda, karena itu gen MHC disebut sebagai gen
multigenik. Pada populasi terlihat bahwa setiap gen tersebut mempunyai banyak macam alel
sehingga MHC bersifat sangat polimorfik. Untuk memudahkan maka semua alel pada gen MHC
yang berada pada satu kromosom disebut sebagai haplotip MHC. Setiap individu mempunyai
dua haplotip, masing-masing satu dari ayah dan ibu yang akan terlihat ekspresinya pada individu
tersebut.
Struktur protein MHC
Protein MHC terdiri dari dua kelas struktur, yaitu protein MHC kelas I dan kelas II.
Protein MHC kelas I
Protein MHC kelas I ditemukan pada semua permukaan sel berinti. Protein ini bertugas
mempresentasikan antigen peptida ke sel T sitotoksik (Tc) yang secara langsung akan
menghancurkan sel yang mengandung antigen asing tersebut. Protein MHC kelas I terdiri dari
dua polipeptida, yaitu rantai membrane integrated alfa (α) yang disandikan oleh gen MHC pada
kromosom nomor 6, dan non-covalently associated beta-2 mikroglobulin(β2m). Rantai α akan
melipat dan membentuk alur besar antara domain α1 dan α2 yang menjadi tempat penempelan
molekul MHC dengan antigen protein. Alur tersebut tertutup pada pada kedua ujungnya dan
peptida yang terikat sekitar 8-10 asam amino. MHC kelas satu juga memiliki dua α heliks yang
menyebar di rantai beta sehingga dapat berikatan dan berinteraksi dengan reseptor sel T.
Protein MHC kelas II
Protein MHC kelas I terdapat pada permukaan sel B, makrofag, sel dendritik, dan beberapa sel
penampil antigen (antigen presenting cell atau APC) khusus. Melalui protein MHC kelas II
inilah, APC dapat mempresentasikan antigen ke sel-T penolong (Th) yang akan menstimulasi
reaksi inflamatori atau respon antibodi.MHC kelas II ini terdiri dari dua ikatan non kovalen
polipeptida integrated-membrane yang disebut α dan β. Biasanya, protein ini akan berpasangan
untuk memperkuat kemampuannnya untuk berikatan dengan reseptor sel T. Domain α1 dan β1
akan membentuk tempat untuk pengikatan MHC dan antigen.
Gen MHC dan polimorfisme
Pada manusia, gen yang mengkodekan MHC terletak pada kromosom nomor 6 dan terbagi
menjadi dua kelas gen, yaitu kelas I untuk MHC I dan kelas II untuk MHC II [4]. Kelompok gen
yang termasuk kelas I terdiri dari tiga lokus mayor yang disebut B, C, dan A, serta beberapa
lokus minor yang belum diketahui. Setiap lokus mayor menyandikan satu polipeptida tertentu.
Pada gen pengkode rantai alfa, terdapat banyak alel atau dengan kata lain bersifat polimorfik.
Rantai beta-2-mikroglobulin dikodekan oleh gen yang terletak di luar kompleks gen MHC,
namun apabila terjadi kecacatan pada gen tersebut maka antigen kelas I tidak bisa dihasilkan dan
dapat terjadi defisiensi sel T sitotoksik. Kompleks gen kelas II terdiri dari tiga lokus yaitu DP,
DQ, dan DR yang masing-masing mengkodekan satu rantai alfa atau beta.Rantai polipetida yang
dihasilkan akan saling berikatan dan membentuk antigen kelas II. Seperti halnya antigen kelas II,
antigen kelas II juga bersifat polimorfik (unik) karena lokus DR dapat terdiri atas lebih dari satu
macam gen penyandi rantai beta
Molekul HLA
Pada manusia terdapat 3 macam molekul MHC kelas I polimorfik, yaitu HLA-A, HLA-B, dan
HLA-C. Molekul HLA kelas I terdiri dari rantai berat a polimorfik yang berpasangan nonkovalen
dengan rantai nonpolimorfik b2-mikroglobulin yang bukan dikode oleh gen MHC. Rantai a yang
mengandung 338 asam amino terdiri dari 3 bagian, yaitu regio hidrofilik ekstraselular, regio
hidrofobik transmembran, dan regio hidrofilik intraselular. Regio ekstraselular membentuk tiga
domain al, a2, dan a3 (lihat Gambar 8-2). Domain a3 dan b2-mikroglobulin membentuk struktur
yang mirip dengan imunoglobulin tetapi kemampuannya untuk mengikat antigen sangat terbatas.
Molekul HLA kelas I terdapat pada hampir semua permukaan sel berinti mamalia, yang
berfungsi untuk presentasi antigen pada sel T CD8 (pada umumnya Tc). Oleh karena itu perlu
terdapat ekspresi MHC kelas I di timus untuk maturasi CD8.
Pada manusia terdapat 3 macam molekulα MHC kelas II polimorfik, yaitu HLA-DR, HLA-DQ,
dan HLA-DP. Molekul HLA kelas II terdiri dari 2 rantai polimorfik a dan b yang terikat secara
nonkovalen, dan masing- masing terdiri dari 229 dan 237 asam amino yang membentuk 2
domain. Seperti halnya rantai a HLA kelas I, maka rantai a dan b kelas II terdiri dari regio
hidrofilik ekstraselular, regio hidrofobik transmembran, dan regio hidrofilik intraselular. Selain
itu terdapat pula rantai nonpolimorfik yang disebut rantai invarian, berfungsi untuk pembentukan
dan transport molekul MHC kelas II dengan antigen.
Molekul MHC kelas II terdapat pada sel makrofag dan monosit, sel B, sel T aktif, sel dendrit, sel
Langerhans kulit, dan sel epitel, yang umumnya timbul setelah rangsangan sitokin. Fungsi
molekul MHC kelas II adalah untuk presentasi antigen pada sel CD4 (umumnya Th) yang
merupakan sentral respons imun, karena itu sel yang mempunyai molekul MHC kelas II
umumnya disebut sel APC (antigen presenting cells). Molekul MHC kelas II perlu terdapat
dalam timus untuk maturasi sel T CD4
Terdapat beberapa molekul lain yang dikode pula dan daerah MHC tetapi mempunyai fungsi
yang berbeda dengan molekul MHC kelas I dan II. Suatu daerah dalam MHC yang dikenal
sebagai regio MHC kelas III mengkode sejumlah protein komplemen (C2, B, C4A, C4) dan
enzim sitokrom p450 2l-hidroksilase. Selain itu terdapat pula gen sitokin TNF a dan b, atau gen
lain yang mengkode molekul yang berfungsi untuk pembentukan dan transport molekul MHC
dalam sel. βα
Gen respons imun (Ir) semula diterangkan pada hewan percobaan sebagai gen yang menentukan
respons imun individu terhadap antigen asing tertentu. Dengan pemetaan genetika klasik terlihat
bahwa gen Ir mirip dengan gen MHC kelas II, sehingga diangap bahwa molekul MHC keIas II
adalah produk gen Ir. Studi tentang struktur molekul kelas I dan II, serta tempat ikatan antigen
pada molekul kelas II, memperkuat anggapan bahwa molekul kelas II merupakan mediator gen
Ir.
Keragaman tempat ikatan antigen dalam berbagai molekul kelas II, serta perbedaan kemampuan
molekul kelas II tertentu untuk mengikat antigen spesifik, menimbulkan dugaan bahwa hanya
molekul keIas II tertentu saja yang dapat mempresentasikan suatu antigen tertentu pula. Hal ini
terlihat pada pemetaan bahwa hanya individu yang mempunyai gen kelas II tertentu saja yang
dapat bereaksi terhadap suatu antigen khusus.
Contoh tentang efek gen Ir pada manusia adalah respons antibodi IgE terhadap antigen ragweed
Ra5 yang sangat berhubungan dengan HLA-DR2, serta respons IgE terhadap antigen ragweed
Ra6 yang sangat berhubungan dengan HLA-DR5. Walaupun belum jelas terbukti, antigen
ragweed dipercaya terikat pada molekul MHC kelas II.
Hubungan dengan penyakit tertentu
Selain peran dalam rejeksi transplan, beberapa alel spesifik mempunyai hubungan dengan
penyakit tertentu yang umumnya mempunyai kelainan dasar imunologik. Mayoritas penyakit
tersebut berhubungan dengan HLA kelas II, dan ini menunjukkan peran penting molekul kelas II
untuk presentasi antigen pada sel T CD4. Hubungan itu dinyatakan dengan nilai risiko relatif.
Semakin besar nilai tersebut untuk alel HLA tertentu maka semakin meningkat pula risiko
seseorang untuk mendapat penyakit tersebut.
Terdapat beberapa hipotesis untuk menerangkan asosiasi penyakit dengan HLA ini, yaitu 1)
molekul HLA sebagai reseptor etiologi, 2) HLA bersifat selektif untuk antigen, 3) TCR sebagai
penentu predisposisi penyakit, 4) agen penyebab menyerupai molekul HLA, dan 5)
penyimpangan ekspresi molekul kelas II.
Molekul HLA dapat berlaku sebagai reseptor untuk etiologi penyakit seperti virus atau toksin.
Dugaan ini berdasarkan bukti bahwa molekul lain pada permukaan sel dapat berlaku sebagai
reseptor etiologi, misalnya molekul CD4 selaku reseptor HIV.
Hanya tempat ikatan antigen pada lekukan molekul HLA tertentu saja yang dapat mengikat suatu
antigen penyebab penyakit. Jadi hanya individu yang mempunyai molekul HLA seperti itu saja
yang dapat menderita penyakit tersebut.
TCR sebagai penentu predisposisi penyakit
TCR bertanggung jawab terhadap predisposisi untuk suatu penyakit, tetapi karena pengenalan
antigen oleh sel T ditentukan oleh molekul HLA maka sebetulnya asosiasi dengan penyakit
tersebut adalah dengan HLA.
Agen penyebab menyerupai molekul HLA
Hipotesis ini memiliki dua alternatif. Pertama, karena kemiripan agen penyebab dengan molekul
HLA maka akan dianggap sebagai antigen diri sehingga dapat menimbulkan kerusakan tubuh
tanpa perlawanan sistem imun. Kedua, agen penyebab dikenal sebagai antigen asing sehingga
mendapat perlawanan respons imun, dan karena mirip dengan molekul HLA maka sistem imun
tubuh akan menyerang molekul HLA pula sehingga terjadi kerusakan jaringan seperti pada
penyakit autoimun.
Penyimpangan ekspresi molekul MHC kelas II
Diduga bahwa induksi ekspresi kelas II pada permukaan sel yang tidak biasa mengekspresikan
molekul tersebut dapat menimbulkan penyakit. Dalam keadaan normal, molekul spesifik pada
permukaan sel selalu mengalami pergantian dan degradasi. Bila sel tersebut tidak mempunyai
ekspresi molekul kelas II maka degradasi molekul spesifik itu tidak membawa akibat bila
terpajan antigen. Tetapi bila pada sel tersebut timbul ekspresi molekul kelas II, maka degradasi
molekul spesifik tersebut akan memulai pemrosesan antigen. Fragmen peptida molekul spesifik
yang mengalami degradasi tadi akan terikat pada tempat ikatan antigen molekul kelas II,
sehingga terbentuk kompleks imun yang merangsang respons imun terhadap molekul spesifik
tersebut. Bila hanya molekul kelas II tertentu saja (misalnya HLA-DR3) yang dapat mengikat
fragmen molekul spesifik, barulah terlihat asosiasi antara HLA dengan penyakit tertentu.
PENYAKIT AUTOIMUN
Sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan HLA adalah kelompok penyakit autoimun,
dan prototip asosiasi ini adalah hubungan antara HLA-B27 dan spondilitis angkilosis. Dengan
risiko relatif 91, maka individu ras Kaukasia HLA-B27 (+) mempunyai risiko 91 kali lebih besar
untuk mendapat spondilitis angkilosis dibandingkan dengan individu HLA-B27 (-). Ekspresi
molekul MHC pada berbagai ras dapat berbeda bermakna sehingga harus selalu dibandingkan
dengan kontrol. Contohnya, HLA-B27 terdapat pada 48% ras hitam penderita spondilitis
angkilosis di USA dibandingkan dengan 2% pada kelompok kontrol ras yang sama sehingga
risiko relatif ras hitam di USA adalah 31.
Karena daerah MHC sangat luas maka dapat saja terjadi rekombinasi genetik pada berbagai
lokus individu. Rekombinasi ini tidak seluruhnya terjadi secara acak karena terbukti bahwa
beberapa alel memperlihatkan kecenderungan tinggi untuk merangkai dengan alel lain, yang
disebut sebagai rangkaian yang tidak seimbang (linkage disequilibrium). Jadi dapat saja suatu
penyakit yang selama ini kita kenal sebagai berhubungan dengan alel MHC tertentu, sebetulnya
dipengaruhi alel lain yang terangkai dengan alel terdahulu. Contohnya adalah sindrom Sjogren
yang dikenal berhungan dengan HLA-B8, sebetulnya dipengaruhi oleh HLA-DR3 yang
terangkai dengan HLA-B8. Yang sangat menarik adalah bahwa ternyata hubungan antara
penyakit autoimun dengan HLA-DR3 cukup sering terlihat.
Defek respons imun
Keadaan lain yang dihubungkan dengan MHC adalah defek respons imun. Kemampuan individu
untuk membuat respons imun adekuat berhubungan dengan regio MHC kelas II, yang
menentukan kemampuan presentasi antigen kepada sel T yang harus berkaitan dengan molekul
HLA. Selain itu antigen tertentu lebih suka bergabung dengan molekul HLA tertentu pula. Jadi
suatu molekul HLA kelas II dapat lebih baik mengikat antigen dibanding molekul HLA kelas II
lainnya, sehingga presentasi antigen pun akan lebih efektif. Karena itu jenis HLA seseorang akan
menentukan baik-buruknya respons imun yang berhubungan dengan produk MHC miliknya.
Suatu antigen hanya akan dikenal oleh sel T (melalui TCR) bila berasosiasi dengan molekul
HLA tertentu, dan hal ini dikenal sebagai terbatas HLA (HLA restricted). Gabungan antigen
dengan molekul HLA membentuk ligan untuk TCR tertentu, dan ikatan ini dapat mengaktivasi
sel T. Asosiasi antara suatu antigen dengan molekul HLA sangat bervariasi, tetapi akan terbatas
oleh molekul HLA yang tersedia pada sel T. Bila molekul HLA hanya sedikit maka asosiasi yang
terbentuk mungkin terlalu lemah untuk mengaktivasi sel T .