kompilasi materi estetika

88
KOMPILASI MATERI ESTETIKA SEMESTER III ESTETIKA SENI RUPA MURNI FAKULTAS SASTRA & SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Disusun oleh : Oki, Aditiya Wibowo, Almukalis Farisada, Aprilias Kukuh W, Dinar Maharani P, Diah W Lestari, Dwi

Upload: aprilias-kukuh-wicaksono

Post on 05-Dec-2014

211 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

KOMPILASI MATERI ESTETIKA

SEMESTER III

ESTETIKA

SENI RUPA MURNI

FAKULTAS SASTRA & SENI RUPAUNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Disusun oleh :Oki, Aditiya Wibowo, Almukalis Farisada, Aprilias Kukuh W, Dinar Maharani P, Diah W Lestari, Dwi Putra PP, Dwi Rizkiy Fauziah, Era Ocktaviani, Fatra, Frendy Pratama Aditya, I Gede Agung, Juita Indah S, Nanang Setiawan Jodi, M Fakhri A, Hre Dharma,

Page 2: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

A. MENJELASKAN PENGERTIAN FILSAFAT DAN MEMBEDAKANYA DENGAN PENGETAHUAN – PENGETAHUAN LAINYA.

Perbedaan filsafat,agama dan ilmu pengetahuan

Filsafat adalah induk pengetahuan, filsafat adalah teori tentang kebenaran.

Filsafat mengedepankan rasionalitas, pondasi awal dari segala macam

disiplin ilmu yang ada. Filsafat juga bisa diartikan sebagai ilmu pengetahuan

yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan

sungguh-sungguh, serta radikal. Sehingga mencapai hakikat segala

situasi tersebut.Filsafat bersifat spekulatif. Mendekati agak mutlak.

Kebenaran dari filsafat kadang berupa keragu-raguan yang belum bisa

dipastikan kebenarannya.

Filsafat timbul kerana adanya suatu kepercayaan dan dianggap benar.

Sehingga muncullah suatu teori yang menyatakan kebenaran

tersebut.Agama adalah lahir sebagai pedoman dan panduan bagi kehidupan

manusia. suatu keyakinan yang mempercayai bahwa manusia berasal dari

Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Agama lahir tidak didasari dengan

riset, rasis,ataupun uji coba. Melainkan lahir dari proses peciptaan zat yang

berada di luar jangkauan manusia. Agama diyakini berasal dariTtuhan

dengan wahyu-wahyu-Nya. Agama adalah suatu perantara yang bisa

mengantarkan manusia mencapai kepuasan hidup yang tidak bisa di dapat

dalam ilmu-ilmu lain. Kebenaran agama bersifat mutlak atau absolute.

Ilmu pengetahuan adalah suatu hasil yang diperoleh oleh akal sehat, ilmiah,

empiris dan logis. Ilmu adalah cabang pengetahuan yang berkembang pesat

dari waktu ke waktu. Segala sesuatu yang berawal dari pemikiran logis

dengan aksi yang ilmiah serta dapat dipertanggungjawabkan dengan sebuah

bukti yang konkret. Harus mempercayai paradigma serta metode-metode

yang jelas yang juga dikorelasikan dengan bukti yang empiris yang mampu

Page 3: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

diterapkan secara transparan. Kebenaran ilmu pengetahuan bersifat nisbi

atau relative.Keragu-raguan tentang agama, filsafat bisa memberikan

jawaban tentang kebenarannya.

http://ilmipenulis.wordpress.com/2011/10/29/perbedaan-agama-filsafat-dan-

ilmu-pengetahuan/

PENGERTIAN FILSAFAT, ILMU DAN ILMU PENGETAHUAN

PENGERTIAN FILSAFAT

Filsafat adalah ‘ilmu istimewa’ yang mencoba menjawab masalah-

masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa kerana

masalah-masalah tersebut di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa. Filsafat

adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami

atau mendalami secara radikal dan integral serta sistematis hakikat sarwa

yang ada, yaitu: ” hakikat tuhan, ” hakikat alam semesta, dan ” hakikat

manusia, serta sikap manusia sebagai konsekuensi dari paham tersebut.

Perlu ditambah bahwa definisi-definisi itu sebenarnya tidak bertentangan,

hanya cara mengesahkannya saja yang berbeda.

Secara singkat dapat dikatakan Filsafat adalah refleksi kritis yang

radikal. Refleksi adalah upaya memperoleh pengetahuan yang mendasar

atau unsur-unsur yang hakiki atau inti. Apabila ilmu pengetahuan

mengumpulkan data empiris atau data fisis melalui observasi atau

eksperimen, kemudian dianalisis agar dapat ditemukan hukum-hukumnya

yang bersifat universal. Oleh filsafat hukum-hukum yang bersifat universal

tersebut direfleksikan ataudipikir secara kritis dengan tujuan untuk

mendapatkan unsur-unsur yang hakiki, sehingga dihasilkan pemahaman

yang mendalam. Kemudian apa perbedaan Ilmu Pengetahuan dengan

Filsafat. Apabila ilmu pengetahuan sifatnya taat fakta, objektif dan ilmiah,

maka filsafat sifatnya mempertemukan berbagai aspek kehidupan di samping

membuka dan memperdalam pengetahuan. Apabila ilmu

Page 4: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

pengetahuan objeknya dibatasi, misalnya Psikologi objeknya dibatasi pada

perilaku manusia saja, filsafat objeknya tidak dibatasi pada satu bidang kajian

saja dan objeknya dibahas secara filosofis atau reflektif rasional, karena

filsafat mencari apa yang hakikat. Apabila ilmu

pengetahuan tujuannya memperoleh data secara rinci untuk menemukan

pola-polanya, maka filsafat tujuannya mencari hakiki, untuk itu perlu

pembahasan yang mendalam. Apabila ilmu pengetahuannya datanya

mendetail dan akurat tetapi tidak mendalam, maka filsafat datanya tidak perlu

mendetail dan akurat, karena yang dicari adalah hakekatnya, yang penting

data itu dianalisis secara mendalam.

 PENGERTIAN ILMU

a. Hakikat Ilmu

Ilmu Merupakan suatu usaha untuk mengorganisasikan dan

mensistematisasikan pengetahuan atau fakta yang berasal dari pengalaman

dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, dan dilanjutkan dengan

pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode

yang biasa dilakukan dalam penelitian ilmiah (observasi, eksperimen, survai,

studi kasus dan lain-lain). Pemahaman bermakna ataupun sesuatu yang

memberikan makna kepada diri individu apabila datangnya sesuatu

sumber yang dikatakan berkaitan dengan sesuatu kajian ataupun

memerlukan kefahaman.

b. Ciri-Ciri Ilmu

· Ilmu boleh dipertuturkan

· Ciri ini membezakan ilmu dengan perasaan dan pengalaman. Contohnya,

sesetengah "pengalaman diri" seperti mimpi adalah sukar dipertuturkan

melalui bahasa. Tetapi bagi ilmu, ia haruslah sesuatu yang dapat

dipertuturkan melalui bahasa.

Page 5: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

· Ilmu mempunyai nilai kebenaran

Sesuatu yang digelar sebagai ilmu biasanya dianggap benar. Ciri ini

membezakan pengucapan ilmu dengan pengucapan sasastera yang

biasanya mengandungi unsur-unsur tahayul.

· Ilmu adalah objektif

Ciri ini bermaksud bahawa ilmu adalah sesuatu yang tidak dapat diubah

menurut keinginan ataupun kesukaan seseorang individu.

· Ilmu diperolehi melalui kajian

Ilmu adalah hasil daripada kajian. Ia bukanlah sesuatu rekaan. Ilmu

mengenai cara memeroleh ilmu itu dikenali sebagai perkaedahan

penyelidikan ilmiah

· Ilmu Sentiasa berkembang

Ilmu adalah sentiasa berada dalam proses pertambahan, pemantapan dan

penyempurnaan.

PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN

Ilmu pengetahuan adalah rangkaian konsep dan kerangka konseptual

yang saling berkaitan dan telah berkembang sebagai hasil percobaan dan

pengamatan yang bermanfaat untuk percobaan lebih lanjut (Ziman J. dalam

Qadir C.A., 1995). Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk

menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusiadari

berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar

dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan

membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari

keterbatasannya. Ilmu bukan sekedarpengetahuan (knowledge), tetapi

Page 6: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang

disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan

seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari

sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh

mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk

dari epistemologi.

Hakekat ilmu pengetahuan dapat ditelusuri dari 4 (empat) hal, yaitu:

1)      Sumber ilmu pengetahuan itu dari mana.

Sumber ilmu pengetahuan mempertanyakan dari mana ilmu

pengetahuan itu diperoleh. Ilmu pengetahuan diperoleh dari pengalaman

(emperi) dan dari akal (ratio). Sehingga timbul faham atau aliran yang disebut

empirisme dan rasionalisme. Aliran empirisme yaitu faham yang menyusun

teorinya berdasarkan pada empiri atau pengalaman. Tokoh-tokoh aliran ini

misalnya David Hume (1711-1776), John Locke (1632-1704), Berkley.

Sedang rasionalisme menyusun teorinya berdasarkan ratio. Tokoh-tokoh

aliran ini misalya Spinoza, Rene Descartes. Metode yang digunakan aliran

emperisme adalah induksi, sedang rasionalisme menggunakan metode

deduksi. Immanuel Kant adalah tokoh yang mensintesakan faham empirisme

dan rasionalisme.

2)      Batas-batas Ilmu Pengetahuan.

Menurut Immanuel Kant apa yang dapat kita tangkap dengan panca

indera itu hanya terbatas pada gejala atau fenomena, sedang substansi yang

ada di dalamnya tidak dapat kita tangkap dengan panca indera

disebut nomenon. Apa yang dapat kita tangkap dengan panca indera itu

adalah penting, pengetahuan tidak sampai disitu saja tetapi harus lebih dari

sekedar yang dapat ditangkap panca indera.

Page 7: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

Yang dapat kita ketahui atau dengan kata lain dapat kita tangkap dengan

panca indera adalah hal-hal yang berada di dalam ruang dan waktu. Yang

berada di luar ruang dan waktu adalah di luar jangkauan panca indera kita,

itu terdiri dari 3 (tiga) ide regulatif: 1) ide kosmologis yaitu tentang semesta

alam (kosmos), yang tidak dapat kita jangkau dengan panca indera, 2) ide

psikologis yaitu tentang psiche atau jiwa manusia, yang tidak dapat kita

tangkap dengan panca indera, yang dapat kita tangkap dengan panca indera

kita adalah manifestasinya misalnya perilakunya, emosinya, kemampuan

berpikirnya, dan lain-lain, 3) ide teologis yaitu tentang Tuhan Sang Pencipta

Semesta Alam.

3)      Strukturnya.

Yang ingin mengetahui adalah subjek yang memiliki kesadaran. Yang

ingin kita ketahui adalah objek, diantara kedua hal tersebut seakan-akan

terdapat garis demarkasi yang tajam. Namun demikian sebenarnya dapat

dijembatani dengan mengadakandialektika. Jadi sebenarnya garis demarkasi

tidak tajam, karena apabila dikatakan subjek menghadapi objek itu salah,

karena objek itu adalah subjek juga, sehingga dapat terjadi dialektika.

4)      Keabsahan.

Keabsahan ilmu pengetahuan membahas tentang kriteria bahwa ilmu

pengetahuan itu sah berarti membahas kebenaran. Tetapi kebenaran itu nilai

(axiologi), dan kebenaran itu adalah suatu relasi. Kebenaran adalah

kesamaan antara gagasan dan kenyataan. Misalnya ada korespondensi yaitu

persesuaian antara gagasan yang terlihat dari pernyataan yang diungkapkan

dengan realita.

Terdapat 3 (tiga) macam teori untuk mengungkapkan kebenaran, yaitu:

a)      Teori Korespondensi, terdapat persamaan atau persesuaian antara

gagasan dengan kenyataan atau realita.

Page 8: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

b)      Teori Koherensi, terdapat keterpaduan antara gagasan yang satu dengan

yang lain. Tidak boleh terdapat kontradiksi antara rumus yang satu dengan

yang lain.

c)      Teori Pragmatis, yang dianggap benar adalah yang berguna. Pragmatisme

adalah tradisi dalam pemikiran filsafat yang berhadapan dengan idealisme,

dan realisme. Aliran Pragmatisme timbul di Amerika Serikat. Kebenaran

diartikan berdasarkan teori kebenaran pragmatisme.

PERBEDAAN FILSAFAT,

ILMU DAN ILMU PENGETAHUAN

2.1  HUBUNGAN ILMU, FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN

Untuk melihat hubungan antara ilmu, filsafat dan ilmu pengetahuan, ada

baiknya kita lihat pada perbandingan antara ilmu, filsafat dan ilmu

pengetahuandalam bagan di bawah ini, (disarikan dari Drs. Agraha Suhandi,

1992)

Ilmu Filsafat Ilmu Pengetahuan

Segi-segi yang

dipelajari dibatasi

agar dihasilkan

rumusan-rumusan

yang pasti

Mencoba merumuskan

pertanyaan atas

jawaban. Mencari

prinsip-prinsip umum,

tidak membatasi segi

pandangannya bahkan

cenderung memandang

segala sesuatu secara

umum dan keseluruhan

Ilmu pengetahuan

adalah penguasaan

lingkungan hidup

manusia.

Obyek penelitian Keseluruhan yang ada Ilmu pengetahuan

Page 9: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

yang terbatas adalah kajian tentang

dunia material.

Tidak menilai obyek

dari suatu sistem nilai

tertentu.

Menilai obyek renungan

dengan suatu makna,

misalkan , religi,

kesusilaan, keadilan

dsb.

Ilmu pengetahuan

adalah definisi

eksperimental

Bertugas memberikan

jawaban

Bertugas

mengintegrasikan ilmu-

ilmu

Ilmu pengetahuan

dapat sampai pada

kebenaran melalui

kesimpulan logis dari

pengamatan empiris

PERBEDAAN:

Obyek material [lapangan] filsafat itu bersifat universal [umum], yaitu

segala sesuatu yang ada [realita] sedangkan obyek material ilmu

[pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya

terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak,

sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu

Obyek formal [sudut pandangan] filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena

mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam

dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif.

Di samping itu, obyek formal itu bersifatv teknik, yang berarti bahwa cara ide-

ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita

Page 10: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan

daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan

riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada

kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya

Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam

berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat

diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu

menjadi tahu

Filsafat memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan

mendalam sampai mendasar [primary cause] sedangkan ilmu menunjukkan

sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder

[secondary cause]

http://fitriyani501.blogspot.com/2012/09/pengertian-filsafat-ilmu-dan-ilmu.html

Page 11: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

B. MENJELASKAN KEINDAHAN DAN SENI SEBAGAI SALAH SATU NILAI DASAR FILOSOFI

Istilah dan pengertian keindahan tidak lagi mempunyai tempat yang

terpenting dalam estetika karena bersifat taksa untuk menyebut berbagai hal,

bersifat longgar untuk menyatakan penilaian pribadi terhadap sesuatu yang

kebetulan menyenangkan. Untuk membedakan nilai keindahan dengan jenis

nilai lainnya, maka nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang

tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik.

Filsuf Amerika, George Santayana (1863-1952) berpendapat bahwa

estetik berhubungan dengan pencerapan dan nilai-nilai. Dalam bukunya The

Sense of Beauty, beliau memberikan batasan keindahan sebagai nilai positif,

intrinsik dan diobjektifkan. Nilai estetis selain terdiri dari keindahan sebagai

nilai yang positif kini dianggap pulabmeliputi nilai yang negatif. Hal yang

menunjukkan nilai negatif ialah kejelekan. Estetika kadang dirumuskan pula

sebagai cabang filsafat yang berhubungan dengan “teori keindahan”. Kalau

definisi keindahan memberi tahu orang untuk mengenali, maka teori

keindahan menjelaskan bagaimana memahaminya.

Estetika berasal dari kata Yunani “Aesthesis”, yang berarti perasaan atau

sensitivitas. Itulah sebabnya maka estetika erat sekali hubungannya dengan

selera perasaan atau apa yang disebut dalam bahasa Jerman “Geschmack”

atau “Taste” dalam bahasa Inggris. Keindahan pada umumnya ditentukan

sebagai sesuatu yang memberikan kesenangan atas spiritual batin kita.

Nilai estetis lebih mendasar, murni dan abstrak, sedangkan nilai seni

sebagai suatu cita yang berkaitan dengan bentuk visual dan auditif dari

manusia, alam dan binatang, disamping ‘bentuk’ yang abstrak seperti gerak

Page 12: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

hati, ekspresi dan rasa citra. Niali seni juga banyak terdapat pada masalah

teknis kesenian dan fisik material seni keseluruhan.

C. MENJELASKAN SENI DAN KEINDAHAAN BESERTA LATAR BELAKANG PEMIKIRAN FILSAFAT SENI ZAMAN YUNANI KLASIK.

1.  Makna Estetika

            Seni merupakan ekspresi kreatif manusia yang dituangkan dalam

kehidupan sehari-hari. Di dalam seni tentunya terdapat karya seni yang

memiliki nilai estetik atau keindahan. Secara umum, karya seni merupakan

hasil dari proses kreatif manusia yang membentuk kedinamisan dan

keindahan. Karya seni tercipta sesuai keteraturan serta imajinasi pikiran

manusia untuk mengekspresikan diri. Menurut Lowenfeld (dalam Susanti,

2010) seni adalah dinamika dari kesatuan aktivitas manusia dalam

penggunaan simbol-simbol sebagai ungkapan dan abstraksi lingkungan

manusia yang diorganisasi menjadi suatu konfigurasi. Adapun Depdikbud

(dalam Susanti, 2010) membatasi seni sebagai segala perbuatan manusia

yang timbul dari perasaannya yang bersifat indah sehingga dapat

menggerakan perasaan manusia.  Karya seni juga bisa diartikan sebagai

hasil aktivitas manusia untuk mengkomunikasikan pengalaman batin pada

orang lain yang dijadikan dalam tata susunan indah, menarik, dan

mempesona sehingga menimbulkan pengalaman baru dan pengalaman

estetik bagi pengamat.

Pengertian estetika secara umum merupakan sebuah filosofi yang

mempelajari tentang nilai-nilai sensoris yang terkadang dianggap sebagai

penilaian terhadap sentimen dan rasa. Adapun menurut Muharam (dalam

Susanti, 2010) estetika umumnya dikaitkan dengan pengetahuan keindahan,

sedang batasan singkat estetika adalah filsafat dan pengkajian ilmiah dari

komponen estetika dan pengalaman manusia. Dalam kehidupan sehari-hari,

Page 13: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

estetika disamaartikan dengan keindahan, yaitu tentang terbentuknya suatu

keindahan dan seseorang bisa merasakannya.

            Karya seni diciptakan memiliki tujuan tertentu. Bagi masyarakat

tradisional, karya seni biasanya digunakan sebagai pemujaan atau ritual,

sebagai tuntunan yang didekatkan dengan religi, dan sebagai tontonan serta

hiburan. Bagi masyarakat modern, karya seni digunakan sebagai ekspresi

diri, media pendidikan, industri, terapi, dan media komersial. Bagi seorang

seniman, tujuan menciptakan sebuah karya seni digunakan sebagai

ungkapan ekspresi pribadi, komunikasi ide, keindahan, dan sebagai hiburan,

baik secara fisik maupun hiburan secara batiniah.

            Ketika seorang seniman menciptakan sebuah karya seni, maka nilai

estetik pun akan terbentuk  dalam sebuah karya seni tersebut. Nilai estetik

dibagi menjadi empat bagian, yaitu indah, indah sekali, sangat indah, dan

luar biasa indah yang terdapat pada objek berkeindahan yang selanjutnya

akan diserap oleh indrawi manusia. Setiap karya seni pastilah memiliki nilai-

nilai keindahan, namun segala sesuatu yang indah belum tentu bisa disebut

sebagai karya seni. Contohnya objek yang ada di alam seperti pelangi,

bintang, bulan, pantai, dan yang lainnya yang berkeindahan juga bisa

dikatakan indah walaupun bukan merupakan karya seni.

            Manfaat estetika dalam sebuah karya seni digunakan sebagai

harmonisasi agar tercipta suatu ketenteraman, ketenangan, kedamaian, dan

kenyamanan yang mendatangkan kebahagiaan. Melalui kelima indera maka

keindahan tersebut bisa  dirasakan dan dinikmati. Selain itu keindahan

tersebut didukung dengan karya yang memang diakui banyak pihak yang

memenuhi standar keindahan.

 Pembahasan tentang estetika sebuah karya seni memiliki keterkaitan

yang kuat pada masa Yunani dan Romawi beserta tokoh-tokohnya seperti

Plato, Aristoteles dan Plotinus. Plato berpendapat bahwa secara umum

Page 14: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

keindahan pada zaman Yunani berkaitan dengan keadilan, keikhlasan, dan

kebijaksanaan. Menurutnya keindahan juga berasal dari cinta kasih yang

dekat dengan etika. Keindahan terwujud karena adanya ukuran atau

proporsi. Bentuk yang proporsional akan menghasilkan objek yang indah.

Contohnya tinggi manusia normal adalah 7,5 kali kepala manusia. Plato juga

berpendapat bahwa sumber keindahan itu bukan berasal dari manusia, satu-

satunya sumber keindahan berasal dari dunia idea. Aristoleles yang

merupakan murid dari Plato kurang setuju dengan teorinya Plato, Aristoteles

berpendapat bahwa keindahan yang ditiru bukan dari dunia idea, melainkan

berasal dari alam sekitar sehingga objek keindahan ada di alam. Selanjutnya

Plotinus yang memperkenalkan konsep Plato dan Aristoteles ke seluruh

Eropa pada abad 3 Masehi. Namun, yang lebih penting adalah rahasia

estetika sebuah karya seni yang sampai saat ini sulit untuk diungkapkan.

Oleh karena itu, rahasia-rahasia tersebut akan dibahas dalam makalah ini.

2. Makna Estetika Dalam Sebuah Karya Seni

Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika

adalah ilmu yang membahas keindahan, yaitu tentang terbentuknya suatu

keindahan dan seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut

mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai

sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan

rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.

Estetika berasal dari Bahasa Yunani aisthetike, pertama kali digunakan oleh

filsuf Alexander Gottlieb Baumgarten pada tahun 1735 untuk pengertian ilmu

tentang hal yang bisa dirasakan melalui perasaan.

            Pandangan mengenai falsafah dan estetika sangat berhubung rapat

tentang kesenian. Apabila disentuh tentang keindahan maka secara langsung

akan dibicarakan hal-hal yang berkaitan dengan seni dan kesenian.

Persoalan estetika banyak dibincangkan oleh ahli-ahli falsafah kuno dan ahli

falsafah sekarang. Apabila persoalan estetika dibahas maka secara langsung

Page 15: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

persoalan kesenian dan nilai keindahan akan disentuh. Nilai estetika itu

sendiri adalah seni. Perkataan estetika dalam bahasa Yunani

ialah aisthesis membawa maksud hal-hal yang dapat diserapkan oleh

pancaindera atau lebih khusus lagi ialah kepekaan. Estetika juga boleh

diertikan sebagi persepsi pancaindera atau sense of perception. Ahli filsafah

Jerman yang bernama Alexander Baumgarten adalah orang pertama yang

memperkenalkan perkataanaisthetika. Namun demikian Cottfried Leibniz

telah meneruskan pendapatnya mengenai estetika dan memberi penekanan

kepada pengalaman seni sebagai suatu bentuk ilmu.

            Estetika sering diungkapkan sebagai persamaan makna seni, tetapi ia

berbeda dengan falsafah keindahan, karena estetika tidak semata-mata

menjadi permasalahan falsafah. Di dalam estetika menyangkut pembahasan

ilmiah berkaitan dengan karya seni, sehingga menangkapi bidang ilmiah,

antaranya meliputi perbincangan tentang keindahan dalam seni atau

pengalaman estetik, gaya atau aliran seni, perkembangan seni dan

sebagainya. Secara langsung pengkajian falsafah estetika bersangkutan

dalam bidang-bidang seperti psikologi, sosiologi, antropologi dan lain-lain

yang bersangkutan.

            Estetika dalam kehidupan sehari-hari menurut bahasa diartikan

sebagai keharmonisanagar tercipta suatu ketenteraman, ketenangan,

kedamaian, dan kenyamanan yang tertuju pada keindahan. Keindahan tidak

hanya tercipta dari Tuhan, melainkan ada pula yang tercipta oleh kegiatan

atau proses kreatif manusia yang menghasilkan sebuah karya seni. Di setiap

karya seni tentunya memiliki keindahan yang bervariasi antara pandangan

satu orang dan orang lainnya serta antara suatu karya seni dan karya seni

lainnya. Nilai keindahan tersebut dibagi menjadi empat macam yaitu indah,

indah sekali, sangat indah, dan luar biasa indah.

Berhubungan dengan adanya keindahan dalam sebuah karya seni, maka

George dalam bukunya aesthetic (dalam  Ghazali, 2009) mengajukan tiga

Page 16: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

permasalahan yang sering dikemukakan dalam estetika diantaranya sebagai

berikut.

a.       Persoalan kritis yang menggambarkan, menafsirkan atau menilai karya-

karya  seni yang khusus.

b.      Pernyataan yang bersifat umum oleh para ahli sastra, musik dan seni

halus untuk memberikan ciri-ciri khas artistik.

c.       Persoalan tentang keindahan, seni imitasi dan lain-lain.

           

3. Keterkaitan Antara Estetika Dan Karya Seni

            Antara estetika dan karya seni memiliki hubungan yang kuat seakan

tidak bisa dipisahkan oleh suatu jarak. Hal ini disebabkan karena adanya satu

kesatuan antara estetika dan karya seni. Satu kesatuan tersebut amatlah

bermakna dan menjadi sesuatu  yang mendasar. Dalam hal ini akan

memunculkan sebuah konsep yang biasa disebut dengan the beauty and the

ugly yangmerupakan perkembangan lebih lanjut yang menyadarkan bahwa

keindahan tidak selalu memiliki rumusan tertentu. Ia berkembang sesuai

penerimaan masyarakat terhadap ide yang dimunculkan oleh pembuat karya.

Karena itulah selalu dikenal dua hal dalam penilaian keindahan, yaitu the

beauty, suatu karya yang memang diakui banyak pihak memenuhi standar

keindahan dan the ugly, suatu karya yang sama sekali tidak memenuhi

standar keindahan dan oleh masyarakat banyak biasanya dinilai buruk,

namun jika dipandang dari banyak hal ternyata memperlihatkan

keindahan.       

Sejarah penilaian keindahan sudah dinilai begitu karya seni pertama

kali dibuat. Namun rumusan keindahan pertama kali yang terdokumentasi

adalah oleh filsuf Plato yang menentukan keindahan dari proporsi,

keharmonisan, dan kesatuan. Sementara Aristoteles menilai keindahan

Page 17: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

datang dari aturan-aturan, kesimetrisan, dan keberadaan. Tokoh-tokoh ahli

falsafah barat klasik seperti Plato, Aristoteles, dan Hegel meneliti tentang

persoalan keindahan melalui pembicaraan dalam bentuk estetika. Misalnya

Plato dalam bukunya Symposium telah menghuraikan panjang lebar

mengenai persoalan objek cinta ialah keindahan. Dalam bukunya itu beliau

menyampaikan dalam bentuk dialog-dialog watak utama seperti Phaedrus,

Eryximachus, Aristophanes, Agathon dan Socrates. Terang-terang dalam

dialog watak ini menyatakan bahawa proses mencintai tentang keindahan itu

perlu diasaskan pada zaman kanak-kanak lagi.

Sebenarnya bangsa Yunani kuno telah menghayati pengalaman

keindahan sebagai mewarisi bangsa mereka. Bangsa Yunani juga mengenal

kata keindahan dalam arti estetik yang disebutnya sebagai symmetria untuk

keindahan visual. Sementara perkataan harmonia adalah keindahan

pendengaran. Lantaran itu pengertian keindahan adalah meliputi persoalan

keindahan seni, alam, moral, dan intelektual.

            Sejak zaman ahli falsafah Socrates telah membincangkan persoalan

nilai keindahan yang terlibat dalam pemikiran tentang keberadaan dalam

objek yang menyebabkan ia indah. Mereka yang menikmati karya-karya seni

mengalami penghayatan estetika. Pengalaman itu adalah perasaan yang

timbul kepada seseorang ketika memandang sesuatu yang indah pada alam

atau karya seni. Secara langsung ia telah memperkatakan tentang estetika

dalam diri orang yang bertanya. Walaupun keindahan dan kecantikan adalah

nilai yang subjektif, dua orang yang bertanya tentang kecantikan kepada

sesuatu barang itu sifatnya berbeda pada nilai keindahan. Tetapi setiap

orang menginginkan benda-benda yang cantik dan indah. Tidak ada

satupunmanusia yang menginginkan keburukan. Itulah hakikatnya fitrah

manusia yang dikaruniai oleh Tuhan.

Page 18: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

Enam perkara yang penting dalam seni meliputi hal-hal sebagai berikut.

a. Benda Seni

            Benda seni secara langsung berkisar kepada karya seni itu sendiri.

Medium atau material karya seni menghasilkan suatu bentuk seni yang

indah. Seni terwujud melalui media pendengar untuk audio dan media

penglihatan untuk visual yang tampak. Media ini memberi peranan kepada

kategori kepada seni misalnya seni harus lebih kepada media visual, seni

teater lebih kepada media dengar dan visual, seni muzik lebih kepada media

audio dan lain-lain. Persoalan yang diperdebatkan sejak zaman Plato dan

Aristoteles mengenai benda seni ialah persoalan ekspresi seni, unsur

peniruan atau mimesis, persoalan seniman sebenarnya dan pengamatan

seni itu sendiri.

b. Pencipta Seni

            Persoalan pengkarya seni adalah persoalan asas dalam konteks

kreativitas dan ekspresi seniman. Yang sering diperbincangkan ialah soal

gaya atau style karyanya, pribadinya misalnya pengaruhnya, persekitaran

dan jantanannya menjadi persoalan dalam penghasilan karyanya. Di samping

itu perbincangan juga menyentuh mengenai zaman dan bermulanya karya

seni dihasilkan.

c. Publik Seni

            Publik seni menyentuh persoalan komunikasi karya seni terhadap

orang awam atau masyarakat. Seni itu adalah publik, tanpa orang lain

menghayati karya seni maka karya seni itu tidak dapat berdiri dengan sendiri.

Maka komunikasi dalam karya seni membuahkan sebuah karya seni akan

berjaya dan menjadi milik masyarakat.

d. Nilai Seni

Page 19: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

            Nilai seni selalu berhubungan dengan normal-normal yang esensial di

samping sesuatu kepentingan yang sangat peribadi. Biasanya nilai seni

bersangkutan mengenai kualitas, bersifat kontekstual dan esensi al-universal.

e. Pengalaman Seni

            Pengalaman seni merupakan keterlibatan dalam penghayatan seni itu

secara langsung. Pengalaman bersangkutan tentang ruang waktu dan

penglihatan seni. Seni sebagai komunikasi adalah pengalaman yang

melibatkan kegiatan panca indera, nalar, emosi dan intuisi seniman. Oleh

sebab itu pengalaman seni terlibat dalam ruang waktu sebelum, semasa dan

sesudah.

f. Konteks Seni

            Jika membincangkan konteks seni, secara langsung akan

membincangkan keperluan masyarakat terhadap seni. Seni secara langsung

menyangkut nilai-nilai setempat atau sejaman. Oleh yang demikian

pemahaman seni amat erat dengan konteks jaman tersebut. Misalnya seni

jaman sebelum merdeka di negara ini konteksnya adalah bentuk seni jaman

tersebut. Begitu juga dalam konteks masyarakat yang Islam tidak menerima

patung sebagai karya seni kerana bertentangan dengan syariah Islam.

Page 20: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

D. MENJELASKAN SENI DAN KEINDAHAAN BESERTA LATAR BELAKANG PEMIKIRAN FILSAFAT SENI ZAMAN YUNANI KLASIK SAMPAI PLOTUS

Filsafat keindahan bisa juga disebut estetika atau seni. Tujuannya

sebagaimana tuuan filsafat, dapat dirumuskan mengikuti perumusan Harold

Titus dengan mengaitkannya tentang masalah-masalah keindahan, yaitu: (1)

Mentukan sikap terhadap keindahan yang terdapat dalam alam, kehidupan

manusia dan karya seni; (2) Mencari pendekatan yang memadai dalam

menjawab masalah obyek pengamatan indra, khususnya karya seni, yang

menimbulkan pengaruh terhadap jiwa manusia; (3) Mencari pandangan yang

menyeluruh tentang keindahan dan obyek-obyek yang memperlihatkan rasa

keindahan; (4) Mengkaji masalah-masalah yang berhubungan dengan

bahasa dan penuturannya yang baik, sesuai keperluan, misalnya dalam

karya sastra, serta mengkaji penjelasan tentang istilah-istilah dan konsep

keindahan; (5) Mencari teori untuk menentukan dan menjawab persoalan di

sekitar karya seni dan obyek-obyek yang menerbitkan pengalaman indah.[1]

Buku paling awal yang memandang estetika sebagai ilmu tersendiri

ialah Baumgarten, seorang filsuf rasionalis Jerman. Karyanya yang terkenal

adalah Aesthetica (1750). Kata “aesthetica” diambil dari kata Yunani

“aesthesis” artinya pengamatan indra atau sesuatu yang merangsang indra.

Dari arti pengamatan tersebut Baumgarten mengartikan estetika sebagai

Scientia cognitio sensitiva atau pengetahuan yang berkaitan dengan apa

yang dapat diamati dan merangsang indra, terutama karya seni. Di dalam

perkataan “aisthesis” juga tercakup pegertian sensasi atau reaksi organisme

tubuh manusia terhadap rangsangan luar. Di dalamnya juga tercakup

perasaan, kecendrungan dan kegandrungan jiwa manusia terhadap sesuatu

hal.[2]

Pengertian estetika menurut Baumgarten dikritik oleh banyak ahli

Page 21: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

filsafat, diantaranya Comaraswamy dan Gadamer. Menurut Comaraswamy

pengertian semacam itu mereduksir karya seni dan obyek-obyek indah hanya

sebagai fenomena psikologi dan selera subyektif. Padahal seni bukan

semata-mata sebagai masalah perasaan dan selera pribadi, atau semata-

mata bertalian dengan pengalaman sensual. Masalah keindahan dan karya

seni bertalian dengan hasrat manusia yang lebih tinggi, yaitu pengalaman

kerohanian dan kepuasan intelektual.[3]

Konsep Keindahan Menurut Plato

Plato lahir di Athena pada 428 SM dan wafat pada 348 SM. Ia adalah

seorang filosof edialis besar pertama dalam sejarah pemikiran Barat.

Pemikiran falsafahnya jadi pembahasan dan perdebatan para filosof di Eropa

dan Dunia Islam selama berabad-abad. Teorinya tentang keindahan dan seni

disebar dalam bukunya yang berbentuk dialog seperti Apologia, Ion, Crito,

Protagoras, Gorgias, Meno, Parmenides, Timaeus, Phaedo, Phaedrus,

Republic dan Symposium. Dalam buku-bukunya itu dia juga berbicara

tentang maslah etika, politik, metafisika, dan epistemologi. Salah satu

bukunya yang banyak mengandung pembicaraan tentang estetika ialah

Symposium.

A.A.M. Djelantik dalam bukunya mengemukakan ada beberapa syarat

ciri-ciri keindahan menurut Plato: Pertama,Ukuran dan Proporsi. Menurut

plato pengetahuan tentang ukuran dan proporsimerupakan syarat utama

keindahan. Persyaratan ini yang dikemukakan oleh Plato adalah pengaruh

dari faham yang dianut oleh masyarakat Yunani pada umumnya tentang alam

semesta. Manusia Yunani sangat terkesan oleh keindahan alam dan

pengalaman bahwa segala peristiwa alam semesta ternyata mengandung

suatu tata aturan tertentu. Terbitnya matahari dan bulan di langit, pasang

surut air di laut, pemusiman iklim di dunia, teraturnya bulan purnama dan

tilem, dan lain sebagainya. Keindahan alam dilihatnya dari bentuk bunga-

bunga, susunan tubuh binatang dan manusia, yang semuanya mempunyai

Page 22: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

ukuran dan proporsi yang tertentu. Plato menghendaki agar manusia

seyogyanya mengikuti ukuran yang harmonis yang ada pada alam semesta.

Karena itu ia mensyaratkan bahwa dalam keindahan ada ukuran dan proporsi

sesuai dengan yang ada di alam semesta. Ukuran dan proporsi yang tepat

menimbulkan harmoni, dan harmoni menimbulkan rasa indah pada manusia.

[4]

Kedua, Keindahan dan Cinta. Dalam hal ini Plato meuangkan

pikirannya dalam suatu karangan berupa dialog antara filosof Sokrates

dengan seorang wanita yang dianggap arif, bijaksana, bernama Diothema,

sebagai juru tenung. Dalam bukunya yang berjudul Symposium itu, Plato

menceritakan sebagai ucapan dari Diothema, bahwa asal dari semua

keindahan adalah cinta (kasih sayang). Ia kemukan bahwa kita merasakan

sesuatu sebagai indah karena kita mearuh cinta padanya, hingga kita selalu

ingin kembali menikmatinya lagi. Untuk bisa menikmati sesuatu, perlu adanya

cinta. Cinta memberi kemampuan untuk menikmati keindahan, sehingga

aspek rasa cinta harus dikembangkan pada manusia.[5]

Plato mengisyaratkan betapa pentingnya manusia mencintai keindahan

karena keindahan merupakan pancaran dari kebenaran. Dalam mencintai

keindahan biasanya manusia menempuh dua tahapan, yaitu tahapan cinta

jasamaniah dan tahapan cinta rohaiah. Gerak naik dari cinta jasmaniah

menuju cinta rohaniah itu dilakukan dengan tujuan untuk menghayati wujud

yang lebih tinggi dari keindahan lahir, yaitu keindahan batin yang sifatnya

abstrak atau ideal. [6]

            Ketika masih anak-anak, seseorang berada dalam tahapan cinta

jasmaniah atau hahiriyah. Anak-anak biasa diajar untuk mencintai

sesamanya secara badaiah, yang melaluinya kelak akan menyadari bahwa

badan jasamainya sama indahnya dengan badan jasmani orang lain di

sekitarnya. Sesuadah menyadari hal itu lambat laun kepekaannya

meningkat ke tahapan cinta rohaiah. Dalam tahapan inilah ia mulai

Page 23: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

menyadari bahwa keindahan rohaiah lebih tinggi dibanding keindahan

jasmaniah. Apabila cinta rohaniah sudah mulai tumbuh, maka ia mulai

kepekaannya dipupuk untuk mencintai perbuatan dan tindakan-tindakan

yang baik secara moral. [7]

            Plato membedakan dua hal dalam obyek pencerapan keindahan.

Yaitu obyek-obyek indah yang dapat dicerap secara inderwi dan keindahan

itu sendiri yang tidak bisa dicerap secara inderawi. Melainkan kekuatan

perenungan. Sekuntum bunga tulip yang merah menyala adalah obyek yang

indah yang dapat dicerap secara inderawi. Tetapi keindahan hakiki yang

berada di balik bunga tulip itu tidak dapat dicerap secara inderawi. Hanya

akal pikiran yang dapat menangkap keindahan itu.

            Dalam Philebus Plato ciri-ciri penting dari obyek-obyek yang disebut

indah. Ciri-ciri itu semua saling terkait, namun apabila masing-masing

dipisahkan satu sama lain maka ciri-ciri itu tidak menjelaskan apa-apa

tentang keindahan. Keindahan pada benda-benda yang sederhana

unsurnya berbeda dari keindahan yang terdapat pada benda-beda yang

kompleks unsur-unsurnya. Keindahan dari obyek yang bersahaja seperti air

atau warna putih dapat dengan mudah ditangkap dengan indra. Obyek-

obyek ini memiliki keindahan tersendiri. Gambar ilmu ukur yang sederhana

seperti segi tiga atau trapesium juga demikian, memiliki keinddahan mutlak

dan abadi dalam dirinya, serta mudah ditangkap indra. [8]

            Ciri dari obyek yang bersahaja ini pada umumnya sama, yaitu

kesatuan, kemantapan dan kebersahajaan (simplicity). Kita tidak dapat

memberikan pengertian terhadap keindahan dari obyek-obyek bersahaja ini.

Kita sudah merasa cukup mengatakannya sebagai sesuatu itu indah. Tetapi

lain halnya apabila kita menghadapi obyek-obyek pengamatan yang

susunan dan unsur-unsurnya kompleks seperti sebuah karya arsitektur.

Karya tersebut disebut indah karena memiliki proporsi yang sesuai dan

hubungan unsur-unsurnya mempunyai hubugan yang serasi apabila diamati

Page 24: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

secara seksama. Proporsi ditentukan oleh ukuran-ukuran yang dletakkan

pada bangunan itu. Dengan adanya proporsi itu maka bangunan itu menjadi

seimbang dan sempurna. Seperti sudah saya bahas di atas tentang konsep

ukuran dan proporsi.[9]

Konsep Keindahan Menurut Aristoteles

Aristoteles (388-322 SM) dalah seorang filosof besar sesudah Plato. Ia 

lahir di Stagyra, Mecedonia. Ayahnya adalah seorang dokter pribadi raja

Macedonia. Ia belajar filsafat di Akademi Plato selama 20 tahun di bawah

bimbingan Plato. Sekembalinya ke Macedonia, ia menjadi penasehat pribadi

Alexander Agung dan membuka lembaga pendidika tinggi yang disebut

Lyceum. [10]

Aristoteles berpendapat “kendahan” itu adalah atribut, perlengkapan,

dan sifat yang melekat pada benda itu sendiri. Keindahan mewujud dalam

ciri-ciri benda yang kita lihat. Ciri tersebut menyebabkan timbulnya rasa indah

pada sang pengamat. Penikmatan ini dicapai oleh manusia sendiri dan bukan

suatu hal yang harus menunggu karunia dari “Tuhan”. Aristoteles

memandang nikmat-indah sebagai peristiwa yang biasa dan memberi

peranan lebih banyak kapada intelek manusia untuk menikmati keindahan.

[11]

Aristoteles merumuskan ciri-ciri utama dan sifat-sifat yang dimiliki

benda indah atau benda kesenian yang merangsang rasa-indah. Yaitu:[12]

Pertama, Harmoni, Berukuran, dan Tepat Proporsinya. Ia bermaksud

menandaskan, dalam segala pengukuran yang dilakukan terhadap sesuatu

yang indah selalu terdapat keseimbangan.

Kedua, Murni dan Jernih. Yang ia acu dari kata murni dan jernih adalah:

dalam karya seni itu tidak ada samar. Kesemuanya harus tenang, jelas,

lugas, tidak keruh, tidak berisi hal-hal yang meragukan. Semua karya seni itu

Page 25: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

harus dapat dimengerti dengan mudah.

Ketiga, Kesempurnaan dan keutuhan. Sesuatu yang utuh dan padu

tanpa cacat memiliki satu kesatuan dan kepaduan antara unsur-unsurnya.

Konsep Keindahan Menurut Plotinus

Plotinus dilahirkan di kota Lise, Mesir pada tahun 205 dan wafat pada

tahun 270. Ia dianggap seagai penerus ajaran Plato dan sekaligus

penghubung antara tradisi filsafat Yunani dan tradisi Abad Pertengahan

Eropa. mula-mula ia tertarik pada filsafat setelah mempelajari pemikiran

Ammonius Saccas yang mengajar di Akademi Iskandariah. Ia meninggalkan

Mesir dan mengembara ke Syiria, Iraq dan Iran (Persia) setelah

menyelesaikan kuliahnya di Iskandariah. Pada tahun 245 M Plotinus pindah

ke Romawi melalui Byzantium dan mendirikan mazhab filsafat tersendiri.

Aliran filsafatnya disebut Neoplatonisme. Melalui pemikiran filsafatnya ini

pengaruh filsafat Timur tersebar dan terserap dalam tradisi pemikiran filsafat

di Eropa, terutama melalui tradisi pemikiran Kristen.

Menurut Plotinus, keindahan terdapat pada banyak benda atau obyek

pengamatan indera. Obyek paling nyata memancarkan keindahan ialah yag

dapat diindra mata, dicerap pendengaran seperti ritme, musik dan irama,

atau perkataan-perkataan yang disusun dengan cara tertentu serta berirama

pengucapannya. Akal pikiran juga dapat merasakan keindahan yang tidak

terdapat di alam benda. Misalnya keindahan berkenaan pola hidup,

pandangan hidup, cara berpikir atau tindakan intelektual. Keindahan juga

dapat dirasakan atau dinikmati melalui kearifan, kebijaksanaan dan kebajikan

moral seseorang.

Plotinus meolak keseimbangan sebagai ciri yang mesti ada pada

keindahan sebagamana dikatakan Aristoteles. Keseimbangan hanaya

tampak apabila bagian dibandingkan dengan bagian lain. Benda yang

bersahaja tidak memiliki bagian yang dapat dibandingkan dan demikian tidak

Page 26: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

memiliki keindahan apabila ukuran keindahan adalah keseimbangan.

Keseimbangan hanya ada pada obyek-obyek yang memiliki lebih dari satu

atau banyak bagian atau banyak komponen seperti sebuah gedung yang

bagus beserta tamannya.

Dalam teori keindahan Plotinus ide utama ialah kontemplasi (renungan)

dan pengamatan hati. Pengalaman estetik yang tertinggi bersumber dari

renungan dan pengamatan batin. Plotinus mengaitkan renungan dengan

sesuatu yang berada di atas jangkauan indra, misalnya keindahan menuntut

ilmu, keadilan, kearifan dan kebenaran. Sarana untuk mencerap keindahan

tersebut dapat ditemui dalam obyek-obyek yang dapat dicerap melalui

indra.misalnya seorang ahli botani yang meneliti tanaman tertentu, pertama-

tama adalah melalui pengamatan indrawi, baru menggerakkan pikiran dan

jiwanya untuk menemukan pengetahuan dari tanaman yang ditelitinya.

Menurut Plotinus keindahan yang tinggi tak punya bentuk. Misalnya

keindahan menuntut ilmu atau pribadi seseorang. Keindahan yang diperoleh

dari dua hal tersebut di antaranya ialah perasaan bahagia, rasa tahu yang

mendalam dan takjub. Semua itu timbul karena dapat membawa kita menuju

kebenaran yang tinggi. Di sini Plotinus membuat kerangka teori keindahan

yang berperingkat dari keindahan alam indrawi ke tahap keindahan yang

lebih tinggi, yaitu kebenaran yang dapat dicerap melalui renungan dan

penelitian yang mendalam atas sesuatu. Kendati demikian ia beranggapan

bahwa keindahan alam indrawi merupakan jalan menuju kebenaran.

Di samping itu keindahan alam indrawi dapat membawa kita ke arah

yang berlawanan, yaitu apabila kenikmatan yang diperoleh daripadanya

dicermati kedudukan dan hawa nafsu, sehingga membuat jauh dari

kebenaran. Misalnya lelaki melihat seorang wanita cantik yang berpakaian

minim. Oleh karena itu, menurut Plotinus, dalam melihat atau mengalami

keindahan, jiwa kita sendiri perlu dijadikan indah dan suci. Caranya ialah

dengan merenung dan melihat ke dalam jiwa kita sendiri. Jika belum

Page 27: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

sempurna hendaknya diperbaiki sehingga diri kita bersinar-sinar dengan

kebajikan dan kemuliaan.

Penutup

Kita mengetahui, kepuasan atau rasa akan tergugah bila kita

mengalami peristiwa yang menyenangkan-terutama peristiwa baik yang

terjadi antara manusia dengan manusia. Bila kita menyaksikan kebahagiaan

seorang ibu yang tiba-tiba didatangi anaknya yang sudah lama tidak pernah

dilihat atau menyaksikan orang dengan penuh kasih sayang sedang

menolong orang lain atau saat kita sendiri sempat memberi pertolongan

kepada orang yang menderita, kita tergugah oleh perasaan seolah-olah kita

mengalami atau menikmati sesuatu yang indah. Pada manusia naluri ini

menjadi kesadaran, dijadikan kesadaran sosial, memberi rasa tanggung-

jawab, dan bila itu telah dipenuhi akan menjelma menjadi rasa bahagia dan

indah.

Rasa nikmat dan indah yang terjadi pada kita, timbul karena peran

panca indra, yang memiliki kemampuan untuk menangkap rangsangan dari

luar dan meneruskannya ke dalam. Rangsangan itu diolah menjadi kesan.

Kesan ini dilanjutkan lebih jauh ke tempat tertentu dimana perasaan kita bisa

menikmatinya. Penangkapan kesan dari luar, yang meimbulkan nikmat-indah

terjadi melalui dua dari panca indra kita, yakni melalui mata dan atau telinga.

Yang melalui mata kita sebut visual dan yang melalui telinga disebut akustik.

Kesan visual dapat dicapai dengan melihat keindahan bunga, warana-

warni, pemandangan sawah atau bentuk suara gapura. Sedangkan kesan

akustik dapat diperoleh dari bunyi alam, seperti bunyi ombak di laut, bunyi

angin yang menyentuh daun-daun, bunyi air yang mengalir di parit atau air

mancur, yang semuanya bisa kita nikmati sebagai “indah”.

Kedua indra ini telah mengambil peran tambahan, melakukan fungsi-

fungsi yang jauh lebih tinggi, bukan hanya peran vital, tetapi telah melibatkan

Page 28: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

proses-proses yang terjadi dalam budi dan intelektualitas. Lebih bertujuan

untuk memberi pengetahuan dan kebahagiaan, baik jasmaniah maupun

rohaniah. Nikmat-indah termasuk kepuasan tidak bisa disebut indah,

demikian juga kita tidak mengatakan bau bunga itu indah tetapi enak atau

harum.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 29: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

 

Rujukan

A.A.M, Djelantik, (1999). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat

Seni Perkembangan Indonesia

Abdul Hadi W.M, Kumpulan Modul-Modul Perkuliahan Estetika dan Falsafah

Seni. Pada Program Studi Falsafah dan Agama Universitas Paramadina.

[1] Dari Makalah Abdul Hadi W.M, “Estetika Sebagai Ungkapan Religiusitas”

dalam Mata Kuliah Estetika (Falsafah Seni).

[2] Ibid

[3] Ibid,

[4] A.A.M, Djelantik, (1999). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung:

Masyarakat Seni Perkembangan Indonesia. Hal. 86

[5] Ibid, hal. 87

[6]  Abdul Hadi W.M, Kumpulan Modul-Modul Perkuliahan Estetika dan

Falsafah Seni,

[7] Ibid

[8] Ibid

[9] Ibid

[10] Ibid

[11] A.A.M, Djelantik, (1999). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung:

Masyarakat Seni Perkembangan Indonesia. Hal. 95

[12] Ibid, hal. 96

Page 30: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

[13] Abdul Hadi W.M, Kumpulan Modul-Modul Perkuliahan Estetika dan

Falsafah Seni.

Page 31: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

E. MENJELASKAN SENI DAN KEINDAHAAN BESERTA LATAR BELAKANG PEMIKIRAN FILSAFAT AGUSTINUS

Seni dan Keindahan?

Pandangan Agustinus tentang seni dan keindahan.

Menurut Agustinus sumber atau dasar keindahan adalah

kesatuan. pandangan-pandangan dia tentang keselarasan,

keseimbangan, dan keteraturan menjadi ciri khas dari

keindahan.Pengamatan dia mengenai keindahan sebenarnya ada

memuat suatu penilaian yaitu apabila kita menilai suatu obyek itu indah,

kita mengamatinya sebagai sesuatu yang sesuai dengan apa yang

seharusnya ada di dalamnya yaitu keteraturan. Dan apabila kita menilai

suatu obyek itu jelek, kita mengamatinya sebagai yang sesuatu yang

menyimpang dari apa yang seharusnya terdapat di dalamnya yaitu

ketidakteraturannya. Diantara semua itu kesatuanlah yang dikemukakan

Agustinus sebagai sumber atau dasar keindahan.

Sumber Buku:

Judul : Estetika Filsafat Keindahan

Pengarang : Dr.Fx. Mudji Sutrisno

Penerbit : Kanisius

Tahun : 1993

Page 32: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

F. PENGERTIAN SENI DAN KEINDAHAN BESERTA LATAR BELAKANG PEMIKIRAN FILSUF THOMAS AQUINAS

Pengantar Pengalaman Manusia Tentang Keindahan

Menurut pandangan fenomenologi setiap pengalaman yang ada

pada manusia selalu terjadi sebagai “pengalaman tentang sesuatu”.

Tetapi apa yang mau diuaraikan fenomenologi itu bukan “sesuatu” itu,

melainkan apa yang merupakan “inti” dari pengalaman tentang sesuatu

itu yang terjadi pada manusia. Dalam filsafat keindahan “pengalaman

estesis” menurut pandangan fenomenologi merupakan pengalaman

estesis tentang sesuatu; tak jarang para filsuf yang mau mengupas

hejala keindahan, dalam hal itu mau langsung memeriksa “sesuatu” itu

dalam rangka keindahan apa itu kiranya. Dengan perkataan lain cirri-ciri

obyek yang bersangkutan itu mau diselidiki; mengapa ada obyek yang

disebut “indah” (atau “jelek”), sedangkan nyatanya banyak obyek lain

seakan-akan acuh tak acuh dalam rangka keindahan? Cara pendekatan

itu mereka pakai karena takut kalau-kalau terperangkap dalam jurang

subyektivisme selera.

Dalam uraian tentang pengalaman estetis itu berturut-turut akan

dikumpulkan unsur-unsur pokok yang kiranya paling mencolok, lalu akan

diadakan suatu refleksi atas unsur-unsur itu dengan maksud agar

pengalaman estetis tersebut dapat digambarkan menurut kedudukannya

dalam seluruh kehidupan manusia. Rupa-rupanya pengalaman estetis

merupakan sesuatu yang khas manusiawi; maka dari itu uraian

pengalaman itu dapat berguna untuk mengenal manusia itu sendiri

dengan cara yang mendalam.

Page 33: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

Thomas Aquinas (1225-1274)

Pandangan Thomas Aquinas tentang keindahan hanya tersebar

sana sini dalam seluruh karyanya. Tetapi ada pentingnya kita

memperhatikan karya Thomas Aquinas karena pandangannya memuat

unsur baru yang merintis jalan bagi perkembangan pandangan tentang

keindahan masa modern. Selain itu teori Thomas sangat kerap dikutip.

Rumusan Thomas yang paling dikenal ialah : “Keindahan

berkaitan dengan pengetahauan;kita menyebut sesuatu itu indah jika

sesuat itu menyenangkan mata sang pengamat”. Di samping tekanan

pada pengetahuan, yang paling mencolok ialah peranan subyek dalam

hal keindahan

Rumusan Thomas yang terkenal lainnya : “Keindahan harus

mencakup tiga kualitas : integritas atau kelengkapan..., proporsi atau

keselarasan yang benar, dan kecemerlangan”. Unsur-unsur itu sudah

berulang kali kita lihat dalam sejarah. Dalam kutipan ini unsur-unsur ini

secara tepat dan ringkas dihubungkan satu sama lain. Di sini peranan

obyek yang indah yang dikenal dan dialami manusia nampak mencolok.

Ada satu kutipan lagi: “keindahan terjadi jika pengarah si subyek

muncul lewat kontemplasi atau pengetahuan inderawi. Dengan begitu

pada pokoknya indra-indra terasosiasi dengan keindahan yang paling

berperanan bagi pengetahuan kita, misalnya penglihatan dan

pendengaran yang berperanan bagi akal; kita bicara tentang penglihatan

yang indah dan suara yang bagus; tetapi kita tidak berbicara tentang

perasaan yang indah dan bau yang bagus; kita tidak membicarakan

keindahan dengan mengacu pada tiga indera lainnya”. Di sini

nampaklah sekali lagi tekanan subyek dalam hal pengetahuan. Selain

itu, dalam teks ini Thomas menunjukkan “berakhirnya kegiatan” dan

Page 34: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

tercapainya sesuatu yang diidam-idamkan. Lagipula dalam teks itu

peranan indera, dengan membedakan penglihatan dan pendengaran

dari indera lainnya, tampak jelas.

Secara umum gagasan Thomas merupakan rangkuman segala

unsur filsafat keindahan yang sebelumnya dihargai. Dengan

mengajukan peranan dan rasa si subyek dalam proses terjadinya

keindahan, Thomas mengemukakan sesuatu yang baru. Peranan

subyek sebenarnya sudah diangkat juga dalam teori Aristoteles tentang

drama. Aristoteles sama seperti Thomas, menggarisbawahi betapa

pentingnya pengetahuan dan pengalaman empiris-aposteoriori yang

terjadi dalam diri manusia.

Latar Belakang Pemikiran Thomas Aquinas

Kalau Agustinus dalam teori estetikanya dipengaruhi oleh plato,

bahwa perlu adanya Terang Ilahi (ide) untuk mencapai ‘ketaraturan

ideal’ dalam karya seni, maka Aquinas lebih cenderung pada pendapat

Aristoteles. Menurut Aristoteles, peranan subyek dan benda seni amat

menentukan dalam seni. Maka Aquinas juga menekankan pentingnya

pengetahuan subyek dan pengalaman (empiris) kesenian. Dengan

demikian terdapat penggabungan dua teori, yakni teori subyektif

(tentang perlunya pengalaman keindahan) dan teori obyektif (perlunya

“benda seni”).

Pengaruh Aristoteles tampak dalam pengajuannya terhadap

peranan subyek dalam proses terjadinya keindahan. Pengetahuan dan

pengalaman empiris amat menentukan terjadinya pengalaman

keindahan dalam diri manusia.

Page 35: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

Daftar Pusaka

Dr. Fx. Mudji Sutrisno SJ & Prof. Dr. Christ Verhaak SJ “Estetika Filsafat

Keindahan”, Yogyakarta, KANISIUS, 1993

Jakob Sumardjo “Filsafat Seni”, Bandung, ITB Bandung, 2000

Page 36: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

G. PENGERTIAN SENI DAN KEINDAHAN MENURUT BEBERAPA FILSUF KEINDAHAN PADA ZAMAN RENAISSANCE

1. Pengantar

Secara etimologis kata renaissance (kelahiran kembali) berasal

dari kata ‘re’ (kembali) dan ‘naissance’ (kelahiran). Artinya masa

kebangkitan kembali minat ppada budaya Yunani Kuno (Neo-

platonisme).

Manusia seakan lahir kembali dari tidur Abad Pertengahan.

Seluruh kebudayaan Barat dibangunkan dari suatu keadaan statis yang

berlangsung seribu tahun.

2. Ciri – ciri Estetika Renaissance

A. Seni lukis dan seni pahat-patung merupakan hal yang bersifat

mental dan ineligensi

B. Seni dan puisi ‘menirukan alam’ dan untuk tujuan ini, ilmu-ilmu

empiris, memberikan petunjuk berguna.

C. Seni-seni plastis, seperti sastra, juga mengejar tujuan moral yakni

perbaikan status sosial, namun tetap bercita-cita menuju yang

ideal

D. Tujuan segala seni, yakni keindahan adalah properti objektif dari

benda-benda yang terdiri atas tatanan, harmoni, proporsi, dan

kebenaran. Dan kebenaran ini sebagian dapat diungkapkan

secara matematis.

E. Puisi dan seni visual yang telah mencapai kesempurnaan serta

bentuk yang definitif di masa Klasik rahasianya telah hilang dan

kesenian semakin merosot atau menurun nilainya.

Page 37: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

F. Seni harus tunduk atau mengikuti aturan-aturan kesempurnaan

yang secara rasional dapat dimengerti dan secara tepat dapat

diformulasikan dan diajarkan. Aturan aturan ini adalah inheren di

dalam karya-karya dan dapat dipelajari lewat studi karya-karya

tersebut serta terhadap alam.

G. Unsur perspektif menjadi penting dalam proses menciptakan

sebuah ilusi tentang kedalaman suatu karya seni

H. Seni di masa renaisans banyak berhutang pada penggalian

kembali mitologi-mitologi klasik dan filsafat mistik.

3. Seni dan Keindahan Menurut Tokoh-tokoh pada Masa Renaissance

A. Leon Battista Alberti (1404-1472)

Alberti mendefinisikan keindahan sehubungan dengan

‘harmoni antar bagian-bagian’. Definisi ini mengakibatkan

keindahan menjadi identik dengan tingkat harmoni tertentu, bukan

harmoni sebagai sebuah kondisi atau syarat bagi keindahan.

Definisi Alberti bersifat objektif, karena hanya merujuk pada

properti benda-benda dan bukan pada kondisi pikiran si subjek. Ia

memang mengajukan sebuah postulat tentang rasa keindahan

khusus dalam diri manusia, leawat mana keindahan itu ditangkap

Sedangkan seni sendiri, ia lebih mengungkapkan bahwa

seni adalah hasil inspirasi yang bersumber dari alam, artinya

seseorang harus mempelajari alam sebelum mempelajari seni.

Dengan mempelajari alam, gagasan yang ada dalam diri seniman

akan lebih mudah untuk divisualisasikan. Dalam ulasannya

mengenai karya seni, Alberti menggunakan istilah: kesatuan,

keragaman, keanggunan, kesempurnaan, penemuan, imajinasi,

fantasi dan caprice.

Page 38: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

B. Marsilio Ficino (1433-1499)

Ficino menyelidiki masalah keindahan secara teoritis. Ia

berpendapat bahwa “Dengan suatu konsentrasi yang mengarah

pada inti batin,” seorang seniman menciptakan karya seni yang

kemudian diwujudkan secara konkret.

Seni menurut Ficino adalah suatu kesinambungan

pengamatan karya seni dengan munculnya rasa keindahan atau

pengalaman estetis.

Page 39: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

DAFTAR PUSTAKA

Aldrich, Virgil C. Philosophy of Art, Englewood Clifffs: Prentice Hall, Inc.,

1963. Foundation of Philosophy Series.

Audi, Robert. The Cambridge Dictionary of Philosophy, New York:

Cambridge University Press, 2006

Barilli, Renato. A Course on Aesthetics, translated by Karen E. Pinkus,

Minneapolis, London: University of Minnesota Press, 1993

Beardsley, M. Aesthetics, New York: Harcourt Brace, 1958.

Blavatsky, H.P. The Theosophical Glossary, Los Angeles, California:

The Theosophical Company, 1990

Bell, Clive. Art , Capricorn Books, 1958

Cazeaux, Clive (ed.). The Continental Aesthetics Reader, London and

New York: Routledge, 2000.

Chang, Garma C. C. The Practice of Zen, New York: Perennial Library,

Harper & Row, Publishers, 1970

Cooper, David., A Companion to Aestheticis, Oxford: Blackwell Publisher

Ltd, 2002

Page 40: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

Daw Mya Tin (Trans.). Dharmapada, Verses and Stories, Bibiliotheca

Indo-Tibetica Series-XX, Sarnath Varanasi: Central Institute of

Higher Tibetan Studies, 1990.

Page 41: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

H. PENGERTIAN SENI DAN KEINDAHAN BESERTA PEMIKIRAN FILSAFAT KRITIS

Filsafat Kant berusaha mengatasi dua aliran tersebut dengan

menunjukkan unsur-unsur mana dalam pikiran manusia yang berasal

dari pengalaman dan unsur-unsur mana yang terdapat dalam akal. Kant

menyebut perdebatan itu antinomy, seakan kedua belah pihak merasa

benar sendiri, sehingga tidak sempat memberi peluang untuk munculnya

alternatif ketiga yang barangkali lebih menyejukkan dan konstruktif.

Mendapatkan inspirasi dari “Copernican Revolution”, Kant mengubah

wajah filsafat secara radikal, dimana ia memberikan filsafatnya, Kant

tidak mulai dengan penyeledikan atas benda-benda yang

memungkinkan mengetahui benda-benda sebagai objek. Lahirnya

pengetahuan karena manusia dengan akalnya aktif mengkonstruksi

gejala-gejala yang dapat ia tangkap. Kant mengatakan:

Akal tidak boleh bertindak seperti seroang mahasiswa yang Cuma puas

dengan mendengarkan keterangan-keterangan yang telah dipilihkan

oleh dosennnya, tapi hendaknya ia bertindak seperti hakim yang

bertugas menyelidiki perkara dan memaksa para saksi untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang ia sendiri telah rumuskan dan persiapkan

sebelumnya.

Upaya Kant ini dikenal dengan kritisisme atau filsafat kritis, suatu nama

yang diberikannya sendiri. Kritisisme adalah filsafat yang memulai

perjalannya dengan terlebih dahulu menyelidiki kemampuan kritik atas

rasio murni, lalu kritik atas rasio praktis, dan terakhir adalah kritik atas

daya pertimbangan.

Page 42: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

1. Kritik atas Rasio Murni

Dalam kritik ini, atara lain kant menjelaskan bahwa ciri pengetahuan

adalah bersifat umum, mutlak dan memberi pengertian baru. Untuk itu ia

terlebih dulu membedakan adanya tiga macam putusan, yaitu:

a. Putusan analitis apriori; dimana predikat tidak menambah sesuatu

yang baru pada subjek, karena sudah termuat di dalamnya (msialnya,

setiap benda menempati ruang).

b. Putusan sintesis aposteriori, misalnya pernyataan “meja itu bagus” di

sini predikat dihubungkan dengan subjek berdasarkan pengalaman

indrawi, karena dinyatakan setelah (=post, bhs latin) mempunyai

pengalaman dengan aneka ragam meja yang pernah diketahui.

c. Putusan sintesis apriori; disini dipakai sebagai suatu sumber

pengetahuan yang kendati bersifat sintetis, namun bersifat apriori juga.

Misalnya, putusan yang berbunyi “segala kejadian mempunyai

sebabnya”. Putusan ini berlaku umum dan mutlak, namun putusan ini

juga bersifat sintetis dan aposteriori. Sebab di dalam pengertian “sebab”.

Maka di sini baik akal maupun pengalaman indrawi dibutuhkan serentak.

Ilmu pasti, mekanika dan ilmu pengetahuan alam disusu atas putusan

sintetis yang bersifat apriori ini.

Tiga tingkatan pengetahuan manusia, yaitu:

a. Tingkat Pencerapan Indrawi (Sinneswahrnehmung)

Unsur apriori, pada taraf ini, disebut Kant dengan ruang dan waktu.

Dengan unsur apriori ini membuat benda-benda objek pencerapan ini

menjadi ‘meruang’ dan ‘mewaktu’. Pengertian kant mengenai ruang dan

waktu ini berbeda dengan ruang dan waktu dalam pandangan Newton.

Page 43: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

Kalau Newton menempatkan ruang dan waktu ‘di luar’ manusia, kant

megnatakan bahwa keduanya adalah apriori sensibilitas. Maksud Kant,

keduanya sudah berakar di dalam struktur subjek. Ruang bukanlah

ruang kosong, ke dalamnya suatu benda bisa ditempatkan; ruang bukan

merupakan “ruang pada dirinya sendiri” (Raum an sich). Dan waktu

bukanlah arus tetap, dimana pengindraan-pengindraan berlangsung,

tetapi ia merupakan kndisi formal dari fenomena apapun, dan

bersifat apriori.

Yang bisa diamati dan diselidiki hanyalah fenomena-fenomena atau

penampakan-penampakannya saja, yang tak lain merupakan sintesis

antara unsur-unsur yang datang dari luar sebagai materi dengan bentuk-

bentuk apriori ruang dan waktu di dalam struktur pemikiran manusia.

b. Tingkat Akal Budi (Verstand)

Bersamaan dengan pengamatan indrawi, bekerjalah akal budi secara

spontan. Tugas akal budi adalah menyusun dan menghubungkan data-

data indrawi, sehingga menghasilkan putusan-putusan. Dalam hal ini

akal budi bekerja dengan bantuan

fantasinya (Einbildungskarft). Pengetahuan akal budi baru dieroleh

ketika terjadi sintesis antara pengalaman inderawi tadi dengan bentuk-

bentuk apriori yang dinamai Kant dengan ‘kategori’, yakni ide-ide

bawaan yang mempunyai fungsi epistemologis dalam diri manusia.

c. Tingkat intelek / Rasio (Versnunft)

Idea ini sifatnya semacam ‘indikasi-indikasi kabur’, petunjuk-petunjuk

buat pemikiran (seperti juga kata ‘barat’ dan ‘timur’ merupakan petunjuk-

petunjuk; ‘timur’ an sich tidak pernah bisa diamati). Tugas intelek adalah

menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan pada tingkat

Page 44: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

dibawahnya, yakni akal budi(Verstand) dan tingkat pencerapan

indrawi (Senneswahnehmung). Dengan kata lain, intelek dengan idea-

idea argumentatif.

Kendati Kant menerima ketiga idea itu, ia berpendapat bahwa mereka

tidak bisa diketahui lewat pengalaman. Karena pengalaman itu, menurut

kant, hanya terjadi di dalam dunia fenomenal, padahal ketiga Idea itu

berada di dunia noumenal (dari noumenan = “yang dipikirkan”, “yang

tidak tampak”, bhs. Yunani), dunia gagasan, dunia batiniah. Idea

mengenai jiwa, dunia dan Tuhan bukanlah pengertian-pengertian

tentang kenyataan indrawi, bukan “benda pada dirinya sendiri” (das Ding

an Sich). Ketiganya merupakan postulat atau aksioma-aksioma

epistemologis yang berada di luar jangkauan pembuktian teoretis-

empiris.

2. Kritik atas Rasio Praktis

Maxime (aturan pokok) adalah pedoman subyektif bagi perbuatan orang

perseorangan (individu), sedangkanimperative (perintah) merupakan

azas kesadaran obyektif yang mendorong kehendak untuk melakukan

perbuatan. Imperatif berlaku umum dan niscaya, meskipun ia dapat

berlaku dengan bersyarat (hypothetical)atau dapat juga tanpa

syarat (categorical). Imperatif kategorik tidak mempunyai isi tertentu

apapun, ia merupakan kelayakan formal (=solen). Menurut kant,

perbuatan susila adalah perbuatan yang bersumber paa kewajiban

dengan penuh keinsyafan. Keinsyafan terhadap kewajiban merupakan

sikap hormat (achtung).Sikap inilah penggerak sesungguhnya perbuatan

manusia.

Kant, ada akhirnya ingin menunjukkan bahwa kenyataan adanya

kesadaran susila mengandung adanya praanggapan dasar.

Page 45: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

Praanggapan dasar ini oleh Kant disebut “postulat rasio praktis”, yaitu

kebebasan kehendak, immortalitas jiwa dan adanya Tuhan.

Pemikiran etika ini, menjadikan Kant dikenal sebagai pelopor lahirnya

apa yang disebut dengan “argumen moral” tentang adanya Tuhan.

Sebenarnya, Tuhan dimaksudkan sebagai postulat. Sama dengan pada

rasio murni, dengan Tuhan, rasio praktis ‘bekerja’ melahirkan perbuatan

susila.

3. Kritik atas Daya Pertimbangan

Kritik atas daya pertimbangan, dimaksudkan oleh Kant adalah mengerti

persesuaian kedua kawasan itu. Hal itu terjadi dengan menggunakan

konsep finalitas (tujuan). Finalitas bisa bersifat subjektif dan objektif.

Kalau finalitas bersifat subjektif, manusia mengarahkan objek pada diri

manusia sendiri. Inilah yang terjadi dalam pengalaman estetis

(kesenian). Dengan finalitas yang bersifat objektif dimaksudkan

keselarasan satu sama lain dari benda-benda alam.

Idealisme Transedental : Sebuah Konsekuensi

Tidak mudah memahami kant, terutama ketika sampai pada teorinya:

realisme empirikal (Empirical realism)dan Idealisme

transendental (transendental idealism), apalagi jika mencoba

mempertemukan bagian-bagian dari teorinya itu. Istilah “transenden”

berhadapan dengan istilah ‘empiris’, dimana keduanya sama-sama

merupakan term epistemologis, namun sudah tentu mengandung

maksud yang berbeda; yang pertama berartiindependent dari

pengalaman (dalam arti transenden), sedang yang terakhir disebut

berarti imanen dalam pengalaman. Begitu saja “realisme” yang

berlawanan dengan “idealisme”, adalah dua istilah ontologis yang

Page 46: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

masing-masing bermakna: “lepas dari eksistensi subyek” (independet of

my existance) dan “bergantung pada eksistensi subyek” (dependent of

my existence). Teori Kant ini mengingatkan kita kepada filsuf Berkeley

dan Descartes. Berkeley sduah tentu seorang empirisis, tetapi ia

sekaligus muncul sebagai seroang idealis. Sementara Descartes bisa

disebut seorang realis karena ia percaya bahwa eksistensi obyek itu,

secara umum, independen dari kita, tetapi ia juga memahami bahwa kita

hanya mengetahui esensinya melalui idea bawaaninnate ideas) secara

“clear and distinct”, bukan melalui pengalaman. Inilah yang kemudian

membuat Descartes sebagai seorang “realis transendental”. 

Page 47: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

I. MENJELASKAN SENI DAN KEINDAHAAN BESERTA LATAR BELAKANG PEMIKIRAN FILSAFAT HAGEL

Menurut G.W.F Hegel (1770-1831), Filsuf Idealisme Jerman,

berpendapat karya seni adalah medium material sekaligus faktual.

Keindahan karya seni bertujuan menyatakan kebenaran. Baginya

kebenaran adalah "keseluruhan". Sehubungan dengan gagasan

kebenaran yang dikemukakannya, karya seni adalah presentasi indrawi

dari ide mutlak (Geist) tingkat pertama. Dalam pemikiran Hegel, ide atau

roh subyektif dan roh obyektif senantiasa berada didalam ketegangan.

Ide-ide mutlak mendamaikan ketegangan ini. Maka sebagai ide mutlak

tingkat pertama pada seni roh subyektif dan roh obyektif didamaikan.

Subyek dan obyek kemudian berada didalam keselarasan sempurna.

Filsafat estetika atau keindahan Hegel menilai bahwa seni adalah

bagian yang tak terpisahkan dari sistem filsafat filsuf. Untuk

memahaminya dengan tepat, kita harus mengetahui kedudukan seni

dalam sistem ini. Pemaparan fenomenologis mengenai aktivitas Roh

adalah keseluruhan bagian sistem ini. Pengetahuan yang tidak dapat

dibedakan mana yng diketahui dan yang mengetahui, dan dipahami dan

rasional disebut sebagai pengetahun absolut. Untuk mengenal yang

Absolut adalah dengan mengenal hasil determinasi dirinya seperti

mengenal Tuhan melalui ciptaan-Nya. Konsep-konsep seni yang selama

ini dikenal merupakan hasil dari filsafat yang menjadikan seni sebagai

objeknya. Maka, seni dapat dipahami dengan logis dan konseptual

karena merupakan bagian dari filsafat. Meski awalnya, Hegel

menyatakan bahwa hanya keindahan karya seni yang dihasilkan oleh

Page 48: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

manusia yang termasuk dalam filsafat keindahan (estetika). Namun, ia

pun menambahkan bahwa keindahan alam perlu diperhatikan.

Page 49: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

J. SCHOPENHAUWER

Biografi

Arthur Schopenhauer adalah seorang filsuf Jerman yang melanjutkan

tradisi filsafat pasca-Kant. Schopenhauer lahir di Danzig pada tahun

1788. Ia menempuh pendidikan di Jerman, Perancis, dan Inggris. Ia

mempelajari filsafat di Universitas Berlin dan mendapat

gelar doktor diUniversitas Jena pada tahun 1813. Ia menghabiskan

sebagian besar hidupnya di Frankfurt, dan meninggal dunia di sana

pada tahun 1860.

Dalam perkembangan filsafat, Schopenhauer dipengaruhi dengan kuat

oleh Imanuel Kant dan juga pandangan Buddha.  Pemikiran Kant

nampak di dalam pandangan Schopenhauer tentang dunia sebagai ide

dan kehendak. Kant menyatakan bahwa pengetahuan manusia terbatas

pada bidang penampakan atau fenomena, sehingga benda-pada-

dirinya-sendiri (das Ding an sich) tidak pernah bisa diketahui

manusia. Misalnya, apa yang manusia ketahui tentang pohon bukanlah

pohon itu sendiri, melainkan gagasan orang itu tentang pohon.

Schopenhauer mengembangkan pemikiran Kant tersebut dengan

menyatakan bahwa benda-pada-dirinya-sendiri itu bisa diketahui, yakni

"kehendak".

Pemikiran Filosofis

Filsafat Keinginan

Schopenhauer memberikan fokus kepada investigasinya terhadap

motivasi seseorang. Sebelumnya, filsuf terkemuka Hegel telah

Page 50: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

mempopulerkan konsep Zeitgeist, ide bahwa masyarakat terdiri atas

kesadaran akan kolektifitas yang digerakkan di dalam sebuah arah yang

jelas. Schopenhauer memfokuskan diri untuk membaca tulisan-tulisan

dua filsuf terkemuka pada masa kuliahnya, yaitu Hegel dan Kant.

Schopenhauer sendiri mengkritik optimisme logika yang dijelaskan oleh

kedua filsuf terkemuka tersebut dan kepercayaan mereka bahwa

manusia hanya didorong oleh keinginan dasar sendiri, atau Wille zum

Leben (keinginan untuk hidup) yang diarahkan kepada seluruh manusia.

Schopenhauer sendiri berpendapat bahwa keinginan manusia adalah

sia-sia, tidak logika, tanpa pengarahan dan dengan keberadaan, juga

dengan seluruh tindakan manusia di dunia. Schopenhauer berpendapat

bahwa keinginan adalah sebuah keberadaan metafisikal yang

mengontrol tindak hanya tindakan-tindakan individual, agent, tetapi

khususnya seluruh fenomena yang bisa diamati. Keinginan yang

dimaksud oleh Schopenhauer ini sama dengan yang disebut dengan

Kant dengan istilah sesuatu yang ada di dalamnya sendiri.

Pandangan filosofis Schopenhauer melihat bahwa hidup adalah

penderitaan. Schopenhauer menolak kehendak. Apalagi dengan

kehendak untuk membantu orang menderita. Ajaran Schopenhauer

menolak kehendak untuk hidup dan segala manifestasinya, namun ia

sediri takut dengan kematian. IAM STAY AT HERE :)

Keputusan dan Hukuman

Schopenhauer menjelaskan seseorang yang hendak

mengambil keputusan. Menurut dia, ketika kita mengambil keputusan,

kita akan diperhadapkan dengan berbagai macam akibat. Oleh sebab

itu, keputusan yang diambil memiliki alasan atau dasar. Keputusan-

keputusan ini menjadi tidak bebas lagi bagi si pemilihnya. Pemilih itu

Page 51: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

harus diperhadapkan kepada beberapa akibat dalam sebuah

keputusan. Segala tindakan yang dilakukan seseorang merupakan

kebutuhan dan tanggung jawabnya. Segala kebutuhan dan tanggung

jawab itu pun sudah dibawa sejak lahir dan bersifat kekal.

Schopenhauer juga menegaskan jika tidak ada keinginan bebas,

haruskah kejahatan dihukum?

Catatan

Filsafat Schopenhauer ini termasuk ke dalam Idealisme

Jerman. Pendapat ini dibuktikan melalui perbandingan antara filosofis

Schopenhauer dengan pandangan Idealisme Jerman. Keduanya

mengajarkan bahwa realitas bersifat subjektif, artinya keseluruhan

kenyataan merupakan konstruksi kesadaran Subjek. Dunia ini juga

dipandang sebagai ide. Pandangan Schopenhauer ini pun dijadikan

wakil dari Idealisme Jerman. Sekalipun memang ada hal-hal yang

bersifat lebih khusus dan fundamental yang membedakan pemikiran

Schopenhauer dengan Idealisme Jerman. Bagi Schopenhauer, dasar

dunia ini transcendental dan bersifat irasional, yaitu kehendak yang

buta. Kehendak ini buta, sebab, sebab desakannya untuk terus-menerus

dipuaskan tidak bisa dikendalikan dan tidak akan pernah terpenuhi.

Namun, justru keinginan yang tak sampai berarti

penderitaan. Selanjutnya, menurut dia bahwa kehendak transendental

itu mewujudkan diri dalam miliaran eksistensi kehidupan, maka hidup itu

sendiri merupakan penderitaan. Jalan keluar yang diusulkan

Schopenhauer ini pun cukup logis. Kalau hidup ini adalah penderitaaan,

maka pembebasan dari penderitaan tersebut tentunya akan tercapai

melalui penolakan kehendak untuk hidup. Konkretnya adalah lewat

kematian raga dan bela rasa.

Page 52: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

Cara pemikiran Schopenhauer ini menarik. Namun, tetap saja memiliki

kesalahan. Masalah dalam filsafatnya berkaitan dengan pandangannya

atas pengetahuan tentang prinsip individuasi. Menurut Schopenhauer,

berkat pengetahuan inilah manusia sadar bahwa dirinya adalah sama

dengan semua makhluk hidup lain (dasar dari sikap bela rasa) sehingga

dia tidak perlu memutlakkan diri dan keinginannya (dasar sikap mati

raga atau penyangkalan diri). Tanpa pengetahuan ini, manusia tidak

akan mengalami pencerahan dan tetap berada dalam kegelapan.

Anggapan Schopenhauer ini menekankan dua hal, yaitu bahwa

kesadaran manusia terbukti lebih kuat

dibandingkan nafsu dan keinginannya, dan bahwa karena itu ia juga

mampu memperhatikan keadaan kepentingan orang lain, di dalam hal ini

berarti bahwa manusia bukanlah makhluk egois sebagai mana yang

dipikirkan oleh Schopenhauer. Namun, jika kesadaraan bisa

menguatkan manusia menyangkal diri dan berbela rasa, bukankah

demikian kehendak untuk hidup itu sendiri bukan merupakan dasar dari

segalanya?

Pengaruh

Kendatipun demikian, pengaruh Scopenhauer dalam perkembangan

pemikiran selanjutnya cukup besar. Ia membuka jalan bagi orang

suatu psikologi tentang alam bawah sadar ala Freud. Pemikiran

Schopenhauer tentang kehendak untuk hidup di kemudian hari

mempengaruhi filsafat Nietzsche tentang kehendak untuk berkuasa (Der

Wille zur Macht)'. Setengah abad kemudian, ajaran Schopenhauer ini

memberikan inspirasi pada filsafat hidup (Vitalisme), misalnya pada

pemikiran Henry Bergson (1859-1941). Selain itu, ia menghidupkan

Page 54: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

INTI PEMIKIRAN NIETZCHE MENGENAI SENI DAN KEINDAHAN

Estetika menurut Nietzche bukanlah diperoleh melalui hukum penyebaban yang logis, melainkan melalui suatu kepastian visi. Nietzche memiliki pemikiran dan mengangkat anggapan dalam dunia seni mengenai sifat dualitas seni. Dimana dalam anggapan itu seni dimanifestasikan sebagai Apollonion dan Dionysion. Pada Appolonion terdapat sifat ketenangan dan keteraturan, sedangkan Dionysion mewakili pengalaman yang meluap-luap. Konsep Apollonion mengartikan seni dalam sifat yang tenang dan berasal dari perencanaan dan pengenalan akal budi, sedangkan Dionysion mengartikan seni yamg bersifat meluap-luap dan berasal dari emosi. Dari dua macam seni Apollonion dan Dionysion yang memiliki sifat bertolak belakang, akan terjadi benturan dan pertentangan terus-menerus, namun secara periodik akan mengalami rekonsiliasi. Kecenderungan sifat yang berbeda ini berjalan paralel satu sama lain, dan saling mempengaruhi untuk menghasilkan hal-hal yang baru dan bertentangan, namun secara superfisial disatukan dalam satu istilah, yaitu seni.

Page 55: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

L. HEIDEGGER,MARTIN

1889-1976

Di Jerman,filsafat eksistensi diwakili oleh Martin Heidegger dan Karl

Jaspers.Heidegger lahir di Masskirch pada tanggal 26 September

1889.Ia mula-mula masuk biara Yesuit,kemudian ia belajar filsafat di

Freiburg pada Rickert dan Husserl.Di sini ia menjadi dosen privat dari

tahun 1915-1917.Pada tahun 1916 ia mempersiapkan diri menjadi

Lektor dengan Thesis berjudul Die Kategorlen und Bedeutungslehre des Duns Scotus.Dari tahun 1923-1928 ia menjadi guru besar di

Marburg.Buku Karyanya yang ditulis pada masa di Marburg ialah Sein und Zeit I (Berada dan Waktu) yang terbit pada tahun 1927.Rencana

buku yang tiga jilid tidak pernah terlaksana.Pengaruh yang besar

padanya datang dari Edmund Husserl yang pada tahun 1916pindah ke

Freiburg.Pada tahun 1928,Heidegger pindah ke Freiburg lagi untuk

menggantikan Husserl.Atas bantuan Nazi pada tahun 1933 ia diangkat

menjadi Rektor di UniversitasFreiburg dan pada bulan Mei 1993 ia

mengucapkan inaugurasi dengan judul Die Selbsbedeutung der deutschen Universitӓt.Pidato ini kurang menguntungkan

baginya,karena cenderung pada Ideologi Nazi.

Heidegger ingin memecahkan persoalan tentang arti “berada” yang

sampai sekarang menurutnya hanya samar-samar saja.Persoalan ini

harus dijawab secara ontologis dan dengan metode fenomenologis.

Yang dimaksud dengan “berada” ialah beradanya manusia,sebab bagi

benda-benda tidak berada,hanya terletak begitu saja.Istilah yang

dipergunakan Heidegger ialah “vorhaden”.Menurut Heidegger harus

Page 56: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

dibedakan antara “sein” dan “seinade”.”Sein” adalah berada bagi

manusia,sedangkan benda-benda hanya “seinade”,yang berada.Berada

bagi manusia adalah “Dasein”,berada di sana,menempati tempat

tertentu dan pada saat atau waktu yang tertentu pula.Manusia berada di

dunia ini tidak sendiri,ia berada bersama-sama,maka “Dasein” manusia

ditentukan pula oleh “Dasein” dari manusia lain,ditentukan oleh

“Mistein”(berada bersama).Dasein manusia ini juga disebut eksistensi.

Manusia di dunia disibukkan dengan benda-benda yang harus

ditangani,disibukkan untuk memelihara.Manusia yang terbuka ini

berdasarkan pada tiga hal ialah kepekaan (Befindlichkeit),mengerti

(Verstehen) dan kata (Rede).Kepekaan ini terlihat dalam bentuk

perasaan dan emosi;kepekaan dapat menekan,sehingga manusia tidak

mampu menanggulanginya dan manusia merasa terlempar (geworfen)

pada nasib.Kepekaan yang terpenting ialah rasa cemas (Angst).

Dalam manusia berada di dunia,maka manusia menghadapi dunia yang

sudah ada untuk ditangani sehingga benda-benda tadi dapat dipakai.Di

dalam kesibukan dan kecintaan untuk memelihara manusia merasa

cemas akan ketiadaan karena ketiadaan ini mengancam ada.Kematian

ini adalah akhir yang selalu hadir.Maka eksistensi manusia adalah

eksistensi yang menuju ke kematian.Dasein manusia dapat dikatakan

Sein zum Tode.

Sumber

Judul buku : “FILSUF-FILSUF DUNIA DALAM GAMBAR”

Penulis : Dra.Endang Daruni Asdi-Drs.A.Husnan Aksa

Penerbit : Karya Kencana

Page 57: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

Kota terbit : Yogyakarta

Tahun Terbit : 1982

Page 58: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

M. WALTER BINJAMIN Biografi

Walter Benjamin (Berlin, 15 Juli 1892 – Portbou, Spanyol, 27

September 1940) ialah seorang filsuf asal Jerman yang seringkali

dianggap sebagai salah satu pemikir terpenting Mazhab Frankfurt.

Beberapa pemikiran yang memengaruhi tulisan-tulisannya antara

lain Marxisme Bertolt Brecht, mistisismeYahudi Gershom Scholem.

Karya-karyanya memiliki landasan teori yang sangat kuat, tapi gaya

penulisan dan pemilihan subyek kajiannya seringkali tidak mengikuti

standar zamannya. Beberapa studi yang dilakukan setelah kematiannya

menunjukkan bahwa dia ialah pemikir brilian yang seringkali tidak diakui

semasa hidupnya. Dia meninggal setelah tentara Nazi menyita seluruh

isi perpustakaannya dan dia terpaksa meninggalkan Jerman. Di

perbatasan Jerman dan Perancis, dia menemui ajalnya. Sampai saat ini,

tidak diketahui apakah dia melakukan bunuh diri atau tidak.

Hidup dan Karya

Walter Benjamin dilahirkan di dalam sebuah

keluarga Yahudi di Berlin. Dia dikenal semasa hidupnya sebagai

seorang esais, penerjemah dan kritikus sastra. Semenjak penerbitan

kumpulan tulisannya pada tahun 1955, 15 tahun setelah kematiannya,

karya-karya Walter Benjamin telah dijadikan kajian berbagai buku dan

esai. Sebagai seorang sosiolog dan kritikus kebudayaan, Walter

Benjamin menggabungkan ide-ide

dari mistisisme Yahudi  danmaterialisme sejarah di dalam sebuah proyek

intelektual yang merupakan sebuah sumbangan baru

Page 59: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

terhadap filsafat Marxisme dan teori estetika. Sebagai penerjemah, dia

menerjemahkan karya-karya Marcel Proust dan Charles Baudelaire.

Salah satu esai Walter Benjamin, 'The Task of the Translator dianggap

sebagai salah satu teks terbaik di dalam teori penerjemahan.

Beberapa karya Walter Binjamin :

Goethes Wahlverwandtschaften (Goethe's Elective

Affinities / 1922),

Ursprung des deutschen Trauerspiels (Origin of German Tragic

Drama [Mourning Play] / 1928),

Einbahnstraße (One Way Street / 1928),

Das Kunstwerk im Zeitalter seiner technischen

Reproduzierbarkeit (The Work of Art in the Age of Mechanical

Reproduction / 1936),

Berliner Kindheit um 1900 (Berlin Childhood around

1900 / 1950, published posthumously),

Uber den Begriff der Geschichte (On the Concept of History /

Theses on the Philosophy of History) / 1939, published

posthumously).

Das Paris des Second Empire bei Baudelaire (The Paris of the

Second Empire in Baudelaire / 1938)

Karya terakhir Benjamin yang tidak sempat terselesaikan

berjudul Passagenwerk atau Arcades Project direncanakan sebagai

sebuah mahakarya mengenai kehidupan di kota Paris di abad ke-19,

terutama mengenai pasar beratap yang menciptakan keunikan

kehidupan jalanan dan terciptanya budaya "jalan-jalan". Setelah

kematian Walter Benjamin, karya ini telah diedit dan diterbitkan di dalam

bentuknya yang belum selesai.

Page 60: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

Walter Benjamin seringkali bertukar pikiran dengan Theodor

Adorno dan Bertolot Brecht, dan juga beberapa kali mendapatkan

sumbangan finansial dari Lembaga Penelitian Sosial Frankfurt yang,

pada waktu itu, berada di bawah kepemimpinan Adorno dan Max

Horkheimer. Pengaruh-pengaruh yang bertabrakan dari

mistisisme Yahudi, Critical Theory dan Marxisme merupakan sebuah

arena konflik pusat di dalam pemikiran Walter Benjamin, dan sampai di

akhir hayatnya dia belum bisa membuat sebuah sintesa di antara ketiga

paham teori tersebut.

Gaya penulisan yang digunakan Walter Benjamin bisa dikatakan

sangat mampu membangkitkan minat dan juga rumit. Susan

Sontag membuat komentar bahwa kalimat-kalimat yang digunakan oleh

Walter Benjamin tidak memiliki kesinambungan seperti di dalam

penggunaan biasa. Hubungan antar kalimat seringkali seperti tidak

memiliki hubungan logis, dan setiap kalimat seakan-akan memiliki

"sesuatu yang penting untuk dikatakan", tapi "kemudian lenyap karena

kekuatan konsentrasinya sendiri". Memang sampai di akhir hayatnya,

Walter Benjamin masih belum menyatukan seluruh proyek intelektualnya

ke dalam sebuah penyatuan teoritis.

Selain itu, Walter Benjamin, seperti Adorno, menyatakan bahwa

proses penulisan seharusnya hanya memiliki arti denotatif dalam

hubungannya dengan subyek kajian. Di dalam salah satu esainya (The

Task of the Translator), Benjamin menyatakan secara terbuka bahwa

sebuah proses penerjemahan akan dipengaruhi oleh 'kesalahan

membaca' yang tidak bisa dihindari dan sebuah perkelahian dengan

teks asli yang tidak mungkin dipindahkan keseluruhan artinya ke dalam

sebuah bahasa asing. Argumen ini secara langsung memengaruhi

filsafat dekonstruksi Jacques Derrida  di hari kemudian.

Page 61: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

N. JEAN-FRANCOIS LYOTARD

Jean-Francois Lyotard (1984) dikenal sebagai tokoh yang pertama kali

mengenalkan konsep Postmodernisme dalam filsafat. Istilah postmodern

sudah lama dipakai di dunia arsitektur.

Posmo menolak ide otonomi aesthetik dari modernis. Kita tidak dapat

memisahkan seni dari lingkungan politik dan sosial, dan menolak

pemisahan antara seni yang masuk akal dengan budaya populer.

Posmo menolak hirarkhi, geneologik, menolak kontinuitas, dan

perkembangan. Posmo berupaya mempersentasikan yang tidak dapat

dipersentasikan oleh modernisme, demikian Lyotard. Mengapa

modernisme tidak dapat mempresentasikan, karena logikanya masih

terikat pada logika standart, sedangkan posmo mengembangkan

kemampuan kreatif membuat makna baru, menggunakan logika yang

tidak standart.

Baik teori peran maupun teori pernyataan-harapan, keduanya

menjelaskan perilaku sosial dalam kaitannya dengan harapan peran

dalam masyarakat kontemporer. Beberapa psikolog lainnya justru

melangkah lebih jauh lagi. Pada dasarnya teori posmodernisme atau

dikenal dengan singkatan “POSMO” merupakan reaksi keras terhadap

dunia modern. Teori Posmodernisme, contohnya, menyatakan bahwa

dalam masyarakat modern, secara bertingkat seseorang akan

kehilangan individualitas kemandiriannya, konsep diri, atau jati diri.

Menurut Denzin, 1986; Murphy, 1989; Down, 1991; Gergen, 1991

(dalam Hasan Mustafa) bahwa dalam pandangan teori ini upaya kita

untuk memenuhi peran yang dirancangkan untuk kita oleh masyarakat,

Page 62: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

menyebabkan individualitas kita digantikan oleh kumpulan citra diri yang

kita pakai sementara dan kemudian kita campakkan.

Berdasarkan pandangan posmodernisme, pengikisan tingkat

individualitas muncul bersamaan dengan terbitnya kapitalisme dan

rasionalitas. Faktor-faktor ini mengurangi pentingnya hubungan pribadi

dan menekankan aspek nonpersonal. Kapitalisme atau modernisme,

menurut teori ini, menyebabkan manusia dipandang sebagai barang

yang bisa diperdagangkan-nilainya (harganya) ditentukan oleh seberapa

besar yang bisa dihasilkannya.

Setelah Perang Dunia II, manusia makin dipandang sebagai konsumen

dan juga sebagai produsen. Industri periklanan dan masmedia

menciptakan citra komersial yang mampu mengurangi keanekaragaman

individualitas. Kepribadian menjadi gaya hidup. Manusia lalu dinilai

bukan oleh kepribadiannya tetapi seberapa besar kemampuannya

mencontoh gaya hidup. Apa yang kita pertimbangkan sebagai “pilihan

kita sendiri” dalam hal musik, makanan, dan lain-lainnya, sesungguhnya

merupakan seperangkat kegemaran yang diperoleh dari kebudayaan

yang cocok dengan tempat kita dan struktur ekonomi masyarakat kita.

Misalnya, kesukaan remaja Indonesia terhadap musik “rap” tidak lain

adalah disebabkan karena setiap saat telinga mereka dijejali oleh musik

tersebut melalui radio, televisi, film, CD, dan lain sebagainya. Gemar

musik “rap” menjadi gaya hidup remaja. Lalu kalau mereka tidak

menyukai musik “rap” tidak menjadi gaya hidup remaja. Perilaku

seseorang ditentukan oleh gaya hidup orang-orang lain yang ada di

sekelilingnya, bukan oleh dirinya sendiri. Kepribadiannya hilang

Page 63: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

individualitasnya lenyap. Itulah manusia modern, demikian menurut

pandangan penganut “posmo”.

Intinya, teori peran, pernyataan-harapan, dan posmodernisme

memberikan ilustrasi perspektif struktural dalam hal bagaimana

harapan-harapan masyarakat mempengaruhi perilaku sosial individu.

Sesuai dengan perspektif ini, struktur pola sosial interaksi yang sedang

terjadi dalam sebagian masyarakat.Dalam pandangan ini, individu

mempunyai peran yang pasif dalam menentukan perilakunya. Individu

bertindak karena ada kekuatan struktur sosial yang menekannya.

Menurut Pauline Rosenau (1992) mendefinisikan Postmodern secara

gamblang dalam istilah yang berlawanan antara lain: Pertama,

postmodernisme merupakan kritik atas masyarakat modern dan

kegagalannya memenuhi janji-janjinya. Juga postmodern cenderung

mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan dengan modernitas.Yaitu

pada akumulasi pengalaman peradaban Barat adalah industrialisasi,

urbanisasi, kemajuan teknologi, negara bangsa, kehidupan dalam jalur

cepat. Namun mereka meragukan prioritas-prioritas modern seperti

karier, jabatan, tanggung jawab personal, birokrasi, demokrasi liberal,

toleransi, humanisme, egalitarianisme, penelitian objektif, kriteria

evaluasi, prosedur netral, peraturan impersonal dan rasionalitas. Kedua,

teoritisi postmodern cenderung menolak apa yang biasanya dikenal

dengan pandangan dunia (world view), metanarasi, totalitas, dan

sebagainya. Seperti Baudrillard (1990:72) yang memahami gerakan atau

impulsi yang besar, dengan kekuatan positif, efektif dan atraktif mereka

(modernis) telah sirna. Postmodernis biasanya mengisi kehidupan

dengan penjelasan yang sangat terbatas atau sama sekali tidak ada

Page 64: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

penjelasan. Namun, hal ini menunjukkan bahwa selalu ada celah antara

perkataan postmodernis dan apa yang mereka terapkan. Sebagaimana

yang akan kita lihat, setidaknya beberapa postmodernis menciptakan

narasi besar sendiri. Banyak postmodernis merupakan pembentuk

teoritis Marxian, dan akibatnya mereka selalu berusaha mengambil jarak

dari narasi besar yang menyifatkan posisi tersebut. Ketiga, pemikir

postmodern cenderung menggembor-gemborkan fenomena besar

pramodern seperti emosi, perasaan, intuisi, refleksi, spekulasi,

pengalaman personal, kebiasaan, kekerasan, metafisika, tradisi,

kosmologi, magis, mitos, sentimen keagamaan, dan pengalaman mistik.

Seperti yang terlihat, dalam hal ini Jean Baudrillard (1988) benar,

terutama pemikirannya tentang pertukaran simbolis (symbolic

exchange). Keempat, teoritisi postmodern menolak kecenderungan

modern yang meletakkan batas-batas antara hal-hal tertentu seperti

disiplin akademis, budaya dan kehidupan, fiksi dan teori, image dan

realitas. Kajian sebagian besar pemikir postmodern cenderung

mengembangkan satu atau lebih batas tersebut dan menyarankan

bahwa yang lain mungkin melakukan hal yang sama. Contohnya

Baudrillard (1988) menguraikan teori sosial dalam bentuk fiksi, fiksi

sains, puisi dan sebagainya. Kelima, banyak postmodernis menolak

gaya diskursus akademis modern yang teliti dan bernalar (Nuyen,

1992:6). Tujuan pengarang postmodern acapkali mengejutkan dan

mengagetkan pembaca alih-alih membantu pembaca dengan suatu

logika dan alasan argumentatif. Hal itu juga cenderung lebih literal

daripada gaya akademis.

Akhirnya, postmodern bukannya memfokuskan pada inti (core)

masyarakat modern, namun teoritisi postmodern mengkhususkan

perhatian mereka pada bagian tepi (periphery). Seperti dijelaskan oleh

Page 65: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

Rosenau (1992:8) bahwa perihal apa yang telah diambil begitu saja

(taken for granted), apa yang telah diabaikan, daerah-daerah resistensi,

kealpaan, ketidakrasionalan, ketidaksignifikansian, penindasan, batas

garis, klasik, kerahasiaan, ketradisionalan, kesintingan, kesublimasian,

penolakan, ketidakesensian, kemarjinalan, keperiferian, ketiadaan,

kelemahan, kediaman, kecelakaan, pembubaran, diskualifikasi,

penundaan, ketidakikutan.

Dari beberapa pendapat tersebut di atas, dapat dipahami bahwa teoritisi

postmodern menawarkan intermediasi dari determinasi, perbedaan

(diversity) daripada persatuan (unity), perbedaan daripada sintesis dan

kompleksitas daripada simplikasi.

Secara lebih umum, Bauman (1992:31) menetapkan kebudayaan

postmodern antara lain: pluralistis, berjalan di bawah perubahan yang

konstan, kurang dalam segi otoritas yang mengikat secara universal,

melibatkan sebuah tingkatan hierarkis, merujuk pada polivalensi tafsiran,

didominasi oleh media dan pesan-pesannya, kurang dalam hal

kenyataan mutlak karena segala yang ada adalah tanda-tanda, dan

didominasi oleh pemirsa. Lebih lanjut Bauman (1992:98) menjelaskan

bahwa postmodernitas berarti pembebasan yang pasti dari

kecenderungan modern khusus untuk mengatasi ambivalensi dari

mempropagandakan kejelasan tunggal akan keseragaman…

Postmodernitas adalah modernitas yang telah mengakui

ketidakmungkinan terjadinya proyek yang direncanakan semula.

Postmodernitas adalah modernitas yang berdamai dengan

kemustahilannya dan memutuskan, tentang baik dan buruknya, untuk

hidup dengannya. Praktik modern berlanjut sekarang, meskipun sama

sekali tanpa objektif (ambivalensi) yang pernah memicunya.

Page 66: KOMPILASI MATERI ESTETIKA

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa postmodernitas

mengkhawatirkan namun demikian masih menggembirakan. Atau

dengan kata lain, postmodernitas penuh dengan sebuah inomic-

tercerabut antara kesempatan yang ia buka dan ancaman-ancaman

yang bersembunyi dibalik setiap kesempatan. Juga kebanyakan kaum

postmodernis memiliki, sebagaimana kita akan ketahui, sebuah

pandangan yang jauh lebih pesimistis atas masyarakat postmodern. Hal

tersebut sesuai dengan pemikiran Jameson (1989) bahwa masyarakat

postmodern tersusun atas lima elemen utama, antara lain:

(1) masyarakat postmodern dibedakan oleh superfisialitas dan

kedangkalannya.

(2) ada sebuah pengurangan atas emosi atau pengaruh dalam dunia

postmodern.

(3) ada sebuah kehilangan historisitas, akibatnya dunia postmodern

disifatkan dengan pastiche.

(4) bukannya teknologi-teknologi produktif, malahan dunia postmodern

dilambangkan oleh teknologi-teknologi reproduktif dan.

(5) ada sistem kapitalis multinasional.