komnas ham periksa kadisdik dki - ftp.unpad.ac.id · provinsi dki jakarta taufi k yudi mulyanto,...

1
G ENCARNYA sterilisasi jalur bus Trans-Jakarta rupanya membuat para pengendara sepeda motor melirik kembali layanan transportasi massa ini. Mereka yang umumnya pekerja penghuni suburban, mulai tertarik mencoba menggunakan Trans-Jakarta dan menitipkan sepeda motornya di beberapa tempat parkir di sekitar halte keberangkatan bus. Misalnya saja di parkiran Ragunan, Jakarta Selatan, yang merupakan awal pemberangkatan bus Trans-Jakarta koridor VI (Ragunan-Dukuh Atas). Di lokasi ini jumlah pengendara roda dua yang memarkirkan kendaraannya tercatat meningkat. Koko, petugas parkir di Ragunan, mengatakan peningkatan jumlah kendaraan roda dua mulai terjadi sejak hari ketiga sterilisasi busway. “Hari pertama sterilisasi memang belum ada peningkatan, tetapi memasuki hari keempat ada penambahan sekitar 30 motor yang diparkir,” papar Koko. Menurut Koko, apabila jalur bus khusus benar-benar hanya dapat dilalui bus Trans- Jakarta jumlah, motor yang diparkir pasti lebih banyak lagi. Ia menuturkan, biasanya jumlah kendaraan roda dua yang diparkir di tempatnya sekitar 75 sampai 90 unit dan kini meningkat menjadi sekitar 120 unit kendaraan. Arman, salah satu penumpang Trans- Jakarta, mengaku mulai mencoba lagi menggunakan kendaraan publik ini sejak ada sterilisasi busway. “Sebelum ada sterilisasi busway waktu tempuh dari Ragunan ke Dukuh Atas bisa satu jam lebih, tapi tadi saya coba naik waktu tempuhnya hanya sekitar 50 menit,” ujarnya. Warga Cilandak KKO ini mengatakan sebelumnya lebih sering menggunakan sepeda motor ke kantornya di Jalan Sudirman karena kerap kecewa dengan waktu tempuh Trans-Jakarta yang cukup lama, ditambah lagi harus menunggu kedatangan bus yang memakan waktu. Menurutnya, jika waktu tempuh bus Trans-Jakarta bisa terus seperti saat busway disterilisasi, ia tidak ragu untuk beralih naik bus tersebut. “Saya berharap kondisi ini bisa berjalan selamanya, jangan hangat-hangat tahi ayam saja,” ungkapnya. Berdasarkan situs TMC Polda Metro Jaya, sejak sterilisasi kecepatan bus Trans-Jakarta meningkat dari rata-rata 20 km/jam menjadi 50 km/jam. Waktu tempuh bus Trans-Jakarta pun menjadi lebih cepat. Seperti halnya di Ragunan, para pengendara motor yang menitipkan kendaraannya juga terlihat di Terminal Kalideres, Jakarta Barat. Namun, para pengendara motor itu tidak memasuki tempat parkir khusus yang terletak jauh di dalam terminal alias Park and Ride. Lapangan parkir yang buka 24 jam itu tidak pernah sepadat tempat parkir di depan terminal. Banyak juga yang malah memilih area parkir terdekat yang berlokasi di samping Kantor Kepala Terminal Kalideres Angkutan Dalam Kota. Padahal di Park and Ride penumpang cukup membayar Rp4.000 untuk tarif seharian kemudian menikmati perjalanan di dalam Trans-Jakarta tanpa harus terjebak macet berlebihan. (Faw/DP/J-3) Komnas HAM Periksa Kadisdik DKI Nesty Trioka Pamungkas Meminta uang dari orang tua calon siswa merupakan tindakan kriminal. K OMISI Nasional Hak Azasi Manusia (Kom- nas HAM) meminta keterangan Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Provinsi DKI Jakarta Tauk Yudi Mulyanto, kemarin. Hal itu berkaitan dengan intimidasi terhadap orang tua murid SDN Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) 012 Rawamangun, siswa SMP 99 Rawamangun, dan pengelola Tempat Kegiatan Belajar Meng- ajar (TKBM) Ibu Pertiwi, yang melaporkan korupsi di sekolah tersebut. Pemeriksaan dimulai pukul 16.00 WIB dan berlangsung tertutup. Menurut Komisioner Komnas HAM Johny Nelson Simanjuntak, ada tiga poin yang diklarikasi. Pertama, benar tidaknya pe- ngurangan hak pendidikan bagi beberapa siswa di SDN RSBI 012 Rawamangun. Kedua, terkait dengan indikasi korupsi di SDN RSBI 012 Rawamangun, SMP 99, dan di SMP 67 yang mencapai Rp900 juta. Terakhir, adanya pertikaian dalam komite sekolah yang menimbulkan kekisruhan serta mengganggu proses pem- belajaran serta pengajaran. Johny belum bersedia meng- ungkapkan jawaban Kadisdik. Yang jelas, setelah mendengar- kan keterangan Kadisdik DKI, Komnas HAM segera memang- gil pihak-pihak yang terlibat dalam kasus tersebut termasuk komite sekolah. Kunjungan ke sekolah-sekolah pun akan dilakukan. Setelah itu, diada- kan dialog antarpihak untuk konfrontasi. Kadisdik, seusai pemeriksaan, membantah semua laporan orang tua siswa maupun guru. “Sejak 2002 selalu ada masalah dengan kasus berbeda di SDN RSBI 012 Rawamangun. Orang tua siswa memang bagian dari komite, tapi tidak secara kelem- bagaan. Dari 800, hanya lima orang tua siswa yang kayak gini. Tanyakan kepada mereka (orang tua siswa yang mengadu), kena- pa selama delapan tahun terjadi masalah,” cetusnya. Kasus ini terkait dengan pe- ngaduan Handaru Widjatmiko, orang tua mantan murid SDN RSBI 012 Rawamangun, yang anaknya diminta keluar kelas pada hari pertama ujian akhir nasional 17 Mei lalu. Pihak sekolah mengizinkan anaknya ikut ujian setelah Handaru men- cabut laporan korupsi di Polda Metro Jaya. Hal serupa dialami orang tua murid dan mantan Bendahara Komite Sekolah SDN RSBI 012 Pagi, Okky Sofyan. Buah hati- nya menerima hukuman dari sekolah. Hal itu terjadi setelah ia melaporkan dugaan korupsi sekolah ke Polres Jaktim. Mengadu ke DPRD Sementara itu, Pramono me- ngadu kepada Ketua DPRD Kota Bekasi Azhar Laena kare- na dimintai uang Rp3 juta oleh Maman Suparman, guru SMPN 3 Kota Bekasi, agar anaknya bisa masuk ke sekolah itu. Ternyata Shyta, 12, anak Pra- mono tidak diterima di SMPN 3 Kota Bekasi. Maman membantah meneri- ma uang. Ia justru menyalurkan Shyta ke SMPN 18 karena bang- ku di SMPN 3 sudah penuh. “Terlalu tinggi omongan Bapak (Pramono) itu. Kapan saya me- minta uang?” cetusnya. Kasus ini, menurut Azhar, menjadi tanggung jawab Disdik Kota Bekasi untuk mengusut- nya. “Tidak dibenarkan meminta uang dari orang tua calon siswa. Kasus demikian merupakan tindakan kriminal,” ujar Azhar. (GG/J-1) [email protected] Penitipan Kendaraan Mulai Dilirik MI/PANCA SYURKANI LAHAN PARKIR DI HALTE BUSWAY: Pria melintas di dekat parkir motor di halte bus Trans-Jakarta, Ragunan, Jakarta, Rabu (4/8). 6 | Megapolitan JUMAT, 6 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA TIGA rancangan peraturan daerah (raperda) disahkan men- jadi peraturan daerah (perda) dalam Rapat Paripurna DPRD Kota Depok, kemarin. Tiga perda yang ditetapkan ada- lah Perda Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda), Perda Revisi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Depok No 8/2008, dan Perda Pajak Daerah. Dampak positif dari penge- sahan tiga raperda ini ialah ter- tanganinya masalah kesehatan warga miskin Depok serta ada- nya peningkatan penerimaan pajak bagi Pemda Depok. Ketua DPRD Kota Depok Rintis Yanto dalam pidatonya mengatakan, sejak Perda Jam- kesda disahkan, warga miskin di Kota Depok akan mendapat pelayanan maksimal dan tak akan ada lagi persyaratan yang menyulitkan jika warga prase- jahtera berobat dengan kartu jamkesda. “Jika masyarakat tetap tidak mendapatkan pelayanan yang maksimal, DPRD akan mengam- bil tindakan,” tegasnya. Dikatakan, selama ini warga prasejahtera yang berobat ke rumah sakit (RS) dan puskesmas dipersulit. Mereka tidak dilayani kalau tak ada surat pengantar dari RT/RW dan surat keterang- an domisili kelurahan. “ Tapi, se- telah Raperda Jamkesmas men- jadi perda, pelayanan kesehatan terhadap warga tidak mampu dipermudah lewat mekanisme jamkesda,” katanya. Pascapenetapan Perda Jam- kesmas, DPRD Kota Depok akan melakukan pendataan untuk mengetahui berapa ba- nyak jumlah warga miskin di wilayah Kota Depok. Pendataan dilakukan pada tingkat RT/RW di 63 kelurahan. Sebab pada 2011, kesehatan seluruh warga miskin di Kota Depok akan ditanggung APBN dan APBD Kota Depok. Sesuai dengan UU No 28 Ta- hun 2009 tentang Pajak Daerah, pajak yang menjadi kewenang- an pemerintah pusat akan dise- rahkan ke daerah untuk dikelola daerah. Salah satunya, pajak biaya perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), yang selama ini ditangani Kantor Pe- layanan Pajak (KPP) Pratama. (KG/J-2) MI/PALCE Warga Miskin Depok Bisa Berobat Gratis Johny N Simanjuntak Komisioner Komnas HAM Jika masyarakat tetap tidak mendapatkan pelayanan yang maksimal, DPRD akan mengambil tindakan.” Rintis Yanto Ketua DPRD Kota Depok

Upload: lammien

Post on 23-May-2018

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

GENCARNYA sterilisasi jalur bus Trans-Jakarta rupanya membuat para pengendara sepeda motor

melirik kembali layanan transportasi massa ini. Mereka yang umumnya pekerja penghuni suburban, mulai tertarik mencoba menggunakan Trans-Jakarta dan menitipkan sepeda motornya di beberapa tempat parkir di sekitar halte keberangkatan bus.

Misalnya saja di parkiran Ragunan, Jakarta Selatan, yang merupakan awal pemberangkatan bus Trans-Jakarta koridor VI (Ragunan-Dukuh Atas). Di lokasi ini jumlah pengendara roda dua yang memarkirkan kendaraannya tercatat meningkat.

Koko, petugas parkir di Ragunan, mengatakan peningkatan jumlah kendaraan roda dua mulai terjadi sejak hari ketiga

sterilisasi busway. “Hari pertama sterilisasi memang belum ada peningkatan, tetapi memasuki hari keempat ada penambahan sekitar 30 motor yang diparkir,” papar Koko.

Menurut Koko, apabila jalur bus khusus benar-benar hanya dapat dilalui bus Trans-Jakarta jumlah, motor yang diparkir pasti lebih banyak lagi. Ia menuturkan, biasanya jumlah kendaraan roda dua yang diparkir di tempatnya sekitar 75 sampai 90 unit dan kini meningkat menjadi sekitar 120 unit kendaraan.

Arman, salah satu penumpang Trans-Jakarta, mengaku mulai mencoba lagi menggunakan kendaraan publik ini sejak ada sterilisasi busway. “Sebelum ada sterilisasi busway waktu tempuh dari Ragunan ke Dukuh Atas bisa satu jam lebih,

tapi tadi saya coba naik waktu tempuhnya hanya sekitar 50 menit,” ujarnya.

Warga Cilandak KKO ini mengatakan sebelumnya lebih sering menggunakan sepeda motor ke kantornya di Jalan Sudirman karena kerap kecewa dengan waktu tempuh Trans-Jakarta yang cukup lama, ditambah lagi harus menunggu kedatangan bus yang memakan waktu.

Menurutnya, jika waktu tempuh bus Trans-Jakarta bisa terus seperti saat busway disterilisasi, ia tidak ragu untuk beralih naik bus tersebut. “Saya berharap kondisi ini bisa berjalan selamanya, jangan hangat-hangat tahi ayam saja,” ungkapnya.

Berdasarkan situs TMC Polda Metro Jaya, sejak sterilisasi kecepatan bus Trans-Jakarta meningkat dari rata-rata 20 km/jam menjadi 50 km/jam. Waktu tempuh bus Trans-Jakarta

pun menjadi lebih cepat.Seperti halnya di Ragunan, para

pengendara motor yang menitipkan kendaraannya juga terlihat di Terminal Kalideres, Jakarta Barat. Namun, para pengendara motor itu tidak memasuki tempat parkir khusus yang terletak jauh di dalam terminal alias Park and Ride. Lapangan parkir yang buka 24 jam itu tidak pernah sepadat tempat parkir di depan terminal. Banyak juga yang malah memilih area parkir terdekat yang berlokasi di samping Kantor Kepala Terminal Kalideres Angkutan Dalam Kota. Padahal di Park and Ride penumpang cukup membayar Rp4.000 untuk tarif seharian kemudian menikmati perjalanan di dalam Trans-Jakarta tanpa harus terjebak macet berlebihan. (Faw/DP/J-3)

Komnas HAM Periksa Kadisdik DKI

Nesty Trioka Pamungkas

Meminta uang dari orang tua calon siswa merupakan tindakan kriminal.

KOMISI Nasional Hak Azasi Manusia (Kom-nas HAM) meminta keterangan Kepala

Dinas Pendidikan (Kadisdik) Provinsi DKI Jakarta Taufi k Yudi Mulyanto, kemarin.

Hal itu berkaitan dengan intimidasi terhadap orang tua murid SDN Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) 012 Rawamangun, siswa SMP 99 Rawamangun, dan pengelola Tempat Kegiatan Belajar Meng-ajar (TKBM) Ibu Pertiwi, yang melaporkan korupsi di sekolah tersebut.

Pemeriksaan dimulai pukul 16.00 WIB dan berlangsung tertutup. Menurut Komisioner Komnas HAM Johny Nelson Simanjuntak, ada tiga poin yang diklarifi kasi.

Pertama, benar tidaknya pe-ngurangan hak pendidikan bagi beberapa siswa di SDN RSBI 012 Rawamangun. Kedua, terkait dengan indikasi korupsi di SDN RSBI 012 Rawamangun, SMP 99, dan di SMP 67 yang mencapai Rp900 juta. Terakhir, adanya pertikaian dalam komite sekolah yang menimbulkan kekisruhan serta mengganggu proses pem-belajaran serta pengajaran.

Johny belum bersedia meng-ungkapkan jawaban Kadisdik. Yang jelas, setelah mendengar-kan keterangan Kadisdik DKI, Komnas HAM segera memang-gil pihak-pihak yang terlibat dalam kasus tersebut termasuk komite sekolah. Kunjungan ke sekolah-sekolah pun akan dilakukan. Setelah itu, diada-kan dialog antarpihak untuk konfrontasi.

Kadisdik, seusai pemeriksaan, membantah semua laporan orang tua siswa maupun guru. “Sejak 2002 selalu ada masalah dengan kasus berbeda di SDN RSBI 012 Rawamangun. Orang tua siswa memang bagian dari komite, tapi tidak secara kelem-bagaan. Dari 800, hanya lima

orang tua siswa yang kayak gini. Tanyakan kepada mereka (orang tua siswa yang mengadu), kena-pa selama delapan tahun terjadi masalah,” cetusnya.

Kasus ini terkait dengan pe-ngaduan Handaru Widjatmiko, orang tua mantan murid SDN RSBI 012 Rawamangun, yang anaknya diminta keluar kelas pada hari pertama ujian akhir nasional 17 Mei lalu. Pihak sekolah mengizinkan anaknya ikut ujian setelah Handaru men-cabut laporan korupsi di Polda Metro Jaya.

Hal serupa dialami orang tua murid dan mantan Bendahara Komite Sekolah SDN RSBI 012 Pagi, Okky Sofyan. Buah hati-nya menerima hukuman dari

sekolah. Hal itu terjadi setelah ia melaporkan dugaan korupsi sekolah ke Polres Jaktim.

Mengadu ke DPRDSementara itu, Pramono me-

ngadu kepada Ketua DPRD Kota Bekasi Azhar Laena kare-na dimintai uang Rp3 juta oleh Maman Suparman, guru SMPN 3 Kota Bekasi, agar anaknya bisa masuk ke sekolah itu.

Ternyata Shyta, 12, anak Pra-mono tidak diterima di SMPN 3 Kota Bekasi.

Maman membantah meneri-ma uang. Ia justru menyalurkan Shyta ke SMPN 18 karena bang-ku di SMPN 3 sudah penuh. “Terlalu tinggi omongan Bapak (Pramono) itu. Kapan saya me-minta uang?” cetusnya.

Kasus ini, menurut Azhar, menjadi tanggung jawab Disdik Kota Bekasi untuk mengusut-nya.

“Tidak dibenarkan meminta uang dari orang tua calon siswa. Kasus demikian merupakan tindakan kriminal,” ujar Azhar. (GG/J-1)

[email protected]

Penitipan Kendaraan Mulai Dilirik

MI/PANCA SYURKANI

LAHAN PARKIR DI HALTE BUSWAY: Pria melintas di dekat parkir motor di halte bus Trans-Jakarta, Ragunan, Jakarta, Rabu (4/8).

6 | Megapolitan JUMAT, 6 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA

TIGA rancangan peraturan daerah (raperda) disahkan men-jadi peraturan daerah (perda) dalam Rapat Paripurna DPRD Kota Depok, kemarin. Tiga perda yang ditetapkan ada-lah Perda Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda), Perda Revisi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Depok No 8/2008, dan Perda Pajak Daerah.

Dampak positif dari penge-sahan tiga raperda ini ialah ter-tanganinya masalah kesehatan warga miskin Depok serta ada-nya peningkatan penerimaan pajak bagi Pemda Depok.

Ketua DPRD Kota Depok Rintis Yanto dalam pidatonya mengatakan, sejak Perda Jam-kesda disahkan, warga miskin

di Kota Depok akan mendapat pelayanan maksimal dan tak akan ada lagi persyaratan yang

menyulitkan jika warga prase-jahtera berobat dengan kartu jamkesda.

“Jika ma sya rakat tetap ti dak mendapatkan pelayanan yang maksimal, DPRD akan mengam-bil tindakan,” tegasnya.

Dikatakan, selama ini warga prasejahtera yang berobat ke rumah sakit (RS) dan puskesmas dipersulit. Mereka tidak dilayani kalau tak ada surat pengantar dari RT/RW dan surat keterang-an domisili kelurahan. “ Tapi, se-telah Raperda Jamkesmas men-jadi perda, pelayanan kesehatan terhadap warga tidak mampu dipermudah lewat mekanisme jamkesda,” katanya.

Pascapenetapan Perda Jam-kesmas, DPRD Kota Depok

akan melakukan pendataan untuk mengetahui berapa ba-nyak jumlah warga miskin di wilayah Kota Depok. Pendataan dilakukan pada tingkat RT/RW di 63 kelurahan. Sebab pada 2011, kesehatan seluruh warga miskin di Kota Depok akan ditanggung APBN dan APBD Kota Depok.

Sesuai dengan UU No 28 Ta-hun 2009 tentang Pajak Daerah, pajak yang menjadi kewenang-an pemerintah pusat akan dise-rahkan ke daerah untuk dikelola daerah. Salah satunya, pajak biaya perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), yang selama ini ditangani Kantor Pe-layanan Pajak (KPP) Pratama.(KG/J-2)

MI/PALCE

Warga Miskin Depok Bisa Berobat Gratis

Johny N SimanjuntakKomisioner Komnas HAM

Jika ma sya rakat tetap ti dak mendapatkan pelayanan yang maksimal, DPRD akan mengambil tindakan.”

Rintis YantoKetua DPRD Kota Depok