koloid

16
ACARA VII KOLOID DAN SENYAWA KARBON A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan a. Untuk mempelajari cara pembuatan koloid dan sifat-sifat koloid. b. Untuk mempelajari macam-macam senyawa karbon dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Waktu Praktikum Kamis, 22 Maret 2012 3. Tempat Praktikum Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas MIPA, Universitas Mataram. B. LANDASAN TEORI Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara suspensi dan larutan. Sistem koloid ini mempunyai sifat khas yang berbeda dari sifat larutan ataupun suspensi. Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat maupun cair dan gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid. Secara makroskopis, koloid tampak homogen, namun secara mikroskopis koloid bersifat heterogen. Salah satu contoh koloid dalam kehidupan sehari-hari yaitu santan. Meskipun sepintas santan tampak homogen, tetapi dengan mikroskop ultra dapat kita amati partikel minyak yang tersebar didalam air (Giriarso, 2006 : 219).

Upload: koyossssssssssssssss

Post on 06-Aug-2015

232 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

by wahyu UNRAM

TRANSCRIPT

Page 1: koloid

ACARA VII

KOLOID DAN SENYAWA KARBON

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Tujuan

a. Untuk mempelajari cara pembuatan koloid dan sifat-sifat koloid.

b. Untuk mempelajari macam-macam senyawa karbon dan pemanfaatannya dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Waktu Praktikum

Kamis, 22 Maret 2012

3. Tempat Praktikum

Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas MIPA, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI

Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara

suspensi dan larutan. Sistem koloid ini mempunyai sifat khas yang berbeda dari sifat

larutan ataupun suspensi. Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat,

baik padat maupun cair dan gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid. Secara makroskopis,

koloid tampak homogen, namun secara mikroskopis koloid bersifat heterogen. Salah satu

contoh koloid dalam kehidupan sehari-hari yaitu santan. Meskipun sepintas santan tampak

homogen, tetapi dengan mikroskop ultra dapat kita amati partikel minyak yang tersebar

didalam air (Giriarso, 2006 : 219).

Ada dua cara pembentukan koloid, yaitu Dispersi, dan Kondensasi (Sabilach, 2006

: 84).

1. Cara dispersi

Dengan cara dispersi partikel harus dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi

dapat dilakukan dengan mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik (cara

busur bredig).

a. Cara mekanik

Menurut cara ini, butir-butir kasar digerus dengan koloid mill (penggilingan

koloid) sampai diperoleh tingkatan kehalusan tertentu.

Page 2: koloid

b. Cara peptisasi

Menurut cara ini, koloid dibuat dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan

dengan bantuan suatu zat pemecah (pemeptisasi).

c. Cara busur bredig

Menurut cara ini, logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode

yang dicelupkan dalam medium dispersi kemudian diberi loncatan listrik.

2. Cara kondensasi

Dengan cara kondensasi partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi

partikel koloid. Contoh :

a. Reaksi Redoks

Reaksi redoks, reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.

b. Reaksi Hidrolisis

Merupakan reaksi suatu zat dengan air.

c. Reaksi Dekomposisi

Merupakan reaksi penggantian komposisi zat-zat yang bereaksi.

d. Penggantian Pelarut

Ada beberapa sifat khas dari sistem koloid diantaranya adalah efek tyndall, gerak

brown, elektroforesis, adsorpsi, koagulasi.

a. Efek Tyndall

Adalah kemampuan partikel koloid untuk menghamburkan cahaya.

b. Gerak Brown

Adalah gerak patah-patah partikel koloid atau gerak zig-zag partikel koloid yang

terjadi secara terus-menerus, mengakibatkan partikel koloid mampu mengimbangi

gaya gravitasi dan tidak mengalami rakimentasi.

c. Elektroforesis

Adalah gerak partikel koloid akibat adanya medan listrik.

d. Adsorpsi

Adalah kemampuan partikel koloid untuk menyerap ion atau muatan listrik yang

terdapat dipermukaannya.

e. Koagulasi

Adalah penggumpalan partikel koloid akibat menurunnya kestabilan partikel koloid

(Achmad, 2001 : 208).

Sabun adalah senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri tidak

pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara

Page 3: koloid

senyawa alkali dan lemak/minyak. Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu

bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak

atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun

digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun daya

tarik. Bahan pendukung yang umum digunakan dalam proses-proses pembuatan sabun

diantaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, dan pewarna. Reaksi

penyabunan atau sapronifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin

sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun

merupakan garam yang terbentuk dari asam lemah dan alkali. Sabun dengan berat molekul

rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur yang lebih keras

(www.majarimagazine.com/200907/sabun.pdf).

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat Praktikum

a. Pipet tetes

b. Tabung reaksi

c. Rak tabung reaksi

d. Gelas kimia 250 mL

e. Penjepit

f. Gelas ukur 50 mL

g. Gelas ukur 100 mL

h. Gelas kimia 100 mL

i. Pipet volum 5 mL

j. Corong

k. Bunsen

l. Mortar

m. Penggerus

n. Gelas kimia 50 mL

o. Pengaduk

p. Spatula

q. Stopwatch

r. Timbangan analitik

s. Rubber bulb

Page 4: koloid

2. Bahan Praktikum

a. Larutan FeCl3 jenuh

b. Amilum

c. Aquades

d. Benzena

e. Gula pasir

f. Larutan yod

g. Na oleat

h. Norit

i. Kertas saring

j. Kertas lakmus

k. NaOH 6M

l. Sabun (detergen rinso)

m. NaCl jenuh

n. CaCl2 1%

o. HNO3 pekat

p. Etanol (C2H5OH) 96%

q. HgCl 1%

r. CuSO4 1%

s. Putih telur

t. Air keran

u. Air suling

v. Pb(OAc)2

w. NaOH 40%

D. CARA KERJA

1. Pembuatan Koloid

a. Koloid As2S3

Kepada 100 mL air yang terdapat dalam labu Erlenmeyer dimasukkan kira-kira 1,5

gram As2S3. Campuran ini dipanaskan sampai mendidih, didinginkan sampai suhu

kamar. Kemudian larutan ini didekantasi. Kedalam labu Erlenmeyer yang lain

dimasukkan 250 mL air suling kemudian dijenuhkan dengan H2S. Setelah jenuh,

sementara H2S dialirkan, ditambahkan perlahan-lahan larutan arsen.

Page 5: koloid

b. Koloid Fe(OH)3

50 mL aquades dimasukkan kedalam suatu bejana gelas, kemudian dipanaskan

sampai mendidih, kemudian ditambah tetes demi tetes larutan FeCl3 jenuh sambil

sampai berwarna merah kecoklatan.

2. Koagulasi

Dicampurkan 1 mL koloid Fe(OH)3 dan 1 mL arsen (III) sulfida.

3. Dispersi

a. Diambil satu sendok amilum dan dicampur dengan 10 mL air dalam suatu bejana

gelas, kemudian diaduk dengan batang pengaduk, dan terakhir disaring.

b. Diambil pula satu sendok amilum dan gerus dalam mortar dengan 10 mL air dan

campuran ini disaring.

c. Dibandingkan antara filtrat A dan B. kemudian kepada filtrat B ditambahkan

beberapa tetes larutan yod.

4. Emulsi

a. Kedalam tabung reaksi dimasukkan 1 mL benzena dan ditambahkan 5 mL

aquades, kemudian dikocok dengan keras, dan diletakkan pada rak, dan diukur

waktu yang diperlukan kedua zat ini menjadi dua lapisan.

b. Kedalam campuran kedua semaca diatas ditambahkan 15 Na-oleat, kemudian

dikocok dengan keras, dan diletakkan pada rak, diamati selama 10 sampai 15

menit, apakah kedua zat memisahkan diri ?

5. Pembuatan Gel

Kedalam suatu bejana kimia dimasukkan 15 mL dimasukkan larutan kalium asetat

jenuh, kemudian kedalam bejana kimia yang lain dimasukkan 25 mL C2H5OH 95%,

kemudian dicampurkan kedua larutan ini dengan segera, gel kemudian dimasukkan

kedalam cawan penguap lalu dibakar.

6. Adsorpsi (Aktif Permukaan)

a. 1 sendok perselin gula pasir dilarutkan dengan 10 mL aquades ke dalam suatu

tabung reaksi.

b. Ditambahkan setengah sendok norit kedalam tabung reaksi tersebut, dan tabung

reaksi dimasukkan kedalam suatu bejana yang berisi air panas.

c. Kemudian tabung reaksi tersebut dikocok berkali-kali dan isinya disaring setelah

10 menit kedalam tabung reaksi lain.

d. Warna dari larutan tersebut diperhatikan dan dibandingkan dengan larutan

sebelumnya.

Page 6: koloid

7. Lemak (Pembuatan Sabun)

a. Larutan sabun diperiksa dengan kertas lakmus.

b. Kedalam cawan penguapan dimasukkan 5 mL NaOH 40%, kemudian ditambahkan

5 mL minyak kelapa dan 5 mL etil alkohol, kemudian dipanaskan dengan hati-hati

sambil tetap diaduk. Kemudian setelah air dan alkohol habis menguap dan isi

bejana menjadi padat, kemudian ditambahkan air, kemudian didinginkan dan

ditambahkan 40 mL larutan NaCl jenuh, setelah itu disaring dengan kertas saring,

lalu sabun dibilas dengan air dingin, jika sabun tersebut lengket maka ditambahkan

lagi alkohol dan NaOH kemudian dipanaskan lagi.

c. Kemudian larutan sabun dibuat dengan melarutkan setengah dari sabun yang

diperoleh 100 mL air air suling. Lalu kedalam 10 mL larutan sabun ini

dimasukkan 5 mL larutan CaCl2, kemudian dikocok dan dicatat hasil pengamatan

terhadap campuran tersebut.

d. 1 gram detergen dilarutkan dalam 10 mL air.

e. Sebanyak 2 atau 3 tetes larutan sabun tersebut diteteskan kedalam 10 mL dari :

1. Air suling yang mengandung beberapa tetes larutan CaCl2

2. Air keran

3. Air suling

f. Hasil pengamatan dicatat, dan percobaan ini diulangi dengan menggunakan larutan

yang sama.

8. Protein

a. 2 mL putih telur dilarutkan dengan 12 mL air dan kemudian diaduk dengan baik.

b. Jika larutan tidak bening maka ditambahkan sedikit garam.

c. 2 mL larutan putih telur ini dimasukkan masing-masing kedalam tabung reaksi (5

buah tabung reaksi).

d. Pada tabung pertama dimasukkan 1 mL larutan CuSO4 1% dan ditetesi

kedalamnya larutan NaOH 6M.

e. Pada tabung kedua ditambahkan 1 mL larutan HNO3 pekat, kemudian dipanaskan

dengan hati-hati, kemudian setelah dingin ditambahkan NaOH 6M sambil dikocok.

f. Pada tabung ketiga ditambahkan 1 mL HgCl 1%

g. Pada tabung keempat ditambahkan 1 mL NaOH 6M, kemudian dipanaskan dengan

hati-hati, lalu uap yang keluar dicium dan diperiksa dengan kertas lakmus merah.

h. Pada tabung kelima ditambahkan beberapa tetes Pb(OAc)2 dan 1 mL NaOH 6M,

kemudian dipanaskan dengan hati-hati.

Page 7: koloid

d. (CH3−CH2)16−COONa + Ca2+ → [CH3−(CH2)16−COO]2 + 2Na+

4. Protein

CH−O−C−(CH2)16 CH3 → CH−OH + 3CH3 (CH2)16 – COONa+

CH2OH

CH2OH

CH2−COO−CH3(CH2)16

CH2−COO−CH3(CH2)16

a. CuSO4−CH−COOH↔CuSO4−CH−COO

NH2 NH3

b. HNO3−CH−COOH ↔ HNO3−CH−COO

NH2 NH3

c. HGCl2−CH−COOH↔HGCl2−CH−COO

NH2 NH3

d. NaOH−CH−COOH ↔ NaOH−CH−COO

NH2 NH3

e. Pb(OAC)2−CH−COOH ↔ Pb(OAC)2−CH−COO

NH2 NH3

E. HASIL PENGAMATAN

(Terlampir).

F. ANALISIS DATA

Persamaan reaksi:

1. Pembuatan koloid Fe (OH)3

FeCl3(aq) + 3 H2O(l)→ Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq)

2. Lemak ( pembuatan sabun )

( C17H33COO)3C3H3 + 3 NaOH→3C13H33COONa + C3H3(OH)3

( RCO2 )C3H5 + 3 NaOH→3CONa + C3H5( OH )3

3. Reaksi penyabunan:

b. (C17H33COO)3 CH3 + 3NaOH → C17H33COONa + C3H3(OH)3

a. (RCO2)3 C3H5 + 3NaOH → 3RCO2 Na + C3H5(OH)3

Page 8: koloid

G. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, tentang koloid dan senyawa karbon I, dilakukan beberapa

percobaan diantaranya adalah pembuatan koloid Fe(OH)3, dispersi, adsorpsi, emulsi,

lemak (pembuatan sabun) dan protein.

Pada percobaan pertama yaitu pembuatan koloid Fe(OH)3, dilakukan dengan cara

kondensasi, yaitu penggabungan partikel larutan sejati dalam hal ini yaitu air dengan

larutan FeCl3. Dimana reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah reaksi hidrolisis. Dari

hasil pengamatan menunjukkan air panas yang ditetesi larutan FeCl3 warnanya berubah

menjadi coklat, namun tidak langsung semuanya menjadi coklat, melainkan secara

perlahan-lahan. Ini disebabkan partikel zat terdipersi dalam hal ini yaitu FeCl3 tidak

langsung tersbebar merata dalam medium pendispersinya (air). Dengan berubahnya warna

larutan menjadi coklat maka ini menunjukkan sudah terbentuk koloid Fe(OH)3, cara lain

yang dapat dilakukan untuk menguji apakah larutan ini adalah koloid atau tidak adalah

dengan melewatkan seberkas sinar pada larutan ini, jika larutan ini adalah koloid maka

sinar akan tampak ketika melewatinya.

Pada percobaan kedua koloid dibuat dengan cara memecah partikel kasar menjadi

partikel koloid, cara ini dikenal dengan dispersi. Cara dispersi ini dibagi menjadi beberapa

jenis yaitu dispersi mekanik (penggerusan), dispersi elektrolitik (busur bredig), dan

peptisasi (penambahan zat pemecah). Dan pada percobaan kedua ini cara yang dipakai

adalah dispersi mekanik (penggerusan). Dari hasil pengamatan menunjukkan filtrat dari

amilum yang digerus lebih keruh dibandingkan dengan amilum yang tidak mengalami

proses penggerusan. Ini disebabkan karena proses penggerusan menjadikan partikel

amilum menjadi lebih kecil, dan tidak tersaring sempurna oleh kertas saring. Adapun

tujuan dari penambahan larutan iod adalah untuk mengetahui ada tidaknya kandungan

glukosa atau karbohidrat dalam amilum.

Pada percobaan ketiga ini benzena adalah zat terdispersinya dan air merupakan

medium pendispersinya. Antara air dan benzena tidak dapat bercampur meskipun dikocok

dengan keras, antara kedua zat membentuk dua lapisan yaitu benzena dengan massa jenis

yang lebih kecil berada pada lapisan atas dan air pada lapisan bawah. Adapun penyebab

kedua zat ini tidak dapat melarut adalah karena benzena merupakan senyawa non polar

dan air sendiri adalah senyawa polar. Kemudian setelah penambahan minyak goreng (Na-

oleat), benzena mau larut dalam minyak tetapi tetap tidak melarut dalam air, ini

disebabkan karena kedua zat merupakan senyawa non polar.

Page 9: koloid

Pada percobaan keempat, yaitu adsorpsi, dimana dicampurkan antara air, gula

pasir coklat dan norit. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa campuran ini sebelum

pemanasan memiliki warna hitam dan setelah pemanasan beberapa menit, norit naik ke

permukaan, kemudian dilakukan penyaringan untuk menyaring norit, dan pada akhirnya

diperoleh filtrat larutan gula dengan warna lebih bening dibanding sebelum proses. Hal ini

dapat terjadi karena adanya peristiwa adsorpsi, yaitu peristiwa penyerapan muatan atau

ion-ion oleh partikel koloid, dalam hal ini yang bertindak sebagai adsorben adalah norit

yang merupakan karbon aktif. Dimana norit berfungsi untuk mengadsorpsi zat warna

coklat dari gula. Tujuan dilakukannya pemanasan pada percobaan ini adalah untuk

meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon aktif tersebut, sedangkan proses penyaringan

tentunya bertujuan untuk memperoleh filtrat yang bening. Perlu kita ketahui juga selain

dalam proses pemutihan gula tebu norit juga berperan penting dalam proses penjernihan

air, dan sebagai obat bagi orang keracunan (Christanti, 2006 : 159).

Pada percobaan kelima dilakukan proses pembuatan sabun atau biasa dikenal

dengan proses atau reaksi penyabunan (reaksi sapronifikasi). Hal pertama yang dilakukan

dalam percobaan ini adalah pengujian larutan dengan kertas lakmus dalam hal ini larutan

yang digunakan adalah larutan detergen sintetis (rinso). Dari hasil pengamatan

menunjukkan larutan detergen membirukan lakmus merah. Ini menunjukkan bahwa sabun

mengandung senyawa basa didalamnya. Kemudian dalam proses pembuatan sabun hal

yang dilakukan adalah mencampurkan minyak dengan NaOH. Minyak sendiri bersifat non

polar, sedangkan NaOH merupakan senyawa anorganik bersifat polar. Seperti yang telah

diketahui senyawa polar dan non polar tidak dapat melarut satu sama lain, sehingga

digunakan larutan etanol agar kedua zat ini saling melarut atau bercampur. Hal berikutnya

yang dilakukan adalah pemanasanan, dimana proses pemanasan bertujuan untuk

mempercepat reaksi pembentukan sabun. Adapun tujuan penambahan NaCl jenuh adalah

untuk mengendapkan sabun sehingga terpisah dengan air, karena sabun yang dihasilkan

dalam percobaan ini masih lengket maka dilakukan penambahan alkohol. Hal berikutnya

yang dilakukan adalah melarutkan setengah dari sabun yang diperoleh, dan kedalam

larutan sabun ini ditambahkan CaCl2. Dari hasil pengamatan menunjukkan terbentuknya

endapan berwarna putih sebagai akibat dari reaksi antara sabun dengan garam-garam Ca.

kemudian ketika membandingkan antara air suling dengan air keran dan air suling yang

ditambahkan beberapa tetes CaCl2, dari hasil pengamatan menunjukkan ketika ditetesi

dengan larutan sabun ketiga larutan tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang berarti,

bedanya hanya pada reaksi larutan sabun saja, dimana ketika diteteskan pada air keran dan

Page 10: koloid

air suling reaksinya lambat, sedangkan ketika ditetesi pada air yang terlebih dahulu

ditetesi dengan CaCl2 reaksi larutan sabun lebih cepat. Ini diakibatkan ion Ca2+ tidak

bereaksi dengan sabun dan mengakibatkan larutan menjadi keruh.

Percobaan terakhir adalah pengujian terhadap protein dari putih telur, dimana

diberikan perlakuan berbeda-beda dari tabung reaksi yang berisi larutan putih telur yaitu

larutan putih telur pada tabung reaksi pertama ditetesi dengan CuSO4. Dan dari hasil

pengamatan menunjukkan warna larutan menjadi biru dan kemudian berubah menjadi

ungu ketika ditetesi dengan NaOH. Proses diatas merupakan proses uji biuret pada suatu

protein. Kemudian pada tabung kedua ditetesi dengan larutan HNO3 pekat, dan dari hasil

pengamatan menunjukkan larutan putih telur menggumpal dan berwarna kuning. Proses

ini dilakukan untuk menguji adanya xantoprotein pada putih telur, dan warna kuning dari

larutan menunjukkan adanya kandungan xantoprotein. Sedangkan pada tabung ketiga

setelah ditambahkan larutan HgCl2 larutan putih telur berubah menjadi keruh. Ini

menunjukkan terjadinhya denaturasi atau kerusakan protein pada putih telur akibat

terkontaminasi logam berat Hg. Kemudian pada tabung keempat ditambahkan 1 mL

NaOH kemudian dipanaskan, dari hasil pengamatan menunjukkan larutan menjadi keruh

dan memiliki bau gosong, ini menunjukkan bahwa terjadinya kerusakan pada protein.

Selain itu juga ketika diuji dengan kertas lakmus merah kertas lakmus berubah warnanya

menjadi biru. Ini menandakan bahwa larutan putih telur berubah menjadi basa ketika

ditambahkan NaOH. Dan pada tabung terakhir ditetesi dengan Pb(OAc)2 kemudian warna

larutan menjadi putih. Dan setelah penambahan 1 mL NaOH, warna larutan menjadi agak

kekuningan, kemudian pada saat pemanasan warna larutan langsung berubah menjadi

kehitaman.

H. KESIMPULAN

Berdasarkan landasan teori dan hasil pengamatan selama praktikum, maka dapat

disimpulkan :

1. Sistem koloid dapat dibuat dengan dua cara, yaitu dispersi dan kondensasi.

2. Sistem koloid memiliki sifat khas yang tidak dimiliki oleh larutan maupun

suspense, seperti yang diamati dalam praktikum ini yaitu adsorpsi, dimana

partikel koloid mampu menyerap ion-ion atau muatan-muatan pada

permukaannya.

Page 11: koloid

3. Senyawa karbon memiliki banyak sekali manfaat dalam kehidupan sehari-hari,

diantaranya adalah sabun yang kita gunakan, dimana sabun dibuat dengan

reaksi penyabunan (sapronifikasi).

Page 12: koloid

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. 2001. Kimia Larutan. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.

Christanti, Ery. 2006. Pengantar Kimia Kedokteran. Bandung : YGI.

Giriarso. 2006. IPA Kimia. Jakarta : Grafindo.

Sabilach, Farid. 2006. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Jakarta : Azka Press.

Saipul. 2009. Bahan Pembuatan Sabun. Diunduh di :

www.majarimagazine.com/200907/sabun.pdf, 24 Maret 2012, 10:08 A.M.