koloid
DESCRIPTION
by wahyu UNRAMTRANSCRIPT
ACARA VII
KOLOID DAN SENYAWA KARBON
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan
a. Untuk mempelajari cara pembuatan koloid dan sifat-sifat koloid.
b. Untuk mempelajari macam-macam senyawa karbon dan pemanfaatannya dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Waktu Praktikum
Kamis, 22 Maret 2012
3. Tempat Praktikum
Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas MIPA, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara
suspensi dan larutan. Sistem koloid ini mempunyai sifat khas yang berbeda dari sifat
larutan ataupun suspensi. Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat,
baik padat maupun cair dan gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid. Secara makroskopis,
koloid tampak homogen, namun secara mikroskopis koloid bersifat heterogen. Salah satu
contoh koloid dalam kehidupan sehari-hari yaitu santan. Meskipun sepintas santan tampak
homogen, tetapi dengan mikroskop ultra dapat kita amati partikel minyak yang tersebar
didalam air (Giriarso, 2006 : 219).
Ada dua cara pembentukan koloid, yaitu Dispersi, dan Kondensasi (Sabilach, 2006
: 84).
1. Cara dispersi
Dengan cara dispersi partikel harus dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi
dapat dilakukan dengan mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik (cara
busur bredig).
a. Cara mekanik
Menurut cara ini, butir-butir kasar digerus dengan koloid mill (penggilingan
koloid) sampai diperoleh tingkatan kehalusan tertentu.
b. Cara peptisasi
Menurut cara ini, koloid dibuat dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan
dengan bantuan suatu zat pemecah (pemeptisasi).
c. Cara busur bredig
Menurut cara ini, logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode
yang dicelupkan dalam medium dispersi kemudian diberi loncatan listrik.
2. Cara kondensasi
Dengan cara kondensasi partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi
partikel koloid. Contoh :
a. Reaksi Redoks
Reaksi redoks, reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
b. Reaksi Hidrolisis
Merupakan reaksi suatu zat dengan air.
c. Reaksi Dekomposisi
Merupakan reaksi penggantian komposisi zat-zat yang bereaksi.
d. Penggantian Pelarut
Ada beberapa sifat khas dari sistem koloid diantaranya adalah efek tyndall, gerak
brown, elektroforesis, adsorpsi, koagulasi.
a. Efek Tyndall
Adalah kemampuan partikel koloid untuk menghamburkan cahaya.
b. Gerak Brown
Adalah gerak patah-patah partikel koloid atau gerak zig-zag partikel koloid yang
terjadi secara terus-menerus, mengakibatkan partikel koloid mampu mengimbangi
gaya gravitasi dan tidak mengalami rakimentasi.
c. Elektroforesis
Adalah gerak partikel koloid akibat adanya medan listrik.
d. Adsorpsi
Adalah kemampuan partikel koloid untuk menyerap ion atau muatan listrik yang
terdapat dipermukaannya.
e. Koagulasi
Adalah penggumpalan partikel koloid akibat menurunnya kestabilan partikel koloid
(Achmad, 2001 : 208).
Sabun adalah senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri tidak
pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara
senyawa alkali dan lemak/minyak. Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu
bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak
atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun
digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun daya
tarik. Bahan pendukung yang umum digunakan dalam proses-proses pembuatan sabun
diantaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, dan pewarna. Reaksi
penyabunan atau sapronifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin
sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun
merupakan garam yang terbentuk dari asam lemah dan alkali. Sabun dengan berat molekul
rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur yang lebih keras
(www.majarimagazine.com/200907/sabun.pdf).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat Praktikum
a. Pipet tetes
b. Tabung reaksi
c. Rak tabung reaksi
d. Gelas kimia 250 mL
e. Penjepit
f. Gelas ukur 50 mL
g. Gelas ukur 100 mL
h. Gelas kimia 100 mL
i. Pipet volum 5 mL
j. Corong
k. Bunsen
l. Mortar
m. Penggerus
n. Gelas kimia 50 mL
o. Pengaduk
p. Spatula
q. Stopwatch
r. Timbangan analitik
s. Rubber bulb
2. Bahan Praktikum
a. Larutan FeCl3 jenuh
b. Amilum
c. Aquades
d. Benzena
e. Gula pasir
f. Larutan yod
g. Na oleat
h. Norit
i. Kertas saring
j. Kertas lakmus
k. NaOH 6M
l. Sabun (detergen rinso)
m. NaCl jenuh
n. CaCl2 1%
o. HNO3 pekat
p. Etanol (C2H5OH) 96%
q. HgCl 1%
r. CuSO4 1%
s. Putih telur
t. Air keran
u. Air suling
v. Pb(OAc)2
w. NaOH 40%
D. CARA KERJA
1. Pembuatan Koloid
a. Koloid As2S3
Kepada 100 mL air yang terdapat dalam labu Erlenmeyer dimasukkan kira-kira 1,5
gram As2S3. Campuran ini dipanaskan sampai mendidih, didinginkan sampai suhu
kamar. Kemudian larutan ini didekantasi. Kedalam labu Erlenmeyer yang lain
dimasukkan 250 mL air suling kemudian dijenuhkan dengan H2S. Setelah jenuh,
sementara H2S dialirkan, ditambahkan perlahan-lahan larutan arsen.
b. Koloid Fe(OH)3
50 mL aquades dimasukkan kedalam suatu bejana gelas, kemudian dipanaskan
sampai mendidih, kemudian ditambah tetes demi tetes larutan FeCl3 jenuh sambil
sampai berwarna merah kecoklatan.
2. Koagulasi
Dicampurkan 1 mL koloid Fe(OH)3 dan 1 mL arsen (III) sulfida.
3. Dispersi
a. Diambil satu sendok amilum dan dicampur dengan 10 mL air dalam suatu bejana
gelas, kemudian diaduk dengan batang pengaduk, dan terakhir disaring.
b. Diambil pula satu sendok amilum dan gerus dalam mortar dengan 10 mL air dan
campuran ini disaring.
c. Dibandingkan antara filtrat A dan B. kemudian kepada filtrat B ditambahkan
beberapa tetes larutan yod.
4. Emulsi
a. Kedalam tabung reaksi dimasukkan 1 mL benzena dan ditambahkan 5 mL
aquades, kemudian dikocok dengan keras, dan diletakkan pada rak, dan diukur
waktu yang diperlukan kedua zat ini menjadi dua lapisan.
b. Kedalam campuran kedua semaca diatas ditambahkan 15 Na-oleat, kemudian
dikocok dengan keras, dan diletakkan pada rak, diamati selama 10 sampai 15
menit, apakah kedua zat memisahkan diri ?
5. Pembuatan Gel
Kedalam suatu bejana kimia dimasukkan 15 mL dimasukkan larutan kalium asetat
jenuh, kemudian kedalam bejana kimia yang lain dimasukkan 25 mL C2H5OH 95%,
kemudian dicampurkan kedua larutan ini dengan segera, gel kemudian dimasukkan
kedalam cawan penguap lalu dibakar.
6. Adsorpsi (Aktif Permukaan)
a. 1 sendok perselin gula pasir dilarutkan dengan 10 mL aquades ke dalam suatu
tabung reaksi.
b. Ditambahkan setengah sendok norit kedalam tabung reaksi tersebut, dan tabung
reaksi dimasukkan kedalam suatu bejana yang berisi air panas.
c. Kemudian tabung reaksi tersebut dikocok berkali-kali dan isinya disaring setelah
10 menit kedalam tabung reaksi lain.
d. Warna dari larutan tersebut diperhatikan dan dibandingkan dengan larutan
sebelumnya.
7. Lemak (Pembuatan Sabun)
a. Larutan sabun diperiksa dengan kertas lakmus.
b. Kedalam cawan penguapan dimasukkan 5 mL NaOH 40%, kemudian ditambahkan
5 mL minyak kelapa dan 5 mL etil alkohol, kemudian dipanaskan dengan hati-hati
sambil tetap diaduk. Kemudian setelah air dan alkohol habis menguap dan isi
bejana menjadi padat, kemudian ditambahkan air, kemudian didinginkan dan
ditambahkan 40 mL larutan NaCl jenuh, setelah itu disaring dengan kertas saring,
lalu sabun dibilas dengan air dingin, jika sabun tersebut lengket maka ditambahkan
lagi alkohol dan NaOH kemudian dipanaskan lagi.
c. Kemudian larutan sabun dibuat dengan melarutkan setengah dari sabun yang
diperoleh 100 mL air air suling. Lalu kedalam 10 mL larutan sabun ini
dimasukkan 5 mL larutan CaCl2, kemudian dikocok dan dicatat hasil pengamatan
terhadap campuran tersebut.
d. 1 gram detergen dilarutkan dalam 10 mL air.
e. Sebanyak 2 atau 3 tetes larutan sabun tersebut diteteskan kedalam 10 mL dari :
1. Air suling yang mengandung beberapa tetes larutan CaCl2
2. Air keran
3. Air suling
f. Hasil pengamatan dicatat, dan percobaan ini diulangi dengan menggunakan larutan
yang sama.
8. Protein
a. 2 mL putih telur dilarutkan dengan 12 mL air dan kemudian diaduk dengan baik.
b. Jika larutan tidak bening maka ditambahkan sedikit garam.
c. 2 mL larutan putih telur ini dimasukkan masing-masing kedalam tabung reaksi (5
buah tabung reaksi).
d. Pada tabung pertama dimasukkan 1 mL larutan CuSO4 1% dan ditetesi
kedalamnya larutan NaOH 6M.
e. Pada tabung kedua ditambahkan 1 mL larutan HNO3 pekat, kemudian dipanaskan
dengan hati-hati, kemudian setelah dingin ditambahkan NaOH 6M sambil dikocok.
f. Pada tabung ketiga ditambahkan 1 mL HgCl 1%
g. Pada tabung keempat ditambahkan 1 mL NaOH 6M, kemudian dipanaskan dengan
hati-hati, lalu uap yang keluar dicium dan diperiksa dengan kertas lakmus merah.
h. Pada tabung kelima ditambahkan beberapa tetes Pb(OAc)2 dan 1 mL NaOH 6M,
kemudian dipanaskan dengan hati-hati.
d. (CH3−CH2)16−COONa + Ca2+ → [CH3−(CH2)16−COO]2 + 2Na+
4. Protein
CH−O−C−(CH2)16 CH3 → CH−OH + 3CH3 (CH2)16 – COONa+
CH2OH
CH2OH
CH2−COO−CH3(CH2)16
CH2−COO−CH3(CH2)16
a. CuSO4−CH−COOH↔CuSO4−CH−COO
NH2 NH3
b. HNO3−CH−COOH ↔ HNO3−CH−COO
NH2 NH3
c. HGCl2−CH−COOH↔HGCl2−CH−COO
NH2 NH3
d. NaOH−CH−COOH ↔ NaOH−CH−COO
NH2 NH3
e. Pb(OAC)2−CH−COOH ↔ Pb(OAC)2−CH−COO
NH2 NH3
E. HASIL PENGAMATAN
(Terlampir).
F. ANALISIS DATA
Persamaan reaksi:
1. Pembuatan koloid Fe (OH)3
FeCl3(aq) + 3 H2O(l)→ Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq)
2. Lemak ( pembuatan sabun )
( C17H33COO)3C3H3 + 3 NaOH→3C13H33COONa + C3H3(OH)3
( RCO2 )C3H5 + 3 NaOH→3CONa + C3H5( OH )3
3. Reaksi penyabunan:
b. (C17H33COO)3 CH3 + 3NaOH → C17H33COONa + C3H3(OH)3
a. (RCO2)3 C3H5 + 3NaOH → 3RCO2 Na + C3H5(OH)3
G. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, tentang koloid dan senyawa karbon I, dilakukan beberapa
percobaan diantaranya adalah pembuatan koloid Fe(OH)3, dispersi, adsorpsi, emulsi,
lemak (pembuatan sabun) dan protein.
Pada percobaan pertama yaitu pembuatan koloid Fe(OH)3, dilakukan dengan cara
kondensasi, yaitu penggabungan partikel larutan sejati dalam hal ini yaitu air dengan
larutan FeCl3. Dimana reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah reaksi hidrolisis. Dari
hasil pengamatan menunjukkan air panas yang ditetesi larutan FeCl3 warnanya berubah
menjadi coklat, namun tidak langsung semuanya menjadi coklat, melainkan secara
perlahan-lahan. Ini disebabkan partikel zat terdipersi dalam hal ini yaitu FeCl3 tidak
langsung tersbebar merata dalam medium pendispersinya (air). Dengan berubahnya warna
larutan menjadi coklat maka ini menunjukkan sudah terbentuk koloid Fe(OH)3, cara lain
yang dapat dilakukan untuk menguji apakah larutan ini adalah koloid atau tidak adalah
dengan melewatkan seberkas sinar pada larutan ini, jika larutan ini adalah koloid maka
sinar akan tampak ketika melewatinya.
Pada percobaan kedua koloid dibuat dengan cara memecah partikel kasar menjadi
partikel koloid, cara ini dikenal dengan dispersi. Cara dispersi ini dibagi menjadi beberapa
jenis yaitu dispersi mekanik (penggerusan), dispersi elektrolitik (busur bredig), dan
peptisasi (penambahan zat pemecah). Dan pada percobaan kedua ini cara yang dipakai
adalah dispersi mekanik (penggerusan). Dari hasil pengamatan menunjukkan filtrat dari
amilum yang digerus lebih keruh dibandingkan dengan amilum yang tidak mengalami
proses penggerusan. Ini disebabkan karena proses penggerusan menjadikan partikel
amilum menjadi lebih kecil, dan tidak tersaring sempurna oleh kertas saring. Adapun
tujuan dari penambahan larutan iod adalah untuk mengetahui ada tidaknya kandungan
glukosa atau karbohidrat dalam amilum.
Pada percobaan ketiga ini benzena adalah zat terdispersinya dan air merupakan
medium pendispersinya. Antara air dan benzena tidak dapat bercampur meskipun dikocok
dengan keras, antara kedua zat membentuk dua lapisan yaitu benzena dengan massa jenis
yang lebih kecil berada pada lapisan atas dan air pada lapisan bawah. Adapun penyebab
kedua zat ini tidak dapat melarut adalah karena benzena merupakan senyawa non polar
dan air sendiri adalah senyawa polar. Kemudian setelah penambahan minyak goreng (Na-
oleat), benzena mau larut dalam minyak tetapi tetap tidak melarut dalam air, ini
disebabkan karena kedua zat merupakan senyawa non polar.
Pada percobaan keempat, yaitu adsorpsi, dimana dicampurkan antara air, gula
pasir coklat dan norit. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa campuran ini sebelum
pemanasan memiliki warna hitam dan setelah pemanasan beberapa menit, norit naik ke
permukaan, kemudian dilakukan penyaringan untuk menyaring norit, dan pada akhirnya
diperoleh filtrat larutan gula dengan warna lebih bening dibanding sebelum proses. Hal ini
dapat terjadi karena adanya peristiwa adsorpsi, yaitu peristiwa penyerapan muatan atau
ion-ion oleh partikel koloid, dalam hal ini yang bertindak sebagai adsorben adalah norit
yang merupakan karbon aktif. Dimana norit berfungsi untuk mengadsorpsi zat warna
coklat dari gula. Tujuan dilakukannya pemanasan pada percobaan ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon aktif tersebut, sedangkan proses penyaringan
tentunya bertujuan untuk memperoleh filtrat yang bening. Perlu kita ketahui juga selain
dalam proses pemutihan gula tebu norit juga berperan penting dalam proses penjernihan
air, dan sebagai obat bagi orang keracunan (Christanti, 2006 : 159).
Pada percobaan kelima dilakukan proses pembuatan sabun atau biasa dikenal
dengan proses atau reaksi penyabunan (reaksi sapronifikasi). Hal pertama yang dilakukan
dalam percobaan ini adalah pengujian larutan dengan kertas lakmus dalam hal ini larutan
yang digunakan adalah larutan detergen sintetis (rinso). Dari hasil pengamatan
menunjukkan larutan detergen membirukan lakmus merah. Ini menunjukkan bahwa sabun
mengandung senyawa basa didalamnya. Kemudian dalam proses pembuatan sabun hal
yang dilakukan adalah mencampurkan minyak dengan NaOH. Minyak sendiri bersifat non
polar, sedangkan NaOH merupakan senyawa anorganik bersifat polar. Seperti yang telah
diketahui senyawa polar dan non polar tidak dapat melarut satu sama lain, sehingga
digunakan larutan etanol agar kedua zat ini saling melarut atau bercampur. Hal berikutnya
yang dilakukan adalah pemanasanan, dimana proses pemanasan bertujuan untuk
mempercepat reaksi pembentukan sabun. Adapun tujuan penambahan NaCl jenuh adalah
untuk mengendapkan sabun sehingga terpisah dengan air, karena sabun yang dihasilkan
dalam percobaan ini masih lengket maka dilakukan penambahan alkohol. Hal berikutnya
yang dilakukan adalah melarutkan setengah dari sabun yang diperoleh, dan kedalam
larutan sabun ini ditambahkan CaCl2. Dari hasil pengamatan menunjukkan terbentuknya
endapan berwarna putih sebagai akibat dari reaksi antara sabun dengan garam-garam Ca.
kemudian ketika membandingkan antara air suling dengan air keran dan air suling yang
ditambahkan beberapa tetes CaCl2, dari hasil pengamatan menunjukkan ketika ditetesi
dengan larutan sabun ketiga larutan tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang berarti,
bedanya hanya pada reaksi larutan sabun saja, dimana ketika diteteskan pada air keran dan
air suling reaksinya lambat, sedangkan ketika ditetesi pada air yang terlebih dahulu
ditetesi dengan CaCl2 reaksi larutan sabun lebih cepat. Ini diakibatkan ion Ca2+ tidak
bereaksi dengan sabun dan mengakibatkan larutan menjadi keruh.
Percobaan terakhir adalah pengujian terhadap protein dari putih telur, dimana
diberikan perlakuan berbeda-beda dari tabung reaksi yang berisi larutan putih telur yaitu
larutan putih telur pada tabung reaksi pertama ditetesi dengan CuSO4. Dan dari hasil
pengamatan menunjukkan warna larutan menjadi biru dan kemudian berubah menjadi
ungu ketika ditetesi dengan NaOH. Proses diatas merupakan proses uji biuret pada suatu
protein. Kemudian pada tabung kedua ditetesi dengan larutan HNO3 pekat, dan dari hasil
pengamatan menunjukkan larutan putih telur menggumpal dan berwarna kuning. Proses
ini dilakukan untuk menguji adanya xantoprotein pada putih telur, dan warna kuning dari
larutan menunjukkan adanya kandungan xantoprotein. Sedangkan pada tabung ketiga
setelah ditambahkan larutan HgCl2 larutan putih telur berubah menjadi keruh. Ini
menunjukkan terjadinhya denaturasi atau kerusakan protein pada putih telur akibat
terkontaminasi logam berat Hg. Kemudian pada tabung keempat ditambahkan 1 mL
NaOH kemudian dipanaskan, dari hasil pengamatan menunjukkan larutan menjadi keruh
dan memiliki bau gosong, ini menunjukkan bahwa terjadinya kerusakan pada protein.
Selain itu juga ketika diuji dengan kertas lakmus merah kertas lakmus berubah warnanya
menjadi biru. Ini menandakan bahwa larutan putih telur berubah menjadi basa ketika
ditambahkan NaOH. Dan pada tabung terakhir ditetesi dengan Pb(OAc)2 kemudian warna
larutan menjadi putih. Dan setelah penambahan 1 mL NaOH, warna larutan menjadi agak
kekuningan, kemudian pada saat pemanasan warna larutan langsung berubah menjadi
kehitaman.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan landasan teori dan hasil pengamatan selama praktikum, maka dapat
disimpulkan :
1. Sistem koloid dapat dibuat dengan dua cara, yaitu dispersi dan kondensasi.
2. Sistem koloid memiliki sifat khas yang tidak dimiliki oleh larutan maupun
suspense, seperti yang diamati dalam praktikum ini yaitu adsorpsi, dimana
partikel koloid mampu menyerap ion-ion atau muatan-muatan pada
permukaannya.
3. Senyawa karbon memiliki banyak sekali manfaat dalam kehidupan sehari-hari,
diantaranya adalah sabun yang kita gunakan, dimana sabun dibuat dengan
reaksi penyabunan (sapronifikasi).
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 2001. Kimia Larutan. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
Christanti, Ery. 2006. Pengantar Kimia Kedokteran. Bandung : YGI.
Giriarso. 2006. IPA Kimia. Jakarta : Grafindo.
Sabilach, Farid. 2006. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Jakarta : Azka Press.
Saipul. 2009. Bahan Pembuatan Sabun. Diunduh di :
www.majarimagazine.com/200907/sabun.pdf, 24 Maret 2012, 10:08 A.M.