koefisien performansi

13
PERANCANGAN DAN ANALISA PERFORMANSI COLD STORAGE PADA KAPAL PENANGKAP IKAN DENGAN CHILLER WATER REFRIGERASI ABSORPSI MENGGUNAKAN REFRIGERANT AMMONIA-WATER (NH 3 -H 2 O) Nama Mahasiswa : Radityo Dwi Atmojo NRP : 2108 100 613 Jurusan : Teknik Mesin FTI-ITS Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Djatmiko Ichsani, M.Eng PENDAHULUAN Penggunaan balok es pada palka kapal nelayan ikan untuk mempertahankan kesegaran ikan dalam setiap pelayaran yang dilakukan nelayan kurang efisien dan kurang praktis. Sehingga penulis merancang cold storage untuk mengganti penggunaan balok es. Permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah mengenai perancangan beserta analisa performansi cold storage untuk ikan. Disamping itu akan direncanakan (design) pula evaporator untuk chiller water sebagai media pendingin pada cold storage. DASAR TEORI 1. Beban Pendinginan Beban pendinginan merupakan jumlah energi panas yang harus dikeluarkan dari dalam ruangan oleh mesin pendingin untuk mendapatkan kondisi ruangan yang diinginkan. Berdasarkan jenisnya, beban pendinginan dibedakan menjadi dua yaitu beban eksternal dan beban internal. Beban eksternal adalah beban kalor yang masuk dari luar ruangan ke dalam ruangan yang terdiri dari beban transmisi melalui dinding luar, atap, dan kaca, beban radiasi matahari melalui kaca, beban infiltrasi, dan beban ventilasi. Sedangkan beban internal ialah beban kalor yang bersumber dari dalam ruangan itu sendiri. Beban ini terdiri dari beban partisi, beban penerangan, beban penghuni, dan beban peralatan. Sebagai ilustrasi, dapat dilihat pada Gambar 2.6 yang merupakan contoh beban pendinginan diruang palka ikan.

Upload: harryndra-aufandi-rahardyan

Post on 09-Jul-2016

215 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

PERANCANGAN DAN ANALISA PERFORMANSI COLD STORAGE PADA KAPAL PENANGKAP IKAN DENGAN CHILLER WATER REFRIGERASI ABSORPSI MENGGUNAKAN REFRIGERANT AMMONIA-WATER (NH3-H2O)

TRANSCRIPT

PERANCANGAN DAN ANALISA PERFORMANSI COLD STORAGE PADA KAPAL

PENANGKAP IKAN DENGAN CHILLER WATER REFRIGERASI ABSORPSI

MENGGUNAKAN REFRIGERANT AMMONIA-WATER (NH3-H2O)

Nama Mahasiswa : Radityo Dwi Atmojo

NRP : 2108 100 613

Jurusan : Teknik Mesin FTI-ITS

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Djatmiko Ichsani, M.Eng

PENDAHULUAN

Penggunaan balok es pada palka kapal nelayan ikan untuk mempertahankan kesegaran

ikan dalam setiap pelayaran yang dilakukan nelayan kurang efisien dan kurang praktis. Sehingga

penulis merancang cold storage untuk mengganti penggunaan balok es. Permasalahan yang akan

dibahas dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah mengenai perancangan beserta analisa

performansi cold storage untuk ikan. Disamping itu akan direncanakan (design) pula evaporator

untuk chiller water sebagai media pendingin pada cold storage.

DASAR TEORI

1. Beban Pendinginan

Beban pendinginan merupakan jumlah energi panas yang harus dikeluarkan dari dalam

ruangan oleh mesin pendingin untuk mendapatkan kondisi ruangan yang diinginkan.

Berdasarkan jenisnya, beban pendinginan dibedakan menjadi dua yaitu beban eksternal dan

beban internal. Beban eksternal adalah beban kalor yang masuk dari luar ruangan ke dalam

ruangan yang terdiri dari beban transmisi melalui dinding luar, atap, dan kaca, beban radiasi

matahari melalui kaca, beban infiltrasi, dan beban ventilasi.

Sedangkan beban internal ialah beban kalor yang bersumber dari dalam ruangan itu

sendiri. Beban ini terdiri dari beban partisi, beban penerangan, beban penghuni, dan beban

peralatan. Sebagai ilustrasi, dapat dilihat pada Gambar 2.6 yang merupakan contoh beban

pendinginan diruang palka ikan.

Gambar 2.6 Ilustrasi Beban-beban Pendinginan

1.1 Beban Infiltrasi

Beban ventilasi terjadi karena udara segar dimasukkan ke dalam ruangan yang

dikondisikan untuk keperluan tambahan oksigen. Sedangkan beban infiltrasi terjadi

karena adanya udara luar yang masuk ke dalam ruangan melalui celah-celah pintu,

jendela, dinding, plafon, dan lain sebagainya atau pada saat pintu dan jendela terbuka.

Udara luar yang masuk melalui ventilasi maupun infiltrasi akan menjadi beban

pendinginan tambahan bagi ruangan yang dikondisikan. Namun untuk kasus udara

ventilasi biasanya adalah udara luar yang sengaja dimasukkan melalui unit

pengkondisian udara (Air Handling Unit/Fan Coil Unit) sehingga menjadi beban

koil/penukar kalor pada unit pengkondisian udara tersebut.

Beban yang berasal dari udara luar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

beban sensible yang berhubungan dengan proses penurunan temperatur dan beban

laten yang lebih berkaitan dengan pengembunan sebagian uap a i r yang

terkandung (pengurangan kelembaban). Beban-beban ini dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan :

π‘žπ‘žπ‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘– = π‘žπ‘žπ‘–π‘– + π‘žπ‘žπ‘–π‘– ............................................................................. (2.3)

β€’ Beban sensibel dari udara luar (π‘žπ‘žπ‘–π‘–)

π‘žπ‘žπ‘–π‘– = 𝑄𝑄 Γ— 𝜌𝜌 Γ— 𝐢𝐢𝑝𝑝 Γ— βˆ†π‘‡π‘‡ ................................................................... (2.4)

β€’ Beban laten dari udara luar (π‘žπ‘žπ‘–π‘–)

π‘žπ‘žπ‘–π‘– = 𝑄𝑄 Γ— 𝜌𝜌 Γ— β„Žπ‘–π‘–π‘“π‘“ Γ— βˆ†π‘Šπ‘Š ................................................................ (2.5)

Dimana :

Beban Produk

Beban Infiltrasi

Beban Transmisi

𝑄𝑄 = Laju aliran volumetric udara (m3/s)

𝜌𝜌 = massa jenis (kg/m3)

𝐢𝐢𝑝𝑝 = panas spesifik (J/(kg.K))

β„Žπ‘–π‘–π‘“π‘“ = panas laten (J/kg)

βˆ†π‘‡π‘‡ = perubahan temperatur (oC)

βˆ†π‘Šπ‘Š = rasio kelembaban (kgv/kgda)

1.2 Beban Transmisi

Beban transmisi adalah panas/kalor yang masuk kedalam ruang yang didinginkan

melalui permukaan. Pada ruang cold storage ini, beban konduksi kedalam ruangan

banyak yang melewati dinding, atap, lantai, dan pintu.

Beban transmisi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.6.

π‘žπ‘žπ‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘‘π‘‘π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘– = π‘ˆπ‘ˆ βˆ™ 𝐴𝐴 βˆ™ 𝐢𝐢𝐢𝐢𝑇𝑇𝐢𝐢 .................................................................... (2.6)

Dimana :

π‘žπ‘žπ‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘‘π‘‘π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘– = beban transmisi, (Watt)

π‘ˆπ‘ˆ = koefisien konduktifitas overall, (Watt/ m2.K)

A = luas permukaan perpindahan panas, (m2)

CLTD = Cooling Load Temperatur Difference, (K)

Gambar 2.7 Sirkuit Thermal melalui Material Cold Storage

π‘ˆπ‘ˆ = 1𝑅𝑅𝑖𝑖𝑑𝑑𝑖𝑖 βˆ™π΄π΄

= 11β„Ž1

+𝐢𝐢1π‘˜π‘˜1

+𝐢𝐢2π‘˜π‘˜2

+𝐢𝐢3π‘˜π‘˜3

+ 1β„Ž0

.................................................. (2.7)

Dimana :

𝑅𝑅𝑖𝑖𝑑𝑑𝑖𝑖 = hambatan thermal (m2.K/W)

π‘˜π‘˜ = konduktivitas thermal (W/m.K)

β„Ž = koefisien konveksi (W/m2.K)

𝐢𝐢 = panjang laluan perpindahan panas (W/m.K)

Dalam perancangan Tugas Akhir ini, posisi dinding bagian atas dari cold storage

dipengaruhi oleh panas radiasi.

1.3 Beban Produk

Beban pendinginan produk adalah kalor yang dihasilkan oleh produk pada saat

didinginkan. Karena pada saat produk dimasukkan ke ruang pendinginan (cold storage),

suhu yang lebih tinggi dari suhu ruang pendinginnya tadi akan menjadi beban

pendinginan didalam ruangan tersebut.

Besarnya daya pendinginan produk dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan 2.9.

𝑄𝑄 = 𝑑𝑑 Γ— 𝐢𝐢𝑝𝑝 Γ— βˆ†π‘‡π‘‡ ............................................................................... (2.8)

Dimana :

Q = beban pendinginan produk sebelum suhu pembekuan (J)

m = massa produk (kg)

𝐢𝐢𝑝𝑝 = panas spesifik (J/(kg.K))

βˆ†π‘‡π‘‡ = perubahan temperatur (oC)

π‘žπ‘žπ‘π‘π‘–π‘–π‘‘π‘‘π‘π‘π‘π‘π‘˜π‘˜ = 𝑄𝑄𝑖𝑖𝑝𝑝𝑝𝑝𝑖𝑖𝑝𝑝𝑖𝑖𝑖𝑖𝑓𝑓𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖

........................................................................ (2.9)

Dimana :

π‘žπ‘žπ‘π‘π‘–π‘–π‘‘π‘‘π‘π‘π‘π‘π‘˜π‘˜ = daya pendinginan yang berasal dari produk (W)

𝑖𝑖𝑝𝑝𝑝𝑝𝑖𝑖𝑝𝑝𝑖𝑖𝑖𝑖𝑓𝑓𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 = waktu pendinginan (s)

1.4 Total beban pendinginan

Beban pendinginan total adalah jumlah kalor dari keseluruhan beban pendingin

yang terdapat di ruangan pendingin, yaitu beban transmisi, beban produk, dan beban

infiltrasi. Beban total pendingin dapat dihitung dengan persamaan 2.10.

π‘žπ‘žπΆπΆπΆπΆ = π‘žπ‘žπ‘π‘π‘–π‘–π‘‘π‘‘π‘π‘π‘π‘π‘˜π‘˜ + π‘žπ‘žπ‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘‘π‘‘π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘– + π‘žπ‘žπ‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘– ............................................ (2.10)

2. Analisa Luasan Penukar Kalor

Perancangan Heat Exchanger pada tugas akhir ini merupakan jenis shell and tube,

dimana fluida panas berada pada sisi shell. Perhitungan perpindahan kalor dalam perancangan

termal secara umum menggunakan metode Log Mean Temperature Difference (LMTD). Metode

ini berbasis pada laju (rate) perpindahan kalor dalam penukar kalor (Kakac, 1998).

Dasar dari perancangan termal ini adalah menentukan keseimbangan antara laju

perpindahan massa dan perubahan temperatur fluida kerja sisi shell dan sisi tube dengan laju

perpindahan kalor berdasarkan metode LMTD, sehingga diperoleh luasan penukar kalor yang

diperlukan.

Laju kalor yang dilepas oleh fluida sisi shell dan yang diterima oleh fluida pada sisi tube

masing-masing dihitung dengan Persamaan 2.11 dan Persamaan 2.12:

π‘žπ‘žπΆπΆ = �̇�𝑑𝐢𝐢 𝐢𝐢𝑃𝑃𝐢𝐢 οΏ½π‘‡π‘‡β„Žπ‘–π‘–π‘–π‘– βˆ’ π‘‡π‘‡β„Žπ‘‘π‘‘π‘π‘π‘–π‘– οΏ½ ........................................................................... (2.11)

π‘žπ‘žπ‘…π‘… = �̇�𝑑𝑅𝑅 βˆ™ (β„Žπ‘–π‘–π‘–π‘– βˆ’ β„Žπ‘‘π‘‘π‘π‘π‘–π‘– )................................................................................... (2.12)

Dengan,

π‘žπ‘žπΆπΆ = Laju kalor yang dilepas oleh fluida sisi shell (kW)

π‘žπ‘žπ‘…π‘… = Laju kalor yang diterima oleh fluida sisi tube (kW)

�̇�𝑑𝐢𝐢 = Laju massa aliran fluida sisi shell (kg/s)

𝐢𝐢𝑃𝑃𝐢𝐢 = Panas spesifik fluida sisi shell (kJ/kgK)

π‘‡π‘‡β„Žπ‘–π‘–π‘–π‘– = Temperatur fluida masuk sisi shell (K)

π‘‡π‘‡β„Žπ‘‘π‘‘π‘π‘π‘–π‘– = Temperatur fluida keluar sisi shell (K)

�̇�𝑑𝑅𝑅 = Laju massa aliran fluida sisi tube (kg/s)

β„Žπ‘–π‘–π‘–π‘– = Enthalpy fluida masuk sisi tube (kJ/kg)

β„Žπ‘‘π‘‘π‘π‘π‘–π‘– = Enthalpy fluida keluar sisi tube (kJ/kg)

Dalam penukar kalor pada umumnya, laju perpindahan kalor yang dilepas fluida kerja

yang bertemperatur lebih tinggi sama dengan laju perpindahan kalor yang diterima oleh fluida

yang memiliki termperatur lebih rendah. Dan dimana besarnya laju perpindahan kalor didapatkan

melalui perhitungan nilai pembebanan refrigerasi pada ruangan, yang didapatkan sebesar π‘žπ‘žπ‘π‘ ,

sehingga:

π‘žπ‘žπ‘π‘ β‰ˆ π‘žπ‘žπΆπΆ β‰ˆ π‘žπ‘žπ‘…π‘… ................................................................................................. (2.13)

Sedangkan, laju perpindahan kalor berdasarkan metode LMTD dapat ditentukan dengan

Persamaan 2.14 :

π‘žπ‘ž = π‘ˆπ‘ˆ 𝐴𝐴 βˆ†π‘‡π‘‡π‘–π‘–π‘‘π‘‘ ................................................................................................. (2.14)

Dengan,

U = Koefisien perpindahan kalor total

A = Luasan penukar kalor

βˆ†π‘‡π‘‡π‘–π‘–π‘‘π‘‘ = LMTD

Besarnya dari koefisien perpindahan kalor total dihitung melalui persamaan 2.15.

π‘ˆπ‘ˆ = 1𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝𝑖𝑖 β„Žπ‘–π‘–

+𝑝𝑝𝑑𝑑𝑅𝑅𝑖𝑖𝑖𝑖𝑝𝑝𝑖𝑖

+𝑝𝑝𝑑𝑑 ln �𝑝𝑝𝑑𝑑 𝑝𝑝𝑖𝑖⁄ οΏ½

2π‘˜π‘˜ +𝑅𝑅𝑖𝑖𝑑𝑑 + 1β„Žπ‘‘π‘‘

............................................................ (2.15)

Dimana :

𝑝𝑝𝑑𝑑 = diameter luar tube (m)

𝑝𝑝𝑖𝑖 = diameter dalam tube (m)

β„Žπ‘–π‘– = perpindahan kalor pada sisi tube (W/m2K)

β„Žπ‘‘π‘‘ = perpindahan kalor pada sisi shell (W/m2K)

𝑅𝑅𝑖𝑖𝑖𝑖 = fouling resistence pada sisi tube (m2K/W)

𝑅𝑅𝑖𝑖𝑑𝑑 = fouling resistence pada sisi shell (m2K/W)

Dengan besarnya perpindahan panas pada masing-masing sisi dipengaruhi oleh bilangan

nusselt (𝑁𝑁𝑝𝑝) dan diameter (d). Menurut persamaan 2.16.

β„Ž = π‘π‘π‘π‘βˆ™ π‘˜π‘˜π‘π‘

...................................................................................................... (2.16)

Dimana :

k = konduktifitas panas fluida (W/mK)

Dalam kasus ini, ditentukan perancangan metode LMTD dengan penukar kalor counter

flow, yang dihitung berdasarkan grafik pada gambar 2.8.

βˆ†T1

βˆ†T2

Th1

Th2

Tc2 Tc1

Luasan Penukar Kalor yang diperlukan

Tem

pera

tur

Gambar 2.8 Grafik temperatur fluida kerja pada penukar kalor counter flow

Dimana, 𝑇𝑇𝐢𝐢1 = 𝑇𝑇𝐢𝐢2 = 𝑇𝑇𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 , hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh sistem evaporasi.

Dengan persamaan sebagai berikut :

βˆ†π‘‡π‘‡π‘–π‘–π‘‘π‘‘ = βˆ†π‘‡π‘‡1βˆ’βˆ†π‘‡π‘‡2

lnβˆ†π‘‡π‘‡1βˆ†π‘‡π‘‡2

....................................................................................... (2.17)

βˆ†π‘‡π‘‡π‘–π‘–π‘‘π‘‘ di atas merupakan nilai LMTD untuk penukar kalor counter flow yang memerlukan faktor

koreksi LMTD, sehingga persamaan menjadi :

π‘žπ‘ž = π‘ˆπ‘ˆ 𝐴𝐴 βˆ†π‘‡π‘‡π‘–π‘–π‘‘π‘‘ 𝐹𝐹 .............................................................................................. (2.18)

Dimana,

F = faktor koreksi LMTD untuk penukar kalor shell and tube satu laluan sisi shell dan laluan

sisi tube genap, ditentukan dengan grafik faktor koreksi LMTD

Gambar 2.9 Faktor koreksi shell and tube heat exchanger dengan jumlah laluan shell, satu dan

jumlah laluan tube, kelipatan dua.

Diperolehnya nilai koefisien perpindahan kalor, LMTD, dan faktor koreksi LMTD, maka

dapat diperoleh luasan penukar kalor yang diperlukan.

3. Daya Pompa

Dalam Tugas Akhir ini digunakan rumus umum dalam pencarian daya pompa, yaitu :

𝐡𝐡𝐡𝐡𝑃𝑃 = 𝛾𝛾 βˆ™ 𝑄𝑄 βˆ™ 𝐡𝐡𝑝𝑝𝑖𝑖𝑖𝑖 ............................................................................................ 2.19

Dimana,

𝛾𝛾 = berat jenis fluida (N/m3)

𝑄𝑄 = debit aliran fluida (m3/s)

𝐡𝐡𝑝𝑝𝑖𝑖𝑖𝑖 = Head effektif pompa (m), yang dipengaruhi oleh head kedalaman (𝐡𝐡𝑧𝑧) dan head loss

(𝐡𝐡𝑖𝑖)

Untuk pencarian head loss pompa (𝐡𝐡𝑖𝑖) dilakukan melalui pressure drop total yaitu :

𝐡𝐡𝑖𝑖 = βˆ†π‘ƒπ‘ƒπ‘–π‘–π‘‘π‘‘π‘–π‘–π›Ύπ›Ύ

............................................................................................................ 2.20

Presure drop total yang ada pada instalasi cold storage, dipengaruhi oleh :

1. Pressure Drop Komponen

βˆ†π‘ƒπ‘ƒπ‘˜π‘˜π‘‘π‘‘π‘‘π‘‘π‘π‘ = 4𝑖𝑖 πœŒπœŒπ‘ˆπ‘ˆ2

2βˆ‘οΏ½πΆπΆπ‘π‘

𝐢𝐢𝑖𝑖�........................................................................ 2.21

Dengan,

𝑖𝑖 = faktor gesek Fanning

𝑖𝑖 = 0.046 βˆ™ π‘…π‘…π‘π‘βˆ’0.2, untuk 3 Γ— 104 < 𝑅𝑅𝑝𝑝 < 106.................................. 2.22

𝑖𝑖 = 0.079 βˆ™ π‘…π‘…π‘π‘βˆ’0.25, untuk 4 Γ— 103 < 𝑅𝑅𝑝𝑝 < 105 ............................... 2.23

𝜌𝜌 = massa jenis fluida (kg/m3)

π‘ˆπ‘ˆ = kecepatan aliran (m/s)

𝐢𝐢𝑝𝑝𝐢𝐢𝑖𝑖

= panjang equivalent terhadap diameter pipa, yang didapatkan melalui tabel

Equivalent in pipe diameter of various valve and fittings (lampiran)

2. Pressure Drop Pipa

Untuk Pressure drop dari pipa, perumusan secara umum sama dengan Pressure drop dari

komponen, namun tidak dipengaruhi oleh panjang equivalent melainkan panjang dari

tube yang terpasang, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :

βˆ†π‘ƒπ‘ƒπ‘π‘π‘–π‘–π‘π‘π‘–π‘– = 4𝑖𝑖 οΏ½ 𝐢𝐢𝑝𝑝𝑖𝑖� πœŒπœŒπ‘ˆπ‘ˆ

2

2............................................................................. 2.24

3. Pressure Drop Chiller Water

Pressure drop ini merupakan pressure drop yang dalam Tugas Akhir ini berada dalam

sisi Shell, sehingga :

βˆ†π‘ƒπ‘ƒπ‘–π‘– = π‘–π‘–βˆ™πΊπΊπ‘–π‘–2 βˆ™(𝑁𝑁𝑏𝑏+1)βˆ™πΆπΆπ‘–π‘–βˆ™π‘£π‘£2Deπœ™πœ™π‘–π‘–

............................................................................ 2.25

Dengan,

𝑖𝑖 = exp(0.576 βˆ’ 0.19 ln𝑅𝑅𝑝𝑝) ............................................................... 2.26

πœ™πœ™π‘–π‘– = οΏ½πœ‡πœ‡π‘π‘πœ‡πœ‡π‘€π‘€οΏ½

0.14......................................................................................... 2.27

𝐺𝐺𝑖𝑖 = mass flux sisi Shell (kg/m2s)

𝑁𝑁𝑏𝑏 = Jumlah tube

𝐢𝐢𝑖𝑖 = Diameter internal shell (m)

De = Diameter Equivalent (m)

𝑣𝑣 = volume spesifik (m3/kg)

3. Performansi melalui Lumped Capacitance Method

Dalam Tugas Akhir ini, analisa performansinya sebatas dari pengaruh pembebanan ikan

berdasarkan perancangan cold storage terhadap waktu dan temperatur pendinginan. Sehingga

dipilih penggunaan lumped capacitance method untuk mengetahui gejala dari perancangan cold

storage ini.

KESIMPULAN

1. Estimasi nilai beban panas dari pendinginan ikan pada cold storage, ditunjukkan pada

Tabel 5.1 di bawah ini :

Tabel 5.1 Hasil Analisa Pembebanan Cold Storage

ITEM SATUAN NILAI JENIS PEMBEBANAN

Transmisi Watt 2652.79 Infiltrasi Watt 105.6 Produk kJ 1358191.2

WAKTU PENDINGINAN PRODUK

Time (beban ikan = 10 ton) jam 6.73

2. Hasil perancangan thermal chiller water dan daya pompa ditampilkan pada Tabel 5.2 di

bawah ini :

Tabel 5.2 Hasil Perancangan Chiller Water dan Perhitungan Daya Pompa

ITEM SATUAN NILAI

Chiller Water

Diameter Eksternal tube (do) m 0.03175 in 1.25

Tebal Tube m 0.004572 in 0.18

Tube Gauge BWG 7 Jumlah Tube (Nt) tube 162

Jumlah Laluan (Np) pass 8

Diameter Shell (Ds) m 0.635 in 25

Pitch size (Pt) m 0.0396875 in 1.5625

Jarak antar Baffle (B) m 0.1 Pressure drop shell Pa 1479.9848 Pressure drop tube Pa 763.44385 Panjang Tube (L) m 1.54

ITEM SATUAN NILAI

Pompa Pressure drop komponen Pa 41.9

Pressure drop pipa Pa 162.4 Pressure drop heat exchanger Pa 1479.9848

Pressure drop total Pa 1684.3 Head kedalaman m 2.5

Head loss m 0.17 Head effektif (Heff) m 2.67

Debit aliran (Q) m3/s 0.0019111 Break Horse Power (BHP) Watt 51.2

3. Hasil dari analisa performansi adalah sebagai berikut :

a. Pada saat nelayan istirahat, penggunaan sistem palka (Balok Es) untuk kondisi

cold storage penuh menghasilkan temperatur akhir yang lebih rendah dari

penggunaan sistem cold storage. Terlihat pada tabel berikut :

Tabel 5.3 Perbandingan temperatur akhir penggunaan sistem cold storage dengan

sistem palka sewaktu nelayan istirahat

Temperatur akhir setelah selesai istirahat (oC) cold storage palka hari pertama 4.07 17.63 hari ke-14 2.88 -0.70

b. Penambahan ikan di setiap tangkapan mengakibatkan peningkatan temperatur

cold storage tetapi temperatur tersebut cenderung menurun dari tangkapan

sebelumnya. Terlihat pada tabel berikut :

Tabel 5.4 Penurunan temperatur pada saat setiap kali tangkapan

Tangkapan Temperatur (oC)

hari pertama hari ke-14 I 1.036 0.297 II 0.261 0.177 III 0.240 0.170 IV 0.237 0.169

c. Penambahan ikan dalam cold storage akan memperlambat laju pendinginan ikan.

Terlihat pada tabel 5.5 dibawah ini :

Tabel 5.5 Waktu pendinginan pada setiap tangkapan

Temperatur Akhir (oC) Untuk Pendinginan tiap 3 Jam

hari pertama hari ke-14 I 0.02 0.01 II 0.0 0.01 III 0.0 0.01 IV 0.0 0.01