klp. 7
DESCRIPTION
hgjhgfdddsvhbiuytfgvfcgfcfcfrdsdxvhbhguygjbhghgfgvgvg vgfdtyfdfrdtrdrdtrdghftfdfcdfdrdddfddsdsdsfdftrdrdrfbhbhjjhjhjhggb bhghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhgggggggggggggggggggggggggggggggttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttTRANSCRIPT
KEBIJAKAN KESEHATAN NASIONAL
KEBIJAKAN PONED DAN PONEK
KELOMPOK 7
DIV KEPERAWATAN TINGKAT I SEMESTER II
1 Ni Kadek Ariyastuti (P07120214007)
2 Putu Epriliani (P07120214010)
3 I Gusti Ayu Cintya Adianti (P07120214012)
4 Ni Putu Novia Indah Lestari (P07120214016)
5 Kadek Poni Marjayanti (P07120214026)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN AJARAN 2015
I. PONED
1.1 Pengertian PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar)
PONED merupakan kepanjangan dari Pelayanan Obstetri Neonatus
Emergensi Dasar. PONED dilakukan di Puskesmas induk dengan
pengawasan dokter. Petugas kesehatan yang boleh memberikan PONED
yaitu dokter, bidan, perawat dan tim PONED Puskesmas beserta
penanggung jawab terlatih.
PONED menurut Depkes (2004) merupakan pelayanan untuk
menanggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang
meliputi segi:
1. Pelayanan Obstetri: pemberian oksitosin parenteral, antibiotika
parenteral dan sedative parenteral, pengeluaran plasenta
manual/kuret serta pertolongan persalinan menggunakan
vakum ekstraksi/forceps ekstraksi.
2. Pelayanan Neonatal: resusitasi untuk bayi asfiksia, pemberian
antibiotik parenteral, pemberian phenobarbital untuk mengatasi
ikterus, pemeriksaaan thermal control untuk mencegah
hipotremia dan penanggulangan gangguan pemberian nutrisi.
Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar dapat dilayani oleh
puskesmas yang mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk penanganan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Puskesmas PONED
merupakan puskesmas yang siap 24 jam, sebagai rujukan antara kasus-
kasus rujukan dari polindes dan puskesmas. Polindes dan puskesmas non
perawatan disipakan untuk melakukuan pertolongan pertama gawat darurat
obstetri dan neonatal (PPGDON) dan tidak disiapkan untuk melakukan
PONED.
1.2 Puskesmas PONED
Puskesmas PONED memiliki kesiapan kemampuan untuk
memberikan pelayanan langsung terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, bayi baru lahir baik yang datang sendiri atau atas rujukan
kader/masyarakat, bidan desa dan puskesmas. Puskesmas PONED dapat
melakukan pengelolaan kasus dengan komplikasi tertentu sesuai dengan
tingkat kewenangan dan kemampuannya atau melakukan rujukan pada RS
PONEK ( Depkes RI, 2004).
1.3 Kebijakan PONED
Kebijakan pembentukan puskesmas PONED disebabkan karena
komplikasi obstetri harus segera ditangani dalam waktu kurang dari 2 jam,
misalnya pendarahan yang harus ditangani kurang dari 2 jam, sehingga
perlu adanya fasilitas kesehatan yang mudah dijangkau. Menurut pedoman
pengembangan PONED ( Depkes RI, 2004) disebutkan mengenai
kebijaksanaan Puskesmas mampu PONED yaitu:
1. Kriteria
a. Puskesmas dengan sarana pertolongan persalinan diutamakan
puskesmas dengan tempat perawatan dengan ruang rawat inap.
b. Puskesmas sudah berfungsi untuk pertolongan persalinan.
c. Mempunyai fungsi subcenter rujukan:
1. Melayani sekitar 50.000-100.000 penduduk yang tercakup oleh
puskesmas ( termasuk penduduk di luar wilayah kerja
puskesmas mampu PONED).
2. Jarak tempuh dari lokasi pemukiman sasaran pelayanan dasar
dan puskesmas biasa ke puskesmas mampu PONED paling
lama 1 jam dengan transportasi umum setempat, mengingat
waktu pertolongan hanya 2 jam untuk untuk kasus perdarahan.
d. Jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang perlu tersedia, sekurang-
kurangnya seorang dokter dan seorang bidan yang terlatih GDON
dan seorang perawat terlatih PPGDON. Tenaga tersebut bertempat
tinggal disekitar lokasi puskesmas mampu PONED.
e. Jumlah dan jenis sarana kesehatan yang perlu tersedia sekurang-
kurangnya:
1. Alat dan obat pendukung
2. Ruangan tempat menolong persalinan
a. Luas minimal 3x3 m
b. Ventilasi dan penerangan yang memenuhi persyaratan
c. Sarana aseptik bisa dilaksanakan.
d. Tempat tidur minimal 2 buah dan dapt dipergunakan
untuk melaksanakan tindakan.
f. Air bersih tersedia
g. Kamar mandi/ WC tersedia
Jenis pelayanan yang diberikan dikaitkan dengan kematian ibu yang utama
yaitu perdarahan, eklampsia, infeksi, partus lama, abortus dan sebab kematian
neonatal yang utama yaitu asfiksia, tetanus neonatorum dan hipotermi.
1. Penanggung jawab PONED
Penanggung jawab puskesmas PONED adalah seorang dokter.
2. Dukungan pihak terkait
Pihak terkait dalam pengembangan PONED yaitu Dinas Kesehatan
kabupaten/kota, RS kabupaten/kota, organisasi profesi yaitu IDI,IBI,
POGI,IDAI dan lembaga swadaya masyarakat.
3. Distribusi PONED
Tiap kabupaten minimal ada 4 puskesmas mampu PONED dengan sebaran
yang merata. Jangkauan pelayanan kesehatan diutamakan gawat darurat
obstetri dan neonatal diseluruh wilayah kabupaten kota.
4. Kerjasama PONED
Pada lokasi yang berbatasan dengan kabupaten//kota perlu dilakukan
kerjasama antara kedua kabupaten/kota.
1.4 Langkah Pengembangan PONED
1. Persiapan
a. Diseminasi Informasi
Tujuan dari diseminasi informasi adalah agar semua pihak yang
terkait dengan PONED mempunyai persepsi yang sama dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
pengembangan PONED, dan agar pengembangan PONED bisa
optimal dan adanya komitmen lintas program Dinas Kesehatan
kabupaten, RS kabupaten yang akan melibatkan para dokter
spesialis kandungan dan spesialis anak.
Upaya yang dilakukan oleh puskesmas mampu PONED untuk
meningkatan cakupan pelayanan KIA dalam wilayah kerjanya
yaitu:
1. Cakupan pelayanan kebinan (dalam satu tahun) dalam wilayah
kerja Puskesmas:
K1 harus ≥95% dan K4 ≥ 90%
Kunjungan neonatal 7-28 hari 90%
Cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan 90%
Cakupan penanganan komplikasi obstetri dan neonatal
100%.
Cakupan penanganan komplikasi obstetri dan neonatal
yang selamat 100%
2. Perkiraan jumlah komplikasi obstetri
Perkiraan jumlah komplikasi obstetri dan neonatal per tahun di
wilayah kabupaten/kota akan dapat memberikan gambaran
mengenai persiapan yang diperlukan untuk menanganinya.
3. Tenaga
Jumlah dan jenis tenaga di puskesmas yang dapat
memberikan pelayanan kebidanan dan neonatal yaitu
minimal seorang dokter, bidan dan perawat termasuk
pengaturan penempatan, pemanfaatan dari fungsi
mereka dalam melaksanakan pelayanan kebidanan dan
neonatal.
Tenaga tersebut diatas sudah terlatih PONED.
Semua tenaga tersebut harus siap memberi pelayanan
kegawatdaruratan selama 24 jam dengan didukung oleh
RS PONEK yang siap melayani rujukan selama 24 jam.
2. Membangun Kesepakatan
Terjadi persamaan persepsi tentang kebutuhan puskesmas PONED
dalam rangka mendekatkan pelayanan GDON kepada sasaran, dalam
rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB. Dari berbagai
pertemuan analisis tim kabupaten/kota tersebut, diharapkan terbentuk
kesepakatan menyangkut upaya-upaya pelayanan KIA.
3. Pelatihan klinis obstetri dan neonatal berbasis kompetensi
Dalam melaksanakan PONED diperlukan kompetensi/keterampilan
yang sesuai dengan pelayanan yang diberikan baik untuk ibu maupun
untuk bayinya, sehingga semua pelayanan PONED harus menguasai
minimal 85% dari langkah-langkah baku yang terdapat pada modul
“Ketrampilan Klinik”.
1.5 Pelaksanaan PONED
1. Persiapan pelaksanaan
Dalam tahap ini ditentukan biaya operasional PONED, lokasi
pelayanan emergensi di puskesmas, pengaturan petugas dalam
memberikan pelayanan gawat darurat obstetri dan neonatal,
format-format rujukan, pencatatan dan pelaporan.
2. Sosialisasi
Dalam sosialisasi yang perlu diketahui oleh masyarakat antara lain
adalah jenis pelayanan yang diberikan dan biaya pelayanan.
Pemasaran sosial dapat dilaksanakan antara lain oleh petugas
kesehatan dan sektor terkait dari tingkat kecamatan sampai desa
antara lain dusun, kader, satgas GSI melalui berbagai forum yang
ada seperti rapat koordinasi tingkat kecamatan/desa, lokakarya
mini, dan lain-lain.
3. Pelaksanaan rujukan
a) Masyarakat dapat langsung ke fasilitas pelayanan untuk
mendapatkan pelayanan PPGDON
b) Bidan di desa atau bidan praktek swasta memberikan pelayanan
langsung kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas baik yang
datangsendiri atau yang dirujuk oleh kader maupun dukun.
Setelah memberikan pertolongan persalinan bidan di desa dapat
merujuk ke puskesmas, puskesmas mampu PONED, RS
mampu PONEK dengan persiapan yang memadai.
c) Puskesmas yang belum mampu PONED, sekurang-kurangnya
mampu meberikan PPGDON terhadap ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas yang datang secara langsung atau dirujuk oleh kader
atau dukun dan bidan desa serta mempersiapkan rujukan ke
puskesmas mampu PONED dan RS mampu PONEK.
d) Puskesmas yang mampu poned dapat memberikan pelayanan
kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang datang sendiri
atau dirujuk oleh kader atau dukun, bidan desa dan puskesmas.
Komplikasi yang tidak bisa ditangani di puskesmas mampu
PONED dirujuk ke RS mampu PONEK.
e) RS PONEK memberikan pelayanan kepada ibu hamil, ib
bersalin, ibu nifas yang datangsendiri atau yang dirujuk oleh
kader atau dukun, puskesmas, puskesmas mampu PONED. Bila
memungkinkan RS PONEK diberitahu tentang kedatangan
kasus yang akan dirujuk.
1.6 Pencatatan dan Pelaporan
Format-format yang digunakan yaitu :
1. Sistem informasi manajemen puskesmas (SP3)
2. KMS ibu hamil/buku KIA
3. Register kohort ibu dan bayi
4. Partograf
5. Format AMP
6. Format laporan puskesmas mampu PONED untuk rujukan
7. Format pencatatan puskesmas mampu PONED
8. Format puskesmas mampu PONED untuk rujukan bayi
1.7 Pemantauan dan evaluasi
1. Pemantauan dengan memafaatkan laporan dan umpan balik yang
tujuannya untuk menindak lanjuti berbagai masalah yang
ditemukan dalam pelaksanaan PONED
2. Supervisi dilakukan secara berjenjang dan terpadu dengan pihak
terkait seperti RS PONEK dan sesuai dengan kebutuhan.
Sedangkan supervisi fasilitatif dilakukan oleh DSOG, DSA
bersama dengan pengelola program KIA Evaluasi dilakukan pada
tiap semester. Hasil evaluasi ini akan disampaikan kepada pihak
terkait baik lintas program maupun lintas sektor untuk mencari
pemecahan masalah dan tindak lanjut.
1.8 Hambatan dan Kendala dalam Penyelenggaraan PONED
Hambatan dan kendala dalam penyelenggaraan PONED dan yaitu:
a. Mutu SDM yang rendah
b. Sarana prasarana yang kurang
c. Ketrampilan yang kurang
d. Koordinasi antara Puskesmas PONED dan RS PONEK dengan
Puskesmas Non PONED belum maksimal
e. Kebijakan yang kontradiktif (UU Praktek Kedokteran)
f. Pembinaan terhadap pelayanan emergensi neonatal belum
memadai
1.9 Faktor Pendukung Keberhasilan PONED Puskesmas
a. Adanya Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JKRS, Jamkesmas)
b. Sistem rujukan yang mantap dan berhasil
c. Peran serta aktif bidan desa
d. Tersedianya sarana/prasarana, obat dan bahan habis pakai
e. Peran serta masyarakat, LSM, lintas sektoral dan Stage Holder
yang harmonis.
f. Peningkatan mutu pelayanan perlu menyesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta
kebutuhan masyarakat dan sesuai dengan standart pelayanan
minimal.
II. PONEK
2.1 Pengertian PONEK (Pelayanan obstetric dan neonatal emergensi
komprehensif)
Ponek adalah pelayanan obstetri neonatal esensial / emergensi
komperhensif. Tujuan utama mampu menyelamatkan ibu dan anak baru
lahir melelui program rujukan berencana dalam satu wilayah kabupaten
kotamadya atau provinsi.
2.2 Program PONED dan PONEK
Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial Dasar (PONED) dilakukan
di Puskesmas induk dengan pengawasan dokter. Petugas kesehatan yang
boleh memberikan PONED yaitu dokter, bidan, perawat dan tim PONED
Puskesmas beserta penanggung jawab terlatih. Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dapat dilayani oleh puskesmas yang
mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk penangan kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal dasar. Puskesmas PONED merupakan Puskesmas
yang siap 24 jam, sebagai rujukan antara kasus-kasus rujukan dari
Polindes dan Puskesmas. Polindes dan Puskesmas non perawatan
disipakan untuk melakukan pertolongan pertama gawat darurat obstetri
dan neonatal (PPGDON) dan tidak disiapkan untuk melakukan PONED.
Pelayanan Obstetri Neonatus Essesnsial Komprehensif
(PONEK) merupakan pelayanan yang dilakukan di rumah sakit yang
mempunyai fasilitas yang memadai. PONEK dan PONED diadakan
bertujuan untuk menghindari rujukan yang lebih dari 2 jam dan untuk
memutuskan mata rantai rujukan itu sendiri.
Rumah sakit PONEK menerima rujukan dari puskesmas PONED
apabila terdapat kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang
memerlukan penanganan seksio sesarea dan pemberian transfusi darah.
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK)
dilaksanakan di rumah sakit dengan kemampuan untuk memberikan
pelayanan 24 jam. Kesiapan sarana rumah sakit meliputi ruang kebidanan
dengan fasilitas gawat darurat untuk memberikan pelayanan terhadap
kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal, neonatal risiko tinggi,
pelayanan transfusi darah, tindakan operasi seksio sesaria.
RS PONEK 24 Jam adalah RS yang memiliki kemampuan serta
fasilitas PONEK siap 24 jam untuk meberikan pelayanan terhadap ibu
hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir dengan nkomplikasi baik yang
datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di desa,
Puskesmas dan Puskesmas PONED. Penanganan definitif adalah
penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan
permaslahan setiap kasus komplikasi kebidanan.
2.3 Kriteria RS PONEK 24 Jam
1. Ada dokter jaga yang terlatih di UGD untuk mengatasi kasus emergensi
baik secara umum maupun emergency obstetrik – neonatal.
2. Dokter, bidan dan perawat telah mengikuti pelatihan tim PONEK di
rumah sakit meliputi resusitasi neonatus, kegawat-daruratan obstetrik dan
neonatus.
3. Mempunyai Standar Operating Prosedur penerimaan dan penanganan
pasien kegawat-daruratan obstetrik dan neonatal.
4. Kebijakan tidak ada uang muka bagi pasien kegawat-daruratan obstetrik
dan neonatal.
5. Mempunyai prosedur pendelegasian wewenang tertentu.
6. Mempunyai standar respon time di UGD selama 10 menit, di kamar
bersalin kurang dari 30 menit, pelayanan darah kurang dari 1 jam.
7. Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam) untuk melakukan
operasi, bila ada kasus emergensi obstetrik atau umum.
8. Tersedia kamar bersalin yang mampu menyiapkan operasi dalam waktu
kurang dari 30 menit.
9. Memiliki kru/awak yang siap melakukan operasi atau melaksanakan
tugas sewaktu-waktu,meskipun on call.
10. Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK, antara lain
dokter kebidanan, dokter anak, dokter / petugas anestesi, dokter penyakit
dalam, dokter spesialis lain serta dokter umum, bidan dan perawat.
11. Tersedia pelayanan darah yang siap 24 jam.
12. Tersedia pelayanan penunjang lain yang berperan dalam PONEK, seperti
Laboratorium dan Radiologi selama 24 jam, recovery room 24 jam, obat
dan alat penunjang yang selalu siap tersedia.
2.4 Kriteria Khusus
a. Sumber daya manusia
Memiliki tim PONEK esensial yang terdiri dari :
1. 1 dokter Spesialis Kebidanan Kandungan
2. 1 dokter spesialis anak
3. 1 dokter di Unit Gawat Darurat
4. 3 orang bidan ( 1 koordinator dan 2 penyelia)
5. 2 orang perawat
Tim PONEK Ideal ditambah :
1. 1 Dokter spesialis anesthesi / perawat anesthesi
2. 6 Bidan pelaksana
3. 10 Perawat (tiap shift 2-3 perawat jaga)
4. 1 Petugas laboratorium
5. 1 pekarya kesehatan
6. 1 Petugas administrasi
2.5 Lingkup Pelayanan Rumah Sakit Ponek 24 Jam
Ruang lingkup RS PONEK akan disesuaikan dengan kelas dari masing-
masing Rumah Sakit. Adapun pelayanan kesehatan maternal dan neonatal pada
PONEK terbagi atas 4 kelas, antara lain:
- PONEK Rumah Sakit Kelas D dan C
1) Pelayanan Kesehatan Maternal Fisiologis
a) Pelayanan Kehamilan
b) Pelayanan Persalinan
c) Pelayanan Nifas
2) Pelayanan Kesehatan Neonatal Fisiologis
a) Asuhan Bayi Baru Lahir (Level I --> Asuhan Dasar Neonatal/Asuhan
Neonatal Normal). Fungsi Unit :
o Resusitasi neonates
o Rawat gabung bayi sehat – ibu
o Asuhan evaluasi pascalahir neonatus sehat
o Stabilisasi dan pemberian asuhan bayi baru lahir usia kehamilan
35-37 minggu yg stabil secara fisiologis
o Perawatan neonatus usia kehamilan <35 minggu atau neonatus
sakit
o sampai dapat pindah ke fasilitas asuhan neonatal spesialistik
o Stabilisasi neonatus sakit sampai pindah ke fasilitas asuhan
neonatal spesialistik
o Terapi sinar
b) Kriteria Rawat Inap Neonatus
Neonatus normal, stabil, cukup bulan dengan berat lahir ≥ 2,5
kg
Neonatus hampir cukup bulan (masa kehamilan 35-37 mgg),
stabil secara fisiologis, bayi dengan risiko rendah
Imunisasi dan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK)
3) Pelayanan Kesehatan Maternal Risiko Tinggi.
a) Masa antenatal
Perdarahan pada kehamilan muda
Nyeri perut dalam kehamilan muda dan lanjut
Gerak janin tidak dirasakan
Demam dalam kehamilan dan persalinan
Kehamilan Ektopik (KE) dan Kehamilan Ektopik Terganggu
(KET)
Kehamilan dengan nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang
dan atau koma, tekanan darah tinggi.
b) Masa intranatal
Induksi oksitosin pada hamil lewat waktu, IUFD
Pelayanan terhadap syok
Penanganan pecah ketuban
Penanganan persalinan lama
Persalinan dengan parut uterus
Gawat janin dalam persalinan
Penanganan malpresentasi dan malposisi
Penanganan distosia bahu
Penanganan prolapsuus tali pusat
Kuret pada blighted ovum/kematian medis, abortus inkomplit --
> mola hidatosa
Aspirasi vakum manual
Ekstraksi cunam
Seksio sesarea
Episiotomy
Kraniotomi dan kraniosentesis
Plasenta manual
Perbaikan robekan serviks
Perbaikan robekan vagina dan perineum
Perbaikan robekan dinding uterus
Reposisi Inversio uteri
Melakukan penjahitan
Histerektomi
Ibu sukar bernafas/ sesak
Kompresi bimanual dan aorta
Ligasi arteri uterine
Bayi baru lahir dengan asfiksia
Penanganan BBLR
Resusitasi bayi baru lahir
Anestesia umum dan lokal untuk seksio sesaria
Anestesia spinal, ketamin
Blok paraservikal
Blok pudendal
IUD post plasenta
IUD durante seksio sesarea
c) Masa Post Natal
Masa nifas
Demam pasca persalinan/ infeksi nifas
Perdarahan pasca persalinan
Nyeri perut pasca persalinan
Keluarga Berencana
4) Pelayanan Kesehatan Neonatal dengan Risiko Tinggi (minimal level II
B)
a) Asuhan bayi baru lahir
Level II: Asuhan Neonatal dengan Ketergantungan Tinggi (Ruang Rawat
Neonatus Asuhan Khusus)
Level II A: Pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar (sesuai
dengan kemampuan pelayanan puskesmas/PONED). Fungsi Unit:
o Resusitasi dan stabilisasi bayi prematur dan/atau sakit, termasuk
memberikan bantuan CPAP (Continuous Positive Airway
Pressure) dalam jangka waktu < 24 jam, atau sebelum pindah ke
fasilitas asuhan intensif neonatus.
o Pelayanan bayi yang lahir dengan usia kehamilan > 32 mgg dan
berat lahir > 1500 gr yang memiliki ketidakmampuan fisiologis
seperti apnea, prematur , tidak mampu menerima asupan oral,
menderita sakit yg tidak diantisipasi sebelumnya dan
membutuhkan pelayanan sub spesialistik dlm waktu mendesak.
o Oksigen nasal dengan pemantau saturasi oksigen Infus intravena
perifer dan nutrisi parenteral untuk jangka waktu terbatas
o Memberikan asuhan bayi dalam masa penyembuhan pasca
perawatan intensif .
Level II B: Pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif
(sesuai dengan kemampuan standar PONEK). Fungsi Unit:
o Kemampuan unit perinatal level II A ditambah dengan tersedianya
ventilasi mekanik selama jangka waktu singkat (<24 jam) dan
CPAP (Continuous Positive Airway Pressure)
o Infus intravena, nutrisi parenteral total, jalur sentral menggunakan
tali pusat dan jalur sentral melalui intravena per kutan
Kriteria Rawat Inap
o Bayi prematur > 32 mgg
o Bayi dari ibu dengan Diabetes
o Bayi yg lahir dari kehamilan berisiko tinggi atau persalinan dengan
komplikasi
o Gawat napas yg tidak memerlukan ventilasi bantuan
o Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) >1,5 kg
o Hiperbilirubinemia yang perlu terapi sinar
o Sepsis neonatorum
o Hipotermia
5) Pelayanan Ginekologis
a) Kehamilan ektopik
b) Perdarahan uterus disfungsi
c) Perdarahan menoragia
d) Kista ovarium akut
e) Radang Pelvik akut
f) Abses pelvic
g) Infeksi saluran Genitalia
h) HIV-AIDS
6) Perawatan Khusus / High Care Unit dan Tranfusi Darah
7) Pelayanan Penunjang Medik
a) Pencitraan
Unit ini harus berfungsi untuk diagnosis Obstetri dan Neonatus
Radiologi, dinamik portable
USG Ibu dan Neonatal
b) Laboratorium bekerja sama dengan Laboratorium Pusat
Unit ini harus berfungsi untuk melakukan tes laboratorium dalam
penanganan kedaruratan maternal dalam pemeriksaan hemostasis penunjang untuk
pre eklampsia dan neonatal.
Pemeriksaan rutin darah, urin
Septic marker untuk infeksi neonatus yaitu DPL (Darah Perifer Lengkap),
CRP (C-Reactive Protein), IT ratio, kultur darah, kultur urin, kultur pus.
Pemeriksaan gula darah, bilirubin, elektrolit, AGD.
c) TPNM (Total Parenteral Nutrition and Medication)
Pada bayi prematur, bayi sakit dan pasca operasi yang tidak mendapat
nutrisi enteral adekuat memerlukan dukungan nutrisi parenteral. Hal
ini untuk mengurangi kesakitan dan agar bayi tetap bertumbuh dengan
memperhatikan komplikasi yang mungkin menyertai.
Mencegah balans negatif energi dan nitrogen.
Mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit & fungsi metabolic.
d) Ruang BMHP (Bahan Medis Habis Pakai)
e) Ruang Pencucian dan Penyimpanan alat steril yang sudah dibersihkan
Area membersihkan alat merupakan tempat yang digunakan untuk
membersihkan alat yang kotor untuk didekontaminasi tingkat tinggi/
sterilisasi. Area penyimpanan alat bersih merupakan tempat yang digunakan
untuk menyimpan alat kedokteran yang sudah dibersihkan/ didekontaminasi
tinggak tinggi/steril dan siap pakai.
f) Ruang Menyusui bagi ibu yang bayinya masih dirawat dan tempat
penyimpanan ASI perah.
g) Klinik Laktasi.
h) Ruang Susu
Dapur susu merupakan tempat yang digunakan untuk menyiapkan susu
formula bagi neonatus. Dapur susu terdiri dari 2 ruang yaitu ruang penyimpanan
dan ruang persiapan yang digabung menjadi satu ruang. Ruang Penyimpanan :
Ruangan mampu menampung rak-rak penyimpanan
Ruangan terletak tidak jauh dari ruang persiapan
Barang-barang disimpan pada rak dan tidak langsung di atas lantai
Suhu penyimpanan berkisar 10-150C dan dimonitor setiap hari
Rotasi barang berdasarkan sistem FIFO (First In First Out)
Petugas mengisi kartu stok setiap kali mengeluarkan dan memasukkan
barang ke dalam rak penyimpanan
Ruang Persiapan :
Petugas menggunakan perlengkapan APD secara lengkap pada saat berada
di ruang persiapan
Petugas mencuci tangan dengan sabun dan/atau dengan cairan desinfektan
sebelum bekerja
Petugas membersihkan meja kerja dengan cairan desinfektan
Selama persiapan susu, pintu ruang persiapan harus selalu tertutup dan
yang boleh berada di dalam ruang hanya petugas gizi yang bertugas
menyiapkan susu
Ruang Pencucian:
Ruang pencucian memiliki akses yang terpisah untuk membawa botol kotor dari
ruangan dan botol bersih dari ruang pencucian.
-PONEK Rumah Sakit Kelas B
1) Pelayanan Kesehatan Maternal Fisiologis
a) Pelayanan Kehamilan
b) Pelayanan Persalinan normal dan Persalinan dengan tindakan operatif
c) Pelayanan Nifas
d) Klinik Laktasi
2) Pelayanan Kesehatan Neonatal Fisiologi (lihat RS kelas C)
3) Pelayanan Kesehatan Maternal Risiko Tinggi
a) Masa antenatal
Perdarahan pada kehamilan muda / abortus
Nyeri perut dalam kehamilan muda dan lanjut / kehamilan ektopik
Kehamilan Ektopik (KE) & Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Hipertensi, Preeklamsi / Eklamsi
Perdarahan pada masa Kehamilan
Kehamilan Metabolik
Kelainan Vaskular / Jantung
Janin mati dalam rahim dengan komplikasi
b) Masa intranatal
Persalinan dengan parut uterus
Persalinan dengan distensi uterus
Gawat janin dalam persalinan
Pelayanan terhadap syok
Ketuban pecah dini
Persalinan macet
Induksi dan akselerasi persalinan
Aspirasi vakum manual
Ekstraksi Cunam
Seksio sesarea
Episiotomi
Kraniotomi dan kraniosentesis
Malpresentasi dan malposisi
Distosia bahu
Prolapsus tali pusat
Plasenta manual
Perbaikan robekan serviks
Perbaikan robekan vagina dan perineum
Perbaikan robekan dinding uterus
Reposisi Inversio Uteri
Histerektomi
Sukar bernapas
Kompresi bimanual dan aorta
Dilatasi dan kuretase
Ligase arteri uterine
Anestesia umum dan lokal untuk seksio sesaria
Anestesia spinal, ketamin
Blok pudendal
c) Masa Post Natal
Masa nifas
Demam pasca persalinan/ infeksi nifas
Perdarahan pasca persalinan
Nyeri perut pasca persalinan
Keluarga Berencana
4) Pelayanan Kesehatan Neonatal dengan Risiko Tinggi (minimal level II
B)
a) Asuhan bayi baru lahir
Level II: Asuhan Neonatal dengan Ketergantungan Tinggi (Ruang Rawat
Neonatus Asuhan Khusus)
Level II B: Pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif
(sesuai dengan kemampuan standar PONEK) --> (lihat RS kelas C)
Level III: Perawatan Neonatal Intensif
5) Pelayanan Ginekologis
a) Kehamilan Ektopik
b) Perdarahan uterus disfungsi
c) Perdarahan menoragia
d) Kista ovarium akut
e) Radang Pelvik akut
f) Abses Pelvik
g) Infeksi Saluran Genitalia
h) HIV – AIDS
6) Perawatan Khusus / High Care Unit dan Tranfusi Darah
7) Pelayanan Penunjang Medik
a) Pelayanan Darah
Jenis Pelayanan
o Merencanakan kebutuhan darah di RS
o Menerima darah dari UTD yang telah memenuhi syarat uji saring (non
reaktif) dan telah dikonfirmasi golongan darah
o Menyimpan darah dan memantau suhu simpan darah
o Memantau persediaan darah harian/mingguan
o Melakukan pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus pada darah
donor dan darah resipien
o Melakukan uji silang serasi antara darah donor dan darah recipient
o Melakukan rujukan kesulitan uji silang serasi dan golongan darah ABO/
rhesus ke Unit Tranfusi Darah / UTD secara berjenjang.
o Melakukan tes lab: infeksi VDRL, hepatitis, HIV.
Tempat Pelayanan (Bank darah rumah sakit / BDRS)
Kompetensi
o Mempunyai kemampuan manajemen pengelolaan tranfusi darah dan Bank
Darah Rumah Sakit.
o Mempunyai sertifikasi pengetahuan dan keterampilan tentang:
Tranfusi darah
Penerimaan darah
Penyimpanan darah
Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan uji silang serasi
Pemantapan mutu internal
Pencatatan, pelaporan, pelacakan dan dokumentasi
Kewaspadaan universal (universal precaution)
Sumber Daya Manusia
Dokter
Para medis Teknologi Tranfusi Darah (PTTD)
Tenaga administrator
Pekarya
Ruang Pelayanan Darah
Diperlukan ruang 25 m2, berisi lemari pendingin, meja kursi, lemari, telepon,
kamar petugas, dsb.
Falilitas Peralatan
Memiliki peralatan sesuai dengan standar minimal peralatan maternal dan
neonatal. Bagi Rumah sakit yang tidak memiliki fasilitas unit tranfusi darah /
Bank darah dianjurkan untuk membuat kerjasama dengan penyedia fasilitas
tersebut.
b) Perawatan Intermediate / Intensif
Jenis Pelayanan
o Pemantauan terapi cairan
o Pengawasan gawat nafas/Ventilator
o Perawatan sepsis
Tempat Pelayanan (Unit Perawatan Intensif)
Kompetensi
o Pelayanan pengelolaan resusitasi segera untuk pasien gawat, tunjangan
kardio-respirasi jangka pendek dan mempunyai peran memantau serta
mencegah penyulit pada pasien medik dan bedah yang beresiko.
o Ventilasi mekanik dan pemantauan kardiovaskuler sederhana.
Sumber Daya Manusia
o Dokter jaga 24 jam dengan kemampuan melakukan resusitasi jantung
paru.
o Dokter Spesialis Anestesiologi
Ruang Pelayanan (Ruang pelayanan Intensif (ICU) 75 m2)
c) Pencitraan
Radiologi, termasuk rontgen portable
USG Ibu dan Neonatal
MRI/CT-scan
Kesimpulan
Dari paparan di atas dapat kami simpulkan bahwa PONED adalah
pelayanan untuk menanggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri
dan neonatal dan umumnya Puskesmas mampu PONED. Pelayanan
Obstetri Neonatus Essensial Dasar (PONED) dilakukan di Puskesmas
induk dengan pengawasan dokter. Petugas kesehatan yang boleh
memberikan PONED yaitu dokter, bidan, perawat dan tim PONED
Puskesmas beserta penanggung jawab terlatih sedangkan PONEK adalah
Pelayanan Obstetri Neonatus Essesnsial Komprehensif
(PONEK) merupakan pelayanan yang dilakukan di rumah sakit yang
mempunyai fasilitas yang memadai. PONEK dan PONED diadakan
bertujuan untuk menghindari rujukan yang lebih dari 2 jam dan untuk
memutuskan mata rantai rujukan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Academia.2012.Buku Pedoman PONEK. www.academia.edu/.../49751358-Buku-
Panduan-Pembinaan-dan-Penilai ( 11 Maret 2015 pukul 15.25 WITA)
Apriskilla. 2013. Pengertian PONED dan PONEK.
http://mariskapriskilla.wordpress.com/2013/06/12/pengertian-poned-ponek/
(11 Maret 2015 pukul 14.30 WITA)
Anonym.2014.Peningkatan Efektifitas Kinerja PONED dan PONEK. http://rsud.rejanglebongkab.go.id/workshop-peningkatan-efektivitas-kinerja-poned-dan-ponek/ (11Maret 2015 pukul 14.45 WITA)
Depkes.2004.PONED.http://www.depkes.go.id/downloads/Phbs.pdf) (11 Maret
2015 pukul 15.14 WITA)
Lusiana,Atilda.2012.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kasus
Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal oleh Bidan Desa ke
Puskesmas.Jakarta:Universitas Indonesia