kliping pkn

16
KLIPING PKn BENCANA ALAM, KEMIKINAN, dan KELAPARAN SELVINCE KOAMESAH XI IPA II SMA NEGERI 1 ROTE BARAT LAUT OEMILAL 2015

Upload: adythia-fernando-internazionale-milano

Post on 23-Dec-2015

59 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KLIPING PKn

BENCANA ALAM, KEMIKINAN, dan KELAPARAN

SELVINCE KOAMESAH

XI IPA II

SMA NEGERI 1 ROTE BARAT LAUT

OEMILAL

2015

Bencana Memicu Kemiskinan Baru

 

Sejumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia sejak awal satu tahun terakhir telah memicu kemiskinan baru. Hal tersebut pula yang kemudian menyebabkan jumlah penduduk miskin mengalami kelambatan pengentasan. Sampai saat ini jumlah penduduk miskin di Indonesia masih tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis potret kemiskinan hingga september 2013 mencapai 28,07 juta jiwa atau sekitar 11,37 persen dari total penduduk.

Dampak erupsi gunung Kelud misalnya tidak hanya mengganggu aktivitas keseharian masyarakat, tapi juga aktivitas perekonomian. Aktivitas jual beli lumpuh, kantor pemerintah dan bank tutup, bandara ditutup, usaha pertanian warga hancur. Kementerian Pertanian mencatat kerugian yang diakibatkan erupsi Gunung Kelud, mencapai sekitar Rp 377 miliar. Tanaman pangan merupakan yang paling terdampak hingga 871 hektare.

Banjir yang melanda Jakarta, Manado, sejumlah lokasi di Banten dan beberapa provinsi lainnya telah menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat signifikan. Banjir Jakarta menurut perkiraan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, di tahun 2013 telah menyebabkan kerugian hingga Rp 20 triliun. Sementara pengusaha, melalui Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofyan Wanandi, mengklaim kerugian ekonomi lebih dari Rp 1 triliun. Perusahaan Listrik Negara juga memiliki taksiran kerugian 116 miliar rupiah akibat terganggunya fungsi pembangkit dan peralatan distribusi dan transmisi yang mengalami kerusakan akibat tergenang air. Dengan total pengungsi diatas 1 juta jiwa.

Banjir diawal tahun 2014 saja total pengungsi mencapai 1,5 juta jiwa. Mayoritas pengungsi adalah warga miskin perkotaan yang tinggal di kawasan kumuh. Sementara total pengungsi banjir Manado mencapai 40.000 jiwa dengan 16 orang meninggal dunia. Tidak sedikit kehilangan harta benda dan tempat usaha.

Bambang Ismawan dalam sebuah diskusi FORMASI membenarkan lambatnya pengentasan kemiskinan dan menurunnya kualitas hidup juga disebabkan banyaknya bencana alam yang terjadi di berbagai daerah. Seperti banjir, tanah longsor dan erupsi gunung berapi. Bencana

alam bisa membuat banyak orang jatuh miskin. Mereka kehilangan harta benda, bahkan kehilangan nyawa. Aktifitas ekonomi lumpuh yang kemudian berdampak mereka kehilangan pendapatan selama bencana itu terjadi. Setelah bencana berlalu mereka kembali membangun usaha ekonominya dari nol bahkan tidak sedikit memulai dari berhutang.

Selain karena bencanaalam Bambang Ismawan juga menyebutkan penyebab lain dari kemiskinan yang masih luas merata di Indonesia seperti KKN yang merajalela, ketidakstabilan kondisi pemerintah, kerusakan lingkungan yang tak terbendung, devaluasi mata uang yang sangat besar serta pasal 33 UUD 1945 yang tidak dihayati dalam kebijakan ekonomi.  Beberapa faktor ini berdampak pada lambatnya Indonesia keluar dari situasi kemiskinan.

Bambang Ismawan mengusulkan penanggulangan kemiskinan para pihak perlu bersinergi. Lembaga sinergi menurutnya berfungi mengembangkan jejaring dan kemitraan antar komunitas basis, lembaga pengembangan masyarakat dan lembaga pelayanan sumberdaya, selenggarakan capacity building, mendorong peraturan perundangan yang memungkinkan keberdayaan masyarakat, menggalang kerjasama dengan lembaga-lembaga Pemerintah, Bisnis, Filantropi didalam dan diluar negeri. “Kita perlu bersinergi melawan situasi kemiskinan bangsa ini” tegas Ismawan.

Bencana Alam Picu Kemiskinan Baru

Banjir Jakarta. Foto: Dok JPNN

JAKARTA--Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat menegaskan, bahwa sejumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia sejak awal tahun hingga pertengahan januari 2014 ini terlah memicu kemiskinan baru. Hal tersebut pula yang kemudian menyebabkan penurunan jumlah penduduk miskin mengalami kelambatan.

"Pada umumnya setiap bencanan ada korban harta dan bahkan ada korban jiwa. Secara logis mereka yang kehilangan harta benda jatuh miskin dan menambah kemiskinan baru. Selain itu mereka juga tidak bekerja selama bencana terjadi," ujar Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Sujana Royan saat dihubungi kemarin.

Sujana mengatakan, kombinasi faktor-faktor tersebut yang kemudian melahirkan orang miskin baru. Yang berdampak langsung pada perlambatan pemerintah dalam menguranagi angka kemiskinan. Menurut data yang ia peroleh, setidaknya ada tambahan 480 ribu jiwa penduduk Indonesia yang menjadi penduduk miskin baru pada bulan Maret-September 2013. Pola yang terjadi adalah setiap pertambahan satu persen prosentase kemiskinan maka terjadi penambahan sebanyak 200-300 penduduk miskin baru di Indonesia.

"Kita tidak bisa pialh satu persatu, tapi yang jelas bencana alam menjadi salah satu penyumbang dari pertambahan tersebut, disamping adanya kenaikan harga bbm dan kenaikan inflasi," ungkapnya. Angka kemiskinan ini, dijelaskan olehnya, adalah perbedaan antara jumlah penduduk miskin menjadi tidak miskin dibanding dengan jumlah penduduk yang tadinya tidak miskin menjadi miskin akibat berbagai sebab.

Menghadapi pertambahan ini, pihaknya telah mempersiapkan beberapa cara untuk menekan angka kemiskinan yang terjadi. Salah satunya adalah program cash for fork, yang telah diterapkan pada korban letusan gunung Sinabung beberapa waktu lalu.

Pada program ini, pemerintah membagikan sejumlah uang kepada para korban sebagai pengganti pendapatan yang seharusnya mereka dapatkan dalam kondisi normal. Setiap kepala keluarga mendpat jatah Rp 50 ribu. Pada tahap pertama, sebanyak delapan ribu lebih kepala keluarga yang mendpatkan bantuan tersebut selama 20 hari.

"Meskipun tidak sepenuhnya dapat mengganti pendapatan mereka, namun diharapkan program ini dapat membantu keseharian mereka," tuturnya.

Dalam waktu dekat, tahap kedua akan segera dilakukan oleh pihaknya mengingat jumlah pengungsi yang semakin banyak. Selain itu, program cash for work ini juga direncanakan akan diberikan pula bagi korban banjir Manado

TRAGIS! Dua Bocah Indonesia Kelaparan Makan Tanah

Posted by KabarNet pada 30/05/2012

Pariaman – KabarNet: Ironis. Di saat sebagian rakyat Indonesia ada yang hidup mewah bermandikan harta, bahkan ada 50ribuan orang yang seenaknya menghamburkan uang sebanyak Rp 465 ribu sampai dengan Rp 2.250.000,- hanya untuk sekali  menonton konser seorang Lady Gaga, ternyata di wilayah lain Indonesia masih ada saudara-saudara kita yang kelaparan lantaran tak punya uang buat beli makanan. Sampai-sampai terkena penyakit busung lapar akibat gizi buruk karena terpaksa harus makan tanah untuk mengganjal perut mereka yang keroncongan tak terisi makanan apapun.

Sungguh miris apa yang terjadi pada dua anak yang bernama Rio (5) dan Rizki (8). Kemiskinan yang membelenggu keluarga mereka telah menyebabkan keduanya menderita gizi buruk karena terbiasa makan tanah.

Kedua anak yang tinggal di Korong Olo, Nagari Sunur, Kecamatan Nan Sabaris, Kabupaten Padang Pariaman itu diketahui menderita marasmus dan kwashiorkor atau yang biasa disebut gizi buruk. Saat ini, kedua anak yang masih bersaudara ini, sudah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pariaman.

Terlihat fisik kedua anak tersebut mengalami gembung di bagian perut. Kaki dan tangan keduanya juga tampak mengecil. Tatapan matanya juga kosong. Setiap saat, kedua anak itu terdengar menangis karena merasakan gatal di bagian anusnya.

Ibu kedua anak itu, Maunis (39), dengan mata berkaca-kaca sambil menahan tangis menceritakan, dirinya tak mampu untuk membiayai hidup anak-anaknya kerena penghasilannya hanya Rp10.000 per hari. Uang sebesar itu didapatnya dari hasil membantu membuat lapiak pandan (tikar pandan, red.) usaha milik tetangganya.

Ia menambahkan, selain membuat lapiak, dirinya juga menerima upah dari warga yang menggunakan tenaganya, untuk menggarap kebun dan sawah. Namun upah jerih payahnya tak dibayar langsung.

“Karena kesibukan saya itulah, anak saya ini akhirnya suka memakan tanah. Saat saya bekerja keluar rumah untuk mencari sesuap nasi, tidak ada yang mengasuh mereka berdua di rumah. Sehingga anak ini mulai memakan tanah akibat lapar,” ujarnya sambil mengusap air mata.

Di jelaskannya, dia hanya seorang diri mencari nafkah. Karena dulu kondisi suaminya pernah menderita keterbelakangan mental. Dan saat ini suaminya itu tinggal di Medan untuk berobat sambil bekerja sebagai anak buah di sebuah bengkel sepatu di Kota Medan.

Hal itu dibenarkan oleh Bidan Yati, yang bertugas di Korong Olo. Menurut Bidan Yati, saat ditugaskan pada Februari 2012 lalu, ke Korong Olo, dirinya membantu Posyandu setempat mengadakan timbangan massal. Namun saat kedua anak tersebut ditimbang, berat badannya tidak normal. Puskesmas setempat akhirnya memberikan perawatan dengan memberikan susu kepada Rio dan Rizki.

“Mengenai kondisi perekonomiannya, mereka memang keluarga susah. Untuk itu Korong Olo membantu dengan memberi bantuan berupa beras. Namun setelah beberapa bulan, pihak Puskesmas menyarankan untuk dibawa ke rumah sakit, karena tidak ada tanda-tanda perubahan. Dan saat dilaporkan kepada wali nagari, wali nagari hanya menjawab akan berusaha membantu,” tuturnya.

Bidan yang selalu mendampingi dua anak penderita gizi tersebut menambahkan, saat ini setelah dirawat di rumah sakit, cacing-cacing yang ada di dalam perut keduanya sudah mulai keluar saat buang air besar.

Dokter Spesialis Anak, dr Robert Simanjuntak, Sp.A. yang menangani kasus gizi buruk tersebut mengatakan, kategori gizi ada tiga yaitu: gizi baik, gizi kurang, dan gizi buruk. Dan kategori gizi buruk juga terbagi tiga yakni marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor. Dan untuk kasus ini masuk kategori marasmus-kwashiorkor.

“Marasmus adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein yang berat. Sedangkan kwashiorkor adalah malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang in-adekuat dengan intake karbohidrat normal,” terangnya.

Ia juga menjelaskan, kasus gizi buruk butuh waktu tiga bulan untuk stabilisasinya. Pasien juga diduga mengalami yang namanya pica yaitu, kelainan atau keinginan kuat seseorang untuk memakan benda-benda yang bukan makanan seperti, rokok, sabun, tanah atau cat. “Saat dicek, di dalam perut pasien terdapat banyak pasir. Dan untuk itu kami memberi bantuan secepatnya, seperti memberi cairan protein, dan hal-hal yang dibutuhkan,” tambahnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur RSUD Kota Pariaman dr Lila Yanwar menjelaskan, mengenai perawatan, kedua anak tersebut akan terus dirawat sampai normal kembali. Terkait soal biaya, saat ini Jamkesmas dan Jamkesda sudah berjalan. Namun di luar itu, sesuai protap, biaya akan ditanggung bersama seperti dari Dinkes, RS, dan Pemkab Padang Pariaman.

Kasus ini sangat kontras sekali dengan acara yang diadakan pada bulan April lalu, yakni Millenium Development Goals (MDGs), yang diadakan di Kota Padang, yang bertujuan untuk peningkatan kesehatan, pemberantasan kelaparan, dan lingkungan.

Tepat pada hari ini tanggal (29/5/2012) merupakan Hari Keluarga. Namun kenyataannya masih banyak kasus kelaparan terjadi di Sumatera Barat. Pada tahun 2012, sudah 6 pasien, termasuk kasus Rio dan Rizki, yang dirawat di RSUD Pariaman. [KbrNet/adl]