kliping kerajinan nusantara

14
DISUSUN OLEH : AMANDA PUTRI PRECILIA (03) CAROLUS RONALD V.B. (09) FADHILAH ADITYA AHMAD (15) INTAN CAESARIANE K.A (21) MUHAMMAD DAVA A. (27) RYAN MARSHELINO F. (33)

Upload: andryailham

Post on 18-Jan-2016

4.295 views

Category:

Documents


187 download

DESCRIPTION

Masing-masing daerah di Indonesia memiliki beraneka ragam kegiatan kerajinan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

TRANSCRIPT

Page 1: KLIPING KERAJINAN NUSANTARA

DISUSUN OLEH :

AMANDA PUTRI PRECILIA (03)

CAROLUS RONALD V.B. (09)

FADHILAH ADITYA AHMAD (15)

INTAN CAESARIANE K.A (21)

MUHAMMAD DAVA A. (27)

RYAN MARSHELINO F. (33)

BATIK

Page 2: KLIPING KERAJINAN NUSANTARA

Nama Kerajinan : Batik  Asal Daerah : Semarang, Yogyakarta, Madura, Pekalongan Jenis Bahan : Malam (tinta batik), kain mori

Teknik Pembuatan :

Proses dan tehnik pembuatan batik tulis1.    Proses pembuatan batik tulis adalah dengan menggambar pola yang diinginkan dengan menggunakan pensil pola. 2.    Tehnik selanjutnya adalah proses menutupi pola gambar dengan lilin malam (wax). Tujuan proses pelapisan lilin pada pola ini adalah agar bagian pola yang terkena lilin malam akan tetap berwarna putih. Caranya: lilin malam (wax) diproses dengan dipanaskan (direbus) di atas kompor. Tehnik ini perlu hati-hati dan menggunakan api ukuran kecil karena lilin malam mudah terbakar jika bersentuhan dengan api. Setelah lilin mencair maka ditaruh ke dalam canting. Ditiup agar tidak terlalu panas yang dapat merusak kain. Lalu ditorehkan ke kain bagian pola yang akan dibiarkan tetap putih. Saat melapisi kain baik ini, tiup perlahan-lahan bagian yang dilapisi lilin malam agar mongering. Setelah proses pelapisan pola kain dengan lilin malam (wax) selesai, biarkan lilin mongering sempurna.3.    Setelah proses pelapisan lilin malam selesai, siapkan bahan pewarna muda yang ingin dipoleskan kepada kain. Tehnis pemilihan warna muda ini dilakukan agar jika terjadi kesalahan pewarnaan, maka lebih mudah dihilangkan warnanya dengan warna yang lebih tua. Pewarnaan ini bisa dilakukan dengan mencelupkan kain mori ke dalam cairan pewarna atau mengkuaskan warna pada kain mori. 4.    Setelah kering, lakukan proses pelapisan lilin malam (wax) seperti pada point kedua. Kegunaan pelapisan lilin yang kedua ini untuk menutupi bagian yang berwarna muda untuk tetap dibiarkan warnanya. Proses kedua hingga proses keempat ini lakukan berulang-ulang untuk setiap warna yang dikehendaki. Dan yang perlu diperhatikan adalah warna paling tua (gelap) dilakukan terakhir. Tehnik dan proses ini dilakukan berulang-ulang hingga seluruh warna yang diharapkan telah terpenuhi. 5.    Setelah selesai tehnis pewarnaan pada kain dalam pembuatan batik tulis ini, maka bagian terakhir dengan melakukan tehnis “Pelorodan”, yaitu tehnik pelepasan lapisan lilin malam (wax) dari kain mori.

Proses tehnik “pelorodan” dilakukan dengan cara:•    Lilin dikerik dengan pisau•    Kain di rebus bersama-sama dengan air yang telah diberi soda abu•    Tehnik pelepasan lilin dengan dilumuri bensin•    Kain disetrika sehingga lilin menjadi melehDari keempat jenis pelepasan lilin di atas, tehnik perebusan kain dengan soda abu dan tehnik setrika adalah yang lazim digunakan oleh pembatik tradisional.

KERAJINAN PERAK

Page 3: KLIPING KERAJINAN NUSANTARA

Nama Kerajinan : Kerajinan Perak Asal Daerah : Kotagede Yogyakarta Jenis Bahan : Perak Teknik Pembuatan :

Perhiasan Perak Handmade/Buatan TanganAwal mula kerajinan tangan perhiasan perak di Kotagede Yogyakarta merupakan hasil buatan tangan. Semua proses membuat perhiasan dari awal hingga finishing menggunakan tangan (handmade).

Pada model kerajinan perak handmade ini terdiri dari dua jenis yang diklasifikasikan berdasarkan materialnya, yaitu Filigree dan Solid Silver. Perak Filigree atau dikenal dengan perak Trap merupakan jenis kerajinan perak yang menggunakan bahan benang/kawat perak yang sangat lembut yang dipilin dan dipres/dibuat plat. Benang-benang perak inilah yang digunakan untuk membuat motif atau dekorasi kerajinan perak. Benang perak/filigree ini bukan hanya digunakan untuk membuat perhiasan/asesories saja, tapi juga digunakan untuk membuat bermacam-macam miniatur seperti miniatur becak, kereta kuda, harley davidson dan juga bermacam-macam hiasan dinding seperti hiasan motif wayang dan lain sebagainya.

KAIN SONGKET 

Page 4: KLIPING KERAJINAN NUSANTARA

Nama Kerajinan : Kain Songket  Asal Daerah : Minangkabau, sumatera utara (Medan) Jenis Bahan : Benang sutera, benang mengkilat Teknik Pembuatan :

Sebelum ditenun, benang diberi warna dengan cara dicelupkan pada warna yang diinginkan. Dulu kain songket tradisional dicelup dengan menggunakan pewarna alami, seperti menggunakan kayu sepang dan akar mengkudu untuk mendapatkan warna merah dan kunyit untuk mendapatkan warna kuning.

Pada waktu pencelupan ditambahkan pula tawas agar warnanya tidak luntur. Warna dominan songket Palembang adalah merah, namun kini kain songket memiliki warna yang lebih bervariasi karena menggunakan pewarna tekstil.

Setelah dicelup, benang kemudian dijemur di bawah terik matahari. Setelah kering dimulailah proses desain (pencukitan) dengan menggunakan lidi sesuai dengan motif yang diinginkan, untuk kemudian dilanjutkan dengan ditenun. Proses penenunan ini memerlukan ketelitian, ketekunan, dan kesabaran.

Menenun tidak dapat dilakukan dengan terburu-buru karena hasilnya nanti tidak bagus, sebaliknya menenun harus dilakukan dengan sabar dan sepenuh hati. Hal itulah yang menyebabkan proses pembuatan songket memerlukan waktu yang lama hingga berbulan-bulan.

Mengingat bahan baku yang masih diimpor, serta proses pembuatan yang lama dan rumit, maka tidak heran jika harga kain songket cukup mahal. Songket juga sering dijadikan barang yang bernilai tinggi sehingga dijadikan mahar, busana adat kebesaran, busana pengantin, atau menjadi koleksi keluarga yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Jika dirunut kebelakang, dahulu kain songket memang hanya dikenakan oleh keluarga kerajaan dan kaum bangsawan. Seiring dengan perkembangan zaman, kain songket pun mulai menyebar keluar kerajaan. Meskipun demikian, hingga saat ini sebagian besar pengrajin songket biasanya masih keturunan kerajaan atau bangsawan, karena keterampilan menenun songket memang diperoleh secara turun temurun. [ER/traveltext]

ARCA

Page 5: KLIPING KERAJINAN NUSANTARA

Nama Kerajinan : Arca Asal Daerah : Magelang, Yogyakarta, Bali  Jenis Bahan : Batu adhesit, batu kali Teknik Pembuatan :

Batu dengan ukuran besar yang berasal dari sungai, kemudian di tatah menggunakan besi penatah, membentuk arca seperti ganesha atau anoman, dan juga budha .

Tahap-tahap pembuatan :

1. Tahap Persiapan2. Tahap Pembuatan Negatif3. Tahap Pembuatan Statif4. Tahap Pembuatan Positif (replika)5. Tahap Penyelesaian (finishing)

WAYANG KULIT

Page 6: KLIPING KERAJINAN NUSANTARA

Nama Kerajinan : Wayang Kulit Asal Daerah : Yogyakarta Jenis Bahan : Kulit Sapi atau kulit domba Teknik Pembuatan :

Tahapan proses sungging dalam seni kriya wayang kulit adalah sebagai berikut:1. AndasariProses pemberian warna dasar pada kulit seluruh bagian wayang secara merata dan tipis. Warna yang digunakan biasanya adalah warna kuning gading (campuran dari warna kuning dan putih), atau warna putihan balung (warna putih dari abu tulang). Tujuan dari kegiatan in adalah untuk menutup pori-pori kulit agar permukaannya mejadi rata dan padat. Warna ini menjadi dasar untuk warna-warna selanjutnya.

2. MernaProses penerapan warna pada wayang. Secara berurutan pewarnaannya adalah sebagai berikut:

Nyemeng (hitam), yaitu memberikan warna hitam pada wayang dibagian-bagian yang harus diwarnai hitam seperti pada rambut, wajah/muka (wayang-wayang tertentu), dan sebagainya.

Amrada, yaitu memberikan warna emas pada bagian-bagian wayang yang harus diberi warna prada. Pewarnaan ini yaitu mewarnai dengan bahan emas yang dibuat piph seperti kertas. Kadar emas yang umum dipakai untuk bahan ini berkisar antara 18 sampai 22 karat. Prada diletakkan terlebih dahulu sebelum warna lainnya. Tetapi bila memakai warna emas yang bukan dari emas asli (biasa disebut Brom), dapat dilakukan setelah warna lainnya selesai.

Amepesi, yaitu mebetulkan bagian yang seharusnya tidak diprada dan juga menyempurnakan bentuk hiasan dengan menggunakan warna putih yang sekaligus menjadi warna dasar sari warna selanjutnya diprada agar sesuai dengan keinginan kita dalam hal menggunakan warna putih.

Anjambon, yaitu menerapkan warna merah mudah pada bagian wayang yang pantas diberikan warna merah muda.

Anjene, yaitu memberi warna kuning pada bagian-bagian wayang yang seharusnya berwarna kuning seperti konca, ukiran patran dan bagian lain yang nantinya akan diberi warna orange dan hijau. Warna kuning yang digunakan ada dua macam, yaitu kuning enom yang nantinya untuk gradasi warna hijau, dan warna ktua (menyerupai warna kunyit), yang nantinya digradasi dengan warna kapurento dan jingga.

Ngijem Nem, yaitu memberi warna wayang dengan warna hijau muda. Diterapkan pada bagian yang sudah diwarnai kuning muda.

Page 7: KLIPING KERAJINAN NUSANTARA

Ambiru, yaitu memberikan warna biru muda pada bagian-bagian yang pantas diberi warna biru muda. Biasanya untuk menggambarkan inten-intenan ,penggambaran bebatuan yang biasa digunakan sebagai perhiasan.

Anjingga, yaitu memberi warna jingga atau orange yang biasanya dikombinasikan dengan warna ungu. Diterapkan pada bagian yang telah diwarnai kuning tua.

Anyepuhi, yaitu member warna pada bagian yang telah diberi warna enom (muda) dan tua dengan warna-warna yang lebih tua atau gelap. Hal yang perlu diperhatikan adalah gradasi antara warna yang satu dengan warna yang lain jangan terlalu jauh. Tingkatan warna disesuaikan dengan bidang sungging, dan jumlah tingkatannya tidak dibatasi. Namun semakin banyak tingkatannya akan semakin bagus. Untuk membuat warna menjadi lebih tua atau gelap, bisa ditambahkan dengan warna hitam, semakin banyak warna hitam yang dicampurkan, maka warna yang dihasilkan akan semakin tua.

3. Isen-isen Isen-isen adalah memberi variasi isian pada bidang kulit yang telah diwarnai. Proses ini bertujuan untuk memperindah sunggingan itu sendiri. Bentuk isian yang biasa digunakan antara lain cawen (cawi), drenjeman, waleran, isian caah gori (bempa garis silang), sisik dan sebagainya.

4. AngedusAngedus atau ambadar merupakan tahap terakhir dalam proses sungging wayang kulit. Tujuan dari proses ini adalah memberikan lapisan penutup/pelindung terhadap warna agar lebih kuat, mengkilap dan tahan lama bagi permukaan kulit yang sudah diwarna dengan bahan transparan. Bahan yang biasa digunakan antara lain ancur lempeng, putih telur, vernis dan politer. Selain menggunakan bahan tradisional tersebut, pelapisan juga bisa menggunakan  bahan pelapis modern. Namun untuk pelapis modern biasanya tidak menggunakan kuas, melainkan alat semprot (spreyer). Bahan yang digunakan antara lain pisatif, varnish acrelic dan sebagainya. Bahan penutup yang sudah disiapkan dioleskan secara merata, tipis dan diulangi hingga permukaan kulit mengkilap. Tetapi untuk prada , biasanya tidak dilapisi, karena bila terkena lapisan kilat emasnya akan hilang.Setelah semua proses pembuatan wayang kulit selesai, jadilah wayang kulit yang indah dan mengagumkan dari seni tatahannya maupun sunggingannya. Dan bila dimainkan oleh seorang dalang dibalik kelir, keindahannya pun semakin terlihat dari bayangannya yang sempurna.

Page 8: KLIPING KERAJINAN NUSANTARA

Gerabah

Nama Kerajinan : Gerabah

Asal Daerah : Kasongan Bantul Yogyakarta  

Jenis Bahan : Tanah liat

Teknik Pembuatan :

a.    Tahap persiapan Dalam tahapan ini yang dilakukan kriyawan adalah : 1).  Mempersiapkan bahan baku tanah liat (clay) dan menjemur 2).  Mempersiapkan bahan campurannya 3).  Mempersiapkan alat pengolahan bahan. b.   Tahap pengolahan bahan. Pada tahapan ini bahan diolah sesuai dengan alat pengolahan bahan yang dimiliki kriyawan. Alat pengolahan  bahan  yang  dimiliki  masing-masing  kriyawan  gerabah  dewasa  ini banyak  yang  sudah mengalami  kemajuan  jika  dilihat  dari  perkembangan  teknologi  yang menyertainya.  Walaupun  masih banyak kriyawan gerabah yang masih bertahan dengan peralatan tradisi dengan berbagai   pertimbangan dianggap masih efektif.   Pengolahan bahan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengolahan bahan secara kering dan basah. Pada umumnya pengolahan bahan gerabah yang diterapkan kriyawan gera bah tradisional  di Indonesia  adalah  pengolahan  bahan  secara  kering.  Teknik  ini  dianggap  lebih  efektif dibandingkan dengan pengolahan bahan secara basah, karena waktu, tenaga dan biaya yang diperlukan lebih lebih sedikit. Sedangkan pengolahan bahan dengan teknik basah biasanya dilakukan oleh kriyawan yang  telah  memiliki  peralatan  yang  lebih  maju.  Karena pengolahan  secara  basah  ini  akan  lebih  banyak memerlukan peralatan dibandingkan dengan pengolahan secara kering. Misalnya : bak perendam tanah,alat pengaduk (mixer), alat penyerap air dan lain-lain.   Pengolahan bahan secara kering dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : 1).  Penumbukan bahan sampai halus. 2).  Pengayakan hasil tumbukan 3).  Pencampuran  bahan  baku  utama  (tanah)  dengan  bahan  tambahan  (pasir  halus  atau serbuk  batu padas,  dll)  dengan  komposisi  tertentu  sesuai  kebiasaan  yang  dilakukan kriyawan  gerabah  masing - masing. Kemudian tanah yang telah  tercampur ditambahkan air secukupnya dan diulek sampai rata dan  homogen.   Selanjutnya   bahan   gerabah   sudah  siap  dipergunakan  untuk  perwujudan  badan gerabah. Pencampuran  ini bertujuan  untuk memperkuat  body  gerabah  pada  saat  pembentukan dan

Page 9: KLIPING KERAJINAN NUSANTARA

pembakaran.   c.    Tahap pembentukan badan gerabah.

Beberapa  teknik  pembentukan  yang  dapat  diterapkan,  antara  lain  :  teknik  putar (wheel/throwing), teknik cetak (casting), teknik lempengan (slab), teknik pijit (pinching), teknik pilin (coil), dan gabungan dari beberapa teknik diatas (putar+slab, putar+pijit, dan lain-lain). Pembentukan gerabah ini juga dapat dilihat dari dua tahapan yaitu tahap pembentukan awal (badan gerabah) dan tahap pemberian dekorasi/ornamen. Umumnya   kriyawan   gerabah  dominan   menerapkan   teknik   putar   walaupun   dengan   peralatan   yang sederhana. Teknik pijit adalah teknik dasar membuat gerabah sebelum dikenal teknik pembentukan yang lain.  Teknik   ini   masih   digemari   oleh   pembuat   keramik   Jepang   untuk   membuat  mangkok   yang mementingkan sentuhan tangan yang khas.  d.  Tahap pengeringan. Proses  pengeringan  dapat  dilakukan  dengan  atau  tanpa  panas  matahari.  Umumnya pengerin gan gerabah dengan panas matahari dapat dilakukan sehari setelah proses pembentukan selesai  e.   Tahap pembakaran. Proses  pembakaran  (the  firing  process)  gerabah  umumnya  dilakukan  sekali,  berbeda dengan badan keramik yang tergolong  stoneneware  atau porselin yang biasanya dibakar dua kali yaitu pertama pembakaran  badan  mentah  (bisque  fire)  dan  pembakaran  glazur  (glaze fire).  Kriyawan  tradisional  pada

mulanya  membakar  gerabahnya  di  ruangan  terbuka  seperti  di  halaman  rumah, di  ladang, atau  di  lahan kosong lainnya. Menurut Daniel Rhodes model pembakaran seperti ini telah dikenal sejak 8000 B.C. dan disebut sebagai tungku pemula (early kiln). Penyempurnaan bentuk tungku dan metode pembakarannya telah  dilakukan   pada   jaman   prasejarah  (Rhodes,  Daniel,  1968:1).  Sejalan  dengan  perkembangan teknologi  dewasa  ini, penyempurnaan  tungku  pembakaran  keramik  juga  semakin meningkat                                                                                              dengan efesiensi  yang semakin  baik.  Penyempurnaan  tungku  ladang  selanjutnya  adalah  :  tungku  botol,  tungkubak, tungku periodik (api naik dan api naik berbalik). f.   Tahap Finishing  Finishing yang dimaksud disini adalah proses akhir dari gerabah setelah proses pembakaran. Proses ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara misalnya memulas dengan cat warna, melukis, menempelatau menganyam dengan bahan lain, dan lain-lain. 

DOMPET KULIT

Page 10: KLIPING KERAJINAN NUSANTARA

Nama Kerajinan : Dompet Kulit

Asal Daerah : Tanggulangin, Malang

Jenis Bahan : Kulit sapi, buaya ular

Teknik Pembuatan :

                                 1.         PEMOLAAN

                                 2.         PEMOTONGAN

                                 3.         PERAKITAN

                                 4.         FINISHING