kliping jaman praaksara

14
JAMAN PRAAKSARA Zaman praaksara sering juga disebut zaman prasejarah, yaitu bisa diartikan sebagai zaman di mana manusia belum mengenal tulisan. Praaksara atau prasejarah disebut juga nirleka, yaitu zaman tidak ada tulisan. Zaman praaksara dimulai sejak adanya manusia sampai manusia mengenal tulisan. Jadi, jika manusia sudah mengenal tulisan, berarti manusia mulai menginggalkan zaman praaksara, dan memasuki zaman sejarah. Sumber sejarah yang bisa digunakan untuk mengetahui kehidupan zaman praaksara atau prasejarah di antaranya fosil dan artefak. Jenis-jenis Manusia Pra Aksara 1. Megantropus paleojavanicus (manusia raksasa dari Jawa) Gb.1 Megantropus Paleojavanicus Fosil Megantropus paleojavanicus merupakan jenis fosil paling tua di Indonesia. Fosil ini ditemukan di Sangiran. Jawa Tengah antara tahun 1936 – 1941. Penemunya adalah seorang peneliti Belanda yang bernama G.H.R Von Koenigswald. Ciri-Cirinya:

Upload: bcex-bencianak-pesantren

Post on 07-Feb-2016

3.171 views

Category:

Documents


816 download

DESCRIPTION

Kliping Jaman Praaksara

TRANSCRIPT

Page 1: Kliping Jaman Praaksara

JAMAN PRAAKSARA

Zaman praaksara sering juga disebut zaman prasejarah, yaitu bisa diartikan sebagai

zaman di mana manusia belum mengenal tulisan. Praaksara atau prasejarah disebut juga

nirleka, yaitu zaman tidak ada tulisan. Zaman praaksara dimulai sejak adanya manusia

sampai manusia mengenal tulisan. Jadi, jika manusia sudah mengenal tulisan, berarti manusia

mulai menginggalkan zaman praaksara, dan memasuki zaman sejarah. Sumber sejarah yang

bisa digunakan untuk mengetahui kehidupan zaman praaksara atau prasejarah di antaranya

fosil dan artefak.

Jenis-jenis Manusia Pra Aksara

1. Megantropus paleojavanicus (manusia raksasa dari Jawa)

Gb.1 Megantropus Paleojavanicus

Fosil Megantropus paleojavanicus merupakan jenis fosil paling tua di Indonesia. Fosil ini

ditemukan di Sangiran. Jawa Tengah antara tahun 1936 – 1941. Penemunya adalah seorang

peneliti Belanda yang bernama G.H.R Von Koenigswald.

Ciri-Cirinya:

Bebadan tegap dengan tonjolan tajam di belakang kepala.

Bertulang pipi tebal dengan tonjolan kening yang mencolok.

Tidak berdagu.

Otot kunyah, gigi, dan rahang besar dan kuat.

Makananya jenis tumbuh – tumbuhan.

Page 2: Kliping Jaman Praaksara

2. Pithecanthropus

Gb.2 Pithecanthropus

Pithecanthropus Erectus

Pithecanthropus Erectus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Fosil ini

ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1891 di Trinil, Lembah sungai Begawan Solo

(Jawa Tengah). Fosil yang ditemukan berupa tulang rahang bagian atas tengkorak, geraham

dan tulang kaki.

Pithecanthropus Soloensis

Pithecanthropus Soloensis artinya manusia kera dari Solo. Fosil ini ditemukan oleh

G.H.R Von Koenigswald dan Oppernoorth di Ngandong dan Sangiran, tepi sungai Begawan

Solo pada tahun antara 1931 – 1933. Fosil yang ditemukan berupa tulang tengkorak dan

tulang kening. C. Pithecanthropus Mojokertensis Pithecanthropus Mojokertensis artinya

manusia kera dari Mojokerto, fosil ini ditemukan oleh duyfjes, G.H.R Von Koenigswald dan

Cokro Handoyo di Perning, Mojokerto, Jawa Timurpada tahun 1936. Fosil ini sering disebut

juga Pithecanthropus Robustus artinya manusia kera yang besar dan kuat tubuhnya.

Ciri – ciri Pithecanthropus secara umum:

Tinggi tubuhnya kira – kira 165 – 180 cm.

Badan tegap, namun tidak setegap Meganthropus.

Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis.

Otot kunyah tidak sekuat Meganthropus.

Volume otaknya sekitar 900 cc.

Hidaung lebar dan tidak berdagu.

Makanannya bervariasi.

3. Homo Fosil

Page 3: Kliping Jaman Praaksara

Gb.3 Homo Fosil

Homo merupakan jenis fosil yang paling muda dibandingkan fosil – fosil manusia

purba jenis lain. Para ahli sering menyebut fosil fosil jenis Homo ini dengan Homo Erectus

(manusia berjalan tegak) atau Homo sapiens (manusia cerdas atau bijaksana).

Ciri – ciri jenis Homo antara lain :

Tinggi tubuh 130 – 210 cm.

Volume otak lebih berkembang disbanding Meganthropus dan Pithecanthropus.

Otot kunyah, gigi dan ranhang sudah menyusut.

Tonjolan kening sudah berkurang dan sudah berdagu.

Mempunyai ciri – ciri ras Mongoloid dan Austramelanesoid.

Page 4: Kliping Jaman Praaksara

ZAMAN PRASEJARAH

Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang digunakan

untuk merujuk kepada masa di saat catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman

prasejarah dapat dikatakan permulaan terbentuknya alam semesta, namun umumnya

digunakan untuk mengacu kepada masa di saat kehidupan manusia di Bumi yang belum

mengenal tulisan.

Pembagian zaman

Secara umum, masa prasejarah Indonesia ditinjau dari dua aspek, bedasarkan bahan untuk membuat alat-alatnya (terbagi menjadi Zaman Batu & Zaman Besi), & bedasarkan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakatnya (terbagi menjadi Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan, Masa Bercocok Tanam, & Masa Perundagian)

Zaman Batu

Gb.1 Manusia Pada Zaman Batu

Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi menjadi 4 zaman, antara lain:

Zaman Batu Tua (Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan Tingkat Awal)

Gb.2 Berburu

Page 5: Kliping Jaman Praaksara

Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:

1. Kebudayaan Pacitan (berhubungan dengan kapak genggam dengan varian-variannya

seperti kapak perimbas & kapak penetak

2. Kebudayaan Ngandong (berhubungan dengan Flakes & peralatan dari tulang)

Bedasarkan kebudayaan yang ditemukan, maka dapat disimpulkan ciri-ciri kehidupan pada Palaeolithikum antara lain:

1. Masyarakatnya belum memiliki rasa estetika (disimpulkan dari kapak genggam yang

bentuknya tidak beraturan & bertekstur kasar)

2. Belum dapat bercocok tanam (karena peralatan yang dimiliki belum dapat digunakan

untuk menggemburkan tanah).

3. Memperoleh makanan dengan cara berburu (hewan) dan mengumpulkan makanan

(buah-buahan & umbi-umbian).

4. Hidup nomaden (jika sumber makanan yang ada di daerah tempat tinggal habis, maka

masyarakatnya harus pindah ke tempat baru yang memiliki sumber makanan).

5. Hidup dekat sumber air (mencukupi kebutuhan minum & karena di dekat sumber air

ada banyak hewan & tumbuhan yang bisa dimakan).

6. Hidup berkelompok (untuk melindungi diri dari serangan hewan buas).

7. Sudah mengenal api (bedasarkan studi perbandingan dengan Zaman Palaeolithikum di

China, dimana ditemukan fosil kayu yang ujungnya bekas terbakar di dalam sebuah

gua).

Zaman Batu Tengah (Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut)

Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:

Kebudayaan Kjokkenmoddinger

Kjokkenmodinger, istilah dari bahasa Denmark, kjokken yang berarti dapur & moddinger yang berarti sampah (kjokkenmoddinger = sampah dapur). Dalam kaitannya dengan budaya manusia, kjokkenmoddinger merupakan timbunan kulit siput & kerang yang menggunung di sepanjang pantai Sumatra Timur antara Langsa di Aceh sampai Medan. Di antara timbunan kulit siput & kerang tersebut ditemukan juga perkakas sejenis kapak genggam yaitu kapak Sumatra/Pebble & batu pipisan.

Kebudayaan Abris Sous Roche

Abris sous roche, yang berarti gua-gua yang pernah dijadikan tempat tinggal, berupa gua-gua yang diduga pernah dihuni oleh manusia. Dugaan ini muncul dari perkakas seperti ujung

Page 6: Kliping Jaman Praaksara

panah, flakke, batu penggilingan, alat dari tulang & tanduk rusa; yang tertinggal di dalam gua.

Bedasarkan kebudayaan yang ditemukan, maka dapat disimpulkan ciri-ciri kehidupan pada zaman Mesolithikum antara lain:

a. Sudah mengenal rasa estetika (dilihat dari peralatannya seperti kapak Sumatra,

yang bentuknya sudah lebih beraturan dengan tekstur yang lebih halus dibandingkan

kapak gengggam pada Zaman Paleolithikum)

b. Masih belum dapat bercocok tanam (karena peralatan yang ada pada zaman itu

masih belum bisa digunakan untuk menggemburkan tanah)

c.Gundukan Kjokkenmoddinger yang dapat mencapai tinggi tujuh meter dengan

diameter tiga puluh meter ini tentu terbentuk dalam waktu lama, sehingga

disimpulkan bahwa manusia pada zaman itu mulai tingggal menetap (untuk sementara

waktu, ketika makanan habis, maka harus berpindah tempat, seperti pada zaman

Palaeolithikum) di tepi pantai.

d. Peralatan yang ditemukan dari Abris Sous Roche memberi informasi bahwa

manusia juga menjadikan gua sebagai tempat tinggal.

Zaman Batu Muda (Masa Bercocok Tanam)

Gb.3 Masa Bercocok Tanam

Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) adalah alat-alat batu buatan manusia sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan antara lain:

1. Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang banyak terdapat di Sumatera,

Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan,

2. Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa,

3. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,

4. Pakaian dari kulit kayu

5. Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda)

Page 7: Kliping Jaman Praaksara

Manusia pendukung Neolithikum adalah Austronesia (Austria), Austro-Asia (Khamer-Indocina)

Kebudayaan Megalith

Gb.4 Sarkopagus

Antara zaman neolitikum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalith, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalith justru pada zaman logam. Hasil kebudayaan Megalith, antara lain:

1. Menhir: tugu batu yang dibangun untuk pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang.

2. Dolmen: meja batu tempat meletakkan sesaji untuk upacara pemujaan roh nenek moyang

3. Sarchopagus/keranda atau peti mati (berbentuk lesung bertutup)4. Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat5. Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu besar yang dapat dibuka-tutup6. Arca/patung batu: simbol untuk mengungkapkan kepercayaan mereka

Zaman Logam (Masa Perundagian)

Gb.5 Memahat

Page 8: Kliping Jaman Praaksara

Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah. Zaman logam di Indonesia dibagi atas:

Zaman Perunggu

Gb.6 ukiran dari perunggu

Pada zaman Perunggu/disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tongkin China (pusat kebudayaan ini) manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.

Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain:

Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Iria

Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin. Ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Leti

Benjana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera. Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor

(Jawa Barat)

Page 9: Kliping Jaman Praaksara

Zaman Besi

Gb.7 Kapak Lonjong

Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.

Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain:

Mata Kapak bertungkai kayu

Mata Pisau

Mata Sabit

Mata Pedang

Cangkul

Page 10: Kliping Jaman Praaksara

KLIPINGSEJARAH INDONESIA TENTANG ZAMAN PRAAKSARA DAN

ZAMAN PRASEJARAH

Disusun oleh :

Susi Awaliah

Tita Mulyatini

Kelas X

SMK AL-FARIZI BANTARUJEG

Page 11: Kliping Jaman Praaksara

2013-2014