klb penyakit campak

8
KLB Penyakit Campak Riska Cerlyan Mustamu Mahasiswa Fakultas Kedokteran – Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 [email protected] Pendahuluan Kejadian luar biasa( KLB) penyakit menular seperti campak masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena dapat menyebabkan banyak korban kesakitan dan kematian yang besar. KLB penyakit dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan kesakitan dan kematian yang besar yang juga berdampak pada pariwisata,ekonomi dan social sehingga membutuhkan perhatian dan penanganan oleh semua pihak terkait. Kejadian-kejadian KLB perlu dideteksi secara dini dan diikuti tindakan yang cepat dan tepat, perlu diidentifikasi adanya ancaman KLB berserta kondisi rentan yang memperbesar risiko terjadinya KLB agar dapatdilakukan peningkatan kewaspadaam dan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan KLB dan oleh karena itu perlu diatur dalam pedoman Sistem Kewaspadaan Dini kejadian Luar Biasa. 1 Isi A.Kejadian Luar Biasa (KLB) Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah frekuensi penderita penyakit pada populasi tertentu ditempat dan musim atau tahun yang sama. Kriteria KLB :

Upload: aginnginna

Post on 05-Jan-2016

223 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah blok 12 campak

TRANSCRIPT

Page 1: KLB Penyakit Campak

KLB Penyakit Campak

Riska Cerlyan Mustamu

Mahasiswa Fakultas Kedokteran – Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

[email protected]

Pendahuluan

 Kejadian luar biasa( KLB) penyakit menular seperti campak masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena dapat menyebabkan banyak korban kesakitan dan kematian yang besar. KLB penyakit dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan kesakitan dan kematian yang besar yang juga berdampak pada pariwisata,ekonomi dan social sehingga membutuhkan perhatian dan penanganan oleh semua pihak terkait. Kejadian-kejadian KLB perlu dideteksi secara dini dan diikuti tindakan yang cepat dan tepat, perlu diidentifikasi adanya ancaman KLB berserta kondisi rentan yang memperbesar risiko terjadinya KLB agar dapatdilakukan peningkatan kewaspadaam dan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan KLB dan oleh karena itu perlu diatur dalam pedoman Sistem Kewaspadaan Dini kejadian Luar Biasa.1

Isi

A.Kejadian Luar Biasa (KLB)

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah frekuensi penderita penyakit pada populasi tertentu ditempat dan musim atau tahun yang sama. Kriteria KLB :

1. Timbulnya suatu penyakit/penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-

turut menurut jenis penyakitnya (jam,hari,miggu,bulan,tahun)3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode

sebelumnya (hari,minggu,bulan,tahun)4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukan kenaikan dua kali lipat atau lebih

bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukan kenaikan dua kali lipat atau

lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya6. Case Fatality Rate (CFR) dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu

menunjukan kenaikan 50% atau lebih dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.2

Page 2: KLB Penyakit Campak

Dalam Kasus, pada bulan lalu Puskesmas Catur Marga melaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit campak. Case Fatality Rate (CFR) penyakit campak dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 20 per 1000 dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya

B. Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat, sejahtera dan bahagia. 3

Rumah sehat adalah salah satu contoh kesehatan lingkugan. Rumah sehat meliputi lokasi, tidak rawan banjir. kepadatan hunian, tidak padat (>8m2/orang). Lantai, semen, ubin, keramik dan kayu. Pencahayaan harus cukup. Ventilasi harus ada. air bersih, air dalam kemasan, ledeng/PAM, sumber mata air terlindung, sumur pompa tangan, sumur terlindung. pembuangan kotoran (kakus), leher angsa, plengsegan, cemplung/cebluk. septic tank harus berjarak 10 meter dari sumber air minum. WC. SPAL, saluran tertutup. saluran got harus mengalir lancar. pengelolaan sampah, diangkat petugas atau di jadikan kompos. populasi udara,tidak ada ganguan polusi. bahan bakar masak, listrik, gas, minyak tanah.4

Populasi organisme pada suatu daerah tidak akan tetap dari waktu ke waktu berikutnya. Jika jumlaah

populasi suatu jenis berubah, kepadatan populasinya juga akan berubah. Apabila luas suatu daerah tetap

dan jumlahnya individu yang datang lebih besar daripada yang pergi maka kepadatan populasi akan

mengecil. Pada suatu daerah yang tersedia cukup ruang dan makanan akan cenderung mendorong bertambahnya

jumlah individu. Hal itu akan meningkatkan jumlah populasi sekaligus meningkatkan kepadatan populasi.

Meningkatnya jumlah populasi organisme pada suatu daerah akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan

populasi. Pertumbuhan populasi akan terus berlangsung selamalingkungan mampu menunjang kehidupan.

Apabila populasi sudah mencapai titik maksimum atau melebihi daya dukung lingkungan akan menurun.

Kecepatan pertumbuhan populasi pada dasarnya bergantung pada rasio antara natalitas dengan mortalitas. Apabila

natalitas lebih besar dari pada mortalitas, pertumbuhan populasinya meningkat. Apabila natalitas lebih kecil dari

pada mortalitas, pertumbuhan populasinya menurun. Natalitas atau angka kelahiran adalah angka yang

menunjukkan jumlah individu baru yang menyebabkan populasi bertambah per satuan waktu. Dengan demikan,

meningkatnya natalitas merupakan faktor  pendorong meningkatnya pertumbuhan populasi. Mortalitas atau

angka kematian adalah angka yang menunjukkan jumlah pengurangan individu per satuan waktu. Terjadinya

kematian merupakan salah satu factor utama yang mengontrol ukuran suatu populasi. Populasi organisme pada

suatu ekosistem senantiasa mengalami perubahan. Perubahan tersebut adayang tampak jelas dan ada pula yang

Page 3: KLB Penyakit Campak

tidak jelas. Pada ekosistem darat, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan populasi, di antaranya

adalah perubahan suhu, kelembapan, dan curah hujan.5

Dalam kasus ini, populasi penduduk sangat mempengaruruhi perubahan lingkungan. peran serta masyarakat

sangatlah penting untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan rumah sehat agar tidak terjamgkit penyakit

campak.

C.Penyuluhan

  Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat). Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta pertolongan.6

Posyandu adalah sistem pelayanan yang dipadukanantara satu program dengan program lainnya yang merupakanforum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis seperti halnyaprogram KB dengan kesehatan atau berbagai program lainnyayang berkaitan dengan kegiatan masyarakat. Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu , halini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagimasyarakat karena di posyandu tersebut masyarakat dapatmemperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama. Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namunkeberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik, olehkarena itu pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu.Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan posyanduuntuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadappenurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatanini juga bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakatdalam menunjang upaya mempertahankan dan meningkatkan statusgizi serta kesehatan ibu dan anak melalui peningkatankemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu.7

Dalam skenario, peran posyandu sangatlah penting untuk memberikan penyuluhan tentang klb. Masyarakat harus membawa para balitanya ke posyandu untuk mendapatkan imunisasi dan balita yang kurang giza harus diberikan vitamin dan makanan tambahan

Page 4: KLB Penyakit Campak

D.Penularan Penyakit

Penyakit yang timbul pada manusia tidak disebabkan oleh satu penyebab saja. Manifestasi suatu penyakit merupakan hasil interaksi dari berbagai factor, terutama fackor-faktor tubuh manusia (host), faktor penyerang (agent) dan faktor lingkungan (environment). Untuk timbulnya suatu penyakit, faktor-faktor host, agent dan environment bersinergi satu sama lain. Satu faktor saja tidak cukup untuk menimbulkan penyakit. Pejamu meliputi keturunan, mekanisme pertahanan tubuh, umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan, dan kebiasaan hidup. Penyebab penyakit dibedakan menjadi 2 macam: benda biotis (penyakit infeksi) dan banda abiotis (penyakit metabolisme). Lingkungan meliputi, lingkungan fisik, lingkungan biologik dan lingkungan sosial.8

KLB penyakit campak pada skenorio terjadi pada balita yang sudah mendapatkan imunisasi dasar mencakup 90%. Disini penyebab host, agent dan environment yang berkembang sehingga penyakit itu menulari balita dan terjadi case fatality rate 20 per 1000 dan angka attack rate 45%

E.Pencegahan Penyakit

Pencegahan penyakit dilakukan dengan five level of prevention leavel and clark yaitu health promotion, specific protection, early diagnosis and prompt treatment, disability limitation, rehabilitation. Kelima level itu digolongkan dalam 3 pencegahan yaitu primary prevention, secondary prevention dan tertiaty prevention. Primary prevention yang meliputi health promotion dan specific protection yaitu pencegahan untuk menhindari faktor pemapar (risiko) yang menimbulkan sakit. Secondary prevention yang meliputi early diagnosis dan prompt treatment dan disability limitation yaitu pencegahan yang dilakukan sebelum penyakit berkembang menjadi lebih lanjut. Yang terakhir Tertiary prevention meliputi rehabilitation yaitu pencegahan yang dilakukan untuk dampak negatif (komplikasi) penyakit yang sudah terjadi (sembuh) dengan mengembalikan fungsi organ tubuh kembali kesemula.9

Posyandu dan masyarakat harus melakukan five level of prevention leavel and clark

F.Paradigma Sehat

Model kebijakan pembagunan kesehatan baru yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sector dan upaya lebih diarahkan kepada pemeliharaan, peningkatan, perlindungan kesehatan, dan pencegahan terhadap ancaman penyakit bukan hanya orang sakit dan pemulihan kesehatan setelah sembuh dari penyakit.10

Page 5: KLB Penyakit Campak

Paradigma sehat harus dilandaskan dalam layanan kesehatan dalam kasus ini contohnya Puskesmas Catur Marga, sehingga masyarakat disekitarnya akan sehat dan masyarakat juga harus diberikan penyuluhan tentang paradigm sehat sehingga kasus klb semakin minim terjadi

Penutup

Kesehatan lingkungan sangatlah penting untuk mencegah berkembangnya penyakit disekitar kita. Penyuluhan harus dikepada masyarakat-masyarakat yang kurang paham tentang KLB agar KLB semakin minim, petugas kesehatan juga harus menjelaskan tentang pencegahan penyakitnya.

Page 6: KLB Penyakit Campak

Daftar Pustaka

1. Santoso H. Pedoman penyelidikan dan Penanggulangan KLB. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2011. Hal.29

2. Soekidjo N. Epidemiologi dalam kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: Rineka cipta; 2008. Hal.

3. Hanafiah J. Etika kedokteran dan hukum kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010. Hal.57

4. Wicaksono A. Menciptakan rumah sehat. Jakarta: Griya kreasi; 2009. Hal.895. Arab R. Gizi kesehatan masyarakat. Jakarta: Buku kedokteran; 2008. Hal. 72-36. Hawkin S. Penyuluhan. Jakarta: Kanisius; 2009. Hal. 267. Effendy F. Keperawatan kesehatan komunitas. Jakarta: Buku kedokteran EGC; 2008. Hal. 568. Mochtar I. Dokter juga manusia. Jakarta: Gramedia; 2010. Hal. 439. Gavin A. Primary health care. Jakarta: Ashgate; 2009. Hal. 5610. Siswanto H. Kamus popular kesehatan lingkungan. Jakarta: Buku kedokteran EGC; 2008.

Hal.86