bulletin skdr mgg 10 2017 revisi - infopenyakit.org skdr mgg 10 2017 revisi tgl...kumulatif minggu...

8
Direktorat SKK Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Jalan Percetakan Negara No. 29 Kotak Pos 223 Jakarta Pusat 10560 Website: skdr.surveilans.org PHEOC Sub Direktorat Surveilans Telp. 62-21-4265974, Fax. 62-21-42802669 Email : [email protected]; [email protected] Buletin SKDR Minggu ke: 10Thn 2017 Gambar 1. Kelengkapan dan Ketepatan laporan SKDR Minggu ke 10 tahun 2017 (Pertanggal 17 Maret 2017) Minggu ke-10 2017, terdapat 15 provinsi yang memiliki ketepatan dan kelengkapan laporan SKDR >= 80%. Provinsi Bangka Belitung, Riaua dalah 2 provinsi dengan ketepatan dan kelengkapan tertinggi. Namun secara nasional ketepatan dan kelengkapan laporan masih belum optimal. Gambar 2 Capaian Alert SKDR Direspon Kumulatif Minggu 1-10 Tahun 2017 Secara nasional alert SKDR yang direspon masih jauh dari target tetapi dilihat menurut provinsi terdapat 12 provinsi yang mencapai dan melampaui target tahun 2017. Sesungguhnya seluruh provinsi itu memiliki potensi untuk mencapai 100% alert yang direspon karena alert yang muncul pasti berasal dari puskesmas yang dapat mengirimkan laporan melalui SMS. Sehingga bila alert muncul maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menghubungi puskesmas melalui SMS atau telpon terlebih dahulu. Bila diperlukan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat membantu puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi terhadap alert dengan indikasi KLB. Tabel 1 Jumlah Alert Terverifikasi Kumulatif Minggu 1-10 Tahun 2017 Tabel 2 Jumlah Kasus Terverifikasi Menurut Provinsi dan Jenis Penyakit Kumulatif Minggu 1-10 Tahun 2017 Provinsi/Penyakit Jumlah Kasus Indikasi KLB Tidak KLB Grand Total ACEH 26 929 955 Acute Flacid Paralysis (AFP) 3 3 Gigitan Hewan Penular Rabies 20 20 Malaria Konfirmasi 33 33 Suspek Campak 157 157 Suspek Difteri 26 7 33 Suspek HFMD 709 709 BALI 28 3588 3616 Acute Flacid Paralysis (AFP) 16 16 Gigitan Hewan Penular Rabies 3056 3056 Malaria Konfirmasi 1 1 Suspek Campak 28 124 152 Suspek HFMD 4 4 Suspek Tetanus Neonatorum 387 387 BANGKA BELITUNG 25 164 189 Gigitan Hewan Penular Rabies 2 2 Malaria Konfirmasi 33 33 Suspek Campak 25 126 151 Suspek HFMD 3 3 BANTEN 3 1636 1639 Malaria Konfirmasi 1 1 Suspek Campak 80 80 Suspek Difteri 3 3 Suspek HFMD 1555 1555 BENGKULU 13 457 470 Gigitan Hewan Penular Rabies 83 83 Malaria Konfirmasi 2 261 263 Suspek Antrax 1 1 Suspek Campak 11 112 123 DI YOGYAKARTA 20 399 419 Acute Flacid Paralysis (AFP) 3 3 Gigitan Hewan Penular Rabies 14 14 Suspek Campak 20 254 274 Suspek Flu Burung Pada Manusia 66 66 Suspek HFMD 15 15 Suspek Leptospirosis 47 47 GORONTALO 19 547 566 Acute Flacid Paralysis (AFP) 2 2 Jenis Penyakit KLB Bukan KLB Jumlah Acute Flacid Paralysis (AFP) 8 48 56 Gigitan Hewan Penular Rabies 16 2317 2333 Kluster Penyakit yang tidak lazim 9 9 Malaria Konfirmasi 11 1564 1575 Suspek Antrax 8 8 Suspek Campak 82 2732 2814 Suspek Difteri 30 30 60 Suspek Flu Burung Pada Manusia 1 24 25 Suspek HFMD 174 174 Suspek Kolera 12 12 Suspek Leptospirosis 9 95 104 Suspek Tetanus 38 38 Suspek Tetanus Neonatorum 1 8 9 Total 158 7059 7217

Upload: phamkiet

Post on 14-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Direktorat SKK Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Jalan Percetakan Negara No. 29 Kotak Pos 223 Jakarta Pusat 10560

Website: skdr.surveilans.org

PHEOC Sub Direktorat Surveilans

Telp. 62-21-4265974, Fax. 62-21-42802669 Email : [email protected]; [email protected]

Buletin SKDR Minggu ke: 10Thn 2017

Gambar 1. Kelengkapan dan Ketepatan laporan SKDR

Minggu ke 10 tahun 2017 (Pertanggal 17 Maret 2017)

Minggu ke-10 2017, terdapat 15 provinsi yang memiliki ketepatan dan kelengkapan laporan SKDR >= 80%. Provinsi Bangka Belitung, Riaua dalah 2 provinsi dengan ketepatan dan kelengkapan tertinggi. Namun secara nasional ketepatan dan kelengkapan laporan masih belum optimal.

Gambar 2 Capaian Alert SKDR Direspon Kumulatif Minggu 1-10 Tahun 2017

Secara nasional alert SKDR yang direspon masih jauh dari target tetapi dilihat menurut provinsi terdapat 12 provinsi yang mencapai dan melampaui target tahun 2017. Sesungguhnya seluruh provinsi itu memiliki potensi untuk mencapai 100% alert yang direspon karena alert yang muncul pasti berasal dari puskesmas yang dapat mengirimkan laporan melalui SMS. Sehingga bila alert muncul maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menghubungi puskesmas melalui SMS atau telpon terlebih dahulu. Bila diperlukan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat membantu puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi terhadap alert dengan indikasi KLB.

Tabel 1 Jumlah Alert Terverifikasi Kumulatif Minggu 1-10 Tahun 2017

Tabel 2 Jumlah Kasus Terverifikasi Menurut Provinsi dan Jenis Penyakit

Kumulatif Minggu 1-10 Tahun 2017

Provinsi/Penyakit Jumlah Kasus Indikasi KLB

Tidak KLB

Grand Total

ACEH 26 929 955 Acute Flacid Paralysis (AFP) 3 3 Gigitan Hewan Penular Rabies 20 20 Malaria Konfirmasi 33 33 Suspek Campak 157 157 Suspek Difteri 26 7 33 Suspek HFMD 709 709 BALI 28 3588 3616 Acute Flacid Paralysis (AFP) 16 16 Gigitan Hewan Penular Rabies 3056 3056 Malaria Konfirmasi 1 1 Suspek Campak 28 124 152 Suspek HFMD 4 4 Suspek Tetanus Neonatorum 387 387 BANGKA BELITUNG 25 164 189 Gigitan Hewan Penular Rabies 2 2 Malaria Konfirmasi 33 33 Suspek Campak 25 126 151 Suspek HFMD 3 3 BANTEN 3 1636 1639 Malaria Konfirmasi 1 1 Suspek Campak 80 80 Suspek Difteri 3 3 Suspek HFMD 1555 1555 BENGKULU 13 457 470 Gigitan Hewan Penular Rabies 83 83 Malaria Konfirmasi 2 261 263 Suspek Antrax 1 1 Suspek Campak 11 112 123 DI YOGYAKARTA 20 399 419 Acute Flacid Paralysis (AFP) 3 3 Gigitan Hewan Penular Rabies 14 14 Suspek Campak 20 254 274 Suspek Flu Burung Pada Manusia 66 66 Suspek HFMD 15 15 Suspek Leptospirosis 47 47 GORONTALO 19 547 566 Acute Flacid Paralysis (AFP) 2 2

Jenis Penyakit KLB Bukan KLB JumlahAcute Flacid Paralysis (AFP) 8 48 56Gigitan Hewan Penular Rabies 16 2317 2333Kluster Penyakit yang tidak lazim 9 9Malaria Konfirmasi 11 1564 1575Suspek Antrax 8 8Suspek Campak 82 2732 2814Suspek Difteri 30 30 60Suspek Flu Burung Pada Manusia 1 24 25Suspek HFMD 174 174Suspek Kolera 12 12Suspek Leptospirosis 9 95 104Suspek Tetanus 38 38Suspek Tetanus Neonatorum 1 8 9Total 158 7059 7217

Gigitan Hewan Penular Rabies 1 47 48 Malaria Konfirmasi 12 12 Suspek Antrax 2 2 Suspek Campak 18 68 86 Suspek Flu Burung Pada Manusia 6 6 Suspek HFMD 410 410 JAKARTA 3 502 505 Acute Flacid Paralysis (AFP) 1 1 Gigitan Hewan Penular Rabies 2 2 Malaria Konfirmasi 3 3 Suspek Campak 2 494 496 Suspek Difteri 1 1 Suspek HFMD 1 1 Suspek Tetanus 1 1 JAMBI 7 522 529 Acute Flacid Paralysis (AFP) 1 1 Gigitan Hewan Penular Rabies 63 63 Malaria Konfirmasi 237 237 Suspek Campak 7 220 227 Suspek Tetanus 1 1 JAWA BARAT 15 3163 3178 Acute Flacid Paralysis (AFP) 1 14 15 Gigitan Hewan Penular Rabies 32 32 Malaria Konfirmasi 27 27 Suspek Campak 9 343 352 Suspek Difteri 5 2 7 Suspek Flu Burung Pada Manusia 4 4 Suspek HFMD 2732 2732 Suspek Leptospirosis 3 3 Suspek Tetanus Neonatorum 6 6 JAWA TENGAH 73 1412 1485 Acute Flacid Paralysis (AFP) 2 12 14 Gigitan Hewan Penular Rabies 19 19 Kluster Penyakit yang tidak lazim 32 32 Malaria Konfirmasi 1 17 18 Suspek Campak 60 400 460 Suspek Difteri 3 3 Suspek Flu Burung Pada Manusia 8 8 Suspek HFMD 758 758 Suspek Leptospirosis 10 54 64 Suspek Tetanus 2 2 Suspek Tetanus Neonatorum 107 107 JAWA TIMUR 148 1231 1379 Acute Flacid Paralysis (AFP) 4 9 13 Gigitan Hewan Penular Rabies 1 1 Malaria Konfirmasi 1 24 25 Suspek Campak 136 361 497 Suspek Difteri 7 14 21

Suspek Flu Burung Pada Manusia 4 4 Suspek HFMD 683 683 Suspek Leptospirosis 40 40 Suspek Tetanus 30 30 Suspek Tetanus Neonatorum 65 65 KALIMANTAN BARAT 63 952 1015 Gigitan Hewan Penular Rabies 30 114 144 Malaria Konfirmasi 16 16 Suspek Campak 33 43 76 Suspek HFMD 767 767 Suspek Kolera 4 4 Suspek Leptospirosis 6 6 Suspek Tetanus 2 2 KALIMANTAN SELATAN 9 718 727 Acute Flacid Paralysis (AFP) 2 1 3 Gigitan Hewan Penular Rabies 7 18 25 Malaria Konfirmasi 69 69 Suspek Campak 58 58 Suspek HFMD 571 571 Suspek Leptospirosis 1 1 KALIMANTAN TENGAH 15 372 387 Gigitan Hewan Penular Rabies 144 144 Malaria Konfirmasi 41 41 Suspek Campak 15 168 183 Suspek HFMD 17 17 Suspek Leptospirosis 2 2 KALIMANTAN TIMUR 8 609 617 Gigitan Hewan Penular Rabies 51 51 Malaria Konfirmasi 157 157 Suspek Antrax 1 1 Suspek Campak 3 309 312 Suspek Difteri 5 2 7 Suspek HFMD 13 13 Suspek Kolera 74 74 Suspek Tetanus Neonatorum 2 2 KALIMANTAN UTARA 14 108 122 Acute Flacid Paralysis (AFP) 1 1 Gigitan Hewan Penular Rabies 18 18 Malaria Konfirmasi 5 5 Suspek Campak 14 83 97 Suspek HFMD 1 1 KEPULAUAN RIAU 4 552 556 Malaria Konfirmasi 62 62 Suspek Campak 4 130 134 Suspek HFMD 357 357 Suspek Tetanus Neonatorum 3 3 LAMPUNG 22 2022 2044 Acute Flacid Paralysis (AFP) 1 1 Gigitan Hewan Penular Rabies 184 184 Malaria Konfirmasi 1186 1186 Suspek Campak 22 231 253

Suspek HFMD 347 347 Suspek Kolera 1 1 Suspek Leptospirosis 65 65 Suspek Tetanus 6 6 Suspek Tetanus Neonatorum 1 1 MALUKU 1 1 Suspek Flu Burung Pada Manusia 1 1 MALUKU UTARA 317 317 Gigitan Hewan Penular Rabies 8 8 Malaria Konfirmasi 62 62 Suspek Campak 16 16 Suspek HFMD 219 219 Suspek Leptospirosis 12 12 NUSA TENGGARA BARAT 9 1176 1185 Gigitan Hewan Penular Rabies 11 11 Malaria Konfirmasi 3 428 431 Suspek Campak 6 18 24 Suspek Difteri 5 5 Suspek Flu Burung Pada Manusia 27 27 Suspek HFMD 638 638 Suspek Leptospirosis 47 47 Suspek Tetanus 2 2 NUSA TENGGARA TIMUR 13 2896 2909 Acute Flacid Paralysis (AFP) 1 1 Gigitan Hewan Penular Rabies 248 248 Kluster Penyakit yang tidak lazim 3 3 Malaria Konfirmasi 12 2568 2580 Suspek Campak 1 22 23 Suspek HFMD 53 53 Suspek Tetanus 1 1 PAPUA 4497 4497 Gigitan Hewan Penular Rabies 4 4 Kluster Penyakit yang tidak lazim 38 38 Malaria Konfirmasi 3936 3936 Suspek Campak 39 39 Suspek HFMD 413 413 Suspek Kolera 2 2 Suspek Tetanus 65 65 RIAU 9 536 545 Acute Flacid Paralysis (AFP) 1 1 Gigitan Hewan Penular Rabies 8 235 243 Malaria Konfirmasi 56 56 Suspek Difteri 1 1 Suspek HFMD 203 203 Suspek Leptospirosis 35 35 Suspek Tetanus 5 5 Suspek Tetanus Neonatorum 1 1 SULAWESI BARAT 13 808 821 Gigitan Hewan Penular Rabies 47 47

Malaria Konfirmasi 37 37 Suspek Campak 13 4 17 Suspek HFMD 719 719 Suspek Kolera 1 1 SULAWESI SELATAN 40 1357 1397 Gigitan Hewan Penular Rabies 6 209 215 Malaria Konfirmasi 54 54 Suspek Campak 34 71 105 Suspek Flu Burung Pada Manusia 4 4 Suspek HFMD 881 881 Suspek Leptospirosis 47 47 Suspek Tetanus 91 91 SULAWESI TENGAH 31 312 343 Acute Flacid Paralysis (AFP) 10 10 Gigitan Hewan Penular Rabies 6 104 110 Kluster Penyakit yang tidak lazim 2 2 Malaria Konfirmasi 1 84 85 Suspek Antrax 2 2 Suspek Campak 24 103 127 Suspek HFMD 2 2 Suspek Leptospirosis 3 3 Suspek Tetanus 2 2 SULAWESI TENGGARA 3 122 125 Gigitan Hewan Penular Rabies 1 37 38 Malaria Konfirmasi 1 65 66 Suspek Campak 1 16 17 Suspek Kolera 2 2 Suspek Tetanus 2 2 SULAWESI UTARA 573 573 Acute Flacid Paralysis (AFP) 1 1 Gigitan Hewan Penular Rabies 459 459 Malaria Konfirmasi 53 53 Suspek Antrax 1 1 Suspek Campak 55 55 Suspek HFMD 4 4 SUMATERA BARAT 2 446 448 Acute Flacid Paralysis (AFP) 3 3 Gigitan Hewan Penular Rabies 340 340 Malaria Konfirmasi 1 9 10 Suspek Campak 85 85 Suspek Difteri 1 1 Suspek Kolera 5 5 Suspek Leptospirosis 3 3 Suspek Tetanus 1 1 SUMATERA SELATAN 94 2348 2442 Acute Flacid Paralysis (AFP) 6 6 Gigitan Hewan Penular Rabies 139 139 Malaria Konfirmasi 2 338 340 Suspek Campak 91 334 425 Suspek Difteri 2 2 Suspek Flu Burung Pada Manusia 1 4 5

Suspek HFMD 1501 1501 Suspek Kolera 2 2 Suspek Tetanus 21 21 Suspek Tetanus Neonatorum 1 1 SUMATERA UTARA 47 1306 1353 Gigitan Hewan Penular Rabies 17 98 115 Malaria Konfirmasi 1 150 151 Suspek Antrax 10 10 Suspek Campak 29 1047 1076 Suspek Tetanus 1 1 Grand Total 776 36578 37354

Gambar 3

Tren Kelompok Penyakit Gangguan Pencernaan

Gambar 4 Peta Insiden Diare Minggu Ke-10 2017

Insiden diare akut tertinggi minggu ke-10 2017 berada di Lampung, Jambi, Sumatera Barat, Kalimantan Utara, NTB, Sulawesi Barat dan Gorontalo. Secara nasional tren diare menurun.

Gambar 5 Peta Insiden Suspek Tifoid Minggu Ke-10 2017

Insiden suspek tifoid tertinggi minggu ke-10 2017 adalah Bengkulu, Lampung, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur dan NTB. Secara nasional tren relatif stabil.

Gambar 6

Peta Insiden Suspek Diare Berdarah Minggu Ke-10 2017

Insiden suspek diare berdarah tertinggi minggu ke-10 2017 adalah Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan NTB. Secara nasional tren relatif stabil. Insiden penyakit kelompok gangguan pencernaan yang disebabkan oleh agent biologi seperti diare, tifoid, disentri, jaundis akut (seperti Hepatitis A atau E) dan kolera akan turun apabila PHBS masyarakat baik, sanitasi dan higienis baik, ketersediaan air bersih baik, pengelolaan bahan pangan juga baik. Yang perlu diwaspadai bagi penderita dengan gejala diare adalah dehidrasi berat yang menyebabkan kematian. Konfirmasi laboratorium dibutuhkan untuk menentukan etiologi penyakit tersebut.

Gambar 7

Peta Kasus Jaundis Akut Minggu Ke-10 2017

Pada minggu ke-10 2017, di beberapa provinsi muncul kasus suspek jaundis akut. Adanya kasus jaundis akut mengindikasikan kemungkinan adanya suspek hepatitis A atau E. Kecurigaan terhadap terjadinya KLB ini bila adanya klaster kasus dan ada hubungan epidemiologi di suatu wilayah. Provinsi Sumatera Selatan, Jawa Barat dan Jawa Tengah adalah provinsi dengan jumlah kasus terbanyak. Oleh karena itu Dinas Kesehatan Provinsi atau Kabupaten perlu melakukan analisis dan mengidentifikasi apakah kasus yang tersebar tersebut ada hubungan epidemiologi. KLB Hepatitis A maupun E penularan terjadi umumnya melalui makanan atau minuman yang tidak higienis saat pengelolaannya. Selain itu pada anak sekolah muncul KLB Hepatitis A atau E terjadi juga karena murid-murid di sekolah ada kebiasaan sharing makanan atau minuman dengan menggunakan sendok, garpu atau sedotan/ gelas yang sama. Laboratorium penting dalam menentukan etiologi penyakit pada kasus dan pada lingkungan.

Gambar 8 Tren Kelompok Penyakit PD3I

Gambar 9

Peta Insiden Suspek Campak Minggu Ke-10 2017

Campak merupakan salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang masuk kedalam komitmen global untuk dieliminasi. Dalam kelompok PD3I, kasus campak adalah penyakit dengan jumlah kasus terbesar. Namun demikian efikasi vaksin campak hanya 85% saja. Oleh karena itu imunisasi campak secara periodik beberapa tahun dilakukan pemberian dosis kedua atau crash program campak. Selain itu Suspek KLB Campak juga tertinggi dalam hal frekuensi. Pada minggu ke-10 2017, insiden suspek campak merata di beberapa propinsi seperti di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua Barat. Secara nasional tren suspek campak sedikit meningkat. Pada situasi KLB Campak maka respon yang dilakukan adalah ORI pada kelompok risiko tinggi, pemberian vitamin A dosis tinggi untuk mencegah kebutaan.

Gambar 10 Peta Kasus Suspek Difteri Minggu Ke-10 2017

Walaupun jumlah kasus difteri kecil dibandingkan dengan suspek campak namun menjadi perhatian di beberapa propinsi karena sudah mulai muncul kembali yang sebelumnya propinsi tersebut bebas dari difteri. Pada minggu ke-10, suspek difteri muncul di Aceh, Jawa Barat, Jawa Timur dan Kalimantan Timur. Aceh merupakan provinsi dengan kasus suspek difteri. Secara kumulatif jumlah kasus suspek difteri di Aceh sebanyak 22 kasus berdasarkan hasil konfirmasi laboratorium adalah positif difteri dan Aceh dinyatakan KLB difteri dengan jumlah kematian 1 orang. Tindakan yang sudah dilakukan terhadap kasus adalah pemberian ADS, ORI (Outbreak Response Imunization) pada kelompok rentan. Selain itu penyuluhan pentingnya imunisasi kepada masyarakat setempat.

Gambar 11 Peta Kasus Suspek Pertusis Minggu Ke-10 2017

Demikian juga dengan pertusis adalah salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yang muncul secara sporadis di beberapa propinsi. Di Bengkulu ditemukan kasus klaster suspek pertusis yang telah diperiksa di laboratoirum dan hasilnya adalah positif pada minggu ke-5.

Gambar 12 Peta Kasus AFP Minggu Ke-10 2017

Kasus AFP merupakan salah satu kasus yang harus ditemukan di masyarakat. Penemuan kasus AFP minimal >= 2 per 100.000 usia anak <= 15 tahun. Pada minggu ke-10, ada 6 provinsi yang berhasil menemukan kasus AFP. Semakin tinggi angka penemuan kasus AFP non Polio maka semakin baik kinerja surveilans AFP dalam membuktikan bahwa tidak ada kasus Polio baru di Indonesia.

Gambar 13 Peta Kasus Suspek Tetanus Minggu Ke-10 2017

Suspek Tetanus pada minggu ke-10 2017 ditemukan di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Selatan, Riau dan Maluku.

Gambar 14 Peta Kasus Suspek TN Minggu Ke-10 2017

Minggu ke-10 2017, terlaporkan oleh puskesmas di Jawa Timur ada kasus suspek TN. Tetapi hasil verifikasi kasus tersebut bukanlah TN. Faktor risiko munculnya TN semakin tinggi bila ibu yang melahirkan belum pernah mendapatkan vaksinasi TT serta pertolongan persalinan yang tidak higienis oleh dukun melahirkan atau paraji.

Gambar 15 Tren Kelompok Penyakit Zoonotik

GHPR (Gigitan Hewan Penular Rabies) bukanlah penyakit tetapi merupakan kejadian yang dapat menimbulkan kasus Rabies pada

manusia. Penyakit zoonosis lainnya yang menjadi prioritas dalam SKDR adalah anthrax, leptospirosis, dan flu burung pada manusia. Kasus GHPR pada manusia adalah kejadian yang paling besar jumlahnya dibandingkan dengan 3 penyakit zoonosis lainnya. Walaupun penyakit zoonosis umumnya menjangkit manusia kecil tetapi case fatality rate nya umumnya besar.

Gambar 16 Peta Insiden GHPR Minggu Ke-10 2017

Secara nasional insiden GHPR tertinggi berada di Bali. Rata-rata total kasus GHPR nya perminggu antara 300-400 kasus dilaporkan oleh puskesmas. Selain Bali daerah tertular rabies ada di Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Bengkulu, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo dan Maluku. Minggu kedua Januari, di Sulawesi Selatan dilaporkan adanya 2 kasus GHPR pada manusia yang menyebabkan 2 org tersebut meninggal. Hasil investigasi menunjukkan kasus tersebut sebelum meninggal mengalami gejala rabies. Pada minggu kedua ada 6 kasus GHPR pada manusia di Bali dan anjing penggigit setelah diperiksa lab hasilnya positif rabies. Oleh karena itu penatalaksanaan kasus sesuai SOP telah dilaksanakan. Di Kalimantan Barat, TNI dikerahkan oleh Panglima untuk membantu melakukan eliminasi anjing liar untuk menurunkan risiko munculnya kasus rabies pada manusia.

Gambar 17 Peta Kasus Suspek Leptospirosis Minggu Ke-10 2017

Leptospirosis umumnya muncul di masyarakat saat musim hujan dan terjadi banjir di wilayah tersebut. Tetapi untuk provinsi tertentu seperti Yogyakarta hampir sepanjang tahun kasus leptospirosis muncul dan umumnya menjangkit orang yang bekerja sebagai petani. Pada minggu ke-10, kasus suspek leptospirosis muncul di Lampung, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Maluku.

Gambar 18 Peta Insiden Anthrax Minggu Ke-10 2017

Pada minggu ke-10 tidak ditemukan Suspek anthrax pada manusia.

Gambar 19

Tren Kasus Kelompok Penyakit Tular Vektor

Malaria dan Demam Dengue (DD) merupakan 2 penyakit tular vektor yang masih menjadi masalah di Indonesia. Selain itu DBD penyakit yang sering menimbulkan kematian bila tidak tertangani lebih dini dengan baik. Suspek DD diamati dalam SKDR dalam rangka untuk deteksi dini kasus DBD. Bila ada tren meningkat pada suspek DD maka peningkatan kewaspadaan DBD dan upaya 3 M Plus perlu ditingkatkan di masyarakat. Malaria penting masuk ke dalam SKDR karena malaria adalah salah satu penyakit yang memiliki tujuan program eliminasi malaria. SKDR penting untuk daerah yang sudah bebas malaria maupun dalam tahap eliminasi. Setiap 1 kasus yang muncul merupakan indikasi adanya kasus import yang harus ditangani dengan serius agar tidak terjadi penularan daerah setempat yang berpotensi menjadi indegenus. Dalam SKDR kasus malaria memiliki tren yang konstan dan stabil menunjukan program pengendalian malaria berjalan di tempat. Mestinya bila kasus malaria dari tahun ke tahun turun jumlah kasusnya berarti program pengendalian malaria memiliki progres yang bagus, pada minggu ke-10 kasus malaria mengalami penurunan sedangkan kasus suspeck dengue mengalami peningkatan.

Gambar 20 Peta Insiden Malaria Minggu Ke-10 2017

Insiden malaria minggu ke-10 2017 masih berada di Papua Barat, Papua dan NTT. Tren malaria menunjukan adanya tren peningkatan kasus sampai minggu ke-10. Selama minggu 1-10 ada indikasi KLB malaria di Bengkulu, Lampung, Jambi, Maluku, Kalimatan Timur dan Maluku Utara.

Gambar 21 Peta Insiden Suspek Demam Dengue Minggu Ke-10 2017

Insiden suspek demam dengue pada minggu ke-10 tertinggi di Provinsi Riau. Sebagian besar Pulau Sumatera memiliki insiden yang sama demikian juga dengan sebagian Pulau Kalimantan dan Pulau Jawa, Bali, Sulawesi, NTB, NTT dan Papua. Secara nasional tren

suspek demam dengue menurun. Berdasarka event based surveillance, telah terjadi KLB DBD di Riau.

Gambar 22 Peta Insiden Suspek Chikungunya Minggu Ke-10 2017

Insiden suspeck Chikungunya pada minggu ke-10 2017 terjadi di Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengah. Penanggulangan kasus suspeck chikungunya diarahkan pada pemutusan mata rantai penularan terutama daerah berbatasan atau penyebaran daerah yang frekuensi transportasi yang tinggi.

Gambar 23

Peta Insiden Suspek Meningitis/Encephalitis Minggu Ke-10 2017

Pada minggu ke-10 2017 tidak ditemukan kasus meningitis/Encephalitis.

Gambar 24

Tren Penyakit Kelompok Gangguan Pernafasan

Secara nasional, tren penyakit ILI menunjukkan peningkatan walaupun tidak signifikan. ILI merupakan salah satu penyakit yang memiliki pola tahunan, tetapi pada minggu ke-10 2017 tren penyakit ILI mengalami penurunan.

Gambar 25 Peta Insiden ILI Minggu Ke-10 2017

Insiden kasus ILI pada minggu ke-10 2017 menyebar ke seluruh provinsi tetapi insiden tertinggi di Provinsi Bengkulu, Sumatera Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimatan Utara, Sulawesi Barat dan Papua Barat.

Gambar 26 Peta Insiden Pneumonia Minggu Ke-10 2017

Insiden kasus pneumonia minggu ke-10 2017 kasus tertinggi masih di Provinsi Papua dan Papua Barat dengan jumlah 5-23 kasus.

Gambar 27

Peta Kasus HFMD Minggu Ke-10 2017

PTKM atau penyakit tangan, kaki dan mulut, yang dikenal dengan Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) ini, adalah penyakit berupa demam yang disertai kemerahan pada kulit dengan atau tanpa ulkus pada mulut. Sedangkan kemerahan dapat berbentuk papulovesikuler yang terdapat pada telapak tangan atau telapak kaki atau keduanya, pada beberapa kasus kemerahan berbentuk makulopapular tanpa vesikel yang dapat mengenai bokong,lutut dan siku pada balita dan bayi. Pada minggu ke-10 2017 kasus terbanyak ditemukan di Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Aceh. Penyakit ini disebabkan oleh human enteroviruses spesies A (HEV-A), Coxsackievirus A16 dan Enterovirus 71 (EV71). Genus Enterovirus family Picornaviridae. Serotipe HEV-A yang lain adalah Coxsackie virus A6 dan Coxsackievirus A10, serta Echovirus.

Gambar 28 Peta Insiden Penyakit Tidak Lazim Minggu Ke-10 2017

Pada minggu ke-10 2017 tidak ditemukan insiden penyakit tidak lazim.

Dari hasil mapping verifikasi Rumor/KLB dari tanggal 13 -18 Maret 2017 masih di dominiasi oleh KLB suspeck Difteri dan Campak. Rekomendasi: 1. Bagi provinsi yang kinerjanya dibawah standar mohon semua

alert yang muncul agar diverifikasi/respon seluruhnya agar tidak ada KLB yang lolos.

2. Provinsi dan kabupaten yg terjadi KLB segera lakukan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan untuk mencegah meluasnya KLB.

3. Pengelola Surveilans PD3I di provinsi, kabupaten/kota dan puskesmas membuat line list (table data individu) kasus dan dikirimkan sampai ke EPI Data Kementerian Kesehatan.

Analisa: Tim PHEOC

-o0o-