kkp - pemanfaatan air kelapa untuk pembuatan kecap

37
Pemanfaatan Air Kelapa untuk Pembuatan Kecap terhadap Peningkatan Perekonomian Masyarakat Kelurahan Harapan Tani Kecamatan Kempas Oleh: NASRUDDIN. ASN KERTAS KERJA PERORANGAN (KKP) UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI Islamic Univesity of Indragiri “Menjadi Universitas Berjaya dan Gemilang Tahun 2025”

Upload: nasruddin-asnah

Post on 24-Jan-2018

308 views

Category:

Education


37 download

TRANSCRIPT

Pemanfaatan Air Kelapa untuk Pembuatan Kecap terhadap Peningkatan Perekonomian Masyarakat Kelurahan Harapan Tani

Kecamatan Kempas

Oleh: NASRUDDIN. ASN

KERTAS KERJA PERORANGAN (KKP)

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRIIslamic Univesity of Indragiri

“Menjadi Universitas Berjaya dan Gemilang Tahun 2025”

Mahasiswa Ekonomi Syariah Fakultas Ilmu Agama Islam semester VII,Mengikuti Kuliah Kerja Nyata Program Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) Tematik Universitas Islam Indragiri Tembilahan Angkatan IX di tempatkan di Kelurahan Harapan Tani Kecamatan Kempas. Selain itu juga diamanahkan menjadi Ketua Angkatan bagi 380 orang Mahasiswa.

ProfilT E N T A N G N A S R U D D I N. A S N

Mengangkat judul penelitian Tematik “Pemanfaatan Air Kelapa untuk Pembuatan Kecap terhadap Peningkatan Perekonomian Masyarakat Kelurahan Harapan Tani Kecamatan Kempas”

Beralamat di Jl. Provinsi Parit 03 Tembilahan Hulu – Indragiri Hilir – Riau. Juga dapat di contactmelalui Telp./WA +62 852 7873 7651, email : [email protected] dan beberapa akun media sosial dengan nama yang sama. Motto hidupnya “Jalani dengan Hati.”***

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahiwabarkatuh

Puji syukur kepada Allah SWT yang memberikan kesehatan, kecerdasan serta segala

keagungan di muka bumi. Sehingga laporan kertas kerja perorangan (KKP) dapat dikerjakan

dengan baik sebagai laporan kegiatan Kuliah Kerja Nyata Program Pemberdayaan Masyarakat

(KKN PPM) Tematik Universtias Islam Indragiri IX Tahun 2016. Shalawat serta salam kepada

junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai pelopor ilmu pengetahuan bagi kemajuan pendidikan

dan peradaban umat manusia.

Ucapan terimakasih setulusnyanya kepada tokoh masyarakat yang telah memberi nasehat dan

petuah yang diberikan kepada peserta KKN. Selanjutnya ucapan terimakasih kepada Lurah dan

warga masyarakat kelurahan Harapan Tani yang telah memberikan bimbingan dan fasilitas yang

mendukung suksesnya pelaksanaan KKN PPM Tematik Universitas Islam Indragiri IX Tahun 2016

di Kelurahan Harapan Tani, dan Pemerintah Kecamatan Kempas Kabupaten Indragiri Hilir.

Serta terimakasih kepada Dosen Pembimbing Lapangan, Bapak Prima Antoni,S.Pd.,M.Pd yang

telah membimbing selama pelaksanakan KKN PPM UNISI IX Tahun 2016 di Kelurahan Harapan

Tani Kecamatan Kempas Kabupaten Indragiri Hilir.

Terimakasih kepada Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)

Universitas Islam Indragiri, ibu Nursida,SP.,MP. Rektor Universitas Islam Indragiri, Ibu Dr. Sri

Handayani,SE.,MM. Selanjutnya kepada Bapak H. Edy Syafwannur,SE.,MP selaku ketua Yayasan

Tasik Gemilang dan Bapak Dr. H. Indra Muchlis Adnan,SH.,MH.,MM.,Ph.D sebagai pendiri dan

Pembina Universitas Islam Indragiri.

Disadari banyak terdapat kekurangan dalam penulisan laporan kertas kerja perorangan ini,

sehingga diharapkan kritik dan saran semua pihak guna perbaikan dan menyempurnaan agar

menjadi lebih baik.

Harapan Tani, 26 Agustus 2016

NASRUDDIN. ASN

NIM. 601131010020

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelurahan Harapan Tani Kecamatan Kempas memiliki luas wilayah 139,80 KM2 dengan

jumlah Penduduk pada tahun 2014 berjumlah 4.200 jiwa. Terdiri dari 2.087 laki-laki dan 2.113

perempuan dengan 1.064 Kepala Keluarga.

Dataran wilayah Kelurahan Harapan Tani berada dikisaran 1-4 Meter diatas permukaan

laut. Sebagian besar terdiri dri tanah gambut, endapan serta rawa-rawa dengan kanal dan

parit-parit yang ideal sebagai lahan perkebunan kelapa.

Tanaman kelapa disebut juga tanaman serbaguna, karena dari akar sampai ke daun kelapa

bermanfaat, demikian juga dengan buahnya. Buah adalah bagian utama dari tanaman kelapa

yang berperan sebagai bahan baku industri. Buah kelapa terdiri dari beberapa komponen

yaitu sabut kelapa, tempurung kelapa, daging buah kelapa dan air kelapa. Daging buah

adalah komponen utama yang dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai ekonomi tinggi.

Sedangkan air, tempurung, dan sabut sebagai hasil samping (by product) dari buah kelapa

juga dapat diolah menjadi berbagai produk yang nilai ekonominya tidak kalah dengan daging

buah (Lay dan Pasang, 2003; Maurits, 2003; Nur et al., 2003).

Berpotensi untuk dapat mengembangkan pengolahan pemanfaatan dari sektor

perkebunan ini terutama pemanfaatan hasil samping air kelapa. Air kelapa yang selama ini

kurang dimanfaatkan secara optimal yang merupakan hasil turunan dari pengolahan kelapa.

Selama ini dalam sehari- hari kelapa digunakan untuk olahan minuman segar, bahan

masakan, minyak, dan diolah menjadi kopra, sedangkan air dibuang begitu saja tanpa

dimanfaatkan, sementara air kelapa ini dapat diolah menjadi produk yang memiliki nilai

ekonomi, disamping itu air kelapa masih mengandung nilai gizi yang dibutuhkan tubuh yaitu

protein 0,29%, lemak 0,15%, karbohidrat 7,27%, serta abu 1,06%.

Diantara pemanfaatan hasil samping air kelapa ini dapat diolah menjadi “Nata de Coco,

Kecap Air Kelapa, Sirup Air Kelapa dan Madu Air Kelapa, Permen,Water Coco dan Cuka.”

Bagaimana menentukan cara yang efektif untuk memberikan pengetahuan serta

membangkitkan kesadaran masyarakat Kelurahan Harapan Tani kecamatan Kempas

mengingat kesadaran akan manfaat dan nilai ekonomis dalam Air kelapa yang dapat

menopang dan meningkatkan ekonomi keluarga.

1.2 Tujuan KKP

Adapun tujuan penulisan Kertas Kerja Perorangan ini adalah :

Untuk mengetahui tingkat perekonomian masyarakat Kelurahan Harapan Tani.

Untuk mengetahui pemahaman dan kemampuan masyarakat Kelurahan Harapan Tani

dalam memanfaatkan dan mengolah air kelapa untuk pembuatan kecap.

Menjadi media edukasi bagi masyarakat Kelurahan Harapan Tani agar lebih

memaksimalkan potensi sumber daya yang ada dan mampu menciptakan produk-produk

bernilai ekonomis untuk menunjang perekonomian.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut :

Bagaimana tingkat perekonomian masyarakat Kelurahan Harapan Tani?

Bagaimana pemahaman dan kemampuan masyarakat Kelurahan Harapan Tani dalam

memanfaatkan Air Kelapa untuk pembuatan kecap?

Bagaimana cara pengolahan Air Kelapa menjadi produk-produk yang bernilai ekonomis?

1.4 Pokok-pokok Pemecahan Masalah

Dari rumusan masalah diatas maka langkah selanjutnya adalah dengan menetukan

beberapa pemecahan permasalahan maka dibuat beberapa kebijakan yaitu :

1.4.1 Kebijakan

Membangkitkan kembali kesadaran masyarakat kelurahan harapan tani akan

ketersediaan sumber daya (Air Kelapa) yang selama ini terbuang sia-sia yang yang dapat

diolah menjadi produk yang bernilai ekonomis untuk menunjang perekonomian.

1.4.2 Strategi

Edukasi peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga mampu membaca

peluang dan memanfaatkan Air Kelapa yang tersedia. Dengan penyediaan informasi (cara

pengolahan) dan pemanfaatan information technology (IT) dalam pemasaran produk.

1.4.3 Upaya

Tindak lanjut kebijakan dan strategi diatas dapat dijleaskan bahwa terdapat tiga

indikator yang mendapat perhatian dalam pelaksanaan dilapangan.

1.4.3.1 Subjek 1.4.3.2 Objek 1.4.3.3 Metode

Subjek pada kertas kerja ini

adalah Nasruddin. ASN

Sebagai Mahasiswa Program

Studi Ekonomi Syariah

Fakultas Ilmu Agama Islam

Universitas Islam Indragiri

yang melaksanakan Kuliah

Kerja Nyata (KKN) di

Kelurahan Harapan Tani

Kecamatan Kempas.

Objek dalam hal ini adalah

masyarakat Kelurahan Harapan

Tani khususnya masyarakat di

Lingkungan II (Dusun Semoga

Jaya) Kecamatan Kempas.

Objek diberikan pemahaman

akan ketersediaan sumber

daya (Air Kelapa) yang belum

termanfaatkan dan diberikan

edukasi sehingga mampu

membaca peluang dan

memanfaatkan serta mengolah

Air Kelapa menjadi produk

yang bernilai ekonomis untuk

menunjang perekonomian.

Penelitian menggunakan

ekspolatif deskriptif dengan

menganalisis pemberdayaan

masyarakat dalam

memanfaatkan dan mengolah

hasil samping kelapa yang

dikembangkan menggunakan

pendekatan kajian studi

pustaka. Pendekatan teori/

konsep dilakukan dengan

merujuk dari beberapa

sumber, seperti buku, jurnal

ilmiah, dan internet sesuai

uraian gagasan yang ada

digabungkan dalam satu

susunan kerangka pemikiran.

Hal tersebut dapat jelaskan sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Peningkatan Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan modal yang sangat penting dalam melakukan

pembangunan. Keterkaitan masalah ini dengan pemberdayaan masyarakat sangat besar.

Dampak pemberdayaan masyarakat adalah kemandirian masyarakat dalam mengatasi

permasalahan mereka melalui prakarsa dan kreatifitas untuk meningkatkan kualitas hidup.

Tentunya membutuhkan masyarakat yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan sikap

untuk keluar dari permasalahan mereka.

Banyak ekonom yang memandang penting investasi sumber daya manusia. Adanya

perubahan paradigma bahwa dalam pertumbuhan ekonomi tidak hanya mementingkan

akumulasi modal fisik melainkan juga pembentukan modal manusia. Studi Schultz,

Harbison, Dension, Kendrick, Moses Abromovits, Becker, Kuznets (Jhingan,1988)

menyatakan bahwa salah satu faktor penting yang menyebabkan pertumbuhan cepat

perekonomian Amerika adalah pembiayaan pendidikan yang secara relatif selalu

meningkat.

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Peningkatan Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan modal yang sangat penting dalam melakukan

pembangunan. Keterkaitan masalah ini dengan pemberdayaan masyarakat sangat besar.

Dampak pemberdayaan masyarakat adalah kemandirian masyarakat dalam mengatasi

permasalahan mereka melalui prakarsa dan kreatifitas untuk meningkatkan kualitas hidup.

Tentunya membutuhkan masyarakat yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan sikap

untuk keluar dari permasalahan mereka.

Banyak ekonom yang memandang penting investasi sumber daya manusia. Adanya

perubahan paradigma bahwa dalam pertumbuhan ekonomi tidak hanya mementingkan

akumulasi modal fisik melainkan juga pembentukan modal manusia. Studi Schultz,

Harbison, Dension, Kendrick, Moses Abromovits, Becker, Kuznets (Jhingan,1988)

menyatakan bahwa salah satu faktor penting yang menyebabkan pertumbuhan cepat

perekonomian Amerika adalah pembiayaan pendidikan yang secara relatif selalu

meningkat.

Telaah mengenai peningkatan kapasitas sumber daya manusia ini adalah masyarakat

pedesaan dan institusi kelembagaan sebagai wadah mereka berorganisasi. Menjadi

pertimbangan bagi perencana pembangunan, ketika menghadapi persoalan peningkatan

kapasitas sumberdaya manusia masyarakat pedesaan yang rata-rata pendidikan formalnya

terbatas. Bahkan di beberapa desa terpencil masih ditemukan mereka yang buta huruf.

Tentunya perlu dipilih metode dan media pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan

kondisi masyarakat. Para pelaku pemberdaya di tingkat masyarakat yang selanjutnya

sering disebut dengan fasilitator, mengembangkan metode pelatihan bagi orang dewasa

untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat pedesaan. Kunci dari

metode pendidikan bagi orang dewasa adalah proses penyadaran melauli penumbuhan

kepercayaan diri, menumbuhkan rasa membutuhkan pada diri masyarakat untuk

memperbaiki kualitas hidup.

Media untuk pendidikan orang dewasa sangat beragam dan tentunya disesuaikan

dengan kelompok sasaran dan tujuan. Dari hasil pengalaman beberapa lembaga

pendidikan bagi masyarakat bahwa metode on the job training, demplot, sangat efektif dan

efisien sedangkan diskusi kelompok, tanya jawab efektif dan effisien dibandingkan

ceramah. Disamping itu tetap dilakukan proses refleksi untuk membagi pengalaman

belajar masing-masing anggota kelompok belajar. Filosofi yang terkandung dalam proses

pendidikan orang dewasa ini adalah meningkatknya kesadaran kritis masyarakat terhadap

kondisi lingkungan yang ada saat ini dan mengorganisir diri untuk membebaskan dari

ketidakberdayaan.

Rancangan program pelatihan yang disediakan oleh poyek kadang-kadang ditemukan

tidak sesuai dengan kebutuhan kelompok belajar. Seringkali masyarakat membutuhkan

ketrampilan teknologi tepat guna yang sesuai dan mudah untuk mengelola sumber daya

lokal yang ada. Sedangkan teknologi yang diberikan sulit dipahami penggunaan dan

perawatannya. Kegitan penjajakan kebutuhan pelatihan perlu dilakukan sebelum

pelaksanaan pelatihan. Beberapa studi yang dilakukan menunjukkan bahwa pelatihan

yang didahului dengan studi penjajakan kebutuhan lebih efektif dan efisien dari pada

tidak dilakukan studi penjajakan.

Beberapa program memadukan kegiatan peningkatan kapasitas sumber daya manusia

ini pada program kesehatan, air bersih, keluarga berencana maupun program nutrisi.

Sasaran utamanya tentunya adalah peningkatan produktifitas masyarakat miskin pedesaan

untuk meningkatkan peluang dan kesempatan mereka memperoleh pekerjaan dan

pendapatan yang lebih baik. Dengan berkembangnya konsep ”gender and development”,

perhatian proses peningkatan kapasitas masyarakat sudah semakin merata baik terhadap

laki-laki dan perempuan. Dorongan yang kuat karena kesetaraan akan membangun relasi

yang adil, maka kesempatan pendidikan peluangnya sama bagi laki-laki dan perempuan.

Walaupun sering berbenturan dengan budaya dan kebiasaan masyarakat setempat.

Peran organisasi kelembagaan di tingkat desa sangat penting sebagai wadah belajar

bersama. Memang banyak organisasi kelembagaan di tingkat desa baik formal maupun

non formal. Kelembagaan formal seperti Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Dasa Wisma,

PKK, seringkali hanya papan nama dan belum berfungsi secara optimal. Beberapa studi

menunjukkan bahwa kegiatan rutin yang dilakukan sebatas ketersediaan dana atau

proyek. Ketika dana sudah habis biasanya kegiatan juga berakhir. Menyikapi kondisi

tersebut, diperlukan local leaders atau champion di tingkat masyarakat sebagai motivator

yang selalu menggerakkan kegiatan di tingkat masyarakat. Para kader inilah yang perlu

mendapatkan pelatihan lebih, karena fungsinya seringkali berkembang menjadi problem

solving bagi anggota lainnya.

Peran lembaga pendidikan dan pelatihan baik formal maupun non formal sangat

diperlukan dalam hal ini. Tentu saja juga menjadi persoalan mengenai anggaran untuk

melaksanakan ini. Pemerintah daerah beserta dinas terkaitnya, sebenarnya mempunyai

anggaran untuk program-program peningkatan kapasitas masyarakat. Kesinergisan dan

koordinasi dengan pihak lain.

Kerjasama yang sinergis berbagai sektor seperti sektor swasta, pemerintah, lembaga

lokal, serta institusi lainnya diperlukan untuk menangani kegiatan ini. Walaupun menjadi

pertanyaan besar, seandainya ada pihak swasata yang melakukan kegiatan ini di desa

terpencil lalu bagaimana teknis pelaksanaannya? Di luar kemungkinan terlibatnya aparat

pemerintah atau pengusaha swasta yang idealis, maka hanya paling mungkin dilakukan

oleh sukarelawan yang berkompeten atau LSM.

Keterlibatan LSM sudah tampak di berbagai daerah khususnya desa yang tertinggal

mampu mendampingi kelompok masyarakat miskin pedesaan melalui kegiatan usaha

produktif yang meningkatkan pendapatan. Disini lain , kalangan LSM ini mempunyai

jaringan kerja dengan lembaga donor yang mempunyai perhatian terhadap program

pengembangan masyarakat tanpa memperhitungkan untung dan ruginya. Para perencana

kebijakan daerah, sangat diharapkan perannya memahami pesoalan sosial bidaya

masyarakat desa, hendaknya program-program pemerintah yang digulirkan melibatkan

para tokoh agama dan tokoh masyarakat yang menajadi panutan dan tempat bertanya.

Seringkali justru dengan adanya para tokoh panutan ini program berjalan lebih efektif dan

efisien. Keberhasilan soalisasi memudahkan rencana kerja di tingkat masyarakat.

2.1.2 Potensi Ekonomi dalam Hasil Samping Kelapa

Produksi buah kelapa Indonesia rata-rata 15,5 milyar butir/tahun atau setara dengan

3,02 juta ton kopra, 3,75 juta ton air, 0,75 juta ton arang tempurung, 1,8 juta ton serat sabut,

dan 3,3 juta ton debu sabut (Agustian et al., 2003; Allorer ung dan Lay, 1998; Anonim, 2000;

Nur et al., 2003; APCC, 2003). Industri pengolahan buah kelapa umumnya masih terfokus

kepada pengolahan hasil daging buah sebagai hasil utama, sedangkan industri yang

mengolah hasil samping (by-product) seperti; air, sabut, dan tempurung kelapa masih

secara tradisional dan bersekala kecil, padahal potensi ketersediaan bahan baku untuk

membangun industri pengolahannya masih sangat besar. Tidak hanya dari segi jumlah,

dari segi jenis produk hilirpun, pengolahan hasil buah kelapa juga masih mempunyai

peluang cukup besar. Daging buah kelapa yang selama ini hanya diolah menjadi kopra,

crude coconut oil (CCO), dan minyak goreng, mempunyai peluang dikembangkan menjadi

industri oleochemical, oleofood, desicated coconut, dan lain-lain produk yang memiliki nilai

ekonomi tinggi (Rumokoi dan Akuba, 1998; BNI 1946, 1990).

Demikian juga halnya dengan hasil samping, sabut menjadi industri serat sabut,

cocopeat, tempurung menjadi tepung tempurung, karbon aktif, dan air kelapa menjadi

nata de coco. Bahan tersebut merupakan bahan baku pada industri; matras, kasur, pot,

kompos kering, aneka makanan dan lain sebagainya (Richtler dan Knaut, 1984; Istina et al.,

2003).

Kalau hanya memfokuskan pengolahan buah kelapa pada daging buah saja

menyebabkan harga kelapa tertinggi hanya mencapai rata-rata Rp 1.500,-/butir, yang

artinya pendapatan petani kelapa dengan kepemilikan rata-rata 0,5 ha hanya mencapai Rp

3.750.000,-/tahun, pendapatan yang sangat rendah untuk petani dapat hidup layak. Salah

satu usaha untuk meningkatkan pendapatan petani kelapa adalah dengan mengolah

semua komponen buah menjadi produk yang bernilai tinggi, sehingga nilai buah kelapa

akan meningkat. Sebagai contoh tempurung kelapa, kalau diolah menjadi arang

tempurung harganya US$ 175/ton, kalau diolah menjadi arang aktif harganya mencapai

US$ 742/ton, ini berarti peningkatan nilai arang tempurung ke arang aktif sebesar US$

567/ton atau 324% (PKAO, 1989).

Dengan demikian nilai ekonomi kelapa tidak lagi berbasis kopra (daging buah),

seperti di Philipina, dari total ekspornya (US$ 920 juta) 49% diantaranya berasal bukan

dari CCO tetapi dari hasil olahan lain termasuk pengolahan hasil samping (Allorerung et

al., 1998). Dari data yang dihimpun oleh Asia Pasific Coconut Community (APCC, 2001)

bahwa konsumsi kelapa segar dari sekitar 220 juta penduduk Indonesia mencapai 8,15

milyar butir (52,6%), dengan konsumsi per kapita per tahun sebanyak 37 butir. Sisanya

sebanyak 7,35 milyar butir (47,4%) diolah menjadi 1,43 juta ton kopra (Agustian et al.,

2003; Rindengan dan Karaow, 2003). Dari 1,43 juta ton kopra di atas 85-90% diolah menjadi

crude coconut oil (CCO) dan sisanya (10-15%) untuk olahan lanjutan. Dari angka-angka ini

menunjukkan bahwa kegunaan buah kelapa beragam dengan pengguna yang juga

tersebar.

Hal ini menyebabkan bahan baku hasil samping kelapa tersebar, sehingga

memerlukan strategi, kelembagaan dan implikasi yang tepat untuk membangun industri

hilir tersebut. Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan beberapa program diversifikasi

di pedesaan untuk menghasilkan produk setengah jadi dari hasil samping buah kelapa

seperti arang tempurung, serat sabut, cocopeat, nata de coco, yang dapat dikaitkan dengan

industri berteknologi tinggi untuk selanjutnya diolah sesuai dengan mutu dan jenis produk

untuk memenuhi pasar internasional serta strategi, bentuk kelembagaan dan implikasi

program diversifikasi produk tersebut.

Volume air yang terdapat pada buah kelapa berkisar 150 - 300 ml. Air kelapa yang

dapat diolah untuk menghasilkan beberapa produk bernilai ekonomi seperti minuman

ringan, cuka, kecap, syrup, permen dan nata de coco. Nata de coco sendiri selain sebagai

makanan berserat, juga dapat digunakan dalam industri akustik. Saat ini baru nata de coco

yang telah berkembang mulai dari skala industri rumah tangga hingga industri besar

(Tenda et al., 1999).

2.1.3 Kecap Air Kelapa

Kemajuan peradaban manusia terjadi pada semua sektor dan sisi kehidupan ini. Salah

satu sisi kehidupan yang sangat maju pada jaman ini adalah kuliner. Berbagai menu

masakan telah berhasil diciptakan oleh manusia melalui instink konsumtif mereka,

demikian pula berbagai penyedap rasa dan aroma telah berhasil dibuat untuk meramaikan

cita rasa dan aroma menu tersebut. Salah satu penyedap rasa yang sudah lama dikenal

adalah kecap.

Pada awalnya kecap dibuat orang dari bahan baku kacang kedelai. Kecap dari kacang

kedelai ini sangat digemari karena cita rasa yang ditimbulkannya sangat nikmat.

Perkembangan teknologi kuliner yang terus bergerak berhasil menemukan bahan baku

lain untuk membuat kecap yang tak kalah nikmatnya dengan kecap kedelai yaitu air

kelapa.

Kecap air kelapa bila dilihat dari tampilan dan warnanya menyerupai kecap kedelai.

Tetapi teksturnya agak sedikit kasar oleh karena rempah-rempah bumbunya yang kadang

tidak teracik secara halus seperti halnya kecap kedelai yang diproduksi oleh pabrik besar.

Tetapi aroma dan rasanya tidak kalah nikmat.

III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Harapan Tani Kecamatan Kempas Kabupaten

Indragiri Hilir Provinsi Riau.

Dilakukan selama 40 Hari terhitung mulai tanggal 15 Juli sampai dengan tanggal 25

Agustus 2016.

3.2 Metode PenelitianPenelitian menggunakan pendekatan kajian studi pustaka. Pendekatan teori/ konsep

dilakukan dengan merujuk dari beberapa sumber, seperti buku, jurnal ilmiah, dan internet

sesuai uraian gagasan yang ada digabungkan dalam satu susunan kerangka pemikiran.

Penulis melakukan sosialisasi door to door, mengumpulkan data berupa kata-kata, gambar

dan angka. Meliputi wawancara, catatan lapangan, foto-foto dokumentasi dan data sekunder

yang telah ada. Sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai tingkat perekonomian dan

pemahaman serta pengetahuan masyarakat terhadap pemanfaatan Air Kelapa.

Dilanjutkan dengan kegiatan penyuluhan untuk memberikan pengetahuan cara mengolah

Air Kelapa menjadi menjadi kecap. Pada tahap akhir, dilakukan wawancara secara acak

kepada peserta penyuluhan untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta terhadap materi

yang disampaikan dalam penyuluhan.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian4.1.1 Sejarah singkat Pembentukan Kelurahan Harapan Tani

Kelurahan Harapan Tani sebelumnya adalah Dusun Kilometer 8 yang dipimping oleh

Bapak Makmud selama 10 tahun. Merupakan bagian dari Wilayah Desa Teluk Kiambang

Kecamatan Tempuling. Terjadi pemekaran wilayah dan berdiri Desa Kilometer 8. Bapak M.

Suryani terpilih sebagai kepala desa pertama. Kemudian desa Kilometer 8 berganti nama

menjadi Desa Harapan Tani. Dalam wilayah Desa Harapan Tani dilakukan pemekaran

menjadi tiga dusun yakni, Dusun Tani Makmur yang dipimpin bapak Ibrahim, Dusun

Semoga Jaya oleh Bapak Samin serta Dusun Harapan Baru dipimpin oleh bapak Nasran.

Sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Nomor 16 Tahun 2005 tentang

pembentukan Kecamatan Kempas, Concong, Sungai Batang dalam Kabupaten Indragiri Hilir.

Maka secara resmi Desa Harapan Tani memisahkan diri dari Kecamatan Tempuling dan

termasuk kedalam wilayah Kecamatan Kempas.

Bersasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Nomor 03 Tahun 2012 tentang

Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan terhadap Desa Sungai Empat, Desa Kuala Lahang,

Desa Kota Baru Reteh, Desa Selensen, Desa Harapan Tani dan Desa Concong Luar. Maka

Harapan Tani berganti status dari Desa menjadi kelurahan yang saat ini di jabat oleh Bapak

Suardi.

4.1.2 Keadaan Alam

Dataran wilayah Kelurahan Harapan Tani dari berada di Kisaran 1-4 Meter diatas

permukaan laut. Sebagian besar terdiri dri tanah gambut, endapan serta rawa-rawa

dengan kanal dan parit-parit dijadikan areal perkebunan kelapa dan kelapa sawit serta

palawija.

4.1.3 Luas dan Batas Wilayah

Kelurahan Harapan Tani memiliki luas 139,80 KM2 dengan batas wilayah sebagai

berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sungai Ara dan Kempas Jaya Kecamatan

Kempas.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lintas Utara dan Desa Kuala Lemang

Kecamatan Keritang.

Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Teluk Kelasa dan Desa Pengalehan Keritang

Kecamatan Keritang.

Sebelah Timur bebatasan dengan Desa Rumbai Jaya Kecamatan Kempas.

4.1.4 Pemerintahan

Dalam upaya meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan

pembangunan dan pelayanan masyarakat secara tepat guna, kelurahan telah menyusun

struktur organisasi kelurahan berdasarkan struktur organisasi pola minimal sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan. Dengan rincian sebagai

berikut :

Lurah : Suardi

Sekretaris Lurah (Plt) : Zakaria, SP., MP

Kasi Umum :

Staf Seksi Umum : Edi Zulhairi

Kasi Pemb. Masyarakat :

Staf Seksi Pemb. Masyarakat : M.Yamin

Kasi Tata Pemerintahan :

Staf Seksi Tata Pemerintahan : Ambok Tuo

: Ida Nurliza, S. Si

Kasi Trantib :

Staf Seksi Trantib : Ahmadi

: Khairil Insan

Kelurahan Harapan Tani terdiri dari Tiga Lingkungan : (1) Lingkungan I (Dusun Tani

Makmur) : M. Yamin (2) Lingkungan II (Dusun Semoga Jaya) : Rusian J. (3) Lingkungan III

(Dusun Harapan Baru) : Nasran.

Dengan 10 RW dan terbagi dalam 25 RT.

4.1.5 Penduduk

Penduduk asli daerah Indragiri Hilir adalah suku Melayu yang sering disebut Melayu

Riau. Sebagaimana halnya suku-suku Melayu yang ada di daerah Riau lainnya. Dengan

datang dan menetapnya suku-suku lain ke daerah ini yang berlangsung terus menerus

diikuti dengan pembauran atau asimilasi antara suku Melayu dengan suku-suku

pendatang. Suku pendatang tersebut antara lain suku banjar, bugis, jawa, sunda,

minangkabau dan lainnya.

Penduduk Kelurahan Harapan Tani pada tahun 2014 berjumlah 4.200 jiwa. Terdiri dari

2.087 laki-laki dan 2.113 perempuan dengan 1.064 Kepala Keluarga.

4.1.6 Pendidikan

Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa dan negara

karena dari sanalah kecerdasan dan kemampuan bahkan watak bangsa di masa yang akan

datang dibentuk. Pendidikan berperan sebagai dasar dalam membentuk kualitas manusia

yang mempunyai daya saing dan kemampuan dalam menyerap teknologi yang akan dapat

meningkatkan produktivitas. Dengan tingkat dan kualitas pendidikan yang memadai,

seseorang akan memiliki peluang dan kemampuan usaha yang lebih baik dan pada

gilirannya akan memperoleh penghasilan ekonomi yang lebih baik.

Maka pemenuhan atas hak dalam mendapatkan pendidikan dasar yang bermutu

merupakan ukuran keadilan dan pemerataan atas hasil pembangunan dan sekaligus

menjadi investasi sumber daya manusia (SDM).

4.1.7 Ekonomi

Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan perekonomian

Indonesia. Dimulai dengan membantu membangun sarana dan prasarana yang dapat

menunjang aktifitas ekonomi sampai kepada memberikan bantuan tunai maupun

pinjaman/kredit kepada masyarakat.

dapun sarana penunjang seperti jalan dan jembatan dari dan ke kota atau pasar sangat

membantu produsen atau konsumen dalam memasarkan atau memperoleh barang/jasa

yang dibutuhkan. Keberadaan dan kuantitas pasar di suatu wilayah sangat membantu

dalam upaya peningkatan ekonomi masyarakat setempat. Keberadaan pasar mempunyai

fungsi yang sangat penting. Di Kelurahan Harapan Tani terdapat 1 pasar yaitu pasar Pasar

KM 8.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Tingkat Perekonomian Masyarakat Kelurahan Harapan Tani.

Berdasarkan data yang dihimpun dari lapangan dapat ditarik kesimpulan bahwa

masyakat Kelurahan Harapan Tani berada pada golongan ekonomi menengah keatas.

Dilihat dari kepemilikan luas lahan mayoritas masyarakat memiliki lahan 2 – 5 Ha,

berupa kebun kelapa atau kebun kelapa sawit, sebagian kecil tidak memiliki lahan dan

mengerjakan lahan orang lain dengan cara bagi hasil dari hasil perkebunan yang

dikerjakan dan sebagian kecil lainnya memiliki lahan yang luas 10 – 20 Ha. Dilihat dari

jumlah pendapatan sebagian masyarakat memiliki pendapatan sekitar Rp. 1.500.000,-

sampai Rp. 2.500.000,- perbulan dan telah mampu untuk mencukupi kebutuhan

keluarganya.

Dari jenis pekerjaan sebagian kecil bekerja sebagai pegawai negeri sipil atau honorer

pada instansi pemerintahan, karyawan pada perusahaan swasta, pengupah/ buruh kebun,

dan selebihnya bekerja mengelola kebun milik sendiri.

4.2.1 Pemahaman dan Kemampuan Masyarakat dalam mengolah Air Kelapa menjadi

produk yang bernilai ekonomis.

Setelah dilakukan kajian lapangan mengenai Pemahaman dan kemampuan Masyarakat

dalam memanfaatkan Air Kelapa untuk menghasilkan produk bernilai ekonomis dari hasil

wawancara didapat hasil sebagai berikut:

Sebagian masyarakat pernah mendengar bahwa air kelapa dapat diolah menjadi

minuman kemasan, nata de coco, kecap, syirup, permen, dan cuka. Namun tidak ada

yang mengetahui bahan tambahan dan cara mengolahnya.

Kurangnya pemanfaatan air kelapa juga dipengaruhi anggapan bahwa air kelapa bukan

sumber pendapatan utama keluarga.

Adanya anggapan yang menyatakan bahwa pengolahan air kelapa hanya akan

menguras waktu dan tenaga namun tidak sebanding dengan hasil yang didapatkan.

Hal ini dikarenakan belum adanya penyuluhan dan pendampingan berkelanjutan

khususnya mengenai pemanfaatan Air Kelapa menjadi produk bernilai ekonomis

terhadap masyarakat Kelurahan Harapan Tani Kecamatan Kempas.

4.2.1 Proses Pembuatan Kecap Air Kelapa

Proses pembuatan kecap air kelapa meliputi pemilihan buah kelapa,

pengupasan/pemisahan air kelapa, penyaringan, pemasakan dan penambahan bumbu-

bumbu, penyaringan dan pengemasan. Pemilihan buah ditujukan untuk mendapatkan buah

dengan tingkat kematangan seragam dan dipilih yang cukup tua mengandung komposisi

kimia yang sama.

Pengupasan dilakukan untuk memisahkan sabut, tempurung, daging buah dan air

kelapa. Air kelapa dipisahkan dari daging buahnya dan ditempatkan dalam wadah berupa

baskom yang terbuat dari stainless steel. Penggunaan wadah stainless steel dianjurkan

untuk menghindari air kelapa bereaksi dengan wadah yang akan mengurangi nilai gizi

dari komponen-komponen gizi yang terdapat dalam air kelapa.

Tahap berikutnya adalah penyaringan. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan air

kelapa dengan kotoran-kotoran yng masih terikut dalam air kelapa, seperti serpihan

tempurung, sabut, daging buah maupun kotoran-kotoran padat lainnya. Hasil penyaringan

dimasak sesegera mungkin, agar tidak terjadi perubahan pada air kelapa akibat aktifitas

enzim dan mikroba.

Pemasakan bertujuan untuk menghasilkan konsistensi air kelapa yang menyerupai

kecap (kedelai). Selama proses pemanasan ditambahkan gula merah dan bumbu-bumbu.

Gula merah dan bumu-bumbu akan menyebabkan kecap bertekstur kental dan beraroma

khas. Selama pemasakan/pemanasan terjadi penguapan kadar air didalamnya, sehingga

menjadi lebih kental. Kekentalan juga menjadi indikator penilaian mutu kecap yang baik.

Proses pemanasan secara langsung juga akan mengawetkan produk, oleh karena

beberapa enzim dan mikroba yang terdapat pada bahan air kelapa akan dinon-aktifkan

bahkan mati oleh panas.

Selain untuk menambah aroma dan citarasa kecap, bumbu-bumbu seperti bawang,

lengkuas dan sereh dapat bersifat anti mikroba pada bahan makanan akan berfungsi

sebagai pengawet alami.

Kecap yang diperoleh selanjutnya dilakukan penyaringan untuk memisahkan cairan

dengan ampas bumbu-bumbu yang ditambahkan sebelumnya. Tahap akhir dari proses ini

adalah pengemasan. Pengemasanan dilakukan terlebih dahulu dengan mensterilkannya.

Sterilisasi wadah ditujukan untuk mendapatkan kemasan yang bersih dan tidak bereaksi

dengan bahan di dalamnya. Suhu yang digunakan untuk sterilisasi adalah di atas titik didih

air.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KesimpulanKelurahan Harapan Tani Kecamatan Kempas memiliki luas wilayah 139,80 KM2 dengan

jumlah Penduduk pada tahun 2014 berjumlah 4.200 jiwa. Terdiri dari 2.087 laki-laki dan 2.113

perempuan dengan 1.064 Kepala Keluarga.

Dengan dataran wilayah berada di kisaran 1-4 Meter diatas permukaan laut. Sebagian

besar terdiri dri tanah gambut, endapan serta rawa-rawa dengan kanal dan parit-parit yang

ideal sebagai lahar perkebunan kelapa. Daging buah kelapa adalah komponen utama sebagai

bahan baku industri. Air, tempurung, dan sabut dapat diolah menjadi berbagai produk yang

bernilai ekonomi tinggi, namun belum dimanfaatkan secara optimal.

Oleh karena itu diperlukan cara yang efektif untuk memberikan pengetahuan serta

membangkitkan kesadaran masyarakat Kelurahan Harapan Tani kecamatan Kempas agar

dapat memanfaatkan seluruh potensi dari pohon kelapa untuk menopang perekonomian

masyarakat.

5.2 SaranPerlu adanya edukasi, pemberdayaan dan pendampingan berkelanjutan agar masyarakat

dapat mengoptimalkan manfaat sumber daya (hasil samping kelapa) yang ada menjadi

produk-produk yang bernilai ekonomis untuk menunjang peningkatan perekonomian. Serta

dukungan akses informasi dan teknologi dari pengolahan hingga pemasaran produk yang

dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kecamatan Kempas dalam Angka Tahun 2015. BPS. Tembilahan : 2016

Allorerung, D., dan A. Lay. 1998. Kemungkinan pengembangan pengolahan buah kelapa secara terpadu skala

pedesaan. Prosiding Konperensi Nasional Kelapa IV. Bandar Lampung 21 – 23 April 1998 Pp.327 – 340.

Mahmud, Z., Y. Ferry., C. Indrawanto., dan I. Ketut A. 2004. Pengkajian pemanfaatan hasil samping produk

kelapa. Kerjasama Koperasi Tantri dengan BP2HP. 53p.

Rindengan, B., A. Lay., H. Novarianto., H. Kembuan dan Z. Mahmud. 1995. Karakterisasi daging buah kelapa

hibrida untuk bahan baku industri makanan. Laporan Hasil Penelitian. Kerjasama Proyek Pembinaan

Kembagaan Penelitian Pertanian Nasional. Badan Litbang 49p.

Prijono O.S. dan Pranarka (Editor). 1996. Pemberdayaan: Konsep dan Kebijakan. Makalah pada Pertemuan

Tim Teknis Proyek Penyuluhan Pertanian, Tanggal 24-26 September di Cisarua, Bogor.

Retty Ninsix, Pemanfaatan Air Kelapa sebagai Alternatif Bahan Pangan Fungsional. Makalah Dosen Prodi

Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Islam Indragiri.

Loekmonohadi, dkk. 2012. Model Laporan Praktek Teknologi Makanan. Unnes: Semarang.

Website Kelapa Indonesia http://www.coconose.net/

Lampiran : Dokumentasi Tematik

Perkebunan Kelapa Dalam milik Masyarakat di Lingkungan II (Dusun Semoga Jaya) Kelurahan Harapan Tani. Proses Panen

dan mengupasan sabut. Kelapa bulat yang dihasilkan langsung dijual kepada tengkulak, tempurungnya dijadikan arang

untuk bahan bakar, sementara sabutnya terbuang begitu saja.

Lampiran : Dokumentasi Tematik

Sebenarnya sabut ini dapat diolah menjadi serat sebagai bahan baku produk berkulitas dengan nilai ekonomi tinggi.

Debunya diolah menjadi diolah menjadi cocopeat sebagai media tanam indoor. Secara umum masyarakat telah mengetahui

hal ini, namun mindset bahwa sabut hanya hasil samping menghambat upaya untuk berbuat.

Lampiran : Dokumentasi Tematik

Unit Usaha CV. Amartha penampung kelapa bulat di Kelurahan Harapan Tani dan sekitarnya. Kelapa yang tumbuh langsung

dicungkil dagingnya dikirim ke Jambi untuk selanjutnya diolah menjadi minyak. Kelapa dengan kualitas terbaik diolah

menjadi kopra, dikeringkan dengan panas matahari, setelah dicungkil lalu dioven lagi untuk menghilangkan kandungan

airnya. Kopra ini di eksport ke Thailand. Tempurungnya diolah menjadi arang dengan teknik pembakarang dalam drum untuk

menjaga kualitas karbon dan oksigen dalam arang, hasil arang ini selanjutnya di kirim ke perusahaan di Tangerang, Banten.

Menurut M. Nur, mandor lapangan.“Saat ini kita sedang mempelajari untuk pengolahan sabut dan air kelapa.”

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI

IZIN DIKTI : SK. 086/D/O/2008

KULIAH KERJA NYATA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (KKN PPM)

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI ANGKATAN IX

© 2016