kkd p2k2 - pertolongan pertama

5
PERTOLONGAN PERTAMA 1. Saat menemukan korban pertama kali, sebelum melakukan perlakuan, lakukan proteksi diri! Kemudian periksa kesadarannya dengan cara memanggil namanya (jika mengetahui namanya) atau hanya dengan sapaan “Pak!” atau “Bu!”. Jika tidak bereaksi dengan panggilan suara, goncang pelan bahunya. Jika tidak bereaksi juga, berikan rangsang nyeri dengan menekan sternum. Tidak ada respon sama sekali, maka dipastikan korban tidak sadar. Jika korban sadar, perkenalkan diri dan kemudian bantu dia untuk pindah tempat ke tempat yang lebih aman. 2. Karena korban tidak sadar, maka yang harus dilakukan adalah memindahkannya ke tempat yang aman dengan permukaan yang keras dan rata. Untuk korban yang tidak sadar dengan cedera kepala atau karena trauma keras, perlakukan seakan dia mengalami cedera servikal. Dalam pemindahan korban dengan ataupun diduga cedera servikal, kepala dan tubuhnya harus selalu sejajar dengan sumbu tubuhnya. Pemindahan korban dengan keadaan ini diperlukan 3 hingga 4 orang. Dengan tiga orang, penolong pertama berada di sisi bahu korban dengan tangannya menyangga kepala dan punggung dibawah dada korban. Penolong kedua berada di sisi pinggang korban dan berseberangan dengan penolong pertama dengan tangannya menyambut tangan penolong pertama yang berada di bawah dada korban dan tangan satunya berada di bawah panggul korban. Penolong ketiga berada di sisi paha korban dan berseberangan dengan penolong kedua, lalu menyambut tangan penolong kedua yang berada di panggul korban dan tangan satunya berada pada kedua lutut korban. Jika ada penolong keempat, dia dapat membantu menstabilkan kepala korban dengan memegang kedua sisi kepalanya agar tidak bergoncang saat pemindahan. Untuk mengangkat korban, para penolong harus mendengarkan aba-aba dari penolong yang berada didekat kepala korban. Hal ini diperlukan agar gerakan mengangkat korban dapat dilakukan serentak. Aba-abanya adalah “Siap?”, jika semua penolong sudah menjawab “Siap!”, aba-aba berikutnya adalah, “Hitungan ketiga, angkat! Satu, dua, tiga! ANGKAT!” Pada pengangkatan pertama ini letakkan tubuh korban diatas lutut para penolong terlebih dahulu, baru pada aba-aba berikutnya korban diangkat sejajar dada penolong dengan penolong

Upload: egakusuma

Post on 05-Nov-2015

229 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

mm

TRANSCRIPT

PERTOLONGAN PERTAMA1. Saat menemukan korban pertama kali, sebelum melakukan perlakuan, lakukan proteksi diri! Kemudian periksa kesadarannya dengan cara memanggil namanya (jika mengetahui namanya) atau hanya dengan sapaan Pak! atau Bu!. Jika tidak bereaksi dengan panggilan suara, goncang pelan bahunya. Jika tidak bereaksi juga, berikan rangsang nyeri dengan menekan sternum. Tidak ada respon sama sekali, maka dipastikan korban tidak sadar. Jika korban sadar, perkenalkan diri dan kemudian bantu dia untuk pindah tempat ke tempat yang lebih aman.2. Karena korban tidak sadar, maka yang harus dilakukan adalah memindahkannya ke tempat yang aman dengan permukaan yang keras dan rata. Untuk korban yang tidak sadar dengan cedera kepala atau karena trauma keras, perlakukan seakan dia mengalami cedera servikal. Dalam pemindahan korban dengan ataupun diduga cedera servikal, kepala dan tubuhnya harus selalu sejajar dengan sumbu tubuhnya. Pemindahan korban dengan keadaan ini diperlukan 3 hingga 4 orang. Dengan tiga orang, penolong pertama berada di sisi bahu korban dengan tangannya menyangga kepala dan punggung dibawah dada korban. Penolong kedua berada di sisi pinggang korban dan berseberangan dengan penolong pertama dengan tangannya menyambut tangan penolong pertama yang berada di bawah dada korban dan tangan satunya berada di bawah panggul korban. Penolong ketiga berada di sisi paha korban dan berseberangan dengan penolong kedua, lalu menyambut tangan penolong kedua yang berada di panggul korban dan tangan satunya berada pada kedua lutut korban. Jika ada penolong keempat, dia dapat membantu menstabilkan kepala korban dengan memegang kedua sisi kepalanya agar tidak bergoncang saat pemindahan. Untuk mengangkat korban, para penolong harus mendengarkan aba-aba dari penolong yang berada didekat kepala korban. Hal ini diperlukan agar gerakan mengangkat korban dapat dilakukan serentak. Aba-abanya adalah Siap?, jika semua penolong sudah menjawab Siap!, aba-aba berikutnya adalah, Hitungan ketiga, angkat! Satu, dua, tiga! ANGKAT! Pada pengangkatan pertama ini letakkan tubuh korban diatas lutut para penolong terlebih dahulu, baru pada aba-aba berikutnya korban diangkat sejajar dada penolong dengan penolong sudah berada di posisi berdiri. Setelah dipastikan tubuh korban tetap sejajar dengan sumbu tubuhnya, korban digotong ke tempat yang aman, rata, datar dan keras.3. Saat sudah berada di tempat yang lebih aman, maka korban diturunkan dengan aba-aba, Pada hitungan ketiga, turunkan! Satu, dua, tiga, TURUNKAN! Pada aba-aba pertama, korban diturunkan dengan para penolong berada pada sikap berlutut dengan satu kaki, dan tubuh korban diletakkan di atas lutut penolong. Pada aba-aba kedua baru kemudian korban diletakkan diatas tanah. Tetap ingat bahwa tubuh korban harus terus sejajar dengan sumbu tubuhnya!4. Setelah diturunkan, periksa Airway korban dengan cara salah satu penolong berlutut di atas kepala korban, kedua tangan korban memegang kedua sisi kepala korban dan dorong maksillaris dan mandibula berlawanan arah menggunakan jari telunjuk dan jempol kedua tangan dengan jari lainnya menumpu bagian bawah rahang korban (jaw thrust). Saat melakukan jaw thrust, kepala korban tidak boleh bergerak! Saat mulutnya sudah terbuka, dengarkan apakah ada suara seperti dengkur atau tidak dari dalam mulutnya. Jika terdengar, maka korban dipastikan tersumbat jalan nafasnya. Lakukan pembersihan jalan nafas dengan finger sweeping, yaitu salah satu tangan membuka mulut korban dengan mendorong rahangnya dan jari jempol tangan tersebut menekan lidah agar tidak jatuh ke dalam menutupi laring. Kemudian tangan satu lagi dimasukkan jari telunjuknya kedalam mulut korban dan korek dalam mulut korban dari salah satu sisi pipi dalam ke kerongkongan dan dengan jari seperti mencungkil, tarik keluar benda asing yang ada didalam mulut dengan menyapu juga bagian pipi yang satu lagi. Gerakan ini juga diperuntukkan untuk membersihkan lendir atau darah yang menghalangi jalan nafas korban. Setelah finger sweeping selesai dilakukan, dengarkan lagi jalan nafas korban. Jika tidak ada lagi suara dengkuran, maka airway sudah terbebas dari sumbatan.5. Kemudian periksa breathing korban dengan 3M, melihat, mendengar, merasakan. Penolong berada di sisi samping kepala korban, menunduk dengan telinga diletakkan di atas mulut dan hidung korban sambil memperhatikan dada dan perut korban. Jika dada dan perut bergerak naik-turun, suara nafas terdengar, dan terasa hembusan nafas dari mulut dan/ataupun hidung korban, berarti pernafasannya normal. Jika tidak ditemukan ketiga tanda tadi, maka korban dalam keadaan henti nafas. Segera berikan bantuan ventilasi dengan cara membuka mulut korban dan tekan hidungnya, ambil oksigen dan tampung di mulut, kemudian hembuskan kedalam mulut korban. Bantuan ventilasi berhasil apabila dada dan perut korban mengembang. Berikan bantuan ventilasi dua kali.6. Setelah breathing, periksa circulation korban. Cara mengeceknya adalah dengan meraba arteri carotis di sisi lateral leher korban ataupun arteri femoralis di sekitar selangkangan korban. Apabila tidak terasa adanya detak, dipastikan korban dalam keadaan henti jantung. Untuk keadaan ini, dilakukan kompresi jantung. Hal ini dilakukan pada daerah dada korban dengan jarak dua jari diatas processus xiphoideus (ujung bawah sternum). Kompresi dilakukan dengan salah satu bawah telapak tangan berada di sternum dua jari diatas processus xiphoideus dan tangan satunya menggenggam sisi-sisi jari tangan yang berada diatas dada korban. Posisi tubuh penolong berada dekat di sisi dada korban dan membungkuk dengan kedua lengan penolong membentuk sudut 900 dengan dada korban, kemudian lakukan kompresi dengan menggunakan berat tubuh (bukan dengan gerakan lengan!) sebanyak 30 kali. Setelah kompresi 30 kali, berikan ventilasi kembali sebanyak 2 kali. Setelah itu, kompresi-sirkulasi dilakukan hingga lima siklus atau breathing-circulation korban telah kembali normal.7. Tindakan selanjutnya setelah ABC korban telah normal, lakukan pembidaian pada bagian yang cedera. Sebelumnya, stabilkan dahulu anggota gerak tubuh terutama yang cedera. Jangan menekan ataupun mencoba memperbaiki tulang yang patah.8. Nilai denyut/pulsasi pada bagian bawah alat gerak yang cedera. Kemudian cek apakah ada deformitas pada alat gerak. Jika tidak ada denyut, maka diperkirakan perdarahan yang terjadi membuat pasokan darah tidak mengalir dengan baik pada alat gerak tersebut. Bila terus dibiarkan, akan terjadi nekrosis lokal pada bagian tersebut.9. Hal yang harus dilakukan pertama kali adalah luruskan alat gerak yang mengalami deformitas atau perdarahan dan lakukan traksi perlahan. Kemudian hentikan pendarahan pada luka terbuka dengan menekan luka menggunakan perban, kemudian bebat luka tersebut dengan tekanan yang cukup untuk menahan darah mengalir keluar. Namun untuk luka dengan fraktur terbuka, JANGAN TEKAN LUKA ATAUPUN TULANG YANG MENCUAT! Buatlah donut dengan menggunakan mitela dan letakkan di sekitar luka dan tulang yang mencuat, kemudian bebat donut dengan perban. Ingat pula bahwa pembebatan tidak boleh terlalu kuat agar darah dapat tetap mengalir. Selalu periksa pulsasi setiap kali membebat. Jangan sampai pulsasi tidak ada setelah luka dibebat.10. Kemudian pasang papan bidai di sisi-sisi alat gerak yang mengalami deformitas. Papan bidai dapat dipakai dua atau tiga buah, dan setiap papan bidai harus melewati dua sendi yang berdekatan agar imobilisasi alat gerak dapat terjadi guna menghindari kerusakan alat gerak lebih lanjut. Papan bidai tidak boleh menutupi luka!11. Ikat papan bidai yang sudah ditempelkan pada sisi-sisi alat gerak yang mengalami deformitas dengan perban. Pada pembidaian ini, alat gerak yang dibidai tidak boleh mengalami banyak gerakan. Ikatan pada papan bidai pun tidak boleh terlalu kuat hingga mengganggu sirkulasi darah ke bagian distal ekstremitas! Setiap kali pengikatan, lakukan pemeriksaan pulsasi pada bagian distal ekstremitas yang dibidai. Pada kaki, dapat diperiksa pada arteri tibialis atau arteri dorsalis pedis; sedangkan pada tangan dapat diperiksa pada arteri radialis. Jika tidak ada pulsasi, berarti darah tidak mengalir pada bagian tubuh tersebut. Longgarkan ikatan pada pembidaian jika hal ini terjadi!12. Jangan tutupi bagian yang mengalami perdarahan dengan pembebatan bidai, terutama yang mengalami fraktur terbuka! Hal ini dilakukan agar pada perawatan lebih lanjut luka dapat dengan mudah ditangani!

POIN-POIN KKD:1. Proteksi diri2. Perkenalan3. Minta bantuan dan nilai keadaan4. Cek kesadaran5. Amankan korban6. Perbaiki posisi7. Pindahkan korban8. Alas rata dan keras9. ABC10. BerhasilBidai1. Proteksi diri2. Cek ada trauma3. Stabilisasi dan jangan reposisi4. Menilai denyut, pergerakan dan sensasi5. Buka pakaian dan perhiasan6. Penutupan luka7. Pemeriksaan deformitas8. Realignment9. Letakkan bidai seanatomis mungkin10. Gunakan bidai melewati dua sendi11. Amankan ekstremitas dua sendi