checklist kkd fcp kelompok 2 bab 8 sd 14
DESCRIPTION
freeTRANSCRIPT
BAB 8MODUL ginjal DAN Cairan tubuhA. PEMERIKSAAN FISIK GINJALNo.Aspek yang dinilaiSkor
012
1.Memberi salam, memperkenalkan diri, meminta ijin pasien untuk memeriksa, dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
2.Meminta pasien membuka pakaian bagian atas dan menampakkan kaki dari telapak hingga lutut, kemudian memposisikannya duduk menghadap pemeriksa.
3.Melakukan inspeksi kepala untuk melihat ada tidaknya edema atau deformitas.
4.Meminta pasien untuk melihat ke atas, menggunakan jempol untuk menarik kelopak mata bawah, kemudian inspeksi sklera dan konjungtiva.
5.Melakukan inspeksi ekstremitas atas untuk mencari adanya edema, jari tabuh (clubbing finger), eritema palmar, atau deformitas.
6.Melakukan inspeksi pada daerah dada dan perut, untuk mencari adanya asites, venectasi, atau kelainan dinding perut.
7.Melakukan pemeriksaan ekstremitas bawah meliputi inspeksi dan palpasi otot kaki, ada tidaknya edema (jika ada edema, melakukan pemeriksaan edema pretibia), meraba arteri dorsalis pedis., kemudian melaporkan hasil pemeriksaan kepada penguji.
8.Membersihkan termometer dengan alkohol.
9.Menurunkan meniskus air raksa sampai dibawah skala dengan mengayun-sentakkan termometer beberapa kali.
10.Meletakkan termometer di ketiak sebelah kiri dan meminta pasien menjepitnya.
11.Mempalpasi denyut arteri radialis tangan kanan pasien dengan menggunakan jari ke II, III, dan IV.
12.Melakukan perhitungan denyut nadi selama 15 detik lalu hasilnya dikali 4, kemudian melaporkan hasilnya kepada penguji.
13.Melakukan pemeriksaan ketok CVA dengan cara meminta pasien memunggungi pemeriksa dan memberitahu jika merasa nyeri.
14.Meletakkan telapak tangan kiri pada daerah punggung bawah kiri setinggi lumbal, kemudian mengetok lembut dengan kepalan tangan kanan di punggung tangan kiri. Lakukan hal serupa pada punggung sebelah kanan. Kemudian melaporkan pemeriksaan kepada penguji.
15.Mengambil termometer dari ketiak pasien dan melaporkan hasilnya kepada penguji
16.Melakukan pemeriksaan JVP dengan cara memposisikan pasien dalam posisi Fowler rendah (30).
17.Menentukan tempat bendungan vena di daerah leher : menentukan vena jugularis interna kanan, dengan 1 jari menekan vena bagian proksimal (dekat klavikula) dan jari lain menekan vena bagian distal (dekat mandibula).
18.Melepaskan penekanan dari jari pertama dan dilihat pengisian vena (denyut) saat inspirasi biasa.
19.Meletakkan penggaris secara vertikal dengan ujung penggaris (titik 0 cm) di prosessus xipoideus.
20.Menarik garis horizontal setinggi denyutan tersebut ke penggaris yang tegak lurus, dan membaca ketinggiannya dalam sentimeter. Kemudian melaporkan hasil pemeriksaan kepada penguji.
21.Melakukan pemeriksaan ginjal dengan cara memposisikan pasien pada posisi supinasi dengan lutut difleksikan.
22.Meletakkan telapak tangan sebelah kiri di bagian belakang pasien, sejajar costa XII, dan tangan kanan pada dinding abdomen ventral kanan atas, sejajar dengan musculus rectus abdominis.
23.Meminta pasien melakukan inspirasi dalam, kemudian menggerakkan salah tangan kiri ke atas, mencoba untuk mengangkat ginjal kanan ke arah anterior dan rasakan ada tidaknya benturan ginjal di tangan kanan.
24.Meminta pasien menghembuskan napas dan berhenti napas sejenak, kemudian perlahan-lahan melepaskan tekanan tangan kanan. Lakukan juga pemeriksaan pada ginjal kiri.
25.Jika ginjal teraba, tanyakan adanya rasa nyeri, kemudian melaporkan hasil pemeriksaan kepada penguji.
26.Meminta pasien meletakkan tangannya di tengah abdomen. Melakukan perkusi di samping abdomen dan merasakan getarannya di sisi abdomen yang lain.
27.Memposisikan pasien lateral dekubitus kanan, lalu perkusi di daerah abdomen yang paling rendah untuk menilai ada tidaknya cairan, kemudian melaporkan hasil pemeriksaan kepada penguji.
Jumlah(maksimal skor 54)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber: Lynn SB and Peter GS. Bates Guide to Physical Examination and History Taking. 10th ed, China: Williams & Wilkins; 2009 Jarvis C. Physical Examination and Health Assessment. 5th ed. Canada: Sauders, Elsevier. 2008.B. PEMERIKSAAN FISIK KANDUNG KEMIHNo.Aspek yang dinilaiNilai
012
1.Memberi salam, memperkenalkan diri, meminta ijin pasien untuk memeriksa, dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
2.Mengosongkan vesika urinaria bila pasien belum berkemih
3.Menempatkan pasien pada ruangan yang terpisah dengan tirai/tabir.
4.Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan secara asepsis.
5.Mempersilahkan pasien tidur dalam posisi supinasi di meja pemeriksaan dan membuka pakaian yang menutupi abdomen.
6.Pemeriksa menempatkan diri di sisi kanan pasien.
Inspeksi
7.Inspeksi daerah suprapubik : keadaan & warna kulit, adanya jaringan parut, benjolan.
Palpasi
8.Menggunakan ujung jari II, III & IV tangan kanan untuk palpasi pada daerah suprapubik.
9.Merasakan apakah teraba massa, kistik atau padat. Bila teraba massa lakukan pemeriksaan benjolan.
Perkusi
10.Melakukan perkusi di empat kuadran abdomen secara sistematis dan menilai perubahan suara perkusi untuk menentukan batas-batas organ di abdomen.
11.Melaporkan hasil pemeriksaan.
12.Membantu pasien memakai pakaian kembali.
Jumlah(maksimal skor 24)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benarSumber: Lynn S B, Peter GS. Bates Guide to Physical Examination and History Taking. 10th ed. China: Williams & Wilkins; 2009. Jarvis, Carolyn. Physical Examination and Health Assessment. 5th ed. Canada: Sauders, Elsevier; 2008.C. INSERSI KATETER PADA WANITANo.Aspek yang dinilaiNilai
012
1.Memberi salam, memperkenalkan diri, meminta ijin pasien untuk memeriksa, dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
2.Mempersiapkan alat :
Xilocain jelly/instilagel. Kasa steril. Sarung tangan steril. Betadine dan alkohol 70% serta kapas. Kateter dengan ukuran sesuai. Urine bag. Spuit 10 mL. Aquades untuk balon kateter. Duk bolong steril. Bengkok/nierbecken. Pinset anatomis steril. Plester.
3.Meminta pasien membuka celana dan mempersiapkan pasien pada posisi litotomi.
4.Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan secara asepsis.
5.Melakukan desinfeksi pada genitalia eksterna, perineum dan anus.
6.Memasang duk/alas di bawah bokong pasien dan meletakkan bengkok di depan bokong pasien.
7.Membuka bak set instrumen kateter, mengganti sarung tangan steril dan memasang duk steril pada genitalia pasien.
8.Cek penggembungan balon kateter, mengoleskan jelly pada kateter dan pasang klem pada pangkal kateter.
9.Membuka labia mayor dengan jari jempol dan telunjuk tangan non-dominan.
10.Membersihkan area meatus dengan kapas sublimat menggunakan pinset dari atas ke bawah, kemudian melanjutkan desinfeksi ke labia minor dan labia mayor.
11.Dengan tangan yang lain (tangan dominan) jepit kateter dengan pinset kemudian memasukkannya ke dalam uretra secara perlahan.
12.Dorong kateter masuk hingga fundus vesica urinaria.
13.Pastikan urine keluar dari pangkal kateter.
14.Mengembangkan balon penahan di ujung kateter dengan air steril 10 mL, kemudian secara perlahan tarik kembali selang kateter hingga ada tahanan.
15.Melepaskan duk steril, kemudian hubungkan kateter dengan urine bag dan lepaskan klem di pangkal kateter.
16.Memfiksasi kateter pada daerah inguinal/paha bagian dalam.
17.Melepaskan sarung tangan dan bantu pasien berpakaian.
18.Mencatat pada rekam medis volume urine yang keluar.
19.Membereskan alat-alat yang telah digunakan.
20.Mencuci tangan.
Jumlah(maksimal skor 40)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber: Skills Lab Guidelines. Yogyakarta: FK UMY Yogyakarta; 2007.D. INSERSI KATETER PADA PRIANo.Aspek yang dinilaiNilai
012
1.Memberi salam, memperkenalkan diri, meminta ijin pasien untuk memeriksa, dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
2.Mempersiapkan alat :
Xilocain jelly/instilagel. Kasa steril. Sarung tangan steril. Betadine dan alkohol 70% serta kapas. Kateter dengan ukuran sesuai. Urine bag. Spuit 10 mL. Aquades untuk balon kateter. Duk bolong steril. Bengkok/nierbecken. Pinset anatomis steril. Plester.
3.Meminta pasien membuka celana dan mempersiapkan pasien pada posisi litotomi.
4.Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan secara asepsis.
5.Melakukan desinfeksi pada genitalia eksterna, perineum dan anus.
6.Memasang duk/alas di bawah bokong pasien dan meletakkan bengkok di depan bokong pasien.
7.Membuka bak set instrumen kateter, mengganti sarung tangan steril dan memasang duk steril pada genitalia pasien.
8.Cek penggembungan balon kateter, mengoleskan jelly pada kateter dan pasang klem pada pangkal kateter.
9.Memegang penis dengan tangan non-dominan.
10.Membersihkan area meatus dengan kapas sublimat menggunakan pinset secara melingkar dari dalam keluar, bila perlu, bersihkan glans penis dari atas ke bawah.
11.Menegakkan penis dengan sudut 90 dan dengan tangan yang lain (tangan dominan) jepit kateter dengan pinset kemudian memasukkannya ke dalam uretra secara perlahan.
12.Dorong kateter masuk hingga fundus vesica urinaria.
13.Pastikan urine keluar dari pangkal kateter.
14.Mengembangkan balon penahan di ujung kateter dengan air steril 10 mL, kemudian secara perlahan tarik kembali selang kateter hingga ada tahanan.
15.Melepaskan duk steril, kemudian hubungkan kateter dengan urine bag dan lepaskan klem di pangkal kateter.
16.Memfiksasi kateter pada daerah inguinal/paha bagian dalam.
17.Melepaskan sarung tangan dan bantu pasien berpakaian.
18.Mencatat pada rekam medis volume urine yang keluar.
19.Membereskan alat-alat yang telah digunakan.
20.Mencuci tangan.
Jumlah (maksimal skor 40)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber: Skills Lab Guidelines. Yogyakarta: FK UMY Yogyakarta; 2007.E. PEMASANGAN KANULASI INTRAVENANo.Aspek yang dinilaiSkor
012
1.Memberi salam, memperkenalkan diri, meminta ijin pasien untuk memeriksa, dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
2.Mempersiapkan peralatan :
Cairan infus yang dibutuhkan. Jarum/kateter vena (Abocath), kasa steril, di tempat steril. Kapas alkohol pada tempsatnya, bisa juga dengan Betadine. Plester, gunting, dan perban. Bengkok/nierbecken. Tiang infus. Matras karet dan kain. Spalk untuk fiksasi bila diperlukan. Torniquet. Handscoen.
3.Pemasangan infus set :
Putar klem pengatur tetesan sampai selang tertutup. Pertahankan sterilitas penusuk botol. Buka penutup botol dengan tehnik aseptik atau antiseptik. Perhatikan arah menarik penutup. Tusukkan ujung penusuk infus set ke botol secara tegak lurus dengan menerapkan tehnik aseptik. Jangan diputar. Bila menggunakan botol gelas, pasang jarum udara. Tekan chamber sampai cairan terisi setengah
Naikkan ujung infus set sejajar chamber Putar klem pengatur tetesan perlahan supaya udara mudah keluar.
Jarak botol dengan IV catheter minimal setinggi 80 cm.
4.Mengalirkan cairan infus pada selang dan jarum infus.
5.Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan secara asepsis.
6.Melakukan tindakan desinfeksi pada kulit lengan dimana jarum infus akan dipasang.
7.Menstabilkan vena :
Posisi vena lebih rendah daripada jantung. Memberikan pukulan lembut pada vena.
Meminta pasien untuk mengepal-ngepalkan tangan.
8.Memasang torniquet di bagian proximal (4-6 inchi) dari lokasi kanulasi.
9.Memfiksasi vena dengan cara meletakkan ibu jari di atas vena untuk mencegah vena bergerak dan untuk meregangkan kulit melawan arah penusukan
10.Rendahkan jarum penuntun (stylet) sampai hampir sejajar dengan kulit. Dorong kateter ke dalam vena kira-kira - inchi, kemudian stylet sedikit ditarik mundur dan kateter didorong maju ke dalam vena.
11.Torniquet dilepaskan dan stylet dikeluarkan dari kateter kemudian ujung selang infus dipasang.
12.Fiksasi kateter dan selang IV :
Metode Chevron
1. Potong plester ukuran 1,25 cm, letakkan dibawah hubungan kateter dengan bagian yang berperekat menghadap ke atas.
2. Silangkan kedua ujung plester melalui hub kateter dan rekatkan padakulit pasien.3. Rekatkan plester ukuran 2,5 cm melintang di atas sayap kateter dan selang infus untuk memperkuat, kemudian berikan label.
Metode U
1. Potong plester ukuran 1,25 cm dan letakkan bagian yang berperekat dibawah hubungan kateter. Lipat setiap sisis plester melalui sayap kateter, tekan ke bawah.
2. Sehingga paralel dengan hubungan kateter.3. Rekatkan plester lain diatas kateter untuk memperkuat. Pastikan kateter terekat sempurna dan berikan label
Metode HPotong plester ukuran 2,5 cm tiga buah. Rekatkan plester pada sayap kateter.
13.Atur kecepatan tetesan infus lalu pasang balutan steril pada tempat penusukan.
14.Label dressing : tanggal dan jam pemasangan, ukuran kateter dan inisial/nama pemasang.
15.Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
16.Rapikan alat-alat.
Jumlah(maksimal skor 32)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benarBAB 9MODUL metabolik endokrinA. PEMERIKSAAN FISIK PENYAKIT GONDOKNo.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1.Memberikan salam kepada pasien dan menjelaskan kepada pasien mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan
2.Mempersilahkan pasien untuk duduk di tempat tidur
3.Memeriksa tanda vital dan keadaan umum pasien
Inspeksi
4Melakukan inspeksi pada mata :
Eksoftalmos / tidak lebar fisura palpebra kedipan mata gejala lid lag (pasien diminta melirik ke bawah secara perlahan dan diperhatikan keterlambatan gerakan kelopak mata yang mengikuti gerakan bola mata)
5Melakukan inspeksi pada leher:
meminta pasien untuk sedikit mengekstensikan leher dan menelan ludah(pada gambar 9.1) kemudian melakukan inspeksi kelenjar tiroid dengan menggunakan pencahayaan tangensial dari ujung dagu pasien. Dilihat kontour leher dan simetrisasi serta pergerakannya.
Gambar 9.1
6Inspeksi tremor pada ekstremitas atas
Palpasi
7.Melakukan palpasi,ada 2 cara* : 1. Cara Anteriora. Meminta pasien untuk duduk berhadapan dengan pemeriksa.b. Meminta pasien menempatkan kepala dalam posisi sdikit fleksi atau memutar dagu sedikit ke kanan (merelaksasi M. sternokleidomastoideus)c. Tangan kanan pemeriksa menggeser laring ke kanan, dan selama menelan, lobus tiroid kanan yang tergeser dipalpasi dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri.
82. Cara Posterior
a. Meraba tiroid dari posterior, kedua tangan pemeriksa diletakkan pada leher pasien,yang posisi lehernya sedikit ekstensi.
b. Pemeriksa memakai tangan kirinya mendorong trakea ke kanan. Kemudian pasien diminta menelan sementara tangan kanan meraba tulang rawan tiroid.
c. Konsistensi kelenjar harus dinilai. Konsistensi kelenjar tiroid normal mirip jaringan otot. Keadaan padat keras terdapat pada kanker atau luka parut.
d. Menilai adanya nyeri tekan atau tidak.
Auskultasi
9.Menempatkan stetoskop di atas lobus lateral kelenjar tiroid dan melakukan auskultasi pada kelenjar tiroid untuk mencari apakah ada bunyi bruits(dilakukan apabila terdapat pembesaran kelenjar tiroid)
10.Melaporkan hasil pemeriksaan fisik
Jumlah (maksimal skor 20)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber: Effendi H, Huriawati H. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta: EGC; 1995. B. PEMERIKSAAN GULA DARAHNoAspek yang dinilaiNILAI
012
1.Menjelaskan mengenai pemeriksaan yang akan dilaksanakan kepada pasien
2.Membantu pasien untuk berada pada posisi nyaman
3.Mempersiapkan peralatan
4.Melakukan kalibrasi pada glukosameter
5.Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
6.Mengurut perlahan ujung jari pasien kemudian membersihkan ujung jari dengan memakai kapas alkohol 70% dan dibiarkan mengering ( 30 detik)
7.Menusuk ujung jari pasien dengan memakai lanset, darah yang keluar kemudian diteteskan pada strip test dan dibiarkan menyerap
8.Menekan luka pada ujung jari dengan memakai kapas alkohol yang baru
9.Strip test dipasang pada glukosameter dan dilihat kadar glukosa darah pada layar monitor glukosameter
10.Melepas sarung tangan dan merapikan peralatan
Jumlah (maksimal skor 20)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar C. INJEKSI SUBKUTANNo.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1.Memberi salam dan memperkenalkan diri
2.Menerangkan kepada pasien tujuan dan prosedur pemeriksaan
3.Mempersiapkan peralatan : 1 bengkok isi peralatan, 1 tempat untuk sampah jarum, 1 bengkok untuk sampah lain, spuit, sarung tangan, sediaan obat, pot isi kapas alkohol
4.Isi spuit dengan sediaan obat
5.Bantu klien ambil posisi nyaman
6.Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
7.Relokasi tempat dengan menggunakan garis anatomic
8.Pilih tempat injeksi yang tepat dan kaji integritas otot (hindari tempat yang oedem, massa, nyeri tekan, jaringan parut, memar, abrasi atau infeksi
9memasang duk steril
10Bersihkan tempat injeksi dengan swab antiseptik (alkohol 70%) dengan arah melingkar keluar 5 cm dan biarkan mengering ( 30 detik)
11Lepaskan penutup jarum dari spuit dengan menarik tegak lurus agar tidak terkontaminasi
12Pegang spuit di antara ibu jari dan jari tengah tangan dominan
13Renggangkan kulit / cubit lalu masukkan jarum 90 bidang klien
14Setelah jarum masuk area, pegang bagian bawah ujung tabung spuit dengan tangan non-dominan, lalu injeksikan obat dengan perlahan (kecepatan 10 detik/mL)
15Tunggu sesaat lalu secara halus dan mantap tarik jarum dengan cepat sambil menempatkan swab antiseptik baru tepat di tempat injeksi dan berikan tekanan perlahan (bukan massage)
16Pakaikan kembali penutup jarum dengan satu tangan lalu lepaskan bagian kepala spuit dari badannya dan buang di tempat terpisah
17Bantu klien untuk mengembalikan ke posisi semula
18Rapikan peralatan
19Evaluasi respon pasien dalam 15-30 menit (reaksi alergi, inflamasi)
Jumlah(maksimal skor 38)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber: Giving a subcutaneous injection. New York: National institutes of Clinical health center; 2002.D. INJEKSI INTRAKUTANNo.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1.Memberi salam dan memperkenalkan diri
2.Menerangkan kepada pasien tujuan dan prosedur
Pemeriksaan
3.Mempersiapkan peralatan : 1 bengkok isi peralatan, 1 tempat untuk sampah jarum, 1 bengkok untuk sampah lain, spuit, sarung tangan, sediaan obat/Larutan bahan
(Dalam hal ini diganti dengan larutan normal salin untuk cairan infuse), pot isi kapas alkohol Disposable Syringe steril 1 ml, ,Jarum suntik no 25 no 29, Larutan alkohol 70 %, Kapas steril,Mistar pengukur
4.Isi spuit dengan sediaan obat/Larutan bahan
5.Bantu klien ambil posisi nyaman
6.Relokasi tempat dengan menggunakan garis anatomik
7.Memakai sarung tangan
8.Pilih tempat injeksi yang tepat dan kaji integritas otot (hindari tempat yang oedem, massa, nyeri tekan, jaringan parut, memar, abrasi atau infeksi)
9.Pasang duk steril
10Bersihkan tempat injeksi dengan swab antiseptik dengan arah melingkar keluar 5 cm
11Lepaskan penutup jarum dari spuit dengan menarik tegak lurus agar tidak terkontaminasi
12Pegang spuit di antara ibu jari dan jari tengah tangan dominan
13Renggangkan kulit / cubit lalu masukkan jarum dengan sudut hampir 10-15 bidang klien
14Setelah jarum masuk ke dalam dermis, pegang bagian bawah ujung tabung spuit dengan tangan non-dominan, lalu injeksikan obat dengan perlahan (kecepatan 10 detik/mL)
15Tunggu sesaat lalu secara halus dan mantap tarik jarum dengan cepat sambil menempatkan swab antiseptik baru tepat di tempat injeksi dan berikan tekanan perlahan (bukan massage). Injeksi intrakutan akan menimbulkan gelembung kecil di bawah kulit.
16Pakaikan kembali penutup jarum dengan satu tangan lalu lepaskan bagian kepala spuit dari badannya dan buang di tempat terpisah
17Bantu klien untuk mengembalikan ke posisi semula
18Rapikan peralatan
19Evaluasi respon pasien dalam 15-30 menit
Jumlah (maksimal skor 38)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber: Penuntun skills lab blok 1.4. Edisi 2. FK Universitas Andalas; 2011.BAB 10MODUL reproduksiA. ANAMNESIS GINEKOLOGINo.Aspek yang dinilaiNilai
012
1Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2Menanyakan identitas pasien: nama, umur, alamat, pekerjaan, status perkawinan, suku, pendidikan, agama, dan pendidikan?
3Keluhan utama
4Riwayat penyakit sekarang (RPS):
Menarche? Siklus haid teratur atau tidak? siklus haid berapa hari? Menstruasi berapa lama? Ada dismenore (haid yang nyeri) atau tidak? Metrorhagia (perdarahan uterus dengan jumlah normal tetapi dengan interval non-siklik yang tidak teratur? Hari pertama haid terakhir (HPHT) kapan?
Ada flour albus (keputihan)? Kalau ada, sejak kapan? Warnanya apa? Berlendir atau tidak? Ada bau atau tidak, baunya seperti apa? Ada rasa gatal di sekitar kemaluan atau tidak?
Ada perdarahan yang abnormal atau tidak di vagina? Kalau ada, sejak kapan? Sudah berapa lama? Apakah sedang memakai alat kontrasepsi, kalau ya kontrasepsi jenis apa? Ada bekuan darah atau tidak? Apakah ada stress fisik atau kondisi emosional luar biasa yang sedang dialami?
Ada nyeri perut? Kalau ada, di perut bagian mana (lokasi nyeri)? Frekuensinya dalam sehari? Sifat nyerinya seperti apa? Apa faktor yang memperberat dan faktor yang memperingan nyeri perut tsb? Nyeri yang dirasakan kontinu atau terputus-putus? Apakah pernah menderita salah satu penyakit kelamin? Apakah sedang hamil?
Apakah ada lesi pada genitalia eksternanya? Kalau ada, sejak kapan? Apakah lesi masih tetap sama seperti keadaan pertama kali? Apakah pernah terpapar dengan orang yang menderita penyakit kelamin?
Keluhan miksi: Ada atau tidak inkontinensia urin? Kalau ada, gangguan berkemihnya berapa kali sehari? Ada perasaan nyeri saat berkemih atau rasa terbakar? Berapa kali sehari? Apa warna urinnya? Ada bau atau tidak?
Defekasi: kalau ada gangguan pola defekasi, berapa kali sehari? Konsistensi tinjanya bagaimana? Warna tinja? Ada bau tidak? Nyeri atau tidak saat berdefekasi?
Bila sudah menikah , tanyakan hal berikut: frekuensi hubungan seksual yang dilakukan selama sehari? Ada rasa nyeri saat berhubungan kelamin? Atau juga ada keluar darah saat koitus?
Lalu, apakah masih terdapat keluhan tambahan, seperti: perubahan daya penglihatan? Sakit kepala? Mual? Pengeluaran susu dari putingnya? Rasa penuh pada pelvis?
5Riwayat penyakit dahulu (RPD): seperti riwayat penyekit jantung, Diabetes Melitus, asthma atau juga riwayat operasi ?
6Riwayat penyakit keluarga: penyakit sistemik, penyakit metabolic dan kelainan kongenital?
7Riwayat kehamilan atau persalinan sebelumnya:
GxPxAx, jumlah anak yang hidup?
Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya, prematuritas, cacat kongenital, lahir mati atau perdarahan?
Persalinannya ditolong oleh siapa? Bagaimana cara persalinannya? Berat badan bayi sewaktu bayi dilahirkan? Lahir hidup atau tidak?
Fase nifas ada perdarahan atau tidak? Ada keluhan lain?
8Riwayat sosial-ekonomi: pekerjaan? Gaya hidup? Kebiasaan sehari-hari? Ada tidaknya biantang peliharaan di rumah?
9Riwayat penggunaan obat-obatan? (obat apa, berapa lama, efek samping ada atau tidak)
10Menjelaskan kepada pasien tentang kemungkinan diagnosisnya dengan menunjukkan sikap empati
11Mencatat dan merangkum data hasil anamnesis secara sistematis
Jumlah (maksimal skor 22)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber:
Swartz MH. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC; 1995. Winkjosastro H. Ilmu kandungan. Edisi ke-2. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Praawirohardjo; 2008.B. ANAMNESIS OBSTETRIKNo.Aspek yang dinilaiNilai
012
1Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2Menanyakan identitas pasien dan juga pasangannya bila ada: nama, usia, alamat, pekerjaan, status pekawinan, suku, pendidikan terakhir dan agama?
3Keluhan utama
4Riwayat kehamilan sekarang (RHS):
Amenorhea ada atau tidak, kapan hari pertama haid terakhir (HPHT)
Siklus haid: teratur atau tidak? Siklus haidnya berapa hari? Berapa lama menstruasi? Ada nyeri saat menstruasi atau tidak?
Apakah sedang memakai alat kontrasepsi, kalau ya kontrasepsi jenis apa? Ada bekuan darah atau tidak? Apakah ada stress fisik atau kondisi emosional luar biasa yang sedang dialami?
ANC: teratur? kunjungan ke berapa?
Keluhan lainnya?
5Riwayat penyakit dahulu (RPD): penyakit jantung, hipertensi, asthma, riwayat operasi
6Riwayat penyakit keluarga: penyakit sistemik, penyakit metabolik dan kelainan kongenital?
7Riwayat kehamilan atau persalinan sebelumnya
Status paritas: GxAxPx ?
Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya: prematuritas/ BBLR? cacat kongenital? Lahir mati? (berapa orang)
Persalinan ditolong oleh siapa? Cara persalinanannya seperti apa? Berat bayi saat baru lahir? Lahir hidup atau mati?
Saat nifas ada perdarahan atau tidak?
Keluhan lainnya?
8Riwayat sosial-ekonomi: pekerjaan, gaya hidup, kebiasaan sehari-hari, ada tidaknya binatang peliharaan di rumah?
9Riwayat penggunaan obat-obatan? (obat apa, berapa lama, efek samping ada atau tidak)
10Menjelaskan kepada pasien tentang kemungkinan diagnosisnya dengan rasa empati
11Mencatat dan merangkum data hasil anamnesis secara sistematis
Jumlah (maksimal skor 22)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber:
Swartz MH. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC; 1995. Winkjosastro H. Ilmu kandungan, edisi 2. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Praawirohardjo; 2008.C. PEMERIKSAAN FISIK GINEKOLOGINo.Aspek yang dinilaiNilai
012
1Memberi salam dan memperkenalkan diri
2Memastikan ada pendamping selama pemeriksaan baik dari tenaga medis ataupun dari anggota keluarga pasien yang datang (kalau ada)
3Menjelaskan tentang prosedur, tujuan dan resiko dari pemeriksaan yang akan dilakukan serta meminta kesediaaan pasien
4Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, seperti: handscoen, toilet vulva, (kapas + desinfektan), speculum (sims dan grayes) dan pinset anatomis
5Meminta pasien untuk buang air besar dan buang air kecil terlebih dahulu, lalu mempersiapkan pasien dalam posisi litotomi
6Lepaskan perhiasan yang melekat pada tangan kiri dan kanan pemeriksa, cuci tangan dengan air yang mengalir dan dengan menggunakan sabun desinfektan, lalu pakai handscoen
7Lakukan toilet vulva dan perineum secara sistematik dari sentral ke perifer, dari atas ke bawah dan tidak boleh bolak- balik. Usapan daerah perineum dan anus harus dilakukan setelah membersihkan daerah vulva dan harus berurutan mulai dari vulva, perineum lalu ke anus
8Inspeksi secara sistematis (mons pubis labium mayus kiri dan kanan, klitoris, kelenjar bartholini, introitus vagina, meatus uretra eksternus, perineum dan anus (hemorrhoid atau tidak). Perhatikan: distribusi rambut pubis, kutu pubis, apakah ada kulit di sekitar vulva kemerahan, ekskoriasi, massa atau pembengkakan, leukoplakia atau pigmentasi, lesi, ulserasi, pengeluaran secret, jaringan parut, kutil bekas trauma, fistula, fissure.
9Jangan lupa apakah daerah di sekitar mons pubis, kelenjar bartholini dan perineum ada nyeri tekan atau nyeri palpasi?
10Persiapkan speculum sesuai dengan ukuran dan periksa skrupnya. Posisi mulut speculum harus dalam keadaan tertutup sewaktu hendak dimasukkan ke dalam vagina dan dibasahi terlebih dahulu spekulumnya dengan lubrikan/ kapas yang sudah direndam dalam desinfektan
11Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri pemeriksa membuka bagian labium minus dari arah mons pubis (atas) sehingga introitus vagina terlihat. Speculum yang tertutup mulutnya dipegang dengan tangan kanan kemudian dimasukkan secara perlahan-lahan dalam posisi miring sampai kira-kira 2/3 dari panjang liang vagina
12Setelah mencapai 2/3 panjang liang vagina, speculum diputar perlahan sehingga posisi mulut speculum sekarang mendatar. Speculum tsb dipegang dengan tangan kiri dan mulut speculum dibuka dengan cara menekan pembuka mulut speculum menggunakan ibu jari tangan kiri secara perlahan, lalu skrup speculum dikunci/ difiksasi sehingga serviks uteri sekarang terlihat
13Amati keadaan serviks uteri dan orifisium uteri eksternum, dinding vagina bagian dalam, forniks uteri dan bagian-bagian anatomi lainnya (apakah ada lesi, pembengkakan atau massa, discharge, eritema, leukoplakia, maupun ulserasi)
14Pemeriksaan inspeksi dinding vagian dilakukan saat speculum akan dikeluarkan dari dalam vagina
15Mengeluarkan speculum dengan mengendorkan skrup pengunci dan bukaan speculum diatur sambil menarik secara perlahan-lahan. Putar kembali speculum 900 sehingga bukaan mulut speculum dalam posisi miring sambil mengatur bukaan muklut speculum dengan tangan kiri.
16Mempersilakan pasien mengenakan pakaian kembali dan mengatakan pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai
17Mencatat hasil pemeriksaan dan melaporkan hasilnya
18Meletakkan alat-alat yang telah dipergunakan kembali ke dalam tempatnya
Jumlah (maksimal skor 36)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber:
Swartz MH. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC; 1995. Winkjosastro, Hanifa. Ilmu kandungan. Edisi ke-2. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.D. PEMERIKSAAN FISIK OBSTETRIKNo.Aspek yang dinilaiNilai
012
1Memberi salam dan memperkenalkan diri
2Memastikan ada pendamping selama pemeriksaan baik dari tenaga medis ataupun dari anggota keluarga pasien yang datang (kalau ada)
3Menjelaskan tentang prosedur, tujuan dan resiko dari pemeriksaan yang akan dilakukan serta meminta kesediaaan pasien
4Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan selama pemeriksaan seperti: stetoskop, tensimeter, pita ukur, stetoskop monoaural laenec dan timbangan badan
5Melakukan pengukuran tekanan darah, tinggi badan dan berat badan ibu (kalau perlu)
6Pemeriksaan status generalis (pemeriksaan system organ dari rambut sampai ujung kaki secara sistematis):
Mata: konjungtiva anemis/ tidak, sclera ikterik/ tidak
Wajah: chloasma gravidarum? Edema?
Mulut/ THT: tanda radang ada atau tida, edema ginggiva? Perdarahan? Karies dentis?
Thoraks: kor-pulmonal? Batas normal?
Ekstremitas: edema? Sianosis? Anemis? Varises? Ulkus?
7Pemeriksaan Leopold 1
Menentukan TFU (tinggi fundus uteri)berapa cm dari simphysis pubis hingga ke bagian fundus uteri yang terjauh
Meraba bagian janin yang terdapat di bagian fundus uteri (kepala, bokong atau punggung?)
8Pemeriksaan Leopold 2:
Menentukan bagian terbesar janin (punggung janin)
Menentukan bagian keras dan bulat (kepala) janin
9Pemeriksaan leopold 3:
Meraba bagian terbawah janin dengan menggunakan satu tangan Tangan yang lain menahan fundus untuk fiksasi
10Pemeriksaan leopard IV
Menetukan bagian terbawah janin Menentukan apakah bagian tersebut sudah melewati PAP (dinyatakan dengan bagian x/5)
11Auskultasi: DJJ (denyut jantung janin) dengan laenec dengan posisi menghadap ke kaki ibu dan dihitung selama 1 menit
12Mengatakan kepada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai dan mempersilakan pasien mengenakan pakaiannya kembali
13Mencatat dan melaporkan hasil pemeriksaan
14Merapikan kembali alat dan bahan yang telah dipakai dan meletakkannya ke tempat semula atau semestinya
Jumlah (maksimal skor 28)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber:
Swartz MH. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC; 1995.
Winkjosastro, Hanifa. Ilmu kandungan. Edisi ke2. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Praawirohardjo; 2008.E. PEMERIKSAAN PAYUDARANo.Aspek yang dinilaiNilai
012
1Memberi salam dan memperkenalkan diri
2Memastikan ada pendamping selama pemeriksaan baik dari tenaga medis ataupun dari anggota keluarga pasien yang datang (kalau ada)
3Menjelaskan tentang prosedur, tujuan dan resiko dari pemeriksaan yang akan dilakukan serta meminta kesediaaan pasien
4Mempersilakan pasien untuk duduk di tempat tidur dengan posisi menghadap pemeriksa dan membuka pakaian sampai batas pinggang
5Inspeksi payudara dan puting susu untuk memperhatikan apakah ada perubahan:
Payudara: bentuk, warna, ukuran, simetris/ tidak ?, kontur?, terfiksir atau tidak, edema, massa, ulkus atau lesi dan pigmentasi Puting: (inverse/ eversi), kulit yang berlipat, pengeluaran cairan (darah, nanah, air susu)
Fenomena peau de orange, skin dimpling, limfedema
6Meminta pasien meletakkan kedua tangannya pada panggulnya yang bertujuan untuk menegangkan muskulus pektoralis yang dapat memperjelas adanya lesung yang disebabkan oleh fiksasi payudara pada otot dibawahnya (skim dimpling)
7Meminta pasien membungkuk pada pinggangnya dan membiarkan payudara tergantung bebas dari dinding dada (karsinoma yang menimbulkan fibrosis pada satu payudara akan menyebabkan perubahan kontur payudara tsb)
8Pasien diminta mengangkat kedua tangannya dan meletakkan di atas kepala. Hal-hal yang perlu diperhatikan sewaku inspeksi sama dengan yang ada di atas
9Meminta pasien berbaring dan meletakkan salah satu tangan (telapak tangan) di belakang kepala sedangkan pemeriksa berada di sebelah kanan pasien untuk melakukan palpasi kedua payudara pasien
10Dengan menggunakan bagian datar telapak tangan dan ujung jari, palpasi dilakukan dengan 3 cara, yakni: radier (dari luar ke dalam), angular dan vertikal (atas ke bawah).
Pada pemeriksaan ini dilakukan cara angular yaitu palpasi melingkar dari dalam hingga keluar (lingkaran konsentrik) secara menyeluruh pada ke empat kuadran yang ada pada payudara dengan menggunakan kedua tangan.
Tidak boleh menggunakan satu tangan dalam melakukan palpasi karena tidak dapat menilai apabila ada massa yang mobile/ hasilnya tidak akurat
11Yang perlu diamati dari palpasi adalah: nyeri palpasi, adanya massa (konsistensi, mobile atau tidak, batasnya tegas atau tidak, letaknya di mana, ukuran, bentuk)
12Jangan lupa melakukan pada palpasi pada kedua puting susu
13Setelah palpasi payudara, jangan lupa melakukan palpasi kelenjar getah bening aksila, supraklavikula dan infraklafikula untuk mengetahui apakah sudah ada metastasis melalui kelenjar getah bening dengan menggunakan kedua tangan. Palpasi harus dilakukan baik di klavikula dan aksila kanan maupun klavikula dan aksila kiri
14Pasien diminta untuk meletakkan lengan kirinya agar disokong pemeriksa dengan menggunakan tangan kanan. Ujung jari kiri pemeriksa mulai memeriksa kelenjar aksila dari bagian bawah hingga ke atas, lalu lengannya ditarik ke medial agar pemeriksa dapat memeriksa kelenjar aksila hingga ke bagian atas
15Periksa kelenjar klavikula baik yang superior maupun inferior dengan menekan lalu memijitnya (masase) dari bagian kiri hingga ke kanan
16Hal-hal yang perlu dipehatikan pada saat palpasi kelenjar getah bening di atas adalah nyeri palpasi ataupun pemeriksa merasakan adanya massa/ tumor
17Mengatakan kepada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai dan mempersilakan pasien untuk memakai kembali pakainnya
18Mencatat dan melaporkan hasil pemeriksaan
Jumlah (maksimal skor 36)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber:
Swartz MH. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC; 1995.
Bickley LS. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates. Edisi ke-5. Jakarta: EGC; 2008.F. PEMERIKSAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)No.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1.Melihat tanda dan gejala Kala Dua
Ibu mempunyai keinginan meneran
Perineum menonjol
Vulva vagina dan sfingter anal membuka
2.Menyiapkan pertolongan persalinan
Menyiapkan alat dan bahan (sarung tangan DTT, celemek, oksitosin 10 unit, handuk bersih, partus set) Mengenakan baju penutup yang bersih
Melepaskan perhiasan lalu asepsis
Memakai sarung tangan dengan DTT
Siapkan oksitosin 10 unit
3.Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik
Membersihkan vulva dan perineum
Melakukan pemeriksaan dalam (dengan teknik aseptic)
Dekontaminasi sarung tangan
Periksa denyut jantung janin
4.Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran: Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap Memposisikan ibu Melakukan pimpinan meneran
5.Persiapan pertolongan kelahiran bayi
Setelah kepala bayi membuka vulva 5-6cm, letakkan handuk bersih diatas perut dan duk dibawah bokong ibu
Siapkan partus set
Pakai sarung tangan DTT
6.Menolong kelahiran bayi
Saat kepala bayi membuka vulva 5-6cm, lindungi perineum lalu meminta ibu meneran dan operator
Menjaga kepala bayi keluar
Menyeka bagian muka, mulut, dan hidung dengan kain kasa
Memeriksa lilitan tali pusat
Tunggu putaran paksi luar
Lanjutkan kelahiran bagian bahu lahir hingga keluar semua
7Penanganan bayi baru lahir
Menilai bayi dan melatakkannya diatas perut ibu
Membungkus bayi dengan handuk
Potong tali pusat
Biarkan bayi menyusui(inisiasi dini)
8.Oksitosin
Lakukan palpasi abdomen pada ibu (untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
Member tahu ibu bahwa akan disuntik
Suntikkan oksitosin 10 unit I.M di gluteus (2 menit setelah kelahiran)
9.Penenganan tali pusat
Memindahkan klem pada tali pusat.
Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu tepat dia tas tulang pubis dan mengguanakan tangan ini untuk melakuakan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem denga tangan yang lain.
Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakan (dorso cranial) dengan hati untuk membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai
Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seseorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan putting susu
10.Mengeluarkan plasenta
Setelah plasenta terlepas meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat kea rah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus
Jika tali pusat bertambah panjang , pindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit
Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M
Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptic jika perlu
Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
Mngulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya
Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi
11.Pemijatan uterus
Segera setelah palsenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras)
12.Menilai perdarahan Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta dalam kantung plastiik atau tempat khusus. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selam 15 detik mengmbil tindakan yang sesuai.
13.Lakukan prosedur pasca persalinan
14. Mebereskan alat-alat
15.Melengkapi patograf
Jumlah Nilai
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber:
Winkjosastro H. Ilmu kandungan. Edisi 2. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Praawirohardjo; 2008.BAB 11MODUL saraf DAN jiwaA. ANAMENSISNoAspek yang dinilaiNilai
012
Gejala dan Tanda di Bidang Psikiatri
1.Pengertian Umum
2.Kesadaran dan Fungsi Kognitif
Konsentrasi:
Suruh pasien mengulang satu seri nomor (3-5 digit) missal 45678
Orientasi
Tempat, pemeriksa menanyakan dimana saat ini penderita berada
Waktu, pemeriksa menanyakan tahun, bulan, tanggal, hari, jam berapa saat ini, pagi/siang/malam
Personal, pemeriksa menanyakan siapakah dia (anggota keluarga yang kebetulan ada di kamar periksa)?
3.Perilaku Motorik
4.Suasana perasaan (mood & affect)
5.Proses pikir
Penalaran
Minta pasien untuk menjawab pertanyaan atau menguaikan apa yang ia lakukan bila ia menemukan sebuah surat di jalan yang diberi perangko tertulis alamat lengkap?
Gagasan abstrak
Minta pasien untuk mengartikan sebuah peribahsa missal besar pasak daripada tiang,dll
Pengenalan persamaan dan perbedaan
6.Persepsi
7.Pembicaraan
Komponen yang diperiksa meliputi:
Pembicaraan spontan
Pengertian (comprehension)
Mengenal benda-benda umum (naming)
Menirukan kata atau kalimat (repetition)
8.RTA insight dan judgement
Jumlah (maksimal skor 16 )
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar B. PEMERIKSAAN KESADARAN / GCSNoAspek yang dinilaiNilai
012
Kemampuan membuka kelopak mata (Eye/E)
1Spontan ( skor 4
2Terhadap bicara (suruh pasien membuka mata) ( skor 3
3Dengan rangsang nyeri (tekan pada saraf supraorbita atau kuku jari) ( 2
4Tidak ada reaksi (dengan rangsang nyeri pasien tidak membuka mata) ( skor 1
Kemampuan Motorik (M)
1Menurut perintah (misalnya, suruh : Angkat tangan!) ( skor 6
2Mengetahui lokasi nyeri (berikan rangsang nyeri, misalnya menekan dengan jari pada supraorbita. Bila oleh rasa nyeri pasien mengangkat tanggannya sampai melewati dagu untuk maksud menapis rangsang tersebut berarti ia dapat mengetahui lokasi nyeri) ( skor 5
3Reaksi menghindar ( skor 4
4Reaksi fleksi (dekortifikasi)
(berikan rangsang nyeri, misalnya menekan dengan objek keras, seperti ballpoint, pada jari kuku. Bila sebagai jawaban siku memfleksi, terdapat reaksi fleksi terhadap nyeri. Fleksi pada pergelangan tangan mungkin ada atau tidak ada) ( skor 3
5Reaksi ekstensi (deserebrasi)
(dengan rangsang nyeri tersebut di atas terjadi ekstensi pada siku. Ini selalu disertai fleksi spastik pada pergelangan tangan) ( skor 2
6Tidak ada reaksi
(sebelum memutuskan bahwa tidak ada reaksi, harus diyakinkan bahwa rangsang nyeri memang cukup adekuat diberikan) ( skor 1
Kemampuan Berkomunikasi Verbal (Verbal/V)
1Baik dan tak ada disorientasi
(dapat menjawab dengan kalimat yang baik dan tahu dimana ia berada, tahu waktu, hari, bulan) ( skor 5
2Kacau (confused)
(dapat bicara dalam kalimat, namun ada disorientasi waktu dan tempat) ( skor 4
3Tidak tepat
(dapat mengucapkan kata-kata, namun tidak berupa kalimat dan tidak tepat) ( skor 3
4Mengerang
(tidak mengucapkan kata, hanya suara mengerang) ( skor 2
5Tidak ada jawaban ( skor 1
Pemeriksa menjumlahkan total skor yang didapat dari hasil respon penderita dengan nilai tertinggi 15 dan nilai terendah 3 (koma)
Jumlah (maksimal skor 6)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber:
Lumbantobing SM. Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. Hal 8-10.
C. PEMERIKSAAN TANDA RANGSANG MENINGEAL1. Kaku kuduk (nuchal/ neck rigidity)NO.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri, serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Meminta pasien untuk tidur telentang tanpa bantal, dengan posisi tungkai lurus rileks
3Meletakkan tangan kiri pemeriksa dibelakang kepala pasien dan tangan kanan pemeriksa di dada pasien
4Kemudian kepala ditekukkan (fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada.
5Perhatikan tahanan/ tegangan pada otot leher dan jarak antara dagu dan dada
6Melaporkan hasil pemeriksaan
Hasil positif jika terdapat tahanan pada leher dan dagu tidak sampai pada dada
Jumlah (maksimal skor 12)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar 2. Tanda Lasegue
NO.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri, serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Meminta pasien untuk tidur telentang tanpa bantal, dengan posisi tungkai lurus rileks (ekstensi)
3Mengangkat satu tungkai lurus, dibengkokkan (fleksi) pada persendian panggulnya. Tungkai yang satunya lagi harus berada dalam keadaan ekstensi lurus
4Melaporkan hasil pemeriksaan
Hasil positif jika jika sebelum mencapai 700 telah timbul rasa sakit dan tahanan
Jumlah (maksimal skor 8)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar 3. Tanda Kernig
NO.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri, serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Meminta pasien untuk tidur telentang tanpa bantal, dengan posisi tungkai lurus rileks
3Fleksikan pahanya pada persendian panggul sampai membuat sudut 900
4Tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut
5Melaporkan hasil pemeriksaan
Hasil positif jika sebelum membentuk sudut 1350 terdapat tahanan dan rasa sakit
Jumlah (maksimal skor 10)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar 4. Tanda Brudzinski I (Brudzinskis Neck Sign)
NO.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri, serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Meminta pasien untuk tidur telentang tanpa bantal, dengan posisi tungkai lurus rileks
3Tangan yang ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring, kita tekukkan kepala pasien sejauh mungkin sampai dagu mencapai dada. Tangan yang satu lagi sebaiknya ditempatkan di dada pasien untuk mencegah diangkatnya badan.
4Melaporkan hasil pemeriksaan
Hasil positif jika kedua tungkai terfleksi.
Jumlah (maksimal skor 8)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar 5. Tanda Brudzinski II (Brudzinskis Contralateral Leg Sign)NO.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri, serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Meminta pasien untuk tidur telentang tanpa bantal, dengan posisi tungkai lurus rileks
3Salah satu tungkai difleksikan pada persendian panggul, sedangkan tungkai yang satunya lagi berada dalam keadaan ekstensi (lurus)
4Melaporkan hasil pemeriksaan
Hasil positif jika tungkai yang satunya ini ikut pula terfleksi
Jumlah (maksimal skor 8)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber :
Lumbantobing SM. Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. Hal 17-20.
C. PEMERIKSAAN SARAF KRANIAL1. Pemeriksaan Nervus I (Nervus Olfaktorius)Tujuan : untuk mendeteksi adanya gangguan menghidu. Selain itu, untuk mengetahui apakah apakah gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan saraf atau penyakit hidung lokalZat pengetes yang digunakan sebaiknya zat yang dikenal sehari-hari seperti teh, kopi, tembakau, dll.NO.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Periksa lubang hidung, apakah ada sumbatan atau kelainan setempat, misalnya ingus atau polip
3Minta penderita untuk menutup matanya, dan mencium bau dari zat pengetes
4Diperiksa satu persatu/dibandingkan dengan jalan menutup lubang hidung yang lainnya
5Melaporkan hasil pemeriksaan
Jumlah (maksimal skor 10)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber :
Lumbantobing SM. Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. Hal 23-4.2. Pemeriksaan Nervus II (Nervus Optikus)Tujuan pemeriksaan: Mengukur ketajaman penglihatan (visus) dan menentukkan apakah ada kelainan pada visus disebabkan oleh kelainan okuler local atau oleh kelainan saraf Mempelajari lapangan pandang Memeriksa keadaan papil opticNO.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Pemeriksaan Kasar
Ketajaman Penglihatan
Membandingkan ketajaman penglihatan pasien dengan pemeriksa (ketajaman penglihatan pemeriksa harus normal)
Pasien disuruh mengenali benda yang letaknya jauh misalnya jam di dinding dan minta pasien menyatakan pukul berapa.
Membaca huruf-huruf yang terdapat di buku atau Koran
Bila ketajaman mata pasien sama dengan pemeriksa maka hal ini dianggap normal.
Lapangan pandang
Lapangan pandang pasien dibandingkan dengan lapangan pandang pemeriksa yaitu dengan metode konfrontasi dari Donder.
Pasien disuruh duduk atau berdiri berhadapan dengan pemeriksa dengan jarak kira-kira 1 meter
Jika hendak memeriksa mata kanan,mata kiri pasien harus ditutup misalnya dengan tangan penderita atau kertas, sedangkan pemeriksa harus menutup mata kanannya
Pasien disuruh melihat terus (memfiksasi matanya ) pada mata kanan pemeriksa dan pemeriksa harus selalu melihat ke mata kanan pasien.
Kemudian pemeriksa menggerakkan jari tangannya di bidang pertengahan antara pemeriksa dengan pasien
Minta pasien untuk memberi tahu apabila ia melihat jari pemeriksa lalu bandingkan dengan mata pemeriksa
Jika ada gangguan, pemeriksalah yang terlebih dahulu melihat gerakan tersebut
3Pemeriksaan yang Teliti
Ketajaman penglihatan (menggunakan gambar Snellen) Pasien disuruh berdiri sejauh 6 meter dari kartu Snellen Pasien diminta untuk menutup satu matanya dengan telapak tangan dan membaca baris terkecil yang mungkin Bila ia dapat membaca sampai barisan paling bawah, maka ketajaman penglihatannya ialah normal (6/6) Lapangan pandang (Kampimeter dan Perimeter)
Kampimeter:
Papan hitam diletakkan di dapan penderita pada jarak 1 atau 2 meter dan sebagai benda penguji (test object) digunakan bundaran kecil berdiameter 1-3 meter.
Mata pasien difiksasi di tengah dan benda penguji digerakkan dari perifer ke tengah dari segala jurusan
Dicatat tempat pasien mulai melihat benda tersebut
Perimeter : setengah lingkaran yang dapat diubah-ubah letaknya pada bidang meridiannya. Cara pemakaian dan pelaporannya serupa dengan kampimeter.
Pemeriksaan oftalmoskopik (untuk memeriksa papil optic)
4Melaporkan hasil pemeriksaan
Jumlah (maksimal skor 32)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber:
Lumbantobing SM. Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. Hal 27-31.
Swartz, MH. Textbook of Physical Diagnosis : History and Examination. 5th ed. Philadelphia: Elsevier-Saunders; 2010. Hal 220-22.
3. Pemeriksaan N.III, IV, VI (N. Occulomotorius, N.troclearis, N.abdusens)
NO.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Sambil berbicara, periksalah celah mata (apakah ada ptosis, eksortalmus, enoftalmus, lihat ada strabismus, atau kecenderungan diplopia)
3Menilai ptosis:
Suruh pasien menutup matanya, kemudian kita suruh untuk membuka matanya kembali, sambil kita memberi tahanan pada kelopak matanya. Nilai: kekuatan mengangkat kelopak mata. Jangan lupa untuk membandingkan
4Menilai pupil:
Perhatikan besarnya pupil dan dibandingkan besarnya, apakah sama (isokor), atau tidak sama (anisokor) Refleks pupil (langsung dan tidak langsung):
Pasien disuruh melihat jauh
Setelah itu kita senter pupil
Dilihat apakah ada reaksi pada pupil.
Dibandingkan kanan dan kiri
Lalu senter kembali pupil dan kita lihat pupil sebelahnya,apakah ikut mengecil juga atau tidak
Refleks akomodasi:
Penderita disuruh melihat jauh
Kemudian penderita disuruh melihat dekat
Hasil: dianggap positif jika terlihat pupil mengecil
Kedudukan (posisi bola mata): perhatikan kedudukan bola mata, apakah menonjol atau masuk kedalam
Gerakan bola mata:
Penderita disuruh mengikuti gerak jari-jari pemeriksa yang digerakkan kearah lateral, medial atas, medial bawah, dan kearah miring, yaitu atas lateral, bawah medial, atas medial, dan bawah lateral (membentuk huruf H)
Perhatikan apakah penderita dapat mengikuti
Perhatikan bagaimana gerakan bola matanya
Perhatikan juga adanya diplopia
5Melaporkan hasil pemeriksaan
Jumlah (maksimal skor 10)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber :
Lumbantobing SM. Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. Hal 40-48.
Swartz MH. Textbook of Physical Diagnosis : History and Examination. 5th ed. Philadelphia: Elsevier-Saunders; 2010. Hal 222-25.
Bickle LS. Bates Guide to Physical Examination and History Taking. 10th ed. Lippicott Williams and Wilkins; 2009. Hal 212-18.
4. Pemeriksaan N V (N. Trigeminus)
NO.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Pasien disuruh merapatkan giginya sekuat mungkin dan kemudian kita raba m. masseter dan m.temporalis
3Perhatikan besarnya tonus serta konturnya
4Pasien disuruh buka mulut kemudian dilihat apakah ada deviasi rahang bawah
5Meminta pasien menggigit suatu benda dan dinilai kekuatan gigitannya dengan menarik benda yang digigit tersebut
6Memeriksa reflex rahang bawah (jaws reflex) dengan menempatkan satu jari pemeriksa melintang dagu pasien dan pasien disuruh membuka mulutnya sedikit lalu jari pemeriksa diketok dengan palu reflex (normal: sedikit gerakan bahkan tidak ada gerakan sama sekali)
7Memeriksa rasa raba, rasa nyeri dan suhu daerah-daerah yang dipersarafinya (wajah)
8Memeriksa refleks kornea dengan menyentuh kornea mata dengan sepotong kapas yang ujungnya dibuat runcing (normal : mengakibatkan dipejamkannya mata)
9Melaporkan hasil pemeriksaan
Jumlah nilai (maksimal skor 18)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar
Sumber:
Lumbantobing SM. Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. Hal 53-54, 144.
Swartz, MH. Textbook of Physical Diagnosis: History and Examination. 5th ed. Philadelphia: Elsevier-Saunders; 2010. Hal 673.
Bickley, Lynn S. Bates Guide to Physical Examination and History Taking. 10th ed. Lippicott Williams and Wilkins; 2009. hal 660-76.
5. Pemeriksaan N.VII (N.Facialis)
NO.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Memeriksa fungsi motorik: perhatikan muka(simetris/tidak, kerutan didahi, pejaman mata, plika nasolabialis, sudut mulut)
3Suruh penderita mengangkat alis dan mengerutkan dahi.
Perhatikan simetri/tidak
4Suruh penderita memejamkan mata secara bersamaan, lalu suruh memejamkan mata satu-persatu
5Suruh pasien menyeringai (menunjukkan gigi geligi), mencucurkan bibir dan menggembungkan pipi.
Perhatikan simetri/tidak, perhatikan sudut mulutnya
6Minta pasien untuk bersiul
7Gejala chvostek: dengan cara mengetok N.VII, ketokan dilakukan didepan telinga. Bila positif menyebabkan kontraksi otot yang dipersarafi
8Fungsi pengecapan: suruh pasien menjulurkan lidahnya dan menutup matanya, lalu ditaruhkan kelidahnya bubuk gula, kina, asam sitras atau garam. Jangan sampai penderita menarik lidahnya kedalam mulut. Penderita disuruh menyampaikan apa yang dirasakan dengan isyarat
9Melaporkan hasil pemeriksaan
Jumlah (maksimal skor 18)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber :
Lumbantobing SM. Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. Hal 53-54,144.
Swartz, MH. Textbook of Physical Diagnosis : History and Examination. 5th ed. Philadelphia: Elsevier-Saunders; 2010. Hal 673.
Bickley, Lynn S. Bates Guide to Physical Examination and History Taking. 10th ed. Lippicott Williams and Wilkins; 2009. Hal 660-76.
6. Pemeriksaan N.VIII (N. Vestibulo-Kokhlearis)
NO.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Pemeriksa menyuruh penderita untuk mendengarkan bisikan pada jarak tertentu dan membandingkannya dengan orang normal. Perhatikan apa ada perbedaan ketajaman pendengaran telinga kiri dan kanan
(bila ketajaman pendengaran berkurang atau terdapat perbedaan antara kedua telinga kita lakukan pemeriksaan-pemeriksaan Schwabach, Rinne, Webber, dan audiogram)
3Tes Schwabach
Garputala dibunyikan kemudian diletakkan di telinga penderita
Setelah penderita tidak mendengarkan bunyi lagi, garputala tersebut diletakkan di dekat telinga pemeriksa, bila masih terdengar bunyi oleh pemeriksa maka dikatakan bahwa schwabach lebih pendek (untuk konduksi udara)
Kemudian garputala dibunyikan lagi dan pangkalnya ditekankan pada tulang mastoid penderita
Minta penderita mendengarkan bunyinya
Bila sudah tidak terdengar lagi maka garputala diletakkan pada tulang mastoid pemeriksa
Bila pemeriksa masih mendengar bunyinya maka dikatakan bahwa schwabach (untuk konduksi tulang) lebih pendek
4Tes Rinne
Digunakan garputala yang berfekruensi 128, 256, atau 512 Hz
Garputala dibunyikan dan pangkalnya ditekankan pada tulang mastoid penderita
Bila tidak terdengar lagi, garputala segera didekatkan pada telinga
Jika masih terdengar bunyi maka konduksi udara lebih baik daripada konduksi tulang (Rinne positif) sedangakan bila bunyi tidak terdengar lagi dikatakan sebagai Rinne negative.
5Tes Webber
Garputala yang dibunyikan ditekankan pangkalnya pada dahi penderita, tepat dipertengahan
Penderita disuruh mendengarkan bunyinya dan menentukan pada telinga mana bunyinya lebih keras terdengar
Pada orang normal, kerasnya bunyi sama pada telinga kiri dan kanan
Kita katakan tes Webber lateralisasi ke kiri/ke kanan jika bunyi lebih keras terdengar di telinga kiri/kanan
6Memeriksa Nistagmus (Maneuver Nylen-Barany)
Pasien disuruh duduk di tempat tidur periksa, lalu direbahkan sampai kepalanya tergantung di pinggir denga sudut sekitar 30 derajat di bawah horizontal
Kepala ditolehkan ke kiri kemudian lurus kemudian ditolehkan ke kanan
Pasien diminta untuk tetap membuka matanya agar pemeriksa dapat melihat jika muncul nistagmus
Perhatikan kapan nistagmus mulai muncul, berapa lama berlangsung serta jenis nistagmus
Tanyakan apa yang dirasakan penderita, apakah ada vertigo.
7Tes untuk menilai keseimbangan
Tes Romberg
Penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang lainnya, tumit kaki yang satu berada di depan jari kaki yang lainnya Lengan dilipat pada dada dan mata ditutup
Orang normal mampu berdiri dalam posisi Romberg selama 30 detik atau lebih
Tes Melangkah di Tempat
Penderita disuruh berjalan di tempat dengan mata ditutup sebanyak 50 langkah dengan kecepatan seperti berjalan biasa
Beritahu penderita agar tetap ditempat dan tidak beranjak elama melaukan tes ini
Hasil abnormal jika kedudukan akhir penderita beranjak lebih dari 1 meter dari tempatnya semula atau badan berputar lebih dari 30 derajatSalah Tunjuk (Past Pointing) Penderita disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknya menyentuh telunjuk pemeriksa
Kemudian ia disuruh menutup mata, mengangkat lengannya tinggi-tinggi (sampai vertikal) kemudian kembali ke posisi semula
Pada gangguan vestibular didapatkan salah tunjuk (deviasi)
8Melaporkan hasil pemeriksaan
Jumlah (maksimal skor 18)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber:
Lumbantobing SM. Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. Hal 53-4,144.
Swartz, MH. Textbook of Physical Diagnosis : History and Examination. 5th ed. Philadelphia: Elsevier-Saunders; 2010. p 673.
Bickley, Lynn S. Bates Guide to Physical Examination and History Taking. 10th ed. Lippicott Williams and Wilkins; 2009. p 660-76.
7. Pemeriksaan N.IX (N. Glosofaringeus) dan N.X (N. Vagus)NO.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Penderita disuruh menyebutkan aaaaaaa. Periksa apakah suaranya normal,serak, atau tidak ada sama sekali
3Penderita disuruh makan makanan lunak, padat, dan menelan air. Perhatikan apakah ada salah telan (keselak, disfagia)
4Penderita disuruh membuka mulut. Perhatikan palatum mole dan faring. Bagaimana sikap palatum mole, arkus faring dan uvula pada keadaan istirahat dan bagaimana pula bila bergerak (pasien diminta menyebut aaaaaa)
5Reflex Faring
Waktu pasien membuka mulut, kita rangsang dinding faring atau pangkal lidah dengan spatel lidah
6Reflex Wahing
Mukosa hidung dirangsang dengan sentuhan kapas. Hal ini akan menyebabkan timbulnya Wahing
7Pengecapan
Serabut aferen pengecapan pada 1/3 bagian posterior lidah
8Melaporkan hasil pemeriksaan
Jumlah (maksimal skor 16)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber:
Lumbantobing SM. Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. Hal 77-80.
8. Pemeriksaan N.XI (N. Aksesorius)NO.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Inspeksi keadaan m. sternokleidomatoideus dalam keadaan istirahat dan bergerak
(apakah ada fasikulasi atau atrofi otot)
3Palpasi m. Sternokleidomatoideus untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan atoni otot
4Mengukur kekuatan otot:
Meminta pasien menoleh ke kanan, gerakan ini ditahan dengan tangan pemeriksa yang ditempatkan di dagu pasien.
Bandingkan kekuatan otot kiri dan kanan
5Inspeksi m. Trapezius dalam keadaan istirahat dan bergerak. (apakah ada fasikulasi atau atrofi, bagaimana kontur otot, bagaimana posisi bahu apakah ada yang lebih rendah)
6Palpasi m. Trapezius untuk mengetahui konsistensi, nyeri tekan dan hipotoni
7Mengukur kekuatan otot:
Menempatkan tangan di bahu pasien
Meminta pasien mengangkat kedua bahunya sementara itu pemeriksa menahannya
Bandingkan kekuatan otot kanan dan kiri
8.Memeriksa kontur dan perkembangan otot:
Meminta pasien mengekstensikan kepalanya sementara pemeriksa menahan gerakan ini
Jika ada kelumpuhan kepala tidak dapat ditarik ke sisi tersebut, bahu tidak dapat diangkat dan lengan tidak dapat dielevasi
9Melaporkan hasil pemeriksaan
Jumlah (maksimal skor 18)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber :
Lumbantobing SM. Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. Hal 53-4, 144.
Bickley, Lynn S. Bates Guide to Physical Examination and History Taking. 10th ed. Lippicott Williams and Wilkins; 2009. p 660-76.
9. Pemeriksaan N.XII (N. Hipoglosus)NO.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1.Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Inspeksi:
Meminta pasien membuka mulut
Memperhatikan keadaan lidah dalam keadaan istirahat dan bergerak, dalam keadaan istirahat perhatikan besarnya lidah, simetris kiri dan kanan, atrofi/ tidak, lidah berkerut/ tidak, sikap lidah mencong/ tidak Meminta pasien menjulurkan lidah: perhatikan ada tremor/ tidak, fasikulasi/ tidak.
3Mengukur kekuatan lidah:
Meminta pasien menggerakkan lidahnya ke segala jurusan
Memperhatikan kekuatan geraknya
Meminta pasien menekankan lidahnya pada pipi
Menekan lidahnya pada pipi untuk menilai daya tekan lidah
4Melaporkan hasil pemeriksaan
Jumlah (maksimal skor 8)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber :
Lumbantobing SM. Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. Hal 53-54, 144.
Bickley, Lynn S. Bates Guide to Physical Examination and History Taking. 10th ed. Lippicott Williams and Wilkins; 2009. p 660-76.
D. PEMERIKSAAN MOTORIKTenaga otot dinyatakan dengan menggunakan angka dari 0-5 () berarti lumpuh sama sekali, dan 5 = normal)
0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total.
1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada persendian yang harus digerakkan oleh otot tersebut
2:Didapatkan gerakan, tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat (gravitasi)
3:Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat
4:Di samping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi sedikit tahanan yang diberikan
5:Tidak ada kelumpuhan (normal).
1. Ekstremitas Atas
NOAspek yang dinilaiNILAI
123
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Pemeriksaan abduksi bahu: mintalah pasien untuk mengangkat kedua siku kearah luar sejajar bahu. Lalu mintalah pasien untuk mendorong ke atas. Bandingkan kedua sisi.
3Pemeriksaan fleksi siku: tahan siku dan pergelangan tangan pasien. Mintalah pasien untuk menarik tangannya ke arah wajahnya. (pastikan tangan dalam keadaan supinasi)
4Pemeriksaan ekstensi siku: tahan siku dan pergelangan tangan pasien. Mintalah pasien untuk meluruskan sikunya.
5Pemeriksaan ekstensi pergelangan tangan : meminta pasien untuk membuat kepalan dan mengekstensikan pergelangan tangan saat pemeriksa mencoba untuk mendorongnya.
6Pemeriksaan fleksi pergelangan tangan : pasien diminta untuk membuat kepalan dan memfleksikan pergelangan tangan saat pemeriksa mencoba untuk menariknya.
7Pemeriksaan ekstensi jari tangan: Fiksasikan tangan pasien. Perintahkan pasien untuk meluruskan jari-jarinya. Lawanlah tangan yang terekstensi dengan menekannya.
8Pemeriksaan fleksi jari tangan: rapatkan jari-jari pemeriksa pada pesien, telapak dengan telapak, sehingga kedua ujung jari melekat pada sendi falangeal metacarpal pasien. Mintalah pasien untuk mencengkram jari-jari kita, kemudian coba untuk membuka cengkraman pasien.
9Pemeriksaan abduksi jari tangan: mintalah pasien untuk melebarkan jari-jarinya. Pastikan telapak tangan sejajar dengan jari-jarinya. Tahan bagian tengah jari kelingking dan cobalah untuk meregangkan jari telunjuk.
10Pemeriksaan adduksi jari tangan: Mintalah pasien untuk menggenggam jari tengah dan telunjuk sekuat mungkin. Bandingkan kekuatan genggaman kedua tangan tersebut.
11Pemeriksaan Abduksi ibu jari tangan: mintalah pasien untuk mendatarkan telapak tangannya dengan lengan yang disupinasikan. Mintalah pasien untuk menggerakkan ibu jarinya menuju hidung. Fiksasi telapak tangan pasien dan tekan bagian akhir sendi falang proksimal, serta coba lawan tahanan tersebut.
12Bandingkan setiap sisi dari pemeriksaan yang dilakukan.
13Beritahu pasien pemeriksaan telah selesai dilakukan.
Jumlah (maksimal skor 26)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber :
Lumbantobing SM. Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. Hal 53-4, 144.
Swartz, MH. Textbook of Physical Diagnosis : History and Examination. 5th ed. Philadelphia: Elsevier-Saunders; 2010. p 673.
Bickley, Lynn S. Bates Guide to Physical Examination and History Taking. 10th ed. Lippicott Williams and Wilkins; 2009. p 660-76.
2. Ekstremitas bawah
NOAspek yang dinilaiNILAI
123
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Meminta pasien untuk berbaring.
3Pemeriksaan fleksi panggul: minta pasien untuk mengangkat lututnya ke arah dada. Ketika lutut berada pada sudut 90 derajat, mintalah pasien untuk mendorong kearah atas sekuat-kuatnya, tempatkan tangan anda untuk melawan lutut pasien, dan cobalah untuk menahan
4Pemeriksaan adduksi panggul : mintalah pasien untuk menggerakkan kaki terpisah, tangan pemeriksa ditempatkan pada sisi medial lutut, suruhlah pasien untuk menutup kaki dan cobalah untuk menahan
5Pemeriksaan abduksi panggul : tangan pemeriksa ditempatkan pada sisi lateral lutut. Suruhlah pasien untuk membuka kaki dan cobalah untuk menahan.
6Pemeriksaan ekstensi lutut: mintalah pasien untuk menekuk lutut. Ketika lutut tersebut fleksi 90 derajat, sanggah lutut dengan satu tangan dan taruh tangan lain pada pergelangan kaki, dan mintalah pasien untuk meluruskan tungkainya.
7Pemeriksaan fleksi lutut: mintalah pasien untuk menekuk lututnya dan menggerakkan tumitnya menuju ke bokong. Ketika lutut berada pada posisi 90 derajat, cobalah untuk meluruskan tungkai pada saat memegang lutut.
8Pemeriksaan dorsofleksi kaki: mintalah pasien untuk mendorong pergelangan kaki ke belakang dan gerakan jarinya menuju kepala. Ketika pergelangan kaki melewati 90 derajat, cobalah untuk melawan gerakan ini.
9Pemeriksaan plantarfleksi kaki : mintalah pasien untuk mendorong pergelangan kaki ke depan dan gerakan jarinya ke bawah. Ketika pergelangan kaki melewati 90 derajat, cobalah untuk melawan gerakan ini.
10Pemeriksaan dorsofleksi ibu jari kaki: mintalah pasien untuk menarik ibu jari kakinya ke arah wajah pasien. Dorong falang distal ibu jari kaki pasien ke arah bawah.
11Pemeriksaan plantarfleksi ibu jari kaki: mintalah pasien untuk mendorong ibu jari kakinya ke arah bawah. Dorong falang distal ibu jari kaki pasien ke arah kepala pasien.
12Pemeriksaan ekstensi jari kaki: mintalah pasien untuk menggerakkan semua jari kakinya kearah kepala. Lawan bagian proksimal jari-jari kaki dengan menekannya, dan perhatikan ototnya.
13Bandingkan setiap sisi dari setiap pemeriksaan.
14Beritahukan kepada pasien pemeriksaan telah selesai dilakukan.
Jumlah (maksimal skor 28)
Keterangan:
0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber :
Lumbantobing SM. Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. Hal 53-4, 144.
Swartz, MH. Textbook of Physical Diagnosis : History and Examination. 5th ed. Philadelphia: Elsevier-Saunders; 2010. p 673.
Bickley, Lynn S. Bates Guide to Physical Examination and History Taking. 10th ed. Lippicott Williams and Wilkins; 2009. p 660-76.
3. Tonus
NOAspek yang dinilaiNILAI
123
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Pastikan pasien dalam keadaan santai
3Pemeriksaan pada lengan: pegang tangan pasien seperti ingin bersalaman dan tahan lengan bawah. Lakukan pronasi dan supinasi lengan bawah, kemudian putar tangan pada pergelangan tangan. Tahan lengan bawah dan siku, kemudian gerakkan tangan sampai jangkauan fleksi dan ekstensi menjadi maksimal pada siku.
4Pemeriksaan tonus panggul: Pasien berbaring dengan tungkai lurus. Putar lutut dari satu sisi ke sisi yang lain.
5Pemeriksaan tonus pada lutut: Letakkan tangan dibelakang lutut dan angkat dengan cepat. Fleksikan dan ekstensikan lutut pasien.
6Pemeriksaan tonus pergelangan kaki: tahan pergelangan kaki kemudian lakukan fleksi dan dorsofleksi kaki.
7Menilai tonus otot dan selalu membandingkan kedua sisi.
8Memberitahukan pada pasien pemeriksaan telah selesai dilakukan.
Jumlah (maksimal skor 16)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber:
Swartz, MH. Textbook of Physical Diagnosis : History and Examination. 5th ed. Philadelphia: Elsevier-Saunders; 2010. p 685,689.
D. PEMERIKSAAN SENSORIK1. Pemeriksaan Sentuhan Ringan
NO.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Menyentuh pasien secara ringan dengan sepotong kecil kasa
3Mintalah pasien untuk menutup matanya dan memberitahukan Anda kalau Anda sedang menyentuhnya
4Berusahalah menyentuh jari kaki dan tangan pasien
5Jika sensasi abnormal, lakukan pemeriksaan ini di bagian proksimal sampai batas ketinggian gangguan sensorik dapat ditentukan
6Laporkan hasil pemeriksaan
Jumlah (maksimal skor 12)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar 2. Pemeriksaan Sensasi Nyeri
NO.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Sensasi nyeri diperiksa dengan menggunakan peniti
3Mintalah kepada pasien untuk menutup matanya
4Bukalah peniti itu dan sentuhlah pasien dengan ujungnya. Beritahukan pasien,Ini tajam.
5Kemudian sentuhlah sentuhlah pasien dengan ujung tumpul peniti itu dan katakan, Ini tumpul.
6Mulailah pemeriksaan sensasi nyeri pada jari kaki dan tangan, dan katakanlah, Apa rasanya, tajam atau tumpul?
7Jika ada gangguan sensasi nyeri, lanjutkan pemeriksaan ini ke bagian proksimal untuk menentukan batas ketinggian gangguan sensosir
8Melaporkan hasil pemeriksaan
Jumah (maksimal skor 16)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar 3. Pemeriksaan Sensasi Getaran
NO.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Sensasi getaran diperiksa dengan menggunakan garpu tala 128 Hz
3Ketuklah garpu tala dengan tumit tangan Anda dan letakkanlah di suatu tonjolan tulang di bagian distal tubuh pasien
4Suruhlah pasien untuk memberitahukan Anda kalau ia sudah tidak dapat merasakan getaran itu lagi
5Mintalah pasien untuk menutup matanya
6Letakkan garpu tala yang sedang bergetar pada falangs distal jari tangan pasien dan jari tangan Anda sendiri
7Setelah memeriksa jari-jari tangan, periksalah ibu jari kaki
8Jika ada gangguan, tentukanlah batas gangguannya
9Melaporkan hasil pemeriksaan
Jumlah (maksimal skor 18)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar 4. Pemeriksaan Propiosepsi (Sensasi Posisi)
No.Aspek yang dinilaiNilai
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Pemeriksa memegang falangs dista ada sisi lateralnya dan menggerakkannya ke atas sementara memberitahukan pasien, Ini atas.
3Kemudian pemeriksa mengerakkan falangs distal dan memberitahukan pasien, Ini bawah.
4Meminta pasien untuk menutup matanya dan menggerakkan falangs distal naik turun dan akhirnya berhenti, dan tanyakanlah, Ini apa, atas atau bawah?
5Jika ada kehilangan sensasi, lakukanlah pemeriksaan selanjutnya untuk menentukan batas gangguan propriosepsis
6Melaporkan hasil pemeriksaan
Jumlah (maksimal skor 12)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar 5. Lokalisasi Taktil
NO.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Meminta pasien untuk menutup matanya sementara menanyakan kepadanya bagian tubuh mana yang disentuh
3Melaporkan hasil pemeriksaan
Normal : pasien tidak menemukan kesulitan dalam menentukan kedua daerah ini
Jumlah (maksimal skor 6)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar 6. Pemeriksaan Diskriminasi
NO.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Pemeriksaan diskriminasi dua taktil:
Dengan hati-hati peganglah dua peniti dengan jarak 2-3 mm dan sentuhlah ujung jari tangan pasien Mintalah kepada pasien untuk menyebutkan jumlah peniti yang dirasakannya
Bandingkan penemuan ini dengan daerah yang sama pada ujung jari tangan lainnya
Normal : di ujung jari tangan, diskriminasi dua titik adalah 2 mm, lidah 1 mm, jari kaki 3-8 mm, telapak tangan 8-12 mm, punggung 40-60 mm
3Pemeriksaan Stereognosis
Suruhlah pasien untuk menutup matanya
Letakkan kunci, pensil, klip kertas, atau mata uang di telapak tangan pasien dan mintalah kepadanya untuk mengenali benda-benda itu Periksalah tangan lainnya dan bandingkan hasilnya
4Pemeriksaan Grafestasi
Mintalah pasien untuk menutup mata dan menjulurkan tangannya
Pakailah ujung tumpul sebatang pensil untuk menulis angka ) sampai 9 di telapak tangan itu
Angkanya harus dibuat menghadap ke arah pasien
Bandingkanlah satu tangan dengan tangan lainnya
5Pemeriksaan Lokalisasi Titik
Suruhlah pasien menutup matanya
Sentuh pasien itu dan mintalah kepada pasien untuk memuka matanya, dan menunjukkan daerah mana ia disentuh
6Melaporkan hasil pemeriksaan
Jumlah (maksimal skor 12)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber:
Swartz MH. Textbook of Physical Diagnosis: History and Examination. 5th ed. Philadelphia: Elsevier-Saunders; 2010. p 694-701.
E. PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS1. Pemeriksaan Refleks Biseps
NOAspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Meminta penderita duduk dengan relaks
3Memfleksikan lengan penderita dan lengan bawah dalam posisi antara fleksi dan ekstensi serta sedikit pronasi
4Meletakkan siku penderita pada tangan pemeriksa
5Meletakkan ibu jari pemeriksa pada tendon biseps penderita
6Memukulkan hamer refleks untuk menemukan pada ibu jari
7Mencatat dan melaporkan hasil yang didapat
8Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
Positif bila: terjadi gerakan fleksi lengan bawah
Jumlah (maksimal skor 16)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar 2. Pemeriksaan Refleks Triseps
NOAspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Meminta penderita duduk dengan relaks
3Meletakkan tangan penderita duduk di atas lengan/tangan pemeriksa
4Menempatkan lengan bawah penderita dalam posisi antara fleksi dan ekstensi serta sedikit pronasi
5Meminta penderita untuk merelaksasikan lengan bawah sepenuhnya
6Meraba triseps untuk memastikan bahwa otot tidak tegang
7Memukul tendon otot triseps pada fossa olecranii
8Mencatat dan melaporkan hasil yang didapat
9Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
Positif bila: terjadi gerakan ekstensi lengan bawah
Jumlah (maksimal skor 18)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar 3. Pemeriksaan Refleks Brakhioradialis
NOAspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Meminta penderita duduk dengan relaks
3Meletakkan lengan bawah penderita diatas lutut penderita
4Menempatkan lengan bawah penderita difleksikan serta dipronasikan sedikit
5Meminta penderita untuk merelakskan lengan bawah sepenuhnya
6Memukul pada prosesus stiloideus radius sekitar 1-2 inci dari pergelangan tangan
7Mencatat dan melaporkan hasil yang didapat
8Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
Positif bila: lengan bawah akan berfleksi dan bersupinasi
Jumlah (maksimal skor 16)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar 4. Pemeriksaan Refleks Patela
NOAspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Meminta penderita duduk/berbaring dengan tungkai menjuntai atau menggantung
3Meraba daerah kanan-kiri tendo patela untuk menetapkan daerah yang tepat
4Dengan satu tangan memegang paha bagian distal, tangan yang lain memukul tendo patela dengan cepat
5Mencatat dan melaporkan hasil yang didapat
6Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
Positif bila: kuardiseps femoris berkontraksi dan mengakibatkan ekstensi tungkai bawah
Jumlah (maksimal skor 12)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar 5. Pemeriksaan Refleks Achilles
NOAspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Meminta penderita untuk duduk menjuntai, atau berbaring atau berlutut dengan sebagian tungai bawah telunjur dan difleksikan sedikit
3Mereganggkan tendon achilles dengan menahan ujung kaki ke arah dorsofleksi
4Memukul tendo achilles dengan ringan tapi cepat
5Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
Positif bila: berkontraksi m.triseps sure dan memberikan gerak plantar fleksi pada kaki
Jumlah (maksimal skor 10)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar 6. Refleks Dalam Dinding Perut
NOAspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Meminta pasien untuk berbaring
3Perut pasien ditekan sedikit dengan jari telunjuk atau dengan penggaris, kemudia diketok.
4Terlihat pusar akan bergerak ke arah yang berkontraksi
5Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan
Normal : kontraksi dinding perut sedang
Jumlah (maksimal skor 10)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar Sumber :
Lumbantobing SM. Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. Hal 136-145.
Swartz, MH. Textbook of Physical Diagnosis : History and Examination. 5th ed. Philadelphia: Elsevier-Saunders; 2010. p 689-94.
Bickley LS. Bates Guide to Physical Examination and History Taking. 10th ed. Lippicott Williams and Wilkins; 2009. p 697-702.
F. PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS1. Pemeriksaan Refleks Hoffman-Tromner
NOAspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Mempersiapkan pasien pada posisi siap dilakukan pemeriksaan (duduk)
3Pegang pergelangan tangan penderita lalu jari-jarinya disuruh fleksi entengkan
4Melakukan petikan pada kuku jari tengah pasien (hoffmann) dan colekan pada ujung jari tengah (tromner)
5Mencatat dan melaporkan hasil yang didapat
6Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan hoffmann-tromner
Positif bila fleksi jari telunjuk serta fleksi dan aduksi ibu jari
Jumlah(maksimal skor 12)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar 2. Pemeriksaan Refleks Babinski
NO.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Mempersiapkan pasien pada posisi siap dilakukan pemeriksaan (disuruh berbaring dan istirahat dengan kedua tungkai diluruskan
3Menggoreskan ujung palu refleks pada telapak kaki pasien dan harus dilakukan secara perlahan
4Mencatat dan melaporkan hasil yang didapat
5Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan babinski
Positif bila: terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari, yang dapat disertai dengan gerak mekarnya jari-jari lainnya
Jumlah (maksimal skor 10)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar 3. Pemeriksaan Refleks Chaddock
NO.Aspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Mempersiapkan pasien pada posisi siap dilakukan pemeriksaan
3Melakukan goresan dengan ujung palu refleks pada kulit dibawah maleolus eksternus
4Mencatat dan melaporkan hasil yang didapat
5Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan chaddock
Positif bila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari, yang dapat disertai dengan gerak mekarnya jari-jari lainnya
Jumlah (maksimal skor 10)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar 4. Pemeriksaan Refleks Oppenheim
NOAspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Mempersiapkan pasien pada posisi siap dilakukan pemeriksaan
3Dengan jempol dan jari telunjuk pemeriksa, diurut dengan kuat tulang tibia dari atas kebawah
4Mencatat dan melaporkan hasil yang didapat
5Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan oppenheim
Positif bila: terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari, yang dapat disertai dengan gerak mekarnya jari-jari lainnya
Jumlah (maksimal skor 10)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar 5. Pemeriksaan Refleks Gordon
NOAspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Mempersiapkan pasien pada posisi siap dilakukan pemeriksaan
3Melakukan pemijatan (memencet/mencubit) pada otot betis pasien
4Mencatat dan melaporkan hasil yang didapat
5Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan gordon
Positif bila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari, yang dapat disertai dengan gerak mekarnya jari-jari lainnya
Jumlah (maksimal skor 10)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar 6. Pemeriksaan Refleks Schaefer
NOAspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Mempersiapkan pasien pada posisi siap dilakukan pemeriksaan
3Melakukan pemijatan (memencet/mencubit) pada tendon achilles pasien
4Mencatat dan melaporkan hasil yang didapat
5Membuat kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan SchaeferPositif bila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari, yang dapat disertai dengan gerak mekarnya jari-jari lainnya
Jumlah (maksimal skor 10)
Keterangan:0= tidak dikerjakan
1= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2= dikerjakan dengan benar 7. Pemeriksaan Refleks Rossolimo
NOAspek yang dinilaiNILAI
012
1Salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2Mempersiapkan pasien pada posisi siap dilakukan pemeriksaan
3Melakukan ketokan dengan palu refleks pada telapak kaki di daerah basis jari-jari pasien
4Mencatat dan melaporkan hasil yang didapat
5Membuat kes