kk binaan
DESCRIPTION
zTRANSCRIPT
BAB I
LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN
Setiap mahasiswa kedokteran diwajibkan mendampingi tiga keluarga di desanya
masing-masing. Di Desa Abuan terdapat sekitar KK dalam wilayah seluas .
dimana mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani jeruk dan pengrajin
patung. Iklim kintamani secara keseluruhan mencakup abuan cenderung dingin
dan sejuk. Desa Abuan merupakan wilayah di bawah pengelolaan dari Puskesmas
Kintamani VI yang terletak beberapa kilometer dari desa Abuan.
1.1. Data Demografi Keluarga Binaan
Tabel 1. Susunan Keluarga I Nyoman Kerti
No.
KKNama
Hubungan dengan KK
Umur JK Pendidikan Status Pekerjaan
1I Nyoman Kerti
KK54 tahun
LTidak tamat SD
Menikah Buruh Tani
2Ni Nengah Latri
Istri53 tahun
PTidak tamat SD
Menikah Buruh Tani
3 I Putu Karya Anak34 tahun
L Tamat SMP Menikah Buruh Tani
4Ni Kadek Sriasih
Anak33 tahun
P Tamat SMP Menikah Pengrajin
5I Wayan Gede Arianto
Anak19 tahun
L SMA CeraiBelum Bekerja
6Ni Wayan Karsi
Anak35 tahun
P Tamat SMP Menikah Buruh Tani
Keluarga binaan I Nyoman Kerti terdiri dari KK, istri KK, dan 4 anak dan
5 cucunya yang belum terdaftar di KK. Pekerjaan KK adalah buruh tani,
sementara istri KK dan dua orang anak KK juga bekerja sebagai buruh tani.
1
Seluruh anggota keluarga beragama Hindu. Anak terakhir bersekolah di SMA
Negeri Bayung Gede.
Tabel 2. Susunan Keluarga I Nengah Kadrek
No.
KKNama
Hubungan dengan KK
Umur JK Pendidikan Status Pekerjaan
1I Nengah Kadrek
KK44 tahun
L Tamat SD MenikahBuruh Tani
2I Nyoman Nariani
Istri30 tahun
P Tamat SD MenikahTidak Bekerja
3Ni Wayan Debi Giskayani
Anak4 tahun
LBelum Sekolah
Belum Menikah
Belum Bekerja
Keluarga I Nengah Kadrek terdiri dari ayah, ibu dan satu anak. Adapun
yang tinggal serumah dengan Ketut Sada adalah istri dan satu anaknya. Keluarga
ini beragama Hindu. Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan berada
di tangan KK. KK bekerja sebagai buruh tani sedangkan istri KK idak bekerja
namun mengurus anaknya. Anak pertama KK saat ini belum bersekolah.
Tabel 3. Susunan KK I Nengah Wisada
No.
KKNama
Hubungan dengan KK
Umur JK Pendidikan Status Pekerjaan
1I Nengah Wisada
KK34 tahun
L Tamat SMP Menikah Petani
2Ni Wayan Meni
Istri26 tahun
P Tamat SMP Menikah Petani
3Ni Wayan Kaila Pratami
Anak6 tahun
P SDBelum menikah
Pelajar
2
KK I Nengah Wisada terdiri dari 3 orang, yaitu KK, istri dan 1 anak.
Pekerjaan KK dan istri sebagai petani. Anak pertama KK saat ini bersekolah di
SD negeri Abuan.
1.2 Status Sosial Ekonomi dan Kondisi Tempat Tinggal Keluarga Binaan
I Nyoman Kerti
Keluarga dampingan tinggal dalam satu pekarangan yang tidak terlalu
luas, terdiri dari 4 bangunan utama ,1 tempat mandi tanpa jamban, dan 1 dapur.
Rumah utama tempat KK keluarga dampingan merupakan bangunan permanen
sederhana yang terbuat dari batu bata. Atap rumah terbuat dari genteng. Lantai
rumah beralaskan semen. Bangunan utama terdiri dari 1 kamar tidur dan ruangan
yang biasa dijadikan tempat berkumpul keluarga. Setiap rumah memiliki jendela
yang memungkinkan masuknya sinar matahari ke dalam rumah, namun kamar
tidur tidak memiliki ventilasi sehingga terlihat kurang cahaya dan berbau agak
lembab. Kamar mandi penderita terlihat agak kotor dan kurang terawat. Lantai
kamar mandi menggunakan semen, begitu pula dengan bak penampung air di
dekat kamar mandi dan tidak terdapat jamban. Dapur beralaskan semen, dan
memasak biasanya menggunakan kayu bakar. Pekarangan rumah merupakan
tanah yang berdebu dan terdapat banyak potongan kayu berserakan.
Pendapatan keluarga dampingan diperoleh dari KK I Nyoman Kerti yang
bekerja sebagai buruh tani. Selain itu, istri KK juga bekerja sebagai buruh tani
yang ikut membantu suaminya Pendapatan keluarga mereka tidak menentu setiap
bulannya karena tergantung hasil panen yang didapat. Keluarga ini tidak memiliki
tanah pribadi untuk berkebun. Diperkirakan pendapatan yang diperoleh per bulan
antara Rp 1.500.000,00 – Rp 2.000.000,00. Untuk makanan, konsumsi daging
dikatakan jarang sekitar 1 bulan sekali, terkadang KK sekeluarga mengonsumsi
telur, sedangkan sayur-sayuran dikatakan hampir setiap hari. Biaya pendidikan
anak KK yang terakhir yang masih SMA dibiayai sendiri. Sedangkan biaya
sekolah cucu-cucunya dibiayai oleh orangtuanya masing-masing. Untuk biaya
listrik, dalam sebulan menghabiskan sekitar Rp 50.000. Untuk masalah air di Desa
Abuan, biasanya mereka membeli air seharga Rp160.000,00 setiap 1 tangki besar
3
air kira-kira 5000 lt. Dimana keluarga I Nyoman Kerti menghabiskan 1 tangki
tersebut dalam waktu kira-kira 1-2 bulan.
I Nengah Wisada
Keluarga I Nengah Wisada tinggal bersama istri dan 2 anaknya dalam 1
karang seluas 5 are. Dindingnya terlihat dari batako yang belum di cat dan
berlantai semen. Rumah terdiri dari 2 tempat tidur dan 1 dapur. Ventilasi yang
kurang membuat pencahayaan dirumah terkesan gelap. Keluarga I Nengah
Wisada memasak menggunakan kayu bakar. Sehari hari ia menggunakan air yang
ia beli namun terkadang ia sekeluarga mandi dan mengambil air dari sumber air
yang cukup jau dari rumahnya. Sebulan ia menghabiskan kira-kira kurang dari 1
tangki besar air. Untuk listrik, sebulan ia menghabiskan kira-kira Rp 20.000,00.
Keluarga I Nengah Wisada merupakan keluarga yang tergolong ekonomi
rendah. Bapak I Nengah Wisada bekerja sebagai buruh tani di lahan milik orang
lain dengan penghasilan yang tidak menentu. Seharinya I Nengah Wisada
mendapatkan penghasilan sebesar Rp 40.000. Penghasilan tersebut dirasakan
kurang untuk mencukupi kebutuhan keluarga karena penghasilan ini sangat
bergantung pada lahan milik orang lain. Istrinya, Ni Wayan Meni juga bekerja
sebagai buruh tani di lahan milik orang lain, dan penghasilan per harinya kurang
lebih sama dengan penghasilan suaminya. Keadaan keluarga I Nengah Wisada
dengan ekonomi rendah mengharuskan keluarga I Nengah Wisada hidup agak
kekurangan sehingga keluarga biasanya mengkonsumsi nasi, sayur, tahu atau
tempe saja.
I Nengah Kadrek
Keluarga I Nengah Kadrek tinggal bersama dalam 1 rumah semi permanen
dengan luas tanah 3 are. Tanah tersebut terdiri dari 1 bangunan yang terdiri dari 2
kamar tidur, 1 kamar mandi tanpa jamban. Dindingnya terbuat dari batako yang
tidak di cat dan berlantai semen. Tiap ruangan memiliki satu pintu dan tidak ada
jendela sebagai ventilasi. Ruangan tersebut masing-masing diterangi dengan
lampu kuning. Bangunan dapur terletak di sebelah bangunan utama, dimana
dinding dapur terbuat dari anyaman bambu, lantai semen dan beratapkan bambu.
4
Di dapur mereka memasak menggunakan kayu bakar. Sumber listrik berasal dari
PLN. Sebulan biaya listrik kira-kira Rp 30.000,00. Untuk sumber air keluarga I
Nengah Kadrek membeli air yang ditampung di tempat penampungan di sebelah
dapur. Sebulan ia menghabiskan kira-kira 1 tangki air
Penghasilan keluarga berasal dari hasil bekerja I Nengah Kadrek dan
istrinya sebagai buruh tani, dimana I Nengah Kadrek dan istrinya bekerja di
ladang milik orang lain. Penghasilan KK dan istrinya sekitar Rp 1.200.000,00 per
bulan. Keluarga ini tidak memiliki pekerjaan sampingan selain buruh tani.
1.3. Rumusan Masalah Kesehatan Keluarga Binaan
I Nyoman Kerti
Bapak I Nengah Wisada dan keluarga biasanya mengalami sakit kepala, batuk
dan pilek. Keluarga I Nengah Wisada mendapat pengobatan di Bidan Desa
dan Puskesmas Kintamani II. Untuk biaya pengobatan keluarga ini
menggunakan Jaminan Kesehatan Bali Mandara. Permasalahan kesehatan
lebih sering dialami oleh anak keduanya yaitu I Made Budiana yang
mengalami batuk dan pilek. Batuk yang dialami penderita berdahak, berwarna
bening, dan tidak berdarah Batuk terjadi terus-menerus dan lebih berat pada
malam hari. Penderita juga mengalami pilek dengan sekret yang bening,
konsistensi tidak terlalu kental, dan tidak terdapat darah. Apabila muncul
keluhan ini, KK biasanya membawa putrinya ke bidan Pustu dan dapat
sembuh setelah diberi pengobatan.
Prilaku hidup sehat keluarga I Nengah Wisada tergolong rendah. KK
memiliki kebiasaan merokok. Anggota keluarga memiliki kebiasaan sikat gigi
sangat jarang, kecuali kedua anaknya yang masih bersekolah menyikat gigi 1
kali sehari. Kebiasaan mandi keluarga 1 kali dalam sehari. Untuk kebiasaan
cuci tangan dengan sabun juga jarang dilakukan, hanya biasa dilakukan saat
tangan dirasa kotor dan menggunakan air yang ditampung. Sebelum dan
sesudah makan biasanya keluarga ini hanya mencuci tangan menggunakan air
di baskom tanpa sabun. Keadaan kamar mandi sangat sederhana dan memiliki
jamban. Untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan air sebelum
5
dimasak. Air yang diminum dimasak terlebih dahulu. Menu makanan sering
kali hanya berupa nasi dan sayur, sangat jarang mengkonsumsi daging.
Konsumsi garam dalam keluarga ini cukup tinggi dan garam yang digunakan
adalah garam kasar dan tidak beryodium. I Nengah Wisada adalah seorang
perokok yang dalam sehari mampu menghabiskan 1 bungkus rokok. Bapak I
Nengah Wisada juga memiliki kebiasan mengkonsumsi kopi disaat perut
kosong, dan dalam sehari bisa menghabiskan 3 gelas kopi.
Pada keluarga ini, budaya hidup bersih dan sehat sepertinya agak susah
diterapkan. Mandi dikatakan hanya sekali sehari karena cuaca dingin dan
ketersediaan air yang terbatas. Cuci tangan dilakukan sebelum dan setelah makan,
dengan air yang ditampung, tetapi tidak menggunakan sabun. Buang air besar
(BAB) dan buang air kecil (BAK) dilakukan di jamban pribadi. Pakaian biasanya
diganti setiap 1-2 hari sekali.
I Nengah Wisada
Pada keluarga ini, budaya hidup bersih dan sehat sepertinya agak susah
diterapkan. Mandi dikatakan hanya sekali sehari karena cuaca dingin dan
ketersediaan air yang terbatas. Cuci tangan dilakukan sebelum dan setelah
makan, dengan air yang ditampung, tetapi tidak menggunakan sabun.
Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) dilakukan di jamban
pribadi. Pakaian biasanya diganti setiap 1-2 hari sekali.
I Nengah Kadrek
Dalam 6 bulan terakhir ini tidak ada anggota keluarga yang menderita
sakit, kecuali istri KK. Istri KK menderita hipertensi sejak tahun 1998. Jika
istrinya merasa tidak enak badan, maka I Gede Rigawan akan mengajak istrinya
untuk kontrol ke pustu. Dikatakan bahwa istrinya pertama kali diketahui
menderita hipertensi adalah saat istrinya sedang mengandung anak ketiga mereka.
Saat itu dikatakan bayi dalam kandungan mereka sudah meninggal oleh dokter di
RSUD Buleleng. Saat itu dikatakan istrinya menderita hipertensi dan hingga saat
ini dikatakan sering kambuh gejala seperti sakit kepala. Tekanan darah istri I Gede
Rigawan saat dicek mencapai 200/110 mmHg. Istri I Gede Rigawan dikatakan
6
sangat menyukai makan makanan yang asin serta minum kopi pahit. Saat ini istri I
Gede Rigawan masih rutin mengkonsumsi obat-obatan untuk hipertensi. Untuk
biaya pengobatan keluarga ini menggunakan JKBM.
Prilaku hidup sehat keluarga Bapak I Gede Rigawan tergolong kurang.
Kebiasaan mandi keluarga hanya 1 kali dalam sehari. Untuk kebiasaan cuci
tangan dengan sabun, biasa dilakukan sebelum dan sesudah makan menggunakan
air dalam baskom. Untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan air
belum dimasak. Air minum dimasak terlebih dahulu. Menu makanan sering kali
hanya berupa nasi dan sayur, sangat jarang mengkonsumsi daging. Konsumsi
garam dalam keluarga ini cukup tinggi dan garam yang digunakan adalah garam
kasar dan tidak beryodium. Bapak I Gede Rigawan dahulu adalah seorang
perokok namun saat inibeliau sudah tidak merokok lagi dan sudah lama berhenti.
Bapak I Gede Rigawan memiliki kebiasan mengkonsumsi kopi dan dalam sehari
bisa menghabiskan 2 gelas kopi.
7
BAB II
KEGIATAN DAN HASIL PEMBINAAN PADA KELUARGA BINAAN
NoHari,
TanggalPelaksanaan Masalah Pemecahan masalah
1. Sabtu, 7
Agustus
2014
Hari pertama
berkunjung ke
KK binaan
Belum saling
mengenal dengan
keluarga I Nengah
Kadrek
Menjelaskan
tentang tujuan
kedatangan, dan
mengakrabkan diri
2 Jumat, 8
Agustus
2014
Perkenalan &
sosialisasi tujuan
program KK
binaan.
Keluarga I Nengah
Kadrek belum
mengerti tujuan
KK binaan
Menjelaskan tujuan
diadakannya
program KK binaan
3. Sabtu, 9
Agustus
2014
Berkunjung dan
berbincang
seputar keadaan
keluarga
- -
4. Minggu, 10
Agustus
2014
Melihat dan
mencari faktor
risiko kesehatan
dalam keluarga
KK Binaan, yaitu I
Nengah Kadrek
pernah mengidap
penyakit tertentu
Menjaga pola
makan dan rajin
memeriksakan diri
ke puskesmas
5. Senin, 11
Agustus
2014
Melakukan
pemeriksaan
tanda vital pada
KK binaan
- -
6. Selasa, 12
Agustus
2014
Melihat dan
mencari riwayat
pribadi dan sosial
keluarga binaan
- -
7 Rabu, 13
Agustus
2014
Memberikan KIE
agar penyakit
yang pernah
diderita tidak
kambuh kembali
Pola makan KK
dapat memicu
kekambuhan
penyakit
Menyarankan agar
KK tidak
mengkonsumsi
makanan yang
dapat memicu
kekambuhan
penyakit
8 Kamis, 14 Melihat dan Kebiasaan mandi Menyarankan agar
8
Agustus
2014
mencari tahu pola
hidup bersih dan
sehat keluarga
binaan
keluarga 1 kali
dalam sehari
mandi dilakukan
minimal 2 kali
dalam sehari
9 Sabtu, 16
Agustus
2014
Membantu KK
mengepik
cengkeh
- -
10 Minggu, 17
Agustus
2014
Melihat
lingkungan di
sekitar tempat
tinggal KK
Tampak kayu di
pekarangan rumah
KK
Membantu
membersihkan kayu
yang berserakan
11 Senin, 18
Agustus
2014
Memberikan KIE
mengenai
perilaku hidup
bersih dan sehat
- -
12 Rabu, 20
Agustus
2014
Mendampingi
anak KK belajarAda tugas sekolah
yang belum
diselesaikan oleh
anak KK
Membantu
mendampingi anak
KK dalam
mengerjakan tuga
sekolah
13 Jumat, 22
Agustus
2014
Melihat KK
bekerja di kebun
- -
14 Minggu,
24Agustus
2014
Berkunjung
sambil
mengakrabkan
diri dengan
keluarga KK
binaan
- -
15 Selasa, 26
Agustus
2014
Berpamitan
sekaligus
menyerahkan
kenang-kenangan
kepada keluarga
KK binaan
- -
BAB III
9
LAPORAN KASUS
3.1. Latar Belakang Kasus
Ni Wayan Debi Giskayani merupakan anak satu-satunya dari dari keluarga dampingan yang dikepalai oleh Bapak I Nengah Kadrek. Keluarga tersebut berasal dari suku Bali yang asli berasal dari Desa Abuan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Ni Wayan Debi Giskayani saat ini masih berusia 4 tahun dan belum bersekolah. Ia saat ini sedang mengalami gejala muntah dan mencret.
Kedua orang tuanya dengan keluhan mencret dan muntah selama 5 hari. Keluhan mencret dan muntah muncul setelah orang tuanya membawa Giska ke dokter umum untuk berobat karena menderita batuk dan pilek. Ia diberikan obat puyer dan obat minum sirup. Pada hari berikutnya setelah minum obat, ia mulai muntah dan mencret. Giska dibawa kembali ke dokter umum dan diberikan oralit.
Mencret dan muntah-muntah dikatakan terjadi setiap hari dengan frekuensi
3 – 4 kali dalam sehari. Muntah dan mencret dikatakan membuat Giska tidak
dapat bermain seperti biasa dan hanya diam di kamar. Muntah dan mencret
tidak membaik dengan pemberian oralit yang didapat dari dokter umum.
Muntah berisi makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya. BAB
Giska dikatakan cair, berwarna kuning dengan sedikit ampas dan lender.
Terdapat demam yang muncuk bersamaan dengan muntah dan mencret.
Semenjak sakit, Giska dikatakan semakin rewel dan sulit tidur. Nafsu makan
Giska menurun semenjak sakit namun keinginan untuk minum dikatakan baik.
Buang air kecil dikatakan berwarna kuning pekat dan lebih sedikit
dibandingkan biasanya. BAB dikatakan berisi ampas dan lendir. Giska belum
pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Giska dikatakan beberapa
kali pernah menderita batuk dan pilek dan saat ini sudah tidak ada gejala batuk
dan pilek.
Identitas pasien
Nama : Ni Wayan Debi Giskayani
Umur : 4 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
10
Pendidikan : Belum Sekolah
Pekerjaan : Belum Bekerja
3.2 Analisis Situasi Keluarga Kasus
Keluarga binaan, dengan kepala keluarga (KK) I Nengah Kadrek terdiri
dari 3 orang, yaitu KK, istri KK, anaknya, Giska. Pekerjaan KK adalah sebagai
buruh tani, sementara istri KK bekerja sebagai buruh tani. Keluarga ini beragama
Hindu. Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan berada di tangan
Bapak I Nengah Kadrek sebagai KK.
Keluarga dampingan tinggal dalam satu pekarangan yang tidak terlalu
luas, terdiri dari 1 bangunan utama yang terdiri dari 2 kamar tidur, 1 kamar mandi
tanpa jamban, dan 1 dapur. Rumah keluarga dampingan merupakan bangunan
sederhana yang tergolong agak tua dan dibangun di atas tanah seluas 3 are.
Dindingnya terbuat dari batako yang tidak di cat dan berlantai semen. Tiap
ruangan memiliki satu pintu dan tidak ada jendela sebagai ventilasi. Ruangan
tersebut masing-masing diterangi dengan lampu kuning.
Kamar mandi penderita terlihat agak kotor dan kurang terawat. Lantai
kamar mandi menggunakan semen, begitu pula dengan bak penampung air tidak
terdapat jamban dalam kamar mandi tersebut. Bangunan dapur terletak di sebelah
bangunan utama, dimana dinding dapur terbuat dari anyaman bambu, lantai semen
dan beratapkan bambu. Mereka memasak biasanya menggunakan kayu bakar.
Pekarangan rumah dilapisi semen dan tidak terlalu luas.
Pendapatan keluarga dampingan diperoleh dari KK I Nengah Kadrek yang
bekerja sebagai buruh tani. Selain itu, istri KK juga bekerja sebagai buruh tani
yang ikut membantu suaminya Pendapatan keluarga mereka tidak menentu setiap
bulannya karena tergantung hasil panen yang didapat. Diperkirakan pendapatan
yang diperoleh per bulan antara Rp 1.500.000,00 – Rp 2.000.000,00.
Penghasilan keluarga hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Bahkan dikatakan bahwa pendapatan tersebut terkadang tidak cukup untuk
membiayai kehidupan keluarga mereka Pemenuhan kebutuhan hidup adalah
terutama untuk biaya makan, sisanya untuk keperluan listrik, air, dan upacara
11
agama yang memakan biaya cukup tinggi. Pengeluaran keluarga binaan rata-rata
Rp 1.500.000,00 – Rp 1.800.000,00 per bulan. Saat ini Giska belum bersekolah
sehingga belum ada biaya sekolah yang menjadi tanggungan KK.
Dalam 6 bulan terakhir ini rata-rata anggota keluarga mereka hanya
mengalami penyakit umum seperti nyeri sendi, batuk, pilek dan demam. Jika
merasa sakit mereka lebih memilih beristirahat, jika tidak kunjung sembuh
mereka akan mencari pengobatan ke Pustu ataupun Puskesmas Kintamani VI.
Riwayat penyakit khusus sepeti hipertensi atau kencing manis dalam keluarganya
belum diketahui karena KK dan istrinya mengaku tidak memeriksakan diri,
namun dikatakan selama ini tidak ada keluhan. Untuk biaya pengobatan keluarga
ini menggunakan JKBM.
Perilaku hidup bersih dan sehat keluarga Bapak I Nengah Kadrek
tergolong sangat kurang. Mandi dikatakan hanya sekali sehari karena cuaca dingin
dan ketersediaan air yang terbatas, menggosok gigi hanya 1 kali sehari terkadang
tidak sama sekali. Cuci tangan dilakukan sebelum dan setelah makan, dengan air
yang ditampung, tetapi tidak menggunakan sabun. Buang air besar (BAB) dan
buang air kecil (BAK) dilakukan di ladang atau sungai. Pakaian biasanya diganti
setiap 1-2 hari sekali. Menu makanan sehari-hari biasanya berupa nasi, sayur, dan
terkadang berisi daging seperti ikan atau ayam. KK tidak memiliki kebiasaan
merokok, namun memiliki kebiasan mengkonsumsi kopi dan dalam sehari bisa
menghabiskan 2-3 gelas kopi.
3.3 Rumusan Masalah dan Solusi Kasus
3.3.1 Riwayat Penyakit
keluhan mencret dan muntah selama 5 hari. Keluhan mencret dan muntah muncul setelah orang tuanya membawa Giska ke dokter umum untuk berobat karena menderita batuk dan pilek. Ia diberikan obat puyer dan obat minum sirup. Pada hari berikutnya setelah minum obat, ia mulai muntah dan mencret. Giska dibawa kembali ke dokter umum dan diberikan oralit.
Mencret dan muntah-muntah dikatakan terjadi setiap hari dengan frekuensi 3 – 4
kali dalam sehari. Muntah dan mencret dikatakan membuat Giska tidak dapat
bermain seperti biasa dan hanya diam di kamar. Muntah dan mencret tidak
12
membaik dengan pemberian oralit yang didapat dari dokter umum. Muntah berisi
makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya. BAB Giska dikatakan cair,
berwarna kuning dengan sedikit ampas dan lendir. Terdapat demam yang muncuk
bersamaan dengan muntah dan mencret. Semenjak sakit, Giska dikatakan semakin
rewel dan sulit tidur. Nafsu makan Giska menurun semenjak sakit namun
keinginan untuk minum dikatakan baik. Buang air kecil dikatakan berwarna
kuning pekat dan lebih sedikit dibandingkan biasanya.
3.3.2 Solusi Kasus
Masalah kesehatan merupakan masalah yang komplek sehingga dalam
penatalaksanaanya sangat memerlukan tindakan yang bersifat holistik
(menyeluruh). Secara holistik dalam memandang sebuah penyakit, merupakan
suatu pendekatan dalam menilai penyakit yang sedang dialami oleh seseorang
secara utuh, tidak hanya aspek medis atau biologis namun juga dari aspek lainnya
seperti psikologis, sosial, ekonomi dan religius. Kemunculan sebuah masalah
kesehatan atau penyakit itu tidak terlepas dari berbagai faktor yang mendasari
kemunculan penyakit tersebut yang dikenal dengan faktor risiko. Pendekatan
holistik dalam memandang faktor risiko sebuah permasalahan kesehatan tentunya
tidaklah hanya melihat dari sisi medis atau biologis saja, namun juga dari faktor
lingkungan, gaya hidup atau perilaku, kebugaran, gizi dan sebagainya.
Pemecahan masalah kesehatan pada kasus yang terjadi di keluarga binaan
dilakukan berdasarkan pendekatan kedokteran keluarga. Berbagai aspek harus
diperhatikan dalam pengelolaan kasus penyakit asam urat baik individu, keluarga
dan lingkungan. Tahapan pengelolaan kasus diare pada keluarga binaan dilakukan
sesuai dengan enam ciri utama layanan kedokteran keluarga, yaitu:
1. Personal
Mengobati penderita dengan memberikan perlakuan sebagai manusia
bukan sekedar mengobati penyakitnya saja. Dalam artian, penderita ditangani
secara holistik dari semua aspek kehidupannya, baik fisik, psikis, dan lingkungan
sosial. Karena sehat menurut WHO mengandung tiga aspek yaitu fisik, mental
dan sosial. Secara fisik, penderita mengalami keluhan nyeri perut dan muntah
13
serta mencret. Untuk mengatasi masalah fisik ini, kita perlu memberikan
penanganan penyakitnya, dengan memberikan obat yang tepat sesuai dengan
diagnosis, indikasi, efektifitas dan tepat guna. Dari segi sosial, diare pada
penderita menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari penderita.
2. Paripurna (Komprehensif)
Komprehensif artinya meliputi semua aspek tingkat pencegahan (primer,
sekunder, dan tersier). Upaya pencegahan tersebut dilaksanakan sesuai dengan
perjalanan alamiah penyakit tersebut. Diare ini terjadi kurang lebih selama 5 hari.
Pencegahan primer:
Memberi penjelasan tentang penyakit asam urat, faktor resiko, pencegahan
dan pengobatannya.
Menyarankan untuk mencegah terjadinya asam urat. Adapun cara-caranya
adalah sebagai berikut:
1. Menghindari makanan yang mengandung banyak purin seperti pisang
dan kacang-kacangan.
Pencegahan sekunder
Memberikan pengobatan asam urat yang tepat. Memberikan penjelasan
mengenai pengobatan dijalani sekarang oleh penderita. Apa jenis obatnya,
tujuan pengobatannya, efek sampingnya, dan akibatnya apabila tidak patuh
dalam menjalani pengobatannya.
Menyarankan untuk segera memeriksakan saudara, anak maupun keponakan
penderita apabila ada yang memiliki keluhan dalam kesehatan ke pusat
pelayanan kesehatan terdekat.
Pencegahan tersier
Apabila penderita mengalami sakit lain, sebaiknya secepatnya dilakukan
pemeriksaan dan pengobatannya.
3. Berkesinambungan
14
Berkesinambungan artinya melakukan sistem monitoring untuk
meningkatkan kepatuhan Giska dalam perubahan perilaku dan pengobatan. Saat
ini penderita mengaku tidak sedang mengeluh nyeri pada pangkal ibu jari kaki dan
tidak sampai menimbulkan komplikasi yang berarti. Giska juga mendapat
dukungan dari keluarga saat keluhan nyeri pada pangkal ibu jari kakinya kambuh.
Dilakukan pemantauan pencegahan penyakit penderita dengan rutin mengadakan
kunjungan rumah selama kegiatan PPD.
4 Koordinatif dan kolaboratif
Bekerja sama dan membagi peran dengan berbagai pihak terkait seperti
kelompok profesional (spesialis, analis, apoteker, dsb), pemuka/tokoh masyarakat,
termasuk keluarga Giska sendiri. Selain itu dilakukan koordinasi dengan keluarga
penderita untuk berperan aktif mendukung pengobatan penderita dan menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk mendukung kesehatan penderita.
5. Mengutamakan pencegahan
Pencegahan diutamakan pada anggota keluarga dan masyarakat yang
berisiko (belum sakit). Penyakit asam urat pada Giska ini terkait dengan faktor
pola makanan, sehingga ada kemungkinan istri ataupun anak penderita dapat
menderita asam urat. Sehingga perlu diterapkan kebiasaan mengkonsumsi
makanan 4 sehat 5 sempurna.
6. Memberdayakan keluarga dan masyarakat
Memberikan penjelasan kepada keluarga penderita tentang kondisi
penderita yang sesungguhnya. Dijelaskan bahwa diperlukan adanya
tindakan pencegahan agar penyakitnya tidak kambuh kembali dengan cara
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta mengkonsumsi
makanan 4 sehat 5 sempurna. Peran keluarga dan lingkungan sangatlah
besar dalam mengawasi kesehatan penderita.
Menjelaskan mengenai pengobatan apabila muncul keluhan agar segera ke
pusat pelayanan kesehatan untuk menerima pengobatan selanjutnya.
15
Memberikan penjelasan kepada anggota keluarga penderita tentang
pentingnya pola makan yang baik dan benar dalam mencegah kekambuhan
penyakit, seperti pola makan 4 sehat 5 sempurna.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Simpulan
1. Ketiga keluarga binaan memiliki tingkat pendidikan yang sama yaitu
tamat SD. Untuk pekerjaan, 2 KK bekerja sebagai buruh tani, sedangkan 1
KK bekerja sebagai pandai besi.
2. Terdapat persepsi yang kurang tepat mengenai konsep sakit dan anggapan
bahwa sudah sembuh ketika penyakit yang dialaminya tidak menunjukkan
gejala yang disebabkan rendahnya tingkat pendidikan. Pengetahuan
penderita dan keluarga tentang penyakit serta penanganannya masih sangat
kurang, sehingga dianggap tidak perlu untuk memeriksakan diri dan
minum obat secara teratur. Selain itu pada salah satu keluarga binaan
didapatkan adanya 1 anggota keluarga yang memiliki riwayat menderita
asam urat, yang belum mendapat informasi dan edukasi mengenai
pencegahan, pengobatan dan komplikasi penyakit tersebut. Di keluarga
16
yang lain juga ditemukan adanya anggota keluarga yang memiliki
hipertensi dan rutin memeriksakan diri ke puskesmas.
3. Ketiga keluarga binaan memiliki lingkungan fisik rumah yang tergolong
cukup baik, dengan keadaan ekonomi kurang, dan prilaku hidup bersih dan
sehat yang masih kurang tetapi terjalin hubungan yang harmonis baik
dalam lingkungan keluarga ataupun masyarakat sekitarnya.
4.2. Saran
1. Dibutuhkan peran aktif dari petugas kesehatan, dalam hal ini puskesmas
Kintamani II untuk memberikan komunikasi, informasi dan edukasi agar
masyarakat memiliki pemahaman yang lebih baik tentang masalah
kesehatan yang dihadapi.
2. Seluruh anggota keluarga hendaknya turut mendukung pencegahan
kekambuhan penyakit penderita, yaitu dengan menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat, menerapkan pola makan 4 sehat 5 sempurna, serta segera
membawa anggota keluarga ke pusat pelayanan kesehatan terdekat, yaitu
Pustu ataupun Puskesmas jika mengalami masalah kesehatan agar segera
mendapat pengobatan yang cepat dan tepat sehingga tidak terjadi
komplikasi lanjutan yang dapat berakibat fatal.
17