kk binaan

26
BAB I LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN Setiap mahasiswa kedokteran diwajibkan mendampingi tiga keluarga di desanya masing-masing. Di Desa Abuan terdapat sekitar KK dalam wilayah seluas . dimana mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani jeruk dan pengrajin patung. Iklim kintamani secara keseluruhan mencakup abuan cenderung dingin dan sejuk. Desa Abuan merupakan wilayah di bawah pengelolaan dari Puskesmas Kintamani VI yang terletak beberapa kilometer dari desa Abuan. 1.1. Data Demografi Keluarga Binaan Tabel 1. Susunan Keluarga I Nyoman Kerti No . KK Nama Hubunga n dengan KK Umur JK Pendidik an Statu s Pekerjaa n 1 I Nyoman Kerti KK 54 tahu n L Tidak tamat SD Menik ah Buruh Tani 2 Ni Nengah Latri Istri 53 tahu n P Tidak tamat SD Menik ah Buruh Tani 3 I Putu Karya Anak 34 tahu n L Tamat SMP Menik ah Buruh Tani 1

Upload: biancajeanne

Post on 11-Jan-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

z

TRANSCRIPT

Page 1: KK Binaan

BAB I

LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN

Setiap mahasiswa kedokteran diwajibkan mendampingi tiga keluarga di desanya

masing-masing. Di Desa Abuan terdapat sekitar KK dalam wilayah seluas .

dimana mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani jeruk dan pengrajin

patung. Iklim kintamani secara keseluruhan mencakup abuan cenderung dingin

dan sejuk. Desa Abuan merupakan wilayah di bawah pengelolaan dari Puskesmas

Kintamani VI yang terletak beberapa kilometer dari desa Abuan.

1.1. Data Demografi Keluarga Binaan

Tabel 1. Susunan Keluarga I Nyoman Kerti

No.

KKNama

Hubungan dengan KK

Umur JK Pendidikan Status Pekerjaan

1I Nyoman Kerti

KK54 tahun

LTidak tamat SD

Menikah Buruh Tani

2Ni Nengah Latri

Istri53 tahun

PTidak tamat SD

Menikah Buruh Tani

3 I Putu Karya Anak34 tahun

L Tamat SMP Menikah Buruh Tani

4Ni Kadek Sriasih

Anak33 tahun

P Tamat SMP Menikah Pengrajin

5I Wayan Gede Arianto

Anak19 tahun

L SMA CeraiBelum Bekerja

6Ni Wayan Karsi

Anak35 tahun

P Tamat SMP Menikah Buruh Tani

Keluarga binaan I Nyoman Kerti terdiri dari KK, istri KK, dan 4 anak dan

5 cucunya yang belum terdaftar di KK. Pekerjaan KK adalah buruh tani,

sementara istri KK dan dua orang anak KK juga bekerja sebagai buruh tani.

1

Page 2: KK Binaan

Seluruh anggota keluarga beragama Hindu. Anak terakhir bersekolah di SMA

Negeri Bayung Gede.

Tabel 2. Susunan Keluarga I Nengah Kadrek

No.

KKNama

Hubungan dengan KK

Umur JK Pendidikan Status Pekerjaan

1I Nengah Kadrek

KK44 tahun

L Tamat SD MenikahBuruh Tani

2I Nyoman Nariani

Istri30 tahun

P Tamat SD MenikahTidak Bekerja

3Ni Wayan Debi Giskayani

Anak4 tahun

LBelum Sekolah

Belum Menikah

Belum Bekerja

Keluarga I Nengah Kadrek terdiri dari ayah, ibu dan satu anak. Adapun

yang tinggal serumah dengan Ketut Sada adalah istri dan satu anaknya. Keluarga

ini beragama Hindu. Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan berada

di tangan KK. KK bekerja sebagai buruh tani sedangkan istri KK idak bekerja

namun mengurus anaknya. Anak pertama KK saat ini belum bersekolah.

Tabel 3. Susunan KK I Nengah Wisada

No.

KKNama

Hubungan dengan KK

Umur JK Pendidikan Status Pekerjaan

1I Nengah Wisada

KK34 tahun

L Tamat SMP Menikah Petani

2Ni Wayan Meni

Istri26 tahun

P Tamat SMP Menikah Petani

3Ni Wayan Kaila Pratami

Anak6 tahun

P SDBelum menikah

Pelajar

2

Page 3: KK Binaan

KK I Nengah Wisada terdiri dari 3 orang, yaitu KK, istri dan 1 anak.

Pekerjaan KK dan istri sebagai petani. Anak pertama KK saat ini bersekolah di

SD negeri Abuan.

1.2 Status Sosial Ekonomi dan Kondisi Tempat Tinggal Keluarga Binaan

I Nyoman Kerti

Keluarga dampingan tinggal dalam satu pekarangan yang tidak terlalu

luas, terdiri dari 4 bangunan utama ,1 tempat mandi tanpa jamban, dan 1 dapur.

Rumah utama tempat KK keluarga dampingan merupakan bangunan permanen

sederhana yang terbuat dari batu bata. Atap rumah terbuat dari genteng. Lantai

rumah beralaskan semen. Bangunan utama terdiri dari 1 kamar tidur dan ruangan

yang biasa dijadikan tempat berkumpul keluarga. Setiap rumah memiliki jendela

yang memungkinkan masuknya sinar matahari ke dalam rumah, namun kamar

tidur tidak memiliki ventilasi sehingga terlihat kurang cahaya dan berbau agak

lembab. Kamar mandi penderita terlihat agak kotor dan kurang terawat. Lantai

kamar mandi menggunakan semen, begitu pula dengan bak penampung air di

dekat kamar mandi dan tidak terdapat jamban. Dapur beralaskan semen, dan

memasak biasanya menggunakan kayu bakar. Pekarangan rumah merupakan

tanah yang berdebu dan terdapat banyak potongan kayu berserakan.

Pendapatan keluarga dampingan diperoleh dari KK I Nyoman Kerti yang

bekerja sebagai buruh tani. Selain itu, istri KK juga bekerja sebagai buruh tani

yang ikut membantu suaminya Pendapatan keluarga mereka tidak menentu setiap

bulannya karena tergantung hasil panen yang didapat. Keluarga ini tidak memiliki

tanah pribadi untuk berkebun. Diperkirakan pendapatan yang diperoleh per bulan

antara Rp 1.500.000,00 – Rp 2.000.000,00. Untuk makanan, konsumsi daging

dikatakan jarang sekitar 1 bulan sekali, terkadang KK sekeluarga mengonsumsi

telur, sedangkan sayur-sayuran dikatakan hampir setiap hari. Biaya pendidikan

anak KK yang terakhir yang masih SMA dibiayai sendiri. Sedangkan biaya

sekolah cucu-cucunya dibiayai oleh orangtuanya masing-masing. Untuk biaya

listrik, dalam sebulan menghabiskan sekitar Rp 50.000. Untuk masalah air di Desa

Abuan, biasanya mereka membeli air seharga Rp160.000,00 setiap 1 tangki besar

3

Page 4: KK Binaan

air kira-kira 5000 lt. Dimana keluarga I Nyoman Kerti menghabiskan 1 tangki

tersebut dalam waktu kira-kira 1-2 bulan.

I Nengah Wisada

Keluarga I Nengah Wisada tinggal bersama istri dan 2 anaknya dalam 1

karang seluas 5 are. Dindingnya terlihat dari batako yang belum di cat dan

berlantai semen. Rumah terdiri dari 2 tempat tidur dan 1 dapur. Ventilasi yang

kurang membuat pencahayaan dirumah terkesan gelap. Keluarga I Nengah

Wisada memasak menggunakan kayu bakar. Sehari hari ia menggunakan air yang

ia beli namun terkadang ia sekeluarga mandi dan mengambil air dari sumber air

yang cukup jau dari rumahnya. Sebulan ia menghabiskan kira-kira kurang dari 1

tangki besar air. Untuk listrik, sebulan ia menghabiskan kira-kira Rp 20.000,00.

Keluarga I Nengah Wisada merupakan keluarga yang tergolong ekonomi

rendah. Bapak I Nengah Wisada bekerja sebagai buruh tani di lahan milik orang

lain dengan penghasilan yang tidak menentu. Seharinya I Nengah Wisada

mendapatkan penghasilan sebesar Rp 40.000. Penghasilan tersebut dirasakan

kurang untuk mencukupi kebutuhan keluarga karena penghasilan ini sangat

bergantung pada lahan milik orang lain. Istrinya, Ni Wayan Meni juga bekerja

sebagai buruh tani di lahan milik orang lain, dan penghasilan per harinya kurang

lebih sama dengan penghasilan suaminya. Keadaan keluarga I Nengah Wisada

dengan ekonomi rendah mengharuskan keluarga I Nengah Wisada hidup agak

kekurangan sehingga keluarga biasanya mengkonsumsi nasi, sayur, tahu atau

tempe saja.

I Nengah Kadrek

Keluarga I Nengah Kadrek tinggal bersama dalam 1 rumah semi permanen

dengan luas tanah 3 are. Tanah tersebut terdiri dari 1 bangunan yang terdiri dari 2

kamar tidur, 1 kamar mandi tanpa jamban. Dindingnya terbuat dari batako yang

tidak di cat dan berlantai semen. Tiap ruangan memiliki satu pintu dan tidak ada

jendela sebagai ventilasi. Ruangan tersebut masing-masing diterangi dengan

lampu kuning. Bangunan dapur terletak di sebelah bangunan utama, dimana

dinding dapur terbuat dari anyaman bambu, lantai semen dan beratapkan bambu.

4

Page 5: KK Binaan

Di dapur mereka memasak menggunakan kayu bakar. Sumber listrik berasal dari

PLN. Sebulan biaya listrik kira-kira Rp 30.000,00. Untuk sumber air keluarga I

Nengah Kadrek membeli air yang ditampung di tempat penampungan di sebelah

dapur. Sebulan ia menghabiskan kira-kira 1 tangki air

Penghasilan keluarga berasal dari hasil bekerja I Nengah Kadrek dan

istrinya sebagai buruh tani, dimana I Nengah Kadrek dan istrinya bekerja di

ladang milik orang lain. Penghasilan KK dan istrinya sekitar Rp 1.200.000,00 per

bulan. Keluarga ini tidak memiliki pekerjaan sampingan selain buruh tani.

1.3. Rumusan Masalah Kesehatan Keluarga Binaan

I Nyoman Kerti

Bapak I Nengah Wisada dan keluarga biasanya mengalami sakit kepala, batuk

dan pilek. Keluarga I Nengah Wisada mendapat pengobatan di Bidan Desa

dan Puskesmas Kintamani II. Untuk biaya pengobatan keluarga ini

menggunakan Jaminan Kesehatan Bali Mandara. Permasalahan kesehatan

lebih sering dialami oleh anak keduanya yaitu I Made Budiana yang

mengalami batuk dan pilek. Batuk yang dialami penderita berdahak, berwarna

bening, dan tidak berdarah Batuk terjadi terus-menerus dan lebih berat pada

malam hari. Penderita juga mengalami pilek dengan sekret yang bening,

konsistensi tidak terlalu kental, dan tidak terdapat darah. Apabila muncul

keluhan ini, KK biasanya membawa putrinya ke bidan Pustu dan dapat

sembuh setelah diberi pengobatan.

Prilaku hidup sehat keluarga I Nengah Wisada tergolong rendah. KK

memiliki kebiasaan merokok. Anggota keluarga memiliki kebiasaan sikat gigi

sangat jarang, kecuali kedua anaknya yang masih bersekolah menyikat gigi 1

kali sehari. Kebiasaan mandi keluarga 1 kali dalam sehari. Untuk kebiasaan

cuci tangan dengan sabun juga jarang dilakukan, hanya biasa dilakukan saat

tangan dirasa kotor dan menggunakan air yang ditampung. Sebelum dan

sesudah makan biasanya keluarga ini hanya mencuci tangan menggunakan air

di baskom tanpa sabun. Keadaan kamar mandi sangat sederhana dan memiliki

jamban. Untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan air sebelum

5

Page 6: KK Binaan

dimasak. Air yang diminum dimasak terlebih dahulu. Menu makanan sering

kali hanya berupa nasi dan sayur, sangat jarang mengkonsumsi daging.

Konsumsi garam dalam keluarga ini cukup tinggi dan garam yang digunakan

adalah garam kasar dan tidak beryodium. I Nengah Wisada adalah seorang

perokok yang dalam sehari mampu menghabiskan 1 bungkus rokok. Bapak I

Nengah Wisada juga memiliki kebiasan mengkonsumsi kopi disaat perut

kosong, dan dalam sehari bisa menghabiskan 3 gelas kopi.

Pada keluarga ini, budaya hidup bersih dan sehat sepertinya agak susah

diterapkan. Mandi dikatakan hanya sekali sehari karena cuaca dingin dan

ketersediaan air yang terbatas. Cuci tangan dilakukan sebelum dan setelah makan,

dengan air yang ditampung, tetapi tidak menggunakan sabun. Buang air besar

(BAB) dan buang air kecil (BAK) dilakukan di jamban pribadi. Pakaian biasanya

diganti setiap 1-2 hari sekali.

I Nengah Wisada

Pada keluarga ini, budaya hidup bersih dan sehat sepertinya agak susah

diterapkan. Mandi dikatakan hanya sekali sehari karena cuaca dingin dan

ketersediaan air yang terbatas. Cuci tangan dilakukan sebelum dan setelah

makan, dengan air yang ditampung, tetapi tidak menggunakan sabun.

Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) dilakukan di jamban

pribadi. Pakaian biasanya diganti setiap 1-2 hari sekali.

I Nengah Kadrek

Dalam 6 bulan terakhir ini tidak ada anggota keluarga yang menderita

sakit, kecuali istri KK. Istri KK menderita hipertensi sejak tahun 1998. Jika

istrinya merasa tidak enak badan, maka I Gede Rigawan akan mengajak istrinya

untuk kontrol ke pustu. Dikatakan bahwa istrinya pertama kali diketahui

menderita hipertensi adalah saat istrinya sedang mengandung anak ketiga mereka.

Saat itu dikatakan bayi dalam kandungan mereka sudah meninggal oleh dokter di

RSUD Buleleng. Saat itu dikatakan istrinya menderita hipertensi dan hingga saat

ini dikatakan sering kambuh gejala seperti sakit kepala. Tekanan darah istri I Gede

Rigawan saat dicek mencapai 200/110 mmHg. Istri I Gede Rigawan dikatakan

6

Page 7: KK Binaan

sangat menyukai makan makanan yang asin serta minum kopi pahit. Saat ini istri I

Gede Rigawan masih rutin mengkonsumsi obat-obatan untuk hipertensi. Untuk

biaya pengobatan keluarga ini menggunakan JKBM.

Prilaku hidup sehat keluarga Bapak I Gede Rigawan tergolong kurang.

Kebiasaan mandi keluarga hanya 1 kali dalam sehari. Untuk kebiasaan cuci

tangan dengan sabun, biasa dilakukan sebelum dan sesudah makan menggunakan

air dalam baskom. Untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan air

belum dimasak. Air minum dimasak terlebih dahulu. Menu makanan sering kali

hanya berupa nasi dan sayur, sangat jarang mengkonsumsi daging. Konsumsi

garam dalam keluarga ini cukup tinggi dan garam yang digunakan adalah garam

kasar dan tidak beryodium. Bapak I Gede Rigawan dahulu adalah seorang

perokok namun saat inibeliau sudah tidak merokok lagi dan sudah lama berhenti.

Bapak I Gede Rigawan memiliki kebiasan mengkonsumsi kopi dan dalam sehari

bisa menghabiskan 2 gelas kopi.

7

Page 8: KK Binaan

BAB II

KEGIATAN DAN HASIL PEMBINAAN PADA KELUARGA BINAAN

NoHari,

TanggalPelaksanaan Masalah Pemecahan masalah

1. Sabtu, 7

Agustus

2014

Hari pertama

berkunjung ke

KK binaan

Belum saling

mengenal dengan

keluarga I Nengah

Kadrek

Menjelaskan

tentang tujuan

kedatangan, dan

mengakrabkan diri

2 Jumat, 8

Agustus

2014

Perkenalan &

sosialisasi tujuan

program KK

binaan.

Keluarga I Nengah

Kadrek belum

mengerti tujuan

KK binaan

Menjelaskan tujuan

diadakannya

program KK binaan

3. Sabtu, 9

Agustus

2014

Berkunjung dan

berbincang

seputar keadaan

keluarga

- -

4. Minggu, 10

Agustus

2014

Melihat dan

mencari faktor

risiko kesehatan

dalam keluarga

KK Binaan, yaitu I

Nengah Kadrek

pernah mengidap

penyakit tertentu

Menjaga pola

makan dan rajin

memeriksakan diri

ke puskesmas

5. Senin, 11

Agustus

2014

Melakukan

pemeriksaan

tanda vital pada

KK binaan

- -

6. Selasa, 12

Agustus

2014

Melihat dan

mencari riwayat

pribadi dan sosial

keluarga binaan

- -

7 Rabu, 13

Agustus

2014

Memberikan KIE

agar penyakit

yang pernah

diderita tidak

kambuh kembali

Pola makan KK

dapat memicu

kekambuhan

penyakit

Menyarankan agar

KK tidak

mengkonsumsi

makanan yang

dapat memicu

kekambuhan

penyakit

8 Kamis, 14 Melihat dan Kebiasaan mandi Menyarankan agar

8

Page 9: KK Binaan

Agustus

2014

mencari tahu pola

hidup bersih dan

sehat keluarga

binaan

keluarga 1 kali

dalam sehari

mandi dilakukan

minimal 2 kali

dalam sehari

9 Sabtu, 16

Agustus

2014

Membantu KK

mengepik

cengkeh

- -

10 Minggu, 17

Agustus

2014

Melihat

lingkungan di

sekitar tempat

tinggal KK

Tampak kayu di

pekarangan rumah

KK

Membantu

membersihkan kayu

yang berserakan

11 Senin, 18

Agustus

2014

Memberikan KIE

mengenai

perilaku hidup

bersih dan sehat

- -

12 Rabu, 20

Agustus

2014

Mendampingi

anak KK belajarAda tugas sekolah

yang belum

diselesaikan oleh

anak KK

Membantu

mendampingi anak

KK dalam

mengerjakan tuga

sekolah

13 Jumat, 22

Agustus

2014

Melihat KK

bekerja di kebun

- -

14 Minggu,

24Agustus

2014

Berkunjung

sambil

mengakrabkan

diri dengan

keluarga KK

binaan

- -

15 Selasa, 26

Agustus

2014

Berpamitan

sekaligus

menyerahkan

kenang-kenangan

kepada keluarga

KK binaan

- -

BAB III

9

Page 10: KK Binaan

LAPORAN KASUS

3.1. Latar Belakang Kasus

Ni Wayan Debi Giskayani merupakan anak satu-satunya dari dari keluarga dampingan yang dikepalai oleh Bapak I Nengah Kadrek. Keluarga tersebut berasal dari suku Bali yang asli berasal dari Desa Abuan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Ni Wayan Debi Giskayani saat ini masih berusia 4 tahun dan belum bersekolah. Ia saat ini sedang mengalami gejala muntah dan mencret.

Kedua orang tuanya dengan keluhan mencret dan muntah selama 5 hari. Keluhan mencret dan muntah muncul setelah orang tuanya membawa Giska ke dokter umum untuk berobat karena menderita batuk dan pilek. Ia diberikan obat puyer dan obat minum sirup. Pada hari berikutnya setelah minum obat, ia mulai muntah dan mencret. Giska dibawa kembali ke dokter umum dan diberikan oralit.

Mencret dan muntah-muntah dikatakan terjadi setiap hari dengan frekuensi

3 – 4 kali dalam sehari. Muntah dan mencret dikatakan membuat Giska tidak

dapat bermain seperti biasa dan hanya diam di kamar. Muntah dan mencret

tidak membaik dengan pemberian oralit yang didapat dari dokter umum.

Muntah berisi makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya. BAB

Giska dikatakan cair, berwarna kuning dengan sedikit ampas dan lender.

Terdapat demam yang muncuk bersamaan dengan muntah dan mencret.

Semenjak sakit, Giska dikatakan semakin rewel dan sulit tidur. Nafsu makan

Giska menurun semenjak sakit namun keinginan untuk minum dikatakan baik.

Buang air kecil dikatakan berwarna kuning pekat dan lebih sedikit

dibandingkan biasanya. BAB dikatakan berisi ampas dan lendir. Giska belum

pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Giska dikatakan beberapa

kali pernah menderita batuk dan pilek dan saat ini sudah tidak ada gejala batuk

dan pilek.

Identitas pasien

Nama : Ni Wayan Debi Giskayani

Umur : 4 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

10

Page 11: KK Binaan

Pendidikan : Belum Sekolah

Pekerjaan : Belum Bekerja

3.2 Analisis Situasi Keluarga Kasus

Keluarga binaan, dengan kepala keluarga (KK) I Nengah Kadrek terdiri

dari 3 orang, yaitu KK, istri KK, anaknya, Giska. Pekerjaan KK adalah sebagai

buruh tani, sementara istri KK bekerja sebagai buruh tani. Keluarga ini beragama

Hindu. Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan berada di tangan

Bapak I Nengah Kadrek sebagai KK.

Keluarga dampingan tinggal dalam satu pekarangan yang tidak terlalu

luas, terdiri dari 1 bangunan utama yang terdiri dari 2 kamar tidur, 1 kamar mandi

tanpa jamban, dan 1 dapur. Rumah keluarga dampingan merupakan bangunan

sederhana yang tergolong agak tua dan dibangun di atas tanah seluas 3 are.

Dindingnya terbuat dari batako yang tidak di cat dan berlantai semen. Tiap

ruangan memiliki satu pintu dan tidak ada jendela sebagai ventilasi. Ruangan

tersebut masing-masing diterangi dengan lampu kuning.

Kamar mandi penderita terlihat agak kotor dan kurang terawat. Lantai

kamar mandi menggunakan semen, begitu pula dengan bak penampung air tidak

terdapat jamban dalam kamar mandi tersebut. Bangunan dapur terletak di sebelah

bangunan utama, dimana dinding dapur terbuat dari anyaman bambu, lantai semen

dan beratapkan bambu. Mereka memasak biasanya menggunakan kayu bakar.

Pekarangan rumah dilapisi semen dan tidak terlalu luas.

Pendapatan keluarga dampingan diperoleh dari KK I Nengah Kadrek yang

bekerja sebagai buruh tani. Selain itu, istri KK juga bekerja sebagai buruh tani

yang ikut membantu suaminya Pendapatan keluarga mereka tidak menentu setiap

bulannya karena tergantung hasil panen yang didapat. Diperkirakan pendapatan

yang diperoleh per bulan antara Rp 1.500.000,00 – Rp 2.000.000,00.

Penghasilan keluarga hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Bahkan dikatakan bahwa pendapatan tersebut terkadang tidak cukup untuk

membiayai kehidupan keluarga mereka Pemenuhan kebutuhan hidup adalah

terutama untuk biaya makan, sisanya untuk keperluan listrik, air, dan upacara

11

Page 12: KK Binaan

agama yang memakan biaya cukup tinggi. Pengeluaran keluarga binaan rata-rata

Rp 1.500.000,00 – Rp 1.800.000,00 per bulan. Saat ini Giska belum bersekolah

sehingga belum ada biaya sekolah yang menjadi tanggungan KK.

Dalam 6 bulan terakhir ini rata-rata anggota keluarga mereka hanya

mengalami penyakit umum seperti nyeri sendi, batuk, pilek dan demam. Jika

merasa sakit mereka lebih memilih beristirahat, jika tidak kunjung sembuh

mereka akan mencari pengobatan ke Pustu ataupun Puskesmas Kintamani VI.

Riwayat penyakit khusus sepeti hipertensi atau kencing manis dalam keluarganya

belum diketahui karena KK dan istrinya mengaku tidak memeriksakan diri,

namun dikatakan selama ini tidak ada keluhan. Untuk biaya pengobatan keluarga

ini menggunakan JKBM.

Perilaku hidup bersih dan sehat keluarga Bapak I Nengah Kadrek

tergolong sangat kurang. Mandi dikatakan hanya sekali sehari karena cuaca dingin

dan ketersediaan air yang terbatas, menggosok gigi hanya 1 kali sehari terkadang

tidak sama sekali. Cuci tangan dilakukan sebelum dan setelah makan, dengan air

yang ditampung, tetapi tidak menggunakan sabun. Buang air besar (BAB) dan

buang air kecil (BAK) dilakukan di ladang atau sungai. Pakaian biasanya diganti

setiap 1-2 hari sekali. Menu makanan sehari-hari biasanya berupa nasi, sayur, dan

terkadang berisi daging seperti ikan atau ayam. KK tidak memiliki kebiasaan

merokok, namun memiliki kebiasan mengkonsumsi kopi dan dalam sehari bisa

menghabiskan 2-3 gelas kopi.

3.3 Rumusan Masalah dan Solusi Kasus

3.3.1 Riwayat Penyakit

keluhan mencret dan muntah selama 5 hari. Keluhan mencret dan muntah muncul setelah orang tuanya membawa Giska ke dokter umum untuk berobat karena menderita batuk dan pilek. Ia diberikan obat puyer dan obat minum sirup. Pada hari berikutnya setelah minum obat, ia mulai muntah dan mencret. Giska dibawa kembali ke dokter umum dan diberikan oralit.

Mencret dan muntah-muntah dikatakan terjadi setiap hari dengan frekuensi 3 – 4

kali dalam sehari. Muntah dan mencret dikatakan membuat Giska tidak dapat

bermain seperti biasa dan hanya diam di kamar. Muntah dan mencret tidak

12

Page 13: KK Binaan

membaik dengan pemberian oralit yang didapat dari dokter umum. Muntah berisi

makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya. BAB Giska dikatakan cair,

berwarna kuning dengan sedikit ampas dan lendir. Terdapat demam yang muncuk

bersamaan dengan muntah dan mencret. Semenjak sakit, Giska dikatakan semakin

rewel dan sulit tidur. Nafsu makan Giska menurun semenjak sakit namun

keinginan untuk minum dikatakan baik. Buang air kecil dikatakan berwarna

kuning pekat dan lebih sedikit dibandingkan biasanya.

3.3.2 Solusi Kasus

Masalah kesehatan merupakan masalah yang komplek sehingga dalam

penatalaksanaanya sangat memerlukan tindakan yang bersifat holistik

(menyeluruh). Secara holistik dalam memandang sebuah penyakit, merupakan

suatu pendekatan dalam menilai penyakit yang sedang dialami oleh seseorang

secara utuh, tidak hanya aspek medis atau biologis namun juga dari aspek lainnya

seperti psikologis, sosial, ekonomi dan religius. Kemunculan sebuah masalah

kesehatan atau penyakit itu tidak terlepas dari berbagai faktor yang mendasari

kemunculan penyakit tersebut yang dikenal dengan faktor risiko. Pendekatan

holistik dalam memandang faktor risiko sebuah permasalahan kesehatan tentunya

tidaklah hanya melihat dari sisi medis atau biologis saja, namun juga dari faktor

lingkungan, gaya hidup atau perilaku, kebugaran, gizi dan sebagainya.

Pemecahan masalah kesehatan pada kasus yang terjadi di keluarga binaan

dilakukan berdasarkan pendekatan kedokteran keluarga. Berbagai aspek harus

diperhatikan dalam pengelolaan kasus penyakit asam urat baik individu, keluarga

dan lingkungan. Tahapan pengelolaan kasus diare pada keluarga binaan dilakukan

sesuai dengan enam ciri utama layanan kedokteran keluarga, yaitu:

1. Personal

Mengobati penderita dengan memberikan perlakuan sebagai manusia

bukan sekedar mengobati penyakitnya saja. Dalam artian, penderita ditangani

secara holistik dari semua aspek kehidupannya, baik fisik, psikis, dan lingkungan

sosial. Karena sehat menurut WHO mengandung tiga aspek yaitu fisik, mental

dan sosial. Secara fisik, penderita mengalami keluhan nyeri perut dan muntah

13

Page 14: KK Binaan

serta mencret. Untuk mengatasi masalah fisik ini, kita perlu memberikan

penanganan penyakitnya, dengan memberikan obat yang tepat sesuai dengan

diagnosis, indikasi, efektifitas dan tepat guna. Dari segi sosial, diare pada

penderita menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari penderita.

2. Paripurna (Komprehensif)

Komprehensif artinya meliputi semua aspek tingkat pencegahan (primer,

sekunder, dan tersier). Upaya pencegahan tersebut dilaksanakan sesuai dengan

perjalanan alamiah penyakit tersebut. Diare ini terjadi kurang lebih selama 5 hari.

Pencegahan primer:

Memberi penjelasan tentang penyakit asam urat, faktor resiko, pencegahan

dan pengobatannya.

Menyarankan untuk mencegah terjadinya asam urat. Adapun cara-caranya

adalah sebagai berikut:

1. Menghindari makanan yang mengandung banyak purin seperti pisang

dan kacang-kacangan.

Pencegahan sekunder

Memberikan pengobatan asam urat yang tepat. Memberikan penjelasan

mengenai pengobatan dijalani sekarang oleh penderita. Apa jenis obatnya,

tujuan pengobatannya, efek sampingnya, dan akibatnya apabila tidak patuh

dalam menjalani pengobatannya.

Menyarankan untuk segera memeriksakan saudara, anak maupun keponakan

penderita apabila ada yang memiliki keluhan dalam kesehatan ke pusat

pelayanan kesehatan terdekat.

Pencegahan tersier

Apabila penderita mengalami sakit lain, sebaiknya secepatnya dilakukan

pemeriksaan dan pengobatannya.

3. Berkesinambungan

14

Page 15: KK Binaan

Berkesinambungan artinya melakukan sistem monitoring untuk

meningkatkan kepatuhan Giska dalam perubahan perilaku dan pengobatan. Saat

ini penderita mengaku tidak sedang mengeluh nyeri pada pangkal ibu jari kaki dan

tidak sampai menimbulkan komplikasi yang berarti. Giska juga mendapat

dukungan dari keluarga saat keluhan nyeri pada pangkal ibu jari kakinya kambuh.

Dilakukan pemantauan pencegahan penyakit penderita dengan rutin mengadakan

kunjungan rumah selama kegiatan PPD.

4 Koordinatif dan kolaboratif

Bekerja sama dan membagi peran dengan berbagai pihak terkait seperti

kelompok profesional (spesialis, analis, apoteker, dsb), pemuka/tokoh masyarakat,

termasuk keluarga Giska sendiri. Selain itu dilakukan koordinasi dengan keluarga

penderita untuk berperan aktif mendukung pengobatan penderita dan menciptakan

lingkungan yang kondusif untuk mendukung kesehatan penderita.

5. Mengutamakan pencegahan

Pencegahan diutamakan pada anggota keluarga dan masyarakat yang

berisiko (belum sakit). Penyakit asam urat pada Giska ini terkait dengan faktor

pola makanan, sehingga ada kemungkinan istri ataupun anak penderita dapat

menderita asam urat. Sehingga perlu diterapkan kebiasaan mengkonsumsi

makanan 4 sehat 5 sempurna.

6. Memberdayakan keluarga dan masyarakat

Memberikan penjelasan kepada keluarga penderita tentang kondisi

penderita yang sesungguhnya. Dijelaskan bahwa diperlukan adanya

tindakan pencegahan agar penyakitnya tidak kambuh kembali dengan cara

menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta mengkonsumsi

makanan 4 sehat 5 sempurna. Peran keluarga dan lingkungan sangatlah

besar dalam mengawasi kesehatan penderita.

Menjelaskan mengenai pengobatan apabila muncul keluhan agar segera ke

pusat pelayanan kesehatan untuk menerima pengobatan selanjutnya.

15

Page 16: KK Binaan

Memberikan penjelasan kepada anggota keluarga penderita tentang

pentingnya pola makan yang baik dan benar dalam mencegah kekambuhan

penyakit, seperti pola makan 4 sehat 5 sempurna.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan

1. Ketiga keluarga binaan memiliki tingkat pendidikan yang sama yaitu

tamat SD. Untuk pekerjaan, 2 KK bekerja sebagai buruh tani, sedangkan 1

KK bekerja sebagai pandai besi.

2. Terdapat persepsi yang kurang tepat mengenai konsep sakit dan anggapan

bahwa sudah sembuh ketika penyakit yang dialaminya tidak menunjukkan

gejala yang disebabkan rendahnya tingkat pendidikan. Pengetahuan

penderita dan keluarga tentang penyakit serta penanganannya masih sangat

kurang, sehingga dianggap tidak perlu untuk memeriksakan diri dan

minum obat secara teratur. Selain itu pada salah satu keluarga binaan

didapatkan adanya 1 anggota keluarga yang memiliki riwayat menderita

asam urat, yang belum mendapat informasi dan edukasi mengenai

pencegahan, pengobatan dan komplikasi penyakit tersebut. Di keluarga

16

Page 17: KK Binaan

yang lain juga ditemukan adanya anggota keluarga yang memiliki

hipertensi dan rutin memeriksakan diri ke puskesmas.

3. Ketiga keluarga binaan memiliki lingkungan fisik rumah yang tergolong

cukup baik, dengan keadaan ekonomi kurang, dan prilaku hidup bersih dan

sehat yang masih kurang tetapi terjalin hubungan yang harmonis baik

dalam lingkungan keluarga ataupun masyarakat sekitarnya.

4.2. Saran

1. Dibutuhkan peran aktif dari petugas kesehatan, dalam hal ini puskesmas

Kintamani II untuk memberikan komunikasi, informasi dan edukasi agar

masyarakat memiliki pemahaman yang lebih baik tentang masalah

kesehatan yang dihadapi.

2. Seluruh anggota keluarga hendaknya turut mendukung pencegahan

kekambuhan penyakit penderita, yaitu dengan menerapkan perilaku hidup

bersih dan sehat, menerapkan pola makan 4 sehat 5 sempurna, serta segera

membawa anggota keluarga ke pusat pelayanan kesehatan terdekat, yaitu

Pustu ataupun Puskesmas jika mengalami masalah kesehatan agar segera

mendapat pengobatan yang cepat dan tepat sehingga tidak terjadi

komplikasi lanjutan yang dapat berakibat fatal.

17