kista uteri
DESCRIPTION
laporan pendahuluan dan laporan kasusTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Ovarium adalah organ dalam reproduksi wanita yang
menghasilkan sel telur atau ovum (Prawiroharjo, 1999).
Kistoma adalah tumor berupa kantong berisi cairan atau setengah
cairan (Mardiana, 2000).
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi
pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh
semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium
(Agusfarly, 2008).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat di ambil kesimpulan
kistoma ovari merupakan jaringan yang terdapat pada organ ovarium yang
dapat mengganggu fungsi normal dari ovarium maupun saluran reproduksi
lainya.
B. ETIOLOGI
Penyebab dari kista ovari sampai saat ini belum jelas di ketahui
tetapi ada kista lain yang di sebabkan karena radang dan akibat dari
komplikasi tumor yang lain (Prawiroharjo, 1999), antara lain :
1. Kista Folikel.
Kista ini berasal dari folikel de graf yang tidak sampai ber-ovulasi namun
tubuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang
setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses
atresia yang lazim melainkan menjadi kista.
2. Kista Korpus Luteum.
Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi
korpus albikans kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri
(korpus luteum porsistens), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya
menyebabkan terjadinya kista dan berisi cairan yang berwarna merah
coklat karena darah tua.
3. Kista Teka Lutein.
Kista ini biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju, tumbuhnya
kista ini ialah akibat pengaruh hormon koriongonadrotopin yang
berlebihan dan dengan hilangnya mola atau koreokarsinoma, ovarium
mengecil spontan.
4. Kista Inkulsi Germinal.
Kista ini menjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari
epitel germinatikum pada permukaan ovarium.
5. Kista Endometrium.
Kista ini akibat dari peradangan endometrium yang berlokasi di ovarium.
6. Kista Stein Lavental.
Kista ini kiranya di sebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal.
7. Kistoma Ovari Simplek.
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
sering kali bilateral dan dapat menjadi besar, di duga bahwa kista ini
suatu jenis kistodenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya
berhubungan dengan adanya tekanan cairan di dalam kista.
8. Kistadenoma Ovari Musinosim.
Asal kista ini belum jelas di ketahui dengan pasti, ada penulis yang
berpendapat bahwa kista ini dari epitel germinatikum.
9. Kistadenoma Ovari Serosum.
Kista ini berasal dari epitel germinatikum (permukaaan Ovarium).
10. Kista Dermoid.
Kista ini di duga berasal dari sel telur melalaui proses partogenesis.
C. MANIFESTASI KLINIS
Banyak tumor ovarium tidak menunjukan gejala dan tanda,
terutama tumor ovarium yang kecil, sebagian tanda dan gejala akibat dari
pertumbuhan, aktivitas endokrin atau komplikasi tumor-tumor tersebut
(Prawiroharjo, 1999).
Pertumbuhan tumor ovarium dapat memberi gejala karena
besarnya, terdapat perubahan hormonal atau penyakit yang terjadi, tumor
jinak ovarium yang diameternya kecil sering di temukan secara kebetulan
dan tidak memberikan gejala klinik yang berarti (Manuaba, 1998).
Gejala akibat tumor ovarium dapat di jabarkan sebagai berikut :
1. Gejala akibat pertumbuhan.
Dapat menimbulkan rasa berat di abdomen bagian bawah,
sehingga mengakibatkan penekanan kandung kemih yang
dapatmenimbulkan gejala gangguan miksi, selain itu tekanan
tumor dapat mengakibatkan obstipasi, edeme pada tungkai.
Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak nafsu makan dan rasa
sesak.
2. Gejala akibat pertumbuhan hormonal.
Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita, sehingga
bila menjadi tumor menimbulkan gangguan terhadap siklus
menstruasi yang dapat berupa amenore dan hipermenore.
3. Gejala akibat komplikasi yang terjadi pada tumor.
a. Perdarahan intra tumor.
Perdarahan yang mendadak dalam jumlah yang banyak akan
terjadi ditensi cepat dari kista yang dapat menimbulkan nyeri
perut mendadak.
b. Putaran tungkai.
Tumor yang bertungkai sering terjadi putaran tungkai, apabila
putaran terjadi secara perlahan tidak menimbulkan nyeri, tetapi
jika putaran terjadi secara mendadak dapat menimbulkan nyeri
pada abdomen.
c. Terjadi infeksi pada tumor.
Interaksi dapat terjadi jika tumor dekat dengan sumber kuman
patogen seperti appendiksitis.
d. Robekan dinding kista.
Terjadi robekan di sebakan karena teori tungkai kista yang
akan berkibat isi kista tumpah ke dalam ruangan abdomen.
e. Perubahan keganansan.
Keganasan kista di jumpai pada usia sebelum menarchea dan di
atas usia 45 tahun (Manuaba, 1998).
D. PATOFISIOLOGI
Gambaran dari kista ini terdiri dari folikel-folikel pra ovulasi
yang mengalami atresia dan berdegenerasi pada ovarium, di
ovarium ini folikelfolikel ini tidak mengalami ovulasi karena
kadar hormon FSH rendah dan hormon LH tinggi pada
keadaan yang tetap ini menyebabkan pembentukan
androgen dan estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal yang
mengakibatkan folikel anovulasi dan berdegenerasi dan
membentuk kista. Kista ovarium dapat menimbulkan
komplikasi berupa invertilitas akibat tidak adanya ovulasi dan
beresiko terjadinya pembentukan tumor-tumor dependen di
payudara endometrium (J. Charwim, 1997).
Penatalaksanaan pada kista ovarium adalah dengan
pengangkatan kista dengan cara melakukan reseksi pada
bagian ovarium yang mengandung kista, akan tetapi jika kista
besar atau ada komplikasi perlu di lakukan pengangkatan
ovarium. Biasanya di sertai dengan pengangkatan tuba
(salpingo-oofarektomi). Pada saat melakukan pembedahan
kedua ovarium harus di periksa untuk mengetahui apakah
kista di temukan pada
satu atau pada dua ovarium (Prawiroharjo, 1999).
E. KOMPLIKASI
Kematian dapat terjadi pada semua kanker saluran reproduksi, perdarahan
ke dalam kista biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur
menyebabkan pembesaran kista dan hanya menimbulkan gejala-gejala
klinik yang minimal, putaran tungkai dapat terjadi pada tumor bertangkai
diameter 5 cm atau lebih, akan tetapi biasanya terjadi infeksi pada tumor
dan hal ini terjadi jika dekat pada tumor ada sumber kuman patogen,
seperti apendisitis (Sarwono, 1991).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan pada pasien dengan
kista ovarium adalah :
a. Laparaskopi.
Pemeriksaan ini dapat berguna untuk mengetahui apakah
sumber tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk
menentukan sifatsifat tumor itu.
b. Ultrasonografi.
Dengan pemeriksaan ini dapat di tentukan letak dan batas
tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium atau
kandung kemih, apakah tumor kistik atau solid dan dapat
di bedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang
bebas dan yang tidak.
G. PENATALAKSANAAN
1. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah, missal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
2. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.
3. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista
ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen
dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang
diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada
distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan
gurita abdomen sebagai penyangga.
4. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang
pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan
kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi
napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti
tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.
( Lowdermilk.dkk. 2005:273 ).
H. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS:- Laporan secara verbal
DO:- Posisi untuk menahan nyeri- Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Insisi bedah
↓
Terputusnya kontinuitas
jaringan kulit
↓
Nyeri akut
Nyeri akut
2 Faktor-faktor risiko :- Prosedur Infasif- Kerusakan jaringan dan
peningkatan paparan lingkungan
- Malnutrisi- Peningkatan paparan
lingkungan patogen- Imonusupresi- Tidak adekuat pertahanan
sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)
Insisi bedah
↓
Invasi kuman patogen
↓
Risiko infeksi
Risiko infeksi
3 DS: Melaporkan secara verbal
adanya kelelahan atau kelemahan.
DO :
Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas
Perubahan ECG : aritmia, iskemia
Efek anestesi
↓
Kelemahan
↓
Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah
2. Risiko infeks berhubungan dengan insisi bedah
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
J. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa kep Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1 Nyeri akut
berhubungan
dengan insisi
bedah
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama 2 x 24 jam. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Tanda vital dalam rentang normal
1.Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi2.Kurangi faktor presipitasi nyeri3.Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin4.Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
2 Risiko infeksi
berhubungan
dengan insisi
bedah
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam. pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil: Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
1.Pertahankan teknik aseptif2.Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan3.Berikan terapi antibiotik:.................................4.Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
3 Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas
fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,
1.Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan2.Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat3.Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
nadi dan RR Mampu melakukan aktivitas
sehari hari (ADLs) secara mandiri
4.Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
DAFTAR PUSTAKA
Heather, Herdman T. 2011. Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC
Hikmawati, kitri. 2006. Diagnosa keperawatan. Poerwokerto: FKIK UNSOED
Nanda Internasional.2012.Diagnosis Keperawatan 2012-2014. EGC : Jakarta.
Manuaba. 2008. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana.
Jakarta: EGC
Prawirohardjo, sarwono. 1999. Ilmu kandungan. Jakarta: yayasan bina pustaka
ASUHAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS
a. Identitas pasien
Nama : Ny. R
Umur : 47 tahun
Jenis kelamin : P
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku bangsa : Jawa
Tanggal MRS : 10 desember 2015
Tanggal pengkajian : 11 desember 2015
Diagnosa medis : kista uteri
No medrek : 267890
Alamat : kerangkeng
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. I
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : karangampel
Hubungan keluarga : adik
II. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan nyeri pada luka operasi
III. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan ini dirasakan setelah dioperasi sejak tanggal 10 desember
2015 yang sifatnya hilang timbul seperti teriris berlokasi di daerah
abdomen disebabkan oleh luka sayatan operasi. Keluhan dirasakan
berkurang apabila minum obat dan istirahat. Skala nyeri 7. Keluhan
lain yang menyertai pusing, pasien tidak dapat melakukan aktivitas
sehari-hari (makan, minum, mandi, berpakaian, jalan-jalan).
b. Riwayat kesehatan dahulu
1. Klien tidak pernah menderita penyakit yang sama.
2. Klien tidak pernah dioperasi, tidak ada riwayat diopnama
3. Tidak ada riwayat alergi terhadap obat-obatan dan makanan.
4. Klien tidak pernah ditransfusi.
5. Klien tidak mempunyai kebiasaan minum minuman beralkohol.
6. Klien tidak merokok.
7. Tidak ada riwayat ketergantungan obat/zat lain.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti
yang dialami oleh klien
d. Riwayat obstetrik
Riwayat menarche
Menarche pada usia 16 tahun, siklus 28 hari teratur ada
dismenore.
Riwayat kehamilan
Anak ke 1 lahir pada tahun 1991, JK perempuan, persalinan
normal di bidan.
Riwayat kontrasepsi
Menggunakan kb suntik per 3 bulan.
IV. DATA BIOLOGIS
No ADL Sebelum sakit Saat sakit
1 Nutrisi: Makan
Jenis
Keluhan
Minum
Frekuensi
3x/ hari
Lauk pauk
Tidak ada
6-8 gelas/ hari
3x/ hari
Lauk pauk
Tidak ada
6-8 gelas/ hari
2 Eliminasi : BAK
Keluhan
BAB
Keluhan
4- 5 x/hari
Tidak ada
1x/hari
Tidak ada
4- 5 x/hari
Tidak ada
1x/hari
Tidak ada
3 Istirahat/tidur
Keluhan
8-9 jam/ hari
Tidak ada
6-87 jam/ hari
Nyeri
4 Personal hygiene
Mandi
Gosok gigi
Ganti baju
2x/hari
2x/hari
2x/hari
2x/hari
2x/hari
2x/hari
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan
a. Keadaan umum : lemah
b. Penampilan : cukup rapih
c. Kesadaran : compos mentis E4V5M5
d. Vital sign : TD : 120/70 mmhg N: 89 x/m R: 19x/m S: 36,9oC
e. BB : 65 kg
2. Kepala : mesochepal
a. Rambut : terlihat bersih, tidak ada hematoma, tidak ada lesi, tidak
ada nyeri tekan.
b. Mata : simetris, konjuntiva anikterik, sklera aninemis, reflek
cahaya baik, tidak ada nyeri tekan, wajah meringis.
c. Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung. Tidak ada
nyeri tekan.
d. Mulut : simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis.
e. Telinga : simetris, pendengaran baik, tidak ada nyeri tekan.
f. Leher : tidak ada peningkatan jvp, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, reflek menelan baik.
3. Dada
Inspeksi : simetris, ekspansi dada simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : terdengar resonan disemua lapang paru
Aukultasi : bunyi jantung S1 S2 reguler
4. Abdomen
Inspeksi : simetris, luka operasi 10 cm, luka masih basah.
Aukultasi : bising usus tidak terdengar
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : terdengar bunyi tympani dikuadran II, dullnes dikuadran I,
III, IV.
5. Ekstremitas
Atas : 5|5 crt< 2 detik bawah : 5|5 crt< 2 detik
VI. PEMERIKSAAN PENUNJAN
No Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal interpretasi
1
10 12 2015
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
11,01 g/dl
7200/ mm
3,2 juta n/l
35 %
192.000/mm
13-17 g/dl
4000 – 10.000/mm
4,4 – 6 juta/nl
40 – 54 %
150.000 – 450.000/mm
↓
N
↓
↓
N
VII. TERAPI
NO Jenis obat Terapi Pemberian Indikasi
1
2
3
4
Cefotaxim
Ranitidin
Keterolak
Ringer laktat
3x1
3x1
2x1
4x 500
Iv
Iv
Iv
iv
Antibiotik
Antiemetik
Analgesik
Elektrolit
VIII. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 Ds : pasien mengatakan nyeri pd luka operasiDo : meringisSkala nyeri 7TD : 120/70 mmhg N: 89 x/m R: 19x/m S: 36,9oC
Insisi bedah
↓
Terputusnya kontinuitas
jaringan kulit
↓
Nyeri akut
Nyeri akut
2 Ds : pasien mengatakan nyeri pd luka operasiDo : luka operasi 10 cmLuka masih basah
Insisi bedah
↓
Invasi kuman patogen
↓
Risiko infeksi
Risiko infeksi
3 Ds : pasien mengatakan lemahDo :TD : ekstremitasatas 5|5bawah 5|5adl dibantu
Efek anestesi
↓
Kelemahan
↓
Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas
IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah
2. Risiko infeks berhubungan dengan insisi bedah
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
X. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa kep Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1 Nyeri akut
berhubungan
dengan insisi
bedah
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama 2 x 24 jam. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Tanda vital dalam rentang normal
1.Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi2.Kurangi faktor presipitasi nyeri3.Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin4.Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
2 Risiko infeksi
berhubungan
dengan insisi
bedah
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam. pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil: Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
1.Pertahankan teknik aseptif2.Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan3.Berikan terapi antibiotik:.................................4.Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
3 Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas
fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
1.Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan2.Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat3.Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan4.Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
XI. IMPLEMENTASI
No DX TGL/waktu Implementasi Respon Paraf
1 I 11/12/15 1.melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi2.mengurangi faktor presipitasi nyeri3.mengjarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin4.memberikan analgetik untuk
mengurangi nyeri : keterolak
2 II 1.Mempertahankan teknik aseptif2.mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan3.memberikan terapi antibiotik: cefotaxim4.memonitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
3 III 1.menkaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan2.memonitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat3.memonitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan4.memonitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
XII. CATATAN PERKEMBANGAN
No DX TGL/Jam Evaluasi tanda tangan
1 I 12.12.15/
15.00wib
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
O : skala nyeri 5
TD: 120/80 N: 85 x/m R: 97 x/m S: 36,8 oC
A : masalah belum teratasi
P : intervensi lanjutkan 1,2,34
II S: pasien mengatakan nyeri berkurang
O : luka masih basah
TD: 120/80 N: 85 x/m R: 97 x/m S: 36,8 oC
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
III S : pasien mengatakan sudah bisa miring kanan dan
kiri
O : TD: 120/80 N: 85 x/m R: 97 x/m S: 36,8 oC
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi