kista uteri

23
LAPORAN PENDAHULUAN A. DEFINISI Ovarium adalah organ dalam reproduksi wanita yang menghasilkan sel telur atau ovum (Prawiroharjo, 1999). Kistoma adalah tumor berupa kantong berisi cairan atau setengah cairan (Mardiana, 2000). Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium (Agusfarly, 2008). Berdasarkan pengertian tersebut dapat di ambil kesimpulan kistoma ovari merupakan jaringan yang terdapat pada organ ovarium yang dapat mengganggu fungsi normal dari ovarium maupun saluran reproduksi lainya. B. ETIOLOGI Penyebab dari kista ovari sampai saat ini belum jelas di ketahui tetapi ada kista lain yang di sebabkan karena radang dan akibat dari komplikasi tumor yang lain (Prawiroharjo, 1999), antara lain : 1. Kista Folikel. Kista ini berasal dari folikel de graf yang tidak sampai ber-ovulasi namun tubuh terus menjadi kista

Upload: leni-pertiwi-putri

Post on 26-Jan-2016

11 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

laporan pendahuluan dan laporan kasus

TRANSCRIPT

Page 1: Kista Uteri

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Ovarium adalah organ dalam reproduksi wanita yang

menghasilkan sel telur atau ovum (Prawiroharjo, 1999).

Kistoma adalah tumor berupa kantong berisi cairan atau setengah

cairan (Mardiana, 2000).

Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi

pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh

semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium

(Agusfarly, 2008).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat di ambil kesimpulan

kistoma ovari merupakan jaringan yang terdapat pada organ ovarium yang

dapat mengganggu fungsi normal dari ovarium maupun saluran reproduksi

lainya.

B. ETIOLOGI

Penyebab dari kista ovari sampai saat ini belum jelas di ketahui

tetapi ada kista lain yang di sebabkan karena radang dan akibat dari

komplikasi tumor yang lain (Prawiroharjo, 1999), antara lain :

1. Kista Folikel.

Kista ini berasal dari folikel de graf yang tidak sampai ber-ovulasi namun

tubuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang

setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses

atresia yang lazim melainkan menjadi kista.

2. Kista Korpus Luteum.

Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi

korpus albikans kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri

(korpus luteum porsistens), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya

menyebabkan terjadinya kista dan berisi cairan yang berwarna merah

coklat karena darah tua.

3. Kista Teka Lutein.

Page 2: Kista Uteri

Kista ini biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju, tumbuhnya

kista ini ialah akibat pengaruh hormon koriongonadrotopin yang

berlebihan dan dengan hilangnya mola atau koreokarsinoma, ovarium

mengecil spontan.

4. Kista Inkulsi Germinal.

Kista ini menjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari

epitel germinatikum pada permukaan ovarium.

5. Kista Endometrium.

Kista ini akibat dari peradangan endometrium yang berlokasi di ovarium.

6. Kista Stein Lavental.

Kista ini kiranya di sebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal.

7. Kistoma Ovari Simplek.

Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,

sering kali bilateral dan dapat menjadi besar, di duga bahwa kista ini

suatu jenis kistodenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya

berhubungan dengan adanya tekanan cairan di dalam kista.

8. Kistadenoma Ovari Musinosim.

Asal kista ini belum jelas di ketahui dengan pasti, ada penulis yang

berpendapat bahwa kista ini dari epitel germinatikum.

9. Kistadenoma Ovari Serosum.

Kista ini berasal dari epitel germinatikum (permukaaan Ovarium).

10. Kista Dermoid.

Kista ini di duga berasal dari sel telur melalaui proses partogenesis.

C. MANIFESTASI KLINIS

Banyak tumor ovarium tidak menunjukan gejala dan tanda,

terutama tumor ovarium yang kecil, sebagian tanda dan gejala akibat dari

pertumbuhan, aktivitas endokrin atau komplikasi tumor-tumor tersebut

(Prawiroharjo, 1999).

Pertumbuhan tumor ovarium dapat memberi gejala karena

besarnya, terdapat perubahan hormonal atau penyakit yang terjadi, tumor

Page 3: Kista Uteri

jinak ovarium yang diameternya kecil sering di temukan secara kebetulan

dan tidak memberikan gejala klinik yang berarti (Manuaba, 1998).

Gejala akibat tumor ovarium dapat di jabarkan sebagai berikut :

1. Gejala akibat pertumbuhan.

Dapat menimbulkan rasa berat di abdomen bagian bawah,

sehingga mengakibatkan penekanan kandung kemih yang

dapatmenimbulkan gejala gangguan miksi, selain itu tekanan

tumor dapat mengakibatkan obstipasi, edeme pada tungkai.

Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak nafsu makan dan rasa

sesak.

2. Gejala akibat pertumbuhan hormonal.

Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita, sehingga

bila menjadi tumor menimbulkan gangguan terhadap siklus

menstruasi yang dapat berupa amenore dan hipermenore.

3. Gejala akibat komplikasi yang terjadi pada tumor.

a. Perdarahan intra tumor.

Perdarahan yang mendadak dalam jumlah yang banyak akan

terjadi ditensi cepat dari kista yang dapat menimbulkan nyeri

perut mendadak.

b. Putaran tungkai.

Tumor yang bertungkai sering terjadi putaran tungkai, apabila

putaran terjadi secara perlahan tidak menimbulkan nyeri, tetapi

jika putaran terjadi secara mendadak dapat menimbulkan nyeri

pada abdomen.

c. Terjadi infeksi pada tumor.

Interaksi dapat terjadi jika tumor dekat dengan sumber kuman

patogen seperti appendiksitis.

d. Robekan dinding kista.

Terjadi robekan di sebakan karena teori tungkai kista yang

akan berkibat isi kista tumpah ke dalam ruangan abdomen.

e. Perubahan keganansan.

Page 4: Kista Uteri

Keganasan kista di jumpai pada usia sebelum menarchea dan di

atas usia 45 tahun (Manuaba, 1998).

D. PATOFISIOLOGI

Gambaran dari kista ini terdiri dari folikel-folikel pra ovulasi

yang mengalami atresia dan berdegenerasi pada ovarium, di

ovarium ini folikelfolikel ini tidak mengalami ovulasi karena

kadar hormon FSH rendah dan hormon LH tinggi pada

keadaan yang tetap ini menyebabkan pembentukan

androgen dan estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal yang

mengakibatkan folikel anovulasi dan berdegenerasi dan

membentuk kista. Kista ovarium dapat menimbulkan

komplikasi berupa invertilitas akibat tidak adanya ovulasi dan

beresiko terjadinya pembentukan tumor-tumor dependen di

payudara endometrium (J. Charwim, 1997).

Penatalaksanaan pada kista ovarium adalah dengan

pengangkatan kista dengan cara melakukan reseksi pada

bagian ovarium yang mengandung kista, akan tetapi jika kista

besar atau ada komplikasi perlu di lakukan pengangkatan

ovarium. Biasanya di sertai dengan pengangkatan tuba

(salpingo-oofarektomi). Pada saat melakukan pembedahan

kedua ovarium harus di periksa untuk mengetahui apakah

kista di temukan pada

satu atau pada dua ovarium (Prawiroharjo, 1999).

E. KOMPLIKASI

Kematian dapat terjadi pada semua kanker saluran reproduksi, perdarahan

ke dalam kista biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur

menyebabkan pembesaran kista dan hanya menimbulkan gejala-gejala

klinik yang minimal, putaran tungkai dapat terjadi pada tumor bertangkai

diameter   5 cm atau lebih, akan tetapi biasanya terjadi infeksi pada tumor

Page 5: Kista Uteri

dan  hal ini terjadi jika dekat pada tumor ada sumber kuman patogen,

seperti apendisitis (Sarwono, 1991).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan pada pasien dengan

kista ovarium adalah :

a. Laparaskopi.

Pemeriksaan ini dapat berguna untuk mengetahui apakah

sumber tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk

menentukan sifatsifat tumor itu.

b. Ultrasonografi.

Dengan pemeriksaan ini dapat di tentukan letak dan batas

tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium atau

kandung kemih, apakah tumor kistik atau solid dan dapat

di bedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang

bebas dan yang tidak.

G. PENATALAKSANAAN

1. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan

bedah, missal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.

2. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan

menghilangkan kista.

3. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista

ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen

dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang

diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada

distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan

gurita abdomen sebagai penyangga.

4. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang

pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan

kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi

napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti

Page 6: Kista Uteri

tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.      

( Lowdermilk.dkk. 2005:273 ).

H. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS:- Laporan secara verbal

DO:- Posisi untuk menahan nyeri- Respon autonom (seperti

diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)

- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)

- Perubahan dalam nafsu makan dan minum

Insisi bedah

Terputusnya kontinuitas

jaringan kulit

Nyeri akut

Nyeri akut

2 Faktor-faktor risiko :- Prosedur Infasif- Kerusakan jaringan dan

peningkatan paparan lingkungan

- Malnutrisi- Peningkatan paparan

lingkungan patogen- Imonusupresi- Tidak adekuat pertahanan

sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)

Insisi bedah

Invasi kuman patogen

Risiko infeksi

Risiko infeksi

3 DS: Melaporkan secara verbal

adanya kelelahan atau kelemahan.

DO :

Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas

Perubahan ECG : aritmia, iskemia

Efek anestesi

Kelemahan

Intoleransi aktivitas

Intoleransi aktivitas

Page 7: Kista Uteri

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah

2. Risiko infeks berhubungan dengan insisi bedah

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

J. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa kep Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1 Nyeri akut

berhubungan

dengan insisi

bedah

Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama 2 x 24 jam. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

Tanda vital dalam rentang normal

1.Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi2.Kurangi faktor presipitasi nyeri3.Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin4.Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...

2 Risiko infeksi

berhubungan

dengan insisi

bedah

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam. pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil: Klien bebas dari tanda dan

gejala infeksi Menunjukkan kemampuan

untuk mencegah timbulnya infeksi

Jumlah leukosit dalam batas normal

1.Pertahankan teknik aseptif2.Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan3.Berikan terapi antibiotik:.................................4.Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

3 Intoleransi

aktivitas

berhubungan

dengan

kelemahan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas

fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,

1.Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan2.Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat3.Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan

Page 8: Kista Uteri

nadi dan RR Mampu melakukan aktivitas

sehari hari (ADLs) secara mandiri

4.Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)

DAFTAR PUSTAKA

Heather, Herdman T. 2011. Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-

2014. Jakarta: EGC

Hikmawati, kitri. 2006. Diagnosa keperawatan. Poerwokerto: FKIK UNSOED

Nanda Internasional.2012.Diagnosis Keperawatan 2012-2014. EGC : Jakarta.

Manuaba. 2008. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana.

Jakarta: EGC

Prawirohardjo, sarwono. 1999. Ilmu kandungan. Jakarta: yayasan bina pustaka

Page 9: Kista Uteri

ASUHAN KEPERAWATAN

I. IDENTITAS

a. Identitas pasien

Nama : Ny. R

Umur : 47 tahun

Jenis kelamin : P

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Suku bangsa : Jawa

Tanggal MRS : 10 desember 2015

Tanggal pengkajian : 11 desember 2015

Diagnosa medis : kista uteri

No medrek : 267890

Alamat : kerangkeng

b. Identitas penanggung jawab

Nama : Tn. I

Umur : 23 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Page 10: Kista Uteri

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : karangampel

Hubungan keluarga : adik

II. KELUHAN UTAMA

Pasien mengatakan nyeri pada luka operasi

III. RIWAYAT KESEHATAN

a. Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan ini dirasakan setelah dioperasi sejak tanggal 10 desember

2015 yang sifatnya hilang timbul seperti teriris berlokasi di daerah

abdomen disebabkan oleh luka sayatan operasi. Keluhan dirasakan

berkurang apabila minum obat dan istirahat. Skala nyeri 7. Keluhan

lain yang menyertai pusing, pasien tidak dapat melakukan aktivitas

sehari-hari (makan, minum, mandi, berpakaian, jalan-jalan).

b. Riwayat kesehatan dahulu

1. Klien tidak pernah menderita penyakit yang sama.

2. Klien tidak pernah dioperasi, tidak ada riwayat diopnama

3. Tidak ada riwayat alergi terhadap obat-obatan dan makanan.

4. Klien tidak pernah ditransfusi.

5. Klien tidak mempunyai kebiasaan minum minuman beralkohol.

6. Klien tidak merokok.

7. Tidak ada riwayat ketergantungan obat/zat lain.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti

yang dialami oleh klien

d. Riwayat obstetrik

Riwayat menarche

Menarche pada usia 16 tahun, siklus 28 hari teratur ada

dismenore.

Riwayat kehamilan

Anak ke 1 lahir pada tahun 1991, JK perempuan, persalinan

normal di bidan.

Page 11: Kista Uteri

Riwayat kontrasepsi

Menggunakan kb suntik per 3 bulan.

IV. DATA BIOLOGIS

No ADL Sebelum sakit Saat sakit

1 Nutrisi: Makan

Jenis

Keluhan

Minum

Frekuensi

3x/ hari

Lauk pauk

Tidak ada

6-8 gelas/ hari

3x/ hari

Lauk pauk

Tidak ada

6-8 gelas/ hari

2 Eliminasi : BAK

Keluhan

BAB

Keluhan

4- 5 x/hari

Tidak ada

1x/hari

Tidak ada

4- 5 x/hari

Tidak ada

1x/hari

Tidak ada

3 Istirahat/tidur

Keluhan

8-9 jam/ hari

Tidak ada

6-87 jam/ hari

Nyeri

4 Personal hygiene

Mandi

Gosok gigi

Ganti baju

2x/hari

2x/hari

2x/hari

2x/hari

2x/hari

2x/hari

V. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status kesehatan

a. Keadaan umum : lemah

b. Penampilan : cukup rapih

c. Kesadaran : compos mentis E4V5M5

d. Vital sign : TD : 120/70 mmhg N: 89 x/m R: 19x/m S: 36,9oC

e. BB : 65 kg

2. Kepala : mesochepal

a. Rambut : terlihat bersih, tidak ada hematoma, tidak ada lesi, tidak

ada nyeri tekan.

Page 12: Kista Uteri

b. Mata : simetris, konjuntiva anikterik, sklera aninemis, reflek

cahaya baik, tidak ada nyeri tekan, wajah meringis.

c. Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung. Tidak ada

nyeri tekan.

d. Mulut : simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis.

e. Telinga : simetris, pendengaran baik, tidak ada nyeri tekan.

f. Leher : tidak ada peningkatan jvp, tidak ada pembesaran kelenjar

tiroid, reflek menelan baik.

3. Dada

Inspeksi : simetris, ekspansi dada simetris

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : terdengar resonan disemua lapang paru

Aukultasi : bunyi jantung S1 S2 reguler

4. Abdomen

Inspeksi : simetris, luka operasi 10 cm, luka masih basah.

Aukultasi : bising usus tidak terdengar

Palpasi : tidak ada pembesaran hepar

Perkusi : terdengar bunyi tympani dikuadran II, dullnes dikuadran I,

III, IV.

5. Ekstremitas

Atas : 5|5 crt< 2 detik bawah : 5|5 crt< 2 detik

VI. PEMERIKSAAN PENUNJAN

No Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal interpretasi

1

10 12 2015

Hemoglobin

Leukosit

Eritrosit

Hematokrit

Trombosit

11,01 g/dl

7200/ mm

3,2 juta n/l

35 %

192.000/mm

13-17 g/dl

4000 – 10.000/mm

4,4 – 6 juta/nl

40 – 54 %

150.000 – 450.000/mm

N

N

Page 13: Kista Uteri

VII. TERAPI

NO Jenis obat Terapi Pemberian Indikasi

1

2

3

4

Cefotaxim

Ranitidin

Keterolak

Ringer laktat

3x1

3x1

2x1

4x 500

Iv

Iv

Iv

iv

Antibiotik

Antiemetik

Analgesik

Elektrolit

VIII. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 Ds : pasien mengatakan nyeri pd luka operasiDo : meringisSkala nyeri 7TD : 120/70 mmhg N: 89 x/m R: 19x/m S: 36,9oC

Insisi bedah

Terputusnya kontinuitas

jaringan kulit

Nyeri akut

Nyeri akut

2 Ds : pasien mengatakan nyeri pd luka operasiDo : luka operasi 10 cmLuka masih basah

Insisi bedah

Invasi kuman patogen

Risiko infeksi

Risiko infeksi

3 Ds : pasien mengatakan lemahDo :TD : ekstremitasatas 5|5bawah 5|5adl dibantu

Efek anestesi

Kelemahan

Intoleransi aktivitas

Intoleransi aktivitas

IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah

Page 14: Kista Uteri

2. Risiko infeks berhubungan dengan insisi bedah

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

X. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa kep Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1 Nyeri akut

berhubungan

dengan insisi

bedah

Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama 2 x 24 jam. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

Tanda vital dalam rentang normal

1.Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi2.Kurangi faktor presipitasi nyeri3.Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin4.Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...

2 Risiko infeksi

berhubungan

dengan insisi

bedah

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam. pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil: Klien bebas dari tanda dan

gejala infeksi Menunjukkan kemampuan

untuk mencegah timbulnya infeksi

Jumlah leukosit dalam batas normal

1.Pertahankan teknik aseptif2.Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan3.Berikan terapi antibiotik:.................................4.Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

3 Intoleransi

aktivitas

berhubungan

dengan

kelemahan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas

fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

1.Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan2.Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat3.Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan4.Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)

XI. IMPLEMENTASI

Page 15: Kista Uteri

No DX TGL/waktu Implementasi Respon Paraf

1 I 11/12/15 1.melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi2.mengurangi faktor presipitasi nyeri3.mengjarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin4.memberikan analgetik untuk

mengurangi nyeri : keterolak

2 II 1.Mempertahankan teknik aseptif2.mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan3.memberikan terapi antibiotik: cefotaxim4.memonitor tanda dan gejala infeksi

sistemik dan lokal

3 III 1.menkaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan2.memonitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat3.memonitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan4.memonitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)

XII. CATATAN PERKEMBANGAN

No DX TGL/Jam Evaluasi tanda tangan

1 I 12.12.15/

15.00wib

S : Pasien mengatakan nyeri berkurang

O : skala nyeri 5

TD: 120/80 N: 85 x/m R: 97 x/m S: 36,8 oC

A : masalah belum teratasi

P : intervensi lanjutkan 1,2,34

Page 16: Kista Uteri

II S: pasien mengatakan nyeri berkurang

O : luka masih basah

TD: 120/80 N: 85 x/m R: 97 x/m S: 36,8 oC

A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan

III S : pasien mengatakan sudah bisa miring kanan dan

kiri

O : TD: 120/80 N: 85 x/m R: 97 x/m S: 36,8 oC

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi