king-royalsff.doc

Upload: fingers-golden

Post on 02-Mar-2016

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kalau Niken memang yang terbaik dari semua orang, Hanbin memulai, menyipitkan mata memandang gadis yang tengah menyapa seekor kucing dibawah sana, kenapa Anda membiarkan dia menjadi perantara antara kita dan Royal?Oh, Hyun Suk terdiam sebentar, pria itu tak tahu harus jawab pertanyaan Hanbin dengan jawaban yang mana. Pasalnya dia sendiri juga sering menanyakan hal itu pada Niken dan selalu ribuan jawaban mengiringi ratusan pertanyaan.

Dia ingin sekali mati katanya, jawab Hyun Suk menerima kerutan kening yang dalam dari Hanbin. Wajah pemuda itu mengatakan apa-yang-baru-Anda-katakan tanpa malu-malu. Jadi setelahnya, Hanbin ber-meh! dan menatap gadis itu lagi. Jawaban macam apa itu!

Kau tak perlu marah. Masih banyak jawaban lain tapi jawaban itu presentasenya lebih banyak keluar. Anggap saja itu jawabannya.

Tapi ada saya atau Jinwoon hyung yang bisa Anda andalkan! Tak bisakah Anda membuatnya berpikir sekali lagi?

Oh, Hanbin, kata Hyun Suk menepuk punggungnya beberapa kali lalu beralih dari jendela, subjek yang mereka bicarakan sudah pergi naik bis lima menit yang lalu, akan sangat percuma aku meminta batu untuk meloncat. Jadi lupakan saja Kau menghawatirkannya?

Sangat.

Kau menyukainya? Kau menyukai anak perempuanku?

Pertanyaan sekaligus pernyataan terakhir itu membuat si hidung besar terkejut, ia menggigit bibirnya sendiri dan merenung sebentar. Tawa kecil dari Hyun Suk yang sudah duduk di sofanya itu hanya jadi angin lalu untuk Hanbin. Apa dia menyukai Niken? Begitu?

Apa jika saya menjawab iya, anda akan membunuh saya karena kelancangan saya menyukainya? kata Hanbin menoleh pada Hyun Suk. Pria itu berhenti tertawa, memandang Hanbin dulu sebentar dan tersenyum kebapakan.

Hanbin, kau dan yang lain adalah anak lelakiku yang kubanggakan. Tentu saja kau boleh menyukai siapapun termasuk Niken,

Ah Tapi saya tak yakin dia menyukai saya.

Nah. Itu yang kutakutkan. Aku tak ingin melihat anak-anakku bersedih hanya karena masalah cinta begitu. Itu akan sangat merugikan dan membahayakan, Hanbin.

Bagaimana Presiden itu memanggil para anak buah kepercayaannya dengan sebutan anak membuat gelenyar rasa hangat di dada. Hanbin tak satu dua kali bergabung dengan para underground, tapi ia tak menyesal terdampar disini bersama yang lain. Hyun Suk sajangnim sudah menikah, istrinya bahkan tahu tentang organisasi hitam yang suaminya kerjakan. Anak-anak asli Hyun Suk yang belum menginjak sekolah dasar itu bermain dengan anak-anak Hyun Suk yang lain tanpa takut, asal dengan syarat anak-anak itu tak boleh memperlihatkan senjata, perlakuan yang kasar dan tak sepantasnya untuk anak kecil.

Menurut Hyun Suk, akan tiba saatnya nanti gadis-gadis mungil itu mengerti.

Ooak-royalsHalo, kita bertemu lagi.

Suara ringan Niken itu membuat tujuh orang yang baru masuk ke ruang rapat tertegun sebentar, gadis berkuncir pendek yang tengah duduk di kursi paling ujung meja oval itu nampak tersenyum seperti menyambut teman-teman dari kelas sebelah. Kupikir kami telah berkata bahwa kesepakatan kita telah berjalan? tanya Jin pelan, ia tak mengindahkan larangan Namjoon untuk mendekati gadis abu-abu itu. Tak seperti wajah tegang dari lainnya, Niken dan Jin saling melempar senyum dan berjabat tangan.

Oh, tentu! Tentu! Saya kemari hanya ingin memberi tahu sesuatu Maafkan saya, Mr Kim, lancangnya saya duduk di kursi Anda. Senyum Niken tak pernah putus, ia lalu berdiri dan mempersilahkan Jin untuk duduk di tempat dia duduk tadi. Merasa aneh, gadis itu melempar pandangan pada sisa orang di ujung ruangan.

Silahkan duduk! Kenapa Anda sekalian kelihatan tegang begitu? Saya hanya akan menyampaikan beberapa pesan dari Sajangnim! Silahkan duduk! suaranya naik beberapa oktaf tanda sangat bahagia. Berbagi pandangan curiga dengan yang lain, Namjoon mengawali langkah diikuti Yoongi dan Taehyung untuk duduk bersama dengan para pendampingnya masing-masing.

Jin tersenyum lembut dan samar ketika si gadis melewatinya dan berbisik sendiri, Manisnya yang punya pasangan.Nah, tuan-tuan sekalian! Selamat pagi! Maaf menganggu rapat kalian yang akan berjalan. Sebenarnya saya sudah bilang pada sajangnim bahwa Anda sekalian takkan melupakan perjanjian kami karena saya berkata pada beliau kalau Anda adalah orang-orang yang berintelek tinggi, Niken tersenyum, jadi Yah. Langsung saja pada intinya. Tenang Mr Min, saya tahu Anda adalah orang yang tak sabaran jadi saya akan berusaha untuk cepat.Seperti yang Anda sekalian tahu bahwa kesepakatan kami untuk mengcover segala aktifitas rahasia kalian. Tapi Sajangnim kemarin terganggu sekali karena jaringan internet di kantor kami bermasalah, Niken melontarkan senyuman penuh arti pada Taehyung yang mulai menegang di sekujur tubuhnya, jadi kami harap Anda sekalian tak melanggar batas apa-apa saja yang sudah kami gambarkan. Seperti misalnya berusaha untuk membaca file-file rahasia milik kami.

Itu adalah pengamanan dasar, gadis kecil, Yoongi menumpukan dagu di atas meja malas-malasan, tak ada yang tahu suatu hari nanti kalian bisa menghianati kami.

Oh! Begitu? kata Niken seperti terkejut, kedua alisnya terangkat dan bola mata bergerak berkeliling, tapi daripada harus menyadap seperti itu, akan lebih baik jika Anda sekalian bertamu dan bertemu sajangnim daripada harus Apa ya namanya itu? Ah! Iya. Mencuri.

Ooak-royals Dan saya juga ingin mengatakan sesuatu.

Oh. Silahkan! Apa ada masalah dengan kontraknya?O-oh Bukan masalah itu!

Jin terdiam sebentar, ia lalu berdehem,

Saya Saya ingin menikah. Katanya, sajangnim mengerutkan kening tak mengerti apa maksud pemuda di depannya ini. Jadi ia hanya tertawa gugup dan berkata,

Kalau kau ingin menikah, carilah wanita yang pantas Apa ini sebuah undangan?

T-tidak! Maksud saya Saya ingin menikahi Menikahi anak perempuan Anda.

TIDAK! Astaga, Mr Kim! Anak perempuan saya masih sangat kecil! Anda bukan seorang pedofil kan?!

Tidak, tidak, tuan Yang. Bukan itu maksudnya. Tapi tapi.. Anak perempuan anda.

Sajangnim menoleh pada deretan anak-anak perempuan di belakangnya. Dilihat dari wajahnya memang tak ada yang menyukai kalimat tersebut.

Oke Saya lihat dulu. Siapa?

D-dia tak ada disini.

Hening sebentar. Hayi lalu berkata dengan nada pelan dan terkejut.

Dia ingin menikahi Niken?

Ooak-royalsAku tidak mau! Hanbin! Hanbin tolong aku! Aku tak mau menikah! Hanbiiin!!

Niken berkata dengan paniknya, menggoyang-goyangkan lengan Hanbin yang menatap sajangnim dengan wajah terkejut. Sementara pria paruh baya itu hanya tersenyum sedih seperti meminta maaf pada si pemuda. Hanbin dengan kakunya menoleh, memandang Niken yang masih berisik tak ingin menikah dengan Mr Kim. Hanbin! Kumohon! Tolong aku! Aku tak ingin menikahinya! Aku tak ingin menikah dengan Mr Kim! Ha

Kalau aku memintamu untuk menikahinya, kata Hanbin mencengkeram pergelangan tangan Niken yang menatapnya penuh-penuh dan khawatir, apa kau akan menikahinya?

Gadis itu terdiam sebentar, ia memandang Hanbin tak dengan wajah benar-benar tak karuan lalu menoleh pada sajangnim. Pria paruh baya itu tak menunjukkan kode atau ekspresi apa-apa selain senyum yang sedari tadi masih menempel di wajahnya.

Niken?

Hanbin, katanya pelan, Niken memandang penuh-penuh mata yang memohon padanya. Tapi gadis itu tahu, Hanbin tak bersungguh-sungguh dengan ucapannya barusan. Ia hanya butuh Hanbin berkata kalau pemuda itu mencintainya, dan Niken akan mengatakan tidak untuk pernikahannya dengan Mr Kim.

Ooak-royalsAku Aku tak ingin menikahinya, Hanbin.

Ucapan itu kembali muncul, baru kali ini terlihat wajah Niken seperti akan menangis keras-keras. Hanbin hanya mengelus kepalanya pelan, ia juga tak ingin Niken untuk pergi menikah dengan orang yang belum jelas macam Kim Seok Jin itu.

Niken

Hanbin! Kumohon! Niken lalu tiba-tiba menggenggam kedua tangannya, kalau kau berkata kau mencintaiku, aku akan membatalkan semuanya. Hanbin! Aku menyukaimu, aku juga mungkin mencintaimu! Kumohon, Hanbin. Berkatalah kalau kau menyukaiku dan ayo kita batalkan pernikahan itu dengan pernikahan kita! Hanbin!

Pernyataan Niken dalam kalimat panjang itu seperti petir untuk Hanbin. Ia menyukainya? Tapi kenapa baru sekarang gadis ini berkata padanya? Jadi Hanbin tak ingin terlalu percaya pada ucapan Niken meskipun setengah dari hatinya senang ternyata bukan hanya ia saja yang merasakan cinta yang terungkap ini.

Tidak Ia tak bisa percaya padanya. Tak ada yang tahu Niken benar-benar mengatakannya, atau dia hanya ingin lari dari kenyataan bahwa ia harus menikah.

Niken, Hanbin memegang lembut kedua sisi wajah si gadis, maaf Tapi aku tak bisa mengatakannya.

Ooak-royalsIni yang terakhir Hanbin. Kata Niken pelan, membuka tudungnya dibantu oleh Hanbin, gadis itu menatapnya dalam-dalam.

Kumohon Berkatalah kau mencintaiku.

Tak ada jawaban dari Hanbin, ia hanya mengecup pipi Niken singkat dan lalu menutup kerudung pengantin si gadis itu lagi sambil berbisik.

Semoga bahagia. Selamat menempuh hidup yang baru.

Ooak-royalsDia gila

Empat puluh delapan jam sebelum pemberkatan pernikahan Yoongi mengumpat-umpat dan berkata kalau Jin sudah gila. Menikahi anak abu-abu itu seperti bunuh diri! Lagipula kenapa harus menikah? Apa tak ada cara lain jika memang Jin harus menyukai anak itu?

Kenapa dengan pernikahan? Itu bagus kan? tanya Jimin mencari-cari jas yang pantas untuknya dan Yoongi, meskipun terlihat dari luar semua sama saja.

Bagaimana jika kita dikhianati? Bagaimana jika ini hanya trik dari mereka? Ba

Jangan terlalu mikir banyak, Orang Tua, dan Jimin mengecup bibirnya, cepat pilih jasmu dan aku bisa cepat pergi. Aku lapar dan jas-jas ini nggak kelihatan begitu enak.

Ooak-royalsSementara suaminya masih mandi, Niken menggulingkan diri di tempat tidur king size ini. Salah satu hotel berada di daerah Kim Coorporation memang menjadi pilihan yang bagus untuk menginap. Sekalian melihat kondisi kantor (oh, Niken tak mengerti kenapa orang-orang ini begitu sayangnya pada gedung penuh kaca itu), Jin bisa sekalian mengenal atau mengenal lebih banyak seorang Niken.

Kau tak mandi? sebuah sentuhan hangat menyentuh kepalanya ketika mata Niken sudah berangsur-angsur untuk menutup.

Ia cepat-cepat membuka mata dan mendapatkan seorang Jin dengan uap air hangat yang sedikit terlihat dan kulit lembab hanya memakain bathrobe tengah duduk tepat di sebelahnya berbaring melintang tempat tidur. Kalau dilihat-dilihat jadinya Niken mungil sekali di kotak persegi panjang beralas empuk itu. Tidak. Aku lelah sekali bahkan untuk berjalan saja malas, kata Niken kembali akan menutup mata, Jin terkekeh pelan sambil mengusap pipi hangat itu dengan sayang. Tapi gadis itu tiba-tiba membuka mata lagi dan duduk pelan-pelan, berhadapan dengan Jin yang menatapnya ingin tahu.

Mr Kim

Its Jin for you, katanya memotong, jangan panggil aku dengan sebutan formal itu lagi. Cukup Jin. Kalau kau mau menambahkan oppa, silahkan. Aku tak keberatan.

Kini ganti Niken yang terkikik, saat menatap wajah Jin setengah dari otaknya masih tak percaya kalau orang di depannya ini adalah suaminya sekarang. Well, husband. Bukan kekasih atau teman tapi dekat semacam itu. Suami. Dengan cincin di jari mereka masing-masing. Jin. Aku mau tanya sesuatu, katanya. Jin hanya mengangguk sambil meraup jemari Niken yang bermain selimut tebal, kenapa Kenapa kau menikah denganku?

Jin terdiam sebentar, ia menghembuskan nafas dan menatap Niken dengan senyum yang lembut. Gadis itu merasakan panas di sekitar pipinya.

Aku menyukaimu. Hanya itu. Aku jatuh cinta padamu, dan aku tak ingin kehilanganmu. Simpel bukan? katanya, bagaimana denganmu? Ku dengar, kau menyukai Hanbin?

Ah, Niken lupa. Orang ini setengah manusia setengah setan. Matanya melihat apapun yang ia mau dan telinganya berada di setiap dinding. Harusnya ia tahu berurusan dengan seorang mafia berkedok CEO itu akan sangat menjengkelkan. Bahkan ia berpikir akan meninggalkannya mungkin hanya angan-angan belaka. Ya Itu memang benar. Tak ada yang salah, kata Niken, sementara raut wajah Jin tak banyak berubah, hanya ia menjadi lebih fokus pada jemari-jemari di tangannya, aku berkata padanya jika dia berkata dia mencintaiku maka aku akan membatalkan semuanya. Tapi kenyataannya Tidak.

Saat Niken menggidikkan bahunya, Jin memandangnya penuh-penuh. Merasa bersalah, gadis itu lalu mendesah frustasi dan menarik tangannnya, mendekapkannya di depan dada. Ia meminta maaf telah menghancurkan mood mereka. Jadi, Jin lalu beringsut mendekat dan meraih satu pipi Niken, mencium keningnya pelan.

Tak apa. Kau menjawab pertanyaanku dengan jujur. Terimakasih. Katanya. Niken menarik satu sudut bibirnya. Tak lama kemudian, ia dengan berani mengecup bibir pria tersebut. Saat Jin menaikkan kedua alis terkejut ketika Niken sudah melepaskan bibirnya, gadis itu tertawa lebar.

Itu ciuman pertamaku. Berbahagialah karena suamiku yang mendapatkannya! kata Niken. Jin terkekeh sebentar, dengan berhati-hati ia menarik dagu gadis itu dan membawanya mendekat.

Belum pernah ciuman kalau begitu?

Nope.

Nah, bagus, bisik Jin tepat di atas bibir Niken, aku akan mengajarimu segalanya malam ini.

Tak ada kata yang tertukar lagi, kedua bibir itu sibuk merasakan satu dengan yang lain.

Ooak-royalsAku tak tahu kalau ruang rapat ini akan jadi tempat bermain untukmu, Niken.

Suara berat yang familiar itu terdengar ketika Niken masih sibuk melihat ke layar proyektor, melihat-lihat file rapat yang kemarin sudah dibahas. Jin membuat banyak sekali rapat, perencanaan dan lain-lain. Belum ada hasil untuk rapat kemarin jadi Niken masih senang memandangi peta Seoul yang bergerak-gerak itu.

Gadis itu menoleh dan hanya tersenyum, kembali fokus lagi pada titik-titik merah yang bergerak.

Kau datang lima menit lebih awal, kalau misalkan nanti kau tepat waktu, aku sudah tak ada disini. Ujarnya enteng, memindah gambar dengan melambaikan tangannya kecil di depan layar. Kali ini berbeda, tertera beberapa nama dengan foto yang diambil dari milik kepolisian. Niken berbalik dan menatap Namjoon yang sudah ambil tempat duduk di sisi lain meja. Seperti dua kutub bumi dengan Jin sebagai antaranya.

Kau tak datang ke pernikahan kami, Niken memulai, tanpa tedeng aling-aling. Awalnya gadis yang juga duduk itu memandang ke luar jendela, ia lalu perlahan mengalihkannya pada Namjoon yang masih menatapnya, Jungkook berkata kau punya banyak hal yang harus dilakukan.

Yah, semacam itu. Kata Namjoon berkata tak acuh, selamat atas pernikahan kalian.

Sudah lima hari berlalu, Namjoon. Kata Niken menembaknya, satu sudut bibirnya terangkat, Jin mencari-carimu, kau tahu?

Namjoon lalu memusatkan kedua bola matanya pada gadis yang tengah tersenyum entah apa maksudnya di sana. Mendesah pelan, Niken memainkan pena di atas meja. Itu milik Jin yang tertinggal. Aku tahu semuanya tentang kalian. Awal bertemu, saat kalian bersama, Niken menggantung kalimatnya, kembali melihat wajah yang mulai menampakkan perubahan aura itu.

Jungkook bukan pilihan yang bagus untuk menjadi seorang pelarian

Tak usah membawa-bawa Jungkook dan dia bukan pelarianku! sentak Namjoon tak suka. Maka gadis itu mengangkat satu alis dan mengangguk paham, sementara pandangannya tetap pada pena di antara jemarinya. Dengan berhati-hati, Niken merayapkan pandangannya pada meja lalu menuju wajah marah di seberang sana.

Why you leave him, then?

Itu bukan urusanmu! kembali Namjoon menghardiknya. Niken menghembuskan nafas pasrah dan menghempaskan diri di punggung kursi.

Aku tahu kau masih mencintainya, Kim Namjoon, kata Niken. Pandangannya menghakimi pada pemuda itu, kau tak bisa berbohong padaku.

Hening sebentar. Niken membiarkan Namjoon larut dalam pikirannya sementara gadis itu mencari-cari topik lain yang bisa jadi bahan penutup sebelum lima menit kesempatannya duduk di ruangan ini habis.

Ive never imagine that hes becoming bottom with you, itu terucap saja, mengalir dari bibirnya. Namjoon mengangkat satu alis sementara Niken mematikan proyektor lalu berdiri untuk bersiap-siap pergi.

Because hes making me crazy on bed. Beast that you never imagine, kekehan Niken menjadi penutup untuk mereka sebelum gadis itu keluar melalui satu pintu khusus di dekat kursinya sementara seseorang mendorong pintu dimana Namjoon masuk sebelumnya.Ooak-royalsNiken duduk di halte yang sepi itu, tak ada siapapun kecuali angin berhembus pelan. Sudah ia biarkan dua atau tiga bus melewatkannya begitu saja, tanpa ada keinginan untuk melihat jadwal bus selanjutnya. Ada empat bus setelah ini yang bisa membawanya menuju pinggiran kota atau luar kota.

Tapi gadis itu tak ingin pergi kemana pun.

Ia ingin menangis, sungguh, air mata sudah di pelupuk mata tapi tangan selalu menghapusnya duluan. Hatinya remuk redam, hancur menjadi debu. Bahkan meninggalkan suaminya sendiri di apartemen bukan keputusan yang tepat.

Pergilah, kata Jin, tapi senyumnya menambah sakit di hati, tapi kau tahu kau bisa kembali ke pelukanku.

Niken menutup mata, menghirup dalam-dalam udara malam yang tak sehat di paru-paru itu. Ambil saja paru-parunya, dia hanya ingin keluarganya yang dulu kembali. Dia tak ingin begini, tak ada yang memeluknya seperti dulu lagi sekarang. Dia ingin dulu. Dia ingin kehidupannya yang lalu.

Suara bergesek dan duduk membuat Niken cepat-cepat membuka mata dan menoleh pelan-pelan. Setelah tahu siapa seseorang yang duduk di pojok sana, gadis itu mengalihkan pandangannya lagi ke jalan.

Aku tak tahu kau mengambil bus, Namjoon, kata Niken pada pemuda rambut perak itu, sudut bibirnya tertarik satu ke atas.

Lebih baik begitu daripada terang-terangan tak menghiraukan bus yang lewat, Ken-nie, ujarnya.

Ken-nie, panggilan kesayangan Jin itu sepertinya sudah menyebar ke kalangan Royals.

Terdiam sebentar.

Kau mau apa, Namjoon? kata Niken pelan, Namjoon juga begitu, butuh beberapa menit untuknya buka suara dan menjawab pertanyaan simpel Niken.

Bisakah kau melepaskan Jin untukku?

Hening lagi.

Bisakah kau mengembalikan Hanbin dan Chaerin dalam kehidupanku lagi?

Keduanya saling menoleh dan berpandangan. Seperti berkaca dengan orang berbeda, dua-duanya sama-sama terluka, sama-sama ditinggalkan. Tapi Niken sudah bersandar pada Jin, membiarkan pemuda itu mengobati lukanya, dan kalau dia pergi maka Niken tak tahu harus berjalan kemana lagi. Dia sudah menerima begitu banyak orang-orang baru dan belajar untuk hidup bersama mereka.

Yang sajangnim tak mengajarkannya bagaimana untuk berhenti mencintai seseorang.

Ooak-royalsJin sangat khawatir tapi ia sudah berjanji pada gadis kecilnya kalau dia tak akan menelfon satu pun bodyguard untuk menjemputnya. Tapi saat Namjoon berkata kalau dia bersama Niken di halte sekarang, ada perasaan lega tersirat di dadanya.

Meskipun rasa takut masih menghantui, Namjoon bersamanya. Itu bukan berita yang cukup bagus.

Pemuda rambut perak itu bisa melakukan apa saja dan Niken dalam titik lemahnya sekarang. Jin mencengkeram leher gelasnya erat-erat, melihat gadisnya menangis seharian dan berita kematian dari keluarganya itu bukan pemandangan yang indah. Ia sudah berjanji untuk menangkap dan menemukan siapa pembunuh keji itu.

Sebuah ketuka, bukan bel, terdengar lirih di telinga Jin. Tergopoh-gopoh ia berdiri dan berjalan untuk pintu. Hujan memang masih gerimis di luar, tapi gadis di balik pintu itu sudah basah dan air matanya masih mengalir. Jin memeluknya, tak mengindahkan rasa dingin yang terpancar darinya, membiarkan hangat tubuhnya. Segera ia menggeretnya masuk, cepat-cepat menutup pintu seperti takut Niken akan pergi lagi kalau dia terlambat menutup pintu barang setengah menit saja. Tak ada kata yang terucap. Jin melepaskan jaket Niken dan menyuruh anak itu untuk duduk.

Ooak-royalsJin membuka pintu dan tersenyum manis, melihat pemuda dengan mata lebar seperti rusa berdiri di depan apartemennya. Jinwoo hyung. Sapanya. Jinwoo tersenyum dan melangkah masuk ketika Jin mempersilahkannya.

Selamat malam, Jin. Sementara Jinwoo memperhatikan sekitar, Jin masih dengan senyumnya menyapa seorang lagi pemuda tanpa senyum dan ekspresi di belakang Jinwoo.

Selamat malam, Taekwoon. Disapa begitu, hanya mengangguk pelan.

Jadi Dimana Niken? tanya Jinwoo saat mereka melangkah lebih masuk.

Di perpustakaan. Hyung mau kuantar? tawar Jin. Jinwoo tersenyum mengangguk, ia lalu meminta Taekwoon menunggunya di ruang tamu. Saat berjalan bersama dari ruang tamu ke perpustakaan yang agak tersembunyi disudut apartemen, Jin bertukar cerita dengan Jinwoo.

Apa kabar, hyung? tanyanya. Jinwoo, dengan senyum manis dan mata yang lebar, menjawabnya dengan nada lelah.

Baik. Aku baik. Tapi tidak dengan yang lain. Hanbin dan Chaerin, mereka adalah orang-orang yang baik. Katanya. Jin menangkap ada nada sedih di sela senyuman itu, jadi Jin tak mengatakan apapun lagi selain lewat sini, hyung dan ini dia ruangannya.

Tepat seperti dugaannya, Niken berada di salah satu tangga dan duduk disana, membaca buku dari rak yang paling tinggi. Jadi ketika Jinwoo melihatnya, Jin berkata jangan mengagetkannya. Maka Jinwoo memanggilnya tepat dari bawah tangga, membiarkan Niken terkejut sebentar lalu turun dengan teriakan hati-hati! dari Jin. Gadis itu lalu memeluk Jinwoo tepat dari anak tangga kedua, membuat pemuda yang lebih tua tersebut mundur dua langkah tapi memeluk Niken tanpa ada niatan untuk melepasnya.

Tanpa suara, Jin meninggalkan kedua anggota keluarga yang lama tak bertemu itu. Dengan pelan, muncul di ruang tamu dan melihat Taekwoon memperhatikan sesuatu dari jendelanya yang besar. Suara gesekan jemari Jin di atas sofa membuat atensi Taekwoon menoleh. Salah satu guard keluarga Yang itu memang tak main-main, bahkan mungkin sebenarnya Taekwoon sudah tahu Jin memasuki ruang tamu hanya dari desahan nafasnya?

Sudah lama aku tak melihatmu, Taekwoon. Kata Jin melangkah mendekati bar untuk mengambil sebotol Wine. Taekwoon yang dasarnya memang tak punya ekspresi, tersenyum sedikit sembari mengikuti Jin duduk di salah satu kursi mini bar.

Setelah pernikahanmu juga aku tak pernah melihatmu, Jin. Kata Taekwoon, menerima segelas Wine putih milik Jin.

Saling menyurungkan gelas, keduanya menegak wine di gelasnya masing-masing dalam diam.