kinerja keuangan buruk peringkat kesehatan fiskal dan...

1

Upload: dinhtu

Post on 02-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

4 M A K R O E K O N O M I Senin, 28 Maret 2016

DAERAH OTONOMI BARU

Kinerja Keuangan Buruk

DANA PERTAHANAN ENERGI

Sumber Dari APBN

Dana Penelitian Minim Dukungan

Kurniawan A. [email protected]

Boediarso Teguh Widodo, Dirjen Perimbangan Keuangan Kemenkeu membeberkan dari 75 daerah oto-nomi baru (DOB) yang terbentuk setelah 2007, hanya satu daerah yang memperoleh peringkat baik di level I (grade BB+) dan layak mendapat dana insentif daerah (DID).

“Ini menunjukkan masih banyak DOB yang secara finansial belum menunjukkan performa baik, terma-suk dalam hal penyerapan anggaran,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (25/3).

Mayoritas DOB hanya mendapat peringkat cukup (grade CC+/CC-). Bahkan, ada pula yang masih berada di level kurang (grade DD+/DD-). (lihat tabel)

Pemeringkatan ini dilakukan lewat pertimbangan kriteria kinerja keu-angan, pencapaian output layanan publik, dan kinerja outcome pereko-

nomian. Melihat performa tersebut, otoritas

fiskal sangat mendukung adanya konsep daerah persiapan sebelum ditetapkannya sebuah DOB. Langkah ini dilakukan agar setiap daerah yang sudah dipastikan sebagai daerah oto-nom layak dan teruji.

Seperti diberitakan sebelumnya (Bisnis, 24/3), Kemendagri telah menerima sekitar 199 usulan DOB di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Sejalan dengan itu, ada usulan pemekaran hingga sekitar 2.000 desa.

Penambahan jumlah daerah atau DOB akan berpengaruh terhadap fungsi pemerataan DAU karena menurunnya alokasi riil dana transfer itu bagi daerah lain yang tersebar secara proporsional kepada seluruh daerah di Tanah Air.

Selain itu, beban APBN lewat alo kasi DAK bidang prasarana pe -merintahan akan meningkat. Apalagi, adanya pemekaran daerah pada gilir-annya akan mengakibatkan naiknya

alokasi dana ke daerah untuk menda-nai urusan pemerintahan yang men -jadi kewenangan pemerintah pu sat.

Kondisi ini pada gilirannya akan memicu kenaikan jumlah pegawai daerah dan belanja gaji PNSD, serta belanja operasional. Di samping itu, akan ada tambahan jumlah dae rah ter-tinggal (daerah induk tertinggal – DOB tertinggal).

“Ada pula kemungkinan terjadinya konflik batas wilayah daerah yang mengakibatkan kesulitan penetapan daerah penghasil SDA, dan tentunya DBH [dana bagi hasil] SDA,” imbuh-nya.

Terkait dengan usulan pemekaran desa, dia berujar langkah ini secara otomatis akan mengurangi porsi dana desa per daerah. Dengan demikian, upaya pencapaian dana desa Rp1 miliar per desa akan semakin berat.

Dalam roadmap penyaluran dana desa Kemenkeu, dengan jum lah desa yang ada saat ini, rata-rata per desa bisa mendapatkan alokasi dana desa sekitar Rp1,09 miliar pada tahun depan dan Rp1,51 miliar pada 2019.

Data Kemenkeu, ada tambahan sekitar 661 desa pada 2016 sehingga menjadi 74.754. Padahal, pada per-tengahan tahun lalu ada 74.093 desa yang menjadi basis perhitungan dana desa tahun ini.

Pasalnya, jika meli-hat kesiapan desa, baik dari segi SDM mau pun kelemba-gaan, masih ba nyak kendala pengelolaan dana desa yang sudah eksisting. “Apa lagi desa-desa yang masih re latif baru,” tegasnya.

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo membenarkan bahwa pe mekaran akan ber-dampak sig nifikan terhadap cetak biru pe nyaluran dana desa yang telah disusun, yaitu rerata setiap desa akan mendapatkan Rp1 miliar pada 2017 dan Rp1,4 miliar seta-hun berikutnya.

“Sudah pasti pemekaran akan mengganggu blueprint. Oleh karena itu kami akan me-review pemekaran desa secara detail,” ujarnya, Kamis (26/3).

Meski demikian, dia memberikan sinyal tidak akan serta merta menyetop pemekaran desa. Pihaknya akan meng-kaji beberapa aspek seperti jarak desa dengan fasilitas layanan publik.

Direktur Eksekutif Komite Pe -

mantauan Pelaksanaan Oto nomi Daerah (KPPOD) Robert Endi Jaweng menilai mayoritas dae rah hasil peme-karan tidak memberikan bukti nyata adanya percepatan dan akselerasi pertumbuhan ekonomi dan pening-katan pelayanan publik.

Dengan ketergantungan dana transfer, pembentukan DOB ha nya membebani fiskal. Oleh ka rena itu-lah, pihaknya berpendapat morato-

rium pemekaran daerah sekitar lima tahun menjadi salah satu kebijakan yang harus ditempuh saat ini.

Kepala Pusat Penerangan dan Informasi Kemendagri Dodi Riyadmadji mengatakan berdasarkan pengalaman di masa lalu, pemerin-tah daerah sering memekarkan desa secara tidak terkendali jika ada prog-ram penyaluran anggaran dari peme-rintah pusat.(M.G. Noviarizal Fernandez)

JAKARTA — Pemerintah akan mengaju-kan slot anggaran baru untuk dana ketahanan energi (DKE) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P).

Sumber dana dari APBN berbeda dengan skema yang diajukan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said pada akhir tahun lalu.

Kala itu, dia mengusulkan DKE berasal dari pungutan harga bahan bakar minyak (BBM). Artinya, masyarakat harus membayar harga BBM lebih mahal atau di atas harga pasar. Usulan Sudirman mendapatkan penolakan dari sejum-lah pihak. Akhirnya, pemerintah membatal-kan skema DKE dari pungutan harga BBM.

Menteri Koordinator Bidang Per eko nomian Darmin Nasution mengatakan Presiden Joko Widodo telah menyetujui usulan anggaran DKE dalam APBN-P. Namun, Darmin masih enggan membeberkan besaran anggaran DKE.

Dia hanya memberikan arahan DKE tidak akan berjumlah besar karena penerimaan negara sedang ketat. “Ini [DKE] sesuatu yang harus ada. Tidak perlu banyak kan mulai-

nya,” katanya di Kemenko Perekonomian, Kamis Malam (24/3).

Kementerian Keuangan tengah menyiap-kan detail pengajuan angggaran ini. Menurut Darmin, Indonesia perlu DKE untuk membia-yai cadangan strategis BBM mengingat perkem-bangan harga BBM tidak mudah diprediksi.

Saat ini Indonesia tidak memiliki cadang-an strategis BBM. Nusantara hanya punya cadangan operasional BBM yang berkisar 18 hari hingga 21 hari.

Kendati telah menentukan sumber dana ketahanan energi, pemerintah masih belum memiliki perencanaan pengelolaan dana yang kerap disebut oil fund ini. Darmin menggang-gap badan pengelola merupakan urusan teknis yang gampang penyelesaiannya.

Selain mengajukan DKE, pemerintah juga akan mengajukan pemotongan subsidi solar dalam pembahasan APBN-P bersama DPR. Dalam APBN 2016, subsidi solar berlaku tetap Rp1.000 per liter. Secara keseluruhan anggar-an subsidi solar dalam APBN 2016 mencapai Rp16 triliun. (Fauzul Muna)

JAKARTA — Tek -no lo gi menjadi dasar un tuk mempercepat tran sisi Indonesia ke per ekonomian maju ber pendapatan tinggi. Hal itu memerlukan dukungan pendanaan penelitian yang besar.

Eko Listianto, Eko -nom Development of Eco nomist and Finance (Indef), mengatakan du kungan penda naan pe nelitian di Indonesia ma sih sangat kecil, ha -nya 0,08% dari pro duk domestik bruto. Pa da -hal, negera berkembang lain telah mematok ang-garan 1%-3% untuk penelitian.

“Di Thailand, pene-litian bidang pertanian luar biasa. Penemuan jenis varietas beras dan buah. Anggaran research yang lebih banyak dapat memunculkan inovasi teknologi,” katanya di Jakarta, Minggu (27/3).

Penurunan ekono-mi global dan harga komoditas menyebab-kan ekpor Indonesia juga tergerus, terutama di sektor komoditas barang mentah. Untuk mencapai nilai tambah bagi produk sumber daya alam, dia menilai pemerintah bisa memu-lai dengan pengembang-an agroindustri.

Pengembangan itu se kaligus dapat me me -nuhi kebutuhan do -mestik. Agroindustri juga akan menyerap banyak tenaga kerja. Selanjutnya, dia menu-turkan industri kreatif menjadi peluang yang paling tinggi karena seluruh negara memi-liki peluang yang sama untuk berkompetisi di kancah global. (Veronika

Yasinta)

JAKARTA — Komitmen moratorium pemekaran daerah harus kuat karena kesehatan fiskal dan penge-lolaan keuangan daerah otonomi baru yang terbentuk

setelah 2007 masih buruk.

AA-Kab. Buru Selatan BB+ Kab. Subulussalam BB Kab. Bengkulu TengahKab. MesujiKab. Lombok UtaraKab. Maluku Barat DayaKab. Tana Tidung BB-Kab. Pidie Jaya Kab. Batu BaraKab. Labuhanbatu SelatanKab. Bandung BaratKab. Kayong UtaraKab. Kubu RayaKab. Bolaang Mongondow TimurKab. SigiKab. Sumba TengahKota TualKab. Pulau MorotaiKota SerangKab. Tambrauw

CC+ Kab. Nias UtaraKab. Nias BaratKab. Gunung SitoliKab. Kep. MerantiKota Sungai PenuhKab. Empat LawangKab. PesawaranKab. PringsewuKab. Tulang Bawang BaratKota KotamobaguKab. Minahasa TenggaraKab. Bolaang Mongondow UtaraKab. Bolaang Mongondow SelatanKab. Buton UtaraKab. NagekeoKab. Sumba Barat DayaKab. Sabu RaijuaKab. PuncakKab. DogiyaiKota Tangerang SelatanKota Gorontalo Utara

cc Kab. Padang LawasKab. Padang Lawas UtaraKab. Toraja UtaraKab. Konawe UtaraKab. Manggarai TimurKab. Mamberamo RayaKab. YalimoKab. Lanny JayaKab. DeiyaiKab. Kepulauan Anambas

CC- Kab. Labuhanbatu UtaraKab. NdugaKab. Intan JayaKab. Maybrat DD+ Kab. Mamberamo Tengah DD-Kab. Kep. Sitaro N/A *)Kab. Penukal Abab lematang IlirKab. Musi Rawas UtaraKab. Pesisir BaratKab. PangandaranKab. Mahakam UluKab. Banggai LautKab. Morowali UtaraKab. Kolaka TimurKab. Konawe KepulauanKab. Muna BaratKab. Buton TengahKab. Buton Selatankab. MalakaKab. Pulau TaliabuKab. Manokwari SelatanKab. Pegunungan ArfakKab. Mamuju TengahProv. Kalimantan Utara

Peringkat Kesehatan Fiskal dan Keuangan Daerah DOB 2007-2014

Ket: *) N/A terjadi karena pemeringkatan kesehatan fiskal dan keuangan daerah dilakukan terhadap pemda yang telah tersedia tiga atau paling kurang dua indikator kerja, yakni indikator kesehatan fiskal dan pengelolaan daerah, indikator pelayanan dasar publik, dan indikator ekonomi dan kesejahteraan. Dengan demikian, DOB yang peringkatnya N/A artinya terhadap daerah tersebut tidak dilakukan penilaian karena data indikator kinerja tidak tersedia.

Sumber: Kemenkeu, 2016

BISNIS/HUSIN PARAPAT

Petugas meng-isi solar bersubsidi ke kapal yang bersandar di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, beberapa waktu lalu. Pemerintah akan mengajukan pemotong-an subsidi solar dalam pembahasan APBN-P. Secara keseluruhan anggaran subsidi solar dalam APBN 2016 mencapai Rp16 triliun.

Bisnis/Abdullah Azzam

PEMOTONGAN SUBSIDI SOLAR

pusdok
Typewritten Text
Bisnis Indonesia, Investor 28 Maret 2016