kinerja guru ditinjau dari kepemimpinan kepala sekolah dan ...eprints.ums.ac.id/46443/18/naskah...
TRANSCRIPT
KINERJA GURU DITINJAU DARI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
DAN FAKTOR KONTEKSTUAL DI SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI
TAHUN 2016
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada
Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
BAMBANG WASITO AJI
A 210 120 068
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
iii
iii
iii
1
KINERJA GURU DITINJAU DARI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN FAKTOR KONTEKSTUAL DI SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI
TAHUN 2016
Bambang Wasito Aji, A210120068, Program Studi Pendidikan Akuntansi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru, 2) Pengaruh faktor kontekstual terhadap kinerja guru , 3) Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan faktor kontekstual terhadap kinerja guru. Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan penarikan kesimpulan melalui metode statistik. Hasil analisis regresi memperoleh persamaan regresi: Y = 26,140 + 0,853X1 + 1,659X2 . Persamaan menunjukkan bahwa Kinerja guru dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah dan faktor kontekstual. Kesimpulan yang diambil adalah: 1) Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Hal ini berdasarkan analisis regresi (uji t) diketahui bahwa thitung > ttabel yaitu 3,307 > 2,004 dan nilai signifikansi < 0,05 yaitu 0,025 dengan koefisien determinasi parsial sebesar 17,88%. 2) Faktor kontekstual berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Hal ini berdasarkan analisis regresi (uji t) diketahui bahwa thitung > ttabel yaitu 3,509 > 2,004 dan nilai signifikansi < 0,05 yaitu 0,001 dengan koefisien determinasi parsial sebesar 29,81%. 3) Kepemimpinan kepala sekolah dan faktor kontekstual berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Hal ini berdasarkan analisis variansi regresi berganda (uji F) diketahui bahwa Fhitung > Ftabel yaitu 23,728 > 3,16 dan nilai signifikansi < 0,05 yaitu 0,000. 4) Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,477 menunjukkan bahwa besarnya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan faktor kontekstual terhadap kinerja guru adalah sebesar 47,7%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Kata Kunci : faktor kontekstual, kepemimpinan kepala sekolah, kinerja guru.
ABSTRACT
This study aims to determine: 1) The impact of school leadership on teacher performance, 2) Influence of contextual factors on teacher performance, 3) The impact of school leadership and contextual factors on teacher performance. This study is quantitative descriptive research by drawing conclusions through statistical methods The results of the regression analysis obtained regression equation: Y = 26.140 + 0,853X1 + 1,659X2. The equation shows that the performance of teachers affected by school leadership and contextual factors. The conclusions drawn are: 1) Leadership principals positive influence on teacher performance. It is based on regression analysis (t test) note that tcount> t table is 3,307> 2,004 and the significance value <0.05 is 0,025 with partial determination coefficient of 17.88%. 2) contextual factors positive influence on teacher performance. It is based on regression analysis (t test) note that tcount> ttable namely 3.509> 2.004 and the significance value <0.05 is 0.001 with a partial determination coefficient of 29.81%. 3) Leadership principals and contextual factors positive influence on teacher performance. This is based on multiple regression analysis of variance (F test) note that Fcount> Ftable is 23.728> 3.16 and a significance value <0.05 is 0.000. 4) The coefficient of determination (R2) of 0.477 indicates that the influence of school leadership and contextual factors on the performance of teachers is 47.7%, while the rest influenced by other variables. Keywords: contextual factors , leadership principal, teacher performance.
2
1. PENDAHULUAN Dalam upaya membangun manusia yang seutuhnya, pembangunan didalam
pendidikan merupakan sarana dan wahana yang penting dan sangat menentukan
dalam pembinaan sumber daya manusia. Oleh karena itu, bidang pendidikan perlu
diperhatikan, serta mendapat penanganan yang serius baik dari pemerintah,
masyarakat dan para pengelola.
Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002:263)
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan,
proses, cara, perbuatan pendidik.
Tidak dapat diragukan lagi bahwa pendidikan merupakan inti dari kemajuan
suatu bangsa. Bagi Indonesia, hal ini sudah dicantumkan dalam konstitusi dan
berbagai program pemerintah. Namun dalam kenyataannya, baru bersifat retorika
padahal sudah puluhan tahun Indonesia merdeka. Seharusnya, kita sudah bisa menata
bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat dan dihargai oleh bangsa-bangsa lain di
dunia. Dalam pelaksanaannya, masih diwarnai dandijadikan sebagai alat politik
sehingga proses pendidikan yang dilaksanakan belum menunjukkan hasil yang
memuaskan (Mulyasa 2013: 15).
UNESCO pada tahun 2012 merilis data yang menyatakan bahwa Indonesia
berada diperingkat ke-64 dari 120 berdasarkan penilaian Education Development
Index (EDI) atau Indeks Pembangunan Pendidikan. Nilai tersebut diperoleh dari
rangkuman perolehan empat kategori penilaian, yakni angka partsipasi pendidikan
dasar, angka bertahan siswa hingga kelas V Sekolah Dasar, angka partisipasi
menurut kesetaraan gender, angka melek huruf pada usia 15 tahun keatas (UNESCO:
2012). Dari data tersebut sudah jelas bahwa pendidikan di Indonesia masih perlu
dibenahi. Pendidikan di Indonesia harus menjadi target utama supaya mampu
bersaing dengan negara-negara lainnya. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan
pasti ada faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah tenaga kependidikan.
Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang suatu proses
pendidikan pada satuan pendidikan, dari hari ke hari permasalahan-permasalahan
3
yang dikemukakan tersebut memang berkaitan dengan kinerja guru (UU RI
Sisdiknas 2003:12).
Menurut Hasibuan (2002:160) “Suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugasnya atas kecakapan, usaha dan kesempatan merupakan
kinerja”. Dengan demikian, kinerja guru hasil kerja yang dicapai oleh seorang guru
dalam melaksanakan tugas-tugas yang didasarkan atas pengalaman, kecakapan, serta
kesungguhannya. Posisi guru sangat sentral dalam dunia pendidikan dan dalam
pelaksanaan pembelajaran, maka berkaitan dengan kinerja guru dan diperlukan
adanya totalitas, dedikasi serta loyalitas sebagai seorang pendidik. Begitu pentingnya
komponen guru yang sangat menentukan terselenggaranya pendidikan yang bermutu
dan berkualitas. Begitu pentingnya posisi guru dalam kegiatan belajar mengajar,
maka sangat wajar apabila fenomena rendahnya kualitas pendidikan akan menunjuk
guru sebagai tumpuan kesalahan atau penyebab dari fenomena tersebut.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja menurut Bernardin dan Russel
Gomes (1997) adalah kecenderungan seseorang yang mempunyai pengetahuan,
keterampilan, kecakapan, sikap dan tingkah laku yang baik akan menghasilkan
kinerja yang optimal. Sebaliknya seseorang yang tidak mempunyai pengetahuan,
keterampilan, kecakapan, sikap dan tingkah laku yang baik cenderung menghasilkan
kinerja yang rendah, disamping itu orang yang sama dapat menghasilkan kinerja
yang berbeda dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Orang yang bekerja di suatu
tempat dengan kondisi psikologis, sosial dan lingkungan fisik yang memungkinkan,
maka orang itu cenderung akan menghasilkan kinerja yang optimal. Sebaliknya
orang yang bekerja di suatu tempat dengan kondisi psikologis, sosial dan lingkungan
fisik yang memungkinkan, maka orang itu cenderung akan menghasilkan kinerja
yang tidak optimal. Sedangkan menurut Payaman J dalam John Suprihanto (1997:22-
28) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain pendidikan dan latihan, gizi
dan kesehatan, motivasi, kesempatan kerja, kemampuan manajerial pemimpin.
Dengan demikian menurunnya kualitas pendidikan tidak sepenuhnya
disebabkan oleh guru karena terdapat faktor eksternal yang menyebabkan kinerja
guru menurun dan mengakibatkan kualitas pendidikan menurun.
4
Mengingat pentingnya kualitas pendidikan yang ada di Indonesia. Pihak-pihak
sekolah melakukan upaya untuk meningkatkan kinerja guru sehingga menciptakan
pendidikan yang berkualitas. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu
faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah sebagai pemimpin
dalam pendidikan formal perlu memiliki wawasan yang luas dan maju. Menyadari
hal tersebut, setiap kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan
pengembangan pendidikan secara terarah, berencana, berkesinambungan sehingga
meningkatkan kualitas pendidikan serta meningkatkan kinerja guru secara optimal.
Menurut Soebagio dalam Suwar (2000:2) bahwa kepala sekolah melakukan
tiga fungsi yaitu membantu para guru memahami, memilih dan merumuskan tujuan
pendidikan yang dicapai, menggerakkan para guru, para karyawan, para siswa dan
anggota masyarakat untuk mensukseskan program pendidikan di sekolah,
menciptakan sekolah sebagai lingkungan kerja yang harmonis, dinamis, sehat,
nyaman, sehingga segenap anggota dapat bekerja dengan penuh produktivitas dan
memperoleh kepuasan kerja yang tinggi.
Pelaksanaan tugas profesional guru memerlukan bimbingan dari berbagai pihak
khususnya kepala sekolah. Seperti yang diuraikan diatas bahwa diharapkan kepala
sekolah untuk bisa mengembangkan serta meningkatkan kinerja profesionalisme
seorang guru. Pembinaan yang bisa dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru
meliputi: ”Keterampilan teknis (technical skills), keterampilan manajerial
(managerial skills) dan keterampilan manusiawi (human skills). Ketiga jenis
keterampilan tersebut, memberikan kontribusi masing-masing 50%,20%, 30%”
(Alfonso dalam Imron,1995:85). Untuk mengetehui kekurangan dan kelemahan guru,
peran kepala sekolah juga harus melakukan supervisi yaitu suatu cara memberikan
pertolongan dengan membimbing dan mengarahkan serta mengembangkan
kompetensi kerja yang telah dimiliki oleh guru. Dari langkah-langkah tersebut kepala
sekolah dapat mengetahui permasalahan-permasalahan guru baik yang berkaitan
dengan kompetensi pribadi, kompetensi pedagodis sampai pada kompetensi
professional serta keunggulan yang dimiliki guru tersebut.
Selain pentingnya masalah kepemimpinan kepala sekolah masih ada hal-hal
yang sekiranya akan mempengaruhi kinerja guru, yakni dari segi faktor kontekstual
5
atau situasional, maksud dari situasional disini adalah tentang bagaimana dengan
kondisi atau situasi lingkungan kerja. Saydam (2000:226) mendefinisikan lingkungan
kerja sebagai keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang ada disekitar karyawan
yang sedang melaksanakan pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan
pekerjaan itu sendiri. Lingkungan kerja yang nyaman akan mampu meningkatkan
produktivitas para guru sehingga kinerja guru akan semakin meningkat. Beberapa
Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Boyolali terletak persis di tepi jalan
raya. Hal tersebut pasti sedikit bahkan banyak berpengaruh pada proses belajar
mengajar itu sendiri.
Meskipun beberapa sekolah sudah mulai memperhatikan faktor lingkungan
sekolah mereka, namun kenyataannya masih ada beberapa sekolah yang kurang
memperdulikan lingkungan sekolah apalagi ruang guru. Padahal seharusnya guru
memiliki cukup ruang untuk bekerja dengan nyaman. Jika faktor lingkungan ini tidak
diperhatikan dengan baik, dikhawatirkan kinerja guru juga tidak akan berjalan seperti
seharusnya. Kemungkinan besar guru akan merasa malas untuk masuk ke
ruangannya, bahkan guru juga tidak akan melaksanakan tugasnya sebagai seorang
pendidik secara maksimal.
Peneliti juga sempat melakukan observasi ke beberapa sekolah, namun peneliti
tertarik melakukan pengamatan di SMA Negeri 1 Teras Boyolali, sebenarnya di
sekolah ini fasilitas yang ada cukup memadai, namun peneliti tertarik untuk
melakukan pengamatan ke SMA Negeri 1 Teras karena jika dilihat diruang guru,
berkas-berkas masih tertumpuk dimeja sehingga mempersempit ruang gerak guru
sehingga membuat kinerja menjadi kurang baik dan tidak bisa bekerja dengan
nyaman.
Berdasarkan berbagai faktor di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih
dalam mengenai kinerja guru di SMA Negeri 1 Teras Boyolali. Oleh karena itu,
peneliti mengambil judul “KINERJA GURU DITINJAU DARI KEPEMIMPINAN
KEPALA SEKOLAH DAN FAKTOR KONTEKSTUAL DI SMA NEGERI 1
TERAS BOYOLALI TAHUN 2016”
6
2. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Pada penelitian ini
memaparkan ada tidaknya kontribusi variabel independen yaitu kepemimpinan
kepala sekolah dan factor kontekstual terhadap variabel dependen yaitu kinerja guru.
Penelitian dilakukan pada Guru-guru SMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun 2016.
Alasan peneliti mengambil penelitian di tempat tersebut adalah dari segi kondisi
ruang guru yang kurang luas, berkas-berkas masih tertumpuk dimeja sehingga
mempersempit ruang gerak guru sehingga membuat kinerja menjadi kurang baik dan
tidak bisa bekerja dengan nyaman. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru-
guru SMA Negeri 1 Teras Boyolali yang berjumlah 55 guru dan merupakan sampel
jenuh. Alasan menggunakan sampel jenuh adalah dari jumlah responden yang
berjumlah 55, sehingga seluruh populasi dijadikan sampel.
Pengumpulan data pada penelitian ini yaitu menggunakan metode angket dan
metode dokumentasi. Metode angket atau kuesioner digunakan untuk menghimpun
data. Angket bersifat tertutup, yaitu responden tinggal memilih salah satu jawaban
yang telah disediakan. Metode dokumentasi digunakan untuk menghimpun data
mengenai daftar nama guru di SMA tersebut. Teknik analisis data yang digunakan
pada penelitian ini yaitu analisis regresi linear ganda, dengan uji prasyaratnya yaitu
uji normalitas dan uji linearitas.
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Uji prasyarat analisis diperlukan sebelum melakukan uji hipotesis terhadap
data yang telah terkumpul. Pengujian normalitas digunakan untuk mengetahui
normal atau tidaknya suatu distribusi. Uji yang digunakan dalam uji normalitas
adalah uji statistic non-parametrik Kolmogorov-Smirnov test (K-S). Adapun hasil uji
normalitas data disajikan dalam tebel 1 sebagai berikut.
7
Tabel 1 Hasil Uji Normalitas
Unstandardized
Residual N 55 Normal Parameters(a,b) Mean ,0000000 Std. Deviation 6,91296333 Most Extreme Differences Absolute ,101 Positive ,078 Negative -,101 Kolmogorov-Smirnov Z ,751 Asymp. Sig. (2-tailed) ,625
Berdasarkan tabel diatas, besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,751
dengan signifikansi lebih besar dari 0,05 dan menunjukkan keadaan yang tidak
signifikan. Hal ini berarti Ho diterima, yang artinya bahwa data residual berdistribusi
normal atau model ini lolos uji normalitas.
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai
hubungan yang linier atau tidak. Data yang baik seharusnya terdapat hubungan yang
linier antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Dasar pengambilan
keputusan yaitu jika nilai siginifikansi lebih besar dari 0,05. Adapun ringkasan hasil
uji linearitas disajikan dalam tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2 Hasil Uji Linearitas
No. Variabel Sig. Deviation from
Linierity Taraf
Signifikansi Kesimpulan
1 Kepemimpinan Kepala Sekolah 0,357 0,05 Linier
2 Faktor Kontekstual 0,563 0,05 Linier Berdasarkan hasil perhitungan terdapat nilai deviation from linierity diperoleh
nilai variabel kepemimpinan kepala sekolah sebesar 0,357 dan factor kontekstual
sebesar 0,563. Kedua variabel mempunyai nilai lebih besar dari 0,05. Artinya kedua
variabel tersebut dapat dikatakan linier.
Uji prasyarat analisis telah terpenuhi, maka model regresi dapat digunakan
pada penelitian. Model analisis yang digunakan yaitu model analisis regresi linear
8
berganda Y = a + b1X1+ b2X2. Adapun hasil uji analisis regresi linear ganda
disajikan dalam tabel 3 sebagai berikut
Tabel 3 Hasil Analisis Regresi Linier
Variabel Koefisien Regresi
(Constant) 26,140
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) 0,853
Faktor Kontekstual (X2) 1,659
Berdasarkan tabel diatas, maka persamaan regresi linier berganda adalah
sebagai berikut : Y = 4,277 + 0,853X1 + 0,659X2. Nilai konstanta = 26,140. Hal ini
menunjukkan bahwa apabila nilai variabel kepemimpinan kepala sekolah dan faktor
kontekstual adalah nol, maka nilai variabel kinerja guru sama dengan 26,140.
Koefisien regresi variabel kepemimpinan kepala sekolah = 0,853, berarti variabel
kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Apabila
nilai variabel kepemimpinan kepala sekolah mengalami kenaikan sebesar satu poin,
maka variabel kinerja guru mengalami peningkatan sebesar 0,853. Koefisien regresi
variabel factor kontekstual = 1,659, berarti variabel faktor kontekstual berpengaruh
positif terhadap kinerja guru. Apabila nilai variabel faktor kontekstual mengalami
kenaikan sebesar satu poin, maka variabel kinerja guru mengalami peningkatan
sebesar 1,659.
Hasil pengujian uji t untuk variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) thitung
lebih besar dari ttabel. Dari perhitungan tersebut diperoleh hasil dari thitung = 3,307
lebih besar dari ttabel =2,004, maka Ho ditolak sehingga ada pengaruh yang signifikan
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru . Dari hasil ini menunjukkan
bahwa hipotesis 1 yang menyatakan ada pengaruh atau kontribusi kepemimpinan
kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun 2016
terbukti kebenarannya.
Hasil pengujian uji t untuk variabel factor kontekstual (X2) thitung lebih besar
dari ttabel. Dari perhitungan tersebut diperoleh hasil dari thitung = 3,509 lebih besar dari
ttabel =2,004, maka Ho ditolak sehingga ada pengaruh yang signifikan faktor
kontekstual terhadap kinerja guru . Dari hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 2
9
yang menyatakan ada pengaruh atau kontribusi faktor kontekstual terhadap kinerja
guru di SMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun 2016 terbukti kebenarannya.
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif variabel
kepemimpinan kepala sekolah dan faktor kontekstual secara serempak atau bersama-
sama terhadap kinerja guru. Dengan didapatnya Fhitung = 23,728 lebih besar dari Ftabel
= 3,16, maka Ho ditolak sehingga bersama-sama ada pengaruh yang signifikan
kepemimpinan kepala sekolah dan faktor kontekstual terhadap kinerja guru. Dari
hasil ini menunjukkan hipotesis 3 yang menyatakan ada pengaruh atau kontribusi
kepemimpinan kepala sekolah dan fakto kontekstual terhadap kinerja guru di SMA
Negeri 1 Teras Boyolali Tahun 2016 terbukti kebenarannya.
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur besar atau berapa persen (%)
pengaruh variabel bebas Kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan faktor kontekstual
(X2) terhadap kinerja guru (Y). Semakin besar nilai R2 (R Square), maka semakin
kuat kemampuan model regresi yang diperoleh untuk menerangkan kondisi
sebenarnya. Adapun besarnya garis regresi antara variabel X terhadap Y dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4 Hasil Analisis Varian Regresi
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 0,691a 0,477 0,457 7,045
Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui koefisien determinan sebesar
0,477 atau sebesar 47,7%. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh variabel
kepemimpinan kepala sekolah dan faktor kontekstual terhadap variabel terikat
kinerja guru sebesar 47,7%. Sisanya sebesar 52,3% merupakan variabel lain yang
tidak diteliti dalam penelitian.
Sedangkan untuk mengukur besarnya proporsi sumbangan masing-masing
variabel bebas, yaitu kepemimpinan kepala sekolah dan faktor kontekstual terhadap
kinerja guru. Koefisien determinasi parsial juga digunakan untuk mengetahui
variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap (Y). Hasil analisis SPSS
disajikan sebagai berikut.
10
Tabel 4.8 Hasil Analisis Koefisien Determinasi Parsial
No Variabel Beta Zero Order
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah 0,301 0,594
2. Faktor Kontekstual 0,458 0,651
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui besarnya pengaruh yang
diberikan oleh setiap variabel bebas terhadap variabel terikat dengan cara
mengalikan nilai beta dengan nilai zero order kemudian dikali 100%. Maka hasil
analisa dapat diperoleh sebagai berikut: 1. Presentase pengaruh dari X1 terhadap Y
sebesar : Beta x zero order x 100% = 0,301 x 0,594 x 100% = 17,88%. 2. Presentase
pengaruh X2 terhadap Y sebesar : Beta x zero order x 100% = 0,458 x 0,651 x 100%
= 29,81%. Total pengaruh yang diberikan oleh masing-masing variabel bebas yaitu
sebesar 17,88% + 29,81% = 47,69% atau dibulatkan menjadi 47,7% sama dengan
Rsquare atau pengaruh simultan. Variabel bebas yang berpengaruh dominan adalah
faktor kontekstual yaitu sebesar 29,81%.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai
kepemimpinan kepala sekolah dan faktor kontekstual terhadap kinerja guru di SMA
Negeri 1 Teras Boyolali Tahun 2016, maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor
kontekstual memiliki pengaruh paling dominan terhadap kinerja guru di SMA Negeri
1 Teras Boyolali
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai
kepemimpinan kepala sekolah dan faktor kontekstual terhadap kinerja guru SMA
Negeri 1 Teras Boyolali tahun 2016, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
: 1. Ada pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMA Negeri
1 Teras Boyolali tahun 2016. Hal ini berdasarkan analisis regresi (uji t) diketahui
bahwa thitung > ttabel yaitu 3,307 > 2,004 dengan koefisiensi determinasi parsial atau
sumbangan variabel sebesar 17,88%. 2. Ada pengaruh faktor kontekstual terhadap
kinerja guru SMA Negeri 1 Teras Boyolali tahun 2016. Hal ini berdasarkan analisis
regresi (uji t) diketahui bahwa thitung > ttabel yaitu 3,509 > 2,004 dengan koefisiensi
determinasi parsial atau sumbangan variabel sebesar 29,81%. 3. Ada pengaruh
11
antara kepemimpinan kepala sekolah dan faktor kontekstual terhadap kinerja guru
SMA Negeri 1 Teras Boyolali tahun 2016 sebesar 47,7%. Dari kesimpulan diatas
dapat diketahui bahwa faktor kontekstual memiliki pengaruh paling dominan
terhadap kinerja guru SMA Negeri 1 Teras Boyolali tahun 2016. Sehubungan dengan
diadakannya penelitian yang berjudul “Kinerja Guru Ditinjau Dari Kepemimpinan
Kepala Sekolah dan Faktor Kontekstual SMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun 2016”,
saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil simpulan diatas adalah sebagai berikut :
1. Bagi sekolah, peneliti menyarankan untuk lebih memperhatikan dan menjaga
keadaan lingkungan baik fisik maupun non fisik, karena terbukti kinerja guru dapat
meningkat jika faktor kontekstual bisa terpenuhi. 2. Bagi peneliti selanjutnya yang
hendak meneliti maupun mengembangkan penelitian serupa, penulis menyarankan
untuk melakukan penelitian yang mencakup ranah yang lebih luas lagi.
DAFTAR PUSTAKA Bernardin, H.J. and Russel, J.E.A. 1997. Human Resource Management 2nd Edition-
An Experential Approach. Singapore: McGraw-Hill
Mulyasa. 2013. Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Hasibuan, H. Malayu. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi Kedua. Yogyakarta: BPFE UGM
Imron, A. 1995. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya
Simanjuntak, Payaman J. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kerja. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Saydam, G. 2000. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Jakarta:
Djambatan
Suwar. 2000. Presepsi Guru Terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja. http://www.guruvalah.zom.com diakses 22/02/2016
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Sinar Grafika