kimia klinik
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Kimia klinik adalah ilmu yang mempelajari teknik terhadap darah,
urin, sputum (ludah, dahak), cairan otak, ginjal, sekret2 yang dikeluarkan.
Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat
digunakan darah, urin atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak
pemeriksaan kimia darah di dalam laboratorium klinik antara lain uji fungsi
hati, otot jantung, ginjal, lemak darah, gula darah, fungsi pankreas,
elektrolit dan dapat pula dipakai beberapa uji kimia yang digunakan untuk
membantu menegakkan diagnosis anemi (Anonim, 2012).
Pemeriksaan lemak darah meliputi pemeriksaan kadar kolesterol
total, trigliserida, HDL dan LDL kolesterol. Pemeriksaan tersebut terutama
dilakukan pada pasien yang memiliki kelainan pada pembuluh darah
seperti pasien dengan kelainan pembuluh darah otak, penyumbatan
pembuluh darah jantung, pasien dengan diabetes melitus (DM) dan
hipertensi serta pasien dengan keluarga yang menunjukkan peningkatan
kadar lemak darah. Untuk pemeriksaan lemak darah ini, sebaiknya
berpuasa selama 12 - 14 jam. Bila pada pemeriksaan kimia darah, serum
yang diperoleh sangat keruh karena peningkatan kadar trigliserida
sebaiknya pemeriksaan diulang setelah berpuasa > 14 jam untuk
mengurangi kekeruhan yang ada. Untuk pemeriksaan kolesterol total,
kolesterol HDL dan kolesterol LDL tidak perlu berpuasa. Selain itu dikenal
pemeriksaan lipoprotein (a) bila meningkat dapat merupakan faktor risiko
terjadinya penyakit jantung koroner (Anonim, 2012).
Maksud Percobaan adalah untuk mengetahui kelainan pada darah
dengan tujuan untuk mengetahui unsur-unsur yang ada didalam darah
atau komponen-komponen darah.
Tujuan percobaan adalah untuk memahami kelaianan pada darah
dengan tujuan untuk mengetahui unsure-unsur yang ada didalam darah
atau komponen-komponen darah.
Prinsip percobaan adalah berdasarkan alat strip yang digunakan
kemudian diteteskan darah yang tersedia dan dibaca pada alat
glukometer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hematologi
Hematologi adalah ilmu tentang darah dan jaringan
pembentuk darah yang merupakan salah satu system organ
terbesar di dalam tubuh. Darah membentuk 6 sampai 8 % dari
berat tubuh total dan terdiri dari sel-sel darah yang tersuspensi
didalam suatu cairan yang disebut plasma. Tiga jenis sel darah
utama adalah sel darah merah(eritrosit), sel darah putih (leukosit),
dan trombosit. Cairan plasma membentuk 45 sampai 60% dari
volume darah total, sel darah merah (SDM) menempati sebagian
besar volume sisanya. Sel darah putih dan trombosit, walaupun
secara fungsional penting, menempati bagian yang relative kecil
dari massa darah total. Proporsi sel dan plasma diatur dan dijaga
dengan relative konstan (Sacher Ronald A, 2004).
Fungsi utama darah adalah untuk transportasi; sel darah
merah tetap berada dalam system sirkulasi dan mengandung
pigmen pengangkut oksigen hemoglobin. Sel darah putih
bertanggung jawab terhadap pertahanan tubuh dan diangkut oleh
darah ke berbagai jaringan tempat sel-sel tersebut melakukan
fungsi fisiologiknya. Trombosit berperan mencegah tubuh
kehilangan darah akibat perdarahan dan melakukan fungsi
utamanya di dinding pembuluh darah. Protein plasma merupakan
pengangkut utama zat bezi dan produk sampingan metabolik ke
organ-organ tujuan untuk menyimpan atau ekskresi. Banyak protein
besar yang tersuspensi di dalam plasma juga menarik perhatian
ahli hematologi, terutama protein-protein yang berkaitan dengan
pencegahan perdarahan melalui proses pembekuan darah
(koagulasi). Laboratorium hematologi berperan mendefinisikan sel
darah atau pigmen darah yang normal dan abnormal serta
menentukan sifat kelainan tersebut. Pemeriksaan-pemeriksaan
laboratorium hematologi sangat penting untuk mengetahui
kesejahteraan pasien secara keseluruhan dan sering digunakan
dalam pemeriksaan penapisan kesehatan (Sacher Ronald A, 2004)
B. Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui keadaan darah dan komponen-
komponennya. Darah terdiri dari bagian padat yaitu sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), trombosit dan bagian
cairan yang berwarna kekuningan yang disebut plasma.
Pemeriksaan hematologi rutin dapat menentukan kualitas
kesehatan. Tujuan dilakukannya pemeriksaan hematologi adalah
sebagaiberikut :
1. Mendeteksi kelainan hematologi (anemia dan leukemia) bila
timbul dugaan adanya kelainan jumlah dan fungsi dari sel
darah.
2. Kelainan sistemik (hati dan ginjal) yang dapat mempengaruhi
sel darah baik bentuk maupun fungsinya.
3. Membantu diagnosis penyakit infeksi dengan melihat kenaikan
atau penurunan jumlah leukosit serta hitung jenisnya.
4. Mendeteksi beberapa penyakit perdarahan yang berkaitan
dengan kuantitas dan kualitas trombosit seperti demam
berdarah dan ITP ( Anonim, 2008).
Banyak orang beranggapan bahwa pemeriksaan hemoglobin
(Hb) saja sudah cukup untuk mendeteksi adanya kemunculan
hematologi, sistemik, infeksi dan pendarahan, namun tenyata
periksaan Hb saja tidaklah cukup karena pemeriksaan Hb hanya
menentukan konsentrasi Hb pada komponen darah. Pemeriksaan
hematologi lengkap terdiri dari pemeriksaan darah lengkap, dan
hitung jenis di mana pemeriksaan ini dikerjakan untuk menunjang
diagnosis penyakit.
1. Eritrosit (sel darah merah)
Berfungsi membawa oksigen keseluruh tubuh. Pemeriksaan
ini dilakukan untuk mengetahui keadaan anemia, polisitermia
(peningkatan jumlah eritrosit, Hb, atau hematokrit. Kehilangan 30
– 40% eritrosit dengan penurunan Hb >6/µl) sedang untuk
perempuan 4,2 – 5,4 (106/µl)
2. Leukosit (sel darah putih)
Berfungsi melindungi tubuh melawan infeksi bakteri dan
virus. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kelainan sel
darah putih yang bertanggungjawab terhadap imunitas tubuh,
evaluasi infeksi bakteri dan virus, proses metabolik toksik dan
diagnosis keadaan leukemia. Nilai normal leukosit adalah 4,80 –
10,8 (103/µl)
3. Hemoglobin (Hb)
Merupakan protein yang terdapat dalam eritrosit yang
berfungsi membawa oksigen ke dalam tubuh. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk menentukan kosentrasi Hb pada komponen
darah, evaluasi anemia hemolitik (anemia yang disebabkan
rusaknya eritrosit lebih cepat). Nilai normal untuk laki-laki adalah
14 – 18 (g/dL). dan untuk perempuan 12 – 16 (g/dL).
4. Hematokrit
Merupakan perbandingan antara sel-sel darah merah, sel-
sel darah putih dan sel trombosit dengan plasma darah.
Pemeriksaan hematokrit dilakukan bersamaan dengan
pemeriksaan Hb dan eritrosit yang digunakan untuk menentukan
keadaan anemia, kehilangan darah, anemia hemolitik,
polisitemia. Nilai normal untuk laki-laki adalah 42 – 52 % sedang
untuk perempuan adalah 37 – 47%.
5. Nilai-nilai MC
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui ukuran serta
kandungan hemoglobin dalam sel darah merah.
a. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)
Untuk mengetahui rata-rata banyaknya hemoglobin
yang terdapat dalam eritrosit, untuk mendiagnosis keadaan
thalassemia dan kelainan hemoglobin lainnya. Nilai
normalnya adalah 27 – 31 pg.
b. Mean Corpuscular Volume (MCV)
MCV adalah volume rata-rata sebuah eritrosit yang
dapat digunakan untuk mendiagnosis keadaan thalassemia
dan kelainan hemoglobin lainnya. Nilai normal untuk laki-laki
adalah 80 – 94 fL sedang untuk perempuan adalah 81 – 99
fL.
c. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
MCHC adalah konsentrasi hemoglobin pada volume eritrosit,
pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keadaan
anemia. Nilai normalnya adalah 33 – 37 g/dL
Beberapa keadaan anemia menunjukkan MCH rendah dan
MCV rendah (hipokromik dan mikrositik) disebabkan oleh
defisiensi besi, thalassemia dan anemia karena penyakit kronik.
Sedangkan MCH tinggi dan MCV tinggi (hiperkromik dan
makrositik) disebabkan oleh anemia megaloblastik, yaitu
defisiensi asam folat atau defisiensi vitamin B12 dan disebabkan
oleh periode awal setelah perdarahan.
6. Trombosit
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi, diagnosis
dan pemantauan perdarahan, leukemia, gangguan pembekuan
darah (disseminated intravascular coagulation. DIC) dan lainnya.
Dengan nilai normal 150 -450 (103/µl)
7. Pemeriksaan Laju Endap Darah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya keganasan, penyakit kolagen atau infeksi, membedakan
tingkat radang atau pembentukan antibodi terhadap dua penyakit
yang secara klinis susah dibedakan seperti rheumatoid artritis
dan artritis akibat degeneratif. Nilai normal 0 – 20 mm (Anonim,
2011).
C. Pemeriksaan Komponen Didalam Darah
1. Pemeriksaan Kadar gula darah
Glukosa adalah bahan bakar karbohidrat utama yang
ditemukan dalam darah, dan bagi banyak organ tubuh, glukosa
merupakan bahan bakar primer. Glukosa diangkut dalam
plasma menuju seluruh bagian tubuh. Pada beberapa daerah di
tubuh, glukosa ditarik menyeberangi bantalan kapiler (capillary
beds) dan langsung digunakan sebagai sumber energi. Pada
daerah-daerah lain, glukosa diambil dan disimpan sebagai
glikogen atau dikonversi menjadi senyawa-senyawa intermedict
berenergi tinggi semacam asam lemak (George H. Fried, 2005).
Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar gula darah
dianjurkan dilakukan setiap tahun bagi mereka yang berusia di
atas 45 tahun. Lebih awal lagi bagi wanita dengan factor risiko
tinggi, misalnya yang memiliki riwayat keluarga penderita
diabetes dan pengidap kelebihan berat badan (Lanny Sustrani,
2006).
Setelah makan makanan tinggi karbohidrat, kadar
glukosa darah meningkat dari kadar puasa sekitar 80-100 mg/dl
(~5 mM) ke kadar sekitar 120-140 mg/dL (8mM) dalam periode
30 menit sammpai 1 jam. Konsentrasi glukosa dalam darah
kemudian mulai menurun, kembali kerentang puasa dalam
waktu sekitar 2 jam setelah makan. Harus dicurigai adanya
diabetes mellitus (DM) apabila kadar glukosa plasma vena yang
diambil tanpa memandang kapan saat makan terakhir (Sampel
“acak/sewaktu” glukosa darah) “jelas meningkat” (yaitu ≥ 200
mg/dL), terutama pada penderita yang memperlihatakan tanda
dan gejala klasik dari hiperglikemia kronik (polidipsia, poliuria,
penglihatan kabur, nyeri kepala, penurunan berat badan yang
cepat, kadang-kadang disertai mual dan muntah). Untuk
memastikan diagnosis tersebut, penderita berpuasa satu malam
(10 – 16 jam), dan pengukuran gula darah harus diulang. Nilai
yang kurang dari 115mg/dL dianggap normal. Nilai yang lenih
besar daripada 140 mg/dL mengisyaratkan diabetes mellitus
(DM). Harus dilaukan pengukuran hemoglobin terglikosilasi
untuk menentukan tingkat hiperglikemia selama 4-8
mingguterakhir. Nilai glukosadarah antara 115 mg/dL dan 140
mg/dL adalah perbatasan (borderline), dan harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah individu ini
mengidap gangguan toleransi glukosa (GTG) atau diabetes
mellitus (Marks Dawn B, 2000)
2. Pemeriksaan Kadar Kolesterol
Kolesterol merupakan molekul yang amfifilik karena
memiliki gugus hidroksil yang bersifat polar, tetapi memberikan
sifat yang lebih kaku pada membran sel daripada lipid membran
yang lainnya. Kolesterol sendiri tidak larut dalam darah, untuk
itu perlu berikatan dengan pengangkutnya yaitu lipoprotein,
yaitu low-density lipoprotein (LDL) atau dikenal dengan lemak
“jahat” dan high-density lipoprotein (HDL) yang dikenal dengan
lemak “baik”. Kolesterol merupakan molekul yang penting dalam
menentukan sifat membran. Selain itu, kolesterol juga
bermanfaat sebagai prekursor dari metabolisme hormon steroid,
yaitu suatu substansi yang mengatur berbagai macam fungsi
fisiologis, misalnya perkembangan seksual dan metabolisme
karbohidrat. Berdasarkan penjabaran tersebut, diketahui bahwa
kolesterol memiliki peran penting bagi makhluk hidup. Meskipun
demikian, kadar kolesterol yang terdapat pada darah harus
dalam jumlah yang tepat. Kolesterol yang normal harus di
bawah 200 mg/dl. Kolesterol dalam darah tidak boleh berada
dalam jumlah/ kadar yang tinggi, karena ini dapat menyebabkan
penyakit hiperkolesterolimia, atau lebih dikenal oleh masyarakat
dengan penyakit kolesterol tinggi. Orang yang memiliki kadar
kolesterol terlalu tinggi pada darah memiliki resiko yang tinggi
terkena penyakit jantung koroner maupun stroke. Lipoprotein
merupakan ikatan dari beberapa kolesterol. Kolesterol bersifat
tidak larut dalam air sehingga diperlukan suatu alat transportasi
untuk beredar dalam darah yaitu apoprotein yang merupakan
salah satu jenis protein. Kolesterol akan membentuk kompleks
dengan apoprotein sehingga membentuk suatu ikatan yang
disebut lipoprotein.
Lipoprotein ini dibagi menjadi 4 jenis:
1. Kilomikron: Komponen utamanya adalah trigliserida (85– 90
%) dan kolesterolnya hanya 6%. Fungsinya Mentransfer
lemak dari usus dan tidak berpengaruh dalam proses
arteriosklirosis.
2. VLDL (Very Low Density Lipoprotein) = Pre Beta
Lipoprotein, terdiri dari protein (8 – 10%) dan kolesterol
(19%) dibentuk di hati dan sebagian diusus. Fungsinya
mengangkut triasil – gliserol.
3. LDL (Low Density Lipoprotein) = Beta Lipoprotein
Komponen terdiri dari protein 20 % dan kolestrol 45 %.
Fungsinya mentransfer kolesterol dalam darah ke jaringan
perifer dan memegang peranan mentrasfer fosfolipid
membran sel, dibutuhkan untuk pembentukan hati dari sisa-
sisa VLDL, diambil oleh sel sasaran melalui endositosis
yang diperantarai reseptor.
4. HDL (High Density Lipoprotein) = Alpha Lipoprotein.
Disebut juga Alpha-1-Lipoprotein dibentuk oleh sel hati dan
usus. Fungsinya Mentranspot kolesterol dari perifer ke hati
dimana zat tersebut dimetabolisasi dan diekskresi.
(Anonim, 2013)
3. Pemeriksaan Kadar Asam Urat dalam darah
Pada manusia, asam urat adalah produk akhir
metabolism purin. Purin (adenine dan guanin) merupakan
konstituen asam nukleat. Didalam tubuh, perputaran purin
terjadi secara terus menerus seiring dengan sintesis dan
penguraian RNA dan DNA, sehingga walaupun tidak ada
asupan purin, tetap terbentuk asam urat dalam jumlah yang
substansial. Asam urat disintesis terutama dalam hati, dalam
suatu reaksi yang dikatalisis oleh xantin oksidase (Sacher
Ronald A, 2004).
Pemeriksaan laboratorium untuk memonitor kadar
asama urat didalam darah dan urin. Pemeriksaan darah
diperlukan untuk diagnose gout, sedangkan pemeriksaan urin
untuk pria antara 2,1 sampai 8,5 mg/dL dan wanita 2,0 sampai
6,6 mg/dL. Bagi mereka yang berusia lanjut, kadar tersebut
sedikit lebih tinggi. Rata-rata kadar normal asam urat adalah 3,0
sampai 7,0 mg/dL. Bila lebih dari 7,0 mg/dL dapat
menyebabkan serangan gout dan dianggap berlebihan. Dan,
bila lebih dari 12 mg/dL dapat menyebabkan terjadinya batu
ginjal (Lanny sustrani, 2007).
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
1. Alat penusuk (lancing device)
2. Glukometer
B. Bahan yang digunakan
1. Alkohol
2. Jarum penusuk (lancet)
3. Kasa/kapas
4. Test strip
C. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dicuci dan dikeringkan kedua tangan dengan kain bersih
sebelum pengambilan sampel darah, untuk menghindari
kontaminasi
3. Dibersihkan ujung jari probandus yang akan ditusuk dengan
kasa atau kapas beralkohol untuk menghindari infeksi.
4. Dimasukkan jarum penusuk (lancet) di alatnya (lancing
device). Pastikan bahwa jarum yang dipakai steril dan masih
baru.
5. Diletakkan diujung jari yang akan ditusuk.
6. Ditusukkan jarum ke ujung jari probandus. Darah pertama
yang keluar dengan dilap terlebih dahulu lalu biarkan bulatan
kecil darah terbentuk di ujung jari.
7. Dimasukkan test strip (Gula darah, asam urat atau
kolesterol) ke alat pengukur (glukometer).
8. Ditempelkan kasa atau kapas beralkohol ke ujung jari yang
tertusuk untuk menghentikan perdarahan.
9. Dilihat hasil pengukuran di glukometer
10.Dicatat hasil pengukuran
B. Pembahasan
Darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(Leukosit), dan pelat darah (trombosit), yang tersuspensi dalam
plasma. Plasma terdiri untuk sebagian besar dari air dengan terlarut
dalamnya zat-zat elektrolit dan beberapa protein, yakni globulin
(alfa, beta, gamma), albumin dan factor pembekuan darah.
Pengambilan darah dilakukan dengan cara mengambil darah
kapiler probandus, hal ini dilakukan karena darah yang dibutuhkan
sedikit. Biasanya pengambilan darah kapiler digunakan hanya untuk
satu atau dua macam pemeriksaan saja. Namun, secara umum
tidak ada perbedaan yang mermakna antara darah kapiler dan
darah vena sebagai specimen pemeriksaan hematologi.
Dari pemeriksaan darah yang dilakukan dilaboratorium
biofarmaseutika yakni pemeriksaan kadar glukosa (puasa, sewaktu
dan 2 JPP), kadar asam urat dan kadar kolesterol total diperoleh
hasil :
1. Pada pemeriksaan glukosa puasa yang dilakukan terhadap ke
empat probandus didapatkan hasil yang sama, di mana pada
probandus Badriah dengan BMI 23,50 Kg/m2 termasuk dalam
kategori normal memiliki kadar glukosa puasa 110mg/dL,
probandus Sinta Mayasari dengan BMI 19,31 Kg/m2 termasuk
dalam kategori normal memiliki kadar glukosa puasa 67 mg/dL,
pada probandus Rahmawati Diansari dengan BMI 27,09 Kg/m2
termasuk dalam kategori pre-obesitas memiliki kadar glukosa
puasa 97mg/dL, sedangkan pada probandus Jumardi dengan
BMI 24,53 termasuk dalam kategori normal memiliki kadar
glukosa puasa 96mg/dL Jika dibandingkan dengan literatur kadar
glukosa puasa dari keempat probandus masih dalam keadaan
normal karena belum melewati batas normal yakni 70-110 mg/dL
2. Pada pemeriksaan glukosa sewaktu yang dilakukan terhadap ke
empat probandus didapatkan hasil yang berbeda, dimana pada
probandus Maria L.E Neparian dengan BMI 20,26 Kg/m2
termasuk dalam kategori normal memiliki kadar glukosa sewaktu
125 mg/dL, pada probandus Dewi Safrilda dengan BMI 19,29
Kg/m2 termasuk dalam kategori normal memiliki kadar glukosa
sewaktu 108 mg/dL, sedangkan pada Maria la Rusli dengan BMI
22,03 Kg/m2 termasuk dalam kategori normal memiliki kadar
glukosa sewaktu 145 mg/dL. Jika dibandingkan dengan literatur
kadar glukosa sewaktu dari probandus masih dalam keadaan
normal karena tidak melebihi 200 mg/dL.
3. Pada pemeriksaan glukosa 2 JPP yang dilakukan oleh ke empat
probandus di dapatkan hasil yang berbeda, dimana pada
probandus Badriah dengan BMI 23,50 Kg/m2 termasuk dalam
kategori normal memiliki kadar glukosa 2 JPP 147 mg/dL, pada
probandus Sinta mayasari dengan BMI 19,31 Kg/m2 termasuk
dalam kategori normal memiliki kadar glukosa 2 JPP 78 mg/dL,
pada probandus Rahmawati Dian sari dengan BMI 27,09 Kg/m2
termasuk dalam kategori pre-obesitas memiliki kadar glukosa 2
JPP 160 mg/dL, sedangkan pada probandus Jumardi dengan
BMI 24,53 Kg/m2 termasuk dalam kategori normal memiliki kadar
glukosa 2 JPP 135 mg/dL. Jika dibandingkan dengan literatur
probandus Rahmawati Dian Sari sudah melewati batas normal
yakni 140 mg/dL, namun belum dapat di diagnosis menderita
diabetes karena belum melebihi 200 mg/dL
4. Pada pemeriksaan Asam Urat yang dilakukan oleh ke empat
probandus didapatkan hasil yang sama, dimana pada probandus
Badriah, jenis kelamin perempuan dengan BMI 23,50 Kg/m2
termasuk dalam kategori normal memiliki kadar Asam urat 3,8
mg/dL, pada probandus Siti Hartina, jenis kelamin perempuan
dengan BMI 20,09 Kg/m2 termasuk dalam kategori normal
memiliki kadar Asam urat 2,1 mg/dL, pada probandus welem
salombe, jenis kelamin laki-laki dengan BMI 22,03 Kg/m2
termasuk dalam kategori normal memiliki kadar Asam urat
mencapai 6,5 mg/dL, sedangkan pada probandus Jumardi, jenis
kelamin laki-laki dengan BMI 24,53 Kg/m2 termasuk dalam
kategori normal memiliki kadar Asam urat 4,7 mg/dL. Jika di
bandingkan dengan literatur kadar Asam urat pada ke empat
probandus masih dalam keadaan normal dimana kadar normal
asam urat pada laki-laki 3,5 – 7,5 mg.dL, sedangkan pada
perempuan 2,5 – 6,5 mg/dL.
5. Pada pemeriksaan kolesterol total yang dilakukan oleh ke empat
probandus didapatkan hasil sama. Dimana pada probandus
Pirawati dengan BMI 18,61 Kg/m2 termasuk dlam kategori
normal memiliki kadar kolesterol total 164 mg/dl, pada probandus
Leni Marlina dengan BMI 23,30 Kg/m2 termasuk dalam kategori
normal memiliki kadar kolesterol total 184 mg/dL, pada
probandus Rahmawati dengan BMI 27,09Kg/m2 termasuk dalam
kategori pre-obesitas memiliki kadar kolesterol total 142 mg/dL,
sedangkan pada probandus yunizar dengan BMI 24,44 Kg/m2
termasuk dalam kategori normal memiliki kadar kolesterol total
171 mg/dL. Jika dibandingkan dengan literature kadar kolesterol
dari ke empat probandus masih dalam keadaan normal karena
masih dibawah 200mg/dL.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum Hematologi dapat di simpulkan bahwa :
1. Komponen penyusun darah terdiri dari plasma darah (cairan)
dan sel-sel penyusun darah. Darah terdiri daripada beberapa
jenis korpuskula (sel-sel darah) yang membentuk 45% bagian
dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan
yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma
darah.
2. Tinggnya kadar glukosa, asam urat dan kolesterol biasanya
dipengaruhi oleh gaya hidup yang kurang sehat
B. Saran
1. Asisten
Kami sangat mengharapkan kehadiran untuk para
asisten agar dapat membimbing kami saat praktikum sedang
berlangsung
2. Laboratorium
Kami sangat mengharapkan agar pada praktikum
selanjutnya pemeriksaan golongan darah setiap praktikan dapat
dilaksanakan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.Pemeriksaan Kimia Klinik. “http://biomedika.co.id/v2 /services/laboratorium/33/pemeriksaan-kimia-klinik.html”. Diakses pada tanggal 12 januari 2014
Anonim.2008. Hematologi. “http://www.hi-lab.co.id/index.php/our-advice/164-hematologi”. Diakses pada tanggal 12 januari 2014
Aprilisa.2013. Pemeriksaan kadar kolesterol, SGPT, SGOT dan Bilirubin dalam darah.”http://aprilisa.wordpress.com/2013/09/10/pemeriksaan-kadar-kolesterol-sgpt-sgot-dan-bilirubin-dalam-darah/”.Diakses Pada tanggal 12 Januari 2013
Fried George H dan Hademenos George J.2005. “ BIOLOGI”. Erlangga; Jakarta
Sacher A Ronald dan Richard A.2004.” Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium”. EGC ; Jakarta
Sustrani Lanny dkk.2006.”Diabetes”. Pt Gramedia Pustaka Utama; Jakarta
Sustrani Lanny.2007.”Asam Urat”. Percetakan Buana Printing ; Jakarta
Williams dan Wilkins.2008.”Biokimia Kedokteran Dasar : Sebuah pendekatan klinis. EGC ; Jakarta