khubuka-12 : hukum perusahaan dalam berwiraswasta

47
Kuliah Hukum Terbuka 12 KHUBUKA : http://khubuka.blogspot.com Bentuk-Bentuk Badan Usaha Dalam Berwiraswasta Oleh, Robaga Gautama Simanjuntak, SH. MH Dosen FH-UWIN Advokat RGS & Mitra 1

Upload: fakultashukum-uwin

Post on 30-Jul-2015

129 views

Category:

Law


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

1

Kuliah Hukum Terbuka 12

KHUBUKA : http://khubuka.blogspot.com

Bentuk-Bentuk Badan Usaha Dalam

BerwiraswastaOleh,

Robaga Gautama Simanjuntak, SH. MH

Dosen FH-UWIN

Advokat RGS & Mitra

Page 2: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

2

Bentuk Badan Usaha Dalam Ber-Wiraswasta

Perusahaan Perorangan | PD | UDPerserikatan PerdataPersekutuan Perdata

Perusahaan Dagang | Perusahaan Perorangan | Usaha Dagang

CV | Commanditaire VennootschapVOP | Venootschap Onder Firma | Firma [Fa]

Perseroan TerbatasYayasanKoperasi

Page 3: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

3

PERUSAHAAN

• Menurut Molengraaff : Perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, bertindak keluar, untuk mendapatkan penghasilan, dengan cara memperniagakan barang-barang, menyerahkan barang-barang atau mengadakan penanjian-perjanjian perdagangan.

Page 4: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

4

PERUSAHAAN

• Menurut POLAK [Drs J.B.A.F. Mayor Polak] : adanya perusahaan bila diperlukan perhitungan tentang laba rugi yang dapat diperkirakan, dan segala hal tersebut dicatat dalam pembukuan.

Page 5: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

5

Contoh perusahaan perseorangan ini banyak sekali, yang bisa lihat di daerah-daerah, lokasi kita bertempat tinggal, di

jalan-jalan, di muka rumah kita, di setasiun kereta api, di tempat pemberhentian bus, di sekitar lampu lalu-lintas, di

pinggir jalan yang diperbolehkan pedagang kaki lima melakukan usahanya dan lain-lain.

PERUSAHAAN

Page 6: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

6

C.V.

Firma

Persekutuan

Perdata

Perserikatan

Perdata

VOP | Venootschap Onder Firma

Maatschap Of Vennootschap |

Persekutuan Perdata

CV | Commanditaire Vennootschap

Terdapat 2 pengertian yang hampir sama, yaitu PERSERIKATAN PERDATA dan PERSEKUTUAN PERDATA, yang membedakannya yaitu perserikatan perdata tidak menjalankan usaha, sedangkan persekutuan perdata menjalankan usaha

Page 7: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

7

Dengan memiliki badan usaha atau badan hukum

maka sebuah perusahaan akan memenuhi

kewajiban dan haknya terhadap berbagai pihak

yang berhubungan / berkaitan dengan badan

usahanya

baik di dalam maupun di luar perusahaan, maupun

di muka pengadilan

Page 8: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

8

Firma [Fa] Atau Venootschap Onder Firma [VOP]

• Bentuk perkumpulan yang umumnya digunakan dalam bidang perdagangan seperti usaha perdagangan dan pelayanan.

• Diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang [Bab-III Bagian ke-2].

• Ketentuan mengenai persekutuan perdata [maatschap] pada KUHPdt. berlaku pula untuk Firma

• Firma didirkan berdasarkan perjanjian• Sehingga Firma merupakan pula persekutuan perdata khusus• Kekhususan ini ada pada 3 unsur yang melekat1. menjalankan perusahaan 2. dengan nama bersama atau fima 3. pertanggung-jawaban sekutu bersifat pribadi untuk keseluruhan [Belanda

Hoofdelijk voor het geheel].

Page 9: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

9

• Firma yaitu nama yang dipakai untuk berdagang bersama-sama

• Dasar hukum Firma adalah Pasal 16 s.d. Pasal 35 KUHD [Wetboek van Koophandel /Wvk].

• Firma memiliki pengertian yaitu “setiap perusahaan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan dibawah nama bersama atau firma.

Firma [Fa] Atau Venootschap Onder Firma [VOP]

Contoh Penggunaan Nama

Firma [SALAH]

Page 10: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

10

Pengertian Nama Bersama • Nama orang [sekutu] yang dipergunakan menjadi nama perusahaan, misalkan

nama salah satu sekutu adalah Wijaya, maka persekutuan firma yang akan dibentuk dinamakan “Persekutuan Firma Wijaya Bersaudara menjadi nama orang yang dijadikan nama perusahaan itu disebut FIRMA.

• Putusan RvJ tanggal 2 September 1921, menentukan bahwa nama bersama Firma dapat diambil dari a. nama salah seorang sekutu | b. nama dari salah seorang sekutu dengan tambahan, mis. Anton Bersaudara, Supartman & Brothers, Sulaeman & Sons, Fa. Adiwijaya & Co dan lain-lain | Kumpulan nama dari seluruh atau sebagian dari nama sekutu. | Nama lain yang bukan nama keluarga, misalkan nama mengenai tujuan perusahaan seperti Fa. Perniagaan Tekstil.

• POLAK : para sekutu sebenarnya bebas untuk menetapkan nama dari pesekutuannya, tetapi kebebasan itu tidak sebebas-bebasnya sehingga nama yang ditetapkan itu menyerupai atau hampir menyerupai nama persekutuan lain, yang menimbulkan kebingungan bagi pihak ketiga.

Firma [Fa] Atau Venootschap Onder Firma [VOP]

Page 11: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

11

Hubungan Hukum Antar Sekutu Dalam Firma

• Diatur pada Bab VIII, Buku ke-3 KUHPdt. [Pasal 1624 s.d. 1641] mengenai hubungan antar sekutu, dan Peraturan Memaksa : Pasal 1634 s.d. 1635 KUHPdt., yang mengatur mengenai pembagian laba dan rugi.

• Jika pada perjanjian pendirian firma tidak diatur mengenai pembagian laba dan rugi, maka yang diberlakukan adalah asas keseimbangan pada pemasukan [inbreng] sesuai pasal 1633 KUHPdt.

• Pengertian LABA-RUGI adalah hasil perhitungan yang ditetapkan dengan pengesahan neraca yang melukiskan laba rugi, namun tidak semua penerimaan merupakan keuntungan dan tidak setiap kerugian merupakan kehilangan bagi persekutuan.

• Sesuai azas dalam pasal 1618 KUHPdt. yaitu bersama-sama membagi keuntungan dan pasal 1627 [pertanggung jawaban sekutu yang hanya menyumbangkan tenaga dan pikirannya saja kepada persekutuan], maka diantara pra sekutu tidak boleh ada saling menyaingi, yang jika hal ini terjadi, maka berlaku Pasal 1630 KUHPdt., yaitu kewajiban memberiganti rugi.

Firma [Fa] Atau Venootschap Onder Firma [VOP]

Page 12: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

12

Perbedaan AntaraSekutu Komanditer Sekutu Komplementer

1. Wajib menyerahkan uang, benda atau tenaga kepada Persekutuan,

2. berhak menerima keuntungan dari Persekutuan

3. Tanggung-jawabnya terbatas pada jumlah inbreng yang telah disanggupi untuk disetor

4. Tidak boleh mencampuri urusan / tugas sekutu kerja[komplementer], jika larangan ini dilanggar maka

5. Tanggung jawab sekutu komanditer akan diperluas, yaitu sama dengan sekutu komplementer yaitu tanggung-jawab pribadi untuk keseluruhan.

1. Berhak memasukkan modal ke dalam Persekutuan ;

2. berkewajiban / bertugas untuk mengurus Persekutuan ; dan

3. Bertanggung-jawab secara pribadi untuk keseluruhan

4. Jika sekutu disini lebih dari seorang, harus ditegaskan apakah ada diantara mereka yang dilarang bertindak keluar ; meskipun

5. dilarang bertindak keluar, tetapi tanggung-jawabnya tetap tanggung-jawab pribadi untuk keseluruhan.

Persekutuan KomanditerCommanditaire Vennootschap [C.V.]

Page 13: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

13

Jenis Persekutuan Komanditer dan Ciri-nya [CV]

Persekutuan Komanditer Diam-diam• CV yang belum menyatakan dirinya secara terang-

terangan kepada pihak ketiga, • Bertindak keluar, persekutuan ini masih menyatakan

dirinya firma, • Bertindak ke-dalam Persekutuan itu sudah berbentuk CV. • Pengertian diam-diam, karena bentuk komanditer ini

tidak diberitahukan kepada pihak ketiga.• Undang-Undang tidak melarang adanya Persekutuan

Komanditer diam-diam.

Persekutuan KomanditerCommanditaire Vennootschap [C.V.]

Page 14: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

14

Persekutuan Komanditer Terang-terangan• Persekutuan ini, secara terang-terangan menyatakan

dirinya sebagai CV kepada publik atau pihak ketiga.• Baik, dalam segala tindakan hukum bagi kepentingan

Persekutuan [keluar atau ke-dalam] ;• Para pengurusnya selalu menyatakan atas nama

“Persekutuan Komanditer/CV”.• Istilah terang-terangan tertuju pada pernyataan diri dari

Persekutuan komanditer kepada pihak ketiga.

Jenis Persekutuan Komanditer dan Ciri-nya [CV]

Persekutuan KomanditerCommanditaire Vennootschap [C.V.]

Page 15: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

15

Persekutuan Komanditer Dengan Saham• Merupakan CV terang-terangan• Modal terdiri dari saham• Memiliki perbedaan dengan Persekutuan komanditer biasa, yaitu dalam hal

pembentukan modal, yang bisa dilakukan dengan cara • mengeluarkan saham-saham [dimungkinkan berdasarkan Pasal 1338 (1) KUHPdt.

Jo. Pasal 1 KUHD]. • Sewaktu pembentukan, sekutu komanditer disini bisa ditentukan untuk dialihkan

atau diwariskan, modal dapat dibagi dalam beberapa saham yang bisa dimiliki oleh tiap sekutu, dan saham yang dikeluarkan adalah saham atas nama [op-naam].

• Peralihan saham jenis ini dimungkinkan melalui cessie [Pasal 613 (1) & (2) KUHPdt., dan harus diberitahukan secara resmi oleh seorang Juru Sita tentang peralihan itu kepada debiturnya atau CV bersangkutan, setidak-tidaknya sekutu komanditer harus membenarkan atau menyetujui tertulis atas peralihan saham dimaksud. Dalam praktek peralihan saham berpedoman pada Pasal 42 KUHD.

Jenis Persekutuan Komanditer dan Ciri-nya [CV]

Persekutuan KomanditerCommanditaire Vennootschap [C.V.]

Page 16: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

16

Hubungan Antar SekutuHubungan Internal : sekutu kerja [komplementer] dan sekutu komanditerHubungan ini mengenai :a. Pemasukan modalb. Pembagian untung-rugi [1633 & 1634 KUHPdt.] | perjanjian Persekutuan Komanditer• Jika terdapat KEUNTUNGAN, maka sekutu komanditer memperoleh bagian sebesar yang

ditetapkan dalam perjanjian pendirian Persekutuan Komanditer, namun jika tidak diatur, maka berlaku ketentuan Pasal 1633 KUHPdt.

• Jika RUGIAN, sekutu komanditer akan dibebani untuk membayar jumlah kerugian ini yang bebannya tidak melebihi jumlah inbreng yang diberikan.

• Namun bagi sekutu kerja [komplementer] beban kerugian ini tidak terbatas, dan dimungkinkan harta kekayaannya sendiri akan disentuh sebagai jaminan pelunasan atas seluruh kewajiban Persekutuan Komanditer [Pasal 18 KUHD Jo. Pasal 1131 dan 1132 KUHPdt.].

• Jadi tanggung-jawab sekutu komanditer pada CV dengan saham, yaitu sebatas besarnya saham atau tidak boleh melebihi jumlah dari nominal saham yang telah disanggupi [hampir sama dengan pemegang saham PT yang membeli dari pasar modal/bursa efek].

Persekutuan KomanditerCommanditaire Vennootschap [C.V.]

Page 17: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

17

Kuliah Hukum Terbuka **KHUBUKA : http://khubuka.blogspot.com

Bentuk-Bentuk Badan Usaha Dalam

Berwiraswasta

B e r s a m b u n g

Pada khubuka-berikutnya

Page 18: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

PERSEROAN TERBATAS (“PERSEROAN/ PT”)

OLEH:Reno Iskandarsyah, S.H, M.H

Ketua Bidang Litbang DPC Peradi Jakarta SelatanManaging Partner Law FirmISKANDARSYAH & PARTNERS

Kuliah Hukum Terbuka 12

KHUBUKA : http://khubuka.blogspot.com

Fakultas Hukum Universitas Wiraswasta Indonesia

14 Februari 2015

Page 19: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

DASAR HUKUM

UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Keterangan:

UU No. 40 Tahun 2007 merupakan Undang-undang yang menggantikan UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, UU No. 1 Tahun 1995 tersebut sebagai pengganti ketentuan mengenai perseroan terbatas yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Pasal 36 sampai dengan Pasal 56, dan segala perubahannya.

Page 20: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

DEFINISI PT

Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan, adalah Badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. (Pasal 1 angka 1 UU No. 40 Tahun 2007)

>> Perseroan sebagai badan hukum merupakan entitas atau wujud hukum yang terpisah dari pemiliknya (para pemegang saham).

Page 21: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

KELEBIHAN PT

- Pemilik PT memiliki tanggung jawab terbatas.- Ada pemisahan antara pemilik PT dengan

pengurus PT sehingga RUPS dapat memilih pengurus yang mampu menjalankan PT agar dapat dicapai efisiensi.

- Dengan dilakukannya pemilihan pengurus PT atas dasar kemampuan, maka kontinuitas PT lebih terjamin.

- Modal dapat diperoleh dengan menjual saham, menerbitkan obligasi atau memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan.

- Pemilik PT dapat diganti tanpa membubarkan PT.

Page 22: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

KELEMAHAN PT

- Biaya organisasi besar dan pengorganisasiannya rumit.

- Pajak Penghasilan dikenakan terhadap PT dan dividen para pemegang saham.

- Pendirian PT relatif lebih rumit dibandingkan dengan bentuk usaha lainnya.

- Bidang usaha PT sulit diubah karena selain sulit untuk mengubah Akta Pendirian, juga sulit untuk mengubah investasi yang telah ditanamkan.

- Semakin besar suatu PT, ada kecenderungan hubungan antar personal menjadi terlalu formal, selain itu ada perbedaan motif antara pemilik PT dengan pengurus PT.

Page 23: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

BENTUK-BENTUK PT

- PT Tertutup Yang dimaksud dengan PT Tertutup adalah suatu PT yang saham-

sahamnya masih dipegang oleh beberapa orang/perusahaan saja, sehingga jual beli sahamnya dilakukan dengan cara-cara yang ditentukan oleh Anggaran Dasar PT, yang pada umumnya diserahkan kepada kebijaksanaan pemegang saham yang bersangkutan.

- PT Terbuka Yang dimaksud dengan PT Terbuka adalah suatu PT yang modal

dan sahamnya telah memenuhi syarat-syarat tertentu, dimana saham-sahamnya dipegang oleh banyak orang/ banyak perusahaan, yang penawaran sahamnya dilakukan kepada publik/ masyarakat sehingga jual beli sahamnya dilakukan melalui pasar modal.

Page 24: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

Ketentuan Hukum Yang Mengikat Dalam PT

1. UU No. 40 Tahun 2007,2. Anggaran Dasar PT (AD),3. Peraturan Perundang-undangan yang

berkaitan dengan jalannya PT

>> (Pasal 4 UU No. 40 Tahun 2007)

Page 25: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

PENDIRIANPT

Mengenai pendirian Perseroan diatur dalam Bab II, bagian Kesatu UU No. 40 Tahun 2007, Pasal 7-14.

Syarat sahnya pendirian PT:1. Harus didirikan minimal 2 orang atau lebih (Pasal 7 ayat (1)

UU No. 40 Tahun 2007),2. Pendiriannya berbentuk Akta Notaris (Pasal 7 ayat (1) UU No.

40 Tahun 2007),3. Dibuat dalam Bahasa Indonesia,4. Setiap pendiri wajib mengambil saham (Pasal 7 ayat (2) UU

No. 40 Tahun 2007),5. Mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM (Pasal 7

ayat (4) UU No. 40 Tahun 2007).

Page 26: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

TATA CARA MENDIRIKAN PT

Konsultasi, pengisian Formulir pendirian PT,

Dan Surat Kuasa

Pemeriksaan formulir, suratKuasa dan pengecekan

Nama PT

PENDAFTARAN DAN PERSETUJUAN

PEMAKAIAN NAMA PT

PEMBUATAN DRAFT/ NOTULA ANGGARAN

DASAR PT

PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN PT O/

NOTARIS

SUARAT KETERANGAN DOMISILI PERUSAHAAN

DAN NPWPPENGESAHAN MENTERI

HUKUM DAN HAM SITU, SIUP, TDP

PENGUMUMAN DALAMBERITA ACARA NEGARA

Page 27: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

DIPEROLEHNYA STATUS BADAN HUKUM PT

- PT telah berbadan hukum setelah memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.

- Status badan hukum PT diperoleh pada tanggal diterbitkannya keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI mengenai pengesahan badan hukum PT.

- Pendiri sebagai pemegang saham hanya bertanggung jawab sebatas modal yang dimasukkan ke dalam PT.

Page 28: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

MODAL PT

A. Modal Dasar (statutoir capital, nominal/autorized kapital)Adalah seluruh nilai nominal saham Perseroan yang disebut dalam AD. Modal dasar Perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham. (Pasal 31 ayat (1) UU 40 Tahun 2007)- Modal dasar PT minimal Rp 50.000.000,- (Pasal 32 ayat (1) UU 40 Tahun 2007)

B. Modal DitempatkanAdalah jumlah saham yang sudah diambil pendiri atau pemegang saham, dan saham yang diambil itu ada yang sudah dibayar dan ada pula yang belum dibayar. Jadi modal ditempatkan adalah modal yang disanggupi pendiri atau pemegang saham untuk dilunasinya, dan saham itu telah diserahkan kepadanya untuk dimiliki.

- modal yg ditempatkan minimal 25% dari modal dasar (Pasal 33 UU 40 Tahun 2007)

c. Modal DisetorAdalah modal yang sudah dimasukkan pemegang saham sebagai pelunasan pembayaran saham yang diambilnya sebagai modal yang ditempatkan dari modal dasar perseroan (Pasal 33 ayat (1) UU 40 Tahun 2007)

Page 29: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

SAHAM PT

Saham merupakan bukti penyetoran modal seseorang dalam sebuah perusahaan.

Saham merupakan sejumlah uang yang diinvestasikan oleh investor dalam suatu Perseroan.

Pada umumnya penyetoran saham adalah dalam bentuk uang. Namun, tidak tertutup kemungkinan penyetoran saham dalam bentuk lain, baik berupa benda berwujud maupun benda tidak berwujud, yang dapat dinilai dengan uang dan yang secara nyata telah diterima oleh Perseroan. Penyetoran saham dalam bentuk lain selain uang harus disertai rincian yang menerangkan nilai atau harga jenis atau macam, status, tempat kedudukan, dan lain-lain yang dianggap perlu demi kejelasan mengenai penyetoran tersebut.

>> Atas investasi yang dilakukan, pada umumnya pemegang saham mendapat keuntungan dari Perseroan dalam bentuk dividen sebanding dengan besarnya uang yang diinvestasikan.

Page 30: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

HAK-HAK PEMEGANG SAHAM

Saham yang dimiliki oleh pemegang saham memberikan hak kepada pemegang saham, antara lain sebagai berikut: Hak memesan terlebih dahulu (Pasal 43 UU 40 Tahun 2007) Hak mengajukan gugatan ke Pengadilan (Pasal 61 UU 40 Tahun

2007) Hak saham dibeli dengan harga yang wajar (Pasal 62 UU No 40

Tahun 2007) Hak meminta ke pengadilan negeri untuk menyelenggarakan RUPS

(Pasal 80 UU 40 Tahun 2007) Hak menghadiri RUPS (Pasal 85 ayat (1) UU 40 Tahun 2007).

Page 31: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

ANGGARAN DASAR PT

Isi AD sekurang-kurangnya memuat:a. nama dan tempat kedudukan Perseroan;b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;c. jangka waktu berdirinya Perseroan;d. besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;e. jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap

klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap saham; f. nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris;g. penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;h. tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan Dewan

Komisaris;i. tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen.

(Pasal 15 UU No. 40 tahun 2007)

Page 32: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

ORGAN PT

Pasal 1 angka 2 UU No 40 Tahun 2007: “Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi,

dan Dewan Komisaris.”

- Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar. (Pasal 1 angka 4 UU No. 40 Tahun 2007)

- Direksi

Direksi adalah organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan

Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta

mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar Pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran

Dasar. (Pasal 1 angka 5 UU No. 40 Tahun 2007)

- Dewan Komisaris

Dewan Komisaris adalah organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum

dan/atau khusus sesuai dengan Anggaran Dasar serta memberi nasihat kepada Direksi. (Pasal 1

angka 6 UU No. 40 Tahun 2007)

Page 33: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

RUPS

Pasal 1 angka 4 UU No. 40 Tahun 2007: Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar.

Jenis RUPS: RUPS Tahunan dan RUPS Luar Biasa (Pasal 78-82 Jo. Pasal 66 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007)

Penyelenggaraan RUPSSecara yuridis yang wajib menyelenggarakan RUPS (baik RUPS Tahunan maupun RUPS Luar Biasa) adalah Direksi. Jika Direksi tidak atau menolak untuk memanggil atau menyelenggarakan RUPS, maka Dewan Komisaris, atau Pemegang Saham PT dengan (penetapan) izin Pengadilan Negeri yang berkewajiban untuk menyelenggarakan RUPS. (Pasal 79 ayat (1) Jo. Pasal 79 ayat (6) dan ayat (9), serta Pasal 80 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007)

Page 34: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

KEWENANGAN ORGAN PT

RUPS DIREKSI DEWAN KOMISARIS

- Menyatakan menerima atau mengambil alih semua hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan hukum yang dilakukan pendiri atau kuasanya

- Mengangkat dan memberhentikan anggota Dewan Komisaris dan Direksi

Menjalankan pengurusan PT untuk kepentingan PT dan sesuai dengan maksud dan tujuan PT

Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai PT maupun usaha PT.

- Mengevaluasi kinerja Dewan Komisaris dan Direksi

- Memberi persetujuan atas pembelian kembali atau pengalihan lebih lanjut saham yang dikeluarkan Perseroan

Mewakili PT baik di dalam maupun di luar pengadilan.

Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan.

- Menyetujui penambahan dan pengurangan modal Perseroan

- Penetapan perubahan Anggaran Dasar

Menyusun rencana kerja tahunan sebelum dimulainya tahun buku yang akan datang.

Memberikan nasihat kepada Direksi untuk kepentingan PT dan sesuai dengan maksud dan tujuan PT.

- Menetapkan tentang besarnya gaji atau honorarium dan tunjangan anggota Dewan Komisaris.

Menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 bulan setelah tahun buku PT berakhir.

Page 35: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

KEWAJIBAN DAN TANGGUNGJAWAB ORGAN PT

DIREKSI DEWAN KOMISARIS

Wajib dan bertanggungjawab mengurus perseroan Dewan Komisaris wajib dan bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas pengawasan

Wajib menjalankan pengurusan dengan Iktikad Baik dan Penuh Tanggungjawab

Wajib dengan iktikad baik dan hati-hati menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat

Tanggungjawab anggota Direksi atas kerugian pengurusan perseroan

Tanggungjawab yuridis anggota Dewan Komisaris atas kesalahan atau kelalaian menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat

Pemegang saham dapat mengajukan gugatan terhadap anggota direksi yang melakukan kesalahan atau kelalaian

Tanggungjawab anggota Dewan Kehormatan atas Kepailitan PT

Kewenangan memberi persetujuan atau bantuan, apabila ditentukan dalam Anggaran Dasar.

Page 36: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM PENDIRI DAN DIREKSI ATAS PERBUATAN HUKUM YANG DILAKUKAN SEBELUM PERSEROAN MENDAPAT PENGESAHAN SEBAGAI BADAN HUKUM

Para Pendiri maupun Direksi selama Perseroan belum mendapat pengesahan berstatus badan hukum, berada dan berdiri dalam “kedudukan terpercaya” (stand in fiduciary position) terhadap Perseroan. Oleh karena itu mereka bertanggungjawab penuh secara pribadi (personal liability) atas segala tindakan hukum yang mereka lakukan dengan pihak ketiga. Jadi perbuatan hukum yang dilakukan sebelum Perseroan sah sebagai badan hukum, menjadi tanggungjawab pribadi orang yang melakukan (Pasal 3 ayat (2) huruf a UU No. 40 Tahun 2007)

Page 37: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

HAK SUARA (VOTING RIGHT)

Mengenai hak suara, diatur dalam Pasal 84 dan Pasal 85 UU No. 40 Tahun 2007

Terdapat beberapa prinsip umum yang melekat pada hak suara pemegang saham, antara lain sebagai berikut:1.Satu saham, satu suara (one vote, for one share)2.Saham yang dimiliki Perseroan baik langsung atau tidak, tidak mempunyai

hak suara karena pada dasarnya hanya pemegang saham yang dimiliki atau dikuasai pemegang saham yang mempunyai hak suara.

3.Hak suara (voting right), merupakan pelaksanaan kontrol akhir pemegang saham

Page 38: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

KUORUM

Mengenai Kuorum diatur dalam Padal 86, Pasal 88 dan Pasal 89 UU No. 40 Tahun 2007. Bersarkan ketentuan pasal-pasal tersebut, diatur kuorum yang berbeda besarnya. Perbedaan besarnya kuorum untuk setiap RUPS, digantungkan pada faktor materi mata acara yang dibicarakan.

Pasal 86 UU No. 40 Tahun 2007(1)RUPS dapat dilangsungkan jika dalam RUPS lebih dari 1/2 (satu perdua) bagian dari jumlah seluruh

saham dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali Undang-Undang dan/atau anggaran dasar menentukan jumlah kuorum yang lebih besar.

(2)Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, dapat diadakan pemanggilan RUPS kedua.

(3)Dalam pemanggilan RUPS kedua harus disebutkan bahwa RUPS pertama telah dilangsungkan dan tidak mencapai kuorum.

(4)RUPS kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sah dan berhak mengambil keputusan jika dalam RUPS paling sedikit 1/3 (satu pertiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali anggaran dasar menentukan jumlah kuorum yang lebih besar.

(5) Dalam hal kuorum RUPS kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak tercapai, Perseroan dapat memohon kepada ketua pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan atas permohonan Perseroan agar ditetapkan kuorum untuk RUPS ketiga.

(6)Pemanggilan RUPS ketiga harus menyebutkan bahwa RUPS kedua telah dilangsungkan dan tidak mencapai kuorum dan RUPS ketiga akan dilangsungkan dengan kuorum yang telah ditetapkan oleh ketua pengadilan negeri.

(7)Penetapan ketua pengadilan negeri mengenai kuorum RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (5) bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap.

(8)Pemanggilan RUPS kedua dan ketiga dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum RUPS kedua atau ketiga dilangsungkan.

(9)RUPS kedua dan ketiga dilangsungkan dalam jangka waktu paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari setelah RUPS yang mendahuluinya dilangsungkan.

Page 39: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

KUORUM

Pasal 87 UU No. 40 Tahun 2007

(1) Keputusan RUPS diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.

(2) Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, keputusan adalah sah jika disetujui lebih dari 1/2 (satu perdua) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan kecuali Undang-Undang dan/atau anggaran dasar menentukan bahwa keputusan adalah sah jika disetujui oleh jumlah suara setuju yang lebih besar.

Pasal 89 UU No. 40 Tahun 2007

(1) RUPS untuk menyetujui Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan, pengajuan permohonan agar Perseroan dinyatakan pailit, perpanjangan jangka waktu berdirinya, dan pembubaran Perseroan dapat dilangsungkan jika dalam rapat paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar.

(2) Dalam hal kuorum kehadiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, dapat diadakan RUPS kedua.

(3) RUPS kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sah dan berhak mengambil keputusan jika dalam rapat paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui oleh paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (8), dan ayat (9) mutatis mutandis berlaku bagi RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) mengenai kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS berlaku juga bagi Perseroan Terbuka sepanjang tidak diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

Page 40: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

PENGGABUNGAN/ MERGER PT

Pasal 1 angka 9 UU No. 40 Tahun 2007Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum.

- Dari ketentuan pasal tersebut, jadi paling sedikit terdapat 2 (dua) perseroan yang telah berdiri, kemudian salah satu diantaranya menggabungkan diri kepada yang lain.

- Perseroan yang menggabungkan diri menjadi berakhir atau bubar karena hukum (vanrechtswege eidigen, to be terminated ipso jure)

Dalam teori dijumpai bentuk klasifikasi merger, antara lain sebagai berikut:1. Horizontal Merger2. Vertical Merger3. Congenitive Merger4. Conglomerate Merger

Page 41: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

PELEBURAN PT

Pasal 1 angka 10 UU No. 40 Tahun 2007Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua Perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu Perseroan baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari Perseroan yang meleburkan diri dan status badan hukum Perseroan yang meleburkan diri berakhir karena hukum.

Terdapat beberapa aspek yuridis dan ekonomis dalam Peleburan, antara lain sebagai berikut:

a. Peleburan merupakan perbutan hukum (Rechtshandeling, Legal Act)b. Peleburan dilakukan dengan cara mendirikan perseroan baruc. Karena hukum, perseroan baru memperoleh aktiva dan pasiva dari perseroan yang

meleburkan dirid. Status badan hukum perseroan yang meleburkan diri, berakhir karena hukum

Page 42: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

PENGAMBILALIHAN PT

Pasal 1 angka 11 UU No. 40 Tahun 2007Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham Perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Perseroan tersebut.

Terdapat beberapa aspek yuridis dan ekonomis dalam Peleburan, antara lain sebagai berikut:

a. Pengambilalihan merupakan perbutan hukum (Rechtshandeling, Legal Act)b. Pengambilalihan dapat dilakukan oleh badan hukum (rechtpersoon, legal entity) atau

perseorangan (naturelijke persoon, natural person), pihak yang diambil alih adalah Direksi Perseroan atau langsung dari pemegang saham.

c. Pengambil alihan saham bisa seluruhnya atau sebagian besar saham Perseroand. Dengan adanya pengambil alihan, tidak mengakibatkan Perseroan yang diambil alih

sahamnya menjadi bubar atau berakhir, namun akan terjadi beralihnya pengendalian terhadap Perseroan dari tangan yang diambil alih kepada pihak yang mengambil alih.

Page 43: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

PEMISAHAN PT

Pasal 1 angka 12 UU No. 40 Tahun 2007Pemisahan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh Perseroan untuk memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada 2 (dua) Perseroan atau lebih atau sebagian aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada 1 (satu) Perseroan atau lebih.

Terdapat beberapa aspek yuridis dan ekonomis dalam Peleburan, antara lain sebagai berikut:

a. Pemisahan merupakan perbutan hukum (Rechtshandeling, Legal Act)b. Yang dipisah adalah usaha Perseroanc. Dengan adanya pemisahan, maka mengakibatkan beralihnya karena hukum seluruh

atau sebagaian aktiva dan pasiva Perseroan yang melakukan Pemisahan kepada dua Perseroan atau lebih

Page 44: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

PEMBUBARAN, LIKUIDASI DAN BERAKHIRNYA STATUS BADAN HUKUM PT

Pembubaran PT dapat terjadi karena:

- Berdasarkan keputusan RUPS.- Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah

berakhir.- Berdasarkan penetapan pengadilan.- Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit PT tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan.

- Karena harta pailit PT yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam Undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

- Karena dicabutnya izin usaha PT sehingga mewajibkan PT melakukan likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam hal terjadi pembubaran PT:- Wajib diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator.- PT tidak dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali diperlukan untuk membereskan

semua urusan PT dalam rangka likuidasi.- Pembubaran PT tidak mengakibatkan PT kehilangan status badan hukum sampai

dengan selesainya likuidasi dan pertanggungjawaban likuidator diterima oleh RUPS atau pengadilan.

Page 45: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

BAGAN PROSES PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI

Page 46: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

BAGAN PROSES PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI

Page 47: KHUBUKA-12 : Hukum Perusahaan Dalam Berwiraswasta

Terima Kasih