khubuka-12 : hukum perusahaan dalam berwiraswasta
TRANSCRIPT
1
Kuliah Hukum Terbuka 12
KHUBUKA : http://khubuka.blogspot.com
Bentuk-Bentuk Badan Usaha Dalam
BerwiraswastaOleh,
Robaga Gautama Simanjuntak, SH. MH
Dosen FH-UWIN
Advokat RGS & Mitra
2
Bentuk Badan Usaha Dalam Ber-Wiraswasta
Perusahaan Perorangan | PD | UDPerserikatan PerdataPersekutuan Perdata
Perusahaan Dagang | Perusahaan Perorangan | Usaha Dagang
CV | Commanditaire VennootschapVOP | Venootschap Onder Firma | Firma [Fa]
Perseroan TerbatasYayasanKoperasi
3
PERUSAHAAN
• Menurut Molengraaff : Perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, bertindak keluar, untuk mendapatkan penghasilan, dengan cara memperniagakan barang-barang, menyerahkan barang-barang atau mengadakan penanjian-perjanjian perdagangan.
4
PERUSAHAAN
• Menurut POLAK [Drs J.B.A.F. Mayor Polak] : adanya perusahaan bila diperlukan perhitungan tentang laba rugi yang dapat diperkirakan, dan segala hal tersebut dicatat dalam pembukuan.
5
Contoh perusahaan perseorangan ini banyak sekali, yang bisa lihat di daerah-daerah, lokasi kita bertempat tinggal, di
jalan-jalan, di muka rumah kita, di setasiun kereta api, di tempat pemberhentian bus, di sekitar lampu lalu-lintas, di
pinggir jalan yang diperbolehkan pedagang kaki lima melakukan usahanya dan lain-lain.
PERUSAHAAN
6
C.V.
Firma
Persekutuan
Perdata
Perserikatan
Perdata
VOP | Venootschap Onder Firma
Maatschap Of Vennootschap |
Persekutuan Perdata
CV | Commanditaire Vennootschap
Terdapat 2 pengertian yang hampir sama, yaitu PERSERIKATAN PERDATA dan PERSEKUTUAN PERDATA, yang membedakannya yaitu perserikatan perdata tidak menjalankan usaha, sedangkan persekutuan perdata menjalankan usaha
7
Dengan memiliki badan usaha atau badan hukum
maka sebuah perusahaan akan memenuhi
kewajiban dan haknya terhadap berbagai pihak
yang berhubungan / berkaitan dengan badan
usahanya
baik di dalam maupun di luar perusahaan, maupun
di muka pengadilan
8
Firma [Fa] Atau Venootschap Onder Firma [VOP]
• Bentuk perkumpulan yang umumnya digunakan dalam bidang perdagangan seperti usaha perdagangan dan pelayanan.
• Diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang [Bab-III Bagian ke-2].
• Ketentuan mengenai persekutuan perdata [maatschap] pada KUHPdt. berlaku pula untuk Firma
• Firma didirkan berdasarkan perjanjian• Sehingga Firma merupakan pula persekutuan perdata khusus• Kekhususan ini ada pada 3 unsur yang melekat1. menjalankan perusahaan 2. dengan nama bersama atau fima 3. pertanggung-jawaban sekutu bersifat pribadi untuk keseluruhan [Belanda
Hoofdelijk voor het geheel].
9
• Firma yaitu nama yang dipakai untuk berdagang bersama-sama
• Dasar hukum Firma adalah Pasal 16 s.d. Pasal 35 KUHD [Wetboek van Koophandel /Wvk].
• Firma memiliki pengertian yaitu “setiap perusahaan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan dibawah nama bersama atau firma.
Firma [Fa] Atau Venootschap Onder Firma [VOP]
Contoh Penggunaan Nama
Firma [SALAH]
10
Pengertian Nama Bersama • Nama orang [sekutu] yang dipergunakan menjadi nama perusahaan, misalkan
nama salah satu sekutu adalah Wijaya, maka persekutuan firma yang akan dibentuk dinamakan “Persekutuan Firma Wijaya Bersaudara menjadi nama orang yang dijadikan nama perusahaan itu disebut FIRMA.
• Putusan RvJ tanggal 2 September 1921, menentukan bahwa nama bersama Firma dapat diambil dari a. nama salah seorang sekutu | b. nama dari salah seorang sekutu dengan tambahan, mis. Anton Bersaudara, Supartman & Brothers, Sulaeman & Sons, Fa. Adiwijaya & Co dan lain-lain | Kumpulan nama dari seluruh atau sebagian dari nama sekutu. | Nama lain yang bukan nama keluarga, misalkan nama mengenai tujuan perusahaan seperti Fa. Perniagaan Tekstil.
• POLAK : para sekutu sebenarnya bebas untuk menetapkan nama dari pesekutuannya, tetapi kebebasan itu tidak sebebas-bebasnya sehingga nama yang ditetapkan itu menyerupai atau hampir menyerupai nama persekutuan lain, yang menimbulkan kebingungan bagi pihak ketiga.
Firma [Fa] Atau Venootschap Onder Firma [VOP]
11
Hubungan Hukum Antar Sekutu Dalam Firma
• Diatur pada Bab VIII, Buku ke-3 KUHPdt. [Pasal 1624 s.d. 1641] mengenai hubungan antar sekutu, dan Peraturan Memaksa : Pasal 1634 s.d. 1635 KUHPdt., yang mengatur mengenai pembagian laba dan rugi.
• Jika pada perjanjian pendirian firma tidak diatur mengenai pembagian laba dan rugi, maka yang diberlakukan adalah asas keseimbangan pada pemasukan [inbreng] sesuai pasal 1633 KUHPdt.
• Pengertian LABA-RUGI adalah hasil perhitungan yang ditetapkan dengan pengesahan neraca yang melukiskan laba rugi, namun tidak semua penerimaan merupakan keuntungan dan tidak setiap kerugian merupakan kehilangan bagi persekutuan.
• Sesuai azas dalam pasal 1618 KUHPdt. yaitu bersama-sama membagi keuntungan dan pasal 1627 [pertanggung jawaban sekutu yang hanya menyumbangkan tenaga dan pikirannya saja kepada persekutuan], maka diantara pra sekutu tidak boleh ada saling menyaingi, yang jika hal ini terjadi, maka berlaku Pasal 1630 KUHPdt., yaitu kewajiban memberiganti rugi.
Firma [Fa] Atau Venootschap Onder Firma [VOP]
12
Perbedaan AntaraSekutu Komanditer Sekutu Komplementer
1. Wajib menyerahkan uang, benda atau tenaga kepada Persekutuan,
2. berhak menerima keuntungan dari Persekutuan
3. Tanggung-jawabnya terbatas pada jumlah inbreng yang telah disanggupi untuk disetor
4. Tidak boleh mencampuri urusan / tugas sekutu kerja[komplementer], jika larangan ini dilanggar maka
5. Tanggung jawab sekutu komanditer akan diperluas, yaitu sama dengan sekutu komplementer yaitu tanggung-jawab pribadi untuk keseluruhan.
1. Berhak memasukkan modal ke dalam Persekutuan ;
2. berkewajiban / bertugas untuk mengurus Persekutuan ; dan
3. Bertanggung-jawab secara pribadi untuk keseluruhan
4. Jika sekutu disini lebih dari seorang, harus ditegaskan apakah ada diantara mereka yang dilarang bertindak keluar ; meskipun
5. dilarang bertindak keluar, tetapi tanggung-jawabnya tetap tanggung-jawab pribadi untuk keseluruhan.
Persekutuan KomanditerCommanditaire Vennootschap [C.V.]
13
Jenis Persekutuan Komanditer dan Ciri-nya [CV]
Persekutuan Komanditer Diam-diam• CV yang belum menyatakan dirinya secara terang-
terangan kepada pihak ketiga, • Bertindak keluar, persekutuan ini masih menyatakan
dirinya firma, • Bertindak ke-dalam Persekutuan itu sudah berbentuk CV. • Pengertian diam-diam, karena bentuk komanditer ini
tidak diberitahukan kepada pihak ketiga.• Undang-Undang tidak melarang adanya Persekutuan
Komanditer diam-diam.
Persekutuan KomanditerCommanditaire Vennootschap [C.V.]
14
Persekutuan Komanditer Terang-terangan• Persekutuan ini, secara terang-terangan menyatakan
dirinya sebagai CV kepada publik atau pihak ketiga.• Baik, dalam segala tindakan hukum bagi kepentingan
Persekutuan [keluar atau ke-dalam] ;• Para pengurusnya selalu menyatakan atas nama
“Persekutuan Komanditer/CV”.• Istilah terang-terangan tertuju pada pernyataan diri dari
Persekutuan komanditer kepada pihak ketiga.
Jenis Persekutuan Komanditer dan Ciri-nya [CV]
Persekutuan KomanditerCommanditaire Vennootschap [C.V.]
15
Persekutuan Komanditer Dengan Saham• Merupakan CV terang-terangan• Modal terdiri dari saham• Memiliki perbedaan dengan Persekutuan komanditer biasa, yaitu dalam hal
pembentukan modal, yang bisa dilakukan dengan cara • mengeluarkan saham-saham [dimungkinkan berdasarkan Pasal 1338 (1) KUHPdt.
Jo. Pasal 1 KUHD]. • Sewaktu pembentukan, sekutu komanditer disini bisa ditentukan untuk dialihkan
atau diwariskan, modal dapat dibagi dalam beberapa saham yang bisa dimiliki oleh tiap sekutu, dan saham yang dikeluarkan adalah saham atas nama [op-naam].
• Peralihan saham jenis ini dimungkinkan melalui cessie [Pasal 613 (1) & (2) KUHPdt., dan harus diberitahukan secara resmi oleh seorang Juru Sita tentang peralihan itu kepada debiturnya atau CV bersangkutan, setidak-tidaknya sekutu komanditer harus membenarkan atau menyetujui tertulis atas peralihan saham dimaksud. Dalam praktek peralihan saham berpedoman pada Pasal 42 KUHD.
Jenis Persekutuan Komanditer dan Ciri-nya [CV]
Persekutuan KomanditerCommanditaire Vennootschap [C.V.]
16
Hubungan Antar SekutuHubungan Internal : sekutu kerja [komplementer] dan sekutu komanditerHubungan ini mengenai :a. Pemasukan modalb. Pembagian untung-rugi [1633 & 1634 KUHPdt.] | perjanjian Persekutuan Komanditer• Jika terdapat KEUNTUNGAN, maka sekutu komanditer memperoleh bagian sebesar yang
ditetapkan dalam perjanjian pendirian Persekutuan Komanditer, namun jika tidak diatur, maka berlaku ketentuan Pasal 1633 KUHPdt.
• Jika RUGIAN, sekutu komanditer akan dibebani untuk membayar jumlah kerugian ini yang bebannya tidak melebihi jumlah inbreng yang diberikan.
• Namun bagi sekutu kerja [komplementer] beban kerugian ini tidak terbatas, dan dimungkinkan harta kekayaannya sendiri akan disentuh sebagai jaminan pelunasan atas seluruh kewajiban Persekutuan Komanditer [Pasal 18 KUHD Jo. Pasal 1131 dan 1132 KUHPdt.].
• Jadi tanggung-jawab sekutu komanditer pada CV dengan saham, yaitu sebatas besarnya saham atau tidak boleh melebihi jumlah dari nominal saham yang telah disanggupi [hampir sama dengan pemegang saham PT yang membeli dari pasar modal/bursa efek].
Persekutuan KomanditerCommanditaire Vennootschap [C.V.]
17
Kuliah Hukum Terbuka **KHUBUKA : http://khubuka.blogspot.com
Bentuk-Bentuk Badan Usaha Dalam
Berwiraswasta
B e r s a m b u n g
Pada khubuka-berikutnya
PERSEROAN TERBATAS (“PERSEROAN/ PT”)
OLEH:Reno Iskandarsyah, S.H, M.H
Ketua Bidang Litbang DPC Peradi Jakarta SelatanManaging Partner Law FirmISKANDARSYAH & PARTNERS
Kuliah Hukum Terbuka 12
KHUBUKA : http://khubuka.blogspot.com
Fakultas Hukum Universitas Wiraswasta Indonesia
14 Februari 2015
DASAR HUKUM
UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Keterangan:
UU No. 40 Tahun 2007 merupakan Undang-undang yang menggantikan UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, UU No. 1 Tahun 1995 tersebut sebagai pengganti ketentuan mengenai perseroan terbatas yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Pasal 36 sampai dengan Pasal 56, dan segala perubahannya.
DEFINISI PT
Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan, adalah Badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. (Pasal 1 angka 1 UU No. 40 Tahun 2007)
>> Perseroan sebagai badan hukum merupakan entitas atau wujud hukum yang terpisah dari pemiliknya (para pemegang saham).
KELEBIHAN PT
- Pemilik PT memiliki tanggung jawab terbatas.- Ada pemisahan antara pemilik PT dengan
pengurus PT sehingga RUPS dapat memilih pengurus yang mampu menjalankan PT agar dapat dicapai efisiensi.
- Dengan dilakukannya pemilihan pengurus PT atas dasar kemampuan, maka kontinuitas PT lebih terjamin.
- Modal dapat diperoleh dengan menjual saham, menerbitkan obligasi atau memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan.
- Pemilik PT dapat diganti tanpa membubarkan PT.
KELEMAHAN PT
- Biaya organisasi besar dan pengorganisasiannya rumit.
- Pajak Penghasilan dikenakan terhadap PT dan dividen para pemegang saham.
- Pendirian PT relatif lebih rumit dibandingkan dengan bentuk usaha lainnya.
- Bidang usaha PT sulit diubah karena selain sulit untuk mengubah Akta Pendirian, juga sulit untuk mengubah investasi yang telah ditanamkan.
- Semakin besar suatu PT, ada kecenderungan hubungan antar personal menjadi terlalu formal, selain itu ada perbedaan motif antara pemilik PT dengan pengurus PT.
BENTUK-BENTUK PT
- PT Tertutup Yang dimaksud dengan PT Tertutup adalah suatu PT yang saham-
sahamnya masih dipegang oleh beberapa orang/perusahaan saja, sehingga jual beli sahamnya dilakukan dengan cara-cara yang ditentukan oleh Anggaran Dasar PT, yang pada umumnya diserahkan kepada kebijaksanaan pemegang saham yang bersangkutan.
- PT Terbuka Yang dimaksud dengan PT Terbuka adalah suatu PT yang modal
dan sahamnya telah memenuhi syarat-syarat tertentu, dimana saham-sahamnya dipegang oleh banyak orang/ banyak perusahaan, yang penawaran sahamnya dilakukan kepada publik/ masyarakat sehingga jual beli sahamnya dilakukan melalui pasar modal.
Ketentuan Hukum Yang Mengikat Dalam PT
1. UU No. 40 Tahun 2007,2. Anggaran Dasar PT (AD),3. Peraturan Perundang-undangan yang
berkaitan dengan jalannya PT
>> (Pasal 4 UU No. 40 Tahun 2007)
PENDIRIANPT
Mengenai pendirian Perseroan diatur dalam Bab II, bagian Kesatu UU No. 40 Tahun 2007, Pasal 7-14.
Syarat sahnya pendirian PT:1. Harus didirikan minimal 2 orang atau lebih (Pasal 7 ayat (1)
UU No. 40 Tahun 2007),2. Pendiriannya berbentuk Akta Notaris (Pasal 7 ayat (1) UU No.
40 Tahun 2007),3. Dibuat dalam Bahasa Indonesia,4. Setiap pendiri wajib mengambil saham (Pasal 7 ayat (2) UU
No. 40 Tahun 2007),5. Mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM (Pasal 7
ayat (4) UU No. 40 Tahun 2007).
TATA CARA MENDIRIKAN PT
Konsultasi, pengisian Formulir pendirian PT,
Dan Surat Kuasa
Pemeriksaan formulir, suratKuasa dan pengecekan
Nama PT
PENDAFTARAN DAN PERSETUJUAN
PEMAKAIAN NAMA PT
PEMBUATAN DRAFT/ NOTULA ANGGARAN
DASAR PT
PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN PT O/
NOTARIS
SUARAT KETERANGAN DOMISILI PERUSAHAAN
DAN NPWPPENGESAHAN MENTERI
HUKUM DAN HAM SITU, SIUP, TDP
PENGUMUMAN DALAMBERITA ACARA NEGARA
DIPEROLEHNYA STATUS BADAN HUKUM PT
- PT telah berbadan hukum setelah memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.
- Status badan hukum PT diperoleh pada tanggal diterbitkannya keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI mengenai pengesahan badan hukum PT.
- Pendiri sebagai pemegang saham hanya bertanggung jawab sebatas modal yang dimasukkan ke dalam PT.
MODAL PT
A. Modal Dasar (statutoir capital, nominal/autorized kapital)Adalah seluruh nilai nominal saham Perseroan yang disebut dalam AD. Modal dasar Perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham. (Pasal 31 ayat (1) UU 40 Tahun 2007)- Modal dasar PT minimal Rp 50.000.000,- (Pasal 32 ayat (1) UU 40 Tahun 2007)
B. Modal DitempatkanAdalah jumlah saham yang sudah diambil pendiri atau pemegang saham, dan saham yang diambil itu ada yang sudah dibayar dan ada pula yang belum dibayar. Jadi modal ditempatkan adalah modal yang disanggupi pendiri atau pemegang saham untuk dilunasinya, dan saham itu telah diserahkan kepadanya untuk dimiliki.
- modal yg ditempatkan minimal 25% dari modal dasar (Pasal 33 UU 40 Tahun 2007)
c. Modal DisetorAdalah modal yang sudah dimasukkan pemegang saham sebagai pelunasan pembayaran saham yang diambilnya sebagai modal yang ditempatkan dari modal dasar perseroan (Pasal 33 ayat (1) UU 40 Tahun 2007)
SAHAM PT
Saham merupakan bukti penyetoran modal seseorang dalam sebuah perusahaan.
Saham merupakan sejumlah uang yang diinvestasikan oleh investor dalam suatu Perseroan.
Pada umumnya penyetoran saham adalah dalam bentuk uang. Namun, tidak tertutup kemungkinan penyetoran saham dalam bentuk lain, baik berupa benda berwujud maupun benda tidak berwujud, yang dapat dinilai dengan uang dan yang secara nyata telah diterima oleh Perseroan. Penyetoran saham dalam bentuk lain selain uang harus disertai rincian yang menerangkan nilai atau harga jenis atau macam, status, tempat kedudukan, dan lain-lain yang dianggap perlu demi kejelasan mengenai penyetoran tersebut.
>> Atas investasi yang dilakukan, pada umumnya pemegang saham mendapat keuntungan dari Perseroan dalam bentuk dividen sebanding dengan besarnya uang yang diinvestasikan.
HAK-HAK PEMEGANG SAHAM
Saham yang dimiliki oleh pemegang saham memberikan hak kepada pemegang saham, antara lain sebagai berikut: Hak memesan terlebih dahulu (Pasal 43 UU 40 Tahun 2007) Hak mengajukan gugatan ke Pengadilan (Pasal 61 UU 40 Tahun
2007) Hak saham dibeli dengan harga yang wajar (Pasal 62 UU No 40
Tahun 2007) Hak meminta ke pengadilan negeri untuk menyelenggarakan RUPS
(Pasal 80 UU 40 Tahun 2007) Hak menghadiri RUPS (Pasal 85 ayat (1) UU 40 Tahun 2007).
ANGGARAN DASAR PT
Isi AD sekurang-kurangnya memuat:a. nama dan tempat kedudukan Perseroan;b. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;c. jangka waktu berdirinya Perseroan;d. besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;e. jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap
klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap saham; f. nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris;g. penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;h. tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan Dewan
Komisaris;i. tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen.
(Pasal 15 UU No. 40 tahun 2007)
ORGAN PT
Pasal 1 angka 2 UU No 40 Tahun 2007: “Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi,
dan Dewan Komisaris.”
- Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar. (Pasal 1 angka 4 UU No. 40 Tahun 2007)
- Direksi
Direksi adalah organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan
Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta
mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar Pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran
Dasar. (Pasal 1 angka 5 UU No. 40 Tahun 2007)
- Dewan Komisaris
Dewan Komisaris adalah organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum
dan/atau khusus sesuai dengan Anggaran Dasar serta memberi nasihat kepada Direksi. (Pasal 1
angka 6 UU No. 40 Tahun 2007)
RUPS
Pasal 1 angka 4 UU No. 40 Tahun 2007: Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar.
Jenis RUPS: RUPS Tahunan dan RUPS Luar Biasa (Pasal 78-82 Jo. Pasal 66 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007)
Penyelenggaraan RUPSSecara yuridis yang wajib menyelenggarakan RUPS (baik RUPS Tahunan maupun RUPS Luar Biasa) adalah Direksi. Jika Direksi tidak atau menolak untuk memanggil atau menyelenggarakan RUPS, maka Dewan Komisaris, atau Pemegang Saham PT dengan (penetapan) izin Pengadilan Negeri yang berkewajiban untuk menyelenggarakan RUPS. (Pasal 79 ayat (1) Jo. Pasal 79 ayat (6) dan ayat (9), serta Pasal 80 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007)
KEWENANGAN ORGAN PT
RUPS DIREKSI DEWAN KOMISARIS
- Menyatakan menerima atau mengambil alih semua hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan hukum yang dilakukan pendiri atau kuasanya
- Mengangkat dan memberhentikan anggota Dewan Komisaris dan Direksi
Menjalankan pengurusan PT untuk kepentingan PT dan sesuai dengan maksud dan tujuan PT
Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai PT maupun usaha PT.
- Mengevaluasi kinerja Dewan Komisaris dan Direksi
- Memberi persetujuan atas pembelian kembali atau pengalihan lebih lanjut saham yang dikeluarkan Perseroan
Mewakili PT baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan.
- Menyetujui penambahan dan pengurangan modal Perseroan
- Penetapan perubahan Anggaran Dasar
Menyusun rencana kerja tahunan sebelum dimulainya tahun buku yang akan datang.
Memberikan nasihat kepada Direksi untuk kepentingan PT dan sesuai dengan maksud dan tujuan PT.
- Menetapkan tentang besarnya gaji atau honorarium dan tunjangan anggota Dewan Komisaris.
Menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 bulan setelah tahun buku PT berakhir.
KEWAJIBAN DAN TANGGUNGJAWAB ORGAN PT
DIREKSI DEWAN KOMISARIS
Wajib dan bertanggungjawab mengurus perseroan Dewan Komisaris wajib dan bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas pengawasan
Wajib menjalankan pengurusan dengan Iktikad Baik dan Penuh Tanggungjawab
Wajib dengan iktikad baik dan hati-hati menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat
Tanggungjawab anggota Direksi atas kerugian pengurusan perseroan
Tanggungjawab yuridis anggota Dewan Komisaris atas kesalahan atau kelalaian menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat
Pemegang saham dapat mengajukan gugatan terhadap anggota direksi yang melakukan kesalahan atau kelalaian
Tanggungjawab anggota Dewan Kehormatan atas Kepailitan PT
Kewenangan memberi persetujuan atau bantuan, apabila ditentukan dalam Anggaran Dasar.
PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM PENDIRI DAN DIREKSI ATAS PERBUATAN HUKUM YANG DILAKUKAN SEBELUM PERSEROAN MENDAPAT PENGESAHAN SEBAGAI BADAN HUKUM
Para Pendiri maupun Direksi selama Perseroan belum mendapat pengesahan berstatus badan hukum, berada dan berdiri dalam “kedudukan terpercaya” (stand in fiduciary position) terhadap Perseroan. Oleh karena itu mereka bertanggungjawab penuh secara pribadi (personal liability) atas segala tindakan hukum yang mereka lakukan dengan pihak ketiga. Jadi perbuatan hukum yang dilakukan sebelum Perseroan sah sebagai badan hukum, menjadi tanggungjawab pribadi orang yang melakukan (Pasal 3 ayat (2) huruf a UU No. 40 Tahun 2007)
HAK SUARA (VOTING RIGHT)
Mengenai hak suara, diatur dalam Pasal 84 dan Pasal 85 UU No. 40 Tahun 2007
Terdapat beberapa prinsip umum yang melekat pada hak suara pemegang saham, antara lain sebagai berikut:1.Satu saham, satu suara (one vote, for one share)2.Saham yang dimiliki Perseroan baik langsung atau tidak, tidak mempunyai
hak suara karena pada dasarnya hanya pemegang saham yang dimiliki atau dikuasai pemegang saham yang mempunyai hak suara.
3.Hak suara (voting right), merupakan pelaksanaan kontrol akhir pemegang saham
KUORUM
Mengenai Kuorum diatur dalam Padal 86, Pasal 88 dan Pasal 89 UU No. 40 Tahun 2007. Bersarkan ketentuan pasal-pasal tersebut, diatur kuorum yang berbeda besarnya. Perbedaan besarnya kuorum untuk setiap RUPS, digantungkan pada faktor materi mata acara yang dibicarakan.
Pasal 86 UU No. 40 Tahun 2007(1)RUPS dapat dilangsungkan jika dalam RUPS lebih dari 1/2 (satu perdua) bagian dari jumlah seluruh
saham dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali Undang-Undang dan/atau anggaran dasar menentukan jumlah kuorum yang lebih besar.
(2)Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, dapat diadakan pemanggilan RUPS kedua.
(3)Dalam pemanggilan RUPS kedua harus disebutkan bahwa RUPS pertama telah dilangsungkan dan tidak mencapai kuorum.
(4)RUPS kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sah dan berhak mengambil keputusan jika dalam RUPS paling sedikit 1/3 (satu pertiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali anggaran dasar menentukan jumlah kuorum yang lebih besar.
(5) Dalam hal kuorum RUPS kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak tercapai, Perseroan dapat memohon kepada ketua pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan atas permohonan Perseroan agar ditetapkan kuorum untuk RUPS ketiga.
(6)Pemanggilan RUPS ketiga harus menyebutkan bahwa RUPS kedua telah dilangsungkan dan tidak mencapai kuorum dan RUPS ketiga akan dilangsungkan dengan kuorum yang telah ditetapkan oleh ketua pengadilan negeri.
(7)Penetapan ketua pengadilan negeri mengenai kuorum RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (5) bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap.
(8)Pemanggilan RUPS kedua dan ketiga dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum RUPS kedua atau ketiga dilangsungkan.
(9)RUPS kedua dan ketiga dilangsungkan dalam jangka waktu paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari setelah RUPS yang mendahuluinya dilangsungkan.
KUORUM
Pasal 87 UU No. 40 Tahun 2007
(1) Keputusan RUPS diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
(2) Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, keputusan adalah sah jika disetujui lebih dari 1/2 (satu perdua) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan kecuali Undang-Undang dan/atau anggaran dasar menentukan bahwa keputusan adalah sah jika disetujui oleh jumlah suara setuju yang lebih besar.
Pasal 89 UU No. 40 Tahun 2007
(1) RUPS untuk menyetujui Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan, pengajuan permohonan agar Perseroan dinyatakan pailit, perpanjangan jangka waktu berdirinya, dan pembubaran Perseroan dapat dilangsungkan jika dalam rapat paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar.
(2) Dalam hal kuorum kehadiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, dapat diadakan RUPS kedua.
(3) RUPS kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sah dan berhak mengambil keputusan jika dalam rapat paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui oleh paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (8), dan ayat (9) mutatis mutandis berlaku bagi RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) mengenai kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS berlaku juga bagi Perseroan Terbuka sepanjang tidak diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
PENGGABUNGAN/ MERGER PT
Pasal 1 angka 9 UU No. 40 Tahun 2007Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum.
- Dari ketentuan pasal tersebut, jadi paling sedikit terdapat 2 (dua) perseroan yang telah berdiri, kemudian salah satu diantaranya menggabungkan diri kepada yang lain.
- Perseroan yang menggabungkan diri menjadi berakhir atau bubar karena hukum (vanrechtswege eidigen, to be terminated ipso jure)
Dalam teori dijumpai bentuk klasifikasi merger, antara lain sebagai berikut:1. Horizontal Merger2. Vertical Merger3. Congenitive Merger4. Conglomerate Merger
PELEBURAN PT
Pasal 1 angka 10 UU No. 40 Tahun 2007Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua Perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu Perseroan baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari Perseroan yang meleburkan diri dan status badan hukum Perseroan yang meleburkan diri berakhir karena hukum.
Terdapat beberapa aspek yuridis dan ekonomis dalam Peleburan, antara lain sebagai berikut:
a. Peleburan merupakan perbutan hukum (Rechtshandeling, Legal Act)b. Peleburan dilakukan dengan cara mendirikan perseroan baruc. Karena hukum, perseroan baru memperoleh aktiva dan pasiva dari perseroan yang
meleburkan dirid. Status badan hukum perseroan yang meleburkan diri, berakhir karena hukum
PENGAMBILALIHAN PT
Pasal 1 angka 11 UU No. 40 Tahun 2007Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham Perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Perseroan tersebut.
Terdapat beberapa aspek yuridis dan ekonomis dalam Peleburan, antara lain sebagai berikut:
a. Pengambilalihan merupakan perbutan hukum (Rechtshandeling, Legal Act)b. Pengambilalihan dapat dilakukan oleh badan hukum (rechtpersoon, legal entity) atau
perseorangan (naturelijke persoon, natural person), pihak yang diambil alih adalah Direksi Perseroan atau langsung dari pemegang saham.
c. Pengambil alihan saham bisa seluruhnya atau sebagian besar saham Perseroand. Dengan adanya pengambil alihan, tidak mengakibatkan Perseroan yang diambil alih
sahamnya menjadi bubar atau berakhir, namun akan terjadi beralihnya pengendalian terhadap Perseroan dari tangan yang diambil alih kepada pihak yang mengambil alih.
PEMISAHAN PT
Pasal 1 angka 12 UU No. 40 Tahun 2007Pemisahan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh Perseroan untuk memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada 2 (dua) Perseroan atau lebih atau sebagian aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada 1 (satu) Perseroan atau lebih.
Terdapat beberapa aspek yuridis dan ekonomis dalam Peleburan, antara lain sebagai berikut:
a. Pemisahan merupakan perbutan hukum (Rechtshandeling, Legal Act)b. Yang dipisah adalah usaha Perseroanc. Dengan adanya pemisahan, maka mengakibatkan beralihnya karena hukum seluruh
atau sebagaian aktiva dan pasiva Perseroan yang melakukan Pemisahan kepada dua Perseroan atau lebih
PEMBUBARAN, LIKUIDASI DAN BERAKHIRNYA STATUS BADAN HUKUM PT
Pembubaran PT dapat terjadi karena:
- Berdasarkan keputusan RUPS.- Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah
berakhir.- Berdasarkan penetapan pengadilan.- Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit PT tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan.
- Karena harta pailit PT yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam Undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
- Karena dicabutnya izin usaha PT sehingga mewajibkan PT melakukan likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal terjadi pembubaran PT:- Wajib diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator.- PT tidak dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali diperlukan untuk membereskan
semua urusan PT dalam rangka likuidasi.- Pembubaran PT tidak mengakibatkan PT kehilangan status badan hukum sampai
dengan selesainya likuidasi dan pertanggungjawaban likuidator diterima oleh RUPS atau pengadilan.
BAGAN PROSES PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI
BAGAN PROSES PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI
Terima Kasih